Dwi Agus Santoso, Nur Husodo Jurusan D3 Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
|
|
- Susanti Siska Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA PENGARUH TEKANAN TEMPA TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 (Diameter 14 mm dan Pelat Baja 50 mm ) DENGAN METODE DIRECT-DRIVE FRICTION WELDING SEBAGAI ALTERNATIF PEMBUATAN FRONT SPRING PIN T-120 Dwi Agus Santoso, Nur Husodo Jurusan D3 Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya Abstrak Produksi yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan, seperti produk spring pin adalah sebuah komponen pada mobil yang berfungsi pengikat antara pegas daun dengan rangka agar pegas daun dapat bergerak fleksibel dalam melakukan suspensi. Bahannya dari baja karbon bentuk silinder dan plat. Dalam pembuatannya dilakukan dengan proses piercing disambung dengan las (SMAW), sungguh membutuhkan waktu yang lama dalam proses produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tekanan tempa terhadap struktur mikro dan sifat mekanik dengan mesin friction welding. Pengelasan pada poros ST 41 & Pelat Baja, pada kecepatan putar 4125 rpm, variasi tekanan tempa 829, 892,3, 956,63 dan 1020,4 kgf/cm², tekanan gesek 127,55 kgf/cm 2 dengan waktu gesekan sebesar 35 detik. kemudian dianalisa. Hasilnya, diperoleh tekanan tempa 829, 892,3, 956,63 and 1020,4 kgf/cm² dengan waktu 35 detik nilai kekuatan puntirnya 16 kgf.m, sedangkan produk spring pin di industri kecil nilainya lebih dari 20 kgf.m. Kata kunci : frction welding, spring pin, baja karbon, piercing Abstract The quality of production is very influential on the survival of an enterprise, such as spring pin products is a component on the car that serves a binder between the leaf springswith leaf springs order to able to move fexibly in do the suspension. The material from carbon steel late an cylindrical. In the manufacturing is done by piercing process connected with SMAW welding, it takes a long time in the production process. The study aims to analyze the influence of forging pressure on the mocrostructure and mechanical properties of the friction welding. In steel ST 41 joining with sheet steel. Used rotary speed 4125 rpm, the forging variation of pressure 829, 892,3, 956,63 and 1020,4 kgf/cm², the frictional pressure 127,55 kgf/cm2 with friction time of 35 second. Then analyzed through distibusi violence connection, tensile test and the test puntir. Further results from trial as compared to local products. The results obtained by forging pressure 829, 892,3, 956,63, 1020,4 kgf/cm², friction time of 35 second have fatigue strength value is 16 kgf.m, while the spring pin in the industrial products of little value over 20 kgf.m. Key words: low carbon steel, forging pressure, friction time, Direct friction welding, piercing 1. Pendahuluan Produk yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup suatu perusahaan, salah satu contoh adalah produksi komponen yang berupa spring pin adalah sebuah komponen mobil dalam sistem suspensi. Produk ini digunakan untuk menghubungkan pegas daun dengan kerangka kendaraan sehingga pegas daun dapat bergerak fleksibel. Di industri kecil, 1
2 proses penyambungan produk ini masih menggunakan pengelasan SMAW. Hal ini memerlukan filler metal, dan juga harus melakukan proses piersing guna menyambung dua buah material, menuntut waktu yang lama. Salah satu alternative untuk mengatasi proses penyambungan produk ini yaitu dengan metode friction welding. Dengan metode ini waktu proses produksi cepat, tanpa filler metal, dan juga tanpa harus melakukan pelubangan pada pelat baja. Friction Welding, sebuah metode pengelasan yang simpel dan efisien yang sekarang ini mulai banyak dipakai didalam proses-proses produksi pada perusahaanperusahaan di dunia industri. Metode pengelasan ini sangat sederhana, dimana dua buah permukaan logam digesekkan sehingga menimbulkan panas, kemudian diberikan tekanan agar dapat menyatu [Serope & Steven R. Oswald, Kalpakjian, 2001]. Gesekan yang terjadi pada proses pengelasan maksutnya yaitu proses penggabungan dua benda dengan solid state yang produk lasan dibawah kontak gaya tekan dimana pada bagian salah satu benda atau poros berputar dan satu benda kerja stasioner. Panas yang dihasilkan di las antarmuka karena menggosok terus-menerus permukaan kontak, yang, pada gilirannya, menyebabkan kenaikan suhu dan pelunakan pada sifat material,terjadinya deformasi plastis dan fabrikasi yang lain lalu dilakukan penempaan dan membentuk pemendekan pada proses penyambungan. Parameter penting dari proses gesekan pengelasan (FRW) adalah gesekan tekanan dan waktu, penempaan tekanan dan waktu, dan kecepatan putar. Gesekan waktu, tekanan gesekan, waktu penempaan, waktu marah, penempaantekanan dan kecepatan rotasi operasional yang paling penting parameter dalam proses pengelasan gesek. Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan teknologi pengelasan gesek (friction welding) diantaranya adalah Wahyu Nugroho (2010) yang menyimpulkan bahwa pengaruh dari parameter tekanan gesek, tekanan tempa dan durasi gesekan dapat diketahui pada sifat mekanik dan struktur mikro, Alfian Mahdi Firdaus (2010) yang menyimpulkan bahwa efek tekanan tempa pada pengelasan menghasilkan dimensi upset yang bervariasi. Kemudian Donny Audinandra, Haris Kusnaini, Eko Nurcahyo dan Dimas Angga (2011) menyimpulkan bahwa efek waktu gesekan pada pengelasan menghasilkan distribusi kekerasan dan kekuatan tarik yang bervariasi. Lalu diteruskan oleh Rendra Pramana (2011) menyimpulkan Rancang bangun sirkuit hidrolik bekerja dengan baik dan mampu bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan, Pemilihan komponen-komponen hidrolik sesuai dengan parameter yang telah ditentukan sehingga dapat menghasilkan hasil lasan yang baik, Tekanan yang diberikan oleh silinder hidrolik memadai untuk memenuhi parameter las gesek Dan juga Anggi Aditya dan Maulana Fajeri (2011) yaitu menyimpulkan bahwa Sambungan produk as sepeda motor menggunakan mesin friction welding lebih kuat dari pada produk industri kecil yang menggunakan tempa manual. Pada penelitian selanjutnya ini akan dibahas Analisa Pengaruh Tekanan Tempa Pada Struktur mikro dan Sifat mekanik Pada Baja ST 41 (Diameter 14 mm dan pelat baja 50 mm) Metode Direct Drive Friction Welding sebagai alternative pembuatan produk front spring pin T-120. Kemudian akan dilakukan suatu perbandingan hasil produk spring pin T 120 antara proses penyambungan dengan pengelasan SMAW dengan hasil percobaan friction welding. Agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka batasan masalah yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Material yang digunakan untuk penelitian ini adalah baja ST 41 yang diasumsikan dengan komposisi kimia yang homogen. 2. Material yang kedua menggunakan Pelat baja SPHC yang juga diasumsikan dengan komposisi kimia yang homogen, tanpa proses deep drawing. 3. Kedua permukan material diasumsikan rata pada saat proses pengelasan. 4. Proses pengelasan gesek langsung dilakukan pada temperatur kamar (30º c). 5. Kontak kedua benda kerja pada saat gesekan dan penempaan dianggap simetri. 6. Seluruh pengukuran variable pengelasan dianggap tepat seperti pada alat pengukuran. 2
3 7. Kecepatan putaran chuck dianggap konstan pada saat fase gesekan. 8. Tekanan hidraulik ditentukan pada presuare gauge. 9. Sifat mekanik hasil las ditentukan dengan distribusi kekerasan, kekuatan tarik dan kekuatan puntir. 10. Kondisi peralatan yang digunakan saat pengambilan data diasumsikan terkalibrasi. B Proses Pengelasan Tekanan gesek : 127,55 kgf/cm 2 Waktu gesek : 35 detik Tekanan tempa : 829 ; 892,3 ; 956,63; 1020,4 kgf/cm 2 No = error A Siap Uji? Yes Completed Maksud dan tujuan penelitian dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kekuatan material dengan pengaruh variasi tekanan tempa pada saat pengelasan Direct Friction Welding terhadap kekuatan tarik dan kekuatan puntir pada material baja ST 41 dan juga guna mengetahui distribusi kekerasan terhadap hasil pengelasan pada daerah weld nugget, HAZ dan Base metal, dan juga struktur mikro akhir yang terbentuk dari material baja ST 41 terhadap pengelasan direct drive friction welding. 2. Untuk mewujudkan suatu alternatif pengganti pada proses penyambungan dua buah material dalam pembuatan front spring pin T-120 dengan metode Direct Friction Welding. 2. Metodologi Penelitian Diagram alir adalah urutan langkahlangkah percobaan dari awal sampai akhir. Dalam melaksanakan penelitian ini membutuhkan waktu selama empat bulan untuk proses pengambilan data dan analisa data. Prosedur pelaksanaan percobaan dapat dilihat pada gambar 2.1. berikut : Mulai Uji Tarik Uji Kekerasan dan pengamatan struktur mikro Analisis Data dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Uji Puntir Gambar 3.1 Diagram alir percobaan 3. Baja ST 41 Pada pengujian tugas akhir ini menggunakan baja ST 41 adalah baja struktur standardisasi jerman (DIN=Deutch Industrie Normae) mampu menahan kekuatan taarik sebesar 41 kgf/mm². Sifat sifat yang dimiliki oleh baja ST 41 adalah sebagai berikut: - Mempunyai kekuatan yang cukup tinggi - Mempunyai nilai kekerasan yang cukup - Stabilitas dimensi yang baik Karena memiliki sifat-sifat seperti yang disebutkan diatas, maka baja ST 41 banyak dipakai pada : poros, batang penekanan (plunger) pin, camshaft, spring pin dan lain-lain. Baja ST 41 pada penelitian ini termasuk dalam kategori baja karbon rendah dengan kadar karbon 0,08 %. Dapat dilihat pada sertifikat bahan yang digunakan. B Studi Lapangan Persiapan mesin las gesek langsung Pembuatan spesimen untuk simulasi pada setiap pengujian A Studi Literatur Persiapan material baja ST 41 berbentuk poros (panjang 113 mm dan diameter 14 mm) dan pelat baja (diameter 50 mm dan panjang 0,5 mm) 4. Spring Pin Spring pin merupakan salah satu dari komponen mobil yang fungsinya sebagai pengikat antara pegas daun dengan rangka (chasis) sehingga pegas daun dapat bergerak fleksibel dalam melakukan suspensi. Dari fungsi tersebut spring pin disyaratkan mempunyai kekuatan yang tinggi. Tanpa spring pin pegas daun tidak akan mampu bergerak dan ban akan tertarik di permukaan jalan ketika hambatan ditemui seperti medan jalan bergelombang. 3
4 Spring pin terpasang di bagian depan dan belakang pada pegas daun melewati mounting bracket. Salah satu ujung pegas dipasang erat pada chassis kendaraan dan tidak bisa bergerak, ujung pegas dikunci dengan pin yang dipasang antara mount chassis. Spring pin ini memudahkan untuk pergerakan suspensi dengan menarik atau mendorong suspensi dalam perjalanan menanjak dan turun. Gambar 4.1 Posisi spring pin tampak dari samping kanan mobil Gambar 4.2 Posisi spring pin tampak dari samping kiri mobil 5. Friction Welding Adalah sebuah proses pengelasan solidstate di mana panas untuk pengelasan dihasilkan oleh gerak relative dari dua permukaan yang akan disambung. Metode ini bergantung pada perubahan energi dari energi mekanik ke energi termal untuk membentuk lasan, tanpa mendapat panas dari sumber yang lain. Dimana penyambungan terjadi oleh panas gesek akibat perputaran logam satu terhadap lainnya di bawah pengaruh tekanan aksial. Kedua permukaan yang bersinggungan menjadi panas mendekati titik cair dan permukaan pada benda kerja yang berdekatan akan terjadi perpindahan panas dan deformasi plastis. Metode ini bergantung pada perubahan langsung dari energi mekanik ke energi termal untuk membentuk lasan, tanpa aplikasi panas dari sumber yang lain. Dibawah Kondisi normal tidak terjadi pencairan pada kedua permukaan karena temperatur untuk mencapai logam yang cair sangat rendah sehingga tidak dikatan mencair namun hanya melumer pada kedua permukaan benda kerja tersebut. Gambar 2.4 menunjukkan tipikal dari las gesekan, di mana dua buah benda kerja yang yang diasumsikan sama dimensi permukaannya dan sebelah kiri menunjukkan benda kerja terjadi perputaran secara terus menerus dan mendapat kontak dengan benda kerja yang stasioner tidak melakukan perputaran melainkan hanya melakukan tekanan aksial saja lalu pada saat diberi tekanan aksial tersebut terjadi panas dan terlihat menyambung dan semakin membentuk cincin di tengah sambungan yang dinamakan flash, dan semakin membesar setelah dilakukan tekanan tempa, setelah itu didapatkan hasil dari proses penyambungan. Dalam proses pengelasan gesek ini kecepatan putaran, tekanan aksial, dan durasi pengelasan merupakan variabel utama yang diperlukan untuk mengendalikan adanya kombinasi dari panas, terjadi deformasi plastis dan perubahan struktur mikro pada logam kemudian dimampatkan tekanan akhir untuk membentuk lasan. Parameter tersebut disesuaikan sehingga interface dipanaskan mencapai kisaran temperatur plastis di mana pengelasan dapat berlangsung dan antara benda satu dengan yang lain harus sesumbu, agar memperoleh hasil yang baik dan simetri dari penyambungan benda kerja yang berputar satu dengan benda kerja yang melakukan tekanan aksial. Dalam gambar 5.1 juga ditunjukkan cara pengelasan dua poros, tahapan prosesnya adalah sebagai berikut : A. Salah satu poros diputar tanpa bersentuhan (Rotating chuck dan poros yang lain dalam keadaan stasioner atau tak bergerak (Unrotating chuck). B. Kemudian kedua poros pun bersentuhan dan diberi tekanan gesek sehingga timbul panas akibat gesekan (fase gesekan). C. Setelah terjadi panas dan poros melumer, lalu Putaran dihentikan menggunakan rem, poros (Unrotating chuck) melakukan gaya tekan 4
5 aksial (fase tempa),dan terjadi perubahan panjang pada benda kerja (Upsetting). D. Sambungan las terbentuk. Pengelasan gesekan diakibatkan oleh panas yang dihasilkan melalui gesekan abrasi, pembuangan panas, deformasi plastik, dan interdifusi kimia. Keterkaitan hubungan antara faktor-faktor ini selama proses friction welding dicoba untuk dikembangkan dengan memprediksi model proses pengelasan gesekan. Namun, dari sudut pandang kualitatif proses dipahami dengan baik melalui studi empiris friction welding yang telah dilakukan pada berbagai bahan. Lima faktor Kualitatif yang mempengaruhi mutu pengelasan gesekan adalah : Kecepatan putaran Tekanan aksial (tekanan gesekan dan tekanan tempa) Durasi pengelasan Propertis material Kondisi Permukaan Benda kerja ( Profil ) setelah gesekan adalah parameter penting untuk memastikan hasil yang baik pada pengelasan dan tergantung pada kondisi proses pengelasan dan bahan-bahan yang akan disambung. Untuk dapat menyambung baja karbon dengan komposisi kimia 0.08 % maka dibutuhkan temperatur tempa sekitar 600 o C sampai 800 o C. Meskipun temperatur permukaan tidak diukur atau dikendalikan langsung tapi dampak dari temperatur yang tidak cukup atau suhu yang berlebihan pada umumnya dapat diamati jelas melalui pemeriksaan visual selesai dilas. Sebagian besar sifat-sifat material dan kondisi kedua permukaan yang disambung mempengaruhi gaya gesek dan karakteristik penempaan dari bahan yang disambung. Faktorfaktor ini akan dibahas untuk pengelasan gesekan dari kedua bahan yang sama. 7. Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengujian Tarik Dalam sebuah penelitian diperoleh data dibawah ini dari hasil Proses direct drive friction welding: Rotating Part Unrotating Part Gambar 7.1 gambar hasil proses penyambungan untuk material pengujian tarik Gambar 5.1 Prinsip proses pengelasan friction welding ( D. E. SPINDLER,Welding Journal, 1994) Tiga faktor pertama berkaitan dengan proses pengelasan gesek, sedangkan dua yang terakhir terkait dengan properti dari bahanbahan yang akan disambung. Selama pengelasan gesek, kecepatan putaran, tekanan (gesek, tempa) yang diberikan, dan durasi dari pengelasan adalah tiga variabel yang dikendalikan. Efek dari variabel-variabel ini pada kualitas las akan dibahas pada dasar proses pengelasan gesekan yaitu pengelasan directdrive friction welding. Temperatur permukaan Pada Gambar diatas diperlihatkan hasil sambungan lasan yang diperoleh melalui proses friction welding dan didapatkan upset karena terjadi pemendekan panjang serta HAZ dari proses perlakuan panas sehingga timbul flash yang berbentuk seperti cincin ditengah benda kerja. Pada warna yang berkilau kehitaman tersebut terlihat adanya panas yang timbul karena gesekan dan mengalir ke arah samping kanan dan samping kiri. Tabel 7.1 Hasil proses penyambungan untuk material uji tarik Pada tabel diatas diperoleh data hasil penyambungan lasan menggunakan friction welding untuk pengujian tarik dari hasil percobaan yang dilakukan menghasilkan upset dan HAZ, yang sedikit 5
6 nampak jelas lebarnya, dan bagian yang berputar (rotating part) HAZ lebih sedikit dibandingkan bagian yang diam/stasioner (unrotating part), disebabkan karena pada bagian yang berputar terdapat distribusi udara yang terjadi lebih cepat sehingga perpindahan panasnya cukup baik. Berbeda dengan bagian yang diam/stasioner, dimana panas yang mengalir tidak berpindah dengan cepat karena hanya diam sehingga mendapatkan perlakuan panas yang berlebih dari gesekan yang terjadi. Sehingga pada saat temperatur gesekan yang semakin tinggi maka HAZ pun akan semakin tinggi pula terlihat pada tabel 7.1 diatas. Tabel 7.2 Hasil Pengujian Tarik hingga terjadi welding) tidak akan maksimal. Pada spesimen dengan variabel tekanan tempa yang semakin tinggi maka difusi integrannular akan menjadi maksimal hal itu menyebabkan kekuatan pada sambungan menjadi bertambah kuat dan patahan terjadi pada daerah HAZ. Pada tekanan tempa yang tinggi menyebabkan pengukuran upset yang dihasilkan semakin besar pula dan waktu untuk gesek tidak terlalu lama yaitu 35 detik saat mecapai temperatur yang ideal sehingga porositas pada benda kerja turun, adanya homogenitas butiran dan homogenitas komposisi pada benda kerja sehingga dapat diartikan bahwa kekuatan sambungan pada logam lasan lebih tinggi dibandingkan daerah HAZ. Spesimen 1 Nilai UTS pada grafik yang ditampilkan dibawah ini merupakan nilai dari variable tekanan tempa. Gambar 7.2 gambar spesimen pada tekanan tempa 829 kgf/cm 2 dan waktu gesekan 35 detik, dengan harga UTS sebesar (patahan terjadi pada logam las) Spesimen 2 2 Gambar 7.2 Grafik tekanan tempa terhadap kekuatan tarik Diperlihatkan data pada Tabel 7.2 dan Gambar 7.2 diatas menggambarkan pengaruh tekanan tempa terhadap kekuatan sambungan pada lasan terlihat bahwa semakin besarnya tekanan tempa maka akan diperoleh tingkat kekuatan sambungan lasan. Dapat diperhatikan naiknya grafik pada tekanan tempa 829 kgf/cm 2 didapatkan harga UTS , lalu pada tekanan tempa kgf/cm 2 didapatkan harga UTS , dan tekanan tempa kgf/cm 2 didapatkan harga UTS , kemudian pada tekanan tempa yang tertinggi kgf/cm 2 didapatkan harga UTS Hasil tersebut berdasarkan tekanan gesek dan waktu yang sama yaitu tekanan gesek kgf/cm 2 dengan waktu gesek 35 detik. Ketika benda terkena tekanan tempa yang rendah maka difusi integranular (perpindahan antara atom satu ke atom lainnya Gambar 7.3 gambar spesimen pada tekanan tempa kgf/cm 2 dan waktu gesekan 35 detik,dengan harga UTS sebesar (patahan terjadi pada logam las) Spesimen 3 Gambar 7.4 gambar spesimen pada tekanan tempa kgf/cm 2 dan waktu gesekan 35 detik,dengan harga UTS sebesar patah terjadi pada logam las) 6
7 Spesimen 4 pemendekan, karena pada saat gesekan logam sisa atau flash yang nampak hanya pada benda kerja poros saja Dibawah ini adalah gambar hasil penyambungan dari percobaan : Gambar 7.5 gambar spesimen pada tekanan tempa kgf/cm 2 dan waktu gesekan 35 detik,dengan harga UTS sebesar ( patahan terjadi pada HAZ) Dapat dijelaskan pada gambar 7.5 terjadi adanya kemuluran saat diuji tarik, dan patahannya pada HAZ, sedangkan patahan yang terjadi pada logam lasan tidak nampak suatu kemuluran yang diperlihatkan pada gambar 7.2, gambar 7.3 dan gambar 7.4. Ini menunjukkan bahwa pada proses penyambungan tersebut sedikit memperoleh tekanan tempa dan juga dimungkinkan tidak pada tempertur tempa yang pas. Hasil Pengujian Puntir Pada Gambar 7.6 diatas diperlihatkan hasil penyambungan lasan yang melalui proses penyambungan friction welding dan juga didapatkan upset beserta HAZ, yang kemudian akan dilakukan uji puntir. Dapat diperhatikan nilai upset dan HAZ dari data pada tabel 7.3 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan tabel 7.1. Hal ini dikarenakan proses penyambungannya dengan dimensi yang berbeda, yang nantinya akan dilakukan perbandingan antara hasil percobaan dengan produk asli yang dihasilkan industri kecil. Dalam penyambungan lasan dengan perbedaan dimensi tersebut terdapat pada titik weld dari setiap benda kerja. Pada saat fase gesekan terjadi perbedaan titik weld dimana satu benda kerja telah mencapai titik weld dan siap untuk disambung tetapi benda kerja yang lainnya belum mencapai titik weld, sehingga membuat benda kerja yang telah mencapai titik weld menyesuaikan benda kerja yang satunya untuk mencapai titik weld juga. Hal ini akan membuat hasil penyambungan lasan yang kurang baik ketika benda kerja sudah mulai terbentuk dan tergabung menjadi satu. Benda kerja yang melumer terlebih dahulu, mempunyai HAZ yang lebih besar dibandingkan dengan benda kerja yang melumer terakhir. Dan terjadi pemendekan hanya pada benda kerja poros saja, sedangkan pada pelat baja tidak terjadi Gambar 7.6 Gambar hasil penyambungan dengan dimensi yang berbeda Tabel 7.2 Hasil Pengujian Puntir Gambar 7.7 gambar grafik tekanan tempa terhadap kekuatan puntir dengan torsi yang diperoleh dari tekanan gesek kgf/cm 2 dan waktu gesek 35 detik Harga Torsi pada grafik yang ditampilkan diatas merupakan nilai rata-rata dari masing- masing variable tekanan tempa dengan tekanan gesek dan waktu gesekan konstan. Pada Gambar 7.7 dan Tabel 7.2 diperoleh hasil uji puntir dari data diatas bahwa semakin tinggi tekanan tempa maka akan menunjukkan nilai torsi yang semakin tinggi pula. Hal ini dapat terjadi karena jika tekanan tempa semakin tinggi maka difusi integrannular menjadi maksimal sehingga diperoleh kekuatan pada sambungan lasan menjadi bertambah kuat. Dan juga karena adanya perbedaan dimensi pada material yang disambung antara poros dan pelat baja dengan dimensi yang lebih lebar diameternya dibandingkan poros. Dari data hasil diatas kekuatan torsi paling rendah adalah 14 kgf.m yang terjadi pada tekanan tempa 829 kgf/cm 2, sedangkan kekuatan torsi tertinggi adalah 16 kgf.m yang terjadi pada tiga 7
8 spesimen yang lain, dengan tekanan tempa yang semakin tinggi, sedangkan tekanan gesek dan waktu gesek konstan. Hasil Pengujian Puntir Data ini didapatkan dari hasil proses pengujian kekerasan menggunakan metode Rockwell skala A. Tabel 7.3 Hasil pengujian kekerasan Gambar 7.9 grafik hasil uji kekerasan dengan variasi tekanan tempa 829 kgf/cm 2, kgf/cm 2, kgf/cm 2, kgf/cm 2 Dari tabel hasil pengujian kekerasan dilakukan pada daerah logam induk, HAZ, dan logam lasan. Dapat ditunjukkan bahwa tekanan tempa sangat berpengaruh dengan nilai kekerasan. Hasil dari data tabel 4.5 dperoleh Titik identasi tertinggi tetap pada logam induk dengan harga 48 skala HRA, saat tekanan tempa rendah harga kekerasan HAZ lebih tinggi dari harga kekerasan pada logam las yaitu dengan tekanan tempa 829 kgf/cm 2 harga kekerasannya 40.5 skala HRA dan kgf/cm 2 harga kekerasannya 41skala HRA sedangkan harga kekerasan pada logam las 40 skala HRA. Kemudian pada tekanan tempa kgf/cm 2 dan kgf/cm 2 diperoleh harga kekerasan pada logam las lebih tinggi dibanding harga kekerasan pada HAZ yaitu dengan hasil 41.5 skala HRA dan 42 skala HRA pada logam las, sedangkan pada HAZ dengan harga yang lebih rendah yaitu 41 skala HRA dan 41.5 skala HRA. Hal ini menunjukkan bahwa, ketika tekanan tempa semakin tinggi, maka kekerasan pada logam las akan naik. Dengan tekanan gesek dan waktu gesek konstan yaitu kgf/cm 2 untuk tekanan gesek dan waktu gesek 35 detik. Untuk penjelasan yang lebih detil dapat dilihat melalui grafik distribusi kekerasan dan analisa mikro struktur hasil penyambungan lasan friction welding. Dibawah ini ditunjukkan gambar hasil titik identasi : Gambar 7.8 Gambar titik identasi Logam Induk, HAZ, dan logam las (Titik weld) Dari hasil grafik uji kekerasan diatas dapat dilihat bahwa besarnya tekanan tempa akan mempengaruhi kekuatan sambungan lasan, hal ini dapat dilihat pada tabel uji kekerasan bahwa harga uji kekerasan pada logam las akan cenderung lebih besar dari pada harga uji kekerasan pada HAZ. Jika tempa semakin tinggi maka difusi integrannular menjadi maksimal hal itu menyebabakan tingkat porositas pada benda kerja akan turun, lalu akan terjadi homogenitas butiran dan homogenitas komposisi pada benda kerja harga kekerasan pada sambungan las akan lebih tinggi dibandingkan daerah HAZ, untuk penjelasan lebih mendatail akan dilakukan analisa pada struktur mikro. Hasil Pengamatan Struktur Mikro Pada Hasil pengujian metalografi didapatkan pengamatan yang terlihat diatas nampak perubahan struktur mikro yang terjadi antara logam induk, HAZ dan daerah las. Pada daerah lasan struktur mikronya sangat rapat, kandungan perlitenya sangat sedikitnya perlite yang terlihat menandakan bahwa kekerasan material tersebut rendah, namun keuletannya tinggi. Perlu diketahui bahwa ketiga daerah tersebut tidak didapatkan martensit, karena temperatur yang diberikan tidak sampai mencapai temperatur pada martensit. Pada perubahan dalam sifat mekanik sangat berpengaruh terhadap struktur mikro, dan juga sebaliknya. Didalam perubahan sifat mekanik akan dipengaruhi oleh perubahan komposisi bahan, perlakuan panas yang terjadi, lalu bermacam proses fabrikasi yang terjadi pada material tersebut. Pada material ST 41 terjadi perubahan struktur mikro dan distribusi kekerasan karena saat proses penyambungan menggunakan friction welding mengalami perlakuan panas akibat gesekan kemudian adanya pemberian tekanan tempa. Didalam hasil percobaan eksperimen, peluang terjadinya perubahan struktur mikro dikarenakan 8
9 oleh perlakuan panas yang terjadi pada benda kerja saat permukaan benda kerja bergesekan dan proses fabrikasi yang terjadi, dalam hal ini pemberian tekanan tempa. Untuk faktor perubahan komposisi bahan, dirasa tidak terjadi disini karena jangka waktu terjadinya perlakuan panas pada benda kerja tidak terlalu lama. 9. Pembahasan Spesimen Hasil Percobaan Pada bagian ini akan dibahas mengenai semua hasil percobaan dengan mengacu pada berbagai data yang sudah didapat selama percobaan ini. Spesimen dengan tekanan tempa 829 kgf/cm² Didapatkan hasil uji tarik dengan nilai UTS paling rendah dari spesimen dengan tekanan tempa lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tekanan tempa yang diberikan pada spesimen kurang besar sehingga struktur mikro yang awalnya sudah mengembang pada waktu tekanan gesek, karena tekanan tempanya kurang, maka terjadi difusi integranular yang tidak akan maksimal dan menyebabkan patah pada sambungan dan bentuknya tidak rata. Semua ini juga berdampak pada nilai kekerasan yang dihasilkan. Spesimen dengan tekanan tempa kgf/cm² Dari hasil uji tarik dengan nilai UTS paling tinggi dari spesimen dengan tekanan tempa lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tekanan tempa yang diberikan pada spesimen sudah ideal sehingga struktur mikro yang terbentuk pada sambugan las strukturnya akan rapat sehingga kekuatan tariknya akan tinggi dan nilai kekerasannya juga tinggi. Dan pada waktu diuji tarik dari semua spesimen hanya spesimen ini yang patah pada HAZ dan terjadi kemuluran, Hal ini dimungkinkan karena perlit yang terbentuk lebih sedikit pada sambungan ini bersifat keras dan getas Semua itu juga harus diiringi denga waktu gesekan yang ideal yaitu dimana pada waktu gesekan tersebut mencapai temperature menurun. Perubahan variabel apapun dalam metode pengelasan gesek ini sangat mempengaruhi satu sama lain, contohnya tekanan tempa berubah seiring waktu gesekan. Dengan tekanan gesek yang sama, sudah bisa didapatkan hasil produk pengelasan gesek yang berbeda. Upset yang dihasilkan berbeda, begitu juga dengan kekuatan sambungannya setelah diuji tarik juga menunjukkan hasil yang berbeda. Ini dikaitkan juga dengan berbagai variasi waktu yang digunakan, maka pada spesimen temperaturnya cenderung berubah-ubah naik dan turun. Sedangkan dari hasil pengujian distribusi kekerasan dapat dijelaskan bahwa spesimen yang paling ideal dan mempunyai kekerasan paling tinggi adalah spesimen dengan waktu gesek 35 detik dan tekanan tempa kgf/cm 2 yang mempunyai nilai kekerasan 42 skala HRA pada daerah las. Hal ini didapat karena waktu yang sudah cukup ideal untuk baja karbon rendah dengan tekanan tempa yang tinggi. Perbandingan produk antara produk industri kecil dengan spesimen hasil las friction welding. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh untuk uji puntir didapatkan hasil pada torsi meter nilai sebesar 16 kgf.m. Untuk kekuatan puntir pada produk lokal didapat lebih dari 20 kgf.m. meskipun dari perbandingan dilihat dari uji puntir produk friction welding masih kalah dibanding produk lokal. Tapi di dalam proses untuk pembuatan produk front spring pin T- 120 lebih efisien, efektif, cepat dan sederhana. Dikarenakan produk spring pin yang semula dibuat dengan cara membuat piercing pada pelat baja yang kemudian disambungkan dengan poros, dilanjutkan dengan mengelas dengan SMAW pada permukaan atas pelat baja. Pada pembuatan produk spring pin dengan friction welding dilakukan penyetingan pada mesin friction welding untuk dapat menentukan parameter yang digunakan dan diteruskan dengan finishing pada mesin bubut untuk menghilangkan flash yang ditimbulkan. Dari keuntungan waktu pembuatan produk spring pin dengan friction welding memang lebih efisien dilihat dari prosesnya. Hal ini sangat tepat apabila digunakan untuk memperoleh produk secara masal di industri kecil. Untuk hasil kekuatan memang produk lokal masih unggul, karena dimungkinkan pada pembuatan produk front spring pin T -120 (Pelat Baja) dengan friction welding terjadi perbedaan dimensi antara penyambungan poros dengan pelat baja cukup banyak. Dilihat dari perbedaan temperatur yang jauh. Dimana pada poros yang terletak pada bagian rotating mengalami titik weld terlebih dahulu sedangkan untuk kepala pelat baja pada bagian unrotating belum mencapai titik weld atau lama untuk mencapai titik weld karena penampang yang melebar dan diam sehingga panas akan 9
10 menyerap pada penampang yang dimensinya lebih besar. Pada saat terjadi proses tekanan tempa yang rendah hasil logam lasan yang nanti terbentuk upset tidak akan menyatu karena perbedaan temperatur. Sedangkan untuk pemberian tekanan tempa yang lebih tinggi dari kgf/cm 2 juga akan bisa merusak pelat baja yang akan disambung, karena dikhawatirkan terjadi adanya deformasi plastis yang berlebih menyebabkan pelat baja akan rusak. Untuk HAZ yang dihasilkan pada poros jelas lebih lebar, sedangkan pada pelat baja cenderung tak nampak secara kasat mata. Dari pengujian sebanyak satu kali pada front spring pin T.120 produk lokal, rata rata harga torsi pada uji puntirnya diatas 20 Kg.m 8. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil data penelitian dan hasil analisa pada pengelasan baja karbon rendah ST 41 dengan diameter 14 mm dan Pelat Baja 50 mm dengan menggunakan Direct-Drive Friction Welding, serta pembahasan yang didapat maka diperoleh kesimpulan : 1. Berdasarkan data dan grafik dari hasil pengujian yang diperoleh yaitu semakin besar tekanan tempa maka semakin tinggi kekuatan sambungan lasan. 2. Pada pengujian tarik dengan tekanan gesek 127,55 kgf/cm 2, waktu gesekan 35 detik dan dengan tekanan tempa tertinggi kgf/cm 2 diperoleh harga pada UTS Pada pengujian kekerasan diperoleh dengan Harga tertinggi di logam lasan dengan nilai HRA 4. Pada pengujian puntir dimana parameter tekanan tempa 829, 892.3, dan kgf/cm 2 dengan tekanan gesek 127,55 kgf/cm 2 dan waktu gesekan 35 detik, dan akan diperoleh kekuatan sambungan yang tinggi dengan harga torsi 16 kgf.m, sedangkan untuk produk lokal diperoleh harga torsi diatas 20 kgf.m. 5. Dari data dan hasil pengujian sifat mekanik menunjukkan Baja ST 41 memiliki harga kekuatan yang hampir mendekati lasan SMAW sehingga dapat digunakan untuk memproduksi front spring pin T Menggunakan friction welding sebagai alternatife pengganti dalam pembuatan front spring pin T-120 dengan parameter yang telah ditentukan dari hasil eksperimen. Adapun saran dari penelitian ini adalah hendaknya untuk penelitian kedepannya dalam pembuatan produk spring pin T-120 (kepala tumpi) yang baik menggunakan Direct drive friction welding adalah dengan parameter tekanan tempa yaitu 829, 892.3, dan kgf/cm 2 dengan tekanan gesek 127,55 kgf/cm 2 dan waktu gesekan 35 detik. Selain itu dalam proses percobaan perlu diperhatikan adanya akselerasi pengereman dan penempaan. Serta lebih baik kalau menggunakan mesin yang baru saja dikarenakan mesin yang lama banyak ditemukan kendalakendala yang dapat menghambat penelitian. 8. Daftar Pustaka [1] Callister, William D, 1994, Materials Science And Engineering, John Willey & Sons,Inc. USA. [2] Deutschman, Aaron D, Machine Design Theory and Practice, Macmullian Publishing Co. [3] D. E. SPINDLER Welding Journal [4] JIS Handbook, 1998, Ferrous Material and Metallurgy II, Japanese Standard Association, Tokyo. [5] John E. Bringas Handbook of comparative world steel standards. [6] J.R.Davis Tensile Testing [7] Kalpakjian,Seropedan Steven R. Oswald Manufacturing Engineering and Technology.London:Prentice-Hall International. [8] Navar, A., 2002, The Steel Handbook, McGraw Hill, New York. [9] Olson, D.Leroy., Siewert, A.thomas., Liu, Stephen., Edward,G.R., 1993, WELDING, BRAZING, AND SOLDERING vol 6, ASM International, New York. [10] Surdia Tata dan Shiroku Saito, 1980, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramitha, Jakarta [11] Samuel R. Low Rockwell Hardness Measurements of Metalic Materials. [12] Weman, Klas., 2003, Welding Process Handbook, Woodhead, Cambride,. England. 10
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh : Dwi Agus Santoso
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 ANALISA PENGARUH TEKANAN TEMPA TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 (Diameter 14 mm
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh: Muhammad Husen Bahasa Dosen Pembimbing: Ir. Nur Husodo, M. Sc.
TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH WAKTU GESEKAN DENGAN METODE DIRECT-DRIVE FRICTION WELDING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI PROSES PRODUKSI AS RODA SEPEDA MOTOR
Lebih terperinciPENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045 Sigied
Lebih terperinciSNTMUT ISBN:
ANALISA PENGARUH TEKANAN TEMPA TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA ST 41 SEBAGAI DASAR PROSES MANUFAKTUR KOMPONEN PENGUNCI PINTU MOBIL BOX DENGAN LAS GESEK ( FRICTION WELDING ) Nur Husodo 1),
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045
Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045 Hari Subiyanto 1,*, Subowo 1, Gathot DW 1, Syamsul Hadi
Lebih terperinciJl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak
PENGUJIAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADASAMBUNGAN PENGELASAN GESEK SAMA JENIS BAJA ST 60, SAMA JENIS AISI 201, DAN BEDA JENIS BAJA ST 60 DENGAN AISI 201 *Hermawan Widi Laksono 1, Sugiyanto 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciUpaya Alternatif Proses Maufaktur Produk Katup Mesin (Engine Valve) Bahan SS 304 Berbasis Proses Operasional Las Gesek (Friction Welding)
Upaya Alternatif Proses Maufaktur Produk Katup Mesin (Engine Valve) Bahan SS 304 Berbasis Proses Operasional Las Gesek (Friction Welding) Nur Husodo 1, Giri Suseno. 2, Gathot Dwi W. 3, Dadang Hidayat 4
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil
Lebih terperinciGambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan proses pengelasan gesek (friction welding) dan pengujian tarik dari setiap spesimen benda uji, maka akan diperoleh data hasil pengujian. Data yang diperoleh
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL. Abstract
PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL Putra Partomuan 1, Yohanes 2, Laboratorium Teknologi Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciPenerapan Teknologi Las Gesek (Friction Welding) dalam Rangka Penyambungan Dua Buah Logam Baja Karbon St41 pada Produk Back Spring Pin
Penerapan Teknologi Las Gesek (Friction Welding) dalam Rangka Penyambungan Dua Buah Logam Baja Karbon St41 pada Produk Back Spring Pin Nur Husodo 1)*, Budi Luwar Sanyoto 1), Sri Bangun Setyawati 1) Mahirul
Lebih terperinciPeningkatan Peran Teknologi Friction Welding Dalam Memproduksi As Sepeda Motor Produk Industri Kecil
Peningkatan Peran Teknologi Friction Welding Dalam Memproduksi As Sepeda Motor Produk Industri Kecil Nur Husodo 1 dan Budi Luwar Sanyoto 1 1 D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi pengelasan telah mengalami perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi permasalahan dalam
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045
TUGAS AKHIR RANCANG BAGUN SISTEM HIDROLIK PADA ALAT FRICTION WELDING DENGAN BENDA UJI AISI 1045 Oleh : Rendra Pramana Pembimbing : Ir.Arino Anzip, Meng Sc. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian adalah parameter proses pengerjaan dalam pengelasan gesek sangatlah kurang terutama pada pemberian gaya pada
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU GESEK FRICTION WELDING TERHADAP KARAKTERISASI BAJA AISI 1045 DENGAN SUDUT CHAMFER 15 o ABSTRACT
RikoS., Jurnal ROTOR, Volume 9 Nomor 2, November 2016 PENGARUH WAKTU GESEK FRICTION WELDING TERHADAP KARAKTERISASI BAJA AISI 1045 DENGAN SUDUT CHAMFER 15 o Riko Septian 1, Gaguk Jatisukamto 2, Salahuddin
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka
BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Erwanto (2015), meneliti tentang pengaruh kecepatan putar tool terhadap kekuatan mekanik sambungan las FSW menggunakan aluminium 5052-H34 standar ASM tahun 2015
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak
PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM Oleh : Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang 2 Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak
Lebih terperinciKolbi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik, Yogyakarta 55183, Indonesia
ANALISA PENGARUH WAKTU GESEK TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LOGAM PIPA KUNINGAN 5/8 DENGAN METODE PENGELASAN GESEK (ROTARY FRICTION WELDING) Kolbi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGUJIAN SIFAT MEKANIK DAN STUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN PENGELASAN GESEK BAJA ST60 TUGAS AKHIR VIKTOR HARI SUROTO L2E 005 494 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN SEMARANG SEPTEMBER
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Joko Waluyo 1 1 Jurusan Teknik Mesin Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C
PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C Syaifudin Yuri, Sofyan Djamil dan M. Sobrom Yamin Lubis Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail:
Lebih terperinciPengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 3 No.2. Oktober 2009 (144-149) Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon I Made Gatot Karohika Jurusan Teknik
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L
EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukannya pengamatan, pengukuran dan pengujian terhadap benda uji, maka didapat data seperti yang akan ditampilkan pada bab ini beserta dengan pembahasannya. 4.1
Lebih terperinciTUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )
1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )
PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING Tri Angga Prasetyo (20120130136) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammdiyan
Lebih terperinciSIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING ABSTRACT
SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS ALUMINIUM 6061 HASIL FRICTION WELDING Hendry Wicaksana S 1, Santoso Mulyadi 2, Ahmad Syuhri 2 1 Alumni Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember, Jl.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW merupakan pengelasan yang terjadi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Friction Stir Welding Setelah dilakukan proses pengelasan friction stir welding, maka akan terlihat bekas hasil pengelasan pada permukaan material. Pengelasan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR MANUFAKTUR
TUGAS AKHIR MANUFAKTUR Oleh : Pembimbing : Ricky Aimmatu Agusta (2109 030 074) Ir. Eddy Widiyono,MSc NIP. 19601025 198701 1 001 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciFrekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW
PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW Azwinur 1, Saifuddin A. Jalil 2, Asmaul Husna 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1.Kajian Pustaka
BAB II DASAR TEORI 2.1.Kajian Pustaka Penelitian tentang las gesek mulai banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang sudah dimulai meneliti tentang las gesek membahas tentang kekuatan tarik, kekerasan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan dalam industri manufaktur memiliki peranan penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya proses las atau pengelasan adalah penyambungan dua material
Lebih terperinciPENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052
PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciDosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman
Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc 131 652 205 Oleh : M. Fathur Rohman 2107 030 005 AGENDA ABSTRAK Perusahaan jasa pengelasan di Indonesia saat ini sedang berkembang. Produksi yang dihasilkan dan proses
Lebih terperinciPERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41
C.8 PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41 Fauzan Habibi, Sri Mulyo Bondan Respati *, Imam Syafa at Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya, poros menerima beban yang terkombinasi berupa beban puntir dan beban lentur yang berulangulang (fatik). Kegagalan
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Sambungan Pipa Baja Karbon dan Besi Cor Berbasis Teknologi Las Gesek (Friction Welding)
Jurnal Energi dan Manufaktur Vol. 9., April 206 (6-69) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jem ISSN: 2302-5255 (p) Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Baja Karbon dan Besi Cor Berbasis Teknologi Las Gesek (Friction
Lebih terperinciDesain dan Penentuan Lokasi Pembebanan Pendulum Alat Uji Impak Untuk Pengujian Produk Hasil Las Gesek Rotary Bar-Plate
Desain dan Penentuan Lokasi Pembebanan Pendulum Alat Uji Impak Untuk Pengujian Produk Hasil Las Gesek Rotary Bar-Plate Panji Adino 1, Yohanes 2, Muftil Badri 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fajultas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Material yang digunakan adalah baja AISI 1045 berupa pelat yang memiliki komposisi kimia sebagai berikut : Tabel 7.
Lebih terperinciOleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng
TUGAS AKHIR (MN 091482) ANALISIS PENGARUH APLIKASI POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) PADA PENGELASAN CAST STEEL (SC 42 ) DENGAN CARBON STEEL (Grade E) TERHADAP Oleh Wahyu Ade Saputra (4109.100.034) Dosen
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode FSW ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan FSW adalah penyambungan pada kondisi padat atau logam las tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai
Lebih terperinciDimas Hardjo Subowo NRP
Dimas Hardjo Subowo NRP. 2706 100 011 Dosen Pembimbing : Budi Agung K, ST, M.Sc FAKULTAS TEKNOLOHI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Abstrak Dalam proses pengelasan seringkali dijumpai
Lebih terperinciANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110
ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110 Jarot Wijayanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Sins & Teknologi Akprind Yogyakarta Emai: jarot@akprind.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciIr Naryono 1, Farid Rakhman 2
PENGARUH VARIASI KECEPATAN PENGELASAN PADA PENYAMBUNGAN PELAT BAJA SA 36 MENGGUNAKAN ELEKTRODA E6013 DAN E7016 TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2 Lecture
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
Lebih terperinciVARIASI KUAT ARUS LAS SMAW TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN UJI TARIK PADA BAJA ST 40
LAPORAN S K R I P S I VARIASI KUAT ARUS LAS SMAW TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN UJI TARIK PADA BAJA ST 40 MUH ALI IMRON NIM. 201254090 DOSEN PEMBIMBING QOMARUDDIN, S.T., M.T. SUGENG SLAMET, S.T., M.T. PROGRAM
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS
UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS TUGAS SARJANA Disusun oleh: ERI NUGROHO L2E 604 208 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW
Abstrak PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW Gathot DW1*, Nur H 2* Budi LS 3*,Abdillah GB 4* Prodi D-3 Teknik Mesin
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI
PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Program
Lebih terperinciPENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4
PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4 Petrus Heru Sudargo 1*, Sarwoko 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Akademi Teknologi
Lebih terperinciProsiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:
PENGARUH ARUS LISTRIK DAN FILLER PENGELASAN LOGAM BERBEDA BAJA KARBON RENDAH (ST 37) DENGAN BAJA TAHAN KARAT (AISI 316L) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Bambang Teguh Baroto 1*, Petrus Heru Sudargo
Lebih terperinciPERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS
Judul : PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Pengarang
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK ALUMINIUM SERI 1100 DENGAN TEBAL 2 MM
PENGARUH KECEPATAN SPINDLE DAN FEED RATE TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS TIPE FRICTION STIR WELDING UNTUK ALUMINIUM SERI 1100 DENGAN TEBAL 2 MM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING
PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING TERHADAP SIFAT MEKANIS MATERIAL BAJA EMS-45 DENGAN METODE PENGELASAN SHIELDED METAL ARC WELDING (SMAW) Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciGambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (www.competitiondiesel.com).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Poros merupakan salah satu elemen mesin yang fungsinya sangat signifikan dalam konstruksi mesin. Sunardi, dkk. (2013) menyatakan bahwa poros digunakan dalam mesin
Lebih terperinciKekuatan Puntir dan Porositas Hasil Sambungan Las Gesek AlMg-Si dengan Variasi Chamfer dan Gaya Tekan Akhir
Kekuatan Puntir dan Porositas Hasil Sambungan Las Gesek AlMg-Si dengan Variasi Chamfer dan Gaya Tekan Akhir Dicky Adi Tyagita, Yudy Surya Irawan, Wahyono Suprapto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013
Studi Pengaruh Normalising terhadap Karakteristik (Muhammad Romdhon dkk.) STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.
Lebih terperinciAnalisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan
SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan Basuki
Lebih terperinciEFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37
EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37 Subardi 1), Djoko Suprijanto 2), Roza Lyndu R. Mahendra 3) Abstract The present study aims to investigate the effect
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA
BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW ini merupakan pengelasan yang terjadi
Lebih terperinciPENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER.
PENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER. Siswanto 1, Ardi Widaytmoko 2, Teguh Wiyono 3 1. Teknik Mesin, Politeknik Pratama Mulia, Surakarta
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa Bagus Cahyo Juniarso,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Validasi Hasil Simulasi Validasi program dilakukan dengan cara membandingkan hasil proses simulasi penelitian sekarang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhigang
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan
Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALLUMUNIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING
PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALLUMUNIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi
Lebih terperinciPENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING
PENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
Presentasi Tugas Akhir Keahlian Rekayasa Perkapalan Konstruksi Kapal ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA
TUGAS AKHIR PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
4 cm BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Makro dan Mikro Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pengelasan MFSW dengan feedrate 1 mm/min mengalami kegagalan sambungan dimana kedua pelat tidak menyambung setelah
Lebih terperinciAnalisa Kekuatan Sambungan Pipa Baja Karbon dan Besi Cor Berbasis Teknologi Las Gesek (Friction Welding)
Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Baja Karbon dan Besi Cor Berbasis Teknologi Las Gesek (Friction Welding) Nur Husodo. 1)*,Budi Luwar S 1), Hagi Astono P. 1) Sri Bangun S. 1) Rachmad Hidayat 2) 1) Progdi
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
PENGARUH SHOT PEENING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN SIFAT MEKANIS SAMBUNGAN FRICTION STIR WELDING PADA ALUMINIUM SERI 5083 Wartono, Sutrisna Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional,
Lebih terperinciJurnal Rekayasa Mesin Vol.3, No. 1 Tahun 2012 : ISSN X
Pengaruh Sudut Chamfer Dan Gaya Tekan Akhir Terhadap Kekuatan Tarik Dan Porositas Sambungan Las Gesek Pada Paduan Al-Mg-Si. Eko Budi Santoso 1), Yudy Surya Irawan 2), Endi Sutikno 2) Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur di era sekarang dihadapkan pada tuntutan yang cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan industri yang ketat menuntut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK. Abstract
PENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK Oleh : Nofriady Handra Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstract Spot welding is actually used for body of car
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir (TM091486)
Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *
RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C
KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C Lim Richie Stifler, Sobron Y.L. dan Erwin Siahaan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Baja (steel) adalah material yang paling banyak dan umum digunakan di dunia industri, hal ini karena baja memberikan keuntungan keuntungan yang banyak yaitu pembuatannya
Lebih terperinciKARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Priyo Tri Iswanto 1,a, Mudjijana 1,b, Rela Adi Himarosa 2,a
KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Priyo Tri Iswanto 1,a, Mudjijana 1,b, Rela Adi Himarosa 2,a 1 Departemen Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS
45 PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS Eko Surojo 1, Dody Ariawan 1, Muh. Nurkhozin 2 1 Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik UNS 2 Alumni Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN PUTAR PAHAT PADA PROSES FRICTION DRILLING TERHADAP MIKROSTRUKTUR TEMBAGA
PENGARUH KECEPATAN PUTAR PAHAT PADA PROSES FRICTION DRILLING TERHADAP MIKROSTRUKTUR TEMBAGA Muhammad Akhlis Rizza (dosen teknik mesin Politeknik Negeri Malang) akhlisrizza@poltek_malang.ac.id RINGKASAN
Lebih terperinciPenerapan Teknologi Las Gesek (Friction Welding) Dalam Proses Penyambungan Dua Buah Pipa Logam Baja Karbon Rendah
Penerapan Teknologi Las Gesek (Friction Welding) Dalam Proses Penyambungan Dua Buah Pipa Logam Baja Karbon Rendah Budi Luwar Sanyoto 1)*, Nur Husodo 2), Sri Bangun Setyawati 3) Mahirul Mursid 4) 1,2,3,4)
Lebih terperinciPengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah
TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah Disusun : MT ERRY DANIS NIM : D.200.01.0055 NIRM : 01.6.106.03030.50055
Lebih terperinciJl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract
PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL CHASSIS BERBAHAN DASAR LIMBAH ALUMINIUM HASIL PENGECORAN HPDC YANG DISERTAI PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) *Pandhu Madyantoro
Lebih terperinciJurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN
PENGARUH VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM DISSIMILAR STAINLESS STEEL DAN BAJA KARBON RENDAH NSTRUCTION TO AUTHORS (Times New Roman,
Lebih terperinciPengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah
TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah Disusun : HENDRA ADHI NAGARA NIM : D.200.01.0173 NIRM : 01.6.106.03030.50173
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan. Langkah langkah dalam proses pengerjaan las friction stir welding dapat dilihat pada
Lebih terperinciKARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK
KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK Syaripuddin Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : syaripuddin_andre@yahoo.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciKarakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending
Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Budi Setyahandana 1, Anastasius Rudy Setyawan 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan, Maguwoharjo,
Lebih terperinci