BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006: 45). Selanjutnya Sugiono (2010: 41), mengatakan bahwa teori adalah generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Dalam bab ini, peneliti akan menjabarkan berbagai tinjauan pustaka, baik dalam buku, dan jurnal/karya ilmiah. Tinjauan berbagai pustaka ini merujuk pada konsep atau teori yang berkaitan dengan topik penelitian peneliti. Pada bagian akhir dalam bab ini, peneliti akan memaparkan kerangka pikir teoritis dari penelitian ini beserta penjelasanpenjelasannya. 1.1 Jurnalisme Komunitas Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari hubungan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Hubungan saling membutuhkan tersebut pada akhirnya bisa melahirkan sebuah komunitas masyarakat. Masyarakat yang membuat komunitas sendiri memiliki maksud dan tujuan dalam komunitasnya untuk mencapai kepentingan bersama. Akhir-akhir ini banyak dari komunitas masyarakat membuat sebuah media komunikasi untuk menjalin hubungan antar anggota komunitasnya, salah satunya adalah jurnalisme komunitas. 10

2 Sebuah media dapat disebut jurnalisme komunitas dengan melihat bagaimana media tersebut dikelola. Pengelola media komunitas harus mengenal dengan baik karakter, aktivitas, ketertarikan, dan kebutuhan komunitas tempat media itu beredar (Knowing the Community). Knowing the Community adalah cara mengidentifikasi tiap individu dan kumpulan individu (kelompok, organisasi) yang ada dalam komunitas. Langkah itu bisa diikuti dengan membuat semacam a community profile (profil komunitas), mulai dari jumlah warga, sejarah komunitas, struktur sosial-ekonomi, penghasilan rata-rata, ketertarikan atau hobi, jenis olahraga yang paling digemari, informasi yang dibutuhkan, orang-orang yang memiliki pengaruh (tokoh komunitas), dan sebagainya 1. Jurnalisme komunitas merupakan jurnalisme yang menekankan pelayanan masyarakat dengan lebih baik dengan mengidentifikasi masalah-masalah dan isu-isu penting serta fokus pada masalah-masalah dan isu-isu tersebut (Shepard dalam Takard & Severin, 2009: 290). Pada umumnya, jurnalisme komunitas mengangkat topik dan tema berita atau informasi yang diangkat dari permasalah riel yang terjadi di komunitas. Dengan demikian jurnalisme komunitas ini diharapkan menjadi media dialog antar anggota untuk menumbuhkan kesadaran kritis terhadap permasalahan yang ada. Dengan adanya jurnalisme komunitas muncul suatu upaya untuk mencari solusisolusi mandiri yang datang dari komunitas itu sendiri. Tujuan utama jurnalisme komunitas adalah menginginkan agar jurnalis mengakhiri ketidakberpihakannya pada hal tertentu untuk membuat kehidupan publik 1 di unduh pada 16 juli 2012 pukul WIB 11

3 tetap berjalan (Hyot, 1995). Media konvensional seringkali melakukan pemberitaan yang tidak berpihak pada rakyat sehingga menjadikan jurnalisme berorientasi pasar yang berusaha mempertahankan dan menjaring pelanggan serta menciptakan lebih banyak tempat dan waktu untuk iklan. Melihat hal tersebut, kebutuhan masyarakat akan informasi berkualitas terbatasi sehingga upaya yang dilakukan dengan menciptakan jurnalisme komunitas. Selain itu tujuan jurnalisme komunitas sebagai berikut 2 : 1. Meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya informasi ( peka informasi ), terutama untuk memahami masalah masalah warga 2. Meningkatkan minat baca, minat diskusi, dan minat menulis di kalangan warga agar seluruh warga memiliki informasi yang cukup untuk memahami masalah dan menemukan solusi-solusinya. 3. Mendorong warga untuk mengekspresikan gagasan, pikiran atau pengalaman melalui media tulisan. 4. Mendorong partisipasi, swadaya, dan akses warga terhadap kegiatan pembangunan komunitas. Aspek keswadayaan dan kemandirian komunitas dalam pengelolaan koran komunitas akan menentukan pencapaian tujuan-tujuan mendasar dari koran komunitas. Aspek pengelolaan yang dimaksud adalah aspek organisasi SDM, pendanaan, penentuan rubrikasi dan isi, distribusi, serta kegiatan pengelolaan lain yang mendukung keberadaan dan keberlangsungannya aktivitas koran komunitas. 2 diunduh pada 16 juli 2012 pukul WIB 12

