PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
|
|
- Farida Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI Arimina Hartati Pontoh* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya admin@akbid-griyahusada.ac.id ABSTRAK Pendahuluan : Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia. Berdasarkan survey awal di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun 2014, prevalensi hipertensi pada lansia bulan maret terdapat 40 lansia dan yang mengalami hipertensi sebanyak 19 orang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari-surabaya tahun Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pre eksperimen dengan pendekatan One Grup Pre Test Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia yang mempunyai tekanan darah tinggi dengan jumlah 19 orang. Dengan tehnik pengambilan sampel adalah total sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan hasil penelitian di analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil : Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan tekanan darah sebelum pemberian air rebusan daun belimbing wuluh / mmhg sedangkan sesudah pemberian nilai rata-rata tekanan darah /90-99 mmhg, dengan demikian tekanan darah systole dan diastole setelah pemberian air rebusan daun belimbing mengalami penurunan. Nilai yang didapatkan yaitu ρ-value=0,000 dan ρ-value=0,001, hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,jadi kesimpulannya terdapat penurunan tekanan darah systole dan diastole sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun belimbing wuluh. Diskusi : Responden dapat mengkonsumsi air rebusan daun belimbing wuluh sebagai terapi non farmakologi yang dapat menurungkan tekanan darah pada lansia di wilayah kerja puskesmas Balongsari Surabaya Tahun Kata kunci: hipertensi, air rebusan daun belimbing wuluh, lansia PENDAHULUAN Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolongi, terutama dibidang medis dan ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusi. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). Peningkatan jumlah lansia ini tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, dan munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan tersebut (Azizah, 2011). Permasalahan lanjut usia menjadi perhatian baik pemerintah,lembaga masyarakat, maupun masyarakat itu sendiri. Untuk mengatasi masalah kesehatan lansia tersebut, perlu upaya pembinaan kelompok lansia melalui puskesmas dengan didirikan posyandu lansia. Posyandu khusus lanjut usia (lansia) atau biasa disebut posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang dimaksud yaitu pelayanan yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga merupakan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial (Kemenkes,2010). Perlunya upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia dengan membentuk posyandu lansia tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 139 yang menyatakan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Sehingga diharapkan dengan terbentuknya Posyandu lansia dapat meningkatkan kemudahan bagi para lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan maupun pelayanan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai unsur terkait. Hal ini mengidikasikan bahwa pemerintah mengharapkan terjadinya perubahan perilaku kesehatan dari lansia dengan memanfaatkan pelayanan yang ada (komnas lansia,2010). 2
2 Akan tetapi dengan adanya peningkatan pelayanan kesehatan, tingkat hygiene, sanitasi lingkungan serta taraf ekonomi yang baik dan pendidikan masyarakat yang semakin maju mempunyai peranan dalam menurunkan angka kematian (mortalitas) pada beberapa penyakit kronis. Dengan adanya kemajuan era globalisasi, penurunan angka kematian tersebut tidak diikuti dengan penurunan insiden penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, rematik, jantung dan lain-lain akibat gaya hidup sedentary people dan berbagai macam polutan industry sehingga angka kesakitannya cenderung mengalami kenaikan (Pedersen et al,2006). Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan perhatian karena dapat menyebabkan kematian yang utama dinegara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Menurut survey yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang mengalami hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,15%,dan diperkirakan tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2%. Penderita hipertensi di Indonesia prevalensinya terus mengalami peningkatan. Untuk populasi di Indonesia, angka kejadian hipertensi itu berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Departemen Kesehatan tahun 2007 mencapai sekitar 31% dan angkanya pun meningkat 2-3 kali lipat. Pada tahun 2010 data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi jawa Timur terdapat jiwa penderita hipertensi (Rahajeng & Tuminah,2009). Berdasarkan survey di dinas kesehatan kota Surabaya ada sebanyak orang, sedangkan pada survey awal yang dilakukan oleh peneliti di di wilayah kerja puskesmas balongsari kota surabaya bulan Juli 2014 terdapat 40 lansia dan yang mengalami hipertensi sebanyak 19 orang. Dari data diatas menunjukkan bahwa masih tingginya penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas balongsari kota surabaya tahun Meningkatnya tekanan darah selain dipengaruhi oleh faktor keturunan, beberapa penelitian menunjukkan, erat hubungannya dengan perilaku responden. Kisjanto dalam penelitiannya menunjukkan, perilaku santai yang ditandai dengan lebih tingginya asupan kalori dan kurang aktivitas fisik merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung, yang biasanya didahului dengan meningkatnya tekanan darah. Perilaku santai yang digambarkan dengan adanya kemudahan akses, kurang aktifitas fisik, ditambah dengan semakin semaraknya makanan siap saji, kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur, kebiasaan merokok, dan kebiasaan minum minuman beralkohol merupakan faktor resiko meningkatnya tekanan darah. Tekanan darah mengalami fluktuasi setiap saat, hipertensi akan menjadi masalah apabila tekanan darah tersebut persisten, karena hal ini membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (otak dan jantung) menjadi tegang. Apabila hipertensi tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Anna & Bryan, 2007). Cara mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efesien. Penaganan hipertensi secara umum dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologis adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan modern. Pengobatan farmakologis dilakukan pada hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mmhg atau lebih. Pengobatan non-farmakologis, merupakan pengobatan tanpa obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara pengobatan non-farmakologi penurunan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani pola hidup sehat dan mengkonsumsi bahanbahan alami seperti buah-buahan dan sayur-sayuran (Junaidi,2010). Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang mengandung banyak bahan kimia secara berlebihan akan menimbulkan dampak lain dibandingkan pengobatan dengan menggunakan obatobatan tradisional, disamping biaya pengobatan tradisional lebih murah dibandingkan dengan obatobatan yang lain. Obat tradisional dapat digunakan sebagai alternative lain dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Anggraini, 2012). Selain dari pengobatan bahan kimia pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang dipercaya berkhasiat dalam pengobatan hipertensi. Masyarakat dapat mengandalkan lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kekayaan alam belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan dan dikembangkan. Masyarakat telah lama mengenal dan mengunakan tumbuh tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan seperti pemanfaatan daun belimbing. Daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi) merupakan alternatife yang baik mengingat daun belimbing mudah didapatkan oleh masyarakat. Daun belimbing wuluh memiliki kandungan untuk menurungka tekanan darah antara lain Tanin, Sulfur, Asam format, Peroksidase, Calium oxalate, Dan kalium sitrat (junaedi & Rinata,2013) Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi. BAHAN DAN METODE 3
3 Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan pendekatan One Group Pre Test Post Test Design yang mana peneliti dapat menguji apakah ada perubahan yang terjadi pada tekanan darah responden sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun belimbing wuluh dilaksanakan di Puskesmas Balongsari pada bulan Oktober tahun Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita hipertensi yang ada di wilayah kerja puskesmas balongsari kota surabaya tahun 2014 sebanyak 19 lansia dengan sampel sejumlah populasi karena teknik sampling adala total sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah pemberian air rebusan daun belimbing wuluh dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Sebelum diberikan perlakuan, responden akan diukur tekanan darah kemudian diberikan air rebusan daun belimbing wuluh 250 cc dari 7 lembar daun belimbing wuluh diberikan 2x sehari selama 7 hari, kemudian dilakukan evaluasi perlakuan dengan pengukuran tekanan darah paska perlakuan. Ujia analisa menggunakan Uji Statistik T-test berpasanagan jika distribusi normal dan uji peringkat Wilcoxon jika distribusi tidak normal. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk. HASIL DAN PENELITIAN Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden berusia tahun sejumlah 12 (63,2 %). Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Balongsari Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya dari responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang 84,2%. dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar dari responden berpendidikan sekolah menengah yaitu sebanyak 10 orang (52,6 %). Berdasarkan Riwayat Hipertensi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya dari responden tidak mempunyai riwayat hipertensi yaitu sebanyak 16 orang (84,2 %). Darah Sistolik Sebelum Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah sistolik (sedang) sejumlah 11 (57,9%). Darah Diastolik Sebelum Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah diastolik (sedang) sejumlah 14 (73,7%). Darah Sistolik Setelah Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah sistolik (ringan) sejumlah 11 (57,9%). Darah Diastolik Setelah Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja dapat diinterpretasikan bahwa Sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah diastolik (ringan) sejumlah 13 (68,4%). Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Analisa Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh Tabel 1 Distribusi Efektifitas Tekanan Darah Sistolik Sebelum Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja tekanan darah sistolik setelah perlakuan Total tekanan darah sistolik sebelum perlakuan (ringan) (sedang) (pre hipertensi) (ringan) (sedang) ,1% 5,3% 0,0% 26,3% ,0% 52,6% 5,3% 57,9% 4
4 (berat) 0,0% 0,0% 15,8% 15,8% Total ,1% 57,9% 21,1% 100,0% ρ-value=0,000 α=0,05 (Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2014) nilai positive ranks didapatkan tidak ada Berdasarkan tabel di atas dapat responden yang mengalami peningkatan tekanan diinterpretasikan bahwa Sebelum diberikan darah sistolik, sedangkan nilai ties didapatkan rebusan daun belimbing wuluh sebagian besar ada 2 responden yang tekanan darah sistoliknya dari responden mempunyai tekanan darah sistolik tetap, maka didapatkan nilai ρ value :0, (sedang) sejumlah 11 (57,9%), dan dimana nilai ρ<0,05 maka H0 di tolak H1 sesudah diberikan rebusan daun belimbing wuluh diterima. Jadi kesimpulannya didapatkan bahwa sebagian besar dari responden mempunyai ada pengaruh pemberian rebusan daun belimbing tekanan darah sistolik (ringan) sejumlah wuluh terhadap penurunan tekanan darah sistolik 11 orang (57,9%). Pada tabel uji statistic dengan pada Lansia penderita hipertensi di wilayah kerja menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai puskesmas balongsari kota surabaya tahun negative ranks ada 17 responden yang mengalami penurunan tekanan darah sistolik, dan Analisa Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh Tabel 2 Distribusi Efektifitas Tekanan Darah Diastolik Sebelum Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh dan Sesudah Diberikan Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja tekanan darah diastolik setelah perlakuan 80-89(pre hipertensi) (ringan) (sedang) tekanan darah (ringan) 5,3% 15,8% 0,0% 21,1% diastolik sebelum (sedang) 0,0% 47,4% 26,3% 73,7% perlakuan (berat) 0,0% 5,3% 0,0% 5,3% Total ,3% 68,4% 26,3% 100,0% ρ-value=0,001 α=0,05 (Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2014) nilai ρ<0,05 maka H0 di tolak H1 diterima. Jadi kesimpulannya didapatkan bahwa ada pengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastolik pada Lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Balongsari Surabaya tahun Berdasarkan tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa Sebelum diberikan rebusan daun belimbing wuluh sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah diastolik (sedang) sejumlah 14 (73,7%), dan sesudah diberikan rebusan daun belimbing wuluh sebagian besar dari responden mempunyai tekanan darah diastolik (ringan) sejumlah 13 orang (68,4%). Pada tabel uji statistic dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai negative ranks ada 11 resonden yang mengalami penurunan tekanan darah diastolik, dan nilai positive ranks didapatkan tidak ada responden yang mengalami peningkatan tekanan darah diastolik, sedangkan nilai ties didapatkan 8 responden yang tekanan darah diastoliknya tetap, maka didapatkan nilai ρ value :0,001 dimana Total PEMBAHASAN Identifikasi Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi Sebelum Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Surabaya tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian di Surabaya tahun 2014 bahwa dari 19 responden didapatkan seluruh responden 5
5 memiliki tekanan diatas batas normal dimana nilai rata-rata tekanan darah (systole) responden adalah mmhg (sedang) dan tekanan darah (diastole) responden mmhg (sedang). Tekanan darah pada orang dewasa cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dan pada lansia bisa dihubungkan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah (Potter &Perry,2013). Seperti yang terdapat pada data umum tabel 5.1 menunjukkan sebagian besar 12 responden atau 63,2% berusia >60 tahun. Salah satu faktor usia juga berpengaruh dalam terjadinya hipertensi dimana system saraf simpatis yang dapat meningkatkan aktifitas saraf tersebut sehingga terjadinya hipertensi. Jika penyakit ini tidak terkendali dengan baik maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti stroke (perdarahan otak,penyakit jantung koroner dan gagal ginjal. Tekanan darah pada wanita umumnya lebih tinggi dibandingkan lakilaki. Wanita juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler (gunawan,2010). Hal ini dikarenakan aktifitas wanita lebih banyak dari pada laki-laki disamping menjadi seorang ibu rumah tangga dan mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan keluarganya. Seperti pada tabel 5.2 yaitu menunjukkan 16 responden atau (84,2 % ) lansia terdiri dari wanita. Dari data tersebut sudah membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka kemungkinan seorang lansia mengalami hipertensi akan semakin meningkat karena terjadinya penumpukan kadar garam seiring bertambahnya usia. Identifikasi Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi Sesudah Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Surabaya tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian di Surabaya tahun 2014, dari seluruh responden mengalami perubahan tekanan darah. Nilai rata-rata tekanan darah (systole) menjadi mmhg dan (diastole) menjadi mmhg. Menurut Menurut Dickson (2014), tekanan darah memiliki nilai batas normal yaitu 90/60 mmhg -119/79 mmhg, Prehipertensi 120/80 mmhg- 139/89 mmhg, Hipertensi tingkat 1 :140/90 mmhg-159/99 mmhg, Hipertensi tingkat 2 :160/100 mmhg-179/109 mmhg, dan Hipertensi tingkat darurat : 180/110 mmhg Menurut pendapat peneliti semua responden memiliki tekanan darah tinggi hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan responden dimana sebagian besar yaitu pendidikan menengah dimana responden kurang mengetahui tentang penyakit tekanan darah tinggi dan penyebab dari penyakit tersebut sehingga responden mengkomsumsi makanan atau minuman secara berlebihan yang bisa memicu terjadinya hipertensi. Terbukti dengan pemberian rebusan daun belimbing wuluh yang dikomsumsi 2 kali sehari selama 7 hari dapat menurungkan tekanan darah tinggi responden. Tekanan darah tinggi yang tidak ditangani akan menimbulkan faktor resiko berbagai penyakit, hingga kematian. Analisa pengaruh Tekanan Darah (systole) pada Lansia Penderita Hipertensi Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014, keseluruhan responden mengalami penurunan tekanan darah. Sebelum nilai rata tekanan darah (systole) responden yaitu mmhg sedangkan sesudah nilai rata-rata tekanan darah (systole) responden yaitu mmhg. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon,diperoleh nilai signifikan ρ-value = 0,000 sehingga ρ < α yang berarti H0 di tolak H1 di terima artinya ada pengaruh pemberian daun belimbing 6
6 wuluh terhadap penurunan tekanan darah (systole) pada Lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas balongsari kota surabaya tahun Belimbing wuluh (averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang biasanya digunakan sebagai obat. Batang dan daun belimbing wuluh belimbing wuluh mengandung tannin, sulfur dan asam format (Hartini, 2005). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lidyawati, dkk (2006) yang menunjukan bahwa simplisia dari ekstrak methanol daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, tannin,steroid/ triterpenoid, dimana flavonoid memiliki potensi sebagai antioksidan yang berguna untuk menurunkan tekanan darah dengan zat yang dikeluarkan yaitu nitric oxide serta menyeimbangkan beberapa hormon di dalam tubuh (putri, 2011). Menurut pendapat peneliti, hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa dari 19 responden yang mengkomsumsi air rebusan daun belimbing wuluh hampir keseluruhan mengalami penurunan tekanan darah. Dimana dengan mengkomsumsi air rebusan daun belimbing wuluh dapat membantu menurungkan tekanan darah sistolik yang tinggi dengan terapi non farmakologi yang bisa dimanfaatkan oleh penderita hipertensi khususnya pada lansia. Analisa pengaruh Tekanan Darah (diastole) pada Lansia Penderita Hipertensi Pemberian Air Rebusan Daun Belimbing Wuluh di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014, keseluruhan responden mengalami penurunan tekanan darah. Sebelum nilai rata tekanan darah (diastole) responden yaitu mmhg sedangkan sesudah nilai rata-rata tekanan darah (diastole) responden yaitu mmhg. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon,diperoleh nilai signifikan ρ-value = 0,001 sehingga ρ < α yang berarti H0 di tolak H1 di terima artinya ada pengaruh pemberian daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah (diastole) pada Lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Balongsari Surabaya tahun Daun belimbing wuluh juga mengandung kalium yang dapat mempengaruhi pengeluaran urin. Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, jumlah natrium rendah tekanan darah menurun (fitriani, 2009). Menurut pendapat peneliti, hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas Balongsari Surabaya tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa dari 19 responden yang mengkomsumsi air rebusan daun belimbing wuluh hampir keseluruhan mengalami penurunan tekanan darah. Dimana dengan mengkomsumsi air rebusan daun belimbing wuluh dapat membantu menurungkan tekanan darah diastolik yang tinggi dengan terapi non farmakologi yang bisa dimanfaatkan oleh penderita hipertensi khususnya pada lansia. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ada pengaruh yang bermakna pemberian air rebusan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari Surabaya tahun Saran Responden yang pada umumnya lansia agar lebih memanfaatkan pengobatan non farmakologis atau tradisional untuk mengatasi penyakit yang dialami khususnya dalam pencegahan, terlebih khusus pengobatan hipertensi dengan menggunakan rebusan daun belimbing wuluh.. DAFTAR PUSTAKA Adi, P. (2006). Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Peneban Swadaya. 7
7 Arikunto. (2005). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Jogyakarta: Graha Ilmu. Badan Pusat Statistik. (2010). Profil Penduduk Lanjut Usia Jakarta: KOMNAS LANSIA. Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: nuha Medika. Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. Djunaedi, E. Y. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia. Fitriani. (2009). obat tradisional pengidap hipertensi makanlah kucai. trubus majalah pertanian indonesia, Gray, e. a. (2005). Lecture Note Kardiologi. Jakarta: Erlangga. Gunawan. (2010). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogjakarta: Kanisius. Hartini. (2005). hubungan kadar seyawa dikarbonil dan tirosin setelah pemberian perasan buah belimbing wuluh (averrhoa blimbi L) pada reaksi glikosilasi in vitro. jurnal berkala kedokteran.vol 2. Hartono. (2010). SPSS 16.0 Analisa Data Statistik dan Penelitian Edisi-2. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Junaedi Edi, Y. S. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia. Khuswardhani. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam, vol 7, no 2 hal Lapau, B. (2014). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Lewa Dewa Abdul F, b. R. (2010). Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Sistolik Terisolasi Pada Lanjut Usia. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat, Lidyawati, S. d. (2006). karakterisasi simplisia dan daun belimbing wuluh (averrhoa blimbing, L). skripsi farmasi ITB, bandung. Mario, P. (2011). Khasiat dan Manfaat Belimbing Wuluh. Surabaya: Stomata. Maryam.RS, F. E. (2011). Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, W. I. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Jakarta: EGC. Sustrani. (2006). Hipertensi. Jakarta: Gramedia. Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wijayakusuma Hembing, D. S. (2008). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya. Wiryowidagdo. (2003). Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi. Jakarta: Media Pustaka. 8
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler yang banyak mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas dunia. Hipertensi kini menjadi masalah global,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal, dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciRahma Elya 1, Dessy Hermawan 1, Eka Trismiana 2 ABSTRAK
JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 10, No 1, Januari 2016 : 27-31 PENGARUH JUS MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI UPTD PANTI SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan diastoliknya di atas 90 mmhg. Sementara itu diastolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association
Lebih terperinciKata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,
Lebih terperinciDisusun Oleh : MIA JIANDITA
PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh perlahan-lahan (silent killer) karena termasuk penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode (Udjianti,
Lebih terperinciPengaruh Pendidikan Kesehatan 1
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Proses ini akan membuktikan masalah fisik mental, sosial, ekonomi, dan psikologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik
BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era
BAB 1 PENDAHULUAN 1.I. LATAR BELAKANG Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal yang menyusahkan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan kehidupan yang semakin modern dan IPTEK yang berkembang pesat menjadikan hidup lebih mudah dalam berbagai hal. Seluruh aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
Lebih terperinciPENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN
PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN Intan Pratika M *) Abstrak Desain penelitian yang digunakan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan
Lebih terperinciOleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang
pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina
Lebih terperinciPENGARUH SENAM LANSIA (TAI CHI) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BANYUWANGI TAHUN
PENGARUH SENAM LANSIA (TAI CHI) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BANYUWANGI TAHUN 2012 Lina Agustiana dan Hendrik Prabo S Korespondensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah gaya hidup (life style), sosial ekonomi, lingkungan, perubahan struktur demografi dan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia medis dan dunia pengobatan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan dengan hal itu dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran
Lebih terperinciWIJI LESTARI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN MANAJEMEN STRES DI POSYANDU LANSIA AISIYAH TIPES SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Masyarakat terutama yang tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat karena sering mengkonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan penduduk rentan yang memerlukan perhatian khusus, hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang
Lebih terperincipopulasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini berkaitan dengan pola makan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg (Ardiansyah, 2012). Pada umunya penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk telah menjadi penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan Negara berkembang lebih dari delapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Salah satu tujuan
Lebih terperinciThe 6 th University Research Colloquium 2017 Universitas Muhammadiyah Magelang. Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah Surakarta
Pengaruh Pemberian Terapi Jus Buah Tomat terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Primer Stage 1 di Desa Monggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Wahyuni, Ferti Estri Suryani 1) 1 STIKES Aisyiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan komplikasi dan kematian terbesar di dunia (Kristina, 2012). Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang
Lebih terperinciEfektifitas Juz Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi. Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Efektifitas Juz Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi Saiful Nurhidayat 1 1 Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkerja dan memiliki waktu yang sangat sedikit untuk melakukan pola hidup sehat,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan
Lebih terperinciThe 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan
Lebih terperinci2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara. Data WHO (2011) menunjukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu pada negara maju dan berkembang. Salah satu resiko penyakit jantung adalah hipertensi (World
Lebih terperinci