BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara principal dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat
|
|
- Hartanti Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principal dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Agent membuat kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi principal, principal membuat kontrak untuk memberi imbalan pada agent. Principal memperkejakan agent untuk melakukan tugas kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal ke agent. Analoginya seperti antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan. Para pemilik disebut evaluator informasi dan agen-agen mereka disebut pengambil keputusan (Hendriksen dan Van Breda, 2002) Dalam hubungan keagenan, manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan mementingkan diri sendiri yaitu untuk memaksimumkan utilitas subjektif mereka, tetapi juga 9
2 10 menyadari kepentingan umum mereka. Dalam kondisi demikian pihak manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk membuat laporan keuangan dalam usaha memaksimalan kemakmurannya. Kesenjangan informasi antara kedua belah pihak menimbulkan munculnya manajemen laba. Masing-masing pihak dalam hubungan keagenan terdorong oleh motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Manajemen bersikap tidak membedakan terhadap risiko, sedangkan pemilik menghindari risiko, tetapi manajemen dan bukan pemilik yang menanggung risiko dengan bayaran tertentu (Hendriksen dan Van Breda, 2002). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan prinsipal sehingga memicu biaya keagenan (agency costs) (Boediono, 2005). Eisenhardt (1989) dalam Pudyastuti (2009) menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu, manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rasionality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan principal tidak mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agent. Ketika tidak semua keadaan diketahui oleh semua pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal ini mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
3 11 oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi ini disebut asimetri informasi (information asymmetries) (Setiawati, 2010). Ketidakseimbangan informasi atau asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh moral hazard (kekacauan moral) (Hendriksen dan Van Breda, 2002). Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) Manajemen Laba (Earning Management) 1. Pengertian Manjemen Laba Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya
4 12 melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Setiawati dan Na im (2000) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba sendiri dapat mengakibatkan berkurangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat membuat pemakai laporan keuangan mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Sulistyanto (2008) menambahkan bahwa secara umum para praktisi yaitu pelaku ekonomi, pemerintah, asosiasi profesi dan regulator lainnya berargumen bahwa pada dasarnya manajemen laba merupakan perilaku oportunitis seorang manajer untuk mempermainkan angka-angka dalam laporan keuangan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Sedangkan para akademisi beragumen bahwa pada dasarnya manajemen laba merupakan dampak dari kebebasan seorang manajer untuk memilih dan menggunakan metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun informasi dalam laporan keuangan. Meski setiap pihak berusaha mengungkapkan alasan logis mengenai manajemen laba, sebenarnya ada satu benang merah antara kedua pendapat ini, yaitu kedua belah pihak menyepakati bahwa manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan menunda informasi keuangan.
5 13 2. Motivasi Manajemen Laba Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory) yang dikemukakan oleh (Watts dan Zimmermaan, 1986) terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Rahmawati et al, 2007), yaitu : 1) Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earning lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. 2) Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba perusahaan (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. 3) Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang dapat menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
6 14 Healy dan Wahlen serta Scott (dalam Arnawa, 2006) menyatakan bahwa motivasi manajemen melakukan manajemen laba yaitu : 1. Bonus Scheme Motivations/management compensations contracts Kompensasi atau bonus yang didasarkan pada besarnya laba dilaporkan akan memotivasi manajemen mengatur laba secara oportunistik untuk memaksimalisasi bonus mereka. Manajemen akan memilih prosedur akuntansi yang dapat melaporkan laba yang lebih tinggi guna memaksimalkan imbalan bonus. 2. Kontrak/Perjanjian Kredit Lending contracts adalah pinjaman jangka panjang yang memiliki kewajiban (covenants) untuk memproteksi kreditor dari tindakan manajemen yang dapat merugikan mereka, seperti pembagian dividen yang berlebihan, pinjaman tambahan dan tindakan lainnya yang membahayakan kepentingan kreditor. 3. Faktor Politik Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan sangat besar yang aktivitasnya berkaitan langsung dengan publik atau pada perusahaan industri strategis seperti minyak dan gas. Perusahaan cenderung menggunakan kebijakan dan prosedur akuntansi yang menurunkan laba untuk mengurangi visibility agar perusahaan tidak terlalu disorot publik. Perusahaan yang sedang diselidiki karena melakukan pelanggaran anti-trust atau menghadapi konsekuensi politik yang tidak menguntungkan memiliki insentif untuk mengatur laba agar terlihat kurang menguntungkan.
7 15 4. Perpajakan pajak penghasilan merupakan motivasi yang paling jelas untuk melakukan manajemen laba. Manajemen berupaya mengatur laba untuk memperoleh tax saving (penghematan pajak). Otoritas pajak cenderung untuk menerapkan aturan akuntansi mereka dalam perhitungan pendapatan kena pajak sehingga mengurangi ruang bagi perusahaan untuk melakukan manuver. 5. Pergantian Chief Executive Officer (CEO) Pada saat pergantian CEO, mereka yang akan pensiun memiliki insentif untuk meningkatkan laba dilaporkan guna memaksimisasi bonus terakhirnya. Bagi CEO yang kinerjanya buruk, mereka melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba untuk mencegah atau menunda dipecat. 6. Pasar Modal Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) tidak memiliki harga pasar yang pasti sehingga muncul pertanyaan, bagaimana cara menilai saham perusahaan tersebut. Peranan informasi akuntansi keuangan yang disajikan di dalam prospektus menjadi sumber informasi yang berguna. Hal ini menciptakan insentif bagi manajemen untuk memanipulasi laba dalam usaha mempengaruhi harga saham agar mendapatkan harga saham yang lebih tinggi. 7. Regulatory Motivations Beberapa industri terikat dengan peraturan, pengawasan, dan pemantauan yang ketat oleh pihak regulator terhadap data akuntansi. Peraturan perbankan mengharuskan bank mencapai nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tertentu.
8 16 Peraturan seperti ini menciptakan insentif bagi manajemen untuk mengatur laporan laba rugi dan neraca sesuai dengan kepentingan pihak regulator. Arnawa (2006:25-27) menyatakan bahwa berdasarkan dari hasil penelitian Wiliiam H. Beaver & ellen E. Engel (1996), Anwer S. Ahmed, Carolyn Takeda & Shwan Thomas (1999) serta Anne L. Betty & Kathy R. Petroni (2002), terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi bank untuk melakukan praktik manajemen laba yaitu : 1. Mematuhi aturan yang telah ditetapkan (regulatory motivation) Agar bank dapat beroperasi dengan sehat, bank diwajibkan untuk memenuhi aturan kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Rasio kewajiban modal minimum berhubungan positif dengan laba. Semakin tinggi laba sebuah bank, maka semakin tinggi pula rasio kewajiban penyediaan modal minimum. Bank akan berusaha meningkatkan labanya agar tidak melanggar ketentuan pemenuhan ketentuan modal minimum, terutama untuk bank yang memiliki CAR mendekati 8%. 2. Supaya laporan keuangan lebih mencerminkan keadaan sesuai ekspektasi yang diharapkan (financial reporting motivation) Agar laporan keuangan sesuai dengan ekspektasi, manajemen mengacu pada kontrak-kontrak yang telah dibuat oleh pihak manajemen dengan pihak lainnya (misalnya debt covenants dengan kreditur). Dalam debt covenants misalnya ditetapkan tingkat pertumbuhan untuk periode berikutnya, larangan pembagian dividen, larangan memberikan pinjaman baru, dan lain-lain. Dalam hal ini
9 17 manajemen akan berusaha melakukan praktik manajemen laba agar kondisi keuangan perusahaan sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. 3. Untuk meminimalisasikan pajak yang dibayarkan (tax motivation) Motivasi terkait dengan pajak secara umum mengacu kepada usaha untuk meminimalisasikan pembayaran pajak atas laba. Jika manajemen melakukan manajemen laba dengan tujuan mengecilkan laba, hal ini dikaitkan dengan usaha untuk meminimalisasikan pajak. 4. Untuk memberikan tanda kepada investor atau pihak luar lainnya yang berkepentingan dengan perusahaan mengenai kondisi perusahaan yang baik (Signaling motivation) Usaha manajemen untuk memberikan tanda kepada investor bahwa perusahaan mereka lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan lain. Pelaporan laba perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelaporan laba perusahaan saingan, menjadikan harga saham perusahaan naik. 3. Teknik Manajemen Laba Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na im (Rahmawati et al, 2007) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: 1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
10 18 2) Mengubah metode akuntansi Perubahan metode akunatansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. 3) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai. 4. Pola Dalam Manajemen Laba Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment. Menurut Scott (2009:405) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah : 1. Taking a bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.
11 19 2. Income minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang. 3. Income maximization Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 4. Income smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. 5. Model Pendekteksian Manajemen Laba Ada tiga pendekatan yang telah dihasilkan oleh peneliti untuk mendeteksi manajemen laba, menurut Sulistyanto (2008) yaitu : a. Model berbasis akrual Model ini menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. Model manajemen laba ini dikembangkan oleh Healy (1985), DeAngelo (1986), Jones (1991) serta Dechow, Sloan dan Sweneey (1995).
12 20 b. Model yang berbasis specific accrual Model ini merupakan model yang berbasis akrual khusus yaitu menggunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu pula. Misalnya, piutang tak tertagih atau cadangan kerugian piutang sebagai proksi manajemen laba. Model ini dikembangkan oleh Mc Nichols dan Wilson (1988), Petroni (1992), Beaver dan Engel (1996), Bebeish (1997) serta Beaver dan Mc Nichols (1998). c. Model distribution of earnings Model ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba. Model ini dikembangkan oleh Burgtahlel dan Dichev (1997), Degeorge, Patel, dan Zeckhauser (1999), serta Myers dan Skinner (1999). Dalam penelitian ini, menggunakan model yang dikembangkan oleh Beaver dan Engel (1996), karena berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2007) ditemukan bahwa model akrual khusus lebih tepat dan mengarahkan pada akrual kelolaan manajer perbankan, sesuai dengan obyek penelitian pada penelitian ini yakni perbankan go public. Beberapa penelitian lain yang menggunakan model Beaver dan Engel (1996) dalam memprediksi manajemen laba perbankan adalah Nasution dan Setiawan (2007), dan Vidiyanto (2009).
13 Pengertian Bank, Fungsi bank, dan Jenis-jenis bank Pengertian bank berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun Di dalam bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi utama bank, yakni menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary (Budisantoso dan Triandaru dalam Purwasih, 2010). Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development dan agent of services. Jenis bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut: (Kasmir, 2000) : a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan berfungsi sebagai agent of development yang bertujuan meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. b. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
14 Rasio CAMEL Dalam mengukur tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menggunakan rasio keuangan model CAMEL (Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia. Rasio CAMEL terdiri dari Capital, Asset quality, Management, Earning dan Liquidity. Menurut Martono (2002:88-89) menerangkan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank meliputi 5 aspek yaitu : 1. Rasio Capital (Permodalan) Aspek capital ini yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio tersebut adalah perbandingan modal Aktiva Tertimbang Menurut Rasio (ATMR). Sesuai ketentuan pemerintah bahwa rasio CAR pada tahun 1999 minimal sebesar 8%. 2. Rasio Asset quality (Kualitas Aset) Aspek kualitas aset ini merupakan penilaian jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank, yaitu dengan cara membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian perbandingan penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat pada neraca yang relah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.
15 23 3. Rasio Management Unsur-unsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas, yang didasarkan atas jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan. 4. Rasio Earning (rentabilitas) Rasio earning atau rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Metode penilaiannya dapat juga dilakukan dengan : Perbandingan laba terhadap total aset (ROA) Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO) 5. Rasio Liquidity (Likuiditas) Aspek Likuiditas didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposit pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak untuk disetujui. Ini merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar Penelitian Terdahulu 1. Arnawa (2006) Penelitian ini menguji faktor-faktor yang diduga mempengaruhi manajemen laba, salah satunya yakni motif regulasi dan motivasi meningkatkan kinerja perusahaan.
16 24 Penelitian dilakukan pada perbankan publik tahun dan menggunakan analisis step wise regression. Motif regulasi menjadikan bank berusaha untuk memenuhi syarat rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan motivasi meningkatkan kinerja bank diukur dari rasio NPL (non performing loan), ROA (Return On Assets), NIM (Net Interest Margin), BOPO (rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Penelitian Arnawa (2006) menghipotesiskan bahwa bank dengan CAR 12% melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba lebih signifikan dibandingkan dengan bank lainnya, dan hasilnya bank yang memiliki CAR 12% secara signifikan terbukti melakukan manajemen laba pada alternatif uji tahun 2002, 2003, dan tahun 2000 dengan benchmark persamaan regresi tahun gabungan ( ). 2. Rahmawati (2007) Dalam penelitian ini, menggunakan model Jones (1991). Modal Jones yang dimodifikasi (1991) dan Akrual Khusus (Beaver dan Engel 1996). Hipotesis yang menyatakan bahwa model akrual khusus adalah model yang tepat untuk mendeteksi manajemen laba pada industri perbankan diterima. Hal ini dapat dilihat dari nilai adjusted R 2 model akrual khusus sebesar 12%, hampir sama dengan model Jones dimodifikasi yang sebesar 15%. Properti tanda koefisien model akrual khusus juga diperoleh paling tinggi. 3. Nasution dan Setiawan (2007) Penelitian ini mendeteksi mendeteksi manajemen laba dengan model Beaver dan Engel (1996). Dari hasil statistik deskriptif dapat diketahui bahwa rata-rata akrual
17 25 diskresioner untuk perusahaan perbankan adalah sebesar 0,0005 dan angka ini nilainya positif. Hal tersebut menandakan bahwa pada periode tahun perusahaan perbankan di Indonesia melakukan tindak manajemen laba dengan pola memaksimalkan labanya. 4. Zahara dan Veronica (2009) Penelitian ini menggunakan pengujian yang dilakukan dengan analisis regresi berganda antara akrual diskresioner sebagai variabel dependen dan Rasio CAMEL sebagai variabel independen. Yang dimana nilai rata-rata akrual diskresioner sebesar -0,00828 yang menunjukkan bahwa pola manajemen laba bersifat penurunan laba. Rasio CAMEL yang diukur dengan CAR (Capital Adequacy Ratio), RORA (Return On Risked Assets), ROA (Return On Assets), NPM (Net Profit Margin), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Model manajemen laba yang digunakan adalah model Healy (1985) dan Jones (1991). 5. Setiawati (2010) Dengan menggunakan analisis regresi berganda antara variabel dependen discretionary accruals dengan variabel independen Rasio CAMEL yaitu CAR, RORA, ROA, NPM, dan LDR serta dengan menggunakan model pendeteksian manajemen laba yang diproksikan melalui akrual diskresioner yang dideteksi dengan model Healy (1985) dan Jones (1991). Dan nilai rata-rata akrual diskresioner sebesar -0,
18 Rerangka Pemikiran Variabel independen dalam penelitian ini adalah analisis rasio CAMEL sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Analisis rasio CAMEL yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Capital diukur dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), Asset quality diukur dengan rasio RORA (Return On Risked Assets), Management diukur dengan rasio ROA (Return On Assets), Earnings diukur dengan rasio NPM (Net Profit Margin) dan Liquidity diukur dengan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio CAMEL Capital Adequacy Ratio (CAR) Return On Risked Assets (RORA) Return on Assets (ROA) Manajemen Laba (Discretionary Accrual) Net Profit Margin (NPM) Loan to Deposit Ratio (LDR) Keterangan : Gambar 1 Rerangka Pemikiran Hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa terdapat praktik manajemen laba yang terjadi pada Perbankan Go Public di Indonesia, diduga
19 27 didasari motif karena ingin memenuhi tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Hal ini dapat diindikasi karena ketatnya aturan yang ditetapkan oleh BI pada perbankan. Penilaian tingkat kesehatan bank yang senantiasa dievaluasi, menjadikan perbankan di Indonesia berusaha untuk mempertahankan kinerjanya. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja bank yaitu menggunakan rasio CAMEL berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004. Di sisi lain, hasil yang didapatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Zahara dan Veronica (2009) dan Setiawati (2010) yang tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara rasio CAMEL sebagai rasio pengukuran tingkat kesehatan bank dengan manajemen laba, dengan menggunakan model Healy dan Jones dalam mendeteksi praktik manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2007) yang melakukan uji terhadap model pendeteksian manajemen laba pada perbankan ternyata menemukan bahwa model akrual khusus Beaver dan Engel dapat mendeteksi akrual kelolaan pada perbankan. Maka dalam peneltian ini akan dilakukan pengujian rasio CAMEL dengan manajemen laba pada perbankan go public tahun Rasio CAMEL yang diproksikan dengan CAR, RORA, ROA, NPM, dan LDR akan dilakukan uji secara parsial terhadap discretionary accrual, guna untuk mengetahui pengaruh rasio CAMEL terhadap praktik manajemen laba. Dengan menggunakan model Beaver dan Engel sebagai pendeteksian manajemen laba.
20 Perumusan Hipotesis Rasio CAR terhadap Manajemen Laba Banyak dari bank konvensional di Indonesia melakukan praktik manajemen laba dalam usahanya untuk mencukupi rasio CAMEL yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (Nasution dan Setiawan, 2007). Bank-bank yang mengalami penurunan nilai tingkat kesehatannya cenderung melakukan manajemen laba (Zahara dan Veronica, 2009). Sedangkan Susanto (2003) dalam Zahara dan Veronica (2009) menemukan adanya indikasi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh kelompok bank yang tidak sehat dan salah satu faktor dominan yang mendorong bank melakukan manajemen laba tersebut adalah motif meningkatkan kinerja bank. Industri perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat dibanding dengan industri lain, misalnya suatu bank harus memenuhi kriteria CAR minimum (Nasution dan Setiawan, 2007). Endriani (2004) dalam Zahara dan Veronica (2009) menemukan bahwa upaya bank melakukan earnings management dalam upaya memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal minimum (CAR) yang telah ditetapkan oleh BI. Earnings management dilakukan oleh bank semakin intensif dengan arah yang terbalik dengan tingkat CAR, dimana bank yang memiliki nilai CAR lebih rendah dari ketentuan minimum Bank Indonesia cenderung lebih intensif (tinggi) melakukan praktik earnings management dan sebaliknya (Zahara dan Veronica, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Nilai minimum CAR juga merupakan salah satu peraturan Bank Indonesia yang harus dipenuhi oleh bank untuk memenuhi rasio kecukupan modal bank yang layak beroperasi, maka diduga
21 29 praktik manajemen laba di perbankan go public yang dipengaruhi oleh rasio CAR. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dapat di rumuskan sebagai berikut: H1 : Rasio CAR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba Rasio RORA terhadap Manajemen Laba Penilaian kualitas aset pada rasio CAMEL menunjukkan kualitas aset yang dapat dilihat dari kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba. Rasio ini diproksikan dengan rasio RORA (Return On Risked Assets) yang diperoleh dari perbandingan laba sebelum pajak dengan aktiva produktif. Rasio RORA ini merupakan salah satu rasio yang menunjukkan profitabilitas bank. Penelitian yang dilakukan oleh Robb (1998) dalam Zahara dan Veronica (2009) membuktikan secara empiris bahwa bank lebih cenderung melakukan praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba, jika diperoleh laba yang lebih rendah dari yang diinginkan. Sehingga diduga bahwa rasio RORA yang tidak memenuhi syarat ketentuan minimum yang telah ditetapkan oleh BI pada periode sebelumnya lebih termotivasi untuk melakukan praktik manajemen laba, agar mendapatkan nilai rasio RORA yang cukup sesuai dengan standart tingkat kesehatan bank pada periode saat ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio RORA negatif terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dapat di rumuskan sebagai berikut : H2 : Rasio RORA berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
22 Rasio ROA terhadap Manajemen Laba Rasio ROA yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aset. Rasio ROA menunjukkan efektivitas bank dalam mengelola assetnya. Nilai ROA yang tinggi menunjukkan bahwa pengelolaan asset yang semakin produktif. Penelitian Arnawa (2006) dalam Zahara dan Veronica (2009) menggunakan rasio ROA sebagai salah satu proksi untuk menilai kinerja bank. Sedangkan penelitian Aryati dan Manao (2000) dalam Setiawati (2010) menggunakan rasio ROA untuk memprediksi tingkat kegagalan bank dan hasilnya terbukti signifikan. Sehingga diduga rasio ROA yang tidak memenuhi ketentuan minimum pada periode sebelumnya akan memotivasi bank untuk melakukan praktik manajemen laba, untuk mendapatkan nilai rasio ROA yang mencukupi standar kesehatan bank. Sifat rasio ini sama dengan rasio RORA (Zahara dan Veronica, 2009). Berdasarkan uraian tersebut dibangun hipotesis untuk melihat pengaruh rasio ROA terhadap manajemen laba di perbankan go public. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dapat di rumuskan sebagai berikut : H3 : Rasio ROA berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba Rasio NPM terhadap Manajemen Laba Rasio NPM diperoleh dari perbandingan laba operasi dengan pendapatan. Sama halnya dengan rasio RORA dan ROA sebelumnya, rasio NPM juga menunjukkan kemampuan bank menghasilkan laba dari aktivitas operasionalnya (Zahara dan Veronica, 2009). Bank yang sehat akan mendapatkan nett income yang besar dan operating income-nya juga sebanding atau proporsional dengan nett
23 31 income-nya. Demikian juga sebaliknya untuk bank yang gagal (Aryati dan Manao, 2000). Apabila laba menurun akan terlihat bahwa nilai rasio NPM juga menurun, hal ini akan membuat kerugian bagi manajemen karena dinilai buruk dalam kinerjanya. Hal inilah yang diduga bahwa manajemen melakukan tindak praktik manajemen laba dengan menaikkan laba agar nampak lebih tinggi. Rasio ini berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dapat di rumuskan sebagai berikut : H4 : Rasio NPM berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba Rasio LDR terhadap Manajemen Laba Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga. Rasio LDR menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan dana dari pihak ketiga yang dihimpunnya. LDR merupakan salah satu rasio yang diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank karena dari rasio LDR dapat diketahui potensi bank dalam memperoleh laba. Laba bank diperoleh dari pengembalian pinjaman yang diberikan, semakin tinggi jumlah pinjaman yang diberikan maka akan memiliki potensi memperoleh laba semakin tinggi. Bank yang memiliki nilai rasio LDR rendah umumnya memiliki kemampuan menghasilkan laba yang relatif lebih kecil dibandingkan bank yang memiliki nilai LDR tinggi. Semakin rendah nilai LDR yang juga menunjukkan rendahnya penghasilan bank, maka akan memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba (Zahara dan Veronica, 2009). Aryati dan Manao (2000) menemukan bahwa terdapat perbedaan
24 32 rasio LDR antara bank sehat dan bank yang sakit. Sehingga diduga rasio ini berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dapat di rumuskan sebagai berikut : H5 : Rasio LDR berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
BAB I PENDAHULUAN. (2001), Rahmawati, dkk., (2007) dan Nasution dan Setiawan (2007). Hasil penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, penelitian mengenai adanya indikasi laba di sektor perbankan konvensional telah dilakukan oleh banyak peneliti, antara lain Setiawati dan Na'im
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomis di masa depan dan lain-lain (Suhardito et al, 2000).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini khususnya pada saat krisis ekonomi dunia, para investor harus lebih teliti dalam membaca atau menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan.
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT
RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT Untuk Memenuhi Tugas Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutrisno, S.E., M.Si., Ak., CA Disusun oleh: Annisa Sabrina Djunaedy PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh rasio CAMEL terhadap manajemen laba. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), RORA (Return On Risked
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dapat dipandang sebagai model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut
Lebih terperinciPENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan
1 PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan eksternal. Bagi pihak internal, laba digunakan untuk menilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keputusan operasional taktis stratejik manajerial, alat prediksi kinerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis, antara lain sebagai alat penilai kinerja perusahaan, alat bantu pengambilan keputusan operasional
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara
digilib.uns.ac.id 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara prinsipal (pemilik atau pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu periode tersebut. Ada berbagai manfaat dalam menyajikan keuangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi akuntansi untuk melihat kinerja keuangan dalam suatu perusahaan, para pengguna kepentingan membutuhkan laporan keuangan di perusahaan tersebut.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi Praktik manajemen laba dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak agent dengan pihak principal.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Laba 2.1.1 Definisi Manajemen Laba Scott (2003) mengungkapkan bahwa manajemen laba adalah keputusan manajer dalam memilih kebijakan akuntansi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industri yang lain seperti manufaktur, perdagangan, dan sebagainya. Industri perbankan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu mengelola perusahaan miliknya sendiri, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk keperluan modal usaha maupun untuk perluasan usahanya. Ekspansi merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Muliati (2011) mengatakan bahwa hubungan antara pemilik dan pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen/investor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghubungkan antara dua belah pihak yaitu antara pihak yang memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dapat dikatakan sebagai suatu lembaga dan juga sebagai suatu industri. Bank dikatakan sebagai suatu lembaga yang menghubungkan antara dua belah pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal, disamping industri lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Hubungan keagenan yang dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976) merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori keagenan, teori akunntansi positif, manajemen laba, perataan laba, sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dan media komunikasi utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Agensi Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Agency Theory merupakan suatu perspektif yang sering digunakan dalam memahami hubungan tata kelola dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau persekutuan. Seiring dengan perkembangan bisnis tersebut maka akan tiba saatnya untuk mengubah
Lebih terperinciPERBEDAAN DISCRETIONARY ACCRUALS ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR LABA DAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR RUGI
PERBEDAAN DISCRETIONARY ACCRUALS ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR LABA DAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR RUGI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu,
Lebih terperinciBab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model
Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model 2.1 Definisi Konsep 2.1.1 Agresivitas Pajak Perusahaan Perusahaan menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban biaya yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (Merkusiwati,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori teori 1. Pengertian Teori Asimetri Informasi Dalam bidang ekonomi, asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi lebih banyak atau
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal didefinisikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai instrumen atau sekuritas jangka panjang (Gunawan, 2012). Kehadiran pasar modal ini merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan didalam teori agensi bahwa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. melakukan hal yang terbaik bagi kepentingan pribadinya. Teori ini menjelaskan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan Penelitian mengenai Manajemen laba ini dilandasi oleh teori keagenan (Agency Theory). Teori keagenan mengasumsikan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa perusahaan perbankan telah berdiri dan berkembang di Indonesia.Tujuan perusahaan itu berdiri adalah untuk menghasilkan laba.industri perbankan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis ini sangat diperlukan untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam ulasan penelitian. Studi kepustakaan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Dalam suatu negara, peranan bank sangat mempengaruhi keadaan di dalam negara tersebut, khususnya dalam segi perekonomian yang dapat berpengaruh pada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. TEORI KEAGENAN Masalah keagenan (agency problem) pada awalnya diekplorasi oleh Ross (1973), sedangkan eksposisi teoritis secara mendetail dari teori
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan(Agency Theory) Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba (2012) melakukan
8 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut: Ulfah (2013) dan Sumomba
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Biaya Modal Ekuitas Menurut Mardiyah (2002), cost of equity capital adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source financing). Santoso
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Manajemen Laba 2.1.1.1. Defenisi Manajemen Laba Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk kegiatan pendanaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1.1 Definisi Earnings Management (manajemen Laba)
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Earnings Management (Manajemen Laba) II.1.1 Definisi Earnings Management (manajemen Laba) Adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperoleh laba merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Yayasan maupun bentuk-bentuk badan usaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Akuntansi Positif Teori Akuntansi Positif sangat erat kaitannya dengan praktik manajemen laba, karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan mempunyai peranan penting dalam membangun sistem perekonomian Indonesia. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediasi atau perantara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Ardiani (2007) menunjukkan bahwa secara simultan CAR, RORA, ROA, LDR, NPM dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Telaah Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Sebuah perspektif teoretis yang penting pada desain insentif manajemen disediakan oleh konsep biaya agensi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori keagenan Teori keagenan merupakan hubungan antara pemilik (principal) dan manajer (agent) dalam suatu organisasi yang memiliki konflik kepentingan.
Lebih terperinciTEORI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS. RMK Pertemuan 13 MANAJEMEN LABA OLEH: NI MADE KUSUMA AYUNI (32) PROGRAM EKSTENSI
TEORI AKUNTANSI RMK Pertemuan 13 MANAJEMEN LABA OLEH: NI MADE KUSUMA AYUNI 1315351050 (32) PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2015 Manajemen Laba Informasi laba sangatlah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Manajemen laba didasari oleh adanya teori keagenan yang menyatakan bahwa setiap individu cenderung untuk memaksimalkan utilitasnya. Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan go public di Indonesia dapat dilihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) setiap tahunnya. IPO merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya
Lebih terperincikemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu lembaga
Lebih terperinciPeran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan
Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Fundamental Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio finansial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut bisa diperoleh melalui dua sumber yaitu dari luar perusahaan (eksternal
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Biaya modal (cost of capital) Perusahaan dalam rangka menjalankan kegiatan operasionalnya pasti akan memerlukan modal. Modal yang diperlukan untuk membiayai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen dan
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Agensi Pada kepemilikan perusahaan yang tersebar terdapat hubungan keagenan antara pihak pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Menurut Jensen
Lebih terperinciBAB II MANAJEMEN LABA DAN LEVERAGE. II.1.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
BAB II MANAJEMEN LABA DAN LEVERAGE II.1. Laporan Keuangan II.1.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory (Mursalim, 2005) yang membuat suatu model kontraktual
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau lembaga perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada beberapa penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan pelaporan adalah menyediakan informasi melalui media laporan keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja perusahaan pada periode tertentu.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut prinsipal (principal)
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi (agency theory) menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua atau lebih orang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam bidang akuntansi, istilah manajemen laba tidak asing lagi di kalangan praktisi maupun akademisi, khususnya peneliti akuntansi karena berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi pihak eksternal. Informasi tersebut menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, karena perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Theory Agency) Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agen). Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya,
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency theory diperkenalkan oleh Berle dan Means (1932) dalam Herris (2012), yang menyatakan bahwa sebuah organisasi yang mempekerjakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan pembahasan data hasil analisis mengenai pengaruh Capital
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perbankan a. Pengertian Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 Perubahan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Teori akuntansi positif adalah teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Sri Sulistyanto (2008), teori sinyal digunakan untuk menjelaskan
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Menurut Sri Sulistyanto (2008), teori sinyal digunakan untuk menjelaskan bahwa pada dasarnya laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSETS, NET
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSETS, NET INTEREST MARGIN DAN LOAN TO DEPOSIT RA TIO TERHADAP HARGASAHAM PT BANK CENTRAL ASIA, TBK PERIODE 2007-2011 ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,
Lebih terperinci