4 Namun, seiring dengan berjalannya waktu, isi pesan yang dikembangkan jurnalisme komunitas identik dengan kritik sosial. Komunitas masyarakat kini lebih berani menyuarakan pendapat atau opini pribadi dalam media komunitasnya yang dipandang dapat memperjuangkan kepentingan bersama. Kegiatan utama kritik adalah dengan melakukan penekanan dan ancaman terhadap suatu masalah, konflik atau pertikaian yang ada di sekitar dan memberi pendapat berbeda terhadap opini yang berkembang (Stlee dalam Eagleton, 2003: 15). Seseorang yang melakukan kritik sosial dalam media komunitas akan berdiri sebagai pusat dari opini publik yang kemudian melakukan pertukaran, penyebaran, pengumpulan, dan penyebaran kembali pendapatnya untuk mewakili opini publik yang tidak didengarkan. Menurut Arnold (Eagleton, 2003: 59) suatu kritik harus objektif dan tidak memihak sehingga mampu mengatasi semua masalah masyarakat dan kepentingan khususnya dengan melihat objek sebagaimana adanya. Menurut Eagleton (2003: 59-70) selanjutnya merusmuskan fungsi kritik adalah: 1) Mempertegas untuk menolak ikut campur dalam praktek sosial dan berusaha menegakkan apa yang terbaik dalam pikiran masyarakat. 2) Menarik diri sementara agar pandangannya terhadap semua kepentingan seimbang. 3) Kritik tidak boleh hanya menyangkut soal rasa baik, tetapi harus melibatkan cara-cara analisis dan bentuk-bentuk pengalaman khusus yang tidak dimiliki pembaca pada umumnya 13

5 Berdasarkan kegiatan utama dan fungsi kritik dalam jurnalisme komuitas di atas, maka kritik sosial dalam sebuah media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan amat penting dalam jurnalisme komunitas sebagai perpanjangan suara-suara masyarakat minoritas. 2.2 Kritik Sosial Media Kritik dipandang sebagai peluang untuk memperluas pemahaman, dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai hal yang positif. Jika disampaikan dengan tepat, kritik bisa menjadi umpan balik yang konstruktif. Kritik memberi tahu kita mengenai apa yang bisa berjalan baik dan mana yang tidak bisa berjalan baik (Hathaway, 2001: 384). Kritik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita. Jika kita bisa memahami dan menggunakannya, kritik merupakan alat pemberdayaan untuk komunikasi secara lebih terbuka dan memperbaiki banyak segi kehidupan kita. Media massa merupakan salah satu wadah untuk melakukan kritik sosial. Kritik sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat dan merupakan salah satu variabel penting dalam memelihara sistem sosial. Istilah ini banyak digunakan media massa dalam mengungkapkan buah pikirannya. Kritik sosial menandai adanya keadaan tidak menyenangkan yang memerlukan tindakan perubahan seperti isu-isu yang terdengar sampai ke masyarakat dan menyangkut hidup masyarakat banyak. 14

6 Kritik media menurut Bell Hooks (Littlejohn & Foss, 2009: 434), memerlukan penggunaan komunikasi untuk mengacaukan dan menghapuskan ideologi dominasi. Menurut Hooks, selanjutnya menyatakan, kritik media sangat penting karena sifat penyebarannya dan kekuasaan media. Ia tidak membuat media bertanggung jawab atas ideologi penindasan; ia meyakini bahwa setiap orang berkontribusi atas kelanjutannya, bahkan mereka yang tertindas. Kritik penting karena sifat penyebaran media politik dominasi memberitahukan cara sebagian besar gambaran yang kita konsumsi dan dipasarkan. Untuk menghadapi hal ini, kritik harus menanyai, menantang, dan menghadapi Mengangkat pemikiran Habermas (Hardiman, 2009: 18 & 20) sebuah kritik mampu membawa kemajuan menuju masyarakat yang komunikatif. Masyarakat yang komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik melalui revolusi atau kekerasan, melainkan lewat argumentasi. Hal inilah yang dilakukan Koran Slank, dengan adanya rubrik Intro Indonesia dalam Koran Slank, memberi cara yang berbeda dalam menyampaikan wacana politiknya kepada publik. 2.3 Koran Slank. Koran Slank diterbitkan pertama kali pada 10 Maret Pada awalnya, Koran Slank hadir untuk menjadi jembatan informasi antara Slank dengan penggemarnya yang disebut Slankers. Namun seiring perkembangannya, Koran Slank telah berkembang menjadi media pendidikan nonformal bagi anak muda yang sensitif akan 15

7 isu-isu politik, peduli sosial, dan tanggap terhadap perkembangan budaya di lingkungan sekitarnya. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh kaum muda, Koran Slank menyajikan beritanya sesuai dengan sikap kritis, kreatif, inisiatif, dan inovasi. Sikap tersebut menjadi modal utama bagi Koran Slank dalam menyajikan pemberitaan. Keempat sikap tersebut adalah inti dari daya dan upaya mewujudkan attitude, peace, love, unity, dan respect (PLUR) di tengah-tengah masyarakat. 3 Gambar 2.1 Salah Satu Koran Slank PLUR adalah jargon dari Slank yang menjadi inti perjuangan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat melalui karya-karya mereka. Grup musik 3 Diunduh dari pada Senin 6 Februari 2012, pukul wib. 16

8 Slank memiliki daya tarik yang luar biasa dari penggemarnya yang cenderung fanatik. Bahkan, Slankers kini telah memiliki wadah bernama Slankers Fans Club (SFC) yang tersebar di segala penjuru nusantara. Karena itulah, Koran Slank telah menjadi konsumsi yang menarik dari masyarakat, minimal, bagi Slankers yang didominasi oleh generasi muda yang diharapkan mampu menjadi generasi-generasi penerus bangsa yang tanggap akan lingkungannya. Koran Slank adalah side business bagi Slank sekaligus bentuk idealisme alternatif yang dimiliki oleh grup dengan jumlah penggemar mencapai jutaan anak muda di Indonesia. Koran Slank menyajikan informasi, edukasi dan hiburan dengan cara dan gaya anak muda. Visi dari Koran Slank adalah Persoalan Bangsa juga Urusan Kaum Muda. mendorong sebagian besar anak muda mempunyai andil dalam persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Karenanya dalam misinya Koran Slank ingin menjadikan Kaum muda Indonesia harus melek politik. Motto dalam melakukan setiap pemberitaan yaitu Koran Slank polos dan apa adanya sesuai dengan gaya anak muda yaitu apa adanya tanpa ada pengaruh dari siapapun. Dengan melihat visi, misi dan motto dari Koran Slank tersebut, maka isi media ini mencerminkan gaya anak muda dalam menanggapi persoalan bangsa. Anak muda yang dianggap tidak mau tahu dengan urusan bangsa, dalam Koran Slank anak muda digiring untuk peduli dengan persoalan bangsa. Sampai saat ini, Koran Slank diterbitkan sekali setiap bulan dengan jumlah oplah eksemplar, di bawah bendera PT. Pulau Biru Indonesia. Harga jualnya 17

9 terbilang murah, hanya Rp ,- per edisi, agar terjangkau oleh dompet anak muda, yang bisa didapatkan diseluruh agen resmi media cetak di Indonesia. Dari tahun 2002 hingga 2010 Koran Slank telah menerbitkan 89 edisi koran dengan tema setiap bulan berbeda-beda dan menarik. Namun pada tahun 2011, Koran Slank harus melakukan pemberhentian penerbitan dikarenakan alasan ekonomi dan SDM sampai tahun Hal ini merupakan salah satu dari kelemahan koran komunitas yang memiliki keterbatasan terutama pada aspek pendanaan tidak seperti media-media konvensional lainnya. Dalam Koran Slank terdapat berbagai rubrik informasi dan hiburan yang menjadi pilihan menarik bagi pembacanya. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Rubrik Intro Indonesia. Rubrik ini merupakan satu-satunya rubrik yang melakukan pembahasan atas masalah-masalah yang terjadi di Indonesia dengan cara melakukan kritik sosial. Penyampaian argumentasi atau kritik tersebut dituangkan dalam bahasa yang termuat dalam artikel-artikel dalam Rubrik Intro Indonesia setiap edisinya. Argumentasi yang disampaikan tersebut merupakan isi pesan komunikasi dari Koran Slank. Dengan melakukan kritik pada Rubrik Intro Indonesia, Koran Slank berupaya ingin menyampaikan tujuan atau maksud tertentu kepada para pembacanya. 2.4 Wacana Dalam Media Massa Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut selain demokrasi, hak asasi masyarakat sipil, dan lingkungan hidup. Kata wacana juga banyak dipakai oleh kalangan dari berbagai bidang studi. Wacana (Hawthorn 1992) adalah komunikasi 18

10 kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicaraan dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya (Eriyanto, 2001: 2). Media massa dalam melakukan setiap pemberitaan mempunyai maksud dan tujuan atau wacana yang ingin disampaikan kepada khalayak. Sehingga untuk mengetahui wacana tersebut maka diperlukan satu analisis untuk membongkar maksud atau wacana dari media. Analisis wacana merupakan cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terkandung dalam sebuah pesan komunikasi. Menurut Eriyanto (2001: 5) analisis wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan itu dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. Dalam pandangan Littlejohn (Sobur, 2006:48-49), analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi. Analisis wacana berfungsi untuk melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator dalam upaya mencapai tujuan atau maksud tertentu yang disampaikan. Hal ini mencakup berbagai hal misalnya, bagaimana proses simbolik digunakan khususnya terkait dengan kekuasaan, ideologi, dan lambang-lambang bahasa serta fungsinya. Penelitian ini meneliti tentang Rubrik Koran Slank yang merupakan wacana tulis. Wacana tulis, dalam pandangan Ricoeur (1976: 28), lebih dari sekedar fiksasi yang material sifatnya. Melalui tulisan, tercipta kemungkinan penerusan tata aturan ke 19

11 ruang dan waktu yang berbeda tanpa distorsi yang berarti. Dalam penelitian ini dipilih pendekatan analisis wacana kritis (critical discourse analysis) yang secara khusus melacak bagaimana pesan-pesan komunikasi mengukuhkan penekanan, pengekangan atau opresi dalam masyarakat. (Pawito, 2007: 175). Studi analisis wacana kritis (AWK) merupakan sebuah upaya atau proses penguraian, untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan, yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan yang sedang diperjuangkan. Analisis wacana kritis merupakan teknik analisa bahasa dan sastra berkaitan dengan fenomena sosial yang terjadi dengan pendekatan kritis. Lebih lanjut, Fairclough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya masing-masing. Berikut disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis menurut mereka (Eriyanto, 2009 : 8-14); 1) Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan (actions) yaitu mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Seseorang berbicara, menulis, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Wacana dalam prinsip ini, dipandang sebagai sesuatu yang betujuan apakah untuk mendebat, mempengaruhi, membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Selain itu wacana dipahami sebagai 20

12 sesuatu yang di ekspresikan secara sadar, terkontrol bukan sesuatu di luar kendali atau diekspresikan secara sadar. 2) Konteks. Analisis wacana mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti dan dianalisis dalam konteks tertentu. Guy Cook menjelaskan bahwa analisis wacana memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; kahalayaknya, situasi apa, melalui medium apa, bagaimana, perbedaan tipe dan perkembangan komunikasi dan hubungan masing-masing pihak. Tiga hal pokoknya adalah teks (semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak dilembar kertas, tetapi semua jenis ekspresi komunikasi). Konteks (memasukan semua jenis situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, situasi dimana teks itu diproduksi serta fungsi yang dimaksudkan). Wacana dimaknai sebagai konteks dan teks secara bersama. Titik perhatiannya adalah analisis wacana menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi. 3) Historis. Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks. 4) Kekuasaan. Analisis wacana mempertimbangkan elemen kekuasaan. Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah wajar dan 21

13 netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan yang dimaksudkan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat. 5) Ideologi. Ideologi adalah salah satu konsep sentral dalam analisis wacana kritis karena setiap bentuk teks, percakapan dan sebagainya adalah praktik ideologi atau pancaran ideologi tertentu. Analisis wacana kritis itu bersifat kritis maksudnya adalah bahwa analisis ini bertujuan mengungkap peran praktik kewacanaan dalam upaya melestarikan dunia sosial termasuk hubungan-hubungan sosial yang melibatkan hubungan kekuasaan yang tak sepadan (Jorgensen & Louise, 2007:120). Pada paradigma kritis berpandangan bahwa berita bukanlah sesuatu yang netral, dan menjadi ruang publik dari berbagai pandangan yang berseberangan dalam masyarakat. Media, sebaliknya, adalah ruang di mana kelompok dominan menyebarkan pengaruhnya dengan meminggirkan kelompok yang tidak dominan. Dengan demikian dalam menganalisis wacana politik Rubrik Intro Indonesia dilakukan analisis wacana kritis dalam pemberitaan untuk menemukan dan mengkritisi bagaimana kelompok minoritas diberitakan dan dimarjinalkan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2001: 49) Model Analisis Wacana kritis Analisis wacana model Van Dijk merupakan salah satu analisis wacana kritis yang mengkolaborasikan elemen-elemen wacana sehingga bisa dimanfaatkan secara praktis dalam teks berita. Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan 22

14 menggunakan elemen tersebut sehingga dapat digunakan untuk menganalisis Rubrik Intro Indonesia. Meski terdiri dari berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Akan tetapi, memahami teks berdasarkan gagasan Van Dijk tidak lepas dari kelemahannya yaitu terjadi bias dalam beberapa hal. Pertama, memandang teks sebagai satu kesatuan yang saling mendukung, sukar menghindari kemungkinan membuang atau menghilangkan beberapa bagian atau sub yang dipandang tidak penting atau tidak relevan dari tema yang disusun oleh peneliti. Kedua, sukar dihindari kemungkinan terjadi generalisasi, di mana informasi yang dianggap sebagai tema umum akan ditafsirkan secara umum dalam tema yang mendukung. Model Van Dijk 4 ini sering disebut sebagai kognisi sosial. Menurut Van Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi. Pemahaman produksi teks pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian, disini Van Dijk juga melihat bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu. Dalam analisis wacana yang digambarkan Van Dijk ada 3 dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial dan analisis sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam satu kesatuan analisis. 4 Teun A. van Dijk Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction. Internet Course for the Oberta de Catalunya (UOC). 23

15 Gambar 2.2 Model Dari Analisis Teun A. Van Dijk ( Eriyanto, 2001: 225) Konteks Teks Kognisi Sosial A. Analisis Sosial Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu atau kelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itulah yang melahirkan teks tertentu. Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk. (Eriyanto, 2001: 225). 24

16 B. Teks Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Kemudian membaginya ke dalam tiga tingkatan yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Menurut Van Dijk, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks, tidak hanya mengerti isi teks tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana media mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu itu dan bagaimana diungkapkan lewat retorika tertentu. Tabel 2.1 Struktur Teks Menurut Teun A Van Dijk (Eriyanto, 2001: 227) Struktur makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/ tema yang diangkat oleh teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Struktur mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. 25

17 Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami Van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik komunikasi yaitu suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk mempertegas pilihan dan sikap, membentuk kesadaran politik, dan sebagainya. 26

18 Tabel 2.2 Tabel Elemen Wacana Van Dijk (Eriyanto, 2001: ) STRUKTUR WACANA Struktur Makro Superstruktur Struktur Mikro HAL YANG DIAMATI Tematik Tema/ topik yang dikedepankan dalam suatu berita Skematik Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Sintaksis Bagaimana kalimat/ bentuk/ susunan yang dipilih ELEMEN Topik Skema Latar, detil, maksud, praanggapan, nominalisasi Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti. Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita Leksikon Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan Grafis, Metafora, Ekspresi. 27

19 Berikut akan diuraikan satu persatu elemen wacana Van Dijk tersebut : A. Struktur Makro Tematik adalah menunjukkan gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Gagasan Van Dijk ini didasarkan ketika wartawan meliputi suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental atau pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam berita, tidak mengherankan jika semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung topik dalam berita. Elemen lain dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin ditekankan dalam pemberitaan. Gagasan Van Dijk semacam ini membantu peneliti untuk mengamati dan memusatkan perhatian pada bagaimana teks dibentuk oleh wartawan. (Eriyanto, 2001: ) B. Superstruktur Skematik adalah skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga terbentuk suatu kesatuan arti. seperti juga pada struktur tematik, superstruktur ini dalam pandangan Van Dijk, dilihat sebagai satu kesatuan yang koheren dan padu. Apa yang diungkapkan dalam 28

20 Superstruktur pertama akan diikuti dan didukung oleh bagian-bagian lain dalam berita. Semua bagian dan skema ini dipandang sebagai strategi bukan saja bagaimana bagian dalam teks berita itu hendak disusun tetapi juga bagaimana membentuk pengertian sebagaimana dipahami atau pemaknaan wartawan atas suatu peristiwa. Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Apapun, proses penyusunan ini bukan semata melibatkan unsur teknis jurnalistik tetapi menimbulkan efek tertentu. (Eriyanto, 2001: ). C. Struktur Mikro Untuk mengetahui makna local dari suatu teks dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks, sebagai berikut; 1) Semantik, terdiri dari: a) Latar adalah bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan, menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan. Kadang 29

