BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori yang relevan dengan penelitian 1. Managerial Overconfidence Organisasi menurut Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (2009:5) yang diterjemahkan oleh FX. Kurniawan Tjakrawala adalah sebagai berikut : Bahwa organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama (dalam suatu organisasi bisnis tujuan utamanya adalah memperoleh tingkatan laba yang memuaskan). Organisasi dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief executive officer (CEO) pada posisi puncak dan para manajer unit bisnis, departemen, bagian (section), dan subunit lainnya berada di bawah CEO dalam bagan organisasi. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesehjateraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesehjateraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan (Faizal, 2004). Masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham muncul sebagai akibat dari pemisahan fungsi pengelolaan dan kepemilikan. Ketika presentase saham yang dimiliki oleh manajemen lebih rendah dari saham yang dimiliki oleh pemegang, maka besar kemungkinan akan terjadi masalah keagenan. Presentase kepemilikan saham yang lebih rendah yang dimiliki oleh manajer dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan oportunistik yang akan menguntungkan dirinya sendiri. Hal tersebut membuat manajer mengabaikan tugas utamanya, yaitu menciptakan nilai bagi pemegang saham. 10

2 Akuntansi melalui laporan keuangan sebagai produknya merupakan jembatan antara manajemen dengan pihak lain, internal maupun eksternal. Seperti telah penulis jelaskan pada bagian I, bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Informasi yang disampaikan melalui laporan keuangan ini diguunakan oleh pihak internal maupun pihal eksternal. Laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai denagn standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Literatur keuangan terdahulu menjelaskan bahwa overconfidence manager adalah manajer yang secara sistematik memperkirakan pengembalian yang berlebihan atas proyek-proyek perusahaan, atau manajer yang secara sistematik memperkirakan pendapatan keuntungan perusahaan yang terlalu berlebihan serta memprediksi arus kas yang terlalu optimistik, atau terlalu meremehkan (underestimates) kemungkinan rugi perusahaan (Heaton [2002], Malmendier dan Tate [2005]. Ahmed dan Duellman (2012) menyatakan bahwa penting untuk meneliti pengaruh overconfidence terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat perusahaan, termasuk didalam nya kebijakan akuntansi, karena overconfidence menyebabkan keputusan yang dapat merusak nilai perusahaan. Overconfidence managers biasanya akan memberikan perkiraan yang terlalu berlebihan atas pendapatan (ROI Return on Investment) perusahaan dimasa yang akan datang. Ahmed dan Duellman (2012) memperkirakan hal ini menyebabkan overconfidence managers akan menunda 11

3 pengakuan rugi dan menggunakan sedikit sekali metode akuntansi konservatisme dalam melaporkan posisi keuangan perusahaan. Burg et al. (2012) menyatakan bahwa manajemen memiliki keleluasaan dalam menentukan kebijakan keuangan perusahaan (termasuk kebijakan dan standar akuntansi yang akan digunakan), sebagai contoh manajer memiliki keleluasaan dalam menentukan pengakuan pendapatan dan penentuan biaya. Manajemen biasanya memiliki beberapa karakteristik, salah satu karakteristik manajemen yang paling menarik untuk dibahas adalah manajemen yang overconfidence. Overconfidence adalah perilaku bias manajemen yang mengacu kepada perkiraan yang terlalu berlebihan terhadap kemampuan individual manajemen. Bias ini muncul karena fenomena psikologis yang diterima secara umum dimana setiap individu manajer relatif melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri dibandingkan dengan kemampuan manajer secara rata-rata (pengakuan kemampuan diatas rata-rata). Para ekskutif korporasi pada umumnya cenderung merasa Overconfidence dan Overestimate terhadap kemampuan mereka sendiri, karena mereka merasa memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan mereka. Kinerja para ekskutif ini sulit untuk dievaluasi dan mereka cenderung percaya bahwa kinerja perusahaan berada dalam kendali mereka (Larwood dan Whittaker, [1977] dalam Burg et al. [2012])). Burg et al. (2012) dalam penelitiannya selain memperkirakan bahwa perubahan susunan manajemen akan diikuti oleh perubahan standar akuntansi, manajer overconfidence yang menggantikan manajer rasional akan melakukan big bath Accounting (kecurangan) dengan menangguhkan pendapatan dan melakukan penghapusan piutang besar-besaran untuk kemudian menimpakan penyebab kerugian perusahaan kepada 12

4 CEO sebelumnya, sehingga terlihat seolah-olah para manajer yang overconfidence ini lebih baik dalam menata keuangan perusahaan daripada manajer sebelumnya yang lebih rasional. Dechow et al. (1996) serta Hribar dan Jenkins (2004) dalam Burg et al. (2012) menyatakan bahwa perusahaan akan menanggung biaya pasar yang besar apabila manipulasi laba yang mungkin dilakukan oleh manajemen yang overconfidence terungkap. Penulis sependapat dengan hal ini, seperti yang telah penulis ungkapkan pada Bab I mengenai tututan pemegang saham Blackberry terhadap perusahaan tersebut, tuntutan yang disebabkan oleh overconfidence yang dilakukan pihak manajemen Blackberry pada tahun sebelumnya, tentu akan menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya lebih untuk urusan di pengadilan. a. Pengukuran Managerial Overconfidence Malmendier dan Tate [2005, 2008] dalam Ahmed dan Duellman [2012] melakukan pengukuran terhadap Managerial Overconfidence dengan 2 cara yaitu : 1. Kepemilikan saham oleh CEO dan keputusan untuk mengevaluasi atau menjual saham. 2 pengukuran yang menjadi fokus pertama terhadap kebiasaan CEO adalah dalam hal mengambil kebijakan terhadap saham, keputusan untuk menahan atau menjual saham kepasaran, sedangkan 2 pengukuran lainnya fokus terhadap keputusan CEO untuk berinvestasi. Ukuran yang pertama, CEO diidentifikasi overconfidence dengan meneliti timing CEO tersebut saat melakukan evaluasi terhadap saham. CEO biasanya dibawah tekanan dan terkena dampak tersendiri atas resiko saham perusahaan. Karenanya untuk mengurangi dampak ini, biasanya CEO akan meminimalkan kepemilikan mereka atas saham dan diikuti dengan segera melakukan evaluasi terhadap kepemilikan saham. 13

5 Namun, CEO yang overconfidence percaya bahwa perusahaan mereka akan memperoleh keuntungan dan yakin bahwa harga saham perusahaan akan meningkat, sehingga mereka menunda untuk melakukan evaluasi terhadap saham. Ahmed dan Duellman [2012] mengidentifikasi manajer yang overconfidence dari data pada Execucomp dengan mengikuti metode Campbell et al. [2011] dan Hirshleifer, Low dan Teoh [2012]. Dengan deskripsi persamaan sebagai berikut : (1) mencatat nilai rata-rata persaham (C) dengan membagi nilai-nilai saham yang bisa dievaluasi tetapi tidak dievaluasi dengan jumlah saham yang bisa dievaluasi tetapi tidak dievaluasi. (2) mengurangi (C) dari nilai pasar (S) pada saat akhir tahun fiskal untuk mendapatkan harga rata-rata per-saham yang bisa di evaluasi (X). (3) membagi nilai rata-rata saham (C) dengan nilai rata-rata harga saham yang dapat dievaluasi (X) untuk menghitung rasio saham yang bernilai uang. (4) menggunakan metode Holder67 dikategorikan sebagai overconfidence ketika rasio saham yang bernilai uang (C/X) lebih dari 0,67 paling tidak dua kali selama periode sampel. Konsisten dengan Malmendier dan Tate [2005] dan Campbell et al. [2011], seorang CEO dikategorikan overconfidence jika pada tahun fiskal pertama dia menunjukkan perilaku overonfidence dan selanjutnya pada sisa tahun sampel diklasifikasikan sebagai overconfidence. Pengukuran kedua yang dilakukan adalah berdasarkan Malmendier dan Tate [2005], yang menggunakan metode pembelian bersih CEO untuk mengindentifikasi eksekutif yang overconfidence. Karena top eksekutif pada umumnya memiliki keterbatasan dalam hal penjualan saham, dan sering memiliki keterbatasan dalam mencegah resiko atas kepemilikan saham dengan menjual 14

6 saham dalam waktu singkat, seorang eksekutif harus merasa percaya diri mengenai keuntungan masa depan perusahaan mereka dan merencanakan pembelian saham tambahan. Karena itu, konsisten dengan penelitian Campbell et al. [2011], overconfidence CEO diukur dengan menggunakan variabel yang terbagi menjadi 2, dimana pembelian dianggap setara dengan satu jika pembelian bersih CEO berada pada kuintil teratas dari distribusi Purchase (Pembelian) saham oleh semua CEO dan pembelian tersebut meningkatkan kepemilikan mereka terhadap perusahaan sebesar 10% selama tahun fiskal, selain itu, dinyatakan nol. 2. Keputusan untuk berinvestasi Malmendier dan Tate [2005, 2008] dan Ben-David, Graham, dan Harvey [2010] mendemonstrasikan bahwa keputusan perusahaan dalam ber-investasi berhubungan dengan managerial overconfidence. Para peneliti ini beranggaparan bawah keputusan manajemen untuk berinvestasi menyimpan informasi mengenai level overconfidence manajemen tersebut. Berdasarkan hal ini, terdapat dua pengukuran overconfidence yang didasarkan pada keputusan CEO untuk berinvestasi. (1) sebuah proxi berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ben- David, Graham dan Harvey [2010] bahwa perusahaan dengan CEO yang overconfidence mempunyai anggaran untuk belanja modal (Capital Expenditure- CAPEX) yang lebih besar, dari pada CEO yang tidak overconfidence. Dinilai 1 (Overconfidence) apabila CAPEX dikurangi nilai sisa asset pada tahun berjalan lebih besar jika dibandingkan dengan CAPEX dikurangi nilai sisa aset pada pertengahan tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penemuan Malmendier dan 15

7 Tate [2005] yang menyatakan bahwa overconfidence manajer cenderung berinvestasi secara berlebihan dalam proyek-proyek besar. (2) proxy kedua yang dipakai untuk mengukur overconfidence berdasarkan keputusan berinvestasi adalah berdasarkan teori Schrand dan Zechman [2011] yang menyatakan bahwa kelebihan nilai investasi dalam aset dari sisa regresi total pertumbuhan aset dengan pertumbuhan penjualan yang dijalankan industri dalam setahun. Dinyatakan sebagai Over-Invest (Investasi yang berlebihan) jika regresi dari nilai sisa (residu) atas kelebihan investasi lebih besar dari nol, selain itu dinyatakan tidak Over-Invest. Secara intuisi dapat ditarik kesimpulan, bahwa apabila pertumbuhan nilai asset lebih cepat dari dari pertumbuhan penjualan maka dapat dikatakan bahwa manajer perusahaan tersebut telah melakukan investasi yang berlebihan dibandingkan manajer-manajer lain, sehingga dapat dikatakan sebagai overconfidence. 2. Konservatisme Akuntansi Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian (Prudent) terhadap ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham (Shareholder) dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah verifikasi standar yang lebih tinggi untuk mengakui goodnews daripada badnews (Lara, et al., 2005). Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. 16

8 Dalam Belkaoui (2006 : 288) yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto prinsip Konservatisme (conservatism principle) di definisikan sebagai berikut : Suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan. Konservatisme sebagai reaksi kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aktiva. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan, kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan (Dewi, 2004). Konservatisme merupakan antisipasi terhadap kerugian daripada laba. Menurut Watts (2003) dalam Kiryanto dan Supriyanto (2006), mengantisipasi laba berarti mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum dihubungkan dengan aliran kas dimasa yang akan datang dan sebaliknya tidak mengantisipasi laba berarti belum mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum secara dihubungkan denagn aliran kas dimasa yang akan datang. LaFond dan Roychowdhury (2007) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi meliputi penggunaan standar yang lebih tepat untuk 17

9 mengakui badnews sebagai kerugian dan untuk mengakui goodnews sebagai keuntungan dan memfasilitasi kontrak yang efisien antara manajer dan shareholders. a. Manfaat Konservatisme Akuntansi Kontroversi mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang konservatif belum juga mendapatkan jalan tengahnya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat. Tetapi ada juga pendapat yang menentangnya dan beranggapan bahwa konservatisme akuntansi tidak bermanfaat karena mengandung informasi yang bias. 1) Akuntansi Konsevatif Tidak Bermanfaat Meskipun prinsip konservatisme telah diakui sebagai dasar laporan keuangan di Amerika Serikat, namun beberapa peneliti masih meragukan manfaat konservatisme tersebut. Stabus (1995) dalam Mayangsari dan Wilopo (2002) berpendapat adanya berbagai cara untuk mendefinisikan dan mengintepretasikan konservatisme merupakan kelemahan konservatisme. Disampiang itu, konservatisme dianggap sebagai suatu sistem akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh pengertian mengenai konservatisme itu sendiri yang disampaikan oleh beberapa peneliti terdahulu, dimana akuntansi yang mengakui kerugian lebih cepat daripada pendapatan dan keuntungan, serta menilai aktiva dengan nilai terendah dan kewajiban dengan nilai tertinggi. 2) Akuntansi Konservatif Bermanfaat Akuntansi konservatif tetap disarankan untuk digunakan. Hal ini dapat dilihat dalam aturan-aturan yang ada dalam standar akuntansi yang ada di Indonesia (PSAK 2012). Akuntansi konservatif akan menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara 18

10 pihak-pihak dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba (manajemen laba) serta memanfaatkan informasi asimetri sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para pemegang saham (agency conflict). Para peneliti menyebutkan telah terjadi peningkatan konservatisme standar akuntansi secara global. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga auditor dan manajer cenderung melindungi dirinya dengan selalu melaporkan angka-angka yang konservatif di dalam laporan keuangannya (Givoly dan Hayn, 2002 dalam Mayangsari dan Wilopo, 2002). Berdasarkan kontrak yang efisien, konservatisme akuntansi menyatakan bahwa besarnya laba yang diantisipasi merupakan fungsi langsung dari kemampuan perusahaan dalam mengestimasi laba perusahaan dalam masa mendatang. Secara intuitif, prinsip konservatisme ini bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksikan kondisi pada masa mendatang. Dengan kata lain, pemilihan suatu metide yang mendukung prinsip konservatisme memiliki value relevance. Logika ini dapat membantah kritik terhadap ketidakbergunaan laporan keuangan yang berdasarkan pada prinsip konservatisme (Mayangsari dan Wilopo, 2002). b. Pengukuran Konservatisme Para Peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu Watts (2003b) dalam Fitri (2010) : 1) Net asset measures Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui konservatisme laporan keuangan seperti yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) adalah nilai aktiva yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Proksi 19

11 pengukuran ini menggunakan rasio market to book value of equity yang mencerminkan nilai pasar ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas perusahaan. Book value dihitung menggunakan nilai ekuitas pada tanggal neraca yaitu tanggal 31 Desember dan Market Value diukur menggunakan harga penutupan saham pada tanggal pengumuman agar dapat merefleksikan respon pasar atas laporan keuangan (Fala, 2007). Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya (Dewi, 2004). 2) Earning/Accrual measure Pada tipe ini, konservatisme diukur dengan menggunakan metode akrual, yaitu selisih antara laba bersih dengan arus kas. Pengukuran konservatisme ini dilakukan oleh Dewi dan Sari (2004), yaitu : Cit = Niit Cfit Cit Niit : tingkat konservatisme perusahaan i pada waktu t : laba bersih sebelum extraordinary item ditambah depresiasi dan amotisasi Cfit : arus kas dari kegiatan operasi Semakin kecil ukuran akrual suatu perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin menerapkan prinsip akuntansi yang kionservatis. 3) Earning/Stock relation measure Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai asset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai asset stock return tetap berusaha untuk melaporkannya sesuai dengan waktunya. 20

12 Untuk menyediakan estimasi konservatisme, Basu (1997) dalam Sari dan Adhariani (2008) menyatakan bahwa konservatisme menyebabkan kejadiankejadian yang merupakan kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu pengakuan). Hal ini disebabkan karena salah satu definisi konservatisme menyebutkan bahwa kejadian yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan harus segera diakui sehingga mengakibatkan kabar buruk lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan kabar baik. Ia memprediksi bahwa pengembalian saham dan earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, tapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada earnings. Basu (1997) meregres laba tahunan pada return saham tahunan yang sama : NI = βo+β1neg+β2ret+β3ret*neg+ε NI : laba bersih sebelum extraordinary item dibagi dengan nilai pasar ekuitas pada awal tahun RET NEG : Return saham : variabel indikator, bernilai satu jika RET negatif dan bernilai nol jika RET positif β2 : mengukur ketepatan waktu dari laba dengan respon terhadap return positif (goodnews) β3 : mengukur ketepatan waktu dari laba incremental dengan respon terhadap return negatif (badnews). Dalam persamaan ini RET yang dipergunakan mengacu pada Jogiyanto (2003:109) dalam Michell Suharli (2005) dimana saham dibedakan menjadi dua 21

13 yaitu : (1) return realisasi merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian return bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden, maka persamaan untuk RET ditulis dengan rumus : Ross et al. (2003:238) dalam Michell Suharli (2005). Ri = P t - P t-1 P t-1 Keterangan : Ri Pt = Return Saham = Harga saham pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1 c. Peluang Pemilihan Tingkat Konservatisme Oleh Manajemen Salah satu pengertian mengenai tingkat konservatisme akuntansi adalah tingkat konservatisme akuntansi yang dipilih oleh manajemen dalam menerapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Beberapa metode akuntansi dalam PSAK (IAI, 2012) yang memberikan peluang bagi manajer untuk menyelenggarakan akuntansi konservatif antara lain (Lo, 2005; Widyaningrum, 2008; Fitri, 2010) : 1) PSAK No. 14 (Revisi 2012) : Persediaan Pada paragraf 22 menyatakan biaya untuk persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus 22

14 diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masingmasing. Paragraf 24 menyatakan bahwa biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 22, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumus biaya yang berbeda diperkenankan. Metode MPKP atau yang sering disebut dengan FIFO dalam metode penelitian persediaan menghasilkan laba yang lebih besar daripada metode LIFO dan ratarata tertimbang (weighted averange cost method) dalam laporan laba rugi perusahaan. Hal tersebut dikarenakan metode FIFO menghasilkan biaya persediaan akhir menjadi lebih besar sehingga harga pokok penjualan menjadi lebih kecil dan laba yang dihasilkan menjadi lebih besar. Oleh karena itu metode FIFO merupakan metode penilaian persediaan yang paling konservatif. Hal tersebut berlaku jika kondisi perekonomian mengalami inflasi sehingga harga terus meningkat. Berbeda dengan laporan laba rugi akuntansi, laporan laba rugi fiscal hanya mengakui dua metode penilaian persediaan, yaitu FIFO dan rata-rata tertimbang. Diantara kedua metode tersebut, metode rata-rata tertimbang merupakan metode yang paling konservatif karena menghasilkan biaya persediaan akhir yang lebih besar dan laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil Widyaningrum (2008) dalam Fitri (2010). 23

15 2) PSAk No. 17 (1994) tentang akuntansi penyusutan telah diganti oleh PSAK No. 16 (Revisi 2012) tentang asset tetap. Dalam paragraf 63 menyatakan bahwa berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu asset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balancig method), dan metode unit produksi (sum of the unit method). Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat asset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset. Metode jumlah unit produksi menghasilkan pembebanan berdasarkan pada ekspektasi penggunaan keluaran dari aset. Metode penyusutan asset dipilih berdasarkan ekspetasi pola pemakaian manfaat ekonomi masa depan aset. Metode tersebut diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, kecuali terdapat perubahan dalam ekspetasi pola pemakaian manfaat ekonomi masa aset tersebut. Berdasarkan waktunya, jika periode penyusutan suatu perusahaan semakin pendek, maka akan lebih konservatif dan jika periode penyusutan semakin panjang maka semakin tidak konservatif (Dewi, 2005). Hal tersebut dikarenakan jika periode penyusutan semakin pendek, maka biaya penyusutan menjadi lebih besar sehingga laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Diantara metode penyusutan yang disebutkan dalam PSAK tersebut, metode penyusutan saldo menurun lebih konservatif dibanding metode lainnya. Tetapi hal tersebut hanya 24

16 terjadi pada awal-awal periode penyusutan sedangkan pada saat menuju akhir periode penyusutan metode saldo menurun menjadi tidak konservatif. 3) PSAK No. 19 (Revisi 2012) : Aset takberwujud Pada paragraf 98 menyatakan bahwa terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan aset atas dasar yang sistematis selama umur manfaatnya. Metode tersebut mencakup metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi. Metode yang digunakan dipilih berdasarkan pada pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, kecuali terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi tersebut. Sama halnya dengan penyusutan, jika periode amortisasi semakin pendek, maka akan lebih konservatif dan jika periode amortisasi semakin panjang, maka semakin tidak konservatif (Dewi, 2004). Hal tersebut dikarenakan jika periode amortisasi semakin pendek, maka biaya amortisasi tiap periode menjadi lebih lebih besar sehingga laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Sama seperti dengan penyusutan pula, diantara metode amortiasi yang disebutkan dalam PSAK, metode amortisasi menurun merupakan metode yang paling konservatif diantara metode lain yang ada. Lebih lanjut, paragraf 99 menyatakan bahwa amortisasi biasanya diakui dalam laba rugi. Namun, terkadang manfaat ekonomis yang terkandung dalam aset terserap dalam menghasilkan aset lain. Dalam kasus ini beban amortisasi merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain tersebut dan dimasukkan ke dalam jumlah tercatatnya. Misalnya, amortisasi asset takberwujud yang 25

17 digunakan dalam proses produksi dimasukkan ke dalam jumlah tercatat persediaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari paragraf 99 tersebut adalah bahwa apabila amortisasi suatu asset tidak berwujud diakui sebagai bagian dari harga pokok asset lainnya, hal tersebut dapat membuat laba yang dihasilkan dalam laporan keuangan menjadi besar dan tidak konservatif. Sebaliknya, jika amortisasi tersebut diakui sebagai beban, maka laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil atau konservatif. 4) PSAK No. 20 : Biaya Riset dan Pengembangan telah diganti oleh PSAK No. 19 : Aset takberwujud (Revisi 2012). Pada paragraf 53 menyatakan bahwa perusahaan tidak boleh mengakui aset tak berwujud yang timbul dari penelitian (atau tahap penelitian pada suatu proyek internal). Pengeluaran untuk penelitian (atau tahap penelitian pada proyek internal) diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Pada paragraf 56 menyatakan bahwa suatu aset takberwujud yang timbul dari pengembangan (atau dari tahap pengembangan pada proyek internal) diakui jika, dan hanya jika perusahaan dapat menunjukkan enam kriteria tertentu. Laporan keuangan akan menjadi lebih konservatif jika biaya riset dan pengembangan diakui sebagai beban daripada sebagai aktiva. Biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban mengakibatkan laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Sedangkan biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai aktiva mengakibatkan laba yang dihasilkan menjadi lebih besar dan tidak konservatif. 26

18 d. Kontroversi Konservatisme Akuntansi Konservatisme merupakan konsep akuntansi yang kontroversial. Banyak kritik mengenai kegunaan suatu laporan keuangan jika penyusunannya menggunakan metode yang konservatif karena laporan akuntansi yang dihasilkan dengan metode tersebut cenderung bias dan tidak mencerminkan realita (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Monahan (1999) dalam Fitri (2010) menyatakan bahwa semakin konservatif metode akuntansi yang digunakan, maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias (bervariasi antar waktu). Konsisi ini mendukung simpulan bahwa laporan keuangan itu sama sekali tidak berguna karena tidak dapat mencerminakn nilai perusahaan sesungguhnya. Klein dan Marquant (2000) dalam Juanda (2007) dalam Fitri (2010) mengemukakan dua aspek yang menjadikan konservatisme akuntansi mengurangi kualitas laporan keuangan terutama masalah relevansi. Pertama, konservatisme melaporkan terlalu rendah baik laba maupun aktiva. Hal ini akan mempengaruhi kualitas relevansi laporan keuangan khususnya netralitas. Karena ingin mempertahankan reliabilitas, kadang perusahaan mengabaikan relevansi informasi, atau sebaliknya. Misalnya, ketika mencatat kerugian kontijensi, mencatat biaya riset dan pengembangan. Konservatisme mendorong adanya penyimpangan karena sikap pesimistik, walaupun hal ini memang diharapkan oleh kreditor, namun akan menjadi problem ketika melakukan analisis ekuitas. Kedua, konservatisme merupakan hasil dari penundaan secara selektif terhadap berita baik, sementara dengan segera mengakui berita buruk. Praktik seperti ini akan mengurangi kandungan informasi laporan keuangan yang berkaitan dengan relevansi. 27

19 Masih mengenai kontroversi konservatisme akuntansi, pendapat yang lebih lengkap dikemukakan oleh KAM (1995) dan Qiang (2003) dalam Juanda (2007) dan dalam Fitri (2010) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa aspek yang menyebabkan konservatisme akuntansi ditolak antara lain: (1) Ketidakkonsistenan. Ketika aset dilaporkan terlalu rendah karena digunakan atau dijual, hal ini akan mengakibatkan laba dilaporkan terlalu tinggi. Dalam kasus lain, laba yang dilaporkan terlalu rendah pada periode sekarang akan dilaporkan terlalu tinggi pada periode berikutnya; (2) Ketidakteraturan. Tingkat konservatisme dalam laporan keuangan berkaitan dengan perihal kebijakan perusahaan. Misalnya, ketika mengantisipasi kerugian, mungkin dicatat dan mungkin tidak karena suatu ekspetasi selalu dapat direvisi; (3) Penyembunyian. Investor mengalami kesulitan menentukan dan menemukan jumlah aset yang dilaporkan terlalu rendah, sehingga dalam kasus ini investor dalam posisi tidak diuntungkan dan memberi peluang keuntungan bagi pihak dalam; (4) Kontradiktif. Konservatisme akuntansi bertentangan dengan prinsip akuntansi lainnya antara lain prinsip biaya, prinsip penandingan, prinsip konsistensi, dan prinsip pengungkapan; (5) Konservatisme akuntansi bertentangan dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan, antara lain, relevan, reliabilitas, dan komparabilitas. 3. Auditor Eksternal (Akuntan Publik Bersertifikat) Audit menurut Randal J. Elder et al. (2011:4) yang diterjemahkan oleh Desi Fitriyani adalah sebagai tugas pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut 28

20 dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Randal J. Elder et al. (2012) dalam bukunya tersebut lebih lanjut menjelaskan mengenai audit, bahwa untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut, yang dapat dan memiliki banyak bentuk. Para auditor secara rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur, termasuk laporan keuangan perusahaan dan SPT Pajak Penghasilan Perorangan. Auditor juga mengaudit informasi yang lebih subjektif, seperti efektivitas sistem komputer dan efisiensi operasi manufaktur. Kriteria untuk mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada informasi yang sedang diaudit. Dalam audit atas laporan keuangan historis oleh kantor akuntan publik (KAP), kriteria yang berlaku biasanya adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Generally accepted accounting principles GAAP). Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut. Auditor juga harus memiliki sikap mental yang independen. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit tidak akan ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Auditor yang mengeluarkan laporan mengenai laporan keuangan perusahaan, sering kali disebut auditor independen. Walaupun auditor ini menerima fee dari perusahaan, mereka biasanya cukup 29

21 independen dalam melakukan audit yang informasinya dapat diandalkan oleh para pemakai. B. Penelitian Terdahulu Mayangsari dan Wilopo (2002) menguji hubungan antara konservatisme akuntansi dengan value relevance dan discretionary accruals pada perusahaan manufaktur di Indonesia dan menemukan bukti bahwa prinsip akuntansi konservatif memiliki value relevance. Artinya, dengan menggunakan prinsip konservatisme laporan keuang yang disajikan juga dapat menunjukan nilai pasar perusahaan. Semakin tinggi konservatisme, semakin tinggi pertumbuhan perusahaan. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi konservatisme, semakin rendah kemungkinan dilakukannya manajemen laba sehingga hal ini menunjukkan bahwa konservatisme dapat mengurangi sikap oportunistik pihak manajemen. Sedangkan discretionary accruals tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Motivasi pembuatan penelitian ini karena adanya tuduhan ketidakbergunaan prinsip konservatif karena hanya akan menghasilkan kualitas earnings yang rendah. Dewi (2004) melakukan penelitian mengenai pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient pada perusahaan manufaktur dan non-manufaktur (kecuali perbankan) dari tahun 1996 hingga 2000, menemukan bukti bahwa akrual diskresioner dengan konservatisme laporan keuangan berhubungan signifikan tetapi lemah. Sedangkan hubungan earnings response coefficient dengan konservatisme laporan keuangan, khususnya bahwa 30

22 earnings response coefficient laporan yang optimis lebih besar dibandingkan earnings response coefficient laporan yang konservatif. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa earnings response coefficients laporan yang cenderung persisten optimis lebih tinggi dibandingkan earnings response coefficient laporan yang cenderung persisten konservatif. Selain itu, Widya (2005) melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Dalam penelitiannya, Widya menggunakan struktur kepemilikan, kos politis, kontrak utang dan pertumbuhan sebagai variabel bebsa. Sedangkan variabel terikatnya adalah konservatisme. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi struktur kepemilikan, besarnya kos politis dan pertumbuhan penjualan meerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Semakin besar konsentrasi struktur kepemilikan perusahaan terhadap modal, serta semakin besar kos politis yang dikeluarkan perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung untuk memilih strategi akuntansi konservatf. Disisi lain, penelitian tersebut menunjukkan bahwa leverage bukan merupakan faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Ahmed dan Duellman (2007) menguji mengenai karakteristik dewan terhadap konservatisme akuntansi menemukan bukti bahwa inside directors berhubungan negatif signifikan dengan konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran akrual, sedangkan outside directors berhubungan positif. Ukuran dewan yang diukur dengan ukuran akrual menunjukkan hasil yang tidak 31

23 signifikan dengan konservatisme akuntansi, sedangkan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berhubungan negatif dan tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wardhani (2008) yang meneliti mengenai pengaruh karakteristik dewan terhadap tingkat konservatisme akuntansi di Indonesia dengan obyek penelitian sebanyak 69 perusahaan yang terdaftar di BEI dengan variabel independen yang digunakan yaitu komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan keberadaan komite audit menunjukkan hasil bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat konservatisme dengan ukuran akrual, sedangkan kepemilikan manajerial dan independensi komisaris tidak berpengaruh positif, tetapi independensi komisaris mempunyai pengaruh positif terhadap konservatisme dengan ukuran pasar. Dengan ukuran pasar pula, penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial, semakin rendah tingkat konservatisme suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Rahmawati (2008) yang meneliti mengenai pengaruh karakteristik dewan sebagai salah satu mekanisme corporate governance terhadap konservatisme akuntansi di Indonesia dengan obyek penelitian perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2005 hingga 2008 menunjukkan bahwa faktor indepensi komisaris, kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit, ukuran dewan, kepemilikan institusional, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi tingkat konservatisme 32

24 akuntansi yang diukur dengan ukuran akrual sebesar 40%, sedangkan faktorfaktor diatas secara bersama-sama juga mempengaruhi tingkat konvservatisme yang diukur dengan ukuran nilai pasar sebesar 23,80 %. Ahmed & Duellman (2012) menginvestigasi mengenai hubungan antara managerial overconfidence dan konservatisme akuntansi dan membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara managerial overconfidence dan konservatisme akuntansi. Karena manajer yang terlalu optimistik biasanya melebih-lebihkan kemungkinan ROI (Return on Investment) yang akan diperoleh perusahaan, Ahmed dan Duellman telah memprediksi bahwa Managerial Overconfidence akan terhubung secara negatif dengan konservatisme akuntansi. Dengan meneliti sampel yang diambil dari perusahaan selama tahun , mereka menemukan bukti kuat bahwa hubungan negatif yang cukup signifikan antara kepercayaan diri manajer yang terlalu berlebihan dengan konservatisme akuntansi. Lebih jauh, penemuan keduanya adalah bahwasanya pemantauan pihak luar tidak terlalu berpengaruh terhadap hubungan ini. C. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Overconfidence terhadap konservatisme akuntansi Konservatisme di definisikan sebagai standar verifikasi yang tinggi saat pengakuan good news daripada bad news (Basu [1997], Watts [2003]). Konsep konservatisme yang dikenal secara umum dibagi menjadi dua sub-konsep : conditional and unconditional conservatsim (Ball and Shivakumar, 2005; Beaver and Ryan, 2005). Conditional Conservatism mengarah pada pemikiran bahwa 33

25 earning direfleksikan dalam pengkuan rugi dan laba dalam kondisi asymmetric timelines, dimana asimmetric timelines timbul dari kecenderungan akuntan untuk menggunakan verifikasi tingkat tinggi atas pengakuan kabar baik daripada kabar buruk dalam laporan keuangan. Contoh dari conditional conservatism dapat dilihat pada akuntansi persediaan (LOCOM) dan akuntansi impairment untuk aset berwujud dan tidak berwujud jangka panjang. Estimasi manajemen memainkan peranan yang kadang di kritik dalam mengaplikasikan konservatisme akuntansi. Sebagai contoh, ketika manajer mengestimasi nilai bersih persediaan dalam mengaplikasikan peraturan lower of cost or market saat penilaian persediaan. Mereka pada umumnya akan meninggikan (overestimate) kemungkinan arus kas yang positif dan merendahkan (underestimate) kemungkinan arus kas yang negatif (rendah). Manajemen yang terlalu optimistik dalam meramalkan (mengestimasi) keuntungan yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan datang cenderung menunda pengakuan kerugian dan menggunakan sedikit sekali praktek akuntansi konservatisme. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis sebagai berikut : H1a : Terdapat pengaruh negatif antara optimistik manajemen yang terlalu berlebihan dalam mengestimasi keuntungan (overconfidence managerial) dengan konservatisme kondisional (conditional conservatism). Implikasi kedua dari pemilihan kebijakan akuntansi adalah overconfidence managers akan melakukan penilaian terhadap aset dengan nilai yang terlalu tinggi (overvalue) dan melakukan penilaian terhadap hutang dengan nilai yang terlalu rendah (undervalue). Sebagai contoh, seorang overconfidence manager akan 34

26 membuat perkiraan yang terlalu tinggi atas pengembalian piutang perusahaan (account receivable), dan membuat cadangan yang terlalu rendah untuk pengembalian hutang perusahaan. Demikian halnya ketika membuat perkiraan atas nilai aset tetap, aset tetap akan dinilai dengan nilai yang tertinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dibentuklah hipotesis sebagai berikut : H1b : Terdapat pengaruh negatif antara optimistik manajemen yang terlalu berlebihan dalam mengestimasi keuntungan (overconfidence managerial) dengan unkondisional konservatisme (unconditional conservatism). 2. Pemantauan pihak ketiga, konservatisme dan Overconfidence Jajaran direksi dan pemegang saham independen melihat laporan yang disusun dengan konservatisme akan lebih baik, pantauan pihak ketiga (Auditor eksternal/akuntan publik bersertifikat) dapat mengurangi efek negatif overconfindence managerial terhadap akuntansi konservatisme sebagaimana yang disampaikan oleh Kahneman dan Lovallo (1993) yang berpendapat bahwa pengaruh optimisme manajemen yang terlalu berlebihan (Overconfidence Managerial) terhadap konservatisme akuntansi dapat dikurangi dengan melibatkan pantauan pihak luar. Pendapat ini, yang menyatakan bahwa pantauan pihak ketiga dapat mengurangi hubungan negatif antara Overconfidence managerial dan akuntansi konservatisme membentuk hipotesis berikut ini : H2 : Pengaruh negatif antara optimisme manajer yang terlalu berlebihan dan konservatisme akuntansi akan menjadi lemah pada perusahaan apabila 35

27 pemantauan pihak ketiga (Auditor eksternal/akuntan Publik Bersertifikat) cukup ketat. D. Model Konseptual Berdasarkan pada teori yang telah dijelaskan sebelumnya dan berdasarkan pada uraian penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti mengindikasikan bahwa Overconfidence Managerial yang terdiri dari direksi dan komisaris dependen dalam perusahaan sebagai variabel independen dan akuntansi konservatisme sebagai variabel dependen (terikat) serta auditor eksternal (Akuntan Publik Bersertifikat) sebagai variabel kontrol yang mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi yang diterapkan sebagai kebijakan perusahaan. Untuk membantu dalam memahami mengenai hubungan antara Overconfidence Managerial terhadap konservatisme akuntansi dan bagaimana auditor eksternal berperan sebagai variabel kontrol maka diperlukan sebuah kerangka pemikiran. Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas kemudian dibuatlah hipotesis-hipotesis yang dapat digambarkan dalam sebuah hubungan antar variabel seperti dibawah ini : 36

28 Managerial Overconfidence (Susunan manajerial over optimistik) terdiri dari : a. Direksi b. Komisaris \ External Monitorning (Pihak luar ketiga/luar Perusahaan) : Akuntan Publik (KAP) Konservatisme Akuntasi a. Dengan Ukuran Akrual b. Dengan Ukuran Nilai Pasar Keterangan : : Variabel Independen : Variabel Kontrol Gambar 2.1 Model Konseptual 37

BAB II LANDASAN TEORI. diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Konservatisme Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan verifiabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa

Lebih terperinci

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Teori agensi menjelaskan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai

II. LANDASAN TEORI. Teori agensi menjelaskan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Agensi Teori agensi menjelaskan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan. Jensen dan Meckling,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal.

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan handal. BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - teori 1. Pengertian dalam Akuntansi Menurut Belkaoui (2011:288), konservatisme sebagai suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam prinsip tersebut bertindak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan menjadi kebijakan manajemen sepenuhnya. Dalam kondisi keragu-raguan, seorang manajer harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam praktik akuntansi. Sebagaimana dikatakan Lasdi (2008), meskipun. melaporkan laporan keuangan secara konservatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi dominan. Konvensi seperti konservatisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Laporan keuangan menjadi penting bagi penggunanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Reves (2003:10) Akuntansi dapat di definisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Landasan Teoritis TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal mengasumsikan bahwa informasi yang diterima oleh masingmasing pihak tidak sama. Atau dengan kata lain, teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat untuk melakukan evaluasi atas suatu kinerja perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi-informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi-informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi-informasi penting seputar kondisi keuangan perusahaan yang ditunjukkan kepada pihakpihak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan. Informasi yang disampaikan melalui laporan keuangan ini digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara principal dan agen,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

kelompok eksternal karena kelompok ini memiliki tingkat ketidakpastian yang paling besar Arief (2006, dalam Sari, 2008). Sedangkan para pengguna

kelompok eksternal karena kelompok ini memiliki tingkat ketidakpastian yang paling besar Arief (2006, dalam Sari, 2008). Sedangkan para pengguna 3 PENDAHULUAN Laporan keuangan menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan merupakan media informasi yang mencatat semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA 7 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 1. Teori Agensi Teori agensi merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan saat ini. Teori agensi merupakan teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,2009). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,2009). Manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme. Konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya laju pertumbuhan bisnis saat ini menuntut Indonesia untuk menyetarakan standar keuangan serta penyusunan laporan keuangan mengikuti standar internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan publik memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab dalam menerbitkan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan dapat memberikan

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Leverage pada Earnings Response Coefficient Nama : Desriyana Natalia NIM :

Judul : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Leverage pada Earnings Response Coefficient Nama : Desriyana Natalia NIM : Judul : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Leverage pada Earnings Response Coefficient Nama : Desriyana Natalia NIM : 1115351144 Abstrak Kualitas laba penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Perkembangan teori akuntansi positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan praktisi terhadap teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi merupakan teori yang digunakan perusahaan dalam mendasari praktik bisnisnya. Teori agensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976) hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Teori Agensi / Keagenan (Agency Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Teori Agensi / Keagenan (Agency Theory) 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Teori Agensi / Keagenan (Agency Theory) (Anthony dan Govindarajan, 2005) menyatakan teori keagenan dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan: 11 BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Komite Audit Berdasarkan KEP-29/PM/2004 peraturan nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi menetapkan aturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dibuat oleh perusahaan memiliki berbagai tujuan diantaranya adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah laporan yang bisa diharapkan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah laporan yang bisa diharapkan memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah laporan yang bisa diharapkan memberikan informasi mengenai perusahaan. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggungjawaban kepada pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan adalah gambaran keuangan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan merupakan media informasi

Lebih terperinci

PENGARUH KONFLIK BONDHOLDERS SHAREHOLDERS TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KONFLIK BONDHOLDERS SHAREHOLDERS TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH KONFLIK BONDHOLDERS SHAREHOLDERS TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : Muhammad Faridz Ilham R. Abstraksi Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Model Penelitian Terdahulu Dewi (2004) menyediakan bukti empiris tentang hubungan antara konservatisme laporan keuangan dan discretionary accruals.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, kualitas dari suatu laporan. penggunanya dalam mengambil keputusan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, kualitas dari suatu laporan. penggunanya dalam mengambil keputusan yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No.1 paragraf ke 7 revisi 2009). Laporan keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Konservatisma merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. implikasi sangat besar terhadap penilaian aset perusahaan. Konservatisme

BAB I PENDAHULUAN. implikasi sangat besar terhadap penilaian aset perusahaan. Konservatisme 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konservatisme merupakan salah satu prinsip dalam akuntansi yang memiliki implikasi sangat besar terhadap penilaian aset perusahaan. Konservatisme merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang kian meningkat menuntut setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang kian meningkat menuntut setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha yang kian meningkat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja sehingga dapat menciptakan daya saing yang kuat di antara para pesaingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang disediakan perusahaan, terkait dengan kinerja manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan, adalah laporan keuangan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap negara memperoleh pendapatan yang berasal dari pajak. Demikian juga, Indonesia yang pendapatannya berasal dari pajak. Indonesia adalah negara yang pendapatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan. tahunan yang diaudit oleh kantor akuntan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan. tahunan yang diaudit oleh kantor akuntan publik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan tahunan yang diaudit oleh kantor akuntan publik. Laporan keuangan merupakan mekanisme yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dan tempat penelitian dilakukan pada PT. Bursa Efek Indonesia, yang datanya tidak langsung diperoleh di kantor PT. Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi keuangan suatu organisasi mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik internasional yang paling baik) dalam pengelolaan keuangan modern (Kementerian Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Laporan keuangan tersebut menyediakan informasi sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham atau kepada pihak eksternal yang memiliki kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham atau kepada pihak eksternal yang memiliki kepentingan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan yang di buat oleh perusahaan adalah laporan hasil perusahaan dari akhir proses akuntansi yang dibuat sebagai informasi keuangan untuk para pemegang

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KONSERVATISME TERHAD AP ASIMETRI INFORMASI D ENGAN D IMOD ERASI EFEKTIFITAS PENGAWASAN D EWAN KOMISARIS

2016 PENGARUH KONSERVATISME TERHAD AP ASIMETRI INFORMASI D ENGAN D IMOD ERASI EFEKTIFITAS PENGAWASAN D EWAN KOMISARIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini timbul pro kontra mengenai laporan keuangan yang disebabkan penggunaan prinsip konservatisme akuntansi dalam pelaporan laporan keuangannya. Lo (2005)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat para manajer perusahaan harus lebih kreatif dalam menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat para manajer perusahaan harus lebih kreatif dalam menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kejamnya persaingan bisnis antar perusahaan di lingkungan pasar modal membuat para manajer perusahaan harus lebih kreatif dalam menunjukkan pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Informasi yang disampaikan melalui laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Wardhani (2008) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Wardhani (2008) menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). SAK memberikan fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi dalam Mursyidi (2010:17) adalah proses pengidentifikasian data keuangan, memproses pengolahan dan penganalisisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk kepada beberapa penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Laporan Tahunan Perusahaan Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan keuangan emiten dalam jangka waktu satu tahun. Termasuk di dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasikan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah informasi akuntansi yang menyajikan informasi bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC No.1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statement Of Financial Accounting Concept (SFCA) No.1 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Statement Of Financial Accounting Concept (SFCA) No.1 yang menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya akan informasi laba secara tegas telah dijelaskan dalam Statement Of Financial Accounting Concept (SFCA) No.1 yang menyatakan bahwa selain untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi di Indonesia terus meningkat, termasuk investasi di pasar modal. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi pula dan dengan laba tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi pula dan dengan laba tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat laba merupakan salah satu faktor terpenting bagi perusahaan. Tingkat laba dapat disinyalir sebagai salah satu cerminan kinerja perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam mengambangkan usahanya, globalisasi juga dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam mengambangkan usahanya, globalisasi juga dapat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memberikan peluang bisnis yang dapat mendorong para pelaku bisnis dalam mengambangkan usahanya, globalisasi juga dapat memberikan tantangan dan hambatan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan yaitu pihak pemilik dan pengelola, yang berkontribusi dalam modal, keahlian, serta tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2006). Dari pengertian tersebut,

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai

BABl PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan serta merupakan media untuk melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha memaksimalkan laba.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha memaksimalkan laba. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Dimana tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam akuntansi (Sterling, 1970), seperti membatasi perilaku oportunistik manajer

BAB I PENDAHULUAN. dalam akuntansi (Sterling, 1970), seperti membatasi perilaku oportunistik manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konservatisme dinilai sebagai prinsip yang paling mempengaruhi penilaian dalam akuntansi (Sterling, 1970), seperti membatasi perilaku oportunistik manajer sehingga

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam menyusun laporan keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam perlakuan, metode,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan manajerial tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan sebagai bahan untuk membandingkan dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya kesamaan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prinsip akuntansi yang berlaku memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas seorang manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan indikator untuk menilai kinerja operasional perusahaan. Laba yang dilaporkan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menjadi sarana manajemen untuk mengkomunikasikan pertanggungjawaban kinerja mereka kepada pihak-pihak berkepentingan. Laporan keuangan disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi (Abdullah, 2001). Teori keagenan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha sebagai

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan

BAB I Perusahaan yang biasa kita kenal dengan sebutan perusahaan go public, akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak perusahaan yang ingin menjual sahamnya kepada umum dengan persyaratan tertentu sehingga kepemilikan perusahaan tersebut tidak hanya dimiliki oleh seorang pemilik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan menggambarkan informasi mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga berguna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Fala (2007) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu hubungan antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh tingkat laba yang memuaskan (Halim: 2009). Laba yang memuaskan tersebut salah satunya bertujuan untuk memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat oleh perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat oleh perusahaan yang menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Laporan keuangan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan yang dibuat oleh setiap perusahaan merupakan gambaran kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Informasi yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Model Penelitian Terdahulu Penelitian pertama mengenai peranan konservatisme akuntansi dalam meringankan konflik antara kreditor dan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan serta merupakan gambaran bentuk kinerja manajemen dalam mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian terhadap suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prinsip konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian terhadap suatu keadaan yang tidak pasti untuk menghindari optimisme berlebihan dari manajemen dan pemilik

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN SEBAGAI SALAH SATU MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA

PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN SEBAGAI SALAH SATU MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN SEBAGAI SALAH SATU MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan, laporan keuangan merupakan gambaran kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan yang telah dipercayakan oleh pemegang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media yang paling penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dalamnya karena menyediakan informasi untuk menilai prestasi dan

Lebih terperinci