TINJAUAN PUSTAKA Mastitis Subklinis
|
|
- Yuliana Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Mastitis Subklinis Mastitis adalah peradangan jaringan internal ambing yang umum terjadi di peternakan sapi perah di seluruh dunia. Mikroorganisme disebut sebagai faktor utama penyebab kejadian mastitis. Mastitis dapat menyebabkan kerugian berupa penurunan produksi susu, penurunan kualitas susu, biaya untuk pengobatan, susu yang terbuang akibat terapi antibiotik dan penyembuhan beberapa infeksi mastitis yang sulit sehingga sapi diafkir lebih awal (Subronto 2003; Giguere et al. 2006). Mastitis adalah penyakit multifaktorial dan sulit disembuhkan. Kausa mastitis beragam yaitu bakteri, virus, dan cendawan. Mikroba dapat menjadi kausa penyakit pada ambing melalui dua cara yaitu secara ascendens dari lubang puting dan secara descendens melalui pembuluh darah (Sudarwanto 1987; Sunartatie et al. 1990; Lukman et al. 2009). Kejadian mastitis sering terjadi pada masa kering kandang dan biasanya bersifat subklinis. Hal ini terjadi karena pada masa kering kandang, sel-sel alveol sedang dirombak dan diganti, sehingga sel-sel epitel yang rusak digunakan oleh mikroba untuk masuk sebelum sel epitel alveol yang baru terbentuk (Subronto 2003). Hurley dan Morin (2000), menjelaskan bahwa peradangan pada ambing diawali dengan masuknya bakteri ke dalam ambing yang dilanjutkan dengan multiplikasi. Pembuluh darah ambing mengalami vasodilatasi dan terjadi peningkatan aliran darah pada ambing. Permeabilitas pembuluh darah meningkat disertai dengan pembentukan produk-produk inflamasi. Adanya filtrasi cairan ke jaringan menyebabkan kebengkakan pada ambing. Pada saat ini terjadi diapedesis, sel-sel PMN dan makrofag keluar dari pembuluh darah menuju jaringan yang terinfeksi dilanjutkan dengan fagositosis dan penghancuran bakteri. Secara garis besar, mastitis dibedakan menjadi dua, yaitu mastitis klinis dan mastitis subklinis. Diagnosa mastitis klinis dapat dengan mudah ditentukan dari gejala klinis, yaitu adanya pembengkakan atau kemerahan pada ambing. Pemeriksaan fisik menunjukkan hewan mengalami kenaikan suhu tubuh, denyut jantung dan laju pernapasan. Gejala tersebut dapat dideteksi dengan pemeriksaan
2 fisik, selain itu hewan penderita mengalami gejala sakit secara umum, misalnya demam atau penurunan nafsu makan (Kelly 1986). Berbeda dengan mastitis klinis, mastitis subklinis tidak menunjukkan gejala klinis. Definisi mastitis subklinis menurut International Dairy Federation (IDF) adalah mastitis yang ditandai peningkatan jumlah sel somatik lebih dari sel/ml dan ditemukan bakteri patogen. Susu yang diambil berasal dari kuartir dalam masa laktasi normal (Subronto 2003; Hogeveen 2005; Lukman et al. 2009). Penurunan kuantitas dan kualitas susu jarang diamati oleh peternak sedangkan penurunan kualitas susu hanya dapat diperiksa di laboratorium, oleh karena itu diagnosa mastitis subklinis jarang dilakukan. Kualitas susu yang diperiksa melalui perubahan kimiawi pada susu, meliputi penurunan jumlah kasein, total protein dan gula susu atau laktosa (Subronto 2003). Diagnosa mastitis subklinis dapat dilakukan dengan berbagai cara pengujian susu, misalnya dengan uji katalase, California Mastitis Test, Whiteside Test, Aulendorfer Mastitis Probe, Wisconsin Mastitis Test, uji mastitis dengan IPB-1 atau pengujian secara langsung dengan menghitung jumlah sel somatik menggunakan metode Breed (Lukman et al. 2009). Kejadian mastitis subklinis di daerah Bogor dan Cipanas diperiksa dengan metode Breed dan milkcheker. Sebanyak seratus sampel (49.3%) dari 203 sampel kuartir dideteksi positif mastitis subklinis (Sudarwanto 1997). Penelitian Winata (2011) menyatakan bahwa, sebanyak 69.76% sampel susu yang berasal dari KUNAK, Bogor, teridentifikasi positif mastitis subklinis. Hal ini didapatkan dari perhitungan jumlah sel somatik yang melebihi angka sel/ml sampel susu menggunakan metode Breed. Streptococcus agalactiae Streptococcus sp. berbentuk sesuai namanya yaitu bulat (coccus) dan berbentuk rantai atau berpasangan. Semua spesiesnya merupakan bakteri non motil dan tidak membentuk spora. Kelompok bakteri ini termasuk bakteri Gram positif anaerob fakultatif, kebanyakan berkembang di udara tetapi beberapa spesies Streptoccus membutuhkan CO 2 untuk berkembang. Semua spesies
3 Streptococcus tidak dapat mereduksi nitrat tetapi mampu memfermentasi glukosa dengan produk utama adalah asam laktat, tidak pernah berupa gas. Banyak spesies merupakan anggota dari mikroflora normal pada membran mukosa dari manusia ataupun hewan, dan beberapa bersifat patogen. Streptococcus digolongkan berdasarkan kombinasi sifatnya, antara lain sifat pertumbuhan koloni, pola hemolisis pada agar darah (ά-hemolisis, β-hemolisis atau tanpa hemolisis/ γ-hemolisis), susunan antigen pada dinding sel yang spesifik untuk golongan tertentu dan reaksi-reaksi biokimia (Jawetz et al.1960; Jawetz 1986; Black 2005; Songer & Post 2005). Streptococcus agalactiae merupakan satu-satunya anggota grup B menurut klasifikasi Lancefield (1867), yang diacu dalam Songer dan Post (2005) yang membagi genus Streptococus dengan klasifikasi species spesifik karbohidrat pada antigen dinding sel. Streptococcus agalactie terkenal sebagai penyebab mastitis pada sapi. Pada hewan lain, seperti domba, kambing dan unta, bakteri ini juga menyebabkan mastitis dan laminitis. Streptococcus agalactiae dapat ditemukan pada vagina dan bagian orofaring manusia. Pada manusia, bakteri ini dapat menyebabkan meningitis. Streptococcus agalactiae juga merupakan bakteri yang hanya sedikit berespon terhadap terapi antibiotik (Songer & Post 2005). Bakteri ini secara khas menghasilkan hemolisin yang dapat menghemolisa sel darah merah secara in vitro. Kelompok Streptococcus dapat menghemolisa eritrosit dengan melepas hemoglobin secara sempurna termasuk dalam kelompok β-hemolitik (Jawetz et al. 1960). Streptococcus agalactiae membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloninya (bergaris tengah 1-2 mm). Streptococcus golongan B menghidrolisis natrium hipurat dan memberi respon positif pada tes CAMP (Christie, Atkins, Munch-Peterson), oleh karena itulah Streptococcus agalactiae biasa diidentifikasi dengan CAMP test (Songer & Post 2005). Strain Streptococcus agalactiae meningkatkan aktivitas hemolitik pada Staphylococcal ß-toksin membentuk tanda seperti anak panah pada reaksi CAMP. Staphylococcus yang umum digunakan adalah Staphylococcus aureus (Songer & Post 2005). Streptococcus agalactiae merupakan bakteri patogen penting yang menyebabkan mastitis pada ambing sapi perah sebelum higiene pemerahan dan
4 penggunaan antibiotik yang tepat dijalankan. Respon awal ambing terhadap invasi Streptococcus agalactiae adalah pembuluh darah ambing mengeluarkan neutrofil dan membentuk udema interstisium. Umumnya bakteri ini tidak hanya menyerang satu puting saja (Carlton & Mc Gavin 1995). Menurut Wahyuni et al. (2006), di wilayah Bogor, teridentifikasi 63% kejadian mastitis subklinis disebabkan oleh Streptococcus agalactiae. Kejadian yang tinggi ini terjadi karena Streptococcus agalactiae mempunyai kemampuan adesi yang kuat pada reseptor spesifik sel inang. Bakteri ini diwaspadai keberadaannya dalam susu sapi karena merupakan bakteri yang tahan temperatur tinggi, selain itu bakteri ini dapat memproduksi kapsul polisakarida untuk mencegah fagositosis. Bakteri ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia yang meminum susu tercemar dan tidak diolah dengan baik. Bahaya Streptococcus agalactiae terhadap Kesehatan Mayarakat Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus aureus adalah dua bakteri utama penyebab mastitis (Songer & Post 2005; Wahyuni et al. 2006). Sampel yang diambil dari kabupaten Bogor menunjukkan bahwa, sebanyak 35 (63.6%) isolat Streptococcus agalactiae didapatkan dari 75 sampel positif mastitis subklinis yang diperiksa (Wahyuni et al. 2006). Utama et al. (2000) menyatakan bahwa sebagian besar isolat lapang Streptococcus agalactiae yang diuji memiliki aktivitas hemaglutinasi pada eritrosit sapi dan ayam, serta sebagian kecil pada eritrosit manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Streptococcus agalactiae kemungkinan dapat menginfeksi manusia secara sistemik. Bakteri ini merupakan penyebab penting infeksi postpartus dan infeksi neonatal pada manusia. Infeksi postpartus yang sering terjadi adalah endometritis dan infeksi neonatus berupa pneumonia, sepsis dan meningitis (Jawetz 1986; Songer & Post 2005; Lukman et al. 2009). Streptococcus agalactiae juga dapat menyebabkan demam Scarlet atau Scarlatina. Penyakit ini menyerang anak berusia 5-15 tahun dan dapat menimbulkan komplikasi pada hati dan ginjal. Demam Scarlet dipicu oleh bakteri Streptococcus yang mengeluarkan eksotoksin. Eksotoksin inilah yang menyebabkan demam (Songer & Post 2005).
5 Pengobatan Mastitis Subklinis di Peternakan Sapi Perah Antibiotik yang baik adalah antibiotik yang mudah larut dalam cairan tubuh, memiliki toksisitas selektif, sulit terjadi resisten oleh mikroba, non alergenik, stabil konsentrasinya baik sebelum digunakan maupun di dalam tubuh, tidak mudah terjadi toksik, serta bekerja dalam waktu yang lama di dalam tubuh (Black 2005). Mastitis merupakan penyebab umum penggunaan antibiotik di dalam peternakan sapi perah sebagai terapi untuk mengontrol kejadian mastitis pada sapi masa laktasi dan kering kandang. Mastitis lingkungan adalah mastitis yang penyebabnya berasal dari lingkungan kandang misalnya feses. Feses mengandung flora komensal usus terutama E. coli. Penggunaan antibiotik spektrum luas dilakukan untuk pengobatan mastitis yang disebabkan oleh E. coli. Hal ini disebabkan oleh strain E. coli penyebab mastitis tidak dapat dibedakan dengan strain E. coli normal di usus dan tidak ada faktor virulensi yang sama antar kedua bakteri tersebut yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antibiotik spektrum luas inilah yang menyebabkan terjadinya resistensi (White 2006). Menurut Sunartatie et al. (1990), pengobatan mastitis di peternakan di Bogor menggunakan preparat antibiotika, antara lain: Penisilin, Terramisin (Oxytetrasiklin), Vet Oxy (Oxytetrasiklin), Gantamisin, Kaloxy (Oxytetrasiklin), Propen (Penisilin), Pradipen (Penisilin), Neomastitar, dan Daimeton (Sulfamonometoxine). Antibiotik-antibiotik tersebut sebagian besar sudah tidak efektif terhadap bakteri lapang. Hal ini menyebabkan kegagalan pengobatan dan peningkatan kasus mastitis subklinis di Kabupaten Bogor. Antibiotik yang paling banyak digunakan di peternakan sapi perah adalah antibiotik untuk pengobatan mastitis (Giguere et al. 2006). Di Amerika Serikat, pengobatan antibiotik melalui intramamaria untuk mastitis dengan penyebab Streptococcus agalactiae adalah dengan Amoksisilin, Penisilin dan Eritromisin. Pengobatan dengan distribusi melalui saluran pencernaan dengan pemberian per oral juga dapat digunakan selain pengobatan melalui intramamaria (Songer & Post 2005). Kekurangan pemberian antibiotik secara intramamaria adalah dapat menyebabkan masuknya cendawan karena pengobatan tidak aseptis, obat yang terkontaminasi serta obat yang tidak tepat dosis atau jenisnya (Sudarwanto 1987).
6 Resistensi Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu jenis mikroba untuk menghambat atau membunuh mikroba lainnya. Banyak antibiotik yang sekarang ini dibuat semisintetik atau sintetik penuh. Sifat antibotik berbeda-beda dan digunakan dalam pengobatan sesuai dengan sifatnya, misalnya obat golongan Penisilin G sangat aktif terhadap bakteri Gram positif sedangkan bakteri Gram negatif tidak peka oleh Penisilin. Menurut Lechtman dan Wistreich (1980), antibiotik pilihan untuk Streptococcus agalactiae atau Streptococcus hemolytic adalah Penicilin yang bekerja sebagai bakterisidal. Metode terbaik untuk mengetahui dan membedakan keefektifan antibiotik terhadap mikroba adalah dengan membedakan konsentrasi minimum yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Minimum Inhibitory Concentration determination). Resistensi antibiotik adalah tidak efektifnya penggunaan antibiotik yang digunakan untuk bakteri jenis tertentu. Menurut Setyabudi (2007), secara garis besar, mikroba dapat menjadi resisten terhadap suatu antibiotik melalui tiga mekanisme, yaitu obat tidak dapat mencapai tempat kerja aktif dalam sel mikroba, inaktivasi obat, dan mekanisme mikroba merubah ikatan (binding site). Penyebaran resistensi pada mikroba dapat terjadi secara vertikal (diturunkan dari generasi ke generasi) atau secara horizontal dari suatu sel donor. Resistensi dipindahkan dengan empat cara, yaitu: mutasi, transduksi, transformasi, dan konjugasi. Diketahui ada beberapa mikroorganisme yang menggambarkan resistensi terhadap antibiotik antibiotik tertentu akibat mutasi, termasuk diantaranya adalah Streptococcus agalactiae. Kenyataan ini sangat penting dalam pengobatan penyakit, karena antibiotik yang pada mulanya efektif untuk mengendalikan suatu infeksi bakterial menjadi kurang atau tidak efektif lagi. Hal ini terjadi disebabkan oleh munculnya mutan mutan oleh bakteri yang bersangkutan (Pelczar & Chan 2007). Mekanisme resistensi yang terjadi adalah mengubah DNA, merusak dinding membran permeabel, mengganggu pembentukan enzim proteolitik, dan mengubah enzim (Black 2005; Pelczar & Chan 2007).
7 Resistensi antibiotik yang terjadi pada kasus mastitis subklinis dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang sering, berlebihan, serta penggunaan dalam jangka waktu lama. Penggunaan antibiotik pada mastitis dengan penyebab bakteri yang sudah resisten menjadi tidak efektif, oleh karena itu untuk pengobatan mastitis subklinis diperlukan jenis antibiotik yang baru atau dosis yang digunakan lebih tinggi. Beberapa antibiotik yang diuji adalah Penisilin G, Ampisilin, Enrofloksasin, Gentamisin, Siprofloksasin, Eritromisin, Kanamisin, dan Tetrasiklin. Penisilin G (Benzil Penisilin) Bangun dasar bentuk antibiotik Penisilin adalah asam 6-aminopentasianat, suatu dipeptida bisiklik dari sitein dan valin. Penisilin didapat dari alam, yakni dari kultur Penicillium notatum dan P. chrysogenum. Penisilin G merupakan antibiotik yang memiliki aktifitas terbaik terhadap bakteri Gram positif yang sensitif. Kerja Penisilin G efektif terhadap bakteri yang sensitif, perkembangan resistensi yang sedikit dan toksisitas yang minimum sehingga Penisilin G lebih sering digunakan. Penisilin G memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap asam lambung, sehingga tidak cocok untuk penggunaan peroral (Mutschler 1991; Istiantoro & Vincent 2007a; Setyabudi 2007). Mekanisme kerja Penisilin adalah dengan mengikat protein kuman dengan membentuk penicillin-binding protein, menghambat pembentukan dinding sel bakteri dan mengaktivasi enzim proteolitik bakteri sehingga dinding sel bakteri rusak. Daerah kerjanya mencakup kokus Gram positif dan negatif, basil Gram positif dan Spirochaeta. Sejak Penisilin mulai digunakan, jenis mikroba yang sebelumnya sensitif semakin lama menjadi kurang sensitif. Resistensi Penisilin terjadi dengan beberapa mekanisme yaitu dengan membentuk enzim beta laktamase, merubah penicillin binding protein serta menginaktivasi enzim autolisin (Istiantoro & Vincent 2007a). Ampisilin Senyawa ini merupakan turunan pertama 6-aminopenisilanat. Ampisilin disebut juga sebagai Penisilin spektrum luas karena selain bekerja pada mikroba
8 yang sama dengan Penisilin G, Ampisilin juga aktif terhadap sejumlah bakteri Gram negatif seperti E. coli. Menurut Mutschler (1991), Ampisilin kurang berkhasiat dibandingkan dengan Penisilin G terhadap bakteri Gram positif. Ampisilin lebih stabil terhadap asam sehingga dapat diberikan secara oral. Laju absorbsi Ampisilin relatif lambat sekitar dua kali lebih lama dibandingkan Penisilin G yaitu 50% terabsorbsi pada waktu paruh plasma 1-2 jam (Mutschler 1991; Istiantoro & Vincent 2007a). Eritromisin Eritromisin didapatkan dari Streptomyces erythreus. Eritromisin termasuk kelompok makrolida yang masih aktif dalam kondisi asam lambung. Kelompok ini bekerja efektif pada bakteri Gram positif terutama yang telah resisten terhadap Penisilin dan Tetrasiklin atau alergi terhadap Penisilin. Antara kelompok makrolida dapat terjadi resistensi silang (Mutschler 1991; Istiantoro & Vincent 2007a). Gentamisin Gentamisin adalah senyawa yang didapat dari filtrat kultur jenis Mikromonospora. Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida. Secara klinis, Gentamisin sangat berarti karena peranannya terhadap mikroba Gram negatif. Gentamisin digunakan pada infeksi oleh bakteri yang telah resisten terhadap antibiotika lain (Istiantoro & Vincent 2007b). Seperti antibiotik golongan aminoglikosida lainnya, bakteri dapat menjadi resisten karena kegagalan penetrasi ke dalam sel bakteri, rendahnya afinitas obat pada ribosom atau inaktivasi obat oleh enzim yang dihasilkan bakteri (Mutschler 1991). Kanamisin Kanamisin didapat dari filtrat kultur Streptomyces kanamycetius. Antibiotik ini merupakan antibiotik golongan aminoglikosida dengan mekanisme resistensi yang sama dengan Gentamisin. Pemakaian pada oral hampir tidak ada yang diabsorbsi sehingga mengurangi flora usus namun demikian pemberian intramuskular baik digunakan karena cepat diabsorbsi. Toksisitas antibiotik ini
9 cukup tinggi sehingga saat ini sudah jarang digunakan dan hanya digunakan topikal pada mata (Istiantoro & Vincent 2007b; Setyabudi 2007). Tetrasiklin Tetrasiklin termasuk antibiotik dengan spektrum luas yang diisolasi dari berbagai jenis Streptomyces viridifaciens. Tetrasiklin bekerja pada semua mikroba yang peka terhadap Penisilin, berbagai jenis Gram negatif, Mikrospora, Spirochaeta, Riketsia, Chlamidia dan Leptospira. Tetrasiklin terdistribusi dengan merata di seluruh tubuh namun kurang baik menembus sawar otak. Spektrum kerja yang luas antibiotik ini menyebabkan pemakaian yang sering dalam pengobatan medik sehingga resistensi beberapa galur bakteri meningkat. Sama dengan antibiotik spektrum luas lain, tetrasiklin per oral dapat mengganggu keseimbangan flora normal dalam saluran cerna (Istiantoro & Vincent 2007a; Setyabudi 2007). Streptococcus β-hemolisis merupakan salah satu bakteri yang memiliki tingkat resistensi tinggi terhadap tetrasiklin. Mekanisme terjadinya resistensi adalah dengan dibentuknya protein pompa yang dapat mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein ini dikode di dalam plasmid dan dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain melalui proses transduksi atau konjugasi (Istiantoro & Vincent 2007a). Siprofloksasin Siprofloksasin merupakan obat golongan flouroquinolon yang sering digunakan untuk pengobatan bakteri Gram positif. Golongan floroquinolon mudah mengalami resistensi dengan mekanisme pembentukan protein binding yang berbeda. Keefektifan Siprofloksasin dapat dipengaruhi pula oleh mekanisme resistensi silang oleh anggota golongan quinolon atau fluroquinolon (Istiantoro & Vincent 2007a). Enrofloksasin Enrofloksasin juga termasuk antibiotik golongan fluroquinolon. Enrofloksasin dapat digunakan per oral karena lebih tahan terhadap asam lambung. Mekanisme resistensi Enrofloksasin sama seperti golongan
10 flouroquinolon dengan mengubah mekanisme ikatan protein kuman dengan obat (Istiantoro & Vincent 2007a).
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).
Lebih terperinciPENYEBAB MASTITIS SUBKLINIS DI PETERNAKAN SAPI PERAH KUNAK BOGOR TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK (STUDI KASUS)
TINJAUAN RESISTENSI Streptococcus agalactiae PENYEBAB MASTITIS SUBKLINIS DI PETERNAKAN SAPI PERAH KUNAK BOGOR TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK (STUDI KASUS) KRISNIA VIRGIHANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing
4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing Kelenjar mamaria atau ambing pada sapi letaknya di daerah inguinal yang terdiri dari empat perempatan kuartir. Setiap kuartir memiliki satu puting, keempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora Normal Rongga Mulut Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi susu dipengaruhi beberapa faktor utama yang salah satunya adalah penyakit. Penyakit pada sapi perah yang masih menjadi ancaman para peternak adalah penyakit mastitis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung Utara, berbatasan dengan Kecamatan Petang disebelah Utara, Kabupaten Gianyar disebelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia maupun di dunia adalah penyakit infeksi (Priyanto, 2009). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klebsiella pneumonia Taksonomi dari Klebsiella pneumonia : Domain Phylum Class Ordo Family Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan protein yang tinggi masyarakat Indonesia yang tidak disertai oleh kemampuan untuk pemenuhannya menjadi masalah bagi bangsa Indonesia. Harper dkk.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) Sapi perah yang umum digunakan sebagai ternak penghasil susu di Indonesia adalah sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi PFH merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakteri Patogen dalam Susu Susu merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi sarana potensial bagi penyebaran bakteri patogen yang mudah tercemar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut data BPS Kabupaten Buleleng, (2014), Kabupaten Buleleng
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Busungbiu Menurut data BPS Kabupaten Buleleng, (2014), Kabupaten Buleleng memiliki letak geografis antara 114-115 Bujur Timur dan 8 03-9 23 Lintang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia yang baik genetiknya, merupakan persilangan kambing etawa dan kambing lokal (Syukur dan Suharno,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.
PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Seseorang pada umur produktif, susu dapat membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan asal hewan sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia sebagai sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia dini yang karena laju pertumbuhan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PENGESAHAN.. RIWAYAT HIDUP.. i ABSTRAK... ii ABSTRACT.. iii UCAPAN TERIMAKASIH. iv DAFTAR ISI....... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu yang digunakan adalah sampel susu kuartir yang berasal dari Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang diduga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia banyak dijumpai penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, maka untuk menanggulanginya diperlukan antibiotik. Penggunaan
Lebih terperincimembunuh menghambat pertumbuhan
Pengertian Macam-macam obat antibiotika Cara kerja / khasiat antibiotika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Antibiotika - 2 Zat kimia yang secara alami
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar
4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.
Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Dengan semakin luasnya penggunaan antibiotik ini, timbul masalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Masyarakat yang sehat dan produktif dapat terwujud melalui perlindungan dan jaminan keamanan produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Salah satu upaya yang harus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri komensal dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010). Streptococcus pneumoniae menyebabkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Campylobacter spp. pada Ayam Umur Satu Hari Penghitungan jumlahcampylobacter spp. pada ayam dilakukan dengan metode most probable number (MPN). Metode ini digunakan jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi
Lebih terperinciANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA
ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA 1 AMINOGLIKOSIDA 2 AMINOGLIKOSIDA Mekanisme Kerja Ikatan bersifat ireversibel bakterisidal Aminoglikosida menghambat sintesi protein dengan cara: 1. berikatan dengan subunit 30s
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Keputusan Menteri Pertanian Nomor 110/Kpts/TN.530/2/2008 Strangles/Mink Horse/Equine Distemper/ Ingus tenang termasuk ke dalam penyakit eksotik yang ada di Indonesia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Definisi Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran cerna merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia, terutama pada anak-anak (Nester et al, 2007). Infeksi saluran cerna dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Penyakit infeksi ini
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
36 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Campylobacter jejuni yang diuji dalam penelitian ini berasal dari wilayah Demak dan Kudus. Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro terdapat perbedaan karakter pola resistensi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antimikroba Menurut Setiabudy (2011) antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Khususnya mikroba yang merugikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia karena temperatur yang tropis, dan kelembaban
Lebih terperinciSTREPTOCOCCUS PNEUMONIAE
Nama : Margareta Krisantini P.A NIM : 07 8114 025 STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Staphylococcus aureus 1.1. Morfologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S.aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga merupakan flora
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan mayor dari ekosistem yang kompleks ini yaitu dental plak yang berkembang secara alami pada jaringan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Infeksi saluran akar adalah suatu penyakit yang disebabkan salah satunya oleh bakteri yang menginfeksi saluran akar. Proses terjadinya kerusakan saluran akar gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Penularan infeksi dapat terjadi dari satu orang ke orang lain atau dari hewan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni
5 TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni Taksonomi dan nomenklatur dari genus Campylobacter diperbaharui pada tahun 1991. Genus Campylobacter memiliki 16 spesies dan 6 subspesies (Ray & Bhunia 2008). Campylobacter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salmonella merupakan kelompok basil Gram negatif yang mempengaruhi hewan dan manusia. Salmonella dapat menyerang manusia melalui makanan dan minuman. Infeksi
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae
Lebih terperinciBAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan
BAB 1 P ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait tingginya angka kejadian infeksi bakteri.penggunaan antibiotik yang irasional dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam
4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsil merupakan organ tubuh yang berfungsi mencegah masuknya antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang masuk akan dihancurkan
Lebih terperinciISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI
ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN SKRIPSI Oleh: HAJAR NUR SANTI MULYONO K 100 060 207
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu hewan penghasil susu
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu merupakan bahan pangan alami yang mempunyai nutrisi sangat lengkap dan dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu hewan penghasil susu adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and Solanki, 2011).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin berkembang dengan pesat, terutama perkembangan antibiotik yang dihasilkan oleh mikrobia. Penisilin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial
Lebih terperinciObat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan
1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi
I. PENDAHULUAN Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik penting yang menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan penyebab berbagai macam penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007). Mikroorganisme berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, dan industri. Umumnya pengetahuan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat bakteri pada jaringan pendukung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan ketika mikroorganisme masuk ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan orang meninggal bila dibiarkan. Penyakit ini menjadi salah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi merupakan penyakit dan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Penularan infeksi dapat terjadi dari satu orang ke orang lain atau dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia adalah keberadaan bakteri pada darah yang dapat mengakibatkan sepsis (Tiflah, 2006). Sepsis merupakan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan
Lebih terperinciBAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh
BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan
Lebih terperinciKlebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae
Klebsiella pneumoniae Kingdom: Phylum: Class: Order: Family: Genus: Species: Bacteria Proteobacteria Gamma Proteobacteria Enterobacteriales Enterobacteriaceae Klebsiella K. pneumoniae Binomial name Klebsiella
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar (defekasi) yang berbentuk tinja cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja lebih dari 200ml perhari atau buang air besar (defekasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyuwangi secara astronomis terletak di antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyuwangi secara astronomis terletak di antara 113 53 00 114 38 00 Bujur Timur dan 7 43 00 8 46 00 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi yang mencapai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi
24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai
Lebih terperinci