BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pengertian Sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pengertian Sistem"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengertian Sistem Menurut (Satzinger, Jackson, & D.Burd, 2009) Sistem adalah kumpulan dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu hasil. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut. Menurut (Williams & Sawyer, 2005) Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk melakukan suatu pekerjaan dalam usaha mencapai suatu tujuan. Menurut (Stair & Reynolds, 2010) Sistem adalah satu set dari elemen atau komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. Istilah yang sering dipergunakan untuk mengembangkan suatu set entitas yang berinteraksi, dimana suatu model matematika sering dibuat. Sehingga dapat disimpulkan Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. 2.2 Informasi Pengertian Informasi Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005) Informasi merupakan data yang telah diubah atau dimanipulasi menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakainya. Sebagai contoh, dokumen berbentuk 9

2 10 spreadsheet seringkali digunakan untuk membuat informasi dari data yang ada didalamnya. Laporan laba rugi dan neraca merupakan bentuk informasi, sementara angka-angka didalamnya merupakan data yang telah diberi konteks sehingga menjadi punya makna dan manfaat. Menurut (McLeod, 2004), Informasi merupakan data yang sudah diproses atau suatu data yang memiliki arti. Menurut (Whitten, Dittman, & Bentley, 2004), Informasi adalah data yang sudah di proses atau yang sudah dibentuk ulang menjadi bentuk yang memiliki arti. Suatu informasi dibentuk dari kumpulan data atau kombinasi data yang bertujuan agar memiliki arti kepada penerima informasi. Sehingga dapat disimpulkan Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang diorganisasi atau diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerimanya. Data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi si penerima maksudnya yaitu dapat memberikan keterangan atau pengetahuan. Dengan demikian yang menjadi sumber informasi adalah data. Informasi dapat juga dikatakan sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi. 2.3 Sistem Informasi Pengertian Sistem Informasi Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005) Sistem Informasi adalah kumpulan komponen yang saling terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas bisnis. Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan merujuk kepada interaksi antara orang ke orang, proses algoritma, data, dan teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk cara di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.

3 11 Menurut (Whitten, Dittman, & Bentley, 2004) Sistem informasi adalah pengaturan, orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi. Sehingga dapat disimpulkan Sistem informasi adalah gabungan yang terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi dan sumber data dalam mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam organisasi. 2.4 Customer Pengertian Customer Menurut (Griffin, 2005) Customer adalah seorang yang menjadi terbiasa untuk membeli. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi seiring selama periode waktu tertentu, tanpa adanya hubungan yang kuat dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah customer, ia adalah pembeli. Customer yang sejati tumbuh seiring dengan waktu. Menurut (Lupiyoadi, 2001) mendefinisikan Customer adalah seorang individu yang secara continue dan berulang kali datang ke tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan memuaskan produk atau jasa tersebut. Menurut Gasperz dalam (Nasution, 2004) customer adalah semua orang yang menuntut perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu yang akan memberikan pengaruh pada performansi perusahaan dan manajemen perusahaan. Dari semua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa customer adalah individu yang melakukan pembelian kebutuhan yang bisa membuat puas dengan membandingkan beberapa aspek seperti harga, standar

4 12 kualitas barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi dan rumah tangga. 2.5 Knowledge Pengertian Knowledge Menurut (Notoatmodjo, 2003) Knowledge adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What. Knowledge merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut (Pearlson & Saunders, 2004) Knowledge adalah sebuah campuran dari informasi kontekstual, pengalaman, aturan dan nilai. Knowledge bermakna lebih kaya dan lebih bernilai karena seseorang telah berpikir dalam mengenai informasi tersebut juga menambahkan keahlian dan kebijaksanaannya secara unik. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa knowledge berisi informasi yang dapat membantu manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan dan knowledge bisa didapat dari mana saja dan tersedia dalam berbagai macam bentuk Jenis dan Konversi Knowledge Menurut (Dalkir, 2011) Knowledge pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1) Tacit knowledge adalah knowledge yang ada pada diri seseorang dan relatif sulit untuk diformalkan atau diterjemahkan, sehingga masih ada hambatan untuk dikomunikasikan dengan individu lain. Tacit knowledge bersifat subyektif, intuisi, terkait erat dengan

5 13 aktivitas dan pengalaman individu serta idealisme, values, dan emosi. Tacit knowledge memiliki 2 dimensi, yaitu: 1. Dimensi teknis, yang lebih bersifat informal dan knowhow dalam melakukan sesuatu. Dimensi teknis yang mengandung prinsip-prinsip dan teknis knowledge yang diperoleh karena pengalaman, relatif sulit didefinisikan dan dijelaskan. 2. Dimensi kognitif, terdiri dari kepercayaan persepsi, idealisme, values, emosi dan mental yang juga sulit dijelaskan. Dimensi ini akan membentuk cara seseorang menerima segala sesuatu yang ada di lingkungannya. 2) Explicit Knowledge adalah knowledge yang sudah dapat dikemukakan dalam bentuk data, formula, spesifikasi produk, manual, prinsip-prinsip umum, dan sebagainya. Knowledge ini telah menjadi milik perusahaan dan siap untuk ditransfer kepada semua individu dalam perusahaan secara formal dan sistematis. Interaksi antara tacit dan explicit knowledge ini disebut sebagai proses konversi pengetahuan (process knowledge conversion). Proses konversi dapat berasal dari knowledge yang bersifat tacit atau explicit untuk diubah menjadi knowledge yang bersifat tacit atau explicit. Apabila knowledge telah berubah menjadi tacit, maka knowledge siap digunakan antara lain untuk menghasilkan produk baru dan melakukan pelayanan yang lebih baik, sedangkan bila knowledge telah diubah menjadi explicit, maka knowledge siap untuk ditransfer kepada seluruh karyawan dalam perusahaan atau diubah ke dalam expert system Proses penciptaan Knowledge Proses penciptaan Knowledge perusahaan terjadi karena adanya interaksi (konversi) antara Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge,

6 14 melalui proses sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi/seci (Dalkir, 2011). Gambar 2.1 The Nonaka and Takeuchi Knowledge Spiral (Sumber : Dalkir, 2011 ) 1. Tacit to Tacit (Sosialisasi) Proses bersosialisasi antar karyawan (SDM) pada perusahaan dilakukan melalui rapat, diskusi, dan pertemuanpertemuan yang sudah dijadwalkan oleh perusahaan (tatap muka). Melalui pertemuan-pertemuan tatap muka ini, karyawan dapat saling berbagi Knowledge dan berbagi pengalaman pribadi yang dimiliki oleh para karyawan sehingga menciptakan suatu Knowledge yang baru. 2. Tacit to Explicit (Eksternalisasi) Proses Eksternalisasi adalah proses untuk mengartikulasikan Tacit Knowledge akan menjadi suatu konsep yang lebih jelas. Dukungan terdahap proses eksternalisasi ini, bisa diberikan dengan cara mendokumentasikan notulen rapat atau pertemuan-pertemuan yang telah diadakan dalam bentuk elektronik kemudian bisa dipublikasikan kepada yang berkepentingan. 3. Explicit to Explicit (Kombinasi)

7 15 Proses konversi Knowledge melalui kombinasi adalah dengan melakukan kombinasi berbagai jenis-jenis Explicit Knowledge yang berbeda untuk disusun kedalam system Knowledge. Media didalam melakukan proses ini dapat dilakukan melalui intranet, internet, database perusahaan. 4. Explicit to Tacit (Internalisasi) Explicit to Tacit proses dimana semua dokumen data, informasi, dan Knowledge sudah didokumentasikan dan dapat disebarkan dan akan meningkatkan Knowledge para karyawan. Sumber-sumber dari Explicit Knowledge bisa diperoleh dari media intranet, surat keputusan, papan pengumuman, internet dan media massa sebagai sumber external. Jadi bisa disimpulkan bahwa penciptaan Knowledge berawal dari adanya interaksi (proses konversi) antara Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge yang terdiri dari proses sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi yang kemudian terbentuk menjadi SECI process yang berguna untuk melakukan suatu pemetaan infrastruktur knowledge dalam perusahaan. 2.6 Knowledge Management Pengertian Knowledge Management Menurut (Laudon, 2002), Knowledge Management berfungsi meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan knowledge ke dalam proses bisnis. Knowledge Management adalah serangkaian proses yang dikembangkan dalam suatu organisasi untuk menciptakan, mengumpulkan, memelihara dan mendiseminasikan knowledge organisasi tersebut. Sedangkan menurut (Dalkir, 2011) Knowledge Management adalah suatu relasi dimana people, technology, process, dan organizational structure yang sistematis untuk menambah nilai reuse dan innovation.

8 16 Relasi ini terjadi melalui: Creating, Sharing, Applying knowledge, termasuk pengalaman dari lesson learned dan best practices agar knowledge penting dapat diingat. Jadi dapat simpulkan Knowledge Management proses untuk membantu menyelesaikan pekerajaan dengan efektif dan efisien, meningkatkan kinerja dan menciptakan inovasi pada suatu perusahaan. 2.7 Customer Knowledge Management Pengertian Customer Knowledge Management Menurut (Gibbert, Michael, Leibold, & Probst, 2002), Customer Knowledge Management sebagai manajemen pengetahuan dari customer dan menekankan Customer Knowledge Management sebagai proses strategis di mana nasabah diberdayakan sebagai mitra pengetahuan. Menurut (Wilde, 2011), Implementasi Customer Knowledge Management (CKM) diharapkan dapat mengisi kesenjangan knowledge pada customer. Jika knowledge digunakan dalam target orientasi, hal ini dapat diperlukan untuk mampu diakses dan untuk berbagi secara sistematis. Dengan mengintegrasikan Customer Knowledge Management, customer dapat menjadi mitra aktif bagi perusahaan. Customer Knowledge Management hanya berfokus pada mengelola knowledge tentang customer. Tujuannya adalah untuk meningkatkan orientasi customer dan untuk membangun hubungan customer dalam jangka panjang. CKM tidak mampu sepenuhnya mencapai tujuan tersebut, karena hal tersebut kurang terintegrasi dengan customer. Oleh karena itu, transfer antara perusahaan dan customer sangat diperlukan dengan menerapkan CKM. Customer lebih terintegrasi dari CKM dan menjadi mitra aktif berpengetahuan, akibatnya knowledge dari, untuk dan tentang customer dapat digunakan secara efisien. 2.8 Customer Relationship Management Menurut (Kotler & Keller, 2009) mendefinisikan Customer Relationship Management sebagai proses pengelolaan informasi rinci mengenai titik sentuhan individual pelanggan untuk memaksimalkan

9 loyalitas pelanggan. Untuk sebuah restoran, titik sentuh itu dapat mencakup pelayanan pasar ikan, pelayanan kasir, waiter/waitress, dan reservasi. 17 Sedangkan Menurut (Lovelock, Christopher, & Wirtz, 2011), Customer Relationship Management menandakan seluruh proses mengenai hubungan apa yang terjalin dan apa yang terpelihara dengan customer yang harus dilihat sebagai pembuka jalan untuk membangun loyalitas pelanggan. Jadi dapat disimpulkan Customer Relationship Management adalah membangun sebuah hubungan baik terhadap customer untuk jangka yang panjang. 2.9 Metode Penelitian Kuantitatif Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Menurut (Sugiyono, 2006) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-

10 18 angka dan analisis menggunakan statistik. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme Model Penerimaan Teknologi Penerimaan pengguna terhadap implementasi sistem teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai keinginan yang nampak didalam kelompok pengguna untuk menerapkan sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya. Semakin menerima sistem teknologi informasi yang baru, semakin besar kemauan pemakai untuk merubah praktek yang sudah ada dalam penggunaan waktu serta usaha untuk memulai secara nyata pada sistem teknologi informasi yang baru (Hendrawati, 2013). Akan tetapi apabila pemakai tidak mau menerima sistem teknologi informasi yang baru, maka perubahan sistem tersebut menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang banyak bagi organisasi atau perusahaan, merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003) UTAUT mensintesis elemen-elemen pada delapan model penerimaan teknologi terkemuka untuk memperoleh kesatuan pandangan mengenai penerimaan pengguna. Kedelapan teori terkemuka yang disatukan di dalam UTAUT adalah sebagai berikut: 1. Theory of Reasoned Action (TRA) 2. Technology Acceptance Model (TAM) 3. Motivational Model (MM) 4. Theory of Planned Behavior (TPB) 5. Combined TAM and TPB (C-TAM-TPB) 6. Model of PC Utilization (MPCU) 7. Innovation Diffusion Theory (IDT) 8. Social Cognitive Theory (SCT). Pada model UTAUT, terdapat empat determinan yang menjadi faktor penentu langsung yang bersifat signifikan terhadap perilaku penerimaan maupun

11 19 penggunaan teknologi akan tetapi dalam penelitian ini kami hanya menggunakan tiga determinan. Ketiga determinan yang dimaksud adalah yang telah dikutip oleh (Rivai, 2014) 1) Pertama, Performance Expectancy (ekspektasi terhadap kinerja), (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003) mendefinisikan Ekspektasi Kinerja sebagai tingkat dimana seseorang mempercayai dengan menggunakan sistem tersebut akan membantu orang tersebut untuk memperoleh keuntungan-keuntungan kinerja pada pekerjaan. Dalam konsep ini terdapat gabungan variabel-variabel yang diperoleh dari model penelitian sebelumnya tentang model penerimaan dan penggunaan teknologi. Adapun variabel tersebut adalah: 1. Perceived usefulness (Persepsi Terhadap Kegunaan) Menurut (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003), persepsi terhadap kegunaan didefinisikan sebagai seberapa jauh seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Motivasi Ekstrinsik (extrinsic motivation) Menurut (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003), motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) didefinisikan sebagai persepsi yang diinginkan pemakai untuk melakukan suatu aktivitas karena dianggap sebagai alat dalam mencapai hasil-hasil bernilai yang berbeda dari aktivitas itu sendiri, semacam kinerja pekerjaan, pelayanan customer, dan promosipromosi. 2. Job fit (Kesesuaian Pekerjaan) Menurut (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003), kesesuaian pekerjaan didefinisikan bagaimana kemampuan-kemampuan dari suatu sistem meningkatkan kinerja pekerjaan individual. 3. Relative advantage (Keuntungan Relatif) Menurut (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003), keuntungan relatif didefinisikan sebagai seberapa jauh menggunakan sesuatu inovasi yang

12 20 dipersepsikan akan lebih baik dibandingkan menggunakan pendahulunya. 4. Outcome expectations (Ekspektasi-ekspektasi Hasil) Menurut (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003), ekspektasiekspektasi hasil berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku. Berdasarkan pada bukti empiris, mereka dipisahkan ke dalam ekspektasi kinerja (performance expectations) dan ekspektasi-ekspektasi personal (personal expectations). Kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang mempercayai dan merasakan dengan menggunakan suatu teknologi informasi akan sangat berguna dan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi kerja. 2) Kedua, Effort Expectancy (ekspektasi terhadap upaya), merupakan tingkat kemudahan penggunaan sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam melakukan pekerjaannya. Variabel tersebut diformulasikan berdasarkan 3 konstruk pada model atau teori sebelumnya yaitu persepsi kemudahaan penggunaan dari model TAM, kompleksitas dari model of PC utilization (MPCU), dan kemudahan penggunaan dari teori difusi inovasi (IDT) (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003). Kemudahan pemakaian mempunyai pengaruh terhadap penggunaan teknologi informasi. Kemudahan penggunaan teknologi informasi akan menimbulkan perasaan dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai kegunaan dan karenanya menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan menggunakannya (Venkathes & Morris, 2000). Kompleksitas yang dapat membentuk konstruk

13 21 ekspektasi usaha didefinisikan oleh Rogers s dan Shoemaker dalam (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003) adalah tingkat dimana inovasi dipersepsikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk diartikan dan digunakan oleh individu. Menemukan adanya hubungan yang negatif antara kompleksitas dan pemanfaatan teknologi informasi. Memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, yaitu: Teknologi informasi sangat mudah dipahami, Teknologi informasi mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh penggunanya, keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan Teknologi informasi dan Teknologi informasi tersebut sangat mudah untuk dioperasikan. Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan diatas, pengguna teknologi informasi mempercayai bahwa teknologi informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah dalam hal pengoperasiannya akan menimbulkan minat dalam menggunakan teknologi informasi tersebut dan seterusnya akan menggunakan teknologi informasi tersebut. 3) Ketiga, Social Influence (pengaruh sosial), didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individual mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh orang orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru. Pengaruh sosial merupakan faktor penentu terhadap tujuan perilaku dalam menggunakan teknologi informasi yang direpresentasikan sebagai norma subyektif dalam TRA, TAM, TPB, faktor sosial dalam MPCU, serta citra dalam Innovation Diffusion Theory (IDT). (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003). Penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan status seseorang di dalam sistem sosial (Moore& Benbasat, 1991). Menurut (Venkathes & Morris, 2000), pengaruh sosial mempunyai dampak pada perilaku individual melalui tiga mekanisme yaitu ketaatan, internalisasi, dan identifikasi. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengaruh yang diberikan sebuah lingkungan

14 22 terhadap calon pengguna teknologi informasi untuk menggunakan suatu teknologi informasi yang baru maka semakin besar minat yang timbul dari personal calon pengguna tersebut dalam menggunakan teknologi informasi tersebut karena pengaruh yang kuat dari lingkungan sekitarnya. Di samping tiga faktor yang terdapat dalam model UTAUT, (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003) menambahkan variabel moderator dalam model UTAUT tiga moderator kunci untuk model UTAUT ini adalah gender, age dan experience. Variabel moderator menurut (Sugiyono, 2006)adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Akan tetapi, (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003) merekomendasikan bahwa ketika sebuah teknologi semakin dikenal, maka gender akan menjadi variabel yang tidak berpengaruh terhadap niat penggunaan teknologi tersebut. Hal ini diharapkan sesuai dengan keadaan masyarakat di Indonesia karena teknologi informasi sudah cukup dikenal oleh masyarakat, akan tetapi penggunanya memang masih terbatas karena infrastruktur yang kurang menunjang. Age (usia) memoderasi berbagai variabel dalam penelitian mengenai perilaku penggunaan teknologi informasi, terutama yang bertujuan untuk mengetahui perilaku pengadobsian sebuah teknologi (Venkathes & Morris, 2000). Terkait dengan pengertian usia yang lebih muda atau tua dalam penelitian Venkathes & Morris (2000) menggolongkan usia pekerja yang lebih tua yaitu yang berusia di atas 40 tahun, sedangkan pekerja yang berusia di bawah 40 tahun adalah pekerja yang lebih muda. Experience (pengalaman) merupakan derajat praktis terhadap suatu tugas yang dimiliki seseorang. Apabila seseorang mempunyai pengalaman terhadap suatu pekerjaan maka mental orang tersebut akan mengalami penurunan. Usia dan pengalaman diprediksikan akan lebih berpengaruh pada niat untuk menggunakan, sebab dalam penelitian (Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003) variabel usia dan pengalaman memoderasi hampir seluruh hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependennya, sehingga pemoderasi ini dimunculkan dalam penelitian.

15 23 Independent Intervening Dependent Performance Expectancy Effort Expectancy Behavioral Intention Use Behavio r Social Influence Control Gender Age Experience Gambar 2.2 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) (Sumber : Pardamean, Susanto, & Harisno, 2014) 1) Theory of Reasoned Action (TRA) Believes and Normative Believes and Motivation to comply Attitude Toward Behavior (A) Subjective Norms (SN) Behavioral Intention (BI) Actual Behavior Gambar 2.3. Technology of Reasoned Action (TRA) (Sumber : Winarko & Mahadewi, 2013) Model teori Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikutip oleh (Winarko & Mahadewi, 2013), merupakan model teori psikologi social yang secara fundamental menerangkan factor-faktor yang mendorong perilaku manusia. Dalam model teori TRA dikembangkan suatu konstruksi bahwa behaviors (perilaku) suatu individu bergantung dari beberapa variable yang saling berhubungan, yaitu keyakinan, sikap, norma dan niat. Dalam model ini dikatakan bahwa Actual Behavior (perilaku actual suatu

16 24 individu) ditentukan langsung oleh niat untuk Behavioral Intention/BI (berperilaku). Niat untuk Behavioral Intention/BI (berperilaku) ditentukan oleh dua faktor secara bersamaan, yaitu: 1. Sikap seseorang terhadap suatu perilaku (Attitude Toward Behavior/ A) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif suatu individu terhadap pencapaian suatu perilaku. 2. Norma - norma subjectif (Subjective Norms/SN) didefinisikan sebagai persepsi seseorang dengan melihat bahwa bagi kebanyakan orang yang dianggap penting baginya, dirinya harus atau tidak harus melakukan suatu perilaku. Menurut model teori TRA ini, sikap seseorang terhadap suatu perilaku (A) ditentukan oleh apa yang diyakini oleh orang itu (beliefs) sebagai konsekuensi atas perilakunya, dikalikan dengan penilaiannya (evaluations) terhadap konsekuensi tersebut. Sedangkan Subjective Norms (SN) secara langsung ditentukan oleh keyakinan normative (normative belief) dari seseorang dikalikan motivasi untuk memenuhi norma-norma tersebut (motivation to comply). 2) Technology Acceptance Model (TAM) Perceived Usefulness External Variables Perceived Ease of Use Attitude Toward Using Behaviora l Intention to Use Actual System Use Gambar 2.4. Technology Acceptance Model (TAM) (Sumber : Winarko & Mahadewi, 2013) Teori Technology Acceptance Model (TAM) adalah adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) untuk konteks penerimaan pengguna

17 25 terhadap Sistem Informasi. seperti yang dikutip oleh (Winarko & Mahadewi, 2013) Tujuan dari pengembangan teori Technology Acceptance Model atau bisa disebut TAM ini adalah memberikan penjelasan terhadap faktor faktor penentu penerimaan komputer yang bersifat umum, sehingga dapat dijelaskan perilaku pengguna dari berbagai ragam teknologi komputasi dan penggunanya. Dengan demikian dapat menjadi dasar faktor-faktor external pada keyakinan, sikap dan niat dalam penggunaa sistem informasi. TAM berbeda dengan teori TRA yang memasukkan elemen normanorma subjektif (SN) teori ini mengatakan bahwa untuk Behavioral Intention (BI) menggunakan sistem yang bergantung pada dua faktor, yaitu: 1. Sikap terhadap pengguna (Attitude Toward Using, A) 2. Persepsi kegunaan sistem (Perceived Usefulness, U) Sedangkan sikap seseorang terhadap pengguna sistem bergantung pada dua faktor yaitu: 1. Pe rsepsi kegunaan sistem (Perceived Usefulness) didefinisikan sebagai tingkat keyakinan seseorang menggunakan sistem tertentu yang dapat membantu pekerjaan, 2. Pe rsepsi kemudahan penggunaan suatu sistem (Perceived Ease of Use) didefinisikan sebagai tingkatan kepercayaan individu bahwa menggunakan sebuah teknologi akan terbebas dari usaha. Hal ini menggambarkan bahwa individu akan lebih suka untuk berinteraksi dengan teknologi jika mereka mempersepsikan bahwa usaha kognitif mereka relatif kecil selama berinteraksi (Venkathes & Morris, 2000). Persepsi kegunaan ditentukan oleh kemudahan penggunaan suatu sistem dan variabel eksternal. Sedangkan variabel eksternal dapat

18 26 menentukan dua hal, yaitu Perceived Usefulness (persepsi kegunaan sistem) dan Perceived Ease of Use (kemudahan penggunaan suatu sistem). 3) Motivational Model (MM) Dalam teori ini, meneliti motivasi apa yang mendorong seseorang untuk menggunakan komputer ditempat kerjanya. Menurut pakar motivasi, ada dua macam motivasi yang mepengaruhi perilaku seseorang, yaitu 1. Extrinsic Motivation yang didefinisikan sebagai persepsi dimana pengguna mau melakukan suatu kegiatan karena dipersepsikan sebagai alat dalam pencapaian hasil. 2. Intrinsic Motivation yang didefinisikan sebagai persepsi dimana pengguna mau melakukan suatu kegiatan karena tidak adanya alasan yang kuat dan jelas. Dapat disimpulkan dari model Motivational Model (MM) ini bahwa minat seseorang untuk menggunakan komputer ditempat kerja memiliki dua faktor yang pertama, persepsi mereka terhadap sejauhmana manfaat komputer dapat meningkatkan kinerja pekerjaan mereka, yang kedua sejauhmana dapat memberikan perasaan yang menyenangkan pada saat menggunakan komputer (Winarko& Mahadewi, 2013). 4) Theory of Planned Behavior (TPB) Teori ini adalah pengembangan dan penyempurnaan keterbatasan dalam Theory of Reasoned Action (TRA) yang dibahas sebelumnya. Perbedaan mendasar model teori ini dengan sebelumnya adalah adanya tambahan satu elemen dalam model model konstruksi yang disebut sebagai persepsi terhadap Perceived Behavioral Control atau disebut PBC (kendali perilaku seseorang) didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap sejauhmana tingkat kemudahan atau kesulitan dalam melaksanakan suatu tindakan atau berperilaku dalam kutipan (Winarko& Mahadewi, 2013).

19 27 Attitude Toward the Behavior Subjective Norms Intention Behavior Perceived Behavioral Control Gambar 2.5 Theory of Planned Behavior (TPB) (Sumber : Winarko & Mahadewi, 2013) Model konstruksi ini menjelaskan adanya korelasi antara Perceived Behavioral Control (PBC) dengan sikap terhadap suatu perilaku (Attitude Toward Behavior and Attitude Toward Using) dan norma-norma subjektif (Subjective Norms) dalam mempengaruhi seseorang untuk melakukan doroangan untuk berperilaku. Seperti yang dikutip oleh (Winarko & Mahadewi, 2013) model teori TRA berbeda dengan TPB, dimana perilaku seseorang termotivasi dibawah kendali individu tersebut, model teori TPB menggunakan asumsi dasar bahwa manusia adalah makhluk yang rasional. Artinya perilaku yang dihasilkannya juga bergantung secara langsung oleh informasi-informasi yang diterimanya secara sistematis. Karena seseorang akan termotivasi serta berperilaku dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan, konsekuensi atau implikasi pelakunya sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan perilaku tertentu. Menurut TPB, PBC bersama-sama dengan Behavioral Intention (BI) dapat digunakan secara langsung untuk memprediksi perilaku seseorang yang sepenuhnya tidak dibawah kendali individu.

20 28 5) Combined TAM and TPB Model ini sering disebut sebagai Decomposed Theory of Planned Behavior yang menerangkan perilaku seseorang dengan konstruksi model multi dimensional. Model ini berbeda dengan TRA yang membedakannya terletak pada faktor penentu sikap (Attitude Toward Behavior and Attitude Toward Using) dimana Attitude Toward Using tidak hanya bergantung pada persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use) saja, tetapi juga dipengaruhi kecocokan (Compability). Perceived Usefulness Ease of Use Attitude Compatibility Peer Influence Subjective Norm Behavioral Intention Behavio r Superior s Influence Self Efficiency Resource Facilitating Conditions Perceived Behavioral Control Technology Facilitating Conditions Gambar 2.6 Decomosed Theory of Planned Behavior (Sumber : Winarko & Mahadewi, 2013)

21 29 Sedangkan perbedaan dengan model ini dengan model TPB ada dua hal yaitu: 1. Subjective Norm (SN) yang dipengaruhi dua faktor : - Pengaruh rekan (Peer Influence) - Pengaruh atasan (Superior s Influence) 2. Perceived Behavioral Control, PBC yang dipengaruhi tiga factor: - Keefektivitasan atau persepsi kemampuan diri sendiri (Self Efficiency) - Kondisi sumber daya pendukung (Resource Facilitating Conditions) - Serta kondisi teknologi pendukung (Technology Facilitating Conditions). Tidak adanya faktor-faktor pendukung tersebut dapat menghasilkan kendala-kendala atau hambatan hambatan seseorang untuk menerima penggunaan suatu teknologi, namun kehadiran faktor-faktor ini tidak secara otomatis dapat mendorong individu tersebut untuk menerima penggunaan suatu teknologi. (Winarko& Mahadewi, 2013) 6) Model of PC Utilization (MPCU) Teori ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah perilaku yang dikutip oleh (Winarko & Mahadewi, 2013) dalam konteks sistem informasi untuk memprediksi pemanfaatan Teknologi Informasi. Teori Triandis digunakan dalam penelitian sosiologi dan psikologi yang menerangkan suatu model konstruksi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Triandis mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh apa yang orang ingin lakukan (Attitudes), apa yang mereka pikir harus dilakukan (Social Norms), apa yang mereka biasa lakukan (Habits), dan oleh konsekuensi konsekuensi yang diharapkan atas tindakannya (Expected Consequences).

22 30 Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan (Utilization) Teknologi Informasi sangat dipengaruhi oleh norma-norma social (Social Norms), faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi menurut kutipan (Kasmana, 2013) : 1. Faktor sosial (Social Factors) merupakan internalisasi kultur subyektif kelompok dan persetujuan interpersonal tertentu yang dibuat antar individu dalam situasi sosial tertentu. Kultur subyektif berisi norma (norms), peran (role), dan nilai (values). 2. Pengaruh terhadap pengguna (Affect Toward Use) adalah yang berhubungan dengan perasaan senang, kegembiraan atau depresi, kemuakkan, ketidaksenangan atau kebencian, rasa suka atau tidak suka dalam melakukan pekerjaan individu menggunakan teknologi informasi atau dengan tindakan tertentu. 3. Kompleksitas (complexity). Sebagai tingkat inovasi yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk diartikan dan digunakan. 4. Kesesuaian tugas (job fit). Dapat di ukur dengan mengetahui apakah individu percaya bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja individu yang bersangkutan. Hubungan yang positif antara kesesuaian tugas dengan pemanfaatan teknologi informasi telah dibuktikan hasil penelitian. 5. Konsekuensi jangka panjang (long-term concequences). Konsekuensi jangka panjang dari keluaran yang dihasilkan apakah mempunyai keuntungan dimasa yang akan datang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini.

23 31 Complexity of PC Use Job Fit with PC Use Long Term Consequences od PC Affect Toward PC Use Social Factors Influence PC Use Utilization of PCs Facilitating Conditions for PC Use Gambar 2.7 Model of PC Utilization (MPCU) (Sumber : Winarko & Mahadewi, 2013) 7) Innovation Diffusion Theory (IDT) Teori ini dikembangkan berdasarkan Diffusion of Innovation oleh Rogers yang dikutip oleh (Winarko & Mahadewi, 2013). Menurut Rogers, ada beberapa kategori adopter terhadap inovasi teknologi baru. Kategori tersebut adalah Innovators, Early Adopters, Early Majority, Late Majority dan Laggards. 1) Innovators adalah kategori orang-orang yang pertama kali mau mengadopsi suatu inovasi. Ciri khas Innovators: 1. Mau menempuh resiko 2. Berusia muda 3. Memiliki kelas sosial yang tinggi 4. Memiliki kemampuan finansial yang cukup 5. Berjiwa sosial 6. Memiliki akses ke sumber-sumber pengetahuan dan 7. Berinteraksi dengan kelompok Innovator lainnya 2) Early Adopters adalah kategori kedua yang paling cepat mengadopsi adanya inovasi teknologi baru dan memiliki ciri yang hampir sama

24 32 dengan Innovators. Mereka yang dalam kategori ini memiliki Opinion Leadership yang tinggi. 3) Early Majority adalah kategori orang yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan dua kategori sebelumnya untuk mengadopsi teknologi baru. Biasanya mereka berasal dari kategori yang memiliki kelas sosial diatas rata-rata, berhubungan dengan kategoti Early Adpoters dan jarang memiliki Opinion Leadership dalam suatu sistem. 4) Late Majority adalah kategori yang mengadopsi inovasi setelah ratarata anggota masyarakat ingin mengadopsi teknologi baru. Kategori ini memiliki sikap ragu-ragu terhadap teknologi baru sampai masyarakat lain mau menerimannya. 5) Laggards adalah kategori yang terakhir yang mau mengadopsi teknologi baru. Ciri-cirinya: 1. Memiliki golongan sosial yang rendah 2. Kemampuan finansial yang rendah 3. Hampir tidak memiliki Opinion Leadership 4. Berusia relatif lebih tua dan 5. Memiliki pola berfikir yang konservatif Dalam konstruksi model Innovation Diffusion Theory (IDT) dilakukan penelitan mendalam untuk mengukur persepsi terhadap pengadopsian inovasi dalam Teknologi. Ada 8 konstruksi yang dijadikan sebagai alat ukur: 1. Voluntariness of Use yaitu sejauh mana pengguna suatu inovasi dipersepsikan secara sukarela atau bebas 2. Image yaitu sejauh mana penggunaan suatu inovasi dipersepsikan untuk meningkatkan citra atau status seseorang dalam sistem sosial. 3. Relative Advantage yaitu sejauh mana inovasi dipersepsikan unutk lebih baik dari sebelumnya.

25 33 4. Compatibility yaitu sejauh mana sebuah inovasi dipersepsikan konsisten dengan nilai-nilai, kebutuhan yang ada dan pengalaman masa lalu dari Potential Adopters. 5. Ease of Use yaitu sejauh mana sebuah inovasi dipersepsikan sulit atau mudah untuk digunakan. 6. Result Demonstrability yaitu hasil nyata dari pengguna inovasi, sehingga juga dapat diamati dan dikomunikasikan. 7. Trialability yaitu sejauh mana sebuah inovasi dapat dicoba lebih dulu sebelum benar-benar diadopsi 8. Visibility yaitu sejauh mana seseorang dapat melihat orang lain menggunakan sistem didalam organisasi. 8) Social Cognitive Theory (SCT) Teori ini digunakan untuk menerangkan teori perilaku manusia. Social Cognitive Theory (SCT) dikembangkan dan diterapkan kedalam konteks penggunaan komputer. Dalam penelitian (Winarko& Mahadewi, 2013) menggembangkan suatu model konstruksi untuk menejelaskan peranan Self Efficiency. Self Efficiency yaitu penilaian tentang kemampuan seseorang untuk menggunakan suatu teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Penilaian ini tidak mempertimbangkan apa yang telah dilakukan oleh orang lain dimasa lalu, namun lebih mempertimbangkan pertimbangan apa yang dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Selain itu tidak hanya mempertimbangkan unsur-unsur dalam pengoperasian komputer yang sederhana namun juga kemampuan dalam mengaplikasikan keterampilan komputer untuk tugas-tugas yang lebih bersifat kompleks. Social Media Self Efficiency ini secara signifikan mempengaruhi ekspektasi individu yang akan dihasilkan dari pengguna Media Sosial (Outcome Expectations). Social Media Self Efficiency dan Outcome Expectations dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: 1. Didorong oleh pengguna lain (Encouragement by Other) 2. Pengguna media sosial dengan pengguna lainnya (Other s Use)

26 34 3. Dukungan yang diberikan (Support) Faktor tersebut dapat dijadikan ukuran yang valid untuk menilai dan memiliki implikasi terhadap dukungan, pelatihan dan implementasi penggunaan komputer dalam suatu organisasi. Disimpulkan bahwa orang yang akan menggunakan komputer akan menghasilkan hasil atau dampak yang positif. Encouragement by Other Computer Self-Efficiency Affect Other Use Anxiety Support Outcome Expectations Usage Gambar 2.8 Computer Self-Efficiency Measure Model (Sumber : Winarko & Mahadewi, 2013) 2.11 Skala Likert Skala pengukuran untuk penelitian ini menggunakan skala likert. Dimana menurut (Sugiyono, 2012), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Dan instrumen penelitian setiap jawaban pertanyaan, peneliti menggunakan skala Likert dalam bentuk pilihan ganda. Skala Likert merupakan skala yang menyatakan tingkat persetujuan individu terhadap suatu pernyataan. Skala ini sering digunakan dalam

27 berbagai penelitian yang menggunakan pendekatan survei, dimana kuesioner dijadikan sebagai alat untuk memperoleh data. 35 Berikut ini adalah tingkat persetujuan apabila digunakan skala Likert 5- level: 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Netral 4. Setuju 5. Sangat setuju Apabila data yang diperoleh melalui jawaban kuesioner yang telah terkumpul, maka angka dalam bentuk skala Likert yang dipilih responden (pada setiap pernyataan pada kuesioner) selanjutnya dikalkulasi. Penghitungan ini menggunakan teknik statistik sehingga dapat dianalisis lebih lanjut Five Style of Customer Knowledge Management Menurut (Gibbert, Michael, Leibold, & Probst, 2002) terdapat 5 Style Customer Knowledge Management berawal dari hubungan relasi antara perusahaan bisnis dan customer: a) Prosumerism Prosumer merupakan istilah yang dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa customer dapat menjalankan peranan ganda sebagai produsen dan customer. Dimana peranan produsen yang dijalankan oleh konsumen dapat terjadi jika perusahaan ingin berinteraksi secara terbuka dengan konsumen dan menyalurkan informasi dari pelanggan dalam bentuk sebuah produk. Konsumen berubah menjadi produsen ketika informasi yang telah mereka berikan dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan yang menerimanya. Lalu pengetahuan yang konsumen miliki disalurkan menjadi sebuah produk yang akhirnya akan menarik minat konsumen lain.

28 36 Sebuah perusahaan dapat mengumpulkan semua informasi mengenai keinginan dan kebutuhan para konsumen lalu memproduksinya. Peranan ganda yang dijalankan oleh konsumen merupakan pendekatan yang efektif bagi sebuah perusahaan karena apa yang mereka produksi adalah berasal dari keinginan dan kebutuhan setiap konsumen, sehingga hasil dari penjualan produk tersebut tidak perlu dikhawatirkan lagi karena produk tersebut berasal dari konsumen. b) Team-Based Co-Learning Selain dapat berperan ganda, konsumen juga dapat menjadi bagian dalam sebuah kelompok bagi perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dengan menjalin hubungan baik dengan para konsumen dan menerima serta berbagi informasi yang mereka miliki. Dengan cara tersebut, maka perusahaan memberikan kesempatan pada konsumen untuk dapat menilai dan melihat secara langsung manajemen dan internal perusahaan, yang kemudian konsumen dapat memberikan saran kepada perusahaan yang mungkin akan dapat digunakan untuk meingkatkan organisasi. c) Mutual Innovation Terciptanya sebuah inovasi dari suatu produk berasal dari konsumen bukan dari internal perusahaan, karena konsumen dapat memberikan pendapat mereka secara jelas berdasarkan apa yang telah mereka rasakan dengan memakai atau membeli produk perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan dapat menggunakan informasi yang berasal dari konsumen untuk memberikan inovasi baru pada produk yang akan mereka pasarkan, maka dengan terciptanya inovasi baru tersebut dapat membantu meningkatkan nilai dari suatu produk. d) Communities of Creation Salah satu pendekatan yang banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengelola Customer Knowledge Management adalah dengan membuat

29 37 suatu komunitas untuk konsumen dari sebuah produk atau brand. Komunitas ini memberikan kesempatan bagi para konsumen untuk saling berinteraksi dan bertukar informasi mengenai produk atau brand tersebut. Informasi tersebut dapat berupa kritik, saran, ataupun ide yang konsumen miliki untuk produk tersebut. Dari komunitas ini, sebuah perusahaan dapat memanfaatkan informasi-informasi tersebut dan dikelola untuk menciptakan sebuah inovasi baru berupa produk yang nantinya akan dipasarkan, dengan harapan dapat diterima dengan baik oleh para konsumen. e) Joint Intellectual Property Pada pendekatan ini perusahaan membuat sebuah pemikiran untuk para konsumen, yaitu bahwa mereka juga merupakan bagian dari perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan para konsumen dan dengan menganggap bahwa perusahaan juga merupakan milik konsumen.

30 38

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Dasar pemikiran pemasaran sebagaimana yang dikemukakan Kotler (2010:174), dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan beberapa teori mengenai mengenai The Unified Theory of Acceptance and Use Of Technology (UTAUT), perumusan hipotesis penelitian, dan model penelitian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Customer memiliki peran yang sangat penting untuk membuat suatu perusahaan menjadi lebih berkembang, karena mereka merupakan pembeli (individual) yang akan menggunakan

Lebih terperinci

Model-Model User Acceptance

Model-Model User Acceptance Model-Model User Acceptance Renza Azhary [1202000826] Intan Sari H. H. Z. [1204000459] Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Landasan Teori User acceptance dapat didefinisikan sebagai keinginan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Telekomunikasi di Indonesia Perkembangan telekomunikasi di Indonesia sudah mencapai tahap yang mengagumkan. Interaksi yang tercapai antara manusia dengan teknologi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model ini menggabungkan delapan model sekaligus, yaitu:

BAB III LANDASAN TEORI. A. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model ini menggabungkan delapan model sekaligus, yaitu: BAB III LANDASAN TEORI A. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) UTAUT adalah sebuah model penerimaan teknologi yang diusulkan oleh Viswanath Venkatesh, dkk pada tahun 2003 (Venkatesh

Lebih terperinci

TINJAUAN BEBERAPA MODEL TEORI DASAR ADOPSI TEKNOLOGI BARU

TINJAUAN BEBERAPA MODEL TEORI DASAR ADOPSI TEKNOLOGI BARU TINJAUAN BEBERAPA MODEL TEORI DASAR ADOPSI TEKNOLOGI BARU BAMBANG WINARKO dan LUFINA MAHADEWI Sampoerna School of Business Abstrak: Berbagai model teori dasar telah dikembangkan untuk mengetahui variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. proses bisnis. Teknologi informasi adalah seperangkat alat untuk membantu

BAB II LANDASAN TEORI. proses bisnis. Teknologi informasi adalah seperangkat alat untuk membantu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teknologi Informasi Teknologi informasi memiliki peranan penting dalam perekayasaan sebagian besar proses bisnis. Kecepatan, kemampuan pemrosesan informasi, dan konektivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teknologi Komputer

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Teknologi Komputer BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan pada penelitian yang dilakukan. Adapun teori yang digunakan meliputi teknologi komputer secara umum, penelitian kuantitatif, snowball

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian tentang mobile banking telah banyak dilakukan oleh peneliti di berbagai negara. Adapun jenis mobile banking yang paling banyak diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif 2.Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Review Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian Oswari, Suhendra, Harmoni (2008), mengungkapkan penggunaan komputer sudah cukup tinggi pada pengelola UKM, terutama dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia yang penuh dengan tantangan dan persaingan mengharuskan pada semua sektor kehidupan dan perusahaan untuk mempersiapkan diri, hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara langsung, kapan saja, dan dimana saja. bernama UWKS Academic Smart Mobile. Aplikasi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara langsung, kapan saja, dan dimana saja. bernama UWKS Academic Smart Mobile. Aplikasi tersebut bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Saat ini teknologi informasi memiliki peran sebagai pendukung proses

Lebih terperinci

BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI. 2.1 Payment Gateway

BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI. 2.1 Payment Gateway 7 BAB 2 : LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI 2.1 Payment Gateway Payment Gateway Service adalah layanan 3rd party service yang menghubungkan antara merchant dengan bank. Dengan tersedianya layanan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut O Brien pada bukunya Management Information Systems 10e (2010), sistem informasi merupakan suatu kombinasi teratur dari orang (people), perangkat keras

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Dewi Mas Yogi Pertiwi NIM : 1306305008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manual (kertas). Pengumpulan data secara manual dapat mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. manual (kertas). Pengumpulan data secara manual dapat mengurangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan dokumen evaluasi perguruan tinggi menjadi masalah tersendiri ketika informasi dan data yang dibutuhkan masih dalam bentuk manual (kertas). Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi Stikom Institutional

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi Stikom Institutional BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi Stikom Institutional Repository (SIR) yang diterapkan oleh Stikom Surabaya pada tahun ajaran 2014. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keseharian kita. Begitu juga alat transportasi. Di Indonesia, terdapat tiga jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. keseharian kita. Begitu juga alat transportasi. Di Indonesia, terdapat tiga jenis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi semakin berkembang pesat dan menjadi bagian penting dalam keseharian kita. Begitu juga alat transportasi. Di Indonesia, terdapat tiga jenis alat transportasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Technology Acceptance Model (TAM) TAM adalah teori sistem informasi yang memodelkan penerimaan dan penggunaan teknologi. TAM yang dikemukakan oleh Davis (Davis, 1989) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Tercatat dalam statistik Bank Indonesia (2012), banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Tercatat dalam statistik Bank Indonesia (2012), banyaknya perusahaan ADLN PERPUSTAKAAN AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Teori/ Konsep 2.1.1. UTAUT UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk [5]. Dengan kata lain UTAUT ( Unified Theory of

Lebih terperinci

Evaluasi Penerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa di Palembang Menggunakan Model UTAUT

Evaluasi Penerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa di Palembang Menggunakan Model UTAUT Evaluasi Penerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa di Palembang Menggunakan Model UTAUT Muhammad Nasir Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Jl. Ahmad Yani No.12 Palembang nasir@mail.binadarma.ac.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai e-learning. Namun dalam perkembangannya e-learning memiliki

PENDAHULUAN. sebagai e-learning. Namun dalam perkembangannya e-learning memiliki 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kegiatan belajar mengajar sudah tidak diharuskan dalam sebuah tempat khusus yang bernama kelas. Dengan kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Sistem Informasi. Peneliti: Indahyana Putri Manafe

Artikel Ilmiah. Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh gelar Sarjana Sistem Informasi. Peneliti: Indahyana Putri Manafe Analisis Minat Penggunaan Sistem Informasi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Menggunakan Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT) Studi Kasus SMP Negeri 1 Salatiga Artikel Ilmiah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi akuntansi belakangan ini banyak menyinggung tentang e-commerce dengan berorientasi pada Business-to-Customer (B2C). Saat ini banyak orang yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dengan adanya hasil pertemuan dari World Summit on the Information Society

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dengan adanya hasil pertemuan dari World Summit on the Information Society BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya hasil pertemuan dari World Summit on the Information Society (WSIS) dan melihat angka tingkat kepemilikan komputer serta data disparitas ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Konseptual dan Hipotesis Untuk model konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Model Konseptual Dari model konseptual pada Gambar 3.1, hipotesis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) 8 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi 2.1.1 Konsep Dasar Evaluasi Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.tanpa evaluasi, maka tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian 3 BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian yang diterapkan oleh Stikom Surabaya pada tahun ajaran 2014/2015. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan mengenai dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Teori-teori yang digunakan adalah sebagai berikut. 2.1 Unified Theory of Acceptance

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) diadopsi dari model The Theory of Reasoned Action (TRA), dengan satu premis bahwa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi, para pelaku bisnis di dunia dihadapkan pada perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi membutuhkan teknologi informasi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin kuatnya kedudukan dan fungsi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai lembaga tinggi negara diikuti dengan semakin meningkatnya tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang sangat pesat pada bidang teknologi informasi saat ini mendorong masyarakat dunia memasuki era teknologi yang serba cepat sekaligus menjadikan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada minat penggunaan e-money. Berbagai penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 3 : Model Knowledge Management Pertemuan 3 Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Model KM Memahami kunci utama model teoritis knowledge management yang digunakan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang memegang peranan penting dalam keberhasilan penerapan teknologi informasi salah satunya adalah pengguna atau pemakai. Pengguna merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU PENGGUNA SISTEM UNIKOM KULIAH ONLINE MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

ANALISIS PERILAKU PENGGUNA SISTEM UNIKOM KULIAH ONLINE MENGGUNAKAN MODEL UTAUT bidang TEKNIK ANALISIS PERILAKU PENGGUNA SISTEM UNIKOM KULIAH ONLINE MENGGUNAKAN MODEL UTAUT EDI FIRDAUS Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer STMIK JABAR Bandung Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Data Data merupakan suatu hal yang penting dalam suatu perusahaan. Karena data yang baik diperlukan oleh perusahaan untuk selanjutnya akan diproses

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN

EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN Fitriana Destiawati 1), Tri Yani Akhirina 2), Abdul Mufti 3) 1), 2), 3) Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengambil keputusan yang tepat, Tata Sutabri (2004:6). Informasi yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. mengambil keputusan yang tepat, Tata Sutabri (2004:6). Informasi yang bersifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan salah satu sumber daya yang memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi, dilihat dari pengertiannya sendiri, informasi adalah data

Lebih terperinci

Benediktus Kukuh Ganang Indarto NRP

Benediktus Kukuh Ganang Indarto NRP Benediktus Kukuh Ganang Indarto NRP 5209 100 028 Dosen Pembimbing I : Tony Dwi Susanto,S.T.,M.T.,Ph.D Dosen Pembimbing II : Anisah Herdiyanti, S.Kom, M.Sc Kebutuhan & Tuntutan PT. Lisa Concrete Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem informasi dalam suatu organisasi telah meningkat secara signifikan. Sejak tahun 1980-an, sekitar 50 persen modal baru digunakan untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi nasional saat ini ditandai dengan tiga tren utama (APJII, 2013). Pertama, tergesernya fitur telepon genggam atau ponsel dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Sistem Informasi Sistem merupakan satu kesatuan kelompok yang saling berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia teknologi berkembang dengan cepat dari tahun ke tahun sampai saat ini, terutama dalam perkembangan teknologi informasi. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL)

ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL) ANALISIS AWAL PENERIMAAN APLIKASI E-KRS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAM (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL) Ratna Kartika Wiyati STIKOM Bali Jln. Raya Puputan no.86 Renon Denpasar e-mail: ratna@stikom-bali.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban terhadap pasien untuk memberikan pelayanan yang cepat dan tepat dengan menggunakan fasilitas yang

Lebih terperinci

Artikel Ilmiah. Peneliti : Widya Suprapto

Artikel Ilmiah. Peneliti : Widya Suprapto Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Pada Lembaga Pemerintahan Menggunakan Unified Theory of Acceptance and Use a Technology (UTAUT) (Studi Kasus : DISHUBKOMBUDPAR Kota Salatiga) Artikel Ilmiah Peneliti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Jeffrey L. Whitten, pada bukunya yang berjudul System Analysis and Design Methods (Whitten, 2007), secara umum sistem dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY ( UTAUT) DALAM MENGANALISIS PENGGUNAAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SIMULASI

PENERAPAN MODEL UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY ( UTAUT) DALAM MENGANALISIS PENGGUNAAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SIMULASI PENERAPAN MODEL UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY ( UTAUT) DALAM MENGANALISIS PENGGUNAAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SIMULASI Megawaty 1, Ria Andriyani 2 Dosen Universitas Bina Darma

Lebih terperinci

Fitri Imandari Endang Siti Astuti Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ABSTRAK

Fitri Imandari Endang Siti Astuti Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ABSTRAK PENGARUH PERSEPSI KEMANFAATAN DAN PERSEPSI KEMUDAHAN TERHADAP MINAT BERPERILAKU DALAM PENGGUNAAN E-LEARNING (Studi Pada Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya) Fitri Imandari Endang Siti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menyertakan beberapa uraian singkat penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring sosial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagian besar perusahaan termasuk perusahaan konsultan kontruksi bertujuan untuk tumbuh dan sukses dalam bisnis mereka. Pertumbuhan adalah aspek penting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEOROTIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEOROTIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEOROTIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Dasar Sistem Informasi Kesuksesan suatu sistem informasi tidak terlepas dari teknologi informasi. Teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (hardware) dan perangkat lunak (software) memberikan kekuatan untuk mengelola

BAB I PENDAHULUAN. (hardware) dan perangkat lunak (software) memberikan kekuatan untuk mengelola 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer yang pesat baik dalam perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) memberikan kekuatan untuk mengelola informasi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistemsubsistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistemsubsistem BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian sistem Menurut Hall (2001:5), pengertian sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah penggunaan internet. Dalam setiap hal pasti memiliki kemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah penggunaan internet. Dalam setiap hal pasti memiliki kemanfaatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini melaju dengan sangat pesat. Salah satunya adalah penggunaan internet. Dalam setiap hal pasti memiliki kemanfaatan dan kerugian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Generalized Audit Software (GAS) dan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) sudah banyak digunakan di negara berkembang dan merupakan tren yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi 1) Sistem Sistem adalah sekumpulan sumber daya yang saling berhubungan untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP PERILAKU PENGGUNA SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

KAJIAN TERHADAP PERILAKU PENGGUNA SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN MODEL UTAUT KAJIAN TERHADAP PERILAKU PENGGUNA SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN MODEL UTAUT Diana Dosen Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12, Palembang Pos-el: diana@mail.binadarma.ac.id Abstract: This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari lingkungan pembelajaran telah meningkat secara drastis. Salah

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari lingkungan pembelajaran telah meningkat secara drastis. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam satu dekade terakhir, penggunaan internet di dalam kelas sebagai bagian dari lingkungan pembelajaran telah meningkat secara drastis. Salah satunya disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang sudah berlangsung merupakan kenyataan terhadap kemajuan jaman yang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Hal ini terjadi berkat dari perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

SKRIPSI HALAMAN SAMPUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AUDITOR TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES AUDIT

SKRIPSI HALAMAN SAMPUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AUDITOR TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES AUDIT SKRIPSI HALAMAN SAMPUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU AUDITOR TERHADAP PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES AUDIT (STUDI KASUS PADA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dikarenakan faktor-faktor, seperti sikap individu, norma-norma

BAB I PENDAHULUAN. individu dikarenakan faktor-faktor, seperti sikap individu, norma-norma BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi sistem informasi berperan besar pada perubahan perilaku organisasi yang berdampak pada perubahan perilaku individu. Perubahan perilaku individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang berkualitas merupakan informasi yang strategis untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring perkembangan zaman, semua kegiatan masyarakat semakin akrab bahkan sangat akrab dengan teknologi informasi, termasuk menjalankan sebuah tugas. Salah

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN FROFAST MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

EVALUASI PENERAPAN FROFAST MENGGUNAKAN MODEL UTAUT D-36 EVALUASI PENERAPAN FROFAST MENGGUNAKAN MODEL UTAUT (Studi Kasus: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang) Fatmasari Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Logika dan Desain Pemrograman adalah salah satu mata kuliah yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Logika dan Desain Pemrograman adalah salah satu mata kuliah yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logika dan Desain Pemrograman adalah salah satu mata kuliah yang ada di Stikom Surabaya. Mata kuliah ini adalah mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S1 Sistem

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DENGAN MINAT PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DENGAN MINAT PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DENGAN MINAT PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI OLEH: HANANI KRISTANTI 3203009037 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. akhir ini, adapun teori-teori yang digunakan sebagai berikut:

LANDASAN TEORI. akhir ini, adapun teori-teori yang digunakan sebagai berikut: 2 BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada landasan teori akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas pada tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minat perilaku nasabah dalam penggunaan layanan menggunakan model integrasi

BAB III METODE PENELITIAN. minat perilaku nasabah dalam penggunaan layanan menggunakan model integrasi BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian dengan suatu landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi untuk meningkatkan pelayanannya. Teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi untuk meningkatkan pelayanannya. Teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, jaman berkembang dengan sangat pesat. Salah satu yang mengalami perkembangan tersebut adalah teknologi informasi. Hampir seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat sekolah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan Teori yang memaparkan teori teori yang digunakan dalam penelitian ini, dan Sub Bab 2.2 Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan tahap yang dilakukan mulai dari proses awal penelitian hingga proses akhir penelitian. Tahapan dari penelitian dapat dilihat dari Gambar 3.1 dibawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam era globalisasi ini telah membuat perusahaan untuk fokus mengubah cara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam era globalisasi ini telah membuat perusahaan untuk fokus mengubah cara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan era globalisasi sekarang ini mengalami pertumbuhan yang begitu cepat dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertumbuhan yang terjadi dalam era globalisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PENERIMAAN APLIKASI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTERMENGGUNAKAN MODEL UTAUT

HUBUNGAN FAKTOR PENERIMAAN APLIKASI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTERMENGGUNAKAN MODEL UTAUT HUBUNGAN FAKTOR PENERIMAAN APLIKASI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTERMENGGUNAKAN MODEL UTAUT Aris Puji Widodo 1), Rahmat Gernowo 2) 1 Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Semarang email:

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI SISTEM UJIAN ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN MODEL UTAUT

KAJIAN TEKNOLOGI SISTEM UJIAN ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN MODEL UTAUT PARADIGMA, VOL XV NO. MARET 203 KAJIAN TEKNOLOGI SISTEM UJIAN ONLINE DENGAN MENGGUNAKAN MODEL UTAUT Nunung Hidayatun Program Studi Manajemen Informatika Akademik Manajemen Informatika dan Komputer Bina

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI TERRHADAP KINERJA INDIVIDU

PENGARUH PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI TERRHADAP KINERJA INDIVIDU PENGARUH PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI TERRHADAP KINERJA INDIVIDU (Studi Kasus pada Perum BULOG Divisi Regional Jawa Tengah) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE UTAUT UNTUK MEMAHAMI PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE (STUDI KASUS : WILAYAH JABODETABEK)

PENERAPAN METODE UTAUT UNTUK MEMAHAMI PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE (STUDI KASUS : WILAYAH JABODETABEK) PENERAPAN METODE UTAUT UNTUK MEMAHAMI PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE (STUDI KASUS : WILAYAH JABODETABEK) Yesni Malau Manajemen Administrasi, ASM BSI Jl. Jatiwaringin Raya No.18

Lebih terperinci

Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi menggunakan Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use Technology

Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi menggunakan Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use Technology Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi menggunakan Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use Technology (UTAUT) pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga Artikel Ilmiah Peneliti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 User Acceptance Pada umumnya penguna teknologi akan memiliki persepsi positif terhadap teknologi yang disediakan. Persepsi negatif akan muncul sebagai dampak dari penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 TAM (Technological Acceptance Model) Salah satu unsur penting dalam penerapan sebuah sistem informasi adalah penerimaan terhadap sistem informasi. Bagi sebuah Perusahaan, sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) Beberapa model penelitian telah dilakukan untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, maka semakin besar pula kebutuhan akan informasi. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, maka semakin besar pula kebutuhan akan informasi. Penggunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan organisasi akan informasi akan meningkat sejalan dengan perkembangan organisasi. Semakin besar dan kompleks suatu organisasi, maka semakin besar pula

Lebih terperinci