pembangunann baik menjamin terselenggaranya berkelanjutan, tugas Keuangan dan Tahun berpedoman Laporan Kementerian Kehutanan Maret 2014 DR.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "pembangunann baik menjamin terselenggaranya berkelanjutan, tugas Keuangan dan Tahun berpedoman Laporan Kementerian Kehutanan Maret 2014 DR."

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , sektor kehutanan dituntut memberikan peranan yang sangat besar, baik dalam aspek pembangunann ekonomi, sosial maupun lingkungan. Guna menjamin terselenggaranya pembangunann berkelanjutan, Kementerian Kehutanan, di dalam Rencana Strategis Tahun , telah menetapkan kebijakan prioritas pembangunan kehutanan, terdiri dari: 1) pemantapan kawasan hutan, 2) rehabilitasi hutan dan peningkatan dayaa dukung daerah aliran sungai, 3) pengamanan hutan, 4) konservasi keanekaragaman hayati, 5) revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan, dan 6) pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Dalam rangkaa menyelenggarakann pembangunan kehutanan serta pelaksanaan tugas dan fungsi kepemerintahan yang berdayaguna dan berhasilguna, Kementerian Kehutanann berkomitmen terus mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan sistem akuntabilitas yang berbasis kinerja. Pembenahan akuntabilitas kinerja dilakukan pada seluruh aspek sistem akuntabilitas kinerja. Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Kehutanan Tahun Penyusunan Laporan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Diharapkan laporan ini dapat memberikan gambaran pencapaian pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanann sebagai instansi pemerintah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kehutanan. Kiranya laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Jakarta, Maret 2014 MENTERI KEHUTANAN, DR. (HC.) ZULKIFLI HASAN, SE., MM. i LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

3 RINGKASAN Sesuai Rencana Strategis (Renstra)Kementerian Kehutanan telah ditetapkan visi pembangunan kehutanan, yaitu Hutan Lestari untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan langkah-langkah sebagai misi, meliputi:1) memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan informasi kehutanan, 2) meningkatkan pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL),3) memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam, 4) memelihara dan meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS), 5) menyediakanteknologidasardanterapan, 6) memantapkankelembagaanpenyelenggaraantatakelolakehutanankementeriankehut anan,dan 7) mewujudkan sumberdaya manusia kehutanan yang profesional melalui pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan.untuk menjamin terlaksananya misi tersebut, maka ditetapkan strategi meliputi penetapan kebijakan, program dan kegiatan. Selanjutnya untuk setiap program ditetapkan outcome dan setiap kegiatan ditetapkan output-nya. Untuk mengukur capaian outcome dan output, maka untuk setiap program dan kegiatan tersebut ditetapkan indikator capaian sebagai target kinerja, yang dirumuskan berdasarkan prinsip SMART (specific, measurable, accountable, reliable, dan time bound). Renstra adalah dokumen perencanaan tertinggi dalam sistem perencanaan kinerja kementerian/lembaga. Renstra Kementerian Kehutanan tahun , disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga. Renstra Kementerian Kehutanan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.8/Menhut-II/2010 tanggal 27 Januari 2010, yang selanjutnya dilakukan perubahan pertama yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2010 tanggal 31 Desember 2010, dan perubahan kedua ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut-II/2013 tanggal 28 Februari Sejalan dengan penetapan Renstra, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kehutanan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut- II/2011 tanggal 31 Januari 2011, sebagai dokumen kinerja jangka menengah tahun Berdasarkan dokumen perencanaan kinerja jangka menengah 5 (lima) tahun, ditetapkan dokumen rencana kinerja tahunan yang lebih definitif setelah ditetapkan pagu dan alokasi anggaran. Dokumen perencanaan kinerja tahunan meliputi ii LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

4 Rencana Kerja (Renja) yang disusun dengan mengacu pada Renstra, serta Penetapan Kinerja (PK) yang disusun dengan mengacu pada IKU. Dokumen-dokumen perencanaan tingkat kementerian menjadi acuan untuk perencanaan unit kerja dibawahnya, yaitu tingkat eselon I dan satuan kerja (Satker) meliputi unit eselon II di pusat dan unit pelaksana teknis (UPT) di daerah, baik perencanaan jangka menengah (Renstra dan IKU) maupun perencanaan definitif tahunan (Renja dan PK). Dengan mengacu pada kerangka penganggaran jangka menengah (KPJM) dan alokasi anggaran, maka setiap Satker menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Sebagaipelaksanaan dari rangkaian sistem akuntabilitas kinerja, yakni sistem perencanaan kinerja dan sistem pemantauan kinerja, maka disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Laporan ini disusun sebagai salah satu dari sistem pelaporan yang mengacu pada hasil pengukuran dan evaluasi PK. Laporan tersebut disusun pada setiap tingkatan, yakni dimulai dari tingkat Satker, kemudian tingkat eselon I dan terakhir tingkat Kementerian Kehutanan. Berdasarkan hasil pengukuranterhadap capaian PK Kementerian Kehutanan Tahun 2013,diperoleh hasil capaian kinerja sebesar 112,97%. Capaian tersebut meningkat sebesar 6,56% bila dibandingkan capaian Tahun 2012 sebesar 106,41%. Terkait dengan pelaksanaan anggaran, alokasi anggaran Kementerian Kehutanan Tahun 2013 (berdasarkan APBNP) adalah sebesar Rp.6,606 trilyun,atau meningkat sebesar 16,14% dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2012 sebesar Rp.5,688 trilyun.capaian kinerja pelaksanaan anggaran tahun 2013 adalah sebesar Rp.6,101 trilyun atau 92,36%. Capaiantersebut juga meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 (Rp. 5,226 trilyun) sebesar Rp.874,57 milyar atau sebesar 16,73%. Dengan demikian, kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian Kehutanan tahun 2013 selain meningkat dari aspek nominal alokasi anggarannya, juga meningkat dari aspek pelaksanaannya, dibandingkan dengan tahun Kementerian Kehutanan berkomitmen untuk terus menerus menyempurnakan, mengembangkan dan memantapkan sistem akuntabilitas kinerja. Langkah ini antara lain sebagai upaya dalam menerapkan azas akuntabilitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN. Selanjutnya dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja, disebutkan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui alat pertanggungjawaban yang dibuat secara periodik. iii LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii D A F T A R I S I... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUGAS DAN FUNGSI... 1 C. STRUKTUR POKOK ORGANISASI... 2 II. PERENCANAAN KINERJA... 5 A. RENCANA STRATEGIS B. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN C. RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN D. PENETAPAN KINERJA (PK) TAHUN III. AKUNTABILITAS KINERJA A. REVIU ATAS DOKUMEN PERENCANAAN B. METODE PENGUKURAN C. HASIL PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA D. EVALUASI DAN ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA Capaian Kinerja Sasaran Capaian Kinerja Sasaran Capaian Kinerja Sasaran Capaian Kinerja Sasaran Capaian Kinerja Sasaran Capaian Kinerja Sasaran Capaian Kinerja Sasaran Capaian Kinerja Sasaran IV. PENUTUP LAMPIRAN iv LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kehutanan Tabel 2. Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tabel 3. Penetapan Kinerja (PK) Kementerian Kehutanan Tahun Tabel 4. Ringkasan Struktur Perencanaan Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan Tahun Tabel 5. Perbandingan Capaian Sasaran Kinerja dan Anggaran Kementerian Kehutanan Tahun 2013 dengan Tahun Tabel 6. Pencapaian kinerja sasaran strategis/outcome Kementerian Kehutanan Tahun Tabel 7. Pencapaian Pelaksanaan Anggaran Kementerian Kehutanan Tahun Tabel 8. KPH yang ditetapkan pada Tahun Tabel 9. UPT yang Disiapkan Menjadi PK-BLU Tabel 10. Perkembangan Penyelesaian Konflik Kawasan Konservasi Tahun Tabel 11. Distribusi Site Monitoring Terhadap Spesies Prioritas Tabel 12. Rata-Rata Persentase Kenaikan Populasi Per Spesies Tahun Tabel 13. Register Perkara Tindak Pidana Kehutanan Tahun Tabel 14. Progres Penyelesaian Kasus Tipihut dari Tahun Tabel 15. Skenario Penurunan Jumlah Hotspot Tahun Tabel 16. Toleransi dan Realisasi Hotspot Tahun Tabel 17. Sebaran Hotspot Per Bulan di 3 (tiga) Pulau pada Tahun Tabel 18. Jumlah Hotspot Berdasarkan Fungsi Kawasan di 10 Provinsi Rawan Tabel 19. Perkembangan Ijin Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam Tahun Tabel 20. Daftar perusahaan/pemegang IPPA Tabel 21. Kriteria Capaian Nilai Outcome pada Setiap Kegiatan Penelitian Tabel 22. Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja Utama Kerjasama Kemitraan Tahun Tabel 23. Realisasi Capaian Kinerja Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri pada Tahun Tabel 24. Pelaksanaan Uji Kompetensi Penyuluh Kehutanan Tahun Tabel 25. Realisasi Capaian Kinerja Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun Tabel 26. Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Tahun Tabel 27. Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan Menengah Kehutanan Tahun v LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi Kementerian Kehutanan... 4 Gambar 2. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (Revisi IV) Gambar 3. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (Revisi V) Gambar 4. Liputan Citra Landsat Indonesia sebagai Sumber Data Penutupan Lahan Gambar 5. Salah satu bentuk Penggunaan Kawasan Hutan di luar sektor Kehutanan Gambar 6. Peta Arahan Indikatif Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Gambar 7. Konsultasi Publik Perencanaan Makro Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun Gambar 8. Peta Penunjukan Kawasan Hutan Gambar 9. Pal Batas Kawasan Hutan Gambar 10. Peta Penyebaran KPHL/KPHP Model pada setiap Provinsi di Indonesia Gambar 11. Perbandingan Capaian Kinerja Sasaran Penyelesaian Konflik Kawasan Konservasi Tahun Gambar 12. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan monitoring Owa Jawa di TNGHS 59 Gambar 13. Operasi Gabungan Penanggulangan penambangan Emas Tanpa Ijin di TN Bukit baka Bukit Raya Gambar 14. Grafik Jumlah Hotspot pada Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Tahun Gambar 15. Grafik Perkembangan IPPA Tahun (kumulatif) Gambar 16. Presiden RI menerima plakat New7Wonders dari Bernard Weber dan Pesan tertulis Presiden RI saat berkunjung ke TN. Komodo Gambar 17. Rehabilitasi Hutan Mangrove Gambar 18. Kegiatan peneresan getah pinus di Hutan Kemasyarakatan Gambar 19. Salah satu contoh hutan rakyat kemitraan Gambar 20. Salah satu sumber benih dengan tanaman Jabon Gambar 21. Pengakuan pemerintah daerah terhadap Iptek inokulasi gaharu Gambar 22. Rekayasa alat pengukuran pita volume pohon Gambar 23. Policy Brief strategi penurunan emisi GRK sektor kehutanan Gambar 24. Salah Satu Lokasi HTR Hasil Kerjasama Kemitraan Industri Kayu Dengan Kelompok Tani Gambar 25. Grafik Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Kerjasama Kemitraan Gambar 26. Penandatangan MoU Kerjasama Kemitraan Tahun 2013 oleh CV. Rimba Raya dan Kelompok Tani Sri Wedhari Gambar 27. Usaha Budidaya Lebah Madu KUP di Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 28. Aktivitas anggota KUP di Provinsi Banten mengolah bambu menjadi berbagai jenis produk anyaman Gambar 29. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri Gambar 30. Pelaksanaan Sosialisasi Sertifikasi Penyuluh Kehutanan PNS Tahun 2013 di Medan, Sumatera Utara vi LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

8 Gambar 31. Pelaksanaan uji kompetensi sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 di Makassar, Sulawesi Selatan Gambar 32. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Gambar 33. Penyelenggaraan diklat calon auditor VLK pada industri Tahun 2013 di Pusat Diklat Kehutanan Gambar 34. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Gambar 35. Aktivitas belajar siswa SMK Kehutanan Gambar 36. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan vii LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.a. Penetapan KinerjaMenteri Kehutanan Tahun Lampiran 1.b. Penetapan Kinerja Kementerian Kehutanan Tahun 2013 berdasarkan Sasaran Unit Organisasi Eselon I Lampiran 2.a Pengukuran Kinerja Menteri Kehutanan sesuai Rencana Sasaran/Outcome Dalam Penetapan Kinerja Lampiran 2.b. Pengukuran Kinerja Kementerian Kehutanan Sesuai Rencana Sasaran/Outcome Dalam Penetapan Kinerja Lampiran 3. Indikator Kinerja Renstra Kementerian Kehutanan per Program dan Kegiatan Lampiran 4. Hasil Penelitian sampai dengan Tahun viii LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

10 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Kementerian Kehutanan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013.Penyusunan LAKIP adalah salah satu dari pelaksanaan penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Dalam hal ini, penerapan SAKIP pada instansi pemerintah adalah salah satu dari pilar perubahan dalam rangka reformasi birokrasi menuju terciptanya tata pemerintahan yang baik (good governance). Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah disepakati/ ditetapkan melalui suatu instrumen pertanggungjawaban yang dilakukan secara periodik.untuk itu, SAKIP sebagai instrumen akuntabilitas kinerja sangat berperan dalam mendorong tercapainya sasaran kinerja instansi pemerintah secara lebih optimal, efiektif dan efisien. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya harus terus-menerus dikembangkan, dan di lingkungan Kementerian Kehutanan menjadi komitmen dalam pengembangan dan penyempurnaan sistem tata kelola dan reformasi birokrasi. LAKIP merupakan salah satu dokumen pelaporan yang merupakan bagian dari pertanggung-jawaban instansi pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan. Disusunnya LAKIP Kementerian Kehutanan Tahun 2013, antara lain dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran kepada para pihak dan masyarakat mengenai capaian-capaian kinerja Kementerian Kehutanan dalam menjalankan tugas dan fungsinya pada tahun Laporan ini disusun berdasarkan penetapan kinerja (PK), yang merupakan pernyataan mengenai sasaran dan target yang akan/ingin dicapai oleh Kementerian Kehutanan yang di buat pada awal tahun berdasarkan Rencana Kerja (Renja) dan alokasi anggaran Tahun B. TUGAS DAN FUNGSI BerdasarkanPeraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, serta 1 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

11 Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Kehutanan adalah sebagai berikut: 1. Kedudukan Kementerian Kehutanan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden, dipimpin oleh Menteri Kehutanan. 2. Tugas pokok Kementerian Kehutanan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang kehutanan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Kehutanan menjalankan fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kehutanan; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Kehutanan; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kehutanan; d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Kehutanan di daerah; dan e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. C. STRUKTUR POKOK ORGANISASI Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010, Menteri Kehutanan dibantu oleh: a. Sekretaris Jenderal; b. Direktur Jenderal; c. Inspektur Jenderal; d. Kepala Badan; e. Staf Ahli Menteri; dan f. Kepala Pusat, yang langsung di bawah Menteri. Susunan organisasi Kementerian Kehutanan di dalam peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan. Tugas setiap unit kerja di dalam susunan organisasi Kementerian Kehutanan, adalah: 2 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

12 1. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Kehutanan; 2. Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang bina usaha kehutanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi teknis di bidang pengelolaan daerah aliran sungai dan perhutanan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 4. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perlindungan hutan dan konservasi alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 5. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perencanaan makro bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan termasuk penyebarluasan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada pengguna, baik internal maupun eksternal Kementerian Kehutanan; 7. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan mempunyai tugas di bidang penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia kehutanan; dan 8. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan internal di lingkungan Kementerian Kehutanan. Sedangkan untuk Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan dan Inspektorat Jenderal. Tugas setiap Staf Ahli di dalam susunan organisasi Kementerian Kehutanan adalah sebagai berikut: 1. Staf Ahli Menteri Bidang Revitalisasi Industri Kehutanan memberikan telaahan kepada Menteri Kehutanan berkaitan dengan penguatan struktur dan sumberdaya industri kehutanan; 2. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Perdagangan Internasional memberikan telaahan berkaitan dengan kontribusi sektor kehutanan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional dan kontribusi sektor kehutanan dalam perdagangan internasional yang berkaitan dengan konvensi internasional antara lain WTO, GATT dan AFTA; 3 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

13 3. Staf Ahli Menteri Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim memberikan telaahan kepada Menteri Kehutanan berkaitan dengan isu lingkungan dan percepatan program pelaksanaan penurunan emisi gas rumah kaca bidang Kehutanan melalui upaya-upaya mitigasi, adaptasi dan alih teknologi; 4. Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga memberikan telaahan kepada Menteri Kehutanan berkaitan dengan upaya peningkatan hubungan kerjasama Kementerian Kehutanan dengan lembaga pemerintahan, swasta, organisasi nirlaba, masyarakat, baik lokal maupun internasional, serta peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat; dan 5. Staf Ahli Menteri Bidang Keamanan Hutan memberikan telaahan kepada Menteri Kehutanan berkaitan dengan upaya-upaya peningkatan pengamanan hutan dan hasil hutan. Struktur organisasi Kementerian Kehutanan adalah sebagai berikut: Gambar 1. Struktur Organisasi Kementerian Kehutanan Keterangan: Ditjen BUK : Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan Ditjen PHKA : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Ditjen BPDASPS : Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungan dan Perhutanan Sosial Badan Litbang : Badan Penelitian dan Pengembangaan Badan Luhbang SDM : Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia 4 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

14 II. PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS Kerangka kerja Kementerian Kehutanan masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu Kedua (KIB II) dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Tahun Dalam konteks penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Renstra merupakan dokumen perencanaan jangka menengah Kementerian/Lembaga, dan merupakan dokumen awal dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kementerian/lembaga. Penyusunan Renstra Kementerian/Lembaga mengacu pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga. Secara substantif, penyusunan Renstra Kementerian Kehutanan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun Dalam Renstra Tahun telah ditetapkan visi Kementerian Kehutanan. Visi ini merupakan tujuan normatif pembangunan kehutanan yang menjadi filosofi dasar pengelolaan sumber daya hutan di Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Upaya-upaya strategis untuk mewujudkan visi ini dirumuskan dalam misi Kementerian Kehutanan, serta ditetapkan tujuan sebagai arah dari setiap misi. Untuk menjamin terlaksananya misi, maka ditetapkan strategi meliputi penetapan kebijakan, program dan kegiatan. Setiap program ditetapkan outcome dan setiap kegiatan ditetapkan output.capaian outcome dan output diukur dengan capaaian indikator sebagai sasaraan dan target kinerjanya. Dokumen Renstra Kementerian Kehutanan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 8/Menhut-II/2010 tanggal 27 Januari 2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan Tahun Terhadap dokumen tersebut diilakukan perubahan pertama yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. 51/Menhut-II/2010 tanggal 31 Desember 2010, dan perubahan kedua yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 15/Menhut-II/2013 tanggal 28 Februari Visi Untuk periode masa bakti KIB II, Kementerian Kehutanan menetapkan visi dalam lima tahun ( ): 5 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

15 Visi di atas merupakan sintesis bahwa Kementerian Kehutanan menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dengan kelestarian hutan yang tetap terjaga guna sebesar-besar kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan, sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. 2. Misi dan Tujuan Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan Untuk mewujudkan visi di atas, maka ditetapkanlah misi dan tujuan: 1) Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan informasi kehutanan. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepastian kawasan hutan sebagai dasar penyiapan prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari. 2) Meningkatkan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan optimalisasi pengelolaan hutan produksi. 3) Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. Misi tersebut bertujuan menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan dalam penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. 4) Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS). Misi ini bertujuan meningkatkan kondisi, fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS), sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam, dan dikelola secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5) Menyediakan teknologi dasar dan terapan. Misi ini bertujuan untuk menyediakan informasi ilmiah dalam pengelolaan hutan lestari, baik dalam tatanan perumusan kebijakan maupun kegiatan teknis pengelolaan hutan di lapangan. 6) Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan Kementerian Kehutanan. Tujuan utama misi ini adalah penyediaan perangkat peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan hutan lestari, peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bidang kehutanan dan terlaksananya tertib administrasi pada Kementerian Kehutanan. 6 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

16 7) Mewujudkan sumberdaya manusia kehutanan yang profesional. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM kehutanan yang profesional melalui diklat serta penyuluhan kehutanan. 3. Sasaran Strategis Sasaran strategis yang disajikan dalam dokumen Renstra merupakan target prioritas yang dipilih dari indikator-indikator kinerja utama outcome yang memiliki faktor dominan dalam mencapai tujuan misi. Sasaran strategis Kementerian Kehutanan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi Tahun adalah sebagai berikut: 1) Tata batas kawasan hutan sepanjang kilometer yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan; 2) Wilayah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsi dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan); 3) Data dan informasi sumberdaya hutan tersedia sebanyak 5 judul; 4) Areal tanaman pada hutan tanaman bertambah seluas 2,65 juta ha; 5) Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/loa) seluas 2,5 juta ha; 6) Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat sebesar 50%; 7) Jumlah hotspot kebakaran hutan menurun 20% setiap tahun, dan penurunan konflik, perambahan kawasan hutan, illegal loggingdan wildlife trafficking sampai dengan di batas daya dukung sumberdaya hutan; 8) Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat; 9) Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 DAS prioritas; 10) Tanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam DAS prioritas seluas 2,5 juta ha; 11) Terbangunnya Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha; 12) Terbangunnya Hutan Desa (HD) seluas ha; 13) Penyediaan teknologi dasar dan terapan silvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari sebanyak 25 judul; 14) Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat; 7 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

17 15) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang peserta; 16) Penanganan perkara, pemulihan hak-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014; 17) Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan Wajar Tanpa Pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011;dan 18) Kelemahan administrasi dan pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan sampai 50%, serta potensi kerugian negara diturunkan hingga 25%. 4. Kebijakan Guna tetap menjaga serta meningkatkan keberlanjutan pembangunan kehutanan, dalam 5 (lima) tahun sampai dengan tahun 2014, Kementerian Kehutanan menetapkan 6 (enam) kebijakan prioritas pembangunan sektor kehutanan. Kebijakan prioritas tersebut yang menjadi acuan dalam menetapkan visi, misi serta sasaran, meliputi: 1) Pemantapan Kawasan Hutan; 2) Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS); 3) Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan; 4) Konservasi Keanekaragaman Hayati; 5) Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan; dan 6) Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan. 5. Program dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Untuk mengimplementasikan kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di atas, maka dalam tahun Kementerian Kehutanan melaksanakan 8 (delapan) program, terdiri dari 4(empat) jenis program teknis kehutanan, 2 (dua) jenis program penunjang, dan 2 jenis program dukungan administratif. Pada setiap program ditetapkan kegiatan-kegiatan serta keluarannya (output), dan indikator kinerja kegiatan sebagai target yang akan dicapai. Program-program dan indikator kinerja utama (IKU) setiap program adalah sebagai berikut: a. Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan Outcomeprogram di atas adalah terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal. Sasaran/outcome program ini sebagai prakondisi dalam 8 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

18 mewujudkan pengelolaan hutan lestari, serta secara tidak langsung menjadi bagian dalam penanganan terhadap isu-isu perubahan iklim. Indikator kinerja utama (IKU) serta target tercapainya sasaran/outcome di atas adalah: 1) Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul; 2) Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani 100% secara tepat waktu; 3) Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul; 4) Tata batas kawasan hutan sepanjang km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan; 5) Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai 100%; dan 6) Wilayah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsi dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan). b. Program Peningkatan Usaha Kehutanan Outcome yang ditetapkan pada program ini program adalah: 1. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primer hasil hutan. 2. Peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan. Indikator kinerja utama (IKU) dan target tercapainya sasaran/outcome dari program di atas adalah: 1. Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 provinsi dan usaha pemanfaatan [ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam/hutan tanaman (IUPHHK-HA/HT), IUPHH bukan kayu/iuphh restorasi ekosistem/iuphh jasa lingkungan/pemanfaatan kawasan] di 26 provinsi; 2. Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat sebesar 5%, terdiri dari hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem; 3. Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/loa) seluas 2,5 juta ha; 4. Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intensitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (penambahan tanaman pada hutan tanaman seluas ha); 5. Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meningkat 10%;dan 6. Kinerja industri pengolahan hasil hutan meningkat (50% produk bersertifikat legalitas kayu). 9 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

19 c. Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan Outcomeyang diharapkan dari pelaksanaan program dimaksud adalah biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global. Indikator kinerja utama (IKU) pencapaian sasaran/outcome dari program ini adalah: 1. Terbangunnya sistem pengelolaan badan layanan umum (BLU) di 12 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi lam (PHKA); 2. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (Cagar Alam (CA), Suaka Margasatwa (SM), dan Taman Buru (TB) dan Hutan Lindung (HL)) menurun sebanyak 5%; 3. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat; 4. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannya terselesaikan minimal 75%; 5. Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, pulau Sumatera, dan pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun;dan 6. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam sebesar 60% dibanding tahun d. Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Outcomeprogram tersebut adalah berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas. Indikator-indikator utama (IKU) serta target pencapaian sasaran ini berkaitan langsung dengan upaya-upaya mitigasi perubahan iklim, yaitu: 1. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha; 2. Terbangunnya Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha; 3. Terbangunnya hutan rakyat kemitraan seluas ha; 4. Terbangunnya sumber benih baru seluas ha, dan pengelolaan areal sumber benih yang telah ada seluas ha; 5. Terbangunnya Hutan Desa seluas ha; dan 6. Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 unit DAS Prioritas. e. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan 10 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

20 Outcomeprogram tersebut adalah minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim. Indikator kinerja utama (IKU) serta target pencapaian sasaran program di atas adalah: 1. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul; 2. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul; 3. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul; dan 4. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul. f. Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Outcomeyang diharapkan dari pelaksanaan program di atas adalah meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya. Indikator Kinerja Utama (IKU) serta target pencapaian sasaran Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan adalah: 1. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat; 2. Terbentuknya 500 kelompok masyarakat produktif mandiri; 3. Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak orang; 4. Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya minimal sebanyak orang;dan 5. Pendidikan menengah kehutanan sebanyak orang. g. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan Outcomeprogram ini adalah terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan. Indikator kinerja utama (IKU) pencapaian outcomeprogram adalah: 1. Kelemahan administrasi diturunkan sampai 50% dari tahun 2009; 11 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

21 2. Pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang sampai 50% dari tahun 2009; 3. Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang hingga 50% dari tahun 2009; dan 4. Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun h. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan Outcomepencapaian program ini adalah meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola. Indikator kinerja utama (IKU) pencapaian sasaraan dari program di atas adalah: 1. Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan Wajar Tanpa Pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 1 judul per tahun; 2. Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan sebesar 80%; 3. Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi; 5. Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun 2014; 6. Prasyarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%; 7. Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun; 8. Standard produk dan jasa kehutanan, pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul; 9. Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga; 10. Tersusunnya perencanaan kehutanan 4 regional; dan 11. Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman Rakyat (HTR) dan hutan rakyat seluas ha. B. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN Sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, Menteri Kehutanan telah menetapkan indikator kinerja utama (IKU), yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.6/Menhut- 12 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

22 II/2011 tanggal 31 Januari 2011 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kementerian Kehutanan. Pada prinsipnya penetapan indikator Utama Kementerian Kehutanan mengacu pada Renstra Kementerian Kehutanan , yang substansinya disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang berkembang. Tabel 1 di bawah ini adalah IKU Kementerian Kehutanan yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2011 tanggal 31 Januari Tabel 1. Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kehutanan No. Uraian Alasan Sumber Data 1 Tata batas kawasan hutan sepanjang kilometer yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan 2 Wilayah kesatuan pengelolaan hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsi dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan) 3 Data dan informasi sumberdaya hutan tersedia sebanyak 5 judul 4 Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha 5 Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan/atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/loa) seluas 2,5 juta ha 6 Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat sebesar 50% 7 Jumlah hotspot kebakaran hutan menurun 20% Sebagai syarat terwujudnya kepastian kawasan hutan Mendukung terwujudnya pengelolaan hutan secara lestari Mendukung terwujudnya pengelolaan hutan secara lestari Mewujudkan peningkatan produktifitas dan kualitas hutan melalui penanaman berazaskan kelestarian dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan Mewujudkan produktifitas hutan produksi alam dan keanekaragaman hayati melalui IUPHHK-RE Peningkatan daya saing dan ekspor hasil hutan Kebakaran hutan dan lahan masih terjadi setiap tahun hingga Dokumen Berita Acara Tata Batas dan peta hasil tata batas di BPKH dan Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Bahan dan peta usulan penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan(KPH) di Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan Data dan informasi sumber daya hutan di Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Data primer dari unit usaha perijinan, verifikasi data melalui data sekunder dari Dinashut Provinsi dan BP2HP, Data primer pengecekan langsung ke lapangan, Citra Landsat Direktorat Bina Usaha Hutan Tanaman Data monitoring perijinan di Direktorat Bina Hutan Alam Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) yang telah diakreditasi oleh KAN Data kinerja industri kehutanan Direktorat BPPHH Laporan pemantauan hotspot dari Direktorat Pengendalian 13 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

23 No. Uraian Alasan Sumber Data setiap tahun, dan penurunan konflik, perambahan kawasan hutan, illegal logging dan wildlife trafficking sampai dengan di batas daya dukung sumberdaya hutan 8 Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat 9 Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 DAS prioritas 10. Tanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam DAS prioritas seluas 2,5 juta ha 11 Terbangunnya Hutan Kemasyarakatan (HKm)seluas 2 juta ha 12 Terbangunnya Hutan Desa seluas ha 13 Penyediaan teknologi dasar dan terapan silvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari sebanyak 25 judul. menimbulkan banyak kerugian dan menuai protes dari negara tetangga (Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam) atas produk asap kebakaran hutan dan lahan yang berdampak secara ekonomi dan kesehatan. Merupakan kontrak kinerja Menteri Kehutanan dengan Presiden RI dalam penurunan hotspot sebesar 20% pertahun Meningkatnya ancaman terhadap populasi TSL dilindungi dan terancam punah khususnya jenis Harimau, Gajah, Badak dan Orangutan, dan juga ketersediaan dan kondisi habitat yang semakin berkurang baik jumlah maupun kuantitasnya Pengelolaan daerah aliran sungai secara holistik dan terintegrasi dengan melibatkan peran aktif semua stakeholder terkait Mengurangi luas lahan kritis pada DAS prioritas dan upaya dalam menekan laju deforestasi dan degradasi hutan dan lahan. Meningkatkan kesejahteraan, peran serta dan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui hutan kemasyarakatan Meningkatkan kesejahteraan, peran serta dan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui hutan desa Penyediaan input untuk mendukung kegiatan rehabilitasi dan konservasi, peningkatan produktivitas hutan dan hasil hutan, meningkatkan daya saing produk hasil hutan dan perekayasaan alat, dan mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta masukan pembuatan kebijakan Kebakaran Hutan Laporan pemantauan populasi spesies prioritas utama terancam punah dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Laporan penyusunan DAS terpadu dari UPT Ditjen Bina PDASPS Laporan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan dan Dinas Kab/Kota yang menangani bidang kehutanan Laporan identifikasi dan inventarisasi dari UPT tentang potensi hutan kemasyarakatan dan surat penetapan areal kerja HKm Laporan identifikasi dan inventarisasi dari UPT tentang potensi hutan desa dan surat penetapan areal kerja hutan desa Laporan hasil penelitian 14 Terbentuknya50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat 15 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Mengukur kinerja organisasi untuk mendorong upaya peningkatan peran serta masyarakat (pelaku utama) dan dunia usaha (pelaku usaha) dalam kegiatan penutupan hutan dan lahan. Mengukur kinerja organisasi dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Laporan atau dokumen kemitraan/jejaring kerja, dan laporan hasil pembinaan penyuluhan dan pengembangan SDM Kehutanan Laporan penyelenggaraan dan kelulusan Diklat 14 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

24 No. Uraian Alasan Sumber Data aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang peserta 16 Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan Wajar Tanpa Pengecualian mulai laporan keuangan tahun Kelemahan administrasi dan pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan sampai 50%, serta potensi kerugian negara diturunkan 25% dalam hal kepemimpinan, kemampuan teknis kehutanan, dan administrasi kehutanan Mewujudkan tata hukum yang mantap di bidang kehutanan sebagai landasan untuk menjamin kelestarian hutan dan peningkatan kemakmuran rakyat Kredibilitas Kemenhut yang tercermin dari transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dalam rangka meningkatkan tata kelola administrasi pemerintah Kemenhut Mewujudkan Good Governance di lingkup Kementerian Kehutanan Kepemimpinan, Teknis, dan Administrasi kehutanan. Usulan multipihak (Kementerian terkait, DPR, Teknis Eselon I, Stakeholders) Gabungan laporan keuangan dari seluruh Satuan Kerja Laporan Hasil Pemeriksaan C. RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2013 Renja merupakan penjabaran rencana dokumen indikatif Renstra ke dalam rencana kerja yang lebih definitif. Dengan demikian, struktur kerangka logis Renja adalah sama dengan Renstra, namun dengan target capaian dengan cakupan waktu tahunan. Secara ringkas substansi Renja Kementerian Kehutanan Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 2. Rencana Kerja Kementerian Kehutanan 2013 No. Outcome Program Indikator Kinerja Utama dan Target Target Terjaminnya kepastian Data dan informasi geospasial dasar dan 1 Judul kawasan hutan. tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul. Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani 100% 100% secara tepat waktu. Rencana makro penyelenggaraan kehutanan 1 Judul sebanyak 4 judul. Tata batas kawasan hutan sepanjang Km Km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan. Penunjukan kawasan hutan provinsi 46% selesai100%. Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan 30 unit KPH 15 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

25 No. Outcome Program Indikator Kinerja Utama dan Target Target Hutan seluruh Indonesia dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan). 2 Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan industry primer hasil hutan, serta peningkatan produksidan diversifikasi hasil hutan. 3 Biodiversitidan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 provinsi dan usaha pemanfaatan (ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam/hutan tanaman/iuphhk-ha/ht, IUPHH bukan kayu/iuphh restorasi ekosistem/iuphh jasa lingkungan/pemanfaatan kawasan) di 26 provinsi. Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat sebesar 5%, terdiri dari hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem. Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/loa) seluas 2,5 juta ha. Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intensitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (penambahan tanaman pada hutan tanaman seluas ha). Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meningkat 10%. Kinerja industri pengolahan hasil hutan meningkat (50% produk bersertifikat legalitas kayu). Terbangunnya sistem pengelolaan BLU di 4 UPT PHKA. Konflik dan tekanan terhadap kawasan Taman Nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan penanganannya terselesaikan minimal 75%. 20% KPHP (9 Provinsi) 4% Ha Ha 2% 10% 4 UPT PHKA 1% 2% 15% 16 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

26 No. Outcome Program Indikator Kinerja Utama dan Target Target Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas. 5 Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan 6 Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan Lainnya. Hotspot (titik api) di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam sebesar 60% dibanding tahun Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha. Terbangunnya Hutan Kemasyarakatan (HKm)seluas 2 juta ha. Terbangunnya Hutan rakyat kemitraan seluas ha. Terbangunnya sumber benih baru seluas ha, dan pengelolaan areal sumber benih yang telah ada seluas ha. Terbangunnya Hutan Desa (HD) seluas ha. Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 unit DAS prioritas. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Terbentuknya 500 kelompok masyarakat produktif mandiri Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 59,2% (atau terpantau maksimal titik) dari rerata % (12 unit) kumulatif dibanding Tahun Ha Ha Ha 850 Ha Ha 13 Unit DAS 60% 60% 60% 60% 13 Kerjasama 100 Kelompok 500 Orang 17 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

27 No. Outcome Program Indikator Kinerja Utama dan Target Target orang 7 Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan 8 Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kemenhut secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya minimal sebanyak orang Pendidikan menengah kehutanan sebanyak orang Kelemahan administrasi ditekan hingga 50% dari tahun 2009 Pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang hingga 50% dari tahun 2009 Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang hingga 50% dari tahun 2009 Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan Wajar Tanpa Pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 1 judul per tahun. Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan sebesar 80%. Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun 2014 Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi. Penanganan perkara, pemulihan hak-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun Prasyarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%. Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun. Rancangan standardproduk dan jasa kehutanan, pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga Tersusunnya rencana kawasan dan pembangunan kehutanan 4 regional. Pelaksanaan pembangunan kehutan di regional berjalan Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan rakyat (HR) Peserta 285 siswa 40% 40% 40% 20% WTP 14 Unit 72% 5 Provinsi 64% Minimal 92% 10% 7 Produk 1 negara 4 Regional Minimal 90% Ha 18 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

28 D. PENETAPAN KINERJA (PK) TAHUN 2013 Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) 29 tahun 2010, Menteri Kehutanan telah menetapkan dokumen Penetapan Kinerja (PK) Kementerian Kehutanan PK Kementerian Menteri Kehutanan dimaksud telah disampaikan kepada Presiden RI melalui Menteri PAN-RB melalui surat Menteri Kehutanan Nomor S.183/Menhut-II/REN/2013 tanggal 12 Februari2013 perihal Dokumen Penetapan Kinerja Kementerian Kehutanan Tahun Secara substantif PK Kementerian Kehutanan 2013yang ditandatangani Menteri Kehutanan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah dan Lampiran 1a. Tabel 3. Penetapan Kinerja (PK) Kementerian Kehutanan Tahun 2013 No. Sasaran 1. Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal 2. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primer hasil hutan, dan peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan 3. Biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Indikator Kinerja Uraian Target Tata batas kawasan hutan yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Wilayah Kesatuan 30 unit KPH Pengelolaan Hutan (KPH) beroperasi ditetapkan di setiap provinsi,dan beroperasinya KPH yang telah ditetapkan Data dan informasi sumber 1 Judul daya hutan Bertambahnya luas areal pencadangan hutan tanaman (HTI, HTR) Penerbitan Ijin Usaha Ha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE), HTI, HD dan HKm pada areal bekas tebangan (LOA) Produk industri hasil hutan 10% yang bersertifikat legalitas kayu meningkat Jumlah hotspot kebakaran hutan menurun dari rerata ; dan penurunan konflik, perambahan kawasan hutan, illegal logging dan wildlife trafficking sampai dengan di batas daya dukung sumber daya hutan Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat dari kondisi Tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Program Km Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan Ha Peningkatan Usaha Kehutanan 59,2% dari rerata %dari kondisi Tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Konservasi Keanekaragama n Hayati dan Perlindungan Hutan Anggaran (Rp Milyar) 687,78 262, ,52 19 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

29 No. Sasaran 4. Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas 5. Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim 6. Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya 7. Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien 8. Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwuju-dan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan Indikator Kinerja Uraian Target Rencana pengelolaan DAS terpadu pada DAS Prioritas Tanaman rehabilitasi pada Ha lahan kritis di dalam DAS prioritas Terfasilitasinya penetapan Ha areal kerja pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) Penyediaan teknologi dasar dan terapan silvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari, sebanyak 25 paket Terbentuknya kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Negara bidang kehutanan minimal menang Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan Tahun 2011 Kelemahan administrasi diturunkan Pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang Program 13 Unit DAS Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat 60% Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan 13 Kerjasama Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Peserta 64% Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis WTP Lainnya Kementerian Kehutanan 40% dari tahun % dari tahun % dari tahun 2009 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan Anggaran (Rp Milyar) 2.671,65 274,41 285,77 687,47 56,64 20 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

30 No. Sasaran Indikator Kinerja Uraian Target Program Anggaran (Rp Milyar) Potensi kerugian Negara diturunkan 20% dari tahun 2009 JUMLAH TOTAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN ,75 Keterangan: Nomenklatur/nama program dan kegiatan, serta indikator kinerja secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Anggaran pada kolom 6 adalah jumlah keseluruhan anggaran PK untuk mencapai keseluruhan indikator kinerja program (kolom 5) termasuk indikator kinerja kegiatan-kegiatan dalam program tersebut, dengan sasaran/outcome yang tercantum pada kolom 2. Alokasi anggaran berdasarkan APBN-P Kementerian Kehutanan Tahun Guna lebih menggambarkan secara lebih komprehensif sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan, maka PK Kementerian Kehutanan dilengkapi dengan keseluruhan indikator kinerja dari masing-masing sasaran dari setiap program kerja Kementerian Kehutanan, yang dapat dilihat lebih lanjut pada Lampiran 1b. 21 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

31 III. AKUNTABILITAS KINERJA A. REVIU ATAS DOKUMEN PERENCANAAN Kebijakan prioritas pembangunan kehutanan yang ditetapkan Menteri Kehutanan periode Kabinet Indonesia Bersatu II (KIB-II) merupakan landasan dalam menetapkan rencana strategis Kementerian Kehutanan Tahun Kebijakan prioritas tersebut sebagaimana telah disempurnakan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2011 tanggal 14 Februari 2011 tentang 6 (enam) Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu II. Landasan pokok penetapan kebijakan prioritas dimaksud adalah komitmen/kontrak kinerja Menteri Kehutanan. Berdasarkan kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di atas dan kontrak kinerja sebagai landasan tugas bakti Menteri Kehutanan periode KIB-II, serta dengan mengacu pada tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi, dan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka disusun struktur kerangka kerja logis pembangunan kehutanan yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan tahun yang secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 4 di bawah. Struktur kerangka kerja Renstra tersebut disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga. Tabel 4. Ringkasan Struktur Perencanaan Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan Tahun Visi Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan Misi Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan informasi kehutanan Meningkatkan Pengelolaan Program Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan PeningkatanUs aha Kehutanan Program Outcome Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal Peningkatan investasi usaha Kegiatan Jumlah Jumlah indikator Jumlah indikator kinerja kinerja LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

32 Program Kegiatan Visi Misi Program Outcome Jumlah indikator kinerja Jumlah Jumlah indikator kinerja Hutan Produksi Lestari (PHPL) pemanfaatan hutan produksi dan industri primer hasil hutan, serta peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan Memantapkan penyelenggara an perlindungan dan konservasi sumber daya alam Konservasi Keanekaragam an Hayati dan Perlindungan Hutan Biodiversity dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Memelihara dan meningkatkanf ungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS) Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan masyarakat Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas Menyediakan teknologi dasar dan terapan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

33 Program Kegiatan Jumlah Jumlah indikator Jumlah indikator kinerja kinerja Visi Misi Program Outcome Mewujudkan sumber daya manusia kehutanan yang professional Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan Lainnya. Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kemenhut secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi Memantapkan kelembagaan penyelenggara an tata kelola kehutanan Kementerian Kehutanan Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan Pada setiap program ditetapkan outcome dan pada setiap kegiatan ditetapkan output yang merupakan sasaran pada program dan kegiatan. Selanjutnya, baik pada setiap program maupun kegiatan ditetapkan indikator kinerja sebagai target kinerja. Nomenklatur/nama program, kegiatan, serta outcome, output dan indikatorkinerja, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Diawali dengan visi yang mencerminkan tujuan umum Kementerian Kehutanan, selanjutnya ditetapkan misi sebagai langkah untuk mencapai visi. Untuk lebih memfokuskan langkah misi, maka pada setiap misi ditetapkan tujuannya. Sesuai dengan pedoman penyusunan Renstra, langkah strategis untuk menjalankan misi, maka ditetapkan kebijakan serta program, yang dalam pelaksanaannya harus menghasilkan outcome yang menjadi sasaran dari setiap program. Dengan mengacu pada struktur organisasi unit Eselon I di lingkup Kementerian Kehutanan, maka ditetapkan 8 program, serta masing-masing outcome sebagai sasaran dari program tersebut. Selanjutnya 24 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

34 untuk setiap programditetapkan indikator utama untuk mengukur tingkat capaian outcome. Untuk lebih merinci pencapaian program, maka pada setiap program ditetapkan kegiatan-kegiatan serta output dari kegiatan tersebut. Untuk setiap kegiatan ditetapkan indikator-indikator kinerja kegiatan (IKK), sehingga dapat diukur capaian outputnya. Sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, Menteri Kehutanan telah menetapkan indikator kinerja utama (IKU), yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.6/Menhut-II/2011 tanggal 31 Januari 2011 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kementerian Kehutanan. Pada prinsipnya penetapan indikator kinerja utama Kementerian Kehutanan mengacu pada Renstra Kementerian Kehutanan , yang substansinya diadakan penyesuaian dengan kondisi-kondisi yang berkembang. Untuk operasionalisasi Renstra dan IKU Kementerian Kehutanan tahun , maka disusun Rencana Kerja (Renja) Kementerian Kehutanan 2013 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. 37/Menhut-II/2012 tanggal 11 September 2012 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Dalam konteks penyusunan LAKIP, dalam dokumen LAKIP (Bab II.C), selanjutnya disajikan sebagai Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Dengan mengacu pada Renstra serta IKU Kementerian Kehutanan, dan berdasarkan Renja serta alokasi anggaran, maka disusun Penetapan Kinerja (PK) Kementerian Kehutanan. PK tersebut terdiri dari PK yang ditandatangani oleh Menteri Kehutanan yang memuat indikator kinerja kunci Kementerian Kehutanan yang di dalam Renstra dan Renja disebut sebagai sasaran strategis. PK Menteri Kehutanan dilengkapi dengan PK pada tingkat unit organisasi eselon I yang ditandatangani oleh pejabat eselon I yang diperjanjikan kepada Menteri Kehutanan, yang memuat kinerja kunci setiap program yang akan dicapai pada tahun Guna lebih menggambarkan secara utuh capaian kinerja, maka pengukuran capaian kinerja Kementerian Kehutanan tahun 2013 dilakukan terhadap PK berdasarkan sasaran unit kerja eselon I dengan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 2b. Untuk dapat mengetahui capaian sasaran Kementerian Kehutanan tahun 2013, maka dilakukan juga pengukuran target yang ditetapkan dalam PK Menteri Kehutanan dengan hasil sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 2a. 25 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

35 B. METODE PENGUKURAN Metode pengukuran kinerja menggunakan formula sederhana yaitu menentukan persentase pencapaian kinerja. Untuk melengkapi gambaran setiap capaian kinerja maka disajikan evaluasi kinerja dalam bentuk analisis deskriptif/uraian setiap capaian indikator dan perhitungan tingkat efektivitas dan efisiensi pencapaian kinerja. 1. Pengukuran Capaian Kinerja Pengukuran kinerja dimaksudkan adalah untuk mengetahui tingkat pelaksanaan pencapaian terhadap rencana/target yang telah ditetapkan. Hasil perhitungan adalah persentase capaian dengan cara perhitungan: Realisasi Pencapaian Rencana Tingkat Capaian (%) = x 100% Rencana Apabila diasumsikan semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendahnya pencapaian kinerja, maka digunakan rumus sebagai berikut: [Rencana-(Realisasi-Rencana)] Pencapaian Rencana Tk. Capaian = x 100% Rencana Untuk menghindari bias yang terlalu besar/lebar terhadap persentase capaian kinerja, maka capaian setiap indikator kinerja ditetapkan maksimum 150%. Untuk menghitung capaian sasaran kinerja dari seluruh capaian kinerja kegiatan, dan menghitung capaian kinerja tingkat Kementerian beradasarkan capaian seluruh kinerja sasaran dalam PK, maka digunakan capaian kinerja total berupa rerata, dengan rumus: n Capaian kinerjatotal= ---- x 100% n 2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja Terhadap hasil pengukuran kinerja dilakukan evaluasi pencapaian pada setiap indikator kinerja. Evaluasi ini adalah untuk mengungkap setiap angka/persentase capaian kinerja sehingga dapat memberikan gambaran sebenarnya mengenai kegiatan dan program yang dilaksanakan. Selain itu, evaluasi dilakukan untuk melihat perbedaan capaian kinerja dengan rencana/target kinerja (performance gap) yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya gap maupun strategi pemecahan masalah yang telah 26 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

36 dan akan dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilakukan analisis akuntabilitas kinerja lebih lanjut, seperti keterkaitan kinerja dengan kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, sasaran, outcome, output serta indikator-indikator kinerja. Hasil analisis dapat digunakan untuk menentukan rencana kinerja pada tahun berikutnya. C. HASIL PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA 1. Pencapaian Kinerja Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pelaksanaan penetapan kinerja (PK) yang tersaji pada Lampiran 2a, yang meliputi pengukuran terhadap Penetapan Kinerja Menteri Kehutanan sebagai komitmen kinerja Menteri, maka diperoleh pencapaian kinerja Kementerian Kehutanan tahun 2013 sebesar 112,97%.Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012, maka pencapaian kinerja Kementerian Kehutanan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 6,56%.Tingkat pencapaian kinerja berdasarkan PK Kementerian Kehutanan tahun 2013, dan perbandingannya dengan capaian tahun 2012adalah sebagaimana pada Tabel 5 di bawah. Tabel 5. Perbandingan Capaian Sasaran Kinerja dan Anggaran Kementerian Kehutanan Tahun 2013 dengan Tahun 2012 No. Sasaran Capaian (%) Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal 95,55 104,71 2 Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan 116,10 132,20 produksi dan industri primer hasil hutan, serta peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan 3 Biodiversitydan ekosistemnya berperan signifikan 123,72 119,04 sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil, serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global 4 Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas 102,64 111,66 5 Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehu-tanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan, dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim 6 Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemenhut, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan 72,22 78,55 126,79 130,86 Status Δ Δ Δ Δ Δ 27 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

37 No. Sasaran 7 Meningkatnya tata keloala administrasi pemerintahan kemenhut secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola 8 Peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan dan peningkatan kualitas aparatur Kemenhut Capaian (%) ,30 92,35 107,94 134,42 Status Δ Rerata 106,41 112,97 Δ Keterangan: Δ : Meningkat : Menurun Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang telah ditetapkan dalam (PK) yang ditandatangani Menteri Kehutanandan pejabat eselon I pada Lampiran 2.a., pencapaian kinerja sasaran Kementerian Kehutanan tahun 2013 dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 6 di bawah. Tabel 6. Pencapaian kinerja sasaran strategis/outcome Kementerian Kehutanan Tahun 2013 No. Sasaran / Outcome Indikator Kinerja Capaian (%) (1) (2) (3) (4) 1. Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal 2. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primer hasil hutan, dan peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan 3. Biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan Tata batas kawasan hutan yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsidan beroperasinya KPH yang telah ditetapkan Data dan informasi sumber daya hutan Bertambahnya luas areal pencadangan hutan tanaman (HTI, HTR) Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK- HA/RE), HTI, HD dan HKm pada areal bekas tebangan (LOA) Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat Jumlah hotspot kebakaran hutan menurun dari rerata ; dan penurunan konflik, perambahan kawasan hutan, illegal logging dan 96,63 100,00 100,00 57,36 135,82 150,00 115,03 28 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

38 No. Sasaran / Outcome Indikator Kinerja Capaian (%) (1) (2) (3) (4) ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global 4. Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas 5. Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim 6. Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya 7. Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien 8. Terwujudnya pengawasan dan wildlife trackfiking sampai dengan di batas daya dukung sumber daya hutan Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat dari kondisi Tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Rencana pengelolaan DAS terpadu pada DAS Prioritas Tanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam DAS prioritas Penetapan areal kerja pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) Penyediaan teknologi dasar dan terapan silvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari, 25 paket ,38 135,32 89,30 78,55 Terbentuknya kerjasama kemitraan 123,08 melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Penyelenggaraan pendidikan dan 150,00 pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang peserta Penanganan perkara, pemulihan hakhak Negara bidang kehutanan 80,50 minimal menang Opini laporan keuangan Kementerian Pm Kehutanan tahunan wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan Tahun 2011 Kelemahan administrasi diturunkan 123,24 Pelanggaran terhadap peraturan 150,00 29 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

39 No. Sasaran / Outcome Indikator Kinerja Capaian (%) (1) (2) (3) (4) peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan perundangan diturunkan Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas diturunkan 100,19 Potensi kerugian Negara diturunkan 150,00 Keterangan: - Pencapaian kinerja yang melebihi 150%, sesuai dengan arahan penyusunan LAKIP dari Kantor Kementerian PAN dan RB ditetapkan maksimum 150%. Hal ini untuk meminimalisir adanya bias yang terlalu besar dalam penghitungan kinerja. - Laporan Keuangan Kemenhut Tahun 2013 telah disusun, dan pada saat penyusunan Laporan Kinerja ini masih dalam proses asesmen/audit oleh BPK-RI, sehingga belum dihitung dalam pengukuran kinerja 2. Pencapaian Pelaksanaan Anggaran Alokasi anggaran Kementerian Kehutanan Tahun 2013 (berdasarkan APBNP) adalah sebesar Rp.6,606 trilyun, atau meningkat sebesar 16,14% dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2012 sebesar Rp.5,688 trilyun. Capaian kinerja pelaksanaan anggaran tahun 2013 adalah sebesar Rp.6,101 trilyun atau 92,36%. Capaiantersebut juga meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 (Rp. 5,226 trilyun) sebesar Rp.874,57 milyar atau sebesar 16,73%. Dengan demikian, kinerja pelaksanaan anggaran Kementerian Kehutanan tahun 2013 selain meningkat dari aspek nominal alokasi anggarannya, juga meningkat dari aspek pelaksanaannya, dibandingkan dengan tahun 2012 Secara lengkap, pencapaian kinerja pelaksanaan serapan anggaran dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah. Pencapaian kinerja anggaran tersebut dilaksanakan oleh satuan kerja-satuan kerja lingkup Kementerian Kehutanan sebanyak 302 unit. Tabel 7. Pencapaian Pelaksanaan Anggaran Kementerian Kehutanan Tahun 2013 No. Sasaran 1. Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal 2. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan industri primer hasil hutan, serta peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan Capaian (%) ,59 90,39 96,19 118,26 Status Δ Δ 30 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

40 No. Sasaran 3. Biodiversitydan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil, serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Capaian (%) ,38 90,03 4. Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas 86,51 91,05 5. Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan, dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim 6. Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemenhut, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan 7. Meningkatnya tata keloala administrasi pemerintahan kemenhut secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola 8. Peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan dan peningkatan kualitas aparatur Kemenhut 94,60 95,58 98,37 97,46 77,48 92,62 95,04 94,51 Status Rerata 87,46 92,36 Δ Δ Δ Δ Δ Keterangan: Δ : Meningkat : Menurun D. EVALUASI DAN ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA Sesuai dengan Penetapan Kinerja (PK) tahun 2013, Kementerian Kehutanan telah menetapkan 8 sasaran sebagai outcomes program-program Kementerian Kehutanan, yaitu: 1. Terjaminnya kepastian kawasan hutan, sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal; 2. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primer hasil hutan, dan peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan; 31 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

41 3. Biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsaa dalam pergaulan global; 4. Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas; 5. Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaann ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim; 6. Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan,sertaa peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya; 7. Meningkatnya tata kelola administrasi Kehutanan secaraa efektif dan efisien; dan pemerintahan Kementerian 8. Terwujudnya pengawasann dan peningkata an akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan. Penjelasann lengkap pencapaiann kinerja sasaran Kementerian Kehutanann tahun 2013 adalah sebagai berikut: Sasaran 1: Terjaminnya kepastian kawasan hutan, sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal Indikator Kinerja Tersedianya data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional, 1 judul. Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani secara tepat waktu, 100% Rencanaa makro penyelenggaraan kehutanan, 1 judul Penunjukkan kawasan hutan provinsi selesai 100% Tata batas kawasan hutan, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan, Km Wilayah Kesatuan Pengelolaann Hutan (KPH) ditetapkan di setiap provinsi dan beroperasinya KPH (kumulatif s/d 2013) sebanyak 30 unit Capaian Kinerja Sasaran 1: Berdasarkan Statistik Kehutanan Indonesia Tahun 2013, kawasan hutan di Indonesia meliputi areal seluass ±131,16 juta ha. Berdasarkan fungsi, kawasan hutan tersebut terbagi menjadi kawasan hutan konservasi, hutan lindung dan 32 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

42 hutan produksi. Di antara kawasan hutan produksi, terdapat areal hutan produksi yang dapat dikonversi, yakni kawasan hutan yang disediakan untuk kegiatan pembangunan non kehutanan yang memerlukan lahan, seperti pembangunan infrastruktur, pemukiman, industri, dan pengembangan budidaya pertanian, baik perkebunan, tanaman pangan, peternakan, dan budidaya perikanan. Dengan semakin berkembangnya demografi dan kegiatan pembangunan di segala bidang, maka kebutuhan lahan semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan lahan tersebut dilakukan baik secara legal dan ilegal. Berdasarkan kondisi tersebut maka tekanan terhadap keberadaan hutan dan ekosistemnya akan semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya pemantapan kawasan hutan yang dilakukan secara terus-menerus, agar tekanan terhadap keberadaan kawasan hutan serta ekosistemnya termasuk pengambilan hasil hutan secara illegal dapat semakin diminimalisir. Dalam kaitan ini, maka capaian indikator-indikator kinerja outcomedalam rangka pemantapan kawasan hutan, menjadi kunci keberhasilan pembangunan sektor kehutanan. 1. Tersedianya data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional, sebanyak 1 judul. Data dan informasi sumberdaya hutan merupakan sumber dasar dan awal untuk pengelolaan hutan secara lestari. Salah satu data dan informasi sumberdaya hutan yang penting adalah data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional. Indikator kinerja sasaran tahun 2013, data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional, ditargetkan tersedia sebanyak 1 judul, dengan capaian Indikator Kinerja sebesar 100% (1 judul). Indikator kegiatan tersebut adalah tersedianya peta tematik kehutanan (digital) sebanyak 5 tema, meliputi: 1. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia; 2. Penghitungan deforestasi Indonesia; 3. Penyusunan Informasi Spasial Tematik Kehutanan; 4. Pemetaan Areal Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Revisi IV SK Menteri Kehutanan No. SK.2796/Menhut-VII/IPSDH/2013 Tanggal 16 Mei 2013; 5. Pemetaan Areal Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Revisi V SK Menteri Kehutanan No. SK.6018/Menhut-VII/IPSDH/2013 Tanggal 13 November 2013, serta tersedianya dokumentasi data pelayanan dan dokumentasi peta. Peta tematik kehutanan (digital) merupakan peta tematik yang menyajikan data dan informasi mengenai kondisi hutan terkini, sedangkan dokumentasi data pelayanan dan dokumentasi peta sebagai informasi dasar dalam rangka pelayanan. Basis data spasial kehutanan 33 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

43 yangterintegrasi antar pusat dan daerah berupa Sistem Informasi Geografis dapat diakses melalui situs Kementerian Kehutanan Gambar 2. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (Revisi IV) Gambar 3. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (Revisi V) 34 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

44 Gambar 4. Liputan Citra Landsat Indonesia sebagai Sumber Data Penutupan Lahan 2. Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani secara tepat waktu, terlaksana 100%. Pinjam pakai kawasan hutan merupakan salah satu bentuk penggunaan kawasan hutan yang diperuntukan bagi kegiatan di luar sektor kehutanan. Kegiatan tersebut berupa kegiatan di sektor pertambangan, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain. Permohonan ijin pinjam pakai kawasan hutan pada tahun 2013 ditargetkan dapat melayani sebanyak 240 pemohon, baik dari sektor tambang dan non tambang secara tepat waktu. Permohonan ijin pinjam pakai tersebut terlayani sebanyak 414 pemohon(150%) yang terdiri dari proses dan tahapan izin yaitu konsep pertimbangan teknis sebanyak 112 Unit, persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan (PP-IPKH) sebanyak 110 Unit (63 unit tambang dan 47 unit non tambang), izin kegiatan eksplorasi (IKE) sebanyak 61 unit, izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) sebanyak 131 unit (tambang sebanyak 83 unit dan 48 unit non tambang). Gambar 5. Salah satu bentuk Penggunaan Kawasan Hutan di luar sektor Kehutanan 35 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

45 3. Rencana makro penyelenggaraan kehutanan. Rencana makro penyelenggaraan kehutanan adalah pejabaran Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) yang memuat arahan pelaksanaan penyelenggaraan kehutanan untuk program, kegiatan, dan tujuan tertentu dalam jangka waktu 20 tahun ke depan. Dasar pelaksanaan perencanaan kehutanan yaitu Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan. Pada tahun 2013 direncanakan penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan sebanyak 1 judul (yaitu Rencana Makro Rehabilitasi Hutan dan Lahan), dengan realisasi sebesar 100% (1 judul). Pada tahun 2013, capaian rencana makro penyelenggaraan kehutanan tercapai 100% atau terealisasi seluruhnya, dengan rincian: a. Penyusunan Rencana Makro Kawasan Hutan (1 judul) tercapai 100% untuk Rencana Makro Rehabilitasi Hutan dan Lahan. b. Penyusunan Draft Peraturan Bidang Perencanaan Kawasan Hutan, tercapai 100% sebanyak 2 judul masing-masing Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2013 tentang Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota. c. Fasilitasi/Bimbingan Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi pada 13 Provinsi tercapai 100%, pada Provinsi Jambi, Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Papua. d. Laporan Evaluasi Rencana Pemanfaatan/Penggunaan Kawasan Hutan tercapai 100% sebanyak 1 laporan. e. Laporan Hasil Penyusunan PDB Kawasan Hutan Indonesia (Model) tercapai 100% sebanyak 1 laporan. 36 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

46 Gambar 6. Peta Arahan Indikatif Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Gambar 7. Konsultasi Publik Perencanaan Makro Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun Penunjukan kawasan hutan provinsidiselesaikan 100%. Penunjukan kawasan hutan adalah penetapan kawasan hutan wilayah provinsi berupa peta kawasan hutan yang ditunjuk dengan Keputusan Menteri Kehutanan. Penunjukan kawasan hutan ini merupakan kelanjutan dari ditetapkannya tata ruang wilayah provinsi. Dalam tahun 2013 penunjukan kawasan hutan ditargetkan 46% yaitu sebanyak 13 Provinsi dan tercapai 10 (sepuluh) Provinsi (76,92%) karena 3 (tiga) Provinsi masih dalam tahap proses penyelesaian (Belum Mendapat Persetujuan DPR). Realisasi Draft SK Menhut tentang Penunjukan kawasan hutan pada 10 Provinsi yaitu : Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Timur dan Maluku Utara. Sedangkan Provinsi yang masih 37 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

47 dalam proses penyelesaian yaitu 3 provinsi: Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat. Gambar 8. Peta Penunjukan Kawasan Hutan 5. Tata batas kawasan hutan, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan, terlaksana sepanjang km. Dalam Renstra Kementerian Kehutanan, penataan batas kawasan hutan, meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan ditargetkan sepanjang km. Dikarenakan kebutuhan yang sangat mendesak dalam rangka mewujudkan kepastian hukum atas kawasan hutan, yang salah satunya adalah adanya tanda batas kawasan hutan, maka dilakukan percepatan penyelesaian penataan batas kawasan hutan melalui kegiatan inisiatif baru. Dengan inisiatif tersebut, maka target pelaksanaan penataan batas kawasan hutan dalam waktu lima tahun adalah sepanjang km. Berdasarkan Renstra Kementerian Kehutanan, target kegiatan penataan batas kawasan hutan (batas luar dan batas fungsi) tahun 2013 akan dilaksanakan sepanjang semula km. Dengan inisiatif baru, target kegiatan penataan batas kawasan hutan adalah sepanjang km. Realisasi capaian kegiatan penataan batas hutan tahun 2013 adalah sepanjang ,88 km atau capaian indikator kinerja sebesar 96,63%. Adapun target tata batas yang belum terrealisasi antara lain sepanjang 156,079 km di Provinsi Kalimantan Barat karena masih dilakukan negosiasi dengan masyarakat; dan sepanjang km di Provinsi Bangka Belitung karena pelaksanaannya ditunda sesuai Surat Bupati Belitung No. 059/407/DPK-VI/2013 tanggal 14 Mei LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

48 Gambar 9. Pal Batas Kawasan Hutan 6. Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan ditetapkan di setiap provinsi dan beroperasinya KPH. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah unit manajemen hutan di tingkat lapangan. Pembentukan unit KPH merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan tata kelola kawasan hutan, karena unit ini merupakan lembaga yang langsung beroperasi melakukan pengelolaan hutan di tingkat tapak. Seluruh kawasan hutan di Indonesia pada saatnya nanti akan terbagi kedalam 600 unit KPH, baik KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL) dan KPH Produksi (KPHP). Sedangkan target yang akan dicapai berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan adalah beroperasinya 120 KPH (20%).Unit KPH yang telah beroperasi tersebut dicirikan dengan telah adanya surat keputusanpenetapan model KPH, sudah terdapat kelembagaan, dan telah tersedia sarana dan prasarana pengelolaan hutan, antara lain tata hutan dan rencana pengelolaankph. Untuk tahun 2013, dari target30 unit KPH yang beroperasi, tercapai30 unit KPH (100%) dengan rincian pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. KPH yang ditetapkan pada Tahun 2013 No PROVINSI KABUPATEN LOKASI JENIS 1 KALIMANTAN LAMANDAU KPHP LAMANDAU (UNIT KPHP TENGAH XXXIII) 2 SULAWESI BOMBANA KPHP MODEL BOMBANA KPHP TENGGARA (UNIT X) 3 LAMPUNG KAB. PESAWARAN KPHL PESAWARAN (UNIT KPHL 39 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

49 No PROVINSI KABUPATEN LOKASI JENIS XII) 4 LAMPUNG KAB WAY KANAN KPHP BUKITT PUNGGUR KPHP (UNIT II) 5 SULAWESI BARAT KAB.MAMUJU, KAB KPHL GANDA DEWATA KPHL MAMASA (UNIT XII) 6 SUMATERA MUSI RAWAS KPHP RAWAS KPHP SELATAN 7 SUMATERA MUSI RAWAS KPHP MERANTI KPHP SELATAN 8 SUMATERA OGAN KOMERING ULU, KPHP BENAKAT KPHP SELATAN MUARA ENIM, LAHAT 9 KALIMANTAN TIMUR KUTAI KARTANEGARA, KPHP MERATUS KPHP KUTAI BARAT, PASER, PENAJAM PASER UTARA, KOTA BALIKPAPAN 10 KALIMANTAN HULU SUNGAI SELATAN KPHL HULU SUNGAI KPHL SELATAN SELATAN 11 KALIMANTAN KOTAWARINGIN BARAT KPHP KOTA WARINGIN KPHP TENGAH BARAT 12 SULAWESI BARAT MAJENE KPHL MALUNDA KPHL 13 SULAWESI KONAWE KPHL KONAWE KPHL TENGGARA 14 NTB SUMBAWA KPHL AMPANG KPHL 15 NTB BIMA, KOTA BIMA KPHL MARIA KPHL 16 MALUKU BURU KPHP WAE APU KPHP 17 PAPUA KEEROM KPHP KEEROM KPHP 18 PAPUA WAROPEN KPHP WAROPEN KPHP 19 PAPUA SARMI, JAYAPURA KPHL MEMBERAMO KPHL 20 RIAU SIAK, KAMPAR KPHP MINAS TAHURA KPHP 21 BANGKA BELITUNG BANGKA BARAT KPHP RAMBAT MENDUYUNG KPHP 22 BANGKA BELITUNG BELITUNG TIMUR KPHP GUNUNG DUREN KPHP 23 NTT ALOR KPHL ALOR PANTAR KPHL 24 GORONTALO GORONTALO UTARA KPHP GORONTALO UTARA KPHP 25 SULAWESI TENGAH PARIGI MOUTONG, SIGI, KPHP DOLAGO KPHP DONGGALA, KOTA PALU TANGGUNUNG 26 SULAWESI TENGAH BUOL KPHP POGOGUL KPHP 27 SULAWESI TENGAH BANGGAI KPHP BALANTAK KPHP 28 PAPUA BARAT SORONG SELATAN KPHP SORONG SELATAN KPHL 29 SUMATERA BARAT DHARMASRAYA KPHP DHARMASRAYA (UNIT KPHP VII) 30 SUMATERA BARAT PESISIR SELATAN KPHP PESISIR SELATAN (UNIT IX) KPHP 40 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

50 Gambar 10. Peta Penyebaran KPHL/KPHPP Model pada setiap Provinsi di Indonesia Sasaran 2 Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primerr hasil hutan Peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan Indikator Kinerja Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 provinsi dan usaha pemanfaatan (ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu- IUPHHK-HA/HT, IUPHH bukan kayu/iuphh restorasi ekosistem/iuphh jasa lingkungan/ pemanfaatan kawasan) di 26 hutan alam/hutan tanaman/ provinsi, sebesar 20% Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat terdiri dari hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem, 1% Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHKtebangan HA/ /RE) pada areal bekas (logged over area/loa), Ha Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intensitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (penambahan tanaman pada hutan tanaman), seluas Ha Penatausahaann hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan penerima an negara bukan pajak (PNBP) meningkat, sebesar 2% Kinerja industri pengolahan hasil hutan meningkat (produk bersertifikat legalitas kayu meningkat), sebesar 10% 41 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

51 Capaian Kinerja Sasaran 2: Pada tahun 2013, sasaran-sasaran dengan program Peningkatan Usaha Kehutanan menunjukkan hasil yang cukup baik dan signifikan. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan kegiatan yang sebagian besar dapat tercapai sesuai dengan rencana dan bahkan beberapa capaian indikator kinerja yang melebihi target/rencana. 1. Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 provinsi dan usaha pemanfaatan (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam/Hutan Tanaman/IUPHHK-HA/HT, IUPHH bukan kayu/iuphh restorasi ekosistem/iuphh jasa lingkungan/pemanfaatan kawasan) di 26 provinsi, sebesar 20%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran, capaian Indikator Kinerja Tahun 2013 untuk KPHPdi 18 provinsiadalah sebesar 150% (capaian kinerja maksimum), demikian pulacapaian kinerja untuk usaha pemanfaatan di 26 provinsi adalah sebesar 150%. Sampai dengan tahun 2013, secara kumulatif, telah terbentuk KPHP pada 18 Provinsi. Ini berarti target renstra telah tercapai seratus persen. Selain pembentukan KPHP, pada sasaran ini juga dilakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM pada KPHP yang telah terbentuk. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain fasilitasi penyusunan rencana bisnis dan anggaran KPHP dan pelatihan kewirausahaan SDM KPHP. Kegiatan penataan hutan produksi ke dalam areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi pada tahun 2013 telah tersusun di 26 Provinsi. Artinya secara kumulatif sampai dengantahun 2013 target capaian untuk sasaran ini telah tercapai 100%. Meskipun capaian pada sasaran ini telah mencapai 100%, areal yang tertata tersebut direviu perkembangannya sesuai perkembangan situasi dan kondisi pemanfaatan hutan serta kebijakan pemanfaatan hutan produksi. Penataan areal tersebut terakhir dilakukan pada bulan Oktober tahun 2013 melalui penetapan peta indikatif pencadangan kawasan hutan produksi untuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu sebagaimana Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.5040/Menhut-VI/BRPUK/2013 tentang Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Hutan pada Kawasan Hutan Produksi yang Tidak Dibebani Izin untuk Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu. Dengan adanya SK tersebut, maka penataan pengelolaan hutan produksi, antara lain melalui pembentukan KPHP akan lebih mudah dan realistis serta pemanfaatan hutan produksi oleh unit-unit manajemen pemanfaatan hutan dapat lebih sejalan dengan fungsi dan peruntukannya. 42 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

52 Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian sasaran ini yaitu konflik lahan, belum adanya pemahaman yang sama oleh para pihak terkait tentang KPHP,dan KPHP yang telah terbentuk masih belum diberdayakan secara optimal oleh Pemerintah daerahyang menaungi secara langsung lembaga KPHP yang telah terbentuk. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka penyelesaian permasalahaan, yaitu melakukan fasilitasi resolusi konflik antara masyarakat dengan unit manajemen serta pemda setempat, penguatan regulasi terkait penataan pemanfaatan kawasan hutan, serta pemantapan prakondisi permohonan IUPHHK-HA/RE melalui pembaharuan Peta Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi. 2. Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat terdiri dari hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem meningkat sebesar 1%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran, capaian Indikator Kinerja dalam Tahun 2013 untuk peningkatan hasil hutan kayu yaitu 150%,begitupula untuk diversifikasi usaha pemanfaatan hasil hutan berupa hasil hutan bukan kayu/jasa lingkunganjuga tercapai150%. Dengan demikian rerata capaian kinerja untuk sasaran ini sebesar 150%.Capaian sasaran ini dinilai melalui capaian indikator kinerjasebagai berikut : a. Produksi hasil hutan kayu dari hutan alam meningkat. Capaian kinerja untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 100,53%. Nilai tersebut diperoleh dari target sebesar 1% terealisasi 4,02%. Pagu anggaran untuk indikator kinerja ini adalah sebesar dengan realisasi sebesar Rp atau sebesar 97,75%. b. Meningkatnya produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan. Capaian kinerja untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 150%. Nilai tersebut diperoleh dari target sebesar 1% terealisasi 8,36%. Pagu anggaran untuk indikator kinerjaini adalah sebesar dengan realisasi sebesar Rp atau sebesar 98,75%. Dalam praktiknya, pada tahun 2013 direncanakan peningkatan produksi hasil hutan kayu sebesar4% atau sebesar 5,64 jt m3 dari baseline tahun 2009 (5,42 juta m3) dan realisasi produksi hasil hutan bukan kayu tahun 2013 adalah sebesar 5,7 juta m3 (4,02%), sedangkanpeningkatan produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan meningkat 4% atau menjadi 421,853 ton dari base line Tahun 2009 (405,628 ton) dan realisasi produksi hasil hutan bukan kayu tahun 2013 sebesar 881,446 ton (8%). Realisasi kumulatif produksi hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan dan restorasi ekosistem bukan merupakan jumlah kumulatif dari tahun 43 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

53 sebelumnya. Target kumulatif setiap tahun produksi hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan dan restorasi ekosistem merupakan hasil perkalian antara persen target kumulatif dengan baseline data produksi ditambah data baseline pada tahun berjalan (tahun 2013). Dalam tahun 2013 dilakukan perubahan perhitungan dari sebelumnya berdasarkan tahun SK RKTUPHHK-HA menjadi tahun kalender. Perubahan perhitungan ini didasarkan atas efektifitas evaluasi kegiatan, dimana evaluasi atas peningkatan produksi dari hutan alam merupakan hasil perhitungan riil produksi kayu dari hutan alam pada tahun yang dievaluasi (dalam hal ini dari tanggal 1 Januari 2013 s.d. 31 Desember 2013) Adapun permasalahan yang dihadapi yaitu konflik sosial, harga kayu di pasar dalam negeri tidak layak, dan semakin tingginya biaya produksi yang disebabkan aksesibilitas produksi hasil hutan kayu dari hutan alam semakin sulit/jauh ke dalam hutan produksi. Dua permasalahan terakhir (rendahnya harga kayu dan meningkatnya biaya produksi) telah mengakibatkan belum optimalnya pemanfaatan potensi kayu pada hutan alam, dari standing stock yang ada sebesar ± 14 juta m 3 baru bisa dipanen sebesar 5,7 juta m 3. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka memenuhi capaian kinerja yang diharapkan, yaitu penguatan regulasi terkait usaha untuk membuka akses pasar yang lebih luas (ekspor terbatas untuk kayu tertentu), bedah permasalahan-permasalahan pada masing-masing Unit Manajemen untuk mengetahui kurang efektifnya kinerja Unit Manajemen (UM) IUPHHK-HA, dan fasilitasi penyelesaian konflik sosial yang terjadi pada kawasan hutan produksi. 3. Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (LOA), seluas Ha. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran, capaian indikator kinerja dalam tahun 2013 untuk penebitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan adalah seluas seluas ha (135,82%) dari target seluas ha. Secara kumulatif dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, capaian kinerja pada sasaran ini adalah sebesar 99,51% dari target penerbitan IUPHHK-HA/RE seluas ha, atau telah diterbitkan IUPHHK-HA/RE untuk areal hutan seluas ha. Faktor yang berpengaruh terhadap capaian kinerja yaitu adanya komitmen Kementerian Kehutanan untuk moratorium/penundaan penerbitan ijin IUPHHK-HA, sejalan dengan diterbitkannya Peta Indikatif Penundaan Ijin 44 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

54 Baru (PIPIB) pada kawasan hutan produksi. Selain itu, permasalahan lain yang dihadapi antara lain adanya konflik lahan, dan kurangnya minat calon pemegang ijin/investor untuk berinvestasi pada IUPHHK-RE yang disebabkan lamanya jangka waktu investasi pada IUPHHK-RE serta ketiadaan insentif kepada investor pemegang izin antara lain berupa besaran tarif iuran yang lebih rendah dibanding IUPHHK-HA. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka memenuhi capaian kinerja yang diharapkan, yaitu penguatan regulasi terkait tata kelola penerbitan ijin IUPHHK-HA/RE dan pertimbangan untuk memberikan insentif kepada pemegang ijin IUPHHK-RE atas komitmennya dalam perbaikan kondisi ekosistem hutan alam, melakukan bedah permasalahan pada masingmasing Unit Manajemen, fasilitasi penyelesaian konflik serta pemantapan prakondisi permohonan IUPHHK-HA/RE melalui pembuatan Peta Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi. 4. Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intensitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (penambahan tanaman baru pada hutan tanaman) seluas ha. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran, capaian indikator kinerja peningkatan kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intesitas pemanfaatan hutan produksi diukur melalui penambahan tanaman pada hutan tanaman. Pada tahun 2013 penambahan tanaman ditargetkan sebesar ha, sedangkan target kumulatif tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 adalah ha. Realisasi penanaman untuk tahun 2013 adalah seluas ha (57,36%) dengan kumulatif penanaman dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 adalah seluas ,74 ha (72,53%). Rendahnya capaian kinerja ini disebabkan oleh beberapa permasalahan, antara lain adanya konflik dan klaim lahan oleh masyarakat, permasalahan tata ruang dan tingginya kepentingan non kehutanan terhadap kawasan hutan, serta terbatasnya tenaga teknis berkualifikasi di lapangan. Permasalahan lain dari internal unit manajemen IUPHHK-HTI adalah rendahnya kemampuan finansial perusahaan HTI, terutama HTI non grup, dan usaha hutan tanaman termasuk usaha non-bankable, serta terbatasnya pasar produk hasil hutan kayu, baik berupa kayu bulat maupun hasil olahan. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka memenuhi capaian kinerja yang diharapkan, yaitu penguatan regulasi yang bersifat lebih fleksibel ketika dihadapkan terhadap persoalan di lapangan, memaksimalkan pemenuhan tenaga teknis berkualifikasi melalui diklat-diklat tenaga teknis, 45 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

55 bedah permasalahan masing-masing unit manajemen, fasilitasi penyelesaian konflik serta peningkatan upaya pembinaan dan pengawasan. 5. Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meningkat sebesar 2%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran, capaian indikator kinerja dalam Tahun 2013 untuk peningkatan tertib penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan sesuai ketentuan yang berlaku yaitu 150% (capaian kinerja maksimum), sedangkan untuk peningkatan PNBP dalah sebesar 150%. Dengan demikian rerata capaian kinerja untuk sasaran ini sebesar 150%. Capaian sasaran tersebut dinilai melalui capaian Indikator Kinerja Kegiatan sebagai berikut : a. Meningkatnya PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi. Capaian kinerja untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 150%, dari target peningkatan PNBP sebesar 2% dari baseline Rp. 2,1 triliun (tahun 2009), dengan realisasi capaian sebesar 9,25% (Rp. 2,41 triliun). b. Terlaksananya implementasi sistem informasi penata-usahaan hasil hutan (SI-PUHH) secara online di seluruh unit manajemen ijin usaha hasil hutan kayu (IUPHHK) dan industri pengolahan hasil hutan (IPHHK) padaa 96 unit manajemen, dengan capaian untuk indikator kinerja adalah sebesar 92,71% (89 unit manajemen). Dalam rangka peningkatan tertib peredaran hasil hutan maka dilaksanakan implementasi SI-PUHH Online sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009, yang pada intinya bahwa mulai tanggal 1 September 2009, IUPHHK dengan AAC (Annual Allowable Cut) lebih besar atau sama dengan m3/thn wajib melaksanakan SI-PUHH Online, yakni seanyak 96 unit manajemen. Hal tersebut sekaligus diharapkan akan menjamin Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Permasalahan yang dihadapi adalah adanya IUPHHK-Hutan Alam (HA) yang telah berakhir masa izinnya atau dalam proses perpanjangan izin, rencana kerja tahunan (RKT) IUPHHK-HA belum berdasarkan tahun kalender, belum optimalnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi SI-PUHH Online yang dilakukan oleh Dinas Provinsi yang membidangi kehutanan, dan kurangnya komitmen unit manajemen untuk menerapkan SI-PUHH Online secara sukarela. 46 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

56 Langkah-langkah yang diambil dalam rangka memenuhi capaian kinerja yang diharapkan, yaitu meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan para pihak terkait serta sosialisasi penerapan SI-PUHH Online, sehingga unit manajemen usaha dapat menerapkannya secara sukarela. 6. Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat sebesar 10%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja sasaran, capaian indikator kinerja peningkatan kinerja industri pengolahan hasil hutan diukur melalui peningkatan produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu. Pada tahun 2013, peningkatan produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu ditargetkan sebesar 40% atau sebanyak 7,58 juta m 3, dengan realisasi sebesar 128,18% atau 24,29 juta m 3. Untuk menjaga agar capaian kinerja dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, Ditjen BUK terus memfasilitasi dan mendorong proses ratifikasi dari MOU antara pemerintah RI dengan Uni Eropa terkait kemitraan sukarela Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Untuk itu diperlukan upaya yang terus menerus dalam penyelesaian proses ratifikasi, penerapan SVLK pada semua unit manajemen baik di hulu (PHPL dan VLK) maupun di hilir (VLK) dan hutan rakyat (VLK). Sosialisasi SVLK juga terus dilakukan oleh Direktorat Ditjen BUK, Pemerintah Daerah, BPPHP dan LSM serta asosiasi-asosiasi di bidang perkayuan. Secara umum, beberapa permasalahan yang menjadi faktor penghambat dalam capaian target Sasaran 2 telah diidentifikasi melalui bedah kinerja unit manajemenusaha pengelola hutan maupun forum-forum diskusi.beberapa permasalahan utama dalam pengelolaan hutan produksi lestari yang terungkap adalah sebagai berikut: 1. Adanya konflik lahan pada kawasan hutan produksi, terutamahutan produksi yang telah dibebani ijin (IUPHHK); 2. Rendahnya realisasi penanaman pada hutan tanaman (IUPHHK-HTI/HTR); 3. Pemanfaatan potensi kayu pada hutan alam belum optimal; 4. Rendahnya harga kayu bulat dalam negeri; 5. Masih belum efektifnya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi; 6. Pertumbuhan investasi pada industri primer hasil hutan masih rendah; dan 7. Pelayanan perizinan masih belum optimal. Mengingat adanya permasalahan-permasalahan tersebut, beberapa kebijakan diambil, yang dilandasi oleh 3 pilar kebijakan pemanfaatan hutan produksi, yaitu tata kelola tepat, pelayanan cepat dan pengendalian cermat. Beberapa 47 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

57 kebijakan yang telah dan akan diambil guna mengakselerasi pembangunan pada kawasan hutan produksi adalah sebagai berikut: 1. Penyempurnaan tata kelola kehutanan melalui pemberdayaan KPHP; 2. Pelayanan informasi perizinan melalui sistem online; 3. Mendorong pengembangann dan pelaksanaan pola kemitraan antara Unit Manajemen pengelola hutan dengan masyarakat; 4. Peningkatan potensi dan produktifitas hutan produksi melalui penerapan multi sistem silvikultur; 5. Penerapan secaraa konsistenn sistem PHPL, VLK, serta SILK online; 6. Pendirian izin industri yang mendekati sumber bahan baku; dan 7. Peningkatan nilaii tambah kayu bulat dan produk kayu melalui pembukaan keran ekspor untuk produk-produk ertentu. Sasaran 3 Biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Indikator Kinerja Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di UPT PHKA, 4 unit TN. Konflik dan tekanan terhadap kawasan TN dan KK lainnyaa (CA, SM, TB) dan HL menurun, 1%. Populasi spesiess prioritas utama yang terancam punah meningkat dari kondisi Tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat, 1,5%. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagang an tumbuhan dan satwa liar ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannyaa minimal terselesaikan, 45%. Hotspot (titik api) di Pulau Kalimantan, Pulau Sumataraa dan Pulau Sulawesi berkurang dari rerata , 48,8%. Meningkatnya pengusahaann pariwisata alam Capaian Kinerja Sasaran 3: Pada tahun 2013, sasaran yang terkait dengan kegiatan-kegiatan pada sasaran biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan globalmenunjukkan hasil yang baik dan signifikan. Hal 48 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

58 ini dapat dilihat pada pelaksanaan kegiatan yang sebagian besar dapat tercapai sesuai dengan rencana. 49 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

59 1. Terbangunnya Persiapan Sistem Pengelolaan BLU (Badan Layanan Umum di 4 UPT) Dalam rangka mewujudkan kemandirian pengelolaan sumberdaya alam hutan dan ekosistemnya (SDAHE), maka dalam Renstra Kementerian Kehutanan diamanatkan tentang pembentukan dan operasionalisasi Pengelola Keuangan- Badan Layanan Umum(PK-BLU). Tujuan kegiatan ini adalah dalam rangka mewujudkan suatu satuan kerja yang ideal, mandiri dan kreatif, sekaligus meningkatkan fleksibilitas pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas serta penerapan praktek bisnis yang sehat, khususnya bagi unit pelaksana teknis (UPT) yang memliki potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) besar dalam hal pengembangan pariwisata alam di kawasan hutan konservasi dan pengawetan keanekaragaman hayati. Pada tahun 2013 telah ditargetkan 4(empat) UPT yang akan dipersiapkan menjadi PK-BLU sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor: SK.173/ IV-SET/ 2013 Tanggal 3 Mei 2013 Tentang Penetapan Lokasi Target Capaian Kinerja Indikator Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2013 yaitu Balai Taman Nasional (BTN) Alas Purwo, BTN Tanjung Puting, BTN Gunung Halimun Salak, BTN Ujung Kulon. Realisasi baik secara jumlah maupun lokasi untuk Indikator Sasaran ini adalah sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yaknisebanyak 4 (empat) UPT. Dengan demikian capaian kinerja untuk indikator sasaran ini adalah sebesar 100%. Perkembangan UPT yang telah dipersiapkan menjadi PK-BLU dari tahun disajikan dalam Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. UPT yang Disiapkan Menjadi PK-BLU No Balai Besar Konservasi BBTN Gunung Gede BTN Alas Purwo Sumberdaya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Pangrango 2 Balai Besar Taman Nasonal BTN Gunung Halimun Salak (BBTN) Bromo Tengger Semeru 3 Balai Taman Nasional (BTN) BTN Ujung Kulon Komodo 4 BTN Bantimurung Bulusaraung BTN Tanjung Puting Kendala yang dihadapi dalam pembentukan PK-BLU antara lain: a. Belum tersusunnya Sistem Pelayanan Minimum (SPM) terhadap empat satker tersebut, disebabkan kesiapan satuan kerja belum memadai baik dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak maupun persyaratan administratif. 50 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

60 b. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk mengurangi ketergantungan terhadap Rupiah Murni APBN, masih jauh dari dari standar atau kriteria satker PK-BLU. 2. Konflik Dan Tekanan Terhadap Kawasan Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Lainnya (CA, SM, TB) dan HL Menurun Sebesar 1% Konflik dan tekanan terhadap kawasan hutan dalam berbagai bentuk merupakan persoalan yang berat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Konflik dan tekanan tersebut terbagi menjadi berbagai tipologi berdasarkan tipe dan pihak yang terlibat, yang sangat beragam, seperti perambahan, pemanfaatan yang tidak prosedural, pendudukan kawasan sebelum penunjukan/penetapan kawasan, perbedaan intepretasi peta termasuk tata batas dan surat keputusan serta tipologi lainnya. Konflik pun melibatkan berbagai pihak seperti masyarakat adat, pengusaha hingga instansi pemerintah lainnya. Dari ketiga tipologi tersebut, perambahan merupakan tipe konflik dan tekanan yang paling banyak terjadi di kawasan konservasi. Berdasarkan data dasar yang dihimpun dari unit pelaksana teknis (UPT) taman nasional (TN) dan konservasi sumberdaya alam (KSDA) pada tahun 2009, kawasan konservasi yang dikonfirmasi terjadi perambahan mencapai areal seluas ,89 ha. Target penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi dan hutan lindung dalam 5 (lima) tahun periode Renstra adalah sebesar 5% dari luas total yang dirambah dengan rata-rata 1% per tahun atau sekitar ha dari total areal konflik. Penyelesaian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi dan hutan lindung dilakukan secara holistik, dan UPT menjadi ujung tombak yang bekerjasama dengan mitra baik instnasi pemerintah, masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Secara umum penyelesaian dimaksud dapat berupa tindakan hukum, kesepakatan bersama parapihak atau rasionalisasi kawasan. Data penyelesaian konflik kawasan konservasi pada tahun disampaikan pada Tabel 10 di bawah. Tabel 10. Perkembangan Penyelesaian Konflik Kawasan Konservasi Tahun No. Lokasi Kawasan 2010 (ha) 2011 (ha) 2012 (ha) 2013 (ha) Total (ha) 1 TN Way Kambas, Lampung TN Gunung Ciremai, Jawa Barat 3 TN Kerinci Seblat, Jambi TN Gunung Leuseur< Aceh TN Bukit Barisan Selatan Cagar Aam (CA) Kamojang, LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

61 No. Jawa Barat Lokasi Kawasan 7 Kawasan konservasi KSDA Sumatera Utara 8 Kawasan konservasi KSDA Sumatera Selatan 9 TN Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan 10 TN Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara 11 Tman Wisata Alam (TWA) Sibolangit, Sumatera Utara 12 TWA Laut Padamarang (Sulawesi Selatan) 2010 (ha) 2011 (ha) 2012 (ha) 2013 (ha) Total (ha) ,46 0, , ,24 JUMLAH , ,70 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2013penurunan konflik dan tekanan terhadap Taman Nasional dan kawasan konservasi lainnya adalah seluas 2.459,80 ha atau hanya 49,2% dari target tahunan sebesar ha. Penyelesaian konflik kawasan konservasi tahun 2013 dilakukan pada 2 (dua) lokasi yaitu di TWA Sibolangit di Sumatera Utara seluas 0.46 ha dan TWAL Padamarang di Sulawesi Tenggara seluas 2.459,24 ha. Terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 yang mencapai ha. Namun demikian, jika diakumulasikan selama tahun pencapaian kinerja sudah melebihi target yang ditetapkan sampai akhir periode Renstra 2014, dimana secara kumulatif total luas kawasan yang telah dibebaskansampai tahun 2013 dari kegiatan perambahan adalah seluas ,80 ha atau 106,24%dari target selama 5 (lima) tahun. Perbandingan capaian kinerja sasaran penyelesaian konflik kawasan konservasi tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini Luas Penyelesaian 2459, Gambar 11. Perbandingan Capaian Kinerja Sasaran Penyelesaian Konflik Kawasan Konservasi Tahun LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

62 Selain pada dua lokasi tersebut pada tahun 2013 juga dilakukan beberapa upaya untuk menyelesaikan konflik di kawasan konservasi,antara lain di suaka margasatwa (SM) Kateri di Nusa Tenggara Timur, dimana terdapat warga eks pengungsi Timor-Timur sebanyak KK (6.283 jiwa), yang tersebar di 16 lokasi pemukiman, sebagai penggarap di lokasi SM Kateri. Upaya penyelesaian di SM Kateri ini telah mendapat dukungan dari Bupati Belu. Oleh karena itu telah dilakukan serangkaian pertemuan ditingkat daerah dan pusat yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Disamping itu juga telah dilakukan upaya penyelesaian konflik di Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng melalui proses proses rekonsiliasi, yakni melalui pembicaraan bersama sejak tahun 2012 dan Musyawarah Besar di Kisol, Manggarai Timur pada Mei 2013 serta di Manggarai pada Juni Dari pertemuan-pertemuan tersebut telah menghasilkan kesepahaman para pihak (gereja, masyarakat adat, pemerintah kabupaten, kecamatan, desa) untuk menyelamatkan dan melindungi TWA Ruteng. Pada akhir Desember 2013 telah dilaksanakan pengecekan batas secara bersama untuk mengetahui batas yang sebenarnya dan batas yang disepakati. Bupati Manggarai telah mengusulkan perubahan TWA Ruteng menjadi unit yang dikelola sendiri atau menjadi dikelola dalam bentuk taman nasional. Untuk melaksanakan upaya penyelesaian konflik dalam kawasan konservasi dilaksanakan beberapa upaya strategis dan kegiatan, melalui pemenuhan prakondisi ideal dan rasional, evaluasi danasistensi serta fasilitasi untuk akselerasi penyelesaian konflik dan tekanan menjadi yang lebih baik. Terpenuhinya prakondisi kawasan seperti tersusunnya rencana pengelolaan, zonasi/blok, pelaksanaan tatabatas, pengelolaan kawasan berbasis resort, tersedianya pedoman, arahan dan kebijakan teknis dari pusat sebagai dasar pelaksanaan oleh UPT serta program pemberdayaan masyarakat menjadi fokus pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pencapaian indikator sasaran ini, antara lain: a. Terbitnya Putusan Mahkamah konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 yang menyatakan bahwa hutan adat tidak termasuk dalam hutan negara, yang apabila tidak dilakukan langkah-langkah secara arif dan bijaksana, serta segera melakukan langkah-langkah konkrit dan sungguh-sungguh, dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik baru akibat perbedaan persepsi ditingkat tapak. b. Penyelesaian konflik khususnya perambahan tidak hanya melalui penanganan represif, namun membutuhkan upaya-upaya strategis, sistematis, efektif dan manusiawi, mengingat banyak lokasi perambahan telah ada sebelum kawasan konservasi ditunjuk, bahkan telah ada yang 53 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

63 memiliki sertifikat yang diterbitkan Badan Pertanahan Nasional (BPN), sehingga penanganan perambahan memerlukan kerjasama parapihak (stakeholders), lintas sektoral, instansi dan lembaga baik secara vertikal maupun horizontal. Hal tersebut membutuhkan pemahaman yang setara dalam membangun komitmen konkrit antar parapihak, sehingga proses penanganannya dapat memakan waktu yang cukup lama. c. Meskipun menyangkut status kewilayahan (spasial), banyak kasus konflik tidak dapat langsung diukur dengan satuan luas, namun lebih kepada tipologi dan intensitasnya, sehingga memerlukan studi dan analisis yang mendalam, hal tersebut berimplikasi pada sulitnya mengukur luas wilayah konflik. d. Intensitas konflik dan status tingkat kemajuan penyelesaian konflik setiap lokasi sangat beragam, sebagian besar masih masih memerlukan pemenuhan prakondisi yang hanya berkaitan dengan studi dan analisis awal konflik, hal tersebut menyebabkan waktu yang diperlukan untuk proses penyelesaian konflik menjadi lebih lama. e. Konflik bersifat site spesific, berhubungan dengan sosial, budaya, sejarah, ekonomi dan politik lokasi setempat sehingga penyelesaian pada setiap lokasi memerlukan strategi yang berbeda, hal tersebut mengakibatnya tidak konsistennya pencapaian kinerja setiap tahun. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi permasalahan dan tantangan, antara lain: a. Menyelenggarakan kegiatan seminar fasilitasi penyelesaian permasalahan tenurial kawasan hutan di regional Sulawesi, Maluku dan Papua untuk menyamakan pemahaman dan membangun komitmen konkrit antar parapihak penyelesaian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi terutama pasca terbitnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU- X/2012. b. Menerbitkan Keputusan Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung Nomor SK.22/KKBHL-6/2013 Tanggal 15 Maret 2013 tentang Kriteria dan Indikator Penilaian Kegiatan Penurunan Konflik dan Tekanan terhadap Kawasan Taman Nasional dan Kawasan Konservasi Lainnya (cagar alaam, suakaa mrgasatwa, dan taman buru) dan hutan lindung sebesar 5% dan Nomor SK.21/KKBHL-6/2013 Tanggal 15 Maret 2013 tentang Kriteria dan Indikator Penilaian Kegiatan Penanganan Perambahan Kawasan Hutan pada 12 Provinsi Prioritas yang isinya berisi tahapan penyelesaian konflik dan perambahan di kawasan konservasi. 54 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

64 3. Populasi Spesies Prioritas Utama yang Terancam Punah Meningkat Dari Kondisi Tahun 2008 Sesuai Ketersediaan Habitat Sebesar 2% Indonesia terletak di daerah yang beriklim tropis yang dilalui garis khatulistiwa, serta terletak diantara dua (dua) benua yaitu Asia dan Australia, dan 2 (dua) lautan, yaitu Pasifik dan Hindia. Letak geografis ini menjadikan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dalam tiga dekade terkahir dirasakan semakin banyak satwa liar di Indonesia yang masuk dalam daftar terancam punah dari IUCN. Untuk itu pemerintah Indonesiatelah memberikan status perlindungan kepada berbagai jenis satwa dan tumbuhan liar yang terancam punah dan melakukan konservasi jenis. Mengantisipasi terjadinya kepunahan terhadap berbagai satwa dan tumbuhan liar di Indonesia, Kementerian Kehutanan telah menetapkan 14 spesies prioritas untuk ditingkatkan populasinya, yaitu sebanyak 3% sampai dengan Penatapan tersebut dilakukan melalui Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam Nomor 132/IV-KKH/2011 tanggal 8 Juli Jenis jenis pesies prioritas tersebutadalah Harimau Sumatera (Panthera tigris), Gajah Sumatera (Elephas sumatranus), Badak jawa (Rhinoceros sondaicus), Banteng (Bos javanicus), Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Komodo (Varanus komodoensis), Owa jawa (Hylobathes moloch), Bekantan (Nasalis larvatus), Anoa (Bubalus spp), Babirusa (Babyrousa babyrussa), Jalak bali (Leucopsar rothschildi), Elang jawa (Spizaetus bartelsi), Maleo (Macrocephalon maleo), dan kakatua-kecil jambulkuning (Cacatua sulphurea). Penetapan tersebut dengan mempertimbangkan kriteria generik dan kriteria khusus sebagaimana di atur dalam Peraturan Menteri Kehuanan (Permenhut) Nomor 57/Menhut-II/2008 mengenai Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional Kriteria generik merupakan kriteria yang diterapkan secara umum pada semua kelompok taksa baik flora maupun fauna yang meliputi endemisitas (penyebaran), status populasi (ukuran dan kondisi populasi di alam), kondisi habitat (luas dan mutu habitat), keterancaman (jenis dan tingkat ancaman) serta status pengelolaan spesies (ketersediaan rencana pengelolaan spesies). Kriteria khusus diterapkan dalam taksa tertentu sesuai dengan karakteristik khas taksa tersebut. Selain kedua kriteria tersebut, ketersediaan data dan informasi mengenai penyebaran dan populasi, intensitas pelaksanaan inventarisasi, serta dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Jenis menjadi pertimbangan selanjutnya dalam pemilihan spesies prioritas. Penetapan spesies prioritas utama telah ditindaklanjuti dengan penetapan Peta Jalan Peningkatan Populasi 14 Spesies Prioritas Utama Terancam Punah melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi 55 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

65 Alam (PHKA) Nomor SK. 109/ IV-KKH/2012 tanggal 19 Juni 2012, sebagai acuan bagi seluruh unit kerja lingkup Direktorat Jenderal PHKA dan mitra terkait dalam pencapaian peningkatan populasi terancam punah di wilayah kerjanya. Dengan demikian, diharapkan diperoleh upaya yang maksimal dan data yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Pelaporan terhadap upaya peningkatan populasi spesies prioritas selanjutnya menyesuaikan dengan peta jalan dimaksud. Kegiatan inventarisasi dan monitoring spesies merupakan fokus utama kegiatan pencapaian target peningkatan populasi spesies prioritas disamping kegiatan pembinaan populasi dan habitat, penanggulangan konflik manusia dengan satwa liar, penertiban perburuan serta perdagangan ilegal, pelatihan dan peningkatan kapasitas dan pengembangan sistem pangkalan data.terdapat 95 lokasi monitoring yang tersebar pada 48 unit pelaksana teknis (UPT)dengan rincian distribusi lokasi monitoring terhadap spesies prioritas sebagaimana pada Tabel 11berikut. Tabel 11. Distribusi Site Monitoring Terhadap Spesies Prioritas No Spesies Target Jumlah Site 1 Banteng 6 2 Badak jawa 1 3 Harimau sumatera 17 4 Gajah sumatera 10 5 Babirusa 5 6 Anoa (dataran rendah dan tinggi) 15 7 Owa jawa 3 8 Orangutan kalimantan 9 9 Bekantan 4 10 Komodo 4 11 Jalak bali 2 12 Maleo 7 13 Elang jawa 5 14 Kakatua jambul kuning 7 JUMLAH 95 Pada tahun 2013 penetapan lokasi/site monitoring pada 48 UPT di atas diatas diperkuat dengan diterbitkannya Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.173/ IV-SET/ 2013 Tanggal 3 Mei 2013 Tentang Penetapan Lokasi Target Capaian Kinerja Indikator Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditjen PHKA Tahun Dari hasil penghitungan terhadap keempat belas spesies, diperoleh gambaran bahwa rata-rata persentase kenaikan populasi masing-masing jenis sangat bervariasi. Perkembangan populasi 14 spesies target dari tahun dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah. Tabel 12. Rata-Rata Persentase Kenaikan Populasi Per Spesies Tahun LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

66 2013 No. Nama Spesies Target Rata-rata % Kenaikan per spesies 2011 Rata-rata % Kenaikan per spesies 2012 Rata-rata % Kenaikan per spesies Banteng 23,88 8,02 13,97 2 Badak Jawa -27,08 6,25 20,83 3 Harimau Sumatera 10,75 28,15 19,48 4 Gajah Sumatera 0,19 1,32-8,43 5 Babirusa 4,63 20,24 26,01 6 Anoa 0,38 19,51 22,68 7 Owa Jawa 0,58 1,75 2,34 8 Orangutan 1,08 1,81-26,45 9 Bekantan 105,48 126,19 286,86 10 Komodo 34,15 39,10 52,62 11 Jalak Bali 17,86 11,90-4,76 12 Maleo 4,54 72,02 103,14 13 Elang Jawa 5,00 39,29 59,44 14 Kakatua Kecil Jambul Kuning 10,10 78,08 84,95 Rata-rata Peningkatan Spesies 13,68 32,40 46,62 Target Tahun 1,00 1,50 2,00 Capaian Kinerja 1.368, , ,00 Keterangan: dalam pengkuran kinerja, capaian lebi dari 150% dihitung maksimum capaian sebesar 15 Sampai dengan tahun 2013 rata-rata kenaikan populasi 14 spesies prioritas adalah sebesar 46,62%, apabila dibandingkan dengan target tahun 2013 sebesar 2% maka capaian kinerja sasaran ini melebihi 150% (2.331%). Jenis yang memiliki rata rata persentase peningkatan populasi terbesar pada tahun 2013 adalah Bekantan dan yang terendah adalah Orangutan. Pada tahun 2013 terdapat tiga spesies yang mengalami penurunan populasi yaitu Gajah sumatera, Orangutan, dan Jalak bali. Penurunan populasi Gajah sumatera dan Orangutan terjadi pada beberapa site monitoring. Penyebabnya antara lain karena kematian beberapa ekor satwa akibat konflik satwa dengan manusia terkait kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan. Sedangkan untuk Jalak bali penurunan populasi ini bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu: a. Waktu pengamatan yang tidak tepat waktu, antara lain saat musim bertelur sehingga burungtidak dapat teramati karena tidakkeluardari sarangnya; b. Burung kemungkinan telah memisahkan diri dari kelompoknya karena keterbatasan pakan sehingga mereka menyebar untuk mencari lokasi/titik-titik baru yang menyediakan pakan lebih banyak; 57 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

67 c. Adanya kematian atau hilang baik yang disebabkan oleh alam maupun faktor manusia (adanya perburuan illegal). Untuk melaksanakan upaya peningkatan populasi 14(empat belas) spesies prioritas dilaksanakan beberapa strategi/kegiatan, yaitu: a. Pemetaan site monitoring. b. Mengalokasikan anggaran yang lebih memadai untuk kegiatan monitoring populasi pada site yang telah ditetapkan serta kegiatan pokok dalam rangka intervensi peningkatan populasi. c. Meningkatkan kerjasama dengan para mitra untuk meningkatan sinergisitas peningkatan populasi. d. Pemenuhan sarana prasarana monitoring. e. Peningkatan penyadartahuan masyarakat terkait Konservasi Keanekaragaman Hayati. Kendala/permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja sasaran antara lain: a. Struktur dokumen perencanaan spesies prioritas utama terancam punah belum memadai. b. Pengorganisasian data/mekanisme arus data disusun terlambat (SDM, database, verifikasi/validasi data, arus data). c. Penetapan site monitoring terkait peningkatan populasi spesies prioritas terlambat dipetakan. d. Sarana prasarana monitoring/inventarisasi spesies belum memadai. Upaya yang dilakukan untuk pencapaian Indikator Kinerja Sasaran peningkatan populasi spesies terancam punah sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat, antara lain: a. Melakukan pembinaan habitat, pembinaan populasi, studi daya dukung kawasan. b. Penyiapan perangkat regulasi dan kebijakan terkait upaya peningkatan populasi dan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Species prioritas. Beberapa Peraturan Menteri Kehutanan (Permnhut) yang diterbitkan pada tahun 2013 adalah: 1) Nomor P.54/ Menhut-II/2013 Tentang Strategis dan Rencana Aksi Konservasi Anoa Tahun ; 2) Nomor P.55/ Menhut-II/2013 Tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Babirusa Tahun ; 3) Nomor P.56/ Menhut-II/2013 Tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Bekantan Tahun ; 58 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

68 4) Nom mor P.57// Menhut-II/2013 Tentang T S Strategi da an Rencan na Aksi Kon nservasi Ta apir Tahun ; c. Pengelolaan dan pengemba angan data abase. d. Pemenuhan dokumen perencanaan spesies prioritas p m melalui pen netapan Strateg gis dan Ren ncana Aksi 14 species prioritas.. Gambar 12. Doku umentasi pelaksanaan ke egiatan monittoring Owa JJawa di TNGHS 4. Kasus Baru u Tindak Pidana P Kehutanan (Illlegal Loggiing, Peram mbahan, Perdagang gan Tumbu uhan dan Satwa S Liar [TSL] Illeg gal, Penam mbangan Illlegal dan Kebakkaran) Penanganannyya Minimall Terselesa aikan Sebessar 15%. Berbagai tindak t pida ana kehuta anan masih h kerap terrjadi sampai saat ini,, antara lai illegal logging yang sekkarang sud dah banyak bergesser kepad da pola p n lahan hutan, sertta pertambangan illegal di perambahan dan penguasaan dalam kaw wasan huta an tanpa izin. Selain itu, eksplloitasi hasiil hutan no on kayu seperti perburuan da an peredarran illegal Tumbuhan n dan Satw wa Liar (TS SL) juga m Ole eh karena itu perluup paya serius dalam p penegakan hukum semakin marak. terhadap para pelaku perusa akan hutan n dan peredaran illlegal hasill hutan (tumbuhan n dan satw wa liar). Indikator kinerja untuk sasa aran ini pada tahun n 2013 ad dalah perssentase penyelesaian kasuss tindak pidana kehutanan k (tipihut)) sebesar 15%. an rekapittulasi data a penanganan kasuss (register perkara) selama Berdasarka tahun 2013, kasus baru b yang ditangani d adalah a seb banyak kasus, da an yang berhasil diselesaika d n sampai tahap P21 P (pemb berkasan lengkap) adalah sebanyak 101 kasuss atau seb besar 69,1 18%. Berd dasarkan h hasil yang dicapai dibandingkkan denga an target maka m capa aian kinerja untuk sa asaran ini adalah 59 LAKIP K KEMENTERIA AN KEHUTAN NAN 2013

69 lebih dari 150% (persentase capaian maksimum). Kondisi register perkara tahun 2013 selengkapnya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 13. Register Perkara Tindak Pidana Kehutanan Tahun 2013 No. Kategori Kasus Jumlah Kasus Nonyustisi (Pembinaan) Lidik Proses Penyelesaian Kasus Proses Yustisi Sidik SP 3 P 21 Sdg Vonis Dalam Proses (Belum P 21/SP3) 1. Illegal Logging Perambahan TSL Penambangan Ilegal 5. Kebakaran TOTAL Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar kasus tipihut yang dapat diselesaikan sampai dengan pemberkasan lengkap (P21). Hanya sebagian kecil yang tersisa dan menjadi tunggakan perkara yang akan menjadi target penyelesaian di tahun berikutnya. Khusus di tahun 2013 dari 146 kasus yang ditangani, hanya 43 kasus yang prosesnya belum selesai sampai P21. Jika dilihat perkembangannya dari tahun 2010 sampai 2013, jumlah kasus yang ditangani dan progres penyelesaian kasus setiap tahun sangat bervariasi. Berdasarkan kategorinya jumlah kasus illegal logging masih mendominasi setiap tahunnya. Trend lain yang dapat dilihat adalah jumlah kasus terkait peredaran illegal tumbuhan dan satwa liar (TSL) jauh tinggi dibandingkan kasus perambahan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas peredaran ilegal TSL masih cukup banyak terjadi. Hal ini, jika tidak ditangani dengan serius, maka maraknya perdagangan dan perburuan TSL akan berdampak buruk terhadap kelestarian berbagai jenis TSL ini di habitat liarnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, jumlah kasus pada tahun 2013 jauh menurun untuk semua kategori. Namun jika dilihat dari kasus yang diselesaikan, pada tahun 2013 hanya 101 kasus, sedangkan 2012 mencapai 125 kasus, bahkan pada tahun 2011 mencapai 145 kasus yang dapat selesai sampai tahap P21. Berikut ini disajikan data progres penyelesaian kasus tipihut selama empat tahun terakhir. 60 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

70 Tabel 14. Progres Penyelesaian Kasus Tipihut dari Tahun No. Kategori Kasus 1. Illegal Logging Jumlah kasus P21 Jumlah kasus P21 Jumlah kasus P21 Jumlah kasus Perambahan TSL Penambangan Ilegal Kebakaran Jumlah % Capaian 71,98 89,51 59,24 69,18 P21 Sebagian besar penanganan tindak pidana kehutanan kurang dapat dipastikan tata waktu pelaksanaannya, sebab tipihut dapat terjadi sewaktuwaktu.dalam penanganannya, Kementerian Kehutanan juga perlu berkoordinasi dan bekerja sama dengan banyak instansi serta seringkali berhubungan dengan isu-isu sosial lainnya, seperti konflik sosial dan masyarakat. Untuk mendukung pencapaian target kinerja yang telah ditentukan dalam sasaran ini, pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan antara lain : a. Fasilitasi dan pembinaan penanganan tipihut kasus baru. b. Operasi represif kasus-kasus baru di enam lokasi, yaitu: - Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), untuk menangani kasus pendudukan kawasan dengan kepemilikan sertifikat oleh masyarakat. Pihak Balai Besar TNGGP telah memenangkan perkara, dan sertifikat yang ada dalam kawasan TNGGP untuk dicabut oleh BPN. - Taman Nasional Berbak,untuk memberantas pembalakan liar dalam kawasan taman nasional, terutama pemanfaatan kayu illegal untuk pembuatan kapal. Hasil operasi tersebut antara lain ditemukannya 11 kapal kayu dan tersangka yang saat ini masih dalam proses hukum. - Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), untuk penanganan perambahan kawasan taman nasional untuk lokasi kebun dan penambangan illegal. - Kawasan Hutan Register 45 Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, untuk menangani perambahan oleh masyarakat pada kawasan hutan tersebut dan pemukiman serta perkebunan. - Taman Nasional Tesso Nilo, untuk penanganan perambahan dan pemukiman serta perkebunan kelapa sawit. Dari operasi ini telah 61 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

71 diserahkan kebun masyarakat seluas 3000 ha dan pembuatan parit gajah sepanjang + 20 Km. - Taman Nasional Komodo, untuk menanggulangi perburuan illegal satwa. c. Operasi yustisi tipihut kasus-kasus baru, meliputi kegiatan penyidikan (penegakan hukum) yang dilaksanakan untuk suatu kasus yang khusus, memiliki isu nasional, dan waktu yang segera. Selama tahun 2013 telah dilaksanakan operasi yustisi terhadap 29(dua puluh sembilan) kasus, yang antara lain terdapat di: 1. Kasus Perambahan di Sumatera Utara 2. Kasus Perambahan TN Gunung Leuser 3. Kasus CA Bungkuk, BBKSDA Riau 4. Kasus TN Tesso Nillo, BTN Tesso Nillo 5. Kasus Illegal Logging, BTN Berbak 6. Kasus Illegal Logging, BBKSDA Jabar 7. Kasus Illegal TSL, BBKSDA Jabar 8. Kasus Perambahan Tambak Udang, Jawa Timur 9. Kasus Illegal Logging, Papua 10. Kasus Pertambang Illegal, Sulawesi Tenggara 11. Kasus Illegal Logging, Sulawesi Tenggara 12. Kasus Illegal Logging TN Bogani Nani, Sulawesi Utara 13. Kasus TSL Nurita, BKSDA Sulawesi Utara 14. Kasus Illegal Logging dan Perambahan, Dishut Prov. Sultra 15. Kasus TSL Burung Nuri, BBKSDA Sulawesi Selatan 16. Kasus Illegal Logging, Dishut Prov. Gorontalo 17. Kasus Illegal Logging, BKSDA NTB (3 kasus) 18. Kasus Pertambang Illegal, Kalimantan Selatan 19. Kasus Perkebunan Illegal, Kalimantan Selatan 20. Kasus Pertambang Illegal, Kalimantan Barat 21. Kasus Perkebunan Illegal, Kalimantan Barat 22. Kasus TSL Orang Utan, Kalimantan Barat 23. Kasus Perkebunan Illegal, Kalimantan Tengah 24. Kasus Pertambangan Illegal, Kalimantan Tengah d. Pengumpulan Bahan dan keterangan, Pada tahun 2013 telah dilaksanakan Pulbaket untuk mendukung penyelesaian kasus tipihut di Prov. Riau, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur, Jawa barat, Jawa Tengah, Bali, Bangka Belitung, Kep. Riau, Kalimantan Timur, Kalimatan Barat, Kalimatan Tengah, NTB, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. 62 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

72 e. Penang ganan Bara ang Bukti Kegiata an ini dilakksanakan di d Taman Nasional (TN) ( Sebangau, Kalimantan Tengah h, untuk pemusnaha p an sebany yak batang g kayu, TN N Kutai 3 sebanyyak 200 m kayu, Provinsi P NT TB sebanya ak 833 ba atang, Kab bupaten Berau Kalimantan n Timur se ebanyak batang g kayu, pe emusnahan n satwa hasil peredaran ilegal i oleh BKSDA DKI Jakarta, penanga anan baran ng bukti p an kawasan TN Gunu ung Leuserr. kasus perambaha f. Operassi di kawassan peraira an berupa pencegah han dan penyergapa an telah dilakukkan sebanyyak limakali operasi, yakni y : 1) 2) 3) 4) 5) Ope erasi Ope erasi Ope erasi Ope erasi Ope erasi Perairan Perairan Perairan Perairan Perairan auan Seribu u Kepula Sekitarr Jakarta Selat Sunda, S Lam mpung Pantai Utara Jaw wa, Bali dan n NTT Kepula auan Komo odo Gamba ar 13. Opera asi Gabungan n Penanggula angan penam mbangan Emas Tanpa Ijin n di TN Bukit baka Bukit Raya Kendala da an permassalahan yan ng dihadap pai dalam pencapaian p n kinerja sasaran antara lain n: a. Kegiata an penang ganan tind dak pidana a kehutana an sebagian kurang g dapat diprediiksi tata waktu w pela aksanaannya karena a tindak p pidana keh hutanan dapat terjadi sew waktu-wakktu, memb butuhkan koordinasi k yang mellibatkan d adanya a isu-isu so osial lainnyya, banyakk instansi dan b. Untuk tunggakan n kasus te erdapat be eberapa ka asus yang sulit diselesaikan antara lain diseb babkan karrena pelak ku/tersangka belum dapat dihadirkan (masih dalam dafftar pencaiiran orang//dpo). c. Tenaga a pengam manan huttan, teruta ama penyyidik pega awai nege eri sipil (PPNS)), sangat terbatas bila diban ndingkan dengan d pe ermasalaha an dan kasus-kkasus yan ng terjadi, dimana satu oran ng PPNS h harus men nangani 63 LAKIP K KEMENTERIA AN KEHUTAN NAN 2013

73 beberapa kasus dalam waktu bersamaan, sehingga seringkali penyelesaian kasusnya membutuhkan waktu yang lama. d. Alokasi anggaran untuk kegiatan penyidikan dan perlindungan hutan (PPH) pada beberapa UPT masih sangat kecil sehingga penangangan tipihut tidak tuntas e. Kurangnya koordinasi antar aparat penegak hukum terhadap penegakan hukum tindak pidana kehutanan menghambat penyelesaian penanganan kasus. f. Meningkatnya penggunaan kawasan non prosedural yang mengarah pada penyelesaian perdata. g. Tingginya kasus tenurial pada kawasan hutan oleh masyarakat tidak dibarengi dengan dukungan bahan dan keterangan yang lengkap dari stakeholder, sehingga dalam penanganan masalah tidak konprehensif. h. Rendahnya penanganan kasus kebakaran lahan dan hutan disebabkan kebanyakan kasus tersebut terjadi diluar kawasan hutan. i. SDM belum memadai baik kuantitas maupun kualitas, alokasi SDM belum sebanding dengan luasnya areal kerja. j. Peranserta masyarakat dalam pengamanan hutan dirasakan masih rendah. Strategi yang diterapkan dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada antara lain: a. Evaluasi terhadap kebijakan bidang penegakan hukum tipihut (penggunaan kawasan non prosedural, pembalakan liar, kejahatan hidupan liar dan kebakaran hutan) secara menyeluruh sebagai dasar untuk merumuskan rencana aksi nasional dalam penanganan Tipihut, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi tipologi jenis dan pelaku tindak pidana kehutanan yang terjadi disetiap wilayah. b. UPT Direktorat Jenderal PHKA dan Dinas Kehutanan diwajibkan membuat pemutakhiran data dan informasi yang akurat untuk menetapkan target dan sasaran dalam penanganan penggunaan kawasan non prosedural berikut tahapan kegiatannya c. Penggunaan kawasan hutan yang tidak prosedural oleh masyarakat perlu identifikasi tipologi masyarakatnya (masyarakat adat, masyarakat pendatang, dan masyarakat yang dibayar untuk bermukim), sehingga dalam penanganan masalah dilaksanakan dengan memperhatikan hakhak ekonomi, sosial dan budaya, serta kelestarian lingkungan dan sesuai koridor hukum yang berlaku. d. Penyelesaian kasus TSL yang menjadi perhatian dunia internasional (harimau, trenggiling, gading gajah, arwana), perlu dilakukan sosialisasi, monitoring, revisi aturan tentang perizinan (PP.59 tahun 1998), serta 64 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

74 peningkatan kerjasama dengan mitra penegak hukum (Otoritas Pelabuhan Udara dan Laut, Bea Cukai, Balai Karantina Pertanian, Bareksrim, BIN). e. Meningkatkan kemampuan Polhut dan PPNS melalui berbagai pelatihan f. Mengoptimalkan jejaring kerjasama dilevel regional maupun internasional g. Meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan sarana prasarana pengamanan hutan h. Pecepatan penyelesaian penanganan kasus khususnya tunggakan kasus i. Membangun Sistem Informasi Manajemen Penanganan Kasus (SIMPAK) untuk memonitor perkembangan kasus yang sedang ditangani oleh penyidik langsung. 5. Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang dari Rerata sebesar 59,2%. Kebakaran lahan dan hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang paling besar dan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk perbaikan kerusakan hutan akibat kebakaran memerlukan waktu yang lama, terlebih lagi untuk mengembalikannya menjadi hutan kembali. Salah satu penyebab utama dari kebakaran hutan adalah dari faktor manusia yang melakukan aktifitas pembakaran hutan dan lahan untuk pembuatan kebun dan areal pertanian. Kondisi ini akan semakin parah bila dilakukan pada saat musim kemarau yang panjang dan disertai angin yang kencang, yang dapat menimbulkankebakaran semakin meluas dan menimbulkan kerusakan yang hebat. Upaya pengendalian kebakaran lahan dan hutan diawali dengan kegiatan pemantauan hotspot(titik api) yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan indikasi awal kemungkinan terjadinya kebakaran di suatu lokasi agar dapat segera dilakukan tindakan dan antisipasi dilapangan. Kegiatan pemantauan hotspot telah dilaksanakan setiap hari melalui maillinglist Sipongi kepada anggota maillinglist dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen PHKA, Dinas Kehutanan Provinsi dan Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota. Data tersebut berupa jumlah dan koordinat hotspot yang diintegrasikan dengan peta dasar (fungsi lahan). Skenario penurunan hotspot di tiga pulau besar, Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi, dan penurunan luasan kebakaran serta peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat setiap tahunnya adalah sebagaimana Tabel 15 di bawah. 65 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

75 Tabel 15. Skenario Penurunan Jumlah Hotspot Tahun Bulan ke- Juml. Rerata hotspot dari Januari s/d bulan ke- Target Tahun 2010 Target Tahun 2011 Target Tahun 2012 Target Tahun 2013 Target Tahun 2014 B04 6,100 4,880 3,904 3,123 2,489 2,001 B06 9,132 7,306 5,844 4,676 3,726 2,995 B08 31,392 25,113 20,091 16,073 12,808 10,297 B10 57,302 45,842 36,673 29,339 23,379 18,795 B12 58,890 47,112 37,690 30,152 24,027 19,316 Besar Penurunan Akumulasi: 20% 36% 48.8% 59.2% 67.2% Keterangan : B04=Bulan ke-4, dst Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa target penurunan hotspot di tiga pulau pada tahun 2013 adalah 59,2%.Pada ketiga pulau tersebut terdapat 20 (dua puluh) provinsi yang diukur capaiannya, yaitu: Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. Masing-masing provinsi telah ditetapkan batas toleransi jumlah hotspot yang diperkenankan. Pada tabel dibawah ini disajikan batas toleransi dan realisasi jumlah hotspot dari provinsi-provinsi tersebut. Tabel 16. Toleransi dan Realisasi Hotspot Tahun No Provinsi Di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Realisasi (1 Jan-31 Des) 2013 Toleransi (1 Jan-31 Des) 1 Nangroe Aceh Darusalam *) Sumatera Utara *) Sumatera Barat *) Riau *) 5,182 4,082 5 Kepulauan Riau *) Jambi 1,144 1,223 7 Sumatera Selatan 1,558 2,860 8 Bangka Belitung *) Bengkulu *) Lampung Kalimantan Barat 3,221 4, Kalimantan Tengah 2,288 4, Kalimantan Selatan Kalimantan Timur *) 1,196 1, Gorontalo Sulawesi Utara Sulawesi Tengah *) Sulawesi Barat LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

76 No Provinsi Di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Realisasi (1 Jan-31 Des) 2013 Toleransi (1 Jan-31 Des) 19 Sulawesi Selatan *) Sulawesi Tenggara *) Keterangan : *) Provinsi dengan jumlah hotspot melebihi batas toleransi. Pada tabel di atas, terdapat 11(sebelas) Provinsi yang mempunyai jumlah hotspot melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan pada tahun 2013 yaitu Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.Perkembangan jumlah hotspot di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi pada 20 (dua puluh) provinsi sepanjang tahun 2013 tersaji pada Tabel 17berikut ini. Tabel 17. Sebaran Hotspot Per Bulan di 3 (tiga) Pulau pada Tahun 2013 Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jml 3 Pulau (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi) Sumatera Utara Riau , , ,182 Kep. Riau Jambi ,144 Sumatera Selatan ,558 Kalimantan Barat , ,221 Kalimantan Tengah ,288 Kalimantan Selatan Kalimantan Timur ,196 Sulawesi Selatan Aceh Sumatera Barat Bangka Belitung Bengkulu Lampung Gorontalo Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

77 Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jml 3 Pulau (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi) Jumlah , ,836 1,760 3,923 3,154 2, ,778 Keterangan: : Jumlah hotspot tertinggi pada provinsi rawan : Jumlah total hotspot (>1,000 titik) Pada tabel diatas, realisasi hotspot di tiga pulau (20 provinsi) pada tahun 2013 adalah 18,778 titik, sedangkan reratahotspot adalah 58,890 titik. Hal ini berarti pada tahun 2013 berhasil menurunkan jumlah hotspot sebanyak titik dari rerata Dengan kata lain, pada tahun 2013 target penurunan hotspot sebesar 59,2% berhasil turun sampai dengan 68,11% sehingga capaian penurunan hotspotadalah sebesar %. Jika dilihat perkembangan hotspotper bulan, pada saat musim penghujan jumlah hotspot relatif rendah, kecuali di bulan Maret yang mencapai titik. Jumlah hotspotmulai mengalami peningkatan secara berturut-turut ketika memasuki musim kemarau yaitu pada bulan Juni (2.836 titik), Juli (1.760 titik), Agustus (3.923 titik), September (3.154 titik) dan Oktober(2.612 titik). Bulan Agustus merupakan bulan dengan jumlah hotspot tertinggi pada tahun Dengan melihat data pada tabel tersebut, maka kesiap-siagaan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan sudah harus dimulai pada awal tahun dan harus lebih intensif pada bulan-bulan di musim kemarau. Perkembangan jumlah hotspot pada Pulau Sumatera, kalimantan, dan Sulawesi di 20 (dua Puluh) Provinsi tahun disajikan dalam grafik berikut ini Jumlah Hotspot menurut Skenario penurunan Hotspot (Target) Jumlah Hotspot (Realisasi) Gambar 14. Grafik Jumlah Hotspot pada Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Tahun Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah hotspot pada tahun 2011 dan 2013 lebih rendah dari target yang telah ditetapkan pada skenario 68 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

78 penurunan hotspot, sehingga capaian kinerjanya melebihi 100%. Sedangkan untuk tahun 2012 jumlah hotspot melebihi target yang telah ditetapkan sehingga capaian kinerjanya tidak sampai 100%. Pada umumnya sebaran hotspot sebagian besar berada di kawasan non hutan sebanyak titik (72,7%), sedangkan hotspot di kawasan hutan hanya sebanyak titik (27,3%) dengan rincian sebagaimana Tabel 18 di bawah. Tabel 18. Jumlah Hotspot Berdasarkan Fungsi Kawasan di 10 Provinsi Rawan Fungsi Kawasan Hotspot Presentase (%) APL/Lahan ,50 Perkebunan 786 4,19 Jumlah non hutan ,69 IUPHHK-HT ,87 IUPHHK-HA ,10 Hutan Lindung 243 1,29 Kawasan Konservasi 759 4,04 Jumlah kawasan hutan ,31 Jumlah Hotspot di Kawasan Hutan dan Non Hutan Jika dilihat pada tabel di atas, hotspot di kawasan hutan lebih banyak terjadi di hutan produksi khususnya yang memiliki IUPHHK-HT sebanyak titik dan IUPHHK-HA sebanyak titik. Sedangkan untuk di Hutan Lindung (HL) dalam satu tahun hanya dijumpai hotspot sebanyak 243 titik dan Kawasan Konservasi (KK) sebanyak 759 titik. Jumlah hotspot yang banyak ditemukan di luar kawasan hutan sudah seharusnya dapat mendorong dan meningkatkan peran aktif semua pihak dalam upaya pengendalian kebakaran hutan, sehingga kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menjadi tanggungjawab Kemenhut namun juga tanggung jawab pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Untuk melaksanakan upaya penurunan hotspot dilaksanakan beberapa strategi/kegiatan yang dilakukan seperti a. Pemantauan hotspot dan GrouncheckHotspotyang dilakukan oleh satuan kerja (satker) untuk memastikan ada tidaknya kebakaran di lokasi-lokasi yang terpantau adanya hotspot. Disamping itu juga dilakukan pembinaan teknis serta dukungan operasional groundcheck dan verifikasi hotspot oleh Pusat dimana pada tahun 2013 telah dilaksanakan sebanyak 250 kali, yaitu BBKSDA Riau (30 kali), BKSDA Sumsel (25 kali), BKSDA Jambi (20 kali), BKSDA Kalbar (65 kali), BKSDA Aceh (30 kali), BKSDA Kalteng (50 kali), dan BKSDA Kaltim (30 kali). b. Peningkatan Kapasitas SDM dan kelembagaan dalam penanganganan kebakaran melalui Pelatihan Dasar Pengendalian Kebakaran Hutan (Dalkarhut) dan Pembentukan Regu Brigade Dalkarhut, Bimbingan 69 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

79 Ketenagaan,serta manajemen sarana dan prasarana di 16 daerah operasi (Daops), yaitu Daops Malili, Daops Dumai, Daops Bitung, Daops Banjar, Daops Putusibau, Daops Tanah Bumbu, Daops Sintang, Daops Muba, Daops Batam, Daops Lahat, Daops Paser, Daops Sibolangit, Daops Singkawang, Daops Jambi, Daops Muara Teweh, dan Daops Banyuasin, serta 17 nondaops (BKSDA Jogjakarta, BKSDA Kalsel, BBTN Gn. Gede Pangrango, BTN Ciremai, BBKSDA Jabar, BTN Gn. Merbabu, BTN. Gn Halimun Salak, BTN Bukit Dua Belas, BBKSDA Jawa Timur, BKSDA Bali, BKSDA Sumbar, BTN Kutai, BBTN Gn. Leuser, BTN Berbak, BTN Sebangau, BKSDA Bengkulu, BTN Rawa Aopa Watumohai). c. Sosialisasi dan publikasi dalam rangka Pencegahan Kebakaran Hutan baik melalui media televisi dan media cetak, website dan LED Running text,pencetakan Buku seperti Permenhut No. P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan, Buku Petunjuk Pemetaan Titik Panas, Buku Informasi Data Hotspot serta mengikuti kegiatan pameran Kegiatan Pengendalian kebakaran Hutan. d. Rapat Kerja Manggala Agni. Beberapa kendala yang ada dalam pencapaian sasaran dan kegiatan pengendalian kebakaran hutan, antara lain: a. Terdapat provinsi rawan yang mempunyai jumlah hotspot melebihi batas toleransi hotspot di tingkat provinsi pada tahun b. Distribusi hotspot tahun 2013 di Indonesia berdasarkan penggunaan/fungsi kawasan terkonsentrasi pada kawasan nonhutan/lahan (72,9%). Sementara itu, implementasi Instruksi Presiden No. 16 Tahun 2011 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan oleh pihak-pihak terkait sesuai dengan kewenangannya masih belum berjalan maksimal. c. Peralatan receiver satelit NOAA mengalami gangguan sehingga harus mengambil data dari sumber lain. d. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dan instansi lainnya akan bahaya kebakaran hutan dan lahan sehingga kebakaran hutan dan lahan masih sering terjadi. Dari beberapa permasalahan yang ada, beberapa langkah-langkah yang dilakukan untuk pencapaian sasaran dan kegiatan pengendalian kebakaran hutan, antara lain: a. Pembinaan dan pemantauan khususnya pada provinsi rawan yang mempunyai jumlah hotspot melebihi batas toleransi b. Perbaikan receiver NOAA perlu dilakukan agar data hotspot dapat diproses secara mandiri 70 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

80 c. Pemantapan operasional pengendalian kebakaran hutan, meliputi pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran hutan dan penyelamatan. d. Peningkatan peran semua pihak dan pemberdayaan masyarakat. e. Terkait dengan kejadian kebakaran di kawasan perkebunan dan lahan masyarakat perlu dilakukan penegakan hukum/law enforcement terhadap pelaku pembakaran untuk menimbulkan efek jera dengan harapan kejadian kebakaran untuk tahun depan akan menurun. f. Pemantapan kelembagaan melalui penguatan manggala agni yang didukung dengan personil dan sarana prasarana yang memadai. g. Melaksanakan sosialisasi/ penyuluhan/ kampanye pencegahan kebakaran hutan. h. Optimalisasi mailist Sipongi (Analisa data hotspot, distribusi, respon balik). 6. Peningkatan Pengusahaan Pariwisata Alam Dibanding Tahun 2008 sebesar 48%. Kawasan konservasi di Indonesia dikenal memiliki potensi keanekaragaman hayati dan keindahan alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Oleh karena itu banyak pihak yang tertarik untuk mengembangkan kegiatan pariwisata alam di kawasan konservasi. Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) adalah izin usaha yang diberikan untuk mengusahakan kegiatan pariwisata alam di areal suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Ketentuan mengenai pengusahaan wisata alam telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam. Berdasarkan Permenhut Nomor P.4/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pemberian ijin terkait kegiatan pengusahaan wisata alam dibagi 2 (dua) jenis, yaitu Ijin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA) dan Ijin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA). IUPJWA adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan jasa wisata alam pada kegiatan pariwisata alam. IUPJWA terdiri dari usaha jasa informasi pariwisata, usaha jasa pramuwisata, usaha jasa transportasi, usaha jasa perjalanan wisata, usaha jasa cinderamata, usaha jasa makanan dan minuman.iupjwa di kawasan suaka margasatwa (SM), taman nasional 71 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

81 (TN)dan taman wisata alam (TWA) diterbitkan oleh Kepala UPT. IUPSWA adalah izin usaha yang diberikan untuk penyediaan fasilitas sarana serta pelayanannya yang diperlukan dalam kegiatan pariwisataa alam. IUPSWA terdiri dari usaha sarana wisata tirta, usaha sarana akomodasi, usaha sarana transportasi, usaha sarana wisata petualangan, usaha sarana olahragaa minat khusus. Persetujuan prinsip IUPSWA di SM, TN dan TWA diterbitkan oleh Direktur Jenderal PHKA atas nama Menteri Kehutanan sedangkann untuk IUPSWA di terbitkan oleh Menteri Kehutanan, sedangkan di Tahura diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota. Tabel 19. Perkembangan Ijin Usaha Pengusahaan Pariwisataa Alam Tahun Tahun Status IPPA Izin Prinsip Permohonan Dalamtahun2013 terdapat penambahansebanyak 31 IPPA, terdiri atas 4 (empat) unit IPPA/IUPSWA dan 27unit IUPJWA yang dikelola oleh perusahaan, koperasi dan perorangan. Target penambahan Ijin pengusahaan pariwisata alam untuk tahun 2013 adalah sebanyak 48% atau sebanyak 12 (dua belas) unit, sehingga dengan realisasi sebanyak 31unit, maka capaian kinerjanya adalah sebesar 258,33% %. Gambaran perkembangan IPPA dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini IPPA Izin Prinsip Permohonan Gambar 15. Grafik Perkembangan IPPA Tahun (kumulatif) 72 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

82 Pada grafik diatas diketahui bahwa penambahan jumlah IPPA pada tahun 2013 mengalami kenaikan sangat drastis yaitu sebanyak 31 (tiga puluh satu) IPPA. Kondisi initerjadi karena saat ini IPPA dipisahkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu IUPJWA dan IUPSWA, yang proses penerbitan perizinannya lebih disederhanakan. IUPJWA dapat diajukan oleh perseorangan dan diterbitkan oleh Kepala UPT di daerah dengan persyaratan yang mudah dan sederhana, sehingga lebih banyak investor peminat untuk melakukan usaha pariwisata alam. Daftar perusahaan dan pemegang IPPA dan lokasinyadisajikan dalam Tabel 20 berikut. Tabel 20. Daftar perusahaan/pemegang IPPA NO NAMA PERUSAHAAN LOKASI KETERANGAN 1 PT. Plengkung Indah Wisata TN. Alas Purwo IUPSWA TN 2 PT. Wana Wisata Alam Hayati TN. Alas Purwo IUPSWA TN 3 PT. Wanasari Pramudita Ananta TN. Alas Purwo IUPSWA TN 4 PT. Trimbawan Swastama Sejati TN. Bali Barat IUPSWA TN 5 PT. Shorea Barito Wisata TN. Bali Barat IUPSWA TN 6 PT. Disthi Kumala Bahari TN. Bali Barat IUPSWA TN 7 PT. Bromo Permai TN. Bromo Tengger IUPSWA TN Semeru 8 PT. Adhiniaga Kreasi Nusa TN. Bukit BarisanSelatan IUPSWA TN 9 PT. Teluk Mekaki Indah TWA. Pelangan IUPSWA NON TN 10 PT. Moyo Safari Abadi TB/TWAL P. Moyo IUPSWA NON TN 11 PT. Pondok Kalimaya Putih TWA. P. Sangiang IUPSWA NON TN 12 PT. Wana Wisata Indah TWA. G. Pancar IUPSWA NON TN 13 PT. Murindra Karya Lestari TWA. Angke Kapuk IUPSWA NON TN 14 PT. Putra Walmas Wisata TWA. Batu Putih IUPSWA NON TN 15 PT. Indosuma Putra Citra TWA. Punti Kayu IUPSWA NON TN 16 PT. Lintas Daya KreasI TWA Telaga Warna IUPSWA NON TN 17 CV. Sinar Kencana TWA. P. Kembang IUPSWA NON TN 18 CV. Batu Alam TWA.Sukawayana IUPSWA NON TN 19 PT. Nusa Bali Abadi TWA. D. Buyan IUPSWA NON TN Tamblingan 20 PT. Suryainti Permata TWA. Tretes IUPSWA NON TN 21 PT. Graha Rani Putra Persada TWA. Gn. Tangkuban IUPSWA NON TN Parahu 22 PT. Duta Indonesia Djaja TWA. Grojogan Sewu IUPSWA NON TN 23 Perum Perhutani TWA.Pangandaran IUPSWA NON TN 24 PT. Ria So-Mila Pantai Indah TWA P. Santonda IUPSWA NON TN 25 PT. Tirta Rahmat Bahari Tahura Ngurah Rai IUPSWA NON TN 26 CV. Bina Wana Lestari TWA. Cimanggu IUPSWA NON TN 27 PT. Linggar Jati Wigena TWA. Linggar Jati IUPSWA NON TN 28 CV. Amanah TWA. Cimanggu IUPSWA NON TN 29 PT. Cipta Bunga Bangsa TWA. G. Baung IUPSWA NON TN 73 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

83 NO NAMA PERUSAHAAN LOKASI KETERANGAN 30 PT. Empat Naga Lombok TWA Tanjung Tampa IUPSWA NON TN 31 Koperasi Serba Usaha TN Komodo IUPJWA, 5 Tahun 1. Penyediaan jasa informasi pariwisata 2. Penyediaan jasa pramuwisata 3. Penyediaan jasa makanan dan minuman 4. Penyediaan jasa cinderamata 32 Nasalis Tour and Travel TN Gunung Palung IUPJWA, 5 Tahun 1. Informasi pariwisata 2. Pramuwisata 3. Transportasi 4. Perjalanan wisata 5. Cinderamata 6. Makanan dan minuman 33 Koperasi Pegawai Republik TN Bukit Barisan Selatan IUPJWA, 5 Tahun Indonesia Raflesia 34 KPRI Makmur Sejahtera TN Alas Purwo IUPJWA, 5 Tahun 1. Penyediaan jasa makanan dan minuman 2. Jasa cinderamata 3. Jasa transportasi darat 35 Bumdes Firma Loh Jinawi TN Alas Purwo IUPJWA, 5 Tahun 1. Penyediaan jasa informasi pariwisata 2. Jasa pramuwisata 3. Jasa perjalanan wisata 4. Jasa transportasi 5. Jasa cinderamata 6. Jasa makanan dan minuman 36 CV. Karimunjawa Explore TN Karimunjawa IUPJWA di kawasan TN Karimunjawa, 5 Tahun 37 PDAU Darma Putra Kertaraharja TN Gunung Ciremai IUPJWA Informasi pariwisata, pramuwisata dan perjalanan wisata, 2 tahun 39 Persorangan 29 IUPJWA pramuwisata dan jasa makanan-minuman, selama 2 tahun Kegiatan pariwisata alam memiliki prospek besar untuk memberikankontribusi bagi pendapatan negara, antara lain melalui penerimaan PNBP dari karcis masuk pengunjung, kendaraan, kegiatan lainnya dan iuran/pungutan dari kegiatan pengusahaan pariwisata alam oleh 74 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

84 pihak ketiga. Disamping itu kegiatan pariwisata alam juga memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung berupa multiplier effect bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekitar yang bersumber dari pengeluaran/belanja para wisatawan untuk akomodasi, cinderamata, restoran, pelayanan aktivitas wisata, transportasi dan sebagainya. Untuk memacu persaingan yang sehat, maka dilakukan melalui penertiban IPPA. Hal inilah yang menjadi dasar penilaian terhadap kinerja pemegang IPPA.Hasil penilaian ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku, berupa pembinaan maupun teguran. Pada tahun 2013 telah dikeluarkan 10 (sepuluh) surat peringatan dari Direktur Jenderal PHKAkepada para pemegang IPPA/IUPSWA yang tidak memenuhi kewajibannya. Strategi Pencapaian Indikator Kinerja Sasaran ini pada Tahun 2013 antara lain: a. Mendorong UPT untuk menyusun Rencana Pengelolaan, Zonasi/Blok dan Desain Tapak b. Melakukan inventarisasi obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA) lainnya c. Monitoring dan evaluasi pengusahaan pariwisata alam; d. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan pelatihan interpreter dan pemandu wisata alam; pelatihan jurnalistik, dll. e. Promosi dan pemasaran; pameran di tingkat nasional dan regional, di Jawa dan luar Jawa; penyebarluasan informasi melalui bahan-bahan publikasi (Buletin Konservasi Alam, Peta 50 Taman Nasional, CD Interaktif 50 Taman Nasional, leaflet dan booklet serta website). f. Peningkatan promosi pelayanan publik dalam pelayanan perijinan usaha pariwisata alam g. Meningkatkan fasilitas dan infrastruktur pengelolaan dan pengusahaan pariwisata alam 75 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

85 Gambar Presiden RI menerim ma plakat New w7wonders dari d Bernard Weber dan Pesan terttulis Presiden n RI saat berrkunjung ke TN. T Komodo o Sasaran 4 Berrkurangnya lahan kritis pad da DAS Priorritas Indikkator Kinerja a T Tanaman re ehabilitasi hu utan dan l lahan kritis termasuk t hu utan m mangrove, g gambut, dan n rawa p pada DAS Prrioritas, Ha T Terbangunn nya hutan k kemasyarak katan (HKm) dan H Hutan Desa,, Ha a T Terbangunn nya hutan rakyat k kemitraan, Ha T Terbangunn nya sumber benih b b baru 850 Ha a R Rencana Pen ngelolaan DAS D T Terpadu pad da 13 DAS Prioritas P Capaian Kinerja K Sa asaran 4:: Sasaran in ni bertujua an untuk meningkatk m kan fungsi daerah aliiran sunga ai (DAS) dan daya dukung DAS D denga an membe erikan pelu uang dan kesempata an bagi masyaraka at secara lebih efisie en, optimal, adil dan berkelanjutan untuk k dapat mengelola a sumber daya huta an dan lah han denga an tetap m memenuhi kaidah sustainable le forest managem ment (SFFM). Dalam mencaapai tujua an ini, dilaksanakkan melalui kegiatan pembinaa an penyelen nggaraan pengelolaa an DAS, penyeleng ggaraan RHL R dan reklamassi di DAS Priorita as,pengembangan perhutana an sosial, pengemba angan perrbenihan tanaman t h hutan, dukungan manajeme en dan pelaksanaa p an tugas teknis la ainnya Dirrektorat Jenderal BPDASPS, perencana aan, penye elenggaraa an RHL, pe engembang gan kelembagaan asi DAS,pe enyelengga araan perb benihan tan naman huttan, perenccanaan, dan evalua pengemba angan kele embagaan dan evalluasi hutan mangro ove dan kegiatan k pengemba angan perssuteraan allam. 76 LAKIP K KEMENTERIA AN KEHUTAN NAN 2013

86 1. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, gambut dan rawa pada DAS Prioritas Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, gambut dan rawa pada DAS Prioritas adalah: a. Rehabilitasi hutan pada DAS Prioritas seluas ha, dengan realisasi seluas ha (105,66%). Kegiatan RHL yang dilaksanakan dengan sumber dana APBN, dilaksanakan di dalam kawasan hutan khususnya kawasan Konservasi dan Lindung. Pelaksanaan penanaman dilaksanakan dengan pengkayaan tanaman rata-rata sebanyak 500 batang/ha. Rehabilitasi hutan negara secara umum ditujukan untuk mengembalikan fungsinya baik sebagai fungsi perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.pelaksana kegiatan tersebut adalah satuan kerja (satker) UPT Ditjen PHKA dan/atau dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi kehutanan. Sedangkan untuk kegiatan penanaman serta pemeliharaan pada beberapa kawasan konservasi/lindung pada wilayah yang sulit dijangkau dan/atau sulit tenaga kerja dan/atau rawan konflik/sengketa, pelaksanaannya dikerjasamakan dengan TNI. Permasalahan utama pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan adalah kesulitan identifikasi lokasi kegiatan karena masalah konflik tenurial. Upaya tindak lanjut dengan meningkatkan koordinasi dengan institusi terkait dan masyarakat sekitar lokasi kegiatan dalam menciptakan kepastian lokasi. b. Rehabilitasi lahan kritis pada DAS Prioritas: ha, dengan realisasi capaian seluas ha, atau 143,32% Rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas dilaksanakan melalui penanaman bibit Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang merupakan program pemerintah untuk menyediakan bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna (MPTS) yang dilaksanakan secara swakelola oleh kelompok masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Rehabilitasi lahan kritis juga ditujukan sebagai sarana untuk mengurangi terjadinya resiko sosial berupa kemiskinan akibat degradasi hutan dan lahan serta sebagai tempat pemberian pengetahuan dan keterampilan mengenai pembuatan persemaian, penanaman dengan menggunakan benih/bibit yang berkualitas. 77 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

87 Pelaksana kegiatan di atassatuan kerja dinas kabupaten/kota yang membidangi kehutanan, dan kelompok masyarakat sebagai pelaksana kegiatan pembibitan dan penanaman. Permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah data lokasi belum didukung dengan dokumen perencanaan yang baik karena kurangnya kapasitas kelompok masyarakat dan pendamping. Upaya tindak lanjut dengan mengintensifkan diseminasi peraturan perundangan, sosialisasi, pelatihan perencanaan RHL ditingkat tapak. c. Pengembangan Hutan Kota seluas ha dengan capaian realisasi seluas ha, atau 103,60%. Pengembangan hutan kota merupakan amanat PP Nomor 63 Tahun 2002 mengenai Hutan Kota, dan Peraturaan Menteri Kehutanan Nomor P.71/Tahun 2009 tentang Pedoman Pembangunan Hutan Kota. Secara harfiah hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai upaya untuk perbaikan lingkungan perkotaan dengan tujuan untuk mewujudkan lingkungan hidup wilayah perkotaan yang sehat, rapi dan indah dalam suatu hamparan tertentu sehingga mampu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, estetika, resapan air serta keseimbangan lingkungan perkotaan.pelaksana kegiatan satuan kerja kegiatan adalah dinas kabupaten/kota yang membidangi kehutanan. Permasalahan utama yang dihadapi adalah dalam proses penetapan area sebagai hutan kota seringkali terhambat karena komitmen kepala daerah yang belum sama dalam pengembangan hutan kota. Upaya tindak lanjut diantaranya dengan penyempurnaan peraturan perundangan, peningkatan andil biaya (costsharing) seluruh stakeholder dalam pembangunan hutan kota. d. Rehabilitasi hutan mangrove, pantai, rawa dan gambut seluas ha dengan capaian realisasi seluas ha (124,03%). Kegiatan rehabilitasi hutan dan laahan (RHL) yang dilaksanakan dengan sumber dana APBN, dilaksanakan khususnya pada hutan mangrove, pantai, rawa dan gambut.kegiatan ini ditujukan terutama untuk mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan fungsi daerah pesisir, rawa dan gambut sebagai daerah penyangga kehidupan disamping untuk pengembangan habitat.pelaksana kegiatan 78 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

88 adalahsatuan kerja adalah dinas kabupaten/kota yang membidangi kehutanan. Gambar 17. Rehabilitasi Hutan Mangrove Permasalahan pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove, pantai, rawa dan gambut adalah masih rendahnya taraf pengembangan dan penerapan teknologi RHL pada kawasan tersebut karena spesifiknya karakteristik wilayah seperti kondisi gelombang, biofisik tanah, gangguan hama dan penyakit dan penyebab lainnya menyebabkan rendahnya keberhasilan tanaman pada beberapa lokasi. Upaya tindak lanjut diupayakan rehabilitasi hutan mangrove, pantai, rawa dan gambut dengan memperhitungkan kearifan lokal. 2. Terbangunnya Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD). Hutan Kemasyaratakat (HKm) dan Hutan Desa (HD) merupakan salah satu program Kementerian Kehutanan untuk memberikan akses masyarakat dalam mengelola hutan guna menciptakan lapangan kerja baru (pro job), pengentasan kemiskinan (pro poor), menciptakan pertumbuhan ekonomi (pro growth), dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungannya (pro environment). Kebijakan HKm dan HD adalah salah satu bentuk reformasi tata kelola kehutanan, dari model pengelolaan sentralistik menuju pengelolaan hutan yang lebih partisipatif, demokratis dan terdesentralisasi, melalui program pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.melalui skema pemberdayaan, ke depan diharapkan akan tumbuh sikap kemandirian para pelaku HKm dan HD khususnya pada kelompok masyarakat peserta HKm 79 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

89 dan lembaga pengelola HD. Kemandirian merupakan hierarki tertinggi dari proses pemberdayaan itu sendiri yang untuk mencapainya harus melalui sebuah proses penguatan kelembagaan kelompok. Pemberdayaan masyarakat bukanlah sebuah hasil instant, namun membutuhkan proses bertahap yang perubahannya perlu dukungan komitmen yang kuat dari semua pihak. Gambar 18. Kegiatan peneresan getah pinus di Hutan Kemasyarakatan Sampai dengan akhir bulan Desember 2013, usulan penetapan HKm dan HD dari daerah masih sangat minim yakni seluas ha, terdiri dari HKm seluas Ha dan HD seluas ha, dari target ha, atau capaian sebesar 89,30%. Jumlah capaian tersebut, tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang ada di lapangan, antara lain masih adanya keragu-raguan masyarakat dan aparat dinas kabupaten/kota dalam pengusulan HKm dan HD pada Bupati/Walikota masing-masing, adanya Konflik kepentingan (ada indikasi deposit tambang) pada lokasi yang akan diusulkan,dan batas wilayah administrasi desa yang tidak jelas yang di lapangan seringkali memunculkan konflik antar desa lokasi HKm dan HD. Selain permasalahan teknis di lapangan, permasalahan non teknis juga sering mengemuka dalam penyelenggaraan HKm dan HD, antara lain kebijakan para kepala daerah yang beragam dalam memahami arti dan manfaat pembangunan HKm/HD bagi masyarakat dan lingkungan. Bupati/Walikota yang telah memahami esensi HKm dan HD sebagai salah satu program pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, tidaklah sulit untuk memberikan keyakinan untuk dapat memberi rekomendasi usulan 80 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

90 HKm/HD kepada Menteri Kehutanan. Selain itu dinamika politik daerah juga merupakan faktor yang cukup menentukan, terutama bagi kepala daerah yang sedang menjabat (incumbent) sebagai media untuk mendapatkan simpati masyarakat calon pemilih. Jika mengacu kepada peraturan dan tata hubungan kerja, tugas fasilitasi dalam rangka pengajuan usulan penetapan areal kerja HKm dan HD adalah tanggung jawab Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Balai Pengelolaan DAS di daerah. Namun, pada kenyataannya banyak aparatur kehutanan daerah yang hingga tahun keenam setelah terbitnya peraturan tentang HKm dan HD, belum sepenuhnya memahami arah dan kebijakan pengembangan hutan kemayarakatan dan hutan desa. Oleh karena sosialisasi yang terus menerus akan penyelenggaraan HKm dan HD termasuk tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya perlu terus dilakukan. Rendahnya ijin penetapan areal kerja HKm dan HD yang diterbitkan tahun sebelumnya juga berdampak pada menurunnya semangat dan motivasi pada beberapa kabupaten/kota untuk membuat usulan baru pada tahun Terbangunnya hutan rakyat kemitraan. Sebagai salah satu bentuk perhutanan sosial, hutan rakyat menempatkan masyarakat petani hutan sebagai pelaku utama dalam rangka mewujudkan kelestarian hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Petani hutan rakyat sebagai pemilik lahan, memiliki keleluasaan dalam mengelola hutannya. Dikarenakan masih adanya keterbatasan kapasitas, pengembangan hutan rakyat masih menghadapi beberapa kendala dan permasalahan, antara lain pemasaran produk dari hutan rakyat belum terfasilitasi dengan baik, posisi tawar petani yang masih relatif rendah sehingga manfaat yang diperolehpun juga relatif rendah. Selain permasalahan klasik tersebut, permasalahan lain yang juga mengemuka adalah kurang akuratnya data potensi hutan rakyat dan belum adanya data kelompok tani hutan rakyat. Demikian juga halnya dengan pembinaan terhadap petani hutan rakyat belum terkoordinasikan dengan baik. Oleh karenanya, keterlibatan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah sangat diperlukan untuk memfasilitasi pengembangan hutan rakyat. Salah satu bentuk fasilitasi yang dapat diberikan adalah pembentukan kemitraan antara petani hutan rakyat dengan pelaku usaha atau industri yang menggunakan bahan baku dari produk hutan rakyat baik kayu maupun non kayu. 81 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

91 Gambar 19. Salah satu contoh hutan rakyat kemitraan Hutan rakyat adalah hutan yang berada di luar kawasan hutan dan tumbuh di atas tanah yang dibebani hak atas tanah.kemitraan hutan rakyat adalah bentuk kerjasama antara kelompok tani hutan rakyat dengan mitra yang memiliki keterkaitan usaha, baik perorangan, koperasi, BUMN/BUMD/BUMS dan atau badan usaha lainnya, dengan prinsip sukarela, kesetaraan dan saling membutuhkan, serta saling menguntungkan. Pelaksanaan fasilitasi pembangunan hutan rakyat kemitraan pada tahun 2013 ditargetkan seluas ha, dengan realisasi seluas ,11 ha, maka persentase capaian sebesar 109,73%. 4. Terbangunnya penetapan sumber benih baru seluas 850 ha. Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Pada Renstra Kemenhut Tahun , target penetapan sumber benih baru seluas Ha. Sumber benih tersebut adalah sumber benih yang dibangun atau ditunjuk mulai tahun 2010 sampai dengan tahun Kegiatan pembangunan sumber benih seluas Ha tahun 2013 dilaksanakan di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota yaitu di Kabupaten Tasikmalaya, Subang, Aceh Barat, Kota Tomohon, Malang, Karang Asem, Bengkayang, Halmahera Selatan, Gunung Kidul. Permasalahan dan Tindak Lanjut: a. Belum ada papan nama sumber benih. 82 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

92 b. Demarkasi sudah jelas kecuali milik masyarakat/perorangan yang biasanya tidak memiliki batas yang jelas. c. Telah dilakukan pemeliharaan berupa penyiangan/ pembersihan semak belukar. d. Pemanfaatan benih yang dihasilkan benih yang dihasilkan belum maksimal. Gambar 20. Salah satu sumber benih dengan tanaman Jabon Untuk memanfaatkan sumber benih yang telah disertifikasi, perlu dilakukan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan tanaman yang berasal dari sumber benih bersertifikat. 5. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu pada DAS Prioritas. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (RPDAST) merupakan rencana multipihak yang disusun dengan pendekatan partisipatif, rencana ini memuat berbagai kepentingan dan tujuan, serta sasaran yang diselesaikan melalui pendekatan multidisiplin yang diintegrasikan dalam suatu sistem perencanaan. RPDAST merupakan rencana jangka panjang 15 (lima belas) tahun yang rentang waktu rencananya disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah bersangkutan. RPDAST bersifat umum, merupakan salah satu acuan, masukan dan pertimbangan bagi kabupaten/kota dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kegiatan Pemerintah Daerah (RKPD), serta merupakan salah satu acuan, masukan, dan pertimbangan bagi rencana sektoral yang lebih detil di wilayah DAS, Sub DAS, Daerah Tangkapan Air (DTA), dan pulau-pulau kecil. Tujuan penyusunan RPDAST adalah terwujudnya kondisi tata air DAS yang optimal meliputi jumlah, kualitas dan distribusi ruang dan waktu; 83 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

93 terwujudnya kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung dan daya tampung DAS; dan terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Capaian kinerja untuk penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu pada DAS Prioritas tahun 2013 adalah 15 unit DAS dari target 13 unit DAS, atau tercapai 115,38%. Lima belas unit DAS tersebut adalah 1) Pasaman, 2) Indragiri, 3) Padang Guci, 4) Cacaban, 5) Comal, 6) Kupang, 7) Bribin, 8) Opak, 9) Bone, 10) Mandar, 11) Memberam mo, 12) Barito, 13) Tabunio, 14) Plumpung Klero, 15) Aesea. Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (RPDAST) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK. 328/Menhut- II/2009 tentang Penetapann DAS Prioritas dalam rangka RPJM dengann target sebanyak 108 unit DAS.Dari target tersebut sampai dengan tahun 2013 telah tersusun sebanyak 105 unit DAS, sehingga untuk tahun anggaran 2014 akan drencanakan akan disusun RPDAST yaitu DAS Babakan, Gangsaa dan Bodri. Capaian Kinerja Sasaran5: Penelitian dan pengembangann (Litbang) kehutanan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan dalam penetapan berbagai kebijakan umum, kebijakan teknis dan kebijakan operasional. Dengan demikian, diharapkan hasil-hasil litbang kehutanan dapat menjadi trend setter dalam pembangunan kehutanan pada khususnya, dan pembangunan di segala bidang pada umumnya. Untuk itu, hasil-hasil litbang berupailmu pengetahuan dan teknologi dasar dan 84 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013 Sasaran 5 Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengann isu-isu perubahan iklim Indikator Kinerja Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 paket minimal 60%, Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktivitas hutan sebanyak 6 paket minimal 60%, Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan kehutanan dan pengolahann hasil hutan sebanyak 5 paket minimal 60%, Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 paket

94 terapan harus terus menerus didorong dan dikembangkan agar dapat diterapkan dan dimanfatkan oleh berbagai pihak yang memerlukan. Salah satu tujuan dan sasaran strategis Badan Litbang Kehutanan adalah setiap output Iptek yang dihasilkan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Pengguna Iptek kehutanan antara lain komunitas ilmiah, Kementerian Kehutanan, Pemda, masyarakat, usaha kecil, menengah dan koperasi (UKM), dunia usaha, dan pengguna terkait lainnya. Setiap judul atau kegiatan penelitian yang dilaksanakan harus mampu menghasilkan Iptek dan minimal 60% Iptek yang dihasilkan dimanfaatkan oleh pengguna. Berkaitan dengan Renstra Kementerian Kehutanan , fokus kegiatan litbang kehutanan selain pada kualitas litbang juga mendorong tingkat kebermanfaatan Iptek dari hasil-hasil litbang yang dilakukan oleh Badan Litbang Kehutanan. Pada prinsipnya perhitungan outcome dipergunakan juga untuk memantau perkembangan pemenuhan target renstra yaitu capaian indikator kinerja kebermanfaatan Iptek pada tahun 2014 minimal 60%. Perhitungan outcome (kebermanfaatan) hasil Iptek dimulai dari capaian pelaksanaan satuan terkecil yaitu pelaksanaan setiap judul-judul penelitian. Selanjutnya diakumulasikan menjadi kegiatan riset untuk menghasilkan paket Iptek. Dalam hal ini, kinerja dihitung dalam tingkatan kebermanfaatan hasil Iptek untuk setiap kegiatan Litbang Kehutanan. Untuk mengukur capaian outcome, Badan Litbang Kehutanan sudah membuat kriteria sebagaimana Tabel 21berikut. Tabel 21. Kriteria Capaian Nilai Outcome pada Setiap Kegiatan Penelitian No. Jenis Penelitian Kriteria Nilai Outcome (%) 1. Riset Terapan/Teknis Telah diterapkan, RSNI 100 Demplot, jurnal terakreditasi, buku 80 Alih teknologi, prosiding, publikasi 60 populer (koran, warta) Gelar teknologi, pameran 40 Draft publikasi, poster, banner, leaflet Riset Terapan/Kebijakan Menjadi kebijakan, SK Menhut, RSNI 100 Bahan kebijakan, draft SK Menhut, 80 jurnal terakreditasi, buku, petunjuk teknis, pedoman Policy brief, prosiding, publikasi ilmiah 60 (koran, warta) Seminar 40 Draft publikasi, draft petunjuk teknis, 20 draft pedoman 3. Riset Dasar Paten, hak cipta, perlindungan varietas tanaman, RSNI, penemuan teori/inovasi LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

95 No. Jenis Penelitian Kriteria Nilai Outcome (%) baru, jurnal internasional Jurnal terakreditasi, buku, draft paten 80 Prosiding, publikasi populer (koran, 60 warta) Seminar 40 Draft publikasi 20 Berikut capaian dari masing-masing indikator kinerja: 1. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 paket, minimal 60%. Gambar 21. Pengakuan pemerintah daerah terhadap Iptek inokulasi gaharu Sampai dengan tahun 2013, nilai rata-rata outcome dari 7 paket Iptek adalah sebesar 48,69%, sehingga capaian outcome terhadap target minimal outcome 60% adalah 81,16%. Target minimal outcome 60% tersebut pada prinsipnya merupakan target yang akan dicapai pada akhir periode renstra tahun 2014, sehingga dengan capaian outcome sebesar 81,16% pada tahun 2013 ini, berarti sebelum akhir periode renstra tahun 2014, target outcome minimal 60% diperkirakan akan tercapai.hasil penelitian di bidang konservasi dan rehabilitasi sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktivitas hutan sebanyak 6 paket, minimal 60%. 86 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

96 Gambar 22. Rekayasa alat pengukuran pita volume pohon Sampai dengan tahun 2013, nilai rata-rata outcome dari 6 paket iptek adalah sebesar 48,53%, sehingga capaian outcome terhadap target minimal outcome 60% adalah sebesar 80,88%. Target minimal outcome 60% tersebut pada prinsipnya merupakan target yang akan dicapai pada akhir periode renstra tahun 2014, sehingga dengan capaian outcome sebesar 80,88% pada tahun 2013 ini, berarti sebelum akhir periode renstra tahun 2014, target outcome minimal 60% diperkirakan akan tercapai.hasil penelitian di bidang produktivitas hutan sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 paket, minimal 60%/ Sampai dengan tahun 2013, nilai rata-rata outcome dari 5 paket iptek adalah sebesar 43,20%, sehingga capaian outcome terhadap target minimal outcome 60% adalah sebesar 72,00%. Target minimal outcome 60% tersebut pada prinsipnya merupakan target yang akan dicapai pada akhir periode renstra tahun 2014, sehingga dengan capaian outcome sebesar 72,00% pada tahun 2013 ini, berarti sebelum akhir periode renstra tahun 2014, target outcome minimal 60% diperkirakan akan tercapai.hasil penelitian di bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

97 4. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang perubahan iklim dan kebijakan sebanyak 7 paket, minimal 60% Gambar 23. Policy Brief strategi penurunan emisi GRK sektor kehutanan Sampai dengan tahun 2013, nilai rata-rata outcome dari 7 paket iptek adalah sebesar 48,10%, sehingga capaian outcome terhadap target minimal outcome 60% adalah sebesar 80,17%. Target minimal outcome 60% tersebut pada prinsipnya merupakan target yang akan dicapai pada akhir periode renstra tahun 2014, sehingga dengan capaian outcome sebesar 80,17% pada tahun 2013 ini, berarti sebelum akhir periode renstra tahun 2014, target outcome minimal 60% diperkirakan akan tercapai.hasil penelitian di bidang perubahan iklim dan kebijakan sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 4. Secara umum nilai rata-rata capaian outcome dari keempat indikator kinerja adalah sebesar 47,13%, sehingga capaian outcome terhadap target minimal outcome 60% adalah sebesar 78,55%. Target minimal outcome 60% tersebut pada prinsipnya merupakan target yang akan dicapai pada akhir periode renstra tahun 2014, sehingga dengan capaian outcome sebesar 78,55% pada tahun 2013 ini, berarti sebelum akhir periode Renstra tahun 2014, target outcome minimal 60% diperkirakan akan tercapai. Perhitungan outcome berdasarkan satuan terkecil yaitu judul kegiatan penelitian. Outcome tiap judul penelitian pada tahun 2013 tidak bisa dipisahkan dari rangkaian kegiatan terdahulu. Nilai realisasi outcome 47,13% 88 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

98 merupakan rata-rataa nilai outcome semua judul penelitian dan beragam yang terangkum dalam 25 paket penelitian integratif. Sasaran 6 Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya Indikator Kinerja Terbentuknya kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat, 10 kerjasama Terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri, 100 kelompok Sertifikasi penyuluh kehutanan, 500 orang Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya, orang peserta Pendidikan Menengah Kehutanan, 285 siswa Capaian Kinerja Sasaran6: 1. Terbentuknya kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. Indikator kinerja di atas adalah dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. Kerjasama kemitraan dimaksudkan untuk mendukung terselenggaranya pengembangan Hutan Rakyat (HR) melalui kegiatan kemitraan antara industri pengolahan kayu dan Kelompok Tani Hutan (KTH sebagai pelaku utama) ). Tujuan yang inginn dicapai dalam kerjasama kemitraan ini adalah meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi para pihak melalui pembentukan jejaring kerja dan sinergi kegiatan. 89 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

99 Gambar 24. Salah Satu Lokasi HTR Hasil Kerjasama Kemitraan Industri Kayu Dengan Kelompok Tani Perkembangan capaian pengukuran kinerja indikator Kerjasama Kemitraan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun 2010 s/d 2013 sebagaimana disajikan pada grafik berikut s/d 2013 Target Renstra Realisasi Gambar 25. Grafik Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Kerjasama Kemitraan Implementasi kerjasama kemitraan hutan rakyat yang telah dicapai pada tahun 2013 mencakup kegiatan sebagai berikut: a. Rapat Persiapan, Koordinasi dan Penandatan ngan Kerjasama Kemitraan. Rapat koordinasi pusat dan daerah yang dilakukan di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam rangka persiapan dan koordasi kerjasama kemitraan tahun Implementasi dari kegiatan ini adalahterjalinnya 16 kerjasamaa kemitraan antara pelaku utama dan 90 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

100 pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat pada tahun Kerjasama kemitraan tersebut berada pada Provinsi Jawa Tengah sejumlah 3 (tiga) kerjasama kemitraan dan di Provinsi Jawa Timur sejumlah 13 kerjasama kemitraan. b. Rapat Konsolidasi kemitraan hutan rakyat Rapat Konsolidasi kemitraan hutan rakyat dilaksanakan guna meningkatkan sinergitas dan pembagian peran sesuai dengan fungsi institusi dalam pengelolaan hutan rakyat kemitraan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan Badan P2SDM Kehutanan, Ditjen Bina Usaha Kehutanan (BUK), Setjen Kementerian Kehutanan dan Ditjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDAS- PS), Dinas Kehutanan Kabupaten Se-Provinsi Jawa Timur di Provinsi Jawa Timur. Penyelenggaraan Rapat Konsolidasi Kemitraan Hutan Rakyat bertujuan untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan kemitraan antara petani Hutan Rakyat Kemitraan dan Industri di Jawa Timur dan membangun sinergitas pengelolaan Hutan Rakyat Kemitraan dan penetapan lokasi model pengintegrasian pengelolaan hutan rakyat kemitraan. c. Pendampingan Kemitraan oleh Penyuluh Kehutanan Pendampingan Kegiatan kemitraan oleh Penyuluh Kehutanan dilakukan agar mampu memberdayakan dan mensejajarkan posisi tawar antara kelompok tani dengan perusahaan perkayuan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan sebagai pendamping kemitraan hutan rakyat adalah: - Pendampingan dalam hal teknis, administrasi dan kelembagaan - Koordinasi denganperusahaan mitra sehingga diharapkan untuk pelaksanaan kegiatan kemitraan antara pengusaha dengan kelompok tani dapat berjalan terus dan saling menguntungkan. - Penyuluh memberikan penyuluhan tentang Peta Permasalahan Kegiatan Fisik Kelompok Tani meliputi satu wilayah desa, sehingga penyusunan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok berdasarkan skala prioritas penanganan. - Pembinaan ke Kelompok tani agar memiliki akses kemitraan dalam upaya untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan kemandirian Kelompok Tani. - Pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping kemitraan adalah tentang koperasi. - Pelatihan bagi kelompok tani oleh penyuluh kehutanan dan perusahaan. 91 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

101 - Pemberian informasi berupa informasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), pengkoperasian, dan akses pasar. - Sosialisasi peraturan dan bantuan permodalan dari BLU - Studi Banding Kemitraan yang dilakukan oleh penyuluh kehutanan dengan Kelompok Tani Hutan Rakyat. d. Pembekalan kemitraan Hutan Rakyat Dalam mendorong pelaksanaan kegiatan kemitraan hutan rakyat diperlukan adanya pembekalan tentang kemitraan yang dilakukan sehingga keberhasilan pelaksanaan kegiatan kemitraan hutan rakyat lebih optimal. Penyuluh kehutanan melakukan pendampingan dan pemberdayaan bagi kelompok tani, kelompok tani dan perusahaan dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban sebagaimana dalam perjanjian kerjasama. Pada pembekalan kemitraan ini diharapkan peserta mendapatkan ilmu, pengalaman dan pembelajaran (lesson learned) dari pemateri yang memiliki keahlian. Peserta pembekalan kemitraan adalah penyuluh kehutanan sebagai pendamping kemitraan hutan rakyat, kelompok tani hutan rakyat dan Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten, Badan Pelaksana Penyuluh dan Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. e. Diskusi interaktif dan temu usaha antara Kepala Badan P2SDMKehutanan di Kabupaten Jombang. f. Monitoring Kemitraan pada 30 lokasi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Dalam rangka mengetahui progres dari kerjasama kemitraan hutan rakyat maka dilakukan monitoring kemitraan pada 30 lokasi kemitraan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Monitoring kemitraan dilakukan agar pelaksanaan kemitraan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana, sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi dengan melakukan penilaian yang dilakukan selama ini sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan kemitraan. Monitoring kegiatan kemitraan ini bertujuan untuk mengetahui progres dari kerjasama yang ada dan sekaligus untuk menetapkan strategi yang akan ditempuh dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan kerjasama kemitraan tersebut. Monitorting kemitraan dilakukan secara berjenjang, yaitu: - Pelaporan yang dilakukan oleh penyuluh kehutanan sebagai pendamping kemitraan kepada Dinas Kehutanan Kabupaten, Bapelluh, Dinas Kehutanan Provinsi, Sekretariat Bakorluh dan Badan P2SDMK. 92 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

102 - Monitoring kemitraan hutan rakyat oleh tim monitoring yang terdiri dari Dinas Kehutanan Kabupaten, Bapelluh, Dinas Kehutanan Provinsi, Sekretariat Bakorluh dan Badan P2SDMK. - Tindak lanjut kegiatan monitoring kemitraan dengan pembinaan dan surat ke daerah. Hasil monitoring kemitraan yang dilakukan pada 30 lokasi kemitraan pada 3 provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan hasil monitoring sebagai berikut: - Penetapan harga jual kayu masih dilakukan oleh broker sehingga keuntungan yang seharusnya diperoleh kelompok tani menjadi berkurang.pemenuhan kebutuhan hidup yang biasanya dilakukan dengan tebang butuh dimanfaatkan oleh pedangang broker; - Komitmen perusahaan terhadap SPKS tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan misal penjualan kayu belum bisa dijual langsung ke perusahaan. Broker membeli kayu dengan harga yang murah; - Perusahaan umumnya hanya membagikan bibit saja kepada kelompok tani, hanya dibeberapa wilayah seperti di Kabupaten Lumajang perusahaan sudah membantu dalam penyediaan bibit (bantuan polibag, benih dan pupuk), penyediaan biaya pembuatan bibit dalam bentuk HOK 10 orang 3 bulan, dan biaya pemupukan; - Belum terwujudnya pelaksanaan hak dan kewajiban dari perusahaan terhadap kelompok tani; - Masih belum terjalin koordinasi antara Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten, Bakorluhdan perusahaan sesuai dengan pembagian peran masing-masing; - Penyuluh pendamping belum optimal melakukan identifikasi permasalahan kemitraan pada kelompok tani hutan rakyat sehingga belum bisa memberikan alternatif/solusi pemecahan masalah; - Belum semua penyuluh pendamping kemitraan mampu memfasilitasi KTHR dalam mengakses informasi pasar terutama harga kayu. Sebagian besar KTHR mendapatkan informasi harga dari pengepul/makelar/perusahaan; - Belum semua penyuluh pendamping kemitraan mampu mengakses teknologi atau hasil-hasil penelitian terutama pada permasalahan hama penyakit tanaman sengon (karat furu) sehingga belum bisa memberikan solusi dalam mengatasi penyakit karat furu. Namun ada beberapa penyuluh memberikan alternative pemecahan dengan menanam sengon secara campuran (heterogen) dengan tanam keras lainnya; 93 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

103 - Kompetensi penyuluh kehutanan sebagai pendamping kemitraan Hutan Rakyat masih sangat lemah, oleh karena itu perlu peningkatan kompetensi penyuluh melalui kegiatan magang, studi banding maupun pelatihan teknik fasilitasi, teknik komunikasi dan lainnya; - Substansi dari pendampingan kemitraan belum berupa upaya-upaya dari penyuluh kehutanan dalam memperkuat kemitraan; - Masih kurangnya inisiatif dari penyuluh pendamping kemitraan untuk melakukan koordinasi dalam rangka mencari solusi masalah misalnya ke perusahaan, UPT terkait, dinas terkait, lembaga penelitian dan atau lembega pendidikan; dan - Kurangnya penguasaan teknik dan cara berkomunikasi dalam menghubungkan KTHR dengan pihak perusahaan dalam rangka meningkatkan posisi tawar petani. Strategi pemecahan masalah di atas antara lain: - Pelaksanaan kegiatan tidak hanya berorientasi pada proyek; - Pelatihan yang diadakan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelompok tani; - Perlupeningkatan koordinasi antara Dinas Kehutanan Provinsi/ Kabupaten, Bakorluh, dan perusahaan sesuai dengan pembagian peran masing-masing; - Peningkatan kompetensi Penyuluh Kehutanan; - Pemberdayaan dan penguatan kelompok tani hutan rakyat; - Mendorong Dinas Kehutanan untuk dapat memberikan dukungan infrastruktur berupa tempat atau modal bagi pembuatan depo kayu; - Mendorong pertemuan antara kelompok tani dan perusahaan dengan dukungan dari dinas kabupaten. Gambar 26.Penandatangan MoU Kerjasama Kemitraan Tahun 2013 oleh CV. Rimba Raya dan Kelompok Tani Sri Wedhari 94 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

104 Pada penetapan kinerja tahun 2013 target kinerja kerjasama kemitraan ditetapkan sebanyak 13 dokumen kerjasama dengan capaian kinerja sebanyak 16 dokumen kerjasama kemitraan. Realisasi Pengukuran Kinerja dari indikator kinerja kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha digambarkan sebagaimana disajikan pada Tabel 22 berikut. Tabel 22. Pengukuran Kinerja Indikator Kinerja Utama Kerjasama Kemitraan Tahun 2013 Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat 13 dokumen Kerjasama 16 dokumen Kerjasama % Capaian 123,08 Outcomeyang diperoleh dari kegiatan kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat yaitu: a. Pemberian Bibit oleh Perusahaan; b. Insentif Biaya Pemeliharaan kelompok tani oleh Perusahaan pada kerjasama kemitraan di Kabupaten Lumajang; c. Peningkatan kapasitas KTH pada kerjasama kemitraan oleh perusahaan; d. Penguatan kelembagaan koperasi KTH; e. Akses permodalan dari perusahaan maupun pemerintah; dan f. Bantuan Mesin Produksi Pengolahan Kayu dan Saprodi. Sedangkan Dampak dari kegiatan kemitraan dari tahun yang telah dirasakan yaitu peningkatan pendapatan kelompok tani antara lain Premium Price serta adanya jaminan Kelestarian hutan rakyat di Pulau Jawa. 2. Terbentuknya Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri adalah Kelompok tani yang sudah mempunyai jenis usaha bidang kehutanan dan secara usaha kelompok tersebut sudah memiliki kegiatan produksi atau menghasilkan (bukan kelompok tani yang baru dibentuk). Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri disebut juga dengan Kelompok Usaha Produktif (KUP). Pada tahun 2010, realisasi pencapaian pembentukan KUP adalah sebanyak 81 kelompok dari target 100 kelompok yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil evaluasi, tingkat keberhasilan KUP adalah sebesar 68% dari jumlah KUP yang dilaksanakan pada tahun tersebut atau sebesar 55 Unit 95 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

105 KUP,dengan jenis usaha kelompok jamur kayu, lebah madu, emponempon, usaha tumpangsari umbi-umbian dengan tegakan kayu-kayuan, emping dan usaha pembibitan. Untuk tahun 2011,realisasi capaian pembentukan KUP adalah sebanyak 105 Kelompok dari target 100 Kelompok, dengan tingkat keberhasilan sebesar 72%. Jenis usaha yang berkembang pada kelompok tersebut hampir sama dengan tahun 2010 yaitu jamur kayu, lebah madu, pembibitan, kapulaga pada bawah tegakan, tanaman umbi-umbian pada bawah tegakan, dan usaha lainnya. Indikator keberhasilan yang diterapkan dalam mengukur KUP didasarkan pada skala usaha dari permodalan dikucurkan sebesar Rp 25 juta per kelompok. Penanam dan pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan di bawah tegakan pohon sepertijamur kayu, lebah madu, pembibitan, kapulaga, umbi-umbian menunjukkan adanyapeningkatan pendapatan kelompok. Hal yang sama juga terjadi pada jenis usaha yang dikembangkan kelompok tani dimana yang awalnya hanya 1 jenis usaha yaitu jamur kayu berkembang menjadi jamur kayu, pembibitan dan atau kapulaga. Capaian KUP tahun 2011 melebihi 100% karena terdapat KUP yang dikhususkan untuk kegiatan gender dengan fasilitasi Pusat Pelayanan Penyuluhan Kehutanan dan beberapa daerah yang mengembangkan KUP di daerahnya dengan pembiayaan dari APBD seperti provinsi Sumatera Barat, Banten dan Bali. Gambar 27. Usaha Budidaya Lebah Madu KUP di Provinsi Kalimantan Selatan Pada tahun 2012 realisasi KUP adalah sebanyak 129 Kelompok dari target 100 KUP dengan jenis kegiatan budidaya lebah madu, jamur kayu, 96 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

106 pembibitan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu seperti rotan, pembuatan emping malinjo dan pembuatan gula aren. Gambar 28. Aktivitas anggota KUP di Provinsi Banten mengolah bambu menjadi berbagai jenis produk anyaman Pada tahun 2013 dari target 100 KUP tercapai 137 KUP, terdiri dari 107 KUP, yang dilaksanakan di 33 Provinsi melalui anggaran dana dekonsentrasi penyuluhan kehutanan. Sedangkan sisanya sebanyak 30 KUP dilaksanakan melalui fasilitasi kepada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yaitu 10 KUP responsif gender dan 20 KUP merupakan KUP Model. Jenis usaha yang dikembangkan meliputi pembibitan tanaman kayukayuan, persemaian, budidaya lebah madu, budidaya jamur kayu/jamur tiram, pengolahan kopi mangrove, inokulasi gaharu, pembibitan tanaman mangrove, dan sebagainya. Dibandingkan tahun 2012, capaian realisasi terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri kehutanan tahun 2013 meningkat sebesar 8%. Capaian kinerja kelompok masyarakat produktif mandiri (KUP) tahun 2013 dapat dilihat sebagaimana disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Realisasi Capaian Kinerja Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri pada Tahun 2013 Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Jumlah kelompok masyarakat produktif mandiri 100 Unit 137 Unit 137 Perkembangan capaian pengukuran kinerja indikator Kelompok Usaha Produktif Mandiri Tahun adalah sebagaimana disajikan pada Gambar LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

107 s/d 2013 Target Renstra Realisasi Gambar 29. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri Outcomedari kegiatan pendampingann KUP adalah berkembangnyaa usaha produktif kelompok masyarakat pada beberapa kegiatan usaha seperti usaha jamur kayu, pembibitan, empon-emponn bawah tegakan, tumpang sari bawah tegakan hutan, pengolahan hasil hutan bukan kayu seperti pengolahan kripik emping, manisan pala, dan sebagainya. Capaian outcometersebutt dapat dilihat dengan adanyaa perkembangan perputaran permodalan dan pendapatan kelompok yang bertambah kurang lebih 30% dari modal awal dikucurkan sebesar Rp.25 juta per kelompok. Sedangkan dampak adanya KUP adalah meningkatnya kelembagaan masyarakat yang kuat dalam rangka pengelolaan sumberdaya hutan (SDH) di tingkat tapak. Permasalahan yang telah diidentifikasi adalah kesulitan dalam memahami mekanisme pencairan dana pengembangan KUP secaraa swakelola yang mengacu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 jo Perpres Nomor 70 tahun 2012 yang dilakukan dengan mekanismee surat perjanjian kerjasama (SPKS). Strategi pemecahan masalah di atas adalah dengan pemberian petunjuk teknis yang jelas, tidak hanya berisi teknis kegiatan, tetapi juga mencakup tata caraa pertanggungjawaban administrasi keuangan serta dapat dilakukan pembinaan langsung ke daerah. 3. Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Dalam upaya mendukung terwujudnya SDM Kehutanan yang profesional dan kompeten, telah dilakukan kegiatan uji kompetensi bagi Penyuluh Kehutanan yang dimulai sejak tahun Kinerja kegiatan sertifikasi profesi Penyuluh Kehutanan diukur berdasarkan jumlah Penyuluh 98 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

108 Kehutanan yang mendapatkan sertifikat kompetensi dari hasil uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Kehutanan. Sampai Tahun 2012 sebanyak 496 Penyuluh Kehutanan telah mendapatkan sertifikat kompetensi. Jumlah tersebut meningkat dimana sampai dengan tahun 2011 Penyuluh Kehutanan yang mendapatkan sertifikat kompetensi adalah sebanyak 189 orang. Lokasi Penyuluh tersebut adalah dari Provinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk membantu kesiapan Penyuluh Kehutanan dalam mengikuti uji kompetensi dalam rangka sertifikasi profesi, para Penyuluh Kehutanan diberikan sosialisasi mengenai materi tentang Penyuluhan dan tata cara sertifikasi. Kegiatan sosialisasi ini mempunyai peran penting dalam mendukung keberhasilan uji kompetensi. Sampai dengan akhir periode Renstra tahun 2014, target yang ditetapkan Kementerian Kehutanan adalah sebanyak orang Penyuluh Kehutanan bersertifikat. Adapun target sertifikasi tahun 2013 adalah 500 orang Penyuluh Kehutanan yang bersertifikat. Gambar 30. Pelaksanaan Sosialisasi Sertifikasi Penyuluh Kehutanan PNS Tahun 2013 di Medan, Sumatera Utara Untuk mencapai target tersebut, telah dilaksanakan uji kompetensi di 11 Provinsi, dan sampai dengan akhir Desember 2013 telah tersertifikasi sebanyak 560 orang atau sebesar 112% dari target yang direncanakan. Rincian kegiatan uji kompetensi yang telah dilaksanakan pada tahun 2013 sebagaimana disajikan pada Tabel LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

109 Tabel 24. Pelaksanaan Uji Kompetensi Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 Provinsi Tempat Unjuk Kompetensi (TUK) Hasil Uji (orang) Jawa Barat BDK Kadipaten 87 Sulawesi selatan BDK Makasar 49 Lampung Bakorluh PPK lampung 34 Jawa Tengah Bakorluh PPK Jateng 116 Jawa Timur BakorluhPPK Jatim 103 Sumatra Utara Bakorluh PPK Medan 15 NAD Dinas Kehutanan 33 Sulawesi Tenggara Bakorluh PPK Kendari 22 Bali Dinas Kehutanan 44 Nusa Tenggara Timur BDK Kupang 32 Riau BDK Pekanbaru 25 TOTAL 560 (112%) Kegiatan uji kompetensi Penyuluh Kehutanan tahun 2013 telah melampaui target yang ditetapkan yaitu sebanyak 560 orang Penyuluh Kehutanan bersertifikat. Mengingat besarnya minat Penyuluh Kehutanan untuk mengikuti uji kompetensi, maka Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan mengakomodir pelaksanaan uji kompetensi untuk 607 orang. Realisasi uji komptensi telah menghasilkan Penyuluh Kehutanan yang memperoleh sertifikat sebanyak 560 orang. Capaian kinerja Sertifikasi Penyuluh Kehutanan tahun 2013 dapat dilihat sebagaimana disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Realisasi Capaian Kinerja Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Sertifikasi Penyuluh Kehutanan 500 Unit 560 Unit 112 Dalam mendukung kelancaran kegiatan uji kompetensi sangat dibutuhkan kesiapan calon peserta baik dari sisi motivasi maupun kelengkapan berkas dan dokumen bukti kegiatan. Selain itu, komunikasi dan koordinasi dengan Dinas Kehutanan, Badan Koordinasi Penyuluhan/Badan Pelaksana Penyukuhan (Bakorluh/Bapelluh) Tingkat Kabupaten/Kota yang menangani bidang penyuluhan kehutanan juga sangat berperan penting. 100 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

110 Gambar 31. Pelaksanaan uji kompetensi sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2013 di Makassar, Sulawesi Selatan Kegiatan uji kompetensi ini akan semakin dirasakan manfaatnyaa ketika sertifikat kompetensi menjadi salah satu persyaratan bagi Penyuluh Kehutanan dalam melakukan pendampingann kegiatan pembangunan kehutanan. Perkembangan capaian pengukuran kinerja indikator sertifikasi penyuluh Kehutanan Tahun 2010 s/d 2013 sebagaimana disajikan pada Gambar s/d 2013 Target Renstra Realisasi Outpu (mengikuti sertifikasi) Realisasi Outcome (lulus sertifikasi) Gambar 32. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Outcome yang telah diperoleh dari sertifikasi Penyuluh Kehutanan yang telah dilaksanakan di tahun sebelumnya ( ) adalah meningkatnya kompetensi dan profesionalismee Penyuluh Kehutanan. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan penyuluhan dilaksanakan oleh 101 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

111 penyuluh yang kompeten. Sedangkan dampak kegiatan sertifikasi Penyuluh Kehutanan yaitu meningkatkan kapasitas kelompok tani sebagai pelaku utama kegiatan pembangunan kehutanan yang pada gilirannya meningkatnya pendapatan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Permasalahan yang ditemui di lapangan dalam proses pencapaian indikator kinerja ini adalah: a. Penyusunan Programa masih mengacu pada Programa Penyuluhan Pertanian sehingga kegiatan yang dilakukan sebagian besar tanam menanam dan pembibitan. Penyuluh Kehutanansudah mengetahui Permenhut No P.41/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan tetapi belum menerapkan karena terbentur kebijakan Daerah dan pendanaan. b. Rencana Kerja Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan tahun 2013 yang disusun hampir 30% tidak memunculkan kegiatan komoditi Kehutanan atau kegiatan yang terkait dengan misi kehutanan (terasering, Spill way, hutan rakyat dll), karena tidak disediakan dana untuk menyusun RKT Kehutanan. Bakorluh lebih memiliki pandangan bahwa penyuluh kehutanan merupakan penyuluh polivalen,sehingga pemahaman ini perlu diluruskan selama penyuluh tersebut belum memiliki sertifikat polivalen (perikanan, perkebunan, pertanian dan kehutanan); dan c. Penyuluh Kehutanan belum sepenuhnya siap untuk mengikuti Sertifikasi, meskipun sudah dibekali dengan sosialisasi. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, berikut strategi pemecahannya: a. Pusat Perencanaan Pengembangan Penyuluhan Kehutanan akan melakukan asistensi dalam pemberkasan dokumen sertifikasi sehingga para penyuluh kehutanan lebih banyak yang bersertifikat; dan b. Perlu kerjasama dengan pemerintah daerah (APBD) terkait dengan sertifikasi sehingga penyuluh yang berkeinginan untuk ikutserta sertifikasi dapat diakomodir seluruhnya. 4. Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan Lainnya Indikator kinerja Pendidikan dan pelatihan aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM kehutanan lainnya ditargetkan minimal sebanyak ebanyak orang peserta. Kegiatan yang diukur dalam indikator kinerja tersebut adalah pelaksanaan Diklat Kepemimpinan tingkat II,III dan IV, Diklat Teknis, Diklat Fungsional dan Diklat Masyarakat serta kerjasama Diklat dengan Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi 102 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

112 (BP2HP) dan APHI. Setiap tahunnya pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan baik pada Pusat Diklat maupun pada Balai Diklat Kehutanan (BDK) melebihi target. Hal ini disebabkan terdapat kerja sama dengan mitra kehutanan dan Eselon I lain (seperti Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan dan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan) yang melimpahkan pelaksanaan pelatihannya kepada Pusat Diklat Kehutanan maupun Balai Diklat Kehutanan. Gambar 33. Penyelenggaraan diklat calon auditor VLK pada industri Tahun 2013 di Pusat Diklat Kehutanan Tahun 2013 jumlah peserta mencapai orang, atau 55% melebihi target yang ditetapkan pada Renstra dan Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan sebanyak orang peserta. Diklat ini terdiri dari orang peserta Diklat Aparatur dan 983 orang peserta Diklat Non Apartur.Sampai dengan Tahun 2013 telah tercatat orang peserta diklat. Realisasi capaian kinerja Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Tahun 2013 sebagaimana disajikan pada Tabel26. Tabel 26. Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Tahun 2013 % Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang orang orang Perkembangan capaian pengukuran kinerja Indikator Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya lingkup Badan LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

113 Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun sebagaimana disajikan pada Gambar Target Renstra Realisasi s/d 2013 Gambar 34. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Pendidikann dan Pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Outcome yang telah dicapai melalui kegiatan Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya adalah meningkatnya kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya. Dampak yang diperoleh adalah tersedianya SDM yang mendukung penyelenggaraan kehutanan dan pengelolaan hutan yang kompeten dan profesional termasuk pengelolaan hutan sampai di tingkat tapak. Berdasarkan evaluasi pasca pendidikan dan pelatihan, Diklat yang diselenggarakan Pusat Diklat Kehutanan dan BDK bermanfaat meningkatkan kapasitas aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM kehutanan lainnya sebesar 98,40%. Hal ini dapat diukur dari meningkatnya kinerja SDM Kehutanan melalui peningkatan keterampilan aparatur yang mengikuti Diklat dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya. 5. Pendidikan Menengah Kehutanan Target Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan tahun 2010 s/ /d 2014 adalah sebanyak orang yang dihitung dari siswa sekolah yang diterima pendidikan. Realisasi Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan sebanyak 308 orang pada tahun 2010, 311 orang padaa tahun 2011 dan 323 orang pada tahun 2012, dan tahun 2013 mencapai 461 orang. Sebagai gambaran, tahun 2012 lulusan SMK Kehutanan sebanyak 270 orang langsung dipekerjakan di Perum Perhutani dan pada Tahun LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

114 sebanyak 120 orang lulusannya, melalui fasilitasi Ditjen Planologi ditempatkan di KPH seluruh Indonesia. Gambar 35. Aktivitas belajar siswa SMK Kehutanan Outcomeyang diperoleh dari Pendidikan Menengah Kehutanan adalah tersedianya tenaga teknis menengah kehutanan yang berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan tenaga teknis menengah kehutanan dalam pembangunan kehutanan, baik pada perusahaan BUMN (Perhutani dan Inhutani), pihak Swasta seperti Sinar Mas, Asian Pulp and Paper (APP), dll maupun pada instansi pemerintahan (Pusat dan daerah). Realisasi capaian kinerja Pendidikan Menengah Kehutanan Tahun 2013 sebagaimana di sajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan Menengah Kehutanan Tahun 2013 Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Pendidikan Menengah Kehutanan sebanyak 285 orang 461 orang 150% oran Dampak dari pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan ini adalah permintaan perusahaan BUMN, BUMS dan pemerintah Pusat dan Daerah terhadap lulusan SMK Kehutanan untuk tenaga terampil di tingkat tapak meningkat setiap tahunnya. Perkembangan capaian pengukuran kinerja Indikator Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun sebagaimana disajikan pada Gambar LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

115 Target Renstra Realisasi s/d 2013 Gambar 36. Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan 106 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

116 Sasaran 7 Indikator Kinerja Meningkatnya tata kelola Opini laporan keuangan administrasi pemerintahan Kemenhut tahunan wajar tanpa Kementerian Kehutanan pengecualian mulai laporan secara efektif dan efisien keuangan Tahun 2012, 1 judul Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan, 20% (14 unit perusahaan) Pencapaian sasaran strategis Kementerian Kehutanan, 54% Terselesaikannya status pencatatan BMN eks kantor Wilayah Departemen Kehutanan, 5 Provinsi Penanganan perkara, pemulihan hak-hakehutanan minimal menang, 48% negara bidang Prasyarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi, 90% Meningkatnya citra positif Kemenhut per tahun, 10% Standar produk dan jasa kehutanan, pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim, 7 Produk Kerjasama baru bilateral dan multipihak Bilateral 1 negara dan multipihak 1 lembaga Tersusunnya perencanaan kehutanan, 4 Regional Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan rakyat (HR), ha Capaian Kinerja Sasaran 7: 1. Opini Laporan Keuangan Kementeriann Kehutanan Wajar Tanpa Pengecualian mulai tahun 2011 Opini laporan keuangan (LK) Kementerian/Lembaga (K/L) diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku lembaga audit nasional. Opini BPK RI terhadap LK kementerian/lembagaa (K/L) diberikan setelah dilakukan audit atas LK tersebut. Opini atas hasil audit LK biasanya dikeluarkan padaa akhir bulan Mei atau awal bulan Juni disetiap tahun. Target opini BPK RI atas LK Kementerian Kehutanan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) mulai LK tahun Capaian terhadap target tersebut adalah opini terhadap LK Kementeria an Kehutanan Tahun 2011 adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Terhadap opini tersebut, BPK 107 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

117 RI masih memberikan Penjelasan Paragraf, sehingga status opini LK Kementerian Kehutanan tahun 2011 adalah WTP Dengan Paragraf Penjelsan (WTP-DPP). Opini terhadap LK Kementerian Kehutanan tahun 2013 sampai dengan saat pelaporan ini masih belum diterbitkan oleh BPK karena masih dalam proses audit. Namun untuk hasil audit LK Kementerian Kehutanan semester I (audited) sudah disusun secara berjenjang (dari tingkat satuan kerja/satker, wilayah dan Eselon I). Berdasarkan hasil audit LK semester I tersebut, LK Kementerian Kehutanan tahun 2013 sudah mengarah pada target opini wajar tanpa pengecualian (WTP). 2. Pengembalian Pinjaman/Piutang Sebanyak 69 Unit Perusahaan Terselesaikan Target pengembalian pinjaman tahun 2013 dilakukan terhadap 14 unit usaha yang memiliki piutang. Jumlah unit usaha tersebut merupakan bagian dari target 69 unit usaha, yang dilakukan upaya-upaya pengembalian pinjaman sampai dengan tahun Progres capaian indikator kinerja ini adalah 9 unit Pemegang izin hutan tanaman industri (PHTI) yang terselesaikan pengembalian pinjaman/piutangnya dengan rincian 6 unit PHTI melunasi seluruh pinjaman dan 3 unit PHTI diserahkan ke KPKNL. Capaian indikator kinerja ini adalah 69,23% dari target. 3. Pencapaian Sasaran Strategis di Akhir Tahun 2013, Minimal 72% Di dalam dokumen Renstra Kemenhut telah ditetapkan 18 sasaran strategis sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Kehutanan. Untuk sasaran-sasaran strategis ini telah ditetapkan target secara terukur untuk periode kumulatif 5 (lima) tahun sampai dengan tahun 2014, serta target tahunan. Untuk menjamin pencapaian 18 sasaran strategis tahun 2014 minimal 95%, maka pada tahun 2013 telah ditetapkan target track map (antara) sebesar 72% yang dihitung berdasarkan persentase capaian kumulatif masing-masing sasaran terhadap target 5 tahun yang kemudian dijumlahkan dan ditetapkan/diambil rata-ratanya. Data progres capaian sasaran strategis ini sangat berguna untuk menentukan langkah kebijakan dalam penyelesaian pemenuhan sisa target sampai dengan tahun 2014, baik melalui intervensi regulasi maupun intervensi anggaran, termasuk upayaupaya percepatan pada sisa waktu sampai dengan tahun 2014 apabila terdapat progres pencapaian sasaran kumultaif yang terlambat. Langkah-langkah penting dalam menjamin pencapaian sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra dan IKU Kementerian 108 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

118 Kehutanan oleh Biro Perencanaan adalah melakukan berbagai langkah koordinatif serta harmonisasi dan integrasi, baik diinternal Kementerian Kehutanan maupun dengan K/L terkait lain. Beberapa permasalahan dalam merealisasikan pencapaian sasaran strategis ini, diantaranya adalah pelaksanaan target kinerja yang pelaksanaannya terkait dan/atau tergantung dengan instansi lain, di luar Kementerian Kehutanan. Beberapa target kinerja yang dimaksud, diantaranya adalah penetapan tata batas kawasan hutan terkait dengan review Rencana Tata Ruang Wilayah oleh Pemda, penetapan areal kerja Hutan Kemasyarakatan (HKm) terkait dengan Pemda Kabupaten/Kota, serta penurunan hotspot kebakaran lahan dan hutan, dimana rata-rata hotspo terjadi sebesar 70% berada di luar kawasan hutan terkait dengan kinerja K/L lain, Pemda, dan masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, koordinasi terus dilaksanakan dengan K/L terkait, seperti Kementerian PU, Kementerian Dalam Negeri, serta Tim Terpadu untuk percepatan penyelesaian review RTRWP. Selanjutnya terus menerus dilakukan sosialisasi dan koordinasi dengan masyarakat dan Pemda Kabupaten/Kota untuk percepatan fasilitasi penetapan areal kerja HKm. Sedangkan dalam rangka penurunan hotspot, juga terus dilakukan upaya-upaya sosialisasi kepada masyarakat di lapangan, khususnya di 10 provinsi rawan kabakaran (Sumut, Riau, Kepri, Jambi,Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, dan Sulsel) diantaranya dengan pembentukan kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA), penambahan pembentukan Daops Manggala Agni, serta sosialisasi kepada K/L terkait dan Pemda tentang Inpres Nomor 16 Tahun 2011 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Untuk mengawal target Renstra tercapai minimal 95% pada akhir tahun 2014, maka ditetapkan target kumulatif sebesar 72% sampai dengan akhir tahun Berdasarkan hasil pengukuran terhadap capaian 18 sasaran strategis yang telah ditetapkan, realisasi pencapaian target kumulatif rata-rata sampai dengan tahun 2013 sebesar 87,59% atau capaian sebesar 121,65% (dari target 72%). Progres capaian ini merupakan rata-rata dari prosentase capaian dari masing-masing sasaran strategis, dimana terdapat sebagian capaian sasaran yang melebihi atau jauh melebihi target, namun memungkinkan terdapat progres capaian sasaran yang masih dibawah dari target tahunan. Untuk itu, terhadap progres pencapaian sasaran yang masih dibawah dari target antara, akan dilakukan upaya-upaya percepatan, sehingga target akhir periode Renstra tahun 2014, seluruh sasaran startegis tersebut dapat tercapai. 109 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

119 4. Pencatatan Status BMN Eks Kantor Wilayah Departemen Kehutanan di Provinsi Terselesaikan Penyelesaian aset BMN eks-kantor Wilayah Departemen Kehutanan di 15 Provinsi, dari target penyelesaian tahun 2013 sebanyak 5 provinsi dapat direalisasikan sebanyak 9 provinsi sehingga capaian indikator sebesar 180%.Permasalahan aset eks Kanwil Dephutberupa gedung dan tapak bangunan belum tertib, baik dari aspek pencatatan maupun penggunaan.secara administrasi terjadi pencatatan ganda atau tidak tercatat sebagai aset BMN/BMD, sedangkan secara penggunaan dikuasai sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi. Pada awalnya, aset eks Kantor Wilayah Departemen Kehutanan (Kanwil Dephut) yang masih dikuasai pemerintah provinsi tanpa Berita Acara Pinjam Pakai (per 2008 s/d 2009) terdapat 15 propinsi, meliputi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali. Dalam perkembangannya, sampai akhir tahun 2012 masih terdapat aset eks Kanwil Dephut di 8 (delapan) propinsi yang belum tercatat dalam aplikasi SIMAK BMN. Melalui Rapat Koordinasi Penetapan Status Tanah Eks Kanwil Dephut di 8 propinsi yang dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 21 November 2012, telah disepakati akan segera ditindaklanjuti proses pembuatan Berita Acara Pinjam Pakai antara Kementerian Kehutanan dengan pemerintah Provinsi Jambi, Bali dan Sulawesi Selatan. Namun, realisasinya sampai dengan akhir tahun 2013, penetapan status eks Kanwil Dephut hanya dapat diselesaikan di 2 (dua) propinsi saja, yaitu Bali dan Jambi. Selebihnya, masih ada 6 propinsi yang belum diselesaikan status pencatatan dan penggunaan aset eks Kanwil Dephut. Kendala penyelesaian aset eks Kanwil Dephut yang cukup rumit (krusial) antara lain karenapemda telah mencatatnya sebagai aset BMD, belum jelasnya status tanah tapak bangunan eks kanwil Dephut, dan tidak adanya dokumen pendukung kepemilikan asset eks Kanwil Dephut. 5. Penanganan Perkara Bidang Kehutanan Minimal Menang 64%. Jenis penanganan perkara adalah gugatan perkara yang sudah putus terhadap Kementerian Kehutanan yang dinyatakan menang oleh pengadilan pada Tahun Target yang ditetapkan tahun 2013 adalah sebesar 64% dan realisasi capaian kegiatan adalah 56,53% atau persen realisasi kinerja itu adalah 80,5%, meliputi kasus-kasus: 110 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

120 a. Perkara perdata dengan jumlah putusan pengadilan sebanyak 26 perkara, dan diputus menang sebanyak 21 perkara dan 5 perkara diputus kalah. b. Perkara gugatan tata usaha negara (TUN) yang telah diputus sebanyak 6 perkara, meliputi 5 perkara diputus menangdan 1 perkara diputus kalah. Terdapat perkata tata usaha negara yang sedang dalam proses sebanyak 16 perkara baik perkara dalam proses putusan maupun kasasi. c. Uji materil kepada Mahkamah Agung RI sebanyak 5perkara. Putusan dinyatakan menang sebanyak 2 perkara, dan 3 perkara sedang dalam proses. d. Uji materil ke Mahkamah Konsitusi RI sebanyak 2 perkara, 1 perkara diputus menang, dan 1 perkara diputus kalah. e. Penanganan perkara non litigasi (diluar pengadilan), sebanyak 13 perkara. 6. Prasyarat Pengembangan Kapasitas dan Karir Pegawai Minimal Terpenuhi Sebanyak 92%. Sampai dengan tahun 2013 target yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja adalah sebesar 92% atau sebanyak orang. Realisasi pengembangan kapasitas dan karir pegawai adalah sebanyak orang (90,04%), sehingga realisasi capaian kinerja yang diperoleh adalah sebesar 97,87%. 7. Meningkatnya citra positif Kementerian Kehutanan, meningkat 10%. Citra positif kementerian dicerminkan dengan membandingkan realisasi jumlah berita positif (berita yang cenderung mendukung kebijakan Kementerian Kehutanan) yang dimuat di media massa padatahun 2013 dengan tahun 2009 sebagai tahun dasar. Target/sasaran kinerja tahun 2013 adalah meningkatnya citra positif kementerian sebesar 10% dari tahun 2009 sebagai tahun dasar, dimana citra positif pada tahun 2009 adalah sebesar 55%, yaitu sebagai persentase berita positif dari keseluruhan berita yang dimuat di dalam media. Dengan demikian target/sasaran output tahun 2013 adalah berita positif sebesar 60,5%, dengan perhitungan 55% (pada tahun dasar 2009) ditambah peningkatan sebesar 10% dari tahun dasar. Realisasi capaian kinerja citra positif Kementerian Kehutanan tahun 2013 adalah 60,8% berita positif maka realisasi kinerja adalah sebesar 100%. Meningkatnya citra positif Kementerian Kehutanan diupayakan dengan memberikan data/informasi yang seluas-luasnya kepada media massa dan 111 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

121 para pihak yang peduli terhadap pembangunan kehutanan tentang program dan kegiatan pembangunan kehutanan melalui peliputan berita, publikasi, mengembangkan hubungan antar lembaga, dengan harapan kegiatan-kegiatan tersebutdapat menjadi bahan berita bagi para jurnalisdan para pihak yang peduli terhadap pembangunan kehutanan, ditulis dan dimuat di media massa, tulisan dan statement cenderung positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja antara lain tidak semua kegiatan-kegiatan Kementerian Kehutanan yang diliput memiliki nilai berita karena data yang kurang lengkap yang menjadi kesulitan untuk diangkat menjadi berita, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada momen yang tidak tepat. 8. Kerjasama Baru Bilateral dan Multipihak Kerjasama baru bilateral dan multipihak dengan 1 negara dan 1 lembaga, yaitu Kerjasama dengan Uni Eropa dalam bidang perdagangan hasil hutan (FLEGT- VPA). Kunjungan Mitra kerjasama luar negeri dengan Kementerian Kehutanan, adalah sebagai berikut : a. Kunjungan Mitra ke Menteri Kehutanan Jerman Amerika Serikat Canada Australia China Courtesy Visit Dirjen CIFOR b. Kunjungan Menteri Kehutanan ke Negara-negara Mitra Myanmar Ukraina Swedia World Resources Institute (WRI) Faktor yang mempengaruhi antara lain komitmen politik, pengaruh globalisasi, perangkat peraturan perundang-undangan, serta perkembangan ilmu dan teknologi. Meskipun pencapaian kinerja ini dapat dikategorikan baik namun masih banyak potensi kinerja untuk dapat ditingkatkan dan dapat ditempuh, antara lain melalui perencanaan kegiatan yang disusun lebih awal dan penyusunan sasaran dan volume kegiatan lebih cermat dan 112 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

122 proporsional,serta penyelesaian laporan keuangan negara sangat bergantung pada Kementerian Keuangan 9. Standard Produk dan Jasa Kehutanan, serta Pedoman Pengelolaan Lingkungan dan Perubahan Iklim, sebanyak 8 produk. Standard Produk dan Jasa Kehutanan, Serta Pedoman Pengelolaan Lingkungan dan Perubahan Iklim, sebagai target tahun 2013 adalah sebanyak 8standard (Standard Nasional Indonesia). Realisasi pencapaian kegiatan adalah sebanyak 17 produk atau 212,5% dengan rincian produk berupa Rancangan Standar Nasional Indonesia yang dirumuskan oleh PT Pengelolaan Hutan 6 judul, PT Hasil hutan Bukan Kayu 6 judul, PT Hasil Hutan Kayu 5 judul. 10. Tersusunnya Rencana Pembangunan Kehutanan sebanyak 4 Regional. Rencana Kehutanan Regional I, II, III, dan IV telah disusun berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan (RPJPK), dengan mengharmoniskan dan mensinergikan Rencana Pembangunan Kehutanan Jangka Panjang dan Rencana Kehutanan Provinsi, serta untuk pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung di Pulau Jawa dengan Rencana Kehutanan Jangka Panjang Perum Perhutani (RPKH Perum Perhutani). Rencana Kehutanan Regional ini disusun untuk jangka waktu 20 tahun dengan tujuan: a. Memberikan arahan dan sasaran dalam menentukan kebijakan pembangunan kehutanan di setiap Regional; dan b. Mendorong peningkatan efektifitas dan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kehutanan sesuai karakteristik Regional masing-masing. Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Kehutanan Regional (RPKR) ditargetkan pada tahun 2011 dan 2013, Rencana Kehutanan Tingkat Regional (RKTR) merupakan uraian program pembangunan kehutanan regional berdasarkan Rencana Makro Pembangunan Kehutanan Regional. RPKR berisi arah dan proyeksi pembangunan kehutanan Regional dalam kurun waktu , dikaitkan dengan kebijakan pengelolaan kawasan hutan, kebijakan ekonomi nasional, kecenderungan perubahan lingkungan global serta kemampuan sumberdaya manusia dan pembiayaan Kementerian Kehutanan. Namun demikian, terdapat kelemahan dan permasalahan terkait proses dan hasil penyusunan Rencana Pembangunan Kehutanan Regional, yaitu tidak adanya petunjuk teknis atau pedoman penyusunan RKTR sehingga kemungkinan terjadinya perbedaan dokumen rencana pembangunan 113 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

123 kehutanan regional diantara 4 (empat) regional sangat besar. Selain itu, rentang waktu perencanaan 20 tahun, rentan terhadap perubahan- maupun dinamika sosial, politik dan ekonomi nasional yang cenderung berubah cepat. Oleh karenaa itu, makaa perlu didorong koordinasi yang lebih perubahan, termasuk terhadap kebijakan-k kebijakan crash program, baik dengan pengambil kebijakan dalam bidang perencanaan padaa setiap eselon I sehingga selalu mendapat gambaran yang jelas dari proyeksi kebijakan pembangunan dari tahun ke tahun. Terkait hal tersebut, revisi RKTR perlu dilakukan untuk mensinkronisasikan rencana pembangunan, minimal dalam kurun waktu 5 tahun sekali, termasuk sinkronisasi dengan RKTR di seluruh regional. 11. Luas Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanamann Rakyat (HTR), dan Hutan Rakyat (HR) Melalui Penyalurann Kredit Seluas Ha. Indikasi meningkatnya masyarakat terhadap pemahamanan skema pinjaman adalah dengann semakin bertambahnya jumlah proposal permohonan pinjaman pembiayaan pembangunan hutan tanaman baik Hutan Rakyat (HR) maupun Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang diajukan kepadaa BLU Pusat Pembiayaan Pembangu nan Hutan (Pusat P2H). Realisasi yang dicapai untuk tahun 2013 adalah sebesar 2.564,19 Ha dari target sebesar Ha atau sebesar 3,14%. Kecilnya realisasi capaian penyaluran pinjaman hutan tanaman rakyat disebabkan ada beberapa hal yang antara lain ada beberapa proposal yg dikembalikan tidak lengkap/ditolak, karena lahan/areal tidak layak untuk ditanami (berbatu/tanah berpasir). Sasaran 8 Terwujudnya pengawasan dan peningkatann akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan Indikator Kinerja Kelemahan administrasi diturunkan 40% dari Tahun 2009, Pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang dari 40% Tahun 2009, Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang 40% dari Tahun 2009, Potensi kerugian negara dapat diturunkan 20% dari temuan tahun LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

124 Capaian Kinerja Sasaran 8: Sasaran di atas dimaksudkan untuk mewujudkan sistem pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan. 1. Kelemahan Administrasi Diturunkan 50% dari Tahun 2009 Indikator kinerja utama berupa kelemahan administrasi diturunkan 50% dari tahun 2009 adalah jenis temuan kelemahan administrasi pada auditan diturunkan 50% dari data dasar (base line) pada tahun 2009 yaitu sebesar 20,04%. Target untuk tahun 2013 adalah temuan kelemahan administrasi diturunkan sebesar 40% dari 20,04% menjadi 12,02% dari total temuan berdasarkan Laporan Hasil Audit. Pada tahun 2013, realisasi temuan kelemahan administrasi dapat diturunkan sebesar 53,94% dari base line menjadi 9.23%. Sehingga capaian kinerja tahun 2013 untuk indikator Kelemahan administrasi diturunkan 50% dari tahun 2009 mencapai 123,32%. 2. Pelanggaran terhadap Peraturan Perundangan Berkurang 50% dari Tahun 2009 Indikator kinerja utama berupa pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang 50% dari tahun 2009 adalah jenis temuan pelanggaran terhadap peraturan perundangan pada auditan diturunkan 50% dari data dasar (base line) pada tahun 2009 yaitu sebesar 14,69%. Target untuk tahun 2013 adalah pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan sebesar 40% dari 14,69% menjadi 8,81% dari total temuan berdasarkan Laporan Hasil Audit. Pada tahun 2013, realisasi temuan pelanggaran terhadap peraturan perundangan dapat diturunkan sebesar 76,11% dari base line menjadi 3,51%. Sehingga capaian kinerja tahun 2013 untuk indikator pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan 50% dari tahun 2009 mencapai 160,18%. 3. Hambatan Kelancaran Pelaksanaan Tugas Diturunkan 50% dari Tahun 2009 Indikator kinerja utama berupa hambatan kelancaran pelaksanaan tugasditurunkan 50% dari tahun 2009 adalah jenis temuan hambatan kelancaran pelaksanaan tugasditurunkan 50% dari data dasar (base line) pada tahun 2009 yaitu sebesar 14,31%. Target untuk tahun 2013 adalah temuan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas diturunkan sebesar 40% dari 14,31% menjadi 8.59% dari total temuan berdasarkan Laporan Hasil Audit. Pada tahun 2013, realisasi temuan hambatan kelancaran 115 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

125 pelaksanaan tugas dapat diturunkan sebesar 40,11% dari base line menjadi 8.57%. Berdasarkan data tersebut, didapatkan capaian kinerja tahun 2013 untuk indikator hambatan kelancaran pelaksanaan tugas diturunkan 50% dari tahun 2009 mencapai 100,19%. 4. Potensi Kerugian Negara dapat Diturunkan 25% dari Temuan Tahun Indikator kinerja utama berupa potensi kerugian negara dapat diturunkan 25% dari temuan tahun adalah temuan kerugian negara pemeriksaan tahun diturunkan 25% dari data dasar (baseline) sebesar Rp ,00. Target pada tahun 2013 adalah temuan kerugian negara pemeriksaan tahun diturunkan sebesar 20% dari base line menjadi Rp ,20. Pada tahun 2013, realisasi temuan kerugian negara pemeriksaan tahun dapat diturunkan sebesar 87,38% dari base line menjadi Rp ,64. Berdasarkan data tersebut, didapatkan capaian kinerja tahun 2013 untuk indikator potensi kerugian negara dapat diturunkan 25% dari temuan tahun mencapai 436,94%. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja, antara lain: a. Perubahan paradigma peran Inspektorat Jenderal sebagai watch dog menjadi agent of change dan konsultan/pembina bagi auditan. b. Penambahan Unit Pelaksana Teknis dan Dinas yang membidangi kehutanan di tingkat provinsi/kabupaten/kota sebagai auditan. Permasalahan dalam Pelaksanaan Rencana Kinerja: a. Temuan hasil audit masih didominasi dengan kelemahan administrasi yang disebabkan pengendalian intern kurang efektif. b. Pelaksanaan tindak lanjut hasil audit investigasi belum terkoordinasi secara baik, terutama kasus yang telah diserahkan kepada pihak-pihak penegak hukum. c. Status penyelesaian kerugian Negara dari temuan audit yang mengandung kerugian negara yang telah dilimpahkan kepada aparat penegak hukum belum diatur. d. Perkembangan penyelesaian tindak lanjut temuan BPK RI masih terkendala lambatnya auditan menindaklanjuti rekomendasi. Langkah-langkah Perbaikan dalam Pelaksanaan Kinerja: a. Melakukan strategi pengawasan preventif untuk mencegah terjadinya kelemahan pengendalian pada satuan kerja auditan, dengan cara 116 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

126 mendorong implementasi SPIP di setiap satuan kerja dalam rangka meningkatkan pengendalian intern. b. Strategi pengawasan detektif diarahkan agar apabila terjadi penyimpangan dapat diketahui sedini mungkin dengan cara menentukan skala prioritas pengawasan dan meningkatkan koordinasi antar Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). c. Menyempurnakan mekanisme pelaksanaan penanganan tindak lanjut hasil audit secara terpadu dengan aparat penegak hukum. d. Menyempurnakan mekanisme pelaksanaan penanganan tindak lanjut hasil audit secara terpadu dengan Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota. e. Melakukan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil audit melalui kerjasama dengan Eselon I terkait dan BPKP/BPK-RI. f. Audit diarahkan pada pencapaian sasaran enam kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan. g. Meningkatkan upaya pemberantasan KKN melalui audit investigasi, sosialisasi anti korupsi, dan pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi. h. Meningkatkan koordinasi dan sinergi pengawasan antar Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). i. Meningkatkan peran pendampingan dalam rangka memantapkan dan mempertahankan opini WTP atas Laporan Keuangan Kemenhut. j. Evaluasi perencanaan dan penganggaran (RKA-KL) untuk satker pusat dan daerah. k. Evaluasi pengadaan barang dan jasa pada akhir tahun anggaran. l. Meningkatkan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada kegiatan-kegiatan prioritas. m. Mengawal pelaksanaan Reformasi Birokrasi dengan melakukan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). 117 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

127 IV. PENUTUP Pelaksanaan pembangunan kehutanan tahun 2013 merupakan tahun keempat pelaksanaan Renstra Kementerian Kehutanan Tahun Berangkat dari kondisi tersebut, sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tahun 2013, maka Kementerian Kehutanan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemeritah (LAKIP) Tahun 2013 yang merupakan bagian dari pelaksanaan sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Pengukuran kinerja Kementerian Kehutanan Tahun 2013 didasarkan atas penetapan kinerja (PK) Tahun 2013, yang penyusunannya mengacu pada sasaran/outcomeyang ditetapkan dalam Renstra Pada Tahun 2013, Kementerian Kehutanan menetapkan 8 sasaran strategis dengan 18 indikator kinerja utama atas capaian sasaran-sasaran tersebut, hasil pengukuran kinerja yang telah ditetapkan dalam PK menunjukkan bahwa capaian sasaran Kementerian Kehutanan Tahun 2013 mencapai112,97%, meningkat sebesar 6,56% bila dibandingkan capaian sasaran Tahun 2012 yang mencapai 106,41%. Demikian halnya dengan capaian anggaran Tahun 2013 yang juga meningkat sebesar 4,90% bila dibandingkan capaian Tahun 2012 yang sebesar 87,46%. Capaian anggaran Tahun 2013 sebesar 92,36%. Penyusunan LAKIP Kementerian Kehutanan Tahun 2013 merupakan salah satu upaya guna meningkatkan penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas terhadap hasi pelaksanaan tugas sesuai dengan fungsi yang diembannya. Disadari bahwa penyusunan laporan ini masih belum sempurna, namun diharapkan laporan ini dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Kehutanan yang mengemban urusan pemerintahan dan pembangunan dibidang kehutanan. 117 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

128 LAMPIRAN 118 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

129 Lampiran 1.a. Penetapan KinerjaMenteri Kehutanan Tahun 2013 No. Sasaran Indikator Kinerja Anggaran 1 Program Uraian Target (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya Tata batas kawasan hutan yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Km Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan 738,56 hutan dapat dilaksanakan Kawasan Hutan KPH beroperasi 30 unit secara lebih optimal 2. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primer hasil hutan, dan peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan 3. Biodiversity dan ekosistemnya berperan significant sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global 4. Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan tingkat nasional Areal tanaman hutan pada hutan tanaman bertambah IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat Jumlah hotspot kebakaran hutan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi menurun Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat Rencana pengelolaan DAS terpadu pada DAS Prioritas 1 Judul Ha Peningkatan Usaha Kehutanan Ha 10% 59,2% dari rerata %dari kondisi Tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan 13 DAS Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung 290, , ,85 1 Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 119 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

130 No. Sasaran Indikator Kinerja Anggaran 1 Program Uraian Target (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Tanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam DAS prioritas Ha DAS Berbasis Pemberdayaan 5. Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim 6. Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya 7. Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien Penetapan areal kerja pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) Penyediaan teknologi dasar dan terapan silvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari, 25 Judul Terbentuknya kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Negara bidang kehutanan Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan Tahun Ha Masyarakat 60% Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan 13 Kerjasama Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Peserta Minimal menang sebesar 64% Wajar Tanpa Pengecualian Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan 274,39 297,87 408, LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

131 Indikator Kinerja Anggaran 1 No. Sasaran Program Uraian Target (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 8. Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan Kelemahan administrasi diturunkan Pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan Potensi kerugian Negara diturunkan 40% dari tahun % dari tahun % dari tahun 2009 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan 57,91 JUMLAH ANGGARAN KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN ,5 Jakarta, Januari 2013 MENTERI KEHUTANAN 121 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

132 Lampiran 1.b. Penetapan Kinerja Kementerian Kehutanan Tahun 2013 berdasarkan Sasaran Unit Organisasi Eselon I Lampiran 1.b.1. Terjaminnya Kepastian Kawasan Hutan sehingga Pengelolaan Sumberdaya Hutan dapat Dilaksanakan secara lebih Optimal No. Sasaran Unit Organisasi Indikator Kinerja Anggaran 2 Program Uraian Target (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga Tata batas kawasan hutan, terdiri dari batas luar dan batas fungsi Km Perencanaan Makro Bidang Kehutanan 738,56 pengelolaan sumberdaya kawasan hutan dan Pemantapan Kawasan Hutan hutan dapat dilaksanakan Data dan informasi geospasial dasar 1 Judul secara lebih optimal dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional Ijin pinjam pakai kawasan hutan 100% terlayani secara tepat waktu Rencana makro penyelenggaraan 1 Judul kehutanan Penunjukan kawasan hutan provinsi 46% selesai Beroperasinya KPH 30 Unit 2 Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 122 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

133 Lampiran 1.b.2. Peningkatan Investasi Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi dan Daya Saing Industri Primer Hasil Hutan, serta Peningkatan Produksi dan Diversifikasi Hasil Hutan No. Sasaran Unit Organisasi Uraian Indikator Kinerja Target Program Anggaran 3 (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2. a. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan daya saing industri primer hasil hutan Areal tanaman pada hutan tanaman bertambah Ha Ha Peningkatan Usaha Kehutanan 290,64 b. Peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat PNBP dari evaluasi pemanfaatan hutan produksi meningkat Areal hutan produksi tertata, dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 Provinsi dan usaha pemanfaatan Peningkatan produksi hasil hutan kayu, bukan kayu, dan jasa lingkungan 10% 2% 20% 1% 3 Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 123 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

134 No. Lampiran 1.b.3. Berkurangnya Lahan Kritis pada DAS Prioritas Sasaran Unit Organisasi Uraian Indikator Kinerja Target Program Anggaran 4 (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 3. Berkurangnya lahan kritis pada Rencana pengelolaan DAS terpadu 13 DAS Peningkatan Fungsi 2.852,84 DAS Prioritas pada DAS prioritas dan Daya Dukung Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, gambut, dan rawa pada DAS Prioritas Penetapan Areal Kerja pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa Terbangunnya hutan rakyat kemitraan Terbangunnya sumber benih baru Ha Ha Ha 850 Ha Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat 4 Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 124 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

135 Lampiran 1.b.4. Biodiversity dan Ekosistemnya Berperan Significantsebagai Penyangga Ketahanan Ekologis danpenggerak Ekonomi Riil serta Pengungkit Martabat Bangsa dalam Pergaulan Global No. Sasaran Unit Organisasi Uraian Indikator Kinerja Target Program Anggaran 5 (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Biodiversity dan ekosistemnya Jumlah Hotspotdi Pulau Kalimantan, 59,2% dari rerata Konservasi 1796,65 berperan significant sebagai Pulau Sumatara dan Pulau Sulawesi Keanekaragaman penyangga ketahanan ekologis berkurang. Hayati dan dan penggerak ekonomi riil Perlindungan Hutan Populasi spesies prioritas utama yang 2% (kumulatif) dari serta pengungkit martabat terancam punah meningkat kondisi Tahun 2008 bangsa dalam pergaulan global sesuai ketersediaan habitat Terbangunnya persiapan sistem 4 UPT PHKA pengelolaan BLU di UPT PHKA Konflik dan tekanan terhadap kawasan TN dan KK lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannyaterselesaikan Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam 1% 15% 48% / 12 unit (kumulatif) dibanding Tahun Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 125 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

136 No. Lampiran 1.b.5. Minimal 60% Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dapat Dimanfaatkan dalam Pengambilan Kebijakan, Pengelolaan Teknis Kehutanan dan Pengayaan Ilmu Pengetahuan, termasuk Pengembangan Kebijakan dan Teknis yang Berkaitan dengan Isu-Isu Perubahan Iklim Sasaran Unit Organisasi Uraian Indikator Kinerja Target Program Anggaran 6 (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Minimal 60% hasil penelitian Iptek dasar dan terapan yang 60% Penelitian dan 274,39 dan pengembangan kehutanan dimanfaatkan oleh pengguna dibidang Pengembangan dapat dimanfaatkan dalam konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 Kementerian pengambilan kebijakan, judul Kehutanan pengelolaan teknis kehutanan Iptek dasar dan terapan yang 60% dan pengayaan ilmu dimanfaatkan oleh pengguna dibidang pengetahuan, termasuk produktivitas hutan sebanyak 6 judul pengembangan kebijakan dan Iptek dasar dan terapan yang 60% teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul 60% 6 Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 126 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

137 Lampiran 1.b.6. Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Kehutanan dan Peningkatan Kualitas Aparatur Kemenhut No. Sasaran Unit Organisasi Uraian Indikator Kinerja Target Program Anggaran 7 (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Meningkatnya kapasitas pelaku Terbentuknya kerjasama kemitraan 13 Kerjasama Penyuluhan dan 297,87 utama dan pelaku usaha dalam rangka peningkatan peran serta Pengembangan SDM melalui upaya penyuluhan, pelaku utama dan pelaku usaha dalam Kehutanan serta peningkatan kapasitas pemberdayaan masyarakat aparatur Kemenhut dan SDM Terbentuknya kelompok masyarakat 100 Kelompok kehutanan lainnya produktif mandiri Sertifikasi penyuluh kehutanan 500 Orang Pendidikan dan pelatihan aparatur Peserta Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya Pendidikan menengah kejuruan 285 siswa kehutanan 7 Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 127 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

138 Lampiran 1.b.7. Terwujudnya Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan, serta Mendorong Perwujudan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Kementerian Kehutanan No. Sasaran Unit Organisasi Indikator Kinerja Anggaran 8 Program Uraian Target (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Terwujudnya pengawasan dan Kelemahan administrasi diturunkan dari 40% dari tahun 2009 Pengawasan dan 57,91 peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian tahun 2009 Pelanggaran terhadap peraturan 40% dari tahun 2009 Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi perundangan diturunkan dari tahun 2009 Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas 40% dari tahun 2009 Kementerian Kehutanan dan tata kelola Kementerian Kehutanan berkurang dari tahun 2009 Potensi kerugian Negara diturunkan dari tahun % dari tahun Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 128 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

139 Lampiran 1.b.8. Meningkatnya Tata Kelola Administrasi Pemerintahan Kementerian Kehutanan secara Efektif dan Efisien, serta Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola No. Sasaran Unit Organisasi Uraian Indikator Kinerja Target Program Anggaran 9 (Rp Milyar) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Meningkatnya tata kelola Opini laporan keuangan Kemenhut Tahun Wajar Tanpa Dukungan 408,64 administrasi pemerintahan 2013 Pengecualian Manajemen dan Kementerian Kehutanan Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 14 Unit Pelaksanaaan Tugas secara efektif dan efisien 69 unit perusahaan terselesaikan 16% Teknis Lainnya Pencapaian sasaran strategis Kementerian 72% Kementerian Kehutanan Kehutanan Terselesaikannya status pencatatan BMN eks 5 Provinsi kantor Wilayah Departemen Kehutanan Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Minimal 64% negara bidang kehutanan Prasyarat pengembangan kapasitas dan 92% karir pegawai minimal terpenuhi Meningkatnya citra positif Kemenhut per 10% tahun Standar produk dan jasa kehutanan, 7 Produk pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim Kerjasama baru bilateral 1 negara Tersusunnya perencanaan kehutanan 4 Regional Pelaksanaan pembangunan kehutan di Minimal 90% regional berjalan Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat (HTR), hutan rakyat (HR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), dan Hutan Desa (HD) Ha 9 Berdasarkan pagu APBN 2013 sebelum perubahan 129 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

140 Lampiran 2a. Pengukuran Kinerja Menteri Kehutanansesuai Rencana Sasaran/OutcomeDalam Penetapan Kinerja 2013 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 10 Realisasi 11 % Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan Tata batas kawasan hutan yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Km ,88 Km 96,63 Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan 687,78 621,67 90,39 dapat dilaksanakan Kawasan Hutan KPH beroperasi 30 unit 30 unit 100,00 secara lebih optimal Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan tingkat nasional 1 Judul 1 Judul 100,00 2 a. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan industri primer hasil hutan b. Peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan. 3 Biodiversiti dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Areal tanaman hutan pada hutan tanaman bertambah IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat Jumlah hotspot kebakaran hutan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi menurun Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat Ha Ha 57,36 Peningkatan Usaha Kehutanan Ha 882,833 Ha 135,82 10% 128,18% ,2% dari rerata %dari kondisi Tahun 2008 sesuai ketersediaan 68,10% ( titik) 46,62% 150,00 115,03 Konservasi Keanekaragama n Hayati dan Perlindungan Hutan 262,51 310,45 118, , ,03 90,03 10 Berdasarkan APBN-P Realisasi termasuk Penerimaan dan Belanja Hibah Langsung 130 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

141 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 10 Realisasi 11 % habitat 4 Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas Rencana pengelolaan DAS terpadu pada DAS Prioritas 13 DAS 15 DAS 115,38 Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung 2.671, ,52 91,05 5 Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim 6. Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut Tanaman rehabilitasi pada lahan kritis di dalam DAS prioritas Penetapan areal kerja pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) Penyediaan teknologi dasar dan terapan silvikultur, pengolahan hasil hutan, konservasi alam dan sosial ekonomi guna mendukung pengelolaan hutan lestari, 25 Judul Terbentuknya kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Ha ha 135, Ha ha 89,30 Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat 60% 47,13% 78,55 Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan 10 Kerjasama 16 Kerjasama 123,08 Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan 274,41 262,30 95,58 285,77 270,08 94, LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

142 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 10 Realisasi 11 % dan SDM kehutanan lainnya Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Peserta Peserta Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kementerian Kehutanan secara efektif dan efisien Penanganan perkara, pemulihan hak-hak Negara bidang kehutanan Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan Tahun 2013 Minimal menang sebesar 64% Wajar Tanpa Pengecualian 56,53% pm 80,53 - Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan 687,47 636,71 92,62 8. Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan Kelemahan administrasi diturunkan Pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan Potensi kerugian Negara diturunkan 40% dari tahun % dari tahun % dari tahun ,94% 123,24 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas 76,11% 150,00 Aparatur Kementerian Kehutanan 87,38% 150,00 56,64 55,20 97,46 JUMLAH 6.605, ,96 92, LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

143 Lampiran 2b. Pengukuran Kinerja Kementerian Kehutanan Sesuai Rencana Sasaran/Outcome Dalam Penetapan Kinerja 2013 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 12 Realisasi 13 % Terjaminnya Tata batas kawasan Km ,88 96,63 Perencanaan 687,78 621,67 90,39 kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan hutan, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan Data dan informasi 1 Judul Km 1 Judul 100 Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional (Data Informasi Tahun 2013) Ijin pinjam pakai kawasan 100% 209,58% 150,00 hutan terlayani secara tepat waktu Rencana makro 1 Judul 1 Judul 100 penyelenggaraan kehutanan Penunjukan kawasan 46% 35,38% 76,92 hutan provinsi selesai Beroperasinya KPH 30 Unit 30 unit 100 Rerata ,71 2 a. Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan industri primer hasil hutan b. Peningkatan produksi dan Areal tanaman pada hutan tanaman bertambah Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat Ha Ha 57,36 Peningkatan Usaha Ha Ha 135,82 Kehutanan 10% 128,18% 150,00 262,51 310,45 118,26 12 Berdasarkan APBN-P Realisasi termasuk Penerimaan dan Belanja Hibah Langsung 133 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

144 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 12 Realisasi 13 % diversifikasi PNBP dari evaluasi 2% 9,25% 150,00 hasil hutan. pemanfaatan hutan produksi meningkat Areal hutan produksi 20% KPHP 150% KPHP 150,00 tertata, dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 Provinsi dan usaha pemanfaatan Peningkatan produksi 1% 6,19% ,00 hasil hutan kayu, bukan kayu, dan jasa lingkungan Rerata ,20 3 Biodiversiti dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pergaulan global Jumlah Hotspotdi Pulau Kalimantan, Pulau Sumatara dan Pulau Sulawesi berkurang. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di UPT PHKA Konflik dan tekanan terhadap kawasan TN dan KK lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar ilegal, 59,20% 2% 68,10% 46,62% 115,03 150,00 Konservasi Keanekaragam an Hayati dan Perlindungan Hutan 4 UPT PHKA 4 UPT 100,00 1% 0,49% 49,19 15% 69,18% 150, , ,03 90,03 14 Merupakan rerata dari capaian peningkatan hasil hutan kayu sebesar 4,02% dan non kayu sebesar 8,36% 134 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

145 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 12 Realisasi 13 % penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannyaterselesaik an Meningkatnya 48% % 150,00 pengusahaan pariwisata alam Rerata ,04 4 Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas 5 Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan Rencana pengelolaan DAS terpadu pada DAS prioritas Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, gambut, dan rawa pada DAS Prioritas 13 Unit DAS Ha 15 unit DAS ha 115,38 135,32 Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Penetapan Areal Kerja Ha ha 89,30 pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa Terbangunnya hutan Ha ,11 ha 109,73 rakyat kemitraan Terbangunnya sumber 850 Ha 923 ha 108,58 benih baru Rerata ,66 Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 paket 60% 48,69% 81,16 Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan 2.671, ,52 91,05 274,41 262,30 95, % bila dikonversi ke dalam unit, maka menjadi 12 unit, tercapai 31 unit (124%) 135 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

146 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 12 Realisasi 13 % dalam Iptek dasar dan terapan 60% 48,53% 80,88 pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktivitas hutan sebanyak 6 paket Iptek dasar dan terapan 60% 43,20% 72,00 pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 paket Iptek dasar dan terapan 60% 48,10% 80,17 isu-isu perubahan iklim yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 paket Rerata 5. 78,55 6 Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemenhut, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan 7 Meningkatnya tata kelola administrasi Kelemahan administrasi diturunkan dari tahun 2009 Pelanggaran terhadap peraturan perundangan diturunkan dari tahun 2009 Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang dari tahun 2009 Potensi kerugian Negara diturunkan dari tahun % dari tahun % dari tahun % dari tahun % dari tahun ,94% 76,11% 123,24 150,00 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan 40,11% 100,19 87,38% 150,00 Rerata ,86 Opini laporan keuangan Wajar Tanpa pm - Dukungan Kemenhut Tahun 2013 Pengecualian Manajemen 56,64 55,20 97,46 687,47 636,71 92, LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

147 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 12 Realisasi 13 % pemerintahan Kemenhut secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan 16% Pencapaian sasaran 14 Unit 72% 9 unit 87,59% 64,00 121,65 dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kehutanan strategis Kementerian Kehutanan Terselesaikannya status 5 Provinsi 9 provinsi 150,00 pencatatan BMN eks kantor Wilayah Departemen Kehutanan Penanganan perkara, Minimal 64% 80,5% 125,7 pemulihan hak-hak negara bidang kehutanan Prasyarat pengembangan 92% 90,04% 97,87 kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi Meningkatnya citra positif 10% 10,5% 105,45 Kemenhut per tahun Standar produk dan jasa 7 Produk 17 produk 150,00 kehutanan, pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim Kerjasama baru bilateral 1 negara 1 negara 100 Tersusunnya perencanaan 4 Regional 4 regional 100 kehutanan Pelaksanaan Minimal 90% 81,38% 90,42 pembangunan kehutan di regional berjalan Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat Ha 2.516,94 Ha 3, LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

148 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi % Program Anggaran (Rp. milyar) Pagu 12 Realisasi 13 % (HTR), hutan rakyat (HR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), dan Hutan Desa (HD) Rerata 7. 92,35 8 Peran serta masyarakat dalam pembangunan kehutanan dan peningkatan kualitas aparatur Kemenhut Terbentuknya kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri Sertifikasi penyuluh kehutanan Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya Pendidikan menengah kejuruan kehutanan 13 Kerjasama 16 Kerjasama 100 Kelompok 137 Kelompok 123,08 Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Orang 560 Orang Peserta Peserta siswa 461 Siswa ,77 270,08 94,51 Rerata ,42 TOTAL RERATA CAPAIAN KINERJA KEMENHUT 6.605, ,96 92, LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

149 Lampiran 3. Indikator Kinerja Renstra Kementerian Kehutanan per Program dan Kegiatan No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) 1. Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan a. Pengukuhan Kawasan Hutan b. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) c. Penyusunan rencana makro kawasan hutan d. Inventarisasi dan pemantauan Terjaminnya kepastian kawasan hutan sehingga pengelolaan sumberdaya hutan dapat dilaksanakan secara lebih optimal Terwujudnya kepastian kawasan hutan dan terlaksananya penatagunaan kawasan hutan Terwujudnya kepastian wilayah kelola KPH dan penyiapan areal pemanfaatan hutan Terselenggaranya perencanaan, harmonisasi tata ruang dan sistem jaringan komunikasi data yang tepat dalam mendukung pemantapan kawasan hutan Tersedianya data dan informasi sumberdaya hutan seluruh 1. Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul. 2. Ijin pinjam pakai kawasan hutan terlayani 100% secara tepat waktu. 3. Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul. 4. Tata batas kawasan hutan sepanjang Km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan. 5. Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai100%. 6. Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan seluruh Indonesia dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan). 1. Terjaminnya tata batas kawasan hutan sepanjang km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi kawasan hutan 2. Penunjukan kawasan hutan provinsi selesai (100%) 3. Penetapan kawasan hutan yang telah di tata batas temu gelang selesai 75% per tahun 4. Rekomendasi perubahan fungsi kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun 5. SK pelepasan kawasan hutan secara parsial selesai 75% per tahun 1. Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHL dan KPHP di seluruh Indonesia 2. Beroperasinya 120 KPH (20% dari KPH yang ditetapkan) 3. Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan wilayah KPHK di seluruh Indonesia 4. Peraturan perundangan tentang penyelenggaraan KPH sebanyak 4 judul 5. Peta areal kerja dan peta pencadangan ijin pemanfaatan hutan selesai 80%. 1. Rencana makro penyelenggaraan kehutanan sebanyak 4 judul 2. Persetujuan substansi teknis kehutanan terhadap usulan revisi tata ruang di 26 provinsi 3. Sistem jaringan komunikasi data kehutanan LAN pusat dan WAN 17 provinsi sebanyak 1 sistem per tahun 1. Data dan informasi geospasial dasar dan tematik kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 judul 139 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

150 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) sumberdaya hutan Indonesia yang akurat dan terkini 2. Data dan informasi sumberdaya hutan pada kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul 3. Data dan informasi pendugaan carbon kawasan hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul 4. Basis data spasial sumberdaya hutan yang terintegrasi sebanyak 5 kali update e. Pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Planologi Kehutanan g. Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan 2. Peningkatan Usaha Kehutanan Terwujudnya penggunaan kawasan hutan sesuai dengan fungsi, peruntukan dan peraturan yang berlaku Penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen Planologi Kehutanan berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan Terwujudnya kepastian kawasan hutan dalam mendukung pemantapan kawasan hutan Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan produksi dan industry primer hasil hutan, serta peningkatan produksidan diversifikasi hasil hutan. 1. Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terlayani 100% secara tepat waktu 2. Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan minimal 80% per tahun 3. Data dan informasi penggunaan kawasan hutan di 33 provinsi 4. Peraturan perundangan penggunaan kawasan hutan, 3 judul 1. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 23 satker 2. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen Planologi Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 23 Satker 1. Tata batas kawasan hutan sepanjang km 2. Neraca Sumberdaya Hutan di 17 BPKH 1. Areal hutan produksi tertata dalam unit-unit pengelolaan berupa KPHP di 18 provinsi dan usaha pemanfaatan (ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam/hutan tanaman/iuphhk-ha/ht, IUPHH bukan kayu/iuphh restorasi ekosistem/iuphh jasa lingkungan/pemanfaatan kawasan) di 26 provinsi. 2. Produksi dan diversifikasi usaha pemanfaatan pada hutan alam produksi meningkat sebesar 5%, terdiri dari hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem. 3. Penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam dan atau Restorasi Ekosistem (IUPHHK-HA/RE) pada areal bekas tebangan (logged over area/loa) seluas 2,5 juta ha. 4. Kinerja usaha pemanfaatan hutan tanaman dan intensitas pemanfaatan hutan produksi meningkat (penambahan tanaman pada hutan tanaman 140 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

151 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) a. Peningkatan Usaha Hutan Tanaman b. Peningkatan Usaha Hutan Alam c. Perencanaan Pemanfaatan dan Peningkatan Usaha Kawasan Hutan d. Peningkatan tertib peredaran hasil hutan dan iuran hasil hutan e. Peningkatan usaha industri primer kehutanan f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Usaha Kehutanan Peningkatan produksi hutan tanaman dari HTI/HTR Peningkatan produksi dan diversifikasi usaha hutan alam areal hutan produksi tertata baik dalam kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) maupun unit-unit usaha pemanfaatan hutan produksi Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan tertib sesuai ketentuan Peningkatan ekspor industri hasil hutan Penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen Bina Usaha Kehutanan berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian seluas ha). 5. Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan berjalan secara tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meningkat 10%. 6. Kinerja industri pengolahan hasil hutan meningkat (50% produk bersertifikat legalitas kayu). 1. Penambahan luas areal pencadangan ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha 2. Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) seluas 2,65 juta ha. 3. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit manajemen hutan tanaman 1. Produksi hasil hutan kayu sebesar 5 % 2. Unit IUPHHK bersertifikat PHPL meningkat 50 % 3. 50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas Kayu 1. Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan produksi 2. Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi dalam bentuk unitunit usaha pada 26 provinsi. 3. Produksi hasil hutan bukan kayu/jasa lingkungan sebesar 5% 4. Penerbitan IUPHHK-HA/RE pada areal bekas tebangan (LOA) seluas 2,5 juta ha 1. PNBP dari investasi pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 10% 2. Implementasi SIM PUHH secara online di seluruh unit Manajement IUPHHK dan IPHHK 1. Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah (kumulatif) meningkat 75% 2. Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu meningkat 50% 3. Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 10% (rata-rata 2% per tahun) 1. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BUK sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 24 satker 2. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BUK dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011.sebanyak 24 Satker 141 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

152 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) g. Pemantauan Usaha Kehutanan dan Pembinaan Ganis Wasganis PHPL 3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan a. Pengembangan Kawasan Konservasi, Ekosistem Esensial dan Pembinaan Hutan lindung Kehutanan Penyelenggaraan usaha kehutanan secara lestari di unit-unit usaha kehutanan Biodiversiti dan ekosistemnya berperan signifikan sebagai penyangga ketahanan ekologis dan penggerak ekonomi riil serta pengungkit martabat bangsa dalam pegaulan global Meningkatnya pengelolaan dan pendayagunaan 50 unit taman nasional dan 477 unit kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) dan ekosistem esensial. 1. Terpantaunya kegiatan peningkatan usaha hutan tanaman dan hutan alam, perencanaan pemanfaatan dan usaha kawasan hutan, peningkatan tertibperedaran HH dan iuran kehutanan, serta usaha industri kehutanan 2. Tersedianya sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi yang memenuhi standar pada unit manajemen 3. Tersedianya Ganis dan Wasganis yang bersertifikat 4. Rekomendasi pembangunan HTR 5. Tersedianya sarana prasaranakerja 1. Terbangunnya sistem pengelolaan BLU di 4 UPT PHKA. 2. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%. 3. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat. 4. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal, penambangan ilegal dan kebakaran hutan) penanganannya terselaikan minimal 75%. 5. Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun. 6. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam sebesar 60% dibanding tahun Terjaminnya konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB) dan HL menurun sebanyak 5%. 2. Terjaminnya pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%. 3. Terjaminnya penanganan perambahan kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng) 4. Terjaminnya restorasi ekosistem kawasan konservasi, 4 lokasi 5. Terjaminnya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 51 TN prioritas 6. Terjaminnya peningkatan pengelolaan kawasan konservasi ekosistem gambut, 8 provinsi 7. Terjaminnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi 142 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

153 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) b. Penyidikan dan Pengamanan Hutan c. Pengembangan konservasi spesies dan genetik d. Pengendalian kebakaran hutan e. Pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan Meningkatnya pengamanan kawasan hutan, hasil hutan dan jaminan terhadap hak negara atas hutan Meningkatnya kualitas konservasi keanekaragaman hayati dan produk tumbuhan dan satwa liar Meningkatkan sistem pencegahan pemadaman, penanggulangan, dampak kebakaran hutan dan lahan Meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam tertentu meningkat menjadi minimal Rp ,00 per bulan per kepala keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. 1. Terjaminnya kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75% 2. Terjaminnya tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun 3. Terjaminnya kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20% 4. Peningkatan kapasitas penanganan kasus kejahatan kebakaran hutan di 10 provinsi 1. Terjaminnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat 2. Terjaminnya penangkaran dan pemanfaatan jenis keanekaragaman hayati secara lestari meningkat 5% 3. Kerjasama internasional dan konvensi di bidang konservasi kenakeragaman hayati sebanyak 1 paket per tahun 4. Terselenggaranya skema DNS Kehutanan, 2 aktifitas 1. Terjaminnya hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata Terjaminnya kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bahaya kebakaran hutan di 30 DAOPS (10 Provinsi) 1. Terjaminnya pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun Ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit. 3. Terjaminnya PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun Pelaksanaan demonstration activity REDD di 2 kawasan konservasi (hutan gambut) 5. Terjaminnya Kader konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan 143 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

154 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam g. Pengembangan dan Pengelolaan Taman Nasional h. Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Alam Penyelenggaraan tugas dan fungsi Ditjen PHKA berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan TN, kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi dan ekosistem esensial, meningkat 10% dari tahun Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen PHKA sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 81 satker 2. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen PHKA dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 81 Satker 3. Terbangunnya persiapan sistem pengelolaan BLU di 12 UPT PHKA 1. Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman nasional menurun sebanyak 5% 2. Peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pengelolaan berbasis resort di 51 TN 3. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75% 4. Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun 5. Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20% 6. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat 7. Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar taman nasional 12. Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan di seluruh Indonesia 1. Konflik dan tekanan terhadap kawasan CA, SM, TB dan HL menurun sebanyak 5% 2. Pengelolaan ekosistem esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 10%. 144 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

155 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) 4. Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat a. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS Prioritas kelestarian kawasan dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Berkurangnya lahan kritis pada DAS Prioritas. berkurangnya lahan kritis melalui rehabilitasi dan reklamasi hutan 3. Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL,illegal, penambangan illegal dan kebakaran) penanganannya terselesaikan minimal sebanyak 75% 4. Tunggakan perkara (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL illegal, penambangan illegal dan kebakaran) terselesaikan sebanyak 25% per tahun 5. Kasus hukum perambahan kawasan konservasi terselesaikannya sebanyak 20% 6. Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah meningkat sebesar 3% dari kondisi tahun 2008 sesuai ketersediaan habitat 7. Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun dari rerata Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan hingga 50% dalam 5 tahun dibanding kondisi rerata Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 60% dibandingkan tahun PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan wisata alam di sekitar kawasan konservasi 12. Tersedianya dokumen program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan seluruh Indonesia 1. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha. 2. Terbangunnya Hutan kemasyarakatan (HKm)seluas 2 juta ha. 3. Terbangunnya Hutan rakyat kemitraan seluas ha. 4. Terbangunnya sumber benih baru seluas ha, dan pengelolaan areal sumber benih yang telah ada seluas ha. 5. Terbangunnya Hutan desa seluas ha. 6. Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 unit DAS prioritas. 1. Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas ha. 2. Terjaminnya tanaman rehabilitasi lahan kritis pada DAS prioritas seluas ha. 3. Terjaminnya hutan kota seluas 6000ha. 4. Terjaminnya tanaman rehabilitasi hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa seluas ha b. Pengembangan meningkatnya pengelolaan hutan 1. Terjaminnya hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha 145 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

156 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) Perhutanan Sosial melalui pemberdayaan masyarakat 2. Terjaminnya ijin usaha pengelolaan HKm sebanyak 500 lembaga 3. Terjaminnya kemitraan usaha HKm sebanyak 50 unit 4. Terjaminnya dukungan ketahanan pangan di 32 provinsi 5. Terjaminnya hutan rakyat Kemitraan untuk bahan baku kayu industri pertukangan seluas Ha 6. Terjaminnya sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi 7. Terjaminnya hutan desa seluas ha c. Pengembangan perbenihan tanaman hutan d. Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan DAS e. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial f. Perencanaan, penyelenggaraan RHL, pengembangan kelembagaan dan evaluasi DAS g. Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan ketersediaan materi genetik, sumber benih, dan benih berkualitas yang memadai Terselenggaranya pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS priorutas penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan Berkurangnya lahan kritis dan peningkatan pendapatan masyarakat Meningkatnya pengelolaan hutan mangrove 1. Terjaminnya areal sumber benih seluas ha terkelola secara baik 2. Terjaminnya areal sumber benih seluas ha 3. Terjaminnya pengembangan Seed for People 100 lokasi 4. Terjaminnya sentra bibit 33 Unit terbangun 1. Terjaminnya rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS prioritas 2. Terjaminnya base line datapengelolaan DAS di 108 DAS 3. Tersedianya data dan peta lahan kritis di 36 BPDAS 1. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Ditjen BPDASPS sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 50 satker 2. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Ditjen BPDASPS dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 50 Satker 1. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha. 2. Terbangunnya hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2 juta ha. 3. Sentra HHBK Unggulan terbentuk dan beroperasi di 30 lokasi 4. Terbangunnya hutan rakyat kemitraan untuk bahan baku industri pertukangan seluas ha. 5. Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 108 unit DAS 6. Terbangunnya hutan desa seluas ha. 1. Rencana RTkRHL mangrove, 2 kegiatan 2. Rencana pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan 3. Terbentuk dan berfungsinya kelompok kerja mangrove daerah, 31 provinsi 146 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

157 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) evaluasi hutan mangrove h. Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan i. Pengembangan Persuteraan Alam 5. Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan a. Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan b. Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Tersedianya sumber benih untuk mendukung RHL Meningkatnya jumlah produksi sutera alam Minimal 60% hasil penelitian dan pengembangan kehutanan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan, pengelolaan teknis kehutanan dan pengayaan ilmu pengetahuan, termasuk pengembangan kebijakan dan teknis yang berkaitan dengan isu-isu perubahan iklim Ketersediaan dan termanfaatkan iptek dasar dan terapan bidang lansekap hutan, perubahan iklim, dan kebijakan kehutanan Ketersediaan dan termanfaatkannya Iptek dasar dan terapan bidang konservasi dan rehabilitasi 4. Data informasi evaluasi pengelolaan hutan mangrove, 2 kegiatan 1. Areal sumber benih seluas ha terkelola secara baik. 2. Areal sumber benih seluas ha. 3. Pengembangan Seed for People 100 lokasi. 4. Terbangunnya sentra bibit 33 Unit. 1. Jumlah unit usaha persuteraan alam meningkat sebesar 15 unit 2. Peningkatan produksi sutera alam segmen hulu sebesar 10% 1. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul. 2. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul 3. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul 4. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul. 1. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul, yaitu : (1) strategi kebijakan bagi pengambil keputusan (decision support system, DSS) dalam penataan ruang dan penatagunaan hutan berbasis DAS; (2) strategi kebijakan (DSS) pengembangan hutan kota; (3) kebijakan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan; (4) teknik perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan; (5) strategi kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim; (6) strategi penguatan tata kelola kehutanan dan kinerja Kemenhut; (7) strategi penguatan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan. 2. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang perubahan iklim dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul tersebut di atas. 1. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul, yaitu : (1) teknik rehabilitasi hutan bekas tebangan; (2) teknik penanaman dan rehabilitasi mangrove; (3) teknik pengelolaan hutan rawa gambut ramah lingkungan; (4) teknik konservasi flora, fauna dan mikoorganisme; (5) teknik pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara lestari; (6) 147 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

158 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) c. Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Hutan dan Pengolahan Hasil Hutan d. Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan e. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 6. Penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan ketersediaan dan termanfaatkannya IPTEK dasar dan terapan bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan Ketersediaan dan pemanfaatan IPTEK dasar dan terapan bidang hutan tanaman dan hasil hutan bukan kayu penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Litbang berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut sistem pengelolaan DAS lintas sektoral dan wilayah admiistrasi; (7) teknik rehablitasi dan restorasi lahan bekas tambang. 2. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang konservasi dan rehabilitasi sebanyak 7 judul tersebut di atas. 1. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan bidang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul, yaitu : (1) informasi tentang sifat dasar dan kegunaan kayu sesuai tujuan pemakaiannya; (2) teknik pemanenan hutan ramah lingkungan; (3) teknik pemanfaatan dan peningkatan kualitas kayu serta standarisasi produk kayu; (4) teknik pengolahan, pemanfaatan dan diversifikasi produk HHBK; (5) terobosan perekayasaan alat dan teknik subtitusi bahan pembantu industri perkayuan. 2. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang keteknikan hutan dan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul tersebut di atas. 1. Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan dibidang produktifitas hutan sebanyak 6 judul, yaitu : (1) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan; (2) teknik peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil pulp; (3) teknik peningkatan produktifitas jenis-jenis tanaman kayu energi ; (4) teknik penyediaan benih unggul; (5) teknik peningkatan produktifitas dan nilai ekonomi HHBK FEM (food, energy, medicine); (6) teknik peningkatan produktifitas dan kualitas produk HHBK non FEM (gaharu, cendana, gemor, sutera, lebah madu, rusa). 2. Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna di bidang produktifitas hutan 6 judul tersebut di atas. 1. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Litbang Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 20 satker 2. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Litbang Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 20 Satker 3. Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) 1. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat 2. Terbentuknya 500 kelompok masyarakat produktif mandiri 148 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

159 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) a. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan b. Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan c. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya d. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi pelaku utama dan pelaku usaha serta peran penyuluh dalam pembangunan kehutanan Terselenggaranya pengembangan SDM Kehutanan Meningkatnya kualitas dan kapasitas aparatur Kemenhut serta SDM kehutanan lainnya Penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM berjalan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan 3. Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak orang 4. Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya minimal sebanyak orang 5. Pendidikan menengah kehutanan sebanyak orang 1. Terbentuknya 500 Kelompok Usaha Produktif Kehutanan. 2. Tercukupinya Sarana Prasarana dan Alat Bantu Penyuluhan Kehutanan Sebanyak 60 Unit Percontohan Pemberdayaan Masyarakat dan Unit Kendaraan Operasional Penyuluh Kehutanan. 3. Tercukupinya Tenaga Penyuluh Kehutanan dalam rangka mendukung Pengelolaan Hutan melalui pendayagunaan Orang Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat dan/atau Penyuluh Kehutanan Swasta. 4. Pemetaan dan Pengembangan Aparatur Kehutanan (Kemenhut dan Daerah) selesai di 33 Provinsi. 5. Pemetaan dan Perencanaan Pengembangan SDM Non Aparatur selesai di 33 provinsi. 6. Sertifikasi Penyuluh Kehutanan sebanyak 1500 orang. 1. Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak orang peserta. 2. Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak siswa. 3. Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan. 4. Sertifikasi ISO 9001: 2008 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sejumlah 5 unit. 1. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker 2. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 17 Satker 3. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat 4. Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota. 149 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

160 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) 7. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan a. Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat I b c d Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat II Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat III Pengawasan Terhadap Kinerja, Keuangan dan Administrasi pada Wilayah Kerja Inspektorat IV Terwujudnya pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian Kehutanan, serta mendorong perwujudan reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Kehutanan Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan-satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat I Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat II Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat III Terlaksananya audit kinerja, keuangan, dan administrasi pada satuan kerja Kementerian Kehutanan di wilayah kerja Inspektorat IV 1. Kelemahan administrasi ditekan hingga 50% dari tahun Pelanggaran terhadap peraturan perundangan berkurang hingga 50% dari tahun Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas berkurang hingga 50% dari tahun Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat I ditekan hingga 50% dari tahun Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat I berkurang hingga 50% dari tahun Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat II ditekan hingga 50% dari tahun Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat II berkurang hingga 50% dari tahun Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat III ditekan hingga 50% dari tahun Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat III berkurang hingga 50% dari tahun Kelemahan administrasi di wilayah kerja Inspektorat IV ditekan hingga 50% dari tahun Pelanggaran terhadap peraturan perundangan di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas di wilayah kerja Inspektorat IV berkurang hingga 50% dari tahun LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

161 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) e Pengawasan Terhadap Kasus Pelanggaran yang Berindikasi KKN Terlaksananya audit terhadap kasus yang diduga berindikasikan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) 1. Potensi kerugian negara dapat diturunkan hingga 25% dari temuan tahun f Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Kehutanan Penyelenggaraan tugas dan fungsi Itjen berjalan secara efektif dan efisien, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan 1. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Itjen Kemenhut sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 6 satker 2. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Itjen Kemenhut dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 6 Satker 8. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan Meningkatnya tata kelola administrasi pemerintahan Kemenhut secara efektif dan efisien, serta mewujudkan reformasi birokrasi 1. Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahunan wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan tahun 2011 sebanyak 1 judul per tahun. 2. Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan sebesar 80%. 3. Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi. 5. Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun Prasyarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%. 7. Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun. 8. Rancangan standard produk dan jasa kehutanan, pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul 9. Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga 10. Tersusunnya rencana kawasan dan pembangunan kehutanan 4 regional. 11. Penyaluran kredit pembangunan hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman Rakyat (HTR) dan hutan rakyat seluas ha. 151 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

162 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) a. Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Kementerian Kehutanan b. Penyelenggaraan Administrasi dan Penataan Kepegawaian c. Penyelenggaraan dan Pembinaan Tata Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan d. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan Kementerian Kehutanan e. Penyelenggaraan Ketatausahaan, Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Kehutanan. f. Pembinaan Standarisasi, Pengelolaan terselenggaranya koordinasi perencanaan dan evaluasi Kementerian Kehutanan secara baik dan mantap terselenggaranya tertib dan pelayanan administrasi kepegawaian Kementerian Kehutanan mantapnya tata hukum dan organisasi di lingkup Kementerian Kehutanan tertibnya pelaksanaan administrasi keuangan Kementerian Kehutanan tertibnya pelaksanaan tata usaha, rumah tangga dan pengelolaan barang milik negara (BMN) Kementerian Kehutanan berkembangnya standardisasi produk, proses, dan kompetensi 1. Penyerapan anggaran meningkat minimal menjadi 90% diakhir tahun Pencapaian sasaran strategis minimal 95% di akhir tahun Model implementasi kebijakan kehutanan di 3 kabupaten 1. Pelayanan administrasi kepegawaian minimal 95% akurat dan tepat waktu. 2. Prasarat pengembangan kapasitas dan karir pegawai minimal terpenuhi 95%. 3. Data kepegawaian dalam SIMPEG minimal 98% sesuai dengan data yang dimiliki individu PNS. 1. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 75% di akhir tahun Pencapaian penelaahan hukum peraturan perundang-undangan lingkup Kemenhut minimal sebesar 80% di akhir tahun Penanganan perkara, pemulihan hal-hak negara bidang kehutanan minimal menang sebesar 80% di akhir tahun Pencapaian pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan lingkup Kemenhut minimal sebesar 70% di akhir tahun Pengembalian pinjaman/piutang sebanyak 69 unit perusahaan terselesaikan KUK- DAS, KUHR dan KUPA serta PSDH DR sebesar 80% 2. Opini laporan keuangan Kementerian Kehutanan wajar tanpa pengecualian mulai laporan tahun 2011, sebanyak 5 judul (1 judul setiap tahun) 3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 13,75 Trilyun 1. SIMAK BMN Kementerian Kehutanan akuntabel dan tepat waktu sebanyak 225 satuan kerja per tahun 2. Sertifikasii ahli pengadaan barang dan jasa bagi pejabat pembuat komitmen (PPK) dan panitia/pejabat pengadaan di Kementerian Kehutanan sebanyak orang 3. Sertifikasi tanah milik Kementerian Kehutanan di 5 lokasi (Mangala Wanabakti, Kanci, Cimanggis, Kramatjati, dan Rumpin) 4. Terselesaikannya status pencatatan BMN eks Kantor Wilayah Kementerian Kehutanan di 15 provinsi. 1. Standard produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim 35 judul 152 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

163 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) Lingkungan dan Penanganan Perubahan Iklim Kehutanan g. Pembinaan dan Koordinasi Kerjasama Luar Negeri h. Penyiaran dan Penyebarluasan Informasi Pembangunan Kehutanan i. Pengelolaan Keuangan, Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir Pembiayaan Pembangunan Kehutanan j. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I k. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II l. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III teknis di bidang kehutanan, peningkatan pengelolaan lingkungan dan penanganan perubahan iklim kehutanan meningkatnya peran dan posisi Indonesia di bidang kehutanan memperkuat pemahaman dan komitmen masyarakat terhadap pembangunan kehutanan fasilitasi dan ketersediaan pembiayaan pembangunan kehutanan Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional I Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional II Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional III 2. Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 unit 3. Rekomendasi kebijakan penanganan perubahan iklim kehutanan sebanyak 5 paket 1. Partisipasi Indonesia dalam forum kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) di bidang kehutanan sebanyak 3 paket per tahun 2. Komitmen kerjasama internasional di bidang kehutanan (bilateral, multilatareal, regional, dan multipihak) sebanyak 5 paket 3. Kerjasama baru bilateral sebanyak 5 negara dan multipihak sebanyak 3 lembaga 4. Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama internasional (bilateral, multilateral dan regional) sebanyak 3 paket per tahun 1. Meningkatnya citra positif Kemenhut sebesar 10% per tahun. 2. Meningkatnya berita kegiatan pimpinan Kemenhut sebesar 10% per tahun. 3. Meningkatnya publikasi kebijakan program pembangunan kehutanan sebesar 10% per tahun. 4. Hubungan dengan lembaga tinggi negara, pemerintah dan lembaga non pemerintah meningkat sebesar 10% per tahun. 1. Kredit pembangunan hutan tanaman (hutan tanaman industri, hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat) seluas ha 2. Pemahaman terhadap skim pinjaman pembangunan hutan tanaman di 60 kabupaten tahun Peningkatan penguatan kelembagaan debitur di 15 kabupaten tahun Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional I berjalan minimal 90% 2. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional I, 2 dokumen 1. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional II berjalan minimal 90% 2. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional II, 2 dokumen 1. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional III berjalan minimal 90% 2. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional III, 2 dokumen 153 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

164 No. PROGRAM / KEGIATAN SASARAN (Outcomes / Outputs) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROGRAM / INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) m. Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Terselenggaranya perencanaan kehutanan di regional IV 1. Pelaksanaan pembangunan kehutanan di regional IV berjalan minimal 90% 2. Tersusunnya perencanaan kehutanan di regional IV, 2 dokumen 154 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

165 Lampiran 4. Hasil Penelitian sampai dengan Tahun 2013 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang Bidang Konservasi dan Rehabilitasi 1. Pengelolaan Hutan Lahan Kering Tipologi potensi biomassa dan karbon HL Rinjani Barat Klasifikasi fragmentasi vegetasi hutan berdasarkan kriteria perkembangan vegetasi jenis kanopi utama Teknik rehabilitasi areal hutan terdegradasi di IUPHHK Restorasi Ekosistem (pada berbagai level gradasi kerusakan hutan) Model rehabilitasi HL berbasis HHBK (kondisis sosek, lokasi, jenis, teknik) Informasi potensi dan nilai manfaat HL-Rinjani Barat sebagai penyedia jasa lingkungan (karbon, air, wisata) Informasi status pengelolaan, potensi pemanfaatan dan nilai manfaat air HL P. Tarakan Informasi nilai manfaat ekowisata HL Gunung Mutis Informasi kelembagaan lokal terkait pengelolaan KPHL Rinjani Barat (nilai sosbud masyarakat, peran dan kekuatan hukun adat) Informasi ilmiah pengelolaan kolaboratif hutan lindung Gunung Lumut Pedoman Penggunaan Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon Hutan di Indonesia Demplot seluas 50,5 ha ujicoba teknik rehabilitasi areal hutan terdegradasi di IUPHHK-RE PT REKI Demplot 5,5 ha model rehabilitasi berbasis HHBK di HL Rinjani Barat Demplot seluas 7,5 ha ujicoba rehabilitasi berbasis bahan bakar nabati di HL Rinjani Barat dan Bali Timur 2. Pengelolaan Hutan Mangrove dan Ekosistem Pantai 3. Pengelolaan Hutan Rawa Gambut Informasi fenologi 28 jenis tumbuhan HRG Metode penanaman untuk kondisi tapak ekstrim (Aceh, bekas tsunami, habitat lumpur bercampur pasir) Metode penanaman pada pulau-pulau kecil (aplikasi 3 jenis : nyamplung, cemara laut, ketapang) pada substrat pasir (lokasi : P. Selayar) Teknik rehabilitasi dan silvofishery (Manggarai Barat dan Golo Sepang) Informasi teknis peran mangrove dalam menyerap polutan perairan Informasi teknis nilai dan manfaat mangrove dan ekosistem pantai (bahan pangan, madu) Model kemitraan pemanfaatan dan pengelolaan hutan mangrove Model allometrik mangrove Teknik budidaya mangrove Teknik pembibitan Sonneratia alba Pengembangan jenis-jenis mangrove untuk budidaya arang kayu Pengembangan HTI mangrove Demplot ujicoba penanaman nyamplung, ketapang dan cemara laut seluas ± 0,7 ha. Demplot penanaman Rhizophora sp. dan Avicennia sp. Demplot penanaman nyamplung seluas ± 1,5 ha. Demplot penanaman mangrove pada tambak di Blanakan ± 5 ha. 155 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

166 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang Teknik rehabilitasi lahan gambut bekas terbakar dengan PURANGPOS Rancangan C&I penentuan kawasan konservasi pada HRG eks PLG Kalteng Informasi teknis faktor serapan dan emisi karbon HRG 4. Konservasi Flora, Fauna dan Mikroorganisme Informasi keragaman genetik eboni, ulin dan cempaka Model penangkaran rusa timor (pola kandang dan formula makan) Informasi morfologi dan keragaman genetik banteng (Jawa) dan trenggiling (Jawa, Sumatera, Kalimantan) Peta sebaran macan tutul di Jawa Tengah dan Jawa Barat Informasi habitat dan populasi trenggiling, anoa, labi-labi, tarsius Teknik eradikasi Acacia nilotica dan restorasi savana Baluran Informasi pohon bahan baku obat Kebun konservasi genetik ramin di OKI dan Tumbangnusa Draf akademis review kebijakan silvikultur ramin Buku NDF pemanfaatan ramin Teknik inokulasi gaharu (masuk dalam Riset Inovatif 101 dan 102) Paten produksi gaharu buatan Koleksi 1897 isolat (bakteri 891; yeast 421; fungi 585) Plot tanaman gaharu (40 Ha : tanaman) di KHDTK Carita Teknik pengendalian hama gaharu budidaya secara biologis 54 isolat teridentifikasi untuk inokulan gaharu (16 isolat telah diujicoba) Koleksi isolat potensial penghasil bioetanol (3 isolat telah dipublikasikan dalam jurnal internasional) Grand strategi Laboratorium Mikrobiologi Hutan Tropis Masterplan penelitian gaharu Penggunaan fasilitas penelitian penangkaran rusa untuk program S1, S2 dan S3 Pengakuan pemerintah daerah terhadap Iptek inokulasi gaharu Buku Eboni Buku Anoa Buku Burung Nuri Talaud Buku pemanfaatan 6 jenis tumbuhan hutan penghasil buah sebagai sumber bahan pangan di tanah Papua Buku: re-diversifikasi pangan di tanah Papua Buku : mengenal rumah adat suku hatam Lymama Kabupaten Manokwari berdasarkan jenis kayu yang dimanfaatkan Buku: buah-buahan yang dapat dimakan di kawasan TWA Gunung Meja Papua Barat 5. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem Draf akademis usulan hutan Makongga sebagai kawasan konservasi Kriteria dan indikator penentuan fungsi kawasan konservasi Informasi nilai manfaat kawasan konservasi berupa sumber air, satwa liar, lingkungan (TN Batang Gadis, TN Merbabu, TN Berbak, TN Alas Purwo, TN Bantimurung Bulusaraung) Informasi strategi manajemen kawasan konservasi 156 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

167 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang 6. Pengelolaan DAS Hulu, Lintas Provinsi Lintas Kabupaten 7. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air Pendukung Pengelolaan DAS Model pengelolaan daerah penyangga kawasan konservasi Sistem perencanaan pengelolaan DAS Teknik remote sensing & SIG untuk karakterisasi DAS Luas hutan optimal dalam perspektif tata air Monev teknik konservasi tanah dan air Sistem implementasi PHBM DAS mikro Teknik rehabilitasi dan restorasi lahan bekas tambang (emas, timah dan batubara) Teknik cover crops Modelling tataguna lahan untuk optimalisasi air Info/peta kesesuaian jenis pohon untuk rehabilitasi tingkat DAS dan beberapa sub DAS Aplikasi teknik KOFFCO, alat deteksi tanah longsor dan mikrohidro Pengelolaan lahan pantai berpasir Bidang Produktivitas Hutan 1. Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari Rekayasa alat pengukuran pita volume pohon Teknik pengayaan bekas jalan sarad dengan tanaman meranti Umur 28 bln: - pertumbuhan tinggi 89,32 cm/thn, - pertumbuhan diameter 0,91 cm/thn Formula pendugaan volume pohon (Tabel Volume) untuk 12 jenis dipterokarpa: Dipterocarpus glabrigemmatus, D. stellatus, D. acutangulus D. confertus Dipterocarpus sp., Dryobalanops lanceolata, Parashorea sp., Shorea laevis, S. macrophylla, S. smithiana, dan Vatica sp. 2. Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu SK Menhut No. SK 707/Menhut-II/2013 ttg Lima Jenis Kayu yang Benihnya Wajib diambil dari Sumber Benih yang Bersertifikat (jati, mahoni, jabon, gmelina dan sengon). SK Menhut No. SK 792/Menhut-II/2013 tentang Pelepasan Benih Unggul Mahoni F1 Teknik uji cepat viabilitas, iradiasi benih, priming, peningkatan produksi, perbanyakan generatif dan vegetatif, serta standardisasi mutu benih dan bibit untuk 8 jenis (kayu bawang, sengon, nyawai, tembesu, jelutung, krasikarpa, jabon putih, dan bambang lanang) Teknik budidaya 8 jenis cepat tumbuh. Buku Budidaya Jelutung Rawa Teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman (sengon, jabon, gmelina) Sengon : - Hama Eurema (kupu kuning), ulat kantong, boktor - Penyakit karat tumor Jabon : - Hama Cosmoleptrus sumatranus, Arthoschista hilaralis, Zeuzera sp, Coptotermes sp, Daphnis hypothous. - Penyakit bercak daun, embun jelaga, lodoh, busuk batang dan akar Gmelina: - Hama Tingis beesoni 157 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

168 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Penyakit bercak daun Teknologi pengembangan pestisida nabati dan hayati (jamur entomopatogen Beauveria bassiana, ekstrak suren, ekstrak mimba) 3. Agroforestry Model-model agroforestry/wanatani - dengan tanaman semusim: jagung, kacang - dengan tanaman tahunan: salak, kopi, kapol laga 4. Pengelolaan Dipterokarpa Teknik manipulasi lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan jenis dipterokarpa Model simulasi dan kriteria Multisistem Silvikultur (MSS) Buku Budidaya S. balangeran 5. Bioteknologi Hutan dan Pemuliaan Tanaman Hutan Benih unggul (kayu pertukangan, kayu pulp, kayu energi, HHBK) SK Menhut No. SK 790/Menhut-II/2013tentang Pelepasan Benih Unggul Mangium F2 SK Menhut No. SK 791/Menhut-II/2013 tentang Pelepasan Benih Unggul Pelita F2 Sumber Benih (Sudah dibangun 115 demplot,66 jenis, luas 5.044,44 Ha) SK Menhut No. SK 707/Menhut-II/2013 ttg Lima jenis yang benihnya wajib diambil dari sumber benih bersertifikat Karakteristik sifat unggul pada 4 jenis prioritas HHBK (Santalum album, Tengkawang, C.inophyllum) Keragaman potensi genetik : minyak nabati (Tengkawang); rendemen& sifat fisiko-kimia biofuel dan kandungan coumarin (C.inophyllum), rendemen azadirachtin (A.indica) Buku tentang prospek pengembangan jabon merah Buku tentang prospek pengembangan cempaka 6. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu- FEMO Sutera alam - SK Menhut No. SK 793/Menhut-II/2013 tentang Pelepasan Benih Unggul Murbei Hibrid Suli 01 - SK Menhut No. SK 794/Menhut-II/2013 tentang Pelepasan Benih Unggul Ulat Sutera PS 01 - Kerjasama dengan Pemkot Tomohon dan Ditjen BPDASPS dalam pengembangan sutera alam di Kota Tomohon, Sulawesi Utara - Kerjasama dengan PT Sarongge - Kerjasama dengan Perum Perhutani KPH Pati dan Temanggung Ulat sutera unggulan Litbang - 4 hibrid harapan lebih baik dari BS 09 yang sudah dilaunching sebelumnya Murbei unggulan Litbang: - Morus. australis x M. indica (tahan kekeringan) - M.cathayana x Amakusugawa klon 12 (tahan kekeringan) - M. cathayana x shalun CS.1 (tahan kekeringan) - KI 14, KI34, KI 41 yang merupakan persilangan M. khunpai dan M. Indica - S-54 (unggul dibanding jenis lokal 158 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

169 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang sulawesi) M. shalun dan M. lembang Bidang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan 1. Sifat Dasar Kayu dan Bukan Kayu Data dan informasi sifat dasar dan kegunaan kayu Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali dan NT (46 jenis) Data dan informasi sifat dasar dan kegunaan rotan (13 jenis) Data dan informasi sifat dasar dan kegunaan bambu (6 jenis) 2. Keteknikan Hutan dan Pemanenan Hasil Hutan 3. Pengolahan Hasil Hutan Kayu dan Bambu Data dan informasi ukuran petak optimal dan hasil ujicoba di Jambi, Riau, Kalbar Data dan informasi stabilisasi jalan menggunakan material setempat, dan alat bantu logging (pola rantai) Data dan informasi hasil uji teknik tree length logging dan faktor eksploitasi, serta penyiapan lahan SILIN (penebangan dan penyaradan) Teknik pemanenan tree length logging draft pedoman pemanenan; teknik pemanenan lahan dalam implementasi SILIN Data dan informasi formula stimulan organik resin pinus Teknik pemanenan resin keruing Data dan informasi pembuatan produk lamina, papan serat, hybrid bermatrik polipropilen dan potray serat kayu Data dan informasi stabilisasi dimensi secara fisik; Stabilisasi warna kayu pinus, pulai, jamuju dan kisampang Data dan informasi teknik laminasi bambu komposit untuk mebel dan konstruksi ringan serta bambu struktural dan komponen dinding Teknik produksi resorsinol untuk bahan perekat kayu komposit dan hasil ujicoba pada berbagai produk Teknik reduksi emisi formaldehide produk panel kayu dan hasil ujicoba Telah dihasilkan 2 Konsep SNI dari target 4 SNI yaitu : Konsep SNI kayu lapis bermuka poliuretan dan bahan berwarna Data dan informasi pembuatan pulp dan kertas, pemanfaatan limbah Data dan informasi kajian pasar dan analisis ekonomis produk kertas dan papan serat 4. Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu Data dan informasi pengolahan dan pemanfaatan jernang (anti koagulasi), tengkawang (substitusi komponen lipstik), dryobalanops (komponen parfum) Data dan informasi pembuatan karbon kemurnian tinggi bahan baku nano karbon, energi dan carbon store, produksi ragi untuk bio-etanol, standar mutu gaharu, penyulingan dan pemanfaatan limbah gaharu Teknik pengolahan bahan bakar nabati basis karbohidrat (bioethanol) mangrove, nira Teknik pengolahan bahan bakar nabati basis lemak (biodiesel) bintaro, kemiri sunan Teknik pengolahan bahan bakar nabati basis selulosa & hemiselulosa (bio-oil) serbuk gergaji Teknik pengolahan biokerosene basis tanaman kehutanan 5. Perekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Prototipe sudah final : Portable chipper, alat bantu pemanenan dengan sistem kabel, alat pembuat woodpellet, 159 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

170 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang Pembantu alat pembuat biooil, identifikasi kayu Formula bahan pengawet. Yang masih akan disempurnakan adalah formula pereaksi pendeteksi gaharu Bidang Perubahan Iklim Dan Kebijakan 1. Manajemen Lanskap Berbasis DAS Publikasi Ilmiah: - Karakteristik ekologi dan sosial ekonomi DAS kritis dan tidak kritis(studi kasus DAS Baturusa dan DAS Cidanau) (draft) - Permasalahan penataan tata ruang kawasan hutan dalam rangkarevisi rencana tata ruang wilayah provisi (RTRWP) - Kajian paduserasi Tata Ruang Daerah (TRD) dengan TatagunaHutan (TGH) - Pengaruh dinamika spasial sosial ekonomi masyarakat pada suatulanskap DAS terhadap keberadaan lanskap hutan - Persepsi para pihak terhadap lanskap berhutan di aliran sungai Lematang kota Pagaralam, hulu DAS Musi Sumatera Selatan - Perhitungan infiltrasi tanah pada berbagai penggunaan lahan didas Citanduy Hulu (draft/tekno) - Peran faktor dalam menjaga eksistensi lansekap hutan di DASAsahan (draft) - Pengembangan hutan rakyat: Upaya mewujudkan tata ruang berwawasan lingkungan - Optimalisasi manfaat hutan melalui pengelolaan lanskap berbagaidas - Landscape management approach: An Institutional Challenge tosustain Forests in Indonesia - Stakeholders perception of watershed management an analysis oftulang Bawang Watershed 2. Pengembangan Hutan Kota/ Lanskap Perkotaan Alih Teknologi: - "Penghitungan Karbon Hutan" Policy Brief: - Melestarikan lanskap hutan Sumbawa melalui penguatan kelompoktani madu hutan - Sumur resapan salah satu teknologi yang paling memungkinkandalam menanggulangi banjir DAS Ciliwung Publikasi Ilmiah: - Kajian kebijakan hutan kota: studi kasus di Prov DKI Jakarta - Kajian jenis pohon potensial pada hutan kota di Bandung - Analisis cadangan karbon pohon pada lanskap hutan kota di DKIJakarta - Potensi dan kontribusi pohon di perkotaan dalam menyerap GRK studi kasustaman kota monas Jakarta - Kebijakan hutan kota di Kaltim - Analisa kebutuhan luasan area hijau berdasarkan daya serap CO2 di Kab.Karanganyar Jateng (draf) - Evaluasi jenis pohon bagi konservasi keragaman tanaman hutan kota di DKIJakarta (draf) - Kajian jenis edafis dan koleksi jenis pohon pada arboretum Gunung BatuKota Bogor (draft) - Capaian pengembangan RTH di kota Bandung (draft) - Peran faktor demografi dalam pengembangan hutan kota (draft) - Potential Indonesian forest plants for ornamental in urban areas 160 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

171 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Kajian kesesuaian jenis pohon berdasarkan tipe dan bentuk hutan kota pada hutan kota Medan, Sumut. - Hutan kota dan keanekaragaman jenis dan pohon dijabodetabek - Panduan pemilihan jenis pohon hutan kota Alih teknologi: - Hutan kota dan manfaatnya bagi lingkungan - Hutan sebagai penghasil jasa lingkungan Policy Brief: - Strategi penguatan kelembagaan hutan kota - Pengembangan zonasi fungsi hutan kota daerah pantai dan daratan tertutup - Kajian jenis pohon potensial untuk pengembangan hutan kota - Pembangunan hutan kota, hanya slogan belaka : studi kasus di Jabodetabek Bahan Kebijakan: - Draft revisi PP 63/ Draft revisi Permenhut No. 71 tahun 2007 tentang Hutan Kota Kontribusi terhadap Hutan Kota (HK) Inisiasi Pembangunan HK di Palangkaraya Perubahan Perda HK di Samarinda Pemindahan pohon karena perluasan areal Tol Jagorawi Pembuatan demplot HK di Cijago Tol Jagorawi Km 16 (Depok) inisiasi Kapuspijak 1200 pohon 37 jenis Pembuatan forum pakar HK Pembuatan design engineering HK Holcim Cilacap Konsultan pada Pembangunan HK di Tasikmalaya Pembangunan tropical highway garden di Jalan Tol Jagorawi (CSR Garuda Indonesia) Tanam 60 jenis pohon potensial (CSR Bahana Sekuritas) Pembanguan HK Toyota Astra di Kawasan Industri terpadu Kerawang (design engineering) Terlibat pembangunan Ecopark di Pulau Sarangan Bali 3. Ekonomi dan Kebijakan Pengurangan Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi Publikasi Ilmiah: - Pendanaan dan distribusi pembayaran untuk REDD - REDD+ dan forest governance - Pedoman pengukuran karbon mendukung penerapan REDD+ - Tingkat kesiapan implementasi Redd di Indonesiaberdasarkanpersepsi para pihak, studi kasus Riau - Cadangan karbon hutan lindung Long Ketrok Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur - Analisis resiko kegagalan implementasi REDD+ di Prop. Riau - Persepsi para pihak tentang mekanisme distribusi insentif REDDmelalui dana perimbangan pusat dan daerah - Analisis variabilitas iklim di Bali 161 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

172 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Upaya pembangunan Hutan Tanaman Industri terhadap penurunan emisi karbon - Faktor penentu keberhasilan implementasi pengurangan emisidari deforestasi dan degradasi hutan - Analisis peran para pihak dalam rancangan mekanisme distribusi insentif REDD+ - Identifikasi tenurial sebagai prakondisi untuk implementasiredd - Kajian perubahan iklim pada zona ekosistem di pulau Lombok - Naskah publikasi pada Journal of Forestry Reserach, BadanLitbang Kehutanan dengan judul The Challenge On Arfak Mountains Natural reserves Use - Peluang pasar karbon skala rakyat dan pengaruhya terhadapkelayakan usaha hutan jati di Purwakarta (draft) - Analisis resiko kegagalan implementasi REDD+ di Prop Riau(draft) - Analisis biaya implementasi REDD+ di Taman Nasional MeruBetiri (draft) - Peluang pasar karbon skala rakyat dan pengaruhnya terhadapkelayakan usaha hutan jati (draft) - Analisis cadangan karbon pohon pada lanskap hutan (draft) - Penguatan tata kelola kepemerintahan untuk implementasiredd+ di Indonesia (draft) - Pembelajaran mengenai pasar pendanaan REDD+ dari mekanisme pembayaran jasa air dan jasa karbon (draft) - Analisis kelembagaan REDD+ TN Meru Betiri (draft) - Kajian beberapa standar karbon sukarela untuk kegiatanredd+ (draft) - Potensi stok karbon dan tingkat emisi pada kawasan DA dikalimantan - Analisis kesiapan tiga kabupaten di Kalimantan dalam upayamendukung implementasi REDD+ - Prosiding dialog prospek perdagangan karbon dari mekanismeredd+ - Peran hutan rakyat dalam mitigasi perubahan iklim sektorkehutanan - Potensi simpanan karbon di kawasan hutan - Dukungan Kelembagaan Lokal dalamimplementasi REDD + di Pulau Lombok - Inter governmental fiscal transfer for conservation management : The case of REDD in Indonesia - Rekomendasi workshop pendanaan dan distribusi insentif Redd+ - Local stakeholder s perception on Redd - Hutan dan perubahan iklim - Perubahan iklim, Redd+ dan komitmen nasional Indonesia - Global warming, ancaman serius planet bumi Policy Brief: - Bagaimana pendangan para actor yang terkait dengan implementasi REDD+ di daerah? - Strategi keberhasilan REDD+ : pendekatan social ekonomi dan budaya - Opsi mekanisme distribusi insentif untuk Redd +? - Rancangan pembayaran jasa lingkungan untuk melaksanakanredd+ di Indonesia - Pengukuran kelayakan implementasi Redd+ di Indonesia - Strategi keberhasilan Redd+: pendekatan sosial ekonomi dan budaya 162 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

173 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Transfer fiskal antara pemerintah Pusat-Daerah untukmelaksanakan distribusi manfaat Redd+ - Nested approach sebuah pilihan pendekatan penerapan Redd+ diindonesia - Bagaimana mekanisme distribusi peran dan manfaat REDD+yang efisien dan berkeadilan? - Biodiversity as an important part of Redd+ mechanism benefit Alih Teknologi: - Mekanisme insentif dalam mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan - Technical training/demonstration on estimating the opportunity cost of Redd+ In Indonesia - Hutan dan karbon - Pembayaran dan perdagangan karbon Bahan Kebijakan: - Draft usulan revisi PP Nomor 59 tahun 1998 tentang Pajak Karbon Hutan 4. Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) Publikasi Ilmiah: - Cadangan karbon pada berbagai tipe hutan dan jenis tanaman di Indonesia - Pedoman Pengukuran Karbon Mendukung Penerapan REDD+ - Cadangan karbon hutan lindung Long Ketrok KabupatenMalinau, Kalimantan Timur - Persamaan allometrik biomassa dan karbon untuk pendugaan simpanan karbon pada savana Corypha utan - Potensi dan kontribusi pohon di perkotaan dalam menyerapgrk studi kasus: Taman kota Monas Jakarta - Persamaan allometrik untuk menduga karbon jenis meranti(shorea teysmanniana) di hutan alam rawa gambut - Daur optimal hutan rakyat monokultur dalam konteks perdagangan karbon: Suatu Tinjauan Teoritis - Cadangan karbon hutan bekas tebangan pembalakanberdampak rendah dan konvensiaonal di Kaltim - Aplikasi IPCC guideline 2006 untuk perhitungan emisi GRK kehutanan di Sumsel - Potensi karbon jenis endemik Papua - Upaya pembangunan Hutan Tanaman Industri terhadap penurunan emisi karbon - Persamaan-persamaan alometrik untuk pendugaan total biomasa atas tanah pada genera Pometia di kawasan hutan tropis Papua - Estimasi kelayakan finansial pengurangan emisi pada konfersi lahan hutan menjadi lahan perkebunan di Propinsi Kalimantan Timur - Potensi simpanan karbon hutan tanaman jati (Tectona grandis) studi kasus di Kabupaten Kupan dan Belu PropinsiNusa Tenggara Timur - Karbon sukarela untuk kegiatan REDD+ (draft) - Potensi cadangan karbon tegakan hutan sub Montanadi TNGunung Halimun Salak (draft) - Kesiapan implementasi REDD+ : mitigasi banjir untuk kegiatan penurunan degradasi hutan Prov Jatim (draft) - Kesiapan implementasi REDD+ pengendalian kebakaran hutan untuk kegiatan penurunan degradasi hutan di Priov Jatim (draft) 163 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

174 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Perhitungan karbon berdasarkan kelas tutupan lahan di kawasan hutan lindung Sungai Wain (draft) - Penaksiran bilangan bentuk pohon Huek (Eucalyptus alba) dipulau Timor untuk meningkatkan akurasi pengukuran simpanan karbon (draft) - Penyusunan persamaan allometrik biomass pohon huek(eucalyptus alba)di Pulau Timor untuk meningkatkan akurasipengukuran simpanan karbon (draft) - Potensi dan nilai ekonomi karbon pada tegakan Agathis,Mahoni dan Pinus di hutan lindung Sukamayo (draft) - Metode perhitungan simpanan karbon pada hutan tanaman gambut jenis A. Crassicarpa (draft) - Memberdayakan pengelolaan agroforestry sebagai salah satu upaya dalam mitigasi perubahan iklim : Studi kasuskabupaten Bengkulu Tengah Prov Bengkulu (draft) - Cadangan carbon hutan rakyat tanah mineral (Studi kasusdi Tasikmalaya dan Ciamis) (draft) - Implementasi pembangunan rendah karbon CIFOR - Ekspose hasil-hasil penelitian Pusat PenelitianSosek dan Kebijakan Kehutanan - Pengukuran dan pendugaan stok karbon untuk jenisdipterokarpa pada hutan alam di Areal IUPHHK-HA PT. AyaYayang Indonesia, Kalimantan Selatan dan di Areal IUPHHKPT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat - Pembuatan SOP untuk digunakan di perusahaan dalammenduga biomassa di atas tanah - Konservasi hutan tropic untuk REDD+ dan peningkatan stokkarbon di TNMB - seminar Peran Hutan dalam Mitigasi danadaptasi Perubahan Iklim - Allometric equations for estimating aboveground biomass inpapua tropical forests - Application of IPCC guidelines in Meru Betiri National Park for estimating REL - Training on technique of inventory for farmer s resource to support tropical forest conservation through the activity of REDD+ in MeruBetiri NP - Linking community monitoring with National MRV forredd+ - Developed standard operation procedures for field measurement review methodology, prepare PDD and conduct validation to assess the applied methodologies by aselected standard system Policy Brief: - Penentuan tingkat emisi REL GRK di sektor kehutanan - Pelaksanaan inventarisasi GRK sektor kehutanan - Strategi penurunan emisi GRK sektor kehutanan (strategy in reducing green house gass emission for forestry sector) - Cukupkah rehabilitasi hutan dan lahan nasional sebagaijawaban untuk komitmen penurunan emisi GRK kehutanan - Melihat demonstration activities untuk pengukuran, pelaporandan verifikasi (MRV) REDD+ di TN Meru Betiri - Penerapan business as usual emisi GRK sektor kehutanan, seberapa pentingkah? - Pelaksanaan inventarisasi GRK sektor kehutanan (draft) Alih Teknologi: 164 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

175 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Technical training/demonstration on monitoring, reporting&verification of REDD+ In Indonesia - Menghitung emisi dan serapan GRK dari sektor kehutanan - Hutan dan karbon - Pengenalan project design dokumen (PDD) - Pengukuran biomassa dan karbon - Praktek lapangan pengukuran karbon - Perhitungan emisi dan serapan GRK kehutanan menggunakanipcc/gl 5. Adaptasi Bioekologi dan Sosial Ekonomi Budaya Terhadap Perubahan Iklim Publikasi Ilmiah: - Tingkat kerentanan masyarakat terhadap perubahaniklim padaekosistem pegunungan (kasus di gunung Talangkab. Solok Sumatera Barat) - Gender dalam adaptasi perubahan iklim pada ekosistempegunungan di Kabupaten Solok, Sumatera Selatan - Penguatan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesiauntuk mitigasi perubahan iklim melalui kerangka Redd+ - Agroforestry untuk adaptasi dan mitigasi PI - Seleksi species adaptif pada daerah kering untuk antisipasiperubahan iklim - Pengaruh elevasi terhadap struktur dan komposisi dan keanekaragam-an vegetasi di Taman Nasional Bromo TenggerSemeru (draft)) - Pengelolaan DTA Ranu Pane untuk mendukung restorasi ekosistem Ranu Pane (draft) - Kondisi biofisik permanen sebagai kerentanan tetap di TNBromo Tengger Semeru (draft) - Analisis perubahan iklim dengan penginderaan jauh di TNBali Barat (draft) - Analisis perubahan ekoseistem akibat perubahan iklim di TNBali Barat (draft) - Analisis kerentanan jasa hutan air akibat perubahan iklimdan cuaca ekstrim di DAS Bajulmati, Baluran (draft) - Kerentanan jasa hutan air akibat perubahan iklim dan cuaca ekstrim di lahan kering (draft) - Biaya adaptasi terhadap perubahan iklim padaekosistempegunungan: kasus di Kab.Solok, Sumbar (draft) - Analisis kerentanan ekosistem hutan akibat perubahan iklimdengan penginderaan jauh di Gunung Baluran (ProsidingSeminar HITI) - Analisis tingkat sensitivitas di Taman Nasional BromoTengger Semeru akibat perubahan iklim (Prosiding SeminarNasional Geospasial Day oleh Bakosurtanal, IGI dan Geo.UNS,Surakarta) - Aplikasi PJ untuk mendukung konservasi kerentanan tumbuhan hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru(Arina Miardini) (Prosiding Seminar Nasional Geospasial Dayoleh Bakosurtanal, IGI dangeo.uns, Surakarta) - Komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah berpotensi pada berbagai tipe ekosistem hutan di TamanNasional Bali Barat (Prosiding Ekpose BPTKPDAS) - Pengaruh perubahan iklim terhadap hasil air : Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Bajulmati (Prosiding Ekpose BPTKPDAS) - Climate change adaptation vulnerability atcommunity level in Indonesia (Asia Pacific Symposium 165 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

176 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang onvulnerability assessment to natural and anthropogenichazzard) - International gathering and conference on climate change disaster management and social justice - Pemetaan kawasan rawan kebakaran hutan dengan menggunakan teknologi PJ dan SIG : Studi kasus di TamanNasional Bali Barat (Seminar BPTKPDAS) - Women in climate change: gender representation in reducing poverty and protecting livelihood in Mountainous ecosystem at Solok District, West Sumatera (INAFOR) - Analisis kerentanan ekosistem hutan akibat perubahan iklim - Species adaptif pada daerah kering untuk antisipasi perubahaniklim - Seminar Internasional UNS : Surakarta, Juni 2013 Effectof climate change on water yield in Central Java, East Javaand East Bali - Presentasi pada F-11 country international workshop on social forestry and its role in climate change mitigation and adaptation. - Transforming knowledge into action for sustainable adaptationto CC (studi kasus di hutan mangrove Kab. Subang dan Kab.Pemalang) - Adaptasi masyarkat sekitar hutan terhadap perubahan musim(seminar Peran hutan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim) - Paper untuk Inafor: Vulnerability of mountain people of Papua to the climate change Policy Brief: - Adaptasi masyarakat pesisir mengelola ketidakpastian dampakperubahan iklim Alih Teknologi: - Social safe guard 6. Penguatan Tatakelola Kehutanan Publikasi Ilmiah: - Jalan terjal reforma agrarian - REDD+ dan forest governance - Kajian kelayakan pelaksanaan pengelolaan hutan di kawasan KPH - Organisasi pembelajar dan implementasi kebijakan HKm - Komponen criteria dan indikator dalam tata kelola perusahaan kehutanan - Peran hukum adat dalam pengelolaan dan perlindungan hutan di desasesaot dan Setulang - Analisis model tenurial dalam satu unit manajemen kesatuan pengelolaan hutan - Hubungan modal sosial dengan pemanfaatan dan kelestarian hutan lindung - Evaluasi implementasi kebijakan desentralisasi pengelolaan hutan produksi - Kajian implementasi kebijakan KPH di daerah - Perjalanan Kementerian Kehutanan menjadi organisasi unggul melalui sembilan syarat sukses dalam konteks reformasi birokrasi 166 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

177 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Penerapan tata kelola perusahaan yang baik dibidang kehutanan: Studikasus di Propinsi Riau dan Sumatra - Kajian pemerintah kabupaten dalam desentralisasi pengelolaan hutan lindung Studi kasus di tiga kabupaten dalam DAS Batanghari - Proses pembuatan kebijakan pembagian kewenangan - Pola tata hubungan kerja dalam pembangunan hutan kemansyarakatan(draft) - Kajian kebijakan penguasaan lahan (land tenure) Kesatuan PengelolaanHutan. Studi kasus Kabupaten Lampung Selatan (draft) - Model resolusi konflik lahan di KPHP Model Banjar (draft) - Analisis tujuan pembangunan KPH di Papua (draft) - Tata kelola kehutanan Indonesia, permasalahan dan langkah-langkah pembenahannya (draft) - Discourse analysis in policy making process of decentralized management of protected forest (presentasi INAFOR) - Seminar Hasil Penelitian di Lampung : Hak Atas Lahan (Land Tenure) dalam pembangunan KPH : Beberapa fakta kondisi deforestasi dan degradasi kawasan hutan - Kebijakan reforma agraria di sektor kehutanan (Seminar konflik sumber daya alam dan reposisi reforma agraria di tengah dinamika ekonomi-politik pasca reformasi) Policy Brief: - Apakah organisasi belajar mampu meningkatkan kinerja programkehutanan - Dampak Keputusan MK No 35/PUU-X/2012 terhadap pengurusan dan pengelolaan hutan - Sejauh mana tupoksi Kemenhut mendukung pembangunan KPH - Sudahkah tugas pokok dan fungsi Kementerian Kehutanan selaras dengan kebijakan desentralisasi pengelolaan hutan produksi - Refleksi kebijakan desentralisasi pengelolaan hutan produksi diindonesia - Kebijakan pemanfaatan hutan lindung di masa desentralisasi - Good corporate governance di bidang kehutanan, Siapkah Kita? 7. Penguatan Tatakelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan Publikasi Ilmiah: - Analisis kebijakan penyediaan lahan hutan tanaman industry - Strategi pembangunan hutan tanaman di Prov Kaltim - Kajian kebijakan penatausahaan kayu yang berasal dari hutan hak - Analisis stakeholder dalam proses perijinan IUPHHK melalui mekanisme penawaran dalam pelelangan - Dampak kebijakan makroekonomi dan perubahan faktor eksternal terhadap deforestasi dan degradasi hutan alam - Upaya pembangunan HTI terhadap penurunan emisi - Distribusi nilai tambah pada rantai nilai mebel mahoni Jepara 167 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

178 No. Paket Penelitian Integratif Hasil Litbang - Efisiensi dan produktifitas industri kayu olahan Indonesia periode : dengan pendekatan nonparametik - Analisis finansial dan kelembagaan rantai nilai mebel mahoni jepara - Kajian ekonomi usaha budidaya Pulai di Sumatera Selatan (draft) - Penentuan skala investasi pembangunan hutan rakyat kayu pulp di Kabupaten Kuantan Senggigi (naskah Jurnal) - Verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan perbandingan dengan sertifikasi sukarela pada level industry (draft) - Draft Tesis S3 Research School di IPB - Naskah akademis penyusun Permenhut No. 30/menhut-II/2012 tentang Penatausahaan Hasil Hutan - Penatausahaan pemasaran kayu rakyat (Prosiding ekspose hasil litbang dalam mendukung pembangunan sektor kehutanan di Jawa Tengah) - Pengembangan kelembagaan hutan rakyat (Prosiding ekspose hasil litbang dalam mendukung pembangunan sector kehutanan di Jawa Tengah) - Pentingnya insentif usaha budidaya rotan komersial Policy Brief: - Sistem verifikasi legalitas kayu vs Lacey Act: peluang dan tantangan - HR di masa datang: ketidakseimbangan supply dan demand - Evaluasi tarif PSDH kayu hutan alam - Ketidakseimbangan distribusi nilai tambah rantai nilai (value chain) meubel - Hutan rakyat di masa datang : ketidakseimbangan supply dan demand - Kebijakan ekspor kayu bulat hutan alam : meningkatkan kinerja pengelolaan hutan secara berkelanjutam - Menuju komersialisasi kayu hutan rakyat : Hambatan, peluang dan saran kebijakan - Tinjau ulang kewajiban penggunaan SKAU kayu rakyat 168 LAKIP KEMENTERIAN KEHUTANAN 2013

179

tahunan tersebut, maka ditetapkan Penetapan Kinerja (PK). Perencanaan tahunan dimaksud selanjutnya menjadi dasar dalam penetapan anggaran.

tahunan tersebut, maka ditetapkan Penetapan Kinerja (PK). Perencanaan tahunan dimaksud selanjutnya menjadi dasar dalam penetapan anggaran. KATA PENGANTAR Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, sektor kehutanan dituntut memberikan peranan yang sangat besar, baik dalam aspek pembangunan ekonomi, sosial maupun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 6/Menhut-II/2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 6/Menhut-II/2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 6/Menhut-II/2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IKU KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

IKU KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA IKU Kementerian Kehutanan IKU KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 1. Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 kilometer yang meliputi batas luar dan batas fungsi kawasan hutan. 2. Wilayah kesatuan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan

Lebih terperinci

2013, No /Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tent

2013, No /Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tent No.347, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Rencana Strategis. Tahun 2010-2014. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA NOMOR P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA. NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA. NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 51/MENHUT-II/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.37/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.37/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.37/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN KINERJA KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) Para pejabat Eselon I dan II Lingkup Dephut yang saya hormati,

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan I. PENDAHULUAN

Kementerian Kehutanan I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pemantauan dan pengukuran kinerja belum berprinsip transparansi akuntabel. 2. Sistem pembangunan berbasis kinerja selama ini belum mengalokasikan sumberdaya pembangunan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Berdasarkan penyelenggaraan pelayanan pada Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

SISTEMATIKA PENYAJIAN : KEPALA BIRO PERENCANAAN PERAN LITBANG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN SEKTOR KEHUTANAN JAKARTA, 11 JULI 2012 SISTEMATIKA PENYAJIAN : 1. BAGAIMANA ARAHAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN? 2. APA YANG SUDAH DICAPAI? 3.

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS BADAN LITBANG KEHUTANAN 2010-2014 V I S I Menjadi lembaga penyedia IPTEK Kehutanan yang terkemuka dalam mendukung terwujudnya pengelolaan hutan lestari untuk kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.429, 2016 KEMEN-LHK. Jaringan Informasi Geospasial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.28/Menlhk/Setjen/KUM.1/2/2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 November 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang PENDAHULUAN BAB A. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menjadi salah satu prioritas nasional, hal tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9 /Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 9 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.99/Menhut-II/2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2015 KEPADA 34 GUBERNUR

Lebih terperinci

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind No.68, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Bidang Kehutanan. 9PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9/Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah adalah Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat. Pelayanan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN Dasar Hukum Lingkungan Hidup UU No. 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 18/2008: Pengelolaan Sampah PP turunannnya Kehutanan UU No. 41/1999: Kehutanan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS BAB II PERENCANAAN STRATEGIS 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011 ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011 1 11 PRIORITAS KIB II (2010-2014) 1. Mewujudkan reformasi birokrasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2014 KEMENHUT. Peta Indikatif. Hutan Produksi. Pemanfaatan Hutan Kayu. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.19/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program dan Kegiatan Program SKPD merupakan program prioritas RPJMD yang sesuai dengan tugas

Lebih terperinci

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PENGANTAR Sebagai konsekuensi dari perubahan nomeklatur Kementerian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.202,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN

Lebih terperinci

Rencana Strategis Indikator Kinerja Tahunan. Lampiran 1. Kementerian Kehutanan. djpp.depkumham.go.id

Rencana Strategis Indikator Kinerja Tahunan. Lampiran 1. Kementerian Kehutanan. djpp.depkumham.go.id Lampiran 1 Rencana Strategis 2010-2014 Indikator Kinerja Tahunan Kementerian Kehutanan KINERJA TAHUNAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2010-2014 No. Kementerian Kehutanan 5.882,59 5.964,19

Lebih terperinci

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 1. Visi dan Misi Provinsi Jawa Timur Visi Provinsi Jawa Timur : Terwujudnya Jawa Timur Makmur dan Berakhlak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA KERJA TA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

MATRIKS RENCANA KERJA TA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN MATRIKS RENCANA KERJA TA. 2015 DINAS KEHUTANAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome) dan Kegiatan (output) 2015 Mewujudkan

Lebih terperinci

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 I. PENDAHULUAN REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 Pembangunan kehutanan pada era 2000 2004 merupakan kegiatan pembangunan yang sangat berbeda dengan kegiatan pada era-era sebelumnya. Kondisi dan situasi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Jakarta, Juni 2012 KATA PENGANTAR Buku ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Planologi Kehutanan tahun sebelumnya yang

Lebih terperinci

NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012

NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012 NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012 Maret 2012 Kepada Yth. : Menteri Kehutanan Dari : Sekretaris Jenderal Lampiran : 1 (Satu Berkas) Hal : Laporan Rekap Berita Minggu IV Bulan Februari Memperhatikan berita

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

Lebih terperinci

Nomor : S. /PHM-1/2012 Januari 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu I Bulan Januari 2012

Nomor : S. /PHM-1/2012 Januari 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu I Bulan Januari 2012 Nomor : S. /PHM-/0 Januari 0 Lampiran : (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Minggu I Bulan Januari 0 Kepada Yth :. Menteri Kehutanan. Sekretaris Jenderal 3. Inspektur Jenderal 4. Direktur Jenderal

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RAN-GRK DI SEKTOR KEHUTANAN

IMPLEMENTASI RAN-GRK DI SEKTOR KEHUTANAN IMPLEMENTASI RAN-GRK DI SEKTOR KEHUTANAN Jakarta, 29 Agustus 2013 RPJMN 2010-2014 11 Prioritas Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II 1. Reformasi birokrasi dan tata kelola 2. Pendidikan 3. Kesehatan 4.

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1938, 2017 KEMEN-LHK. Penugasan bidang LHK kepada 33 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.66/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR RIMBA

PENATAAN KORIDOR RIMBA PENATAAN KORIDOR RIMBA Disampaikan Oleh: Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Dalam acara Peluncuran Sustainable Rural and Regional Development-Forum Indonesia DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H No.688, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Izin Usaha. Pemanfaatan. Hutan Kayu. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.31/Menhut-II/2014 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif di bidang perencanaan pembangunan daerah, diperlukan adanya tahapan,tata

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU Fitra Riau 1 Skema Pendanaan Perhutanan Sosial SKEMA PENDANAAN PERHUTANAN SOSIAL LANDASAN KEBIJAKAN (HUKUM) Banyak

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I No.2023, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LHK. Pelimpahan. Urusan. Pemerintahan. (Dekonsentrasi) Bidang Kehutanan. Tahun 2015 Kepada 34 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN) BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA (2014 - KEDEPAN) Gambar 33. Saluran Listrik Yang Berada di dalam Kawasan Hutan 70 Kiprah Kehutanan 50 Tahun Sulawesi Utara Foto : Johanes Wiharisno

Lebih terperinci

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja No. 1327, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Hutan Berkala. Rencana Kerja. Izin. Hasil Hutan. Restorasi Ekosistem. Inventarisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM (Target, Progres, dan Tantangan) Seminar Restorasi Ekosistem

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT, BIDANG,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG INVENTARISASI HUTAN BERKALA DAN RENCANA KERJA PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU RESTORASI EKOSISTEM DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG Bandar Lampung, 2015 i KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur Kami kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridhonya, penyusunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyelenggaraan. Sistem Informasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyelenggaraan. Sistem Informasi. No.3, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyelenggaraan. Sistem Informasi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.02/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM INFORMASI KEHUTANAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Lampiran 2 PRIORITAS NASIONAL (RPJM BUKU I) Kementerian Kehutanan. djpp.depkumham.go.id

Lampiran 2 PRIORITAS NASIONAL (RPJM BUKU I) Kementerian Kehutanan. djpp.depkumham.go.id Lampiran 2 PRIORITAS NASIONAL 2010-2014 (RPJM BUKU I) Prioritas 1 : Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Prioritas 5 : Ketanan Pangan Prioritas 6 : Infrastruktur Peioritas 9 : Lingkungan Hidup dan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dibuat sesuai ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/MENHUT-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/MENHUT-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/MENHUT-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci