PANDUAN PENGISIAN FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT ALAMI UNTUK HEWAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PENGISIAN FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT ALAMI UNTUK HEWAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN"

Transkripsi

1 PANDUAN PENGISIAN FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT ALAMI UNTUK HEWAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN Nomor : 54/ TN.260/Kpts/DJP/Deptan/2001 TENTANG FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT ALAMI UNTUK HEWAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKI PETERNAKAN, Menimbang : a. bahwa obat alami untuk hewan yang akan diedarkan di dalam wilayah Republik Indonesia terlebih dahulu harus didaftarkna untuk memperoleh Nomor Pendaftaran ; b. bahwa atas dasar hal tersebut diatas dan sebagai pelaksanaan pasal 15 ayat (2) dan pasal 16 Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan Nomor 453/Kpts/ TN.260/9/2000 tentang Obat Alami Untuk Hewan perlu ditetapkan model Formulir Permohonan Pendaftaran Obat Alami Untuk Hewan dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1967 ; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992 ; 3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 695/Kpts/ TN.260/8/1996 ; 4. Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan Nomor 453/Kpts/TN.260/9/ Keputusan Menteri Pertanian Nomor 01/Kpts/ OT.210/1/2001.

2 M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERTAMA : Menetapkan Formulir Permohonan Pendaftaran Obat Alami Untuk Hewan sebagaimana tersebut pada lampiran Surat Keputusan ini ; KEDUA : Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. DITETAPKAN DI : JAKARTA PADA TANGGAL : 8 Mei 2001 DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN DR. Drh. SOFJAN SUDARDJAT.MS. NIP SALINAN Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. Menteri Pertanian RI ; 2. Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI ; 3. Para Pimpinan Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Departemen Pertanian ; 4. Kepala Dinas Peternakan Propinsi di seluruh Indonesia ; 5. Kepala Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan.

3 PANDUAN PENGISIAN FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT ALAMI UNTUK HEWAN Ketentuan Umum : Obat Alami untuk hewan yang wajib daftar yang selanjutnya disebut obat alami adalah bahan atau ramuan bahan alami yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan sebagai obat hewan atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang diolah secara industri. A. Informasi Perusahaan : 1. Nama perusahaan pemohon : Cantumkan nama perusahaan sesuai dengan yang tercantum pada Izin Usaha yang diperoleh. 2. Alamat lengkap pemohon dan Nomor telepon/fax : Cantumkan alamat lengkap perusahaan meliputi nama jalan, nomor, kota, kode pos dan propinsi serta nomor telepon/ fax/ /home page jika ada sesuai dengan yang tercantum pada Izin usaha. 3. Untuk obat alami untuk hewan lisensi : - Nama perusahaan pemberi Lisensi : Cantumkan nama perusahaan sesuai dengan surat keterangan lisensi. - Alamat lengkap pemberi Lisensi : Cantumkan alamat lengkap yang meliputi nama jalan, nomor, kota, kode pos, negara. B. Data Obat Alami : 1. Nama Obat Alami : Cantumkan nama obat alami. a. Apabila menggunakan nama dagang cantumkan dalam kurung nama yang menyatakan khasiat/kegunaan atau maksudnya.

4 Contoh : Dokoh (Penambahan nafsu makan) b. Untuk obat alami yang menggunakan nama asing yang artinya tidak dimengerti harus disertai dengan nama umum jamu (nama Indonesia) dalam huruf latin. 2. Bentuk sediaan : adalah bentuk produk jadi yang akan diterima pemakai misalnya serbuk, pil, boli, tablet, kapsul, cairan, salep krim, plester atau bentuk lain. 3. Lampiran dan lampiran tambahan : Lampiran adalah blanko resmi dari formulir permohonan pendaftaran yang terdiri dari lampiran A, B, C, D, E, F, G dan H masingmasing 1 (satu lembar). Lampiran tambahan adalah lembaran tambahan dari pemohon yang dipergunakan jika lembaran lampiran tidak cukup untuk memuat keterangan atau data pendaftaran yang diajukan. Apabila dipergunakan, cantumkan jumlah lembaran lampiran tambahan dari masingmasing lampiran tersebut. 4. Formulir permohonan pendaftaran obat alami ditanda tangani oleh pimpinan perusahaan dan Apoteker/Dokter Hewan penanggung jawab teknis disertai nama lengkap. Cantumkan tempat, tanggal dan tahun pengajuan permohonan pendaftaran serta stempel perusahaan. C. Pengisian lampiran LAMPIRAN A : KOMPOSISI OBAT ALAMI Maksud dari pencantuman Komposisi adalah agar obat alami tersebut dapat diketahui aman dan bermanfaat secara empirik serta juga dapat merupakan identitas dari obat alami tersebut untuk menghindari pemalsuan. a. Tuliskan nama semua bahan yang digunakan menurut tata nama tertentu, yang berkhasiat maupun bahan pembantu/tambahan lengkap dengan jumlah masing-masing bahan yang terdapat dalam

5 persatuan bentuk, bungkus, biji (tablet/kapsul/pil dan sebagainya) dinyatakan dalam bobot berat atau volume ataupun persen (%) dihitung terhadap bobot keseluruhan. - Tata nama : Untuk menghindarkan salah pengertian terhadap satu tanaman atau bagian tanaman, perlu penyeragaman tata nama, yaitu dengan menggunakan nama latin. Nama bahan berasal dari tanaman, hewan dan mineral dituliskan dengan nama latin menurut Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia atau Materi Medika Indonesia disertai dengan nama Indonesia/daerah. Untuk bahan baku impor, dituliskan pula nama lainnya sesuai Farmakope atau buku resmi negara asal. - Bahan tambahan yang bukan berasal dari tanaman, hewan dan mineral, ditulis sesuai dengan nama yang tercantum dalam Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia atau sesuai dengan judul dalam Merek Index. Bahan tambahan yang digunakan, termasuk bahan tambahan yang digunakan bila cara pembuatan melalui proses ekstraksi, harus sesuai dengan ketentuan Menteri Kesehatan tentang bahan tambahan yang diizinkan. - Bila menggunakan zat warna, zat warna digunakan harus esuai dengan katentuan Mentri Kesehatan dan kesejahteraan Sosial tentang bahan tambahan yang diizinkan. Zat warna dituliskan dengan nama sederhana yang umum dan nomor index warnanya (No. C1). a. Maksud dari keterangan asal usul komposisi adalah agar komposisi obat alami yang belum dikenal secara umum, baik dalam literatur maupun dalam laporan ilmiah resmi dapat diketahui latar belakang penggunaannya dalam pengobatan. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan penilaian pendaftaran obat alami. - Berikan riwayat komposisi ini sehingga dapat digunakan sebagai obat alami, misalnya : Dari pengetahuan turun temurun dengan mencantumkan nama dan alamat asal atau informasi obat tradisional tersebut Dari pustaka dengan menyebutkan nama pustaka, pengarang dan edisi Dari hasil penelitian-penelitian resmi dengan menyebutkan sumber publikasinya

6 LAMPIRAN B : CARA PEMBUATAN Adalah seluruh rangkaian kegiatan yang meliputi pengadaan bahan (termasuk penyiapan bahan baku), pengolahan, pengemasan, pengawasan mutu sampai diperoleh produk jadi yang siap untuk di distribusikan atau dipasarkan. Maksud dari ketersediaan informasi Cara pembuatan adalah agar produk yang dihasilkan bermutu dan benar. a. Maksud dari Jumlah yang direncanakan untuk satu kali pembuatan adalah agar jumlah yang akan diproduksi disesuaikan dengan kapasitas alat atau mesin yang digunakan sehingga produk yang dihasilkan selalu seragam. Jumlah produk jadi untuk satu kali produksi dinyatakan dalam satuan tertentu, misal : serbuk : gram pil : mg kapsul : mg granul : Kantung 100 g b. Maksud dari Jumlah masing-masing bahan yang digunakan untuk satu kali pembuatan adalah agar jumlah masing-masing bahan baku yang digunakan pasti jumlahnya sesuai dengan komposisi dasar dalam satuan berat atau volume. Jumlah dinyatakan dalam satuan berat atau volume (kg atau liter) masing-masing bahan yang digunakan. c. Maksud dari Semua tahap pekerjaan adalah agar setiap pelaksanaan pekerjaan mulai dari penyiapan bahan baku sampai diperolehnya produk jadi sama dan tetap, sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan dan disadari. Dengan perkataan lain agar dimiliki Prosedur Operasional yang Standar (POS). Semua tahap pekerjaan yang dilakukan harus diterangkan dengan jelas dan rinci. Beberapa pekerjaan yang dianggap perlu mendapat perhatian, misalnya : - Cara sortasi bahan baku - Cara pencucian bahan baku : Bahan pencuci Bila digunakan bahan pembersih (misal detergent, atau bahan

7 lainnya), cantumkan nama bahan dan konsentrasi yang digunakan. - Cara pengeringan bahan baku misal dengan sinar matahari atau ruang pengering atau oven atau di angin angin dalam ruangan dengan mencantumkan suhu dan lama pengeringan. - Cara pembuatan serbuk dan derajat kehalusan serbuk Sebutkan penyerbukan dilakukan dalam bentuk campuran atau terhadap masing-masing bahan baku/simplisia. - Cara pembuatan lebih lanjut sesuai dengan bentuk sediaan yang dikehendaki Penyarian : Sebutkan penyarian dilakukan dalam bentuk campuran atau terhadap masing-masing bahan baku/simplisia. Cara dan larutan penyari yang digunakan, lama penyarian serta cara pengeringan hasil penyarian. Apabila menggunakan bahan pengering, sebutkan lengkap dengan jumlahnya. Sebutkan pula jumlah/bobot ekstrak total yang dihasilkan dari penyarian. Pencampuran/pengadukan Pencetakan pil/tablet atau pengisian kapsul atau larutan Pengemasan - Pengawasan mutu yang dihasilkan selama proses pembuatan (misal kadar air, homogenitas, keseragaman bobot, kandungan mikroba, logam berat dan sebagainya) d. Maksud Alat atau mesin yang digunakan adalah agar pemilihan alat disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia serta jumlah produk yang akan dihasilkan, kecuali alat yang digunakan dalam pengujian laboratorium. Berikan nama alat, merek, bahan dasar alat (misal dari aluminium, tanah liat dan sebagainya) serta kapasitas alat yang digunakan. LAMPIRAN C : PEMERIKSAAN MUTU BAHAN BAKU 1. Sumber Perolehan Bahan Baku Maksud dari pencantuman penulisan Sumber perolehan bahan baku adalah untuk menjaga keseragaman mutu dan kesinambungan bahan baku yang dipakai, hendaknya bahan baku diperoleh dari sumber wilayah yang sama.

8 Bahan baku dapat berasal dari : a. Dalam negeri : Bila dari distributor, sebutkan nama dan alamat distributor serta sumber wilayah bahan tersebut diperoleh. b. Impor : Sebutkan nama dan alamat importer serta nomor pendaftaran bahan baku (simplisia atau ekstrak) tersebut. 1. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku Maksud dari Pemeriksaan mutu bahan baku adalah untuk menjamin bahwa setiap pembuatan obat alami, semua bahan baku yang digunakan dalam produksinya sama dan sesuai dengan komposisi yang disebutkan, maka harus diketahui tanda-tanda umum dan khuus dari bahan baku tersebut. Tuliskan tanda-tanda umum dan khusus yang digunakan pada penilaian mutu bahan baku : a. Jika bahan baku berupa simplisia, tanda-tanda umum dan khusus : - Nama latin tanaman dan familia - Pemerian (Organoleptik) : Pemeriksaan dengan indra meliputi bau, rasa dan warna - Tanda-tanda makroskopik : Uraikan tentang bentuk dan ukuran Jika simplisia berupa batang, akar, rimpang atau kulit, uraikan pula tentang sifat patahan dan ciri-ciri khas lainnya - Tanda-tanda mikroskopik serbuk bahan yang ditunjukkan melalui gambarnya meliputi fragmen umum dan spesifik. - Tanda-tanda hasil pengujian secara fisika-kimia antara lain reaksi warna b. Jika bahan baku berupa sediaan olahan (Ekstrak, tintur) Untuk sediaan olahan yang tidak dibuat sendiri, tanda-tanda umum dan khusus : - Pemerian - Tanda-tanda hasil pengujian fisika-kimia yang menunjukkan zat penanda/zat aktif - Penetapan kadar zat penanda atau zat aktif lengkap dengan prosedur pengujian

9 - Dilampirkan sertifikat analia dari perusahaan pembuat. c. Tanda-tanda umum dan khusus yang diperoleh merupakan persyaratan mengacu pada buku standard (Farmakope Indonesia, Ekstra F.I., MMI). Sebutkan buku standard yang digunakan d. Untuk bahan baku yang persyaratannya tidak terdapat dalam buku standard, industri dapat menetapkan sendiri persyaratan mutu bahan bakunya. e. Untuk bahan baku yang persyaratannya mengacu pada buku standard dari negara lain, berikan monografinya dan cantumkan nama buku, edisi dan tahun penerbitannya. Lampiran D : PEMERIKSAAN MUTU PRODUK JADI 1. Maksud dari pencantuman Pemeriksaan mutu produk jadi adalah untuk menjamin produk obat alami yang dihasilkan sesuai dengan yang dipersyaratkan : benar dan bersih, dilakukan penilaian dengan cara yang tepat dan sesuai. Cara penilaian disesuaikan dengan bentuk sediaan dan dilakukan menurut cara yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya. Hasil pemeriksaan meliputi : a. Pemerian (Organoleptik) Pemeriksaan dengan indra meliputi bau, rasa, bentuk dan warna. b. Identifikasi komposisi : - Untuk produk jadi dengan komposisi terdiri dari serbuk implisia : Sebutkan tanda spesifikasi mikroskopik (fragmen pengenal) yang dapat digunakan sebagai identitas komposisi tersebut. - Untuk produk jadi dengan komposisi terdiri dari Sediaan olahan (ekstrak, tintur) : Sebutkan zat spesifik yang dapat digunakan sebagai identitas komposisi tersebut (hasil KLT atau dinamolisa ataupun cara lainnya) c. Penetapan keseragaman bobot d. Penetapan kadar air e. Penetapan mikrobiologi (ALT, bakteri patogen, jamur dan kapang)

10 d. Penetapan waktu hancur untuk produk e. Untuk sediaan cair : dilengkapi dengan pengujian fisika )ph, berat jenis) Untuk butir c,d,e,f,g : sebutkan cara, spesifikasi alat, hasil pengamatan dan kesimpulan. 2. Cara mengetahui ketahanan mutu produk jadi : Maksud dari pencantuman cara mengetahui keawetan/stabilitas produk jadi adalah untuk memperkirakan batas waktu produk jadi tersebut masih benar dan bersih yang memenuhi persyaratan, perlu diketahui ketahanan mutu produk tersebut melalui pengujian tertentu, sekaligus untuk menetapkan batas kadaluwarsa sehingga mutu dan keamanannya masih dapat dipertanggungjawabkan. Hasil Pengujian : a. a.1. Pemeriksaan yang dilakukan secara periodic (tiap 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dst). Jenis pemeriksaan sebaiknya sesuai dengan pemeriksaan mutu produk jadi antara lain : organoleptik, keseragaman bobot, kadar air, waktu hancur, kandungan mikroba. Hasil pengamatan yang dilakukan minimal 6 bulan dan diberikan dalam bentuk table a.2. Kesimpulan keawetan berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian di atas. b. Laporkan kembali kelanjutan hasil pengamatan per-bulan yang dilakukan pada butir a selama 2 (dua) tahun. Hasil pengamatan diberikan dalam bentuk tabel c. Sebutkan batas kadaluwarsa LAMPIRAN E : KHASIAT/KEGUNAAN DAN CARA PEMAKAIAN 1. Khasiat Kegunaan Maksud dari penyampaian informasi Khasiat/Kegunaan adalah karena obat alami sangat tergantung dari khasiat/kegunaan masingmasing bahan baku. a. Berikan khasiat/kegunaan masing-masing bahan baku yang terkandung dalam komposisi yang didukung oleh minimal 2 (dua) pustaka dengan mencantumkan judul, nama pengarang dan tahun penerbitan.

11 b. Khasiat/kegunaan obat alami yang dicantumkan harus didukung oleh khasiat/kegunaan bahan baku yang terkandung. - Khasiat dapat dinyatakan dengan kata mengobati dan tidak dengan kata menyembuhkan atau menghilangkan - Khasiat/kegunaan harus sederhana, searah dan mudah dimengerti. - Tidak menggunakan istilah medis, kecuali bila telah diuji khasiat melalui Sentra P3T. - Tidak menggunakan kata-kata yang tidak tepat dan atau tidak umum serta tidak etis. 2. Cara Pemakaian Maksud dari pencantuman Cara pemakaian adalah untuk mencegah kesalahan pemakaian, perlu dijelaskan cara pemakaian termasuk takaran sesuai dengan maksud penggunaannya. a. Berikan secara terperinci cara pemakaian dan takaran/dosis obat alami tersebut. b. Berikan pula peringatan, perhatian, pantangan/anjuran, lama pemakaian yang harus diperhatikan. 3. Nomor Kode Produksi Maksud dari penyampaian Nomor kode produksi adalah agar produsen dapat menelusuri kembali segala sesuatu mengenai produk tersebut. Berikan contoh kode produksi yang digunakan dan jelaskan artinya. LAMPIRAN F : KETERANGAN TENTANG TUTUP, WADAH DAN PEMBUNGKUS a. Tutup Wadah : Sistim segel (seal) : Jika menggunakan segel, misalnya melapisi tutup dengan bahan pengaman yang apabila tuutp dibuka, bahan pengaman akan rusak, a.1. : lilin, kaleng pengikat tutup botol. b. Wadah : adalah tempat yang dipergunakan untuk mewadahi dan berhubungan langsung dengan isi, termasuk penutupnya.

12 Bentuk wadah : misalnya kantong, botol dan sebagainya. Bahan/Material wadah : mialnya kertas, plastik aluminium dan sebagainya. c. Satuan kemasan : adalah kemasan terkecil dengan penandaan yang lengkap sesuai peraturan yang berlaku tentang pembungkus, wadah dan penandaan. 1. Jika obat alami yang diajukan hanya satu kemasan, cara penulisannya adalah sebagai berikut : Serbuk : Jika serbuk dibungkus, cara penulisan : 7 gram Granul : Jika granul dibungkus, cara penulisan : 100 g Pil : Jika pil dikemas dalam botol dan disimpan dalam dos, cara penulisan : Dos, botol, mg Kapsul : Jika kapsul dikemas dalam strip dan disimpan dalam dos, cara penulisan : Dos, 10 strip x mg 2. Jika obat alami diproduksi lebih dari satu kemasan, maka pemohon mengisi Formulir Permohonan Tambahan Kemasan.

13 LAMPIRAN G : KETERANGAN TENTANG PENANDAAN 1. Penandaan harus berisi keterangan yang benar dan tidak menyesatkan a. Tulisan pada penandaan harus jelas, mudah dibaca dan tidak dikaburkan oleh latar belakang, baik berupa gambar, tulisan atau warna yang tidak kontras. b.penjelasan pada penandaan obat tradisional harus ditulis dalam bahasa Indonesia dengan huruf latin. Disamping itu dapat pula ditambahkan pernyataan atau keterangan dalam bahasa dan huruf latin, dengan syarat arti dan maksudnya sama dengan pernyataan atau keterangan yang ditulis dalam bahasa Indonesia. 2. Etiket Pada etiket harus dicantumkan a. Kata OBAT ALAMI HEWAN dalam lingkaran Kata OBAT ALAMI HEWAN dalam lingkaran harus dicantumkan untuk obat alami produksi dalam negeri dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri. Kata OBAT ALAMI HEWAN harus jelas dan mudah dibaca serta harus dituli dengan menggunakan bentuk huruf yang sama, dengan ukuran sekurang-kurangnya tinggi 5 (lima) mm dan tebal 1/2 (setengah) mm, dicetak dengan warna hitam diatas dasar putih atau warna lyang menyolok. b. Nama obat alami Nama obat alami dapat berupa : - Nama umum (nama generik) : nama sesuai dengan khasiat dan kegunaan obat alami yang telah digunakan secara turun-temurun. nama sesuai dengan simplisia penyusun obat tradisional tersebut seperti Beras kencur, Temulawak, Pasak bumi. - Nama dagang : Nama dagang tidak boleh sama dengan nama obat kimia atau nama obat alami lainnya yang telah terdaftar pada Departemen Pertanian.

14 Nama obat alami haru : - Sopan - Tidak menggunakan kata anti dan kata sejenis yang dihubungkan dengan nama penyakit - Tidak mendompleng nama-nama terkenal kecuali mendapat persetujuan dari yang bersangkutan - Tidak menggunakan istilah medis dan atau nama penyakit yang hanya dapat diagnosa oleh dokter hewan, kecuali bila telah diuji khasiatnya melalui BPMSOH. - Ukuran huruf nama obat alami harus lebih besar dari ukuran huruf lain. c. Ukuran Kemasan Ukuran setiap kemasan dapat dinyatakan berupa bobot/berat bersih, isi bersih maupun jumlah. - Bobot/Berat bersih dinyatakan dalam (g) - Isi bersih dinyatakan dalam militer (ml) - Jumlah tiap satuan untuk bentuk padat antara lain pil, kapsul, tablet, parem, pilis dan lain-lain dinyatakan dengan angka, misal : mg. d. Nomor pendaftaran Nomor pendaftaran haru dicantumkan dengan cara dicetak, Ukuran huruf dan angka sekurang-kurangnya tinggi 5 (lima) mm dan tebal 1/2 (setengah) mm. Nomor pendaftaran yang boleh dicantumkan dalam penandaan hanyalah nomor pendaftaran yang masih berlaku. e. Nama dan alamat perusahaan Nama perusahaan harus sesuai dengan nama perusahaan yang tercantum pada Izin usahanya. Alamat perusahaan sekurangkurangnya harus menyebutkan nama kota dan negara. Untuk obat alami lisensi harus dicantumkan juga nama dan alamat perusahaan pemberi lisensi. f. Komposisi Komposisi yang dicantumkan adalah yang disetujui pada pendaftaran dengan mendahulukan bahan baku yang berkhasiat lengkap dengan kadarnya. Bahan baku lain tidak lebih dari 10%

15 dapat diganti dengan kata-kata dan bahan-bahan lain sampai 100% atau mg/g atau ml/1 pada urutan terakhir. Nama bahan baku harus ditulis dengan nama latin menurut Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia atau ketentuan lain yang berlaku. g. Khasiat/kegunaan Khasiat/kegunaan yang dicantumkan pada penandaan hanyalah khasiat/kegunaan yang disetujui pada pendaftaran sesuai dengan isian formulir. h. Cara pemakaian dan dosis Cara pemakaian harus jelas untuk obat dalam atau obat luar. Dosi haru diuraikan dengan jelas dan terperinci, dosis untuk 1 (satu) kali pemakaian dan dosis untuk sehari serta jangka waktu pemakaian bila ada. i. Tanda Peringatan Cantumkan tanda peringatan apabila obat yang didaftar mengandung bahan baku/simplisia yang sudah pasti diketahui mempunyai khasiat yang lain dari khasiat yang dinyatakan pada obat yang didaftarkan. Misal : didaftar sebagai Pegal Linu mengandung simplisia yang bersifat abortif, maka haru dicantumkan : Perhatian : Dilarang diberikan pada ternak bunting. j. Kontra indikasi Cantumkan bila ada k. Cara penyimpanan Bagi obat alami yang memerlukan penyimpanan khusus harus dicantumkan cara penyimpanan tersebut. l. Kadaluarsa Cantumkan sesuai dengan hasil uji stabilitas yang ditulis pada pendaftaran. m. Kode produksi Cantumkan kode produksi yang dapat dipakai untuk menelusuri kembali segala sesuatu mengenai produk tersebut.

16 1. Brosur Uraian pada brosur dapat lebih terperinci dibanding dengan uraian penandaan pada etiket. Uraian tersebut harus wajar dan tidak menyesatkan. Pada brosur paling sedikit harus dicantumkan : a. Kata OBAT ALAMI UNTUK HEWAN dalam lingkaran b. Nama obat alami c. Bobot/Berat bersih, isi bersih atau jumlah tiap wadah d. Nomor pendaftaran e. Nama dan alamat industri f. Komposisi g. Khasiat/kegunaan h. Cara pemakaian, dosis dan jangka waktu pemakaian i. Tanda peringatan (bila ada) j. Kontra indikasi (bila ada) k. Kadaluarsa (bila ada) 4. Diluar ketentuan tentang penandaan yang tercantum di atas harus mendapat izin khusus dari Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. LAMPIRAN H : KETERANGAN Maksud dari pencantuman keterangan lain adalah untuk sediaan obat alami impor yang didaftarkan harus berasal dari negara produsen obat alami yang bersangkutan dan dinyatakan dengan Surat Keterangan Asal Produksi (Certificate of Origin) serta dilengkapi pula dengan sertifikat yang menyatakan bahwa obat alami dimaksud telah beredar dinegara asalnya (Certificate of Free Sale) serta Surat Kuasa/Surat Penunjukan dari produsennya dan keterangan bahwa obat alami tersebut dibuat menurut Cara pembuatan Obat Alami Yang Baik (Certificate of GMP). Certificate of origin, Certificate of Free Sale dan Certificate of GMP dimaksud diterbitkan oleh instansi pemerintah yang berwenang dinegara asal obat alami yang disyahkan oleh KBRI atau Konsulat Perdagangan Indonesia di negara setempat.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi hewan dan masyarakat yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1297/MENKES/PER/XI/1998 TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR MENTERI KESEHATAN REBUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang wadah, pem-bungkus, penandaan serta periklanan Kosmetika dan Alat Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang wadah, pem-bungkus, penandaan serta periklanan Kosmetika dan Alat Kesehatan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 96/Men.Kes/Per/V/1977 tentang WADAH, PEMBUNGKUS, PENANDAAN SERTA PERIKLANAN KOSMETIKA DAN ALAT KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor: 246/Menkes/Per/V/1990 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DAN PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk melindungi masyarakat

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 246/MENKES/PER/V/1990 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DAN PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang :

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1384 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 695/Kpts/TN.260/8/96 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN MUTU OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 695/Kpts/TN.260/8/96 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN MUTU OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 695/Kpts/TN.260/8/96 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN MUTU OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin mutu obat hewan yang

Lebih terperinci

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA A. Obat Asli Indonesia Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan baku alam yang dikeringkan yang dibuat secara turun temurun yang biasanya dikemas dalam wadah yang

Lebih terperinci

Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu

Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu Better Ridder, S.Si., Apt., M.Buss. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen AGENDA 1. Tujuan dan Indikator BPOM 2015-2019 2.

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN Formulir 1 Formulir Pendaftaran Alat Kesehatan DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat tanggal 15 Juni 2016 RANCANGAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.41.1381 TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Surat Keputusan Menteri

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.139,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2012 TENTANG OBAT IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2012 TENTANG OBAT IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2012 TENTANG OBAT IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor :HK.00.05.4.1380 PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat tradisional merupakan produk

Lebih terperinci

MATERIA MEDIKA INDONESIA

MATERIA MEDIKA INDONESIA MATERIA MEDIKA INDONESIA MEMUAT: PERSYARATAN RESMI DAN FOTO BERWARNA SIMPLISIA YANG BANYAK DIPAKAI DALAM PERUSAHAAN OBAT TRADISIONAL. MONOGRAFI 1. SIMPLISIA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL, MENCAKUP:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL Menimbang : a. Bahwa untuk melindungi masyakarat terhadap hal-hal yang dapat mengganggu dan merugikan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional

Lebih terperinci

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333

Lebih terperinci

Obat tradisional 11/1/2011

Obat tradisional 11/1/2011 Disampaikan oleh: Nita Pujianti, S.Farm.,Apt.,MPH Obat tradisional Bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik (sarian) atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.4.1745 TENTANG KOSMETIK Menimbang : a. bahwa penggunaan kosmetik pada saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat; b. bahwa

Lebih terperinci

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak) Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak) Slogan back to nature membuat masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan produk bersumber alam dalam upaya menjaga kesehatan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang Harrizul Rivai 1, Susana Merry Mardiastuty 2, Fitra Fauziah 2 1Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang 2Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL.

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INOONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 661/MENKES/SK/VII/ 1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL Menimbang : a. bahwa untuk melindungi masyakarat

Lebih terperinci

j ajo66.wordpress.com 1

j ajo66.wordpress.com 1 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 241/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa Pakan merupakan faktor penting

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lebih terperinci

IOT adalah industri yang memproduksi obat traditional dengan total asset diatas Rp ,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah

IOT adalah industri yang memproduksi obat traditional dengan total asset diatas Rp ,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah CPOTB CPOB vs CPOTB Ruang Lingkup CPOB : Industri farmasi yang memproduksi Obat dan Bahan Baku Obat; lembaga lain yg memproduksi sediaan radiofarmaka; Instalasi farmasi RS yang melakukan proses pembuatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Jahe untuk bahan baku obat

Jahe untuk bahan baku obat Standar Nasional Indonesia Jahe untuk bahan baku obat ICS 11.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA No.225, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Industri. Usaha Obat. Tradisional. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN, SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa agar supaya obat hewan yang beredar layak,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.00.05.41.1381 TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa Samakah minum obat 3x1 dengan 1x3? Kadang masih ada pertanyaan dari masyarakat baik remaja maupun orang

Lebih terperinci

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Lampiran 15. Etiket PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Nama Produk/Bahan No. Batch/Lot Pabrik Pemasok No. Penerimaan Barang Jumlah No. Sertifikat Analisis Tanda Tangan DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENGGUNAAN ALAT DAN ATAU MESIN PERTANIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1055, 2015 BPOM. Takaran Saji. Pangan Olahan. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 241/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 241/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN MENTERI PERTANIAN, 297 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 241/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa Pakan merupakan faktor penting dan strategis dalam peningkatan

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH MENTERI PERTANIAN, Menimbang: a. Mengingat : 1. bahwa pupuk organik dan pembenah tanah sangat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN, 307 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin agar pakan yang beredar dapat dijaga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : HK T e n t a n g

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : HK T e n t a n g BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Nomor : HK.00.05.4.2411 T e n t a n g KETENTUAN POKOK PENGELOMPOKAN DAN PENANDAAN OBAT BAHAN ALAM INDONESIA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PP 72/1998, PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN. Tentang: PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

PP 72/1998, PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN. Tentang: PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN PP 72/1998, PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 72 TAHUN 1998 (72/1998) Tanggal: 16 SEPTEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Dharmawangsa Dalam, Surabaya 15 Agustus 2006 Telp. (031) , pswt 150 Faks. (031) ,

Masa berlaku: Alamat : Jl. Dharmawangsa Dalam, Surabaya 15 Agustus 2006 Telp. (031) , pswt 150 Faks. (031) , LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-325-IDN Nama Laboratorium : Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi - Universitas Airlangga Kimia Daging Protein total AOAC 2000, edisi 17, Vol. 1, chapter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN FILE EDIT 16 November 2016 Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat

Lebih terperinci

PERAN ASOHI DALAM PELAKSANAAN IMPORTASI, PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ANTIBIOTIKA DI SEKTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI INDONESIA

PERAN ASOHI DALAM PELAKSANAAN IMPORTASI, PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ANTIBIOTIKA DI SEKTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI INDONESIA PERAN ASOHI DALAM PELAKSANAAN IMPORTASI, PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ANTIBIOTIKA DI SEKTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI INDONESIA ASOHI NASIONAL SEKRETARIAT ASOHI RUKO GRAND PASAR MINGGU 88A JL RAYA RAWA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan. No.93, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA

Lebih terperinci

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan : J A K A R T A Pada tanggal : 21 Desember 1994 A.n.

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan : J A K A R T A Pada tanggal : 21 Desember 1994 A.n. 1 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : Hk.00.062.03186 TENTANG KRITERIA TERPERINCI, KELENGKAPAN PERMOHONAN DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT JADI MENTERI KESEHATAN Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

Nama Perusahaan :... A l a m a t. Sebagai produsen atau pembuat pakan dengan bahan pakan :...

Nama Perusahaan :... A l a m a t. Sebagai produsen atau pembuat pakan dengan bahan pakan :... Formulir Model 1 Nomor : Lampiran : Perihal : Pendaftaran Pakan Kepada Yth.: Kepala Pusat Perizinan dan Investasi Departemen Pertanian Jl. Harsono RM. No.3 Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan Yang bertanda

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

2011, No.811.

2011, No.811. 13 LAMPIRAN 1 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.5.12.11.09956 TAHUN 2011 TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN CONTOH FORMULIR PENDAFTARAN PANGAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat Waktu memeriksa ke dokter menerangkan secara jelas beberapa hal dibawah ini 1.Menjelaskan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG =DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN KETENTUAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 505/Kpts/SR.130/2/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat DITKESAD POKPIM ITDIT SESDITKESAD INFOLAHTA SUBDIT BINCAB SUBDIT BINYANKES SUBDIT BINMATKES SUBDIT BINDUKKES RSPAD LAFI AD LAKESMIL LABIOMED

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

-73- PEDOMAN PENGISIAN DATA PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

-73- PEDOMAN PENGISIAN DATA PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN -73- LAMPIRAN V PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PEDOMAN PENGISIAN DATA PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN I. PENJELASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.907, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Sertifikasi. Pembuatan Obat. Tradisional. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan TINJAUAN PUSTAKA Obat tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga menjadi negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat, karena

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN OBAT TRADISIONAL YANG TIDAK MEMENUHI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

1 Pendaftaran Akun Perusahaan. 2 Pendaftaran OT Low Risk. 3 Pendaftaran Ulang OT & SK 4 E-Trecking System Pendaftaran Baru dan Variasi OT & SK

1 Pendaftaran Akun Perusahaan. 2 Pendaftaran OT Low Risk. 3 Pendaftaran Ulang OT & SK 4 E-Trecking System Pendaftaran Baru dan Variasi OT & SK 1 2 Aplikasi sistem E-Registrasi yang telah berlaku di Subdit Penilaian Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan yaitu: 1 Pendaftaran Akun Perusahaan 2 Pendaftaran OT Low Risk 3 Pendaftaran Ulang OT & SK

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 434/Men.Kes/SK/VI/1987 TENTANG PENETAPAN JENIS-JENIS INDUSTRI DALAM RANGKA PENYEDERHANAAN IZIN USAHA INDUSTRI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Mengingat: a. bahwa untuk lebih meningkatkan kesehatan dan produksi peternakan diperlukan tersedianya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Tradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional

Lebih terperinci

Sally Dwi Purnamasari. 14.I1.0066

Sally Dwi Purnamasari. 14.I1.0066 Sally Dwi Purnamasari. 14.I1.0066 Sejarah 1918 didirikan oleh T.K. Suprana 1936 usaha diteruskan ke generasi kedua 1949 pabrik pindah ke Semarang tepatnya di Jalan Mataram no. 852 dan kantor di Jalan Kimangunsarkoro

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KERTAS DAN KARTON UNTUK KEMASAN PANGAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Valerius Cordus (1515-1544) Dispensatorium Cikal bakal Farmakope KETENTUAN UMUM Buku resmi yang ditetapkan secara hukum Isi : - Standardisasi obat-obat

Lebih terperinci

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan Standar Nasional Indonesia Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.12.10.12123 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.12.10.12123 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.10.12123 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci