GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA TAHUN 2015
|
|
- Djaja Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN SKIZOFRENIA DI POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA TAHUN 2015 Sukma Ilahi 1, Sri Hendarsih 2, Sutejo 3 1 ) Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tata Bumi No. 3, 2,3 ) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sukmailahi@gmail.com ABSTRAK Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2013 menunjukkan, penderita gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) di Indonesia mencapai 1,7 dan angka prevalensi psikosis tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7 ). Bukti-bukti menunjukkan adanya penurunan tingkat kualitas hidup pada pasien skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta tahun Jenis penelitian ini deskriptif dengan metode survei. Teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling dengan jumlah sampel 72 pasien skizofrenia. Pada penelitian ini, kuesioner dibuat sendiri mengacu kepada Schizophrenia Quality of Life Scale (SQLS). Kuesioner terdiri dari 30 pernyataan dan distribusi masing- masing domain yaitu 10 pernyataan. Hasil penelitian yaitu psikososial tinggi sebesar 65,28 %, motivasi dan energi tinggi sebesar 81,94 %, gejala dan efek samping pengobatan rendah sebesar 87,50 %. Kualitas hidup pasien skizofrenia menunjukkan hasil tinggi sehingga pasien skizofrenia perlu mempertahankan untuk keberlangsungan hidup. Kata Kunci : Kualitas hidup, skizofrenia. ABSTRACT Riskesdas health ministry in 2013 showed that schizophrenia attained 1,7 in Indonesia and prevalency of the highest in DIY and Aceh (each of 2,7 ). The Fact showed quality of life on the patients schizophrenia decrease. Purpose this researches to know the description quality of life on the patients schizophrenia at care clinic of yogyakarta psychiatric hospital in This type research is descriptive with survey method. The sampling technique consecutive sampling for 72 patients schizophrenia. In this research, the questioner is used by researcher from SQLS. The questioner consisted 30 statements and each of 10 statement domain. Research result showed that is psychosocial in high category 65,28 %, motivation and energy in high category 81,94 %, and symptom and effect of pscychofarmaca in low category 87,50 %. Quality of life on the patients schizophrenia showed high category so that they were maintained of life span. Keywords : Quality of life, schizophrenia. 1
2 Pendahuluan Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan munculnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku. Kejadian skizofrenia di masyarakat sangat tinggi (Videbeck, 2008). Berdasarkan data dari WHO 2013, skizofrenia adalah bentuk yang parah dari penyakit mental yang mempengaruhi sekitar 7, dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia tahun. Menurut Rubbyana (2012), skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa. Selain karena angka insidennya di dunia cukup tinggi yakni 1, hampir 80 % orang penderita skizofrenia juga mengalami kekambuhan secara berulang. Selain itu, hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2013 menunjukkan, penderita gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) di Indonesia mencapai 1,7 dan angka prevalensi psikosis tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7 ). Skizofrenia merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik, dan gejala tersebut dapat menyebabkan penderita skizofrenia mengalami penurunan kualitas hidup, fungsi sosial, dan pekerjaan pada pasien (Marchira, Sumarni, & Lusia, 2008). Bukti-bukti menunjukkan adanya penurunan tingkat kualitas hidup pasien skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum (Rosita, 2011). Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi subjektif dari individu terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial dan lingkungan dalam kehidupan sehari hari yang dialaminya. Kualitas hidup penderita skizofrenia dipengaruhi oleh tiga domain yaitu psikososial, motivasi dan energi dalam beraktivitas, symptom serta efek pengobatan. Tiga domain tersebut menjadi dasar dalam pembuatan alat ukur kualitas hidup pasien skizofrenia (Rubbyana, 2012). Studi pendahuluan dengan wawancara kepada 10 orang keluarga pasien skizofrenia, hasil yang didapatkan bahwa keluarga mengungkapkan pasien lebih aman dirawat di rumah sakit daripada di rumah berdampingan dengan anggota keluarga. Alasan yang mendasari yaitu kecenderungan keluarga merasa malu memilki keluarga skizofrenia karena dimasyarakat orang dengan skizofrenia masih dianggap sebagai orang yang tidak memiliki masa depan, hilang motivasi hidup dan seringnya kejadian kekambuhan akibat putus obat bahkan sampai pemenuhan aktivitas sehari hari serta perawatan diri harus diarahkan oleh keluarga yang menyebabkan keluarga jenuh dengan perilaku pasien. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 13 Desember 2014 yaitu Jumlah kunjungan rawat jalan pasien skizofrenia di Poliklinik jiwa pada bulan September November tahun 2014 berjumlah 257 orang. Sedangkan jumlah kunjungan Pasien skizofrenia pada tahun 2013 yaitu orang (Data Catatan Medik Rumah Sakit Jiwa Grhasia, 2013). Selain itu, pada tanggal 17 Desember 2014 dilakukan studi pendahuluan dengan wawancara pada 10 orang pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Hasil yang didapatkan dari wawancara tersebut yaitu 6 orang pasien mengungkapkan bahwa selama kontrol pasien ditemani keluarga, lebih suka menyendiri karena takut keramaian, merasa minder ketika berkomunikasi dan berhubungan dengan orang orang. Pasien juga mengungkapkan tidak bekerja, gangguan fokus untuk menatap masa depan, pikiran binggung, sering mengantuk, badan lemas, lebih banyak tidur, tidak memliki aktivitas diluar rumah, tidak mempunyai teman dekat serta mulut terasa kering setiap hari setelah minum obat. Sedangkan 4 orang mengungkapkan bahwa selama menjalani pengobatan pasien ditemani keluarganya, merasa pecaya diri untuk menjalin hubungan dengan orang orang dan bekerja. Namun ternyata pasien tidak fokus untuk menatap masa depan, tidak memliki aktivitas diluar rumah, tidak mempunyai 2
3 teman dekat dan mulut terasa kering setiap hari setelah minum obat. Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti ingin mendalami tentang gambaran kualitas hidup pasien skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta tahun Metode penelitian Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Penelitian menggambarkan kualitas hidup pasien skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta tahun Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel 72 orang. Pada penelitian ini cara pemilihan sampel dengan cara mengecek diagnosa medis yang berada di ruang periksa dokter. Setelah terpilih pasien dengan diagnosa medis skizofrenia, selanjutnya peneliti memastikan calon responden tersebut memenuhi kriteria inklusi penelitian. Kriteria inklusinya yaitu pasien skizofrenia yang menjalani kontrol rutin minimal satu kali dalam sebulan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, pasien kooperatif, pasien skizofrenia yang mampu membaca dan menulis. Kriteria eksklusinya yaitu pasien yang tidak bisa di ajak berkomunikasi, pasien dalam keadaan relaps (kambuh). Pada penelitian ini, kuesioner terdiri dari pernyataan dari tiga domain yang menentukan kualitas hidup yaitu psikososial, motivasi dan energi dalam beraktivitas serta gejala dan efek samping pengobatan. Tiga domain tersebut disusun menjadi 30 pernyataan (Wilkinson, 2000). Pada penelitian ini, kuesioner dibuat sendiri dengan mengacu kepada SQLS. Kuesioner terdiri dari 30 pernyataan dengan distribusi masing masing domain 10 pernyataan. Terdiri dari favorable dan unfavorable dengan menggunakan skala guttman, berupa dua alternatif jawaban ya dan tidak. Data hasil jawaban kuesioner responden dioleh menggunakan epidata dan SPSS. Hasil dan pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik responden Tabel 1 Karakteristik Reponden Pasien Skizofrenia Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Status Perkawinan Dan Lama Menderita Sakit di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta BulanMaret Tahun 2015 (n=72) Karakteristik responden Umur tahun tahun tahun >60 tahun Jenis kelamin Laki laki Perempuan Pendidikan terakhir Tidak Sekolah Dasar ( SD- SMP ) Menengah ( SMA) PT ( D3/S1 ) Pekerjaan Tidak bekerja Buruh Petani PNS Status perkawinan Kawin Belum Kawin Janda / Duda Lama pengobatan <1 tahun 1-10 tahun >10 tahun f % Sumber : Data primer ,94 68,06 20,83 4,17 59,70 40,30 4,20 38,90 44,40 12,50 26,40 61,10 6,90 5,60 52, ,70 8,33 70,83 20,84 3
4 Berdasarkan tabel 2 bahwa karakteristik responden berdasarkan umur yaitu mayoritas berumur tahun yaitu 68,06 % dengan lama pengobatan 1-10 tahun yaitu 70,83 %. Responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu 59,70 %, mayoritas berlatar pendidikan terakhir SMA 44,40 %, mayoritas bekerja sebagai buruh 61,10 % dan mayoritas responden kawin yaitu 52,80 %. 2. Kualitas hidup Hasil penelitian tiga domain yang menentukan kualitas hidup dan kualitas hidup pasien skizofrenia disajikan dalam tabel dibawah ini : a. Psikososial Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia Berdasarkan Domain Psikososial di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta Bulan Maret Tahun 2015 (n=72) Psikososial f % Tinggi 47 65,28 Rendah 25 34,72 Jumlah ,00 Sumber : Data primer 2015 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa kualitas hidup responden menurut domain psikososial yaitu tinggi sebesar 65,28 % dan rendah sebesar 34,72 %. b. Motivasi dan energi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia Berdasarkan Domain Motivasi Dan Energi di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta Bulan Maret Tahun 2015 (n=72) Motivasi dan energi f % Tinggi 59 81,94 Rendah 13 18,06 Jumlah ,00 Sumber : Data primer 2015 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa kualitas hidup responden menurut domain motivasi dan energi yaitu tinggi sebesar 81,94 % dan rendah sebesar 18,06 %. c. Efek samping obat Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia Berdasarkan Domain Efek Samping Obat di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta Bulan Maret Tahun 2015 (n=72) Efek samping obat f % Tinggi 9 12,50 Rendah 63 87,50 Jumlah ,00 Sumber : Data primer 2015 Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa kualitas hidup responden menurut domain efek samping yaitu rendah sebesar 87,50 % dan tinggi sebesar 12,50 %. d. Kualitas hidup pasien skizofrenia Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta Bulan Maret Tahun 2015 (n=72) Kualitas hidup f % Tinggi 48 66,67 Rendah 24 33,33 Jumlah ,00 Sumber : Data primer 2015 Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa kualitas hidup responden di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta mayoritas tinggi sebesar 66,67 % dan rendah sebesar 33,33 %. B. Pembahasan 1. Karakteristik responden Responden adalah pasien skizofrenia yang sedang kontrol rutin di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta pada bulan Maret tahun Karakteristik responden berdasarkan umur yaitu mayoritas usia tahun. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa, skizofrenia adalah bentuk yang parah dari penyakit mental yang 4
5 mempengaruhi sekitar 7, dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia tahun (WHO, 2013). Menurut teori perkembangan Erikson bahwa usia tersebut termasuk dalam kelompok dewasa awal. Masa dewasa awal ditandai dengan adanya kecendrungan intimacy-isolation. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab tau renggang dengan lainnya(sumanto, 2014). Kondisi tesebut bisa meimbulkan stres sosial sampai skizofrenia. Karekteristik responden mayoritas menikah. Seseorang yang berstatus menikah memiliki tingkat stres lebih tinggi dibanding yang belum menikah (Rahmawati, 2008). Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktivitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Perkawinan merupakan suatu aktivitas dari satu pasangan, maka sudah selayaknya merekapun juga mempunyai tujuan tertentu (Butar, 2012). Karekteristik responden mayoritas bekerja. Faktor yang menyebabkan pasien skizofrenia memiliki pekerjaan karena mayoritas pasien sudah menikah dan mereka memiliki motivasi untuk menjalani kehidupan. Pekerjaan merupakan sebuah aktivitas antar manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau penghasilan. Penghasilan tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan, baik ekonomi, psikis maupun biologis (Setiawan, 2015). Dengan demikian pekerjaan dan perkawinan akan menutut seseorang mempunyai masa depan sehingga dapat meningkatkan stres jika tidak tercapai. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yaitu mayoritas laki laki dengan lama menjalani pengobatan 1 10 tahun. Hal ini berbeda dengan teori yang mengatakan berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk lakilaki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25 sampai 35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki dibandingkan wanita. Prevalensi penyakit ini meningkat pada pasien dengan riwayat keluarga skizofrenia (Videbeck, 2008). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir yaitu mayoritas SMA. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi stres (Chandrawinata, 2015). Kondisi tersebut terjadi karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka banyak hal yang dipikirkan sehingga memicu kejadian gangguan jiwa yang mengarah pada skizofrenia. Pendidikan akan menuntut seseorang menghadapi stressor yang ada dalam menjalani proses yang lebih baik. Seseorang akan dituntut untuk mendapat pekerjaan setelah lulus, berkreasi dan membangun relasi dalam lingkungan sosial. Orang yang berpendidikan tinggi, akan berpengaruh dalam pembentukan mekanisme koping terhadap stressor yang datang dan berpikir lebih rasional dalam mengatasi masalahnya. 2. Kualitas hidup a. Psikososial Dipandang dari domain psikososial didapatkan hasil mayoritas tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam membina hubungan dengan 5
6 keluarga dan masyarakat tidak terjadi hambatan. Kondisi tersebut terjadi karena mayoritas pasien terlibat dalam kegiatan masyarakat (gotong royong, pengajian dan arisan) dan patuh dengan terapi obat yang diberikan sehingga pasien berfungsi dalam lingkungan sosialnya. Hal ini berdampak pada keadaan pasien lebih baik seperti tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan, kesibukan dan banyak bergaul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi gangguan psikososial yang meliputi masalah emosi pasien seperti kesepian, depresi atau putus asa, kesulitan dalam berinteraksi dengan sosial dan perasaan takut dalam menghadapi masa depan. Pasien mampu berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat sekitar yang dibuktikan dengan mayoritas responden bekerja dalam usia yang masih produktif dan ikut terlibat dalam kegiatan kegiatan yang ada di masyarakat seperti gotong royong, pengajian, dan arisan. Mayoritas pasien juga menikah dan berpendidikan, yang menunjukkan bahwa pasien berfungsi secara sosial seperti membangun relasi, komunikasi dengan orang lain dalam menjalani kehidupan dan masa depan. Suharto dkk (2009), mengatakan bahwa keberfungsian sosial diartikan sebagai kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) dalam memenuhi atau merespon kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial, serta menghadapi goncangan dan tekanan. Pasien merupakan bagian dari masyarakat yang berkewajiban menjalankan fungsi sosialnya untuk saling berinteraksi dengan lingkungan sekitar supaya tidak mengakibatkan perubahan kemampuan sosial. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mubarak (2005) mengatakan bahwa peningkatan fungsi sosial pasien skizofrenia dimungkinkan dapat meningkatkan kualitas hidup. Berdasarkan jawaban kuesioner, setelah di analisis, gambaran kondisi lingkungan dan budaya tempat tinggal menentukan pasien berfungsi secara sosial. Kondisi lingkungan dan budaya yang baik akan mempengaruhi cara pasien beradaptasi, membangun relasi, bepergian sendiri atau bersama orang lain dan kerjasama dengan masyarakat. Masyarakat yang baik, saling menghormati, sopan, santun dan ramah akan memberikan dukungan yang positif bagi pasien. Lingkungan yang nyaman, bersih, teratur, budaya yang mengajarkan sopan santun, ramah, saling hormat menghormati antar sesama. Kondisi demikan berdampak pada kualitas hidup pasien tinggi sehingga pasien berfungsi sosial secara efektif. b. Motivasi dan energi dalam beraktivitas Dipandang dari domain motivasi dan energi dalam beraktivitas didapatkan hasil tinggi. Motivasi diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, lingkungan yang menarik serta kegiatan yang menarik (Uno, 2007). 6
7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien skizofrenia memiliki motivasi dan energi dalam kemampuan memenuhi kebutuhan sehari hari secara mandiri. Fokus dalam penelitian ini adalah responden dalam memenuhi kebutuhan seperti kemampuan makan dan minum, mandi, bersosialisasi dan kebutuhan fisiologi responden. Motivasi dan energi pasien dalam pemenuhan kemampuan dasar sehari hari dan pemenuhan kebutuhan dasar tidak terjadi hambatan karena sudah terbiasa dan terpapar dengan pemenuhan kemampuan dasar sehari hari ketika menjalani rawat inap di rumah sakit. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sari (2014), tingkat kemampuan dasar pasien skizofrenia adalah tingkat sedang. Motivasi dan energi dalam beraktivitas juga digambarkan dengan mayoritas pasien skizofrenia mengenyam pendidikan. Pendidikan yang tinggi akan membentuk dan menjadikan seseorang memiliki wawasan dan motivasi untuk hidup. Kondisi intelektual menentukan seseorang untuk berfikir secara kritis dalam mengambil keputusan sebelum bertindak atau memilih sesuatu untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahaun (Notoatmodjo, 2005). Sejalan dengan data hasil penelitian diperoleh bahwa 87,5 % pasien memliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan berjuang untuk kebahagiaan hidup. Kondisi demikian akan berdampak kepada peningkatkan kualitas hidup. Berdasarkan uraian diatas, maka pasien skizofrenia harus selalu di motivasi oleh keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari. Pengawasan dan kontrol juga sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kemandirian pasien sebagai upaya peningkatan kualitas hidup pasien. Kemampuan pasien skizofrenia yang masih membutuhkan dan memerlukan perawatan keluarga serta memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar sehari hari perlu pengawasan dan dilatih agar lebih mandiri dan memiliki motivasi dalam kehidupan serta merencanakan masa depan yang berdampak pada kulaitas hidup tinggi. c. Efek samping pengobatan Domain efek samping obat didapatkan hasil bahwa mayoritas responden rendah. Berdasarkan data kuesioner penelitian, mayoritas pasien merasakan efek samping yang ringan seperti pikiran binggung, mudah mengantuk, mulut kering, pandangan mata kabur, badan sering lemas dan sulit konsentrasi dalam beraktivitas. Hal ini sesuai dengan teori (Videbeck, 2008), efek samping antipsikotik signifikan dan dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan, sampai gangguan gerakan yang permanen. Efek samping neurologis yang serius meliputi efek samping ekstrapiramidal (reaksi distonia akut, akatisia, dan parkinsonisme), diskenia tardif, kejang, dan sindrom maligna neuroleptik. Efek samping nonneurologis mencakup sedasi, fotosensitivitas, dan gejala antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, dan hipotensi ortostatik. Hasil peneliian serupa dilakukan oleh puschner et al., (2009) dalam satiti (2010) yang mengatakan bahwa kepatuhan pengobatan mempunyai efek terhadap beberapa outcome klinis 7
8 meliputi pengobatan, illness insight, perilaku yang berhubungan dengan pengobatan, efek samping, kualitas hidup, gejala dan tingkat fungsi. Kualitas hidup mempunyai korelasi sangat lemah (r>0,1) dengan gejala dan efek samping, efek samping mempunyai korelasi sangat lemah (r>0,2) dengan gejala dan gejala mempunyai korelasi sangat lemah (r>0,1) dengan kepatuhan. Kondisi pasien dengan paparan efek samping obat rendah akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup pasien skizofrenia. Obat yang dikonsusmsi akan menekan gejalagejala yang muncul sehingga pasien dapat menjalani aktivitas sehari-hari. Pasien mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, membangun relasi dan terlibat dalam masyarakat, bebas memilih jalan hidup, konsentrasi dalam mengurus rumah tangga dan masa depan serta memiliki sifat percaya diri dalam kehidupan. d. Kualitas hidup Kualitas hidup pasien skizofrenia didapatkan hasil bahwa gambaran tingkat kualitas hidup pasien skizofrenia tinggi di RSJ Grhasia Yogyakarta. Hasil tersebut merupakan akumulasi dari tiga domain yang mempengaruhi kulaitas hidup pasien skizofrenia meliputi psikososial, motivasi dan energi dalam beraktivitas, dan efek samping pengobatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Satiti (2010), dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa kualitas hidup pasien skizofrenia dalam kategori tinggi yaitu 66,6 % (56 orang). Berdasarkan hasil penelitian bahwa tiga domain tersebut menggambarkan kualitas hidup pasien skizofrenia. Kualiitas hidup pasien skizofrenia tinggi dan rendah karena tidak lepas dari peran care giver (keluarga) dalam memberikan perawatan dan mengasuh pasien skizofrenia di rumah. Kualitas hidup pasien skizofrenia tinggi karena keluarga berperan dalam hal memandirikan pasien saat di Rumah. Pendampingan ketika pasien kontrol di Poliklinik RSJ Grhasia Yogyakarta, pemantauan obat di rumah, memberikan perhatian, kasih sayang, memenuhi kebutuhan pasien, memantau sampai pasien mandiri dalam hal mengurus diri seperti makan, minum, toileting, berpakaian, berinteraksi dengan lingkungan bahkan sampai bekerja dan mengurus keluarga. Kualitas hidup pasien tinggi karena tidak lepas dari peran tenaga kesehatan (psikiater dan perawat) di rumah sakit sesuai dengan program yang telah disusun. Rumah sakit dengan program-program yang telah ada berusaha memberikan keluarga dan pasien untuk memahami kesehatan jiwa. Rumah sakit khususnya poliklinik jiwa memberikan pelayanan untuk pasien dan keluarga. Pelayanan tersebut meliputi pendidikan kesehatan sebagai upaya menambah pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam merawat pasien serta menekan gejala kekambuhan yang berdampak pada kualitas hidup pasien tinggi. Kesimpulan dan saran A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kualitas hidup pasien skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta bulan Maret tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut : 8
9 1. Mayoritas karakteristik responden berdasarkan umur yaitu mayoritas tahun yaitu 68,06 % dengan lama pengobatan 1-10 tahun yaitu 70,83 %. Responden dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu 59,70 %, mayoritas berlatar pendidikan terakhir SMA 44,40 %, mayoritas bekerja sebagai buruh 61,10 % dan mayoritas responden kawin yaitu 52,80 %. 2. Domain psikososial dalam aspek kualitas hidup pasien skizofrenia yaitu tinggi 65,28 %. 3. Domain motivasi dan energi dalam beraktivitas dalam aspek kualitas hidup pasien skizofrenia mayoritas tinggi 81,94 %. 4. Domain gejala dan efek samping pengobatan dalam aspek kualitas hidup pasien skizofrenia mayoritas rendah 87,50 %. 5. Kualitas hidup pasien skizofrenia pada bulan Maret tahun 2015 di Poliklinik Jiwa RSJ Grhasia Yogyakarta mayoritas tinggi 66,67 %. B. Saran 1. Bagi Perawat di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta a. Sebaiknya perawat perlu mempertahankan penerapan proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai evaluasi yang sudah diterapakan. b. Sebaiknya di Klinik Jiwa Rumah Sakit Grhasia terdapat ruangan khusus bagi perawat untuk memberikan terapi psikoedukasi keluarga dan terapi psikosial dalam evaluasi perawatan di rumah sehingga privasi pasien dan keluarga terjaga. 2. Bagi Program studi D3 jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Mahasiswa keperawatan yang melakukan praktik Keperawatan Jiwa. Hendaknya mahasiswa diperjelas dalam kewenangan dan tugas saat praktik di Poliklinik Jiwa agar tercapai target kompetensi. Daftar Pustaka Butar, A. (2012). Karakteristik pasien dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Jurnal. Diakses pada tanggal 19 Maret 2015, ticle/view/1058/641. Chandrawinata, J. (2015). Tingkat pendidikan pengaruhi daya tahan stres. Artikel. diunduh pada tanggal 28 Juni 2015 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar tahun diunduh pada tanggal 2 Januari 2015 dari Marchira, C. R., Sumarni, P., & Lusia, P. W. (2008). Hubungan antara ekspresi emosi keluarga pasien dengan kekambuhan penderita skizofrenia di rumah sakit dr.sardjito yogyakarta, 24(4), Jurnal. diunduh tanggal 26 Desember 2014 dari portalgaruda.org. Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rahmawati, S. (2008). Analisis stres kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Cabang Bogor. Jurnal. Departemen 9
10 manajeman, fakultas ekonomi dan manajeman. Di unduh 20 April 2015 dari jemen/article/view/1605/668. Rosita, H. (2011). Keefektifan konseling eklektik untuk meningkatkan kapasitas fungsi sosial dan kualitas hidup pada pasien skizofrenia, 2(1), Jurnal. diunduh tanggal 30 Desember 2014 dari portalgaruda.org. Rubbyana, U. (2012). Hubungan antara strategi koping dengan kualitas hidup pada penderita skizofrenia remisi simptom, 1(02), Jurnal. diunduh tanggal 27 Desember 2014 dari portalgaruda.org. Sari, LN. (2014). Hubungan stres keluarga dengan kemampuan dasar sehari- hari pasien skizofrenia di Poli Klinik Jiwa RSJ Grhasia Propinsi DIY. Skripsi. Ilmu Kesehatan Universitas respati Yogyakarta, tidak diterbitkan. Uno,H.B. (2007). Teori motivasi dan pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi aksara. Videbeck, SL. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Alih Bahasa Komalasari,R. Jakarta : EGC. WHO. (2013). Pengaruh terapi musik kelompok terhadap hubungan interaksi sosial pada penderita skizofrenia. Diunduh tanggal 31 Desember 2014 ( opac&act=view&typ=html) Wilkinson et al. (2000). Self-report quality of life measure for people with schizophrenia : the SQLS. The British Journal of Psychiatry. Diunduh tanggal 28 Juni 2015 dari http ://bjp.rcpsych.org/content/177/1/42#bi BL Satiti, NR. (2010). Hubungan kepatuhan pengobatan dengan kualitas hidup pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Skripsi. Ilmu Kedokteran jurusan keperawatan Universitas Gajah Mada, tidak diterbitkan. Setiawan, B. (2015). Pengertian pekerjaan profesi dan profesional. Artikel. Diunduh tanggal 28 juni 2015 dari Suharto dkk. (2009). Pekerjaan sosial dan paradigma baru kemiskinan. a_makindo_24.htm. Diunduh pada tanggal 19 Maret Sumanto. (2014). Psikologi perkembangan Jakarta : PT. Buku Seru. 10
BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DINI ANGGRAINI 201110201085 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah
BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga adalah lingkungan tempat melakukan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat baik secara emosional, psikologi, perilaku, koping yang efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosional serta hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki sikap positif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian Penelitian tentang Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gejala Klinis Pasien Skizofrenia telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
Lebih terperinciPsikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia
Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Posted by Lahargo Kembaren ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan kronik yang sering menimbulkan relaps. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien skizofrenia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk
Lebih terperinciPERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA
PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan. yang mengakibatkan perilaku psikotik, gangguan dalam memproses
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa. Skizofrenia adalah penyakit yang menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi,
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA
PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal bagi tubuh, sehingga tubuh tidak mampu untuk mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah lain dari gangguan jiwa adalah psikosis. Salah satu contoh psikosis adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan fisiologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan
Lebih terperinciDUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Christine Handayani Siburian*, Sri Eka Wahyuni** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dilengkapi dengan organ-organ yang memiliki fungsi dan peranan penting. Salah satu diantaranya adalah ginjal. Ginjal sangat penting untuk mengatur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016 Suriani Ginting Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan Abstrak Caring adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 1) Tempat penelitian : Poli Rawat Jalan
Lebih terperinciPENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang
PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI Desi Ariyana Rahayu 1), Tri Nurhidayati 2) 1) Departemen keperawatan jiwa, FIKKES, Unimus, Jln. Kedungmundu Raya no
Lebih terperinciJurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :
Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini adalah stroke. Stroke merupakan suatu sindrom dengan tanda dan gejala kehilangan fungsi saraf pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : MISNAN 201210201177 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maupun di masyarakat. Anggaran besar harus dialokasikan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciNur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI
PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA KLIEN DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. RM SOEDJARWADI KLATEN JAWA TENGAH
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada
Lebih terperinciGAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.
GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Dyna Apriany ABSTRAK Usia balita merupakan masa-masa kritis sehingga diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia
Lebih terperinciTINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG
TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG Iis Sriningsih* ), Dhani Afriani** ) *) Dosen Prodi DIV Keperawatan Semarang, Poltekkes Kemenkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan bukan saja keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan, tetapi merupakan kesejahteraan yang bersifat fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat, pengobatan pengganti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. KERANGKA PENELITIAN Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat yang meliputi faktor ketidakpatuhan sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual.
Lebih terperinciSurvey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG 5 ABSTRAK Anak merupakan generasi unggul penerus suatu bangsa yang pada dasarnya tidak akan tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan menguraikan diskusi dan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari masalah penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Peneliti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,
Lebih terperinci