Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Berbicara. di Sekolah Dasar Kawasan Pedesaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Berbicara. di Sekolah Dasar Kawasan Pedesaan"

Transkripsi

1 Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Berbicara di Sekolah Dasar Kawasan Pedesaan oleh Atikah Anindayarini, Sumarwati, Purwadi FKIP Universitas Sebelas Maret J1.Ir. Sutami 36 A Surakarta ABSTRAK Pembelajaran bercerita merupakan bagian dari keterampilan berbahasa. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, keterampilan berbicara juga harus dikuasai siswa. Kenyataannya, kemampuan berbicara siswa di Sukoharjo masih rendah. Dengan demikian, perlu diupayakan cara-cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Upaya yang bisa dilakukan guru di antaranya adalah guru harus bisa memberi motivasi kepada siswa agar bisa menerapkan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan dalam berbicara, guru sebaiknya bisa menerapkan penilaian secara otentik, guru harus bisa memilih tugas yang bisa merangsang siswa untuk bercerita, guru sebaiknya bisa menerapkan pendekatan komunikatif dalam keterampilan berbahasa, dan untuk mengatasi ketidakberanian siswa dalam bercerita, guru bisa menerapkan metode cooperative learning dalam keterampilan berbicara Kata kunci: pembelajaran bercerita, motivasi, penilaian otentik, pendekatan komunikatif, cooperative learning, ABSTRACT Storytelling learning is a part of language skill. As one of language skills, speaking skill should be mastered by the students. In fact, the speaking skill of Sukoharjo students is still low. Thus, there should be an attempt of improving the student speaking skill. The teacher can take some attempts such as motivating the student to apply linguistic non-linguistic factors in speaking, applying assessment authentically, selecting the assignment that can stimulate the students telling story, applying communicative approach in language skill, and to cope with the student s fear of telling story, the teacher can apply cooperative learning to the speaking skill. Keywords: storytelling learning, motivating, assessment authentically, communicative approach cooperative learning, 1

2 PENGANTAR Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang harus dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar. Namun, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap beberapa guru SD di Sukoharjo yang mengampu bahasa Indonesia di kelas 5 diperoleh data bahwa proses pembelajaran bercerita yang telah dilaksanakan selama ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Kegagalan pembelajaran bercerita bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut bisa dari guru, siswa, metode yang digunakan, kurangnya pemanfaatan media, maupun evaluasi yang tidak tepat. Berdasarkan wawancara terhadap para guru diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran bercerita khususnya dalam standar kompetensi keterampilan berbicara, anak tidak selalu diberi kesempatan oleh guru untuk praktik bercerita. Dengan demikian, evaluasi yang dilaksanakan oleh guru tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa yaitu ketrampilan berbicara. Biasanya, siswa hanya diperintahkan guru untuk menceritakan cerita secara tertulis selanjutnya siswa membacakannya di depan kelas. Hal ini bisa disebabkan guru tidak memperhatikan keterampilan berbahasa jenis apa yang harus dikuasai siswa, membaca, menulis, menyimak, atau berbicara. Kaitan dengan kurangnya praktik bercerita siswa, guru memberikan alasan karena terkendala oleh waktu yang sangat minim untuk memberikan kesempatan siswa praktek bercerita. Selain itu, guru juga merasa banyak siswa yang tidak percaya diri dan malu-malu bercerita di depan kelas dan siswa yang bercerita di depan kelas juga masih mengalami kesulitan ketika harus bercerita secara lancar dan runtut. Hasil wawancara ini diperkuat dengan hasil wawancara terhadap siswa yang sebagian besar merasa malu bercerita atau kurang percaya diri, kurang lancar dalam bercerita, dan siswa kesulitan menyusun kalimat ketika bercerita (Anindyarini, Sumarwati, Purwadi, 2012). Dalam proses pembelajaran bercerita, anak juga merasa jenuh dengan metode mengajar guru yang kurang variatif sehinggga siswa tidak begitu bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain itu, sangat minimnya pemanfaatan media yang bisa merangsang siswa tertarik dengan pembelajaran bercerita. 2

3 Penelitian tentang pembelajaran bercerita juga pernah dilakukan oleh Susilowati (2007). terhadap siswa kelas 5 SD. Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh Susilowati (2007:1) terhadap kemampuan bercerita siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 4 Masaran, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan bercerita setiap siswa bervariasi. Ada sebagian siswa yang sudah lancar menyatakan pendapatnya, sebaliknya masih ada beberapa siswa.yang belum bisa menyatakan pendapatnya secara efisien. Beberapa siswa masih takut-takut berdiri di depan kelas untuk bercerita. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kompetensi berbahasa siswa, khususnya keterampilan berbicara siswa sekolah dasar masih rendah. Rendahnya nilai keterampilan berbicara siswa sekolah dasar bisa dilihat dari nilai KKM berbicara yang ditentukan SD yang kami teliti yaitu sebagai berikut SDN Laban 2 dan SDN Banaran 1 KKM 65, SDN Laban 1 KKM 65, SDN Bekonang 2 KKM 68. Nilai KKM berbicara tertinggi terdapat di SDN Joho 2 (Anindyarini, Sumarwati, Purwadi, 2012). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dalam artikel ini kami tertarik untuk menulis tentang Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bercerita pada Siswa Sekolah Dasar di Kawasan Pedesaan. Dalam artikel ini kami akan membahas tentang upaya-upaya yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bercerita. Sebaiknya, sebagai seorang guru bisa memperhatikan faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara dan bisa mengajarkannya kepada anak untuk dipraktekkan, bisa menerapkan penilaian secara otentik, bisa memilih tugas yang merangsang keterampilan berbicara siswa, bisa menerapkan pendekatan komunikatif dalam keterampilan berbahasa, dan menerapkan cooperative learning dalam keterampilan berbicara. Penjelasan labih lanjut dapat dilihat dalam uraian berikut ini; bisa Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsyad dan Mukti, 1997:2.2). Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dalam berkomunikasi kita dapat menyampaikan informasi secara efektif, sebaiknya pembicara memahami dengan sungguh-sungguh apa yang akan disampaikan dan mengetahui bagaimana cara kita menyampaikannya. Keefektifan berbicara didukung oleh faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor-faktor kebahasaan yang dimaksud adalah (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan 3

4 tekanan, nada, emosi, sendi, dan durasi yang sesuai, (3) pilihan kata, dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Adapun yang dimaksud faktor nonkebahasaan adalah (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, (3) kesediaan menghadapi pendapat orang lain, (4) gerak-gerik dan mimik yang tepat, (5) kenyaringan suara, (5) kelancaran, (6) relevansi/penalaran, dan penguasaan topik. (Arsyad dan Mukti, 1997:2.2). Dari hasil anaisis kebutuhan yang telah kami lakukan diperoleh informasi bahwa sejumlah siswa merasa sulit untuk menceritakan secara lisan hasil pengamatannya/kunjungannya. Sejumlah 90 % siswa menyatakan sulit, 10 % siswa menyatakan tidak sulit. Adapun permasalahan yang dialami siswa dalam bercerita dengan urutan permasalahan sebagai berikut takut, malu, atau grogi sebesar 90 % siswa, tidak lancar lo % siswa, tidak runtut 80 % siswa. tidak lengkap 70% siswa, dan lupa 50 % siswa (Anindyarini, Sumarwati, Purwadi, 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami permasalahan dalam faktor kebahasaan maupun faktor nonkebahasaan. Namun, berdasarkan data tersebut bisa kita lihat bahwa faktor nonkebahasaan lebih mendominasi daripada faktor kebahasaan. Dengan demikian, ketika guru mengajarkan keterampilan berbicara sebaiknya guru tidak hanya mengajarkan faktor kebahasaannya tetapi juga mengajarkan faktor nonkebahasaannya kepada siswa. Faktor nonkebahasaan lebih mengarah pada masalah mental dan bahasa tubuh. Oleh karena itu, dalam praktik berbicara siswa sebaiknya menguasai kedua faktor tersebut. Penilaian secara Otentik Keberhasilan suatu kegiatan memerlukan penilaian. Dari hasil analisis kebutuhan yang kami lakukan diperoleh informasi bahwa guru belum semua melaksanakan penilaian sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Pada Kompetensi Dasar (KD) berbicara, guru hanya menugasi siswa untuk membaca atau menulis, tidak berbicara. Kondisi demikian disebabkan ketidaktahuan guru dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa atau karena pertimbangan guru kaitan dengan minimnya waktu untuk praktik berbiara. Guru yang melaksanakan penilaian berbicara, biasanya guru-guru bahasa memberikan penilaian berdasarkan kesan umum, baik dalam penilaian berbahasa secara tertulis maupun secara lisan. Hal ini tentu tidak memberikan umpan balik yang jelas terhadap siswa. Cara demikian membuat siswa tidak tahu kelemahannya dalam berbahasa tulis maupun lisan. Selain itu, guru kadang-kadang tidak mempunyai pengetahuan tentang kriteria yang digunakan dalam penilaian (Arsyad dan Mukti, 1997:2.2). 4

5 Penilaian hendaknya tidak semata-mata hanya mengukur dan memberikan angka pada suatu kegiatan pembelajaran, tetapi hendaknya ditujukan kepada usaha perbaikan prestasi siswa sehingga menumbuhkan motivasi kepada siswa untuk bisa melakukan yang terbaik. Ketika melakukan penilaian pada kemampuan berbicara, guru sebaiknya tidak hanya memberikan catatan pada kekurangan siswa tetapi juga memberikan catatan kemajuan siswa. Hasil penilian tersebut bisa ditunjukkan kepada siswa. Dengan demikian, siswa merasa tumbuh motivasinya untuk berlatih mengatasi kekurangan-kekurangannya. Faktor-faktor yang dinilai berdasarkan kedua faktor penunjang kekefektifan berbicara bisa dilihat dalam bagan berikut ini : FAKTOR KEBAHASAAN FAKTOR NONKEBAHASAAN 1 Pengucapan Vokal, Konsonan Keberanian/semangat 2 Penempatan Tekanan, Kelancaran Persendian 3 Nada/irama Kenyaringan Suara 4 Pilihan Kata Pandangan Mata 5 Pilihan Ungkapan Gerak-gerik Mimik 6 Ketepatan Sasaran Keterbukaan Pembicaraan 7 Penalaran 8 Penguasaan Topik (Arsyad dan Mukti, 1997:2.14). Pengisian kolom-kolom pada tabel penilaian tidak dilkukan sekaligus, tetapi bertahap. Dengan latihan yang berulang-ulang akhirnya semua komponen dalam tabel akan terisi. Keterampilan berbicara dapat dicapai melalui latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis. Makin sering siswa berlatih makin banyak ia mendapat umpan balik, sehingga lama kelamaan kemampuan mereka akan meningkat (Arsad dan Mukti, 1997:2.15). Dalam penilaian ini perlu diingat, mulailah dengan faktor yang lebih mudah, misalnya faktor keberanian. Latihlah keberanian siswa terlebih dahulu, karena biasanya siswa tidak berani berbicara dalam situasi formal. Kalau faktor keberanian ini sudah dimiliki, kita lebih mudah melatih faktor-faktor yang lain. 5

6 Secara garis besarnya pelaksanaan penilaian ini dapat dijelaskan sebagai berikut (1) guru memberi tugas kepada semua siswa untuk melakukan kegiatan berbicara, (2) guru menentukan faktor-faktor yang dinilai atau diamati, (3) siswa yang tidak diberi tugas disuruh mengamati berdasarkan pedoman penilaian, (4) guru dan siswa akktif mengamati dan mengisi tabel penilaian dengan komentar, (5) setelah selesai kegiatan berbicara para pengamat mengemukakan komentarnya, guru membetulkan komentar yang kurang tepat, (6) setelah itu kegiatan berbicara dapat diulangi untuk melihat perubahan berbicara pembicara setelah mendapat umpan balik (Arsyad dan Mukti, 1997:2.17). Pemilihan Tugas yang Bisa Merangsang Keterampilan Berbicara Ada banyak tugas yang dapat diberikan kepada siswa untuk mengukur kompetensi berbicaranya dalam bahasa target. Apapun bentuk tugas yang dipilih harus yang memungkinkan siswa untuk tidak saja mengekspresikan kemampuan berbahasanya, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, atau menyampaikan informasi (Nurgiyantoro, 2011:402). Tugas yang diberikan bisa berupa rangsang gambar, rangsang suara, rangsang gambar dan suara, dan bercerita; Untuk dapat mengungkap kemampuan berbicara siswa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik. Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan anak-anak usia sekolah dasar ataupun pembelajar bahasa asing pada tahap awal. Rangsang gambar yang dapat dipakai sebagai rangsang berbicara dapat dikelompokkan ke dalam gambar objek dan gambar cerita. Gambar objek merupakan gambar tentang objek tertentu yang berdiri sendiri yang kehadirannya tidak memerlukan bantuan objek gambar yang lain. Gambar cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah panel gambar yang saling berkaitan yang secara keseluruhan membentuk sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2011:402). Gambar cerita tersebut berisi suatu aktivitas, mencerminkan maksud atau gagasan tertentu, bermakna, menunjukkan urutan gambar, panel-panel gambar tersebut dapat diberi nomor urut, namun dapat pula tanpa nomor agar peserta dapat menentukan logika urutannya sendiri. Selain dengan mempergunakan rangsang gambar, kemampuan berbicara siswa bisa juga dilakukan dengan memperguanakan rangsang suara serta rangsang visual dan suara. Pada tugas berbicara dengan rangsang suara, tugas ini memang terkait dengan tes kemampuan menyimak. Pengaitan antara kedua kompetensi tersebut justru harus ditekankan 6

7 dalam pembelajaran bahasa sehingga pembelajaran yang dimaksud memenuhi tuntutan whole language. Salah satu tugas berbicara dengan rangsang suara salah satunya ditunjukkan di bawah: Dengarkan siaran sandiwaa radio yang telah direkan ini dengan baik. Anda boleh menuliskan hal-hal yang penting. Setelah itu Anda diminta untuk menceritakannya kembali di depan kelaas. Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara berbicara berdasarkan gambar dan suara. Contoh rangsang yang dimaksud adalah siaran televisi, video, atau berbagai bentuk rekaman sejenis. Salah satu tugas berbicara dengan rangsang gambar dan suara salah satunya ditunjukkan di bawah: Cermatilah siaran berita televisi/ Catatlah hal-hal yang penting. Setelah itu Anda disuruh menceritakannya kembali di depan kelas. Selain guru memberikan tugas berbicara berdasarkan rangsang gambar, rangsang suara, rangsang gambar dan suara, guru bisa juga memberikan tugas berbicara kepada siswa untuk bercerita. Tugas ini dalam jenis asesmen otentik berupa tugas menceritakan kembali teks atau cerita. Jadi, rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca, berbagai cerita, berbagai pengalaman, dan lain-lain. Dalam penelitian kami, untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa disuruh mengadakan suatu pengamatan atau kunjungan. Selanjutnya siswa menceritakan hasil pengamatan atau kunjungannya secara lisan. Rubrik penilaian tugas menceritakan kembali cerita bisa dilihat pada tabel berikut Aspek yang Dinilai 1 Ketepatan isi cerita 2 Ketepatan penunjukkan detil cerita 3 Ketepatan logika cerita 4 Ketepatan makna berdasarkan cerita 5 Ketepatan kata 6 Ketepatan kalimat 7 Kelancaran (Nurgiyantoro, 2011:406). Tingkat Capaian Kinerja

8 Pendekatan Komunikatif dalam Keterampilan Berbahasa Pembelajaran bahasa Indonesia dinilai masih belum berhasil atau belum memenuhi harapan banyak pihak sehingga selama ini pembelajaran bahasa Indonesia dinilai gagal. Penyebab kegagalan pengajaran bahasa Indonesia ini juga sudah dicari oleh para ahli, salah satu kegagalan pengajaran bahasa ialah pengajaran yang lebih banyak memberikan pengetahuan tentang bahasa atau struktur bahasa daripada keterampilan berbahasa (Sugono dalam Muammar, 2008:317). Siswa hanya diajari tentang tata bahasa, tetapi siswa tidak diberikan kesampatan untuk menggunakannya dalam praktik berbahasa. Oleh karena itu, pentingya diterapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa. Beberapa prinsip utama pendekatan komunikatif (Cahyono dalam Anindyarini, 2007: 63) adalah sebagai berikut (a) Tujuan utama pengajaran bahasa ialah membantu pembelajar menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, kosumunikasi menggunakan fungsi-fungsi bahasa maupun struktur gramatika, (b) Bahasa digunakan dalam konteks sosial dan harus sesuai dengan latar, topik, dan partisipan, (c) Pembelajar harus diberi kesempatan untuk mencapai makna yang disepakati, yaitu mencob membuat mereka memahami; (d) Pembelajaran harus mampu mengungkapkan pendapat, pikiran, dan perasaan. Salahsatu tujuan pembelajaran bahasa yang berdasarkan pendekatan komunikatif adalah mempersiapkan pembelajar untuk melakukan interaksi yang bermakna dalam penggunaan bahasa secara alamiah. Memang salahsatu tugas guru dalam pembelajaran bahasa adalah mengusahakan terjadinya peristiwa berbahasa yang dilaksanakan secara alamiah (Azies dalam Wardani, 2002:6.29). Penelitian kami juga berusaha untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan praktik berbahasa secara alamiah. Dalam pembelajaran bahasa, Kompetensi Dasar (KD) yang kami pilih adalah menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar. Dengan mengamati/mengunjungi secara langsung apa yang akan diceritakannya, hal ini diharapkan akan mempermudah mereka dalam menceritakan hasil pengamatannya atau kunjungannya. Dengan demikian, mereka lebih mudah melaksanakan praktik bercerita secara lisan. 8

9 Penerapan Cooperative Learning dalam Keterampilan Berbicara Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam memperlajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, parasiswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2005:4) Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lie (2005:7 ) yang menyatakan bahwa suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interksi ini, siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan mencintai satu sama lain. Untuk mencapai hasil maksimal, ada lima unsur dalam pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan (Lie, 2005: 31). Lima unsur tersebut adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual (tanggung jawab perorangan), dan komunikasi antaranggota. Penerapan Cooperative Learning dalam pelaksanaan KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar, tampak dalam kegiatan mendiskusikan objek pengamatan atau kunjungan, menentukan hal-hal pokok yang akan diamati/dikunjungi, pembagian tugas dalam kelompok, melaksanakan pengamatan atau kunjungan, mewawancarai narasumber, mendiskusikan hasil pengamatan atau kunjungan, membuat kerangka cerita, dan yang terakhir bercerita secara bergantian dalam kelompok. Penerapan Cooperative Learning dalam kegiatan tersebut diharapkan dapat mempermudah siswa dalam melaksanakan KD tersebut, selain itu juga bisa menumbuhkan keberanian siswa untuk praktik berbicara. Dengan bercerita secara berkelompok, siswa diharapkan akan lebih percaya diri dan saling membantu ketika bercerita. PENUTUP Selama ini pembelajaran bahasa Indonesia dikatakan belum berhasil, karena guru belum banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktik berbahasa. Baik praktik dalam keterampilan menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Kenyataannya keterampilan berbicara siswa masih rendah. Untuk itu perlu diupayakan cara-cara untuk bisa meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan demikian, 9

10 guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut guru harus bisa memberi motivasi kepada siswa agar bisa menerapkan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan dalam berbicara, guru sebaiknya bisa menerapkan penilaian secara otentik, guru harus bisa memilih tugas yang bisa merangsang siswa untuk bercerita, guru sebaiknya bisa menerapkan pendekatan komunikatif dalam keterampilan berbahasa, dan untuk mengatasi ketidakberanian siswa dalam bercerita, guru bisa menerapkan metode cooperative learning dalam keterampilan berbicara DAFTAR PUSTAKA Anindyarini, Atikah Relasi Semantik Keberlawanan Arti dan Pengajarannya dalam Jurnal Dwija Wacana.Jilid 8 Nomor 1, Mei ISSN Anindyarini, Sumarwati, Purwadi, Pengembangan Model Pembelajaran Bercerita Berbasis Pendidikan Karakter dengan Metode Cooperative Learning di Kawasan Pedesaaan. ( Laporan Hibah Bersaing Arsyad, Maidar G. dan Mukti M.S Berbicara II. Jakarta: Universitas Terbuka. Lie, Anita Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Muammar Pembelajaran Berbicara yang Terabaikan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dalam Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: UNY dan Tiara Wacana. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian Pembelajaran Sastra. Univesitas Negeri Yogyakarta. Slavin, Robert E Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Susilowati, Yuni Upaya Meningkatkan Kemampuan Bercerita dengan Pendekatan Kooperatif Model Paired Storytelling pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 4 Masaran. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS. Wardani, 2002.Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. 10

11 11

12 12

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah dasar, karena dengan bahasa diharapkan siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan perangkat yang penting dan sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjalin komunikasi dengan orang lain. Melalui penggunaan bahasa, orang-orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara Keterampilan berbicara memiliki cakupan materi mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research) dan bersifat kolaboratif, yaitu peneliti bersama guru bahasa Indonesia serta guru

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember

Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember 1 Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember Improving Learning Outcomes of Storytelling Ability Through Hand Puppet Media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIIIA MTS ZAINUL BAHAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIIIA MTS ZAINUL BAHAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIIIA MTS ZAINUL BAHAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) Arini Susana 27, Parto 28, Rusdhianti Wuryaningrum 29 Abstract

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN ARENDS DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN ARENDS DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN ARENDS DI SEKOLAH DASAR Nur Widya Ichsani, Suryani, Siti Halidjah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK Karin Ajeng Febriani, Nanang Heryana, Djon Lasmono Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakikat Berbicara a. Definisi Berbicara Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa yang baik perlu dimiliki dan dipelajari oleh setiap orang. Kemampuan yang harus dimiliki siswa melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah

Lebih terperinci

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom. Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu materi pelajaran yang sangat penting di Sekolah. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang membelajarkan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING Arnika Andriani 1), Suharno 2), Yulianti 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING

MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VI SDN SEI RENGGAS *EFFENDI MANALU DAN **MIMI OKTAVIANA *Dosen Jurusan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK Anita Ayu Budiastuti 1), Jenny IS Poerwanti 2), Peduk Rintayati 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta

Lebih terperinci

TES PRODUKTIF BERBAHASA. Nani Anggraini STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT

TES PRODUKTIF BERBAHASA. Nani Anggraini STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT Nani Anggraini STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT This paper discusses the relationship of active productive language competence. Language-productive activity is the activity of conveying ideas, messages,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Riska Emelda 1, Rahayu Fitri

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH NURMAJIDAH NPM

ARTIKEL ILMIAH NURMAJIDAH NPM PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LISTENING TEAM TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH NURMAJIDAH NPM 12080267 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di 9 BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di antaranya adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang paling mendasar dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan pendidikan yang baik maka sumber daya manusia juga akan menjadi baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Untuk memenuhi fungsi kemasyarakatan digunakan bahasa sebagai alat komunikasi utama. Bahasa adalah sekumpulan bunyi yang diucapkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keterampilan mendengarkan yang digunakan guru dalam pembelajaran (1) 9.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keterampilan mendengarkan yang digunakan guru dalam pembelajaran (1) 9.1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi teknik penilaian pembelajaran keterampilan mendengarkan, bentuk instrumen penilaian pembelajaran keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu model pembelajaran merupakan salah satu aspek yang sangat penting, dalam menunjang keberhasilan dan pemahaman siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sifatnya verbalsampai kepada kegiatan visual. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sifatnya verbalsampai kepada kegiatan visual. Dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan kegiatan berkomunikasi menjadi sebuah hal yang sangat pokok guna berjalannya sebuah proses pendidikan, baik dalam kegiatan yang sifatnya

Lebih terperinci

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY Dari Kolonel sampai Prajurit Seorang kolonel kepada Perwira Pelaksana Besok malam kira-kira pukul delapan malam Komet Halley akan kelihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SD RONINDA HUTAGALUNG DAN HALIMATUSSAKDIAH Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ABSTRAK Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi kepada orang lain. Dalam proses berbicara seseorang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di BAB III PROSEDUR TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di sekolah inilah penulis mengajar sejak tahun 1986 sekarang, di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN Afina Nur Fadhila 1), St. Y. Slamet 2), Djaelani 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING Beny Sulistyawan 1), Kuswadi 2), Dwijiastuti 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan sesamanya. Kegiatan berkomunikasi merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA Lutfah Aminah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel: lutfahaminah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal ini tercermin dalam undang-undang nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/2 Standar Kompetensi : Aspek Mendengarkan 9. Mampu memahami wacana lisan melalui kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI VIDEO SEBUAH OBJEK PADA SISWA KELAS X TSM 1 SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI VIDEO SEBUAH OBJEK PADA SISWA KELAS X TSM 1 SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI VIDEO SEBUAH OBJEK PADA SISWA KELAS X TSM 1 SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI IKA SUSILA RINI A310090125 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STORY TELLING DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STORY TELLING DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STORY TELLING DI SEKOLAH DASAR Intan Janiar, Siti Halidjah, Suryani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Email: intan_janiar@yahoo.com

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK

MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK MODEL PEMBELAJARAN NONDIRECTIVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK M. Ali Rajai 1 Vismaia S. Damaianti 2 ABSTRAK Pembelajaran yang masih bersifat pemindahan isi melatarbelakangi

Lebih terperinci

Mulyati (2007 : 10) menyatakan ada empat aspek keterampilan berbahasa,

Mulyati (2007 : 10) menyatakan ada empat aspek keterampilan berbahasa, PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS IV SDN TANUHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 Rifqa Annisa Oktaviyana 1, Imam

Lebih terperinci

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Melalui bahasa kita bisa melakukan kegiatan komunikasi dan mendapatkan informasi-informasi yang bermanfaat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi. Berkomunikasi dapat memudahkan setiap orang untuk melakukan interaksi antar sesama.

Lebih terperinci

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick pada Anak Kelompok A3 TK Tarbiyatul Banin II Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/ 2014 Hertiana Yuni Kharismawati 1 Samidi

Lebih terperinci

Keywords: Audiovisual media, writing skills, folklore

Keywords: Audiovisual media, writing skills, folklore PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KEMBALI ISI DONGENG DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL BAGI SISWA KELAS III SDN 2 MRANTI KABUPATEN PURWOREJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016 Khoirum Radityawati 1, Suripto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan adalah meningkatkan empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, salah satunya keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mengungkapkan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension

Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SDN 2 NGASINAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Laela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd. 1 Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Berpikir Berpasangan Berbagi (Think Pair and Share) terhadap Kemampuan Menanggapi Pembacaan Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pahae Julu Tahun Pembelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN Dyah Dwi Hapsari 1), Sukarno 2), Joko Daryanto 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail: dyah.hapsari11@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara guru dan siswa yang di dalamnya terdapat proses belajar dan membelajarkan. Selain interaksi dengan guru,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas /Semester : VII (Tujuh) /2 (Dua) Standar : Mendengarkan 9. Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara Kegiatan 9.1 Menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, setiap orang memiliki kemampuan berbicara. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara semasa kecil. Hanya saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang mempunyai peran sentral dalam keberhasilan peserta didik mempelajari semua bidang studi. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat komponen keterampilan berbahasa yang harus dikuasai seseorang untuk dapat menggunakan bahasa dengan baik. Keterampilan

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan III. PROSEDUR PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills), dan

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills), dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8

BAB II KAJIAN TEORI. perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Konsep Dasar Berbicara Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki. Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki Ida Nurhayati 1 1 SMPN 1 Besuki, Tulungagung Email: 1 idanurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL 112 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-6 2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL IMPROVING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII C SMP PIRI NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII C SMP PIRI NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Peningkatan Keterampilan Bercerita (Achmad Husni N) 153 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII C SMP PIRI NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN IMPROVE STUDENT

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PAIRED STORYTELLING SISWA KELAS VA SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PAIRED STORYTELLING SISWA KELAS VA SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PAIRED STORYTELLING SISWA KELAS VA SD NEGERI DEMAKIJO 1 SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember 1 Pendahuluan Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember Applying Role Playing Methods to Improve the Fifth Grade Students' Speaking

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN TEKNIK KONTES PADA SISWA KELAS V MIN MALANG I

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN TEKNIK KONTES PADA SISWA KELAS V MIN MALANG I PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN TEKNIK KONTES PADA SISWA KELAS V MIN MALANG I Irma Fajarwati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Meningkatkan kemampuan membaca dan hasil

Lebih terperinci