21 maksud atau isi utama tidak dibeberkan dalam teks, tetapi dengan melihat latar apa yang ditampilkan dan bagaimana latar tersebut disajikan, bisa menganalisis apa maksud tersembunyi yang ingin dikemukakan oleh wartawan sesungguhnya. ini merupakan cerminan ideologis, di mana wartawan dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, tergantung pada kepentingan mereka. (Eriyanto, 2001: ) b) Detil adalah elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang untuk melakukan penonjolan dan penciptaan citra tertentu. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadang kala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media. Latar dilihat dari keseluruhan dimensi peristiwa, bagian mana yang diuraikan secara panjang lebar oleh wartawan, dan bagian mana yang diuraikan dengan detil yang sedikit. Kemudian efek dari penguaraian detil tersebut. (Eriyanto. 2001: ). c) Maksud adalah elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan 30

22 komunikator, disajikan dengan kata-kata yang tegas, dan menunjuk langsung pada fakta. (Eriyanto, 2001: 240) d) Pranggapan adalah pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. teks berita pada umumnya mengandung banyak sekali praangap. praanggap ini merupakan fakta yang belum terbukti kebenarannya, tetapi dijadikan dasar untuk mendukung gagasan tertentu dan membuat khalayak percaya. (Eriyanto, 2001: ) Menganalisis teks dengan menggunakan elemen-elemen pada bagian semantik maka akan terlihat bagian mana dan posisi siapa yang dimarjinalkan di dalam suatu teks. 2) Sintaksis, terdiri dari: a) Bentuk kalimat adalah merupakan segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, prinsip kausalitas. Tidak hanya persoalan teknis di ketatabahasaan tapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat itu. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek pernyataannya. Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks. (Eriyanto, 2001: ) b) Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata dan kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Kata hubung (konjungsi) yang dipakai (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) menyebabkan makna yang berlainan ketika hendak 31

23 menghubungkan kalimat. Koherensi merupakan elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan. (Eriyanto, 2001: ) c) Kata ganti adalah elemen ini untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam wacana. Batas antar komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk menunjukan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan. Berbagai kata ganti yang berlainan digunakan secara strategis sesuai dengan kondisi yang ada. Prinsipnya adalah merangkul dukungan dan menghilangkan oposisi yang ada. (Eriyanto, 2001: ) Menganalisis dengan menggunakan elemen-elemen pada bagian Sintaksis maka akan terlihat bagian mana dan posisi siapa yang dimarjinalkan di dalam suatu kalimat. 3) Stilistik, terdiri atas: Leksikon adalah menandakan bagaimana pemilihan kata dilakukan atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai menunjukan sikap dan ideologi tertentu. Perisitiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbedabeda. Label mana yang dipakai tergantung kepada wartawan atau komunikator yang memakai kata-kata tersebut. (Eriyanto, 2001: 255) Menganalisis dengan menggunakan elemen-elemen pada bagian Stilistik maka akan terlihat bagian mana dan posisi siapa yang dimarjinalkan di dalam suatu kata-kata. 32

24 4) Retoris, terdiri atas: a) Grafis adalah merupakan bagian untuk memeriksa bagian yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Biasanya grafis muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dubuat dengan ukuran lebih besar. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepda khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang dicetak adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, di mana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut. Elemen grafis juga muncul dalam bentuk foto, gambar atau table untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Hal ini merupakan bentuk ekspresi lain dalam wacana yang berupa pembicaraan, ekspresi ini diwujudkan dalam bentuk intonasi dari pembicaraan yang mempengarui pengertian dan mensugesti khalayak pada bagian mana yang harus diperhatikan dan bagian mana yang tidak. Elemen kognitif memberi efek kognitif dengan mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan/ ditonjolkan dengan begitu dapat memanipulasi secara tidak langsung pendapat ideologis yang muncul. (Eriyanto, 2001: ) b) Metafora adalah penyampaian pesan melalui kiasan atau ungkapan. Metafora sebagai ornamen dari suatu berita yang sapat menjadi penunjuk utama untuk mengerti makan suatu teks. Metafora digunakan juga oleh wartawan sebagai 33

25 landasan berfikir, alasan pembenaran atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik untuk memperkuat pesan utama teks. (Eriyanto, 2001: 259) Menganalisis dengan menggunakan elemen-elemen pada bagian retoris maka akan terlihat bagian mana dan posisi siapa yang dimarjinalkan di dalam suatu retorika. C. Kognisi Sosial Analisia wacana ini tidak hanya membatasi perhatiannya pada strukur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menawarkan suatu analisis yang disebut sebagai kognisi sosial karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa (Eriyanto, 2001: ). Dalam pandangan Van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Wacana berita di sini tidak hanya dipahami dalam pengertian sejumlah struktur tetapi juga bagian dari proses komunikasi yang kompleks. 34

26 Menganalisis dengan menggunakan elemen-elemen pada bagian kognisis maka akan terlihat bagian mana dan posisi siapa yang dimarjinalkan di dalam suatu teks dari cara pandang wartawan dalam melihat suatu permasalahan atau fenomena. 2.5 Ideologi Dalam Pilihan Bahasa Inti dari gagasan Critical Linguistics adalah melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Menurut Thompson (2007: 17), ideologi digunakan oleh beberapa penulis sebagai sebuah istilah yang murni deskriptif, sebagai sistem berpikir, sistem kepercayaan, praktik-praktik simbolik yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik. Dengan kata lain aspek ideologi itu diamati dari pilihan bahasa dan struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan dan struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu. Ideologi itu dalam taraf yang umum menunjukkan bagaimana satu kelompok berusaha memegang dukungan publik, dan bagaimana kelompok lain berusaha dimarjinalkan lewat pemakaian bahasa dan struktur gramatika tertentu. Bahasa adala suatu sistem kategorisasi, di mana kosakata tertentu dapat dipilih yang akan menyebakan makana tertentu (Eriyanto, 2001: 15) 35

27 2.6 Kerangka Pikir Penelitian Gambar 2.3 Kerangka Pikir JURNALISME WARGA/ KOMUNITAS KORAN SLANK RUBRIK INTRO INDONESIA PENCERMINAN IDEOLOGI WACANA PERSPEKTIF KRITIK SOSIAL ANALISIS WACANA KRITIS MODEL TEUN A. VAN DIJK Struktur Makro (Tematik), Superstruktur (Skematik), dan Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, dan Retoris) Berdasarkan proses pada gambar 2.2 yang merupakan model kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jurnalisme komunitas merupakan media dialog antar anggota komunitas tertentu untuk menumbuhkan kesadaran kritis terhadap permasalahan yang ada di sekitar. Terdapat banyak bentuk media jurnalisme warga atau komunitas yang ada di sekitar kita, salah satunya adalah Koran Slank. 36

28 2. Koran Slank adalah suatu media massa bulanan yang diprakarsai oleh grup musik Slank. Dahulu, Koran Slank hanya wadah informasi namun seiring perkembangan menjadi media pendidikan informal bagi para Slankers. Di dalam Koran Slank terdapat berbagai rubrik informasi dan hiburan. Salah satunya adalah Rubrik Intro Indonesia. 3. Rubrik Intro Indonesia adalah rubrik yang khusus sebagai rubrik yang membahas tentang isu-isu kebangsaan seperti isu politik, sosial, dan sebagainya. Dengan menggunakan media komunitas, sang wartawan berupaya menyampaikan maksud dan tujuannya kepada khalayak melalui tulisantulisannya. 4. Wacana, untuk mengetahui wacana dari Rubrik Intro Indonesia maka digunakan Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk, sehingga menghasilkan wacana berdasarkan elemen-elemen Van Dijk seperti struktur mikro, superstruktur, dan struktur mikro. 5. Pencerminan Ideologi. Pada bagian ini bahasa, baik pilihan kata maupun struktur gramatika, dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang untuk diungkapkan membawa makna ideologi tertentu. Maka, pencerminan ideologi penulis atau wartawan dalam Rubrik Intro Indonesia akan terlihat pada pilihan kata, kalimat, proposisi dan retorisnya. 6. Perspektif kritik sosial, pada bagian ini akan menghasilkan perspektif kritik sosial berdasarkan wacana sosial Rubrik Intro Indonesia yang telah dianalisis dengan Analisis Wacana Kritis 37

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hal tersebut didasari oleh penggunaan data bahasa berupa teks di media massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Bagan 3.1 Desain Penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis wacana pemberitaan Partai Demokrat dalam Media Indonesia. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkahlangkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset berasal dari Bahasa Inggris. Metode berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara. Kata penelitian merupakan terjemahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical discourse analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis, yaitu analisis sosiokognitif. Berangkat dari pendapat van Dijk yang merupakan pendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita berbahasa atau berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Kata metode memiliki arti suatu cara yang di tempuh dan digunakan secara jelas untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian merupakan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, seorang peneliti memerlukan suatu metode untuk dijadikan pijakan dalam mengerjakan penelitiannya tahap demi tahap. Dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis/ Pendekatan/ Spesifikasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Sebagaimana dikemukakan Mahsun (2007:257) penelitian kualitatif berfokus

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk. 233 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyajikan beberapa simpulan dari hasil analisis atau hasil penelitian. Selain itu, peneliti juga menyampaikan beberapa saran berkaitan dengan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya,

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya, komunikasi menjadi demikian penting bagi kehidupan masyarakat. Salah satu ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

Gambar 3.3 Desain Penelitian

Gambar 3.3 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada bab ini, peneliti menggunakan desain penelitian dalam bentuk diagram oleh Milles dan Huberman (Moleong, 2002). Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi penelitian atau metodologi riset berasal dari Bahasa Inggris. Metodologi berasal dari kata methology, yang berarti ilmu yang menerangkan metode-metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, baik dengan antar individu, maupun kelompok. Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan ini merupakan studi penelitian komunikasi, sehingga mengacu pada landasan dan teori komunikasi yang mendukung. Berikut ini, penulis akan memaparkan konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung Lautan Api untuk nama Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung Lautan Api untuk nama Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Rakyat (Kota Bandung) telah menetapkan nama Gelora Bandung Lautan Api untuk nama Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage, Bandung bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy,

BAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy, 43 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi Penelitian atau Metodologi Riset bahasa Inggrisnya adalah disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy, maknanya ilmu yang menerangkan

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), kemudian berubah nama menjadi PT Bank

BAB I PENDAHULUAN. LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), kemudian berubah nama menjadi PT Bank 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Century merupakan bank publik yang didirikan pada 6 Desember 2004. Bank ini merupakan hasil marger antara Bank CIC (Surviving Entity), Bank Danpac dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pidato sebagai Media Penyampaian Makna Komunikasi. kebersamaan atau kesamaan makna.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pidato sebagai Media Penyampaian Makna Komunikasi. kebersamaan atau kesamaan makna. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pidato sebagai Media Penyampaian Makna Komunikasi Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris communication ),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan sistematis. Metodologis berarti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: ANALISIS WACANA KRITIS Mengungkap realitas yang dibingkai media, pendekatan analisis kritis, dan model analisis kritis Fakultas 11Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif 32 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Sebagaimana dikemukakan Mahsun (2007:257) penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian akan menggunakan metode penelitian kualitatif non kancah. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungannya hanya memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu kajian dalam mempelajari peraturanperaturan yang terdapatdalam penelitian (Usman&Akbar,2008:41). Metode dalam penelitian juga diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu kebenaran yang sesuai dengan target dan tujuan. Seorang peneliti perlu

BAB III METODE PENELITIAN. suatu kebenaran yang sesuai dengan target dan tujuan. Seorang peneliti perlu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematik yang dimaksudkan untuk menambahkan pengetahuan baru atas pengetahuan yang sudah ada untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta pikiran. Bahasa memiliki fungsi sebagai identitas nasional, karena di Indonesia terdapat beribu-ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat 36 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu ntuk diolah, diamati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

A. Pendekatan dan Jenis penelitian

A. Pendekatan dan Jenis penelitian 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian Untuk Mengungkap sebuah realita sosial yang ada dalam usaha untuk memaknai sebuah pesan dakwah yang disampaikan oleh KH. Aad Ainurussalam

Lebih terperinci

WACANA PENCITRAAN KINERJA ANGGOTA DPR PADA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT (Analisis Wacana Kritis)

WACANA PENCITRAAN KINERJA ANGGOTA DPR PADA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT (Analisis Wacana Kritis) WACANA PENCITRAAN KINERJA ANGGOTA DPR PADA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT (Analisis Wacana Kritis) Apriyanti Rahayu Fauziah Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI apriyanti.260491@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah teks berita pelecehan seksual yang dimuat di tabloidnova.com yang tayang dari bulan Januari hingga September

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai tujuannya, manusia berupaya membentuk citra yang memperoleh penilaian baik dari masyarakat atau public image. Keinginan itu juga berlaku untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seringkali kita jumpai dalam ajang peragaan busana banyak memamerkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seringkali kita jumpai dalam ajang peragaan busana banyak memamerkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Seringkali kita jumpai dalam ajang peragaan busana banyak memamerkan item terbaru rancangan dari desainer kawakan di seluruh belahan dunia. Baik dari pakaian serta

Lebih terperinci