Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan riset dalam bidang teknologi material beton telah memasuki era baru yaitu era dimana komponen beton dapat diproduksi melalui utilisasi bahanbahan produk sampingan (limbah) industri, seperti; abu terbang (fly ash), endapan silika (silica fume), terak tanur tinggi (blast furnace slag), abu sekam (rice husk ash), dan lain-lan. Penggunaan bahan-bahan ini didasari atas pertimbangan dampak eksploitasi sumber daya alam yang semakin meluas dan pencemaran lingkungan yang tak terkendalikan, terutama dalam era industrialisasi masa kini maupun masa yang akan datang. Keberhasilan atas penggunaan bahan-bahan ini merupakan aktualisasi dari konsep keseimbangan pembangunan dan pelestarian lingkungan atau lebih dikenal sebagai konsep pembangunan berwawasan lingkungan. Dalam kaitannya dengan perkembangan pembangunan khususnya di perkotaan, pencemaran lingkungan tidak hanya terjadi karena dampak langsung dari eksploitasi sumber daya alam dan aktifitas industri secara besar-besaran, tetapi juga dapat terjadi karena dampak rutinitas aktifitas manusia setiap hari, terutama pada kawasan kumuh, pasar-pasar tradisional, dan semacamnya. Pada kawasan seperti ini, buangan air kotor dan penanganan sampah-sampah basah pada umumnya belum tertangani secara baik, sehingga cenderung berdampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, bahkan pada kondisi tertentu bisa menjadi katalisator bagi pertumbuhan mikroorganisme. Kondisi seperti ini umumnya menimbulkan bau tidak sedap sebagai pertanda berlangsungnya proses metabolik mikroorganisme. Struktur beton dengan kondisi lingkungan seperti tesebut di atas, cukup rentan terhadap kemungkinan pengrusakan, terutama jika produk metabolik mikroorganisme memiliki tingkat agresifitas yang tinggi dan mampu mengisi ruang atau pori-pori beton sedemikian sehingga dapat mempengaruhi unsur-unsur kimiawi produk hidrasi semen. Salah satu produk metabolik mikroorganisme yang 1

2 berpotensi merusak material beton adalah zat asam, dimana jika bereaksi dengan kalsium hidroksida (CH), sangat mungkin berakibat pada hilangnya sifat alkalinitas, berkurangnya massa beton, dan sebagai pemicu dalam proses deteriorasi. Selain itu stabilitas kalsium silikat hidrat (CSH) sebagai unsur kekuatan beton dapat terganggu apabila bereaksi dengan zat asam tersebut. Akumulasi dampak yang ditimbulkan oleh kedua reaksi tersebut adalah meningkatnya porositas dan permeabilitas serta berkurangnya kekuatan dan kekakuan beton. Contoh kejadian tersebut di atas dapat diketemukan pada bangunan-bangunan pasar tradisional, terutama komponen struktur beton disekitar area jual-beli bahanbahan seperti; kelapa, sayur-mayur, dan lain-lain, dimana sampah-sampah basah yang dihasilkan dapat menjadi sumber perkembang-biakan mikroorganisme. Pada kondisi lingkungan seperti ini, selain dapat menimbulkan dampak seperti yang disebutkan di atas, juga merusak estetika bahkan dapat menimbulkan dampak yang lebih luas seperti; aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan keselamatan jiwa manusia. Menyadari kemungkinan dampak-dampak tersebut di atas, selain dituntut kesadaran yang tinggi di dalam menjaga lingkungan, juga diperlukan langkah antisipasi dini di dalam pekerjaan konstruksi, terutama yang berkaitan langsung dengan proses perancangan material penyusun beton. Perancangan tersebut sedapat mungkin menghasilkan beton yang memiliki sifat-sifat, selain dapat menghambat penyusupan mikroorganisme ke dalam pori-pori beton, juga dapat membatasi pertumbuhannya di dalam material beton tersebut. Kedua sifat ini sangat ditentukan oleh parameter porositas dan produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C 3 S) dan dikalsium silikat (C S) semen, terutama kalsium hidroksida yang mudah dibongkar oleh mikroorganisme tersebut untuk kelangsungan hidupnya di dalam beton. Untuk itu material yang sesuai dengan hal tersebut adalah material yang dapat memberikan efek pengecilan pori dan efek pozzolanik. Kedua efek ini cukup dimiliki oleh beberapa limbah industri seperti fly ash, silica fume, blast furnace slag, slag nikel, dan lain-lain.

3 Dalam dasawarsa 1990-an, Indonesia telah berhasil memproduksi beton dengan sifat-sifat fisis yang baik dan kuat tekan bisa mencapai 100 MPa melalui penggunaan mineral tambahan berupa abu terbang dari limbah industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap [Besari, dkk (199), Munaf (199), Suhud, dkk (1999), Imran, dkk (1999)]. Dalam era yang sama, penggunaan slag nikel baik sebagai agregat maupun sebagai pengganti sebagian porsi semen, juga telah terbukti dapat menghasilkan beton mutu tinggi dan beton kinerja tinggi (Soegiri, dkk, 1997, 1998). Dalam hal prinsip kesetaraan, perkembangan penggunaan slag nikel sebagai mineral tambahan dalam campuran beton masih jauh di bawah perkembangan penggunaan abu terbang. Hal ini perlu mendapatkan perhatian mengingat produk limbah nikel dari industri nikel di Indonesia relatif besar yaitu ± 1, juta meter kubik pertahun. Hasil-hasil penelitian mengenai pemanafaatn limbah ini sebagai bahan alternatif pembentuk beton masih relatif sedikit, sehingga untuk memenuhi prinsip kesetaraan tersebut diperlukan kemitraan yang lebih luas dari berbagai unsur terkait. Di Indonesia terdapat dua industri pengolahan nikel yaitu PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO) yang berkedudukan di Soroako, Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan dan PT. Aneka Tambang yang berkedudukan di Pomalaa, Propinsi Sulawesi Tenggara. Industri pengolahan nikel PT. INCO merupakan industri terbesar dari wujud kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Kanada dengan masa operasi diperkirakan sampai dengan tahun 040. Limbah nikel (slag nikel) yang dihasilkan oleh industri ini merupakan hasil sampingan dari proses peleburan (smelting process) bijih laterit pada tanur listrik (electric furnace) dengan temperatur ± 1300 o C. Seperti halnya limbah industri yang disebutkan sebelumnya, slag nikel sebagaimana yang dilaporkan oleh Soegiri, dkk (1997), memiliki potensi sebagai bahan pengganti sebagian porsi semen dalam campuran beton. Hal ini ditunjukkan oleh kandungan senyawa kimia SiO + Fe O 3 + Al O 3 yang melebihi 70%. 3

4 Melalui reaksi pozzolanik antara senyawa kimia silika oksida (SiO ) dengan kalsium hidroksida (CH) produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C 3 S) dan dikalsium silikat (C S) semen, akan memberikan tambahan kekuatan beton yaitu dalam bentuk kalsium silikat hidrat baru (CSH sekunder ). Dengan bahan substitusi slag nikel, diharapkan kesempatan hidup mikroorganisme di dalam beton dapat berkurang karena efek pengecilan pori dan efek pozzolanik. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penggunaan limbah nikel dalam hubungannya dengan ketahanan beton terhadap intrusi mikroorganisme menarik untuk dikaji lebih mendalam. Hal inilah yang menjadi fokus di dalam penelitian disertasi ini. I. Rumusan Masalah Hingga saat ini informasi mengenai hasil-hasil penelitian terhadap dampak intrusi mikroorganisme pada material beton masih sangat terbatas. Dalam era 1990-an, beberapa peneliti, antara lain; Popesku dan Beshea (1990), Cookson (1995), Islander (1999), dan Covino (1999), hanya melaporkan perihal keberadaan mikroorganisme di dalam beton, bahkan dari laporan tersebut ada yang bersifat dugaan saja, sehingga pada era ini menjadi titik awal bagi beberapa peneliti untuk mempelajari dan mengkaji fenomena mikroorganisme di dalam material beton. Pada awal tahun 000-an, keberadaan mikroorganisme di dalam material beton telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, antara lain; Muethel (001), Pedersen, K. (001) dan Hernandez, dkk (00), namun belum secara substansial menggambarkan dampak terhadap material beton. Fenomena kegagalan komponen struktur beton akibat intrusi mikroorganisme merupakan interaksi bio-kimia dan fisik material beton. Mikroorganisme memiliki perilaku metabolisme secara bio-kimia seperti makhluk hidup pada umumnya, yaitu mengambil atau mengasimilasi zat-zat makanan, membongkar dan membuang sisa-sisa yang tidak diperlukan lagi. Dalam proses pembongkaran dan pembuangan tersebut, mikroorganisme dapat menghasilkan gas dan zat-zat asam. Gas-gas yang dihasilkan bisa berupa gas karbon dioksida, metana, hidrogen, 4

5 hidrogen sulfida, nitrogen atau amoniak. Sedangkan zat-zat asam bisa berupa asam sulfat, asam nitrat, asam susu, asam cuka, dan asam lemak (Waluyo, 005 dan Pedersen, 005). Salah satu sumber nutrien mikroorganisme di dalam material beton adalah unsur kalsium. Unsur ini terdapat di dalam kalsium hidroksida (CH) dan kalsium silikat hidrat (CSH) sebagai produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C 3 S) dan dikalsium silikat (C S) semen dengan air. + (I.1) C a C3 S 6H { C S H 3 CH 4 13 H O 3 + C S H ( OH) CS + 4H { C S H 43 + CH (I.) 13 HO C S H C a ( OH) Apabila proses metabolisme mikroorganisme dapat berlangsung di dalam material beton, patut diduga akan berdampak negatif terhadap perilaku fisik dan mekanik beton. Hal ini dapat digambarkan dalam salah satu contoh kasus yaitu apabila zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme adalah asam asetat (CH 3 COOH) yang bereaksi dengan kalsium hidroksida di dalam beton, maka akan menghasilkan garam elektrolit dan gas etanol. ( OH) CH3COOH Ca( COOH) CH 143 OH 43 Ca + + (I.3) garam(elektrolit) gas (metanol) Mikroorganisme dalam proses metaboliknya, membongkar garam elektrolit untuk mengambil ion kalsium sebagai bahan nutriennya dan sisanya dibuang sehingga menghasilkan zat baru, seperti ditunjukkan pada persamaan I.4 dan I.5. ( ) Ca COOH Ca { + + COOH (I.4) 43 garam(elektolit) nutrien 14 buangan COOH + H O CH 3COOH + OH (I.5) 5

6 Persamaan I.3 hingga I.5 merupakan gambaran proses metabolik mikroorganisme di dalam material beton. Memperhatikan persamaan (I.1 dan I.), kalsium hidroksida (CH) yang diproduksi oleh trikalsium silikat (C 3 S) adalah tiga kali lebih banyak daripada dikalsium silikat (C S). Hal ini menjadi kontradiktif dengan fungsi trikalsium silikat (C 3 S) sebagai kontributor utama bagi kekuatan beton apabila dikaitkan dengan sumber nutrien bagi mikroorganisme di dalam material beton. Oleh karena itu permasalahannya adalah bagaimana mengendalikan produk sampingan kalsium hidroksida (CH) tersebut sedemikian sehingga dampak intrusi mikroorganisme pada material beton dapat diminimalisasikan. Dengan kata lain pengendalian dampak intrusi mikroorganisme tidak lain adalah minimisasi endapan kalsium hidroksida di dalam material beton. Minimalisasi tersebut bukan dalam arti mengurangi kuantitas secara fisik, tetapi bagaimana merubah sifatnya yang semula hanya sebagai endapan yang porous dan sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme, sedemikian sehingga menjadi kontributif terhadap perilaku fisik dan mekanik beton. Mengadopsi dasar pemikiran dari berbagai peneliti sebelumnya, modifikasi sifat kalsium hidroksida (CH) akan dilakukan dengan menggunakan salah satu limbah industri dalam negeri, yaitu limbah nikel PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO). Limbah yang dimaksud telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya oleh Soegiri, dkk (1997). Dengan demikian dasar pemikiran modifikasi sifat kalsium hidroksida (CH) tersebut adalah : Pozzolan + 13 CH Ca(OH) + H 13 H O CSH (I.6) 6

7 Persamaan (I.6) menunjukkan bahwa kalsium hidroksida (CH) akan berubah menjadi kalsium silika hidrat (CSH) setelah bereaksi dengan bahan pozzolanik dan air. Perubahan ini bersifat kontributif terhadap perilaku mekanik dan fisik material beton. Berdasarkan uraian dan gambaran tersebut di atas, permasalah mendasar yang perlu dikaji lebih mendalam adalah bagaimana memformulasikan penggunaan limbah nikel secara optimal sebagai bahan pozzolan sedemikian sehingga dapat merubah kalsium hidroksida (CH) menjadi kalsium silikat hidrat (CSH) sekunder pada beton. Dengan demikian kontribusi yang diharapkan bisa bersifat simultan yaitu selain memberikan efek pozzolanik sebagaimana dalam persamaan (I.6), juga memberikan efek fisik. Efek fisik lebih kearah efek penyelimutan (packing effect) yang memungkinkan diperoleh melalui penggunaan bahan pozzolanik (limbah nikel) dengan ukuran partikel yang lebih halus daripada partikel semen. Efek ini akan berdampak pada mengecilnya pori-pori beton, sehingga beton menjadi lebih padat (impermeable). I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk : (1). Mengidentifikasi golongan mikroorganisme yang tumbuh pada media air kelapa sebagai representasi dari contoh kejadian yang disebutkan di atas, mengetahui dan menganalisis apakah mikroorganisme tersebut dapat hidup dan berkembang di dalam material beton serta pengaruhnya terhadap perilaku fisik dan mekanik beton. (). Mengevaluasi degradasi fisik dan mekanik beton akibat intrusi mikroorganisme dan menganalisis sejauhmana kontribusi slag nikel serta pengaruh mutu beton terhadap degradasi tersebut. (3). Mengetahui dan menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap produk kalsium hidroksida (CH) dan kalsium silikat hidrat (CSH) beton 7

8 terintrusi mikroorganisme serta mengkaji optimisasi penggunaan slag nikel dalam campuran beton pada kondisi lingkungan agresif. I.4 Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain : (1). Sebagai solusi dalam mengurangi dampak eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. (). Sebagai solusi bagi kesinambungan fungsi bangunan pada kondisi terintrusi mikroorganisme dan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah, swasta, dan seluruh komponen yang terlibat dalam dunia konstruksi, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur pada kondisi lingkungan agresif, seperti pasar-pasar tradisional, bangunan bawah tanah (basement), dan lain-lain. (3). Sebagai bahan masukan bagi industri produsen semen dan industri beton pracetak dalam negeri, untuk memanfaatkan limbah nikel sebagai bahan alternatif substitusi semen dalam campuran beton serta menjadi bahan kajian investasi dalam bidang industri produsen mortar siap pakai (mortar instant), sehingga akan tercipta lapangan kerja baru. I.5 Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, perlu diberikan batasan-batasan sebagai berikut : (1). Media intrusi yang digunakan adalah air kelapa dengan fermentasi secara alamiah. (). Identifikasi golongan mikroorganisme yang tumbuh pada media, hanya dilakukan terhadap golongan yang dominan saja dan dinyatakan sebagai koloni mikroorganisme. (3). Parameter korosifitas tidak dikaji dalam penelitian ini. (4). Slag nikel yang digunakan adalah hasil sampingan proses peleburan (smelting process), bukan hasil sampingan proses pemurnian (converting process). 8

9 I.6 Hipotesis Reaksi hidrasi trikalsium silikat dan dikalsium silikat semen dengan air yang menghasilkan gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida, pada dasarnya merupakan produk yang memberikan kekuatan pada beton. Disisi lain senyawa kimia tersebut, khususnya kalsium hidroksida dapat menjadi sumber kehidupan bagi mikroorganisme, terutama jika beton tersebut memiliki pori-pori yang mampu dilewati dan ditempati oleh mikroorganisme untuk melakukan proses metabolisme. Kalsium hidroksida merupakan komponen yang mudah larut dibandingkan dengan kalsium silikat hidrat, sehingga mikroorganisme cenderung menjadikannya sebagai sumber nutrien utama yang mudah diasimilasi dan dibongkar untuk mengambil unsur kalsiumnya. Salah satu cara mengatasi hal tersebut di atas adalah dengan meningkatkan mutu beton dan meminimalkan kalsium hidroksida (CH) produk reaksi hidrasi trikalsium silikat (C 3 S) dan dikalsium silikat (C S) semen. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan material yang dapat menghasilkan beton dengan porositas yang kecil dan mampu merubah kalsium hidroksida menjadi kalsium silikat hidrat melalui reaksi pozzolanik. Salah satu material yang memiliki potensi untuk hal tersebut adalah limbah nikel atau slag nikel (Soegiri, dkk, 1997). Berdasarkan hal tersebut di atas, hipotesa utama penelitian ini adalah bahwa mikroorganisme berpotensi hidup dan berkembang di dalam material beton karena ketersediaan kalsium hidroksida dan ini berdampak buruk bagi perilaku fisik dan mekanik beton. Slag nikel dapat/berpotensi meminimumkan dampak negatif atas keberadaan mikroorganisme di dalam beton. I.7 Metodologi Untuk memperoleh hasil sesuai tujuan penelitian serta pembuktian hipotesa tersebut di atas, operasional penelitian diatur sedemikian rupa sehingga seluruh data yang diperoleh dapat mendukung dalam proses analisis. Gambaran operasional penelitian terlihat pada gambar I.1. 9

10 Tahap persiapan dilakukan, pertama-tama untuk menginventarisasi hasil-hasil penelitian sebelumnya, baik terhadap kerusakan material beton akibat intrusi mikroorganisme maupun penggunaan limbah industri sebagai bahan pozzolanik dalam produksi beton. Pada tahap ini dilakukan pula persiapan material, termasuk pengolahan limbah nikel melalui proses penggilingan sedemikian sehingga diperoleh limbah dengan ukuran butir yang lebih halus dari semen. Tingkat kehalusannya ditentukan melalui pengujian specific surface. Tahap pengujian awal dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimiawi bubuk slag nikel, campuran antara bubuk slag nikel dengan semen, dan medium. Pengujian mikrobiologi pada media dilakukan untuk mengidentifikasi golongan mikroorganisme dan menganalisis pertumbuhannya. Data komposisi kimia campuran antara semen dan bubuk slag nikel digunakan untuk mendapatkan persamaan garis pencampuran dengan menggunakan diagram sistim ternary C-A-S (CaO-Al O 3 -SiO ). Sedangkan pengujian komposisi kimia media dilakukan untuk mendapatkan gambaran produk mikroorganisme yang akan diintrusi ke dalam material beton. Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan formula campuran sebagai acuan dalam pembuatan benda uji beton. Pemilihan parameter dilakukan selain untuk melihat perilaku-perilaku fisik dan mekanik beton pada setiap parameter juga digunakan untuk menganalisis hubungan antar parameter tersebut, baik dalam kondisi terintrusi maupun tak terintrusi mikroorganisme. Dengan perilaku pada kedua kondisi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis degradasi fisik maupun mekanik beton. Program eksperimental juga dilakukan terhadap mikrostruktur beton untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai; keberadaan mikroorganisme di dalam beton, retak mikro, unsur-unsur kimia, endapan kalsium hidroksida (CH), dan kristal kalsium silikat hidrat (CSH) dengan metode Scanning Electron Microscopy (SEM). Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap kuantitas kalsium hidroksida (CH) dan kalsium silikat hidrat (CSH) akibat intrusi mikroorganisme diamati pula dengan menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD). 10

11 Mulai Persiapan : - Studi literatur - Survey dan pengadaan material - Penggilingan limbah nikel - Pengadaan media intrusi Pengujian kimiawi Pengujian Fisik Pengujian Mikrobiologi Bubuk slag nikel Semen + bubuk slag nikel Medium Perencanaan Campuran Beton (Concrete Mix Design) Isolasi dan identifikasi Analisis pertumbuhan mikroorganisme Pemilihan parameter Uji Pembuatan Benda Uji Perawatan Normal Benda Uji beton Perlakuan Beton Terintrusi Mikroorganisme Uji sifat-sifat fisis dan mekanis beton nonintrusi mikroorganisme Uji mikrostruktur Analisis Uji sifat-sifat fisis dan mekanis beton terintrusi mikroorganisme Selesai Gambar I.1. Bagan alir program penelitian 11

12 I.8 Sistimatika Penulisan Penulisan disertasi ini disusun dalam tujuh bab yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, batasan masalah, hipotesis, metodologi, dan sistimatika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan beberapa hal mengenai tinjauan umum mikroorganisme yang meliputi; definisi, penggolongan, morfologi, nutrien, fase-fase pertumbuhan jamur (fungi), dan proses metabolik mikroorganisme. Diuraikan pula mengenai mekanisme serangan mikroorganisme pada material beton, mikroorganisme di dalam material beton, ketahanan material beton akibat intrusi mikroorganisme, bahan-bahan suplemen dalam campuran beton, slag nikel sebagai bahan suplemen campuran beton, dan proporsi campuran semen dan bubuk slag nikel. BAB III : PROGRAM EKSPERIMENTAL Bab ini menguraikan tentang proses dan strategi operasional penelitian yang meliputi; material, parameter pengujian, disain komposisi bahan penyusun beton, model perlakuan beton terintrusi mikroorganisme, prosedur pengujian dan pengukuran, dan nomenklatur benda uji. BAB IV : HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil-hasil pengujian dan pembahasan yang meliputi; komponen zat di dalam media air kelapa, identifikasi dan analisis pertumbuhan mikroorganisme, aspek kimiawi bubuk slag nikel, efek konsistensi dan waktu pengikatan, profil mikroorganisme di dalam material beton, perilaku fisik dan mekanik beton nonintrusi dan terintrusi mikroorganisme, sifat-sifat fisis dan kimiawi material pembentuk beton, komposisi bahan campuran beton, identifikasi dan analisis pertumbuhan mikroorganisme, perilaku fisik dan mekanik beton intrusif dan nonintrusif mikroorganisme, degradasi fisik dan mekanik beton akibat intrusi mikroorganisme, analisis mikrostruktur dengan Scanning Electron 1

13 Microscopy (SEM), dan analisis senyawa kimia dengan X-Ray Diffraction (XDR). Analisis degradasi fisik dan mekanik beton meliputi; kehilangan berat, peningkatan porositas dan koefisien permeabilitas, dan penurunan kuat tekan beton. Sedangkan analisis senyawa X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan terhadap perubahan-perubahan senyawa kimiawi; kalsium hidroksida (CH), kalsium silikat hidrat (CSH), dan senyawa kimia minor yang meliputi; ettringite, kalsium karbonat (calcite), kalsium magnesium aluminium silikon oksida, dan rankinite. BAB V : OPTIMISASI BUBUK SLAG NIKEL DENGAN DIAGRAM PHASE SISTIM TERNARY C-A-S (CaO-Al O 3 -SiO ) Bab ini menguraikan tentang penentuan persamaan garis keseimbangan melalui penerapan persamaan reaksi dalam tiga phase utama yaitu phase pembentukan kalsium silika hidrat (CSH), phase eliminasi kalsium hidroksida (CH) atau phase pembentukan CSH baru, dan phase hidrogarnet, pembentukan garis pencampuran antara semen dan bubuk slag nikel serta penentuan proporsi optimum campuran semen dan bubuk slag nikel. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saran untuk penelitian lebih lanjut. 13

BAB VI Kesimpulan dan Saran

BAB VI Kesimpulan dan Saran BAB VI Kesimpulan dan Saran VII.1 Kesimpulan Studi eksperimental ketahanan material beton terhadap intrusi mikroorganisme dilakukan dengan menggunakan media intrusi air kelapa. Media ini dipilih sebagai

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan BAB IV Hasil Pengujian dan Pembahasan IV.1 Umum Bab ini menyajikan hasil-hasil eksperimental dan pembahasan yang meliputi; komponen zat di dalam media, identifikasi dan analisis pertumbuhan serta produk

Lebih terperinci

Optimisasi Bubuk Slag Nikel dengan Sistem Ternary C-A-S

Optimisasi Bubuk Slag Nikel dengan Sistem Ternary C-A-S Ashad, dkk. ISSN 085-98 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Optimisasi Bubuk Slag Nikel dengan Sistem Ternary C-A-S Hanafi Ashad Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan secara luas sebagai bahan kontruksi. Hal ini dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggalian dan penambangan menyebabkan berkurangnya sumber daya alam bahan penyusun beton terutama bahan agregat halus dan agregat kasar. Untuk mengantisipasi hal tersebut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium. II. TINJAUAN PUSTAKA II. a. Pozolan Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi dalam bentuk yang

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN ABU TERBANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PORTLAND DAN AGREGAT KASAR BATU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi unsur utama bangunan. Kelebihan beton antara lain memiliki kuat tekan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi unsur utama bangunan. Kelebihan beton antara lain memiliki kuat tekan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dunia konstruksi, beton merupakan bahan yang banyak digunakan dan menjadi unsur utama bangunan. Kelebihan beton antara lain memiliki kuat tekan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pembangunan infrastruktur bidang teknik sipil berkembang sangat pesat. Peningkatan pembangunan tersebut merupakan upaya memenuhi kebutuhan penduduk

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON Khairul Miswar 1) Rizal Syahyadi 2) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh admixture silica fume terhadap susut beton.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI Oleh: INDRA WIDIARTA (0304105040 ) JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM. PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM Skripsi Oleh Yani Maretisa No. Bp 0810411017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan, materi penyusun beton, penghitungan kuat desak dan hipotesis. 3.1 Umum Menurut SK SNI T-l5-1991-03 (1991), beton (concrete)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan industri menunjukkan suatu kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan industri menunjukkan suatu kemajuan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri menunjukkan suatu kemajuan yang sangat berarti bagi perkembangan perekonomian bangsa Indonesia, namun dampak yang mungkin timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepat, yaitu beton sebagai salah satu unsur teknik sipil yang selalu mengalami

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN DAMPAK INTRUSI MIKROORGANISME PADA MATERIAL BETON DENGAN BAHAN SUBSTITUSI LIMBAH NIKEL DISERTASI HANAFI ASHAD NIM :

PENANGGULANGAN DAMPAK INTRUSI MIKROORGANISME PADA MATERIAL BETON DENGAN BAHAN SUBSTITUSI LIMBAH NIKEL DISERTASI HANAFI ASHAD NIM : PENANGGULANGAN DAMPAK INTRUSI MIKROORGANISME PADA MATERIAL BETON DENGAN BAHAN SUBSTITUSI LIMBAH NIKEL DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan peningkatan pembangunan. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk mencapai 23.641.326 jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan pembangunan perumahan, perhubungan dan industri berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan-bahan pendukungnya. Beton merupakan salah satu bahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur BAB III DASAR TEORI 3.1. Semen Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur dengan air. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran lainnya seperti pasir silika dan tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur pada tanggal 14 Pebruari 2014 lalu menyisakan limpahan material ratusan juta meter kubik yang umumnya terdiri dari abu vulkanik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen Sifat Kimiawi Menurut SK-SNI-T15-1991-03, Beton dibuat dengan mencampur (PC), Air dan Agregat, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) dalam perbandingan tertentu. Bahan tambah (admixture) dapat berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton berdasarkan SNI-03-2847-2007 didefinisikan sebagai campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah kebutuhan akan bangunan meningkat dari waktu ke waktu.ini mengakibat kebutuhan akan beton meningkat. Beton umumnya tersusun dari empat bahan penyusun utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Menurut Tjokrodimuljo (2007), beton adalah campuran antara semen portland, agregat kasar, agregat halus, air dan terkadang ditambahkan dengan menggunakan bahan tambah yang

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Yulizar Yusuf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Millenium yang ketiga ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari Beton. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Beton Semen

BAB II TEORI DASAR 2.1 Beton Semen BAB II TEORI DASAR Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang mencakup dasar teori material beton beserta komposisi dasar penyusun-penyusunnya, bahan tambah yang umum digunakan, aspek kimia material beton,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Materi yang dibahas berdasarkan referensi maupun peraturan mengenai teknologi beton yaitu: Teori tentang beton. Bahan dasar pembentukan beton. Kerak Tanur Tinggi

Lebih terperinci

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

Sukolilo Surabaya, Telp ,   ABSTRAK LUMPUR SIDOARJO BAKAR, FLY ASH SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN DAN KAPUR (Ca(OH) 2 ) UNTUK CAMPURAN BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN BUBUK ALUMUNIUM SEBAGAI BAHAN PENGEMBANG Boby Dean Pahlevi 1, Triwulan 2, Januarti

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Media Teknik Sipil, Volume IX, Januari 2009 ISSN 1412-0976 KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Endah Safitri, Djumari Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

Perubahan Mikrostruktur Beton Akibat Agresi Asam Sulfat

Perubahan Mikrostruktur Beton Akibat Agresi Asam Sulfat Perubahan Mikrostruktur Beton Akibat Agresi Asam Sulfat Oleh : Faisal Rizal,*) Hanif**) Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Life time (umur layan) struktur beton yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat secara tidak langsung medorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan suatu bangunan, baik sebagai tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perencanaan suatu konstruksi maka tanah menjadi komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan konstruksi dengan

Lebih terperinci

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konstruksi merupakan bidang yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan bagi para insinyur/sarjana untuk

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT Rizal Syahyadi 1) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan agresif asam sulfat terhadap kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kakarteristik Tanah Lempung Ekspansif Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil olahan sesuai dengan SNI 03-6820-2002. Riyadi (2013) pada penelitian

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Oleh: Mulyati*, Saryeni Maliar** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ** Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepat, baik dalam bidang rekayasa struktur, manajemen, maupun teknologi bahan.beton

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paving Block 1. Definisi Paving Block Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang terdiri dari semen, kerikil, pasir, air, serta tambahan material lainnya. Maraknya penggunaan beton di dunia konstruksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan di bidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut berlangsung diberbagai bidang, misalnya gedung-gedung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 1. Pendahuluan Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. II. a. Pozolan

II. TINJAUAN PUSTAKA. II. a. Pozolan II. a. Pozolan II. TINJAUAN PUSTAKA Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi dalam bentuk yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO AGREGAT BINDER TERHADAP PERILAKU MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI DAN ABU AMPAS TEBU

PENGARUH RASIO AGREGAT BINDER TERHADAP PERILAKU MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI DAN ABU AMPAS TEBU PENGARUH RASIO AGREGAT BINDER TERHADAP PERILAKU MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM PADI DAN ABU AMPAS TEBU Muliadi 1, Burhanuddin 2, Darwis 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH GRANULATED BLAST FURNACE SLAG

PENGARUH GRANULATED BLAST FURNACE SLAG PENGARUH GRANULATED BLAST FURNACE SLAG DALAM SEMEN TERHADAP KAPASITAS PRODUKSI, KUAT TEKAN MORTAR DAN NILAI EKONOMIS Studi Kasus di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Samsuri 1, Ngudi Tjahjono 2, Chauliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu bahan kontruksi yang banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern. Beton sangat banyak digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan

Lebih terperinci

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan. /BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air (PBI-2,1971). Seiring dengan penambahan umur, beton akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Non Pasir Beton merupakan bahan bangunan yang amat populer di masyarakat karena bahan dasarnya mudah diperoleh. Salah satu kekurangan dari beton adalah berat jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah material yang dibentuk dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Material ini telah digunakan sebagai bahan konstruksi sejak lama dan merupakan

Lebih terperinci

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Abdul Halim, M. Cakrawala dan Naif Fuhaid Jurusan Teknik Sipil 1,2), Jurusan Teknik Mesin 3), Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Varia Usaha Beton Oleh : Yultino Syaifullah F 3110030087 M. Rohim Lathiif 3110030091 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF DIMAS P. DIBIANTARA 3110.105.020 Dosen Konsultasi: Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri, ST.,MT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perumahan menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan meningkat, hal ini karena dalam pembangunan tersebut membutuhkan bahan-bahan bangunan berupa batu, kerikil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu senyawa yang sangat penting bagi semua makhluk hidup. Pada dasarnya air memegang peranan penting dalam proses fotosintesis, respirasi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang sangat populer hingga saat ini, beton telah dipakai secara luas sebagai bahan konstruksi baik pada konstruki skala

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Geopolimer Geopolimer adalah bentuk anorganik alumina-silika yang disintesa melalui material yang mengandung banyak Silika (Si) dan Alumina (Al) yang berasal dari alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Beton Beton merupakan material gabungan yang terdiri dari beberapa bahan penyusun yang dicampur menjadi satu. Bahan penyusun tersebut terdiri atas semen, agregat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan salah satu bahan dasar yang umumnya digunakan dalam membangun suatu bangunan seperti bangunan gedung, jalan raya, jembatan, bendungan dan lain-lain. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan pada struktur bangunan saat ini. Penggunaan beton sangat mudah dijumpai dalam setiap kegiatan pembangunan,

Lebih terperinci

perusahaan atau industri sudah diwajibkan untuk bebas dari pencemaran lingkungan. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah : C3AF Mempubli

perusahaan atau industri sudah diwajibkan untuk bebas dari pencemaran lingkungan. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah : C3AF Mempubli PEMANFAATAN BAHAN LIMBAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP PADA CAMPURAN BETON K-225 Oleh: Hendra Alexander, Lusyana, Sukatik, Dalrino dan B. Army Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Fly

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO Permana Putra Prasetio 1, Gary Kartadinata 2, Djwantoro Hardjito 3, dan Antoni 4 ABSTRAK : Penelitian ini membahas pengaruh ukuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membentuk masa padat (Surya Sebayang, 2000). Beton normal merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. membentuk masa padat (Surya Sebayang, 2000). Beton normal merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Ringan (Lightweight Concrete) Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture).

Lebih terperinci

PENGARUH SEMEN TERHADAP MUTU BETON

PENGARUH SEMEN TERHADAP MUTU BETON ABSTRAK PENGARUH SEMEN TERHADAP MUTU BETON NI KADEK ASTARIANI Staf Pengajar Universitas Ngurah Rai Denpasar GaneÇ Swara Vol. 6 No.1 Maret 2012 Beton merupakan material konstruksi yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah campuran antara semen portland, agregat, air, dan terkadang ditambahi dengan menggunakan bahan tambah yang bervariasi mulai dari bahan tambah kimia, serta

Lebih terperinci

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Nawy (1990), air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Kata beton dalam bahasa indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus yang berarti

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI A. Beton 1. Pengertian Beton Beton merupakan salah satu bahan gabungan dari suatu material-material diantaranya semen Portland, agregat (agregat kasar dan agregat halus), dan air.

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG

PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG PENGARUH PERAWATAN DAN UMUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON GEOPOLIMER BERBASIS ABU TERBANG Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: wsteenie@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Ringan Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan dapat dibuat dengan berbagai cara, antara lain

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Bata Beton Berlobang

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Bata Beton Berlobang Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Untuk Pembuatan Bata Beton Berlobang Hartono Guntur 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil STTR Cepu Jl. Kampus Ronggolawe Blok B No. 1. Mentul Cepu Abstrak Sekam padi adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) DARI PLTU II SULAWESI UTARA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN BETON

PENGARUH PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) DARI PLTU II SULAWESI UTARA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN BETON PENGARUH PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) DARI PLTU II SULAWESI UTARA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN BETON Alfian Hendri Umboh Marthin D. J. Sumajouw, Reky S. Windah Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi di Indonesia cukup pesat. Hampir 70% material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa lalu, material yang utama digunakan sebagai pasangan dinding adalah batu beton yang terbuat dalam lempung yang dibakar. Seiring dengan perkembangan jaman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT Riski Febriani 1, Usman Malik 2, Antonius Surbakti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci