UTAMI TRIE WAHYUNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UTAMI TRIE WAHYUNI"

Transkripsi

1 UTAMI TRIE WAHYUNI SERI KAJIAN ILMIAH, Volume, Nomor, Januari 0 EFEK METODE PRIMING DALAM MENINGKATKAN INISIASI SPONTAN ANAK AUTIS TERHADAP TEMAN SEBAYA Yang Roswita, Utami Trie Wahyuni Fakultas Psikologi, Unika Soegijapranata ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efek dari metode priming dapat meningkatkan inisiasi spontan anak autis terhadap teman Subjek penelitian ini adalah seorang anak autis berusia 6 tahun dan belum memiliki inisiasi spontan terhadap teman sebaya. Anak autis jarang untuk mempunyai inisiasi sosial terhadap teman Metode priming adalah suatu metode intervensi yang berisi tuntutan yang rendah, sesi penguatan yang tinggi di dalam aktivitas di sekolah yang digunakan untuk meningkatkan inisiasi spontan anak autis terhadap teman sebayanya di sebuah lembaga prasekolah. Penelitian ini menggunakan model rancangan kasus tunggal dengan desain AB dimana A merupakan baseline dan B merupakan treatment dari metode Priming yang terdiri dari tahap yaitu Activity Sessions ( Aktivitas), Priming Sessions ( Priming), Whole Class Sessions and Reduce Priming Sessions. Setelah baseline, teman sebayanya dilatih untuk melakukan inisiasi sosial secara langsung kepada anak autis. Guru memberikan prompt untuk mendekatkan anak-anak ini dalam berinteraksi sosial ketika memang diperlukan dan diberikan reinforcement positif berupa reward sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima dimana metode priming dapat meningkatkan inisiasi spontan anak autis terhadap teman Kata kunci: Autis, metode priming, inisiasi spontan, prompting, reinforcement positif, teman sebaya PENDAHULUAN Autisme terjadi pada dari setiap kelahiran, dimana jumlah penderita laki-laki empat kali lebih besar dibandingkan penderita perempuan. Jumlah anak autis semakin meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Di Indonesia yang berpenduduk 00 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penyandang namun diperkirakan jumlah anak autis dapat mencapai 0-00 ribu orang (dalam Maulana, 007). Kata autis berasal dari kata auto yang berarti sendiri, yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autisme infantile (early infantile autism) baru diperkenalkan sejak tahun 9 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Kanner beranggapan bahwa penyandang autisme tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seakan-akan berada dalam dunianya sendiri (Handojo, 00). Anak autis yang bersekolah tentunya akan mempunyai interaksi yang sulit dengan guru maupun teman-teman di sekolah karena anak autis memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi dan interaksi sosial. Dalam Buku Makalah (Seminar Autism Update, 006) anak autis biasanya memiliki ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain, dan bersikap acuh terhadap orang lain yang mencoba berkomunikasi dengannya, kurang responsif, menghindari kontak mata, interaksi sosial dan kurang dapat memahami aturan-aturan dalam berinteraksi sosial. Ciri-ciri interaksi sosial pada anak autis dalam Peeters (00) yaitu : [Type your address] [Type your phone number] [Type your address]

2 Menjauhkan diri secara sosial, antara lain: menyendiri dan tidak peduli dalam sebagian besar situasi. Interaksi pasif, antara lain: terbatasnya pendekatan sosial secara spontan; kepasifan mungkin mendorong terjadinya interaksi dari anakanak lain; Interaksi aktif tapi aneh, antara lain: kelihatan adanya pendekatan sosial secara spontan (paling sering dengan orang dewasa dan kurang dengan anak-anak lain); interaksi mungkin melibatkan keasyikan yang bersifat repetitif dan idiosinkratik/aneh (tak henti-hentinya bertanya dan rutinitas verbal). Penelitian yang dilakukan oleh Shafer, dkk (98) menunjukkan bahwa teman sebaya dapat meningkatkan perilaku sosial yang positif bagi anak autis dan selama proses bermain dengan teman sebaya ini maka anak autis belajar untuk meniru (modeling) berbagai macam interaksi sosial yang dilakukan oleh teman sebaya. Menurut Shafer, dkk (98), inisiasi adalah setiap respon perilaku apapun yang dilakukan di dalam proses interaksi sosial terhadap anak-anak lainnya. Carney dalam Cartledge & Milburn (99). Hauck memberikan definisi inisiasi sosial sebagai berikut: Inisiasi positif yang meliputi memberikan afeksi (inisiasi secara fisik atau ekspresi secara verbal); memberikan informasi (tentang sesuatu yang orang lain tidak tahu); menyapa (berbicara ataupun gerak-gerik tubuh); bermain inisiasi dengan orang lain; memberi perhatian terhadap orang lain, benda ataupun suatu aktivitas; mencari informasi dari orang lain secara verbal atau non-verbal. Inisiasi negatif yang meliputi sikap agresi (agresi secara fisik atau merusak barang orang lain); provokator (mengucapkan kata-kata atau gerak-gerik tubuh yang negatif, menyerobot mainan atau tempat duduk temannya). Inisiasi level rendah yang meliputi imitasi (anak menirukan perilaku anak lain); ekolali; melihat muka, badan atau perilaku anak lain; anak berpindah lebih dekat dengan anak lain; anak berkontak mata dengan anak lain; interaksi ritual dimana anak melakukan inisiasi yang khusus pada anak lain. Inisiasi mencari perhatian yang meliputi verbal dan nonverbal. Menghindar yaitu anak berpindah atau menjaga jarak dari anak yang lain (move out of proximity). Inisiasi sosial menurut Zanolli, dkk (996), meliputi inisiasi verbal dan inisiasi non-verbal. Inisiasi verbal antara lain menyapa temannya, memperkenalkan diri kepada orang lain, menyebutkan nama salah satu temannya, menawarkan sesuatu kepada orang lain, mengatakan secara spontan keinginannya, sedangkan inisiasi non-verbalnya antara lain tersenyum dan tertawa dengan sudut mulut yang naik keatas, melihat wajah temannya selama kurang lebih detik, menyentuh salah satu anggota tubuh temannya dan juga termasuk memukul ataupun mencubit temannya. Priming dalam bahasa inggris berarti dasar atau insight untuk memulai sesuatu atau yang mendasari atau diawal sekali (Echols & Shadily, 00, h.7). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zanolli, dkk (996, h.06), metode Priming merupakan suatu metode intervensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan inisiasi spontan anak autis prasekolah terhadap teman-teman sebayanya dalam pendidikan di kelas regular. Priming meliputi tiga aspek yaitu : () Dilaksanakan lebih dahulu dan menggunakan materi yang sama seperti yang digunakan didalam aktivitas nyata yang ada. Artinya, priming adalah usaha mempersiapkan diri anak sebelum

3 melaksanakan aktivitas nyata yang ada. () Tidak terlalu menuntut anak untuk melakukan hal-hal tertentu, karena priming terdiri dari tugas-tugas yang mudah sekali dilaksanakan oleh anak. () Penuh dengan sumber-sumber yang memiliki potensi atau kemungkinan tinggi untuk terus memperkuat perilaku-perilaku positif yang sudah berhasil dilakukan anak (Zanolli & Daggett, 998). Dalam penelitian yang telah dilakukan Zanolli, dkk (996), tahapan priming dilakukan menjelang anak autisme menjalani suatu aktivitas permainan anakanak. Dalam hal ini, tugas anak autisme adalah mengarahkan perilaku sosialnya sendiri kepada seorang teman sebaya yang terlebih dahulu telah diberitahu dan dilatih tentang cara merespon perilaku anak autisme tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah efek dari metode priming dapat meningkatkan inisiasi spontan anak autis terhadap teman HIPOTESIS Metode Priming meningkatkan inisiasi spontan anak autis terhadap teman METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan subjek tunggal (Single subject design). Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak yang sudah mendapatkan diagnosa autis berusia 6 tahun dan belum memiliki inisiasi spontan untuk berinteraksi terhadap teman-teman Penelitian dilakukan di sebuah lembaga prasekolah dan didalam satu kelas berisi anak-anak yang berusia -6 tahun dimana salah satu anak autis dan selebihnya adalah anak-anak yang merupakan anak-anak normal prasekolah. Peneliti juga memberikan Informed Consent untuk ditandatangani orangtua subjek. Teman sebaya Teman sebaya merupakan anak-anak normal di prasekolah yang sesuai dengan kriteria-kriteria yaitu: teman sebaya bersedia mendekati subjek secara suka rela tanpa desakan atau perintah dari guru atau pengamat; secara verbal telah mengemukakan rasa tertarik pada subjek; teman sebaya terlihat sering bermain-main dengan subjek; memiliki kemampuan sosial yang baik (penilaian guru kelas). Dari anak yang ada di kelas subjek maka dipilih tiga orang teman sebaya (berinisial S, L dan V) yang akan mendampingi subjek di tahap treatment I dan tahap treatment II. Lalu pada ketiga teman sebaya diberikan pelatihan. Pemberi Perlakuan dan Pengamat Pemberi perlakuan adalah guru kelas subjek dimana di kelas subjek ada dua orang guru yang mendampingi. Pemberi perlakuan diberikan pelatihan tentang metode priming yang akan dilakukan di dalam kelas. Didalam penelitian ini, pengamat adalah sarjana psikologi yang pernah menangani anak autis. Tugas pengamat adalah melihat rekaman video selama penelitian dan mengamati perilaku yang dilakukan subjek lalu mengisi lembar Anecdotal Records. Prosedur Pengukuran 6

