SEMINAR NASIONAL SAINSTEK KE-2 UNDANA TAHUN 2014 Hotel Aston, Kupang Oktober 2014
|
|
- Budi Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI PEMBUATAN PETA PERCEPATAN PUNCAK DI PERMUKAAN TANAH DAN PETA RESIKO GEMPA AKIBAT GEMPA BENIOFF DI DKI JAKARTA UNTUK PENUNJANG PEMBUATAN PETA MIKROZONASI JAKARTA Dedy Dharmawansyah 1, Masyhur Irsyam 2, M. Asrurifak 2 dan Partogi Simatupang 3 1 Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung dedy.wansyah@gmail.com 2 Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB, Jl. Ganesha No. 10 Bandung asrurifak@gmail.com 2 Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB, Jl. Ganesha No. 10 Bandung masyhur.irsyam@yahoo.co.id 3 Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana, Kupang simatupangpartogi@yahoo.com ABSTRAK Jakarta yang merupakan ibukota pemerintahan dan pusat perekonomian terbesar di Indonesia menjadikan wilayah ini sebagai objek urbanisasi setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Propinsi DKI Jakarta tahun 2010 menyatakan bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta sekitar 9.61 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang besar dan berbagai infrastruktur penting di wilayah ini akan menyebabkan kerugian yang besar ketika gempa terjadi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan jumlah kerusakan bangunan pada berbagai tingkatan kerusakan (Slight, Moderate, Extensive dan Complete) akibat gempa subduksi dalam (Benioff) sehingga dari informasi tersebut dapat diketahui pemetaan daerah-daerah dengan kerentanan tinggi terhadap gempa. Studi ini dimulai dari mengumpulkan data berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta untuk memperoleh informasi peruntukan bangunan, pengumpulan data tanah yang tersebar di wilayah DKI Jakarta sebagai data masukan dalam analisis perambatan gelombang dari batuan dasar ke permukaan serta untuk memperoleh klasifikasi situs. Data lainnya adalah data fragility curve bangunan yang mewakili DKI Jakarta yang digunakan untuk memperoleh persentase kerusakan bangunan pada percepatan yang diterapkan dengan melakukan survey lapangan. Dari data RDTR DKI Jakarta akan diperoleh koordinat titik-titik yang mewakili untuk setiap blok yang tersebar diwilayah DKI Jakarta, selanjutnya dari data ini dilakukan overlay dengan data percepatan dipermukaan (dari hasil analisis perambatan gelombang) sehingga dari data ini kemudian diplotkan kedalam fragility curve bangunan untuk memperoleh jumlah bangunan rusak pada setiap tingkat kerusakan. Kata kunci: Mikrozonasi Jakarta, Resiko Gempa, Fragility Curve. 1. PENDAHULUAN Gempa Aceh yang disertai tsunami (Mw9,2) pada tahun 2004 merupakan gempa terbesar yang terjadi dalam dekade terakhir, yang disusul oleh gempa Nias tahun 2005 (Mw8,7), gempa Jogja tahun 2006 (Mw6,3), gempa Padang tahun 2009 (Mw7,6) dan yang terakhir gempa dan tsunami di Mentawai tahun 2010 (Mw7,2). Peristiwa gempa tersebut mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa meninggal, kerusakan infrastruktur serta bangunan yang berdampak pada kehilangan tempat tinggal ratusan ribu warga. Gempa-gempa besar tersebut terjadi karena letak wilayah indonesia yang berada pada pertemuan lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia yang terus bergerak sekitar 5-6 cm/tahun kearah utara dan lempeng Pasifik yang bergerak sekitar 12 cm/tahun kearah selatan (Gambar 1) serta berdasarkan data rekaman gempa yang terjadi sepanjang desember 2006 sampai september 2013 telah tercatat 3142 gempa dengan skala kecil sampai besar sehingga memposisikan Indonesia sebagai daerah dengan tingkat kerawanan gempa yang tinggi.(gambar 2). 1
2 Gambar 1. Lempeng Tektonik Dan Arah Pergerakannya (McCaffrey R., 2009) Disamping faktor geografis yang dijabarkan diatas, negara berkembang seperti Indonesia menjadi lebih rentan terhadap bahaya gempa, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya peningkatan laju pembangunan dan pertumbuhan perkotaan yang tidak terkontrol, pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang tinggi sehingga berdampak pada kepadatan bangunan di wilayah perkotaan. Disamping itu, hal ini diperkeruh juga dengan kurangnya manajemen bencana yang tepat baik pra maupun pasca gempa. Gempa bumi dapat menyebabkan kerugian yang besar ketika terjadi pada daerah-daerah metropolitan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan kelengkapan infrastruktur seperti Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan, perekonomian, sosial dan budaya di Indonesia. Kerusakan dan kerugian akibat gempa pada daerah tersebut akan berdampak pada terhambatnya segala kegiatan yang bertumpu di wilayah dengan jumlah penduduk sekitar 9,61 juta jiwa tersebut. (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2010). Gambar 2. Rekaman Gempa Di Indonesia Mengacu pada pemaparan diatas maka diperlukan kajian terkait penilaian resiko gempa untuk mengestimasi tingkat kerusakan akibat gempa diwilayah Jakarta dengan berbagai skenario, sehingga diperoleh rekomendasi yang tepat sebagai informasi awal maupun acuan dalam emergency plan pada saat terjadi gempa maupun langkah evakuasi pasca gempa yang akhirnya dapat meminimalisir jumlah kerugian terutama korban jiwa pada saat gempa terjadi. 2. METODOLOGI Metodologi dan tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan peta percepatan puncak dipermukaan dan peta resiko gempa akibat gempa Benioff di DKI Jakarta meliputi : 1. Studi literatur dan pengumpulan data sekunder yang berupa hasil penyelidikan tanah diberbagai wilayah di DKI Jakarta yang diperoleh dari Instansi pemerintah maupun swasta, pengumpulan data Rencana Detail Tata Ruang DKI Jakarta (RDTR DKI Jakarta) sebagai data masukan dalam menentukan jumlah bangunan yang memberikan pengaruh ketika diterapkan percepatan tertentu, pengumpulan data tipologi bangunan yang dominan (dalam studi ini digunakan tipe bangunan Infill Frame/INF dan Confine Masonry/CM) dan pengumpulan data fragility curve dari bangunan yang dominan mempengaruhi wilayah DKI Jakarta 2. Analisis perambatan gelombang berdasarkan data hasil penyelidikan tanah setempat untuk memperoleh nilai percepatan di permukaan akibat sumber gempa benioff. 3. Sortir data RDTR DKI Jakarta meliputi identifikasi zona/blok rumah tinggal, perkantoran maupun flat dan rumah susun. Studi ini hanya menitik beratkan pada zona/blok bangunan rumah tinggal (Infill Frame dan Confine Masonry). Dari blok rumah tinggal ini selanjutnya ditentukan koordinat titik tengah dari setiap blok, luasan total setiap blok, jumlah bangunan Infill Frame dan Confine Masonry dalam setiap blok dengan pendekatan yang dapat dilihat pada perumusan dan contoh dibawah ini : - Kode blok : R.4 - Subzona Rumah Sedang, KDB - Luas total blok (A blok ): m 2 2
3 - Building Occupance Rate (C blok ) Bblok = = 0.71 A blok - Luas bangunan dalam 1 blok (B blok ) : 71 % dari luas total (asumsi) Tabel 1. Asumsi % Luas Bangunan Dalam 1 Blok Perhitungan Jumlah dan luasan diatas selanjutnya diterapkan juga dalam menentukan jumlah dan luasan bangunan Confine Masonry (CM). 4. Memasukkan nilai percepatan dipermukaan dari hasil analisis perambatan gelombang kedalam fragility curve yang selanjutnya dikalikan dengan total bangunan INF dan CM untuk memperoleh besaran/jumlah kerusakan bangunan untuk setiap tingkat kerusakan (Slight, Moderate, Extensive dan Complete). Adapun fragility curve yang digunakan adalah sebagai berikut : - Jumlah bangunan dalam 1 blok (N blok ) 159 buah (dihitung dari google earth), sehingga : Building Density(D blok ) Nblok 159 = = B = blok - Tipikal luas lantai (F) yang diperoleh dari hasil survey tipologi bangunan. Berikut Tipikal luas lantai yang digunakan : INF CM = 384 m 2 (2 lantai) = 72 m 2 (2 lantai) Gambar 3. Fragility Curve untuk Bangunan INF - Proporsi bangunan (R) yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Asumsi Proporsi Bangunan - Jumlah Bangunan INF N INF = A blok * C blok * D blok *R INF = *0.71*0.0039*0.50 = buah - Luas Bangunan INF A INF = N INF *F INF = 82*384 = m 2 Gambar 4. Fragility Curve untuk Bangunan CM 3. HASIL ANALISIS 3.1 Data Tanah Pada studi ini diperoleh 331 titik bor yang tersebar di wilayah DKI jakarta dengan sebaran data tanah yang dapat dilihat pada Gambar 5. 3
4 Gambar 5. Sebaran Data Tanah Dari 331 Titik Bor Dari data tanah diatas selanjutnya dianalisis site class sehingga diperoleh sebaran klasifikasi tanah seperti pada Gambar 6 berikut : Gambar 6. Site Class Dari 331 Titik Bor 4
5 3.2 Data Gempa Benioff Data sumber gempa benioff yang digunakan adalah data sumber gempa yang memiliki kemungkinan terbesar terjadi di Wilayah DKI Jakarta. Sumber gempa tersebut selanjutnya di skenariokan dengan berbagai Magnitude (M) dan Jarak (R) dari yang terkecil sampai pada nilai M dan R terbesar yang kemungkinan akan memperngaruhi wilayah DKI jakarta. Kemudian dari berbagai skenario ini dilakukan analisis deagregasi untuk menentukan kejadian gempa dominan yang akan terjadi di wilayah DKI Jakarta. Dari hasil deagregasi diperoleh nilai Magnitude =7.0 dan Jarak 150 km untuk sumber gempa Benioff yang dianggap mewakili dan dominan mempengaruhi wilayah DKI Jakarta. Selanjutnya dari sumber gempa ini dan juga data tanah yang sudah dijelaskan sebelumnya dilakukan analisis perambatan gelombang dari batuan dasar ke permukaan sehingga diperoleh percepatan dipermukaan sebagai input pada analisis resiko. Sebaran nilai percepatan puncak dalam g (gravitasi) di permukaan untuk sumber gempa benioff di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini. Gambar 7. Peta Percepatan Dipermukaan Dari Sumber Gempa Benioff 3.3 Data RDTR dan Peraturan Zonasi DKI Jakarta 2013 Data Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi DKI Jakarta (RDTR) merupakan data hasil perencanaan terperinci tentang tata ruang wilayah DKI Jakarta, dilengkapi dengan peraturan zonasi dan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang serta unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap blok peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah dengan skala 1:5000. RDTR DKI Jakarta Tahun 2030 dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini. 5
6 Gambar 8. RDTR DKI Jakarta Koordinat titik peruntukan bangunan (blok bangunan) yang digunakan dalam studi ini terdiri atas ± 6942 buah blok (digunakan blok dengan kode R3 s.d. R8) yang tersebar diseluruh wilayah DKI Jakarta. Sebaran titik peruntukan bangunan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini. Gambar 9. Sebaran Titik Peruntukan Bangunan Di Wilayah DKI Jakarta Secara umum, kerusakan terbesar berada pada blok-blok dengan jumlah bangunan terbanyak. Sebagai contoh yaitu di wilayah paling utara di Jakarta Utara serta blok-blok yang tersebar di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Adapun sebaran jumlah kerusakan bangunan dengan berbagai sumber gempa yang diterapkan dan berbagai tingkat kerusakan bangunan dapat dilihat pada Gambar 10 s.d. Gambar 13. 6
7 Gambar 10. Peta Jumlah Bangunan Pada Kerusakan Extensive Untuk Infill Frame (Benioff M=7.0 dan R=150 km) Gambar 11. Peta Jumlah Bangunan Pada Kerusakan Complete Untuk Infill Frame (Benioff M=7.0 dan R=150 km) 7
8 Gambar 12. Peta Jumlah Bangunan Pada Kerusakan Extensive Untuk Confine Masonry (Benioff M=7.0 dan R=150 km) Gambar 13. Peta Jumlah Bangunan Pada Kerusakan Complete Untuk Confine Masonry (Benioff M=7.0 dan R=150 km) 8
9 4. DISKUSI DAN KESIMPULAN Studi pembutan Peta Resiko Gempa di wilayah DKI Jakarta di permukaan ini menampilkan perkiraan besarnya jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh gempa Benioff dan respon kondisi tanah setempat terhadap banguna yang ada. Data tanah (borlog) yang yang digunakan adalah 331 titik yang tersebar diwilayah DKI Jakarta. Data ini selanjutnya digunakan untuk menentukan besaran amplifikasi percepatan dipermukaan serta klasifikasi situs (site class) di DKI Jakarta. Berdasarkan data RDTR DKI Jakarta 2030 dan survey lapangan, diperoleh informasi bahwa jenis konstruksi yang dominan di DKI Jakarta terdiri atas bangunan Infill Frame yang tersebar diwilayah-wilayah tertata dan bangunan Confine Masonry yang umumnya berada dikawasan tidak tertata. Kerentanan bangunan yang direpresentasikan oleh data fragility curve diperoleh dari Survey lapangan pada bangunan di Wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis resiko menggunakan fragility curve di wilayah DKI Jakarta menunjukkan bahwa tipe bangunan confine masonry paling banyak mengalami kerusakan dibandingkan dengan tipe bangunan infill frame. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik, mutu bahan maupun mutu pekerjaan pada bangunan confine masonry yang lebih rendah dibandingkan dengan infill frame. REFERENSI Draft Rancangan Peraturan Daerah Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Provinsi DKI Jakarta Tahun Earthpoint < Federal Emergency Management Agency, (2003) : HAZUS-MH MR1 Advanced Engineering Building Module : Technical and User Manual, Washington, DC, U.S.A. Federal Emergency Management Agency, (2003) : HAZUS-MH MR4 Technical Manual, Washington, DC, U.S.A. FEMA 154, (2002) : Rapid Visual Screening of Buildings for Potential Seismic Hazard : A Handbook, Washington, D.C. U.S.A. FEMA 155, (2002) : Rapid Visual Screening of Buildings for Potential Seismic Hazard : Supporting Documentation, Washington, D.C. U.S.A. Faiza, F. (2013): Penilaian Kerentanan Bangunan Terhadap Gempa untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Dengan Dinding Pengisi di wilayah DKI Jakarta, Program Studi Teknik Sipil, ITB. Fournier d'albe, E. M. (1979) : Introduction: Reducing vulnerability to nature's violent forces: cooperation between scientist and citizen. In: Maybury, R. H., Violent forces of nature, Lomond Publications, Maryland p Hutabarat, R. (2013): Mikrozonasi Jakarta Dengan Gempa Skenario Sumber Gempa Benioff, Program Studi Teknik Sipil, ITB. Laporan Akhir Pembuatan Peta Resiko Gempa Skala Mikro (Mikrozonasi) Level 4 di Propinsi DKI Jakarta (Tahap 1) McCaffrey, R. (2009) : The Tectonic Framework of the Sumatran Subduction Zone, Annu. Rev. Earth Planet. Sci 37: Murty, C.V.R. (2014) : Learning Earthquake Design and Construction, Resonance journal of science education vol. 19 No.8. NIBS, HAZUS'99, (2002) : Earthquake Loss Estimation Methodology : Technical Manual. In: FEMA (Editor), Technical Manual, Federal Emergency Management Agency (FEMA), National Institute of Building Sciences (NIBS), Washington, DC, pp Piranti, S. N. (2014): Kerentanan Bangunan Confined Masonry Di Wilayah DKI Jakarta, Program Studi Teknik Sipil, ITB. Sinha, R., dan Goyal, A. (2007) : A National Policy for Seismic Vulnerability Assessment of Buildings and Procedure for Rapid Visual Screening of Buildings for Potential Seismic Vulnerability, Department of Civil Engineering, Indian Institute of Technology Bombay. Standar Nasional Indonesia (2012) : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan non Gedung (SNI 1726:2012), Badan Standarisasi Nasional. 9
Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array
Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array M. Asrurifak, Masyhur Irsyam, Bigman M Hutapea Pusat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu
Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu R. SURYANITA 1,* 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Jl. HR Soebrantas KM.12.5 Pekanbaru, Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gempabumi tektonik. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Eurasia, lempeng Samudera Hindia, dan Samudra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini
Lebih terperinciRASIO MANFAAT-BIAYA PADA PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR TAHAN GEMPA UNTUK RUMAH TINGGAL
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 1 No. 3 September 2012 Halaman 159-166 RASIO MANFAAT-BIAYA PADA PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR TAHAN GEMPA UNTUK RUMAH TINGGAL Setya Winarno, Miftahul Fauziah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah [4, 5, 6] Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik (Gambar 1.1). Lempeng
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempabumi merupakan salah satu bencana alam yang berpotensi menimbulkan kerusakan parah di permukaan Bumi. Sebagian besar korban akibat gempabumi disebabkan oleh kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam menurut undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
Lebih terperinciStudi Literatur Rapid Visual Screening untuk Mengetahui Potensi Kerentanan Bangunan Terhadap Bahaya Gempa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Studi Literatur Rapid Visual Screening untuk Mengetahui Potensi Kerentanan Bangunan Terhadap Bahaya Gempa Fadilah Alfia Nuri, Dr. techn. Pujo Aji, ST.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, berawal dari tsunami yang melanda Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 yang telah menelan korban ratusan ribu jiwa. Dan tsunami yang melanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi dari tiga lempeng utama (kerak samudera dan kerak benua) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia
Lebih terperinciANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISA STRUKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT (KOTA PADANG) PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Etri Suhelmidawati 1 1 Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada tiga pertemuan lempeng besar dunia yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Pasifik di bagian timur, dan Lempeng Eurasia di
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang
Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang Vicky Rizcky, Endah Wahyuni ST., MSc., PhD dan Data Iranata ST., MT., PhD Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan titik temu antara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim disebut Triple Junction.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi adalah gerakan atau getaran yang terjadi di permukaan bumi yang diakibatkan oleh adanya pergerakan dua lempengan yang saling bergesekan yang menimbulkan pelepasan
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR EVALUASI KERENTANAN BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA BUMI DENGAN RAPID VISUAL SCREENING (RVS) BERDASARKAN FEMA 154
INFRASTRUKTUR EVALUASI KERENTANAN BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA BUMI DENGAN RAPID VISUAL SCREENING (RVS) BERDASARKAN FEMA 154 Evaluation of Building Vulnerability From Earhquake by Rapid Visual Screening
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Selama peradaban manusia, gempa bumi telah dikenal sebagai fenomena alam yang menimbulkan efek bencana yang terbesar, baik secara moril maupun materiil. Suatu gempa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara
Lebih terperinciSulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan satu bencana alam yang disebabkan kerusakan kerak bumi yang terjadi secara tiba-tiba dan umumnya diikuti dengan terjadinya patahan atau sesar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa bumi. Dari kejadian kejadian gempa bumi pada beberapa
Lebih terperinciPETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG
PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai
Lebih terperinciANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli
ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email: nugrafindo@gmail.com
Lebih terperinciMELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH
MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH Oleh Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017 Ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang letak geografis berada pada 94-141 BT dan 6 LU - 11 LS. Letak geografisnya, menjadikan Indonesia sebagai negara yang
Lebih terperinciDISTRIBUSI BEBAN LATERAL PADA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA
DISTRIBUSI BEBAN LATERAL PADA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA Yoyong Arfiadi Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email: yoyong@mail.uajy.ac.id atau yoyong_arfiadi@ymail.com
Lebih terperinciPELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL
PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL Oleh: Rahayu Dwisiwi SR, M.Pd, Yusman Wiyatmo, M.Si, Joko Sudomo, M.A, Surachman, M.S ABSTRAK Pengabdian Pada Masyarakat ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng utama dunia, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Eurasia. Konvergensi antara ketiga lempeng ini membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL
PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL 7.2.5.1 Hendri Sugiarto Mulia 1, Stefanus Edwin 2, Hasan Santoso 3, dan
Lebih terperinciEVALUASI GEMPA DAERAH SULAWESI UTARA DENGAN STATISTIKA EKSTRIM TIPE I
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol., No., Maret 0 ISSN 087-9 (-) EVALUASI GEMPA DAERAH SULAWESI UTARA DENGAN STATISTIKA EKSTRIM TIPE I Julius E. Tenda Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar
Lebih terperinciImam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB
Peta Rawan : Suatu Informasi Fundamental dalam Program Pengurangan Risiko Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Lebih terperinciANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA Fauzan 1, Zaidir 2, Dwi Putri Nengsi 3, Indri Miswar 4 ABSTRAK Sumatera Barat merupakan
Lebih terperinci2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana masih merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia hal ini disebabkan karena Indonesia berada pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik meliputi lempeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi khususnya Bidang Mitigasi Gempabumi dan Gerakan Tanah, yang
Lebih terperinciANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI
ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI Helmy Darjanto 1 Adhi Muhtadi 2 1 Dosen & Praktisi, Anggota Himpunan Ahli Teknik Tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan
Lebih terperinciPELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA
PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA Oleh Rahayu Dwisiwi SR, M.Pd. dkk. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciKAJIAN BANGUNAN DI INDONESIA DENGAN AMERIKA (STUDI KASUS RUMAH DI BANTUL)
KAJIAN BANGUNAN DI INDONESIA DENGAN AMERIKA (STUDI KASUS RUMAH DI BANTUL) Adi Setiabudi Bawono Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Teknologi Yogyakarta, Alumni Magister Teknik Sipil konsentrasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Disamping bencana, Indonesia
Lebih terperinciANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05
ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI 03-1726-2002 DAN ASCE 7-05 Jufri Vincensius Chandra NRP : 9921071 Pembimbing : Anang Kristianto, ST., MT FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciKAJIAN KERENTANAN GEMPABUMI PADA SEKOLAH DAN PASAR DI DKI JAKARTA MENGGUNAKAN METODE KAJI CEPAT
KAJIAN KERENTANAN GEMPABUMI PADA SEKOLAH DAN PASAR DI DKI JAKARTA MENGGUNAKAN METODE KAJI CEPAT SEISMIC VULNERABILITY ASSESSMENT ON SCHOOLS AND PUBLIC MARKETS IN JAKARTA USING RAPID ASSESSMENT METHOD Mulyo
Lebih terperinciPELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 1. PENGUKURAN SITECLASS 2. PENGUKURAN MIKROTREMOR ARRAY 3. PEMBUATAN SINTETIK GROUND MOTION 4. PETA PROBABILITAS HAZARD
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah : 1) Perbandingan hasil evaluasi kedua model yaitu desain awal dan desain akhir adalah sebagai
Lebih terperincixvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif
xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia (Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia) dan sembilan lempeng kecil lainnya saling
Lebih terperinciPenyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan kumpulan gugusan-gugusan pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana gempa bumi. Hal ini juga disebabkan oleh posisi geografisnya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di wilayah yang sangat rawan bencana gempa bumi. Hal ini juga disebabkan oleh posisi geografisnya yang menempati zona tektonik
Lebih terperinciKATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.
EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA BAJA DAN BETON KOMPOSIT PEMIKUL MOMEN KHUSUS YANG DIDESAIN BERDASARKAN SNI 1729:2015 Anthony 1, Tri Fena Yunita Savitri 2, Hasan Santoso 3 ABSTRAK : Dalam perencanaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Pada tahun 2016 di Bulan Juni bencana tanah longsor menimpa Kabupaten Purworejo,
Lebih terperinciKINERJA DINDING BATA TANPA TULANGAN TERHADAP BEBAN GEMPA
KINERJA DINDING BATA TANPA TULANGAN TERHADAP BEBAN GEMPA Age, Zulfikar Djauhari,Iskandar R.S Jurusan Teknik Sipil S1 - Universitas Riau Kampus Bina Widya, Km 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru Email : Agesipilunri@gmail.com
Lebih terperinciKeamanan Rumah Sakit Terhadap Bahaya Gempa
Keamanan Rumah Sakit Terhadap Bahaya Gempa (Kenyataan Pada Beberapa Gempa Terakhir) oleh Prof. Dr. Ir. Iman Satyarno, M.E. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, INDONESIA 2010 10
Lebih terperinciTeknik, 36 (1), 2015, PERSEPSI PENGEMBANGAN PETA RAWAN GEMPA KOTA SEMARANG MELALUI PENELITIAN HAZARD GEMPA DETERMINISTIK
Tersedia online di: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 36 (1), 2015, 24-31 PERSEPSI PENGEMBANGAN PETA RAWAN GEMPA KOTA SEMARANG MELALUI PENELITIAN HAZARD GEMPA DETERMINISTIK Windu Partono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa bumi karena terletak diantara tiga lempeng besar dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN SEISMIC BASE ISOLATION SYSTEM TERHADAP RESPONS STRUKTUR GEDUNG HOTEL IBIS PADANG ABSTRAK
VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PENGGUNAAN SEISMIC BASE ISOLATION SYSTEM TERHADAP RESPONS STRUKTUR GEDUNG HOTEL IBIS PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Sumatera Barat merupakan daerah rawan gempa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada
Lebih terperinciEVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA
EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL 7.2.5.1 MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA Christianto Tirta Kusuma 1, Tiffany Putri Tjipto 2, Hasan Santoso 3 dan Ima Muljati 4 ABSTRAK : Gempa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,
Lebih terperinciRingkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014
\ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat
Lebih terperinciAnalisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini memungkinkan banyaknya kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia. Tak terkecuali di dunia Teknik Sipil, dalam hal perkembangan
Lebih terperinciAlhuda Rohmatulloh
Dosen Pembimbing: Dr. ing. Ir. Haryo Sulistyarso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Alhuda Rohmatulloh 3608100061
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangunan hendaknya memiliki sistem struktur yang kuat dan kaku sehingga mampu mencegah ketidakstabilan struktur yang diakibatkan oleh beban gravitasi maupun kombinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Padang secara geografis berada dipertemuan patahan Lempeng Indo dan Eurasia yang menyebabkan aktivitas tektonik sangat aktif. Peristiwa gempa September 2009 di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Pergerakan lempeng tersebut menimbulkan patahan/tumbukan sehingga terjadinya gempa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Perencanaan gedung tahan gempa telah menjadi perhatian khusus mengingat telah banyak terjadi gempa cukup besar akhir-akhir ini. Perencanaa
EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA TAHAN GEMPA DENGAN PUSHOVER ANALYSIS 1 Agung Sugiyatno 2 Sulardi, ST., MT 1 ancient_agoenk@yahoo.com 2 lardiardi@yahoo.com Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciPuslit Geoteknologi LIPI Jl. Sangkuriang Bandung Telepon
Tim Peneliti Gempa, tergabung dalam LabEarth bagian dari Poklit Gempa dan Geodinamika, telah berhasil memetakan besar dan lokasi gempa-gempa yang terjadi di masa lalu serta karakteristik siklus gempanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR di dasar laut Samudera Hindia (sebelah barat Aceh) telah 10 tahun berlalu. Bencana tsunami itu mengakibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di Indonesia, kejadian longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi. Beberapa contoh kejadian yang terpublikasi adalah longsor di daerah Ciregol, Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekayasa gempa berhubungan dengan pengaruh gempa bumi terhadap manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi pengaruhnya. Gempa bumi merupakan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan letak sendi plastis dengan menggunakan reduced beam
77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Akibat reduced beam section (perencanaan letak sendi plastis) deformasi struktur menjadi lebih besar 35% daripada deformasi struktur yang tidak diberi perencanaan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan
Lebih terperincitektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang sangat aktif kegempaannya. Hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Indo Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada bagian
Lebih terperinciKAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA
KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA Oleh Mario Junitin Simorangkir NIM : 15009110 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil) Letak geografis Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI
KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp.55-59 ISSN: 2477-7870 55 PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI Urip Nurwijayanto Prabowo Prodi Pendidikan Fisika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah rawan gempa karena merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan fenomena alam biasa sama dengan fenomena alam yang lain seperti hujan, angin, gunung meletus, dan lain sebagainya. Menyusul terjadinya gerakan-gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring of Fire), merupakan daerah berbentuk seperti tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik sepanjang
Lebih terperinciASESMEN KERENTANAN BANGUNAN TERHADAP ANCAMAN GEMPA DAN PEMETAANNYA DI SURABAYA
WORKSHOP PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA SURABAYA DAN JAWA TIMUR ENDAH WAHYUNI PUSAT STUDI KEBUMIAN, BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM LPPM DEPARTMEN TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER endah@ce.its.ac.id
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH
ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Siti Nidia Isnin Dosen Program Studi Geografi FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK Tsunami yang terjadi di Aceh pada 26
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan sistem-sistem lempengan kerak bumi sehingga rawan terjadi gempa. Sebagian gempa tersebut terjadi
Lebih terperinciSEISMIC HAZARD UNTUK INDONESIA
SEISMIC HAZARD UNTUK INDONESIA Penulis: Dr. Lalu Makrup Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian
Lebih terperinci