BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berpikir kritis menurut Boss (2010:4), adalah kumpulan dari beberapa keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dibutuhkan untuk hal intelektual dan pengembangan pribadi. Kata kritis berasal dari bahasa Yunani yaitu kritikos, yang berarti ketajaman, kemampuan untuk menilai dan mempertimbangkan, atau pengambilan keputusan. Berpikir kritis, seperti logika, membutuhkan kemampuan analisis yang baik. Logika adalah bagian dari berpikir kritis yang didefinisikan sebagai metode dan prinsip yang digunakan untuk membedakan argument yang baik dan argument yang kurang baik. Berpikir kritis melibatkan aplikasi dari logika baik dalam mengumpulkan bukti, melakukan evaluasi, maupun dalam rencana pelaksanaan. Keterampilam berpikir kritis meerupakan bagian dari ketrampilan berpikir tingkat tinggi (Arnyana, 2007: 670). Keterampilan berpikir kritis membutuhkan kemampuan untuk menganalisis dan menilai. Kemampuan menganalisis meliputi tiga macam proses yaitu mengidentifikasi motif yang spesifik, mempertimbangkan dan informasi yang diperlukan agar tercapai kesimpulan berdasarkan informasi, dan menganalisis suatau kesimpulan untuk mendapatkan bukti yang dapat menunjang atau menolak kesimpulan. Kemampuan menilai mencakup kemampuan menyampaikan pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya, kemampuan dalam menilai argumen. Kemampuan evaluasi mencakup kemampuan dalam membuat pertimbangan atau penilaian untuk membuat keputusan. Kemampuan ini menuntut cara berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan menganalisis, sehingga kemampuan evaluasi juga menggambarkan tingkat penalaran. Seseorang yang mampu mengevaluasi 6

2 7 atau menilai maka siswa tersebut telah dapat menggunakan penalarannya untuk membuat keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kemampuan berpikir kritis menurut Moon (2008:20), merupakan kemampuan berpikir secara mendalam yang ditunjukkan dengan mengharapkan sesuatu bukan informasi yang diterima dimana informasi tersebut kurang tepat atau memerlukan evaluasi lebih lanjut. Pengertian kemampuan berpikir kritis menurut Facione (2010:2-5), adalah kemampuan berpikir seseorang secara baik tentang suatu permasalahan yang mencakup enam aspek, yaitu aspek interpretasi (interpretation), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), kesimpulan (inference), penjelasan (explanation), dan pengaturan diri (self-regulation). Pengertian kemampuan berpikir kritis yang diungkapkan dalam penelitian Quitadamo et al (2008:3), adalah sebuah proses yang bertujuan untuk memutusan, menilai dan mempertimbangkan pengaturan diri dimana dapat mengarahkan kepada penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses penilaian dan pengaturan diri yang mendorong pemecahan masalah serta pengambilan keputusan yang harus dilakukan, sehingga kemampuan berpikir kritis tersirat dalam suatu proses pembelajaran. Beberapa konsep dasar berpikir kritis yaitu berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dalam memproses informasi dari beberapa sumber kemudian memproses melalui suatu cara yang kreatif dan logis, menganalisis informasi, dan pada akhirnya membuat kesimpulan yang pasti, jelas, dan dapat dipercaya; berpikir kritis merupakan tantangan dari suatu teori atau ide; berpikir kritis merupakan kemampuan mengembangkan argumen, memilah atau menyusun ide-ide kemudian mengasosiasikannya menjadi ide yang kompleks; berpikir kritis merupakan analisis dari situasi yang didasarkan fakta, bukti sehingga didapat satu keputusan atau kesimpulan. Aktivitas yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis menurut Moon (2008:31-33), antara lain mempelajari kembali suatu kasus atau ide dari orang lain (review of someone else s argument), mengevaluasi suatu objek (evaluation of an object), mengembangkan argumen ( development of an argument), berpikir kritis

3 8 terhadap diri sendiri ( critical thinking about self), meninjau kembali suatu peristiwa ( the review of an incident), terlibat dalam respon yang membangun terhadap argumen atau ide orang lain ( engage in constructive response to the arguments of others), dan kebiasaan terlibat dengan alam sekitar ( habits of engagement with the wold). Beberapa konsep berpikir kritis menurut Burris and Garton (2006: 19), antara lain sikap yang mencakup kemampuan untuk mengakui adanya permasalahan dan menerima kebutuhan secara umum terhadap bukti-bukti yang mendukung permasalahan itu menunjukkan kebenaran; pengetahuan tentang kesimpulan yang benar, abstraksi, dan generalisasi yang akurat dari beberapa bukti yang menyertai; dan kemampuan dalam mengaplikasikan sikap dan pengetahuan. Berpikir kritis bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri, berpikir kritis merupakan kumpulan beberapa keterampilan yang mempertinggi dan menguatkan satu sama lainnya. Berpikir kritis membutuhkan analisis dan dukungan logika untuk memperkuat pendapat. Keterampilan analisis sangat penting dalam mengenali dan mengevaluasi pendapat orang lain. 2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pembelajaran dapat berhasil dengan baik apabila guru dapat menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik dan lingkungan belajar di kelas sehingga peserta didik dapat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 63) menyatakan bahwa keterlibatan peserta didik / keaktifan peserta didik dapat dikondisikan. Salah satunya adalah dengan menentukan model pembelajaran yang tepat. Inkuiri berasal dari kata inquire, yang berarti mencari atau mempertanyakan. Sedangkan Inkuiri secara harfiah berarti penyelidikan. Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban yang mempersyaratkan siswa melakukan serangkaian kegiatan intelektual agar pengalaman ataupun masalah dapat dipahami. Karena itu, inkuiri menekankan pada kemauan siswa untuk

4 9 mengalami proses belajarnya sendiri. Proses pembelajaran dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Sementara itu, Victor dan Kellough (2004) dalam Jacobsen ( 2009: 243) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan sebuah proses dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memecahkankan masalah-masalah berdasarkan pada pengujian logis atas fakta-fakta dan observasi-observasi. Lebih lanjut, Mulyani (2001: 142) mengemukakan bahwa metode inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses mental untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan proses mental peserta didik menurut Mulyasa (2006: 109) dapat dilakuka n dengan: mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan serta menganalisis data, kemudian menarik kesimpulan. Model inkuiri juga dapat diterapkan dengan guru memberikan suatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa, semua siswa diminta untuk mengamati, meraba, melihat dengan seluruh alat inderanya. Kemudian guru memberikan masalah/pertanyaan kepada seluruh siswa yang sudah siap dengan jawaban atau pendapat. Jawaban atau pendapat yang sudah dikemukakan terdahulu tidak boleh diulang oleh teman yang lainnya sehingga masalah berkembang sesuai dengan garis pelajaran yang telah direncanakan (Roestiyah. 2008: 76). Salah satu dasar penting untuk bisa melakukan inkuiri menurut Widodo (2009: 22) adalah kemampuan mengajukan pertanyaan produktif. Pertanyaan produktif adalah pertanyaan yang jawabannya bisa ditemukan melalui kegiatan atau pengamatan, sedangkan pertanyaan nonproduktif adalah pertanyaan yang jawabannya didasarkan pada buku atau sumber kedua lainnya. Ada beberapa perbedaan antara pertanyaan produktif dan pertanyaan nonproduktif. Jelly (1985) menyebutkan perbedaan pertanyaan produktif dan nonproduktif antara lain pertanyaan produktif mendorong munculnya pengertian bahwa sains adalah cara kerja sedangkan pertanyaan nonproduktif mendorong munculnya pengertian sains sebagai informasi. Dalam pertanyaan produktif

5 10 jawaban diperoleh dari pengamatan langsung yang menuntut tindakan pengamatan atau percobaan sedangkan pada pertanyaan nonproduktif jawaban diperoleh dari sumber kedua misalnya dari bacaan. Di samping itu, pertanyaan produktif mendorong munculnya kesadaran bahwa jawaban yang berbeda bisa saja benar, tergantung konteksnya. Adapun pertanyaan nonproduktif cenderung menekankan bahwa ada jawaban yang lebih benar. Selain itu, pertanyaan produktif mampu dijawab oleh semua anak sedangkan pertanyaan nonproduktif hanya mampu dijawab oleh anak berkemampuan verbal baik. Menurut Sund and Trowbridge (1973) dal am Mulyasa (2006:109) metode inkuiri dibagi menjadi tiga, yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri bebas, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Penelitian ini menggunakan metode inkuiri terpimpin ( guide inquiry). Inkuiri terbimbing merupakan suatu metode yang diterapkan pada peserta didik yang belum terbiasa dengan metode inkuiri. Pembelajaran dilaksanakan dengan bantuan dari guru yang berupa guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara runtut dan sistematis kemudian dengan petunjuk yang jelas dari guru, peserta didik menyusun dan mengumpulkan data untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Pada tahap awal bimbingan dan arahan cukup luas. Namun, sejalan dengan waktu, sedikit demi sedikit bimbingan dikurangi. Pendapat ini didukung oleh Asmani (2010: 159) yang menyatakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai perancang pembelajaran. Guru berperan sebagai pengarah siswa untuk melakukan suatu kegiatan. Guru dapat memancing pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik yang kemudian peserta didik aktif untuk memecahkan permasalahan yang diberikan. Dengan demikian, peserta didik aktif membaca buku, berpikir, bertukar pikiran dan berdiskusi. Tugas guru selain sebagai penggiring peserta didik, juga sebagai pencipta iklim yang kondusif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat diciptakan menggunakaan fasilitas media dalam bentuk modul pembelajaran. Asmani (2010: 158) mengatakan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang mampu menyadarkan peserta didik mengenai apa yang

6 11 telah dialaminya dalam belajar. Siswa dituntut berpikir untuk memproses pengalaman yang telah didapatkannya menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, proses inkuiri dapat berjalan dengan baik jika peserta didik memiliki bekal pengetahuan sebelumnya yang kemudian siswa memproses pengetahuan yang telah dimiliki menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dari hasil inkuiri. Siklus inkuiri menurut Suwarna (2006: 122) meliputi observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan kesimpulan. Siklus inkuiri yang pertama adalah observasi. Peserta didik dihadapkan pada fenomena alam yang terjadi di sekitar lingkungan peserta didik untuk dilakukan pengamatan. Kemudian guru mengajukan pertanyaan kaitannya dengan fenomena tersebut, dilanjutkan dengan siswa mengajukan dugaan-dugaan kaitannya dengan pertanyaan. Dugaan-dugaan tersebut dikumpulkan kemudian dilakukan penyelidikan berdasarkan eksperimen atau dengan menggali berbagai informasi kemudian hasilnya dianalisis untuk kemudian penarikan kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Kesimpulan dapat diperoleh dengan jalan peserta didik aktif, kreatif, berpikir kritis, analitis dan produktif. Langkah-langkah dalam proses inkuiri menurut Wenno (2008: 62) adalah a. observasi, b. perumusan masalah, c. menetapkan jawaban sementara / hipotesis, d. siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan, e. menarik kesimpulan jawaban. Implementasi inquiri di kelas adalah sebagai berikut: mengidentifikasi dan merumuskan situasi dengan jelas yang berarti memfokuskan inkuiri, guru mengajukan pertanyaa-pertanyaan, pertanyaan yang diberikan sejatinya adalah untuk merangsang keingintahuan peserta didik. Setiap peserta didik aktif berpikir menemukan dugaan-dugaan atas pertanyaan yang diberikan berdasarkan atas pengetahuan yang dimiliki, kemudian siswa mengumpulkan data yang relevan dengan hipotesis yang dibuat dengan cara menjelajahi informasi atau data eksperimen, selanjutnya mengevaluasi data tersebut untuk sampai kepada kesimpulan.

7 12 Menurut Sanjaya (2008: ) secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Setiap langkah yang ada dalam inkuiri mengakomodasi ketrampilan proses sains. Menurut Roestiyah (2008:75) ada beberapa langkah dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri. Pertama, guru membagi tugas meneliti sesuatu maslah ke dalam kelas. Kedua guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Masingmasing kelompok mendapatkan tugass tertentu yang harus dikerjakan. Setiap kelompok mempelajari, meneliti, dan membahas tugas yang harus mereka kerjakan. Setiap kelompok menuliskan laporan hasil diskusi mereka dengan susanan yang baik. Hasil diskusi setiap kelompok didiskusikan secara bersamasama untuk kemudian diambil kesimpulan bersama. Langkah-langkah dalam inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendukung terjadinya inquiri adalah dengan memberikan teka teki bergambar. Menurut Roestiyah (2008 : 79) gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Keunggulan inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 79) yaitu: a. membantu peserta didik untuk mengembangkan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif, b. peserta didik lebih mudah dalam memahami materi dan lebih mengendap dalam pikirannya, c. mampu motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi, d. memberikan peluang untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing peserta didik, e. memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penyelidikan.

8 13 Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh inkuiri dalam pelaksaan pembelajaran di kelas menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 79) adalah a. peserta didik harus memiliki kesiapan dan kematangan mental serta kemauan untuk mengetahui keadaan sekitar dengan baik, b. jumlah siswa yang besar menyebabkan pelaksanaan inkuiri kurang memuaskan, c. guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran gaya lama maka inkuiri ini akan sangat mengecewakan. Lebih lanjut, kelemahan metode inkuiri menurut Slameto (1991:117) adalah : a. Tidak dapat diterapkan secara aktif pada semua tingkatan kelas, b. Tidak semua guru/instruktur mampu menerapkannya, c. Terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang menekankan aspek afektif, d. memerlukan banyak waktu. Sanjaya (2008:206) mengungkapkan bahwa ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri. Yang pertama inkuiri menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara seimbangsehingga lebih bermakna. Kedua pembelajaran inkuiri memberikan ruang pada siswa belajar sesuai gaya belajar mereka. Ketiga, proses pembelajaran inkuiri dianggapsesuai dengan psikologi belajar modern dimana menuntut adanya proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Keempat, inkuiridapat meayani kebutuhan siswa yang memilii kemampuan di atas rata-rata. 3. Gaya Belajar Gaya belajar atau learning style memiliki banyak pengertian. Honey dan Mumford (1992) dalam Herman (2008:8) mendefinisikan gaya belajar sebagai sikap dan tingkah laku yang menunjukkan cara belajar seseorang yang paling disukai. Nasution (2005:93) mengungkapkan gaya belajar adalah cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Ibrahim dkk. (2006:2) menyatakan gaya belajar umumnya dicirikan oleh sebuah kombinasi bagaimana seseorang menerima, mengolah, mengorganisasi, dan menyampaikan informasi.

9 14 Gaya belajar menurut Nasution (2000) adalah cara konsisten yang dilakukan oleh seorang peserta didik dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah. Herman (2008:8) meringkas dari beberapa penelitian mengenai gaya belajar menunjukkan bahwa (1) beberapa pelajar mempunyai kebiasaan belajar yang berbeda dengan yang lainnya, (2) beberapa pelajar belajar lebih efektif bila diajar dengan metode yang paling disukai, dan (3) p restasi pelajar berkaitan dengan bagaimana caranya belajar (Ri ding dan Rayner, 1998). Gaya belajar mempengaruhi efektivitas pelatihan, tidak peduli apakah pelatihan tersebut dilakukan secara tatap muka atau secara on-line (Benham, 2002). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan gaya belajar dalam proses belajar mengajar. Gaya belajar digolongkan menjadi beberapa model, bergantung pada dasar teori yang dipakai oleh peneliti untuk menggolongkannya. Salah satu gaya belajar yang dikenal dengan kesederhanaannya adalah visual, auditorial, dan kinestetik (VAK). Gaya belajar VAK menggunakan tiga penerima sensori utama, yakni visual, auditory dan kinestetik dalam menentukan gaya belajar seorang peserta didik yang dominan (Rose, 1987 dalam Herman, 2008:9). Gaya belajar VAK ini didasarkan atas teori modaliti, yakni meskipun dalam setiap proses pembelajaran, peserta didik menerima informasi dari ketiga sensori tersebut, akan tetapi ada salah satu atau dua sensori yang dominan. Modalitas belajar yang dimaksudkan ialah jaringan yang digunakan seseorang dalam proses pembelajaran, pemrosesan informasi yang diterimanya serta komunikasi (Susanto, 2006:48). Meskipun kebanyakan orang mampu untuk mengakses/menggunakan ketiga modalitas tersebut, namun orang memiliki kecenderungan hanya menggunakan satu modalitas tertentu didalam pembelajaran, pemrosesan informasi, ataupun komunikasi (Grinder, 1991 dalam DePorter dan Hernacki, 2010:112). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Dunn (1993) dalam Susanto (2006:48) yang mengatakan bahwa setiap orang biasanya memiliki sebuah kekuatan atau modalitas belajar yang dominan, dan juga sebuah kekuatan sekunder.

10 15 De Porter dan Hernacki (2010: ) mengungkapkan banyak ciri-ciri perilaku yang merupakan petunjuk kecenderungan belajar. Dia mengatakan bahwa orang-orang visual memiliki ciri-ciri rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mementingkan penampilan baik dalam pakaian maupun presentasi, pengeja yang baik, mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, mengingat dengan asosiasi visual, biasanya tidak terganggu dengan keributan, mempunyai masalah untuk mengingat informasi verbal kecuali ditulis, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada dibacakan, mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat, sering menjawab pertanyaan dengan singkat ya atau tidak, lebih suka melakukan demonstrassi daripada berpidato, seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan. Orang-orang auditorial memiliki ciri-ciri berbicara kepada diri sendiri ketika bekerja, mudah terganggu oleh keributan, menngerakkan bibir dan mengucapkan tulisan ketika membacca buku, senang mendengarkan, dapat mengulang kembali dan menirikan nada, birama, dan warna suara, merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, biasanya pembicara yang fasih, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visual. Orang-orang kinestetik memiliki ciri-ciri berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika berbicara dengan seseorang, berorientasi pada fisik dan banyak gerak, belajar melalui memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, banyak menggunakan isyarat tubuh, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, ingin melakukan segala sesuatu, menyukai permainan yang menyibukkan. Ada 3 jenis gaya belajar menurut Rose dan Nicholl (2002). Pertama, gaya belajar visual adalah gaya belajar melalui melihat sesuatu misalnya gambar atau diagram dan sebagian kecil dari mereka berorientasi pada teks tercetak dan dapat

11 16 belajar melalui membaca. Kedua, gaya belajar auditori adalah belajar melalui mendengar sesuatu seperti suara musik, kaset audio, ceramah kuliah, diskusi, debat, dan intruksi (perintah verbal). Ketiga, gaya belajar kinestetik adalah belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung seperti bergerak, menyentuh, dan merasakan atau mengalami sendiri. Rose dan Nicholl (2002) mengemukakan ada beberapa ciri khusus dalam setiap gaya belajar siswa. Ciri-ciri gaya belajar visual antara lain (a) rapi dan teratur, (b ) berbicara dengan cepat, (c ) berencana dan mengatur jangka panjang yang baik, (d) teliti dan detail, (e) mementingkan penampilan baik dalam pakaian dan presentasi, (f ) pengeja yang baik dan dapat mengeja kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, (g) mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, (h) mengingat dengan asosiasi visual, (i) biasanya tidak terganggu oleh keributan, (j) m empunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika seringkali meminta bantuan seseorang untuk mengulanginya, (k) p embaca yang cepat dan tekun, (l) l ebih suka membaca daripada dibacakan, (m) m embutuhkan ppandangan dan tujuan yang menyeluruh serta bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek, (n) mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di depan dan dalam rapat, (o) l upa menyampaikan pesan verbal pada orang lain, (p) s ering menjawab pertanyaandengan jawaban singkat Ya atau Tidak, (q) l ebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato, (r) lebih suka seni daripada music, (s) s eringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata, (t) k adang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan. Menurut Rose dan Nicholl (2002), ciri -ciri orang dengan gaya belajar auditorial antara lain, (a) mudah terganggu oleh keributan, (b) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, (c) senang membaca dengan keras dan mendengarkan, (d) d apat mengulangi kembali dan menirukan nada, iram dan warna suara, (e) berbicara dalam irama yang berpola, (f) biasanya pembicara yang fasih, (g) l ebih suka musik daripada seni, (h) b elajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (i)

12 17 suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan tentang sesuatu panjang lebar, (j) mempunyai masalah-masalah dengan pekerjan yang melibatkan visualisasi seperti memotong-memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, (k ) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, (l) l ebih suka gurauan daripada komik. Menurut Rose dan Nicholl (2002), orang dengan gaya belajar kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut (a) b erbicara dengan pelan, (b) m enanggapi perhatian fisik, (c) m enyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka,(d) berdiri di dekat ketka berbicara dengan orang lain, (e) s elalu beroriwntasi pada fisik dan banyak gerak, (f) m empunyai perkembangan awal otot yang besar, (g) belajar melalui manipulasi dan praktik, (h) m enghafal dengan cara berjalan dan melihat, (i) m enggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, (j) b anyak menggunakan isyarat tubuh, (k) tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama, (l) t idak dapat mengingat geografis kecuali jika mereka pernah berada di tempat itu, (m) m enggunakan kata-kata yang mengandung aksi, (n) m enyukai buku-buku yang berorientasi pada plot mereka mencerminkan aksidengan gerakan tubuh saat membaca, (o) k emungkinan tulisannya jelek, (p) i ngin melakukan sesuatu, (q) menyukai permainan yang menyibukkan. B. Kerangka Berpikir Biologi merupakan salah satu cabang ilmu sains yang senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan IPTEK. Seiring dengan perkembangan dari ilmu biologi maka tuntutan pembelajaran Biologi di sekolahsekolah pun menjadi semakin berat karena semakin banyak dan kompleks pula materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Padahal sebagai sains, biologi bukan semata-mata ilmu hafalan teori dan materi, melainkan dalam memahami konsep yang ada perlu dilakukan secara sistematis dan ilmiah. Semua itu membutuhkan adanya kemampuan berpikir kritis yang memadai sehingga siswa

13 18 dapat memahami materi pelajaran Biologi dengan baik dan benar untuk meminimalisir adanya kesalahan konsep materi. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sesuai dengan kebiasaannya masing-masing. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap penerimaan mereka terhadap materi pelajaran dan konsep yang ada. Selain itu, gaya belajar yang biasa dilakukan oleh siswa akan mempengaruhi cara berpikir mereka, termasuk dalam hal ini adalah kemampuan berpikir kritis mereka. Penggunaan model pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat mengakomodir setiap gaya belajar yang dimiliki oleh siswa. Selain itu dengan kegiatan-kegiatan yang ada dalam pembelajaran ini seperti merumuskan masalah, membuat hipotesis, menganalisis dan menarik kesimpulan serta mengadakan evaluasi, maka akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada akhirnya dengan bertambahnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka penyerapan mereka terhadap materi biologi akan lebih mudah dan terhindar dari kesalahan konsep. Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dilihat pada Gambar 2.1. C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran biologi terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. 3. Ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan gaya belajar siswa terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

14 19 FAKTA Pembelajaran berpusat pada guru, sehingga guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mengkonfirmasi konsep yang diterimanya dan mengembangkan gagasannya. AKIBAT/PERMASALAH 1. Kurang terciptanya iklim berpikir kritis siswa dalam pembelajaran. 2. Siswa cenderung pasif 3. Siswa kurang terkondisikan untuk berpikir kritis 4. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang mengakomodasi penggunaan kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1. Observasi 2. Perumusan masalah 3. Penentuan hipotesis 4. Pengambilan data 5. Penarikan kesimpulan Siswa dapat menyalurkan kemampuan berpikir dalam pembelajaran dan menggunakan gaya belajarnya masing-masing Siswa dapat memahami konsep dari permasalahan yang diberikan Kemampuan berpikir siswa berkembang dan gaya belajar siswa terakomodasi dengan baik Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan cara mengaktifkan faktor internal dan faktor eksternal yang turut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

Belajar yang Efektif dan Kreatif

Belajar yang Efektif dan Kreatif Belajar yang Efektif dan Kreatif http://staff.uny.ac.id/dosen/agus-triyanto-mpd Pertanyaan-Pertanyaan Apa yang Anda harapkan sebelum memasuki SMKN 6 Yogyakarta? Apakah harapan Anda sudah sebagian atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Malang LANDASAN TEORETIK-KONSEPTUAL Pemanfaatan Multimedia dalam pembelajaran Nyoman S. Degeng Teknolog Pembelajaran Universitas Negeri Malang Kita ada di mana sekarang????????????? Era pertanian Era industri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Munandar (2009), kreativitas merupakan kemampuan umum

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Belajar dan Tipe Belajar 1.1 Defenisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Belajar 1.1 Defenisi Menurut Winardi A (2008) Gaya belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam menyerap informasi baru dan sulit, bagaimana mereka berkosentrasi, memperoses

Lebih terperinci

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit PENDAHULUAN 1 Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit 2 Setiap siswa memproses informasi secara berbeda Jika guru hanya menggunakan satu gaya belajar

Lebih terperinci

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016 STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016 1 Linda Sekar Utami 1 Dosen Progran Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko

Kelas 4 SDN 1 Selodoko. LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko LAMPIRAN 1 Daftar Siswa SDN 1 Selodoko Kelas 3 SDN 1 Selodoko No. Kode Nama 1 A1 2 A2 3 A3 4 A4 5 A5 6 A6 7 A7 8 A8 9 A9 10 A10 11 A11 12 A12 13 A13 14 A14 15 A15 16 A16 17 A17 18 A18 19 A19 20 A20 21

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA JPPM Vol. 10 No. 2 (2017) IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA Yusri Wahyuni Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Abstraksi Menurut Grey & Tall (2007) abstraction mempunyai dua arti, pertama sebagai proses melukiskan suatu situasi, dan kedua merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar 1.1. Definisi Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri

Lebih terperinci

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3

ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN XI IPS-4 DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3 ABSENSI SISWA DAFTAR ABSEN KELAS XI IPS-3 DAFTAR ABSEN XI IPS-4 No Kode Nama 1 A01 2 A02 3 A03 4 A04 5 A05 6 A06 7 A07 8 A08 9 A09 10 A10 11 A11 12 A12 13 A13 14 A14 15 A15 16 A16 17 A17 18 A18 19 A19

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Inkuiri Terbimbing Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk mengajar dimana pelaksanaanya yaitu guru membagi tugas meneliti suatu masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR 19 BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR A. Gaya Belajar 1. Pengertian Gaya Belajar Gaya adalah sikap, tingkah laku, ragam dan cara melakukan. 1 Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri atau dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuiri adalah suatu proses

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR Sailatul Ilmiyah 1, Masriyah 2 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya email : sailatul@gmail.com

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Masalah pada umumnya merupakan sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Siswono (dalam Ilmiyah dan Masriyah: 2013) mengemukakan bahwa masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PERBEDAAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PERBEDAAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KECENDERUNGAN GAYA BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Perbedaan Tingkat Prestasi... (Pertiwi) 1 THE COMPARATIVE OF LEARNING ACHIEVEMENT REVIEW FROM LEARNING STYLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 No 1 (2016) 90-100 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jppi PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matematika di Sekolah Dasar Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan,

Lebih terperinci

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi teori 1. Prestasi belajar listrik otomotif a. Pengertian prestasi belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1.Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia dalam kehidupannya, dikarenakan melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau

II. KAJIAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau 9 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan Inquiry

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari: KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA Dina Amelia 702011094 Mario da Costa 702011901 A. ANALISIS PEMBELAJARAN Analisis pembelajaran adalah: langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi Keuangan Kelas XI

Lebih terperinci

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran 1 Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran Nama : Dinatus Solichah NIM : 152071200011 Prodi/SMT : PGMI A1/V Email : dinadelisha16@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Belajar dan Mengajar Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP YAPIS MANOKWARI Nurhasanah 1 Universitas Papua 1 Hasanahnur705@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *)

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *) MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS Oleh : M. Hasan Syukur, ST *) Setiap insan manusia adalah unik. Artinya setiap individu pasti memiliki perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran matematika bertujuan untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

This study entitled "Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang"

This study entitled Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang This study entitled "Analysis of Student Learning Styles And Regular Featured In SMP N 2 Bangkinang" Guslaini) Elni Yakub 2) Prof. Dr. H. Zulfan Saam, Ms)Email:gusliani@gmail.com 1)Mahasiswa Pendidikan

Lebih terperinci

15. Metode Discovery

15. Metode Discovery 15. Metode Discovery Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan berbahasa merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai

KUESIONER PENELITIAN. Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai KUESIONER PENELITIAN Gambaran Gaya Belajar Dan Indeks Prestasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Sri Bunga Tanjung Dumai A. Isi lah kolom dibawah ini dengan menggunakan tanda ceklist ( ) Inisial : NIM : Semester

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. communis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana. Menurut

BAB II KAJIAN TEORITIK. communis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana. Menurut BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis Liliweri(1997 : 3) mengungkapkan Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata communis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna,

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Realia Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PEMETAAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL ANALISIS REAL 2 DITINJAU DARI GAYA BELAJAR Hidayatulloh Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Para ahli yang mendefinisikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental II. TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi

Lebih terperinci