4 Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Anecdotal Records. Pada Anecdotal Records disediakan kolom keterangan untuk setiap tingkah laku yang dilakukan subyek serta kolom untuk penulisan apakah perilaku diberi prompt (dibantu) oleh guru atau unprompt (perilaku inisiasi spontan). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data perilaku inisiasi spontan yang berupa perilaku nonverbal dan perilaku verbal. Perilaku nonverbal meliputi tersenyum (subjek tersenyum dan tertawa dengan sudut mulut yang naik keatas), melihat wajah teman sebaya (subjek melihat wajah teman sebaya selama detik atau sampai teman sebaya merespon kembali), dan menyentuh teman sebaya termasuk memukul, mencubit serta perilaku non verbal lainnya. Perilaku verbal meliputi perkataan tunjukkan gambarmu ; lihat saya ; lihat kepunyaan saya ; berikan kepada saya dan menyebutkan salah satu nama teman sebaya serta perilaku verbal lainnya (perkataan apa saja yang dikatakan ketika melihat muka teman sebaya atau objek yang dipegang teman sebaya). Setiap perilaku diatas ini akan diberikan satu tanda ( ) di kolom yang sudah disediakan di lembar Anecdotal Records. Jadi skor berarti mendapatkan satu tanda ( ) untuk inisiasi spontan dan skor 0 berarti tidak ada terjadi inisiasi spontan yang terjadi. Pengukuran dilihat dari banyak sedikitnya skor unprompt (inisiasi spontan) yang dikumpulkan setiap tahapnya. Penilaian persetujuan (agreement) diberikan apabila kategori perilaku ditandai ( ) oleh ketiga pengamat maupun dua pengamat. Disagreement diberikan bila hanya satu pengamat yang memberikan tanda ( ) pada lembar pengukuran. Reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan cara = agreement / (agreements + disagreements) x 00. Desain Eksperimen Penelitian ini menggunakan model single subject design yaitu suatu desain penelitian eksperimen untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan (intervensi) dengan subjek tunggal. Tahap A adalah pengamatan baseline terhadap target perilaku yang natural dilakukan subyek dalam penelitian. Tahap B adalah treatment yang akan diberikan kepada subjek dan perubahan perilaku yang terjadi akan dicatat (Barlow & Hersen, 976, h.). Treatment dari metode Priming yang digunakan terdiri dari tahap yaitu Activity Sessions ( Aktivitas), Priming Sessions ( Priming), Whole Class and Reduce Priming. Prosedur Penelitian Baseline Baseline adalah tahap dimana subjek tidak diberi perlakuan apapun juga. Subjek dan tiga teman sebaya berada di dalam kelas bersama dengan pemberi perlakuan (guru) dan pengambil gambar (handycam). Subjek dan teman sebaya diberikan kertas bergambar dan diminta untuk mewarnai gambarnya. Baseline ini dilakukan selama x pertemuan dan setiap pertemuan dibutuhkan waktu menit. Treatment I Treatment pertama adalah Activity Sessions ( Aktivitas), sesi ini teman sebaya diarahkan untuk berinisiasi terhadap subjek dan di setiap kesempatan guru memberikan reinforcement positif apabila teman sebaya dan subjek melakukan inisiasi. Treatment pertama ini 7

5 dilakukan selama x pertemuan dan setiap pertemuan dibutuhkan waktu menit. Treatment II Treatment kedua adalah Priming Sessions ( Priming), subjek bersama ketiga teman sebaya diberikan kertas bergambar untuk diwarnai dan guru melakukan prompt dengan membisikkan Behavior Definitions sebanyak 0x kepada subjek agar berinisiasi dengan teman sebaya. Guru juga memberikan reinforcement positif apabila teman sebaya dan subjek melakukan inisiasi. Treatment ini dilakukan selama x pertemuan, setiap pertemuan dibutuhkan waktu menit. Treatment III Treatment ketiga adalah whole class dimana merupakan gabungan sesi aktivitas dan sesi priming di sini subjek berada di dalam kelas bersama teman-teman sebaya yang berjumlah anak diberikan kertas bergambar untuk diwarnai. Di sesi ini, teman sebaya diarahkan untuk berinisiasi terhadap subjek dan di setiap kesempatan guru memberikan reinforcement positif apabila teman sebaya dan subjek melakukan inisiasi. Treatment ini dilakukan x pertemuan dan setiap pertemuan dibutuhkan menit. Treatment IV Treatment keempat adalah reduce priming dimana merupakan sesi yang sama dengan sesi priming namun guru membisikkan Behavior Definition kepada subjek diturunkan menjadi sebanyak x dan di setiap kesempatan guru memberikan reinforcement positif apabila teman sebaya dan subjek melakukan inisiasi. Subjek berada di dalam kelas bersama temanteman sebayanya diberikan kertas bergambar untuk diwarnai. Treatment keempat ini dilakukan selama x pertemuan dan setiap pertemuan dibutuhkan waktu menit. Analisis Data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif berdasarkan penghitungan hasil dari lembar Anecdotal Records selama treatment dilakukan dan dapat dilihat dari hasil gambar grafik subjek yang berupa peningkatan dari hasil baseline sampai hasil treatment. HASIL PENELITIAN Baseline Baseline dilaksanakan di sekolah subjek selama x pertemuan. Subjek tidak diberikan perlakuan atau treatment sama sekali dan bermain bebas bersama-sama teman sebaya. Subjek jarang sekali melakukan inisiasi spontan terhadap teman sebayanya bahkan pada sesi pertama dan sesi kedua subjek sama sekali tidak melakukan inisiasi spontan terhadap teman Treatment I Treatment pertama dilaksanakan x pertemuan dilakukan di dalam kelas subjek ditemani oleh tiga orang teman sebayanya dan seorang guru. Subjek duduk berdekatan dengan tiga teman sebaya sehingga sangat memungkinkan bagi subjek untuk melakukan inisiasi spontan dengan teman-teman sebaya. Treatment II Treatment kedua dilaksanakan x pertemuan dilakukan didalam kelas ditemani oleh tiga orang teman dan guru membisikkan 0x behavior definition. Treatment III Treatment ketiga dilaksanakan x pertemuan di dalam kelas subjek ditemani 8

6 oleh keempatbelas orang teman sebayanya dan seorang guru. Disini ada peningkatan perilaku inisiasi spontan yang dilakukan subjek dibandingkan sesi baseline. Treatment IV Treatment keempat dilaksanakan x pertemuan di dalam kelas subjek ditemani keempat belas teman sebayanya dan seorang guru yang membisikkan x behavior definition. Tabel 6. Hasil Perilaku Inisiasi Spontan pada Baseline, Activity, Priming, Whole Class, Reduce Priming Tahap Skor Baseline Activity Priming Whole Class Reduce Priming PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa metode priming berpengaruh untuk meningkatkan perilaku inisiasi spontan pada anak autis terhadap teman-teman Berdasarkan hasil tabel dan grafik secara keseluruhan dapat dilihat bahwa ada peningkatan dari baseline sampai ke sesi reduce priming. Namun pada sesi priming hasil perilaku inisiasi spontan mengalami penurunan dari sesi sebelumnya terutama pada pertemuan pertama dan kedua dimana inisiasi spontan tidak muncul sama sekali. Hal tersebut terjadi karena pada pertemuan pertama dan kedua, pemberi perlakuan (guru) belum paham dan terlatih untuk memberikan 0x behavior definition. Selain itu dari pengamatan, pemberi perlakuan (guru) belum bisa memahami kondisi subjek dan kapan harus memberikan behavior definition kepada subjek sehingga treatment sesi priming ini tidak terlihat efektivitasnya. Subjek juga terlihat teriak-teriak kepada guru karena disuruh untuk melakukan suatu perilaku tertentu ketika subjek asyik mewarnai tugas yang disukainya. Pada sesi activity, perilaku inisiasi spontan terlihat mulai lebih banyak muncul dibandingkan tahap baseline. Hal ini disebabkan karena prosedur dari metode priming dapat dilaksanakan dengan baik seperti teman-teman sebaya yang dapat memberikan prompt dengan tepat serta reinforcement positif yang sudah mulai diberikan oleh guru. Namun juga terlihat grafik naik turun, hal ini karena subjek masih terlihat lebih fokus mengerjakan tugasnya mewarnai yang disukainya dan tidak menghiraukan teman-temannya. Pada sesi whole class dan sesi reduce priming, subjek berada di dalam kelas dengan keseluruhan anak. Peningkatan 9

7 skor inisiasi spontan yang terjadi itu karena penambahan teman-teman sebaya yang banyak memancing inisiasi subjek. Guru juga memberikan reinforcement positif apabila subjek dan teman sebaya melakukan suatu inisiasi sosial. Naikturunnya perilaku subjek ini juga dipengaruhi oleh emosi subjek yang masih labil dimana subjek kurang suka diganggu ketika sedang mengerjakan tugas mewarnai yang disukainya. Pada sesi reduce priming juga dapat dilihat bahwa subjek mengalami naik-turun perilaku inisiasi spontan hal ini dapat terjadi karena guru membisikkan behavior definitions sebanyak x sehingga hanya ada sedikit waktu untuk subjek melakukan inisiasi spontan terhadap teman sebaya. Subjek juga sering merasa terganggu oleh guru karena harus melakukan suatu perilaku ketika subjek sedang asyik mewarnai gambarnya. Namun di sesi reduce priming ini mulai terlihat mengalami peningkatan daripada sesi priming, hal ini karena guru yang mulai terlatih untuk membisikkan behaviour definition kepada subjek dengan tepat. Keseluruhan proses diatas tidak lepas dari yang dinamakan proses modeling, dimana berarti seseorang membentuk dirinya serupa sosok orang lain. Menurut Bandura bahwa orang belajar dengan cara mengamati orang lain melakukan suatu tindakan belajar tanpa melakukan tindakan tersebut sendiri dan tanpa secara langsung mendapatkan reinforcement atau hukuman atas perilaku tersebut (Friedman&Schustack, 008). Dalam hal ini subjek menerima semua perilaku verbal maupun nonverbal dari teman-teman sebaya maupun guru tanpa mempertimbangkan apa akibat dari perilaku yang baru saja ditirukan subjek, Bandura dalam George, C.B. (00), menyebut hal ini sebagai observasional/modeling atau biasa disebut Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial). Metode priming ini secara efektif sangat mempengaruhi munculnya inisiasi spontan pada subjek, hal ini dapat terlihat pada saat kondisi subjek diisolasi dengan tiga teman sebaya maupun pada kondisi generalisasinya yaitu pada kondisi kelas yang sebenarnya. Hal ini memperlihatkan bahwa inisiasi spontan tidak akan terjadi tanpa menggunakan metode priming pada setiap tahap. Metode ini juga didukung oleh reinforcement positif dengan reward social. Peneliti sadar bahwa penelitian ini tentu saja tidak terlepas dari kelemahankelemahan. Kelemahan dalam penelitian ini terjadi karena penelitian ini menggunakan setting sekolah sehingga waktu penelitian harus disesuaikan dengan libur sekolah. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa ada peningkatan inisiasi spontan dari tahap baseline sampai tahap treatment. Pada setiap tahap treatment skor inisiasi spontan anak autis ini mengalami peningkatan dibandingkan saat baseline. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima, hal ini berarti bahwa ada pengaruh penerapan metode priming yang efektif dalam meningkatkan inisiasi spontan pada anak autis. Saran a. Bagi pihak sekolah Diharapkan dapat melanjutkan intervensi dengan menggunakan metode priming untuk meningkatkan 0

8 inisiasi spontan pada subjek agar perilaku inisiasi spontannya konsisten. b. Bagi terapis dan Psikolog Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh terapis maupun psikolog sebagai metode untuk membantu meningkatkan inisiasi spontan anak autis yang sesuai dengan karakteristik subjek dalam penelitian ini dalam berinteraksi dengan teman DAFTAR PUSTAKA Cartledge, G. & Milburn, J.F. 99. Teaching Social Skills to Children and Youth. USA: Allyn and Bacon. Echols, J. M. & Shadily, H. 00. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Friedman, H.S. & Schustack Psikologi Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, Edisi Ketiga, Jilid. Jakarta: Erlangga. George, C.B. 00. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Prismasophie. Handojo, Y. 00. Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Maulana, M Anak Autis: Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas dan Sehat. Yogyakarta: Katahati. Peeters, T. 00. Autisme. Jakarta: Dian Rakyat. Seminar Autism Update, Buku Makalah Hari Ketiga Jakarta: PROKIDS Shafer, M.S., Egel, A.L., & Neef, N.A. 98. Training Mildly Handicapped Peers To Facilitate Changes In The Social Interaction Skills Of Autistic Children. Journal of Applied Behavior Analysis. Virginia Commonwealth University and The University of Maryland, College Park (Vol. 7, No., Hal 6-76). Zanolli, K., Daggett, J. & Adams, T Teaching Preschool Age Autistic Children to Make Spontaneous Initiations to Peers Using Priming. Journal of Autism and Developmental Disorders. University of Kansas (Vol. 6, No., Hal. 07-). Zanolli, K. & Daggett, J The Effects of Reinforcement Rate on The Spontaneous Social Initiations of Socially Withdrawn Preschoolers. Journal of Applied Behavior Analysis. University of Kansas (Vol.,No., Hal. 7-).

9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi manusia selain sebagai makhluk individu adalah sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi tersebut, antara satu individu dengan individu lain

Lebih terperinci

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 72) metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TEKNIK SHAPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL NAMA-NAMA BINATANG BAGI ANAK AUTIS X KELAS DII/C DI SLB PERWARI PADANG

EFEKTIFITAS TEKNIK SHAPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL NAMA-NAMA BINATANG BAGI ANAK AUTIS X KELAS DII/C DI SLB PERWARI PADANG Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 560-571 EFEKTIFITAS TEKNIK SHAPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu menginginkan anaknya berkembang menjadi

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :141-151 EFEKTIVITAS METODE LATIHAN DALAM MEMBUAT KETERAMPILAN HIASAN DINDING

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu taraf sejauh mana isi atau item item alat ukur dianggap dapat mengukur hal hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian yaitu seorang anak autistik berusia tujuh tahun, lakilaki berinisial N. Subyek tersebut dipilih

Lebih terperinci

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari 06810249 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 TERAPI APPLIED BEHAVIOUR

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DENGAN METODE BERMAIN PERAN DI SLB ABSTRACT

INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DENGAN METODE BERMAIN PERAN DI SLB ABSTRACT INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DENGAN METODE BERMAIN PERAN DI SLB Nuri Vina Mawardah 091044249 dan Imma Kurrotun Ainin ABSTRACT Social interaction was social relation which correlated to interaction among

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH BERMAIN LOTTO TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS DI SDLB BHAKTI WIYATA SURABAYA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH BERMAIN LOTTO TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS DI SDLB BHAKTI WIYATA SURABAYA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH BERMAIN LOTTO TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS DI SDLB BHAKTI WIYATA SURABAYA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2) BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan kasus tunggal atau Single Subject Research (SSR). Metode penelitian eksperimen yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2016

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2016 Penggunaan Teknik Modeling Dalam Meningkatkan Keterampilan Interaksi Sosial Anak Tunarungu Di Slb B Cicendo Kota Bandung Devi Arisandi, Imas Diana Aprilia, Neni Meiyani Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 237.641.326 jiwa total penduduk Indonesia, 10% diantaranya yaitu sebesar + 22.960.000 berusia

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI Tan Amelia 1, M.J. Dewiyani Sunarto 2, Tony Soebijono 3 1 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Raya Kedung Baruk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PRETEND PLAY TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISTIK KELAS II SDLB DI SLB MA ARIF MUNTILAN

EFEKTIVITAS METODE PRETEND PLAY TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISTIK KELAS II SDLB DI SLB MA ARIF MUNTILAN Efektivitas Metode Pretend Play...(Nurvi P) 55 EFEKTIVITAS METODE PRETEND PLAY TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISTIK KELAS II SDLB DI SLB MA ARIF MUNTILAN THE EFFECTIVENESS OF PRETEND PLAY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

BAB III. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

BAB III. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. 29 BAB III A. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan perbendaharaan kosa kata dasar melalui media kartu gambar.

Lebih terperinci

THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNCTIONALCOMMUNICATION TRAINING ON PROBELEM BEHAVIOR FOR A 12 YEAR OLD MALE WITH AUTISM

THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNCTIONALCOMMUNICATION TRAINING ON PROBELEM BEHAVIOR FOR A 12 YEAR OLD MALE WITH AUTISM THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNCTIONALCOMMUNICATION TRAINING ON PROBELEM BEHAVIOR FOR A 12 YEAR OLD MALE WITH AUTISM Theresa SolisK.;Mark. Derby And T.F McLaughin Gonzaga university

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

MENGURANGI PERILAKU REPETITIF MENEPUK TANGAN SAAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC PADA ANAK AUTIS DI SLB TUNAS KASIH SURABAYA

MENGURANGI PERILAKU REPETITIF MENEPUK TANGAN SAAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC PADA ANAK AUTIS DI SLB TUNAS KASIH SURABAYA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS MENGURANGI PERILAKU REPETITIF MENEPUK TANGAN SAAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN TEKNIK TOKEN ECONOMIC PADA ANAK AUTIS DI SLB TUNAS KASIH SURABAYA Diajukan kepada Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel Variabel dapat diartikan sebagai atribut dalam penelitian berupa benda atau kejadian yang dapat diamati dan dapat di ukur

Lebih terperinci

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak

Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Penerapan Reinforcement Theory Pada Anak Beragam problem terkait dengan motivasi berprestasi siswa di sekolah seringkali dihadapi guru. Ada siswa yang senantiasa menyelesaikan pekerjaan, namun jarang mengerjakan

Lebih terperinci

THE EFFECTS OF THE USE OF SERIES CARD MEDIA ON TOILET TRAINING SKILL TOWARD AUTISM CHILDREN

THE EFFECTS OF THE USE OF SERIES CARD MEDIA ON TOILET TRAINING SKILL TOWARD AUTISM CHILDREN THE EFFECTS OF THE USE OF SERIES CARD MEDIA ON TOILET TRAINING SKILL TOWARD AUTISM CHILDREN (Pengaruh Penggunaan Media Kartu Gambar Berseri Terhadap Ketrampilan Toilet Training Anak Autis) Ida Nauli Nainggolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada perilaku mengabaikan tugas di kelas yang dilakukan oleh anak dengan ADHD. Perilaku mengabaikan tugas merupakan perilaku anak yang tidak bisa memberi

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC METODE MAMDANI UNTUK MEMBANTU DIAGNOSA DINI AUTISM SPECTRUM DISORDER

FUZZY LOGIC METODE MAMDANI UNTUK MEMBANTU DIAGNOSA DINI AUTISM SPECTRUM DISORDER FUZZY LOGIC METODE MAMDANI UNTUK MEMBANTU DIAGNOSA DINI AUTISM SPECTRUM DISORDER Fithriani Matondang, Ririen Kusumawati 2, Zainal Abidin 3 Jurusan Teknik Informatika, Sains dan Teknologi Universitas Islam

Lebih terperinci

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya Materi Penyuluhan Disajikan pada Penyuluhan Guru-guru SD Citepus 1-5 Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Dalam Program Pengabdian Masyarakat Dosen Jurusan PLB, FIP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam perkembangan, mulai dari perkembangan kognisi, emosi, maupun sosial. Secara umum, seorang individu

Lebih terperinci

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan LAMPIRAN 1. Informed Consent 152 153 154 LAMPIRAN 2. Modul Psikoedukasi 155 MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI Sesi 1 Tema Tujuan : ice breaking : Menjalin rapport

Lebih terperinci

PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS

PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS PROGRAM INTERVENSI DINI Discrete Trial Training (DTT) dari Lovaas (Metode Lovaas) ABA (Applied Behaviour Analysis) TEACCH (Treatment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu sesuai

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :123-131 EFEKTIVITAS TEKNIK Discrete Trial Training (DTT) UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya. 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa autisme yang terjadi pada anak dapat menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap kasus tunggal sehingga rancangan yang digunakan adalah desain Single Subject Research (Rancangan Penelitian Subjek Tunggal)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (single case experimental design) yang merupakan sebuah desain

BAB III METODE PENELITIAN. (single case experimental design) yang merupakan sebuah desain 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (single case experimental design) yang merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK Maman Abdurahman SR dan Dede Supriyanto Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Lebih terperinci

GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO ATNAN MUSYAROFA NIM

GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO ATNAN MUSYAROFA NIM GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO ATNAN MUSYAROFA NIM. 121202005 Subject: Gangguan interaksi, autis, anak autis Description: Anak autis termasuk salah satu

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes.*, Iwanina Syadzwina** Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes.*, Iwanina Syadzwina** Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI ABA (APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS) TERHADAP PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS USIA 6-12 TAHUN DI SLB PKK SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes.*,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single case experimental design). Menurut Kazdin (dalam Latipun,

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single case experimental design). Menurut Kazdin (dalam Latipun, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (single case experimental design). Menurut Kazdin (dalam Latipun, 2010: 85)

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Halaman : 149-159 Meningkatkan Ketahanan Duduk Anak Hiperaktif Melalui Media Mozaik Di Kelas II SLB Hikmah Miftahul Jannnah Padang

Lebih terperinci

DUKUNGAN VISUAL DENGANSEQUENCE CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KAOS BERKERAH PADA ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER

DUKUNGAN VISUAL DENGANSEQUENCE CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KAOS BERKERAH PADA ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER DUKUNGAN VISUAL DENGANSEQUENCE CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KAOS BERKERAH PADA ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Istilah autis sudah cukup populer di kalangan masyarakat, karena banyak media massa dan elektronik yang mencoba untuk mengupasnya secara mendalam. Autisme

Lebih terperinci

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri VISUAL SCHEDULE TERHADAP PENURUNAN BEHAVIOR PROBLEM SAAT AKTIVITAS MAKAN DAN BUANG AIR PADA ANAK AUTIS (Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding Activities and Defecation in

Lebih terperinci

Bihavioral Interventian For Young Children With Autism. Mengajarkan Keterampilan Baru Untuk Anak Yang Mengalami Autis

Bihavioral Interventian For Young Children With Autism. Mengajarkan Keterampilan Baru Untuk Anak Yang Mengalami Autis Bihavioral Interventian For Young Children With Autism Mengajarkan Keterampilan Baru Untuk Anak Yang Mengalami Autis Metode ABA Analisis Perilaku Terapan ( ABA ) menekankan teknologi instruksional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Nadiah Faradita Muthmainnah Abstrak:Penelitian ini berawal dari ditemukannya seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 758-769 EFEKTIFITAS TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM UPAYA MENGURANGI PRILAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Oleh Kartika Panggabean Drs. T.R. Pangaribuan, M.Pd. ABSTRAK Anak Autisme merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penenlitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, karena peneliti memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI METODE MULTISENSORI BAGI ANAK AUTIS ABSTRAK This study begins of encountered a child with autism who do not understand with the concept of numbers.

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :256-262 Peningkatan Kemampuan Membuat Kalung Berbahan Kancing Baju Melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Pengukuran frekuensi kemampuan bahasa reseptif dan rekam kejadian pre test dan post test dilakukan di ruang kelas Sekolah Terpadu ABK

Lebih terperinci

Kata kunci: Anak autis, pengajaran berstruktur, metode TEACCH.

Kata kunci: Anak autis, pengajaran berstruktur, metode TEACCH. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOORDINASI MOTORIK ANAK AUTIS MELALUI PENGAJARAN BERSTRUKTUR BERDASARKAN METODE TEACCH (TREATMENT EDUCATION OF AUTISTIC AND RELATED COMMUNICATION HANDICAPPED CHILDREN) Dra. Sri Widati,

Lebih terperinci

MENGURANGI PERILAKU HIPERAKTIF PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL EGRANG DI SLB NEGERI KOTA PARIAMAN

MENGURANGI PERILAKU HIPERAKTIF PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL EGRANG DI SLB NEGERI KOTA PARIAMAN MENGURANGI PERILAKU HIPERAKTIF PADA ANAK AUTIS MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL EGRANG DI SLB NEGERI KOTA PARIAMAN (Single Subject Research Pada Anak Autis di Kelas III C) Oleh: Setia Komala Sari Abstract:

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

Latihan Sensitivitas Proprioseptic Menggunakan Tongkat Beroda pada Anak Tunanetra

Latihan Sensitivitas Proprioseptic Menggunakan Tongkat Beroda pada Anak Tunanetra Latihan Sensitivitas Proprioseptic Menggunakan Tongkat Beroda pada Anak Tunanetra Juang Sunantodan Imas M. Pendidikan Luar Biasa, FIP UPI Abstrak Keterampilan mengontrol gerakan anggota tubuh melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. (Sunanto, et al. 2006 : 13) variabel bebas dalam penelitian subjek

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY PEMBELAJARAN ANAK AUTIS Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY PENGERTIAN Istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti sendiri, dan Isme yang berati aliran. Autisme berarti

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin Pengantar Perhatian pemerintah dan masyarakat Upaya bantuan Sumber dukungan Tantangan dan Peluang Konsep Anak Autis dan Prevalensi Autism = autisme yaitu nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau cirri-ciri mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies

Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies IJECES 1 (1) (2012) Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijeces STUDI DESKRIPTIF TERAPI TERHADAP PENDERITA AUTISME PADA ANAK USIA DINI DI MUTIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Hormat saya, Penyusun

KATA PENGANTAR. Hormat saya, Penyusun KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi tugas akhir skripsi, maka penyusun bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Sikap ibu anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda ABA

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia dan perhiasan dunia bagi para orangtua. Banyak pasangan muda yang baru

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL (Pengembangan Afeksi) Silabus. Yulia Ayriza, Ph.D

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL (Pengembangan Afeksi) Silabus. Yulia Ayriza, Ph.D No. Dokumen Revisi : 00 Tgl. berlaku Hal 1 dari 5 Silabus Nama Mata Kuliah : Afeksi Kode Mata Kuliah : PDS8205 SKS : 2 Sks Dosen : Yulia Ayriza, M.Si, Ph.D Program Studi : Pendidikan Dasar Prasyarat :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara 18 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah dari Tuhan, karena itu sebagai orang tua harus mau menerima anak apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, dan bersegala upaya mengantarkannya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB Septina Tria Pratiwi 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017 Efektivitas Teknik Pembelajaran Think Pair Share untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Tunalaras di SLB E Handayani Wiwiet Purwitawati Sholihah dan Dedy Kurniadi Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, Agustus 2016, Volume 2 Nomor 2 (12-16) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Marnatha

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Marnatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Peningkatan Komunikasi Ekspresif melalui PECS (Picture Exchange Communication System) pada Anak dengan Autisme di SLB X Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

PELATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK

PELATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK PELATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA ANAK Titik Kristiyani, M.Psi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Dewasa ini kita banyak mendengar dan membaca

Lebih terperinci

PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENGARUH MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA BAGI ANAK AUTIS KELAS VII DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS BINA ANGGITA YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan Case Experimental

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan Case Experimental BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan Case Experimental Design atau disebut juga sebagai penelitian subjek tunggal (Single Subject Research). Subjek tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad 21 ini, teknologi computer dan internet bukan lagi menjadi sesuatu yang mewah dan sulit dipelajari.berbagai informasi dari luar dan dalam negeri sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK AUTIS

PENGARUH PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK AUTIS PENGARUH PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK AUTIS Warda Isnaini Sulthoni Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan 22 BAB III METODE PENELITIAN Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metode yang akan digunakan. Adapun tujuannya adalah untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang

Lebih terperinci