EDITORIAL. Penasehat : Pengantar Redaksi. Ketua STIKes Prima. Salam hangat,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EDITORIAL. Penasehat : Pengantar Redaksi. Ketua STIKes Prima. Salam hangat,"

Transkripsi

1

2 EDITORIAL Penasehat : Pengantar Redaksi Ketua STIKes Prima Pengarah : 1. Ketua HAKLI Provinsi Jambi 2. Ketua IAKMI Provinsi Jambi 3. Puket I STIKes Prima 4. Puket II STIKes Prima 5. Puket III STIKes Prima 6. Ketua Program Studi IKM Prima 7. Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Prima 8. Ketua Program Studi D-III Kebidanan 9. Direktur Akademi Keperawatan Prima Penanggung Jawab : Sekretaris LPPM STIKes Prima Jambi Mitra Bestari : 1. Dr. Pantun Bukit, SE., MSi 2. Dr. Sukarno, M.Pdi 3. dr. I. Nyoman Ehrich Lister, M.Kes, AIFM 4. dr. Adrianto Ghazali, M.Kes 5. Marinawati Ginting, SKM., M.Kes 6. Didik Suryadi, SKM., M.Kes 7. Herlina Harahap, S.Kep., Ns., M.Kes 8. V.A Irmayanti Harahap, SKM., M.Biomed 9. Dody Izhar, SKM, M.Kes 10. Chrismis Novalinda Ginting, S.SiT, M.Kes 11. Erni Girsang, SKM, M.Kes Salam hangat, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI Vol.4 No.3 Edisi Desember 2015 telah dapat diterbitkan. Penantian yang panjang untuk terkumpulnya naskah ilmiah sebagai materi utama terbitan kita. Untuk itu penelitian ilmiah di lingkup STIKes PRIMA JAMBI harus lebih kita gerakkan sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kepada penulis yang telah mempercayakan kepada kami untuk menerbitkan karyanya kami mengucapkan terima kasih. Untuk edisi kali ini kami sajikan beberapa karya ilmiah dari bidang kebidanan, Bidan pendidik, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat. Selain itu juga turut menampilkan karya ilmiah dari dosen pengajar dari beberapa sekolah dan akademi kesehatan lain. Akhir kata, maju terus dan selamat berkarya. Semoga Bermanfaat. Salam Sehat, Redaksi Editor/Editing : 1. Sakinah Dewi, S.Kep., M.Kes 2. Sondang Selviana Silitonga, S.Kep., Ns., M.Kes 3. Listautin, S.Kep., M.Kes 4. Norliana Karo-Karo, SST 5. Nia Nurziah, SKM 6. Erna Simanjuntak, SKM, M.Kes 7. Ns. Ridarti Sitorus, S.Kep 8. Saut Siagian, S.T 9. Johanes Ginting, SKM 10. K. Klemens, SKM Dewan Redaksi : 1. Pimpinan Redaksi : Erris Siregar, SKM, M.PH. 2. Redaktur : Marta Butar-Butar, SKM 3. Sekretaris Redaksi : Resli Siregar, S.Kep., Ns Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat Kampus STIKes Prima Gedung D Lt.1 Jl. Raden Wijaya Rt.35 Kebun Kopi Thehok Kecamatan Jambi Selatan Telp/Fax : / Website : stikesprima.scientia@yahoo.com :

3 Volume 4 No. 3 Desember 2015 ISSN SCIENTIA JOURNAL DAFTAR ISI 1. HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2015 Sondang, Dame HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 Irmayanti FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Erris HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI PASIEN DAN PERAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KEJADIAN ASAM URAT (GOUT) DI PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI TAHUN 2015 Sakinah HUBUNGAN PEMAHAMAN INTRUKSI, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 Nia, Lisia HUBUNGAN RIWAYAT STATUS KESEHATAN BAYI DAN STATUS GIZI IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA ANAK USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERSAM KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2015 Erna FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJAPUSKESMASSP II SEKUTUR JAYA KABUPATEN TEBOTAHUN 2015 Marinawati PERANCANGAN SISTEM NFORMASI REKAM MEDIS PASIEN PADA KLINIK BERSALIN KASIH IBU MENGGUNAKAN METODE WATERFALL Ade HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG BANGSAL RAWAT INAP RSUD SUNAN KALIJAGA KABUPATEN DEMAK Margareta Pratiwi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO DI KALANGAN REMAJA SMA NEGERI 1 KOTA JAMBI TAHUN 2015 Devi Arista PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI Matda Yunartha HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA DAN REMAJA DENGAN PENGGUNAAN NAPZA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PEKANBARU TAHUN 2015 Febrianti, Rika GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG KONSUMSI BUAH DAN SAYUR SETIAP HARI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALANG BANJAR KOTA JAMBI TAHUN 2015 Susi ESP NEEDS ANALYSIS FOR MIDWIFERY STUDENTS: A LEARNER CENTERED APPROACH Resi HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI LAKI SMK AL-IRSYAD KOTA JAMBI TAHUN 2014 Parman,Hamdani

4 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN Sondang, 2 Dame 1 STIKes Prima Jambi 2 Dinas Kesehatan Kota Jambi *Korespondensi penulis : sondang.silitonga@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan peran petugas dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Rawasari tahun Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Cara pengambilan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling dimana populasi dalam penelitian ini ibu-ibu yang bekerja dan mempunyai bayi berusia 6 bulan ke atas di wilayah Puskesmas Rawasari berjumlah 193 orang, yang dijadikan sampel berjumlah 64 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu pekerja dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dan nilai OR sebesar 7,369. Adanya hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu pekerja dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dan nilai OR sebesar 37,500. Adanya hubungan yang signifikan antara peran petugas dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu pekerja dengan nilai p value 0,000 dan nilai OR sebesar 464,000. Dengan hasil yang demikian maka petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas Rawasari harus lebih memperhatikan dan memberikan penyuluhan serta informasi tentang cara menyusui dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Peran Petugas, ASI Eksklusif RELATED KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND THE ROLE OF OFFICERS WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING WOMEN WORKERS THAT HAVE A BABY IN THE REGION HEALTH PUSKESMAS RAWASARI DISTRICT IN 2015 ABSTRACT This study aims to determine the relationship of knowledge, attitude, and the role of the officer with exclusive breastfeeding at mothers working who have babies in region Puskesmas Rawasari district in This research is descriptive analytic with cross sectional.taking over the sampling using simple random sampling technique where the population in this study mothers who work and have a 6 month old baby up in the region amounted to 193 people Rawasari public health centers, which sample amounts to 64 people. The results showed a significant relationship between knowledge with exclusive breastfeeding in mothers working with p value of ( p < 0,05 ) and the OR value of 7,369. A significant relationship between attitude with exclusive breastfeeding in mothers working with p value of 0,000 ( p < 0,05 ) and the OR value of 37,500. A significant relationship between the role of the officer with exclusive breastfeeding in mothers working with p value 0,000 and OR value of 464,000. With such results, the health workers in the area of Puskesmas Rawasari should pay more attention and provide counseling and information about breastfeeding and the importance of exclusive breastfeeding for 6 months. Keywords : Knowledge, Attitude, Role Officer, exclusive breastfeeding 191

5 PENDAHULUAN Pemberian ASI Eksklusif secara baik yakni sekitar 6 bulan pertama kelahiran akan berdampak sangat positif bagi tumbuh kembang bayi baik secara emosional maupun fisik. Bayi akan tumbuh lebih sehat dengan sistem imun yang sempurna dari air susu ibu (ASI), karena ASI mampu memberi perlindungan yang sempurna bagi bayi yang baru lahir (Amiruddin, 2011). Berdasarkan data WHO, cakupan ASI Eksklusif masih rendah untuk negara berkembang dan negara miskin termasuk Indonesia. Di Indonesia Cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya 38% dari target sebesar 80%. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif tersebut, merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan kematian bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan, bayi dibawah usia 6 bulan yang tidak diberikan ASI mempunyai resiko lima kali lipat terhadap kesakitan dan kematian akibat diare dan pneumonia dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif. Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu pada tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan diseluruh dunia yang isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Sejalan dengan peraturan yang ditetapkan oleh WHO, di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Selain itu pentingnya ASI juga terlihat pada acara dunia yaitu pekan ASI sedunia Agustus 2008, The World Alliance For Breast Feeding Action (WABA) memilih tema Mother Support: Going For the Gold. Makna tema tersebut adalah suatu gerakan untuk mengajak semua orang untuk meningkatkan dukungan kepada ibu untuk memberikan bayi-bayi mereka makanan yang berstandar emas yaitu ASI yang diberikan Eksklusif selama 6 bulan pertama dan melanjutkan ASI bersama makanan pendamping ASI lainnya yang sesuai sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih (Depkes, 2010). ASI Eksklusif merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Menurut Amiruddin (2011), bahwa lebih dari bayi Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dengan memberikan ASI secara Eksklusif. Terkait dengan tujuan ke empat Millenium Development Goal reduce infant mortality. Angka kematian Bayi (AKB) Indonesia sekarang ini berada pada kisaran 30 per 1000 kelahiran hidup yang merupakan AKB tertinggi di ASEAN dan sekitar 5% kematiannya diakibatkan oleh penyakit infeksi yang terkait dengan rendahnya kekebalan tubuh bayi. Kematian bayi yang tinggi tersebut mencerminkan paling tidak dua hal. Pertama, rendahnya mutu pelayanan kesehatan, terkait dengan akses ke pelayanan kesehatan baik secara fisik maupun finansial. Dua, rendahnya kualitas lingkungan. Adapun cara untuk menurunkan angka kematian bayi di Indonesia yang terus dilakukan untuk mencapai target MDG s salah satunya adalah program intensif dalam peningkatan ASI khususnya ASI Eksklusif. Banyak hal yang menghambat pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari tenaga kesehatan, faktor sosial budaya, gencarnya pemasaran susu formula, dan faktor ibu yang bekerja. Pengetahuan ibu tentang tekknik menyusui yang benar juga sangat penting karena dari pengalaman dan penelitian yang ada telah membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan. 192

6 Banyak alasan yang membuat ibu tidak mau menyusui bayinya secara Eksklusif salah satu alasannya yaitu karena ibu bekerja. Seharusnya, bekerja tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, karena pada saat ibu bekerja bayi dapat diberi ASI yang sudah diperah sebelum berangkat bekerja jadi walaupun si ibu bekerja bayi tetap dapat terpenuhi nutrisinya. Jadi ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI Eksklusif. ASI Eksklusif sebaiknya diberikan paling sedikit 4 bulan dan bila memungkinkan diberikan 6 bulan meskipun cuti hamil hanya diberikan 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan dilingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Diindonesia, rata-rata ibu memberikan ASI Eksklusif hanya 2 bulan, sementara pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Dan berdasarkan data dari Bappenas tahun 2010 menyatakan bahwa hanya 31% bayi di Indonesia mendapatkan ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan. Terdapat beberapa penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif yaitu belum semua rumah sakit menerapkan 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui), belum semua bayi lahir mendapatkan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), jumlah penyuluh ASI masih sedikit penyuluh dari target penyuluh, dan promosi susu formula yang tergolong gencar (Bappenas, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi pada bulan Februari 2014 dan Agustus 2014, persentase cakupan ASI Eksklusif bulan Februari berjumlah 62,8% dan mengalami penurunan pada bulan Agustus sebesar 62,3%. Dengan persentase terbesar bulan Februari 93,5% yakni di Pukesmas Talang Bakung dan persentase terbesar bulan Agustus sebesar 92,3% yakni Puskesmas Paal Merah 1.Dan masih banyak Puskesmas yang cakupan ASI Eksklusifnya masih dibawah target pencapaian indikator program pemerintah salah satunya di Pukesmas Rawasari yaitu 53,6%. Adapun data dari Puskesmas Rawasari pada bulan Februari (semester I) tahun 2015 tentang cakupan ASI Eksklusif berjumlah 766 orang (64,7%). Di Puskesmas Rawasari ini terbagi menjadi 4 kelurahan yaitu Rawasari berjumlah 193 orang (56,2%), Simpang 3 Sipin berjumlah 92 orang (63,4%), Mayang Mangurai berjumlah 286 orang (68,3%), dan Beliung berjumlah 195 orang (67,3%). Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Mei 2015 di Puskesmas Rawasari pada 10 orang ibu dengan pekerjaan swasta dan PNS yang memiliki rata-rata berusia bayi 4 bulan dan 6 bulan, didapatkan bahwa 6 dari 10 ibu tersebut tidak memberikan ASI Eksklusif sejak bayi lahir. Selain itu, ibu tersebut tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI Eksklusif dan saat ditanyakan kenapa tidak memberikan ASI Eksklusif ibu tersebut menganggap bahwa susu formula sama saja manfaatnya seperti ASI Eksklusif dan ibu mengatakan dengan pekerjaannya dari pagi sampai sore tidak memungkinkan untuk memberikan ASI Eksklusif. Hasil survei persentase penurunan cakupan ASI Eksklusif tersebut merupakan bentuk rendahnya pengetahuan ibu menyusui akan manfaat dan pentingnya ASI. Pengetahuan menurut Notoadmodjo (2007) adalah hasil tahu individu yang diperoleh melalui panca indera. Rendahnya pengetahuan ini dapat disebabkan karena ibu belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang manfaat ASI dan kandungan yang terdapat didalam ASI serta tentang manfaat perawatan payudara sebagai upaya memperlancar ASI. Pengetahuan para ibu tersebut dapat dipengaruhi dari sumber informasi yang didapat ibu dari lingkungan luar terutama peran media massa dalam memberikan informasi. Informasi yang disampaikan media massa yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu informasi atau iklan susu formula yang sekarang ini sedang gencargencarnya dilakukan oleh produsen susu. Iklan tentang susu ysng sering tampil di televisi yang menjadikan faktor utama memperkenalkan ibu pada produk susu sehingga ibu terpengaruh dan memiliki 193

7 sikap bahwa susu formula juga baik untuk bayi. Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif berdampak terhadap sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI. Sikap ibu dari hasil survei awal yaitu alasan keterbatasan waktu karena bekerja, adanya masalah saat menyusui (air susu tidak langsung keluar dan sedikit) dan masih banyak ibu kurang setuju jika hanya memberikan ASI saja pada bayi berumur 0-6 bulan tanpa makanan tambahan lain atau tanpa METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Rawasari tahun Populasi dalam sampel penelitian ini adalah semua ibu yang bekerja dan mempunyai bayi diatas 0-6 bulan yang berjumlah 193 orang. Dengan sampel berjumlah 64 orang. Teknik pengambilan sampelnya denga menggunakan teknik simple random sampling yaitu penelitian dilakukan dengan mengambil responden secara acak sederhana sesuai dengan penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Rawasari yaitu di Kelurahan Rawasari. Penelitian ini akan dilakukan dari tanggal 19 Agustus sampai 21 Agustus 2015 dengan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi (Arikunto, 2006). didampingi susu formula, itu semua dikarenakan kurangnya informasi dan tenaga kesehatan tentang ASI Eksklusif. Hal ini menunjukan bahwa sikap yang dimiliki tesebut akan menjadi salah satu hambatan dalam pencapaian target keberhasilan pemberian ASI Eksklusif secara maksimal. Hal itu menarik minat penulis untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Pukesmas Rawasari tahun Diagram 1 Proporsi Berdasarkan Pengetahuan tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Pekerja yang Mempunyai Bayi di Wilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 (n=64) Data hasil penelitian menunjukkan bahwa 31 responden (48,44%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 33 responden (51,56%) memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Gambaran sikap tentang pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran pengetahuan tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi di Wilayah Puskesmas Rawasari Tahun

8 Diagram 2 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap tentang pemberian Asi ekslusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi diwilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 ( n=64) Data hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi terbesar responden memiliki sikap yang negatif terhadap pemberian ASI Eksklusif yaitu sebanyak 35 responden (54,69%) dan 29 responden (45,31%) memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI Eksklusif. Gambaran peran petugas tentang pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 Diagram 3 Distribusi frekuensi berdasarkan peran petugas tentang pemberian Asi ekslusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi diwilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 ( n=64) Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petugas kesehatan yaitu 33 orang (51,56%) mengatakan bahwa tenaga kesehatan tidak memberikan informasi atau penyuluhan tentang ASI Eksklusif secara langsung. Hanya 31 orang (48,44%) mengatakan bahwa tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai ASI Eksklusif. Analisis Bivariat Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (Pengetahuan, sikap, dan peran petugas) dengan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif). Analisa yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan p-value 0,05. Jika p-value 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen (Ho ditolak) dan apabila p-value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen (Ho diterima). (Arikunto, 2006) Tabel 1 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 (n=64) No. Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Jumlah p value OR Tidak Ya f % f % f % 1. Kurang Baik 25 75, , ,0 0,000 7, Baik 9 29, , ,0 Jumlah 34 53, , ,0 Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu pekerja dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Dengan OR sebesar 7,639, maka dapat diartikan yaitu ibu-ibu yang pengetahuannya kurang baik mempunyai peluang sebesar 7 kali lipat untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya 195

9 dengan ibu-ibu yang memiliki pengetahuan yang baik Upaya yang perlu dilakukan untuk membentuk sikap positif ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan sikap yang baik dan tidak baik dalam hal memberikan ASI Eksklusif dengan cara memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai serta persepsi positif, bahwa ASI merupakan susu yang paling baik bagi bayi usia 0-6 bulan, dan tidak baik jika memberikan susu formula atau makanan tambahan lainnya pada bayi 0-6 bulan. Ibu juga harus diajarkan cara memerah ASI dan tempat penyimpanan ASI perah, agar tidak ada lagi bayi yang tidak diberi ASI hanya karena alasan ibu bekerja. Tabel 2 Hubungan Sikap dengan Pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 (n=64) No. Sikap Pemberian ASI Eksklusif Jumlah p value OR Tidak Ya f % f % f % 1. Negatif 30 85, , ,0 0,000 37, Positif 4 13, , ,0 Jumlah 34 53, , ,0 Dari hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) pemberian ASI Eksklusif yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan demikian dapat disimpulkan dengan sikap yang baik dan tidak baik bahwa adanya hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi. Dengan nilai OR sebesar 37,500, dapat diartikan yaitu ibu-ibu yang memiliki sikap yang negatif mempunyai peluang sebesar 37,5 kali untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dibandingkan dalam hal memberikan ASI Eksklusif dengan cara memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai serta persepsi positif, bahwa ASI merupakan susu yang paling baik bagi bayi usia 0-6 bulan, dan tidak baik jika memberikan susu formula atau makanan tambahan lainnya pada bayi 0-6 bulan. Ibu juga harus diajarkan dengan ibu-ibu yang mempunyai sikap cara memerah ASI dan tempat yang positif. penyimpanan ASI perah, agar tidak ada Upaya yang perlu dilakukan untuk lagi bayi yang tidak diberi ASI hanya membentuk sikap positif ibu terhadap karena alasan ibu bekerja. Tabel 3 Hubungan Peran petugas dengan Pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Rawasari Tahun 2015 ( n=64) Peran Petugas Pemberian ASI Eksklusif Jumlah p value OR Tidak Ya f % f % f % 1. Tidak 32 96,97 1 3, ,0 0, , Ya 2 6, , ,0 Jumlah 34 53, , ,0 Dari hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu pekerja yang mempunyai bayi. Dengan OR sebesar 464,000. Dapat diambil kesimpulan bahwa 196

10 ibu-ibu yang kurang paham atau tidak mendapatkan informasi dan penyuluhan tentang ASI Eksklusif mempunyai peluang sebanyak 464 kali untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu-ibu yang mendapatkan penyuluhan dan informasi tentang ASI Eksklusif tersebut. Peran petugas kesehatan sebagai pelaksana yang tinggi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan, namun masih ada beberapa petugas kesehatan yang memiliki peran negatif terhadap pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif, hal ini dikarenakan kurangnya penyuluhan tentang ASI Eksklusif, maka perlu upaya dari instansi kesehatan terkait untuk memberikan bimbingan dan arahan tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan kepada ibu-ibu khususnya ibu pekerja. Upaya lain yang harus dilakukan yaitu memasang banyak poster mengenai ASI Eksklusif jadi bukan hanya ibu yang akan membaca dan tahu tapi seluruh lapisan masyarakat termasuk peran petugas. SIMPULAN Ada hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Pekerja yang mempunyai bayi dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dan nilai OR sebesar 37,500 ; Ada hubungan yang signifikan antara Peran Petugas dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Pekerja yang mempunyai bayi dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dan nilai OR sebesar 464,000. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, Ridwan (2011). Inisiasi Menyusui Dini Strategi Menurunkan AKB available at indonesia.org/id/?p=118 (Diakses pada tanggal 20 Mei 2015 jam 13,35 Wib) Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Rineka Cipta. Depkes RI (2005). Dalam Pratiwi, Anindita Ratna (2013), Pengaruh Pijat Bayi terhadap Perkembangan Bayi di Desa Pandak Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas 2013, Skripsi, UNSOED. (Diakses pada tanggal 11 Juni 2015 jam wib) Puskesmas Rawasari (2015). ASI Eksklusif bayi 0-6 bulan. Dinas Kesehatan (2014). ASI Eksklusif bayi 0-6 bulan. WHO, (2006). Dalam Novita, Dian (2008) Skripsi Hubungan Karakteristik Ibu, Faktor Pelayanan Kesehatan dan Immediate Breastfeeding Terhadap Praktek Pemberian ASI Ekslusif Pada Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok Tahun FKM UI, Jakarta. 197

11 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 Irmayanti STIKes Prima Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondesi penulis: irmayanti.harahap@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi, Body image, dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun Hal ini didasari permasalahan terjadi peningkatan status gizi remaja sangat kurus dari tahun 2013 sebanyak 9,42% menjadi 26,22% pada tahun Ini dikarenakan remaja rentan terkena permasalahan gizi, masih dijumpai remaja yang memiliki body image negatif, dan biasanya remaja membatasi makanan tertentu untuk mendapatkan tubuh ideal. Teknik pengambilan sampel adalah Propotional sampling Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat. Penelitian dilakukan di SMAN 6 Kota Jambi tahun Jumlah sampel yang akan di ambil dalam peneltian ini adalah sebanyak 72 sampel. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dan pengukuran status gizi. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Hasil analisis univariat terdapat 41 (56,9%) siswi memiliki pengetahuan gizi yang baik, 33 (45,8%) siswi mempunyai body image yang positif, 39 (54,2%) siswi memiliki perilaku makan yang baik,37 (51,4%) siswi mempunyai status gizi normal. Sedangkan analisis bivariat terdapat hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi (P Value = 0,01), body image (P Value = 0,03) dan perilaku makan (P Value = 0,00) Diharapkan Puskesmas lebih memperhatikan status gizi remaja disekitar wilayah Puskesmas Pall V dan memperbayak melakukan penyuluhan kebutuhan gizi remaja, juga diharapkan SMAN 6 Kota Jambi menjalankan UKS sekolah yang dapat berfungsi dalam pemantauan status gizi remaja. Selain itu membentuk body image yang baik bagi remaja dengan memperbanyak penyuluhan kebutuhan gizi bagi remaja. Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Body Image, Perilaku Makan dan Status Gizi CORRELATION AMONG EATING BEHAVIOR, BODY IMAGE, NUTRIENT KNOWLEDGE, AND NUTRIENT STATUS OF FEMALE STUDENTS IN SMAN 6 JAMBI CITY ON ABSTRACT This study aimed to investigate the correlation among eating behavior, body image, nutrient knowledge, and nutrient status of female students in SMAN 6 Jambi city on The background of this study was the increasing of teenagers nutrient status since The extremely skinny teenager had 9,42% increased to 26,22% on Sampling technique employed in this study was proportional sampling strategy which the total sample was 72 respondents. The analysis used was univariate and bivariate analysis where it was counted statistically using Chi-Square. The instruments were questionnaires and nutrient status measurement. The result of univariate analysis was 41 (56,9%) female students had a good quality of nutrient knowledge, 33 (45,8%) female students had positive body image, 39 (54,2 %) female students had good eating behavior, and 37 (51,4%) female students had normal nutrient status. However, the bivariate analysis result was there was correlation among nutrient status and nutrient knowledge (P Value= 0,01), body image (P Value= 0,03) and eating behavior (P Value= 0,00). Puskesmas (Public Health Center) is wished to give more attention to teenagers nutrient status in area of Puskesmas Pall V. Puskesmas should give socialization related to the needs of nutrient for teenager. And for SMAN 6 Jambi, they should run UKS (School Health Unit) in the school. It can monitor the students nutrient status. It can also help the students to have a good body image. Keywords: Nutrient knowledge, body image, eating behavior, and nutrient status 198

12 PENDAHULUAN Terjadi peningkatan ststus gizi remaja sangat kurus dari tahun 2013 sebanyak 9,42% menjadi 26,22% pada tahun Ini dikarenakan remaja rentan terkena permasalahan gizi, masih dijumpai remaja yang memiliki body image negatif, dan biasanya remaja membatasi makanan tertentu untuk mendapatkan tubuh ideal. Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak - anak ke periode dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh remaja memerlukan energi dan zat gizi lain yang lebih banyak dibandingkan pada masa kehidupan yang lain (Arisman,2004). Tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan mengalami masalah gizi. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada kebutuhan dan asupan gizi, kebutuhan khusus zat gizi perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang mempunyai aktivitas olah raga, mengalami kehamilan, gangguan perilaku makan, restriksi asupan makanan, kosumsi alkohol, kecanduan obat-obatan maupun hal-hal lain yang biasa terjadi pada remaja (Fillah,2014). Menurut WHO dalam Sarwono (2013) remaja atau adolescence merupakan suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologis, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang kepada keadaan relative lebih mandiri. Anak perempuan lebih mementingkan penampilan, sering menghindari gemuk sehingga membatasi diri dengan memilih makanan yang tidak banyak mengandung energi, tidak mau makan pagi (Proverawati, 2002). Pemahaman gizi yang keliru akan menjadi masalah bagi remaja putri yang sangat menginginkan memiliki tubuh langsing, karena untuk membentuk dan memelihara kelangsingan tubuh, mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi (husaini, 2006). Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang, maka orang tersebut akan semakin memperhitungkan jumlah zat gizi dan jenis bahan makanan yang dipilih untuk dikonsumsi (Sandra, 2007). Mengkonsumsi makanan seharihari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidak seimbangan akan masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (Erna, 2004) Hasil penelitian Syahrir (2013), menunjukkan bahwa siswa SMA Athirah Makassar (33,8%), memiliki persepsi body image yang negatif (mengalami ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya) tidak hanya terjadi pada responden dengan kelebihan berat badan saja (gemuk dan obesitas), namun juga pada responden dengan status gizi normal yaitu sebanyak (50,0%) Apabila remaja dan anak usia sekolah dibiarkan mengalami gangguan pertumbuhan, pada saat menjadi wanita usia subur (WUS) akan mengalami gangguan kekurangan energi kronik, dan akhirnya pada usia lanjut akan mengalami kurang gizi (Supariasa, 2012) Penelitian yang dilakukan Widianti dan Ayu Chandra (2012) di SMA Theresiana Semarang, ditemukan sebanyak 40,3% sampel merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya dan sebagian besar subjek (56,9%) belum menjalankan perilaku makan yang baik. Penelittian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Gizi, Body image, dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 yang beralamatkan Jl. KOl. M. Kukuh No 46 Jambi, Kelurahan Pall V, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi, Propinsi Jambi. 199

13 Penelitian ini dilaksana pada tanggal bulan Agustus 2015 Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015, yang berjumlah 262 siswi, Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan rumus Notoatmodjo (2010) sampel yang diambil adalah sebanyak 72 sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik propotional HASIL DAN PEMBAHASAN Pada variabel pengetahuan setelah dikelompokkan yaitu baik dan kurang, maka didapat di SMAN 6 Kota Jambi terdapat 41 (56,9%) siswi memiliki random sampling dengan pengambilan sampel secara acak sederhana yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat, penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square. pengetahuan yang baik tentang pengetahuan gizi. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 31 (43,1%) siswi mempunyai pengetahuan gizinya kurang. Tabel 1 Distribusi Pengetahuan Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 Pada variabel body image setelah dikelompokkan yaitu negatif dan positif, maka didapat di SMAN 6 Kota Jambi terdapat 39 (54,2%) siswi memiliki Body Keterangan F % Baik 41 56,9 Kurang 31 43,1 Total image yang Negatif. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 33 (45,8%) siswi mempunyai body image yang positif. Tabel 2 Distribusi Body Image Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 Pada variabel perilaku makan setelah dikelompokkan yaitu baik dan tidak baik, maka didapat di SMAN 6 Kota Jambi terdapat 39 (54,2%) siswi memiliki Keterangan F % Negatif 39 54,2 Positif 33 45,8 Total ,0 perilaku makan yang baik. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 33 (45,8%) siswi memiliki perilaku makan yang tidak baik. Tabel 3 Distribusi Perilaku Makan Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 Keterangan F % Baik 39 54,2 Tidak Baik 33 45,8 Total

14 Pada Variabel status gizi setelah dikelompokkan yaitu gemuk, kurus dan normal, maka didapat di SMAN 6 Kota Jambi terdapat 14 (19,4%) siswi memiliki status gizi gemuk sedang kan 21 (29,2%) siswi mempunyai status gizi kurus. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 37 (51,4%) siswi mempunyai status gizi normal. Tabel 4 Distribusi Status Gizi Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 Keterangan F % Gemuk 14 19,4 Kurus 21 29,2 Normal 37 51,4 Total Dari 72 sampel sebanyak sampel 37 (51,4%) memiliki ststus gizi (19,4%) siswi mengalami kegemukan yang Normal diantaarnya 37 (90,2%) diantaranya 1 (2,4%) siswi mempunyai mempunyai pengetahuan yang baik. Hasil pengetahauan yang baik, dan 13 (41,9%) mempunyai pengetahuan gizinya kurang. uji statistik didapatkan nilai P Value =0,01. Maka P Value pengetahuan gizi lebih kecil Dari 72 sampel 21 (29,2%) siswi dari α yaitu 0,05 jadi dapat disimpulakan mempunyai status gizi kurus diantaranya 3 (7,3%) mempunyai pengetahuan gizi yang baik dan 18 (58,1%) mempunyai ada hubungan penegetahuan gizi dengan status gizi siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun pengetahuan gizi yang kurang. Dan dari Tabel 5 Hubungan Pengetahuan Dengan Status Gizi Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 Pengetahuan Gizi Total P Value Gemuk Kurus Normal f % f % f % F % 0,01 Baik 1 2,4 3 7, , Kurang 13 41, , Jumlah 14 19, ,, , Dari 72 sampel sebanyak 14 (19,4%) siswi mengalami kegemukan diantaranya 12 (30,8%) siswi mempunyai body image negatif, dan 2 (6,1%) mempunyai body image positif. Dari 72 sampel 21 (29,2%) siswi mempunyai status gizi kurus diantaranya 19 (48,7%) mempunyai body image negatif dan 2 (6,1%) mempunyai body image positif. Dan dari 72 sampel 37 (51,4%) memiliki ststus gizi yang Normal diantaranya 8 (20,5%) mempunyai body image negatif dan 29 (87,9%) mempunyai body image positif. Hasil uji statistik didapatkan nilai P Value =0,03. Maka P Value body image lebih kecil dari α yaitu 0,05 jadi dapat disimpulakan ada body image dengan status gizi siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun

15 Tabel 6 Hubungan Body Image Dengan Status Gizi Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 Body Image Gizi Total P Value Gemuk Kurus Normal f % f % f % F % 0,03 Negatif 12 30, ,7 8 20, Positif 2 6,1 2 6, , Jumlah 14 19, , , Dari 72 sampel sebanyak 14 (19,4%) siswi mengalami kegemukan diantaranya 2 (5.1%) siswi mempunyai perilaku makan baik, dan 12 (36,4%) mempunyai perilaku makan yang tidak baik. Dari 72 sampel 21 (29,2%) siswi mempunyai status gizi kurus diantaranya 21 (63,6%) mempunyai perilaku makan yang tidak baik dan tidak ada yang mempunyai perilaku makan yang baik. Dan dari 72 sampel 37 (51,4%) memiliki ststus gizi yang Normal diantarnya 37 (94,9.%) mempunyai mempunyai perilaku makan yang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai P Value =0,00. Maka P Value perilaku makan lebih kecil dari α yaitu 0,05 jadi dapat disimpulakan ada perilaku makan dengan status gizi siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun Tabel 7 Hubungan Perilaku makan Dengan Status Gizi Siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 Perilaku Gizi Total P Makan Gemuk Kurus Normal Value f % f % f % F % 0,00 Baik 2 5, , Tidak 12 36, , Baik Jumlah 14 19, , , SIMPULAN SMAN 6 Kota Jambi terdapat 41 (56,9%) siswi memiliki pengetahuan yang baik tentang pengetahuan gizi. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 31 (43,1%) siswi mempunyai pengetahuan gizi nya kurang; SMAN 6 Kota Jambi terdapat 39 (54,2%) siswi memiliki Body image yang Negatif. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 33 (45,8%) siswi mempunyai body image yang positif; SMAN 6 Kota Jambi terdapat 14 (19,4%) siswi memiliki status gizi gemuk sedang kan 21 (29,2%) siswi mempunyai status gizi kurus. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 37 (51,4%) siswi mempunyai status gizi normal; SMAN 6 Kota Jambi terdapat 39 (54,2%) siswi memiliki perilaku makan yang baik. Selain itu di SMAN 6 Kota Jambi didapatkan 33 (45,8%) siswi memiliki perilaku makan yang tidak baik;sebanyak 14 (19,4%) siswi mengalami kegemukan diantaranya 1 (2,4%) siswi mempunyai pengetahauan yang baik, dan 13 (41,9%) mempunyai pengetahuan gizinya kurang. Dari 72 sampel 21 (29,2%) siswi mempunyai status gizi kurus diantaranya 3 (7,3%) mempunyai pengetahuan gizi yang baik dan 18 (58,1%) mempunyai pengetahuan gizi yang kurang. Dan dari 72 sampel 37 (51,4%) memiliki ststus gizi yang Normal diantaranya 37 (90,2%) mempunyai pengetahuan yang baik. Hasil uji ststistik didapatkan nilai P Value =0,01. Maka P Value pengetahuan gizi lebih kecil dari α yaitu 0,05 jadi dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 14 (19,4%) siswi 202

16 mengalami kegemukan diantaranya 12 (30,8%) siswi mempunyai body image negatif, dan 2 (6,1%) mempunyai body image positif. Dari 72 sampel 21 (29,2%) siswi mempunyai status gizi kurus diantaranya 19 (48,7%) mempunyai body image negatif dan 2 (6,1%) mempunyai body image positif. Dan dari 72 sampel 37 (51,4%) memiliki ststus gizi yang Normal diantaranya 8 (20,5%) mempunyai body image negatif dan 29 (87,9%) mempunyai body image positif. Hasil uji ststistik didapatkan nilai P Value =0,03. Maka P Value body image lebih kecil dari α yaitu 0,05 jadi dapat disimpulkan ada body image dengan status gizi siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015; Sebanyak 14 (19,4%) siswi mengalami kegemukan diantaranya 2 (5,1%) siswi mempunyai perilaku makan baik, dan 12 (36,4%) mempunyai perilaku makan yang tidak baik. Dari 72 sampel 21 (29,2%) siswi mempunyai status gizi kurus diantaranya 21 (63,6%) mempunyai perilaku makan yang tidak baik dan tidak ada yang mempunyai perilaku makan yang baik. Dan dari 72 sampel 37 (51,4%) memiliki ststus gizi yang Normal diantarnya 37 (94,9%) mempunyai mempunyai perilaku makan yang baik. Hasil uji ststistik didapatkan nilai P Value =0,00. Maka P Value perilaku makan lebih kecil dari α yaitu 0,05 jadi dapat disimpulakan ada perilaku makan dengan status gizi siswi SMAN 6 Kota Jambi Tahun DAFTAR PUSTAKA Arisman Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC Erna Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta. EGC Fillah Permasalahan Gizi Pada remaja Putri. Yogyakarta. Graha Ilmu Notoatmodjo Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta. Rineka Cipta Notoatmodjo Pomosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta Proverawati Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medica Medika Sandra Konsumsi Kalsium pada Remaja. Dalam: Gizi dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: PT. Raja Grafindo Sarwono, Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R dan D. Bandung: Alpabeta Supariasa Pendidikan dan konsultasi gizi. Jakarta: EGC Syahrir N, Thaha AR, Jafar N Pengetahuan Gizi, Body Image, Dan Status Gizi Remaja Di SMA Islam Athirah Kota Makassar. Jurnal MKMI. Widianti N, Chandra A Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang. Journal of Nutrition College. 203

17 FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Erris Poltekes Kesehatan Lingkungan Korespondensi Penulis : nazra_ugm@yahoo.com ABSTRAK Diabetes Millitus (DM) merupakan penyakit kronis yang prevalensinya tinggi. prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat dari tahun 2007 yakni sebesar 1,1% menjadi 2,1% pada tahun maka perlu adanya upaya untuk pencegahan penyakit tersebut. Untuk mencegah timbulnya kasus, masyarakat perlu mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko kejadian DM di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain study case-control. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 76, terdiri dari 38 kasus 38 dan 38 control. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara usia 45 tahun dengan diabetes melitus ( p value = 0,005,OR =4,4), ada hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus ( p value = 0,018,OR = 3,5), ada hubungan antara pola makan dengan diabetes melitus ( p value = 0,011, OR =3,7 ). Ada hubungan antara usia 45 tahun, obesitas, dan pola makan terhadap kejadian DM. Diharapkan peran serta tenaga kesehatan, masyarakat untuk mengoptimalkan fungsi preventif dan promotif dalam upaya deteksi dini terhadap penyakit diabetes mellitus. Kata kunci : Diabetes millitus, usia, obesitas, pola makan. ABSTRACT Diabetes Millitus (DM) is a chronic disease whose prevalence is high. The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia increased from 2007 that is by 1.1% to 2.1% in Hence the need for efforts to prevent the disease. To prevent the occurrence of cases, people need to know the risk factors associated with the incidence of this disease. The aim of this research to determine the incidence of diabetes risk factors in Puskesmas Nipah Panjang East Tanjung Jabung. This research was quantitative which used case-control study design purposive sampling technique was performed to recruit samples. And the sample size of this study was 76 consisted of 38 cases and 38 control. This research was conducted in the working area public health centers Nipah Panjang East Tanjung Jabung The result showed that there correlation between age 45 years of diabetes mellitus p value = 0,005, OR = 4,4), there is a correlation between obesity and diabetes mellitus, ( p value = 0,018, OR = 3,5), there is a correlation between dietary with diabetes mellitus ( p value = 0,011, OR = 3,7 ). There is a correlation between of age 45 years the risk factors, obesity, and dietary on the incidence of DM. Expected participation of health workers, community to optimize preventive and promotive functions in an effort early detection of diabetes mellitus. Key Words : Diabetes mellitus, age, obesity, dietary. PENDAHULUAN Diabetes Millitus merupakan suatu kelainan pada seseorang yang ditandai naiknya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang diakibatkan karena kekurangan insulin. Seseorang dikatakan menderita Diabetes jika kadar glukosa dalam darahnya di atas 120 mg/dl (dalam kondisi berpuasa) dan di atas 200 mg/dl (dua jam setelah makan). Tanda utama seseorang menderita Diabetes adalah air seninya mengandung gula. Ada 2 tipe Diabetes Millitus yaitu diabetes tipe I/Diabetes juvenile yaitu Diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanakkanak dan Diabetes tipe II yaitu Diabetes yang didapat setelah dewasa Secara ilmiah Diabetes Millitus sering di kenal dengan penyakit gula. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan pada pola sistem metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh, gangguan tersebut disebabkan kurangnya produksi insulin 204

18 yang diperlukan dalam proses perubahan gula menjadi tenaga (Padila, 2012). Faktor pencetus Diabetes bermacam-macam, mulai faktor genetik (keturunan), faktor dari luar seperti virus dan bahan beracun, hingga gaya hidup sehari-hari. Sekitar 95% kasus Diabetes di Indonesia adalah Diabetes tipe II. Kondisi ini membuktikan banyaknya anggota masyarakat yang menerapkan gaya hidup kurang sehat. Seperti, tidak mengatur pola makan (banyak mengkonsumsi karbohidrat, lemak, dan makanan dengan kandungan gula tinggi). Tetapi tidak pernah atau jarang berolahraga. Mereka yang memiliki risiko tinggi terkena Dalam hasil laporan penyakit tidak menular Provinsi Jambi tahun 2014 juga menunjukkan bahwa penyakit Diabetes Millitus merupakan kasus penyakit tertinggi. Diabetes Millitus menempati urutan ke 2 dari 17 penyakit tidak menular lainnya, dengan jumlah kasus sebesar orang (Dinkes provinsi jambi, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dari 17 puskesmas yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Puskesmas Nipah Panjang merupakan puskesmas yang angka kejadian Diabetes tertinggi dengan jumlah 228 orang salama 3 tahun terakhir kasus dibandingkan dengan kejadian Diabetes di puskesmas lainnya. Berdasarkan data dari Puskesmas Nipah Panjang pasien yang berkunjung pada tahun 2015 (Januari-April) terdapat 107 pasien yang menderita Diabetes Millitus. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Faktor Risiko kejadian Diabetes Millitus di Wilayah. kerja Puskesmas Nipah Panjang tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko usia,obesitas, dan pola makan terhadap kejadian DM dan hipotesis penelitian ini adalah Ada hubungan faktor Usia, obesitas, dan pola makan dengan kejadian penyakit Diabetes Millitus di wilayah kerja Puskesmas Nipah Panjang tahun METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Kuantitatif dengan desain penelitian case-control atau retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Diabetes Millitus di wilayah kerja puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Sasaran dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita Diabetes Millitus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan panduan kuesioner. Populasi kasus dalam penelitian ini seluruh penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang yang berjumlah 107 orang, dengan sampel 76 orang, yang terdiri dari sampel kasus 38 dan sampel control 38. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisa yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik. Penelitian dilaksanakan pada tanggal Agustus 2015 di wilayah kerja puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Alasan penelitian ini adalah tingginya kasus Diabetes Millitus di wilayah kerja puskesmas Nipah Panjang (Arikunto, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dengan uji chi-square diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan kejadian diabetes mellitus dimana nilai p-value <0,05 yaitu 0,005. hasil Odds Ratio (OR) yaitu 4,431 yang artinya responden yang berisiko dengan usia 45 tahun memiliki peluang 4,4 kali untuk menderita penyakit diabetes mellitus dibandingkan responden yang tidak berisiko dengan usia <45. Pada penelitian ini di temukan bahwa terdapat responden yang usianya tidak berisiko tetapi terkena DM hal ini disebabkan oleh karena responen memilikifaktor lain yaitu faktor genetik sehingga responden berisiko terkena DM. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Trisnawati dan Setyorogo (2012) di Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Penelitian antara usia dengan kejadian diabetes 205

19 mellitus menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Kelompok usia < 45 tahun mempunyai risiko lebih rendah sebesar 72% dibandingkan dengan kelompok usia 45 tahun. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel pankreas dalam memproduksi insulin. Lebih lanjut dikatakan bahwa DM merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ pancreas dalam menghasilkan hormon insulin sehingga DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan pertambahan usia. Menurut asumsi peneliti semakin bertambahanya usia maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh terutama pancreas dalam menghasilkan hormon insulin, sehingga lebih memicu responden yang usia berisiko terkena DM. Diharapkan kepada responden berusia 45 yang berisiko terkena penyakit diabetes mellitus agar lebih memperhatikan kesehatan, dengan menjaga pola hidup sehat dengan cara olahraga teratur dan makan-makanan sehat yang rendah lemak, rendah karbohidrat dan tinggi serat contohnya buah-buahan, ubi, jagung, tidak mengkonsumsi jeroan, dan lain-lain. Serta melakukan pemeriksaan kesehatan dan glukosa darah secara rutin. Hasil analisis hubungan usia dengan kejadian Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Kejadian Diabetes Millitus Dan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 USIA Kejadian DM DM Tidak DM Total p- Value N % N % N % Berisiko , , ,2 tahun 0,005 Tidak berisiko 9 23, , ,8 <45 tahun Jumlah OR (95% CI) ( ) Berdasarkan hasil penelitian dengan uji chi-square diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor obesitas dengan kejadian diabetes mellitus dimana nilai p-value <0,05 yaitu 0,018. hasil Odds Ratio (OR) yaitu 3,580 yang artinya responden yang obesitas memiliki peluang 3,5 kali untuk menderita penyakit diabetes millitus dibandingkan responden yang tidak obesitas. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa pada responden yang tidak obesitas tetapi terkena DM hal ini disebabkan karena pada responden memiki faktor lain yaitu faktor genetik dan usia berisiko diatas 45 tahun sehingga responden berisiko untuk terkena DM. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfiyah (2010) di RSUD Kota Semarang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan Diabetes Militus ( p value = 0,001,OR = 5,856). Pada penelitian Rudyana (2010), oleh teori Damayanti (2008), aktivitas fisik yang kurang juga bisa menjadi berisiko mengalami obesitas kemudian dari obesitas tersebut akan bisa berdampak pada Diabetes Millitus. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya aktifitas fisik yang dilakukan sehingga kalori yang berlebihan didalam tubuh mereka tidak dapat dibakar sehingga penumpukan kalori tersebut 206

20 akan menjadi timbunan lemak didalam tubuh. Pada prinsipnya akibat dari ketidakseimbangnya antara asupan makanan dan tenaga yang dikeluarkan dalam aktivitas sehari-hari sehingga terjadi penimbunan lemak di dalam tubuh. Berolahraga secara teratur dapat mengurangi risiko terkena diabetes. Antara lain dapat mencegah obesitas, salah satu penyebab diabetes. Bagi diabetes olahraga secara teratur berfungsi untuk menormalkan kadar gula darah. Sehingga mengurangi kebutuhan terhadap obat-obatan dan insulin. Menurut asumsi penelliti, kurangnya aktifitas fisik (olahraga) maka tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan dan menumpuk pada tubuh sebagai lemak, sehingga berpengaruh terhadap kenaikan berat badan. Untuk itu diharapkan bagi responden agar dapat menerapkan pola makan yang baik dan sehat serta dengan melakukan olahraga secara teratur minimal 3x seminggu selama menit yaitu dengan olahraga jogging, bersepeda, atau berenang sehingga memperoleh berat tubuh yang normal. Hasil analisis hubungan usia dengan kejadian Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Kejadian Diabetes Millitus Dan Obesitas Di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 OBESITAS Kejadian DM Tidak DM p- OR Total Value (95% CI) N % N % N % Obesitas IMT 30-39,9 Tidak Obesitas ,3 23, ,4 52, ,8 38,2 0,018 3,580 (1,341-9,561) IMT <30 Jumlah Berdasarkan hasil penelitian dengan uji chi-square diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pola makan dengan kejadian Diabetes Mellitus dimana nilai p-value <0,05 yaitu 0,005. hasil Odds Ratio (OR) yaitu 3,764 yang artinya responden yang obesitas memiliki peluang 3,7 kali untuk menderita penyakit diabetes mellitus dibandingkan responden yang tidak obesitas. Pada penelitian ini ditemukan bahwa responden yang memiliki pola makan baik tetapi terkena DM, hal ini dapat terjadi karena responden memiliki faktor lain yaitu faktor genetik dan jarang melakukan aktifitas fisik sehingga responden berisiko terkena DM. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustini (2014) di puskesmas Payo Selincah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan diabetes mellitus dengan nilai p-value 0,007 dan nilai OR yaitu 11,000 yang artinya responden yang mempunyai pola makan buruk memiliki peluang 11,0 kali untuk penderita penyakit Diabetes Millitus dibandingkan responden yang mempunyai pola makan baik. Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang untuk memilih pola makan sebagai reaksi terhadap fisiologis, fisikologis, budaya dan social. Karena faktor makanan juga merupakan faktor utama sebagai penyebab diabetes millitus. Orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi, biskuit, cokelat, dan lain sebagainya sangat berpotensi untuk terserang penyakit diabetes millitus (Waspadji, 2009). 207

21 Sesorang yang mempunyai gaya hidup yang kurang baik seperti pola makan tidak teratur, mengkonsumsi rokok dan lain-lain akan berisiko terjadinya Diabetes Millitus. hal ini disebabkan Karena makanan yang tidak seimbang bisa mengakibatkan asupan nutrisi yang tidak baik (Darmayanti, 2008). Pola makan yang tidak terkontrol akan menyebabkan obesitas. Bila makan berlebihan dalam jangka waktu lama, cadangan lemak ditimbun akan menjadi lebih banyak lagi. Ada beberapa faktor yang mendasari seseorang makan berlebih antara lain kecemasan, kebiasaan ngemil (makan di luar jam makan), makan gorengan, menyukai fast food/junk food dan tingginya konsumsi karbohidrat, rendah serat, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol (Depkes RI, 2008). Menurut asumsi peneliti, sering mengkonsumsi makan-makanan yang tinggi lemak, tinggi karbohidrat, rendah serat, makanan yang besifat asin dan manis secara berlebihan akan berpengaruh terhadap pola makan yang buruk sehingga memicu terjadinya penyakit DM. Diharapkan kepada responden dapat mengatur pola makan yang baik, seperti rendah lemak (daging,jeroan), rendah karbohidrat (beras merah,pengganti nasi), diet tinggi kalori, serta melakukan pemeriksaan glkosa darah secara teratur. Hasil analisis hubungan usia dengan kejadian Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Kejadian Diabetes Millitus Dan Pola Makan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015 POLA MAKAN Kejadian DM DM Tidak DM p- OR Total Value (95% N % N % N % CI) Kurang baik Baik ,1 28, ,5 60, ,3 44,7 0,011 3,764 (1,446-9,794) Jumlah SIMPULAN Terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p-value <0,05 yaitu 0,005 dan nilai OR yaitu 4,431 antara faktor usia dengan kejadian diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015; Terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p-value <0,05 yaitu 0,018 dan nilai OR yaitu 3,580 antara faktor obesitas dengan kejadian diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2015; Terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p-value <0,05 yaitu 0,11 dan nilai OR yaitu 3,764 antara faktor pola makan dengan kejadian diabetes millitus di wilayah kerja Puskesmas Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun DAFTAR PUSTAKA Agustini Dini (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun Alfiyah (2010). Jurnal Kesehatan: Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Diabetes Millitus Di RSUD Cengkareng. Arikunto (2010). Prosedur Penelitian : suatu Pendekatan Praktik. Asdi Mahasatya. Jakarta 208

22 Padila (2012).Keperawatan Medikal Bedah (cetakan pertama). Yogyakarta Pudiastuti Dewi Ratna (2011). Penyakit Pemicu Stroke (cetakan pertama). Nuha Medika: Yogyakarta Rudyana Hikmat (2010). Hubungan Obesitas Dengan Diabetes Millitus Di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi tahun Jurnal kesehatan kartika Tilawati Fardiah (2012). Hubungan Umur Dan Obesitas Dengan Kejadian Diabetes MillitusTipe II Pada Pegawai Kantor Gubernur Jambi Tahun Trisnawati KS, Setyorogo Soedijono (2013) Faktor Risiko Kejadian Diabetes Millitus Tipe II Di Puskesmas Cengkareng Jakarta Barat Tahun Jurnal Ilmiah Kesehatan Waspadji (2009). Diabetes Millitus (cetakan pertama). NuhaMedika: Yogyakarta 209

23 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI PASIEN DAN PERAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KEJADIAN ASAM URAT (GOUT) DI PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI TAHUN 2015 Sakinah STIKes Prima Jambi Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondesi penulis : sakinah.dewi@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAK Asam urat merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat. Walaupun pada umumnya masyarakat berpikir penyakit asam urat hanya diderita pada usia lanjut, akan tetapi apabila tidak diperhatikan pola makan yang sehat tidak menutup kemungkinan, saat remaja atau muda pun akan menderita penyakit ini. Biasanya 25% orang yang asam uratnya tinggi akan menjadi penyakit asam urat. Bila kadar asam urat tinggi tapi tidak ada gejala serangan sendi ini disebut stadium awal. Pada setiap orang berbeda-beda. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, persepsi pasien dan peran keluarga terhadap pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi tahun Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dan telah dilaksanakan pada tanggal Agustus tahun Populasi penelitian ini sebanyak orang dan sampel dalam penelitian sebanyak 94 orang. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan pasien dengan pencegahan kejadian asam urat (gout) dengan nilai p value 0,006. Adanya hubungan antara persepsi responden dengan pencegahan kejadian asam urat (gout) dengan nilai p value 0,002. Adanya hubungan antara peran keluarga dengan pencegahan kejadian asam urat (gout) dengan nilai p value 0,010. Diharapkan petugas kesehatan petugas kesehatan melakukan promosi dan poster dalam memberikan penyuluhan tentang pencegahan kejadian asam urat (gout) menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan mengajak keluarga untuk berperan aktif dalam memberikan informasi dan membantu ibu nifas dalam melakukan pencegahan kejadian asam urat. Kata Kunci : Pengetahuan, Persepsi, Keluarga, Asam Urat RELATIANSHIP OF KNOWLEDGE, PERCEPTION AND FAMILY ROKS TOWARDS PREVENTION OF GOUT IN PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN IN JAMBI CITY 2015 ABSTRACT Urie acid disease is one of di sease which commonin society. Many people have paradigm abrout urie acid as a disease for elderly people but actually if we had bab diets that will make a risk of urie acid disease, by now this disease can occur in teenage ar young age of joints problem thar called early stage, but this symptoms may varies in each person. (Suhardanto, 2013). This research is analytic studies with cross sectional design which aim to find relationshif of knowledge, perception and family roks towards prevention of gout in puskesmas simpang IV sipin in Jambi City 2015 this study conducted in puskesmas simpang IV sipin in august Population in this research were people and the sample are 94 people. The sample was taking by using accidental sampling. Than date analysis by using univariate and bivariate analysis. As a result shows, there is significant relatianship between know ledge and prevention of goat with p.value 0,006. There is significant relation ship between perception with prevention of gout with p.value 0,002. There is significont relationship between family reles with prevention if gout with p.value 0,010. Therefore we suggert for health professimal to provide promotion and posters while giving counseling about prevention of gout by using undestandable larguage to make people understand and actively give this information and help poshpartum women in doing prevention of gout. Keywords : Knowlegde, Perception, Family, Gout 210

24 PENDAHULUAN Asam urat (Gout) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat. Walaupun pada umumnya masyarakat berpikir penyakit asam urat hanya diderita pada usia lanjut, akan tetapi apabila tidak diperhatikan pola makan yang sehat tidak menutup kemungkinan, saat remaja atau muda pun akan menderita penyakit ini. Asam urat terjadi ketikan kandungan purin pada tubuh diambang batas kewajaran (Herliana, 2013). Purin merupakan salah satu komponen asam nukleat yang terdapat di dalam sel tubuh semua makhluk hidup. Purin ini diproduksi oleh ginjal dan pasti terdapat di dalam tubuh manusia. Purin di dalam tubuh yang telah dikatabolisme akan menjadi asam urat. Asam urat biasanya terjadi pada persendian atau ginjal. Penyakit ini menimbulkan peradangan dan rasa nyeri pada bagian sendi tempat menumpuknya kristal asam urat. Rasa nyeri ini disebabkan kristalkristal asam urat yang bergesekkan pada saat sendi bergerak (Herlina, 2013). Angka kejadian asam urat di dunia bervariasi antara 0,16-1,36%. Di Amerika didapatkan prevalensi asam urat pada populasi umum adalah sekitar 2-13%. Besarnya angka kejadian hiperusemia pada masyarakat Indonesia belum ada data yang pasti. Mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku sangat mungkin memiliki angka kejadian yang lebih bervariasi. Di rumah sakit ditemukan angka prevalensi asam urat yang lebih tinggi antara 17-28% karena pengaruh penyakit dan obat-obatan yang diminum penderita (Fatningtyas, 2011). Kemungkinannya untuk menjadi penyakit asam urat itu makin besar. Biasanya 25% orang yang asam uratnya tinggi akan menjadi penyakit asam urat. Bila kadar asam urat tinggi tapi tidak ada gejala serangan sendi ini disebut stadium awal. Pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang bertahun-tahun sama sekali tidak muncul gejalanya, tetapi ada yang muncul gejalanya di usia tahun (Suhardanto, 2013). Penyakit asam urat bukan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, melainkan penyakit yang disebabkan oleh kristal urat. Pada penyakit akibat asam urat memang kecenderungan terjadinya infeksi sebagai komplikasi menjadi meningkat. Jika di sekitar tofus yang sudah begitu lama ternyata terjadi infeksi makanan akan keluar nanah, nyerinya bertambah hebat, bertambah bengkak, kaku bahkan demam. Jadi infeksi akan memperberat gejala penyakit asam urat ini (Kertia, 2009). Menurut Aulia (2011), sebenarnya asam urat (gout) sudah ada didalam tubuh, tapi ini bisa menjadi gangguan jika jumlahnya meningkat. Peningkatan asam urat ini biasanya disebabkan oleh faktor luar seperti makanan. Makanan yang mengandung banyak purin bisa meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh. Untuk itu usahakan untuk menghindari makanan yang banyak mengandung purin seperti Ikan hering, sardin, teri, hati, kaldu, daging jeroan, ikan tuna, ikan trout, lobster, udang, kerang dan juga minuman beralkohol dan masih banyak lagi. Minuman beralkohol seperti bir memiliki kadar purin tertinggi, makanya usahakan untuk menghindari minuman beralkohol. Multivitamin dapat membantu mencegah asam urat. Minimal konsumsi satu tablet multivitamin setiap harinya. Pilihlah yang paling kuat dan mengandung mineral seperti kalsium, magnesium dan zinc. Masih banyaknya orang yang belum memahami cara mencegah terjadinya asam urat. Padahal penyakit sangat rentan terjadi pad abanyak orang. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki informasi yang baik tentang cara mencegah asam urat, dengan adanya pengetahuan yang baik akan membentuk anggapan yang positif bahwa asam urat merupakan penyakit yang tidak bias dianggap sepeleh. Selain itu juga keluarga sangat berperan penting dalam mendukung perilaku yang baik karena keluarga salah satu pemicu membantu menimbulkan kesadaran dari dalam dirinya untuk melakukan pencegahan asam urat (Kertia, 2009). Dalam melakukan pencegahan asam urat dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi bisa didapat dari media massa atau media elektronik, dengan adanya kesadaran untuk 211

25 menambah informasi makan akan membentuk pengetahuan yang lebih baik. Selain itu dibutuhkan juga peran keluarga dalam melakukan pencegahan asam urat, karena keluarga merupakan salah satu faktor penunjang untuk mendorong dan memotivasi dalam melakukan pencegahan asam urat (Kertia, 2009). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi menunjukkan bahwa kejadian asam urat tertinggi yaitu di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi, didapat pada tahun 2013 sebanyak 605 orang dan tahun 2014 mengalami peningkatan kejadian asam urat sebanyak 635 orang. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, persepsi pasien dan peran keluarga terhadap pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi tahun Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dan telah dilaksanakan pada tanggal Agustus tahun Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi bulan Januari-Mei tahun 2015 sebanyak orang dan sampel dalam penelitian sebanyak 94 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara penyebaran kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bersumber dari data yang diperoleh melalui pembagian kuisioner terhadap 94 responden untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Persepsi Pasien dan Peran Keluarga Terhadap Pencegahan Kejadian Asam Urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun Pengumpulan data dilakukan peneliti sendiri dan dibantu oleh beberapa teman mahasiswi STIKes Prima. Pengumpulan data berlangsung pada tanggal Agustus tahun 2015 di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan cara pengisian kuesioner menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Kualitas data dalam penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data primer yang menggunakan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan pengetahuan, persepsi dan peran keluarga. Agar memperoleh yang valid dan berkualitas, peneliti menganjurkan kepada responden untuk menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner sesuai dengan kemampuannya dan mengantisipasi agar tidak ada data yang kosong atau tidak diisi oleh responden dalam penelitian ini. Gambaran Pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Gambaran pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 58 responden (61,7%) pencegahan kejadian asam urat kurang baik dan sebanyak 36 responden (38,3%) pencegahan kejadian asam urat baik. Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Data distribusi jawaban dari 94 responden yang telah diteliti mengenai pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi, terdapat mayoritas responden sebanyak 52 responden (55,3%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang pencegahan kejadian asam urat dan sebanyak 42 responden (44,7%) memiliki pengetahuan baik. Gambaran Persepsi Pasien Terhadap Pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Data distribusi jawaban dari 94 responden yang telah diteliti mengenai persepsi terhadap pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi, yaitu mayoritas responden yaitu sebanyak 54 responden (57,4%) memiliki persepsi negatif sebanyak

26 responden (42,6%) memiliki persepsi positif. Gambaran Peran Keluarga Terhadap Pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Data distribusi jawaban dari 94 responden yang telah diteliti mengenai peran keluarga terhadap pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi, yaitu mayoritas responden sebanyak 56 responden (59,6%) memiliki peran keluarga kurang baik dan sebanyak 38 responden (40,4%) memiliki peran keluarga baik. Hubungan Pengetahuan Pasien Terhadap Pencegahan Kejadian Asam Urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Dari hasil 94 responden tentang pengetahuan responden dengan pencegahan kejadian asam urat, didapat dari 42 responden dengan pengetahuan baik yang pencegahan kejadian asam urat kurang baik sebanyak 45,2%. Sedangkan dari 52 responden dengan pengetahuan kurang baik didapat 75,0% yang pencegahan kejadian asam urat kurang baik. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,006 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Hubungan Persepsi Pasien Terhadap Pencegahan Kejadian Asam Urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Dari hasil 94 responden tentang persepsi responden dengan pencegahan kejadian asam urat, didapat dari 40 responden dengan persepsi positif yang pencegahan kejadian asam urat kurang baik sebanyak 42,5%. Sedangkan dari 54 responden dengan persepsi negatif didapat 75,9% yang pencegahan kejadian asam urat kurang baik. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,002 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi responden dengan pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Hubungan Peran Keluarga Terhadap Pencegahan Kejadian Asam Urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Dari hasil 94 responden tentang peran keluarga dengan pencegahan kejadian asam urat, didapat dari 38 responden dengan peran keluarga baik yang pencegahan kejadian asam urat kurang baik sebanyak 44,7%. Sedangkan dari 56 responden dengan peran keluarga kurang baik didapat 73,2% yang pencegahan kejadian asam urat kurang baik. Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,010 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara peran keluarga dengan pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan, Persepsi Pasien dan Peran Keluarga Terhadap Pencegahan Kejadian Asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015, tidak mengambil keseluruhan dari aspek dalam teori perilaku kesehatan, hanya terfokus pada aspek pengetahuan, persepsi dan peran keluarga. Pengetahuan merupakan suatu langkah awal untuk seseorang melakukan tindakan. Dengan adanya pengetahuan yang baik kemungkinan besar akan membentuk suatu pandangan atau persepsi yang lebih ke arah positif. Sedangkan peran keluarga dan merupakan dorongan dari luar terhadap sesuatu yang diperoleh dari pengetahuan yang dialami sehingga semakin baik pengetahuan maka akan semakin baik pula tingkah laku seseorang agar bertindak melakukan sesuatu. Hubungan Pengetahuan Pasien Terhadap Pencegahan Kejadian Asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun

27 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan responden terhadap pencegahan kejadian asam urat dikategorikan cukup, hal ini dikarenakan responden hanya mengetahui sebatas pengertian pencegahan kejadian asam urat. Pengetahuan seseorang tergantung dari sumber informasi, pengalaman dan orang lain. Menurut peneliti, hal ini berarti rendahnya pengetahuan responden dikarenakan oleh kurangnya sumber informasi dan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Responden pada umumnya belum tahu dan belum memahami dengan baik tentang pencegahan kejadian asam urat. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya informasi yang diperoleh tentang pencegahan kejadian asam urat dikarenakan kurangnya petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan ataupun kesadaran dan minat yang masih rendah untuk mencari tambahan informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuannya. Responden yang memiliki pengetahuan yang baik tetapi pencegahan asam urat kurang baik, dikarenakan responden tidak memiliki kesadaran untuk menerapkan informasi yang didapat ke perilaku kehidupan sehari-hari dan menganggap remeh dengan informasi yang didapat. Responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tetapi pencegahan asam urat baik, dikarenakan responden mendapatkan dukungan dari keluarga untuk menganjurkan dan menyarankan melakukan pencegahan asam urat dengan rutin. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang pencegahan kejadian asam urat adalah dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai pencegahan kejadian asam urat, menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan juga dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif lainnya seperti melakukan diskusi bersama responden. Hubungan Persepsi Pasien Terhadap Pencegahan Kejadian Asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Persepsi berkaitan dengan pencegahan kejadian asam urat, dikarenakan untuk melakukan pencegahan kejadian asam urat, responden terlebih dahulu harus memiliki anggapan dan pandangan yang positif maka baru tergerak dalam hatinya untuk melakukan pencegahan kejadian asam urat. Responden yang memiliki persepsi positif tetapi pencegahan asam urat kurang baik dikarenakan responden tidak memiliki kesadaran dari dalam dirinya untuk melakukan pencegahan asam urat dan menganggap remeh dengan penyakit tersebut sehingga tidak atau jarang melakukan pencegahan asam urat. Responden yang memiliki persepsi negatif tetapi pencegahan asam urat baik, dikarenakan responden diberikan dukungan dari keluarga untuk mendorong dan menyarankan melakukan pencegahan asam urat sehingga responden melakukan perilaku baik tersebut. Tetapi pencegahan asam urat tidak akan bertahan lama dilakukan jika responden masih memiliki persepsi negatif. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses 214

28 pendahulu dari proses persepsi (Walgito, 2010). Upaya yang harus dilakukan untuk membentuk persepsi positif yaitu petugas kesehatan memberikan informasi dan melakukan diskusi bersama serta menjelaskan informasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu juga dapat memberikan leaflet atau brosur untuk membantu responden dalam mengingat tentang pencegahan kejadian asam urat. Hubungan Peran Keluarga Dengan Pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2014 Peran keluarga mempunyai pengaruh yang sangat tinggi dalam harga diri, sebuah keluarga yang memiliki harga diri yang rendah akan tidak mempunyai kemampuan dalam membangun harga diri anggota keluarganya dengan baik, keluarga akan memberikan umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri bagi penderita, harga dirinya akan terganggu jika kemampuannya menyelesaikan masalahnya tidak adekuat. Akhirnya penderita mempunyai pandangan negatif dan kemampuan bersosialisasi dengan lingkungannya (Nursaelah, 2012). Dari penjelasan diatas, menunjukkan bahwa masih banyaknya responden yang memiliki peran keluarga kurang baik. Hal ini dikarenakan keluarga belum memahami dengan baik tentang pencegahan kejadian asam urat dan belum pernah diberikan penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai pencegahan kejadian asam urat. Padahal dengan adanya peran keluarga, maka responden dapat rutin melakukan pencegahan kejadian asam urat. Jika hanya sasaran pada pasien saja yang selalu diberi informasi, sementara keluarga kurang pembinaan dan pendekatan, keluarga kadang melarang responden karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan. Responden yang memiliki peran keluarga baik tetapi pencegahan asam urat kurang baik, dikarenakan responden malas dan tidak memiliki kesadaran serta kurangnya keinginan dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan pencegahan asam urat. Responden yang memiliki peran keluarga kurang baik tetapi pencegahan asam urat baik, dikareankan responden memiliki informasi tentang pencegahan asam urat dan adanya kesadaran dari dalam dirinya sendiri untu mencegah asam urat. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peran keluarga mengenai pencegahan kejadian asam urat yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan motivasi dari intrinsik dan ekstrinsik dalam pencegahan kejadian asam urat dengan cara memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai serta persepsi positif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan leaflet dan informasi seperti spanduk dalam upaya memberikan pengetahuan secara luas agar terbentuk sikap yang positif dan memotivasi keluarga untuk membantu responden melakukan pencegahan kejadian asam urat. SIMPULAN Adanya hubungan antara pengetahuan pasien dengan pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan nilai p value 0,006, adanya hubungan antara persepsi responden dengan pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan nilai p value 0,002 dan adanya hubungan antara peran keluarga dengan pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi dengan nilai p value 0,010. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Aulia, Dian, Gout. Dalam html. (Diakses tanggal 10 Juni 2015). Fatningtyas, Rahayu, Makalah Asam Urat (Gizi Diit). Dalam 215

29 (Diakses tanggal 10 Juni 2015). Harjana, Dadan, Gejala Asam Urat, Penyebab dan Cara Mencegah. Dalam /05/gejala-asam-urat.html. (Diakses tanggal 15 Juni 2015). Hidayat, Aziz Alimul, Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitaif. Penerbit Health Books Publishing. Surabaya. Jhonson, Keperawatan Keluarga : Plus Contoh Askep Keluarga. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Promosi Kesehatan Teori Dan Perilaku Kesehatani. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Saryono, Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Penerbit Mitra Cendikia. Yogyakarta. Suhardanto, Cara Mencegah Asam Urat dan Rematik. encegah_asam_urat_dan_rematik. (Diakses tanggal 10 Juni 2015). Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum. Penerbit CV. Andi. Yogyakarta 216

30 HUBUNGAN PEMAHAMAN INTRUKSI, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN KELUARGA DALAM PENGOBATAN PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 *Nia¹, Lisia 2 1 STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan *Korespondesi penulis : nia.nurzia@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAK Peningkatan jumlah pasien skizofrenia baru di politeknik rumah sakit jiwa daerah rumah sakit jiwa daerah provinsi Jambi dari bulan januari sampai bulan Mei 2015, pada bulan april pada peningkatan jumlah pasien skizofrenia baru menjadi 11 orang pasien tetapi hanya 5 pasien yang rutin kontrol ulang, kemudian pada bulan mei ada 15 pasien skizofrenia baru, hanya 6 orang pasien yang rutin kontrol ulang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman intuksi, penderita skizofrenia, di laksanakan di poliklinik rawat jalan rumah sakit jiwa daerah jambi pada tanggal 27 juli sampai dengan 16 agustus Sampel di tentukan dengan total sampling, sehingga semua populasi menjadi sampel yaitu sebanyak 42 orang keluarga yang berkunjung berobat jalan dari bulan januari sampai dengan bulan mei 2015 sebanyak 46 penderita 46 prnderita. Data dianalisis secara analisi univariat dan bivariat. Hasil penelitian 30 responden (65,2%) tidak patuh, 25 responden (54,3%) pemahaman intruksinya rendah, 24 responden (52,2%) mempunyai sikap negatif dalam pengobatan pasien skizofrenia, 27 responden (58,7%) memberikan dukungan yang baik dalam pengobatan pasien skizofrenia. Hasil uji statistik Chi square diketahui ada hubungan yang signifikan antara pemahaman intruksi, siakap dan dukungan keluarga dengan kekuatan kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia. Dalam upaya peningkatan kepatuhan keluarga dalam pengobatan penderita skizofrenia untuk pencegahan kekambuhan di perlukan penjlasan kepada keluarga tentang penyakit skizofrenia beserta proses pengobat yang benar kepada keluarga, pembina sikap keluarga dengan memberikan saran kepada keluarga akan proses pengobatan yang membutuhkan kepatuhan terhadap upaya medis, dan meningkatkan dukungan keluarga dengan menyarankan keluarga agar dapat memberikan dukungan keluarga dengan menyarankan keluarga agar dapat memperhatikan secara nyata terhadap anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Kata Kunci : keluarga, pemahaman, sikap, dukungan dan kepatuhan RELATIONSHIP BETWEEN UNDERSTANDING INDSTRUCTION, ATTITUDE AND FAMILY SUPPORT TOWARDS FAMILIES ADHERENCE IN TREATMENT OUT PATIENT SCHIZOPHRENIA IN PSYSHIATRIE HOSPITAL OF PROVINCE JAMBI 2015 ABSTRACT There are an increasing number of patients with schizophrenia in out patient chinie in psychiatrie hospital of province jambi 2015, in april there were 11 people come to outpatient clinie psyehiatrie as anew patients but only 5 people do control for check up rovtinely than in may there were 15 poeople with schizophrenia come visily as a new patients and only 6 people come visit for cotroling madical check up routinely. This research is desariptive analytie studies with cross sectional design the purpose of this study is to find relationship between understanding instruction, attitude and family support towards families adherence in treatment out patient schizophrenia, this study conducted in outpation elinie of psychiatrie hospital in province Jambi in 27 of july thre 16 of augustus Sample was obtained by using total sampling, with total 42 people who are come todo cheek up to outpatint clinic of psychiatrie hospital from January to May 2015 with total 46 patients. The analysis of this research were using univariat and bivariat. As the result shows from 30 respondents (65,2%) disobedient, and 25 respondents (54,3%) heve low understanding of the instruetion, than 24 respondenst (52,2%) have negative attidues in schizophrenia treatment however, 27 respondents (58,7%) have agood support in treament sehyzophrenia, as the results of using statistie chi square test, there is significant relationship between understanding instruetion with families adherence in outpatient treatment for schizophrenia. 217

31 In effort to increase families adherence in giving treatment for patient with scyeopherenia to prevent from reoccurent of schycophreni a and provide then with information and counseling also emotion support to do cheek up routinely for their family with schizophrenia. Keywords: Understanding Instruction, Attitude family and Support Towards Families. PENDAHULUAN Skizoprenia merupakan penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpesonal serta mencegah masalah. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit, melainkan diduga sebagai sesuatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan bebagai gejala (Purnamasari dkk, 2013) Penanganann gangguan jiwa harus di lakukan secara konfrehensif melalui multi-penderitan, khsusnya penderita keluarga dan pendekatan petugas kesehatan secara langsung dengan penderita, seperti bini buana, pemberdayaan penderita gangguan jiwa agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang terus menerus.(keliat,2012). Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi skinzofrenia secara umum berkisar antara 0,2-2,0% tergantung didaerah atau di negara mana studi itu dilakukan. Selanjutnya dikemukakan bahwa lifi time prevalensi skizofrenia di perkirakan antara 0,5% dan 1%. (Hawari,2009) Kepatuhan adalah faktor yang menentukan efektifias dari pengobatan, kepatuhan yang buruk akan membuat dampak ganda dalam arti mengeluarkan banyak dana dan memperburuk kualitas hidup pasien. (keliat,2012) Tidak seorang pun dapat mematuhi pengobatan jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya. Ley dan spelman (1967) menemukan bahwa lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka(niven, 2002) Keluarga dapat menjadi faktor yang semangat berpengaruh dalam menentukan keayakinan dan nilai kesehatan individu serta depat menentukan tentang program yang dapat mereka terima. Pratt (1976) telah memperhatikan bahawa peran yang dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka. (Niven,2002) Menurut Word Health Organization (WHO), jumlah penderita skizofrenia di dunia pada tahun 2008 adalah 482 juta jiwa, dengan mengacu pada data tersebut kini jumlah ini diperkirakan sudah meningkat dan diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 % mengidap gangguan jiwa. Berdasarkan peningkatan jumlah pasien skizofrenia baru politeknik rumah sakit jiwa daerah Provinsi Jambi dari bulan januari sampai bulan mei 2015, terutama pada bulan februari ada 5 pasien skizofrenia baru, 2 orang pasien ptut kontrol ulang, pada bualn maret meningkat menjadi 8 orang, 3 antara rutin kontrol ulang, demikian juga bulan april ada peningkatan jumlah pasien skizofrenia baru menjadi 11 orang pasien tetapi hanya 5 pasien yang kontrol ulang rutin. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional karena pendekatan bersifat sesaat pada waktu tertentu dan tidak diikuti secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu dan bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan dependen (Notoatmojdo,2012) Rumah sakit jiwa daerah provinsi jambi dari bulan jaunari sampai bulan mei 2015, pada bulan april dari peningkatan jumlah pasien skizofrenia baru menjadi 11 orang pasien tetapi hanya 5 pasien yang rutin kontol ulang. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah sakit jiwa daerah provinsi jambi terletak di desa Kenali Besar kecematan Kota Baru lebih kurang 4,5 km ke arah barat dari pusat Kota Jambi. Rumah sakit jiwa Provinsi Jambi yang di bnguni oleh proyek peningkatan pelayanan kesehatan jiwa depatermen kesehatan RI tahun 1981/1982, di bangun di atas tanah seluas 98,693 M

32 Hubungan Pemahan Intruksi terhadap kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien Skizofrenia Hasil analisis hubungan antara pemahaman intruksi terhadap kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia di poliklini rumah sakit jiwa daerah provinsi jambi tahun Dari hasil uji statistik diperoleh nilai value 0,005 maka dapat di simpulkan terhadap hubungan yang signifikasi antara pemahaman intruksi dengan kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia di poliklinik rumah sakit jiwa daerah provinsi Jambi. Hubungan sikap keluarga terhadap kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia. Dari hasil uji diperoleh nilai value 0,002 maka dapat disimpulkan terhadap hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dengan kepatuhan keluarga dalam pengobatab pasien skizofrenia di politeknik rumah sakit jiwa daerah provinsi Jambi. Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia Dari hasil statistik diperoleh nilai value 0,000 maka dapat di simpulkan terhadap hubungan yang signifikan antar dukungan keluarga dengan kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia di politeknik rumah sakit jiwa daerah provinsi Jambi. Penelitian mengenai Hubungan Pemahaman Intruksi, Sikap dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Dalam Pengobatan Penderita Skizofrenia Rawat Jalan di Provinsi Jambi Tahun 2015 Responden dalam penelitian ini adalah salah satu anggota keluarga penderita skizofrenia yang datang mengatur atau meneruskan obat pada yang berjumalah 46 orang keluarga. Responden dalam penelitian ini sebagai besar perempuan sebanyak 29 orang (36%). Kelompok umum dewasa (24-45 tahun) sebanyak 33 orang (71,7%) berpendidikan SMP sebanyak 16 (34,8%), dan tidak berkerja dan swasta yaitu sebanyak 17 (37%) tentang pencegahan penyakit Skizofrenia dapat terbatas nilai kepatuhan responden, kepatuhan hanya dinialai berdasarkan checklist. Rekam menis berdasarkan jumlah obat dan dosis obat yang diberikan kemudian ditentukan masa habisnya obat, penulisan tidak dapat melakukan observasi secara langsung apakah obat yang diberikan benar-benar diberikan dan manfaatkan dengan baik karena sampel dalam penelitian ini berasal dari berbagai daerah di seluruh wilayah Provinsi Jambi yang sangat sulit di jangkau penulis. Hubungan Persepsi Pasien Terhadap Pencegahan Kejadian Asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2015 Persepsi berkaitan dengan pencegahan kejadian asam urat, dikarenakan untuk melakukan pencegahan kejadian asam urat, responden terlebih dahulu harus memiliki anggapan dan pandangan yang positif maka baru tergerak dalam hatinya untuk melakukan pencegahan kejadian asam urat. Responden yang memiliki persepsi positif tetapi pencegahan asam urat kurang baik dikarenakan responden tidak memiliki kesadaran dari dalam dirinya untuk melakukan pencegahan asam urat dan menganggap remeh dengan penyakit tersebut sehingga tidak atau jarang melakukan pencegahan asam urat. Responden yang memiliki persepsi negatif tetapi pencegahan asam urat baik, dikarenakan responden diberikan dukungan dari keluarga untuk mendorong dan menyarankan melakukan pencegahan asam urat sehingga responden melakukan perilaku baik tersebut. Tetapi pencegahan asam urat tidak akan bertahan lama dilakukan jika responden masih memiliki persepsi negatif. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak 219

33 dapat lepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi (Walgito, 2010). Upaya yang harus dilakukan untuk membentuk persepsi positif yaitu petugas kesehatan memberikan informasi dan melakukan diskusi bersama serta menjelaskan informasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu juga dapat memberikan leaflet atau brosur untuk membantu responden dalam mengingat tentang pencegahan kejadian asam urat. Hubungan Peran Keluarga Dengan Pencegahan kejadian asam urat di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2014 Peran keluarga mempunyai pengaruh yang sangat tinggi dalam harga diri, sebuah keluarga yang memiliki harga diri yang rendah akan tidak mempunyai kemampuan dalam membangun harga diri anggota keluarganya dengan baik, keluarga akan memberikan umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri bagi penderita, harga dirinya akan terganggu jika kemampuannya menyelesaikan masalahnya tidak adekuat. Akhirnya penderita mempunyai pandangan negatif dan kemampuan bersosialisasi dengan lingkungannya (Nursaelah, 2012). Dari penjelasan diatas, menunjukkan bahwa masih banyaknya responden yang memiliki peran keluarga kurang baik. Hal ini dikarenakan keluarga belum memahami dengan baik tentang pencegahan kejadian asam urat dan belum pernah diberikan penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan mengenai pencegahan kejadian asam urat. Padahal dengan adanya peran keluarga, maka responden dapat rutin melakukan pencegahan kejadian asam urat. Jika hanya sasaran pada pasien saja yang selalu diberi informasi, sementara keluarga kurang pembinaan dan pendekatan, keluarga kadang melarang responden karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan. Responden yang memiliki peran keluarga baik tetapi pencegahan asam urat kurang baik, dikarenakan responden malas dan tidak memiliki kesadaran serta kurangnya keinginan dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan pencegahan asam urat. Responden yang memiliki peran keluarga kurang baik tetapi pencegahan asam urat baik, dikarenakan responden memiliki informasi tentang pencegahan asam urat dan adanya kesadaran dari dalam dirinya sendiri untu mencegah asam urat. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peran keluarga mengenai pencegahan kejadian asam urat yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan motivasi dari intrinsik dan ekstrinsik dalam pencegahan kejadian asam urat dengan cara memberikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai serta persepsi positif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan leaflet dan informasi seperti spanduk dalam upaya memberikan pengetahuan secara luas agar terbentuk sikap yang positif dan memotivasi keluarga untuk membantu responden melakukan pencegahan kejadian asam urat. SIMPULAN Berdasarkan hasil peneltian dapat disimpulkan bahwa pemahaman intruksi, sikap dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia di politeknik rumah sakit jiwa jambi. Kepatuhan keluarga, pemahaman intruksi, sikap dan dukungan keluarga dalam pengobatan pasien skizofrenia dalam 46 responden 30 responden (65,2%) tidak patuh, 25 responden (54,3%) pemahaman intruksi rendah, 24 responden (52.2%) mempunyai sikap negatif dan 27 responden (58,7%) Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dalam upaya meningkatan kepatuhan keluarga dalam pengobatan penderita skizofrenia sebagai usaha mencahaan kekambuhan pasien diperlukan pemahaman intruksi keluarga dalam proses pengobatan dengan memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit skizofrenia beserta proses pengobatan yang benar kepada keluarga, membina sikap keluarga dengan memberikan saran kepada keluarga atas 220

34 proses pengobatan yang membutuhkan kepatuhan uapaya medis, dan meningkatkan dukungan keluarga dengan menyarankan keluarga agar dapat memperhatikan secara nyata angota keluarga yang menderita skizofrenia seperti mendampingi dalam pemeriksaan dan merasa tidak malu dengan anggota keluarga yang menderita skizofrenia tersebut. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Aulia, Dian, skizofrenia Dalam 03/gout.html. (Diakses tanggal 10 Juni 2015). Fatningtyas, Rahayu, Makalah skizofrenia (Gizi Diit). Dalam (Diakses tanggal 10 Juni 2015). Harjana, Dadan, Gejala skizofrenia, Penyebab dan Cara Mencegah. Dalam om/2014/05/gejala-asamurat.html. (Diakses tanggal 15 Juni 2015). Hidayat, Aziz Alimul, Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitaif. Penerbit Health Books Publishing. Surabaya. Jhonson, Keperawatan Keluarga : Plus Contoh Askep Keluarga. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Promosi Kesehatan Teori Dan Perilaku Kesehatani. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, Soekidjo Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Saryono, Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Penerbit Mitra Cendikia. Yogyakarta. Suhardanto, Cara Mencegah skizofrenia Cara_Mencegah_skizofrenia. (Diakses tanggal 10 Juni 2015). Sulistyaningsih, 2011.Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum. Penerbit CV. Andi. Yogyakarta 221

35 HUBUNGAN RIWAYAT STATUS KESEHATAN BAYI DAN STATUS GIZI IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA ANAK USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERSAM KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2015 RELATIONSHIP OF INFANT HEALTH STATUS AND THE NUTRITIONAL STATUS OF PREGNATHS WOMEN TOWARD INCIDENCE OF SUNTED IN CHILDREN AGE MONTHS IN REGION PUSKESMAS MERSAM IN BATANGHARI DISTRICT 2015 Erna STIKES Prima Jambi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat *Korespondensi Penulis : erna.elfrida@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAKs Masalah kekurangan gizi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir ini adalah masalah kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau "stunted kurang gizi akut dalam bentuk anak kurus ("wasting"). Stunted didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dan standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada anak pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan pendekatan case control dengan matching umur anak dengan modifikasi 1 kasus berbanding 2 kontrol. Pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari buku kohort ibu hamil dan bersallin, buku kohort bayi dan balita, serta buku kegiatan SDIDTK Puskesmas Mersam Kabupaten Batang Hari. Dengan jumlah sampel 14 sampel kasus dan 28 sampel control. Penelitian ini dilakukan pada tanggal Juli Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan 10 (71,4 %) anak dengan riwayat berat badan lahir rendah akan menjadi anak dengan tubuh pendek (stunted) dan 10 Ibu (71,4%) dengan riwayat LILA < 23,5 cm akan melahirkan anak dengan stunted. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) dan riwayat LILA < 23,5 cm dengan kejadian stunted. Disarankan kepada Dinas Kesehatan dan instansi tekait agar melaksanakan pemantauan status gizi ibu hamil dan bayi secara berkala, pengukuran TB/U pada bayi agar dapat dilaksanakan secara rutin sebagaimana pelaksanaan pengukuran BB/U agar dapat dilakukan deteksi dan intervensi dini untuk mencegah terjadinya stunted pada anak. Kata Kunci : BBLR, LILA, Stunted. ABSTRACT Lately, Malnutrition has become interested issues. The malnourished in children will deficits inhibit growth or Stunted and the stunted children will look so skinny. Stunted is defined as an indicator of the nutritional status of height/age. Is equal or less than minus and standard deviation (-2SD) below the average standard (WHO,2006). This is an indicator of the children health who are chronically malnourished, which give the description of children history which influenced by the environment and socio-economic circumtances. This research is quantitative approach with case control by matching the child age with modification 1 case of 2 control. Data were obtained by using secondary data from Cohort book of pregnant and post partum women, book cohort of infant and toddlers as well as activity book SDIDTK Puskesmas Mersam in BatangHari district. With the total of sample were 14 cases and 28 control samples. This study was conducted in of July The analysis of the research were univariate and bivariate. The results showed 10 (71,4%) children with a history LBW ( low birth weight ) have stunted body and 10 mother (71,4%) with a history of MUAC <23,5 cm will give birth a stunted child. This study showed no significant association between a history of LBW and history of MUAC <23,5 cm with stunted incidence. Keywords : LBW, MUAC,Stunted. 222

36 PENDAHULUAN Stunted merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan (Manary & Solomons, 2009). Stunted dapat di diagnosis melalui indeks antropometriktinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunted merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000). Stunted didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dan standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada anak pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Indikasi dari stunted adalah pertumbuhan yang rendah dan efek kumulatif dari ketidak cukupan asupan energy, zat gizi makro dan zat gizi mikro dalam waktu panjang, atau hasil dari infeksi kronis/infeksi yang terjadi berulang kali ( Umeta,2003 ). Kejadian stunted muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, dan sering menderita penyakit secara berulang karena hygiene maupun sanitasi yang kurang baik ( Depkes RI,2008 ). Stunted pada anak balita merupakan salah satu indicator gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan social ekonomi secara keseluruhan dimasa lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki (sudirman,2008). Kejadian stunted pada balita secara langsung dapat disebabkan oleh karena asupan makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi seperti diare atau demam dapat menyebabkan anak kurang gizi karena terjadi penurunan utilisasi zat gizi sedangkat kebutuhan meningkat. Begitu pula dengan anak yang makan tidak mencukupi kebutuhan, daya tahan tubuhnya akan lemah dan mudah kena penyakit. Sebaliknya anak yang sakit kurang nafsu makan, sehingga asupan makanannya endah dan akhirnya kurang gizi (Soekirman,2000). Banyak faktor yang mempengaruhi stunted, diantaranya adalah karakteristik orang tua balita (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi ibu saat hamil, tinggi badan ibu), karakteristik balita (berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat menyusui dan riwayat imunisasi), status ekonomi keluarga, tingkat konsumsi zat gizi balita, pola konsumsi balita, pola asuh keluarga terhadap balita, kejangkitan penyakit infeksi, dan praktek hygiene sanitasi ibu pada balita (Welasasih, 2012). Berat badan lahir rendah (BBLR) bisa disebabkan oleh faktor genetik yaitu orang tua yang memiliki berat badan lahir rendah maupun karena kurangnya pemenuhan zat gizi pada masa kehamilan sehingga pertumbuhan janin tidak optimal yang mengakibatkan bayi yang lahir memiliki panjang badan lahir pendek (Fitri, 2012). Status gizi ibu hamil akan sangat mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya, ibu hamil yang anemia dan menderita KEK (Kurang energi kronis) tentu akan mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya, karena akan menyebabkan bayi lahir dengan berat rendah. Bila tidak bisa tumbuh kejar bayi BBLR besar kemungkinan akan menderita stunted. Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis ( KEK ). Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) ( Depkes RI,1999 ). METODE PENELITIAN Besarnya peranan berat badan lahir, dan status kesehatan ibu saat hamil dapat menentukan keadaan seorang anak apakah anak tersebut sehat atau tidak 223

37 yang di ukur dengan melihat tinggi badan anak usia bulan, menjadi landasan pemikiran untuk dilakukannyapenelitian dengan tujuan melihat hubungan riwayat status kesehatan bayi, dan status gizi ibu hamil dengan kejadian stunted pada anak usia Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain case control, karena pendekatan ini bersifat sesaat pada waktu tertentu dan tidak diikuti secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu dan bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Notoatmodjo, 2012). Adapun variabel yang diteliti yaitu berat badan lahir, danstatus gizi ibu saat hamil dan terhadap kejadian stuntedpada anak usia bulan. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mersam Kabupaten Batang Hari pada bulan Juli Populasinya adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti dan memiliki sifat-sifat yang sama (Notoatmodjo, 2012). Sampel kasus dalam penelitian ini adalah total populasi kasus yaitu ibu yang memiliki anak usia bulan dengan stunting, sebanyak 14 anak.sampel Kontrol dalam penelitian ini dengan melakukan matching berdasarkan umur anak dengan menggunakan effek modifikasi 1 kasus : 2 Kontrol. Berdasarkan uraian diatas maka didapat jumlah sampel kontrol sebanyak 42 sampel. Pengambilan sampel pada kelompok kasus dengan menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu seluruh populasi kasus dijadikan sampel.pengambilan sampel pada kelompok control dengan menggunakan teknik Purposive sampling( Matching usia anak ). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh di Puskesmas Mersam. data tersebut di isikan kedalam form isian, yaitu mengisi data sesuai dengan data sekunder yang diambil kedalam form isian. Selanjutnya dilakukan tabulasi data. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui laporan Dinas Kesehatan Batang Hari dan laporan Puskesmas Mersam., Buku kohort ibu dan kohort ibu bersalin, serta buku kohort bayi dan balita. Pengolahan data yang didapat selanjutnya dengan bantuan komputer data tersebut diolah melalui tahapantahapan ; Editing, Coding, Scoring, Entry data dancleaning. Analisis univariat digunakan untuk melihat pola distribusi frekuensi pada variabel dependen dan independen. Analisis univariat dilakukan dengan melihat frekuensi kejadian dalam bentuk persentase ataupun proporsi yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis Bivariat untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna atau tidak antara variabel independen dan dependen maka dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistic (X 2 ) Chi Square, dan untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas Kemaknaan uji 5% (0,05),dan menganalisis probabilitas risiko (OR) kejadian stunting akibat faktor faktor penyebab. ( Notoatmodjo,2012) HASIL DAN PEMBAHASAN Stunted pada anak usia bulan dalam penelitian ini masih cukup tinggi, yaitu sebesar 3,5 % dari seluruh anak yang berusia bulan. Pengukuran tinggi badan / panjang badan anak bertujuan untuk melihat pertumbuhan anak yang merupakan cerminan status gizi anak selain dengan pengukuran berat badan anak dan indek massa tubuh ( IMT ) anak. Stunted didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari minus dan standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang memberikan gambaran gizi pada anak 224

38 pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Stunted merupakan hasil dari kekurangan gizi kronis, yang menghambat pertumbuhan linier. Biasanya pertumbuhan goyah dimulai pada sekitar usia enam bulan, sebagai transisi makanan anak yang sering tidak memadai dalam jumlah dan kualitas, dan peningkatan paparan dari lingkungan yang meningkatkan terkena penyakit. Terganggunya pertumbuhan bayi dan anak-anak karena kurang memadai asuapan makanan dan terjadinya penyakit infeksi berulang. Mengakibatkan berkurangnya nafsu makan dan meningkatkan kebutuhan metabolik (Caufiel, 2006). Pertumbuhan panjang secara proporsional lebih lambat dari pada berat badan. Kekurangan tinggi badan cenderung terjadi lebih lambat dan pemulihan akan lebih lambat, sedangkan kekurangan berat badan bisa cepat kembali dipulihkan. Oleh karena itu, kekurangan berat badan adalah sebagian proses akut dan stunted adalah proses kronis yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama (Waterlow, 1992). Berdasarkan analisis univariat terhadap variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : a. b. a. Berat Badan Lahir Dalam penelitian ini ditemukan anak dengan riwayat berat badan lahir normal yaitu sebanyak 26 anak (61,9%) dan 16 anak (38,1%) dengan riwayat berat badan lahir rendah. Distribusi frekuensi berat badan lahir anak usia bulan berdasarkan Kategori Berat Lahir di Puskesmas Mersam Kabupaten BatangHari Tahun Kategori Berat Badan Lahir Frekuen si Persentas e (%) Normal 26 61,9 BBLR 16 38,1 Jumlah Sedangkan berdasarkan uji normalitas ditemukan rata-rata berat badan lahir anak adalah 2.528,9 gram. Dengan nilai minimal 2300 gram dan nilai maksimal 3100 gram. Bayi lahir dengan berat lahir rendah akan beresiko tinggi terhadap morbiditas, kematian, penyakit infeksi, kekurangan berat badan, stunted di awal periode neonatal sampai masa kanak-kanak. Bayi dengan berat lahir gr 4 kali beresiko meninggal 28 hari pertama hidup daripada bayi dengan berat gr, dan 10 kali lebih beresiko dibandingkan dengan bayi dengan berat gr. Berat lahir rendah dikaitkan dengan gangguan fungsi kekebalan tubuh, perkembangan kognitif yang buruk, dan beresiko tinggi terjadinya diare akut atau pneumonia (Podja dan Kelley, 2000). Berat badan lahir rendah akan mempengaruhi perkembangan anak dimasa mendatang. Anak dengan berat lahir rendah cenderung menjadi anak dengan stunted dan akan sulit untuk menyusul pertumbuhan badan anak. Hal ini akan mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Baik perkembangan motorik maupun perkembangan kognitif.(dewey dan Huffman,2009). Bayi dengan berat badan lahir rendah akan mengalami gangguan pencernaan, sehingga akan terjadi gangguan proses penyerapan makanan.(blanc.2005). Bayi dengan berat badan lahir rendah merupakan cerminan dari adaptasi janin ketika dalam kandungan. adaptasi janin didalam kandungan akan membuat janin melakukan adaptasi yang sama ketika telah dilahirkan. Apabila lingkungan berbeda pada pasca salin maka akan terjadi yang disebut dengan Mismacth yaitu perbedaan apa yang telah dipersiapkan janin didalam kandungan dengan pasca salin.sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya PTM ( penyakit tidak menular) seperti Jantung dan stroke dikemudian hari.( Barker.DJP.2008). b. LILA ibu Dalam penelitian ini ditemukan ibu dengan riwayat status gizi berdasarkan ukuran LILA < 23,5 cm sebanyak 17 ibu (40,5%) dan ukuran LILA >35 cm 225

39 sebanyak 25 ibu (59,5%). Dengan rata-rata ukuran LILA 24,3 cm. Distribusi Riwayat ukuran LILA Ibu Hamil yang memiliki anak usia bulan di Puskesmas Mersam Kabupaten BatangHari Tahun 2015 Ukuran LILA < 23,5 cm Frekuens i Persentas e (%) 17 40,5 >23,5 cm 25 59,5 Jumlah Lingkar lengan atas < 23,5 cm disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang diperoleh ibu semasa hamil. Kurangnya asupan makanan ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan budaya serta tingkat pendidikan ibu. Pendapatan keluarga sangat mempengaruhi terhadap daya beli keluarga. Begitupun dengan tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu mengenai jenis makanan semasa hamil dan perawatan semasa hamil. Ibu dengan LILA < 23,5 cm akan membuat dampak terhadap kehamilan, terutama terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan. (Arisman,2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puji Rahayu Fajaria Kartikawati di jember tahun 2004 yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ukuran LILA ibu semasa hamil terhadap kejadian stunted pada balita. Analisis Bivariat Analisis Bivariat terhadap variable yang diteliti dapat digambarkan sebagai berikut : Hubungan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) terhadap kejadian stunted pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Mersam Kabupaten BatangHari Tahun 2015 Hasil penelitian berat badan lahir rendah (BBLR) terhadap kejadian stunted pada anak usia bulan di Puskesmas Mersam Kabupaten BatangHari menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian stunted pada anak dengan riwayat BBLR dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,005 ( p< 0,05). Anak dengan riwayat BBLR akan menjadi anak dengan tubuh pendek ( stunted ) yaitu sebesar 71,4 % dan hanya 21,4 % yang akan tumbuh normal. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 9,167.artinya anak dengan berat badan lahir rendah ( BBLR ) mempunyai peluang 9,167 kali menjadi anak dengan stunted. Panjang Badan Berat Badan Lahir Stunted BBLR 10 71, Norma l Normal n % n % , , , Total Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akan tumbuh dan berkembang lebih lambat karena pada bayi BBLR sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi pertumbuhan intera uterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya setelah dilahirkan yaitu mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat dari bayi yang dilahirkan normal, dan sering gagal menyusul tingkat pertumbuhan yang seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi BBLR juga mengalami gangguan saluran pencernaan, karena saluran pencernaan belum berfungsi, seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh.akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan pemberian makanan yang tidak 6 226

40 mencukupi, sering mengalami infeksi dan perawatan kesehatan yang tidak baik dapat menyebabkan anak stunted. Standar pertumbuhan anak yang dipublikasikan pada tahun 2006 oleh WHO menunjukkan bahwa Berat lahir memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan anak, perkembangan anak dan tinggi badan pada saat dewasa. Untuk mencegah terjadinya stunted pada anak lahir dengan berat badan lahir rendah hendaknya Dinas kesehatan Kabupaten Batang Hari dan Puskesmas Mersam lebih memperhatikan tentang pemenuhan gizi dan penanggulangan penyakit pada anak dengan berat badan lahir rendah ( BBLR ). Pemenuhan gizi terhadap anak dengan BBLR sangat terkait dengan ketersediaan pangan dan ragam pangan, serta kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pangan Untuk itu agar Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari dan Puskesmas Mersam lebih meningkatkan kegiatan Promotif dan preventif selain kegiatan kuratif pada anak sakit dengan BBLR. Kegiatan Promotif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan tentang Gizi, dan stunted pada anak. Sedangkan kegiatan preventif dilakukan dengan bekerja sama dengan Lintas Program dan Lintas sektoral. Kerja sama dengan Lintas sektoral terutama Dinas Pertanian dan tanaman pangan pada tingkat kabupaten dan Penyuluh pertanian pada tingkat kecamatan. Serta dengan PKK kecamatan. Ketersediaan pangan pada keluarga dapat dengan mengaktifkan kembali kegiatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Lumbung keluarga, Dapur Keluarga dan lebih mengaktifkan kembali kegiatan Dasa Wisma di masyarakat terutama pada keluarga. Dengan adanya kegiatan tersebut diatas dengan dibantu oleh Lintas Sektoral terkait diharapkan ketersediaan pangan pada keluarga dapat dipenuhi. Selain kegiatan diatas Puskesmas Mersam agar lebih meningkatkan lagi kegiatan SDIDTK, hendaknya pengukuran Panjang badan Bayi tidak hanya dilakukan 6 bulan sekali tetapi dapat dilakukan 1 bulan sekali, minimal 3 bulan sekali dengan menggandeng lintas program terutama program gizi agar anak dengan Stuntedsedini mungkin dapat di ketahui dan sedini mungkin dapat di intervensi. Peningkatan kemampuan petugas kesehatan baik dokter, perawat dan bidan Desa serta tenaga gizi hendaknya dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Batang Hari terutama tentang Tata laksana bayi dengan BBLR. Sehingga bayi dengan BBLR dapat ditangani dengan baik oleh petugas berdasarkan standar kompetensi petugas kesehatan. Bayi lahir dengan BBLR juga disebabkan oleh perkawinan usia muda dan kesiapan ibu dalam kehamilan. Peran serta lintas sektoral terutama PKK dan Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan sangat diperlukan dalam hal ini. Penerapan peraturan menteri agama tentang batas usia perkawinan, Dinas Pendidikan berperan dalam pendidikan reproduksi pada remaja. Hubungan Riwayat status gizi ibu hamil ( LILA ) terhadap kejadian stunted pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Mersam Kabupaten BatangHari Tahun 2015 Dari hasil penelitian riwayat status gizi ibu hamil ( lingkar lengan atas /LILA ) terhadap kejadian stunted pada anak usia bulan di Puskesmas Mersam menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan LILA < 23,5 cm anak melahirkan anak stanted atau pendek. Panjang Badan Ukura n LILA < 23,5 cm >23,5 cm Stunted Normal P n % n % 10 71,4 7 25, 4 28, , Total Value 0 0,011 Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa ibu hamil dengan 0 227

41 riwayat status gizi ( LILA ) < 23,5 cm akan melahirkan anak dengan BBLR dan stunted. Karena ibu hamil dengan gizi kurang akan mengalami retardasi intra uterin dan akan menghambat proses pertumbuhan janin didalam kandungan. Salah satu alat ukur untuk menilai status gizi ibu hamil adalah dengan pengukuran lingkar lengan atas ( LILA ). LILA 23,5 cm menggambarkan Status gizi kurang dan LILA > 23,5 menggambarkan Status gizi normal ( DepKes. RI.2005 ). Lingkar lengan atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak terhadap cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk skrining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh Depkes untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B,2007). Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis ( KEK ). Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Gangguan gizi pada masa janin akan mengganggu pertumbuhan janin dalam uterin. Janin akan menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungannya. Maka akan terbentuklah organ tubuh janin yang kecil maupun tulang janin yang pendek. Berdasarkan Mekanisme Developmental plasticity / plastisitas pada periode perkembangan. Esensinya adalah : suatu periode kritis saat suatu sistem bersifat plastis dan sensitif terhadap lingkungannya, diikuti dengan hilangnya plastisitas dan kapasitas fungsional yg menetap. Sebagian besar organ dan sistem, masa kritisnya adalah saat dalam kandungan. Respon janin terhadap perubahan gizi ibu, melalui mekanisme developmental plasticity, menyebabkan bayi membutuhkan lingkungan yang sama dengan saat dalam kandungan. Apabila lingkungan pasca-salin berbeda, maka akan menyebabkan apa yg disebut sebagai situasi Mismatch antara apa yg sudah dipersiapkan oleh janin dalam kandungan untuk menghadapi situasi pasca-salin.(barker.djp.2008) Untuk mencegah terjadinya KEK pada ibu hamil Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari hendaknya harus lebih meningkatkan mutu dari kegiatan PWS-KIA, hendaknya kegiatan PWS-KIA dijadikan sebagai kegiatan untuk pengkajian ibu hamil secara lebih mendalam. Sesuai dengan tujuan pelaksanaan program PWS-KIA yaitu untuk mengetahui kondisi dan situasi ibu hamil, sehingga ibu hamil dengan faktor resiko dapat ditanggulangi dengan cepat. Kegiatan PWS-KIA juga hendaknya melibatkan lintas program terutama program gizi. Sehingga keadaan gizi ibu hamil dapat dipantau dan dilakukan intervensi sehingga tidak terjadi ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK). Kekurangan asupan gizi pada trimester I dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, kelahiran prematur, kematian janin, keguguran dan kelainan pada sistem syaraf pusat. Sedangkan pada trimester II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu, dan berat badan lahir rendah ( BBLR ).selain itu juga akan berakibat terjadi gangguan kekuatan rahim saat persalinan, dan perdarahan post partum. Supervisi status gizi ibu hamil sangat diperlukan, agar Dinas Kesehatan dan Puskesmas dapat memetakan kondisi gizi ibu hamil dan dapat menyusun langkah-langkah penanggulangannya. Peran serta lintas sektoral seperti PKK sangat diharapkan terutama mengenai kesehatan ibu dan anak. Hal ini sesuai dengan 10 Program pokok PKK. Dan merupakan program kerja POKJA IV PKK bidang kesehatan. Selain meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan P4K. Diharapkan dari kegiatan yang dilaksanakan maka permasalahan gizi ibu hamil dapat diatasi secara dini dan akan mengurangi ibu hamil yang menderita KEK. Agar kegiatan ini berjalan sebaiknya kegiatan Gerakan Sayang Ibu ( GSI ) di tiap-tiap kecamatan diaktifkan kembali. Jadikan masalah gizi ibu hamil menjadi program prioritas kegiatan GSI tingkat kecamatan. Lakukan evaluasi antar program dan lintas sektoral. Karena gizi seimbang pada 1000 hari kehidupan yang 228

42 dimulai pada masa konsepsi sampai anak berusia 2 tahun akan menentukan kehidupan anak di masa akan datang. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ada hubungan yang signifikan antara riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) terhadap kejadian stunted pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Mersam kabupaten batang Hari dengan nilai P Value = 0,005 (p=0,05) dan nilai OR = 9,167. artinya anak dengan riwayat BBLR mempunyai risiko 9,167 kali menjadi anak dengan stunted. Adanya hubungan yang signifikan antara riwayat status gizi ibu hamil (Lingkar lengan atas/lila) terhadap kejadian stunted pada anak usia bulan di wilayah kerja Puskesmas Mersam kabupaten Batang Hari dengan nilai P Value = 0,011 (p=0,05) dan nilai OR=7,500, artinya ibu dengan LILA <23,5 cm mempunyai risiko 7,500 kali melahirkan anak dengan stunted. DAFTAR PUSTAKA Azwar, A. (2004). Kecendrungan masala gizi dan tantangan di masa depan. Bosch A, B, Baqui, A. H. & Gimneka, J. K. (2008). Early-life determinants f stunted adolescent girls and boy in matlab, banglades. International center for diarrhoeal disease research, banglades 2: Daniels, M, C. & Adair, L, S. (2004) Growht standards based on length/height and age. Acta paediatrica; 450: USA. Depkes RI.(2007). Pedoman operasional keluarga sadar gizi. Depkes RI, Jakarta. Depkes RI.(2005). Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk. Depkes RI, Jakarta Estwood, M. (2003). Principle of human nutrition second edition. Bleckwell science Ltd, a Blackwell publishing company Achadi, endang (2014). Materi ajar pentingnya gizi seimbang dalam 1000 hari pertama kehidupan. Disajikan pada workshop gizi tahun Bekasi Admarita, (2005). Nutrition problem in indonesia. The artcle for an integrated international seminar and workshop on lifestyle- related disease, gajah mada university Jokjakarta. Almatsier, S.(2003). Prinsip dasar ilmu gizi. PT.gramedia pustaka utama Jakarta. Astria, LD, Nastion, A & dwiriani, CM. (2006). Hubungan konsumsi ASI dan mp-asi serta kejadian stunting anak usia 6-12 bulan di kabupaten bogor. Media gizi dan keluarga 30 (1) : Jahari, B, A. (2002). Penilaan status gizi berdasarkan antropometri. Puslitbang gizi dan makanan. Depkes RI. Jakarta Jahari, B, A (2010). Riset kesehatan dasar 2010 badan penelitian dan pangembangan kesehatan, kementerian kesehatan RI.,Jakarta Jahari, B, A (2013). Riset kesehatan dasar 2013 badan penelitian dan pangembangan kesehatan, kementerian kesehatan RI.,Jakarta Jahari, B, A (2013). Pokok Pokok Hasil Riset kesehatan dasar 2013 Propinsi Jambi.badan penelitian dan pengembangan kesehatan, kementerian kesehatan RI.,Jakarta Jahari, B, A (2013). Riset kesehatan dasar 2013 dalam Angka Propinsi Jambi.badan penelitian dan pangembangan kesehatan, kementerian kesehatan RI..Jakarta. 229

43 Poskitt, J. & Kelley, L. (2000) Low birthweight-nutrition in early life editor: morgan J.B. & Dikerson, J. W.T. Jhon wiley & sons ltd England. Santoso, S & lies, A (2004) kesehatan dan gizi. PT.Rineka cipta. Jakarta: Suhardjo, (2003). Perencanaan pangan dan gizi.: PT.Bumi Aksara. Jakarta Sediaoetama A,D. (2000) ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. :PT.Bhatara karya akbar. Jakarta Supariasa, I,D. Y. (2002). Penilaian status gizi. : EGC Jakarta 230

44 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJAPUSKESMASSP II SEKUTUR JAYA KABUPATEN TEBOTAHUN 2015 Marinawati STIKes Prima Jamb Korepondesi penulis: ABSTRAK Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Berdasarkan survey awal di wilayah kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya pada 10 ibu secara acak melalui wawancara singkat di peroleh 5 ibu dari 10 ibu tidak tahu mengenai tujuan dan manfat pelayanan kesehatan imunisasi dasar, sehingga ibu tidak peduli kapan anaknya mendapatkan imunisasi dan 5 ibu dari 10 ibu yang diwawancarai di peroleh peran petugas dalam sosialisasi, penyuluhan dan informasi sangat kurang. Tujuan penelitian untuk mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional.penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo pada tanggal 6-12 Agustus Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 9-12 bulan dari bulan Januari-Juli 2015 sebanyak 73 ibu. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling dimana sampel sebanyak 73 ibu. Data dikumpulkan dengan kuesioner di analisa dengan analisis univariat dan bivariat. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh 61 responden (83,6%) memberikan imunisasi dasar lengkap, 42 responden (57,5%) memiliki pengetahuan baik, 46 responden (63,0%) memiliki sikap positif dan 41 responden (56,2%) menyatakan peran petugas aktif. Ada hubungan antara pengetahuan ibu (pvalue=0,030), sikap ibu (p-value=0,045) dan peran petugas (p-value=0,039) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Perlunya tindakan penyuluhan dan promosi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar untuk meningkatkan meningkatkan tingkat pengetahuan ibu, suami dan keluarga terdekat mengenai kelengkapan imunisasi dasar dan memberikan pendidikan kesehatan kepada para kader posyandu agar dapat membantu petugas kesehatan dalam peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi dasar. Kata Kunci : Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan, Pengetahuan, Sikap, PeranPetugas FACTORS RELATED TO THE UTILIZATION OF HEALTH SERVICES BASIC IMMUNIZATION IN REGION PUSKESMAS SP II SEKUTUR JAYA IN TEBO DISTRICT 2015 ABSTRACT Immunity through immunization to protects from diseases, by entering the germs into the body but before that the germs have been has been killed or weakened. In an early survey in region Puskesmas SP II Sekutur Jaya in tebo distric towards 10 mothers as selected randomly by short interview there are 5 of 10 do not know the purpose and benefits of immunatization, so that the mother does not care abaut their children immunized. Than, 5 out 10 have poor of health wokers roles, do not get conseling in information about basic immunitazion. This research is aim to find the factors related to the utilization of health service basic immunization. This study is a descriptive analytic with cross approch. The population in this study conducted in region Puskesmas SP II Sekutur Jaya In Tebo district in 6-12 of agust Population in this research are entire mothers who have babies in age 9-1 month from January to July 2015 with total 73 women, the sample is taking by using total sampling and the sample are 73 women. Data obtained by filling a questionnaire as a colect tool than analysis by univariate and bivariate. Based on the results obtained by analysis there are 61 respondent (83,6%) providing complete basis immunization, 42 respondents (57,5%) have god knowledge, 46 respondents (63,0%) have positive attitudes, 41 respondents (56,2%) have active health professional roles. There are a significant relationship between Mother s knowledge with P value= 0,030, Mother s attitudes with a P value =0,045, the health profesional roles witg a P value=0,039, with the utilization of health services basic immunization. 231

45 Therefore necessary need to provide counseling and promotion about utilization of health services basic immunization, also to increase mother s of knowledge, husband and any other family members. Than, motivate the cadre to actively educated the community around them about utilization of health services basic immunization. Keywords : utilization of health services, knowledge, attitudes, the health professional roles. PENDAHULUAN Kesehatan Nasional seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Untuk itu perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia dengan melakukan upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan (Depkes RI, 2009). Salah satu upaya pencegahan penyakit adalah dengan dilakukannya imunisasi. Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga kelak jika terpapar penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi merupakan program upaya pencegahan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Hepatitis B, Polio, dan Campak (Depkes, 2010). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2008). Imunisasi tersebut adalah BCG, DPT-HB, Polio, Campak, dan Hepatitis. Kelima imunisasi tersebut dikenal dengan Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) yang merupakan imunisasi wajib bagi anak di bawah 1 tahun meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak (Depkes, 2010). Menurut Depkes RI (2013), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/anak-anak pra sekolah. Tujuan pemberian imunisasi yaitu diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta mengurangi kecacatan akibat penyakit. (Paridawati, 2014). Melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. Imunisasi akan membuat tumbuh kembang bayi menjadi optimal yaitu menjadi anak yang sehat, kuat, cerdas, kreatif dan berperilaku baik. Kekebalan tubuh balita yang sudah di imunisasi akan meningkat dan terlindungi dari penyakit berbahaya, sehingga tumbuh kembang anak tidak terganggu. Imunisasi juga mencegah berbagai penyakit infeksi yang berbahaya dengan cara yang aman, efektif dan relatif murah (Ranuh, 2008). Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun yang meninggal setiap tahun di dunia, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (Nurani, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 besarnya cakupan imunisasi dasar masing-masing antigen adalah BCG 77,9 %; Polio 66,7 %; DPT-HB 61,9 % dan 74,4 % campak. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar di seluruh provinsi di Indonesia rata-rata untuk tiap jenis imunisasi adalah: polio 77,0%; HB0 232

46 79,1%; BCG 87,6%; DPT-HB 75,6%; dan campak 82,1%; yang menunjukkan terjadinya peningkatan cakupan semua jenis imunisasi dari tahun 2013 sedangkan berdasarkan kelengkapannya, hanya 59,2% anak usia bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen di RSUD Sultan Thaha Saefudin Tebo di peroleh data penyakit yang disebabkan tidak imunisasi BCG (TBC) pada anak di Puskesmas SP II Sekutur Jaya sebanyak 4 anak sejak tahun 2011 sampai bulai Maret 2015 dimana tahun 2011 sebanyak 1 anak perempuan usia 3 tahun, kemudian 1 anak laki-laki umur 4 tahun pada tahun 2014 dan 2 anak lakilaki umur 2 tahun dan 4 tahun pada bulan Januari sampai Maret 2015 (Laporan RSUD Sultan Thaha Saefudin Tebo, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo tahun 2014 diketahui bahwa cakupan imunisasi terendah terdapat di Puskesmas Mengupeh sedangkan Puskesmas SP II Sekutur Jaya merupakan puskesmas dengan cakupan imunisasi terendah kedua.dari 8 desa di wilayah kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya pada tahun 2014 terdapat 4 desa yaitu : Sekutur Jaya, Napal Putih, Sako Makmur dan Teluk Melintang yang memenuhi capaian imunisasi sedangkan 4 desa lainnya yaitu : Pinang Belai, Bukit Pamuatan, Tanjung Aur Seberang dan Pagar Puding Lamo tidak mencapai target Universal Child Immunization (UCI), dimana capaian pada tahun 2014 Kabupaten sebesar 90%. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 12 Juli 2015 di wilayah kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya pada 10 ibu secara acak melalui wawancara singkat diperoleh 5 ibu dari 10 ibu tidak tahu mengenai tujuan dan manfat pelayanan kesehatan imunisasi dasar, sehingga ibu tidak peduli kapan anaknya mendapatkan imunisasi dan 5 ibu dari 10 ibu yang diwawancarai di peroleh peran petugas dalam sosialisasi, penyuluhan dan informasi sangat kurang.faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo tahun METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo pada tanggal 6-12 Agustus Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 9-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya dari bulan Januari-Juli 2015 sebanyak 73 ibu. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling dimana sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 ibu yang mempunyai bayi 9-12 bulan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kemudian dianalisa dengan analisis univariat dan bivariat.. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sp II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 Usia Frekuensi (%) < 20 tahun 8 10, ,6 > 35 tahun 4 5,5 Total

47 Berdasarkan tabel 1. di peroleh gambaran usia responden di wilayah kerja Puskesmas Sp II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 sebagian besar responden memiliki usia tahun sebanyak 61 responden (83,6%). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Imunisasi Dasar Distribusi Frekuensi % Tidak Lengkap 12 16,4 Lengkap 61 83,6 Jumlah Berdasarkan tabel 2. diketahui dari 73 responden (100%) mayoritas 61 responden (83,6%) memberikan imunisasi dasar lengkap dan dan 12 responden (16,4%) tidak memberikan imunisasi dasar lengkap. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sp II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 Distribusi Pengetahuan Ibu Frekuensi % Kurang Baik 31 42,5 Baik 42 57,5 Jumlah Berdasarkan tabel 3 diketahui dari 73 responden (100%) mayoritas 42 responden (57,5%) memiliki pengetahuan baik dan31 responden (42,5%) memiliki pengetahuan kurang baik. Tabel 4.Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 Distribusi Sikap Ibu Frekuensi % Negatif 27 37,0 Positif 46 63,0 Jumlah

48 Berdasarkan tabel 4. diketahui dari 73 responden (100%) mayoritas 46 responden (63,0%) memiliki sikap positif dan 27 responden (37,0%) memiliki sikap negatif. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan PeranPetugas Di Wilayah Kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 Distribusi Peran Petugas Kesehatan Frekuensi % Kurang Aktif 32 43,8 Aktif 41 56,2 Jumlah Berdasarkan tabel 5 diketahui dari 73 responden (100%) mayoritas 41 responden (56,2%) memiliki petugas kesehatan aktif dan 32 responden (43,8%) memiliki petugas kesehatan tidak aktif. Tabel 6. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan PemanfaatanPelayanan Kesehatan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten TeboTahun 2015 Kategori Pemanfaatan Pengetahuan Ibu Tidak Lengkap Lengkap Total p- value Jml % Jml % Jml % Kurang Baik 9 29, , Baik 3 7, , Jumlah 12 16, , Berdasarkan hasil penelitian di peroleh mayoritas 42 responden (100,%) memiliki pengetahuan baik terdapat 39 responden (92,9%) lengkap pemanfaatan imunisasi dasar dan 3 responden (7,1%) tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar. Sedangkan dari 31 responden (100%) memiliki pengetahuan kurang baik terdapat 22 responden (71,0%) lengkap pemanfaatan imunisasi dasar dan 9 responden (29,0%) tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar. Berdasarkan analisis dengan chi-square di peroleh nilai p-value = 0,030 jika dibandingkan derajat kemaknaan (p-value < 0,05) terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Setyani (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar di Desa Nyatnyono 235

49 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, dengan p = 0,001(p < 0,05). Ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar, sesuai dengan teori yang dinyatakan bahwa seseorang melakukantindakan dengan didasarkan oleh suatu pengetahuan. Hal ini disebabkan karenapengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakanseseorang (Notoatmodjo, 2012). Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya akan sesuatu hal, demikian juga dengan perilakunya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibidang kesehatan akan cenderung lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan (Maulan, 2009). Masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar, asumsi peneliti bahwa responden lupa jadwal imunisasi sehingga tidak membawa anaknya ke puskesmas. Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik tetapi lengkap pemanfaatan imunisasi dasar, asumsi peneliti bahwa peran suami dan keluarga terdekat dalam mengingatkan ibu untuk mengimunisasi anaknya sesuai jadwal dan usia anaknya dikarenakan suami atau keluarga terdekat merasa penting anak mendapatkan imunisasi dasar. Upaya yang dilakukan dengan menginformasikan kepada ibu, suami, dan keluarga terdekat jadwal imunisasi dasar oleh petugas kesehatan dan melakukan penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemanfaatan imunisasi dasar bagi anak. Tabel 7. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 Kategori Pemanfaatan Sikap Tidak Lengkap Lengkap Total p-value Jml % Jml % Jml % Negatif 8 29, , Positif 4 8, , ,045 Jumlah 12 16, , Berdasarkan hasil penelitian di peroleh mayoritas 46 responden (100,%) memiliki sikap positif terdapat 42 responden (91,3%) lengkap pemanfaatan imunisasi dasar dan 4 responden (8,7%) tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar. Sedangkan dari 27 responden (100%) memiliki sikap negatif terdapat 19 responden (70,4%) lengkap pemanfaatan imunisasi dasar dan 8 responden (29,6%) tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar. Berdasarkan analisis dengan chisquare di peroleh nilai p-value = 0,045 jika dibandingkan derajat kemaknaan (p-value < 0,05) terdapat hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kurniawati (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan status kelengkapan imunisasi batita tehadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan nilai p value 0,

50 Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan dapat juga ditentukan oleh ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Masih terdapat responden yang memiliki sikap positif tetapi tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar, asumsi peneliti bahwa keluarga terutama suami dan orang tua yang melarang ibu untuk imunisasi anaknya dikarenakan kepercayaan dan pengalaman habis anak di suntik anak akan mengalami sehingga ibu di larang membawa anaknya untuk di imunisasi. Sedangkan ibu yang memiliki sikap negatif tetapi lengkap pemanfaatan imunisasi dasar, asumsi peneliti bahwa peran suami dan keluarga terdekat dalam mengingatkan dan mengantar ibu untuk imunisasi anaknya ke posyandu sesuai jadwal dan peran petugas aktif berkunjung ke rumah ibu memiliki anak bila ibu tidak bisa berkunjung ke posyandu atau puskesmas. Upaya yang dilakukan dengan menginformasikan kepada ibu, suami, dan keluarga terdekat tentang pentingnya imunisasi dasar sehingga suami atau keluarga terdekat selalu mengingatkan ibu jadwal imunisasi dasar dan mau mengantar ibu dan anak ke posyandu atau puskesmas. Peran petugas untuk berkunjung ke rumah ibu untuk melakukan suntikan imunisasi bila ibu lupa jadwal imunisasi dasar anaknya dan melakukan penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemanfaatan imunisasi dasar bagi anak. Tabel 8. Hubungan Antara Peran Petugas DenganPemanfaatan Pelayanan Kesehatan Imunisasi DasarDi Wilayah Kerja Puskesmas SP II Sekutur Jaya Kabupaten Tebo Tahun 2015 Kategori Pemanfaatan Peran Petugas Tidak Lengkap Lengkap Total p- value Jml % Jml % Jml % Kurang Aktif 9 28, , Aktif 3 7, , ,039 Jumlah 12 16, , Berdasarkan hasil penelitian di peroleh 41 responden (100,%) memiliki peran petugas aktif terdapat 38 responden (92,7%) lengkap pemanfaatan imunisasi dasar dan 3 responden (7,3%) tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar. Sedangkan dari 32 responden (100%) memiliki peran petugas tidak aktif terdapat 23 responden (71,9%) lengkap pemanfaatan imunisasi dasar dan 9 responden (28,1%) tidak lengkap pemanfaatan imunisasi dasar. Berdasarkan analisis dengan chi-square di peroleh nilai p-value = 0,039 jika dibandingkan derajat kemaknaan (p-value < 0,05) terdapat hubungan antara peran petugas dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Menurut penelitian Sabariah (2007) ibu-ibu bayi usia 0-12 bulan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi menyebutkan bahwa penerimaan ibu terhadap imunisasi bayi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, dan pelayanan petugas imunisasi. 237

51 Seorang petugas kesehatan mempunyai peran sebagai seorang pendidik, peran ini dilakukan dengan membantu klien dan keluarga dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku klien dan keluarga setelah dilakukan pendidikan kesehatan selain itu juga petugas kesehatan merupakan tempat konsultasi terhadap SIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan,sikap dan peran petugas merupakan faktor pemanfaatan pelayanan kesehatan imunisasi dasar. Faktor faktor yang berhubungan mempunyai kemaknaan erat terhadap pemanfaatan masalah atau perilaku kesehatan yang di dapat (Mulati, 2009). Upaya yang dilakukan adalah petugas kesehatan harus berperan aktif dalam kunjungan ke rumah-rumah ibu yang memiliki bayi untuk memotivasi ibu dalam memberikan imunisasi dasar lengkap dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu. pelayanan kesehatan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Sp II Sekutur Jaya DAFTAR PUSTAKA DepKes RI Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta DepKes RI Kemenkes Targetkan Tahun 2014 Seluruh Desa/Kelurahan 100% UCI. Jakarta. DepKes Laporan Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Kurniawati Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi DasarPada Balita. Nuha Medika. Yogyakarta. Maulan, Heri D.J Promosi Kesehatan. EGC. Jakarta. Nurani, Vidia As Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Desa Truko Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Tahun Semarang. Jawa Tengah. Paridawati Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi DasarPada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun Makasar. Sulawesi Selatan. Ranuh, I.G.N Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta. Notoatmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta. 238

52 PERANCANGAN SISTEM NFORMASI REKAM MEDIS PASIEN PADA KLINIK BERSALIN KASIH IBU MENGGUNAKAN METODE WATERFALL Ade STIKes Prima Jambi Korespondensi Penulis : ade.oktarino@stikesprima-jambi.ac.id ABSTRAK Klinik Bersalin Kasih Ibu merupakan tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan bagi wanita hamil, persalinan, keluarga berencana, pemeriksaan fisik, pemberian tindakan medis dan memberikan informasi hasil anamnesa. Setiap pelayanan dicatat dalam dokumen rekam medis pasien, sebagaimana dinyatakan dalam (Hanafiah & Amir, 1999:59): Rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang Aplikasi Rekam Medis Klinik Bersalin Kasih Ibu untuk membantu proses pencatatan, pencarian dan penyimpanan data rekam medis, sehingga membantu petugas dalam proses pelayanan terhadap pasien. Metode penelitian ini menggunakan metode waterfall. Waterfall atau sering juga disebut air terjun adalah sebuah metode dalam pengembangan sistem yang dilakukan untuk membuat pembaruan sistem yang berjalan. Menurut (Rosa) Metode pengembangan sistem merupakan proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan metodemetode atau model-model yang digunakan orang untuk mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak sebelumnya dengan memiliki alur hidup perangkat lunak secara sekuensial atau terurut dimulai dari analisis, desain, pengodean, pengujian, dan tahap pendukung. Hasil dari penelitian ini adalah suatu rancangan aplikasi rekam medis berbasis Desktop yang terdapat beberapa fasilitas seperti pengolahan data pasien Ibu Hamil, data bidan, data anamnesis, data pemeriksa, data terapi, data obat, data rekam medis, laporan data medis dan laporan data pasien. bersalin Harapan Ibu adalah terwujudnya aplikasi rekam medis guna memudahkan dalam pencatatan dan perekaman rekam medis dengan mudah. Kata Kunci : Sistem Informasi, Waterfall, Rekam Medis ABSTRACT Maternity clinic love mother is health center that are implementing of the services for pregnant woman, childbirth, family planning, physical examination, the provision of the act of medical and to provide information the results of anamnesa. Health services in recorded in documents record medical patient, as stated in the has (Hanafiah & amir, 1999: 59), record medical is a pile of information on the identity, the results of anamnesis, examination and records all the activity the health services over the patient from time to time. Destination from the study is to develop application record medical clinic maternity love mother to assist with the recording, Search and data storage record medical, to help in the service process towards patients. The methodology this in a waterfall.waterfall or often also called a waterfall is a method in the development of a system that goes into making system that runs reform. According to ( rosa ) method system development is a process develop or transform a system software using methods or models used people to develop systems software before with having a groove living in sequential software or ordered started from analysis, design, coding, testing, and the supporters. The result of this research is a draft application record medical based desktop that is several facilities such as data processing patients pregnant women, data midwives, data anamnesis, data examiner, data therapy, data medicine, medical records, data statement medical and data statement patients. hope mother is a creation of the application of medical record to assist in recording and recording medical record with ease. information system, waterfall, medical record 239

53 PENDAHULUAN dan tidak efisien. Perancangan sistem informasi merupakan suatu proses pengembangan sistem dari sistem lama yang telah ada ke sistem yang baru, dimana masalah- masalah yang terjadi pada sistem yang lama diharapkan dapat teratasi pada sistem yang baru. Pada tahap perancangan sistem ini dilakukan tahapan proses analisa, perancangan dan pengimplementasian peningkatan mutu pelayanan yang bisa dicapai melalui penggunaan sistem informasi terkomputerisasi. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin pesat, dimana tingkat kebutuhan akan informasi yang cepat, akurat dan relevan sangat diharapkan. Maka peran teknologi informasi ini dapat dimanfaatkan untuk pengolahan data rekam medis pasien dengan membangun sebuah sistem informasi yang tidak hanya dibutuhkan oleh instansi pelayanan kesehatan yang besar tetapi juga dibutuhkan untuk lembaga kesehatan seperti Klinik bersalin salah satunya Klinik Bersalin Kasih Ibu. Klinik Bersalin Kasih Ibu merupakan salah satu lembaga swasta yang bergerak dibidang kesehatan dan pelayanan masyarakat. Berdasarkan dari peninjauan lokasi secara langsung pada Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi, pengolahan data rekam medis pasiennya masih berjalan secara manual sehingga data yang dihasilkan dari pengolahan data pasien pada Klinik Bersalin Kasih Ibu kurang optimal yaitu sering terjadinya kesulitan dan keterlambatan dalam pengolahan data pasiennya, sering terjadinya redudansi data, dan dokumen pasien lebih mudah rusak dan hilang. Hal ini dapat dilihat dari sistem penyimpanan data pasien yang masih menggunakan buku agenda sehingga menimbulkan kesulitan dalam hal pencarian data pasien. Keadaan tersebut yang sering mengganggu proses pelayanan Klinik bersalin tersebut, sehingga membuat proses pelayanan memakan waktu yang lama METODE PENELITIAN 1. KERANGKA KERJA PENELITIAN Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini diperlukanlah suatu susunan kerangka kerja (framework) yang jelas tahap-tahapnya. Kerangka kerja ini merupakan langkah langkah yang akan di lakukan dalam penyelesaian yang akan di bahas. Adapun kerangka kerja penelitian ini dapat di gambarkan pada gambar 3.1 sebagai berikut: Gambar 1 Kerangka Kerja Penelitian Berdasarkan kerangka kerja penelitian di atas, maka dapat diuraikan pembahasan masing-masing tahapan dalam penulisan sebagai berikut : 1. Perumusan Masalah Pada tahap ini penulis merumuskan ruang lingkup masalah yang akan dibahas pada penelitian ini. 2. Studi Literatur Tahap awal yang dilakukan penulis yaitu studi literatur. Pada tahap ini, penulis melakukan pencarian terhadap landasan-landasan teori yang diperoleh dari berbagai buku dan juga internet untuk membantu penulis dalam menemukan landasan teori yang baik mengenai penelitian yang akan dilakukan dan pembuatan laporan. 3. Pengumpulan Data Pada tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data untuk mendapatkan data dan informasi mengenai sistem 240

54 berjalan pada Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi. Sebagai bahan pendukung yang sangat berguna bagi penulis untuk mencari atau mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pengamatan (Observation) Pada metode ini penulis mengamati secara langsung sistem pengolahan data rekam medis pasien pada Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi, dengan cara ini penulis dapat mengamati langsung bagaimana cara kerja sistem pada Klinik Bersalin tersebut. Hasil dari pengamatan yang penulis lakukan pada Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi terlihat pada saat pencatatan data rekam medisnya masih menggunakan media kertas dan pena, kemudian diarsipkan dalam bentuk kertas sehingga menyebabkan sulitnya dalam hal pencarian data. b. Wawancara (Interview) Selain pengamatan langsung penulis juga melakukan pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada petugas yang bertugas di bagian pengolah data rekam medis yang ada pada Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi yang dianggap dapat memberikan informasi yang tepat mengenai pengolahan data rekam medis, dari hasil tanya jawab ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi ini mengalami mengalami kesulitan dalam pengolahan data rekam medis seperti data pasien, data pemeriksaan pasien, data persalinan dan pelaporan yang mengakibatkan keterlambatan dalam penyajian informasi. Untuk itu diperlukan suatu sistem baru yang dapat mengatasi permasalahan yang dialami Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi 4. Pengembangan Sistem Metode pengembangan sistem adalah metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan dan aturanaturan untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Dengan metode pengembangan sistem yang baik, maka diharapkan suatu sistem yang akan dikembangkan dapat mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode pengembangan sistem yang dipakai penulis dalam penyusunan skripsi adalah model pengembangan software waterfall (model air terjun), dikarenakan proses ini telah terorganisasi secara teratur sehingga resiko akan terjadinya pengulangan proses langkah kerja akan terhindari sebab proses langkah kerja dilakukan secara berurutan. Waterfall adalah model pengembangan sistem yang setiap tahapnya harus diselesaikan terlebih dahulu secara penuh sebelum diteruskan ketahap berikutnya untuk menghindari terjadinya pengulangan tahapan. Gambar 2 Model Waterfall (Agus Mulyanto : 244) Gambar diatas adalah tahapan umum dari model proses ini. Adapun penjelasan dari masingmasing tahapan adalah sebagai berikut : a. Analisis Kebutuhan Dalam tahapan ini penulis menentukan kebutuhan-kebutuhan pada sistem rekam medis yang ada pada Klinik Bersalin Kasih Ibu Jambi baik itu kebutuhan fungsional maupun kebutuhan non-fungsional. Kemudian penulis menganalisa halhal yang diperlukan dalam pengembangan software untuk pengelolaan data rekam medis. Dalam hal ini analisis yang dilakukan dengan menganalisa sistem yang berjalan dari segi proses maupun arsip-arsip yang digunakan sebagai tempat pencatatan data rekam medis. 241

55 b. Desain Sistem Dalam tahapan desain sistem ini, penulis membuat perancangan dari model atau desain sistem dengan menggunakan beberapa alat bantu untuk menggambarkan sistem berjalan ataupun sistem baru yang akan dikembangkan secara logika. Untuk menjelaskan proses fungsi yang dilakukan sistem dan kebutuhan data penulis menggunakan Data Flow Diagram (DFD), untuk menjelaskan mengenai struktur data penulis menggunakan kamus data, untuk rincian prosedur menggunakan flowchart sedangkan untuk menggambarkan susunan logis antar data dan hubungannya dengan sistem penulis menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD). c. Implementasi dan Pengujian Unit Pada tahap ini, penulis melakukan penerjemahan desain yang telah dibuat ke dalam bentuk software yang dirancang dengan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic. Net 2010 dan basis data menggunakan Microsoft Access Selanjutnya melakukan pengujian terhadap program yang dibangun per unit atau per modul kerja. Dimana semua fungsi-fungsi software tersebut diuji cobakan, agar software bebas dari error dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya. d. Pengujian Sistem Pada tahap ini program yang telah dibuat dan diuji per unitnya kemudian disatukan menjadi suatu sistem yang utuh dan diuji secara keseluruhan guna menguji tingkat integrasi antar unit yang dibuat sebelumnya. e. Maintenance atau Perawatan Pada tahap ini penulis tidak menerapkan tahapan ini karena perangkat lunak baru saja dihasilkan dan belum dioperasikan sehingga maintanance (pemeliharaan) belum dapat dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Data Flow Diagram a. Analisis Proses Sebagai gambaran umum dari proses pengolahan data yang dirancang dapat dilihat pada diagram konteks dibawah ini. Gambar 3 Diagram Konteks Diagram konteks menggambarkan secara umum proses yang terjadi yang dimulai ketika pasien yang akan melakukan pendaftaran pada bagian admin, kemudian admin akan memberikan kartu kunjungan bagi pasien yang baru pertama kali melakukan kunjungan, namun jika pasien telah memiliki kartu kunjungan, maka hanya perlu menunjukan kartu kunjungan, setelah itu pasien akan didata pada register kunjungan untuk mengetahui riwayat kehamilan pasien/ riwayat pemeriksaan pasien, Kemudian petugas akan mengisi data anamnesa pasien pada buku rekam medis pasien dan buku KIA, Setelah petugas melakukan diagnosa dan pengobatan pada pasien, admin akan menginputkan data rekam medis pasien. 2. Rancangan Program Pada aplikasi yang dibuat ada beberapa input yang akan diproses untuk menghasilkan output sesuai dengan input yang diberikan. Berikut ini adalah implementasi dari input yaitu : a. Tampilan Form login 242

56 Dalam form login, Id Admin dan password harus di inputkankan dengan benar untuk masuk ke dalam menu utama. Jika Id Admin dan password di inputkan salah, maka user tidak dapat masuk kedalam menu. Gambar 7 Tampilan Form Tampil Data Admin Gambar 4 Tampilan Form Login d. Tampilan Form Data Ibu Tampilan form data Ibu digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. b. Tampilan Form Menu Utama Dalam menu utama terdapat menu-menu yaitu master,layanan, laporan dan keluar. Gambar 8 Tampilan Form Data Ibu Gambar 5 Tampilan Form Menu Utama c. Tampilan Form Data Admin Tampilan form data Admin digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. Jika ingin mengubah, menghapus dan menutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini Gambar 9 Tampilan Form Tampil Data Ibu Gambar 6 Tampilan form Data Admin Jika ingin mengubah, menghapus dan menutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini e. Tampilan Form Data Detail Ibu Tampilan form data Detail Ibu digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. 243

57 Gambar 10 Tampilan Form Data Detail Ibu Jika ingin mengubah, menghapus dan menutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini Gambar 13 Tampilan Form Tampil Data Anak g. Tampilan Form Data Kunjungan Tampilan form data Kunjungan digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. Gambar 11 Tampilan Form Tampil Data Detail Ibu f. Tampilan Form Data Anak Tampilan form data Anak digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. Gambar 14 Tampilan Form Data Kunjungan Jika ingin mengubah, menghapus dan tutup, dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini Gambar 12 Tampilan Form Data Anak Jika ingin mengubah, menghapus dan tutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini Gambar 15 Tampilan Form Tampil Data Kunjungan h. Tampilan Form Data Layanan Tampilan form data Layanan digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. 244

58 Gambar 16 Tampilan Form Data Layanan Jika ingin mengubah, menghapus dan tutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini. Gambar 19 Tampilan Form Tampil Data Petugas j. Tampilan Form Data Obat Tampilan form data Obat digunakan untuk menambahkan,simpan, batal, Tampil data dan tutup. Gambar 17 Tampilan Form Tampil Data Layanan i. Tampilan Form Data Petugas Tampilan form data petugas digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. Gambar 20 Tampilan Form Data Obat Jika ingin mengubah, menghapus dan tutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini. Gambar 18 Tampilan Form Data Petugas Jika ingin mengubah, menghapus, dan tutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini. Gambar 21 Tampilan Form Tampil Data Obat k. Tampilan Form Data Terapi Obat Tampilan form data Terapi Obat digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. 245

59 Rm.Kehamilan m. Tampilan Form Rm.Ibu Nifas Tampilan form data Rm.Ibu Nifas digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. Gambar 22 Tampilan Form Data Terapi Obat Jika ingin mengubah, menghapus dan tutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini. Gambar 26 Tampilan Form Data Rm.Ibu Nifas Jika ingin mengubah, menghapus dan tutup, dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini Gambar 23 Tampilan Form Tampil Data Obat l. Tampilan Form Data Rm.Kehamilan Tampilan form data Rm.Kehamilan digunakan untuk menambahkan, simpan, batal, Tampil data dan tutup. Gambar 27 Tampilan Form Tampil Data Rm.Ibu Nifas SIMPULAN Gambar 24 Tampilan Form Data Rm.Kehamilan Setelah dilakukan implementasi aplikasi pada sistem informasi rekam medis pada Klinik Bersalin Kasih Ibu, dengan ini maka pendataan rekam medis pada klinik bersalin kasih ibu telah terintegritas data pasiennya. Jika ingin mengubah, menghapus dan tutup dapat dilakukan dengan mengklik tombol tampil data. Seperti pada gambar berikut ini. Gambar 25 Tampilan Form Tampil Data DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir., 2009, Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional. Yogyakarta : Andi. Abdul Razaq., 2004, Kupas Tuntas Microsoft Office Access Surabaya : Indah. Abdul Kadir., 2009, Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional. Yogyakarta : Andi. Adi Nugroho., 2005, Analisa 246

60 Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek. Bandung : Informatika. Agus Mulyanto., 2009, Sistem Informasi Konsep Dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Al Bahra Bin Ladjamudin., 2006, Rekayasa Perangkat Lunak. Yongyakarta : Graha Ilmu Alexander F. K. Sibero., Dasar- Dasar Visual Basic. Net. Yogyakarta : Mediakom. Budi Sutedjo., 2002, Perancangan dan Pembangunan Sistem Informasi. Yongyakarta : Andi. Eko Priyo Utomo., 2006, Membuat Aplikasi Database Dengan Visual Basic.Net. Bandung : Yrama Widya. Sjamsuhidajat, et al., 2006, Manual Rekam Medis. Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia. Gaol, Chr.Jimmy L., 2008, Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta : Grasindo. Hapzi Ali, MM., 2010, Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta : Mandiri. Hanif Al Fatta., 2007, Analisa dan Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi. Inderajani., 2011, Perancangan Basis Data Dalam All In 1. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Jogiyanto Hartono., 2005, Analisis dan Disain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yongyakarta : Andi. Kusrini dan Andri Koniyo., 2007, Membangun Sistem Informasi Akuntansi Dengan Visual Basic Dan Microsoft Sql Server. Yogyakarta : Andi. Linda Marlinda., 2004, Sistem Basis Data. Yogyakarta : Andi. 247

61 HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG BANGSAL RAWAT INAP RSUD SUNAN KALIJAGA KABUPATEN DEMAK CORRELATION BETWEEN WORKPLACE ENVIRONMENT AND JOB SATISFACTION OF NURSES AT INPATIENT ROOMS OF SUNAN KALIJAGA HOSPITAL, DEMAK Margareta Pratiwi STIKes Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondensi Penulis : margareta.pratiwi88@gmail.com ABSTRAK Kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dalam bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Kejadian infeksi nosokomial yang cukup tinggi dan banyaknya perawat yang absen, terlambat masuk kerja dan pulang sebelum waktunya merupakan indikasi rendahnya kepuasan kerja perawat. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. Desain Penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data secara kuantitatif dengan wawancara kuesioner terstruktur dan secara kualitatif dengan indepth interview. Data kuantitatif dianalisis dengan uji chi-square dan regresi logistik, data kualitatif dianalisis dengan content analysis. Hasil penelitian bahwa kepuasan kerja dirasakan kurang puas oleh 51,6% responden. Sebanyak 58,1% responden berpersepsi kualitas kepemimpinan kurang baik dan 53,2% responden berpersepsi kurang baik. Sebanyak 56,5% responden berpersepsi otonomi kurang baik, 53,2% responden berpersepsi hubungan interdisiplin kurang baik dan 54,8% responden berpersepsi pengembangan profesional kurang baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan (p=0,011), kualitas keperawatan (p=0,001), persepsi otonomi (p=0,001), hubungan interdisiplin (p=0,001) dan pengembangan profesional (p=0,001) berhubungan secara positif dengan kepuasan kerja perawat. Analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh kualitas keperawatan (p=0,022; Exp B=5,768), otonomi (p=0,020; Exp B=6,023) dan pengembangan profesional (p= 0,002; Exp B= 12,082) secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Disarankan kepada pihak RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak untuk memotivasi perawat pelaksana dalam proses pengembangan profesional dan mengalokasikan dana untuk pendidikan, pertemuan ilmiah keperawatan dan sertifikasi jabatan fungsional. Kata Kunci : Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja Perawat ABSTRACT Job satisfaction is somebody s feeling to their job in the form of interaction between human and the environment. The high number incident of Nosokomial Infection and many of nurses are absent, being late for work and going home before the time are indications of the lowness of nurse job satisfaction. The purpose of this research is to obtain the relation of workplace with nurse job statisfaction in inpatient room of Sunan Kalijaga Hospital, Kabupaten Demak. The research design is analytic observasional within sectional cross approach. The data collection are quantitative method by having structured quesionaire interview and qualitative method by having indepth interview. The quantitative data is analyzed by chi-square test and logistics regretion, and qualitative data is analyzed by content analysis. The result shows that the job satisfaction is poor by 51,6% respondents. 58,1% respondents have perception of poor leadership quality and 53,2% respondents are less well. Autonomy perception is not good got from 56,5% respondents, 53,2% respondents thought that the interdiscipline relation is not really well and 54,8% respondents presume that the proffesional development is poor. The result of bivariat analysis shows that leadership quality (p=0,011), nursery quality (p=0,001), autonomy perception (p=0,001), interdiscipline relation (p=0,001) and professional development (p=0,001) are related positively with nurse job satisfaction. Multivariat analysis shows that there is influence of nursery quality (p=0,022; Exp B=5,768), otonomi (p=0,020; Exp B=6,023) and professional development (p= 0,002; Exp B= 12,082) toward nurse job satisfaction. It is suggested for management of Sunan Kalijaga Hospital in Kabupaten Demak to motivate nurses in the process of professional development and allocate the financial to education sector, nursing scientific meeting and functional position sertification. 248

62 Keywords: Workplace, Nurse Job Satisfaction PENDAHULUAN Di rumah sakit, sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara langsung dengan pasien adalah perawat, sehingga kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai salah satu indikator baik atau buruknya kualitas pelayanan di rumah sakit. Dalam pengelolaan sumber daya manusia, hal yang penting diperhatikan adalah upaya-upaya untuk memelihara hubungan yang kontinu dan serasi terhadap perawat 1. Upaya tersebut berkenaan dengan kepuasan seorang perawat dalam bekerja. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan wujud dari persepsi karyawan yang tercermin dalam sikap dan terfokus pada perilaku terhadap pekerjaan dan suatu bentuk interaksi manusia dengan lingkungan pekerjaannya. Kepuasan kerja yang tinggi merupakan tanda bahwa organisasi telah melakukan manajemen perilaku yang efektif 2. Data kepegawaian pada tahun 2012 menunjukkan rata-rata 12,9% perawat yang tidak masuk kerja. Dari jumlah tersebut yang ijin karena sakit 39,6%, ijin karena keperluan keluarga 45,5% dan tanpa keterangan 14,9%. Jumlah perawat yang terlambat masuk kerja 20,75% dan pulang sebelum waktunya 21,56%. Hal-hal tersebut merupakan indikasi bahwa tingkat kepuasan kerja perawat di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak masih rendah. Salah satu indikator peningkatan mutu klinis pelayanan keperawatan adalah menurunnya angka kejadian tidak diharapkan. Kejadian tidak diharapkan berupa infeksi nosokomial di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak dikelompokkan menjadi phlebitis, dekubitus, Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Infeksi Luka Operasi (ILO). Pada tahun 2012 diketahui kejadian infeksi nosokomial yaitu phlebitis berjumlah 45 orang, dekubitus berjumlah 10 orang, ISK (infeksi saluran kemih) berjumlah 14 orang dan ILO (infeksi luka operasi) berjumlah 6 orang. Hal ini menggambarkan bahwa praktek perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara aman yang merujuk pada konsep patient safety belum optimal. Hasil survei pendahuluan terhadap 10 orang perawat menunjukkan adanya kesamaan persepsi tentang perasaan dan harapan mereka terhadap pihak manajemen rumah sakit. Mereka merasa kurang sekali diberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan baik melalui kursus, seminar ataupun pelatihan-pelatihan, jika ada yang dikirim untuk mengikuti kursus atau pelatihan hanya orang-orang tertentu saja. Penilaian kinerja terhadap karyawan tidak pernah dilakukan sehingga perawat yang berprestasi mendapat perlakuan yang sama dengan yang tidak berprestasi, termasuk dalam pemberian insentifnya. Hubungan antar perawat dari masingmasing bagian kurang terjalin dengan baik. Selama mereka bekerja tidak pernah mengerti target yang dibebankan atas pekerjaannya. Bagi perawat yang melanggar disiplin kerja tidak pernah mendapat teguran. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja dan akhirnya berpengaruh pada kinerjanya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut bertujuan menganalisis Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan metode survey yang bersifat analitik, dan pendekatan waktu cross Sectional. Subjek yang diambil untuk penelitian analisis kuantitatif adalah perawat yang hanya mengabdi pada RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak yang berjumlah 62 orang, yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi : perawat Pelaksana di Ruang Bangsal Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak, Masa Kerja 3-5 tahun, Perawat tidak dalam masa cuti dan bersedia menjadi responden. 249

63 Pengumpulan dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square dan Regresi Logistik berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh ratarata umur perawat pelaksana adalah 35,8 tahun, dengan standar deviasi 9,1 tahun. Umur termuda 23 tahun dan umur tertua 53 tahun sehingga umur tersebut tergolong produktif. Rata-rata lama kerja responden adalah 6,3 tahun, dengan standar deviasi 4,0 tahun. Masa kerja terpendek adalah 1 tahun dan masa kerja terlama 25 tahun sehingga tergolong memiliki masa kerja yang cukup lama. Dapat dilihat pada tabel 1, sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Umur Dan Masa Kerja Di Ruang Bangsal Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak Variabel Mean SD Minimum Maksimum Umur (Tahun) 35,8 9, Lama Kerja (Tahun) 6,3 4, Usia produktif merupakan masa yang efektif bagi manajemen dan pimpinan di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak untuk terus mendorong, memotivasi dan memberi kesempatan kepada perawatnya agar memiliki keinginan kuat untuk terus mengembangkan diri, khususnya peningkatan kualifikasi akademik dan pengembangan profesional lainnya 3. Lama kerja dikaitkan dengan hubungan senioritas atau anggapan bahwa semakin lama seseorang bekerja semakin lebih berpengalaman dan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Lama kerja individu tidak menjamin produktivitas kerja, tidak ada alasan bahwa perawat yang lebih lama bekerja atau senior lebih produktif dari pada yang junior. Masa kerja perawat yang cukup lama menjalankan profesinya sebagai perawat karena semakin lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang ditanganinya sehingga meningkat pengalaman serta memberikan keahlian dan keterampilan kerja 4. Hasil penelitian diperoleh responden yang berjenis kelamin perempuan 37 (59,7%) lebih besar daripada laki-laki 25 (40,3%).Tingkat pendidikan responden di RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak terdiri dari D III keperawatan 32 (51,6%), S1 keperawatan 21 (33,9%) dan Ners 9 (14,5%). Untuk status responden yang sudah menikah 39 (62,9%) lebih besar dari pada yang tidak menikah 23 (37,1%). Dapat dilihat pada tabel 2, sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden MenurutJenis Kelamin, Pendidikan Dan Status Pernikahan Di Ruang Bangsal Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak Karakteristik Frekuensi (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan D III Keperawatan S1 Keperawatan Ners Status Pernikahan Menikah Tidak Menikah 25 (40,3%) 37 (59,7%) 32 (51,6%) 21 (33,9%) 9 (14,5%) 39 (62,9%) 23 (37,1%) Menurut manajemen keperawatan tidak ada batas ideal perbandingan antara perawat laki-laki dan perempuan. Namun, dalam manajemen keperawatan mengenai pengaturan jadwal dinas, dianjurkan dalam satu shift ada perawat wanita dan laki-laki, 250

64 sehingga apabila melakukan tindakan kepada pasien yang bersifat privacy bisa dilakukan oleh perawat yang sama jenis kelaminnya, misalnya saja tindakan pemasangan douwer catheter (selang pengeluaran air seni) 5. Tenaga keperawatan lulusan dari pendidikan keperawatan menyebar di semua bagian rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. Untuk tingkat pendidikan terutama perawat, idealnya adalah mempunyai primary nurse lulusan S1 Keperawatan, minimal 2 orang tiap ruang rawat inap. Karena posisi sebagai kepala ruang dan ketua tim sebaiknya dipegang oleh ners 6. Status perkawinan secara konsisten menunjukan bahwa karyawan yang menikah lebih puas dengan pekerjaan dibandingkan dengan rekan sekerjanya yang tidak menikah. Tampaknya perkawinan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat perawat pelaksana yang kurang puas dalam kerja (51,6%) dengan kategori kurang puas dan (48,4%) dengan kategori puas.kepuasan kerja dirasakan kurang baik dalam halmasih ingin menambah pengetahuan dan pengalaman kerja, reward yang mereka terima belum sesuai dengan hasil pekerjaannya dan imbalan yang mereka terima belum cukup proporsional. Kualitas kepemimpinan di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak sebanyak (58,1%) dengan kategori kurang baik dan (41,9%) dengan kategori baik. Kualitas kepemimpinan dirasakan kurang baik dalam hal transparasi dan kurangnya sosialisasi terhadap tujuan dan kebijakan yang dirumuskan oleh manajemen. Kualitas keperawatan di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Demak sebanyak (53,2%) dengan kategori kurang baik dan (46,8%) dengan kategori baik. Kualitas keperawatan dirasakan kurang baik dalam hal pembagian tugas yang dirasakan perawat masih kurang tegas. Otonomi di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Demak sebanyak (56,5%) dengan kategori kurang baik dan (43,5%) dengan kategori baik.otonomi dirasakan kurang baik dalam hal prosedur asuhan keperawatan masih belum dilaksanakan secara maksimal. Hubungan interdisiplin di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Demak sebanyak (53,2%) dengan kategori kurang baik dan (46,8%) dengan kategori baik. Hubungan interdisiplin kurang baik dalam hal hubungan antara rekan kerja perawat umumnya masih dirasa kurang baik, hubungan sosial antar perawat dan petugas lainnya kurang baik dan tidak saling mendukung. Pengembangan profesional di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Demak sebanyak (54,8%) dengan kategori kurang baik dan (45,2%) dengan kategori baik. Pengembangan profesional dirasakan kurang baik dalam hal peningkatan jenjang karier dan promosi perawat umumnya dikatakan masih kurang dan tidak jelas bagi perawat dan kesempatan mendapat pendidikan dan pelatihan juga dirasakan masih kurang dan tidak terencana dengan baik. Berdasarkan hasil uji bivariat didapatkan ada hubungan kualitas kepemimpinan, kualitas keperawatan, otonomi, hubungan interdisiplin dan pengembangan profesional dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. Dapat dilihat pada tabel 3, sebagai berikut : 251

65 Tabel 3 Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Bangsal Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak No Variabel Kepuasan Kerja Kurang Puas Puas P value Keterangan ƒ % ƒ % Kualitas Kepemimpinan 1 Kurang Baik 24 66, ,3 2 Baik 8 30, ,2 0,011 Ada Hubungan Kualitas Keperawatan 1 Kurang Baik 24 72,7 9 27,3 2 Baik 8 27, ,4 0,001 Ada Hubungan Otonomi 1 Kurang Baik 25 71, ,6 0,001 2 Baik 7 25, ,1 Ada Hubungan Hubungan Interdisiplin 1 Kurang Baik 24 72,7 9 27,3 2 Baik 8 27, ,4 0,001 Ada Hubungan Pengembangan Profesional 1 Kurang Baik 24 70, ,4 0,001 Ada Hubungan 2 Baik 8 28, ,4 Ada hubungan yang bermakna antara kualitas kepemimpinan dengan kepuasan kerja perawat. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Huber (2006) yang membuktikan bahwa melalui kepemimpinan merupakan elemen dasar dalam praktek keperawatan karena sebagian besar praktek keperawatan berada di kerja kelompok 8. Kualitas kepemimpinan merupakan isue yang sangat penting karena mampu mempengaruhi integrasi pelayanan keperawatan pada berbagai tatanan pelayanan keperawatan dan menjamin kualitas praktek keperawatan yang diberikan kepada pasien. Kualitas kepemimpinan keperawatan dalam magnet hospital ditandai oleh kepemimpinan transformasional, memiliki visi, misi, dan nilai-nilai keperawatan yang kuat, mengembangkan rencana strategis, menyusun strategis prioritas, memiliki kepemimpinan yang efektif sehingga mampu mempengaruhi pimpinan yang lain dan melibatkan seluruh perawat 9. Ada hubungan yang bermakna antara kualitas keperawatan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian Aiken (1994) membuktikan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh para pelaksana keperawatan adalah pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan klien 3. Selain itu, para manajer perawat seyogyanya menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan atau keperawatan sebagai upaya untuk mewujudkan praktik keperawatan yang berdasarkan pengetahuan dan fakta (knowledge/evidence based nursing practice) 10. Ada hubungan yang bermakna antara otonomi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian Gillies (1996) membuktikanmempersepsikan memiliki otonomi dalam menentukan rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan sesuai standar operasional prosedur, otonomi dan melakukan tindakan keperawatan sesuai kompetensi. Temuan tentang otonomi tersebut ternyata berdampak positif pada kepuasan kerja perawat seperti kepuasan kebebasan melaksanakan tindakan darurat, kepuasan wewenang mnentukan tindakan keperawatan 11. Ada hubungan yang bermakna antara hubungan interdisiplin dengan 252

66 kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian Cortese (2007) membuktikan hubungan interdisiplin yang baik yang diterima oleh perawat meningkatkan kepuasan kerja perawat dan dapat diterapkan pada tingkat individu maupun rumah sakit 4. Sebaiknya, hubungan interdisiplin yang meningkatkan konflik akan menurunkan kepuasan kerja perawat. Hubungan dengan dokter merupakan salah satu penyebab ketidak puasan kerja perawat. Interaksi profesional, baik formal maupun informal selama jam kerja merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja 12. Ada hubungan yang bermakna antara pengembangan profesional dengan kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian ANCC (2008) membuktikan suatu organisasi telah memberi kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan karier melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, rotasi serta peluang untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maka perawat akan memiliki harapan yang lebih tinggi akan karier mereka sehingga mereka bekerja optimal dan kepuasan kerja akan tercapai 6. Sebaliknya apabila hal tersebut tidak terjadi maka perawat akan merasa tidak puas dalam bekerja dan dalam bekerja hanya melaksanakan perintah atasan. Rumah sakit harus serius dalam mengembangkan program pembelajaran seumur hidup, pengembangan peran dan peningkatan karier keperawatan 13. Hasil analisis multivariat variabel pengembangan profesional merupakan variabel yang paling berhubungan dengan kepuasan kerja, dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 Analisis Regresi Multivariat Lingkungan Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Bangsal Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak Variabel Sig. Exp(B) Kualitas Keperawatan 0,022 5,768 Otonomi 0,020 6,023 Pengembangan Profesional 0,002 12,082 Tabel 3 menunjukkan analisis variabel persepsi kualitas keperawatan menunjukkan nilai Exp (B) =5,768 dan p=0,022 (p<α 0,05). Variabelpersepsi otonomi nilai Exp (B) =6,023 dan p=0,020 (p<α 0,05). Variabelpersepsi pengembangan profesional nilai Exp (B) =12,082 dan p=0,002 (p<α 0,05). SIMPULAN Ada hubungankualitas kepemimpinan (p = 0,011), kualitas keperawatan (p = 0,001), otonomi (p = 0,001), hubungan interdisiplin (p = 0,001) dan pengembangan profesional (p =0,001) dengan variabel terikat yaitu kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak. DAFTAR PUSTAKA Huber, Leadership And Nursing Care Management, Third Edition, Philadelphia. Aiken, L.H, Smith, H.L& Lake,E.T.Lower Medicare Mortality Among A Set Of Hospitals Known For Good Nursing Care. Medical Care, 32 (8), Gillies, D.A 1996,. Nursing Management A System Approach 3ed. Phyladelphia: WB Saunders Company. Cortese, C.G, Job Satisfaction of Italian Nurses: An Explanatory Study, Journal of Nursing Management 15, American Nurses Credentialing Center (ANCC), 2008.Aplication Manual Magnet Recognition Program: Georgia. 253

67 Kramer & Schmalenberg. Staff Nurses Identify Essentials Of Magnetism, 2001.In M.L. McClure & A.S Hinshaw (Eds), magnet hospitals revisited: Attraction and retention of proffesional nurses (pp.25-59). WHO, Nursing And Midwefery Work Force Management, Analysis Of Country Assement, New Delhi: WHO Regional Office for South East Asia. Subanegara, Penerapan Remunerasi dan Merit Sistem di Rumah Sakit. Prosiding seminar remunerasi dan merit sistem rumah sakit. Veccio, Organizational Behaviour (3ed edition). Orlando: Harcout Brace & Company. Chen YM, Nurses Work Environment And Statisfaction. American Journal of Nursing. Giwangkara, Employee Statisfaction.Journal of Nursing Management, 19, Bauman, A, Positive Practice Environment;Quality Workplace, Quality Patient Care, International Council of Nurse. American Journal of Nursing. Kramer & Schmalenberg, 2001.Staff Nurses Identify Essentials Of Magnetism. In M.L. McClure & A.S Hinshaw (Eds), magnet hospitals revisited: Attraction and retention of proffesional nurses (pp.25-59). 254

68 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO DI KALANGAN REMAJA SMA NEGERI 1 KOTA JAMBI TAHUN 2015 FACTORS ASSOCIATED WITH RISK SEXUAL BEHAVIOR AMONG ADOLESCENTS IN JAMBI SENIOR HIGH SCHOOL STATE 1 IN 2015 Devi Arista 1 1 STIKes Prima Program Studi DIV Kebidanan riesta_v@yahoo.com ABSTRAK Remaja merupakan jumlah populasi terbesar yaitu 18% dari jumlah penduduk dunia. Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks salah satunya adalah meningkatnya perilaku seksual berisiko dikalangan remaja (62,7%) remaja SMP-SMA sudah tidak perawan. Akibat perilaku seksual berisiko pada kalangan remaja Kota Jambi dalam rentang tahun ( ) sebanyak 164 remaja perempuan (berstatus pelajar) diketahui hamil di luar nikah. Jenis penelitian ini survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Mei 2015 dan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kota Jambi dengan sampel sebanyak 111 responden diambil secara simple random sampling, dengan jumlah sampel perkelas diambil secara proposional. Pengumpulan data menggunakan angket. Data dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil dari penelitian ini terdapat sebanyak 59 (53,15%) siswa/i berperilaku seksual berisiko bahkan masing-masing 1 siswa diantaranya melakukan oral seks dan melakukan hubungan seksual. Variabel paparan media informasi dominan mempengaruhi perilaku seksual berisiko dengan nilai OR 3,415 setelah dikontrol variabel sikap, teman sebaya, orang tua dan pengetahuan. Variabel sikap, pengawasan orang tua, pengaruh teman sebaya dan pengetahuan adalah konfonding untuk hubungann paparan media informasi dengan perilaku berisiko. Dari penelitian ini diharapkan agar sekolah dapat mengadakan kembali program-program yang mendukung peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dikalangan siswa/i serta memberikan bimbingan mengenai masalah-masalah pada masa remaja. Hal ini dapat bekerja sama dengan BKKBN serta Dinas Pendidikan untuk mengadakan program KRR dan diskusi antar sekolah dengan pendekatan peer group. Kata Kunci: perlaku seksual, pengetahuan, sikap, teman sebaya, orang tua, religiusitas, media informasi. ABSTRACT Teenagers are the largest number of population that is 18% of the total world population. Adolescent problems today are very complex one of which is the increased sexual risk behaviors among adolescents (62.7%) adolescents junior-high school was not a virgin. Due to risky sexual behavior among adolescents in the city of Jambi in years ( ) as many as 164 young students were women known to be pregnant out of wedlock. The purpose of this research is to improve the programs that are useful to increase knowledge about reproductive health among adolescents and to anticipate risky sexual behavior among adolescents. This type of research is analytic survey with cross sectional approach. Large sample 111 respondents was taken by proportional random sampling. Data collection using the questionnaire. Data were analyzed using univariate, bivariate with chi square test and multivariate multiple logistic regression. Results of this study are as much (53.15%) students risky sexual behavior even one student each of them to perform oral sex and sexual intercourse. Dominant information media exposure variables influence sexual risk behavior with OR after the controlled variable attitude, peers, parents, and knowledge. Variable attitude, parental supervision, peer influence and knowledge is confounding for relations with the information media exposure risk behavior. From this study, it is expected that the school can hold back the programs that support increased knowledge about reproductive health among studens and provide guidance on issues in adolescence. It can work together with the BKKBN and the Department of Education to conduct KRR program and discussions between schools with the approach peer group. Keywords : sexualbehavior, knowledge, attitudes, peers, parents, religiosity, media information. 255

69 PENDAHULUAN Data demografi menunjukkan jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization tahun 2009 jumlah remaja berusia tahun sebesar 18 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 1,2 miliar penduduk.penduduk kelompok umur tahun perlu mendapat perhatian serius mengingat mereka masih termasuk dalam usia sekolah dan memasuki umur reproduksi. Apabila tidak dipersiapkan dengan baik maka remaja sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual pranikah, Napza dan HIV/AIDS 1. Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks, hal tersebut didukung dengan perilaku seks pranikah di kalangan remaja semakin meningkat. Hasil kajian terbaru oleh Komnas Perlindungan Anak Indonesia menunjukkan hasil bahwa dari 12 kota besar di Indonesia 97 persen menyatakan pernah menonton film porno, sebanyak 93,7 persen menyatakan pernah melakukan ciuman, oral seks atau petting dan 62,7 persen remaja SMP-SMA sudah tidak perawan/perjaka 17. Kurang pengetahuan serta pemahaman tentang sistem reproduksi menyebabkan perbuatan coba-coba yang dapat menyebabkan remaja terancam risiko terkena PMS, HIV/AIDS dan risiko kehamilan yang tidak direncakanan sehingga mengarah ketindakan aborsi yang dapat mengakibatkan kematian 9. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Synovate Research pada September 2004 tentang perilaku seksual remaja di empat kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan pada remaja usia tahun menunjukan bahwa 44% responden mengaku pernah mempunyai pengalaman seks diusia tahun dan 16% mengaku pengalaman seks itu sudah dilakukan pada usia tahun. Selain itu, rumah menjadi tempat favorit (40%) untuk melakukan hubungan seks, sisanya 26% di tempat kos, 26%, di hotel dan 8% lain lain 7. Hasil penelitian tersebut cukup memberikan gambaran perilaku seks bebas dikalangan remaja saat ini. Seks bebas telah merusak mental para remaja. Selain itu, seks bebas juga menimbulkan dampak kesehatan yang cukup berat seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual dan berisiko besar tertular penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aquired Imuno Deficiency Syndrom (AIDS) 18. Akibat perilaku seksual berisiko pada kalangan remaja dalam rentang waktu ( ) di Kota Jambi berdasarkan data yang didapatkan dari Yayasan Sentra Informasi dan Komunikasi orang Kito (SIKOK) sebanyak 164 remaja (berstatus pelajar) diketahui hamil di luar nikah 16. Secara umum, masalah remaja di Indonesia pada intinya hampir sama yaitu minimnya pengetahuan tentang seksualitas yaitu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, dikarenakan belum adanya kurikulum Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di sekolah. Derasnya arus globalisasi di Indonesia saat ini, memudahkan remaja untuk mengakses berbagai data baik via media maupun internet tanpa melihat dampak baik maupun buruk terhadap dirinya demi memenuhi keingintahuan tersebut, sehingga dengan mudahnya mengakses informasi yang merangsang seksual ini, maka akan membuka peluang yang lebih besar terhadap terjadinya perilaku seksual berisiko dikalangan remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang paparan media lingkungan terhadap seksualitas remaja,menyatakan bahwa remaja yang terpapar media informasi lebih besar untuk melakukan kegiatan seksual 13. Hal ini dikarenakan media berperan penting sebagai sumber sosialisasi seksual bagi remaja. Keadaan lain yang mendukung terjadinya perilaku seksual dikalangan remaja adalah pola asuhan dari orang tua yang kurang memahami tentang pentingnya informasi yang seharusnya telah ditanamkan sejak balita misalnya tentang sex education, sehingga saat anak menginjak usia remaja mencari informasi sendiri mengenai kehidupan seksual itu 1. Hal ini didukung pula bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah hubungan orang tua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media 256

70 pornografi memiliki pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual remaja 20. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Jambi dengan jumlah responden sebanyak 10 responden yang terdiri dari 7 responden siswa dan 3 responden siswi, didapatkan hasil bahwa 5 responden siswa dan 2 responden siswi sudah pernah melakukan ciuman pipi, berpelukan, berciuman bibir, saling meraba alat kelamin diluar pakaian karena menganggap hal tersebut adalah hal biasa yang dilakukan oleh remaja kepada pacarnya. Selain itu, didukung pula dengan pengakuan guru BK yang mengatakan bahwa pada waktu 3 tahun yang lalu ada 1 orang siswi mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan dikeluarkan dari sekolah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Mei Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas X dan XI SMA Negeri 1 Kota Jambi Tahun 2015 sebanyak 619 siswa/i. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling sebanyak 111 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap terhadap seksualitas, pengawasan orang tua, pengaruh teman sebaya, religiusitas, pengaruh media informasi, sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah perilaku seksual berisiko.jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan langsung dari responden dengan menggunakan angket dengan pernyataan tertutup. Pengolahan data dilakukan dengan scoring, coding, editing, entry dan clening. Data dianalisis menggunakan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariate menggunakan uji regresi logistik ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Hasil dan Pembahasan Analisis Univariat Gambar 1 Distribusi Responden Menurut Perilaku Seksual Berisiko Dikalangan Remaja SMA Negeri 1 Kota Jambi Tahun 2015 Berdasarkan hasil analisis untuk variabel dependen yaitu perilaku seksual berisiko didapatkan sebanyak 59 (53,15%) responden berperilaku seksual berisiko yaitu terdiri dari 31 (63,3%) responden alki-laki dan 28 (45,2%) responden perempuan. Hasil penelitian dari masing-masing pernyataan perilaku seksual didapatkan bahwa sebanyak 43 (38,7%) responden pernah berpegangan tangan, 9 (8,1%) responden pernah berciuman pipi, 10 (9,0%) responden pernah berpelukan, 10 (9,0%) responden pernah berciuman bibir, 15 (13,5%) responden pernah berciuman leher, 15 (13,5%) responden pernah saling meraba buah dada dan atau memegang alat kelamin, 7 (6,3%) pernah melakukan petting, 1 (0,9%) siswa pernah melakukan seks oral dan sebanyak 1 (0,9%) siswa pernah melakukan hubungan seksual. 257

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 Irmayanti STIKes Prima Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondesi penulis: irmayanti.harahap@stikesprima-jambi.ac.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2015 1 Sondang, 2 Dame 1 STIKes Prima Jambi 2 Dinas

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015 Erris Poltekes Kesehatan Lingkungan Korespondensi Penulis : nazra_ugm@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KELUARAHAN SEI. PUTRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI RELATIONSHIP AWARENESS BREASTFEEDING MOM ABOUT

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI USIA 0-6 BULAN PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN SEMARANG Disusun Oleh :

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Sariyanti 201410104095 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 http://jurnal.fk.unand.ac.id 635 Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 Selvi Indriani Nasution 1, Nur Indrawati Liputo 2, Mahdawaty

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016 RELATION BETWEEN MOTIVASION AND FAMILY S SUPPORT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG. 50 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 013 Hubungan Pengetahuan Ibu Els Ivi Kulas HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh : MEIRINA MEGA MASTUTI 040112a028 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PALEBON KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG CORRELATION STATUS TO WORK IN EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN WARD PALEBON CITY DISTRICT PEDURUNGAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Izasah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG Nina Susanti * ) Wagiyo ** ), Elisa *** ) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang diperoleh dari ASI Eksklusif dan

Lebih terperinci

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO Relationship Nursing Mothers Work With Exclusive Breastfeeding In Public Health Mojolaban Sukoharjo Nuri

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Enderia Sari Prodi D III KebidananSTIKesMuhammadiyah Palembang Email : Enderia_sari@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Factors That Cause Colostrum Giving Women In The Postpartum Camar I Arifin Achmad Province Riau *Dosen STIKes Hangtuah Pekanbaru,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA 38 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No., Agustus 06 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA Lisa Novita Sari, Eva

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: SY.A isyatun Abidah Al-Idrus 20151010273 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG Dewi Susanti, Yefrida Rustam (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT The aim of research

Lebih terperinci

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS RIMBO KEDUI KABUPATEN SELUMA Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA -6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG RELATED FACTORS OF MOTHER S FAILURE IN EXCLUSIVE BREASTFEEDING

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERTAMA KALI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBOKEN Giovanny V. Wereh*, Shirley E.S Kawengian**,

Lebih terperinci

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI

Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi Utami 3 INTISARI HUBUNGAN DUKUNGAN BIDAN DENGAN KEBERLANJUTAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BULAN PERTAMA PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA 1 Selvina Ismalia Assegaf 2, Fitria Siswi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Glorio F. Kawulur*, Franckie R. R. Maramis*, Ardiansa A. T. Tucunan*

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN DAN MP- DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) Atikah*, R. Djoko Nugroho**,Siti Fatimah P** * ) Mahasiswa Peminatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN Oleh MAHARDIKA CAHYANINGRUM NIM: 030113a050 PROGRAM

Lebih terperinci

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

Muhammadiyah Semarang   ABSTRAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG PERAN SERTA TENAGA KESEHATAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA IBU BALITA USIA 0 5 TAHUN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG THE CORRELATION BETWEEN MOTHER S PERCEPTIONS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Dame Situngkir¹, Gustien²* ¹Dinas Kesehatan Kota

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK DI SD ST.THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2013 Rindika Christiani Siregar 1, Eddy Syahrial 2, Alam Bakti Keloko 2 1 Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012 UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012 I GEDE DODY WIRADHARMA 0720025027 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANGTUA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANGTUA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANGTUA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Oleh: ANITA PUTRI FATMAWATI J210.090.125 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BEKERJA TENTANG ASI PERAH TERHADAP PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS SIMPANG BARU Wiwi Sartika Program Studi D III Kebidanan Universitas Abdurrab wiwi.sartika@univrab.ac.id ABSTRAK ASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015 1 *Resli 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi *Korespodensi penulis : resli.siregar@akperprima-jambi.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dewasa ini, terbukti membawa dampak negatif dalam hal kesehatan. Orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nur Khatim AH Tiaki 201510104338 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22 HUBUNGAN PENIMBANGAN BALITA BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) TERHADAP STATUS GIZI BADUTA BAWAH GARIS MERAH (BGM) (Relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR Esse Puji Pawenrusi 1) 1) Dosen STIK Makassar ABSTRACT Background: Based on data from health centers Tamamaung

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT TK. III. R. W. MONGISIDI MANADO TAHUN 2017 Rianty Rahalus*, Afnal Asrifuddin*, Wulan P.J Kaunang* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif HUBUNGAN PENGETAHUAN,SIKAP DAN DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENGKOL. Niamarsha Mokodompit*, Adisti A Rumayar*, Sulaemana Engkeng*.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MODOINDING KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN Susdita R. Mailangkay*, Ardiansa A.T.

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Disusun Oleh : Evrilia Bayu

Lebih terperinci

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinik termasuk heterogen diakibatkan karena hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Menurut

Lebih terperinci

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015 Eskalila Suryati

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN SIKAP TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI KARYA TULIS IMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heldayanti Sirenden R1116037 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA THE RELATIONSHIP OF MOTHER S KNOWLEDGE TOWARDS STIMULATION OF TALKING AND LANGUAGE TO TODDLER

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Motivasi Menyusui di RSUD Datu Sanggul Rantau Tahun 2012 Correlation Of Postpartum Mothers Knowledge And Attitudes About Breast

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rabiatunnisa 1610104257 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG Albrian Hizkia Lumentah, Nova H. Kapantouw, Dina V. Rombot *Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1336 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Okky Kezia Kainde*, Nancy S.H Malonda*, Paul A.T Kawatu*

Lebih terperinci

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2 Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Multipara pada Bayi Usia 6-12 Bulan (The Correlation Between Mother Factors and Early Initiation of Breastfeeding

Lebih terperinci

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri HUBUNGAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STATUS GIZI KURANG PADA BALITA UMUR 1-5 TAHUN (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri) Endah Retnani

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1 Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan penelitian Bidang Kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 3 Yesica Siallagan, Erna Mutiara, Yusniwarti Yusad Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR WASTE HANDLING CORRELATION WITH THE OCCURRENCE OF DIARRHEA ON TODDLER WORKING AREA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung HUBUNGAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADUAN RAJAWALI KECAMATAN MERAKSA AJI KABUPATEN TULANG BAWANG Reni Halimah Program Studi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

SIKAP IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL

SIKAP IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL SIKAP IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL Arifah Istiqomah, Ari Sulistyawati, Dianata Nikmah Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan

Lebih terperinci

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI KESMAS, Vol.7, No.2, September 2013, pp. 55 ~ 112 ISSN: 1978-0575 83 PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI Lina Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK EXCLUSIVE BREAST FEEDING BASED ON WORK STATUS OF MOTHER

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017 PENDAHULUAN Angka kematian bayi merupakan indikator

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Miratu Megasari ABSTRAK Penyakit Diabetes Mellitus dikenal sebagai penyakit kencing

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS DALAM DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2015 JURNAL SKRIPSI

Lebih terperinci

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK Pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016 Desi Ulandari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Palembang Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III (Motivation and Obedience of Antenatal Care (ANC) Visit of 3rd Trimester Pregnant Mother) Ratna Sari Hardiani *, Agustin

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta   ABSTRACT THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUTH PUBERTY WITH ADOLESCENTS ATTITUDE IN THE FACE OF PUBERTY IN ADOLESCENTS IN JUNIOR HIGH SCHOOL 3 DEPOK, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA Dwi Agustiana Sari, Wiwin Lismidiati

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI (Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura Timur Kabupaten Banjar Tahun 2017) Elsa Mahdalena

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif. HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, PEKERJAAN IBU, DUKUNGAN SUAMI DAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENGKOL KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Fiji Claudia Pandean*, Adisti

Lebih terperinci

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

Sri Janatri* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 6-12 Bulan Tentang ASI Eksklusif Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tipar Wilayah Kerja Puskesmas Tipar Kota Sukabumi Sri Janatri* janatrisri@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. Kelompok usia yang paling rentan yaitu usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA MASYARAKAT PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI KABUPATEN BANYUMAS RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ARTGA MILA ARDHITA 080201044 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Susmaneli, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Hilir I Kabupaten Rokan Hulu 2013

Susmaneli, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Hilir I Kabupaten Rokan Hulu 2013 1 Susmaneli, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Hilir

Lebih terperinci

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM Tuti Meihartati STIKES Darul Azhar Batulicin Email : riestie_fun@yahoo.co.id Abstract: The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 12-24 BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NANING MASRURI 0502R00317 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci