GAMBARAN TIPE KESEPIAN BERDASARKAN GEJALA PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL DI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN TIPE KESEPIAN BERDASARKAN GEJALA PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL DI JAKARTA"

Transkripsi

1 GAMBARAN TIPE KESEPIAN BERDASARKAN GEJALA PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL DI JAKARTA Fadjri Verdiansyah Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat, Telp /fax , Esther Widhi Andangsari Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III No.45 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat, Telp /fax , ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan gambaran Kesepian yang terbagi ke dalam kesepian romantic dan kesepian family (kesepian emosinal) serta kesepian social berdasarkan gejalagejala yang terdapat pada Problematic Internet Use (PIU) dan beberapa aspek lainnya yang mendukung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitif dengan karakteristik subjek yaitu mahasiswa pada rentang usia tahun yang memiliki akun dan aktif menggunakan situs jejaring sosial yang berdomisili di Jakarta dengan menggunakan teknik pengambilan data Convenience Sampling. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan melihat gambaran antara PIU dan Kesepian, Jenis Kelamin dan kesepian, serta struktur keluarga dan kesepian. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data yang dilakukan adalah terdapat tipe kesepian yang mendominasi atau yang paling banyak dialami oleh subjek. Melalui analisa tersebut disimpulkan bahwa kesepian yang paling banyak dialami adalah kesepian tipe romantic. (FV) Kata Kunci : Problematic Internet Use(PIU), kesepian romantic, kesepian family, kesepian social, deskriptif PENDAHULUAN Internet pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Perkembangan teknologi yang semakin canggih ditandai dengan berbagai macam media elektronik sebagai sumber informasi bagi manusia yang semakin canggih. Seperti mobile device (smart phone, tablet, Ipad, laptop) diciptakan untuk menunjang kebutuhan manusia untuk selalu memperoleh informasi terkini yang dapat diakses dengan mudah melalui internet. Dengan segala kemudahan tersebut seseorang dapat memperoleh segala macam informasi yang dibutuh setiap waktu di setiap tempat. Banyaknya pengguna internet seperti ini, tentu saja sudah menjadi fenomena yang tidak terhindarkan bahwa penggunaan internet menimbulkan hasil yang positif maupun yang negatif. Pemakaian internet juga sangat luas, mulai dari pencarian informasi, media sosial, komunikasi online dan lain-lain. Bahkan seseorang dapat menjalani kehidupan sosialnya di dunia maya melalui situs-situs jejaring sosial. Dengan situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan lainnya, seseorang dapat melakukan interaksi sosial nya dengan siapapun tanpa harus melakukan pertemuan tatap muka.

2 Pada tahun 2014, menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet di Indonesia adalah sebanyak 88,1 juta pengguna. Situs jejaring sosial yang paling banyak dipakai adalah Facebook, Twitter, Linkedin, Instagram, dan Pinterest, dengan menggunakan smart phone selama tiga jam per harinya (wearesocial.net, 2015) Kelompok mahasiswa yang berumur tahun tersebut termasuk kedalam kelompok emerging adult. Dalam masa transisi ini, mahasiswa berada dalam masa identity exploration yaitu seseorang akan mencari dan mengeksplorasi identitasnya secara serius sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan selanjutnya seperti cinta dan pekerjaan (Arnett, 2011). Pada masa transisi ini mahasiswa mencoba segala alternatif seperti menggunakan situs jejaring sosial. Peneliti melihat penggunaan jejaring sosial di Indonesia, terutama Jakarta. Peneliti melakukan wawancara secara singkat kepada 3 mahasiswa dengan umur tahun yang memiliki dan menggunakan internet terutama jejaring sosial dalam kehidupan sehari-hari seperti Path, Instagram, Facebook, Twitter dan lain sebagainya untuk mencari gambaran mengenai penggunaan jejaring sosial. Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan hasil mahasiswa lebih memilih interaksi secara online yaitu dengan berkomunikasi atau berbincang lewat jejaring sosial yang membuat mereka lebih nyaman dalam berinteraksi karena tidak harus saling bertatap muka dan dengan menggunakan internet membuat suasana hati mereka menjadi lebih baik karena ketika mereka berkomunikasi secara langsung terkadang ada rasa tidak percaya diri yang timbul. Selain itu, mahasiswa juga selalu merasa ingin segera membuka media sosial yang dimiliki ketika offline seperti ingin melihat update dari teman, mengecek notification, membuat status, share foto atau musik dan mengobrol dengan orang lain pada saat yang sama. Banyaknya kegiatan yang dapat dilakukan ketika menggunakan jejaring sosial membuat para mahasiswa sulit mengontrol waktu ketika mereka sedang online, yang menyebabkan mereka melalaikan kegiatan lainnya diluar dari kegiatan ketika online. Internet khususnya jejaring sosial mempunyai dampak pada sosialisasi. Pengguna dengan aktif internet sering memutus komunikasi dengan keluarga dan teman sebaya di dunia nyata. Fenomena lain peneliti lihat di lima waktu dan tempat yang berbeda di sebuah restoran ketika beberapa individu sedang berkumpul tetapi tidak melakukan kontak sama sekali melainkan mereka sibuk dengan mobile device masing-masing menggunakan jejaring sosial mereka. Mereka mengabaikan aktivitas sosial dan kegiatan waktu luangnya dan tidak mampu keluar dari dunia virtual. Kesimpulannya, mahasiswa dengan intensitas pemakaian internet yang tinggi, bahkan sudah terlalu aktif internet akan memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah dan berpeluang dapat menyebabkan kesepian. Kesepian biasanya muncul pada seseorang yang berada pada situasi-situasi baru seperti lingkungan baru, atau berada pada situasi yang didalamnya terdiri atas sekumpulan orang yang tidak dikenal. Terdapat beberapa alasan munculnya kesepian, salah satunya adalah keterasingan yaitu merasa berbeda, merasa tidak di butuhkan, kesalahpahaman, dan tidak memiliki teman dekat (Rubenstein dan Shaver, 1982). Alasan tersebut menjadi salah satu alasan yang bisa dimasukkan ke dalam kategori PIU yang mengalami kesepian. Ada dua jenis kesepian yaitu emotional loneliness dan social loneliness. Emotional loneliness merujuk pada rasa kesepian karena tidak bisa memiliki hubungan interpersonal dengan seseorang yang sesuai dengan keinginan mereka. Social loneliness adalah rasa kesepian karena adanya pertentangan antara lingkungan sosial yang dimiliki dengan lingkungan sosial yang mereka inginkan (Weiss, 1973). Berdasarkan Caplan (2010) menyampaikan bahwa individu yang mengalami masalah-masalah psikososial dimana salah satu diantaranya adalah kesepian memiliki kemungkinan untuk lebih berinteraksi sosial secara online daripada secara tatap muka. Preference for Online Social Interaction (POSI) memfasilitasi penggunaan internet secara kompulsif yang dapat memberikan hasil yang negatif (Caplan, 2010) Saat ini penggunaan internet dalam hal ini pada aktivitas mengakses jejaring sosial dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi kesepian, meskipun pendekatan ini sendiri dianggap dapat menjadi pedang yang bermata dua (McKenna & Bargh dalam Weiten & Llyod, 2006). Individu yang mengalami kesepian cenderung menggunakan internet untuk menimbulkan keuntungan seperti mengurangi kesepian, mengembangkan perasaan, mendapat dukungan sosial, dan membentuk persahabatan secara online (Weiten & Llyod, 2006). Di sisi lain, bila orang yang mengalami kesepian menghabiskan banyak waktu online di internet dan menghabiskan lebih banyak waktu sendirian di depan komputer di kantor dan rumahnya, maka orang tersebut akan menyediakan waktu yang lebih sedikit untuk hubungan tatap muka di dunia nyata dan mengurangi kesempatannya untuk berinteraksi tatap muka (Weiten & Llyod, 2006). Komunikasi tatap muka menggunakan kata-kata yang diucapkan, sedangkan komunikasi melalui internet menggunakan kata-kata tertulis. Hilangnya tanda-tanda nonverbal pada komunikasi melalui internet menyebabkan individu membutuhkan perhatian khusus agar orang lain dapat

3 memahami arti yang dimaksudkan. Berkurangnya tanda-tanda nonverbal dan lingkungan yang tidak dikenal dalam komunikasi melalui media komputer memiliki pengaruh penting untuk perkembangan suatu hubungan (Bargh & McKenna dalam Weiten & Llyod, 2006). Ketidakmampuan individu memahami menyebabkan individu tersebut semakin sulit membangun sebuah hubungan dengan orang lain. Situasi ini dapat menyebabkan individu mengalami kesepian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Peplau & Perlman (1983) mengungkapkan bahwa kesepian merupakan hasil dari kurangnya atau terhambatnya hubungan sosialnya dengan orang lain. Ketika mengalami kesepian, individu akan merasa dissatified (tidak puas), deprived (kehilangan), dan distressed (menderita). Hal ini tidak berarti bahwa kesepian tersebut sama di setiap waktu. Individu yang berbeda bisa saja memiliki perasaan kesepian yang berbeda pada situasi yang berbeda pula (Lopata, 1969 dalam Brehm, et,al, 2002). Banyak penelitian tentang PIU dan kesepian dan dari berbagi negara, sebagai contoh Penelitian Kim, LaRose, dan Peng (2009) mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara PIU dan kesepian. Mereka mengatakan bahwa individu yang mengalami kesepian menggunakan internet sebagai kompensasi dari kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, hal ini mungkin menyebabkan individu mengalami negative outcome. Penggunakan internet tersebut bukan menyelesaikan masalah yang ada tetapi justru menunjukan bahwa individu tersebut mengalami masalah psikososial dalam hal ini kesepian. Peningkatan masalah pada individu mungkin mendorong mereka untuk lebih mengandalkan pada aktivitas favorit mereka yaitu online sebagai sarana untuk mengurangi dan melarikan diri dari masalah tetapi hal tersebut justru meningkatkan kesepian tersebut. Aplikasi situs jejaring sosial yang ada mungkin menimbulkan ancaman terhadap penggunanya, karena beberapa penggunanya mengganggu kegiatan mereka di dunia nyata. Penulis ingin mengetahui gambaran tipe kesepian berdasarkan gejala Problematic Internet Use pada mahasiswa yang menggunakan situs jejaring sosial di Jakarta dan menggunakannya sebagai topik penelitian ini. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Subjek penelitian memiliki karakteristik sampel yaitu subjek tercatat sebagai emerging adult yang berada pada rentan usia tahun dan emerging adult yang berstatus sebagai mahasiswa yang mempunyai dan aktif menggunakan situs jejaring sosial. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini hanya sebanyak 349 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik convenience, yakni dengan memilih partisipan berdasarkan kesediaan dan kerelaan untuk mengisi kuesioner (Shaugnessy, Zeccmeister & Zechmeister, 2012). Peneliti menggunakan teknik ini karena peneliti menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa di Jakarta secara acak dan memilih responden yang bersedia membantu mengisi kuisioner peneliti. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian deskriptif biasanya melibatkan variabel pengukuran atau set variabel karena mereka ada secara alami. Strategi deskriptif tidak mempedulikan hubungan antara dengan variabel melainkan dengan deskripsi variabel individu. Tujuannya adalah untuk menggambarkan sebuah variabel tunggal atau untuk memperoleh deskripsi terpisah untuk masing-masing variabel (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan desain penelitian non experimental, karena penelitian ini menggunakan data-data yang sudah ada dan tidak dimanipulasi. Dalam penelitian yang peneliti laksanakan peneliti menggunakan metode survey dengan menyebar kuesioner ke sampel penelitian.kuesioner merupakan alat ukur utama dalam metode survey karena kuesioner dapat mengukur variabel yang berbeda (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeister, 2009).peenelitian yang digunakan adalah Penelitian kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antara variabel. Variabel-variabel ini diukur (biasanya dengan instrument penelitian), sehingga data tersebut terdiri dari angka-angka yang dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik (Noor, 2011). Penelitian kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antara variabel. Variabelvariabel ini diukur (biasanya dengan instrument penelitian), sehingga data tersebut terdiri dari angkaangka yang dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik (Noor, 2011 ). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan sifat atau karakteristik dari suatu

4 gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat ini tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap suatu peristiwa tersebut (Noor, 2011). Alat Ukur Penelitian Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPIUS2 sebagai alat ukur problematic internet use dan Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA) sebagai alat ukur kesepian. Alat Ukur Problematic Internet Use Alat ukur problematic internet use menggunakan alat ukur yang bernama Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2). GPIUS 2 dengan lima buah konstruk yaitu (1) Preference for online social interaction (POSI), (2) Mood Regulation, (3) Cognitive Preoccupation, (4) Compulsive Internet Use, (5) Negative Outcome (Capalan, 2010). GPIUS 2 memiliki 15 item, masing-masing konstruk mengandung tiga item di dalamnya. Skala yang digunakan adalah skala likert dengan 8 pilihan jawaban dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Dimensi Problematic internet use Preference for online social interaction (POSI) Mood Regulation Cognitive preoccupation Compulsive internet use Table 1 Blue print alat ukur PIU Deskripsi Nomor Item Interaksi sosial melalui online lebih disukai dan nyaman daripada bertemu secara tatap 1, 6, 11 muka. Dalam penggunaan internet akan berpengaruh 2, 7, 12 pada suasana hati (perasaan) Dampak penggunaan internet dalam pikiran 3, 8, 13 setiap pengguna Ketika online, terdapat kesulitan untuk mengendalikan perilaku pengguna 4, 9, 14 Negative outcomes Penggunaan internet yang berlebihan akan menghasilkan sesuatu yang negatif dan akhirnya mengganggu kehidupan pengguna. 5, 10, 15 Sumber : Caplan, 2010, hal Alat Ukur Kesepian Alat ukur kesepian menggunakan alat ukur Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA). Alat ukur yang dibuat oleh Enrico DiTommaso dan Barry Spinner yang dirancang untuk mengukur tingkatan emosional (Romantic dan Family) dan social loneliness yang dialami oleh individu. SELSA terdiri atas 3 sub skala yang terdiri dari 12 item emotional romantic loneliness, 11 item emotional family loneliness dan 14 item social loneliness, dengan menggunakan skala likert (Sangat Tidak Setuju), 2 (Tidak Setuju), 3 (Agak Tidak Stuju), 4 (Netral), 5 (Agak Setuju), 6 (Setuju), and 7 (Sangat Setuju). Setiap dimensi pada alat tes ini memperlihatkan konsistensi yang tinggi yaitu pada rentang Cronbach s alpha = ,93 (DiTommaso & Spinner 1993)

5 Dimensi Problematic internet use Emotional Romantic Loneliness Emotional Family Loneliness Social Loneliness Table 2 Blue print alat ukur Kesepian Deskripsi I Perasaan yang muncul akibat hilangnya hubungan dekat atau kelekatan emosional dengan kekasih. Perasaan yang muncul akibat hilangnya hubungan dekat atau kelekatan emosional dengan keluarga. Suatu perasaan yang muncul atau merupakan akibat dari ketidakcukupan jaringan sosial. Nomor Item 1, 4, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 18, 21 2, 3, 5, 6, 9, 13, 17, 19, 20, 22, 23 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37 Sumber : DiTommaso & Spinner, 1993, hal 129 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Content validity dalam penelitian ini mempergunakan expert judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan dosen yang memang memahami dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini mengenai kecerdasan emosional, yaitu memberikan banyak sekali masukan dari membenahi kata-kata yang sulit dipahami menjadi lebih mudah untuk dipahami sehingga responden dapat mudah mengerti bahasa dari kuisioner yang diberikan, memberikan masukan untuk menghapus dan merevisi setiap item yang ada pada kuisioner jika terdapat item yang kurang baik. Pada face validity peneliti mendapatkan masukan dari beberapa responden yaitu untuk mengurangi jumlah item yang terlalu banyak dan juga mengganti kata aku menjadi saya sehingga lebih mudah untuk dibaca dan dipahami oleh responden. Reliabilitas dari GPIUS 2 adalah α=.91 (Caplan, 2010). Dengan setiap dimensi mempunyai reabilitas yang berbeda. Pilot study dilakukan kepada 328 responden, data yang dapat dioleh ada sejumlah 324 responden mahasiswa di Jakarta. Nilai reliabilitas secara keseluruhan GPIUS2 yang dihasilkan adalah α=.885. Reabilitas dari Social and Emotional Loneliness Scale for Adult (SELSA) adalah α=0.89-0,93 (DiTommaso & Spinner 1993). Pilot study dilakukan kepada 328 responden, data yang dapat dioleh ada sejumlah 324 responden. Reabilitas SELSA yang dihasilkan dari pilot study tersebut adalah Romantic Loneliness α=.714, Family Loneliness α=.858, dan Social Lonelinessα=.866. Terdapat tiga item pada dimensi romantic lonelines dan satu item pada family loneliness yang direvisi, yaitu item ke 11, 12, 13, dan 15. Prosedur Penelitian Pertama peneliti mencari fenomena yang terjadi pada lingkungan sekitar sesuai variabel yang akan diteliti. Peneliti juga mengadakan sesi wawancara ke beberapa mahasiswa untuk memperkuat fenomena yang ada. Setelah itu peneliti melakuakn pencarian literatur untuk menyesuaikan teori dan variable-variabel yang akan diteliti. Setelah peneliti menyelesaikan teori dan membuat hipotesis, peneliti menentukan teknik sampling, disain penelitian, partisipan, dan alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur vaiabel yang diteliti dengan mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur problematic internet use adalah Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS2) yang diadaptasi dari Caplan (2010). Sedangkan untuk mengukur loneliness menggunakan alat ukur Social and Emotional Loneliness Scale for Adults (SELSA). Alat ukur yang dibuat oleh Enrico DiTommaso dan Barry Spinner (1993). Kedua alat ukur diadaptasi ke bahasa Indonesia dan diuji lalu diolah menggunakan SPSS. Setelah itu peneliti melakukan field study dengan partisipan mahasiswa di Jakarta berusia tahun yang aktif menggunakan situs jejaring social.setelah field study selesai dilakukan, peneliti mengolah data yang didapat menggunakan SPSS dan melakukan uji hipotesis. Setelah semua data sudah diolaah melalui SPSS peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian field study dilakukan pada tanggal 22 Juni 4 Juli Peneliti melakukan penelitian payung yang melibatkan peneliti lain saat pengumpulan data responden. Penelitian payung ini menyebar kuisioner kepada mahasiswa di 10 universitas terbaik di Jakarta, yaitu Universitas Bina Nusantara, Universitas Esa Unggul, Universitas Mercubuana, Universitas Atma Jaya, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Universitas Tarumanegara, Universitas Trisakti, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pancasila, Universitas Dr. Hamka. Total responden yang terkumpul yang digabungkan dengan peneliti lain adalah sebanyak 350 responden.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil bertujuan untuk melihat gambaran umum yang diajukan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis statistika deskriptifmelalui software SPSS versi Sumber: Data olahan peneliti, 2015 Tabel 3 Mean Skor Total SELSA Alat Ukur Mean Skor terendah Skor Tertinggi Romantic Loneliness Family Loneliness Social Loneliness Berdasarkan table diatas skor mean dari dimensi romantic loneliness adalah 45,04, skor mean dari dimensi family loneliness adalah 30.04, dan skor mean dari dimensi social loneliness adalah Tipe kesepian romantic adalah Perasaan yang muncul akibat hilangnya hubungan dekat atau kelekatan emosional dengan kekasih. Tipe kesepian family adalah Perasaan yang muncul akibat hilangnya hubungan dekat atau kelekatan emosional dengan keluarga. Sedangkan tipe kesepian social adalah Suatu perasaan yang muncul atau merupakan akibat dari ketidakcukupan jaringan sosial. Pada hasil diatas tipe kesepian romantic paling banyak ditemui sesuai dengan karekteristik responden yaitu pada mahasiswa paling banyak mengalami kesepian tipe romantic karena menurut Arnett, 2011 pada masa ini inividu mengalamai Identity Explorations yaitu Seseorang akan mencari dan mengeksplorasi identitasnya secara serius sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan selanjutnya seperti cinta. Sedangkan tipe kesepian family paling sedikit ditemui Karena pada mahasiswa pada masa ini mengalami Being Self-focused, yaitu sudah mampu berdiri sendiri atau mandiri dalam mencukupi kebutuhan masing-masing (Anett, 2011). Dari penyebaran kuesioner yang telah dilakukan, didapat pula data-data yang akan dianalisis. Berikut adalah analisis gambaran skala kesepian responden. Tabel 4 Gambaran Skala Kesepian Responden Tipe Kesepian Frekuensi Persentase Romantic Loneliness ,8% Social Loneliness 67 19,2% Total % Sumber: Peneliti, 2015 Berdasarkan tabel diatas bisa digambarkan bahwa tipe kesepian responden paling banyak adalah tipe kesepian emotional dengan persentase 80,8%. Sedangkan tipe kesepian responden paling sedikit adalah tipe kesepian social dengan persentase 19,2%. Tipe kesepian emotional didapat dengan menjumlahkan hasi dari sub skala romantic dan family. Berikut adalah analisis gambaran skala kesepian dengan gejala PIU dimana dalam tabel dibawah ini menggunakan cara crosstab dalam spss 22.0.

7 Tabel 5 Gambaran Skala Kesepian dengan Gejala PIU Gejala PIU Tipe Kesepian Emotional Social Total POSI 37 13,1% 10 14,9% 47 Mood Regulation 90 31,9% 13 19,4% 103 Cognitive Preocupation 74 26,2% 21 31,3% 95 Compulsive Internet Use 48 17,0% 9 13,4% 57 Negative Outcome 33 11,7% 14 20,9% 47 Total % % 349 Sumber : Data olahan peneliti, 2015 Tabel berikut di atas menjelaskan mengenai gambaran antara Tipe kesepian dan gejala Problematic Internet Use (PIU). Dilihat pada hasil yang diperolehs lima gejala PIU yang paling banyak dimiliki oleh individu dengan tipe kesepian emotional, dengan gejala PIU POSI 37 responden, gejala PIU, mood regulation 90 responden, gejala PIU cognitive preocupation 74 responden, gejala PIU compulsive internet use 48 responden dan gejala PIU negative outcome 33 responden. Gejala PIU yang paling sedikit dimiliki oleh individu dengan tipe kesepian social dengan jumlah 67 respoden, dengan gejala PIU POSI 10 responden, gejala PIU mood regulation 13 responden, gejala PIU cognitive preocupation 21 responden, gejala PIU compulsive internet use 9 responden dan gejala PIU negative outcome 14 responden. Pada tipe kesepian emotional gejala PIU paling banyak adalah mood regulation dengan presentase 31,9% dan pada tipe kesepian social gejala PIU paling banyak adalah cognitive preocupation dengan presentase 31,3%. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data 349 responden dengan uji crosstab antara tipe kesepian dengan gejala PIU dapat disimpulkana hasil dalam gejala PIU paling banyak adalah gejala PIU mood regulation dengan tipe kesepian yang paling banyak dialami oleh responden adalah tipe kesepian emotional diabanding tipe kesepian social. Berdasarkan analisa tambahan juga terlihat bahwa tipe kesepian emotional ini lebih banyak ditemui wanita dan struktur keluarga utuh. Saran Saran Teoritis Terdapat beberapa saran yang ditujukan peneliti untuk penelitian serupa yang selanjutnya. Pertama, penyempurnaan alat ukur yang digunakan dalm adaptasi terutama dalam tata bahasa apabila akan digunakan untuk responden. Beberapa alat ukur yang perlu diadaptasi mungkin berasal dari bahasa asing dalam tata bahasa yang tidak sederhana. Kedua, Membatasi pengukuran pemakaian jejaring sosial dalam data kontrol alat tes penelitian agar lebih fokus pengguna situs jejaring sosial yang aktif sehingga analisa hasil menjadi lebih akurat. emosional. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk menggunakan sampel penelitian yang berbeda dari latar belakang yang berbeda. Ketiga, perlu diperhatikan pula desain kuisioner yang akan digunakan untuk penilitian berikutnya, dikarenakan item pada kuisioner ini cukup banyak, penelitian berikutnya dapat mendisain tamplate kuisioner agar tidak membuat jenuh responden dan mengurangi responden yang tidak mengisi dengan serius. Saran Praktis Saran praktis dari penelitian ini adalah peneliti berharap mahasiswa bisa lebih mengurangi penggunaan internet ketika mengalami kesepian. Berdasarkan hasil yang didapatkan jumlah mahasiswa yang mengalami gejala PIU cukup banyak dan kesepian yang dapat berdampak negatif bagi dirinya maupun orang-orang disekitar. Saat sedang merasa kesepian jangan mengalihkannya dengan

8 menggunakan internet dan situs jejaring sosial melainkan bisa mengatasinya dengan melakukan kegiatan aktif dan mencoba beriteraksi dengan lingkungan sekitar untuk menurunkan gejala tersebut. REFERENSI Arnett, J.J. (2011). Emerging adulthood: A theory of development from the late teens tough twenties. American Psychologist. Boyd, D. M. & Ellison, N. B. (2008). Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13, Brehm, S.S., Kassin, S.M & Fein,S (2002). Social Psychology.5th edition. Boston: MacGraw Hill Caplan, S.E. (2003). Preference for online social interaction.a theory of problematic internet use and psychosocial well-being.communication Research, 30(6), Caplan, S.E. (2010). Theory and measurement of generalized problematic Internet use: a two-step approach. Journal Computers in Human Behavior. 26(5), Caplan, S.E. & High, A.C. (2011). Online Social Interaction, Pschosocial well-being, and Problematic Internet Use dalam K.S. Young & C.N. de Abreu, Internet Addiction. A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment (35-53). New Jersey: John Willey & Sons. Coget, J.F., Suman, M. & Yamauchi., Y. (2002). The internet, social networks and loneliness.it & Society,1(1), Davis, R.A., Flett, G.L., & Besser, A. (2002). Validation of a new measure of problematic intenet use: Implication for pre-employment screening. Cyberpsychology and Behavior, 5, Davis, R.A., (2001). A cognitive-behavioral model of pathological internet use.computer in Human Behavior, 17(2), DiMatteo, M.R. & Hays, R.D. (1987). A Short-form measure of loneliness.journal Of Personality Assesment, 51(1), DiTommaso, E. & Spinner, B. (1992) The development and initial validation of the social and emotional loneliness scale for adults (SELSA).Person. Individ. Diff., 14(1), Fauzi, A. (2014). Data statistic pengguna sosial media di Indonesia. Diakses pada 13 Oktober, 2014, dari Gierveld, J.D.J. & Tilburg, T.V. (2006). A 6-item scale for overall, emotional, and social loneliness.research On Aging. 28(5), Gravetter, F. J. & Forzano, L. B. (2012). Research Methods for the Behavioral Sciences, Fourth Edition. Belmont: Cengage Learning. Hartono, J. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman. Yogyakarta: BPFE Jonssen, C. (2012). Social Networking Site. Diakses pada 18 Oktober, 2014, dari Kim, J., LaRose, R. & Peng, W. (2009). Loneliness as the cause and the effect of problematic internet use: the relationship between internet use and psychological well-being. Cyber Psychology & Behavior, 12(4), Kittinger, R., Correia, C. J. & Irons, J. G. (2012). Relationship Between Facebook Use and Problematic Internet Use Among College Students. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15 (6), Kriyantono, R (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Morahan-Martin, J. & Scumacher, P. (2000) Incidence and correlates of pathological internet use among college students. Computers in Human Behavior, 16, Morahan-Martin, J. & Schumacher, P. (2003), Loneliness and Social Uses of the Internet. Computers in human behavior, 19, Papalia, D.e., Olds, S.w. & Fieldman, R.D. (2007). Human Development.(10 Editon). New York: McGraw-Hill. Pengerapan, S. A. (2015). Pengguna Internet Indonesia Tahun 2014, Sebanyak 88,1 Juta (34,9%). Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Diakses pada 3 April 2015, dari sebanyak-88.com Peplau, L.A., & Pearlman, D. (1982).Loneliness : A Sourcebook of Current Theory Research and theraphy. New York: John Wiley & Sons.

9 Putri, N.A. (2013). Subjective well-being mahasiswa yang menggunakan internet secara berlebihan.jurnal ilmiah mahasiswa universitas Surabaya, 2,1. Rainsch, S. (2004) Dynamic Strategic Analysis: Demystifying Simple Success Strategies. Deutscher Universitasts-Verlag: Wiesbaden Roswati, S. (2015). Pengguna Sosial Media Semakin Meningkat. Tempokini.com. Diakses pada 27 Februari 2015, dari Santrock, John W. (2002). Life-span Development, (5th Edition). New York: McGraw-Hill Saphira, N, (2013). Internet use and addiction among Finnih Adolescents (15-19 years).journal of Adolescence, 37(2), Sekaran, U. & Bougie, R. (2013). Research Method for Business A Skill-Building Approach, Sixth Edition. West Sussex: Wiley. Senol-Durak, E. & Durak, M. (2011). The Mediator Roles of Life Satisfaction annd between the Affective Components of Psychological Well-Being and the Cognitive Symptoms of Problematic Internet. Social Indicators Research, 103 (1), Shaughnessy, J.J. & Zechmeister, E. B. & Zechmesiter, J. S. (2012). Research Methods in Psychology, Ninth Edition. New York: McGraw-Hill Companies. Shulevitz, J. (2013). The Research: The Affects of Loneliness in Woman, The New Republic Journal, 1, 3-8. Sugiyono. (2008). Metode penelitian bisnis : (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. The New Republic. (2013). Are Women Lonelier Than Men. Diakses pada18 Juli, 201, dari Odaci, H. & Celik, C. B., (2013) Who are problematic internet users? An investigation of the correlations between problematic internet use and shyness, loneliness, narcissism, aggression and selfperception. Computers in Human Behavior, 29, Voila!.(2014). Indonesia Netizen. Diakses pada 30 Oktober, 2014, dari Wearesocial.(2015). Intenet World Statistic Diakses pada 20 Juli, 2015 dari Weiss, R. S. (1973). The e.uperience qf emotional and social isolation. Cambridge: MIT Press. Weiten, W.; Lloyd, M. A. (2006).Psychology Applied to Modern Life: Adjustment in the 21st Century, (8thEdition). Thomson Wadsworth: Belmont, CA Wu, C.H., Yao, G. (2008). Psychometric analysis of the short-form UCLA Loneliness Scale (ULS-8) in Taiwanese undergraduate students.personality And Individual Differences, 44, Young, K.S. (2011). Internet Addiction : Handbook and guide yo Evaluation and Treatment. Hoboken, NJ: JohnWiley & Sons RIWAYAT HIDUP Fadjri Verdiansyah, lahir di kota Jakarta pada tanggal 26 Desember Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang psikologi pada tahun 2015.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Kesepian Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan hipotesis penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Pengertian Problematic Internet Use (PIU) Problematic Internet Use atau PIU merupakan sindrom multi-dimensi dengan gejala kognitif maladatif dan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB Metode Penelitian.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis.1.1 Definisi operasional PIU Problematic Internet Use adalah variabel (x) yang akan diukur pada penelitian ini yang hasilnya di dapat melalui nilai

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

Hubungan Antara Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Hubungan Antara Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Riska Dwi Cahyani Wahyu Agusti Tino Leonardi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study aimed to determine

Lebih terperinci

GAMBARAN ATTACHMENT BERDASARKAN GEJALA PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA MEDIA SOSIAL DI JAKARTA

GAMBARAN ATTACHMENT BERDASARKAN GEJALA PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA MEDIA SOSIAL DI JAKARTA GAMBARAN ATTACHMENT BERDASARKAN GEJALA PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA MEDIA SOSIAL DI JAKARTA Nurcahyati Psikologi, Swadaya 2 No.6, 08971756401, nurcahyati19@gmail.com (Nurcahyati, Esther

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use (PIU) 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Problematic Internet Use (PIU) didefinisikan sebagai penggunaan internet yang menyebabkan sejumlah gejala

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Definisi Operasional Problematic Internet Use Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya untuk menjawab hipotesa didapatkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat

Lebih terperinci

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa Nama : Dyan Permatasari NPM : 12513744 Kelas : 3 PA 12 Pembimbing : Desi Susianti, S.Psi., M.Si. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA SNS DI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA SNS DI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA SNS DI JAKARTA Ahmad Gozali Binus University Kampus Kijang, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB 4 ANALISIS HASIL BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada murid SMP di lima wilayah bagian di Jakarta meliputi bagian Barat, Timur,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori variabel yang akan diteliti beserta dimensi, landasan teori mengenai dewasa muda, kerangka berpikir dan asusmsi penelitian. 2.1

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH DATING ANXIETY DAN KESEPIAN TERHADAP ADIKSI INTERNET PADA DEWASA AWAL LAJANG DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini sudah semakin maju, khususnya perkembangan teknologi internet. Melalui teknologi internet, individu dapat menggunakan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai populasi dan subjek penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use Problematic Internet use (PIU) didefinisikan sebagai cara penggunaan internet yang menyebabkan penggunanya memiliki gangguan atau masalah secara psikologis,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT DENGAN KESEPIAN PADA EMERGING ADULTHOOD PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL DI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT DENGAN KESEPIAN PADA EMERGING ADULTHOOD PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL DI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT DENGAN KESEPIAN PADA EMERGING ADULTHOOD PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL DI JAKARTA Amalia Hafsari Universitas Bina Nusantara, amaliahafsari92@gmail.com Dosen Pembimbing,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet yang meluas adalah hasil dari berkembangnya teknologi yang semakin canggih zaman modern ini. Sebagian besar manusia di dunia menggunakan internet

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Attachment 2.1.1 Definisi Attachment Bowlby adalah tokoh pertama yang melakukan penelitian dan mengemukakan teori mengenai attachment dan tetap menjadi dasar teori bagi penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi akademik Kata prokrastinasi pertama kali digunakan oleh Brown and Holtzman untuk menggambarkan kecenderungan individu dalam menunda penyelesaian tugas atau pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam penelitian ini, telah dibuktikan melalui uji hipotesa bahwa terdapat korelasi antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECANDUAN SITUS JEJARING SOSIAL PADA MASA DEWASA AWAL

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECANDUAN SITUS JEJARING SOSIAL PADA MASA DEWASA AWAL HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECANDUAN SITUS JEJARING SOSIAL PADA MASA DEWASA AWAL Ursa Majorsy 1 Annes Dwininta Kinasih 2 Inge Andriani 3 Warda Lisa 4 1,2,3,4 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, desain

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB 3. Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROBLEMATIC INTERNET USE DAN PERCEIVED STRESS PADA REMAJA PENGGUNA TWITTER DI JAKARTA

HUBUNGAN PROBLEMATIC INTERNET USE DAN PERCEIVED STRESS PADA REMAJA PENGGUNA TWITTER DI JAKARTA HUBUNGAN PROBLEMATIC INTERNET USE DAN PERCEIVED STRESS PADA REMAJA PENGGUNA TWITTER DI JAKARTA Meida Rezky Arvitasari Universitas Bina Nusantara, arvitasarimeida@gmail.com (Meida Rezky arvitasari, Esther

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic internet use Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Hal ini pula yang menarik minat para ahli

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan metodologi pengambilan sampel), desain dari penelitian, definisi operasional variabel penelitian, setting lokasi,

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dunia teknologi sudah semakin berkembang dan bertumbuh di berbagai Negara termasuk di Indonesia. Teknologi juga sangat bermanfaat untuk banyak orang, salah satunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dengan tujuan dapat menjawab masalah dalam penelitian. Melalui

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN RIMA AMALINA RAHMAH Langgersari Elsari Novianti, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use PIU merupakan sindrom multidimensional yang terdiri dari gejala kognitif,emosional, dan perilaku yang mengakibatkan seseorang kesulitan dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis,

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis, BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis, partisipan penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas Bina Nusantara. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Lebih terperinci

Bab 3 Desain Penelitian

Bab 3 Desain Penelitian Bab 3 Desain Penelitian Bab ini akan menjabarkan variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), responden penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel

Lebih terperinci

PROBLEMATIC INTERNET USE PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA BARAT

PROBLEMATIC INTERNET USE PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA BARAT PROBLEMATIC INTERNET USE PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA BARAT Esther Widhi Andangsari; Rani Agias Fitri Psychology Department, Faculty of Humanities, BINUS University Jln. Kemanggisan Ilir III

Lebih terperinci

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Internet merupakan salah satu bentuk evolusi perkembangan komunikasi dan teknologi yang berpengaruh pada umat manusia. Salah satu akibat adanya internet adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel 1 = Self-Control Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook 3. 1. 2. Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problematic Internet Use 2.1.1 Definisi Problematic Internet Use Awal penelitian empiris tentang penggunaan internet yang berlebihan ditemukan dalam literatur yang dilakukan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kesepian 2.1.1 Definisi Kesepian Kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang diinginkan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i 34 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metode dimulai dengan partisipan penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang berkembang, internet merupakan salah satu

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Desain penelitian korelasional dipilih oleh peneliti karena desain

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Variabel merupakan karakteristik objek kajian (konsep) yang mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku maupun karakteristik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi kian banyak digunakan orang untuk berbagai manfaat salah satunya internet. Internet (Interconnected

Lebih terperinci

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP YOLANDA CHYNTYA NOVIYANTI BASARIA 190110100132 ABSTRACT Cinta dapat dipahami sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat ataupun wilayah yang akan diteliti. Peneliti melakukan penelitian di SMPN 3 Bandung,

Lebih terperinci

Kata kunci: Online shop, Instagram, perilaku konsumtif.

Kata kunci: Online shop, Instagram, perilaku konsumtif. ABSTRAK Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA SISWA-SISWI DI SMA NEGERI 8 BEKASI Putri Ratna Juwita Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRACT During adolescence,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 1.1.1. Definisi operasional kecerdasan emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan, mengontrol perasaan, dan memotivasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena BAB 3 METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa 3.1.1 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel 1 (V1) dalam penelitian ini adalah motivasi kerja.definisi operasional dari motivasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III. 1. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan hubungan antar variabel dalam satu kajian. Untuk menetapkan metode penelitian dalam praktek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan dimulai dengan menjelaskan mengenai rancangan penelitian, populasi dan sample penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior).

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior). BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 29 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan masalah penelitian, hipotesis berdasarkan permasalahan dalam penelitian, variabel-variabel penelitian yang akan diteliti, populasi dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai variabel penelitian, hipotesa penelitan, subjek penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROBLEMATIC INTERNET USE DENGAN HAPPINESS PADA MAHASISWA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA*

HUBUNGAN ANTARA PROBLEMATIC INTERNET USE DENGAN HAPPINESS PADA MAHASISWA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA* HUBUNGAN ANTARA PROBLEMATIC INTERNET USE DENGAN HAPPINESS PADA MAHASISWA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA* Nadiana Anandita S. dan Esther Widhi, S.Psi., M.Psi., Bina Nusantara University, Jakarta Barat, Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan, diskusi, dan saran yang dihasilkan dari hasil penelitian. Saran-saran dalam penelitian ini berisi tentang saran yang ditunjukan untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON ANJANA DEMIRA Program Studi Psikologi, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008: BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian assosiatif. Menurut Sugiyono (2008: p55), penelitian assosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pernyataan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism, 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivism,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK Dalam menjalani karirnya individu akan terus mengalami pertambahan usia sampai memasuki fase pensiun.

Lebih terperinci

SUBJECTIVE WELL BEING MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN INTERNET SECARA BERLEBIHAN. Novrita Ade Putri

SUBJECTIVE WELL BEING MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN INTERNET SECARA BERLEBIHAN. Novrita Ade Putri SUBJECTIVE WELL BEING MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN INTERNET SECARA BERLEBIHAN Novrita Ade Putri Fakultas Psikologi novritadeputri@gmail.com Abstrak Pada saat ini internet merupakan media yang hampir digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai metodelogi penelitian yang meliputi Variabel Penelitian & Definisi Operasional, Subyek Penelitian & Tehnik Sampling, Desain Penelitian, Alat

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci