IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi diajukan oleh B. Anindya Nandi Wardhani 12/340118/PMU/07534 kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016 i

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Implementasi Prinsip- Prinsip Good University Governance Dalam Pengelolaan sumber daya manusia di Perguruan Tinggi di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini mengalami banyak hambatan. Namun dengan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Dosen Pembimbing Prof. Sahid dan Prof. Sudjarwadi yang banyak memberikan inspirasi, dukungan, dan wawasan baru di tengah kesibukannya dengan sabar membimbing sehingga penulis dapat terus bersemangat dalam menyelesaikan penelitian ini. 2. Dosen Penguji Pak Fathul dan Pak Singgih yang telah banyak memberikan saran, kritik, dan ilmu yang sangat berguna dalam penelitian ini 3. Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. 4. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Tinggi. 5. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan. 6. Teman-teman angkatan 2012 di Program Magister Manajemen Pendidikan Tinggi. 7. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulisan tesis ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai perbaikan penulisan tesisselanjutnya. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Yogyakarta, Desember 2015 Penulis iv

5 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x Intisari... xi Abstrak... xii BAB I. LATAR BELAKANG Permasalahan Keaslian Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Penelitian Wahyu Widyasih (2013) Penelitian Sri Agustina (2013) Penelitian Maylia Pramono Sari & Raharja (2010) Penelitian Thomas Kaihatu (2006) Penelitian Margono Slamet (2005) Undang-undang Pendidikan Tinggi Nomor 12 Tahun Landasan Teori Definisi Good Governance Definisi Good Corporate Governance (GCG) Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance (GCG) Asas/Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) Pihak-pihak yang Terlibat Dalam GCG menurut OECD (2004) Definisi Good University Governance (GUG)...19 v

6 2.2.8 Prinsip Dasar Good University Governance (GUG) Penerapan Good University Governance (GUG) di Indonesia Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia Definisi Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Manusia Definisi Analisis Pekerjaan Sumber Daya Manusia Definisi Pelatihan & Pengembangan Sumber Daya Manusia Definisi Penyusunan Jenjang Karir Sumber Daya Manusia Definisi Reward dan Punishment Sumber Daya Manusia Hipotesis / Pertanyaan Penelitian Kerangka Teori...29 BAB III. METODE PENELITIAN Model Penelitian Metode Pemilihan Lokasi Metode Penentuan Subjek Metode Pengumpulan Data Keabsahan Penelitian Metode Analisis Data Jadwal Penelitian...43 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Pengelolaan sumber daya manusia di UNS Hasil Open Coding Hasil Open Coding Tahapan pengelolaan MSDM di UNS Rekrutmen Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seleksi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Penempatan Pada Tugas dan Jabatan Yang Sesuai Pelatihan dan Pengembangan Penyusunan Jenjang Karir Penegakan Disiplin dan Pemberian Penghargaan Hasil Open Coding Implementasi prinsip-prinsip GUG dalam pengelolaan MSDM di UNS Implementasi prinsip-prinsip GUG Terhadap Rekrutmen...76 vi

7 Implementasi prinsip-prinsip GUG Terhadap Seleksi Implementasi GUG Terhadap Penempatan Implementasi GUG Terhadap Pelatihan dan Pengembangan Implementasi GUG dalam penyusunan jenjang karir Implementasi GUG Terhadap Reward and Punishment Hasil Axial Coding Hasil Selective Coding Pembahasan Penelitian BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori...29 Gambar 2.2 Proses Pendidikan Tinggi...30 viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Budaya Kerja UNS...3 Tabel 3.1 Demografi Responden...34 Tabel 3.2 Teknik Keabsahan Penelitian...38 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian...44 Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah Tenaga Pendidik UNS...47 Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Tenaga Kependidikan UNS...49 Tabel 4.3 Hasil Open Coding Tahapan Pengelolaan MSDM UNS...51 Tabel 4.4 Hasil Open Coding Implementasi Prinsip-Prinsip GUG Dalam Pengelolaan MSDM di UNS...60 Tabel 4.5 Matriks GUG Terhadap Pengelolaan MSDM...75 Tabel 4.6 Matriks GUG Terhadap Rekrutmen...76 Tabel 4.7 Matriks GUG Terhadap Seleksi...79 Tabel 4.8 Matriks GUG Terhadap Penempatan...85 Tabel 4.9 Matriks GUG Terhadap Pelatihan dan Pengembangan...88 Tabel 4.10 Matriks GUG Terhadap Penyusunan Jenjang Karir...96 Tabel 4.11 Matriks GUG Terhadap Reward and Punishment Tabel 4.12 Matriks Pembobotan GUG ix

10 DAFTAR BAGAN Bagan 4.1 Axial Coding Implementasi prinsip-prinsip Good University Governance Bagan 4.2 Sequence of Analysis Grounded Theory x

11 INTISARI IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS) SURAKARTA B. Anindya Nandi Wardhani Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji implementasi prinsip-prinsip good university governance (GUG) yang terdiri dari transparency, accountability responsibility, fairness, independency di setiap tahapan pengelolaan sumber daya manusia (mulai dari perekrutan hingga pemberian reward dan punishment) di UNS Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan prosedur grounded theory. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data melalui tahap pengodean (coding), yaitu open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian ini menggambarkan secara umum bagaimana tahapan pengelolaan sumber daya manusia di UNS (baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan), serta beberapa prinsip good university governance yang diimplementasikan dalam tiap tahapan pengelolaan sumber daya manusia. Untuk lebih memudahkan ketika melakukan analisis maka dibuat matriks prinsip-prinsip good university governance terhadap pengelolaan sumber daya manusia. Tidak semua komponen dianalisis, hanya komponen tertentu saja yang dianalisis pada tiap tahapan pengelolaan sumber daya manusia di UNS. Kata Kunci: good university governance, manajemen sumber daya manusia, perguruan tinggi xi

12 ABSTRACT IMPLEMENTATION OF GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE PRINCIPLES IN HUMAN RESOURCE MANAGEMENT AT SEBELAS MARET UNIVERSITY (UNS) SURAKARTA B. Anindya Nandi Wardhani This research aims at analyzing the implementation of good university governance (GUG) principles which consist of transparency, accountability responsibility, fairness, independency in every stage of human resource management (starting from recruitment to reward and punishment giving) at UNS Surakarta. This research applies qualitative method with grounded theory procedure. Data collection technique is carried out using interview, observation and document study. Meanwhile, data analysis is conducted by means of coding stages; those are open coding, axial coding and selective coding. The findings of this research show the stages of human resource management at UNS (both educator staff and educational staff), and also some principles of good university governance applicable in every stage of human resource management. In order to facilitate the analysis process, the researcher created matrix of good university governance principles towards human resource management. Not all of components are analysed. Only certain components are analyzed in every stage of human resource management at UNS. Key Words: good university governance, human resource management, higher education. xii

13 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Permasalahan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sebagai institusi pendidikan yang bertanggungjawab menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi wajib turut serta mencapai cita-cita konstitusional Negara Republik Indonesia, khususnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Guna mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah strategis bagi terselenggaranya pendidikan tinggi. Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi, maka sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting. Sumber daya manusia di lingkungan perguruan tinggi meliputi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Pengelolaan sumber daya manusia di perguruan tinggi meliputi tahapan: (1) rekrutmen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (2) seleksi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (3) penempatan pada tugas dan jabatan yang sesuai (4) pelatihan dan pengembangan (5) penyusunan jenjang karir (6) penegakan disiplin dan pemberian penghargaan. Semua tahapan manajemen sumber daya manusia tersebut harus dikelola dengan baik. Salah satu cara pengelolaan tersebut adalah dengan mengembangkan prinsip-prinsip good university governance di setiap tahapan. Good university governance merupakan turunan dari konsep good governance. Pada awalnya good governance hanya muncul di tataran korporasi/pemerintahan saja. Isu utama good governance secara umum adalah sikap masyarakat yang secara gencar menuntut pemerintah untuk melaksanakan tata kelola yang baik. Karena pola-pola lama yang dikelola pemerintah dinilai tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah mengalami perubahan sehingga tata kelola yang baik (good governance) diperlukan. 1

14 2 Good governance sebagai tolok ukur bagi pihak pengelola apakah telah menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seiring berjalannya waktu, perkembangan konsep good governance dipahami sebagai konsep yang lebih luas lagi, yaitu Good Corporate Governance (GCG). GCG dijadikan dasar dalam menyusun konsep-konsep baru untuk institusi lain dengan mengadopsi prinsip-prinsip dasarnya. Konsep GCG yang biasa digunakan dalam tataran korporasi/pemerintahan, prinsipprinsipnya sekarang ini dapat diadopsi dengan berbagai modifikasi dalam penyelenggaraan institusi perguruan tinggi. Tentu saja penyelenggaraan sebuah perguruan tinggi tidak dapat disamakan dengan penyelenggaraan sebuah korporasi/pemerintahan. GCG pada perguruan tinggi diperlukan untuk mendorong terciptanya tata kelola perguruan tinggi yang baik dengan asas-asas yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Corporate Governance (KNCG: 2006), yaitu: (1) transparansi / transparency; (2) akuntabilitas / accountability; (3) pertanggungjawaban / responsibility; (4) independensi / independency; (5) kewajaran dan kesetaraan / fairness. Perguruan tinggi memiliki ciri khas yang membutuhkan model pengelolaan yang berbeda dari model pengelolaan pemerintahan maupun korporasi, sehingga seiring dengan semakin ketatnya tingkat persaingan, perguruan tinggi harus terus berusaha untuk mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik sebagai suatu sistem yang melekat dengan dinamika perguruan tinggi, salah satunya adalah tata kelola universitas di bidang manajemen sumber daya manusia. Penerapan nilai-nilai GCG di bidang manajemen sumber daya manusia perguruan tinggi harus dapat diinternalisasikan menjadi budaya perguruan tinggi, sehingga menjadi sebuah sistem yang memperkuat competitive advantage.

15 3 Dewasa ini UNS juga dihadapkan dengan adanya persaingan yang ketat agar menjadi perguruan tinggi yang terkemuka di Indonesia dan berorientasi pada universitas kelas dunia (world class university). Sehingga UNS secara terus menerus harus berbenah diri dan berpacu dalam melaksanakan peningkatan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance) di mana ujung tombaknya ada pada tata kelola sumber daya manusia-nya. UNS telah merumuskan budaya kerja bagi semua karyawannya (termasuk tenaga pendidik), UNS mengembangkan budaya kerja yang diarahkan sebagai tuntunan sikap dan perilaku seluruh sivitas akademika; dengan demikian, budaya kerja tidak sekedar menjadi slogan tetapi diharapkan dapat menjadi jiwa dan semangat kerja dalam upaya mewujudkan visi dan misi UNS. Budaya kerja tersebut kemudian dikemas dalam slogan UNS ACTIVE yang penjabarannya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.1 Budaya Kerja UNS BUDAYA KERJA DEFINISI ASPEK ACHIEVEMENT ORIENTATION (Orientasi Berprestasi) CUSTOMER SATISFACTION (Kepuasan Pengguna Jasa) TEAMWORK (Kerjasama) Kemampuan untuk bekerja dengan baik dan berusaha melampaui standar prestasi yang ditetapkan, berorientasi pada hasil dan terus menerus melakukan upaya untuk meraih keunggulan Kemampuan untuk membantu atau melayani orang lain atau memenuhi kebutuhan pengguna jasa, baik internal maupun eksternal Kemampuan bekerja bersama orang lain, baik dalam tim besar maupun tim kecil dalam ruang lingkup institusi 1. Standar prestasi 2. Ide Kreatif 3. Keahlian 4. Orientasi pada hasil 5. Keunggulan 6. Kesempurnaan 1. Proaktif 2. Daya Cepat Tanggap 3. Fokus pada Pengguna Jasa 4. Empati 5. Active Listener 6. Interaksi 7. Keterbukaan 1. Partisipasi 2. Kontribusi 3. Kerjasama 4. Fokus pada kinerja tim 5. Toleransi

16 4 INTEGRITY (Integritas) VISIONARY (Visioner) ENTREPRENEUR SHIP (Kewirausahaan) Satunya kata dengan perbuatan, kemampuan mendeskripsikan maksud, ide dan perasaan serta menerjemahkan seutuhnya kedalam perbuatan yang dilandasi dengan ketulusan, kesetiaan, rasa tanggung jawab dan komitmen yang tinggi terhadap kemajuan organisasi selaras dengan visi dan misi UNS Kemampuan menetapkan sasaran baru ketika target yang ditetapkan telah tercapai dan berorientasi jangka panjang, termasuk kemampuan menyesuaikan perubahan lingkungan dan mudah menerima perubahan dalam institusi Kemampuan mengolah sumber daya yang ada menjadi suatu produk dan jasa yang mempunyai nilai tambah dan mencari keuntungan/keunggulan dari peluang yang belum dikembangkan orang lain. 1. Akuntabilitas 2. Kejujuran 3. Tanggungjawab 4. Konsistensi 5. Kedisiplinan 6. Komitmen 7. Loyalitas 1. Perbaikan berkelanjutan 2. Perwujudan ide menjadi tindakan 3. Inovasi 4. Reputasi 5. Pengelolaan perubahan 1. Kemandirian 2. Kesejahteraan bersama 3. Kreativitas 4. Nilai tambah 5. Kewirausahaan Implementasi prinsip-prinsip Good University Governance dalam pengelolaan sumber daya manusia di perguruan tinggi berperan penting dalam penyelenggaraan institusi, khususnya di UNS. Penelitian ini didesain untuk mengkaji implementasi prinsip-prinsip good university governance (GUG) yang terdiri dari transparency, accountability responsibility, fairness, independency di setiap tahapan pengelolaan sumber daya manusia (mulai dari perekrutan hingga pemberian reward dan punishment) di UNS Surakarta.

17 5 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian yang berjudul Implementasi Prinsip-Prinsip Good University Governance Dalam Pengelolaan sumber daya manusia di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta belum pernah ada yang meneliti sebelumnya. Namun, penelitian serupa pernah dilakukan misalnya Implementasi Good University Governance di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta oleh Wahyu Widyasih (2013), serta oleh Sri Agustina (2013) yang berjudul Implementasi Prinsip-Prinsip Good University Governance Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja di UNS Surakarta. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tahapan pengelolaan sumber daya manusia di UNS (meliputi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan). 2. Untuk melihat implementasi prinsip-prinsip Good University Governance dalam pengelolaan sumber daya manusia di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kedua poin tersebut bertujuan agar pihak-pihak yang berperan di dalam menjalankan pengelolaan perguruan tinggi memahami dan menjalankan fungsi serta peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak tersebut antara lain adalah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang menjalankan langsung perannya dalam pengelolaan sumber daya manusia di UNS. 1.4 Manfaat Penelitian a) Bagi Peneliti: Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Good University Governance serta implementasi prinsip-prinsip GUG terhadap setiap tahapan pengelolaan sumber daya manusia yang diterapkan di lingkup perguruan tinggi, khususnya di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

18 6 b) Bagi Perguruan Tinggi (UNS pada khususnya): Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak Universitas untuk dapat lebih mengelola manajemen sumber daya manusia sesuai dengan implementasi prinsip-prinsip GUG, sehingga pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi pihak UNS untuk mendorong universitas agar dapat menganalisis kembali tata kelola universitas di bidang manajemen sumber daya manusia, karena tenaga pendidik khusunya sebagai sebuah tokoh yang berperan aktif dalam menyelenggarakan Tri-Dharma perguruan tinggi, dan tenaga kependidikan di bidang SDM pada umumnya agar dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip GUG dalam pengelolaan sumber daya manusia di universitas. c) Bagi Pihak Lain: i. Menambah dan memperluas wawasan tentang good university governance dalam meningkatkan tata kelola perguruan tinggi, khususnya di bidang manajemen sumber daya manusia. ii. Sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian Wahyu Widyasih (2013) Dengan menggunakan teori implementasi kebijakan Edward III yang mengidentifikasi pelaksanaan kebijakan melalui 4 (empat) variabel, yaitu komunikasi, sumber daya, sikap, dan struktur birokrasi, tesis ini adalah penelitian kualitatif yang didesain untuk mengkaji penerapan Good University Governance (GUG) di ISI Surakarta. Prinsipprinsip GUG diderivasikan dari UU Pendidikan Tinggi dan Pedoman Good Corporate Governance (GCG) pertama dan disempurnakan pada tahun 2001 yang dirumuskan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) sehingga didefinisikan terdiri dari prinsip transparansi, responsibilitas, persamaan, efektifitas dan efisiensi, dan akuntabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan paling serius terjadi pada variabel komunikasi di mana prinsip-prinsip GUG belum terlaksana secara signifikan. Sedangkan pada variabel yang lain terjadi perbedaan tingkat pelaksanaan dalam berbagai ragam. Hasil penelitian juga mengidentifikasi faktor-faktor pendukung yang meliputi (a) komitmen pimpinan, (b) adanya tekanan dari organisasi di atpegawaiya setingkat Direktorat Jenderal dan Kementerian, dan (c) dukungan sarana prasarana. Adapun faktor penghambat terdiri dari (a) kuantitas pegawai tidak didukung dengan sebaran kompetensi yang sebanding dengan kebutuhan pengembangan kinerja, terutama di tingkat tenaga kependidikan; (b) pemahaman tentang good university governance terkonsentrasi pada jajaran struktural dan pegawai muda. 7

20 8 Sedangkan prosentase pegawai di ISI Suakarta masih didominasi oleh pegawai senior yang sudah terbiasa dengan pendekatan kebiasaan; dan (c) rendahnya tingkat penguasaan teknologi informasi Penelitian Sri Agustina (2013) Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris pengaruh penerapan prinsip-prinsip good university governance terhadap keberhasilan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Prinsip-prinsip good university governance yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan dan kualitas peraturan; akuntabilitas, transparansi dan partisipasi; kompetensi teknis dan manajerial pegawai; kapasitas organisasi; dan teknologi informasi Penelitian ini dilakukan dengan metode survei melalui instrumen kuesioner. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dengan sampel penelitian 50 ketua jurusan atau prodi di UNS. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif untuk mengetahui deskripsi tentang responden penelitian dan persepsi responden terhadap variabel yang diteliti. Uji validitas dan reliabilitas juga digunakan untuk menguji instrumen penelitian. Selanjutnya, uji regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa prinsip good university governance yaitu teknologi informasi berpengaruh positif signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. Sedangkan untuk ke empat prinsip lainnya yaitu peraturan dan kualitas peraturan; akuntabilitas, transparansi dan partisipasi; kemampuan teknis dan manajerial pegawai; dan kapasitas organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.

21 Penelitian Maylia Pramono Sari & Raharja (2010) Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh antara peran internal audit terhadap Good Corporate Governance (GCG). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris terkait pengaruh peran internal audit terhadap Good Corporate Governance (GCG). Populasi dalam penelitian ini menggunakan seluruh entitas yang berstatus Badan layanan Umum (BLU) di Indonesia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode analisis data kuantitatif. Penelitian ini menguji hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh peran internal audit terhadap mekanisme Good Corporate Governance (GCG). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil analisis diperoleh nilai adjusted R sebesar 45,5%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peran internal audit terhadap Good Corporate Governance (GCG) pada entitas berstatus Badan Layanan Umum (BLU). Beberapa kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) Sebagai bahan pengembangan wawasan bagi para peneliti tentang konsep Peran Audit Internal.(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan akuntansi keperilakuan (behaviour accounting) (3) memberikan masukan bagi instansi, terkait dengan peran internal audit untuk instansinya (4) penelitian ini akan menberikan kontribusi terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance untuk dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan yang logis dalam pelaksanaannya. Saran diberikan pada beberapa pihak yaitu bagi auditor internal, auditor eksternal, bagi organisasi atau perusahaan sedangkan bagi peneliti selanjutnya.

22 Penelitian Thomas Kaihatu (2006) Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai hasil pengkajian yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset independen nasional dan internasional, menunjukkan rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsip-prinsip GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan GCG di Indonesia Penelitian Margono Slamet (2005) Margono merumuskan 26 Good Practices untuk mewujudkan Good University Governance (GUG): i. Evaluasi Diri secara periodik. ii. Merumuskan prosedur standar operasional (SOP) untuk setiap jenis kegiatan rutin dan mensosialisasikan secara efektif.. iii. Membudayakan mekanisme sistem pertanggungjawaban setiap kegiatan yang dilakukan. iv. Mengembangkan dan melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan. v. Selalu mengutamakan mutu dan melakukan peningkatan mutu secara berkelanjutan.

23 11 vi. vii. Pemberian otonomi / kewenangan yang jelas kepada masing-masing unit. Menggunakan sistem akreditasi yang berlaku sebagai arah pengembangan dan peningkatan. viii. ix. Menetapkan unit cost secara rasional untuk setiap kegiatan rutin. Memilih alternatif terbaik (efektif & efisien) dalam menentukan cara mengerjakan setiap pekerjaan. x. Menumbuhkan suasana akademik dalam kehidupan kampus. xi. xii. xiii. xiv. xv. xvi. xvii. Mengutamakan kepentingan mahasiswa. Mengembangkan kepemimpinan yang membantu. Mengupayakan keberlanjutan program. Memberlakukan prinsip meritokrasi dengan baik. Melakukan pendekatan kerja kelompok. Meningkatkan kemampuan memasarkan produknya. Menjalin kerjasama dengan lembaga ilmiah lain, dengam dunia bisnis dan industri serta dengan kalangan pemerintah. xviii. Menjunjung tinggi nilai-nilai Perguruan Tinggi seperti integritas, kejujuran, ketulusan, kebenaran, dan keterbukaan. xix. xx. xxi. Mengembangkan kepemimpinan yang kuat berdasar prinsip meritokrasi. Pengelolaan keuangan dan penganggaran yang efektif dan transparan. Pengambilan keputusan yang didasari oleh data, fakta, dan informasi yang terpercaya. xxii. xxiii. Perencanaan, rekruiting, dan pengembangan SDM untuk meraih mutu. Membangun dan memfungsikan sistem penjaminan mutu guna mengendalikan mutu aspek akademik, pengelolaan aset dan finansial.

24 12 xxiv. Menerbitkan media komunikasi internal (vertikal dan horisontal) secara periodik dan berkelanjutan. xxv. Mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi (ICT) guna memperlancar arus informasi dan komunikasi. xxvi. Memberikan bimbingan individual kepada mahasiswa yang memiliki masalah (akademik, finansial, sosial) Undang-undang Pendidikan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012 i. Pasal 62 1) Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraa Tridharma. 2) Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi. Dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dievaluasi secara mandiri oleh Perguruan Tinggi. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi dasar dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan otonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri. ii. Pasal 63 Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip: a. akuntabilitas; b. transparansi; c. nirlaba; d. penjaminan mutu; dan e. efektivitas dan efisiensi.

25 13 iii. Pasal 64 1) Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 meliputi bidang akademik dan bidang nonakademik. 2) Otonomi pengelolaan di bidang akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan Tridharma. 3) Otonomi pengelolaan di bidang nonakademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan: a. organisasi; b. keuangan; c. kemahasiswaan; d. ketenagaan; dan e. sarana prasarana. iv. Pasal 65 1) Penyelenggaraan otonomi Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dapat diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri kepada PTN dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau dengan membentuk PTN badan hukum untuk menghasilkan Pendidikan Tinggi bermutu. 2) PTN yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tata kelola dan kewenangan pengelolaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

26 14 3) PTN badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki: a. kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah; b. tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri; c. unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi; d. hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel; e. wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan; f. wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; g. wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup Program Studi. 4) Pemerintah memberikan penugasan kepada PTN badan hukum untuk menyelenggarakan fungsi Pendidikan Tinggi yang terjangkau oleh Masyarakat. 5) Ketentuan mengenai penyelenggaraan otonomi PTN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. v. Pasal 78 1) Akuntabilitas Perguruan Tinggi merupakan bentuk pertanggungjawaban Perguruan Tinggi kepada Masyarakat yang terdiri atas: a. akuntabilitas akademik; dan b. akuntabilitas nonakademik. 2) Akuntabilitas Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diwujudkan dengan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

27 15 3) Akuntabilitas Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem pelaporan tahunan. 4) Laporan tahunan akuntabilitas Perguruan Tinggi dipublikasikan kepada Masyarakat. 5) Sistem pelaporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.2 Landasan Teori Definisi Good Governance i. Menurut UNDP (United Nations Development Programme): The exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation s affair at all level. (Pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi untuk mengelola urusan negara di semua tingkatan). ii. Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development): The system by wich business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through with the company objectives are met, and the means of attaining those objectives and monitoring performance. (Sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan dikendalikan. Struktur tata kelola perusahaan menentukan pembagian hak dan tanggung jawab antara peserta yang berbeda dalam perusahaan, seperti para dewan, manajer,

28 16 pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya, serta merinci aturan dan prosedur untuk pengambilan keputusan dalam urusan perusahaan. Dan juga menyediakan struktur sesuai dengan tujuan kebutuhan perusahaan, dan cara mencapai tujuan tersebut serta pemantauan kinerja). iii. Menurut World Bank: The state power is used in managing economic and social resources for development of society. (Kekuasaan negara digunakan dalam mengelola sumber daya ekonomi dan sosial untuk pembangunan masyarakat). iv. Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance Indonesia): A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities. (Satu set aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal serta eksternal lainnya dalam menghormati hak dan tanggung jawab mereka) Definisi Good Corporate Governance (GCG) Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya adalah seperangkat aturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, kreditur, pemerintah, serta karyawan sehubungan dengan hak dan kewajiban mereka berupa sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. (Wijatno, 2009) Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance (GCG) Berikut adalah tujuan dan manfaat Good Corporate Governance (GCG) menurut Komite Nasional Corporate Governance (KNCG, 2006):

29 17 i. Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar kompetitif serta mendorong iklim investasi. ii. Mendorong pengelolaan perseroan secara profesional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Dewan Komisaris, Direksi, dan RUPS. iii. Mendorong agar pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholders) maupun kelestarian lingkungan di sekitar perseroan Asas/Prinsip Good Corporate Governance (GCG) i. OECD (1999): Fairness, Transparency, Accountability, dan Responsibility. ii. FCGI (2000): Fairness, Disclosure, Transparency, Accountability, dan Responsibility. iii. Kementerian Negara BUMN (1999): Fairness, Independency, Transparency, Accountability, dan Responsibility. iv. BPKP: Fairness, Integrity, Independency, Transparency, Accountability, dan Participation. v. OECD (2004): The Right of Shareholders, The Equitable Treatment of Shareholders, The Role of Shareholders, Disclosure and Transparency, dan The Responsibility of The Board.

30 18 vi. Dari prinsip yang dikemukan oleh berbagai lembaga tersebut, prinsip yang diterima secara luas adalah dari Komite Nasional Corporate Governance (KNCG, 2006): 1. Transparansi (Transparency): Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal-hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Akuntabilitas (Accountability): Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. 3. Pertanggungjawaban (Responbility): Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. 4. Independensi (Independency): Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG perusahaan harus dikelola secara independen sehingga setiap organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

31 19 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness): Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) i. Mekanisme Internal, disusun untuk menyamakan kepentingan manajer dan pemegang saham untuk mengendalikan masalah keagenan melalui Dewan Komisaris. ii. Mekanisme Eksternal, disusun untuk menjawab masalah konflik kepentingan antara pemegang saham minoritas dan mayoritas Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Good Corporate Governance (GCG) menurut OECD (2004): i. Dewan Direksi (Board of Directors) : menjalankan fungsi oversight / pengawasan. ii. Pejabat Eksekutif (Executive Officers) : menjalankan fungsi enforcement / pelaksanaan. iii. Dewan Komisaris (Board of Commissioners / Committees) : menjalankan fungsi supervisory & advisory / pengawasan & penasihat. iv. Auditor (Auditor Internal & Auditor Eksternal) : menjalankan fungsi assurances / penjaminan. v. Pemangku Kepentingan (Stakeholders) : menjalankan fungsi monitoring Definisi Good University Governance (GUG) Menurut Wijatno (2009) Good University Governance (GUG) adalah penerapan prinsip-prinsip dasar konsep good governance dalam sistem dan proses governance pada institusi perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan

32 20 berdasarkan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan pendidikan secara umum Prinsip Dasar Good University Governance (GUG) Secara sederhana Good University Governance dapat dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar Good Governance dalam sistem dan pengelolaan institusi Perguruan Tinggi melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilainilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan Perguruan Tinggi secara khusus dan pendidikan secara umum (Wijatno, 2009). Jadi dapat disimpulkan prinsip dasar Good Governance dapat diterapkan pada Good University Governance. Prinsip yang diadopsi tersebut adalah adalah dari Komite Nasional Corporate Governance (KNCG, 2006) yaitu: Transparansi (Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Pertanggungjawaban (Responbility), Independensi (Independency), Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Penerapan Good University Governance (GUG) di Indonesia i. Menurut Wijatno (2009) 1) Transparansi (Transparency) Perguruan Tinggi harus dan dapat menerapkan prinsip keterbukaan di bidang keuangan, sistem, dan prosedur penerimaan mahasiswa baru, sistem dan prosedur akuntansi, pelaporan keuangan, rekrutmen dosen dan karyawan, pemilihan pejabat struktural, pemilihan anggota senat fakultas/akademis, dan informasi-informasi penting lainnya kepada pemangku kepentingan secara memadai, akurat, dan tepat waktu. 2) Akuntabilitas (Accountability) Perguruan Tinggi harus mempunyai uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas (secara tertulis) dari setiap pejabat struktural, anggota senat

33 21 fakultas/akademis, dosen dan karyawan. Termasuk juga kriteria dan proses pengukuran kinerja, pengawasan, dan pelaporann. Harus ada audit internal yang tugas pegawaiya antara lain: melakukan penilaian, analisis, dan interpretasi dari aktivitas organisasi secara independen. Pada dasarnya ruang lingkup audit internal mencakup segala aspek kegiatan dalam organisasi dalam rangka penilaian kinerja untuk tujuan mengevaluasi dan mengendalikan aktivitas organisasi, sehingga proses tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Selain itu, ada baiknya juga dilakukan manajemen audit atau financial audit oleh KAP independen. 3) Pertanggungjawaban (Responbility) Setiap individu yang terlibat dalam pengelolaan perguruan tinggi harus bertanggung jawab atas segala tindakannya sesuai dengan job description yang telah ditetapkan. Termasuk para dosen harus menaati etika dan norma kedosenan. 4) Independensi (Independency) Pihak pengelola perguruan tinggi dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya harus bebas dari segala bentuk benturan kepentingan yang berpotensi untuk muncul. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara independen, bebas dari segala bentuk tekanan dari pihak lain, sehingga dapat dipastikan bahwa keputusan itu dibuat semata-mata demi kepentingan perguruan tinggi dengan demikian dapat menyelenggarakan Tri-Dharma Perguruan Tinggi. 5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Perlakuan yang adil dan berimbang kepada para pemangku kepentingan yang terkait (equitable treatment). Dalam hal ini, para pemangku

34 22 kepentingan terdiri atas mahasiswa, orang tua mahasiswa, masyarakat, para dosen, karyawan nonakademis. ii. Menurut Muhi (2012) Azas good corporate governance, yaitu : transparansi (transparancy), kemandirian (independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kesetaraan dan kewajaran (fairness). Prinsip-prinsip ini diperlukan di perguruan tinggi untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan. Semestinya di lingkungan perguruan tinggi harus ditumbuhkan kesadaran bahwa tuntutan terhadap penerapan good corporate governance tidak hanya merupakan kewajiban, tetapi lebih menjadi kebutuhan. Untuk memberikan gambaran penerapan tata kelola di perguruan tinggi, dapat dikemukakan halhal sebagai berikut: 1) Transparansi (Transparency) Perguruan tinggi sebagai suatu industri, bertanggung jawab atas kewajiban keterbukaan informasi serta menyediakan informasi bagi stakeholders sehingga posisi dan pengelolaan korporasi (perguruan tinggi) dapat mencerminkan kondisi riil dan harapan terhadap perguruan tinggi di masa yang akan datang. a. Transparansi Proses Pengambilan Keputusan Beberapa penerapan aspek transparansi yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi, antara lain melalui pengembangan infrastruktur informasi berupa intranet, knowledge management, yang merupakan sarana karyawan dalam menyampaikan berbagai informasi berupa tulisan, ide-ide, atau gagasan. Dengan demikian setiap karyawan dapat mengakses informasi tersebut. Ide-ide atau inovasi yang bagus dan

35 23 dapat direalisasikan, akan memperoleh penghargaan oleh manajemen. Pergguruan tinggi juga dapat mengembangkan sarana komunikasi antara manajemen dengan karyawan melalui SMS Rektor yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh setiap karyawan sebagai sarana dalam memberikan masukan langsung ke Rektor apabila di lapangan ada penyimpangan atau untuk sarana memberikan masukan demi kemajuan lembaga. Kliping media cetak online di-update setiap hari untuk kebutuhan informasi internal. b. Transparansi Kepada Mitra Kerja Untuk meningkatkan transparansi kepada seluruh mitra kerja, perguruan tinggi dapat menerapkan aplikasi e-procurement dan e- tender (e-auction) dan implementasi modul pemasok manajemen dalam proses pengadaan barang dan jasa. Dengan e-procurement, kontak fisik antara pemasok/mitra dengan panitia diminimalkan dan semua kegiatan tender dilakukan dengan sistem komputer sehingga menunjang transparansi. Seluruh pemasok memperoleh informasi yang sama. c. Transparansi penilaian kinerja pegawai Penerapan penilaian kompetensi pegawai dengan menggunakan kompetensi assessment tools, melalui assessment online penilaian dilakukan secara langsung, yang melibatkan pegawai yang bersangkutan, atasan langsung, rekan sekerja dan bawahan serta dokumen nilai kinerja individu. Assessment center juga dimanfaatkan untuk mengetahui potensi seorang pegawai dalam hal penempatan jabatan dan promosi.

36 24 2) Kemandirian (Independence) Berkaitan dengan aspek kemandirian, Rektor, MWA, dan Senat memiliki pendapat yang independen dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu, dimungkinkan pula untuk memperoleh saran dari konsultan independen dan konsultan legal untuk menunjang kelancaran Rektor. Sedangkan penerapan kemandirian di bidang SDM dapat dilakukan dalam penunjukan pejabat di tingkat tertentu. Kandidat yang terpilih (short-listed candidates) ditentukan melalui job tender, sidang jabatan dan assessment tools melalui assessment center, dengan memperhatikan hasil nilai kinerja individu, assessment online dan assessment center. 3) Akuntabilitas (Accountability) Untuk menjunjung tinggi akuntabilitas, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban semua organ dalam organisasi, sehingga pengelolaan lembaga terlaksana secara efektif. Misalnya, fungsi lembaga MWA, Senat, Rektor, Biro, Bagian/unit-unit pendukung (Internal Auditor Group, Lembaga Penjaminan Mutu), dan unit-unit lain sesuai fungsi unitnya masing-masing. a. Aspek Akuntabilitas dalam Penyampaian Laporan Keuangan Sidang MWA merupakan sarana Rektor untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan tahunan lembaga dan laporan tersebut telah disetujui oleh MWA. Selain itu, laporan-laporan Rektor kepada MWA/Senat dan stakeholders mengenai rencana anggaran tahunan periode berjalan serta pembahasan rutin antara Rektor dan MWA/Senat mengenai evaluasi performasi keuangan triwulanan

37 25 dan tahunan. Ini merupakan bentuk-bentuk penerapan good corporate governance dalam aspek akuntabilitas. Sementara itu, penyampaian laporan keuangan tahunan dan tengah tahunan kepada publik dilaksanakan melalui media massa (media cetak) yang memiliki jangkauan luas. b. Aspek Akuntabilitas dalam SDM Berkaitan dengan upaya meningkatkan kinerja SDM, diterapkan sistem reward dan punishment kepada karyawan yang dikaitkan dengan kebijakan kompensasi yang berlaku di internal perguruan tinggi. 4) Pertanggungjawaban (Responsibility) Universitas harus selalu mengutamakan kesesuaian di dalam pengelolaan perguruan tingginya menurut peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip institusi yang sehat dan berkualitas. Setiap bagian/unit memiliki tugas dan fungsi masingmasing yang jelas, dengan alokasi tanggung jawab masing-masing secara jelas tercantum dalam kebijakan peraturan perguruan tinggi (Peraturan Rektor). 5) Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) Untuk memenuhi aspek kesetaraan dan kewajaran dalam penyampaian informasi, perguruan tinggi dapat menerapkan equal treatment kepada seluruh civitas akademika. Hubungan dengan karyawan juga terus dijaga, yaitu dengan menghindari praktek diskriminasi, antara lain menghormati hak asasi karyawan, memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan umur, suku, ras, agama dan jenis kelamin,

38 26 memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang berharga melalui sarana sistem knowledge based management. Dalam menjamin kewajaran dalam pelaksanaan dan sistem remunerasi, perlu ditetapan mekanisme yang berkaitan dengan penetapan reward dan punishment bagi semua karyawan. Selain itu, perguruan tinggi dapat secara berkala mengadakan survei mengenai tingkat remunerasi pada perguruan tinggi lain sebagai bahan evaluasi remunerasi bagi karyawan. Dalam menjamin kewajaran harga dalam proses pengadaan barang dan jasa, Perguruan tinggi menyediakan layanan lelang elektronik untuk penjualan dan pengadaan barang antar perusahaan atau organisasi yang bernama e-auction sebagai pondasi awal terbentuknya e-procurement. Sesuai Keppres No.80/2003 mengenai Pengadaan Barang dan Jasa, prinsip-prinsip dalam procurement adalah efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil serta akuntabel. Melalui e-auction menciptakan transparansi, akuntabilitas dan efisiensi pelaksanaan lelang Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan dan praktik yang menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan penilaian. (Dessler 2006 : 5) Definisi Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Manusia: Proses yang menentukan posisi apa yang harus diisi dalam perusahaan dan bagaimana mengisinya. (Dessler 2006 : 156)

39 Definisi Analisis Pekerjaan Sumber Daya Manusia: Prosedur untuk menentukan tanggung jawab dan persyaratan keterampilan yang dibutuhkan dari pekerjaan dan jenis orang yang harus dipekerjakan untuk pekerjaan tersebut. Proses ini meliputi job description dan job specification. (Dessler 2006 : 116) Definisi Pelatihan & Pengembangan Sumber Daya Manusia: Pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan oleh karyawan baru untuk melakukan pekerjaannya. Pelatihan merupakan proses terintegrasi yang digunakan oleh pengusaha untuk memastikan agar para karyawan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dengan tujuan menugaskan, melatih, menilai, dan memberikan penghargaan pada kinerja karyawan. (Dessler 2006 : 280) Pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan prestasi manajemen dengan menanamkan pengetahuan, perubahan perilaku, atau peningkatan keterampilan. Sasaran akhirnya adalah menguatkan prestasi perusahaan di masa depan. Proses pengembangan terdiri dari (1) menilai kebutuhan strategis perusahaan (misalnya untuk mengisi lowongan eksekutif mendatang, atau untuk mendorong sifat kompetitif), (2) menilai prestasi manajer, (3) mengembangkan manajer dan calon manajer. (Dessler 2006 : 296) Definisi Penyusunan Jenjang Karir Sumber Daya Manusia: Karir adalah tahap-tahap perkembangan pengalaman kerja seseorang selama masa kerjanya (Greenberg dan Baron, 1995). Perencanaan karir adalah proses dimana individu menganalisis minat, nilai, personalitas, dan kapabilitasnya serta mencoba untuk menyesuaikan karakteristik personal dengan kesempatan karir yang tersedia (Cascio, 1978).

40 Definisi Reward dan Punishment Sumber Daya Manusia: Menurut Bowen (2000:20) reward adalah sesuatu yang diberikan atau diterima sebagai imbalan untuk pelayanan sedangkan punishment adalah pemberian stimulus mengikuti suatu perilaku untuk mengurangi kemungkinan berulangnya perilaku buruk oleh karyawan. Reward and Punishment dibutuhkan dalam memotivasi seseorang termasuk dalam memotivasi karyawan dalam meningkatkan kinerjanya. 2.3 Hipotesis / Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana tahapan pengelolaan sumber daya manusia di UNS (meliputi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan)? 2. Bagaimana seharusnya implementasi prinsip-prinsip Good University Governance dalam pengelolaan sumber daya manusia di Universitas Sebelas Maret Surakarta?

41 Kerangka Teori (1) rekrutmen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (2) seleksi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (3) penempatan pada tugas dan jabatan yang sesuai (4) pelatihan dan pengembangan (5) penyusunan jenjang karir (6) penegakan disiplin dan pemberian penghargaan Prinsip-Prinsip Good University Governance (GUG) (1) transparansi/ transparency; (2) akuntabilitas / accountability; (3) pertanggungjawaban / responsibility; (4) independensi / independency; (5) kewajaran dan kesetaraan / fairness Gambar 2.1 Kerangka Teori

42 30 Perguruan Tinggi merupakan lembaga yang memiliki fungsi dan kompetensi dalam menjalankan dan mengembangkan proses pendidikan tinggi, mengkaji dan mengembangkan IPTEK. Di samping melaksanakan fungsi tersebut, perguruan tinggi juga menjadi salah satu pilar dalam upaya menegakkan demokrasi, menjaga nilai-nilai moral kemanusiaan, serta menjunjung tinggi rasa keadilan bagi masyarakat. Peran perguruan tinggi yang begitu penting harus didukung dengan upaya-upaya untuk meningkatkan tata kelola yang baik. Penyelenggaraan perguruan tinggi tak lepas dari tridharma perguruan tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat), untuk melaksanakan tri-dharma perguruan tinggi diperlukan serangkaian input yang mencakup beberapa bagian manajemen kelembagaan perguruan tinggi, diantaranya Manajemen Akademik, Manajemen Kemahasiswaan, Manajemen P2M, Manajemen Fasilitas, Manajemen SDM, Manajemen Keuangan, dan Manajemen Sistem Informasi. Seperti yang tergambar dalam bagan di bawah ini: INPUT Sumber Daya Manajemen Akademik Manajemen Kemahasiswaan Manajemen P2M Manajemen Fasilitas Manajemen SDM Manajemen Keuangan Manajemen Sistem Informasi PROSES Tri-Dharma Perguruan Tinggi Pendidikan Penelitian Pengabdian Pada Masyarakat OUTPUT Alumni Inovasi produk Pengetahuan Gambar 2.2 Proses Pendidikan Tinggi

BAB I LATAR BELAKANG. bertanggungjawab menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi wajib turut serta

BAB I LATAR BELAKANG. bertanggungjawab menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi wajib turut serta BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Permasalahan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sebagai institusi pendidikan yang bertanggungjawab menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi wajib turut serta mencapai

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penelitian Tata kelola perusahaan yang baik adalah prinsip yang memandu dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan perusahaan dan otoritas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

batasan penelitian, dan sistematika penelitian. wajib turut serta dalam mencapai cita-cita konsitusi Negara Kesatuan Republik

batasan penelitian, dan sistematika penelitian. wajib turut serta dalam mencapai cita-cita konsitusi Negara Kesatuan Republik 1 B A B I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian dan kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013 KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013 Merujuk pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), tujuan, visi,

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good governance sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang analisis penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan telah dilakukan dan menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Kelola. Perusahaan Perasuransian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance BAB 5 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance pada PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), maka dapat disimpulkan, sebagai berikut : 1. Penerapan Good Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3 DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT Halaman I Pendahuluan 1 II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1 III Kedudukan 2 IV Keanggotaan 2 V Hak dan Kewenangan 3 VI Tugas dan Tanggung Jawab 4 VII Hubungan Dengan Pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh No.8, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Penjamin. Tata Kelola Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6015) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Filosofi dibentuknya Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) DAFTAR ISI DAFTAR ISI SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) i ii I. PENDAHULUAN 1 II. PEMEGANG SAHAM 3 II.1 HAK PEMEGANG SAHAM 3 II.2 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 3 II.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Tata Kelola Perusahaan. Pembiyaan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5639) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun 2011-2013 Diana Alfrita (dianaalfrita1204@gmail.com) Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT Jasa Raharja sebagai salah satu BUMN di Indonesia telah dapat menerapkan tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN - Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di dunia yang ditandai dengan era globalisasi dan perdagangan bebas ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia. Banyak dampak positif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad yang lalu (1840-an). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika Serikat sekitar satu setengah abad yang lalu (1840-an). Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan konsep Corporate Governance sesungguhnya telah jauh dimulai bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA GCG Bank

STIE DEWANTARA GCG Bank GCG Bank Manajemen Risiko, Sesi 5 Prinsip GCG a. Prinsip tata kelola perusahaan bagi bank adalah seperangkat ketentuan mengenai hubungan antara Dewan Komisaris, Dewan Direksi, seluruh pihak yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga ekonomi yang didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar besarnya, meningkatkan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DESEMBER 2014

PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DESEMBER 2014 Halaman : i PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT Bank Windu Kentjana International Tbk PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI Alamat Kantor Pusat Equity Tower Building

Lebih terperinci

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan GCG di BCA Hasil penilaian sendiri (self assessment) pelaksanaan Good Corporate Governance pada Semester I dan Semester II tahun 2016 dikategorikan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Good Governance Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi

Lebih terperinci

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Jl. Sei Batanghari No. 2 Medan 20122 Sumatera Utara, Indonesia Telp. : (-62-61) 8452244, 8453100 Fax. : (-62-61) 8455177, 8454728 Website : www.ptpn3.co.id Email :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT ) 1 dari 9 1. LATAR BELAKANG Perseroan menyadari pentingnya penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) atau GCG sebagai salah satu acuan bagi Perseroan untuk meningkatkan nilai

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.1. Pengertian Good Corporate Governance Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 152 TAHUN 2000 (152/2000) TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS I. LATAR BELAKANG Dewan Komisaris diangkat oleh Pemegang Saham untuk melakukan pengawasan serta

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM I. UMUM Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk 2 Januari 2013 Halaman DAFTAR ISI... 1 BAGIAN PERTAMA... 2 PENDAHULUAN... 2 1. LATAR BELAKANG... 2 2. VISI DAN MISI... 2 3.

Lebih terperinci

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PIAGAM INTERNAL AUDIT PIAGAM INTERNAL AUDIT PT INTILAND DEVELOPMENT TBK. 1 dari 8 INTERNAL AUDIT 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piagam Audit Internal merupakan dokumen penegasan komitmen Direksi dan Komisaris serta

Lebih terperinci

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah iaccountax Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Prinsipprinsip Keterbukaan (transparency) Akuntabilitas (accountability) Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website) 1. Latar Belakang LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website) Transparansi (transparency) merupakan suatu prinsip yang sangat penting dalam suatu badan usaha yang menjamin adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean China Free Trade Area) pada 1 Januari 2010 lalu kemudian berlaku AFTA (Asean Free Trade Area)

Lebih terperinci

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Batang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan bahwa: 1. Komite Audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat. Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA

Lebih terperinci

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI Tahun 2016-2020 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI TAHUN 2016-2020 KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus

Lebih terperinci

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: Kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi

Lebih terperinci

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY DAFTAR ISI Hal BAB I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Maksud dan Tujuan... 1 3. Referensi... 2 4. Daftar Istilah... 3 BAB II. DEWAN KOMISARIS... 5

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Pengertian Good Corporate Governance Perkembangan konsep corporate governance sesungguhnya telah dimulai jauh sebelum isu corporate governance menjadi kosakata paling hangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stewardship Theory Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan individu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi anggota Dewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci