Kata kunci: Ekstrak tempe, kulit, tulang, tikus premenopause, uterus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: Ekstrak tempe, kulit, tulang, tikus premenopause, uterus"

Transkripsi

1 81 SUPLEMENTASI EKSTRAK TEMPE UNTUK PERBAIKAN KONDISI PREMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL Safrida 1, Nastiti Kusumorini 2, Wasmen Manalu 2, Hera Maheshwari 2 1 Mahasiswa Program Doktor Mayor Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat, Sekolah Pascasarjana, IPB, 2 Mayor Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat, IPB. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak tempe dalam memperbaiki kualitas uterus, kulit, dan tulang pada kondisi premenopause, dan membandingkan produk alami dari ekstrak tempe dengan produk hormon yang sudah dipasarkan (genistein, etinilestradiol, dan somatotropin). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, yaitu pola rancangan acak lengkap (RAL) dengan tujuh kelompok perlakuan dan tiga kali ulangan. Kelompok perlakuan tersebut ialah 1) K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, 2) P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, 3) TEM = Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300 mg/hari/200g BB, 4) GEN = Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, 5) EST = Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, 6) SO=Tikus premenopause yang disuntik sesame oil/ somatotropin 0 mg/hari/kg BB, 7) BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB. Parameter yang diamati ialah bobot badan, kadar hormon progesteron, kadar kolagen uterus, kadar air uterus, dan kadar RNA uterus, kadar kolagen kulit, kadar air, dan kadar RNA kulit, kadar kalsium dan fosfor serum, kadar kalsium dan fosfor tulang, kadar abu tulang, kadar kolagen tulang, kadar air tulang, kadar RNA tulang, panjang tulang, bobot tulang, densitas tulang, dan kekuatan tulang. Pemberian ekstrak tempe selama dua bulan pada tikus premenopause dapat mempertahankan kualitas uterus, yang ditandai dengan bobot uterus, kadar kolagen uterus dan kadar RNA uterus dalam keadaan normal; meningkatkan kualitas kulit, yang ditandai dengan peningkatan kadar kolagen kulit dan kadar RNA kulit; meningkatkan kualitas tulang, yang ditandai dengan peningkatan kadar kalsium tulang, rasio kadar Ca/P tulang tibia, kadar abu tulang, densitas tulang, dan kekuatan tulang. Kata kunci: Ekstrak tempe, kulit, tulang, tikus premenopause, uterus

2 82 Supplementation of Tempeh Extract for Improving Premenopausal Conditions Using Rats as Animal Models Safrida 1, Nastiti Kusumorini 2, Wasmen Manalu 2, Hera Maheshwari 2 1 Student of Doctoral Programme Majoring in Physiology and Pharmacology, School of Graduate, Bogor Agricultural University, 2 Majoring in Physiology and Pharmacology, Bogor Agricultural University. ABSTRACT This study was designed to determine the potential of tempeh extract in improving the quality of uterus, skin, and bone in premenopausal conditions, and to compare the natural product of tempeh extract with commercially availabe hormones (genistein, ethinylestradiol, and somatotropin). Experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) consisted of 7 experimental groups, each consisted of 3 rats i.e.,1) K = premenopausal rats as a negative control, 2) P = premenopausal rats given distilled water orally as a placebo, 3) TEM = premenopausal rats given tempeh extract 300 mg/day/200g body weight, 4) GEN = premenopausal rats given genistein 0.25 mg/day/kg body weight, 5) EST = premenopausal rats given ethinylestradiol 9x10-3 mg/day/200g body weight, 6) SO = premenopausal rats injected with sesame oil/day/kg body weight, 7) BST = premenopausal rats injected somatotropin 9 mg/day/kg body weight. The parameters observed were body weight, serum progesterone concentrations, the uterine collagen concentratios, uterine water concentrations, and uterine RNA concentrations, the skin collagen concentrations, skin water concentrations, and skin RNA concentrations, the calcium and phosphorus concentrations of serum and bone, bone ash concentrations, bone collagen concentrations, bone water concentrations, bone RNA concentrations, bone length, bone weight, bone density, and bone strength. Supplementations of tempeh extract for two months in premenopausal rats could maintain the quality of the uterus, which was characterized by the uterine weight, uterine collagen concentrations and uterine RNA concentrations in normal ranges; improve the quality of skin, which was characterized by increased levels of skin collagen and skin RNA concentrations, improve the quality of bone, which was characterized by the increased bone calcium concentrations, ratio of Ca/P on tibia bone, bone ash levels, bone density, and bone strength. Keywords: Bones,extract tempe, rats premenopausal, skin, uteru

3 83 PENDAHULUAN Pada dasarnya, penuaan adalah suatu proses fisiologis umum dan berlangsung secara terus-menerus yang ditandai dengan perubahan sel-sel tubuh. Penuaan ini terjadi karena sel-sel menjadi rusak, tua, dan mati sehingga penuaan sangat berkaitan erat dengan kematian sel (Ganong 2003). Sebenarnya, tubuh mempunyai kemampuan untuk memperbaiki serta mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Namun, sejalan dengan bertambahnya usia, proses perbaikan dan pergantian sel ini menjadi lambat dan penumpukan sel-sel yang mati mengganggu fungsi jaringan, organ, dan fungsi fisiologis tubuh secara umum. Pada manusia, usia memasuki masa premenopause kira-kira usia 40 tahun, yang ditandai dengan fungsi ovarium berangsur-angsur menurun (Zulkarnaen 2003), dan kadar progesteron mulai menurun (Walker 1995). Dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan pada kulit, yakni kulit menjadi lebih tipis, mengendur dan kehilangan elastisitasnya, produksi kolagen menurun, dan kulit juga menjadi kering. Atropi kolagen merupakan faktor utama yang menyebabkan penuaan kulit (Datau dan Wibowo 2005). Selain kulit, penuaan juga mempengaruhi kualitas tulang. Setelah usia antara tahun, penyerapan tulang sedikit melebihi pembentukan tulang sehingga diperkirakan kehilangan massa tulang sebesar 1% per tahun (Endris dan Rude 1994). Compston et al. (1993) menyatakan densitas massa tulang yang lebih tinggi pada masa premenopause dapat mempertahankan deposit kalsium tulang sehingga kehilangan atau penurunan kalsium pada masa menopause dan peningkatan usia akan terhindar dari osteoporosis dan patah tulang pascamenopause. Tempe mengandung senyawa isoflavon aglikon dan glikosida (King 2002), serta mengandung zat gizi (Direktorat Gizi Depkes RI 1995). Tepung tempe mengandung lebih banyak senyawa isoflavon aglikon bila dibandingkan dengan tepung kedelai (Safrida 2008). Struktur isoflavon dapat ditransformasikan menjadi equol, dan equol ini mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen (Setchell dan Cassidy1999). Penggunaan tempe dalam bentuk segar memerlukan jumlah yang besar untuk memperoleh efek yang memadai

4 84 seperti efek estrogen, maka tempe diproses dalam bentuk ekstrak tempe agar dosis penggunaannya dalam jumlah kecil dan praktis untuk dikonsumsi. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena suplementasi ekstrak tempe sebagai bahan alami pada usia premenopause merupakan salah satu alternatif preventif terhadap risiko penyakit pada saat memasuki pascamenopause. Adapun tujuan penelitian ini ialah (1), mengetahui potensi ekstrak tempe dalam memperbaiki kualitas uterus, kulit, dan tulang pada kondisi premenopause; (2), Membandingkan produk alami dari ekstrak tempe dengan produk hormon yang sudah dipasarkan (genistein, etinilestradiol, dan somatotropin). BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Mei 2011-April Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat, yaitu pembuatan tempe kedelai (Lampiran 11) di pabrik tempe Desa Ciherang Bogor, pembuatan ekstrak tempe (Lampiran 12) di Laboratorium BALITTRO, analisis kandungan isoflavon dan komposisi zat gizi ekstrak tempe di Laboratorium Balai Besar Pascapanen Pertanian Bogor (Lampiran 13), pemeliharaan tikus di kandang hewan percobaan Fakultas Kedokteran Hewan IPB, analisis hormon, kadar kolagen, kadar RNA dan kadar air di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi FKH, IPB, analisis kadar abu tulang dan analisis kalsium dan fosfor pada tulang dan serum di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB, dan pengukuran kekuatan tulang di Laboratorium Keteknikan Kayu, Fakultas Kehutanan, IPB. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelet dari PT Comfeed Indonesia, kedelai varietas Americana, ragi tempe mengandung inokulum Rhizopus oryzae yang diproduksi oleh PT Aneka Fermentasi Industri, Bandung (BPOM RI MD ), kit Progesteron, BNF, serta bahan pengujian kolagen, RNA, kalsium, dan fosfor. Alat yang digunakan adalah timbangan, sentrifuge, Automatic Gamma Counter, spektrofotometer, eksikator, tanur listrik,

5 85 spektofotometer serapan atom (AAS), dan Universal Testing Machine (UTM) merk Instron. Metode Penelitian Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini ialah tikus betina strain Sprague Dawley, yang dibagi ke dalam tujuh kelompok percobaan yang masingmasing terdiri atas tiga ekor. Tikus-tikus percobaan tersebut ditempatkan dalam kandang plastik dengan tutup yang terbuat dari kawat ram dan dialasi sekam. Pakan yang diberikan adalah bentuk pelet dan air minum disediakan ad libitum. Lingkungan kandang dibuat agar tidak lembap, ventilasi yang cukup serta penyinaran yang cukup dengan lama terang 14 jam dan lama gelap 10 jam. Masing-masing tikus ditempatkan dalam kandang individu. Tikus betina umur 12 bulan diadaptasikan di lingkungan kandang percobaan dan dipelihara selama 3 bulan, setelah tikus berumur 15 bulan kemudian diberikan perlakuan selama 2 bulan. Tikus-tikus tersebut dibagi ke dalam 7 (tujuh) kelompok perlakuan, yaitu 1) K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, 2) P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, 3) TEM = Tikus premenopause diberi ekstrak tempe 300 mg/hari/200g BB, 4) GEN = Tikus premenopause diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, 5) EST = Tikus premenopause diberi etinilestradiol (estrogen sintetik) sebanyak 9x10-3 mg/hari/200g BB, 6) SO = Tikus premenopause disuntik sesame oil/somatotropin 0 mg/hari/kg BB, 7) BST = Tikus premenopause disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB. Semua kelompok tikus diberikan perlakuan selama 2 bulan. Ekstrak tempe, genistein, dan etinilestradiol diberikan secara oral (pencekokan) sebanyak sehari sekali, sedangkan somatotropin disuntik sebanyak sehari sekali secara intramuskuler pada bagian paha belakang. Di akhir percobaan dan pada status fase diestrus (Lampiran 10), semua tikus dikorbankan. Sebelum dilakukan pembedahan, tikus terlebih dahulu dibius dengan eter, kemudian masing-masing tikus diambil darahnya secara intrakardial sebanyak kurang lebih 1 ml. Darah dikoleksi pada tabung penampung, selanjutnya darah disentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit sehingga didapatkan serum. Serum digunakan untuk analisis kadar hormon

6 86 progesteron, kalsium, dan fosfor. Setelah tikus dikorbankan, uterus dipisahkan dari jaringan lunak dengan menggunakan gunting kecil, kemudian ditimbang bobot basahnya, selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan BNF (buffer formalin) 10% untuk analisis kadar kolagen dan RNA. Kulit bagian dorsal dipisahkan dari jaringan lunak dengan menggunakan gunting, selanjutnya dibersihkan dengan menggunakan alat pencukur dan dimasukkan ke dalam larutan BNF 10% untuk analisis kadar kolagen dan RNA. Tulang tibia-fibula sebelah kiri dan sebelah kanan dipisahkan dari jaringan lunak dengan menggunakan gunting kecil, selanjutnya tulang tibia sebelah kiri dimasukkan ke dalam BNF 10% untuk analisis kadar kolagen, RNA, densitas tulang, dan kekuatan tulang, sedangkan tulang tibia sebelah kanan disimpan di freezer pada suhu -20 C untuk analisis kadar kalsium, kadar fosfor, dan kadar abu (Gambar 10). Parameter yang Diamati Parameter yang diamati ialah bobot badan, kadar hormon progesteron menggunakan metode RIA, kadar kolagen, dan kadar RNA uterus, kulit, dan tulang sesuai dengan metode yang dilakukan oleh Manalu dan Sumaryadi (1998), kadar kalsium serum dan tulang (Reitz et al. 1960), kadar fosfor serum dan tulang (Taussky & Shorr 1953), kadar abu tulang (AOAC 1990), panjang tulang, bobot tulang, densitas tulang (metode Arjmandi et al. 1996), serta uji kekuatan tulang tibia merupakan adopsi dari metode uji kekuatan tekan glulam yang dilakukan oleh Bahtiar (2008), dan uji kekuatan tekan kayu (Mardikanto et al. 2011). Adapun prosedur kerja masing-masing parameter dapat dilihat pada Lampiran 1-9. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05), serta uji korelasi dengan menggunakan perangkat lunak software SAS (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

7 87 Bagan alur penelitian sebagai berikut: Tikus umur 12 bulan Dipelihara selama 3 bulan Tikus umur 15 bulan Perlakuan dilakukan selama 2 bulan, terdiri atas 7 kelompok perlakuan, masing-masing 3 ekor tikus K : Kontrol P : Pencekokan dengan aquades/plasebo TEM : Pencekokan ekstrak tempe 300 mg/hari /200g BB, 300mg ET mengandung 0,72 mg isoflavon, penentuan dosis berdasarkan jumlah isoflavon (Whitten & Pattisaul 2001) GEN : Pencekokan genistein 0, 25 mg/hari/kg BB (Chanawirat et al. 2006) EST : Pencekokan etinilestradiol (estrogen murni) 9x10-3 mg/hari /200g BB (Konversi dari dosis manusia 0,05 mg /hari/70 kg BB) SO : Penyuntikan sesame oil/somatotropin 0 mg/hari/kg BB BST : Penyuntikan somatotropin 9 mg/hari/kg BB (Azain et al. 2006). dibedah pada fase diestrus Tulang: kadar kolagen tulang, kadar air tulang, kadar RNA tulang, kadar kalsium dan fosfor tulang, kadar abu tulang, kadar kalsium dan fosfor serum, panjang tulang, bobot tulang, densitas tulang dan kekuatan tulang Kulit: kadar kolagen kulit, kadar air, dan kadar RNA kulit Uterus: kadar kolagen uterus, kadar air uterus, dan kadar RNA uterus. Luaran: Ekstrak tempe dapat diberikan secara oral sebagai produk antiaging dalam memperbaiki kondisi premenopause Gambar 10. Bagan alur penelitian Tahap II

8 88 HASIL DAN PEMBAHASAN Efek Pemberian Ekstrak Tempe pada Kadar Progesteron dan Bobot Badan Tikus Premenopause Rataan kadar progesteron serum tikus premenopause disajikan pada Tabel 12. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar progesteron serum pada tikus premenopause tidak dipengaruhi oleh pemberian ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin (Tabel 12). Rataan kadar progesteron tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe sama dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Tabel 12 Rataan kadar progesteron serum dan bobot badan pada tikus premenopause Kelompok Kadar progesteron Bobot badan (g) (ng/ml) K 50.65± ±1.52 b P 49.68± ±9.53 ab TEM 53.30± ±3.51 ab GEN 48.81± ±7.63 ab EST 52.93± ±12.34 ab SO 51.77± ±1.52 b BST 53.10± ±5.29 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, TEM= Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300mg/hari/200g BB, GEN= Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, EST= Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, SO= Tikus premenopause yang disuntik sesame oil / somatotropin 0 mg/hari/kg BB, BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin pada tikus premenopause tidak berpengaruh pada kadar hormon progesteron, yakni kadar hormon progesteron berada dalam keadaan homeostasis. Level hormon progesteron di dalam tubuh dipertahankan dalam ambang batas normal melalui aksi umpan balik positif dan negatif pada hipotalamus oleh progesteron. Hal ini sesuai dengan pendapat Ganong (2003) bahwa hormon ataupun target organ memiliki homeostatic feedback system, yaitu semua mekanisme hormon diatur oleh sekresi hormon itu sendiri.

9 89 Rataan bobot badan pada tikus premenopause disajikan pada Tabel 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan pada tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol sama dengan kontrol, sedangkan pemberian somatotropin lebih tinggi (P<0.05) bila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian ekstrak tempe yang mengandung isoflavon genistein dan daidzein serta zat gizi tidak menyebabkan kegemukan. Hal ini menguntungkan karena fitoestrogen yang terdapat pada ekstrak tempe diduga tidak menyebabkan deposit cadangan lemak. Arjmandi et al. (1996) menyatakan pemberian protein kedelai yang kaya isoflavon dapat mencegah kegemukan. Efek Pemberian Ekstrak Tempe pada Kualitas Uterus pada Kondisi Premenopause Rataan bobot, kadar kolagen, kadar air, dan kadar RNA uterus pada tikus premenopause disajikan pada Tabel 13. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa bobot uterus, kadar kolagen, kadar air, dan kadar RNA uterus pada tikus premenopause tidak dipengaruhi oleh pemberian ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin. Tabel 13 Rataan bobot, kadar kolagen, kadar air, dan kadar RNA uterus pada tikus premenopause Kelompok Bobot uterus (g) Kadar kolagen uterus Kadar air uterus Kadar RNA uterus (mg/g sampel) (mg/g sampel) (%) K 0.46± ± ± ±4.90 P 0.43± ± ± ±2.64 TEM 0.53± ± ± ±3.28 GEN 0.48± ± ± ±4.29 EST 0.62± ± ± ±4.06 SO 0.43± ± ± ±4.95 BST 0.32± ± ± ±4.83 Keterangan : K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, TEM= Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300mg/hari/200g BB, GEN= Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, EST= Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, SO= Tikus premenopause yang disuntik sesame oil / somatotropin 0 mg/hari/kg BB, BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB. Tikus premenopause kemungkinan masih dapat bereproduksi, walaupun tingkat kesuburannya tidak sama dengan tikus masa reproduktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tempe yang mengandung isoflavon

10 90 aglikon yang bersifat estrogenik dapat mempertahankan kualitas uterus. Pemberian ekstrak tempe pada tikus premenopause tidak mengganggu keseimbangan hormon progesteron sebagai salah satu hormon reproduksi utama di dalam tubuh sehingga uterus dalam keadaan normal. Hal ini sesuai dengan penelitian Persky et al. (2002) yang mengungkapkan bahwa isoflavon dapat bertindak sebagai estrogen antagonis pada saat estrogen endogen dalam konsentrasi tinggi, dan bertindak sebagai estrogen agonis pada saat hormon estrogen endogen dalam konsentrasi rendah. Menurut Ruggiero et al. (2002) bahwa secara fisiologis, efek isoflavon yang mirip estrogen bergantung pada respons yang terjadi, yaitu bisa bersifat agonis (menstimulir) atau antagonis (menghambat) reseptor dalam sel targetnya. Menurut Binkley (1995), hormon reproduksi mempunyai aksi umpan balik positif dan negatif. Aksi umpan balik positif seiring dengan stimulasi sekresi dari hormon hipofisis atau hipotalamus di bawah pengaruh hormon spesifik atau stimulus lainnya, sedangkan aksi umpan balik negatif berarti menghambat kerja senyawa spesifik produk sekresi hormon hipofisis atau hipotalamus. Penurunan kadar RNA pada tikus premenopause dapat dihambat dengan pemberian ekstrak tempe. Kandungan isoflavon yang terdapat di dalam ekstrak tempe mempunyai aktivitas antioksidan. Antioksidan dapat menetralisir senyawasenyawa radikal bebas sehingga tidak merusak RNA. Menurut Valko et al. (2007), isoflavon merupakan antioksidan sekunder atau antioksidan eksogen yang bekerja dengan cara berperan sebagai donor hidrogen dan mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil. Reaksi ini dikenal dengan pemutusan rantai propagasi dari radikal bebas (free radical chain breaking). Efek Pemberian Ekstrak Tempe pada Kualitas Kulit pada Kondisi Premenopause Rataan kadar kolagen, kadar air, dan RNA kulit pada tikus premenopause disajikan pada Tabel 14. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar kolagen, kadar air, dan kadar RNA kulit pada premenopause dipengaruhi oleh perlakuan (P<0.05) (Tabel 14). Rataan kadar kolagen kulit dan kadar RNA kulit pada tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin lebih tinggi (P<0.05), bila dibandingkan dengan tikus kontrol.

11 91 Sebaliknya, rataan kadar air kulit pada tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin sama dengan tikus kontrol. Tabel 14 Rataan kadar kolagen, kadar air, dan kadar RNA kulit pada tikus premenopause Kelompok Kadar kolagen Kadar air Kadar RNA kulit kulit kulit (mg/g sampel) (%) (mg/g sampel) K 29.44±1.74 b 60.24±2.98 b 23.39±3.83 b P 28.16±1.95 b 64.74±1.75 ab 23.17±5.33 b TEM 43.90±1.48 a 65.91±3.12 ab 29.76±1.11 a GEN 43.92±5.02 a 64.70±4.72 ab 28.92±1.42 a EST 43.84±9.27 a 64.58±1.57 ab 28.36±2.34 ab SO 28.73±2.99 b 64.62±0.23 ab 23.01±2.84 b BST 43.97±1.30 a 67.67±4.77 a 29.82±0.64 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, TEM= Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300mg/hari/200g BB, GEN= Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, EST= Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, SO= Tikus premenopause yang disuntik sesame oil / somatotropin 0 mg/hari/kg BB, BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB. Pemberian ekstrak tempe dapat meningkatkan kadar kolagen kulit. Bertambahnya kadar kolagen kulit menyebabkan peningkatan elastisitas atau kekencangan kulit. Menurut Datau dan Wibowo (2005), kolagen kulit disintesis oleh sel fibroblas. Penelitian Schulze et al. (2012) menunjukkan bahwa penurunan jumlah fibroblas menimbulkan keriput/kaku yang secara langsung mengakibatkan perubahan pada elastisitas matriks kolagen. Perubahan mekanisme ini mempengaruhi fungsi sel, termasuk sitoskeleton, seperti kontraktilitas, motilitas, dan proliferasi yang penting untuk reorganisasi matriks ekstraseluler. Ekstrak tempe mengandung isoflavon, senyawa bioaktif yang mirip estrogen yang dapat berfungsi dalam meningkatkan aktivitas sintesis sel kulit tikus, yang digambarkan oleh kadar RNA kulit. Peran isoflavon pada kulit ialah melalui ekspresi gen, yaitu senyawa isoflavon genistein dan daidzein berikatan dengan reseptor estrogen beta yang ada pada kulit melakukan aksinya sama dengan estrogen endogen. Menurut Guyton (1996), estrogen bersirkulasi dalam darah selama beberapa menit kemudian menuju ke sel sasaran. Estrogen berikatan dengan protein reseptor dalam sitoplasma sel target membentuk kompleks hormon

12 92 reseptor, kemudian bermigrasi ke inti. Ia segera memulai proses transkripsi DNA- RNA dalam area kromosom spesifik dan akhirnya mengakibatkan pembelahan sel. Isoflavon kedelai adalah senyawa fitoestrogen yang mempunyai kesamaan struktur kimia dengan estrogen mamalia (Setchell dan Adlercreutz 1988). Isoflavon memiliki cincin aromatik dengan 2 gugus OH atau hidroksil yang jarak A 0 pada intinya, yang mirip dengan struktur estrogen (Setchell 1998). Oleh karena itu, isoflavon mampu berikatan dengan reseptor estrogen (RE) yang terdapat dalam sel berbagai jaringan tubuh, dan berpotensi secara agonis maupun antagonis terhadap kerja estrogen (Brzozowski et al. 1997). Efek Pemberian Ekstrak Tempe pada Kualitas Tulang pada Kondisi Premenopause Rataan kadar kolagen, kadar air, kadar RNA tulang pada tikus premenopause disajikan pada Tabel 15. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin tidak mempengaruhi kadar kolagen, kadar air, dan kadar RNA tulang pada kondisi premenopause. Tabel 15 Rataan kadar kolagen, kadar air, dan kadar RNA tulang pada tikus premenopause Kelompok Kadar kolagen tulang (mg/g sampel) Kadar air tulang (%) Kadar RNA tulang (mg/g sampel) K 17.69± ± ±0.78 P 17.31± ± ±1.30 TEM 19.29± ± ±1.57 GEN 19.08± ± ±0.54 EST 19.46± ± ±0.59 SO 16.90± ± ±0.76 BST 19.02± ± ±0.95 Keterangan : K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, TEM= Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300mg/hari/200g BB, GEN= Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, EST= Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, SO= Tikus premenopause yang disuntik sesame oil / somatotropin 0 mg/hari/kg BB, BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB.. Ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin dapat meningkatkan kadar kolagen tulang, namun secara statistik tidak signifikan.

13 93 Peningkatan kolagen tulang menyebabkan tulang menjadi lebih kuat dan tidak mudah patah. Menurut Guyton (1996) bahwa serabut kolagen membuat tulang menjadi kuat. Serabut kolagen tulang mempunyai daya rentang yang besar, sedangkan garam-garam kalsium mempunyai daya kompresi yang besar. Sifat gabungan ini ditambah dngan derajat ikatan antara serabut kolagen dan kristal, memberikan suatu struktur tulang yang mempunyai daya rentang dan daya kompresi. Rataan kadar kalsium tulang, kadar fosfor tulang, rasio kadar Ca/P tulang tibia, dan kadar abu tulang pada tikus premenopause disajikan pada Tabel 16. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar kalsium tulang, kadar fosfor tulang, rasio kadar Ca/P tulang tibia, dan kadar abu tulang pada tikus premenopause dipengaruhi oleh perlakuan (P<0.05) (Tabel 16). Pemberian ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin dapat meningkatkan kadar kalsium dan rasio Ca/P tulang (P<0.05) pada tikus premenopause. Rataan kadar abu pada tikus premenopause dipengaruhi (P<0.05) oleh pemberian ekstrak tempe, namun tidak dipengaruhi oleh pemberian genistein, etinilestradiol, dan somatotropin. Tabel 16 Rataan kadar kalsium tulang, kadar fosfor tulang, rasio Ca/P tulang tibia, dan kadar abu tulang pada tikus premenopause Kelompok Kadar kalsium tulang (%) Kadar fosfor tulang (%) Rasio Ca/P tulang (%) Kadar abu tulang (%) K 32.69±1.94 cd 31.10±5.33 ab 1.076±0.22 cd 31.90±3.86 b P 32.96±2.05 cd 29.82±1.52 b 1.105±0.05 cd 31.04±1.45 b TEM 52.14±2.28 a 24.60±1.59 b 2.122±0.10 a 37.31±1.20 a GEN 46.24±8.12 ab 25.11±2.22 b 1.861±0.44 ab 33.93±2.20 ab EST 41.06±6.54 bc 27.38±1.70 b 1.510±0.30 bc 34.97±4.56 ab SO 30.03±3.82 d 29.89±1.84 b 1.008±0.16 d 30.26±1.83 b BST 43.31±4.47 b 36.27±6.03 a 1.021±0.16 cd 32.60±1.12 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, TEM= Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300mg/hari/200g BB, GEN= Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, EST= Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, SO= Tikus premenopause yang disuntik sesame oil / somatotropin 0 mg/hari/kg BB, BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB.

14 94 Pemberian ekstrak tempe dapat mengatasi osteopenia pada saat premenopause. Penelitian Karaguzel dan Holick (2010) melaporkan pada wanita premenopause ditemukan osteopenia, salah satu penyebabnya adalah kekurangan kalsium. Peningkatan kalsium tulang menyebabkan matriks tulang akan padat dan tulang menjadi tidak rapuh. Garam-garam kalsium mempunyai daya kompresi yang besar pada struktur tulang (Guyton 1996). Rasio kadar kalsium dan fosfor pada tulang tibia pada tikus yang diberi ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin masih berada dalam kisaran normal. Rasio relatif kalsium dan fosfat pada tulang bisa sangat berbeda pada keadaaan nutrisi yang berlainan, rasio Ca/P berdasarkan bobot berkisar antara 1,3 sampai 2,0 (Guyton 1996). Kadar abu tulang menggambarkan total jumlah mineral anorganik yang terdapat pada tulang. Pemberian ekstrak tempe menunjukkan peningkatan kadar abu tulang, selain kalsium dan fosfor, yang berarti kandungan mineral lain pada tulang juga meningkat. Menurut Djojosoebagio (1996) mineral tulang merupakan bentuk anorganik dari tulang, dengan campuran utamanya kristal hidroksiapatit. Selain kalsium dan fosfor, tulang juga mengandung sitrat, natrium, barium, strontium, timah, karbonat, flour, klor, magnesium, dan kalium. Rataan kadar kalsium dan fosfor serum pada tikus premenopause disajikan pada Tabel 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tempe, genistein, etinilestradiol, dan somatotropin selama dua bulan pada tikus premenopause tidak mempengaruhi kadar kalsium serum, namun mempengaruhi (P<0.05) kadar fosfor. Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton (1996) yang menyatakan bahwa tulang dan jaringan tubuh lainnya mengandung sejenis kalsium yang dapat bertukar yang selalu berada dalam keadaan keseimbangan dengan ion kalsium dalam cairan ekstrasel. Kadar fosfor serum pada tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe, genestein, etinilestradiol, dan somatotropin lebih rendah bila dibandingkan dengan tikus kontrol. Penurunan kadar fosfor serum pada tikus yang diberi ekstrak tempe, yakni sebesar 18.07%, diduga tidak menyebabkan efek yang bermakna bagi tubuh. Menurut Guyton (1996), penurunan konsentrasi fosfat dalam cairan ekstrasel sebanyak tiga sampai empat kali di bawah normal tidak akan menyebabkan pengaruh yang bermakna pada tubuh dalam waktu cepat,

15 95 sebaliknya peningkatan atau pengurangan ion kalsium dalam cairan ekstrasel menyebabkan pengaruh yang ekstrim dalam waktu yang sangat cepat. Tabel 17 Rataan kadar kalsium dan fosfor serum pada tikus premenopause Kelompok Kadar kalsium Kadar fosfor serum (mg/dl) serum (mg/dl) K 15.35± ±4.94 ab P 15.69± ±0.61 a TEM 16.46± ±1.32 bc GEN 15.76± ±1.37 c EST 13.95± ±1.68 c SO 15.51± ±0.59 ab BST 15.85± ±2.66 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, TEM= Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300mg/hari/200g BB, GEN= Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, EST= Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, SO= Tikus premenopause yang disuntik sesame oil / somatotropin 0 mg/hari/kg BB, BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB. Rataan panjang tulang, bobot tulang, densitas tulang, dan kekuatan tulang tibia pada tikus premenopause disajikan pada Tabel 18. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa panjang tulang pada tikus premenopause tidak dipengaruhi oleh perlakuan, sedangkan bobot, densitas dan kekuatan tulang tibia pada tikus premenopause dipengaruhi oleh perlakuan (P<0.05) (Tabel 18). Rataan bobot tulang tibia pada tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe, genestein, etinilestradiol, dan somatotropin sama dengan tikus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas dan kekuatan tulang tibia pada tikus premenopause dipengaruhi (P<0.05) oleh pemberian ekstrak tempe, tetapi tidak dipengaruhi oleh pemberian genistein, etinilestradiol, dan somatotropin. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa panjang tulang tikus premenopause kelompok perlakuan sama dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena penelitian ini menggunakan tikus umur 15 bulan yang sudah tidak mengalami pertumbuhan tulang lagi, tetapi sudah memasuki periode remodelling tulang, yaitu mempertahankan keseimbangan biokimia tulang melalui proses pembentukan (formasi) dan penyerapan atau resorbsi sejumlah tulang (removal

16 96 bone). Menurut Wronski dan Yen (1991) pertumbuhan tulang menjadi minimal pada tikus umur 9-12 bulan. Tabel 18 Rataan panjang, bobot, densitas, dan kekuatan tulang tibia pada tikus premenopause Kelompok Panjang tulang (cm) Bobot tulang (g) Densitas tulang (g/ml) Kekuatan tulang (kg/cm 2 ) K 3.86± ±0.06 ab 1.35±0.05 b 54.08±17.35 b P 3.83± ±0.01 ab 1.34±0.19 b 52.66±14.68 b TEM 3.85± ±0.03 a 1.61±0.13 a 93.74±2.183 a GEN 3.81± ±0.03 ab 1.46±0.09 ab 74.37±23.75 ab EST 3.84± ±0.003 ab 1.42±0.13 ab 72.37±32.56 ab SO 3.85± ±0.03 b 1.33±0.07 b 56.66±6.723 b BST 3.84± ±0.04 ab 1.48±0.15 ab 68.80±13.45 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0.05). K = Tikus premenopause sebagai kontrol negatif, P = Tikus premenopause yang dicekok aquades sebagai plasebo, TEM= Tikus premenopause yang diberi ekstrak tempe 300mg/hari/200g BB, GEN= Tikus premenopause yang diberi genistein 0,25 mg/hari/kg BB, EST= Tikus premenopause yang diberi etinilestradiol sebanyak 9x10-3 mg/hari /200g BB, SO= Tikus premenopause yang disuntik sesame oil / somatotropin 0 mg/hari/kg BB, BST= Tikus premenopause yang disuntik somatotropin 9 mg/hari/kg BB. Densitas tulang dan kekuatan tulang pada tikus premenopause mempunyai nilai korelasi (0.96) dan menunjukkan korelasi yang berbeda nyata (P<0.01), yang berarti semakin tinggi densitas tulang maka semakin meningkat kekuatan tulang. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan densitas tulang diikuti dengan peningkatan kekuatan tulang. Meningkatnya densitas tulang pada tikus premenopause mencegah terjadinya osteoporosis pada saat memasuki usia pascamenopause. Hal ini senada dengan penelitian Compston et al. (1993) yang menyatakan bahwa densitas massa tulang yang lebih tinggi pada masa premenopause dapat mempertahankan deposit kalsium tulang sehingga kehilangan atau penurunan kalsium pada masa menopause dan peningkatan usia akan terhindar dari osteoporosis dan patah tulang pascamenopause. Pemberian ekstrak tempe pada kondisi premenopause dapat meningkatkan kekuatan tulang (93,74 kg/cm 2 ) sama dengan kekuatan tulang tikus umur 12 bulan (84,74 kg/cm 2 ). Peningkatan kekuatan tulang penting untuk menjaga tulang agar tidak mudah patah. Pemberian ekstrak tempe dapat meningkatkan kadar kalsium

17 97 tulang yang diikuti dengan meningkatnya kekuatan tulang. Hal ini senada dengan penelitian Faibish et al. (2006) yang melaporkan bahwa kekuatan tulang manusia meningkat sebanding dengan kandungan mineral yang ditemukan. Pemberian ekstrak tempe pada kondisi premenopause menunjukkan peningkatan kualitas tulang, yang ditandai dengan peningkatan kadar kalsium tulang, rasio kadar Ca/P tulang tibia, kadar abu tulang, densitas tulang, dan kekuatan tulang. SIMPULAN dapat: Pemberian ekstrak tempe selama dua bulan pada tikus premenopause 1. Mempertahankan kualitas uterus, yang ditandai dengan bobot uterus, kadar kolagen uterus, dan kadar RNA uterus dalam keadaan normal. 2. Meningkatkan kualitas kulit, yang ditandai dengan peningkatan kadar kolagen kulit dan kadar RNA kulit. 3. Meningkatkan kualitas tulang, yang ditandai dengan kadar kalsium tulang, rasio kadar Ca/P tulang tibia, kadar abu tulang, densitas tulang, dan kekuatan tulang.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 20 PENDAHULUAN Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diolah melalui proses fermentasi kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai dan produk olahannya mengandung senyawa

Lebih terperinci

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE UNTUK PERBAIKAN KONDISI PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL ABSTRAK

PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE UNTUK PERBAIKAN KONDISI PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL ABSTRAK 99 PERAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMPE UNTUK PERBAIKAN KONDISI PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL Safrida 1, Nastiti Kusumorini 2, Wasmen Manalu 2, Hera Maheshwari 2 1 Mahasiswa Program Doktor

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDISI PREMENOPAUSE DAN PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL

PENENTUAN KONDISI PREMENOPAUSE DAN PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL 58 PENENTUAN KONDISI PREMENOPAUSE DAN PASCAMENOPAUSE MENGGUNAKAN TIKUS SEBAGAI HEWAN MODEL Safrida 1, Nastiti Kusumorini 2, Wasmen Manalu 2, Hera Maheshwari 2 1 Mahasiswa Program Doktor Mayor Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 34 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2007. Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat yaitu : pembuatan tepung kedelai dan

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK TEMPE SEBAGAI ANTIAGING PADA TIKUS BETINA SEBAGAI HEWAN MODEL SAFRIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

POTENSI EKSTRAK TEMPE SEBAGAI ANTIAGING PADA TIKUS BETINA SEBAGAI HEWAN MODEL SAFRIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 1 POTENSI EKSTRAK TEMPE SEBAGAI ANTIAGING PADA TIKUS BETINA SEBAGAI HEWAN MODEL SAFRIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 2 3 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Senyawa Isoflavon Tepung Kedelai dan Tepung Tempe Hasil analisis tepung kedelai dan tepung tempe menunjukkan 3 macam senyawa isoflavon utama seperti yang tertera pada

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI SOMATOTROPIN UNTUK MEMPERBAIKI TAMPILAN FISIOLOGIS TIKUS BETINA USIA ENAM BULAN DAN SATU TAHUN NI WAYAN SUDATRI

SUPLEMENTASI SOMATOTROPIN UNTUK MEMPERBAIKI TAMPILAN FISIOLOGIS TIKUS BETINA USIA ENAM BULAN DAN SATU TAHUN NI WAYAN SUDATRI SUPLEMENTASI SOMATOTROPIN UNTUK MEMPERBAIKI TAMPILAN FISIOLOGIS TIKUS BETINA USIA ENAM BULAN DAN SATU TAHUN NI WAYAN SUDATRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B dan analisis plasma di Laboratorium Nutrisi Ternak Kerja dan Olahraga Unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan di era modern ini semakin beragam bahan yang digunakan, tidak terkecuali bahan yang digunakan adalah biji-bijian. Salah satu jenis biji yang sering digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang komposisi kimiawi tubuh sapi Madura jantan yang diberi level pemberian pakan berbeda dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi kitin, transformasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua. Menopause yang dikenal sebagai masa berakhirnya menstruasi atau haid, sering menjadi ketakutan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA SETELAH PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE PADA USIA PRAPUBERTAS SUPRIHATIN

OPTIMALISASI KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA SETELAH PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE PADA USIA PRAPUBERTAS SUPRIHATIN OPTIMALISASI KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA SETELAH PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE PADA USIA PRAPUBERTAS SUPRIHATIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam penelitian ini diadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah 19 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan prepost test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi yang diatur kondisinya terhadap

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan oneway Annova. Digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata n sampel, bila pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar dengan metode eksperimental. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah mengenai pengaruh pemberian serat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan endometrium dan kadar hemoglobin tikus putih (Rattus

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat yaitu tidak lagi terbatas pada tumpatan dan pencabutan gigi, namun salah satunya adalah perawatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KUDA-KUDA (Lannea coromandelica) TERHADAP PERUBAHAN BOBOT BADAN ITIK PEKING (Anas platyrinchos)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KUDA-KUDA (Lannea coromandelica) TERHADAP PERUBAHAN BOBOT BADAN ITIK PEKING (Anas platyrinchos) Jurnal EduBio Tropika, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 1-52 Cut Meurah Meriana Prodi Magister Pendidikan Biologi PPs Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Safrida Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sel Darah Merah Hasil penghitungan jumlah sel darah merah setiap bulan selama lima bulan dari setiap kelompok perlakuan memberikan gambaran nilai yang berbeda seperti terlihat

Lebih terperinci

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%

2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10% 31 2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, sedangkan T1 dan T2 diberikan perlakuan. 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10% (b/v) dalam larutan

Lebih terperinci

TAHU MENGHAMBAT KEHILANGAN TULANG LUMBAR TlKUS BETINA OVARIEKTOMI. [Tofu Attenuates Lumbar Bone Loss of Ovariectomized Female Rats] ABSTRACT

TAHU MENGHAMBAT KEHILANGAN TULANG LUMBAR TlKUS BETINA OVARIEKTOMI. [Tofu Attenuates Lumbar Bone Loss of Ovariectomized Female Rats] ABSTRACT Hasil Penelitlan Jurnal. Teknol. dan Indus1:rl Pangan, Vol. KIII, No. 3 Th. 2002 TAHU MENGHAMBAT KEHILANGAN TULANG LUMBAR TlKUS BETINA OVARIEKTOMI [Tofu Attenuates Lumbar Bone Loss of Ovariectomized Female

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : -Laboratorium Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Berdasarkan data DKP (2005), ekspor rajungan beku sebesar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Purbolinggo, kecamatan Purbolinggo, kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas adalah sebuah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson dan Thompson, 2000)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan untuk membuat ekstrak daun sirih, Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) untuk

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur. 23 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan terhadap sifat rontok bulu dan produksi telur dilakukan sejak itik memasuki periode bertelur, yaitu pada bulan Januari 2011 sampai Januari 2012.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

sebagai X. Konsentrasi estrogen sampel dihitung dengan memasukkan nilai persen radioaktivitas terikat sampel ke persamaan kurva standar.

sebagai X. Konsentrasi estrogen sampel dihitung dengan memasukkan nilai persen radioaktivitas terikat sampel ke persamaan kurva standar. 124 LAMPIRAN 126 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Bobot Badan dan Bobot Uterus Bobot badan badan tikus ditimbang menggunakan alat timbangan khusus untuk tikus percobaan (Triple Beam Balance, OHAUS). Bobot

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian dan Biokimia. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Farmakologi, Gizi Klinik 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Laboratorium Lapang Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor merupakan laboratorium lapang yang terdiri dari empat buah bangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober 2009. Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh terhadap Bobot Telur Hasil penelitian mengenai penggunaan grit dan efeknya terhadap bobot telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram. Hasil rataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Penelitian Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang berumur 2 minggu. Puyuh diberi 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu hasil bumi yang sangat dikenal di Indonesia. Kedelai yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies, yaitu, kedelai

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian terapan dengan metode eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi

OLEH : HERNAWATI. Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biologi PENGARUH SUPEROVULASI PADA LAJU OVULASI, SEKRESI ESTRADIOL DAN PROGESTERON, SERTA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UTERUS DAN KELENJAR SUSU TIKUS PUTIH (Rattus Sp.) SELAMA SIKLUS ESTRUS TESIS OLEH : HERNAWATI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk menganalisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental yaitu penelitian yang didalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental (experimental research) yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan negara berupa kemajuan di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan negara berupa kemajuan di bidang kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan negara berupa kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan, pengetahuan dan tingkat pendapatan menjadikan usia harapan hidup terus meningkat.

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger

ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SKRIPSI ESTY SETIA LESTARI PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci