LAPORAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN"

Transkripsi

1 LAPORAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T., akhirnya Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan ini bisa selesai. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan rencana pembangunan yang berisi rencana pengembangan sektoral dan rencana pengembangan ruang wilayah yang disusun secara menyeluruh dan terpadu dengan mempertimbangkan aspek dan faktor pengembangan suatu wilayah. Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekalongan telah disusun pada tahun 2003, dan sejak penyusunannya sampai dengan sekarang, banyak timbul berbagai kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan rencana tata ruang tersebut, sehingga perlu adanya upaya penyempurnaan dan perbaikan sesuai dengan perubahan karakteristik wilayah dan paradigma kehidupan masyarakat, agar terwujud pengembangan dan pengaturan sistem dan aktivitas ruang wilayah di Kota Pekalongan. Dalam penyusunan Buku Laporan Rencana ini Tim Penyusun telah banyak mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang berkompeten demi kesempurnaan buku laporan ini, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Pekalongan, Nopember 2010 Penyusun BAPPEDA Kota Pekalongan i

3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii PETA... vi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pekerjaan Tujuan Sasaran Dasar Hukum Ruang Lingkup Lingkup Wilayah Perencanaan Lingkup Waktu Pekerjaan Lingkup Materi Pekerjaan Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan Prinsip Dasar Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan Sistematika Penyusunan BAB 2 BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN 2.1 Visi dan Misi Kota Pekalongan Kedudukan Kota Pekalongan Dalam Kebijakan Nasional dan Propinsi Kebijakan Pengembangan Wilayah Jawa Tengah Gambaran Umum Kota Pekalongan Perkembangan Kota Pekalongan Letak Geografis dan Kondisi Fisik Lahan Kondisi Penggunaan Lahan Pola Pemanfaatan Lahan Eksisting Rona Sosial Kependudukan Rona Ekonomi dan Sektor Unggulan Kondisi Prasarana Umum Kondisi Sarana Kondisi Perumahan Permukiman Utilitas Umum Kondisi Rawan Bencana Kondisi Aktifitas Masyarakat Kondisi Ruang Terbuka Hijau Kondisi Potensi Wisata Kelembagaan Pengelolaan Pembangunan Potensi Pengembangan Kota Pekalongan Permasalahan Pengembangan Kota Pekalongan TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 3.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Pekalongan ii

4 3.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Pekalongan Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang Kota Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kota Kebijakan Pengembangan Pola Ruang Kota Strategi Pengembangan Pola Ruang Kota Kebijakan Penetapan Kawasan Strategis Strategi Penetapan Kawasan Strategis BAB 4 BAB 5 BAB 6 BAB 7 BAB 8 BAB 9 RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA PEKALONGAN 4.1. Rencana Penetapan Pusat Pelayanan Kegiatan Kota Rencana Sistem Prasarana Kota Rencana Sistem Jaringan Transportasi Rencana Sistem Prasarana Telepon Rencana Sistem Prasarana Air Bersih Rencana Sistem Prasarana Drainase Rencana Sistem Prasarana Irigasi Rencana Sistem Prasarana Kelistrikan Rencana Jaringan Distribusi Gas Bumi Rencana Sistem Prasarana Persampahan Rencana Sistem Prasarana Air Limbah dan Sanitasi Rencana Prasarana Dan Sarana Pejalan Kaki Rencana Prasarana Dan Sarana Angkutan Umum Rencana Prasarana Dan Sarana Sektor Informal Rencana Prasarana Dan Sarana Ruang Evakuasi Bencana RENCANA POLA RUANG KOTA PEKALONGAN 5.1 Rencana Kawasan Lindung Rencana Kawasan Budidaya Rencana Ruang Terbuka Hijau dan Non Hijau PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA PEKALONGAN Penetapan Kawasan Strategis Kota ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKALONGAN 7.1. Prioritas dan Tahapan Pelaksanaan Cara Pengelolaan Prasarana dan Sarana Pembiayaan Pembangunan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 8.1. Ketentuan Umum Penentuan Zonasi Ketentuan Perijinan Ketentuan Insentif dan Disinsentif Arahan Sanksi PERAN SERTA MASYARAKAT 9.1 Ketentuan Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Penataan Ruang iii

5 9.2 Pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat Tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang Pemberdayaan peran serta masyarakat iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Analisis Kelas Jenis Tanah Berdasarkan Kepekaan Terhadap Erosi Tabel 2.2 Penggunaan Lahan Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.6 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.7 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamattan Pekalongan Utara Tahun Tabel 2.8 Struktur Penduduk Menurut Agama di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.9 Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.10 Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.11 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.12 Indeks Perkembangan PDRB Atas Harga Berlaku di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.13 Indeks Perkembangan PDRB Atas Harga Berlaku di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.14 Indeks Perkembangan PDRB Atas Harga Konstan di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.15 Output Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kota PKL Tahun Tabel 2.16 Output Sub Sektor Peternakan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kota PKL Tahun Tabel 2.17 Produk Sub Sektor Perikanan di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.18 Output Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kota PKL Tahun Tabel 2.19 Output Sub Sektor Industri Pengolahan v

7 Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kota PKL Tahun Tabel 2.20 Ringkasan APBD Tahun Anggaran Tabel 2.21 Sambungan Telepon Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.22 Tower Telekomunikasi di Kota Pekalongan Tabel 2.23 Kondisi Panjang dan Fungsi Jalan di Kota Pekalongan Tabel 2.24 Sumber Air Baku di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.25 Banyaknya Pelanggan dan Distribusi Air Minum9 Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.26 Unit Pelayanan Tabel 2.27 Jumlah Sarana Persampahan Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.28 Jenis Sampah Yang di Hasilkan Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.29 Alat Pengolahan Sampah Kota Pekalongan Tabel 2.30 Lokasi Pengomposan Skala Rumah Tangga Di Kota Pekalongan Tabel 2.31 Saluran Drainase di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.32 Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.33 Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.34 Jumlah Sarana Peribadatan di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.35 Jumlah Rumah Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.36 Lokasi Kawasan Kumuh Di Kota Pekalongan Tabel 2.37 Pelanggan dan Jumlah Pemakain Listrik di Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.38 Sambungan Telepon Kota Pekalongan Tahun Tabel 2.39 Daerah Rawan Bencana di kota Pekalongan Tabel 3.1 Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Tabel 4.1 Hirarki Pelayanan Di Kota Pekalongan Tabel 4.2 Hirarki Nilai Keterpusatan Tabel 4.3 Pengembangan Wilayah Pembangunan Dan Skala Pelayanan Di Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.4 Arahan Rencana Jarak Tower Dari Bangunan Dari Kota Pekalongan Tabel 4.5. Rencana Kebutuhan Sambungan Telepon Kota pekalongan Tahun Tabel 4.6 Rencana Kebutuhan Air Bersih Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.7 Rencana Kebutuhan Listrik Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.8 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.9 Rencana Kebutuhan Sarana Persampahan Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.10 Kekurangan Sarana Persampahan Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.11 Rencana Kebutuhan Unit Perumahan Kota Pekalongan Sampai Tahun vi

8 Tabel 4.12 Rencana Kebutuhan Sarana Pendidikan Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.13 Rencana Kebutuhan Sarana Kesehatan Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.14 Rencana Kebutuhan Sarana Peribadatan Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.15 Rencana Kebutuhan Sarana Perdagangan Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.16 Rencana Kebutuhan Sarana Kebudayaan Kota Pekalongan Tahun Tabel 4.17 Rencana Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka,Taman, dan Lapangan olahraga Kota Pekalongan Tahun Tabel 5.1 Rencana Luasan Guna lahan di Kota Pekalongan Sampai tahun Tabel 5.2 Rencana Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga di Kota Pekalongan Sampai tahun Tabel 5.3 Rencana Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dan Non Hijau Tabel 8.1 Kedalaman Materi dan Jenjang Penetapan Peraturan Zonasi Tabel 8.2 Matriks Ketentuan Umum Pengaturan Zonasi Pada Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Kota Pekalongan Tabel 8.3 Ketentuan Umum Pengaturan Zonasi Ruang Wilayah Kota Pekalongan Tabel 8.4 Pokok-Pokok Pengembangan Perangkat Insentif Pemanfaatan Ruang di Kawasan Lindung Tabel 8.5 Pokok-Pokok Pengembangan Perangkat Insentif Pemanfaatan Ruang di Kawasan Budidaya Tabel 7.1 Indikasi Program Pembangunan Wilayah Kota Pekalongan vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kawasan Lindung Propinsi Jawa Tengah Gambar 2.2 Peta Kawasan Budidaya Jawa Tengah Gambar 2.3 Diagram Konsep Pengembangan Kota Pekalongan Gambar 2.4 Peta Pola Perkembangan Kota Pekalongan Gambar 2.5 Peta Administrasi Kota Pekalongan Gambar 2.6 Peta Jenis Tanah Kota Pekalongan Gambar 2.7 Persentase Penggunaan Lahan Kota Pekalongan Gambar 2.8 Grafik Jumlah Penduduk Kota Pekalongan Gambar 2.9 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Pekalongan Gambar 2.10 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kota Pekalongan Tahun Gambar 2.11 Peta Jaringan Telepon Berdasarkan Fungsinya Gambar 2.12 Peta Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsinya Gambar 2.13 Peta Jaringan Air Bersih Berdasarkan Fungsinya Gambar 2.14 Peta Jaringan Sampah Berdasarkan Fungsinya Gambar 2.15 Peta Jaringan Drainase Berdasarkan Fungsinya Gambar 2.16 Persebaran Sarana Pendidikan di Kota Pekalongan Tahun Gambar 2.17 Sarana Pendidikan di Kota Pekalongan Gambar 2.18 Persebaran Sarana Kesehatan di Kota Pekalongan Tahun Gambar 2.19 Sarana Kesehatan di Kota Pekalongan Gambar 2.20 Sarana Perdagangan di Kota Pekalongan Gambar 2.21 Persebaran Sarana Peribadatan di Kota Pekalongan Tahun Gambar 2.22 Sarana Peribadatan di Kota Pekalongan Gambar 2.23 Peta Sebaran Fasum di Kota Pekalongan Gambar 2.24 Peta Sarana Pendidikan Gambar 2.25 Peta Sarana Perdagangan Gambar 2.26 Peta Sarana Peribadatan viii

10 Gambar 2.27 Peta Jaringan Listrik Gambar 2.28 Aktifitas Masyarakat Kota Pekalongan Gambar 2.29 Kondisi Taman 45 Kota Pekalongan Gambar 2.30 Kondidsi Taman Jetayu Kota Pekalongan Gambar 2.31 Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Sekitar Balai Kota Pekalongan Gambar 2.32 Kondisi Sempadan Sungai di Kota Pekalongan Gambar 2.33 Kondisi Sempadan Pantai Kota Pekalongan Gambar 2.34 Kondisi RTH Pada Kawasan Alun-Alun Nusantara Kota Pekalongan Gambar 2.35 Kondisi RTH Pada Kawasan Lapangan Sorongenen Kota Pekalongan Gambar 2.36 Kondisi Boulvard Pada Arus jalan Bahagia Kota Pekalongan Gambar 2.37 RTH Pemakaman di Kota Pekalongan Gambar 3.1 Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan Gambar 4.1 Peta Rencana Perkembangan Morfologi Gambar 4.2 Peta Rencana Pusat Pelayanan Gambar 4.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Jalan Gambar 4.4 Peta Rencana Sistem Rute Pengangkutan Barang Gambar 4.5 Peta Rencana Sistem Prasarana Telepon Gambar 4.6 Grafik Rencana Kebutuhan Telepon di Kota PekalonganTahun Gambar 4.7 Peta Rencana Sistem Prasarana Air Bersih Kota Pekalongan Gambar 4.8 Grafik Rencana Kebutuhan Air Bersih Kota Pekalongan Tahun Gambar 4.9 Peta Rencana Sistem Drainase Kota Pekalongan Gambar 4.10 Peta Rencana Sistem Kelistrikan Kota Pekalongan Gambar 4.11 Grafik Rencana Rencana Kebutuhan Listrik Kota Pekalongan Gambar 4.12 Peta Rencana Sistem Persampahan Gambar 4.13 Grafik Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pekalongan Gambar 4.14 Tahap Pengelolaan Sampah Gambar 5.1 Peta Rencana Kawasan Lindung Kota Pekalongan Gambar 5.2 Peta Rencana Penggunaan Lahan Kota Pekalongan Gambar 5.3 Peta Rencana RTH Kota Pekalongan ix

11 Gambar 5.4 Peta Rencana Sebaran Sektor informal Kota Pekalongan Gambar 6.1 Peta Kawasan Strategis Kota Gambar 8.1 Skema Peranan Peraturan Dalam Penataan Ruang Gambar 8.2 Skema Kerangka Umum Pengendalian Pembangunan x

12 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rencana Umum Tata Ruang Kota merupakan rencana pembangunan yang berisi rencana pengembangan sektoral dan rencana pengembangan ruang wilayah yang disusun secara menyeluruh dan terpadu dengan mempertimbangkan aspek dan faktor pengembangan suatu wilayah. Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekalongan telah disusun pada tahun 2003, dan sejak penyusunannya sampai dengan sekarang, banyak timbul berbagai kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan rencana tata ruang tersebut, sehingga perlu adanya upaya penyempurnaan dan perbaikan sesuai dengan perubahan karakteristik wilayah dan paradigma kehidupan masyarakat, agar terwujud pengembfangan dan pengaturan sistem dan aktivitas ruang wilayah di Kota Pekalongan. Perkembangan sektor-sektor ekonomi di Kota Pekalongan telah menyebabkan perkembangan kawasan fisik terbangun. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya pengarahan perkembangan yang terjadi agar lebih selaras dengan kebijakan pembangunan di wilayah tersebut. Perencanaan kawasan kota merupakan proses kegiatan yang selalu berulang mengikuti siklus perkembangan kenyataan yang ada dalam periode waktu Bab 1-1

13 tertentu. Seperti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, secara tersurat menyatakan bahwa rencana detail tata ruang kota harus dievaluasi setiap lima sampai sepuluh tahun sekali. Hal ini dimaksudkan agar rencana detail tata ruang kawasan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sebagaimana tertuang dalam UU Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, bahwa peninjauan kembali rencana tata ruang merupakan upaya untuk melihat kesesuaian antara rencana tata ruang dan kebutuhan pembangunan yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal serta pelaksanaan pemanfaatan ruang. Hasil peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah kota berisi rekomendasi tindak lanjut sebagai berikut : a. Perlu dilakukan revisi karena adanya perubahan kebijakan dan strategi nasional dan/atau provinsi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang wilayah kota dan/atau terjadi dinamika internal kota yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kota secara mendasar; atau b. Tidak perlu dilakukan revisi karena tidak ada perubahan kebijakan dan strategi nasional dan/atau provinsi dan tidak terjadi dinamika internal kota yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kota secara mendasar. Peninjauan kembali dan revisi dalam waktu kurang dari 5 (lima) tahun dilakukan apabila strategi pemanfaatan ruang dan struktur ruang wilayah kota yang bersangkutan menuntut adanya suatu perubahan yang mendasar sebagai akibat dari penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan/atau rencana tata ruang wilayah provinsi dan dinamika pembangunan di wilayah kota yang bersangkutan. Peninjauan kembali dan revisi rencana tata ruang wilayah kota dilakukan bukan untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja rencana tata ruangkota Pekalongan adalah sebagai berikut : a. Perkembangan Kota Pekalongan Perkembangan sektor-sektor ekonomi di Kota Pekalongan telah menyebabkan perkembangan kawasan fisik terbangun. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya pengarahan perkembangan yang terjadi agar lebih selaras dengan kebijakan pembangunan di wilayah tersebut. Bab 1-2

14 b. Otonomi Daerah Dikeluarkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU Nomor 22 Tahun 1999 menyebabkan perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahan. Secara langsung perubahan sistem pemerintahan ini berakibat pada perubahan struktur dan kewenangan baik itu dinas/instansi maupun daerah. Selanjutnya perubahan ini berpengaruh dalam manajemen pembagunan nasional, termasuk dalam penataan ruang. c. Masa Berlaku Rencana RUTRK Kota Pekalongan yang sekarang berlaku adalah rencana tata ruang yang disusun untuk periode tahun Karena masa berlaku rencana tersebut sudah mencapai lima tahun, maka perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan tata ruang tersebut, untuk menghasilkan kebijakan keruangan yang lebih aplikatif dan sesuai dengan kecenderungan pemanfaatan ruang wilayah Kota Pekalongan di masa yang akan datang. Untuk mewujudkan kembali rencana tata ruang Kota Pekalongan yang mampu memberikan arahan dan pengendalian terhadap sistem perkembangan kota secara lebih efektif dan efisien, perlu dilakukan kegiatan evaluasi dan penyempurnaan produk rencana tata ruang yang sudah ada sebelumnya, sesuai dengan kondisi eksisting dan perubahan yang terjadi dalam sistem keruangan di Kota Pekalongan. 1.2 TUJUAN DAN SASARAN TUJUAN Tujuan penyusunan RTRW Kota Pekalongan adalah sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bab 1-3

15 SASARAN Sasaran penyusunan RTRW Kota Pekalongan adalah : 1. Tersusunnya rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah daerah yang memperhatikan tata ruang, 2. Terwujudnya pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah kota sebagaimana tata ruang jangka panjang yang diharapkan; 3. Terciptanya keselarasan, keserasian, keseimbangan antara kawasan lindung dan kawasan budidaya; 4. Terwujudnya keterpaduan program-program pembangunan di wilayah kota dan antar sektor; 5. Terkendalinya pembangunan di wilayah kota baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta; 6. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah kota; 7. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan. 8. Terwujudnya kawasan-kawasan strategis kota. 1.3 DASAR HUKUM Dasar hukum penyusunan RTRW Kota Pekalongan adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat, dan Daerah Istimewa Djogjakarta, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Ketjil di Djawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Bab 1-4

16 Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Bab 1-5

17 undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 16. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 17. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 18. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 19. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 20. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perketaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 21. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Bab 1-6

18 Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 22. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 23. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); 24. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69); 26. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 27. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015); 28. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 29. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 30. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 31. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 32. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Bab 1-7

19 Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 33. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 34. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145); 35. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381); 36. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242); 37. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019); 38. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 39. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Bab 1-8

20 Indonesia Nomor 4655); 40. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747); 41. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 42. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 43. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858); 44. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859); 45. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4861); 46. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 47. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68); 48. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 49. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); Bab 1-9

21 50. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 51. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5117); 52. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); 53. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 54. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 134); 55. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 Nomor 46 Seri E Nomor 7); 56. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4); 57. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); 58. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 9 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 11 Tahun 1989 Seri D Nomor 4); 59. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 5 Tahun 1992 tentang Pekalongan Kota Batik Sebagai Sesanti Masyarakat dan Pemerintah Kotamadya Pekalongan didalam Membangun Masyarakat, Kota dan Lingkungannya (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 13 Tahun 1992 Bab 1-10

22 Seri D Nomor 8); 60. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Pekalongan (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2008 Nomor 3); 61. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 15 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Pekalongan Tahun (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 15); 62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya; 63. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota; 64. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/47/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tenaga Listrik; 65. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 66. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai; 67. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 369/KPTS/M/2005 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional; 68. Instruksi Menteri Dalam negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau; 1.4 RUANG LINGKUP RUANG LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN Ruang lingkup wilayah meliputi Kota Pekalongan secara keseluruhan yaitu Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Timur. Sedangkan secara administrasi, batas wilayah perencanaan adalah sebagai berikut : Sebelah utara : Laut Jawa Bab 1-11

23 Sebelah selatan : Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang Sebelah barat : Kabupaten Pekalongan Sebelah timur : Kabupaten Batang RUANG LINGKUP WAKTU Dimensi waktu perencanaan mencakup 20 tahun yang akan datang dari tahun 2009 sampai dengan tahun RUANG LINGKUP MATERI Dalam penyusunan RTRW Kota Pekalongan ini merupakan produk rencana tata ruang yang berisikan rumusan tentang arahan pengembangan dan pemanfaatan ruang jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Ruang lingkup materi penyusunan RTRW Kota Pekalongan ini meliputi: a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota; b. Rencana struktur ruang wilayah kota c. Rencana pola ruang wilayah kota d. Penetapan kawasan strategis e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan intensif dan disinsentif, serta arahan sanksi g. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau h. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau i. Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah. Bab 1-12

24 1.5 PENGERTIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan produk perencanaan tata ruang pada tingkat yang paling tinggi, yang disusun dengan kriteria perencanaan. Beberapa pengertian dalam RTRW Kota Pekalongan adalah sebagai berikut : 1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. 2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. 4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. 7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati dan Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 8. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan ruang. 9. Pembinaan penataan ruang adalah upaya meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan ruang. 10. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 11. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan. 12. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Bab 1-13

25 13. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 14. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 15. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 16. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. 17. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah. 18. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. 19. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mecakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. 20. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. 21. Kawasan pedesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 22. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 23. Kawasan strategi propinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup propinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. 24. Kawasan strategi kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. 25. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanaman. Bab 1-14

26 26. RTRW Kota dijabarkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, kebijakankebijakan pembangunan yang berlaku serta dari Pokok-Pokok Reformasi Kabupaten. 27. Rencana Tata Ruang Wilayah mempunyai wilayah perencanaan mencakup seluruh wilayah administrasi kota. 28. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun. 29. Rencana tata ruang wilayah kota menjadi pedoman untuk: Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah; Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota; Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar sektor; Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan Penataan ruang kawasan strategis kota. 30. Evaluasi dan Revisi RTRW kota merupakan upaya untuk mengantisipasi pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi, industri, pendidikan, sosial dan budaya di suatu wilayah kabupaten serta adanya kecenderungan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, maka diperlukan suatu upaya yang dapat mengatasi hal tersebut yang salah satunya dengan melakukan peninjauan kembali dan penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang disesuaikan dengan perkembangan yang telah terjadi.rencana tata ruang wilayah kota ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. 31. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar dan perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, rencana tata ruang wilayah kota ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. 1.6 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 1. Penyempurnaan RUTR Kota Pekalongan Pekalongan diawali dengan kegiatan kaji ulang, mengingat telah hampir 5 tahun RUTR Kota Pekalongan yang telah disusun belum pernah dievaluasi maupun disempurnakan, maka kegiatan yang akan dilakukan ditindaklanjuti dengan kegiatan penyempurnaan seiring dengan adanya peraturan perundangan penataan ruang yang baru, dimana hasil revisi RUTR Kota Pekalongan menjadi RTRW Kota Pekalongan. Bab 1-15

27 2. Evaluasi RUTR Kota Pekalongan akan merekomendasikan tiga kemungkinan sebagai berikut: Tidak perlu dilakukan perubahan karena masih valid untuk digunakan sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Perlu penyempurnaan sebagian karena beberapa bagian kawasan telah mengalami perubahan fungsi. Perlu penyusunan total atau disusun ulang, karena rencana yang ada tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman pembangunan khususnya dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang kota. 3. Dalam kegiatan penyempurnaan ini harus diperhatikan: Kegiatan penyempurnaan yang dilakukan berusaha memperhatikan fleksibilitas dan kedinamisan RTRW, sehingga dapat mengantisipasi berbagai permasalahan pengembangan yang akan muncul, serta dapat mengendalikan tingkat devisiasi (penyimpangan) sehingga tidak terpisahkan dari tipe kemampuan tumbuh dan berkembangnya wilayah kabupaten serta pola wilayah kabupaten itu sendiri. Fleksibilitas dan kedinamisan yang dimaksud harus memperhatikan asas manfaat, pemerataan antar wilayah di kabupaten atau antara wilayah kabupaten dengan wilayah kabupaten sekitar serta dengan wilayah yang lebih besar yang merupakan kutub pertumbuhan. 4. Kegiatan penyempurnaan berusaha untuk dapat memfungsikan RTRW agar dapat menampung perkembangan dan dinamika kegiatan ekonomi masyarakat kota yang relatif sangat cepat. 1.7 SISTEMATIKA PENYUSUNAN Sistematika penyusunan RTRW Kota Pekalongan adalah sebagai berikut : BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, tajuan dan sasaran, dasar hukum, ruang lingkup, pengertian rencana tata ruang wilayah Kota Pekalongan, prinsip dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota Pekalongan, serta sistematika penyusunan. Bab 1-16

28 BAB 2 : GAMBARAN UMUM Bab ini menguraikan mengenai kondisi eksisting perkembangan Kota Pekalongan, baik berupa demografi, fisik alam, sarana dan prasarana serta kajian tentang perkembangan ekonomi Kota Pekalongan. BAB 3 : TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Bab ini berisi tentang tujuan, kebijakan dan strategi dari penataan ruang wilayah kota Pekalongan yang berupa kebijakan-kebijakan penataan ruang kota. BAB 4 : RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA PEKALONGAN Bab ini menguraikan tentang rencana penetapan pusat pelayan kota dan rencana sistem prasarana kota Pekalongan yang berupa jaringan transportasi, jaringan telematika, pengairan, energi kelistrikan dan prasarana kota yang lain. BAB 5 : RENCANA POLA RUANG KOTA PEKALONGAN Bab ini berisi tentang rencana kawasan lindung, kawasan budidaya, ruang terbuka hijau (RTH), ruang terbuka non hijau (RTNH), prasarana dan sarana pejalan kaki, prasarana dan sarana angkutan umum, prasarana dan sarana sektor informal, dan prasarana dan sarana ruang evakuasi bencana. BAB 6 : PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA PEKALONGAN Bab ini menguraikan rencana penetapan kawasan strategis kota yang berupa kawasan strategis kepentingan (KSK) pertumbuhan ekonomi, KSK sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam (SDA), dan KSK fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. BAB 7 : ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Bab ini berisi usulan program utama, perkiraan pendanaan, instansi pelaksana, waktu dan tahapan pelaksanaan dari pemanfaatan ruang wilayah Kota Pekalongan. BAB 8 : ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKALONGAN Bab ini menguraikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kota Pekalongan. Bab 1-17

29 BAB 9 : PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA PEKALONGAN Bab ini menguraikan peran serta masyarakat dalam penataan ruang Kota Pekalongan. Bab 1-18

30 Bab 2 GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN 2.1. VISI DAN MISI KOTA PEKALONGAN VISI Visi Pembangunan Kota Pekalongan Tahun sebagai berikut: PEKALONGAN KOTA BATIK YANG MAJU, MANDIRI, DAN SEJAHTERA Pekalongan Kota Batik. Disitilahkan Kota Batik karena Kota Pekalongan mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil batik yang produktif yang tersebar keseluruh wilayah indonesia bahkan ke luar negeri, hal tersebut terbukti meratanya pengrajin dan pengusaha batik di setiap kelurahan. Pekalongan Kota Batik adalah sebagai sesanti masyarakat dan pemerintah kota pekalongan di dalam membangun masyarakat, kota, dan lingkungannya sebagai mana yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 5 Tahun 1992 tentang Pekalongan Kota Batik. Maju. Kota maju yang akan diwujudkan adalah Kota yang senantiasa tumbuh dan berkembang sejalan dengan tuntutan perubahan dan kemajuan jaman yang didukung oleh Bab 2-1

31 sumber daya manusia yang unggul dan berbudaya yang tercermin dalam cara berfikir, bersikap, dan berperilaku yang mandiri, menghargai ilmu pengetahuan, menerima kemajemukan, menegakkan keadilan, mengembangkan keterbukaan dan demokratisasi. Disamping itu juga didukung dengan penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat yang profesional, berdedikasi, bersih, berwibawa dan penuh kepercayaan dalam rangka menciptakan tata pemerintahan yang baik. Kemajuan Kota Pekalongan juga didukung dengan prasarana dan sarana (infrastruktur) Kota yang memadai dan terus berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakatanya. Kota maju sangat menekankan pentingnya pengembangan sinergitas pembangunan, keunggulan dan daya saing perekonomian, pengelolaan dan pemanfaatan potensi lingkungan hidup dan sumber daya alam secara arif, pemerintahan dan pelayanan publik yang merata dan berkinerja tinggi, kemajuan antar wilayah dan kawasan, investasi dalam pembangunan didukung kondusifitas daerah. Mandiri. Artinya Kota yang akan diwujudkan adalah kota yang mandiri, bahwa kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tak bisa dihindari dalam kehidupan masyarakat. Guna membangun kemandirian mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi melalui daya saing yang menjadi kunci kemandirian.sikap kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan baik hukum,ekonomi,politik maupun sosial budaya dan ini tercermin dari ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan kota pekalongan; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya ; kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah yang semakin kokoh serta kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokoknya. Sejahtera. Kota sejahtera yang akan diwujudkan adalah Kota yang menunjukan kemakmuran, mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat (lahir dan bathin) secara adil dan merata. Kota sejahtera menekankan peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi berkelanjutan, peningkatan pendapatan perkapita yang tinggi, serta memberika kesempatan seluas-luasnya untuk bekerja dan berusaha, penurunan angka kemiskinan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan dasar, peningkatan perlindungan dan kesejateraan sosial, peningkatan Bab 2-2

32 kesejahteraan pekerja, peningkatan partisipsi pemuda dan prestasi olah raga, dan peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan. MISI Misi pembangunan jangka panjang daerah yang akan dilaksanakan untuk mengemban upaya pencapaian Visi pembangunan Kota Pekalongan tahun adalah: 1. Mewujudkan kondisi perikehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan yang agamis, berbudaya, bersih,aman,tertib dan demokratis berlandaskan Pancasila dan UUD Misi ini diupayakan pelaksanaannya melalui pengembangan kondisi perikehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan yang baik dari seluruh masyarakat dan segenap pemangku kepentingan Kota Pekalongan. Agama menjadi landasan utama dalam semua perikehidupan, sehingga mampu menghasilkan persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat yang bersih, termanifestasi dalam tingkat keimanan dan ketaqwaan yang tinggi, penghargaan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepatuhan terhadap nilai budaya, moral, etika, hukum, dan HAM, menjunjung tinggi eksistensi perbedaan dan kemajemukan, pengembangan keterbukaan dan demokratisasi politik lokal. 2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik berbasis pada, profesionalisme, kepercayaan, komitmen dan partisipasi dan Teknologi Informasi. Bab 2-3

33 Misi ini diupayakan pelaksanaannya melalui pengembangan sistem dan tata pemerintahan yang baik (good governance). Sistem dan tata pemerintahan yang baik harus dipimpin dan dilaksanakan oleh pejabat dan aparatur pemerintah yang mampu dan mau memegang kepercayaan dengan penuh tanggung jawab bagi penciptaan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan manajemen pemerintahan dan pembangunan termasuk pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat harus diselenggarakan oleh aparatur pemerintah yang profesional, bersih, bermoral, beretika, dan berwibawa; didukung dengan besarnya komitmen dan partisipasi dari segenap pemangku kepentingan Kota Pekalongan dalam pembangunan yang dapat diakses secara luas oleh masyarakat melalui Teknologi Informasi. 3. Mewujudkan kemajuan daerah melalui penyediaan infrastruktur dan sinergitas dalam pengelolaan kawasan, tata ruang, lingkungan hidup, dan sumber daya alam. Misi ini diupayakan pelaksanaannya melalui pembangunan dan penyediaan secara memadai prasarana dan sarana (infrastruktur) sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan Kota. Pembangunan prasarana dan sarana Kota harus mampu meningkatkan aksesibilitas penduduk terhadap pelayanan dasar, meningkatkan berkembangnya aktivitas produksi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui pengembangan pusat atau kawasan pertumbuhan dengan tetap mematuhi berbagai regulasi tata ruang. Pengembangan dan pemanfaatan potensi daerah dalam rangka mewujudkan kemajuan daerah harus dilaksanakan secara arif dan bijaksana dengan memperhatikan dan menerapkan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam secara berkelanjutan. 4. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat dan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Misi ini diupayakan pelaksanaannya melalui pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat, baik berupa kebutuhan lahir/fisik maupun kebutuhan batin/non fisik secara layak, adil, dan merata. Kota Sejahtera juga menekankan pada pentingnya peningkatan pertumbuhan dan pemerataan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan sehingga terjadi peningkatan pendapatan perkapita yang cukup tinggi, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, dan penurunan Bab 2-4

34 angka kemiskinan. Perwujudan Kota Sejahtera membutuhkan adanya upaya peningkatan akses masyarakat pada berbagai pelayanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum; peningkatan perlindungan dan kesejateraan sosial sehingga mampu menekan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial; peningkatan peran kependudukan dan pengendalian penduduk dalam rangka menciptakan kesejahteraan kecil dan sejahtera; peningkatan nasionalisme dan partisipsi pemuda dalam pembangunan; peningkatan prestasi olah raga; dan peningkatan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan. 5. Mewujudkan perekonomian daerah yang kuat melalui pengembangan potensi unggulan daerah yang berdaya saing tinggi didukung inovasi dan kreativitas. Misi ini diupayakan pelaksanaannya melalui pengembangan pertumbuhan dan pemerataan perekonomian daerah berbasis pada penguatan pelaku ekonomi kerakyatan didukung dengan stabilitas dan kondusifitas daerah. Kota Mandiri dilihat dari sisi pembiayaan pembangunan ditekankan pada upaya pengurangan ketergantungan pembiayaan pembangunan daerah dari pihak luar dengan menekankan pada pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah sehingga Kota Mandiri memiliki tingkat ketergantungan yang rendah pada pihak luar. Kota Mandiri memiliki prioritas yang jelas pada pengembangan berbagai potensi unggulan daerah (sektor dan komoditi) yang memiliki daya saing tinggi dan berpeluang besar untuk mendatangkan pendapatan bagi daerah. Perwujudan Kota Mandiri juga menekankan pada pengembangan inovasi dan kreasi dari sumber daya manusia dan lembaga sehingga senantiasa mampu untuk menyediakan dan memenuhi segenap kebutuhan hidup dan kehidupan secara layak tanpa harus tergantung pada pihak luar KEDUDUKAN KOTA PEKALONGAN DALAM KEBIJAKAN NASIONAL, PROPINSI DAN REGIONAL Dalam konteks nasional, Kota Pekalongan mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Kota Pekalongan Bab 2-5

35 ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan penjabaran detail terhadap kebijakan yang secara hirarkis lebih tinggi yaitu kebijakan nasional dan kebijakan regional. Oleh sebab itu dalam penyusunan RTRW Kota Pekalongn ini harus mempertimbangkan kebijakan-kebijakan diatasnya yaitu kebijakan nasional dan kebijakan regional (Propinsi Jawa Tengah). Dalam konteks regional, peran Kota Pekalongan juga berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal dan regional. Dalam hal ini Kota Pekalongan harus mampu menjadi pusat pelayanan bagi seluruh wilayahnya. Sebagai pusat kegiatan lokal, maka fungsi Kota Pekalongan adalah sebagai berikut: Pusat jasa-jasa keuangan yang melayani satu kota. Pusat pengolahan/pengumpul barang untuk beberapa kecamatan. Simpul transportasi untuk beberapa kecamatan, Pusat jasa pemerintahan untuk beberapa kecamatan. Bersifat khusus karena mendorong perkembangan sektor strategis atau kegiatan khusus lainnya KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA TENGAH Saat ini perkembangan hasil pembangunan di Jawa Tengah dapat di lihat dari sabuk pembangunannya, yakni perkembangan pembangunan yang tinggi di daerah pantai utara Tegal-Semarang-Surakarta. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerataan pembangunan belum terwujud sepenuhnya di Jawa Tengah, karena masih terdapat daerahdaerah yang pertumbuhan pembangunannya rendah. Oleh karena itu tata ruang wilayah Propinsi Jawa Tengah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan antar wilayah, keterkaitan sektoral antar kawasan dalam Propinsi, serta peningkatan kelestarian lingkungan. Sistem pelayanan perkotaan di Propinsi Jawa Tengah sebagaimana yang dirumuskan dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Propinsi Jawa Tengah didasarkan pada dua aspek, yaitu potensi dan permasalahan yang berkembang di lapangan dan arahan kebijakan yang tertuang dalam RTRWN. Pengembangan wilayah strategis di Jawa Tengah diharapkan akan memacu perkembangan wilayah secara keseluruhan untuk berbagai sektor seperti ekonomi, pariwisata, dan Bab 2-6

36 perikanan yang didukung oleh prasarana wilayah yang memadai. Pengembangan kawasan prioritas diarahkan pada pengembangan kawasan strategis yang sudah ditetapkan sebagai kawasan yang akan dikembangkan secara intensif. Kota Pekalongan masuk dalam Kawasan Petanglong bersama Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan. Kawasan ini berpotensi untuk diarahkan sebagai kawasan andalan. Kawasan ini bertujuan untuk mensinergiskan antar wilayah kabupaten (Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang) karena kawasan ini dilalui jalur Pantura yang berkembang pesat meninggalkan wilayah bagian tengah dan selatan (terutama pada koridor jalan arteri primer Pantura). Pada Kawasan Petanglong, kota-kota yang ada berdasarkan skala pelayanannya dikelompokkan ke dalam skala pelayanan wilayah dan skala pelayanan lokal. Sistem perkotaan tersebut adalah: Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah (PKW): Kota Pekalongan Pusat Pelayanan Kegiatan Lokal (PKL): Wiradesa, Kajen dan Batang Kebijakan struktur tata ruang Propinsi Jawa Tengah telah memuat penetapan struktur ruang Propinsi dalam satuan ruang lindung dan ruang budidaya. Sistem pelayanan perkotaan di Propinsi Jawa Tengah didasarkan pada dua aspek; yaitu potensi dan permasalahan yang berkembang di lapangan mencerminkan kondisi riil orientasi pasar kawasan, serta arahan kebijakan yang tertuang dalam RTRWN. Berdasarkan kajian kondisi lapangan serta terhadap kriteria-kriteria tersebut, dapat di susun rencana sistem pelayanan perkotaan di Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut : 1. PKN : a. Kawasan perkotaan Semarang Kendal Demak Ungaran Purwodadi (Kedungsepur); b. Surakarta, meliputi Kota Surakarta dan sekitarnya; dan c. Cilacap, meliputi kawasan perkotaan Cilacap dan sekitarnya 2. PKW : Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten, Cepu, Kudus, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kota Tegal dan Kota Salatiga. 3. PKL : Kroya, Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar Kebumen, Prembun, Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan, Borobudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Bab 2-7

37 Wonogiri,Karanganyar, Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu, Blora, Purwodadi, Gubug, Godong, Rembang, Pati, Juwana, Tayu, Jepara, Pecangaan, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Temanggung, Parakan, Kendal, Boja, Kaliwungu, Weleri, Sukorejo, Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang, Slawi- Adiwerna, Ketanggungan-Kersana, Bumiayu, Brebes. Berdasarkan pola ruang menurut RTRW Propinsi Jawa Tengah, pola ruang di Kota Pekalongan adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Lindung Kawasan Lindung dilakukan untuk melestarikan kawasan-kawasan yang berfungsi lindung. Kawasan lindung ini meliputi kawasan-kawasan sebagai berikut: a. Kawasan Resapan Air di Kota Pekalongan diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi daerah yang terletak di wilayah bawahannya. b. Kawasan Perlindungan Setempat, diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan lahan yang dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas dan penyediaan tata air dan kelancaran serta ketertiban pengaturan dan pemanfaatan air dari sumber-sumber air. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air, dan sekitar danau/waduk. c. Kawasan perlindungan plasma nutfah perairan adalah kawasan di perairan laut maupun perairan daratan berupa gugusan karang/atol, kawasan pesisir, muara sungai (estuari), danau, dan jenis perairan lainnya. Merupakan daerah perlindungan plasma nuftah perairan dan keseimbangan pemanfaatannya. d. Kawasan suaka alam laut dan perairan lain adalah daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan kelestarian plasma nutfah, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Bab 2-8

38 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN e. Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap pantai dan lautan dengan tujuan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dari pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya lainnya. Selain itu juga dapat melindungi kawasan daratan di sekitarnya dari bahaya rob dan pengikisan pantai. f. Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal. GAMBAR 2.1 KAWASAN LINDUNG PROPINSI JAWA TENGAH mt mt mt mt mt mt P. Mondol iko mt U Tg. Blen deran mt 15 Km Tg. Bugel Tg. Jati K. B B s eli 5 Sk ala 1 : K. G 0 o 5 al PETA KAWASAN LINDUNG PROPINSI JAWA TENGAH mu mu mt KEP. KARI MUNJAWA ng Tg. Pi ri ng B P. Panjan g K. S n al a 0 l K Waduk Gembong osari ang k ar Bodri o re Blora Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan Pantai Sempadan Sungai Kawasan Sekitar Danau/W aduk Grobogan K. K Kota Semarang K. Gar ang K. Sungai / pantai K ed un gge de W. Greneng Ba balan Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan Lindung Kawasan Resapan Air K. K. u si K. L Kendal B. Sedadi an g Pekalongan Jalan Lokal Jalan Kereta Api Silawung B. Klambu K. Ra m na lb K. Batang Se ng bu tan K. Gung C an K. K ed al ma l i K. K. Wa luh ab an K. B ang sr i K. K l uw ul K. ej o K. Sa t r ian Tegal W. Malahay u Ba k al r Jalan Kolektor W. Tempuran Pintu Air enj eng K. Gr K. K abuy utan ring d ungl o W. CACABAN gk tes K. U r an g Jalan Arteri K. G eni ng n ng ja ra K u Batas Kabupaten W. Lodan W. Banyukuwung a i K. K K. S r ag Tg. Mas ar K. m Co ng pa K. Pe K. Kuto K. W a Demak Bu ya ra re P W. Grawan Ke al an ok gseg un K. K. ng K. K. Ambo r Bl ok a ac K K. K. Kota Pekalongan 50 Km Jalan Tol Jaj K. Brebes sem A Ku Ci l ate K. Tg. Kor owelang ur cer mu na K. K po m J ua mu.a K. ir K al ul an m p a lan L Prop. Jawa Barat Rembang K.K Kudus K. W 40 Batas Propinsi Pati Waduk Gunungrowo K. K an 30 LEGENDA : K. S er an g U. Pemal ang K mt 20 Tg. Benda K. Ra su k o Tg. Brebes Kota Tegal 10 a du.g K. Sew a tu K. T r a n gk i l Jepara e l is k Ba K. G mt am po K. U jung Tel uk Kawur mu mu P. K ARIMUN JAWA P. Menjangan Besar P. Menjangan Kecil anj ar an K. Del o k P. Nyamuk K. LAUT JAWA Tg. Bugel P. Kemujan Tg. San ggarun g C T S P. Bengkoang P. Parang n Tu t Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan Suaka Alam Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan an g K. K.S er Pemalang B. Glapan W. Nglanon mu mu Semarang B. Sidorejo o W. Garung Temanggung Kota Salatiga Rawa Pening Banjarnegara Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan Rawan Bencana Banjir Waduk Kedung Ombo Kawasan Rawan Bencana Erosi/Longsor Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Vulkanisme) ng er a K. S Boyolali Wonosobo W. Mrica K. Se r ay INSET u mt mt A W AN oca ngan Pek K. SO LO K. Gi n tung un g r o go Ci li w K. P K. L ogawa Purbalingga W. Penjalin K. K. Bancak K. Mu li K. nj oy Se Kota Magelang gsi Banyumas BE N Sragen LAUT JAWA aj um W. Sempor W. Wadaslintang K. L ok u lo K. B r amb Kota Surakarta a ng PROP. JAWA BARAT PROP. JAWA TENGAH Karanganyar W. Gendang PROP. JAWA TIMUR K. Sa m i n W. Delingan W. Mulur Purworejo Klaten Sukoharjo K. K. D i l a nta h PROP. JAWA TENGAH mu Ja t i n ega r a e. K mu mu n gk Ble Magelang D egol an ay K. K Kebumen m U K o K.. Ij ng K. T mu W. Cengk lik um an SAMUDERA HINDIA TELUK PANGANDARAN ng gk en g K. J at i Rawa Jombor mt D K Sumber : B U. Karang Bolo ng Tg. Karang Bol ong 0 en TELUK PENYU o g o w onto N i no KAMB ANGA K. W U. Solo kb oko ng ta n en K. G NUSA Ujun g Ba ntar Panj ang K. Geba ng TELUK PARIGI G K. Ce m or o K. Ta n mu UY AN D IT C Cilacap K. 1. Peta Topografi se-jawa Tengah skala 1:50.000, tahun Peta Administrasi Kabupaten dari Data Pokok skala 1: tahun Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta SAMUDERA HINDIA Wonogiri K. Waduk Gajah Mungkur K. Ti r to moy o W. Sangputri Ke ung daw Ditetapkan di : Semarang Prop. Jawa Timur pada tanggal : W. Nawangan mu mu GUBERNUR JAWA TENGAH Disiapkan dalam rangka Kegiata n Penyu sunan Da tab ase Spasial dan Pembuatan Peta Digital Rencana Tat a Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah MARDIYANTO Kerjasama antara BAPPEDA Propinsi Jawa Tengah -- PUSPICS Fak. Geografi UGM, mt mt mt mt mt mt mt Sumber : RTRW Propinsi Jawa Tengah, Kawasan Budidaya Kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah: 1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Bab mt

39 2. Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat. Penentuan suatu kawasan budidaya dilakukan bertahap mulai dari pemeriksaan kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat kesesuaian secara teknis sektoral. Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan alternatif kegiatan dalam ruang/kawasan. Lebih lanjut setiap alternatif pemanfaatan yang sesuai secara teknis sektoral dinilai dengan kriteria ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang ada dalam ruang terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah sekitarnya. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang memiliki kondisi fisik dan potensi sumber daya alam yang dibutuhkan untuk kepentingan produksi dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. Kawasan budidaya ini dapat dikelompokkan menjadi kawasan kehutanan, pertanian, perindustrian, pertambangan, pariwisata dan permukiman. Kawasan Pertanian Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan produksi pangan, ditetapkan daerah-daerah yang berfungsi sebagai sentra tanaman pangan bagi kawasan pertanian lahan basah. Wilayah Kota Pekalongan berpotensi sebagai daerah penghasil komoditas padi sawah, walaupun dengan luas lahan yang sedikit. Peningkatan produksi pertanian pada lahan kering dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Upaya peningkatan produksi pada lahan kering diupayakan melalui peningkatan teknologi pertanian, sistem budidaya tanaman yang berorientasi agrobisnis. Komoditas yang dapat dikembangkan pada lahan kering meliputi tanaman pangan dan hortikultura. Kawasan Peternakan Upaya pengembangan potensi peternakan Propinsi Jawa Tengah dilakukan melalui proses pengalokasian ruang wilayah sesuai dengan jenis potensi peternakan yang terdapat pada masing-masing Kabupaten/Kota. Kawasan Peternakan di Kota Pekalongan diarahkan untuk kegiatan budi daya ternak unggas dan budi daya ternak kecil. Bab 2-10

40 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Kawasan Perikanan Kegiatan perikanan yang dialokasikan di Propinsi Jawa Tengah meliputi kegiatan budi daya air tawar, kegiatan budi daya air payau, kegiatan budi daya rumput laut serta kegiatan perikanan tangkap. Kegiatan perikanan di Kota Pekalongan meliputi kegiatan budidaya air payau dan budidaya rumput laut. GAMBAR 2.2 PETA KAWASAN BUDIDAYA PROPINSI JAWA TENGAH mt mt mt mt mt mt Skala 1 : K. B B ng anj a r K. S a n 0 e ran g Pati osari Ci ara ng. Bod ri.a K K. Kawasan Budidaya Blora Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan Pertanian Lahan Basah Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan Perkebunan Kawasan Perikanan Budidaya Air Payau Kawasan Perikanan Tangkap Kawasan Pertambangan Kawasan Perindustrian Kawasan Berikat Kawasan Permukiman Grobogan K. Gar ang B. Sedadi a ng Pekalongan Sungai / pantai e K. K dungge an de K u si K. L o re Kota Semarang K. Ra W. Greneng alan K. Bab B. Klambu K. Sen gk mb utan K. Gun g K. C al mali K. Silawung r enj en g K. Gr K. Kedu K. W alu h ba n K. Ba ngs ri K. K lu w ul ung lo ed K. K K. Kabu yutan ce g W. Tempuran Pintu Air al B jo K. Sa t rian Kendal Jalan Lokal Jalan Tol Jalan Kereta Api K. G enin g uy ar an K. Ba k al r e ring gk g an aj g Batang Tegal W. Malahayu Demak.B W. Grawan an K. Kut o K. U r an r r a k K K. l okar ngsego K. W a tes K. B u W. Lodan W. B anyukuwung al an K K A mbo K. K ri e Pr K. te n Batas Propinsi Batas Kabupaten Jalan Arteri Jalan Kolektor mu Rembang K. na K. K l Jua K. po Am Ku u lan Jaja r ng pa W. CACABAN K. Brebes Prop. Jawa Barat Kudus K. al K. W K. Kota Pekalongan n Tu t er a ng K. K. S Pemalang B. Glapan W. Nglanon mu mu Semarang B. Sidorejo Temanggung Kota Salatiga Rawa Pening Banjarnegara ro go Wonosobo W. Mrica INSET K. S er a yu mt mt A N can gan Pek o W K. K. Boyolali ung SO LO K. Gi ntung Waduk Kedung Ombo ang Ser K. P K. L ogawa W. Penjalin K. Cil i w K. Bancak K. Mul i K. o nj oy Se W. Garung Purbalingga 50 Km LEGENDA : Waduk Gembong s em K. S K mt Ku K. Sr ag i 40 K. Sew a tu Waduk Gunungrowo m Co 30 K. T r angki l mp al an K. 20 K. Ra suk o K. Ka n ca Ca K. 10 adu.g K Jepara mu la ka Ba e lis P. Menjangan Bes ar P. Menjangan Kecil K. an mp ol mu mu P. KARIMUNJ AWA K. D el ok P. Kemujan P. Nyamuk B K LAUT JAWA mt Pe T S P.Bengkoang P. Parang L Kota Tegal U mt 15 Km el is K. G 5 o al PETA KAWASAN BUDIDAYA PROPINSI JAWA TENGAH mu mu mt KEP. KARI MUNJAWA K. G mt Kota K. T a n gsi Magelang A Sragen LAUT JAWA W. Cengklik aj um n g ngke Bl e K. W. Sempor. Ij o W. Wadaslintang D ego lan lo K. Lo k PROP. JAWA TENGAH PROP. JAWA TIMUR W. Delingan W. Mulur Purworejo Klaten Ja tine g ar a PROP. JAWA BARAT Karanganyar W. Gendang K. Sami n mu mu Kota Surakarta K. B ram ba ng Magelang K. u Sukoharjo nt ah SAMUDERA HINDIA mt en gk Rawa Jombor Bo go w onto K. J ati ng ino K. Geba ng K. W t an en K. G 0 en g K. K. D ila PROP. JAWA TENGAH mu a yu K. K Kebumen ma n mu K UY AN D K. T mu T CI Cilacap G BEN K. Cemo ro mu Banyumas D K. Sumber : K. 1. Peta Topografi se-jawa Tengah skala 1:50.000, tahun Peta Administrasi Kabupaten dari Data Pokok skala 1: tahun Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta Wonogiri K. Waduk Gajah Mungkur K. T i r t om oy o W. Sangputri ng aw u Ked Ditetapkan di : Semarang Prop. Jawa Timur pada tanggal : W. Nawangan GUBERNUR JAWA TENGAH mu mu SAMUDERA HINDIA Disiapkan dalam rangka Kegiatan Penyusunan Database Spasial dan Pembuatan Peta Digita l Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tenga h MARDIYANTO Ker jasama antara B APPEDA Propinsi Jawa Tengah -- PUS PICS Fak. Geografi UGM, mt mt mt mt mt mt mt Sumber : RTRW Propinsi Jawa Tengah, GAMBARAN UMUM KOTA PEKALONGAN PERKEMBANGAN KOTA PEKALONGAN Kota Pekalongan yang terletak diantara 2 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan serta dilalui arus lalu lintas nasional yang memiliki pengaruh sangat kuat terhadap wilayah di sekitarnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya arus pergerakan regional dan nasional akibat adanya hubungan kegiatan sosial ekonomi masyarakatnya dan berdampak terhadap perkembangan Kota Pekalongan. Kecenderungan perkembangan Kota Pekalongan lebih bersifat linier yang berkembang disekitar jalan utama kota yang dilalui oleh arus lalu lintas regional dan nasional tersebut. Secara berangsur-angsur Kota Pekalongan bergerak ke arah Barat dan Timur disepanjang jalan Bab mt

41 raya tersebut, dimana perkembangan paling kuat ke arah barat (menuju Jakarta) dan juga ke arah timur (menuju Semarang). Perkembangan ke arah utara relatif kecil dan perkembangan ke arah selatan cukup kuat (menuju Kota Kajen). Akibat adanya tarikan yang tidak seimbang antara Barat-Timur dan Utara-Selatan tersebut, mengakibatkan sebagian besar komponen utama kota terpusat disekitar jalan utama kota, sehingga banyak menimbulkan permasalahan spasial kota. Dari kondisi perkembangan tersebut, maka perlu dikembangkan bentuk kota yang lebih menyatu (united/square) agar pergerakan dan perkembangan kehidupan masyakatnya lebih merata. Untuk mengembangkan pola tersebut maka dapat dikembangkan akses jalan Kolektor Primer dan Lokal Primer menuju pusat-pusat kegiatan yang berada di pusat kota. GAMBAR 2.3 DIAGRAM KONSEP PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN 3 Kec. Wiradesa 2 Kab. Batang 1 Kab. Pekalongan KETERANGAN : 1. Terjadinya push factor, 2. Intensitas terpusat disekitar jalan utama, 3. Perkembangan sprawl. Perkembangan kota ini juga ditandai dengan adanya perkembangan permukiman yang dipengaruhi adanya arus kegiatan social ekonomi regional. Terutama di sepanjang jalan utama kota dan jalan-jalan yang menuju simpul-simpul kegiatan yang ada di Kota Pekalongan, serta lahan-lahan yang sudah memiliki sarana prasarana. Arah pengembangan perumahan permukiman juga dipengaruhi adanya jaringan transportasi regional dan nasional. Ke arah Barat, dimana perkembangan ke arah barat sangat dipengaruhi oleh jaringan transportasi nasional, karena kuatnya perkembangan dan dekatnya dengan Kota Wiradesa, maka antara Kota Pekalongan dan Kota Wiradesa ini secara fisik sudah Bab 2-12

42 menyatu, dan perkembangan lebih bersifat peningkatan intensitas. Kecenderungan perkembangan ini meliputi beberapa jenis kegiatan utama yang akan berkembang juga permukiman-permukiman baru. Ke arah Timur, dimana perkembangan ke arah timur ini ditimbulkan akibat adanya perkembangan jalur transportasi nasional. Intensitas perkembangan ke arah timur ini masih memungkinkan berkembang, yaitu masih terdapat ruang-ruang kosong untuk menampung perkembangan kota (antara Kota Pekalongan dan Kota Batang). Arah pengembangan permukiman dapat mengarah pada ruang-ruang kosong tersebut. Untuk perkembangan ke arah Selatan ini dipengaruhi oleh wilayah Kabupaten Pekalongan yang sebagian besar berada sebelah selatan dari Kota Pekalongan. Intensitas pengembangan perumahan permukiman ke arah selatan cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kuatnya intensitas kegiatan sosial ekonomi kedua wilayah tersebut. Kabupaten Pekalongan dapat dikatakan sebagai hinterland dari Kota Pekalongan, sehingga secara fisik sudah menyatu antara Kota Pekalongan, Ibukota Kecamatan Buaran dan Ibukota Kecamatan Kedungwuni LETAK GEOGRAFIS DAN KONDISI FISIK LAHAN A. LETAK GEOGRAFIS Secara administratif Kota Pekalongan mempunyai luas wilayah sebesar 4.525Ha dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah yang seluas 3254 ribu Km 2. jarak terjauh dari utara ke selatan mencapai ± 9 Km, sedangkan dari barat ke timur mencapai ± 7 Km. Secara administratif Kota Pekalongan terdiri dari 4 kecamatan yang terbagi lagi menjadi 47 kelurahan. Distribusi luas Wilayah Kota Pekalongan adalah Kecamatan Pekalongan Barat 22% (1.004,9 ha), Kecamatan Pekalongan Timur 21% (951,7 ha), Kecamatan Pekalongan Utara 33% (1.487,8 ha)dan Pekalongan Selatan 24% (1.050,3 ha). Kota Pekalongan secara geografis terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dengan kondisi topografi yang relatif datar dan kota Pekalongan terletak pada " Bujur Timur dan Lintang Selatan. Sedangkan secara administrasi batas-batas wilayah Kota Pekalongan dengan wilayah sekitarnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan kabupaten Batang Bab 2-13

43 Sebelah Timur : Kabupaten Batang B. TOPOGRAFI DAN KELERENGAN/KEMIRINGAN LAHAN Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian lahan antara 1 meter di atas permukaan laut (dpl) pada wilayah bagian utara dan 6 meter dpl. Pada wilayah bagian selatan. Ditinjau dari kemiringan lahan, Kota Pekalongan termasuk daerah yang relatif datar, yaitu dengan kemiringan lahan rata-rata antara 0-5%. C. JENIS TANAH Jenis tanah alluvial hidromorf, jenis tanah ini tersebar di Kelurahan Kandang Panjang, Bandengan, Kraton Kidul, Pabean, Kraton Lor, Panjang Wetan, Krapyak Lor, Degayu. Jenis tanah alluvial kelabu tua, jenis tanah ini tersebar di Kelurahan Pasir sari, tirto, Kraton Kidul, Kramat Sari, sebagian Bendan, Tegalrejo, Bumirejo, sebagian sebagian Medono, Pasir Sari, Buaran, Banyuurip Alit, Buaran, Banyuurip Alit, Banyuurip Ageng, Kradenan,Pringlangu, sebagian Jenggot, sebagian Krapyak Kidul, sebagian Klego, sebagian Poncol, Noyontaan, Landungsari, Kuripan Lor, Dekoro, Gamer, Karangmalang, Baros, Sokorejo, Yosorejo, Kuripan Lor, Soko, Kuripan Kidul, Duwet. Jenis tanah alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan coklat jenis tanah ini tersebar di sebagian Kelurahan Dukuh, Sugih Waras, sebagian Kraton Kidul, Sampangan, Kauman, Kergon, sebagian Bendan, Keputran, Sapuro, sebagian Pasir sari, sebagian Medono, Kebulen, sebagian Jenggot, sebagian Kuripan Lor, Kertoharjo. Kelas Tana h I TABEL 2.1 ANALISIS KELAS JENIS TANAH BERDASARKAN KEPEKAAN TERHADAP EROSI MELALUI SKOR KOTA PEKALONGAN Deskripsi Jenis Tanah Terhadap Lokasi Skor Erosi Alluvial, tanah clay, planosol, Tidak peka Kota Pekalongan 15 hidromorf kelabu, laterit air tanah II Latosol Kurang peka - 30 III Brown forest soil, non caltic brown, mediteran. Agak peka - 45 IV Andosol, laterit, grumosol, podosol, - Peka podsolic. 60 V Regosol, litosol, organosol, renzina. Sangat peka - 75 Sumber : - SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982 Bab 2-14

44 D. HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta data sekunder tentang kondisi hidrologi di wilayah Kota Pekalongan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang muncul dan mengalir di permukaan, seperti singai, rawa, mata air termasuk pula jaringan irigasi. Di wilayah perencanaan ini terdapat sungai-sungai yang cukup besar yaitu kali Pekalongan, Kali Banger, Kali Bremi, Kali Sebulanan, Kali Widuri, Kali Kuripan, Kali Gamer dan Kali Simbang. Sungai-sungai tersebut berfungsi juga sebagi saluran induk pembuangan drainase kota. 2. Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal adalah air yang berada di dalam lapisan tanah sampai dengan kedalaman 20 meter. Air yang diperoleh dari sumur-sumur dipergunakan untuk keperluan sehari-hari seperti cuci, mandi dan lain-lain. Kondisi air dangkal ini cukup baik, kedalaman sumur yang dimiliki penduduk sangat bervariasi tergantung letaknya terhadap daerah aliran air bawah tanah, yang berkisar antara 2-10 meter. Keadaan fisik airnya cukup baik. 3. Air Tanah Dalam Air tanah dalam di wilayah perencanaan di manfaatkan untuk kebutuhan air bersih penduduk, berupa sumur-sumur bor yang dikelola oleh PDAM, dimana hal tersebut dilakukan karena di Kota Pekalongan tidak terdapat sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. E. KLIMATOLOGI DAN CURAH HUJAN Kondisi iklim di wilayah Kota Pekalongan termasuk wilayah tropis dengan curah hujan mencapai 2371 mm atau rata-rata curah hujan mencapai 6,48 mm perhari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan februari yang mencapai 570 mm. sementara curah hujan terendah adalah bulan agustus dengan curah hujan mencapai 7 mm. Bab 2-15

45 KONDISI PENGGUNAAN LAHAN Kondisi penggunaan lahan Kota Pekalongan berdasarkan data tahun 2007 dapat diketahui bahwa prosentase luas lahan sawah sebesar 28% dan lahan kering sebesar 72%. Penggunaan lahan terbesar digunakan untuk pekarangan sebesar Ha, kemudian lahan sawah sebesar Ha dan yang terkecil adalah pemanfaatan lainnya sebesar 78 Ha. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini. No TABEL 2.2 PENGGUNAAN LAHAN KOTA PEKALONGAN TAHUN DALAM (HA) Lahan Sawah Lahan Kering Kecamatan Sawah Pekarangan Tegalan Rawa Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara JUMLAH No Lanjutan Lahan Kering Kecamatan Tambak Lain-Lain Jumlah Total Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara JUMLAH Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, BPS, 2007, Dinas Pertanian dan Peternakan, 2008 *) luas penggunaan lahan digabung dengan pekarangan Bab 2-16

46 GAMBAR 2.7 PROSENTASE PENGGUNAAN KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Sumber: penyusun, POLA PEMANFAATAN LAHAN EKSISTING Kota Pekalongan sebagai pusat pemerintahan Kota Pekalongan memiliki luas wilayah mencapai Ha yang terbagi menjadi 4 (empat) kwilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Utara. Pusat pemerintahan Kota Pekalongan berada di Kelurana Podosugih, Kecamatan Pekalongan Barat. Pola pemanfaatan lahan yang ada di Kota Pekalongan antara lain: a. Kawasan Pemerintahan Kawasan pusat kegiatan pemerintahan di Kota Pekalongan terdapat di Kelurahan Podosugih Kecamatan Pekalongan Barat. Kawasan perkantoran pemerintahan lainnya juda terdapat di Kelurahan Kraton Kidul (Kecamatan Pekalongan Barat), Kelurahan Kandang Panjang dan Panjang Wetan (Kecamatan Pekalongan Selatan). Perkantoran skala kota Perumahan baru di Pekalongan Selatan Bab 2-17

47 b. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman berkembang di belakang koridor jaringan jalan utama Kota Pekalongan dengan berakseskan jaringan jalan kota dan terkonsentrasi membentuk kesatuan kelompok. Untuk pemukiman di pusat kota yang terdapat di kanan dan kiri dari koridor jalan utama pada umumnya mempunyai fungsi ganda sebagai tempat tinggal dan perdagangan/jasa. Perkembangan permukiman baru banyak terjadi di bagian selatan Kota Pekalongan yang seharusnya merupakan lahan pertanian. c. Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan dan jasa berkembang terutama di sepanjang koridor jaringan jalan utama Kota Pekalongan seperti Jl. Raya Tirto, Jl. Gajah Mada, Jl. Hayam Wuruk, Jl. KH. Mas Mansyur, Jl. Pasar grosir PPIP Urip Sumoharjo, Jl. Hos Cokroaminoto, Jl. Dr. Wahidin, Jalur Pantura (Jl. Dr. Setiabudi, Jl. Dr Sutomo). Terdapat beberapa pusat perdagangan Kota Pekalongan, yaitu berupa pasar grosir batik dan garmen serta pasar kota. Pasar grosir batik antara lain adalah Pasar Sentono (Pekalongan Timur), pasar grosir PPIP yang berada di Jl. Dr. Wahidin (Kelurahan Noyontaan) dan Sentra ATBM Medono yang banyak menjual garmen dari hasil ATBM serta Pasar Grosir Gamer yang juga menjual batik. Sedangkan pasar kotanya adalah PasarBanjarsari yang berada di Pekalongan Utara. d. Kawasan Sarana Kesehatan Pusat pelayanan kesehatan di Kota Pekalongan menginduk pada Kabupaten Pekalongan. Terdapat rumah sakit yang cukup besar untuk melayani masyarakat kabupaten maupun kota Pekalongan, yaitu RS Keraton. Untuk fasilitas kesehatan lainnya seperti puskesmas, praktek dokter yang melayani masyarakat Kota Pekalongan merata di setiap kecamatan. e. Kawasan Sarana Pendidikan Kegiatan pendidikan yang ada di Kota Pekalongan telah tersedia dari jenjang TK sampai dengan SMU. Untuk pendidikan dari jenjang TK sampai dengan SMU Bab 2-18

48 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN keberadaannya telah merata di semua unit lingkungan kecamatan. f. Kawasan Sarana Peribadatan Sarana peribadatan yang banyak terdapat di kawasan perencanaan adalah masjid dan mushola/surau, mengingat sebagian besar penduduk di Pekalongan menganut agama Islam dan tersebar di setiap wilayah kecamatan. Sarana peribadatan lain yang ada di Kota Pekalongan adalah gereja, klenteng, vihara dan pura. g. Kawasan Transportasi Pusat kegiatan transportasi Kota Pekalongan terdapat Terminal Kota Pekalongan yang berada di Kelurahan Gamer Kecamatan Pekalongan Timur. Letak terminal kota ini strategis, yaitu berada di jalur pantura. Pusat kegiatan transportasi ini melayani pergerakan penduduk dari dalam maupun luar kawasan Kota Pekalongan. h. Kawasan Industri Pada umumnya industri yang banyak berkembang adalah industri rumah tangga, seperti industri batik, makanan dan minuman. Industri yang berkembang di sekitar Medono Bakti berupa industri tektil yang menggunakan alat tenun bukan mesin, kawasan industri batik sebagai salah satu potensi unggulan Kota Pekalongan banyak terdapat di sekitar Buaran, Kradenan, Jengkot dan Kertoharjo. Industri makanan dan minuman banyak berkembang di sekitar Banyu Urip Alit dan Banyu Urip Ageng. Industri pengeringan ikan terdapat di sekitar Kandang Panjang. i. Kawasan Pertanian dan Perikanan Kawasan pertanian di Kota Pekalongan berkembang di bagian selatan kota yang berupa areal pertanian seluas Ha. Kawasan perikanan dominan terutama di Kelurahan Bandengan, Kandang Panjang, Krapyak Lor dan Degayu. Komoditas Bab 2-19

49 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN perikanan tambah berupa bandeng, belanak, udang, rucah, sedangkan perikanan darat berupa gurame, mujahir, lele, nila, bawal. j. Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPNP) Merupakan kawasan dari fungsi kota yang telah memiliki berbagai fasilitas penunjang atau pendukung, Berada di bagian utara Kota Pekalongan. k. Kawasan Konservasi Pantai Kawasan konservasi pantai terdapat di sepanjang pantai Kota Pekalongan, yaitu di bagian utara tepatnya di Kelurahan Bandengan, Kandang Panjang, Panjang Wetan sebagai kawasan konservasi mangrove dan tanaman pantai lainnya. l. Kawasan Rekreasi Pantai Kawasan ini meliputi obyek wisata Pasir Kencana yang terintegrasi dengan pelabuhannya serta obyek wisata Pantai Slamaran yang terletak di Kelurahan Panjang Wetan dan Kelurahan Krapyak Lor RONA SOSIAL KEPENDUDUKAN A. JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK Jumlah penduduk Kota Pekalongan mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke 2007 sebesar jiwa. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2007 sebanyak jiwa (48,6%) dan perempuan sebanyak jiwa (51,4%). Konsentrasi jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Pekalongan Barat dan terkecil di Kecamatan Pekalongan Selatan. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini. TABEL 2.3 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN KOTA PEKALONGAN TAHUN No Kecamatan Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Bab 2-20

50 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 4 Pekalongan Utara JUMLAH Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, BPS, GAMBAR 2.8 GRAFIK JUMLAH PENDUDUK KOTA PEKALONGAN Sumber: Penyusun, 2008 Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan rat-rata sebesar jiwa/km2. Kepadatan terbesar di Kecamatan Pekalongan Barat sebesar jiwa/km2 dan terkecil di Kecamatan Pekalongan Selatan sebesar jiwa/km2. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2.4 KEPADATAN PENDUDUK KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 Luas Kepadatan Jumlah No Kecamatan Daerah Penduduk Penduduk (Km2) (jiwa/km2) Pekalongan 1 10, Barat Pekalongan 2 9, Timur Pekalongan 3 10, Selatan Pekalongan 4 14, Utara Jumlah Total 45, Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, BPS, 2007 Bab 2-21

51 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN B. PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kota Pekalongan di dominasi leh penduduk berusia tahun dengan prosentase 12,4%, kemudian penduduk usia (10,4%) dan yang terkecil adalah penduduk usia 75 tahun ke atas (0,9%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini. TABEL 2.5 JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 Kelompok No Laki-Laki Perempuan Jumlah Umur Jumlah Total Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, BPS, 2007 GAMBAR 2.10 GRAFIK PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 Sumber: Penyusun, 2008 Bab 2-22

52 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN C. STRUKTUR PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN Jumlah penduduk yang masih menamatkan pendidikan di Kota Pekalongan mencapai jiwa. Konsentrasi terbanyak berada di Kecamatan Pekalongan Barat dengan prosentase mencapai 31,3%, kedua adalah Kecamatan Pekalongan Utara dengan prosentase 29,2%, di posisi ketiga Kecamatan Pekalongan Timur (27,7%) dan terakhir Kecamatan Pekalongan Selatan (11,8%). Tingkat pendidikan yang ditamatkan yang terbesar adalah SD/MI sebanyak jiwa, kdiurutan kedua SMP/MTs sebesar jiwa, ketiga adalah SMU/MA sebesar jiwa dan terakhir TK/RA/BA sebesar jiwa. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 2.6 STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 (JIWA) No Kecamatan TK/RA/BA SD/MI SMP/MTs SMU/SMK/MA 1 Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara jumlah Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, BPS, 2007 D. STRUKTUR PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN Struktur penduduk menurut mata pencaharian penduduk yang ada di Kota Pekalongan dibesaan berdasarkan lapangan pekerjaan antara lain pertanian, industri, listrik, bangunan, angkutan dan perhubungan, keuangan serta jasa dan lainnya. Jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data tahun 2006 adalah jiwa atau sekitar 5,95% dari jumlah seluruh penduduk kota. Konsentrasi tersebar mata pencaharian penduduk adalah dibidang industri. Ini dapat dilihat di lapangan, bahwa banyak industri rumah tangga yang berkembang di Kota pekalongan seperti indutri batik dan makanan khas Kota Pekalongan. Diurutan kedua adalah sektor perdagangan sebesar jiwa. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Bab 2-23

53 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.7 STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN KECAMATAN PEKALONGAN UTARA TAHUN 2006 No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) 1. Pertanian 2. Industri Listrik Bangunan Perdagangan 6. Angkutan & perhubungan 7. Keuangan 8. Jasa dan lainnya JUMLAH Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, BPS, 2006 E. STRUKTUR PENDUDUK MENURUT AGAMA Mayoritas penduduk di Kota Pekalongan memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir 95% penduduk memeluk agama Islam, sedangkan sisanya 5% memeluk agama lainnya seperti Kristen sebanyak jiwa, katolik jiwa, Hidu sebanyak jiwa, budha sebanyak jiwa dan 613 jiwa memeluk agama lainnya seperi konghucu ataupun penganut kepercayaan. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. No TABEL 2.8 STRUKTUR PENDUDUK MENURUT AGAMA KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara jumlah Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, BPS, LainLain Bab 2-24

54 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN RONA EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PEKALONGAN Indeks Perkembangan Produk Domestik Bruto adalah suatu angka indeks yang menggambarkan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah dari tahun dasar (Tahun 2000) hingga sekarang, baik menurut harga yang berlaku maupun konstan. Perkembangan ekonomi yang ada di Kota Pekalongan dapat dilihat dari Indeks Perkembangan pada tabel 1.1 dibawah ini. Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2007 PDRB menurut haga berlaku adalah Rp ,00, sedangkan menurut harga konstan PDRB Kota Pekalongan mencapai Rp ,23. Indeks perkembangan tahun 2007 menurut harga berlaku sebesar 212,22 %, artinya dari tahun 2000 sampai tahun 2007 nilai PDRB atas dasar harga berlaku mengalami kenaikkan 2,12 kali. Sedangkan nilai PDRB atas dasar konstan, naik 1,29 kali. Indeks perkembangan secara sektoral menurut harga berlaku menurut harga konstan dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2.9 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA DI KOTA PEKALONGAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN (TAHUN 2000=100) Lapangan Usaha Pertanian 108,97 120,99 118,87 155,40 117,42 Tanaman bahan makanan 84,64 102,92 81,65 107,72 116,21 Peternakan 158,02 163,91 166,75 175,81 211,29 Perikanan 107,85 119,61 199,46 111,23 109,59 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengelolaan Ind. Mak Min & Tembakau Ind. Tekstil Ind. Brg Kayu dan Hasil Hutan Ind. Kertas & Brg Cetakan Ind. Pupuk Kimia & Brg dr Karet Ind. Semen & Brg lain Bkn Logam Ind. Logam dr Besi & Baja Ind. Alat Angk, Msn & Peralatan Ind. Brg Lainnya 140,93 153,37 135,19 133,38 147,25 165,56 138,48 141,31 164,48 172,01 160,42 158,35 184,43 194,01 179,68 176,83 200,54 216,80 192,84 189,38 136,15 142,19 158,02 165,21 152,42 164,08 194,86 209,46 176,07 224,44 129,89 142,53 153,08 161,53 172,55 136,16 248,35 275,99 294,51 125,48 158,88 168,00 182,49 334,54 194,39 118,35 122,02 135,60 146,92 157,26 Bab 2-25

55 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Lapangan Usaha Listrik, Gas & Air Minum Listrik Gas Air Minum 232,23 258,19 316,57 392,31 237,92 256,84 316,88 397,25 145,39 278,76 311,89 316,90 422,56 427,58 345,88 5. Konstruksi 145,52 159,63 200,19 245,30 273,55 6. Perdagangan Perdagangan besar/eceran Hotel dan Losmen Restoran dan Rumah Makan 130,38 129,15 141,83 143,85 179,81 174,66 208,67 240,36 199,68 190,41 234,16 312,38 7. Pengangkutan & Komunikasi Pengangkutan - Angkutan Kereta Api - Angkutan Jalan Raya - Jasa Penunjang Angkutan Telekomunikasi - Pos dan Telekomunikasi - Jasa telekomunikasi 130,19 139,43 191,11 213,74 235,86 112,74 129,75 174,17 177,67 125,40 134,96 192,54 218,76 175,14 192,29 278,06 338,95 204,31 243,34 394,32 155,59 158,58 189,18 198,48 120,04 142,84 170,97 192,61 210,45 208,30 8. Keu, Persewaan& Js. Perusahaan Perbankan Lembaga Keuangan Lainnya Persewaan Bangunan Jasa Perusahaan 154,95 153,93 154,61 156,43 143,99 172,85 167,81 174,56 176,47 163,86 208,39 208,28 225,96 204,09 182,49 239,16 250,62 293,25 213,20 231,51 263,67 271,84 278,55 251,88 278,92 9. Jasa-jasa Pemerintahan & Hankam Jasa Sosial & kemasyarakatan Jasa Hiburan Jasa Perorangan & RT 148,27 147,71 143,48 88,91 157,06 161,05 160,28 153,04 95,69 173,37 195,95 196,77 171,74 122,60 209,93 234,49 241,17 187,43 132,86 230,11 263,09 274,74 187,30 142,25 249,16 PDRB 135,20 145,92 170,17 193,32 Sumber : BPS Kota Pekalongan, ,22 139,70 137,02 168,37 168,20 157,78 153,07 192,06 211,54 Bab 2-26

56 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.10 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA DI KOTA PEKALONGAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN (TAHUN 2000=100) Lapangan Usaha Pertanian 103,92 115,36 102,60 91,64 85,16 Tanaman bahan makanan 79,37 97,11 77,97 85,02 85,26 Peternakan 136,67 138,31 135,80 131,80 150,55 Perikanan 104,21 115,69 102,86 89,06 79,59 2. Pertambangan dan Penggalian Industri Pengelolaan Ind. Mak Min & Tembakau Ind. Tekstil Ind. Brg Kayu dan Hasil Hutan Ind. Kertas & Brg Cetakan Ind. Pupuk Kimia & Brg dr Karet Ind. Semen & Brg lain Bkn Logam Ind. Logam dr Besi & Baja Ind. Alat Angk, Msn & Peralatan Ind. Brg Lainnya 115,43 105,14 119,90 114,47 114,76 125,92 118,29 110,16 121,46 119,20 115,35 133,08 127,02 109,66 134,16 125,48 118,10 157,01 131,12 113,13 138,57 127,50 120,83 161,49 137,00 123,51 142,45 131,54 124,76 166,01 4. Listrik, Gas & Air Minum Listrik Gas Air Minum 115,13 116,76 141,08 162,01 172,74 114,81 116,49 142,08 164,50 175,40 119,96 120,81 125,73 124,00 132,13 5. Konstruksi 115,77 114,61 125,96 135,80 145,21 6. Perdagangan Perdagangan besar/eceran Hotel dan Losmen Restoran dan Rumah Makan 111,98 112,18 116,03 108,51 7. Pengangkutan & Komunikasi Pengangkutan - Angkutan Kereta Api - Angkutan Jalan Raya - Jasa Penunjang Angkutan Telekomunikasi - Pos dan Telekomunikasi - Jasa telekomunikasi 106,42 108,35 113,38 116,74 123,58 8. Keu, Persewaan& Js. Perusahaan 115,44 118,86 127,63 136,78 146,24 105,27 113,55 114,70 118,82 121,79 104,51 146,17 138,70 141,43 152,63 120,78 150,66 155,02 159,62 164,09 102,48 102,86 110,23 113,10 115,83 118,32 117,84 124,97 123,13 124,10 123,34 131,54 132,29 129,97 129,05 138,05 140,20 134,76 132,22 149,73 164,43 92,35 101,05 101,19 98,84 108,62 104,75 107,21 112,90 116,50 123,84 133,73 139,17 178,71 205,35 208,67 118,84 114,77 117,04 118,56 122,76 91,69 103,38 105,78 114,28 120,68 Bab 2-27

57 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Lapangan Usaha Perbankan Lembaga Keuangan Lainnya Persewaan Bangunan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Pemerintahan & Hankam Jasa Sosial & kemasyarakatan Jasa Hiburan Jasa Perorangan & RT ,57 118,09 113,13 113, ,45 126,34 114,49 118, ,86 147,22 120,70 118, ,21 169,57 123,07 141, ,95 152,92 140,06 167,97 113,20 112,82 110,10 70,61 119,15 116,30 116,00 111,87 72,80 122,67 122,11 121,74 115,37 80,51 130,35 130,10 129,74 118,46 84,22 141,67 138,20 138,50 116,08 88,74 152,85 PDRB 111,63 116,17 120,60 124,29 129,01 Sumber : BPS Kota Pekalongan, 2007 Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sektor Listrik dan Air mengalami perkembangan yang paling cepat dibanding sektor lain. Menurut harga berlaku, nilai tambah sektor listrik dan air naik sebesar 4,22 kali dari tahun 2000, sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstannya naik 1,72 kali. Sektor pertanian mengalami perkembangan paling lambat dibanding sektor lain. Menurut harga berlaku nilai tambah sektor pertanian naik 1,17 kali dari tahun 2000, sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstannya malah cenderung menurun dibanding tahun TABEL 2.11 PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 KOTA PEKALONGAN SERTA PERKEMBANGANNYA TAHUN (TAHUN 2000=100) PDRB Atas Dasar Harga PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Berlaku Tahun Perkembangan Perkembangan PDRB (Rp) PDRB (Rp) (%) (%) ,03 135, ,64 111, ,21 145, ,54 116, ,15 170, ,23 120, ,41 193, ,73 124, ,00 212, ,23 129,01 Sumber : BPS Kota Pekalongan, 2007 Penyajian Indeks Perkembangan secara kelompok sektor atas dasar harga berlaku dan harga konstan dapat dilihat pada Tabel berikut yang menjelaskan bahwa sektor sekunder mengalami perkembangan lebih cepat dari sektor primer dan tersier sebesar 2,32 kali dari tahun 2000, dan menurut harga konstan berkembang 1,4 kali. Bab 2-28

58 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.12 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KOTA PEKALONGAN MENURUT KELOMPOK SEKTOR TAHUN Kelompok Sektor Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier Total PDRB ,97 145,00 136,85 135,20 Atas Dasar Harga Berlaku ,99 118,87 115,40 154,59 181,14 211,44 147,87 178,33 204,84 145,92 170,17 193,32 Atas Dasar Harga Konstan (2000) Sektor Primer 103,92 115,36 102,60 91,64 Sektor Sekunder 115,54 116,95 127,02 133,60 Sektor Tersier 111,49 115,93 121,91 128,09 Total PDRB 111,63 116,17 120,60 124,29 Sumber : BPS Kota Pekalongan, 2007 Kelompok Sektor ,42 232,21 227,47 212, ,16 140,85 134,51 129,01 Untuk melihat perkembangan per kapita dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 2.13 INDEKS PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PEKALONGAN DAN ANGKA-ANGKA PER KAPITA TAHUN ATAS DASAR HARGA BERLAKU Uraian Produk Domestik Regional Bruto 135,20 145,92 170,17 193,32 212,22 Atas Dasar Harga Pasar 2.Penyusutan 139,82 150,08 162,46 185,05 233,33 3.Produk Domestik Regional Netto 134,74 145,50 170,94 194,15 210,10 Atas Dasar Harga Pasar 4.Pajak Tak Langsung 140,45 151,11 172,69 217,70 240,48 5.Produk Domestik Dasar Biaya 134,40 145,17 170,84 192,75 208,29 Faktor (Pendapatan Regional) 6.Jumlah Penduduk Tahun 100,98 101,39 103,01 103,55 103,76 Pertengahan 7.Produk Domestik Regional Bruto 133,89 143,92 165,19 186,69 204,52 Per Kapita 8.Pendapatan Regional Per Kapita 133,09 143,18 165,84 186,14 200,73 Sumber : BPS Kota Pekalongan, 2007 Bab 2-29

59 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.14 INDEKS PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PEKALONGAN DAN ANGKA-ANGKA PER KAPITA TAHUN ATAS DASAR HARGA KONSTAN Uraian Produk Domestik Regional 111,63 Bruto Atas Dasar Harga Pasar 2.Penyusutan 112,89 3.Produk Domestik Regional 111,50 Netto Atas Dasar Harga Pasar 4.Pajak Tak Langsung 111,68 5.Produk Domestik Dasar Biaya 111,49 Faktor (Pendapatan Regional) 6.Jumlah Penduduk Tahun 100,98 Pertengahan 7.Produk Domestik Regional 110,54 Bruto Per Kapita 8.Pendapatan Regional Per Kapita 110,41 Sumber : BPS Kota Pekalongan, ,17 120,60 124,29 129,01 116,15 122,43 129,05 135,79 116,17 120,42 123,81 128,33 115,92 121,79 139,21 146,72 116,18 120,33 122,90 127,24 101,39 103,01 103,55 103,76 114,58 117,07 120,03 124,33 114,59 116,82 118,68 122,62 Kegiatan Usaha 1. Sektor Pertanian Sektor pertanian meliputi: Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor Perkebunan Sub Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub Sektor Kehutanan dan Hasil-hasilnya Sub Sektor Perikanan Sektor Pertanian yang memberikan sumbangan terhadap Pendapatan Regional Kota Pekalongan meliputi: Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub Sektor Perikanan Untuk mendapatkan besarnya nilai produksi, biaya produksi, nilai tambah serta nilai penyusutan, secara terperinci dapat dilihat pada uraian masing-masing sub sektor sebagai berikut: Bab 2-30

60 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 2. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, sayur-sayuran, buahbuahan dan tanaman pangan lainnya serta hasil-hasil produk ikutannya. Data produksi padi dan produksi palawija diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan, sedangkan data harga bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik dan dari dinas sebagai pembanding. TABEL 2.15 OUTPUT SUB SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN 2000 KOTA PEKALONGAN TAHUN (JUTA RUPIAH) Perincian Atas Dasar Harga Berlaku Padi Palawija , , , , ,06 2. Buah-buahan 6.156, , , , ,04 Jumlah , , , , ,09 Atas Dasar Harga Konstan (2000) Padi Palawija , , , , ,72 2. Buah-buahan 5.415, , , , ,93 Jumlah , , , , ,65 Sumber : BPS dan Dinas Pertanian Kota Pekalongan, 2007 Perincian 3. Sub Sektor Peternakan dan Hasil-Hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil-hasil ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, babi, domba, ayam ras, ayam buras, itik dan unggas lainnya serta susu segar dan telur. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data ternak, produksi susu dan ternak diperoleh dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan, sedangkan data harga ternak di peroleh dari BPS. Bab 2-31

61 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.16 OUTPUT SUB SEKTOR PETERNAKAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN 2000 KOTA PEKALONGAN TAHUN (JUTA RUPIAH) Perincian Atas Dasar Harga Berlaku Peternakan 4.542, , , , Hasil lainnya , , , , ,650 Jumlah , , , , ,554 Atas Dasar Harga Konstan (2000) Peternakan 3.747, , , , , Hasil lainnya , , , , ,429 Jumlah , , , , ,971 Sumber : BPS dan Dinas Peternakan Kota Pekalongan, 2007 Perincian 4. Sub Sektor Perikanan Komoditas yang dicakup adalah semua hasil kegiatan perikanan laut dan perikanan darat (perikanan uum, tambak, kolam, sawah, dan karamba). Data mengenai produksi dan output diperoleh dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan. Hasil kegiatan perikanan laut terdiri atas hasil penangkapan ikan yang masuk ke Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Sedangkan hasil perikanan darat mencakup hasil pemeliharaan ikan di empang/tambak, kolam, sawah, dan penangkapan ikan di perairan umum seperti sungai, rawa, danau, waduk dan lain sebagainya. TABEL 2.17 PRODUK SUB SEKTOR PERIKANAN DI KOTA PEKALONGAN TAHUN (TON) Rincian Perikanan laut , , , , , Perikanan darat 27, ,617 80, , ,375 Sumber : BPS dan Dinas Kelautan Kota Pekalongan, 2007 Bab 2-32

62 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.18 OUTPUT SUB SEKTOR PERIKANAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN 2000 KOTA PEKALONGAN TAHUN (JUTA RUPIAH) Atas Dasar Harga Berlaku Perincian Perikanan laut , , , , ,48 2. Perikanan darat 385, , ,92 865, ,85 Jumlah , , , , ,585 Atas Dasar Harga Konstan (2000) Peternakan , , , , ,59 2. Perikanan darat 352, ,92 890,02 731, ,865 Jumlah , , , , ,459 Sumber : BPS dan Dinas Kelautan Kota Pekalongan, 2007 Perincian 5. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan Penggalian ini belum dihitung dalam perhitungan Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan, mengingat di wilayah Kota Pekalongan belum ditemukan tempat produksinya. Apalagi sub sektor pertambangan sampai saat ini belum pernah dijumpai keberadaannya di Kota Pekalongan. Sedangkan untuk kebutuhan pembangunan yang memerlukan bahan-bahan dari sektor ini dipenuhi dengan mendatangkan bahan tersebut dari luar daerah Kota Pekalongan, diantaranya Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang. 6. Sektor Industri Pengelolaan Untuk mengitung Produk Domestrik Regional Bruto, Sektor Industri Pengelolaan dibedakan menjadi 9 sub sektor, yaitu: Industri makanan, minuman dan tembakau; Industri tekstil; Industri barang dari kayu dan hasil hutan; Industri kertas dan barang cetakan; Industri pupuk, kimia dan barang dari karet; Industri semen dan barang lain bukan logam; Industri logam dasar besi dan baja; Industri alat angkutan, mesin dan peralatan; Industri barang lainnya. Bab 2-33

63 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Industri makanan, minuman dan tembakau mencakup usaha pemotongan, pengolahan/pengawetan daging, ikan dan biota air, buah-buah dan sayuran, pembuatan susu dan makanan dari susu, penggilingan/pembersihan/pengupasan padi, biji-bijian dan kacang-kacangan, pembuatan dan pengolahan minuman baik yang menggunakan bahan baku alkohol maupun permentasi dan minuman ringan (tidak mengandung alkohol) dan usaha pengeringan daun tembakau, pembuatan rokok termasuk pembuatan bumbu rokok dan kelengkapan rokok. Industri tekstil mencakup usaha pemintalan dan pertenunan tekstil, pembuatan barang jadi tekstil, pembuatan permadani, usaha perajutan, pengolahan kapuk, pembuatan pakaian jadi dari kain, penyamakan kulit berbulu, pembuatan bulu tirian, dan pembuatan pakaian jadi dari bulu. Industri barang dari kayu mencakup pembuatan plywood, pembuatan komponen bahan bangunan, pembuatan peti kemas dari kayu, pembuatan anyaman dari rotan, bambu dan tanaman, pembuatan kerajinan ukiran dari kayu, pembuatan alat-alat dapur dan barang lain dari kayu, rotan dan bambu. Industri kertas dan barang cetakan mencakup pembuatan kertas dan barang kertas, penerbitan, serta percetakan. Industri pupuk, kimia dan barang dari karet mencakup usaha industri kimia dasar dari bahan organik dan anorganik untuk menghasilkan bahan-bahan kimia dasar, pupuk, pembuatan plastik, karet buatan, pembuatan barang dari karet dan pembuatan barang dari plastik. Industri semen dan barang lain bukan logam mencakup usaha pembuatan macammacam kaca dan barang dari gelas, pembuatan barang dari porselin, pembuatan barang dari tanah liat, pembuatan semen, pembuatan barang dari semen, kapur dan batu, serta pembuatan barang-barang galian bukan logam lainnya. Industri logam dasar besi dan baja mencakup usaha pembuatan berbagai barang jadi dan setengah jadi dari logam, baik besi, baja maupun logam bukan besi dan baja, serta kegiatan jasa untuk berbagai pekerjaan khusus dengan bahan dasar dari logam. Industri alat angkutan, mesin, peralatan mencakup usaha pembuata, pemeliharaan dan perbaikan motor penggerak serta komponennya, pembuatan mesin untuk keperluan khusus, pembuatan peralatan rumah tangga, peralatan kantor, peralatan listrik, peralatan kedokteran, pembuatan jam dan sejenisnya, industri kendaraan bermotor, karoseri dan pembuatan komponennya. Industri barang lainnya mencakup semua pembuatan barang-barang yang belum termasuk dalam sub sektor sebelumnya. Bab 2-34

64 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.19 OUTPUT SEKTOR INDUSTRI PENGELOLAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN 2000 KOTA PEKALONGAN TAHUN (JUTA RUPIAH) Perincian Atas Dasar Harga Berlaku Industri makanan, minuman , , , , ,10 dan tembakau; 2.Industri , , , , ,04 tekstil; Industri barang dari 5.444, , , , ,70 kayu dan hasil hutan; 4.Industri kertas dan 2.580, , , , ,69 barang cetakan; 5.Industri pupuk, kimia , , , , ,49 dan barang dari karet; 6.Industri semen dan barang lain 793,21 870,37 934,80 986, bukan logam; 7.Industri logam dasar 187,65 342,31 380,39 405,92 461,07 besi dan baja; 8.Industri alat angkutan, 5.538, , , , ,11 mesin dan peralatan; 9.Industri barang 37,77 38,94 43,28 753,85 806,89 lainnya. Jumlah , , , , , Perincian Industri makanan, minuman ,39 Atas Dasar Harga Konstan (2000) , , , ,80 Bab 2-35

65 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Perincian 2003 dan tembakau; 2.Industri tekstil; 3.Industri barang dari kayu dan hasil hutan; 4.Industri kertas dan barang cetakan; 5.Industri pupuk, kimia dan barang dari karet; 6.Industri semen dan barang lain bukan logam; 7.Industri logam dasar besi dan baja; 8.Industri alat angkutan, mesin dan peralatan; 9.Industri barang lainnya. Jumlah Atas Dasar Harga Berlaku , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,48 642,83 693,41 700,41 725,61 743,76 144,06 201,44 191,15 194,90 210, , , , , ,35 32,70 32,83 191,15 580,31 594, , , , ,8 6 Sumber : BPS Kota Pekalongan, ,95 Sub Sektor Listrik, Gas dan Air Minum Sektor ini meliputi tiga sub sektor, yaitu: Sub sektor listrik; Sub sektor gas; Sub sektor air minum. Bab 2-36

66 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Untuk Kota Pekalongan, Sub sektor yang ada hanya sub sektor listrik dan sub sektor air minum, sedangkan sub sektor gas tidak ada. Nilai tambah sektor listrik, gas dan air minum atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, dihitung dengan cara menjumlahkan nilai tambah dari masing-masing sub sektornya. a. Sub sektor listrik Data kelistrikan yang terdiri dari banyaknya pemakaian listrik serta biaya produksi, diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Pekalongan. Sub sektor ini mencakup produksi dan distribusi listrik, yang meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari pengkalian produksi dan harga berlaku. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan revaluasi. b. Sub sektor air minum Data produksi air minum, tarif serta biaya produksi tahun diperoleh secara lengkap dari Perusahaan Daerah Air Minum Kota Pekalongan. Nilai produksi air minum atas dasar harga berlaku didapatkan dengan cara mengalikan antara produksi air minum dengan tarip dari masing-masing tahun; Nilai tambah bruto sub sektor ini atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengeluarkan biaya produksi dari nilai produksinya Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi yaitu mengalikan produksi air minum pada tiap-tiap tahun dengan tarip pada tahun 2000, yang apabila dikurangi dengan biaya produksi dan penyusutan atas dasar harga konstan 2000 akan didapatkan nilai tanbah netto atas dasar harga konstan Sektor Bangunan Sektor ini meliputi pembangunan fisik yang berupa pembuatan, perombakan/perubahan besar dan pembongkaran baik untuk gedung, jalan, jembatan, saluran gas, jalan/bantalan rel kereta api, terowongan, pelabuhan, dermaga, pelabuhan udara, tempat lapangan olah raga, kolam renang, pengeringan/ perataan/penyuburan tanah dan jenis pembangunan fisik lainnya (termasuk perumahan penduduk). Pelaksanaannya dpat dikerjakan oleh: Pemborong/kontraktor (domestik, dari luar Kota Pekalongan dan asing) Bab 2-37

67 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Bukan pemborong/perorangan (termasuk dikerjakan sendiri oleh instansi pusat/daerah) Sumber data untuk penghitungan berasal dari hasil pengelolaan Sensus Ekonomi 2006, realisasi pengeluaran pembangunan dan data jumlah tenaga kerja dari monografi. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Bangunan diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan pendapatan yaitu dengan cara menjumlahkan nilai unsur-unsur nilai tambah pada Sektor Bangunan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan a. Sub Sektor Bangunan/Konstruksi yang Dikerjakan oleh Pemborong Metode yang digunakan untuk mencari nilai tambah sub sektor ini dengan pendekatan produksi. Dari hasil pengolahan Sensus Ekonomi 2006 dan Survei Khusus Pendapatan Regional secara lengkap diperoleh data nilai produksi dan biaya produksi. Untuk penyusutan diperkirakan sebesar 1,8 persen dari nilai produksi. Nilai produksi tahun 2000 sampai dengan tahun 2007, pertumbuhan dan perkembangannya diperkirakan sebanding dengan indeks pengeluaran pembangunan dari Kota Pekalongan yang bersumber dari APBN, APBD Propinsi Jawa Tengah dan APBD Kota Pekalongan. Nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung dengan cara mendeflate nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan Indeks Harga Perdagangan Besar Sektor Bangunan. b. Sub Sektor Bangunan/Konstruksi yang Dikerjakan oleh Bukan Pemborong Sektor bangunan mencakup pembangunan fisik konstruksi, berupa gedung, jembatan, jalan, terminal, pelabuhan dan irigasi, jaringan listrik, air, telepon dan sebagainya. Kegiatan bangunan/konstruksi mencakup kegiatan fisik yang dilakukan di wilayah Kota Pekalongan tanpa melihat asal kontraktor. Nilai tambah bruto bias didapat dari perkalian suatu rasio dengan output tahun berjalan. 9. Sektor Perdagangan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan adalah merupakan jumlah nilai tambah dari sub sektor perdagangan besar dan perdagangan eceran, sub sektor hotel/penginapan dan sub sektor restoran/rumah makan. Ditinjau dari komoditi, semua produk baik yang berasal dari daerah maupun luar daerah Kota Pekalongan, yang dipasarkan di Kota Pekalongan termasuk lingkup sektor perdagangan. Secara singkat, Bab 2-38

68 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN pelaksanaan penghitungan Produk Domestik Regional Sektor Perdagangan dikelompokkan dalam beberapa aktivitas perdagangan, yaitu: a. Perdagangan yang meliputi: Barang-barang hasil pertanian; Barang-barang hasil industri pengolahan; Barang-barang penggalian; Barang-barang impor. b. Hotel/penginapan c. Restoran / Rumah Makan Berdasarkan pengelompokkan aktivitas perdagangan seperti tersebut di atas maka data Sektor Perdagangan disamping dikumpulkan dari nilai produksi Sektor Pertanian, nilai produksi Sektor Penggalian serta nilai produksi Sektor Industri Pengolahan untuk Perdagangan barang-barang/komoditi produksi Kota Pekalongan, juga dikumpulkan dari survei Khusus Pendapatan Regional Kota Pekalongan dan laporan bulanan untuk aktivitas restoran/rumah makan. a. Perdagangan Barang-barang Produksi Kota Pekalongan Perhitungan nilai tambah sub sektor perdagangan besar dan eceran dilakukan dengan pendekatan arus barang yaitu cara menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan impor yang diperdagangkan. Berdasarkan nilai komoditi yang diperdagangkan dihitung nilai margin perdagangan. Margin perdagangan ini merupakan output perdagangan dan dipakai menghitung nilai tambahnya. b. Hotel/penginapan Sub sektor ini mencakup semua hotel baik berbintang maupu tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output hotel dihitung dengan mengalikan jumlah kamar dan tarif per malam kamar. Data mengenai jumlah kamar dan tarifnya diperoleh dari hasil pengolahan survei hotel baik berbintang maupun non bintang di Kota Pekalongan. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan output-nya. c. Restoran / Rumah Makan Bab 2-39

69 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Data penghitungan sub sektor restoran/rumah makan bersumber dari hasil inventarisasi data penunjang berupa data jumlah tenaga kerja sub sektor restoran/rumah makan. Output tahun 2000 dihitung berdasarkan besarnya pemasukkan Pajak Pembangunan I, apabila dibagi dengan banyaknya tenaga kerja akan menghasilkan rata-rata output per tenaga kerja. Setelah didapatkan nilai tambah atas dasar harga berlaku, kemudian dilakukan perhitungan untuk nilai tambah atas dasar harga konstan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi meliputi: Sub sektor angkutan darat Sub sektor angkutan udara Sub sektor angkutan laut Sub sektor komunikasi (Pos Giro serta telekomunikasi) B. KONDISI INVESTASI DAERAH Keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Pekalongan untuk membiayai kegiatan pembangunan dan investasi memungkinkan kehadiran para pemodal/investor untuk membuka usaha baru atau memperluas usaha yang telah ada. Makin berkembangnya investasi yang dilakukan oleh pihak swasta diharapkan akan makin mendorong dan menumbuhkan kegiatan ekonomi disamping juga akan berdampak pada perluasan dan penciptaan lapangan kerja. Untuk makin menumbuhkan dan mendorong iklim usaha agar semakin kondusif dan untuk memberikan pelayanan terbaik serta kepastian pengurusan perijinan, Pemerintah Kota Pekalongan telah membentuk unit Pelayan Terpadu (UPT). UPT pada dasarnya merupakan instansi Pemerintah Kota Pekalongan yang siap memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang bermaksud mengurus perijinan. Disamping pelayanan perijinan UPT Kota Pekalongan juga menerima pengaduan masyarakat yang berkaiatan dengan proses perijinan dan non perijinan yang akan diteruskan langsung kepada Walikota Pekalongan. Kota Pekalongan sebagai sebuah kota industri dan perdagangan memiliki banyak potensi ekonomi yang masih bisa digali lagi. Pemerintah Kota Pekalongan dengan Surat Keputusan Walikota Pekalongan no. 530/216 tahun 2006 tentang produk unggulan kota Pekalongan, menetapkan bahwa produk unggulan Kota Pekalongan terdiri dari komuditas Bab 2-40

70 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN batik, pengolahan hasil ikan, konveksi, pertenunan alat tenun bukan mesin (ATBM), kerajinan enceng gondok dan serat alam serta pertenunan mesin. C. PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEKALONGAN Pendapatan Kota Pekalongan tahun 2007 mencapai Rp ,20 Berikut ini uraian mengenai PAD Kota Pekalongan tahun TABEL 2.20 RINGKASAN APBD TAHUN ANGGARAN 2007 Uraian No Urut 1 Pendapatan 1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.2 Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Dana Bagi Hasil Pajak dari Prop. dan Pem. Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Prop. atau Pem. Daerah Lainnya Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan kpd Prop/ Kab/Kota/Pem. Desa Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Surplus/ (Defisit) Pembiayaan Daerah Peneriamaan Pembiayaan Daerah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Thn Anggaran Jumlah , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 ( ,51) , ,51 Bab 2-41

71 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Urut Uraian Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Jumlah , , , ,51 0,00 Pembiayaan Netto Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Sumber: Bagian Keuangan Setda Kota Pekalongan, KONDISI PRASARANA UMUM A. JARINGAN TELEPON Jumlah sambungan telepon yang terpasang terbagi menjadi sambungan telepon kabel, WLL, warung telekomunikasi (wartel), dan STT. Sambungan telepon yang ada di Kota Pekalongan pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 2.21 SAMBUNGAN TELEPON KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 No Kecamatan Kabel WLL/Rular Wartel STT/KBU Jumlah 1 Pekalongan Barat Pekalongan 2 Timur Pekalongan 3 Selatan Pekalongan Utara Jumlah Total Sumber : Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 Di Kota Pekalongan juga berkembang jaringan telepon seluler. Hal ini dapat dilihat dengan adanya keberadaan tower-tower telekomunikasi yang dibangun di Kota Pekalongan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 2.22 TOWER TELEKOMUNIKASI DI KOTA PEKALONGAN No Operator Lokasi KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 1 Indosat Jl. Ahmad Dahlan Gg Indosat Jl. Setia Bakti Gg. IV 3 Telkomsel Kramatsari Gg. 5 RT 3/I 4 Pro XL Jl. Slamer Rt. 06/VIII Podosugih 5 Metrosel (Tower bersama) Jl. Karya Bakti 127 Podosugih Bab 2-42

72 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 6 Telkomsel Jl. Kyai Chudori Kel tegalrejo 7 Siemen Kel. Pringlangu Gg.6 No. 2 RT. 12/3 8 Siemen (Atas Sri Ratu) Jl. Merdeka 22 9 Indosat RT. 07 RW. I Podosugih 10 Indosat JL. KH Mas Mansyur RT. 05/06 Bendan 11 NTS Jl. Urip Sumoharjo Gg. H Palal RT. 03/II Podosugih 12 NTS Jl. KH. Mas Mansyur Indosat Jl. Jenggala No Indosat Jl. Kauman Baru RT. 04/VII Tegalrejo 15 Indosat Jl. Kauman baru, Tegal Rejo KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 1 Indosat Plaza pekalongan Nusantara 2 Telkomsel Jl. Metana No. 2 RT. O2/VII 3 Indosat Hotel jaya Dipa 4 Siemen Jl. Kebonsari No. 5 RT. 2/III Karang Malang 5 Siemen Jl. Dr. Sutomo No 14 RT. 01/2 Noyontaan 6 Siemen Jl. A. Yani No. 2 7 Siemen Jl. Sriwedari RT. 06/08 Poncol 8 Indosat Jl. Ki Mangun Sarkoro (Perum Taman Seruni ) Gamer 9 PT. Sampoerna Kel. Yosorejo RT. 01/V Telekomunikasi 10 NTS Jl. Seruni Rt. 06/I Poncol 11 NTS Jl. KH. Hasyim Asy ari Karang Malang 12 6 Tower (Di Borobudur Plaza) Jl. Sultan Agung KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 1 Telkom Fleksi Jl. Letjen Suprapto No Siemen Jl. Otto Iskandardinata Gg. 9 Kel Soko 3 Excelcomindo Pratama Jl. Letjen Suprapto No. 22 RT. 03/04 Kradenan 4 Indosat Jl. Pelita IV Buaran 5 Indosat Kel. Soko RT.01 RW. V 6 PT. Schnell Indonesia Kradenan Gg.IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 1 Indosat Jl. Jlamprang 2 Indosat Jl. Veteran No Telkomsel Jl. Kusuma Bangsa RT. 04/XII no Indosat Asrama Polri Jl. Progo Pekalongan 5 Siemen Jl. Selat Karimata No. 132 RT. 02/03 Bandengan 6 Siemen Jl. Ksuma Bangsa No. 44 RT. 03/V Panjang wetan 7 NTS Jl. Apollo Gg. Mushola At Taubah RT. 04/VI Kandang Panjang 8 NTS Jl. Jlamprang Lor RT.01/I Krapyak Lor 9 Excelcomindo Jl. Jetayu No Indosat Jl. Kunti Utara RT. 04/VII Kandang Panjang 11 Indosat Jl. Kunti, Kandang Panjang Sumber: BPTPM Kota Peklongan tahun 2008 Bab 2-43

73 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN B. JARINGAN JALAN Di wilayah Kota pekalongan dilalui oleh jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan antara kota Jakarta dengan Surabaya. Keadaan ini cukup baik, namun memiliki kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. kepadatan lalu lintas tersebut juga mengindikasikan adanya kegiatan social ekonomi yang melalui wilayah kota Pekalongan cukup tinggi. Akibat lebih jauh keadaan ini mempengaruhi perkembangan lingkungan disekitar jalan raya tersebut yang cukup pesat. 1. Jalan Negara. Kota Pekalongan dilalui oleh lintas regional yang menghubungkan kota-kota, yaitu Jakarta-Semarang-Surabaya. Lintas regional ini berstatus sebagai jalan Negara dan berpungsi sebagai jalan arteri primer, membelah kota Pekalongan sepanjang 6,94 km, berkondisi baik. jalan Negara ini tepat berada di tengah-tengah Kota Pekalongan. sehingga dari 4 Kecamatan yang ada, 1 Kecamatan berada disebelah utara, 1 Kecamatan disebelah selatan dan 2 Kecamatan dilalui oleh jalan ini. 2. Jalan propinsi. Jalan propinsi yang berfungsi sebagai jalan arteri maupun kolektor tidak terdapat di kota pekalongan. 3. Jalan kota Dari jalan Negara terbentuk jaringan jalan kota yang menghubungkan kecamatan dan kelurahan diseluruh wilayah Kota Pekalongan. Panjang jalan kota ini keseluruhannya adalah 104,77 Km. Sedangkan dilihat dari fungsinya, wilayah kota pekalongan memiliki beberapa jenis fungsi jalan, yaitu : 1. Jalan arteri primer. yaitu jalan yang menghubungkan antara kota Surabaya dan Kota Jakarta Yang melalui wilayah Kota Pekalongan. Bab 2-44

74 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 2. Jalan kolektor primer. Yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antara kota/kabupaten yang satu dengan yang lainnya, yang dalam hal ini adalah jalan dari Kabupaten Batang menuju Kota Pekalongan, dari Kota Kajen menuju Kota Pekalongan dan dari Kota Pemalang menuju Kota Pekalongan. 3. Jalan kolektor sekunder Jalan ini adalah jalan jalur penghubung pusat-pusat Bagian Wilayah Kota atau antar pusat kegiatan utama dalam kota 4. Jalan lokal primer. Yaitu jaringan jalan antar kecamatan dengan pusat lingkungan. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Bab 2-45

75 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama jalan Jl. Argopuro Jl. Asem Binatur Jl. Bahagia Jl. Bina Griya Jl. Budi Bakti Jl. Dharma bakti Jl. Dwi kora Jl. Irian Jl. Jawa Jl. Jaya Bakti Jl. Kalimantan Jl. Karya Bakti Jl. Kemakmuran Jl. KH. Ahmad Dahlan Jl. KH. Samanhudi Jl. Krakatau Jl. Kurinci Jl. Lompo Batang Jl. Madura Jl. Majapahit Jl. Mataram Jl. Merapi Jl. Merbabu Jl. Merdeka Jl. Molek Permai Jl. Muria TABEL 2.23 : KONDISI PANJANG DAN FUNGSI JALAN DI KOTA PEKALONGAN Fungsi Panjang Jalan Lebar Saluran Damij Ruas Trotoar a Kiri Kanan Kiri Kanan LS LS KP LP LS KP LS LP LS KS LS LP LP LP KS LS LP LS LS LP LP LS LS AP LS LS Kondisi B RR B B S B SS B B B S BS S S S S B S S B B RR RR B B B Bab 2-46

76 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama jalan Jl. Parkit Jl. Pelita II Jl. Pelita IV Jl. Pembangunan Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Resimen17 Jl. Rinjani Jl. Sejahtera/ Angkatan 45 Jl. Semeru Jl. Setia Bakti Jl. Singasari Jl. Slamet Jl. Sriwijaya Jl. Sulawesi Jl. Sumatera Jl. Supriyadi Jl. Sutan Syahir Jl. Tangkuban Perahu Jl. Teuku Umar Jl. Untung Suropati Jl. Urip Sumoharjo Jl. Wilis Jl. Yos Sudarso Jl. Yudha Bakti Jl. Adisucipto Jl. Ampera Jl. Banyurip alit-banyurip ageng Fungsi LS LS LS LP LP LP LS KP LS LP LS AP AP LP LP LS LS LS LS LS KP AP LS LS KP LS LS Panjang Jalan Lebar Damij a Ruas Saluran Trotoar Kiri Kanan Kiri Kondisi Kanan B B RR S S B S B S B B S RR B S S RR S S S RR S B B B S S Bab 2-47

77 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama jalan Jl. Gatot Subroto Jl. Kapten Patimura Jl. Letjen Suprapto Jl. Pelita I Jl. Pelita III Jl. Pelita V Jl. Tritura Jl. Alun-Alun Jl. Antasari Jl. A.Yani Jl. Bandung Jl. Blimbing Jl. Cempaka Jl. Dr. Kusuma admaja Jl. Hasanudin Jl. HOS Cokroaminoto Jl. H. Agus salim Jl. Ir. Sutami Jl. Jeruk Jl. Kenanga Jl. KH. Hasyim Ashari Jl. KH. Wahid Hasyim Jl. Ki hajar Dewantoro Jl. Kintamani Jl. Mangga Jl. Manggis Jl. Maninjau Fungsi KP LS KP LS LS LS LS LP LS LP LP LP LS KS LP KP LP LS LS LS LS LP LP LS LS LP LS Panjang Jalan Lebar Damij a Ruas Saluran Trotoar Kiri Kanan Kiri Kanan Kondisi S RR B S RR B S B S S S S S B S B S S EE S S Bab 2-48

78 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama jalan Jl. Melati Jl. Nanas Jl. Nusantara Jl. Otto Iskandardinata Jl. Patiunus Jl. Rambutan Jl. RA. Karatini Jl. Salak Jl. Semarang Jl. Seruni Jl. Singkarak Jl. Sorogenen Jl. Sultan Agung Jl. Surabaya Jl. Truntum Jl. Tentara Pelajar Jl. Terate Jl. Toba Jl. Tondano Jl.Trikora Jl. Barito Jl.Cendrawasih Jl. Damar Raya Jl. Indagri Jl. Jetayu Jl. Jlamprang Jl. Kamfer raya Fungsi LP LS LP KP LP LS LP LP LP KP LS LS LP LP LP LP LS LS LP LS LS LP LS LS LP KP LP Panjang Jalan Lebar Damij a Ruas Saluran Trotoar Kiri Kanan Kiri Kanan Kondisi S RR B B S RR B S RR S S S RR RR S RR S S RR S S B S B B S S Bab 2-49

79 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama jalan Jl. Kepodang Jl. Ki mangun sarkoro Jl. Kusuma Bangsa Jl. Kutilang Jl. Labuan Jl. Labuhan I Jl. Labuhan II Jl. Mahoni raya Jl. Manunggal Jl. Merak Jl. Merpati selatan Jl. Merpati utara Jl. Pantai dewi Jl. Pantaisari Jl. Pantaisari I Jl. Pantaisari II Jl. Patriot Jl. Pelabuhan ratu Jl. Pramuka Jl. Progo Jl. Raden saleh Jl. Rajawali barat Jl. Rajawali selatan Jl. Rajawali timur Jl. Rajawali Utara Jl. Samudra Jl. Samudra pasai Fungsi LS KP LP LP LS LS LS LS LS LS LP LP LS LP LS LS KS LS LS LP LP LS LS LS LS LS LS Panjang Jalan Lebar Damij a Ruas Saluran Trotoar Kiri Kanan Kiri Kanan Kondisi S S RR S B S B RR B S B S S S RR RR B B S RR RR RR S S B RR RR Bab 2-50

80 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama jalan Jl. Selat karimata Jl.Selat lombok Jl.Selat selayar Jl. Serayu Jl. Slamaran raya Jl. Veteran Jl. Angkatan 66 Jl. Tegalrejo-bumi rejo Jl. Sekembang Jl. Sengon Jl. AMD Kramatsari Jl. Terminal Jl. Sidomukti raya Jl. Yudhistira Fungsi Panjang Jalan LS LS LS LP LP LP LS LS LS LS LS AP LS LS 0.4 Sumber : DPU Kota Pekalongan Lebar Damij a Ruas Saluran Trotoar Kiri Kanan Kiri Kanan Kondisi B B RR S B S S S B B S B B B Bab 2-51

81 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN C. AIR MINUM Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia agar dapat hidup sehat. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, kebutuhan akan air juga meningkat. Air bersih yang digunakan di Kota Pekalongan bersumber dari PDAM, sumur gali dan artetis. Keempat wilayah kecamatan yang berada di Kota Pekalongan telah terpenuhi kebutuhan air bersihnya. Pada Kota Pekalongan tidak terdapat sumber mata air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penduduknya. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih masih dipasok oleh PDAM, sedangkan selebihnya memanfaatkan sumber air bersih dari sumber tanah dangkal. Kebutuhan air bersih didapatkan dari sumber mata air bersih di Kabupaten Pekalongan dan sumur-sumur bor yang dialirkan dengan jaringan air bersih pemipaan yang dikelola oleh PDAM kota pekalongan. Air bersih perpipaan yang dikelola PDAM, dengan sumber air baku untuk PDAM Kota Pekalongan diambil dari mata air dan sumur bor/deep well, yaitu: TABEL 2.24 SUMBER AIR BAKU DI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 Sumber mata air Lokasi Kapasitas (l/dtk) Mata air Rogoselo Kab. pekalongan Sumur Bor Warungasem Kab. Batang 5.20 IPA (instalasi Pengolahan air) Kab. Pekalongan Sumur Bor Klego Kota Pekalongan 9.88 Sumur bor Slamaran Kota Pekalongan Sumur Bor Panjangwetan Kota Pekalongan Sumur Bor PDAM Kota Pekalongan 8.02 Sumur Bor Tirto Kota Pekalongan Sumur Bor Raton Kidul Kota Pekalongan 11.0 Sumur bor RSS Kota Pekalongan 9.80 Sumur Bor Buaran Kota Pekalongan 8.81 Sumur Bor Paket I Kota Pekalongan 9.18 Sumur Bor Paket II Kota Pekalongan 8.17 Sumur Bor Paket IIII Kota Pekalongan 8.58 Sumur Bor Paket IV Kota Pekalongan 4.33 Sumur Bor Paket V Kota Pekalongan 3.84 Sumur Bor Paket Vi Kota Pekalongan 7.99 Sumur Bor Paket VII Kota Pekalongan 9,87 Sumur Bor Paket VIII Kota Pekalongan 6.12 Sumur Bor Paket IX Kota Pekalongan 4.00 Sumber : PDAM Kota Pekalongan Bab 2-52

82 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Untuk keempat wilayah kecamatan yang ada di Kota Pekalongan telah tersedia sistem penyediaan air bersih di bawah pengelolaan operasional Perusahaan Daerah (PDAM). Untuk mengetahui jumlah pelanggan PDAM di Kota Pekalongan setiap tahunnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 2.25 BANYAKNYA PELANGGAN DAN DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 Bulan Pelanggan Pertumb Blnan Distribusi Terjual (Orang) (Orang) Air (M3) (M3) Januari 13, , ,062 Februari 13, , ,374 Maret 13, , ,081 April 13, , ,277 Mei 13, , ,044 Juni 13, , ,920 Juli 13, , ,237 Agustus 13, , ,574 September 13, , ,158 Oktober 13, , ,711 November 13, , ,807 Desember 13, , ,663 Jumlah 13,534 4,392,884 3,115, ,153 4,494,275 3,159, ,005 4,151,797 3,045, ,835 4,579,581 3,315, ,377 4,217,362 3,147,021 Pertumbuhan (%) , Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2006 Pelayanan perpipaan pada Kota Pekalongan melayani penduduk dengan jumlah terlayani jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Pekalongan tahun 2007 maka cakupan penduduk terlayani % penduduk. Dengan Luas area terlayani 55.43% dari luas Kota Pekalongan secara keseluruhan. Jumlah penduduk terlayani jiwa merupakan cakupan penduduk terlayani oleh pelayanan air minum non pemipaan sekitar 25.46% dari jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2007 dengan Luas area terlayani Non perpipaan aan 44.57% dari luas Kota Pekalongan secara keseluruhan. Bab 2-53

83 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.26 UNIT PELAYANAN No Prasarana/Sarana Kapasitas/ Kondisi Saat ini Volume 1. Daftar Tunggu Thn KK 2. Hidrant Umum (HU) 278 unit Baik 3. Sambungan Rumah (SR) SR Baik 4. Total Kebocoran 46 % Sumber : PDAM Kota Pekalongan D. PERSAMPAHAN Pengelolaan persampahan saat ini dilaksanakan oleh Dinas Penataan Kota Dan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan, Bidang Kebersihan dan Pemulihan. Produksi sampah Kota Pekalongan setiap harinya mencapai 824 m3/hari. Dari jumlah tersebut yang sudah terlayani atau terangkut dalam pelayanan sampah kota sebesar 656 m3/hari. Sisanya masih dikelola secara sederhana atau dibuang di lingkungan rumah tangga penghasil sampah masing-masing. Jumlah sarana persampahan di Kota Pekalongan pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 2.27 JUMLAH SARANA PERSAMPAHAN KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 No Jenis Sarana Kebersihan dan Tahun Keadaan Sampah Sarana Kebersihan Truk Sampah Truk Container Container TPS/Transfer Depo TPA Truk Tinja Gerbong Sampah Becak Sampah Truk Loader Whell Loader Exavator Bollduser Keadaan Sampah Produksi Sampah M3/Hari Terangkut M3/Hari Sisa M3/Hari Sumber : Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 Bab 2-54

84 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Timbulan sampah di Kota Pekalongan berasal dari aktivitas perkotaan, seperti rumah tangga,peragangan dan jasa, perkantoran, pasar, industri, pendidikan, sapuan jalan Metode pengolahan sampah di TPA menggunakan sistem Controlled Landfill O Tanah penutup sampah direalisasikan secara rutin setiap 6 bulan sekali dengan ketinggian cm. TABEL 2.28 JENIS SAMPAH YANG DIHASILKAN KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 No Jenis Sampah Tahun Kertas 6,20 5,50 5,50 2 Kayu 2,00 1,50 1,60 3 Kain 1,50 1,50 1,70 4 Karet atau Kulit 1,00 1,00 1,00 5 Plastik 7,00 8,00 8,00 6 Metal atau Logam 1,00 1,00 1,00 7 Gelas atau Kaca 1,50 1,50 1,50 8 Organik 77,80 78,00 77,70 9 Lain-Lain 2,00 2,00 2,00 Jumlah Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sampah organik merupakan sampah yang dominan dihasilkan di Kota Pekalongan. Jenis sampah lain yang ada adalah kertas, kayu, kain, karet, kulit, plastik, metal/logam, gelas atau kaca. 1. Pengangkutan, dilakukan oleh : Dump truck beroperasi 2 perhari ( jadwal pengangkutan jam , ) Arm roll beroperasi 4-5 rit perhari 2. Pengolahan TABEL 2.29 ALAT PENGOLAHAN SAMPAH KOTA PEKALONGAN No Alat Pengolahan Sampah Jumlah (unit) 1 Komposter aerob skala rumah tangga 45 2 Komposter komunal skala kawasan 1 3 Pengomposan tingkat kelurahan 46 4 Incinerator - Sumber : DPKLH Kota Pekalongan, 2007 Bab 2-55

85 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 3. Reduksi sampah (total volume sampah yang dapat dikurangi) diasumsikan sebesar 2 % dari total jumlah timbulan sampah 4. Pembuangan Akhir, Lokasi TPA berjarak 7 km dari pusat kota dengan Fasilitas TPA terdiri dari kantor, jalan operasi, saluran drainase, pintu gerbang, garasi, alat berat, bengkel, pengolahan leachate (IPAL), air bersih, gudang, buffer zone (sabuk hijau). Metode pengolahan sampah di TPA menggunakan sistem Controlled Landfill O Tanah penutup sampah direalisasikan secara rutin setiap 6 bulan sekali dengan ketinggian tanah penutup cm, Pengujian sumur monitoring (pantau) dilaksanakan 6 bulan sekali, Penyemprotan lalat dan pemantauan kepadatan lalat dilaksanakan setiap bulan oleh Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Pengoperasian TPA didukung dengan Dokumen Amdal dan SOP, Belum dilakukan pengujian kualitas efluen leachate (sedang direncanakan tahun 2007), Zona I TPA berukuran 80 x 100 m dengan ketinggian 8 meter kemiringan 60 derajat sudah tertutup tanah setebal 20 cm. 5. Kebijakan pengelolaan persampahan Pemerintah Kota Pekalongan sejak tahun 2006 hingga saat ini dalam hal kegiatan pengomposan serta beragam metode yang diterapkan telah banyak tersebar di wilayah Kota Pekalongan. Antara lain: a. Pengomposan skala rumah tangga menggunakan komposter aerob yang dilaksanakan oleh DPKLH Kota Pekalongan TABEL 2.30 LOKASI PENGOMPOSAN SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA PEKALONGAN No Kecamatan/Kelurahan KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 1 Kelurahan Krapyak Lor 2 Kelurahan Kandang Panjang 3 Kelurahan Panjang Wetan 4 Kelurahan Kraton Lor KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 5 Kelurahan Podosugih 6 Kelurahan Bendan 7 Kelurahan Medono 8 Kelurahan Tirto KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 9 Kelurahan Klego Jumlah ( Unit ) Bab 2-56

86 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Kecamatan/Kelurahan 10 Kelurahan Noyontaan 11 Kelurahan Kauman 12 Kelurahan Landungsari KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 13 Kelurahan Banyurip Alit 14 Kelurahan Jenggot 15 Kelurahan Yosorejo 16 Kelurahan Kuripan Lor TOTAL Sumber : DPKLH Kota Pekalongan, 2008 Jumlah ( Unit ) b. Pengomposan skala rumah tangga yang dilaksanakan oleh Forum Kota Sehat (FKS) terdiri dari : 30 unit komposter aerob skala rumah tangga di 3 kelurahan (Kel. Kergon, Sampangan, Dukuh), Sistem bunker sejumlah 26 unit di 4 wilayah kelurahan (Kel. Kauman, Keputran, Bendan, Kergon), Pengomposan skala rumah tangga menggunakan gentong bantuan-bantuan dari Bappedal Prov. Jateng sejumlah 240 unit (120 KK) di Perumahan Slamaran Kel. Krapyak Lor c. Di Kota Pekalongan baru terbangun 4 unit pengomposan skala komunal yang bertempat Transfer Dipo Bendan, dimana pengurangan sampah setiap harinya diperkirakan 8m3. Komposter komunal skala kawasan di Transfer Dipo Bendan, Pelayanan mencakup 5 kelurahan, yaitu Kel.Podosugih, Bendan, Kramatsari, Pasirsari dan Kergon. Komposter komunal adalah unit pengolahan sampah dengan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle ) yang memanfaatkan nilai-nilai kandungan yang ada dalam sampah, antara lain sampah organik diolah menjadi kompos di unit komposter komunal dengan kapasitas 4 ton per unit yang dilengkapi dengan alat perajang sampah serta bangunan barak pengeringan dan pengemasan. Sampah anorganik dikumpulkan sesuai jenisnya dan dijual kepada pengepul sebagai nilai tambah kesejahteraan ekonomi petugas yang menangani. d. Komposting hall berada di TPA Degayu merupakan bangunan guna tempat pemrosesan sampah menjadi kompos dengan metode open windrow yang pengoperasiannya mudah dan murah serta efisien yang mana metode ini sebagai dasar program pengomposan yang akan diterapkan pada pengolahan sampah berbasis masyarakat. Komposter Komunal yang ada memiliki Tinggi cerobong 6 m Bab 2-57

87 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN dari permukaan tanah, Bangunan komunai L. = 2 m P. = 2 m T. = 2 m, Bangunan komunal dapat menampung bahan sampah organik 2,5 3 ton, Masa proses 28 hari dengan perkiraan pengurangan sampah 35 m3 /hari. E. JARINGAN DRAINASE Berdasarkan data yang ada, sistem jaringan drainase di Kota Pekalongan terbagi menjadi beberapa daerah pelayanan (catchment area) yaitu : 1. Sungai Pekalongan, area pelayanannya meliputu Kelurahan Kandang Panjang, Panjang Wetan, Krapyak, Dukuh, Kraton Lor, Sapuro, Kebulen, Sampangan, Sugih Waras, Kauman, Keputran, Jenggot, Kuripan Lor, dan Kerto Harjo. 2. Sungai Banger, area pelayanan meliputi Krapyak Kidul, Klego, Poncol, Noyontaan, Dekoro, Karang malang, Sokorejo, Landung sari, Kuripan Lor, dan kerto Harjo. 3. Sungai Baros, area pelayanannya meliputi desa Degayu dan desa Gamer. 4. Sungai Dekoro, area pelayanannya meliputi kelurahan Krapyak Kidul, Klego, dan Desa Dekoro. 5. Sungai Asem Binatur, area pelayanannya meliputi kelurahan Podo Sugih,Medono, Kradenan dan Kertoharjo. 6. Sungai Bremi Hilir, area pelayanannya meliputi desa Bandengan, Kraton Lor, Pabean, Pasir Sari, Kramat Sari dan klurahan Kraton Kidul. 7. Sungai Bremi Hulu, area pelayanannya meliputi kelurahan Bendan,Tirto, Tegal Rejo, Medono, Pringlangu, Bumirejo, Buaran, Kradenan, Banyu Urip Ageng dan Jenggot. 8. Sungai sebulan area pelayanannya meliputi Kelurahan Krapyak Lor, Gamer, Baros, Karang Malang, Sokorejo, Soko dan Duwet. Sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai saluran drainase di Kota Pekalongan antara lain: 1. Kali Kupang Kali Kupang mengalir membelah kota Pekalongan; hulu kali Kupang berada di wilayah kabupaten Pekalongan dan mengalir melewati kota Pekalongan hingga bermuara di Laut Jawa. Kali Kupang berfungsi sebagai penyalur banjir dari daerah hulu. Di wilayah kota Pekalongan Kali Kupang mempunyai tanggul yang lebih tingi Bab 2-58

88 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN dari permukaan tanah di sekitarnya sehingga air hujan di sekitar kali tidak dapat dialirkan masuk ke Kali Kupang. Hal ini menyebabkan terjadinya genangan air akibat hujan di wilayah kanan-kiri Kali Kupang. Pengelolaan Kali Kupang menjadi tanggung jawab Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah atau Balai Besar Jratunseluna. 2. Kali Banger Kali Banger ber awal dari percabangan Kali Kupang dan mengalir ke laut di sebelah timur Kali Kupang. Di wilayah kelurahan Dekoro, Klego dan Krapyak Lor tanggul kali cukup tinggi dan permukaan tanah di sekitarnya lebih rendah sehingga air hujan tidak dapat dimasukkan ke Kali banger. Hal ini menyebabkan pada daerah tersebut dimuka menjadi langganan genangan banjir pada musim penghujan. 3. Kali Gawe Kali Gawe bagian hulunya berada di wilayah Kabupaten Pekalongan. Kali Gawe mempunyai tanggul yang cukup tinggi terutama di sebelah hulu bendung Kesetu. Hal ini menyebabkan air hujan dari sekitar / kanan-kiri Kali Gawe tidak dapat dimasukkan ke Kali Gawe. Hal menyebabkan terjadinya genangan air hujan di kanan-kiri Kali Gawe karena air hujan tidak dapat dialirkan ke Kali Gawe. 4. Kali Bremi Kali Bremi hulunya mulai dari bangunan sadap Podo Timur 7 (B. Pt 7.) mengalir ke utara kemudian bertemu dengan Kali Weduri. Bab 2-59

89 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama Jalan 1 Jl. Pasar Ratu 2 3 Jl. Pemuda Jl. KHM masyur 4 Jl. Gajahmada 5 Jl. Slamet 6 Jl. Kerinci 7 Jl. Bengawan 8 Jl. Sekrading 9 JL. Garuda Jl. Cendrawasih Jl. Cendrawasih Jl. Kapuas 13 Jl. Jend Sudirman Jl. Wahid Hasyim 14 TABEL 2.31 SALURAN DRAINASE DI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kelurahan Panjang Lebar Konstruksi Jenis (m) (m) Bendan Ps Batu Terbuka Belah Bendan sal. Tanah Terbuka Bendan Ps Batu Tertutup Belah Bendan Ps Batu Terbuka Belah Bendan Ps Batu Terbuka Belah Bendan Ps Batu Terbuka Belah Dukuh Ps Batu Terbuka Belah Dukuh Ps Batu Terbuka Belah Kandang panjang Ps Batu Terbuka Belah Kandang panjang sal. Tanah Gorong - gorong Kandang panjang sal. Tanah Terbuka Kandang panjang Ps Batu Tertutup Belah Kebulen sal. Tanah Gorong - gorong Keputren Ps Batu Belah Terbuka Kondisi Fungsi Sebagian Rusak Rusak Rusak Sekunder Sebagian Rusak Baik Sekunder Baik Primer Baik Sekunder Rusak Primer Rusak Sekunder Baik Baik Rusak Sekunder Sekunder Sekunder Sebagian Rusak Sebagian Rusak Sekunder Sekunder Sekunder Primer Sekunder Bab 2-60

90 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama Jalan Kelurahan 15 Jl. Dr Cipto Keputren Panjang (m) 560 Lebar (m) Jl. Sulawesi Jl. Bengawan kergon Kraton lor Jl. Bahagia Kraton Kidul Jl. Bahagia Kraton Kidul Jl. Bahagia Kraton Kidul Jl. Sejahtera Kraton Kidul Jl. Kemakmuran Kraton Lor Jl. Progo Kraton Lor Jl. Imam Bonjol Kraton Lor Kraton lor Jl. Hayam Wuruk Jl. Progo Kraton lor Jl. Dharma bakti Medono Jl. RA Kartini Noyontaan Jl. Tondano Noyontaan 775 Konstruksi Jenis Kondisi Fungsi Ps Batu Belah sal. Tanah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah sal. Tanah Terbuka Baik Primer Gorong - gorong Tertutup Baik Baik Sekunder Sekunder Terbuka Baik Sekunder Terbuka Baik Sekunder Terbuka Baik Sekunder Gorong - gorong Rusak Sekunder Terbuka Rusak Sekunder Terbuka Rusak Sekunder Tertutup Sekunder Gorong - gorong Sebagian Rusak Rusak Terbuka Baik Sekunder Terbuka Baik Sekunder 0.6 Ps Batu Belah Ps Batu Belah sal. Tanah Gorong - gorong Sekunder 0.5 sal. Tanah Terbuka Sebagian Rusak Rusak Sekunder Sekunder Bab 2-61

91 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Nama Jalan Kelurahan Noyontaan Noyontaan Panjang (m) Lebar (m) Jl. Dr. sutomo Jl. Ahmad Yani 32 Jl. Wahidin Noyontaan Jl. Seta Budi Jl. Dr Sutomo Noyontaan Noyontaan panjang wetan Jl. WR Supratman Jl. Kutilang panjang wetan Jl. Wilis podo sugih podo sugih Jl. Urip Sumoharjo Jl. Kerinci podo sugih Jl. Cempaka poncol Jl. Dr. Wahidin poncol Jl. Teratai poncol Jl. Seruni poncol Jl. Melati poncol Konstruksi sal. Tanah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah sal. Tanah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Jenis Gorong - gorong Terbuka Kondisi Fungsi Sekunder Primer Terbuka Tertutup Rusak Sebagian Rusak Sebagian Rusak Rusak Rusak Terbuka Baik Primer Terbuka Baik Sekunder Tertutup Baik Sekunder Gorong - gorong Baik Primer Terbuka Rusak Primer Terbuka Primer Terbuka Sebagian Rusak Baik Terbuka Baik Primer Terbuka Baik Primer Terbuka Baik Primer Tertutup Primer Primer Sekunder Primer Bab 2-62

92 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No Jl.Manggis Jl. Hasanudin sampangan sampangan Panjang (m) Jl. S. Agung sampangan sal. Tanah Gorong - gorong 48 Jl. Surabaya sugihwaras Jl. Surabaya sugihwaras Jl. Bandung Jl. Semarang sugihwaras sugihwaras Jl. KH Agus salim Jl. Bandung sugihwaras sugihwaras Ps Batu Belah Ps Batu Belah sal. Tanah Ps Batu Belah Ps Batu Belah Ps Batu Belah 53 Nama Jalan TOTAL PANJANG Kelurahan Lebar (m) Konstruksi Jenis sal. Tanah sal. Tanah Gorong - gorong Gorong - gorong Kondisi Fungsi Sekunder Sekunder Terbuka Rusak Sebagian Rusak Sebagian Rusak Baik Terbuka Baik Sekunder Gorong - gorong Terbuka Rusak Baik Sekunder Sekunder Terbuka Sebagian Rusak Baik Sekunder Terbuka Sekunder Sekunder Primer m Sumber : DPU Kota Pekalongan, 2008 Bab 2-63

93 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN F. JARINGAN AIR LIMBAH DAN SANITASI Secara umum kondisi air limbah/sanitasi di Kota Pekalongan terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu : 1. Air Limbah domestik. Air limbah domestik adalah air limbah yang dari hasil kegiatan rumah tangga berupa air limbah manusia dan air limbah dari hasil kegiatan mandi dan cuci (grey water).pengelolaan air limbah domestik saat ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu untuk limbah manusia pengelolaannya menggunakan septic tank dan cubluk, sedangkan untuk mandi dan cuci penanganannya langsung dibuang kesaluran drainase. Walaupun begitu masih ditemukan pembuangan air limbah manusia langsung kesaluran drainase. 2. Air limbah Industri. Air limbah Industri adalah air limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri, air limbah ini sebagian besar dihasilkan dari industri perbatikan dan industri tekstil sekala besar maupun sekala kecil. Sampai dengan saat ini di Kota Pekalongan, sebagian besar industri yang ada belum mengolah limbah tersebut secara terkelola artinya banyak industri yang membuang limbah kesaluran drainase yang ada disekitarnya, sehingga beberapa sungai yang ada di kota Pekalongan tercemar berat oleh air limbah. Kondisi air limbah di kota Pekalongan sebagai berikut Penduduk terlayani jamban individu : KK, terdiri dari jamban pribadi dengan Septictank : unit, jamban Pribadi dengan Cubluk : unit. Jumlah MCK Umum dengan septitank unit, sedangkan MCK umum dengan IPAL sejumlah 1 unit. Juga terdapat MCK Pribadi dengan IPAL komunal terdapat pada 3 kawasan yaitu : Jenggot, Kradenan, Duwet. Secara keseluruhan sistem pengolahan air limbah Kota pekalongan dilayani oleh 1 unit IPLT. Sisanya menggunanan MCK atau langsung dibuang ke sungai. Limbah cair industri (dari industri besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk biasanya dilakukan oleh swasta sebagian kecil dilayani oleh Dinas PU dengan truk tinja atau secara manual. Biasanya lumpur dari tangki septik/cubluk rumah tangga (RT) baru disedot kalau fasilitasnya sudah buntu. Bab 2-64

94 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN G. JARINGAN IRIGASI Jaringan irigasi yang ada di Kota Pekalongan terdiri dari 5 (lima) sistem, kesemuanya tidak mempunyai hulu sendiri dan merupakan saluran irigasi sekunder dengan panjang total ,2 meter. Hulu semua sistem irigasi berada di 2 (dua) kabupaten yang mengapit Kota Pekalongan, yaitu Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang. Untuk itu, semua kewenangan mengenai pembagian air mulai dari pelepasan air dari bendung atau pintu air di sebelah hulu merupakan tanggung jawab BPSDA Pamali - Comal. 1. Sistem irigasi Baros, dimulai dari B.Br 4 dan berakhir di Kali Sigenteng dengan panjang meter. 2. Sistem irigasi Grabyak, dimulai dari B.Gb.3 dan berakhir di Kali Bnager dengan panjang meter. 3. Sistem irigasi Larangan, dimulai dari B.Lr.4A dan berakhir di Talang Clumprit dengan panjang meter. 4. Sistem irigasi Alam Binatur, dimulai dari bendung Kesetu dan berakhir di banguna Box di Kelurahan Bandengan dengan panjang 6.577,5 meter. 5. Sistem irigasi Podo Timur, dimulai dari B.Pt.5 dan berakhir di Bangunan Box di Kelurahan Pasir Sari dengan panjang 7.558,7 meter. Sedangkan saluran tersier yang berfungsi sebagai pendukung atau penambah debit di sebelah hilir saluran irigasi adalah: 1. Saluran di Pintu Baros 6 ke kiri mulai Box di Kelurahan Sokorejo sepanjang 1.157,7 meter, yang berfungsi untuk menambah debit untuk dialirkan ke sawah di wilayah Kelurahan Sokorejo. 2. Saluran di Pintu Baros 6 ke kiri mulai Box di Kelurahan Sokorejo sepajang 2.398,3 meter, yang berfungsi untuk menambah debit untuk dialirkan ke sawah di wilayah Dekoro. 3. Saluran di ruas Pintu Baros 6 ke kiri mulai MCK Kelurahan Dekoro ke arah Clumprit sepanjang 2.825,8 meter yang berfungsi untuk mengairi sawah di wilayah clumprit Kelurahan Degayu dan menambah debit untuk talang air Kelurahan Krapyak Lor. 4. Saluran di Ruas Pintu Baris 8 ke arah Clumprit Kelurahan Degayu sepanjang 534 metr, yang berfungsi untuk mengairi sawah di Kelurahan Degayu. Bab 2-65

95 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 5. Saluran di Pintu Podo Timur 6A ke bawah ke arah sawah di wilayah Kelurahan Banyuurip Ageng sepanjang 481,5 meter yang berfungsi untuk mengalirkan air irigasi ke persawahan di wilayah Kelurahan Banyuurip Ageng. 6. Saluran di Pintu Asem Binatur 1 ke kiri ke arah persawahan di wilayah Kelurahan Tirto sepanjang meter. 7. Saluran di Pintu Grabyak 3 ke kiri sepanjang meter sampai Pintu Grabyak 4A, yang berfungsi untuk mengairi sawah di wilayah Kelurahan Duwet. 8. Saluran di Pintu Grabyak 4 ke kanan sepanjang 301 meter yang berfungsi untuk mengairi persawahan di wilayah keluahan Soko. Luas daerah pelayanan jaringan irigasi Kota Pelakongan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan perkembangan industri sehingga terjadi perubahan tata guna lahan dari lahan pertanian menjadi kawasan permukiman dan industri. Hingga tahun 2007, luas daerah pelayanan irigasi Kota Pekalongan sebesar 1.765,76 ha dengan rincian sebagai berikut: 1. Sistem irigasi Baros = 728,2 Ha 2. Sistem irigasi Grabyak 3. Sistem irigasi Larangan = 239,4 ha 4. Sistem irigasi Asem Binatur 5. Sistem irigasi odo Timur = 244,94 ha = 210,4 ha = 342,82 ha KONDISI SARANA Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya (UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman). A. SARANA PENDIDIKAN Sarana pendidikan merupakan suatu fasilitas pendukung kawasan perumahan dan pemukiman. Sarana pendidikan yang ada di Kota Pekalongan cukup memadai. Hal ini terbukti dari adanya sejumlah sekolah mulai dari TK sampai PT, dengan data sebagai berikut: Bab 2-66

96 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.32 JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 No Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan (unit) TK SD SMP SMA SMK PT 1 Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Jumlah Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 Dari data di atas dapat diketahui persebaran ketersediaan sarana pendidikan di Kota Pekalongan. Dalam penyediaan sarana pendidikan TK sampai SMA/SMK telah tersebar diseluruh kecamatan. Sedangkan sarana pendidikan Perguruan Tinggi terdapat di Kecamatan Pekalongan Barat yaitu STIE Muhammadiyah, Universitas Pekalongan, Poltek PUSMANU, AAK dan di Kecamatan Pekalongan Utara yaitu STAIN dan STIMIK. jumlah sarana pendidikan (unit) GAMBAR 2.16 PERSEBARAN SARANA PENDIDIKAN DI KOTA PEKALONGAN TAHUN TK 30 SD 25 SMP 20 SMA 15 SMK 10 PT 5 0 Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara nama kecamatan Sumber: Penyusun, 2008 Bab 2-67

97 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN GAMBAR 2.17 SARANA PENDIDIKAN (A) TK; (B) SD; (C) MI; (D) SLTP; (E) SMA; DAN (F) PT DI KOTA PEKALONGAN (a) (b) (c) (d) (e) (f) Sumber: Hasil Survei, 2008 B. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan merupakan suatu tidak dapat terpisahkan sebagai pelayanan untuk perumahan dan permukiman. Adapun jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kota Pekalongan pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: TABEL 2.33 JUMLAH SARANA KESEHATAN DI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 N Kecamatan Jumlah Sarana Kesehatan (unit) o Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan 4 Pekalongan Utara Jumlah 1 Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 Bab 2-68

98 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Keterangan: Rumh Sakit RS. Bersalin R. Bersalin Puskesmas Puskesmas Pembantu 6. Puskesmas keliling 7. Posyandu 8. Balai pengobatan umum 9. Balai pengobatan paru paru 10.Apotek 11.Lab. Klinik Sarana kesehatan yang ada di Kota Pekalongan telah memadai tersebar hampir di semua kecamatan, seperti sarana rumah bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, BPU (Balai Pengobatan Umum) dan apotek. Sedangkan sarana RS (Rumah Sakit) belum menjangkau sampai Kecamatan Pekalongan Selatan, begitu pula sarana BP (Balai Pengobatan) Pari-Paru hanya terdapat di Kecamatan Pekalongan Utara, serta sarana RS Bersalin dan Laboraturium Klinik yang hanya terdapat di Kecamatan Pekalongan Barat, merupakan kecamatan yang memiliki sarana kesehatan paling lengkap. GAMBAR 2.18 PERSEBARAN SARANA KESEHATAN DI KOTA PEKALONGAN TAHUN Rumah Sakit 120 RS.Bersalin 100 sarana kesehatan (unit) R.Bersalin 80 Puskesmas 60 Puskes.Pemb Puskes. Kell 40 Posyandu 20 BP. Umum 0 BP. Paru-Paru Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Apotik Lab.Klinik nama kecamatan Sumber: Penyusun 2008 GAMBAR 2.19 SARANA KESEHATAN (a) RUMAH SAKIT ; DAN (b) PUSKESMAS DI KOTA PEKALONGAN (a) (b) Sumber: Hasil Survei, 2008 Bab 2-69

99 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN C. SARANA PERDAGANGAN DAN JASA Sarana perdagangan dan jasa merupakan suatu fasilitas pendukung untuk kegiatan aktivitas jual-beli masyarakat. Sarana perdagangan yang ada di Kota Pekalongan berupa pertokoan modern dan pasar tradisional. Sedangkan untuk sarana jasa terdapat bank, percetakan, dll. Sarana perdagangan dan jasa berkembang cukup pesat terutama di jalan-jalan utama. Sarana perdagangan di Kota Pekalongan berupa pasar, grosir, pertokoan, warung, kios, bank, koperasi. GAMBAR 2.20 SARANA PERDAGANGAN JASA (A), (B) PASAR MODERN; DAN (C) JASA PERBANKAN DI KOTA PEKALONGAN Sumber: Hasil Survei, 2008 D. SARANA PERIBADATAN Sarana peribadatan yang ada di Kota Pekalongan terdiri dari Masjid dan Mushola sebagai tempat ibadah umat Islam, Gereja untuk pemeluk agama Kristen dan Katolik dan Klenteng dan Vihara untuk tempat beribadah umat Budha, Pura sebagai tempat ibadah umat Hindu. TABEL 2.34 JUMLAH SARANA PERIBADATAN DI KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 No Kecamatan Jumlah Sarana Peribadatan (unit) Masjid Mushola Gereja Klenteng Vihara Pura 1 Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Jumlah Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 Bab 2-70

100 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sarana masjid dan mushola mendominasi sarana peribadatan yang ada di Kota Pekalongan, mengingat mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Kecamatan yang memiliki jumlah sarana peribadatan paling lengkap berada di Kecamatan Pekalongan Utara dari sarana masjid hingga sarana pura. Untuk lebih jelas, dapat dlihat dari diagram persebaran sarana peribadatan di bawah ini. jumlah sarana (unit) GAMBAR 2.21 DIAGRAM PERSEBARAN SARANA PERIBADATAN DI KOTA PEKALONGAN TAHUN Masjid Mushola Gereja Klenteng Vihara Pura Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara nama kecamatan Sumber: Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 GAMBAR 2.22 SARANA PERIBADATAN (A), (B) MASJID DI KOTA PEKALONGAN (a) (b) Sumber: Hasil Survei, 2008 Bab 2-71

101 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN KONDISI PERUMAHAN PERMUKIMAN Jumlah penduduk di Kota Pekalongan pada tahun 2007 sebanyak jiwa, dengan jumlah KK sebanyak Sedangkan jumlah rumah yang tercatat pada tahun 2007 sebanyak rumah. Kondisi ini tidak sesuai dengan jumlah KK yang ada, sehingga kemungkinan dalam 1 rumah terdapat lebih dari 1 KK. Hal ini menimbulkan Backlog, yaitu selisih dari jumlah rumah dengan jumlah KK, dengan perhitungan jumlah rumah dikurangi jumlah KK, sehingga pada tahun 2007 masih dibutuhkan sebanyak rumah. Rumah tidak layak huni yang berada di Kota Pekalongan terbesar berada di Kecamatan Pekalongan Utara, Kelurahan Kandang Panjang. Sebagian besar kondisi lingkungan permukiman tidak sehat, karena tidak dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas, khususnya sanitasi. Selain di Kecamatan Pekalongan Utara, terdapat juga di Kecamatan Pekalongan Selatan dan Barat. Sedangkan untuk kondisi di Kecamatan Pekalongan Selatan, sebagian besar lingkungan hunian merupakan hunian tidak layak huni. Hal ini terlihat dari kondisi bangunan yang berdekatan dengan kandang ternak dan tidak adanya MCK. Selain itu, di Kecamatan Pekalongan Barat sistem drainase yang ada di lingkungan tidak lancar, sehingga air menggenang dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Kondisi bangunan rumah di Kota Pekalongan, di wilayah perkotaan sebagian besar merupakan bangunan permanen. Sedangkan di wilayah pedesaan masih banyak bangunan semi permanen dan non permanen, seperti di Kecamatan Pekalongan Selatan dan sebagian Kecamatan Pekalongan Timur. Bangunan yang ada dibantaran sungai masih berupa bangunan non permanen, kondisi ini dapat dilihat di sebagian kecil wilayah Kecamatan Pekalongan Utara. Tingkat kepadatan rumah yang ada tergolong tinggi. Seperti yang terlihat pada Kecamatan Pekalongan Utara, dimana tidak adanya ruang antar bangunan dan antara rumah dengan jalan juga tidak memiliki ruang. Sehingga dapat dikatakan KDB dan KLB tidak berfungsi. Selain Kecamatan Pekalongan Utara kondisi ini juga terjadi di sebagian kecil Kecamatan Pekalongan Barat yang wilayah masih berdekatan dengan Kota, dan sebagian kecil di Kecamatan Pekalongan Timur. Bab 2-72

102 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Kebutuhan penduduk Kota Pekalongan akan rumah dari tahun ke tahun terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah rumah di Kota Pekalongan pada tahun 2007, dapat dilihat sebagai berikut: TABEL 2.35 JUMLAH RUMAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 No Kecamatan Rumah Tinggal Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Utara Pekalongan Selatan Jumlah Sumber : DPKLH Kota Pekalongan Kegiatan Peningkatan Kualitas Rumah Hunian di Kota Pekalongan menurut data dari Bappermas data kebutuhan perbaikan/pemugaran rumah tipe C sebanyak unit dan sampai bulan desember tahun 2007 sudah dipugar sebanyak unit, sehingga masih kurang unit rumah. Karakteristik perumahan permukiman di Kota Pekalongan lebih lanjut diuraikan sebagai berikut : 1. Kawasan permukiman pesisir Kawasan permukiman pesisir berada di bagian utara Kota Pekalongan, yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai Laut Jawa. Kawasan permukiman ini cenderung kumuh dan padat dibandingkan kawasan permukiman lainnya. Kawasan permukiman pesisir ini berada di bagian utara Kota Pekalongan, yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai Laut Jawa. Kondisi permukiman di kawasan ini cenderung kumuh dan padat dibandingkan kawasan permukiman lainnya. Potensi yang dikembangkan dari kawasan pesisir antara lain dari hasil laut dan kegiatan pengolahan hasil laut. Potensi ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di kawasan pesisir. Permasalahan yang ada di kawasan permukiman pesisir antara lain : Bab 2-73

103 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Belum terlayani PSD (jaringan jalan, sistem drainase, air bersih, sistem persampahan dan sanitasi). Kawasan permukiman padat dan kualitas hunian semi permanen. Rawan rob dan banjir. Permasalahan-permasalahan diatas menyebabkan kekumuhan kawasan. 2. Kawasan permukiman pusat kota Kawasan permukiman pusat kota merupakan kawasan permukiman yang berada mengumpul di pusat Kota Pekalongan. Kawasan permukiman ini berada di bagian tengah Kota Pekalongan. Kawasan permukiman ini cenderung lebih modern dan terencana. 3. Kawasan pengembangan permukiman baru Kawasan pengembangan permukiman baru merupakan kawasan permukiman yang masih dapat dikembangkan dan disediakan untuk permukiman baru. Lokasi kawasan permukiman ini berada di bagian barat, selatan dan timur kota. Sedangkan lokasi kawasan kumuh di Kota Pekalongan yaitu : Bab 2-74

104 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN TABEL 2.36 LOKASI KAWASAN KUMUH DI KOTA PEKALONGAN No KELURAHAN KAWASAN 1 Pesisir Panjang Wetan/Panjang Baru 2 Kandang Panjang 3 Bandengan 4 Degayu 5 Krapyak Lor TINGKAT KEKUMUHAN K1 K2 K3 LOKASI KUMUH Perumahan Nelayan RT 05, 08 RW XV, RT 01 RW VII, RW IX, RW XV RT 04 RW V, RT 04 RW VII, RT 05 RW X RT 03 RW IV, RT 04 RW V RW VIII, Jl. Labuhan Gg. I RW VII Perumahan Nelayan Makaryomino, Gg. 6 RW VI, RW VII 6 Pusat Kota Dukuh RT 02 RW I Kraton Lor Gg. 1 dan 2 RW VI Kraton Kidul RT 02 RW I Sugihwaras RT 01, 03 RW V Sampangan RT 02, 03 RW I Poncol RW III, RW VIII 20 Landungsari RT 04 RW V, RT 04, 05 RW VII 21 Pengembangan I Pasirsari RT 05, 06 RW V, RT 04, 05 RW VI (Gg. 4&5) 22 Tirto 23 Tegalrejo 24 Bumirejo 25 Pengembangan II Buaran 26 Banyuurip Alit 27 Banyuurip Ageng 28 Pringlangu 29 Kertoharjo 30 Kuripan Kidul 31 Pengembangan III Karangmalang 32 Baros 33 Sokorejo 34 Gamer 35 Pertanian Kradenan 36 Jenggot 37 Kuripan Lor 38 Yosorejo 39 Soko 40 Duwet 41 Industri Dekoro 42 Klego 43 Nonyontaan 44 Kramatsari 45 Medono 46 Krapyak Kidul Kauman Sapuro RT 02 RW II, RT 01 RW III Kaputran RW IV RW I, RW VIII Podosugih Kergon RT 08, 06, 03 RW VI, RT 04 RW IV, RT 06 RW V Bendan RT 04 RW III, RT 01 RW VI Kebulen RT 01 RW VII, RT 02 RW VII Pabean RW III, RW IV RT 03, 04 RW VIII Perumahan Bumirejo Damai RT 06 RW III RT 03 RW V, RW VI RT 03 RW III RT 02, RW VI RT 01 RW I, RT 01 RW III RT 02 RW I, RT 01 RW II RT 03 RW III, RT 01 RW I RT 04 RW II, RT 02 RW I, RT 05 RW III RT 01, 02 RW II RW I, RW V RT 04, 05 RW IV RT 04 RW II, RT 03 RW V RT 01 RW II, RT 04 RW I RT 02 RW I, RT 04 RW III RT 02 RW I (Gg. 1&4) RW I, RT 01, 04 RW II RT 03 RW II, RT 05 RW I, RT 02 RW VI RT 01 RW VII RT 02 RW I, RT 01 RW II RT 03 RW I RT 02 RW IV Sumber : Studi Identifikasi Permasalahan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan di Kota Pekalongan Tahun 2007 Bab 2-75

105 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN UTILITAS UMUM A. JARINGAN LISTRIK Banyaknya pelanggan dan besaran penggunaan listrik yang ada di Kota Pekalongan pada tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut ini : TABEL 2.37 PELANGGAN DAN JUMLAH PEMAKAIAN LISTRIK KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 No Macam Penggunaan Jumlah 1. Rumah tangga Bisnis/ usaha Industri Lainnya JUMLAH Jumlah pemakaian listrik KWh Sumber : Kota Pekalongan dalam Angka, 2006 Kondisi kondisi jaringan listrik di Kota Pekalongan dapat dilihat pada peta di bawah ini. B. JARINGAN TELEPON Jumlah sambungan telepon yang terpasang terbagi menjadi sambungan telepon kabel, WLL, warung telekomunikasi (wartel), dan STT. Sambungan telepon yang ada di Kota Pekalongan pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 2.38 SAMBUNGAN TELEPON KOTA PEKALONGAN TAHUN 2007 No Kecamatan Kabel WLL/Rular Wartel STT/KBU Jumlah 1 Pekalongan Barat Pekalongan 2 Timur Pekalongan 3 Selatan Pekalongan Utara Jumlah Total Sumber : Kota Pekalongan dalam Angka, 2007 Bab 2-76

106 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN C. TRANSPORTASI a. Sarana dan Prasarana Transportasi. Dilihat perkembangannya dilapangan perkembangan jumlah kendaraan dari tahun ketahun mengalami perkembangan yang cukup tinggi. Sarana transportasi lain adalah angkutan umum terdiri dari angkutan perkotaan, angkutan kota dalam propinsi,dan angkutan kota antar propinsi. Angkutan perkotaan yang ada di Kota Pekalongan terbagi menjadi 2 trayek, yaitu : 1. Rute angkutan umum perkotaan dari jurusan luar kota. Rute angkutan ini terbagi menjadi 4 Rute. a. Rute angkutan Pekalongan-Kedungwuni-Kajen PP. Rute angkutan ini masuk lewat Jl. Urip sumaharjo Jl. Wilis JL. Majapahit Jl. Slamet Jl. Kh. Mas Mansyur Terminal Sayun Jl. Gajahmada Jl. Merdeka Jl. Pemuda Jl. Hayam Wuruk Jl. Sulawesi Jl. Irian Jl. Jend. Sudirman Jl. Urip Sumoharjo terus kejurusan Kedung wuni. b. Rute angkutan Pekalongan Wiradesa Bojong PP. Rute angkutan ini masuk lewat Jl. Gajahmada Jl. Merdeka Jl. Pemuda Jl. Hayam Wuruk Jl. Sulawesi Jl.Irian Jl. Jend. Sudirman Jl. Wilis Jl. Majapahit Jl. Slamet Jl. Kh. Mas Mansyur Terminal Sayun Jl. Gajahmada terus kejurusan Wiradesa. c. Rute angkutan Pekalongan Batang PP. Rute ini masuk lewat Jl. Dr. Sutomo Jl. Setiabudi Jl. Kartini Jl. Dr. Cipto Jl. Cempaka Jl. Seruni Jl. Terate Jl. Tondano Jl.A. Yani Jl. Dr. Sutomo terus kejurusan Batang. d. Rute angkutan pekalongan warung asem batang PP. Rute ini masuk lewat Jl. Hos. Aminoto Jl. Kartini Jl. Wahid Hasym Jl. Dr. Cipto Jl. Cempaka Jl. Seruni Jl. Terate Jl. Tondano Jl. Dr. Sutomo Jl. Setia Budi Jl. HOS. Cokroaminoto terus kejurusan Warung Asem. Bab 2-77

107 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 2. Rute angkutan khusus dalam kota. Rute angkutan umum ini terbagi menjadi 2 yaitu : a. Rute angkutan Sayun Pasir Kencana PP. Pasir Kencana Jl. Wr. Supratman Jl. Raden Saleh Jl. H. Agus Salim Jl. Dr.Cipto Jl. Dr. Wahidin Jl. Setiabudi Jl. Jend. Sudirman Jl. Wilis Jl. Kerinci Jl. Majapahit Jl. Slamet Jl. Kh. Mas Mansyur Jl. Terminal Sayun Jl. Gajahmada Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Bahagia Jl. Veteran Jl. Tentara Pelajar Jl. Kusuma Bangsa Pasir Kencana. b. Rute angkutan Sayun Slamaran PP. Terminal Sayun Jl. Gajahmada Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Bahagia Jl. Veteran Jl. Tentara Pelajar Jl. Kutilang Jl. Wr. Supratman Taman Jetayu Jl. Raden Saleh Jl. Pati Unus Jl. Jlamprang Klegosegorek Jl. Kenangan Jl. H. Agus Salim Jl. Dr. Cipto Jl. Nusantara Jl. Kartini Jl. Jend.Sudirman Jl. Wilis Jl. Mataram Jl. Majapahit Jl. Slamet Jl. KH. Mas Mansyur Terminal sayun. b. Kepadatan Lalu Lintas Dari pengamatan dilapangan, Kota Pekalongan merupakan wilayah yang mempunyai arus lalu lintas yang cukup pada, hal ini disebabkan kota Pekalongan dilalui jalur jalan Regional antara Jakarta-Surabaya yang merupakan jalur perekonomian yang cukup ramai baik angkutan barang maupun penumpang. kondisi jalur lalu lintas dikota Pekalongan yang sering menimbulkan kemacetan meliputi jalur jalan didepan terminal bus dan jalur jalan yang ada di pusat kotanya. Sedangkan prasarana transportasi di Kota Pekalongan meliputi : Terminal Di Kota Pekalongan terdapat satu buah Terminal, yaitu Terminal yang terdapat di Jl. Dr. Sutomo yang berfungsi sebagaimana klasifikasi madya dan berperan sebagai terminal regional yang melayani angkutan antar kota dalam propinsi dan angkutan Bab 2-78

108 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN kota antar propinsi. Sedangkan fasilitas transportasi lainnya berupa sub terminal yaitu terminal sayun yang terletak di Jl. Gajahmada dan terminal pati unus di Jl. Pati unus dan lainnya lagi berupa halte. Stasiun Kereta Api. Angkutan darat lainnya Kereta Api, dikota Pekalongan juga dilalui adanya kereta api jurusan Jakarta-Surabaya sepanjang 4,5 Km, dengan stasiunnya terletak di Jl. Gajahmada, yang merupakan sarana angkutan penumpang dan barang. Pelabuhan. Selain angkutan darat juga terdapat angkutan laut, yaitu dengan adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP), yang berfungsi sebagai pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat KONDISI RAWAN BENCANA Kondisi topografi Kota Pekalongan yang datar menjadikan daerah ini rawan akan bahaya banjir serta abrasi. Hampir di semua kecamatan terjadi bencana banjir yang diakibatkan genangan air hujan. Sedangkan untuk bencana alam berupa abrasi hanya 4 Kelurahan di Kecamatan Pekalongan Utara yaitu Kelurahan Panjang Wetan, Kelurahan Panjang Baru, Kelurahan Degayu, dan Kelurahan Krapyak Lor. Berdasarkan data dari Kantor Kesbang dan Linmas Kota Pekalongan tahun 2008, wilayah wilayah yang mengalami banjir dan abrasi dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2.39 DAERAH RAWAN BENCANA ALAM DI KOTA PEKALONGAN No 1. Kecamatan Pekalongan Barat Kelurahan Pasirsari Tegalrejo Podosugih Kergon Sapuro Kramatsari Bencana Alam Banjir Abrasi V V V V V V - Bab 2-79

109 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN No 2. Kecamatan Pekalongan Utara Kelurahan 7. Bendan 8. Tirto 9. Bumirejo 10.Medono 1. Panjang Wetan 2. Dukuh 3. Pabean 4. Bandengan 5. Panjang Baru 6. Kandang Panjang Bencana Alam Banjir Abrasi V V V V V V V V V V V V - 7. Degayu V 8. Krapyak Lor V 9. Kraton Lor V 3. Pekalongan Selatan 1. Banyurip Alit V 2. Banyurip Ageng V 3. Jenggot V 4. Pekalongan Timur 1. Klego V 2. Kauman V 3. Sampangan v Sumber: Kesbang dan Linmas Kota Pekalongan, 2008 V V KONDISI AKTIVITAS MASYARAKAT Aktivitas masyarakat berkaitan erat dengan penggunaan lahannya. Dominasi penggunaan lahan di Kota Pekalongan yaitu berupa tanah kering. Sedangkan aktivitas yang berada di dalamnya meliputi aktivitas pemerintahan, aktivitas perdagangan dan jasa, aktivitas pendidikan, aktivitas industri, aktivitas pertanian. Aktivitas pemerintahan ini meliputi skala kelurahan sampai tingkat kota. Untuk aktivitas pemerintahan skala kota terkonsentrasi di pusat. Kota Pekalongan sedangkan aktivitas skala kelurahan dan kecamatan berada di pusat Kelurahan dan Kecamatan masing masing. Aktivitas industri skala rumah tangga sistemnya menyebar di kawasan permukiman. industri ini meliputi industri batik maupun industri makanan ringan. Aktivitas membatik merupakan ciri khas Kota Pekalongan yang juga merupakan daya tarik wisata dari luar Pekalongan. Sedangkan aktivitas perdagangan dan jasa banyak berkembang di jalur jalan utama kota yang merupakan kawasan perdagangan dan jasa skala kota seperti grosir batik. Bab 2-80

110 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Untuk kawasan pesisir, dominasi aktivitas masyarakat berupa aktivitas nelayan maupun petani tambak. GAMBAR 2.27 CONTOH AKTIVITAS MASYARAKAT KOTA PEKALONGAN Sumber: Survei Primer KONDISI RUANG TERBUKA HIJAU Kota Pekalongan sebagai kota yang berada pada kawasan pesisir Utara laut Jawa tentu saja memiliki iklim yang tropis dan suhu udara yang panas. Oleh karenanya keberadaan ruang terbuka hijau sangat bermanfaat untuk mengurangi suhu udara yang panas dan memberikan kesejukan yang dapat mendukung aktivitas masyarakatnya. Sekarang ini di Kota Pekalongan sudah terdapat beberapa ruang terbuka hijau, akan tetapi pemanfaatan dan pengelolaannya belum optimal. Adapun beberapa ruang terbuka hijau yang sudah terdapat di Kota Pekalongan adalah sebagai berikut : a. Taman Monumen (Taman Monumen 45) Ruang terbuka hijau ini berupa taman publik aktif yang berada di tengah Kota Pekalongan dengan luas ± 0,69 Ha. Pada siang hari di taman ini terdapat Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di dalamnya walapun jumlahnya tidak sebanyak ketika sore dan malam hari. Selain itu, sedikit pula masyarakat setempat yang memanfaatkannya untuk bersosialisasi atau sekedar bermain (tempat bersantai/relaksasi). Secara fisik Taman Monumen 45 ini sebagian besar tanahnya mengalami perkerasan berupa paving, disekitarnya terdapat pepohonan yang banyak tetapi tidak begitu rimbun karena pepohonannya berjenis cemara dan perdu pendek. Selain itu juga terdapat beberapa sarana pelengkap jalan (street furniture) yaitu tempat Bab 2-81

111 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN duduk (sitting group), lampu taman, papan reklame (signed), pot bunga, tempat sampah dan tiang bendera. GAMBAR 2.28 KONDISI TAMAN 45 KOTA PEKALONGAN -b- -cc. Vegetasi & Perkerasan di Monumen 45 b. Monumen 45 yang bersih & bebas PKL a. Street Furniture di Monumen 45 -a- Sumber: Survei Primer b. RTH di Kawasan Jetayu Ruang Terbuka Hijau yang berupa taman publik aktif dengan disekitarnya terdapat beberapa taman pasif yang berukuran lebih kecil dengan total luasan ± 1,16 Ha. Taman aktif ini berupa lapangan rumput yang ditepinya mengalami perkerasan dan dikelilingi pepohonan yang cukup rindang. Selain itu di sepanjang perkerasan terdapat pula beberapa street furniture yang berupa pot-pot bunga, lampu penerangan, tiang bendera dan papan reklame. Disekitar lapangan terebut terlihat beberapa PKL yang berjualan. Kondisi taman ini bersih karena tidak terlihat sampah berserakan walaupun terdapat beberapa PKL yang berjualan disekitarnya. Sedangkan untuk taman-taman pasif di sekitarnya berupa Pulau-pulau taman-taman kecil berbentuk segitiga, lingkaran maupun persegi panjang. Untuk pulau-pulau tamantaman yang berbentuk segitiga didalamnya terdapat sekelompok bunga, perdu dan rumput. Namun untuk taman yang berbentuk persegi panjang di dalamnya terdapat sederetan pepohonan berjenis cemara. Bab 2-82

112 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN GAMBAR 2.29 KONDISI TAMAN JETAYU KOTA PEKALONGAN Street Furniture Taman Jetayu Taman Aktif Jetayu Taman Pasif Jetayu Sumber: Survei Primer c. RTH di Sekitar Kawasan Balai Kota Pekalongan Ruang terbuka di tempat ini berupa taman publik aktif yang berupa lapangan rumput bola yang disepanjang tepinya mengalami perkerasan seperti Taman Aktif di Jetayu. Di sepanjang perkerasan terdapat beberapa street furniture berupa pot-pot bunga, papan reklame, lampu penerangan jalan, tempat duduk dan beberapa rumah-rumah kecil semacam pendopo untuk tempat duduk (tempat bersantai). Pada ruang terbuka hijau ini terdapat beberapa PKL yang berjualan dan tukang becak yang mangkal, sehingga taman ini terlihat ramai. Ditinjau dari penghijauannya, kondisi taman ini sudah cukup rimbun dan teduh. Di tepi lapangan terdapat penghijauan berupa pepohonan akasia, sengon dan palem. Selain itu pada median jalan yang mengelilingi taman ini sudah terdapat boulevard berupa sederetan pohon palm. Pada beberapa lokasi disekitar taman ini terdapat lahan kosong (vacant land yang juga disebut oleh warga sebagai hutan kota Pekalongan) yang ditanami pohon sengon dan bunga-bunga, sehingga menambah suasana asri dan teduh di lokasi ini. Luasan kawasan RTH di Balai Kota ini ± 3,4 Ha. Bab 2-83

113 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN GAMBAR 2.30 KONDISI RUANG TERBUKA HIJAU SEKITAR KAWASAN BALAI KOTA PEKALONGAN Lapangan Rumput Bola Street Furniture di tepi Lapangan Boulevard sekitar Lapangan Hutan Kota Vacant Land sekitar lapangan Sumber: Survei Primer d. RTH di Sekitar Sepanjang Sungai-Sungai di Kota Pekalongan Ruang terbuka hijau ini berupa sempadan sungai yang di dalamnya terdapat sederetan pepohonan baik yang rimbun maupun tidak. Akan tetapi ada juga sempadan sungai yang tidak terdapat pepohonannya, akan tetapi hanya berupa rerumputan atau semaksemak kecil. Selain itu, ada juga sempadan sungai yang justru di gunakan sebagai perumahan. Lebih jelasnya lihat gambar berikut : GAMBAR 2.31 KONDISI SEMPADAN SUNGAI-SUNGAI DI KOTA PEKALONGAN Bab 2-84

114 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Sumber: Survei Primer e. RTH disekitar Pantai Kota Pekalongan Kondisi Pantai Kota Pekalongan saat ini terlihat gersang dan tidak asri karena tidak terdapat RTH-nya atau yang dikenal dengan sempadan pantai. Bahkan sempadan pantai yang seharusnya terdapat beberapa pepohonan tapi pada kenyataannya hanya terdapat sedikit bahkan tidak terdapat pepohonan sama sekali. Saat ini baru terdapat satu lokasi pesisir pantai Kota Pekalongan yang memiliki vegetasi yakni berupa Hutan Cemara Laut. Dimana pepohonan/vegetasi tersebut berfungsi ganda diantaranya sebagai penghijauan dan peneduh pantai, menjaga pantai dari abarasi air laut, menjaga fungsi ekologis pantai dan lain sebagianya. Kondisi pantai Kota Pekalongan dapat dilihat pada gambar berikut. GAMBAR 2.32 KONDISI KAWASAN SEMPADAN PANTAI DI KOTA PEKALONGAN RTH kawasan Permukiman di Pesisir Salah satu Pantai Pekalongan Kota Pekalongan Hutan Cemara Laut di Pantai Slamaran Sumber: Survei Primer f. RTH di Kawasan Alun-Alun Nusantara RTH di kawasan ini berupa square pada kawasan perdagangan Kota Pekalongan yang sekaligus sebagai alun-alun dengan luas ± 1,4 Ha. RTH ini berupa lapangan rumput yang sekitarnya terdapat aktivitas pedagang kaki lima (PKL). Kondisi RTH pada kawasan ini terlihat gersang karena jumlah vegetasinya sedikit, hanya pada beberapa lokasi dan sekitarnya didominasi oleh bangunan perdagangan. Selain itu keberadaan PKL disekitarnya yang kurang teratur menambah suasana agak kacau, sehingga RTH ini kurang nyaman sebagai tempat bersantai dan cukup mengganggu aktivitas formal Bab 2-85

115 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN disekitarnya. Untuk lebih jelasnya berikut gambaran suasana di Alun-Alun Nusantara Kota Pekalongan. GAMBAR 2.33 KONDISI RTH PADA KAWASAN ALUN-ALUN NUSANTARA DI KOTA PEKALONGAN Sumber: Survei Primer g. RTH di Kawasan Lapangan Sorogenen RTH di kawasan ini berupa lapangan olah raga yang terdiri dari lapangan bola dan lapangan voli yang disekelilingnya terdapat lapak-lapak PKL dengan luas ± 1,4 Ha. Disekelilingi tepi lapangan ini terdapat beberapa vegetasi berupa pohon palem raja yang diatur dengan jarak ± 5 meteran, pohon beringin dan pohon cemara udang pada lokasi tertentu. Adapun sarana yang terdapat pada RTH ini berupa tempat duduk (sitting group), tempat sampah dan lampu penerangan jalan. Sedangkan aktivitas yang terdapat pada RTH ini adalah aktivitas Olah Raga pada pagi dan sore hari serta aktivitas PKL dan bersantai. Suasana RTH di kawasan Lapangan Sorogenen ini kurang nyaman karena adanya aktivitas PKL disekitarnya sehingga menimbulkan suasana kurang teratur dan menutup akses ke lapangan pada salah satu sisi lapangan ini. GAMBAR 2.34 KONDISI RTH PADA KAWASAN LAPANGAN SOROGENEN DI KOTA PEKALONGAN Bab 2-86

116 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Sumber: Survei Primer h. RTH Boulevard Kawasan Ruas Jalan Bahagia Pada ruas Jalan Bahagia Kota Pekalongan RTHnya berupa boulevard pada median jalan tersebut dan jalur hijau pada tepi sepanjang jalan. Kondisi RTH di ruas jalan ini baik karena suasana nyaman bersih dan teratur dengan keberadaan vegetasi yang tertata rapi pada median jalan Sarana yang terdapat pada lokasi RTH ini diantaranya pot-pot bunga dan lampu penerangan jalan. GAMBAR 2.35 KONDISI BOULEVARD PADA RUAS JALAN BAHAGIA KOTA PEKALONGAN Sumber: Survei Primer i. RTH Kawasan Pemakaman Kawasan pemakaman pada lingkungan permukiman dapat juga dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau jenis scatter yang hampir dimiliki oleh setiap kelurahan bahkan dusun di Kota Pekalongan. RTH ini termasuk taman aktif tapi hanya pada waktu-waktu tertentu seperti ketika ada orang meninggal, ketika waktu berziarah kubur dan menjelang bulan puasa khususnya pada kompleks pemkaman islam. Vegetasi yang khas pada setiap kompleks pemakaman berupa pohon kamboja. Lokasi dari kompleks pemakaman ini ada yang berada di tepi jalan raya, akan tetapi ada juga yang berlokasi di pinggiran kawasan permukiman yang jauh dari jalan raya. GAMBAR 2.36 BEBERAPA RTH PEMAKAMAN DI KOTA PEKALONGAN Bab 2-87

117 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 2.5. KONDISI POTENSI WISATA Kota Pekalongan boleh dikatakan telah menjadi salah satu kota referensi bagi produk-produk batik. Baik secara nasional maupun internasional. Hal ini diperkuat dengan telah diresmikannya sebuah museum batik nasional oleh Presiden Yudhoyono pada tanggal 12 juli 2006 bertepatan den gan puncak hari koperasi ke 59. Produk batik asal Pekalongan terkenal dengan desainnya yang mengikuti perkembangan jaman serta penggunaan warna yang lebih beraneka dan lebih bebas dibandingkan dengan batik-batik daerah lain yang terkesan lebih tradisional. Disamping batik, masih ada produk lain yang terkenal dari kota ini adalah produk-produk tenun yang dibuat dengan alat tenun bukan mesin ATBM disamping produk unggulan lainnya yaitu ikan. Wisata Belanja Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Pekalongan kurang lengkap jika belum ke pusat wisata belanja yang berada di sepanjang Jl. Pekalongan - Batang. Disepanjang jalan ini terdapat grosir batik dan produk kerajinan lain diantaranya adalah dipusat Grosir Sentono, Gamer dan MM serta grosir PPIP. Dipusat pusat grosir ini wisatawan dapat berbelanja produk batik dan kain tradisional lainnya baik berupa baju, busana wanita, busana santai, perlengkapan rumah tangga dan sebagainya dengan harga yang relatif murah dan terjangkau. Jika hendak membeli produk tenun ATBM di pusat produksinya, maka dapat ditemukan di Kelurahan Medono, Kecamatan Pekalongan Barat. Berbagai jenis produk akhir seperti pakaian, korden, taplak meja, sprei dan lainnya bisa didapatkan disini. Beberapa obyek wisata di Kota Pekalongan yaitu wisata pantai pasir kencana, pantai Slamaran Indah, serta wisata budaya. Bab 2-88

118 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 2.6. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN Pelaksanaan RTRW Kota Pekalongan perlu didukung oleh aspek kelembagaan di daerah yang akan lebih berfungsi koordinatif. Kelembagaan pemerintah di Kota Pekalongan meliputi pemerintahan yang berhirarki dari tinggi ke rendah yaitu pemerintah kota, kecamatan, kelurahan, sampai lembaga-lembaga terendah tingkat RT maupun RW. Secara operasional, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dalam rangka untuk mengefektifitaskan dan mengoptimalkan dalam proses perencanaan pembangunan, terutama untuk meningkatkan konsistensi dan sinkronisasi, kebijakan pencapaian tujuan, sasaran, program dan kegiatan daerah Kota Pekalongan perlu memperhatikan peraturan daerah Kota Pekalongan yang berhubungan dengan kewenangan, tugas dan fungsi lembaga-lembaga atau dinas, badan maupun kantor di dalam menjalankan dan melaksanakan pembangunan daerah.adapun Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kota Pekalongan antara lain: 1. Lembaga Teknis Daerah yang terdiri dari : Inspektorat; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan; 2. Kantor Kepegawaian Daerah; Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; Kantor Lingkungan Hidup; Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; Rumah Sakit Umum Daerah. Dinas Daerah yang terdiri dari : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; Dinas Kesehatan; Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, dan Sosial; Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Bab 2-89

119 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Dinas Perhubungan, Komunikasi Informatika, Pariwisata dan Kebudayaan; Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Tata Ruang; Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 2.7. Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan; Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. POTENSI PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN Beberapa potensi pengembangan Kota Pekalongan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan pelabuhan dan perikanan laut Posisi kota Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa. Posisi tersebut akan sangat menguntungkan bagi pengembangan potensi bidang kelautan yang antara lain adalah pengembangan potensi perikanan laut serta industri ikutannya dan pengembangan pelabuhan khususnya pelabuhan rakyat. Pada saat ini potensi tersebut belum secara maksimal dikembangkan. Pelabuhan rakyat yang ada masih banyak mengalami kendala yang antara lain adalah pendangkalan muara. Industri perikanan laut juga masih belum secara maksimal dikembangan. Potensi lain yang tidak kalah penting adalah pengembangan wisata bahari. Dalam hal ini posisi Kota Pekalongan masih dibawah dari Kabupaten lain seperti Kabupaten Tegal. Industri pengeringan ikan dikembangkan di Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Panjang Wetan, Kelurahan Panjang Baru. 2. Aglomerasi Kota Pekalongan Batang Wiradesa Selain permasalahan yang timbul aglomerasi kota Pekalongan Batang dan Wiradesa memiliki potensi yang sangat besar. Pengaruh kota Pekalongan terhadap kota kota tersebut sangat besar baik dari segi ekonomi, transportasi, maupun dari penataan ruang. Menyatunya kota kota tersebut akibat pengaruh kota Pekalongan telanh membawa dampak besar bagi wilayah wilayah hinterlandnya. Peningkatan perekonomian antar wilayah perkotaan telah membawa dampak positif bagi wilayah tersebut. Bab 2-90

120 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 3. Akses utama pantura Kota Pekalongan dilewati jalan utama Jakarta Surabaya. Posisi ini sebetulnya membawa keuntungan bagi kota Pekalongan. Dengan adanya akses tersebut, potensi peningkatan perekonomian melalui peningkatan industri dan perikanan. Dengan menggunakan akses tersebut hasil hasil produksi dapat didistribusikan dengan mudah. 4. Perindustrian Industri yang menjadi andalan Kota Pekalongan adalah industri tekstil khususnya industri batik. Produksi batik yang besar serta industri yang tersebar sampai pada tingkat permukiman memiliki potensi peningkatan pendapatan masyarakat serta PAD. Alokasi ruang untuk kegiatan industri khususnya industri kecil perlu segera disediakan. Penanganan penanganan dampak akibat kegiatan industri perlu segera dilakukan untuk mengurangi dan mengeliminasi dampak buruk yang ditimbulkannya. Industri batik di Kota Pekalongan dikembangkan di Kelurahan Pringlangu, Pasirsari, Tegalrejo, Tirto, Banyuurip Alit, Banyuurip Ageng, Kauman, Landungsari. Selain industri batik sebagai andalan Kota Pekalongan, industri lain yang berkembang yaitu industri makanan dan minuman. Industri makanan tempe dan tahu dikebangkan di Kelurahan Buaran, Kradenan, Jenggot, sert Kertoharjo. Sedangkan industri teh berada di Kelurahan Noyontaan PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN Beberapa permasalahan pengembangan Kota Pekalongan adalah sebagai berikut : 1. Transportasi Pada saat jalur utama pantura melewati pusat kota Pekalongan. Hal ini banyak menyebabkan adanya permasalahan permasalahan khususnya permasalahan transportasi. Dengan adanya jalur utama yang melewati kota Pekalongan, maka terjadi peningkatan kepadatan terutama di pusat kota. Angkutan berat dan angkutan bus antar kota antar propinsi yang seharusnya tidak melewati pusat kota menimbulkan permasalahan antara lain kemacetan pada jalur jalur yang dilewati bahkan meluas pada jalur jalan yang berhubungan dengan jalurt utama tersebut. Pada saat ini keberadaan terminal utama (terminal A) telah dipindah di pinggiran kota, meskipun begitu masih belum dapat mengurangi permasalahan yang terjadi. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah dengan pemindahan jalur utama pantura kearah selatan Bab 2-91

121 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN kota, pengembangan halte halte angkutan kota dan peningkatan pelayanan transportasi khususnya angkutan kota dan angkutan pedesaan. 2. Aglomerasi antara Pekalongan Batang dan Wiradesa Pada saat ini batas antara kota Pekalongan dengan kota kota disekitarnya, seperti Batang disebelah timur dan Wiradesa di sebelah barat, sudah tidak nampak. Pengaruh perkembangan kota Pekalongan seolah olah telah menyatukan antara kedua kota tersebut. Pada saat ini sinkronisasi pembangunan antarta ketiga wilayah tersebut seolah olah belum maksimal. Disatu sisi bagian wilayah perbatasan digunakan untuk pengembangan industri dan pertanian sedangkan disisi lain bagian wilayah yanbg berbatasan dengan kota tersebut dimanfaatkan untuk kawasan perdagangan dan pengembangan lainnya. Sehingga nampak adanya ketidak terpaduan dan ketidak harmonisan di wilayah tersebut. Dimasa mendatang perlu adanya sinkronisasi antara kota kota yang saling berbatasan untuk saling mensinkronkan perencanaan kota khususnya pada kawasan kawasan atau wilayah yang berbatasan. 3. Konversi lahan sawah VS peningkatan lahan terbangun Pembangunan membawa konsekwensi pada perubahan. Perubahan pada lahan terbatas akan membawa dampak pada alih fungsi lahan. Kota Pekalongan memiliki lahan yang terbatas. Fungsi lahan untuk persawahan masih relatif luas. Di beberapa wilayah kota perkembangan pembangunan telah mengurangi lahan lahan persawahan. Peningkatan pembangunan permukiman khususnya di Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Selatan telah mengurangi lahan pertanian khususnya lahan pertanian produktif. Konsekwensi yang timbul adalah berkurangnya pasokan produksi tanaman pangan di wilayah ini serta telah menghilangkan mata pencaharian masyarakat khususnya pertanian. 4. Banjir / rob Permasalahan lain di kota Pekalongan adalah adanya banjir berkala khususnya di wilayah utara (Kecamatan Pekalongan Utara). Genangan air laut (rob) telah mengakibatkan permasalahan, khususnya permasalahan permukiman dan infrastruktur). Menurunnya kualitas permukiman serta rusaknya infrastruktur seperti jalan, saluran dans sebagainya. Disisi lain kurangnya kualitas sistem drainase serta topografi yang relatif datar akan membawa permasalahan khususnya permasalahan banjir yang terjadi hampir setiap tahun. Bab 2-92

122 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 5. Permukiman Timbulnya permukiman permukiman liar serta masih banyaknya kawasan kawasan permukiman kumuh telah menjadi beban tersendiri bagi Kota Pekalongan. Memang pada saat ini penangan permukiman di kota Pekalongan telah menjadi yang terbaik di Indonesia akan tetapi masih banyak permukiman permukiman kurang layak baik di perkotaan maupun di pedesaan harus segera ditangani. Dengan pencanangan Kota Pekalongan bebas kawasan kumuh pada tahun 2010 telah mendorong semangat pemerintah Kota Pekalongan untuk segera menuntaskan permasalahan permukiman, khususnya permukiman dan kawasan kumuh. Dengan adanya program pembangunan Rusunawa di Kelurahan Krapyak Lor Kecamatan Pekalongan Utara yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yaitu buruh dan nelayan. 6. Pencemaran lingkungan (limbah industri) Kota Pekalongan telah menjadi salah satu kota dengan produksi tekstil, khususnya batik, terbesar di Jawa Tengah. Potensi tersebut telah menjadikan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik. Disatu sisi potensi ini telah menguntungkan kota Pekalongan. Akan tetapi disis lain permasalahan telah menunggu untuk segera dituntaskan. Permasalahan tersebut adalah tingginya tingkat pencemaran khususnya pencemaran air akibat limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan industri batik. Menyebarnya lokasi industri sampai pada tingkat rumah tangga menimbulkan permasalahan khsusnya dalam penanganan limbah industri. Pencemaran akibat limbah industri tersebut telah menurunkan kualitas lingkugan dan membahayakan masyarakat serta lingkungan, 7. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau kota telah menjadi persyaratan yang telah ditetapkan didalam undang undang (UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Besar ruang terbuka hijau tersebut minimal 30 % dari total luas kota. Secara kuantitas, ruang terbuka hijau di Kota Pekaloangan telah memenuhi ketentuan tersebut. Dengan adanya lahan pertanian di Kota Pekalongan yang relatif luas secara kuantitas telah memenuhi 30 % dari ketentuan. Akan tetapi secara kualitas, keberadaan ruang terbuka hijau masih kurang. Ruang-ruang hijau untuk publik dirasa masih sangat kurang seperti taman kota, taman lingkungan dan sebagainya. Bab 2-93

123 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN 2.9. KAJIAN CEPAT LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS Bab 2-94

124 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Bab 2-95

125 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Bab 2-96

126 Bab 3 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Penataan ruang yang mencakup proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin tercapainya tujuan penataan ruang diperlukan peraturan perundang-undangan yang memberi dasar yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum bagi upaya pemanfaatan ruang. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengandung sejumlah ketentuan proses dan prosedur perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai dasar bagi pengaturan lebih lanjut. Undangundang Penataan Ruang inilah yang pada saat ini menjadi acuan utama dan sekaligus dasar hukum seluruh kegiatan penataan ruang di Indonesia. UU No. 26 tahun 2007 mencakup semua aspek di bidang penataan ruang sebagai dasar bagi pengaturan lebih lanjut yang dituangkan dalam bentuk peraturan tersendiri. Bab 3-1

127 Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Pekalongan tahun 2003 yang ditinjau kembali, sesungguhnya merupakan rencana tata ruang daerah yang menjadi pedoman bagi pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang di Kota Pekalongan. RUTR Kota Pekalongan tersebut masih mengacu Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) Nomor 24 tahun Oleh karena itu dengan diundangkannya UUPR Nomor 26 tahun 2007 maka perlu disesuaikan muatan materinya dengan undang-undang yang baru. Selain itu RUTR/RDTR Kota Pekalongan telah berjalan selama 5 tahun maka dilakukan peninjauan kembali / kaji ulang TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Dalam rangka merumuskan tujuan penataan ruang wilayah Kota Pekalongan maka perlu memperhatikan visi dan misi pembangunan jangka panjang kota, karakteristik wilayah serta tujuan penataan ruang nasional. Secara umum tujuan penataan ruang wilayah Kota Pekalongan adalah terwujudnya Kota Pekalongan sebagai kota batik dan kota pantai yang maju, mandiri dan sejahtera, dengan berbasis pada perdagangan dan jasa KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA PEKALONGAN Kebijakan dan Strategi perencanaan tata ruang mencakup: pengembangan struktur ruang, pengembangan pola ruang, dan pengembangan kawasan strategis KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG KOTA A. Kebijakan Peningkatan Peran Kota Sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) Merujuk kebijakan dari Perda Provinsi Jawa Tengah No. 6 tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah tahun , bahwa Kota Pekalongan ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Sebagai PKW diharapkan pada masa mendatang peran kota semakin meningkat sebagai pusat pelayanan bagi daerah sekitar. Dalam kebijakan peningkatan peran kota sebagai PKW tersebut diatas direncakanan kegiatankegiatan utama kota yang berperan menunjang struktur Kota Pekalongan tersebut secara terpadu, berupa pengembangan kegiatan utama fungsi primer di Kota Pekalongan adalah sebagai berikut: 1. Pusat Moda Transportasi Darat Antar Kota / Antar Provinsi. Bab 3-2

128 2. Pusat Pelabuhan Perikanan Nusantara. 3. Pusat Kawasan Industri Pengolah Hasil Perikanan dan Kelautan. 4. Pusat Grosir Batik. Karena kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan mempunyai skala pelayanan regional (mampu melayani dalam skala provinsi), maka harus berorientasi dan mempunyai akses kejalan fungsi primer (Arteri Primer). Kebijakan ini dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan sistem transportasi secara regional yang dalam hal ini adalah adanya jariangan jalan tol yang melalui Kabupaten Pekalongan dapat dilakukan pengarahan sistem jaringan transportasi di Kota Pekalongan dengan membuka jaringan jalan baru sebagai akses menuju jaringan jalan tol tersebut. Kemudian kebijakan sistem transportasi di Kota Pekalongan juga dilakukan pada bagian wilayah utara dari Kota Pekalongan untuk memudahkan akses ke wilayah pesisir dan juga akses jalan menuju ke Kabupaten Sekitar (Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan) dan kebijakan pengembangan jalur penghubung dari selatan ke utara yang didasari jalur Sungai Banger. Kebijakan ini juga dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan yang ada dan sistem transportasi yang sudah ada guna dapat tercapainya sistem transportasi yang berkelanjutan. B. Strategi Peningkatan Peran Kota sebagai PKW Untuk dapat meningkatkan peran kota sebagai PKW dilakukan beberapa strategi, sebagai berikut: 1. mengembangkan kawasan minapolitan yang mempunyai pelayanan skala regional dan mempunyai akses pemasaran skala nasional; 2. meningkatkan kawasan pemasaran batik yang mempunyai pelayanan skala regional dan mempunyai akses pemasaran skala nasional; 3. mengembangkan sistem jaringan transportasi kota yang mempertimbangkan perkembangan sistem transportasi secara regional dan nasional; 4. mengembangkan sistem jaringan transportasi kota yang mendukung aglomerasi sistem kota-kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan dan pelayanan dengan skala yang cukup besar; 5. mengembangkan jalan lingkar utara untuk menghubungkan dan mengintegrasikan PKW dengan daerah sekitarnya; Bab 3-3

129 6. mengembangkan jalan akses ke jalan tol untuk menghubungkan dan mengintegrasikan PKW dengan jaringan jalan tol; 7. memantabkan fungsi terminal angkutan penumpang untuk pelayanan antar provinsi dan pelayanan regional; 8. mengembangkan terminal barang untuk pelayanan antar provinsi dan pelayanan regional; 9. meningkatkan fungsi stasiun kereta api utama untuk pelayanan angkutan penumpang antar provinsi dan pelayanan angkutan penumpang regional; dan 10. mengembangkan stasiun kereta api pembantu untuk pelayanan angkutan barang antar provinsi dan pelayanan angkutan barang regional. C. Kebijakan Peningkatan Fungsi Dan Keterkaitan Antar Pusat Pelayanan Penetapan kota sebagai PKW membawa dampak harus ditingkatkan pula fungsi pusatpusat pelayanan yang secara hirarki berada di bawahnya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan membuat struktur pusat pelayanan secara berjenjang untuk memperjelas peran masing-masing pusat pelayanan dan untuk memudahkan pengalokasian sarana-prasarana kota untuk menunjang pusat pelayanan tersebut. Hirarki pusat pelayanan di Kota Pekalongan ditetapkan sebagai berikut: 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berbasis perikanan dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berbasis perdagangan-jasa. 2. Pusat Pelayanan Kota (PPK), yang terdiri dari: pusat kegiatan perdagangan-jasa, pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan sosial-budaya dan pusat kegiatan rekreasi. 3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) pada beberapa bagian wilayah kota. Untuk meningkatkan fungsi pusat-pusat pelayanan ini dikembangkan kegiatan utama fungsi sekunder di Kota Pekalongan adalah sebagai berikut: 1. Pusat Pemerintahanan Kota Pekalongan 2. Pusat Perdagangan (Modern dan Tradisional) 3. Pusat Moda Transportasi Darat Dalam Kota. 4. Pusat Pelayanan Kesehatan berskala wilayah. 5. Pusat Olah Raga. 6. Pusat Kegiatan dan Pengembangan Agama Islam. 7. Pusat Pendidikan Tinggi. Bab 3-4

130 8. Pusat Kawasan Konservasi Bersejarah. 9. Pusat Pemasaran Produk Komoditas Unggulan. Kegiatan kegiatan fungsi sekunder tersebut dapat berorientasi/berakses kejalan fungsi sekunder (kolektor primer/ kolektor sekunder). Antar kegiatan utama fungsi sekunder tersebut saling dihubungkan sehingga membentuk keterkaitan. Hubungan ini dilakukan dengan mengembangkan jaringan transportasi dalam kota dan prasarana lainnya, sehingga diharapkan terjadi pergerakan yang dinamis dan lancar, serta diharapkan pula terjadi masing-masing pusat pelayanan saling membutuhkan dan saling mendukung untuk melayani masyarakat kota.. D. Strategi Peningkatan Fungsi Dan Keterkaitan Antar Pusat Pelayanan Untuk dapat meningkatkan fungsi dan keterkaitan antar pusat pelayanan dilakukan beberapa strategi, sebagai berikut: 1. menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang; 2. mengangkat potensi khusus dan keunikan pusat-pusat pelayanan; 3. menyediakan sarana-prasarana umum dengan kapasitas sesuai hirarki sistem pusat pelayanan; 4. mendukung pengelolaan sistem transportasi yang terpadu dan berkelanjutan; 5. menghubungkan pusat-pusat pelayanan dengan sistem jaringan jalan; 6. meningkatkan kelas jalan yang berpotensi mendorong interaksi kegiatan antar pusat pelayanan; 7. meningkatkan integrasi sistem antar moda; dan 8. mengembangkan terminal angkutan umum dalam kota. E. Kebijakan Peningkatan Kualitas Dan Jangkauan Pelayanan Sistem Sarana- Prasarana Umum. Perkembangan wilayah Kota Pekalongan secara umum masih terarah pada Jalur Pantura ke arah Barat dan Timur. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerataan pembangunan belum sepenuhnya terwujud, karena masih ada wilayah yang memiliki tingkat perkembangan rendah. Hal ini menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan wilayah dan penataan ruang, yang akan menjadi acuan dalam mengembangkan sistem sarana Bab 3-5

131 prasarana umum kota. Sehingga model pembangunan untuk pengembangan wilayah harus memfokuskan pada dua hal, yaitu: - pembangunan pusat-pusat pertumbuhan (Growth Development), - pembangunan dengan pemerataan (Equity Development). 1. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan Model ini adalah pengalokasian pembangunan pada wilayah-wilayah yang pertumbuhan dan perkembangan pembangunannya tinggi di Kota Pekalongan, dapat dilihat dari tingkat pelayanan sistem sarana-prasarana umum, sebagai berikut: - Di Jalur Pantura; pusat-pusat pertumbuhan utama (Growth Pole) dapat diciptakan di Kelurahan Tirto (sebelah barat), Kelurahan Bendan (tengah) dan Kelurahan Baros (sebelah timur). Kebijaksanaan yang dapat diterapkan adalah mengembangkan kawasan-kawasan perdagangan dan jasa di wilayah ini dan meningkatkan kualitas sarana-prasarana umum untuk mendukung fungsi-fungsi lain pada kawasan-kawasan sekitarnya dan membuat magnet yang dapat menarik pendatang dari luar kota yang lewat di jalur pantura ini. - Mendorong pembangunan di kawasan-kawasan di luar jalur pantura, yaitu Pekalongan Utara (wilayah pesisir) dan Pekalongan Selatan. Salah satu cara adalah dengan memberikan kemudahan-kemudahan bagi investor untuk membangun, dan juga program peningkatan kualitas, pembangunan dan jangkauan pelayanan sarana-prasarana kota di wilayah ini. 2. Pembangunan dengan Pemerataan Model pembangunan dengan pemerataan, dengan cara membiarkan wilayah-wilayah yang sudah berkembang sendiri, agar dapat memacu wilayah-wilayah yang kurang berkembang (berkembang lambat) menjadi wilayah yang berkembang (berkembang cepat), tetapi dengan mekanisme pengendalian. Wilayah yang sudah berkembang adalah sepanjang jalur utama ke selatan menuju Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dan sepanjang jalur utama menuju Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (utara). Untuk memacu perkembangan di wilayah ini perlu ditingkatkan sarana-prasarana umum yang sudah ada dan dibangun jaringan sarana-prasarana kota pada wilayah yang belum terlayani. Bab 3-6

132 F. Strategi Peningkatan Kualitas Dan Jangkauan Pelayanan Sistem Sarana- Prasarana Umum Untuk dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana-prasarana umum dilakukan beberapa strategi, sebagai berikut: a. meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan eksisting yang berpotensi memperlancar pergerakan dan distribusi barang/jasa; b. mengembangkan jaringan jalan ke seluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki pelayanan; c. mengembangkan jaringan energi listrik ke seluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki pelayanan; d. mengembangkan sistem distribusi gas bumi ke seluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki pelayanan; e. mengembangkan jaringan telekomunikasi dan informasi ke seluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki pelayanan; f. meningkatkan prasarana dan pendayagunaan sumber daya air; g. meningkatkan kualitas air bersih menjadi air minum; h. mengembangkan jaringan air minum ke seluruh wilayah kota sesuai dengan hirarki pelayanan; i. meningkatkan sistem pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan; j. meningkatkan sistem pengelolaan air limbah yang berwawasan lingkungan; k. mengembangkan sistem prasarana drainase secara terpadu; dan l. mengembangkan sistem operasi dan pemeliharaan sarana-prasarana umum secara optimal KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN POLA RUANG KOTA Pola pemanfaatan ruang diwujudkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Sebagaimana yang dimaksud dalam UU No. 10/1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah daya dukung alam, daya tampung lingkungan binaan, dan daya tampung lingkungan sosial. Kebijakan yang menyangkut tentang pola pemanfaatan ruang meliputi kebijakan Pengelolaan dan Pelestarian kawasan lindung, kawasan budidaya serta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Bab 3-7

133 A. Kebijakan Pengelolaan dan Pelestarian Kawasan Lindung Secara umum arahan pengembangan kawasan lindung dilakukan dengan mengembangkan kawasan lindung minimal menjadi 10 %dari luas lahan kota, memanfaatkan kawasan budidaya yang dapat berfungsi lindung, dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan buatan pada kawasan lindung. Untuk pengembangan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya dilakukan dengan mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi. Untuk kawasan perlindungan setempat, arahan pengembanganya adalah: 1. Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan dari alih fungsi. 2. Mengembangkan kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api. 3. Intensifikasi dan ekstensifikasi ruang terbuka hijau. 4. Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada, dan mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain. 5. Mengembalikan fungsi RTH yang telah beralih fungsi. Arahan pengembangan kawasan pelestarian alam adalah menyelamatkan keutuhan potensi keanekaragaman hayati, baik potensi fisik wilayahnya (habitat), potensi sumberdaya kehidupan serta keanekaragaman sumber genetikanya. Khusus untuk pengembangan kawasan cagar budaya diarahkan dengan cara: 1. Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan dari alih fungsi. 2. Melestarikan bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah. 3. Melestarikan karakter perumahan lama yang prestisius. Bab 3-8

134 Salah Satu Bangunan Bersejarah dan Bernilai Arsitektur Tinggi Bangunan bersejarah, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi perlu dilestraikan. Gambar atas: Gedung Hijau dibangun tahun 1913, saat ini difungsikan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kota Pekalongan. Gambar Bawah: Gedung Museum Batik B. Strategi Pengelolaan Dan Pelestarian Kawasan Lindung Untuk dapat mengelola dan melestarikan Kawasan Lindung dilakukan beberapa strategi, sebagai berikut: 1. menetapkan kawasan yang berfungsi lindung; 2. menetapkan kawasan rawan bencana; 3. meningkatkan nilai konservasi pada kawasan-kawasan lindung; 4. mengembalikan dan mengatur penguasaan tanah sesuai peruntukan fungsi lindung secara bertahap untuk negara; 5. melestarikan kawasan cagar budaya; dan 6. menyediakan dan meningkatkan ruang terbuka hijau di seluruh wilayah kota; C. Kebijakan Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Budidaya Untuk mendukung terciptanya pola pemanfaatan kawasan budidaya di masa yang akan datang sesuai dengan yang diharapkan, maka pola pemanfaatan kawasan budidaya ini terutama diarahkan dengan cara: 1. Mengendalikan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan dalam RTRW. Bab 3-9

135 2. Mendorong perkembangan kawasan budidaya yang sesuai dengan RTRW. Arahan tersebut diatas tidak terlepas dari arahan masing-masing sektoral yang terdapat dalam pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya, yaitu arahan untuk kawasan perumahan, kawasan dan kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, industri dan pergudangan, pariwisata dan rekreasi, serta pertahanan dan keamanan. Adapun arahan masing-masing sektor tersebut dijelaskan pada uraian berikut ini. 1. Pengembangan Kawasan Perumahan. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingungan hunian yang dilengkapi dengan prarasaran dan sarana lingkungan. Arahan pengembangan untuk kawasan perumahan termasuk fasilitas pendukung perumahan berupa fasilitas sosial dan fasilitas umum lingkungan perumahan adalah: a. Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 60 % dari luas lahan kota. Kawasan perumahan di Kecamatan Pekalongan Selatan yang dikembangkan oleh developer b. Mendorong pengembangan perumahan di wilayah Pekalongan Barat dan Sebagian di Pekalongan Selatan dengan pola kasiba dan lisiba yang berdiri sendiri. Untuk di bagian Selatan Kota Pekalongan arahan pengembangan untuk kawasan perumahan perlu dilakukan pembatasan perkembangannya. Hal ini untuk membatasi proporsi kawasan perumahan yang ada. c. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk wilayah kecamatan dan atau kawasan yang padat penduduk dengan memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada. Perumahan vertikal meliputi rumah susun dengan ketinggian maksimum 5 lantai. Untuk pengembangan perumahan secara vertikal berupa rumah susun di wilayah perencanaan terdapat di Kota Pekalongan Bagian Utara dengan Arahan lokasi tidak pada daerah yang menjadi kawasan rawan bencana dan lindung. Prasarana yang harus dipertimbangkan terutama ketersediaan kapasitas prasarana jalan dan air bersih. d. Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan yang menurun kualitasnya, dan diupayakan dikembangkan menjadi rumah susun sederhana sewa lengkap dengan sarana dan prasarana lingkungannya. Bab 3-10

136 e. Melestarikan lingkungan perumahan lama yang mempunyai karakter khusus (kawasan lindung cagar budaya) dari alih fungsi dan perubahan fisik bangunan. f. Membatasi luas lantai bangunan perumahan yang diperbolehkan untuk kegiatan usaha dengan menyediakan prasarana yang memadai terutama prasarana parkir. 2. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pemerintahan. Arahan pengembangan kawasan pemerintah yang merupakan kawasan perkotaan pemerintahan tingkat Kota adalah mempertahankan kawasaan pemerintahan pada lokasi yang sudah berkembang dan mengarahkan perkantoran pemerintahan ke wilayah Pekalongan Barat. 3. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Perdagangan. Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang umumnya merupakan transaksi atau pertukaran antara barang dan uang. Kawasan perdagangan adalah lokasi yang ditetapkan untuk transaksi langsung antara pembeli dan pedagang. Wadah fisik dari kegiatan transaksi ini antara lain berupa pertokoan, pasar atau pusat belanja. Arahan pengembangan untuk kawasan dan kegiatan perdagangan ini dijelaskan berikut ini. Untuk pengembangan kawasan pasar, terdapat beberapa kebijakan yang disesuaikan dengan kondisinya, yaitu: a. Merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun kuallitas pelayanannya dengan tanpa mengubah kelas dan/atau skala pelayanannya yang telah ditetapkan. Revitalisasi merupakan upaya peningkatan kembali fungsi kota; kegiatan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan kota, agar pendapatan kota meningkat (tujuan dan pengertiannya hampir sama dengan istilah peremajaan kota). Bab 3-11

137 b. Merelokasi pasar bila menimbulkan gangguan dan/atau tidak didukung prasarana yang memadai. c. Mengatur, menata dan mengendalikan pasar yang tidak tertata dan tumpah ke jalan. d. Menertibkan pasar bila tidak sesuai dengan peruntukannya. e. Memperkuat dan menata ulang pasar induk/grosir pasar induk/grosir. Beberapa kebijakan untuk pengembangan pusat belanja sebagai berikut: a. Mengarahkan pengembangan pusat belanja baru ke wilayah Pekalongan Timur dan mempertahankan dan membatasi pengembangannya di wilayah Pekalongan Barat dan Utara. Hal ini perlu dilakukan karena perkembangan pusat belanja di Kota Pekalongan bagian utara dan barat sudah tidak memungkinkan kembali pengembangan kawasan pusat perbelanjaan. b. Mengendalikan dan menertibkan pusat belanja yang mengganggu. Selain pusat belanja, pertokoan eceran dan/atau gerai pabrik termasuk kegiatan perdagangan yang perkembangannya cukup pesat sehingga perkembangannya perlu dikendalikan dan diarahkan ke lokasi yang sesuai dengan peruntukannya. Keberadaan sektor informal usaha kaki lima merupakan salah satu fenomena perkotaan pada umumnya. Kebijakan mengenai keberadaan usaha kaki lima adalah: a. Mengatur dan mengendalikan keberadaan usaha kaki lima dan mengarahkan di sepanjang koridor jaringan jalan yang strategis tetapi dengan pengaturan dan pengendalian dalam operasionalisasi dari aktivitas ini. b. Membina kegiatan usaha kaki lima. Pembinaan ini dilakukan supaya secara bertahap usaha kaki lima dapat berdagang tanpa memanfaatkan ruang terbuka publik. c. Mewajibkan dan memberi insentif bagi sektor formal yang menyediakan ruang untuk kegiatan kaki lima. d. Menyelenggarakan kerjasama antarkabupaten/kota dalam upaya penanganan usaha kaki lima merupakan hal yang perlu dilakukan. Bab 3-12

138 e. Meminimumkan eksternalitas negatif dari kegiatan-kegiatan komersial, seperti: kemacetan, sampah, gangguan lingkungan visual, merupakan beberapa dari dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan komersial. 4. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Jasa. Jasa adalah kegiatan ekonomi atau serangkaian kegiatan yang umumnya tidak kasat mata, dan tidak berdampak kepada kepemilikan apapun, yang ditawarkan satu pihak kepada orang lain, yang produknya dinikmati pada saat diproduksi, serta mempunyai nilai tambah dalam berbagai bentuk (kenyamanan, hiburan, kemudahan, atau kesehatan). Kawasan jasa adalah lokasi yang ditetapkan untuk menyelenggarankan berbagai kegiatan pelayanan dengan wadah fisiknya berupa perkantoran, sedangkan pertokoan, eceran, mall dan sejenisnya tidak dikategorian sebagai jasa. Kebijakan untuk pengembangan kawasan dan kegiatan jasa ini adalah: a. Mengkonsentrasikan kegiatan jasa di wilayah Pekalongan Barat pada lokasi yang sudah berkembang. b. Mendorong perkembangan kegiatan jasa pada pusat-pusat primer dan sekunder. c. Mendorong pengembangan jasa baru ke wilayah Pekalongan Timur dan Selatan. d. Membatasi pengembangan kegiatan jasa secara linier pada ruas jalan yang tingkat pelayanan rendah. e. Mewajibkan penyediaan parkir dan prasarana yang memadai bagi pengembangan kegiatan jasa. 5. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pendidikan. Untuk pengembangan kawasan dan kegiatan pendidikan, arahan yang dilakukan terkait dengan sebaran lokasi, pengendalian, penyediaan parkir dan pemberian insentif dan disinsentif. Berkaitan dengan sebaran lokasi, upaya yang perlu dilakukan adalah mempertahankan aglomerasi kegiatan pendidikan pada lokasi yang sudah tertata dan tidak menimbulkan dampak negatif. Selain Bab 3-13

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan.

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan. 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari Koridor Tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan sistem ekonomi, geokultural

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGAH TAHUN 2016-2036 DENGAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG: MATERI 1. Pengertian tata ruang 2. Latar belakang penataan ruang 3. Definisi dan Tujuan penataan ruang 4. Substansi UU PenataanRuang 5. Dasar Kebijakan penataan ruang 6. Hal hal pokok yang diatur dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 12 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG IBU KOTA KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 11 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MOJOKERTO TAHUN 2002 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH ( RTRW ) KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BENER

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB II KETENTUAN UMUM BAB II KETENTUAN UMUM 2.1. Pengertian Umum Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI KOTA BEKASI

Lebih terperinci

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB 2 KETENTUAN UMUM BAB 2 KETENTUAN UMUM 2.1 PENGERTIAN-PENGERTIAN Pengertian-pengertian dasar yang digunakan dalam penataan ruang dan dijelaskan di bawah ini meliputi ruang, tata ruang, penataan ruang, rencana tata ruang,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SIAK SRI INDRAPURA KABUPATEN SIAK TAHUN 2002-2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009-2028 I. UMUM 1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2004 NOMOR 1 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2002 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

BAB 3 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 3 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB 3 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan fungsi Pelayanan SKPD Pada dasarnya hakekat otonomi daerah adalah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 1.1. LATAR BELAKANG Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi,

Lebih terperinci

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN - 0 - BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan. Skala peta = 1: Jangka waktu perencanaan = 20 tahun

Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan. Skala peta = 1: Jangka waktu perencanaan = 20 tahun Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan Skala peta = 1: 100.000 Jangka waktu perencanaan = 20 tahun Fungsi : Menciptakan keserasian pembangunan kota inti dengan Kawasan Perkotaan sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, a. bahwa untuk melaksanakan pasal

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai BAB I P E N D A H U L U A N Bab I atau Pendahuluan ini secara garis besar berisikan latar belakang isi buku rencana selain itu dalam sub bab lainnya berisikan pengertian RTRW, Ruang Lingkup Materi Perencanaan,

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 2035

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG (RUTR) KAWASAN PERKOTAAN REDELONG IBUKOTA KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci