BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pada bab IV ini Berisi hasil dan analisa masing-masing pengujian pedoman.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pada bab IV ini Berisi hasil dan analisa masing-masing pengujian pedoman."

Transkripsi

1 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab IV ini Berisi hasil dan analisa masing-masing pengujian pedoman. 4.. Pengukuran Karakteristik Op-amp CFA pada topik ini dibagi menjadi 4 sub topik yaitu: Pengukuran hambatan masukan kaki inverting dan non-inverting opamp (R in ) pengukuran nilai transimpedansi Pengukuran Tegangan Keluaran Maksimum (Vo max ) Pengukuran Slew rate op-amp Current feedback (SR) 4... Pengukuran Hambatan Masukan Kaki Inverting dan Non-inverting Opamp (R in ) (a) (b) Gambar 4.. (a) untai untuk mencari hambatan masukan pada kaki non inverting Gambar 4.. (b) untai untuk mencari hambatan masukan pada kaki inverting Pengukuran tegangan pada titik a pada gambar 4..a, dimana tegangan pada titik a digunakan untuk mencari hambatan dalam pada kaki non-inverting adalah sebagai berikut. Frek (Hz) VA (Vpp) Tabel 4.. Respon Frekuensi Rin pada kaki non inverting K 5K 0K 5K 20K 50K 00K,75,75,75,75,75,75,6,4 0,9 36

2 Dari tabel diatas diambil ketika outputnya,75vpp untuk dicari nilai R in -nya dengan menggunakan persamaan berikut: =,75 (4.) Sehingga diadapatkan = 700kΩ, kemudian dengan menggunakan rumus parallel dan R osciloscope = MΩ + = 700 Ω (4.2) Didapatkan nilai R in = 2,33MΩ. Nilai R in pada datasheet disebutkan nilainya adalah minimum,5mω dan typical 4MΩ. Sehingga dengan nilai hambatan masukan yang diperoleh pada percobaan, dapat disimpulkan bahwa percobaan berhasil. Dari tabel juga disimpulkan bahwa nilai R in berpengaruh pada perubahan frekuensi masukan dimana semakin besar frekuensi masukan nilai R in akan menurun. Selanjutnya dilakukan pengukuran pada titik b sesuai dengan gambar 4..b dan didapatkan tegangan sebesar,5vpp, dengan nilai tegangan tersebut dan anggapan nilai output buffer sama dengan input maka nilai R in dapat di hitung dengan menggunakan persamaan =,5 R + (60Ω MΩ) (4.3) 59,996 R 2 =,5 + 59,996 (4.4) sehingga didapatkan nilai R in sebesar 20Ω dimana nilai ini adalah nilai dari Z b Dengan nilai R in input inverting dan non inverting yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa hasilnya sesuai dengan teori dimana hambatan dalam kaki non inverting nilainya 37

3 sangat besar, hambatan dalam kaki non-inverting ini merupakan hambatan dalam dari buffer pada op-amp current feedback, sehingga nilainya besar sedangkan hambatan dalam kaki inverting nilainya kecil dimana nilai hambatan ini adalah nilai Z b dengan asumsi tegangan keluaran buffer input op-amp current feedback sama persis dengan nilai tegangan input. [4] Pengukuran Nilai Transimpedansi Gambar 4.2. Untai penguat tak membalik untuk mencari nilai transimpedansi Berikut hasil praktikum yang diperoleh dengan mengubah2 nilai R dan R2, dengan mengasumsikan nilai penguatan yang diinginkan sebesar 2 kali: Tabel 4.2. tegangan keluaran berdasarkan perngubahan Rdan R2 dalam mencari nilai Transimpedansi R dan R2 (Ω) k 0K 00K 200K Vo (Vpp) 2 2,8,6 Dilihat dari tabel diatas, nilai transimpedansi akan berpengaruh ketika nilai R ± 00kΩ, sehingga nilai penguatannya berkurang. Nilai transimpedansi ketika R,R2=00KΩ adalah sebagai berikut. = (4.5) 38

4 ,8 = Sehingga nilai Z didapatkan sebesar 900KΩ, dengan cara yang sama dicari nilai transimpedansi pada saat R,R2= 200KΩ dan didapatkan nilai Z sebesar 800KΩ sehingga disimpulkan pada input frekuensi yang sama nilai transimpedansinya sama, ada perbedaan pada percobaan dikarenakan kekurang telitian pada saat pembacaan oscilloscope, ketelitian pada pembacaan oscilloscope sangat penting karena sangat berpengaruh pada perhitungan nilai transimpedansi. Untuk membuktikan ketergantungan nilai transimpedansi terhadap perubahan Frekuensi dilakukan percobaan menggunakan rangkaian penguat non-inverting dengan mengubah-ubah nilai frekuensi masukan, dan hasil percobaannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. transimpedansi saat R dan R2 =kω Frek k 0k 00K 500k M 5M 0M 5M 20M 30M 40M (Hz) AV ,4 2,7 3,5 4 Z(Ω) Frek (Hz) 50M 60M 70M 80M AV 3 2,5,5 0,8 Z(Ω) 3k 666,7 39

5 Tabel 4.4. transimpedansi saat R dan R2 =0kΩ Frek (Hz) k 0k 00K 500k M 5M 0M 5M 20M 30M 40M AV ,3 2 2,6,4 Z(Ω) 40k 23,3k Frek (Hz) 50M 60M AV 0,8 Z(Ω) 0k 6,7k Tabel 4.5. transimpedansi saat R dan R2 =00kΩ Frek (Hz) k 0k 00K 500k M 5M 0M 5M 20M 30M 40M AV,76,76,76,8,8,6,5,4,4,2 Z(Ω) 733,3k 733,3k 733,3k 900k 900k 400k 300k 233,3k 233,3k 50k 00k Frek 50M 60M (Hz) AV 0,7 0,5 Z(Ω) 56k 33,3k Tabel 4.6. transimpedansi saat R dan R2 =200kΩ Frek (Hz) k 0k 00K 500k M 5M 0M 5M 20M 30M 40M AV,6,6,6,72,8,36,25,3,3 0,8 Z(Ω) 800k 800k 800k,23M,8M 425K 333,3k 300k 300k 200k 33,3k Frek 50M 60M (Hz) AV 0,6 0,3 Z(Ω) 85,7k 35,3k 40

6 Berikut grafik Transimpedansi (Z) terhadap perubahan Frekuensi transimpedansi Vs frekuensi Transimpedansi (ohm) R,R2=k R,R2=0k R,R2=00k R,R2=200k frekuensi (KHz) Gambar 4.3. Grafik frekuensi terhadap transimpedansi Dilihat dari grafik dan tabel hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai transimpedansi akan semakin kecil jika frekuensi masukan diperbesar. Nilai transimpedansi yang semakin kecil menyebabkan nilai penguatan akan menurun dari nilai penguatan yang di harapkan, karena nilai transimpedansi yang semakin mendekati nilai hambatan umpan balik. Hal ini sesuai dengan teori dimana transimpedansi dari CFA merupakan komponen kapasitor dan resistor yang diparallelkan dengan persamaan sebagai berikut: = (4.6) + (2 ) dimana dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai frekuensi masukan nilai transimpedansi (Z) semakin kecil. Adanya peningkatan nilai penguatan pada disebabkan karena ketidakseimbangan op-amp. beberapa nilai frekuensi masukan 4

7 4..3. Pengukuran tegangan keluaran maksimum Gambar 4.4. Untai penguat membalik untuk mencari Vomax Pada gambar 4.4 merupakan penguat membalik dengan persamaan penguatan sesuai dengan persamaan 2.5. Dimana nilai Z adalah nilai transimpedansi dan dapat diabaikan karena nilainya terlalu besar, nilai ini akan berpengaruh jika nilai R yang digunakan juga besar nilainya. Sehingga pada rangkaian gambar 2 nilai penguatannya adalah -0 kali. V o akan terjadi clipping ketika nilainya lebih besar dari 24 vpp karena nilai Vcc-nya 2 Volt dan nilai Veenya -2volt. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yaitu ketika diberi inputan 2,8Vpp output seharusnya bernilai -28Vpp namun terpotong pada -24vpp. Berikut gambar sinyal keluaran. Gambar 4.5. Sinyal Vomax pada penguat inverting (volt/div=5volt) 42

8 Gambar 4.6. Untai penguat non-inverting untuk mencari Vomax Sedangkan pada gambar 4.6. Merupakan penguat non inverting dengan persamaan penguatan, dengan nilai penguatan sesuai dengan persamaan 2.9. Selama nilai R tidak terlalu besar maka nilai penguatannya sama dengan voltage feedback op-amp. Yaitu sebesar kali, namun jika tegangan output lebih besar dari 24Vpp maka akan terpotong pada +2 dan -2 sehingga ketika diberi inputan 2,4Vpp seharusnya keluarannya sebesar 26,4vpp, namun terpotong di 24Vpp berikut gambar sinyal keluarannya. Gambar 4.7. Sinyal Vo max pada penguat non- inverting (volt/div=5volt) 43

9 4..4. Pengukuran slew rate Gambar 4.8. untai untuk mencari nilai slew rate Pada percobaan mengenai nilai slew rate op-amp dibutuhkan function generator yang mampu membuat signal kotak sempurna, pada percobaan ini function generator yang digunakan kurang baik dimana output function generator itu sendiri memiliki nilai slew rate sebesar 60V/us, sehingga nilai slew rate op-amp tidak dapat diamati, karena opamp masih mampu mengikuti. Jika pada datasheet disebutkan nilai slew rate sebesar 00V/us, maka dibutuhkan function generator dengan slew rate ±2000V/us. Berikut hasil percobaan. Gambar 4.9. Slew rate CFA Gambar 4.0. Slew rate dalam sumbu 44

10 4.2. Karakteristik rangkaian dasar Op-amp CFA (penguat membalik, penguat tak membalik dan penguat penjumlah) Penguat tak membalik (non-inverting amplifier) Gambar 4.. rangkaian penguat non-inverting Dengan menggunakan R2=2KΩ dan R=KΩ didapatkan Vo=3Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu Gambar 4.2 Output non inverting ketika R2=2kΩ, R=kΩ (volt/div=0,5volt) Tabel 4.7. Respon frekuensi penguat non-inverting saat R2=2kΩ, R=kΩ Frek (Hz) k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M 30M 40M 50M 60M Av , 3,3 3,3 3,2 3 2,9 2,5 Av(dB)

11 Dengan menggunakan R2=20KΩ dan R=0KΩ didapatkan Vo=3Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu Gambar 4.3. Output non-inverting ketika R2=20KΩ, R=0kΩ (volt/div=0,5volt) Tabel 4.8. Respon frekuensi penguat non-inverting saat R2=20kΩ, R=0kΩ Frek (Hz) k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M 30M Av ,3 2,6,4 Av(dB) ,92 Dengan menggunakan R2=200KΩ dan R=00KΩ didapatkan Vo=2,5Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu Gambar 4.4. Output non inverting ketika R2=200kΩ,R=00kΩ (volt/div=0,5volt) 46

12 Tabel 4.9. Respon frekuensi penguat non-inverting saat R2=200kΩ, R=00kΩ Frek (Hz) k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M 30M Av 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,8 0,5 Av(dB) Dengan menggunakan R2=MΩ dan R=500KΩ didapatkan Vo=,5Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu. Gambar 4.5. Output non inverting ketika R2=MΩ, R=500kΩ (volt/div=0,5volt) Tabel 4.0. Respon frekuensi penguat non-inverting saat R2=MΩ, R=500kΩ Frek (Hz) k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M Av,5,5,5,6,4, 0,8 0,3 Av(dB) ,93-0,45 dilihat dari hasil praktikum dimana nilai resistansi dibuat agar op-amp memiliki penguatan sebesar 3 kali namun nilai penguatannya akan turun jika nilai hambatan pada feedback negatif diperbesar, terbukti ketika nilai R2=200kΩ dan R=00KΩ Vo menjadi 2,5Vpp. Hal ini terjadi karena adanya transimpedansi (Z) sehingga penggunaan nilai R2 harus diperhatikan. Sesuai dengan penurunan rumus dibawah ini. Dengan menggabungan persaman (2.5), (2.6), (2.7) untuk mencari nilai sehingga penurunan rumusnya adalah: = 47

13 = = + = = = = = = = + + = + + =

14 = = = = + + Karena nilai impedansi output pada buffer input ( diatas dapat disederhanakan lagi menjadi. (2.8) ) mendekati nol maka rumus = + + = + + (2.9) Karena nilai transimpedansi yang sangat besar (Z) maka pada perhitungan dapat dihilangkan sehingga rumus akhirnya adalah. = + (2.0) 49

15 - Perkiraan nilai transimpedansi Ketika nilai R2 diperbesar menjadi 200kΩ, nilai penguatanya berkurang, dimana hal in disebabkan oleh pengaruh transimpedansi Z, hal ini sesuai dengan persamaan (2.9) Sehingga setelah diketahui nilai V out, dapat dicari nilai transimpedansinya yaitu sebagai berikut. 2,5 = (4.7) 3 2,5 = , = 3 Sehingga, = Ω Sedangkan ketika nilai R2= MΩ dan R= 500kΩ,5 3,5 = + Ω = Ω + Ω (4.8), Ω = 3 Sehingga, =,5 Ω 50

16 Dilihat dari kedua perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai transimpedansi yang berpengaruh pada current feedback op-amp ini adalah sebesar ±MΩ. - Respon frekuensi penguat non inverting Dari hasil percobaan diatas dibuat grafik perubahan nilai penguatan sebagai berikut: 5 Tanggapan frekuensi penguat non-inverting 0 5 R2=2k dan R=k AV(db) R2=20k dan R=0K R2=200k dan R=00k R2=M dan R=500K -0-5 frekuensi (KHz) Gambar 4.6. Tanggapan frekuensi penguat non-inverting berbasis CFA Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai hambatan umpan balik maka nilai penguatan akan semakin rentan pada perubahan Frekuensi masukan, pada penggunaan R 2kΩ nilai penguatan sesuai dengan yang diharapkan dan mampu bertahan terhadap perubahan frekuensi masukan. 5

17 Penguat inverting Gambar 4.7. rangkaian penguat membalik Dengan menggunakan R2=2KΩ dan R=KΩ didapatkan Vo=-2Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu Gambar 4.8. Output inverting ketika R2=2k dan R=k (volt/div=0,5volt) Tabel 4.. Respon frekuensi penguat inverting saat R2=2kΩ, R=kΩ Frek (Hz) k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M 30M 40M 50M 60M Av ,3-2,8-3,2-2,9 -, -0,5 Av(dB)

18 Dengan menggunakan R2=20KΩ dan R=0KΩ didapatkan Vo=-2Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu. Gambar 4.9. Output inverting ketika R2=20k, R=0k (volt/div=0,5volt) Tabel 4.2. Respon frekuensi penguat inverting saat R2=20kΩ, R=0kΩ Frek k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M 30M (Hz) Av ,9-0,8-0,6-0,3 Av(dB) Dengan menggunakan R2=200KΩ dan R=00KΩ didapatkan Vo=-,5Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu. Gambar Output inverting ketika R2=200k, R=00k (volt/div = 0,5) Tabel 4.3. Respon frekuensi penguat inverting saat R2=200kΩ, R=00kΩ Frek k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M 30M (Hz) Av -,5 -,5 -,5-0,9-0,5 0,2-0, - - AV(db)

19 Dengan menggunakan R2=MΩ dan R=500KΩ didapatkan Vo=-0,75Vpp, berikut gambar sinyal Vo dan Vin dalam sumbu. Gambar 4.2. Output inverting ketika R2=M, R=500k (volt/div = 0,5) Tabel 4.4. Respon frekuensi penguat inverting saat R2=MΩ, R=500kΩ Frek (Hz) k 0k 00k 500k M 5M 0M 20M 30M Av -0,75-0,75-0,75-0,5-0,4 0,25-0, - - Av(db) Pada percobaan penguat membalik juga dipilih nilai resistor penyusunnya agar opamp memilik penguatan sebesar -2kali, nilai penguatannya juga akan turun ketika nilai R2 diperbesar, hal ini disebabkan adanya transimpedansi pada current feedback opamp, berikut penurunan rumus yang berlaku pada penguat membalik dengan current feedback op-amp. Dengan menggabungkan persamaan (2.), (2.2), (2.3) untuk mencari sehingga didapatkan penurunan rumus sebagai berikut + = + + = + + = 54

20 = = + = ( ) + + = + + = + + = + + = + + = =

21 = Karena nilai menjadi: = (2.4) mendekati nol maka persamaan diatas dapat di sederhanakan + (2.5) Karena nilai transimpedansi Z yang sangat besar sehingga dapat diabaikan dan persamaannya menjadi = (2.6) - Perkiraan nilai transimpedansi pada percobaan penguat membalik, ketika nilai R2 diperbesar menjadi 200KΩ juga mengalami penurunan nilai penguatan, penguatan yang seharusnya bernilai -2kali turun menjadi -,5kali. Hal ini disebabkan adanya pengaruh nilai transimpedansi yang dicari dengan menggunakan persamaan (2.5) sebagai berikut,5 = ,5 +,5 200 = 00,5 = 0,5 200 Sehingga, = 600 Pada saat nilai R2 diubah menjadi MΩ penguatannya turun menjadi 0,75 kali dan nilai transimpedansinya adalah sebagai berikut 56

22 0,75 = ,75 + 0,75 = 500 Sehingga, 0,75 =,25 = 600 Perbedaan nilai Z antara percobaan penguat non-inverting dengan penguat inverting mungkin dikarenakan kesalahan pembacaan osciloscope, karena pada penguat inverting jika nilai Transimpedansi dianggap MΩ nilai Vo pada saat R2-nya 200kΩ(R=00KΩ) adalah sebesar,6667vpp dan Vpp pada saat R2-nya MΩ (R=500KΩ) hanya berbeda sedikit dengan hasil praktikumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai transimpedansi yang berpengaruh pada praktikum ini ±MΩ. - Respon frekuensi penguat inverting 5 Tanggapan frekuensi penguat inverting 0 5 AV(dB) R2=2k dan R=k R2=20k dan R=0k R=200k dan R=00k R2=M dan R=500k frekuensi (KHz) Gambar Tanggapan frekuensi Penguat Inverting 57

23 Sama seperti penguat non-inverting, semakin besar nilai hambatan umpan balik (R2) nilai penguatannya semakin rentan terhadap perubahan frekuensi masukan, sehingga pemilihan nilai hambatan umpan balik pada penggunaan op-amp current feedback sangat perlu diperhatikan Penguat Penjumlah (summing amplifier) Pada subtopik ini akan dibuat sebuah penguat penjumlah yang rangkaiannya sesuai dengan gambar Gambar 4.23 rangakaian penguat penjumlah Dengan menggunakan R=k, R2=k,R3=k, maka Vo yang didapatkan sebesar 4Vpp. Gambar Output summing R=k, R2=k,R3=k (volt/div = volt) Tabel 4.5. respon frekuensi penguat penjumlah R=k, R2=k,R3=k Frekuensi(Hz) k M 0M Vo(Vpp)

24 Dengan menggunakan R=k, R2=k,R3=2k, maka Vo yang didapatkan sebesar 8Vpp Gambar Output summing R=k, R2=k,R3=2k (volt/div = volt) Tabel 4.6. respon frekuensi penguat penjumlah R=k, R2=k,R3=2k Frekuensi(Hz) k M 0M Vo(Vpp) 8 8 7,8 Dengan menggunakan R=00k, R2=00k,R3=00k, maka Vo yang didapatkan sebesar 3,8Vpp Gambar Output summing R=00k, R2=00k,R3=00k (volt/div = volt) Tabel 4.7. respon frekuensi penguat penjumlah R=00k, R2=00k,R3=00k Frekuensi(Hz) k M 0M Vo(Vpp) 3,8 3,8 2 59

25 Dengan menggunakan R=00k, R2=00k,R3=200k, maka Vo yang didapatkan sebesar 6,4Vpp Gambar Output summing R=00k, R2=00k,R3=200k (volt/div = volt) Tabel 4.8. respon frekuensi penguat penjumlah R=00k, R2=00k,R3=200k Frekuensi(Hz) k M 0M Vo(Vpp) 6,4 3,8 2 Dengan menggunakan R=R2=R3=kΩ diinginkan inputan sebesar 2Vpp ditambahkan dengan 2vpp dengan penguatan -kali sehingga hasil yang didapat menurut persamaan = ( + ) adalah 4Vpp hal ini sesuai dengan hasil praktikum, ketika R3 diubah menjadi 2kΩ diharapkan nilai Vo dikuatkan 2kali sehingga Vo=8Vpp. Ketika R,R2,R3 diubah menjadi 00kΩ nilai Vo mulai mengalami penurunan menjadi 3,8Vpp hal ini disebabkan adanya pengaruh transimpedansi pada Current feedback op-amp sesuai dengan penjabaran persamaan dibawah. + + = (4.9) = (4.0) = (4.) Dengan memanfaatkan 3 persamaan diatas maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut (Z G =Z G2 ) 60

26 + + + = = = + = + = + = + ( ) ( ) = ( ) + + = ( + ) ( ) + + = ( + ) ( ) + + = ( + ) ( ) + + = ( + ) ( ) + + ( ) + 6

27 ( ) + = ( + ) + ( ) + Karena nilai sangat kecil maka persamaan diatas dapat di sederhanakan menjadi persamaan (3.), sedangan karena nilai transimpedansi Z yang sangat besar sehingga nilainya dapat diabaikan dan persamaannya menjadi persamaan (3.2). - perkiraan nilai transimpedansi (4.2) Pada saat nilai R3=200KΩ dan R,R2=00KΩ nilai penguatannya menurun cukup drastis dimana Vo menjadi 6,4Vpp, nilai transimpedansinya adalah sebagai berikut. 6,4 = (2 + 2 ) ,4 + 6,4 200 = 4 00 Sehingga, 6,4 =,6 200 = Pembatasan lebar pita pada Op-amp CFA Pada topik praktikum yang ke-3 ini akan dicari nilai bandwidth/ lebar pita dari current feedback op-amp dengan menyusun sebuah untai penguat tak membalik seperti pada gambar Gambar Penguat tak membalik untuk mencari bandwidth 62

28 - Ketika Rf=kΩ, Rg= 00Ω, Vcc/Vee=+5/-5 Gambar Bandwidth ketika Rf=kΩ, Rg= 00Ω, Vcc/Vee=+5/-5 Pada percobaan ini didapatkan nilai bandwidth sebesar 28MHz nilai input yang pada awalnya diatur sebesar Vpp turun menjadi 96mVpp dan outputnya 660mVpp hal ini dikarenakan function generator yang digunakan dapat menghasilnya sinyal hingga Frekuensi 50MHz namun amplitudo-nya turun pada frekuensi tinggi. Nilai GBP-nya = =

29 - Ketika Rf=kΩ, Rg= 00Ω, Vcc/Vee=+7/-7 Gambar Bandwidth ketika Rf=kΩ, Rg= 00Ω, Vcc/Vee=+7/-7 Pada percobaan kedua dengan input 98mvpp didapat output sebesar 660mVpp pada frekuensi 27,52MHz sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai BW-nya menurun ketika vcc/vee diturunkan. Nilai Gbp-nya = = 0 27,52 275,2 - Ketika Rf=2kΩ, Rg= 200Ω, Vcc/Vee=+5/-5 Gambar 4.3. Bandwidth ketika Rf=2kΩ, Rg= 200Ω, Vcc/Vee=+5/-5 64

30 Pada percobaan ketiga didapat nilai bandwidth sebesar 2,35MHz dengan input 96mvPP didapatkan output sebesar 720mVpp. Nilai Gbp-nya = = 0 2,35 23,5 - Ketika Rf=2kΩ, Rg= 200Ω, Vcc/Vee=+7/-7 Gambar Bandwidth ketika Rf=2kΩ, Rg= 200Ω, Vcc/Vee=+7/-7 Dengan input 4mVpp didapatkan output sebesar 720mVpp pada frekuensi 9,8MHz Nilai Gbp-nya. = = 0 9,

31 - Ketika Rf=0kΩ, Rg= kω, Vcc/Vee=+5/-5 Gambar Bandwidth ketika Rf=0kΩ, Rg= kω, Vcc/Vee=+5/-5 Pada percobaan ini nilai bandwidth yang didapat adalah 7MHz, dengan input,08vpp dan output 7,2Vpp. Nilai Gbp-nya = = 0 7,2 70 Dari percobaan topik ke-3 ini dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar nilai Rf maka nilai bandwidth semakin kecil, sehingga dapat disimpulkan agar op-amp dapat bekerja pada frekuensi yang tinggi harus diperhatikan penggunaan nilai resistor umpan balik yang kecil, pada op-amp ini yaitu KΩ, selain itu nilai vcc dan vee juga berpengaruh terhadap nilai bandwidth, semakin kecil nilai Vcc dan Vee bandwidthnya juga semakin kecil. 66

32 4.4. Integrator berbasis CFA Integrator berbasis CFA Gambar Rangkaian integrator berbasis CFA - Ketika R=0kΩ dan C=0nF dengan nilai masukan sinus khz Vpp, outputnya berupa sinyal cosinus dengan amplitude,36vpp sesuai dengan gambar dibawah: Gambar sinyal Vo dan Vi integrator dengan R=0kΩ dan C=0nF dengan nilai masukan sinus khz Vpp, berarti nilai Vin adalah 0,5 sin 2000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (3.3) analisa matematisnya adalah sbb: = ,5 sin 2000πt = 0,796 cos

33 Dilihat dari hasil praktikum yang didapat yaitu didapatkan sinyal keluaran cosinus dengan amplitude,36vpp/2 yaitu 0,7Volt. Sehingga dapat disimpulkan percobaan berhasil. - Ketika R=kΩ dan C=00pF dengan nilai masukan sinus MHz Vpp, outputnya berupa sinyal cosinus dengan amplitude,54vpp sesuai dengan gambar dibawah: Gambar Sinyal Vo dan Vi integrator dengan R=kΩ dan C=00pF Dengan nilai masukan sinus MHz Vpp, berarti nilai Vin adalah 0,5 sin πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (3.3) integrator analisa matematisnya adalah sebagai berikut. = ,5 sin πt = 0,796 cos Dari hasil praktikum didapatkan sinyal keluaran cosinus dengan amplitude,54vpp/2 yaitu 0,77volt. Sehingga dapat disimpulkan percobaan sesuai dengan analisa matematisnya. 68

34 - Ketika R=00Ω dan C=00pF dengan nilai masukan sinus 5MHz Vpp, outputnya berupa sinyal cosinus dengan amplitude 2,86Vpp sesuai dengan gambar dibawah: Gambar sinyal Vo dan Vi integrator dengan R=00Ω dan C=00pF Ketika R=00Ω dan C=00pF dengan nilai masukan sinus 5MHz Vpp, berarti nilai Vin-nya adalah 0,5 sin πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (4.28) analisa matematisnya adalah sebagai berikut. = ,5 sin πt =,5923 cos Sedangkan pada percobaan didapatkan Vout berupa sinyal kosinus dengan amplitudo 2,86Vpp/2 yaitu,43volt. Sehingga antara percobaan dan praktikum dapat dikatakan mendekati. 69

35 Differensiator berbasis CFA Gambar Rangkaian diferensiator berbasis CFA - Ketika R=kΩ dan C=00nF, dengan masukan sinyal sinus khz Vpp didapatkan output sinyal cosinus dengan amplitude 0,74Vpp sesuai dengan gambar dibawah: Gambar sinyal Vo dan Vi integrator dengan R=kΩ dan C=00nF dengan masukan sinyal sinus khz Vpp berarti nilai Vin adalah 0,5 sin 2000πt, sehingga dengan menggunakan persamaan diferensiator (3.4) analisa matematisnya adalah sbb: = (0,5 sin2000πt) = 0,34 cos

36 Sedangkan pada hasil praktikum didapatkan sinyal cosinus dengan amplitude sebesar -0,74Vpp/2 yaitu 0,37volt sehingga antara percobaan dan analisa matematis dapat dikatakan sesuai. - Ketika R=kΩ dan C=nF, dengan masukan sinyal sinus MHz Vpp didapatkan output sinyal -cosinus dengan amplitude 7,2Vpp sesuai dengan gambar dibawah: Gambar sinyal Vo dan Vi integrator dengan R=kΩ dan C=nF dengan masukan sinyal sinus MHz Vpp berarti nilai Vin adalah 0,5 sin πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (3.9) analisa matematisnya adalah sbb: (0,5 sin πt) = = 3,4 cos Sedangkan pada hasil praktikum didapatkan sinyal cosinus dengan amplitude sebesar -7,2Vpp/2 yaitu 3,6volt sehingga antara percobaan dan analisa matematis dapat dikatakan sesuai. 7

37 - Ketika R=kΩ dan C=00pF, dengan masukan sinyal sinus 5MHz Vpp didapatkan output sinyal -cosinus dengan amplitude 5,36Vpp sesuai dengan gambar dibawah: Gambar 4.4. sinyal Vo dan Vi integrator dengan R=kΩ dan C=00pF Ketika R=kΩ dan C=00pF, dengan masukan sinyal sinus 5MHz Vpp berarti nilai Vin adalah 0,5 sin πt, sehingga dengan menggunakan persamaan (4.29) analisa matematisnya adalah sbb: (0,5 sin πt) = =,57 cos Sedangkan pada hasil praktikum didapatkan sinyal cosinus dengan amplitude sebesar -5,36Vpp/2 yaitu 2,68volt. Adanya perbedaan nilai amplitudo ini dimungkinkan karena ketidakstabilan op-amp. Pemasangan resistor R2 pada rangkaian integrator dan diferensiator adalah untuk mencegah kapasitor melakukan pengosongan secara langsung. Karena jika tidak diberi resistor R2 kapasitor terhubung langsung dengan output buffer input non- inverting yang bernilai ground, karena kaki non inverting terhubung pada ground. hal ini sesuai dengan gambar internal CFA. 72

38 4.5. Respon Transien pada Op-amp CFA Gambar Untai penguat tak membalik untuk mencari stabilitas CFA - Dengan input kotak 5Vpp, Rdan R2=kΩ Didapatkan nilai = 00% = 46,6667%,t p =20ns,Td=50ns. Dengan gambar grafik sebagai berikut: Gambar stabilitas saat Rdan R2=kΩ - Dengan input kotak 5Vpp, Rdan R2=0kΩ Hasilnya menyerupai kondisi rangkaian RLC overdamped sehingga dapat dikatakan lebih stabil. Berikut gambar sinyalnya: Gambar stabilitas saat Rdan R2=0kΩ 73

39 - Dengan input kotak 5Vpp, Rdan R2=5kΩ Didapatkan nilai = 00% = %,t p =0ns,Td=60ns. Dengan gambar grafik sebagai berikut: Gambar stabilitas saat Rdan R2=5kΩ - Dengan input kotak 5Vpp, Rdan R2=500Ω Didapatkan nilai = 00% = %,t p =20ns,Td=50ns. Dengan gambar grafik sebagai berikut: Gambar stabilitas saat Rdan R2=500Ω 74

40 - Dari percobaan pertama dicari persamaan orde dua yang berlaku pada op-amp current feedback sebagai berikut: = (3.5) 46,6666 = 46,666 = 4,76 = Sehingga didapatkan: = 0,59 Kemudian dengan menggunakan persamaan waktu puncak: = (3.6) = 0, = 3.4 0,63 Sehingga didapatkan: = 247,5 0 75

41 Kemudian dengan menggunakan persamaan frekuensi alamiah teredam: 2 = (3.8) = (247,5 0 ) Sehingga didapatkan : = 24,5 0 Dari hasil yang didapatkan, bisa dilihat bahwa nilai α< o sehingga system dalam kondisi underdamped, dari nilai α dan o dicari nilai R L C-nya dengan menggunakan persamaan damping factor dan frekuensi alamiah teredam serta memisalkan nilai L=µH, berikut perhitungannya: = (3.9) 24,5 0 = µh Sehingga didapat R=24,5Ω = (3.0) 247,5 0 = µh Sehingga didapatkan C=6,37pF 76

42 Dengan nilai R,Ldan C yang diperoleh sehingga dapat dicari persamaan orde dua-nya sebagai berikut: = = (µh 6,37pF) + µh 24,5Ω + (6,37 0 ) + (24,5 0 + ) (4.3) (4.4) Dengan nilai R L dan C yang didapat, kemudian dilakukan percobaan pada circuit maker sebagai berikut Gambar Rangkaian RLC seri ada circuit maker Gambar hasil simulasi rangkaian RLC pada circuit maker Dari percobaan pada circuit maker juga diperoleh nilai = 00% = 46,6667%,t p =20ns,Td=50ns. Sehingga dapat dikatakan sesuai antara teori dengan praktikum. 77

43 Dari hasil praktikum ketika nilai resistor diubah2 dapat diambil kesimpulan semakin besar nilai Resistor umpan balik maka performa current feedback op-amp semakin stabil. Namun harus diingat bahwa penggunaan nilai resistor umpan balik yang besar akan memperkecil nilai bandwidth. [4] 4.6. Penguat selisih dan penguat instrumentasi berbasis op-amp CFA Penguat selisih (differential amplifier) Rangkaian penguat selisih (differential amplifier) yang disusun pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar Gambar rangkaian penguat selisih (differential amp) Pada percobaan pertama ini di susun sebuah rangkaian penguat selisih dengan tegangan input V berupa sinyal sinus Vpp KHz kemudian dilakukan pembagi tegangan oleh R5 dan R6 untuk mendapatkan nilai sebesar 0,5Vpp sebagai Vi2. Dengan menggunakan prinsip superposisi persamaan yang berlaku pada rangkaian diatas adalah sebagai berikut: Diasumsikan V2=0 maka rangkaian berlaku sebagai penguat inverting 78

44 () = (4.5) + 2 Diasumsikan V=0 maka rangkaian berlaku sebagai penguat non-inverting (2) = (4.6) Sehingga = () + (2) (4.7) = (4.8) Karena nilai transimpedansi (Z) yang besar maka 2 = Karena nilai R=R3 dan R2=R4 maka 2 = 2 (4.9) (4.20) Berikut hasil percobaan ketika R,R3= kω dan R2,R4 = KΩ dengan input Vi= Vpp dan Vi2=0,5Vpp Vo = -540Vpp, hal ini ditunjukan oleh gambar dibawah Gambar 4.50 Vi dan Vo diff amp saat R,R3= kω dan R2,R4 = KΩ 79

45 Gambar 4.5 Vi2 dan Vo diff amp saat R,R3= kω dan R2,R4 = KΩ Secara perhitungan nilai vo seharusnya adalah sebagai berikut: = 0,5 0,5 Jika dibandingkan antara perhitungan dengan hasil praktikum cukup mendekati sehingga dapat dianggap bahwa op-amp current feedback dapat bekerja dengan baik sebagai penguat selisih. 80

46 Berikut hasil praktikum Ketika R,R3=00 dan R2,R4=K Dari percobaan kedua ini dengan Vi=,6Vpp dan Vi2=0,54Vpp diperoleh Vo = -6,08Vpp, hal ini sesuai dengan gambar dibawah ini: Gambar 4.52 Vi dan Vo diff amp saat R,R3= 00Ω dan R2,R4 = KΩ Gambar 4.53 Vi2 dan Vo diff amp saat R,R3= 00Ω dan R2,R4 = KΩ Secara matematis nilai Vo seharusnya adalah sebagai berikut: = 0,54,6 00 6,2 Jika dibandingkan antara hasil percobaan dengan perhitungan matematis hasilnya mendekati sehingga dianggap percobaan berhasil. 8

47 Ketika R,R3=0K dan R2,R4=00K Dari percobaan ketiga dengan Vi Vpp dan Vi2=0,5Vpp didapatkan Vo= 4,6 Vpp sesuai dengan gambar dibawah ini Gambar 4.54 Vi dan Vo diff amp saat R,R3= 00Ω dan R2,R4 = KΩ Gambar 4.55 Vi2 dan Vo diff amp saat R,R3= 00Ω dan R2,R4 = KΩ Secara matematis nilai Vo seharusnya adalah sebagai berikut: = 0, Pada percobaan kali ini ada perbedaan yang cukup jauh antara peritungan dengan hasil percobaan hal ini disebabkan nilai R yang cukup besar sehingga transimpdansi berpengaruh pada hasil keluaran. 82

48 Penguat instrumentasi berbasis CFA Rangkaian penguat instrumentasi yang dilakukan pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 4.56 Gambar Rangkaian Penguat Instrumentasi Untuk penguat instrumentasi persamaan yang berlaku pada rangkaian tersebut adalah sebagai berikut: Untuk mencari Vo dengan prinsip superposisi didapatkan persamaan: = (4.2) + 7 Karena nilai Z yang sangat besar, persamaan menjadi = (4.22) Untuk mencari Vo2 dengan prinsip superposisi didapatkan persamaan 83

49 2 = (4.23) + 7 Karena nilai Z yang sangat besar, persamaan menjadi 2 = (4.24) Untuk nilai Vo menggunakan persamaan penguat selisih dengan Vo dan Vo2 sebagai tegangan inputnya 2 = 2 (4.25) Jadi rangkaian diatas jika diberi nilai Vi=Vpp dan Vi2=0,5Vpp maka nilai Vo Vo2 dan Vo-nya secara matematis adalah sebagai berikut: = + 0,5 =,5 2 = + 0,5 = 0 = 0,5 =,5 Sedangkan pada percobaan Vo=,5Vpp ; Vo2=0,vpp ;Vo=,5Vpp ditunjukan pada gambar dibawah ini. 84

50 Gambar Vo penguat instrumentasi (volt/div=0,5v) Gambar Vo2 penguat instrumentasi (volt/div=0,) Gambar Vo akir penguat instrumentasi (volt/div=0,5) 85

51 4.7. Tapis-Tapis Aktif Berbasis Op-amp CFA Low Pass Filter orde Dalam melakukan percobaan mengenai LPF orde disusun rangkaian seperti pada gambar 4.60 Gambar Rangkaian low pass filter orde Dengan Ra dan Rb= kω, R=kΩ, C=00pF Tabel 4.9 respon frekuensi Low Pass Filter orde Dengan Ra dan Rb= kω, R=kΩ, C=00pF Frek (Hz) k 0k 50k 00k 500k 600k 800K M,5M 2M 3M 4M 5M Av ,92,86,8,68,46,26 0,9 0,8 0,6 Av(dB) Fc/frekuensi penggal pada percobaan ini adalah,6mhz dengan Vout,4Vpp Dengan Ra dan Rb= 00kΩ, R=kΩ, C=00pF Tabel respon frekuensi Low Pass Filter orde Dengan Ra dan Rb= 00kΩ, R=kΩ, C=00pF Frek (Hz) k 0k 50k 00k 500k 600k 800K M,5M 2M 3M 4M 5M Av Av(dB) Fc/frekuensi penggal pada percobaan ini adalah,6mhz dengan Vout,24Vpp Analisa matematis Pada percobaan lowpass filter orde satu ini digunakan R=kΩ dan C=00pF sehingga nilai frekuensi penggal (Fc) secara matematisnya adalah sbb: 86

52 = 2 = (4.26) = 2 (4.27) = =,5923 (4.28) Sedangkan pada percobaan nilai frekuensi penggal yang didapatkan baik pada penggunaan Ra,Rb=kΩ maupun Ra,Rb=00kΩ adalah,6mhz sehingga percobaan dikatakan sesuai dengan analisis matematis. Ketika penggunaan Ra,Rb=00kΩ terjadi penurunan nilai penguatan disebabkan oleh pengaruh transimpedansi (Z). berikut grafik lowpass filter orde. Lpf orde Av(db) Ra dan Rb =k Ra dan Rb= 00K frekuensi (Khz) gambar 4.6. Tanggapan Frekuensi Lpf orde Berbasis CFA 87

53 High Pass Filter orde Dalam melakukan percobaan mengenai HPF orde disusun rangkaian seperti pada gambar 4.62 Gambar Rangkaian low pass filter orde Dengan Ra dan Rb= kω, R=kΩ, C=0nF Tabel 4.2. respon frekuensi High Pass Filter orde Dengan Ra dan Rb= kω, R=kΩ, C=0nF Frek (Hz) k 0k 50k 00k 500k 600k 800K M,5M 2M 3M 4M 5M Av Av(dB) Fc/ frekuensi penggal didapatkan pada frekuensi 6KHz dengan Vout,6Vpp Dengan Ra dan Rb= 00kΩ, R=kΩ, C=0nF Tabel respon frekuensi High Pass Filter orde Dengan Ra dan Rb= 00kΩ, R=kΩ, C=0nF Frek (Hz) k 0k 50k 00k 500k 600k 800K M,5M 2M 3M 4M 5M Av Av(dB) Fc/ frekuensi penggal didapatkan pada frekuensi 6KHz dengan Vout,6Vpp Analisa matematis Pada percobaan highpass filter orde inidigunakan nilair=kω dan nilaic=0nf, sehingga nilaifrekuensipenggal(fc) secara matematis adalah sebagaiberikut: = 2 = (4.29) 88

54 = = (4.30) = 5,923 (4.3) Sedangkan pada percobaan nilai frekuensi penggal yang didapatkan baik pada penggunaan Ra,Rb=kΩ maupun Ra,Rb=00kΩ adalah 6KHz sehingga percobaan dikatakan sesuai dengan analisis matematis. Ketika penggunaan Ra,Rb=00kΩ terjadipenurunan nilai penguatan disebabkan oleh pengaruh transimpedansi(z). berikutgrafik highpass filter orde. 0 Hpf orde 5 0 Av(dB) Ra dan Rb k Ra dan Rb 00k frekuensi (khz) Gambar Tanggapan frekuensi Hpf orde berbasis CFA 89

55 Low pass filter orde 2 Dalam melakukan percobaan mengenai LPF orde 2 disusun rangkaian seperti pada gambar 4.64 Gambar rangkaian low pass filter orde 2 Dengan Ra,Rb=kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF Tabel respon frekuensi low Pass Filter orde 2 Dengan Ra,Rb=kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF Frek (Hz) k 0k 50k 00k 500k 600k 800K M,5M 2M 3M 4M 5M Av Av(dB) Nilai Vomaks=2.4Vpp Fc/frekuensi penggal=,7mhz dengan Vout.7Vpp Dengan Ra,Rb=00kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF Tabel respon frekuensi low Pass Filter orde 2 Dengan Ra,Rb=00kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF Frek (Hz) k 0k 50k 00k 500k 600k 800K M,5M 2M 3M 4M 5M Av Av(dB) Nilai Vomaks= 2.2Vpp Fc/frekuensi penggal=,65mhz dengan Vout.5Vpp Analisis matematis Pada lowpass filter orde 2 persamaan yang berlaku adalah sebagai berikut: 90

56 ( ) = + ( + ) + ( ) + = + + (4.32) Dari persamaan diatas, frekuensi penggalnya adalah sebagai berikut: = (4.33) = (4.34) karena R=R2 dan C3=C4 maka persamaannya menjadi: 2 = (4.35) Sehingga pada percobaan dengan nilai R=kΩ dan C=00pF, frekuensi penggalnya: ,5923 Dari hasil percobaaan didapatkan nilai frekuensi penggal pada,7mhz dan,65mhz sehingga hasilnya mendekati hasil perhitungan dan dapat dikatakan sesuai. Sedangkan untuk mencari factor kualitas (Q p ) persamaannya adalah sebagai berikut: = ( + ) + ( ) (4.36) = ( + ) + ( ) = ( + ) + ( ) = + + ( ) 9

57 = + + ( ) = + + ( ) (4.37) Karena R=R2 dan C3=C4, maka = + + ( ) 3 (4.38) Sedangkan K= +, jadi: = 3 2 h (4.39) Pada praktikum nilai Ra=Rb yaitu k sehingga faktor kualtasnya adalah 0,5 dimana nilai ini kurang dari 0,707 sehingga grafik respon frekuensi yang diperoleh sebagai berikut: 0 Lpf orde Av(dB) Ra dan Rb k Ra dan Rb 00k frek (khz) Gambar tanggapan frekuensi Lpf orde 2 berbasis CFA 92

58 Dilihat dari grafiknya, karena nilai faktor kualitas kurang dari 0,707 terjadi peningkatan nilai penguatan sebelum akirnya nilai penguatan turun drastis, peristiwa ini disebut dengan underdamped. hal ini sesuai dengan teori low pass filter orde 2 yang ditunjukan pada grafik dibawah [9]: Gambar factor kualitas Lpf orde 2 Pada penggunaan Rdan R2= 00K nilai penguatannya turun dari dua kali hal ini dikarenakan adanya pengaruh transimpedansi (Z) High pass filter orde 2 Dalam melakukan percobaan mengenai HPF orde 2 disusun rangkaian seperti pada gambar 4.67 Gambar rangkaian high pass filter orde 2 Dengan Ra,Rb=kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF 93

59 Tabel respon frekuensi high Pass Filter orde 2 Dengan Ra,Rb=kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF Frek (Hz) 00k 500k M.5M 2M 3M 4M 6M 7M 8M 9M 0M Av Av(dB) Vout maskimum adalah 2.4Vpp Fc/ frekuensi penggal adalah.6mhz dengan output.7vpp Dengan Ra,Rb=00kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF Tabel respon frekuensi high Pass Filter orde 2 Dengan Ra,Rb=00kΩ; R,R2=kΩ dan C,C2=00pF Frek (Hz) 00k 500k M.5M 2M 3M 4M 6M 7M 8M 9M 0M Av Av(dB) Vout maksimum adalah,6vpp Fc/Frekuensi penggalnya adalah.6mhz dengan output,2vpp Analisis matematis Pada Highpass filter orde 2 persamaan yang berlaku adalah sebagai berikut: ( ) = ( ) + = + + (4.40) Dari persamaan (4.40) diatas, frekuensi penggalnya adalah sebagai berikut: = (4.4) = (4.42) karena R=R2 dan C=C2 maka persamaannya menjadi: 2 = (4.43) 94

60 Sehingga pada percobaan dengan nilai R=kΩ dan C=00pF, frekuensi penggalnya: ,5923 Dari hasil percobaaan didapatkan nilai frekuensi penggal pada,6mhz sehingga hasilnya mendekati hasil perhitungan dan dapat dikatakan sesuai. Sedangkan untuk mencari factor kualitas (Q p ) persamaannya adalah sebagai berikut: = + + ( ) (4.44) = + + ( ) = ( ) + ( ) + ( ) ( ) = + + ( ) = + + ( ) (4.45) Karena R=R2 dan C=C2, maka = + + ( ) 3 (4.46) Sedangkan K= +, jadi: = 3 2 h (4.47) 95

61 Pada praktikum nilai Ra=Rb yaitu k sehingga factor kualtasnya adalah 0,5 dimana nilai ini kurang dari 0,707 sehingga grafik respon frekuensi yang diperoleh sebagai berikut: Hpf orde Av (db) Ra dan Rb k Ra dan Rb 00k frek (x00khz) Gambar respon frekuensi Hpf orde 2 Sama seperti percobaan low pass filter orde 2, percobaan high pass filter ini mengalami underdamped, pada penggunaan Ra dan Rb 00K nilai penguatan kembali turun pada Frekuensi,6MHz disebabkan karena respon frekuensi dari op-amp current feedback, dimana semakin besar nilai hambatan umpan balik, op-amp CFA semakin rentan pada perubahan Frekuensi masukan. 96

62 4.8. Penguat Photocurrent berbasis op-amp CFA Untai penguat Photocurrent yang dilakukan pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar Pada saat nilai Cf= 00pF Input = Vpp, dioffset sebesar 2,3V Output teroffset 6,3V Gambar rangkaian penguat photocurrent Tabel respon frekuensi penguat photocurrent dengan cf=00pf Freq(Hz) k 5k 0k 20k 30k 40k 50k 00k 200k 500k M 2M Vout (Vpp) 0,2 0,2 0,2 0, ,48 3,48 0,8 - Pada saat nilai Cf=50pF Input=Vpp,dioffset sebesar 2,6 Output teroffset 6,4V Tabel respon frekuensi penguat photocurrent dengan cf=50pf Freq(Hz) k 5k 0k 20k 30k 40k 50k 00k 200k 500k M 2M Vout (Vpp) 0,2 0,2 0,2 0, ,48 3,48 0,8 97

63 Persamaan yang berlaku pada penggunaan CFA sebagai penguat Photocurrent atau penguat transimpedansi adalah sebagai berikut Gambar untai internal penguat photocurrent Ip adalah arus yang dihasilkan oleh photodiode, sehingga persamaan yang berlaku pada persamaan diatas adalah sebagai berikut: + = (4.48) = (4.49) = (4.50) Jika ketiga persamaan diatas digabungkan untuk mencari nilai Vout maka penurunan rumusnya adalah sebagai berikut: = = = = + (4.5) Karena nilai ZB yang sangat kecil sehingga bias dianggap 0 98

64 = (4.52) Karena nilai Z yang terlalu besar maka nilai /Z dapat dianggap 0 sehingga, = (4.53) Dimana, = sehingga: = + (4.54) Dipasangnya kapasitor C f pada rangkaian membuat rangkaian menjadi sebuah Low pass filter, hal ini untuk menjaga dari terjadinya noise pada tegangan keluaran, sehingga nilai kapasitor C f dipilih nilai yang kecil agar op-amp CFA dapat bekerja pada frekuensi yang tinggi. Jika cari nilai frekuensi penggalnya ketika menggunakan nilai Cf=00pf, dengan rumus = didapatkan frekuensi penggal sebesar 3,2 MHz dan pada saat menggunakan Cf= 50pF frekuensi penggalnya adalah 6,4MHz. Namun pada percobaan nilai amplitude tegangan keluaran mulai turun ketika frekuensi masukan sebesar 00KHz baik pada penggunaan 00pF maupun 50pF, hal ini disebabkan oleh komponen penyusun dari photodiode tersebut, dimana terdapat kapasitor yang tersusun dalam photodiode [] sehingga membentuk sebuah low pass filter dengan frekuensi penggal tertentu, berikut gambar komponen penyusun dari diode. 99

65 Gambar 4.7 rangkaian penyusun photodioda Sehingga penggantian nilai kapasitor Cf tidak begitu berpengaruh pada hasil praktikum, kecuali kapasitor nilainya diperbesar lagi. Pada rangkaian nilai Vbias diberi nilai Vee/-5Volt, karena jika diberi +5 keluaran menjadi DC 5 Volt, hal ini disebabkan oleh peletakan photodiode yang terbalik, jika Vbias 5Volt nilai katoda lebih besar dari anoda, sehingga diode tidak dapat menghantarkan arus Nilai penguatan yang dihasilkan oleh rangkaian jika dibandingkan dengan V adalah sebesar 0 kali, sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian bekerja dengan baik 00

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Lampiran A Praktikum Current Feedback OP-AMP Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Waktu : 3 jam (praktikum dan pembuatan laporan) dipersiapkan oleh: Reinhard A. TUJUAN Menganalisa

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

Oleh: Reinhard NIM:

Oleh: Reinhard NIM: MODUL PRAKTIKUM CURRENT FEEDBACK OPERATIONAL AMPLIFIER Oleh: Reinhard NIM: 612009002 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektronika Fakultas

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2]

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2] BAB II Dasar Teori Pada bab ini berisi dasar teori dari current feedback op-amp yang menjelaskan perbedaanperbedaannya dengan voltage feedback op-amp. 2.1. Current Feedback Operational Amplifier Op-amp

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

Percobaan 3 Rangkaian OPAMP

Percobaan 3 Rangkaian OPAMP Percobaan 3 Rangkaian OPAMP EL2193 Praktikum Rangkaian Elektrik Penguat Noninverting Penguatan = 1 1/1 = 2 12V 2k2Ω 2k2Ω V in 2k2Ω Posisi V in (V) Vout (V) Vout ukur (V) A 6 12 11,7 B 2 4 4 C 2 4 4 D 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP PERCOBAAN 0 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP 0. Tujuan : ) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari suatu rangkaian diffrensiator dan integrator, dengan menggunakan op-amp 74. 2) Rangkaian differensiator

Lebih terperinci

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE Penguat Operasional OPAMP Penguat Operasional atau disingkat Opamp adalah merupakan suatu penguat differensial berperolehan sangat tinggi yang terkopel DC langsung, yang dilengkapi dengan umpan balik untuk

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 Tujuan: Mahasiswa mampu memahami cara kerja rangkaian-rangkaian sinyal pengkondisi berupa penguat (amplifier/attenuator) dan penjumlah (summing/adder). Alat dan Bahan

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Operational Amplifier Operational Amplifier atau yang lebih dikenal dengan OpAmp, adalah penguat operasional yang sangat penting dalam instrumentasi elektronika.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR LEMBAR KERJA V KOMPARATOR 5.1. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengoperasikan op amp sebagai rangkaian komparator inverting dan non inverting 2. Mahasiswa mampu membandingkan dan menganalisis keluaran dari rangkaian

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

RESPON FREKUENSI PENGUAT CE

RESPON FREKUENSI PENGUAT CE RESPON FREKUENSI PENGUAT CE 1. TUJUAN Mengukur dan menggambarkan kurva bode plot dari respon frekuensi rendah dan tinggi dari penguat CE 2. LANDASAN TEORI Suatu penguat tentunya mempunyai keterbatasan

Lebih terperinci

MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF

MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 06 RANGKAIAN FILTER PASIF 1 TUJUAN Memahami prinsip yang digunakan dalam rangkaian filter sederhana.

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Kalau perlu mendesain sinyal level meter, histeresis pengatur suhu, osilator, pembangkit sinyal, penguat audio, penguat

Lebih terperinci

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi

Lebih terperinci

PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER)

PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER) ORBITH VOL. 13 NO. 1 Maret 2017 : 43 50 PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER) Oleh : Lilik Eko Nuryanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH,

Lebih terperinci

Modul 4. Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : M. Mufti Muflihun ( )

Modul 4.   Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : M. Mufti Muflihun ( ) Modul 4 OPERATIONAL AMPLIFIER Nama : Muhammad Ilham NIM : 10211078 E-mail : ilham_atlantis@hotmail.com Shift/Minggu : III/2 Asisten : Catra Novendia Utama (10208074) : M. Mufti Muflihun (10208039) Tanggal

Lebih terperinci

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER A. TUJUAN 1. Mahasiswa diharapkan mampu mengerti tentang pengertian, prinsip kerja dan karakteristik band pass filter 2. Mahasiswa dapat merancang, merakit, menguji rangkaian

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 07-06-2017

Lebih terperinci

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan KEGIATAN BELAJAR 5 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik filter lolos bawah. 2. Mahasiswa dapat menganalisa rangkaian filter lolos bawah dengan memanfaatkan progam

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS

OPERATIONAL AMPLIFIERS OPERATIONAL AMPLIFIERS DASAR OP-AMP Simbol dan Terminal Gambar 1a: Simbol Gambar 1b: Simbol dengan dc supply Standar operasi amplifier (op-amp) memiliki; a) V out adalah tegangan output, b) V adalah tegangan

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LINEAR AKTIF LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI PENDAHULUAN A. UMUM Sesuai dengan tujuan pendidikan di UNISKA,

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER A. Tujuan Mahasiswa diharapkan dapat a. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik High Pass Filter. b. Merancang, merakit dan menguji rangkaian High

Lebih terperinci

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan BAB I FILTER I 1. Judul Percobaan Rangkaian Band Pass Filter 2. Tujuan Percobaan - Menentukan Frekuensi Cut Off dari suatu rangkaian Band Pass Filter. - Menentukan besar Induktansi dari suatu kumparan.

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

Tujuan Mempelajari penggunaan penguat operasional (OPAMP) Mempelajari rangkaian dasar dengan OPAMP

Tujuan Mempelajari penggunaan penguat operasional (OPAMP) Mempelajari rangkaian dasar dengan OPAMP Percobaan 3 angkaian OPAMP EL2193 Praktikum angkaian Elektrik Tujuan Mempelajari penggunaan penguat operasional (OPAMP) Mempelajari rangkaian dasar dengan OPAMP eiew OPAMP Apakah OPAMP itu? Penguat diferensial

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

SIMULASI FILTER SALLEN KEY DENGAN SOFTWARE PSPICE

SIMULASI FILTER SALLEN KEY DENGAN SOFTWARE PSPICE JETri, Volume 6, Nomor, Februari 7, Halaman -4, ISSN 4-37 SIMULASI FILTER SALLEN KEY DENGAN SOFTWARE PSPICE Kiki Prawiroredjo Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract A Sallen Key

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM SISTEM ELEKTRONIKA TELKOM UNIVERSITY

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM SISTEM ELEKTRONIKA TELKOM UNIVERSITY MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM SISTEM ELEKTRONIKA TELKOM UNIVERSITY 1 MODUL I HUKUM OHM DAN HUKUM KIRCHHOFF I. PENDAHULUAN Hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff merupakan hukum dasar dalam rangkaian

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 4 (LOW PASS FILTER )

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 4 (LOW PASS FILTER ) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 4 (LOW PASS FILTER ) A. Tujuan a. Mahasiswa mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik filter lolos bawah. b. Mahasiswa dapat merangkai dan menganalisa rangkaian

Lebih terperinci

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG Pendahuluan i iv Rangkaian Elektronika Analog RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG Oleh : Pujiono Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN RANGKAIAN AC. Abstrak

RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN RANGKAIAN AC. Abstrak Modul 1 RANGKAIAN SETARA THEVENIN DAN RANGKAIAN AC Nama : Muhammad Ilham NIM : 121178 Email : ilham_atlantis@hotmail.com Shift/Minggu : III/2 Asisten : Widyo Jatmoko (12838) : Derina Adriani (12943) Tanggal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

Modul VIII Filter Aktif

Modul VIII Filter Aktif Modul VIII Filter Aktif. Tujuan Praktikum Praktikan dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari sebuah filter. Praktikan dapat mengetahui karakteristik sebuah filter. Praktikan dapat membuat suatu filter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: BAB II DASAR TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator JOBSHEET PRAKTIKUM 2 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP. 2. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian komparator sebagai aplikasi dari

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER 4.1 Tujuan dan Latar Belakang Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan cara kerja dari Power Amplifier kelas A common-emitter. Amplifier

Lebih terperinci

Modul 02: Elektronika Dasar

Modul 02: Elektronika Dasar Modul 02: Elektronika Dasar Alat Ukur, Rangkaian Thévenin, dan Rangkaian Tapis Reza Rendian Septiawan February 4, 2015 Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal mendasar dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN

ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN ANALISIS PENGUATAN BIOPOTENSIAL DENGAN REDUKSI INTERFERENSI GANGGUAN Oleh: Moh. Imam Afandi * Abstrak Telah dilakukan analisis penguatan biopotensial dengan reduksi interferensi gangguan sinyal pada sistem

Lebih terperinci

Enjang A. Juanda Elektro FPTK- UPI -Bandung

Enjang A. Juanda Elektro FPTK- UPI -Bandung 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO (ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI) PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI II FILTER:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: Menggunakan rumus-rumus dalam rangkaian elektronika untuk menganalisis rangkaian pengkondisi sinyal pasif Menggunakan kaidah, hukum, dan rumus

Lebih terperinci

Filter Orde Satu & Filter Orde Dua

Filter Orde Satu & Filter Orde Dua Filter Orde Satu & Filter Orde Dua Asep Najmurrokhman Jurusan eknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani 8 November 3 EI333 Perancangan Filter Analog Pendahuluan Filter orde satu dan dua adalah bentuk

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 01 P-05 KOMPARATOR SMT. GENAP 2015/2016 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

RANGKAIAN KONVERTER ZERO & Semester 3

RANGKAIAN KONVERTER ZERO & Semester 3 No.LST/TE/EKA5228/09 Revisi : 00 Tgl : 8 Sept 2015 Hal 1 dari 5 1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik konverter zero & span 2. Sub Kompetensi : 1) Menjelaskan cara kerja rangkaian konverter zero-span

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER )

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) A. Tujuan 1. Menyelidiki penguatan penguat operasi 2. Menyelidiki beda fase antara tegangan input dan output B. Dasar Teori Penguat operasi (operational

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengukuran pada beberapa test point yang dianggap

Lebih terperinci

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog DIKTAT KULIAH Elektronika Industri & Otomasi (IE-204) BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha JURUSAN

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 11 (OSILATOR HARTLEY) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik oscillator hartley. 2. Mahasiswa mampu merancang rangkaian oscillator

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Bandung

Politeknik Negeri Bandung LAPORAN PRAKTIKUM 6 CLIPPER Anggota Kelompok Kelas Jurusan Program Studi : 1. M. Ridwan Al Idrus 2. Zuhud Islam Shofari : 1A TEL : Teknik Elektro : D3 Teknik Elektronika Politeknik Negeri Bandung 2017

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL IV MOSFET TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip kerja JFET dan MOSFET. 2. Mengamati dan memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator Vera Kamila NS(1137030074) Reva Wiratama (1137030058) Siti Patimah (1137030066) Asisten Lab : Nurfaizah Amatillah

Lebih terperinci

Definisi Filter. Filter berdasar respon frekuensinya : 1. LPF 2. HPF 3. BPF 4. BRF/BSF

Definisi Filter. Filter berdasar respon frekuensinya : 1. LPF 2. HPF 3. BPF 4. BRF/BSF FILTER AKTIF Definisi Filter Filter adalah rangkaian yang berfungsi untuk menyaring frekuensi pada suatu band tertentu Filter berdasarkan komponennya : 1. Filter Aktif Terdiri dari Op-Amp dan R, L C 2.

Lebih terperinci

Teknik Elektromedik Widya Husada 1

Teknik Elektromedik Widya Husada 1 FORMULIR PENILAIAN PRAKTIKUM Nama NIM Kelompok Praktikum :.. :.. :.. : Teknik Elektronika Terintegrasi No. Percobaan Tanggal Percobaan 1. Penguat Inverting 2. Penguat Non Inverting 3. Komparator 4. Penguat

Lebih terperinci

PERCOBAAN 7 RANGKAIAN PENGUAT RESPONSE FREKUENSI RENDAH

PERCOBAAN 7 RANGKAIAN PENGUAT RESPONSE FREKUENSI RENDAH PECOBAAN 7 ANGKAIAN PENGUAT ESPONSE FEKUENSI ENDAH 7. Tujuan : Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan faktor-faktor yang berkontribusi pada respon frekuensi rendah, dari suatu amplifier

Lebih terperinci

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta DEMODULASI DELTA DEMODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com INTISARI Demodulasi Delta merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10

DAFTAR GAMBAR. 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor... 8 2. Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10 3. Gambar 2.3. Sistem Kerja ECVT... 11 4. Gambar 2.4. Rangkaian Charge/discharege...

Lebih terperinci

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 03 RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER 1 TUJUAN Menentukan hubungan antara sinyal input dengan sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

TUJUAN ALAT DAN BAHAN

TUJUAN ALAT DAN BAHAN TUJUAN 1. Mengetahui prinsip penyearah setengah gelombang tanpa menggunakan kapasitor 2. Mengetahui prinsip penyearah setengah gelombang menggunakan kapasitor. ALAT DAN BAHAN 1. Dioda 1N4007 1 buah 2.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

Modul 2. Pengkondisian Sinyal.

Modul 2. Pengkondisian Sinyal. Modul 2. Pengkondisian Sinyal. Beragam transduser diperlukan untuk konversi besaran umum menjadi besaran listrik. Tetapi ini pun belum cukup, biasanya sinyal yang berasal dari ransduser belum layak untuk

Lebih terperinci

Pengukuran dan Alat Ukur. Rudi Susanto

Pengukuran dan Alat Ukur. Rudi Susanto Pengukuran dan Alat Ukur Rudi Susanto Pengertian pengukuran Mengukur berarti mendapatkan sesuatu yang dinyatakan dengan bilangan. Informasi yang bersifat kuantitatif dari sebuah pekerjaan penelitian merupakan

Lebih terperinci