BUKU AJAR FISIKA. Ira Puspasari, S.Si.,M.T. Ir. Henry Bambang Setyawan, M.M. Pengarang: INSTITUT BISNIS & INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU AJAR FISIKA. Ira Puspasari, S.Si.,M.T. Ir. Henry Bambang Setyawan, M.M. Pengarang: INSTITUT BISNIS & INFORMATIKA STIKOM SURABAYA"

Transkripsi

1 BUKU AJAR FISIKA Pengarang: Ira Puspasari, S.Si.,M.T. Ir. Henry Bambang Setyawan, M.M. INSTITUT BISNIS & INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

2 PRAKATA Buku Fisika digunakan untuk buku ajar sebagai penunjang dalam perkuliahan fisika di Prodi S Sistem Komputer. Buku ini berisikan materi dasar, ringkasan dan contoh soal yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga tepat untuk mahasiswa semester awal. Materi yang terdapat di dalam buku ini diantaranya: besaran dan satuan yang merupakan teori dasar belajar fisika, dinamika, kinematika dari gerak benda, hingga teori tentang fisika dasar listrik yaitu penerapan Hukum Ohm, Hukum Kirchoff, serta pengenalan beberapa komponen listrik diantaranya resistor dan kapasitor yang akan berguna sebagai dasar mata kuliah rangkaian listrik serta elektronika. Untuk lebih memahami konsep, pada setiap akhir bab diberikan latihan latihan soal. Ucapan Terima kasih Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, pikiran, dan rahmatnya, sehingga buku ajar Fisika dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:. Kabag Penelitian Akademik, Bapak Tutut Wurijanto, M.Kom. (terimakasih atas kesempatan yang diberikan). Kepada Reviewer, yang telah mereview, memberikan saran dan masukan sehingga buku ini menjadi lebih baik. 3. Rekan rekan dosen. 4. Terhadap semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan buku materi ini. Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa penyusunan buku ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan, supaya buku berikutnya menjadi buku yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Amin. Surabaya, Agustus 05 Penulis. i

3 Daftar Isi Prakata i Daftar isi ii Daftar Gambar iii Daftar Tabel iv GBPP v. Besaran dan Satuan.. Pendahuluan.. Dimensi Besaran 3.3. Awalan dan Lambang Bilangan Sepuluh Berpangkat 5.4. Klasifikasi persamaan difernsial 3 Ringkasan 7 Latihan Soal 8. Vektor 9.. Skalar 9.. Vektor 9... Notasi dan penggambaran Vektor 0... Penjumlahan Vektor..3. Pengurangan Vektor Perkalian Dua Vektor..5. Vektor Satuan 4 Ringkasan 7 Latihan Soal 8 3. Kinematika Perpindahan, Kecepatan, dan Percepatan Gerak Lurus Beraturan (GLB) Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) 34 ii

4 3.4. Gerak Jatuh Bebas (GJB) Gerak Peluru 39 Ringkasan 45 Latihan Soal Dinamika Hukum Newton Gaya Gesek Pemakaian Hukum Newton 5 Ringkasan 57 Latihan Soal Usaha, Energi dan daya Usaha Usaha positif Usaha negatif Usaha dengan nilai nol Energi Energi Potensial Gravitasi Energi Kinetik Energi Mekanik Hukum Kekekalan Energi Hubungan antara Usaha dan Energi Daya 67 Ringkasan 70 Latihan Soal 7 6. Muatan Listrik dan Hukum Coulomb Pendahuluan Muatan Listrik Hukum Coulomb 76 Ringkasan 90 iii

5 Latihan Soal 9 7. Medan dan Potensial Listrik Medan Listrik Potensial Listrik 94 Ringkasan 0 Latihan Soal 0 8. Hukum Ohm, Energi dan Daya Listrik Hukum Ohm Energi Daya Ringkasan 6 Latihan Soal 8 9. Resistor, Hukum Kirchoff, dan Kapasitor Resistor Hukum Kirchoff Kapasitor 3 Ringkasan 37 Latihan Soal 38 Daftar Pustaka 39 Indeks 40 iv

6 Daftar Gambar Gambar.. Metode Jajaran Genjang Gambar.. Ilustrasi segitiga Gambar.3. Ilustrasi tegak lurus 3 Gambar.4. Uraian Vektor 5 Gambar.5. ResultanVektor 6 Gambar.6. Pengurangan Vektor 6 Gambar.7. Vektor mengapit sudut 45 o 7 Gambar.8. Vektor mengapit sudut 35 o 8 Gambar.9. Vektor saling tegak lurus 9 Gambar.0. Vektor searah 9 Gambar.. Vektor berlawanan arah 0 Gambar.. Vektor a-b 0 Gambar.3. Penguraian vektor Gambar.4. Vektor a terhadap vektor b memutar ke kanan 3 Gambar.5. Vektor a terhadap vektor b memutar ke kiri 4 Gambar.6. Vektor c = -4i 6j + k 5 Gambar 3.. Ilustrasi GLB 33 Gambar 3.. Grafik perpndahan, kecepatan, dan percepatan untuk GLB 33 Gambar 3.3. Ilustrasi GLBB 34 Gambar 3.4. Grafik perpndahan, kecepatan, dan percepatan untuk GLBB 35 Gambar 3.5. Gerak Jatuh Bebas 36 Gambar 3.6. Gerak Peluru 39 Gambar 4.. Keadaan benda dari segi gerak 5 Gambar 4.. Posisi benda soal no. 53 Gambar 4.3. Posisi benda soal no. 53 Gambar 4.4. Penguraian gaya soal no.3 54 Gambar 4.5. Penguraian gaya soal no.4 55 Gambar 4.6. Penguraian gaya latihan soal no. 58 Gambar 4.7. Posisi benda latihan soal no.4 59 v

7 Gambar 4.8. Posisi benda latihan soal no.5 59 Gambar 4.9. Posisi benda latihan soal no.6 59 Gambar 4.0. Posisi benda latihan soal no.7 60 Gambar 4.. Posisi benda latihan soal no.8 60 Gambar 6.. Fenomena petir 73 Gambar 6.. Fenomena listrik statis 73 Gambar 6.3. Gaya tarik dan tolak pada dua muatan 75 Gambar 6.4. Charles-Augustin de Coulomb 76 Gambar 6.5. Gaya Coulomb antara dua muatan 77 Gambar 6.6. Partikel dengan posisi segaris 78 Gambar 6.7. Partikel dengan posisi tidak segaris 79 Gambar 6.8. Partikel dengan posisi membentuk segitiga 79 Gambar 6.9. Dua partikel tolak menolak 80 Gambar 6.0. Tiga muatan 80 Gambar 6.. Interaksi antara tiga buah muatan 8 Gambar 6.. Penguraian gaya pada partikel muatan soal Gambar 6.3. Penguraian gaya pada partikel muatan soal Gambar 6.4. Penggambaran posisi muatan soal no.7 86 Gambar 6.5. Penggambaran posisi muatan soal no.0 88 Gambar 7.. Medan listrik pada satu muatan 93 Gambar 7.. Medan listrik pada dua satu muatan 93 Gambar 7.3. Analogi Mekanika dengan Listrik 95 Gambar 7.4. Soal nomor 97 Gambar 7.5. Soal nomor 5 97 Gambar 7.6. Posisi muatan latihan soal no. 0 Gambar 7.7. Posisi muatan latihan soal no.3 0 Gambar 7.8. Posisi muatan latihan soal no.4 0 Gambar 8.. Rangkaian Listrik 05 Gambar 8.. Resistor 06 Gambar 8.3. Rangkaian Listrik Sederhana 07 Gambar 9.. Contoh susunan resistor dalam sebuah rangkaian Gambar 9.. Tegangan vi

8 Gambar 9.. Resistor Gambar 9.3. Sumber tegangan bebas Gambar 9.4. Sumber tegangan tak bebas Gambar 9.5. Arus bebas Gambar 9.6. Arus tak bebas Gambar 9.7 Contoh susunan seri resistor Gambar 9.8. Contoh susunan paralel resistor 3 Gambar 9.9. Susunan paralel dua resistor 3 Gambar 9.0. Rangkaian seri 4 Gambar 9.. Rangkaian seri 5 Gambar 9.. Rangkaian kombinasi seri dan parallel 5 Gambar 9.3. Rangkaian pembagi arus 7 Gambar 9.4. Arus masuk dan arus keluar 8 Gambar 9.5. Rangkaian loop tertutup 8 Gambar 9.6. Rangkaian pembagi arus 9 Gambar 9.7. Rangkaian Loop tertutup 9 Gambar 9.8. Rangkaian Loop tertutup 30 Gambar 9.9. Simbol kapasitor non polar 3 Gambar 9.0. Simbol kapasitor polar 3 Gambar 9.. Kapasitor yang disusun secara seri 3 Gambar 9.. Kapasitor yang disusun secara paralel 33 Gambar 9.3. Kapasitor yang disusun kombinasi 34 Gambar 9.4. Kapasitor yang disusun kombinasi 34 Gambar 9.5. Rangkaian latihan soal no. 38 Gambar 9.6. Rangkaian latihan soal no.3 38 Gambar 9.7. Rangkaian latihan soal no.4 39 Gambar 9.8. Rangkaian latihan soal no.5 39 Gambar 9.9. Rangkaian latihan soal no.6 9 vii

9 Daftar Tabel Tabel.. Tujuh besaran pokok dalam SI Tabel.. Contoh Besaran Turunan dan Satuannya Tabel.3. Lambang Dimensi Besaran Pokok 3 Tabel.4. Contoh Dimensi Besaran Turunan 4 Tabel.5. Beberapa istilah bilangan sepuluh berpangkat 5 viii

10

11 dengan satuan masing-masing adalah: meter untuk panjang, kilogram untuk massa, sekon atau detik untuk waktu, ampere untuk kuat arus listrik, derajat Kelvin untuk suhu, mol untuk jumlah zat, dan kandela untuk intensitas cahaya. Besaran pokok, simbol besaran, satuan, dan simbol satuan tersebut dapat dilihat pada Tabel.. Tabel.. Tujuh besaran pokok dalam SI Besaran Pokok Simbol Besaran Satuan Simbol Satuan Panjang L meter m Massa M killogram kg Waktu S sekon s Kuat arus listrik I ampere A Suhu T derajat kelvin 0 K Jumlah zat N mol mol Intensitas cahaya Iv kandela cd Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan atau didefinisikan dari besaran pokok, dan satuan besaran turunan disesuaikan dengan satuan besaran pokoknya. Contoh besaran turunan yang sederhana adalah besaran luas yang diturunkan dari besaran pokok panjang, karena luas merupakan hasil kali dari dua besaran panjang yaitu panjang dan lebar, sehingga dalam SI luas mempunyai satuan m. Contoh besaran turunan yang lain adalah kelajuan, yang diturunkan dari besaran panjang dan besaran waktu, karena kelajuan adalah besaran panjang (jarak) dibagi dengan besaran waktu, sehingga dalam SI kelajuan mempunyai satuan m/s. Contoh beberapa besaran turunan dan satuannya dapat dilihat pada Tabel.. Tabel.. Contoh Besaran Turunan dan Satuannya Besaran turunan Satuan Simbol satuan Satuan dalam besaran pokok Luas meter m m persegi Volume meter kubik m 3 m 3 Kelajuan meter per m/s m/s detik Percepatan meter per m/s m/s detik kuadrat Buku Ajar Fisika

12 Massa jenis killogram kg/m 3 kg/m 3 per meter kubik Gaya Newton N kg.m/s Usaha dan energi Joule J kg.m /s Tekanan Pascal Pa kg/m.s Daya Watt W kg.m /s 3 Muatan listrik Coulomb C A.s Hambatan listrik Ohm Ω kg.m /A.s 3 Potensial listrik Volt V kg.m /A.s 3 Dan lain-lain.. Dimensi Besaran Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol (lambang) besaran pokok. Hal ini berarti bahwa dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok. Apapun jenis satuan besaran yang digunakan, tidak akan berpengaruh terhadap dimensi besaran tersebut. Misalnya besaran panjang yang mempunyai satuan yang berbeda-beda, seperti cm, m, km, inci, dan lain-lain, dimensinya tetap sama, yaitu L. Dalam ilmu mekanika, besaran pokok panjang, massa, dan waktu merupakan besaran yang berdiri bebas satu sama lain, sehingga besaran pokok panjang, massa, dan waktu dapat berperan sebagai dimensi. Dimensi besaran panjang dinyatakan dengan L, besaran massa dinyatakan dengan M, dan besaran waktu dinyatakan dengan T. Dimensi besaran yang dinyatakan dengan lambang huruf tertentu, biasanya diberi tanda [ ], sehingga besaran panjang mempunyai lambang dimensi [L], besaran massa mempunyai lambang dimensi [M], dan besaran waktu mempunyai lambang dimensi [T]. Tabel.3. menunjukkan lambang dimensi besaran pokok. Tabel.3. Lambang Dimensi Besaran Pokok Besaran pokok Satuan Dimensi Panjang meter (m) [L] Massa killogram (kg) [M] Waktu sekon atau detik (s) [T] Kuat arus listrik ampere (A) [I] Suhu derajat Kelvin ( o K) [ o ] Jumlah zat mol (mol) [N] Buku Ajar Fisika 3

13 Intensitas cahaya kandela (cd) [J] Dimensi besaran turunan dapat disusun dari dimensi-dimensi besaran pokok, dengan cara menganalisis hubungan antara besaran turunan terhadap besaran pokok, berdasarkan rumus yang berlaku. Contoh dimensi besaran turunan dapat dilihat pada Tabel.4. Tabel.4. Contoh Dimensi Besaran Turunan Besaran Turunan Analisis Dimensi Luas panjang x panjang [L] Volume panjang x panjang x panjang [L] 3 Kelajuan panjang / waktu [L][T] - Percepatan kelajuan / waktu [L][T] - Massa jenis massa / volume [M][L] -3 Gaya massa x percepatan [M][L][T] - Usaha gaya x panjang [M][L] [T] - Tekanan gaya / luas [M] [L] - [T] - Daya usaha / waktu [M][L] [T] -3 Dan lain-lain Contoh Soal:. Tentukan dimensi untuk besaran Berat Jenis Penyelesaian: Dimensi besaran dapat ditentukan dengan cara mencari hubungan antara besaran tersebut dengan besaran panjang, besaran massa, dan besaran waktu, sehingga dimensi besaran tersebut dapat dapat dinyatakan dalam [M], [L], dan/atau [T]. Berat jenis adalah perbandingan antara berat dengan volume (Rumus: BJ = W/V). Berat adalah gaya tarik bumi (Rumus: W=mg). Massa mempunyai dimensi [M] dan percepatan gravitasi bumi mempunyai dimensi [L] [T] -, sedangkan volume mempunyai dimensi [L] 3, sehingga dimensi berat jenis adalah: [berat jenis] = [M][L][T] - /[L] 3 = [M][L] - [T] - Contoh Soal:. Tentukan dimensi untuk besaran Energi Kinetik Penyelesaian: Buku Ajar Fisika 4

14 Energi kinetik adalah setengah dari perkalian massa dengan kuadrat dari kelajuan (Rumus: Ek=/ mv ). ½ adalah bilangan konstan sehingga tidak mempunyai dimensi, massa mempunyai dimensi [M], dan kelajuan mempunyai dimensi [L/T], sehingga dimensi Energi Kinetik adalah: [Energi Kinetik] = [M] [L/T] = [M] [L] [T] -.3. Awalan dan Lambang Bilangan Sepuluh Berpangkat Dalam perhitungan-perhitungan yang menggunakan bilangan yang besar dan bilangan yang kecil, serta untuk mempermudah penulisan dan pembacaannya, sering kali digunakan istilah yang menyatakan bilangan sepuluh berpangkat. Tabel.5 menunjukkan beberapa istilah yang sering dipakai untuk menyatakan bilangan sepuluh berpangkat. Tabel.5. Beberapa istilah bilangan sepuluh berpangkat Istilah Lambang Nilai kilo k 0 3 mega M 0 6 giga G 0 9 tera T 0 peta P 0 5 exa E 0 8 centi c 0 - milli m 0-3 mikro µ 0-6 nano N 0-9 pico P 0 - femto F 0-5 atto A 0-8 Contoh Soal:. Sebuah pembangkit listrik dapat menghasilkan daya sebesar.500 MWatt. Berapa besar daya tersebut bila dinyatakan dalam Watt, kwatt, dan GWatt? Penyelesaian:.500 MW =.500 x 0 6 W = 5 x 0 8 W Buku Ajar Fisika 5

15 = 5 x 0 8 x 0-3 kw = 5 x 0 5 kw = 5 x 0 8 x 0-9 GW =,5 GW.. Sebuah partikel mempunyai muatan listrik sebesar 40 µcoulomb (µc). Berapa Coulomb muatan partikel tersebut? Penyelesaian: 40 µc = = C. 3. Seorang anak mengendarai sepeda dengan kelajuan m/s. Berapa kelajuan sepeda tersebut bila dinyatakan dalam km/jam. Penyelesaian: Kelajuan = m/s = x 0-3 km//3.600 jam = 7, km/jam. 4. Peralatan listrik memerlukan daya 700 watt untuk mengoperasikannya. Berapa kwh energi yang diperlukan untuk mengoperasikan peralatan tersebut selama 0 jam? Penyelesaian: kwh adalah satuan energi, yang artinya kilo watt hour (kilo watt jam). Dari soal di atas, energi yang diperlukan = daya x waktu = 700 watt x 0 jam = watt jam = x 0-3 kilo watt jam = 7 kwh. Buku Ajar Fisika 6

16 RINGKASAN. Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka, dan mempunyai satuan.. Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. 3. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat berdiri sendiri, dan tidak tergantung pada besaran lain. 4. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok, yaitu panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, jumlah zat, dan intensitas cahaya, dengan satuan masing-masing adalah: meter untuk panjang, kilogram untuk massa, sekon atau detik untuk waktu, ampere untuk kuat arus listrik, derajat Kelvin untuk suhu, mol untuk jumlah zat, dan kandela untuk intensitas cahaya. 5. Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan atau didefinisikan dari besaran pokok, dan satuan besaran turunan disesuaikan dengan satuan besaran pokoknya. 6. Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol (lambang) besaran pokok. 7. Dimensi besaran turunan dapat disusun dari dimensi besaran pokok, dengan cara menganalisis hubungan antara besaran turunan terhadap besaran pokok, berdasarkan rumus yang berlaku. 8. Dalam perhitungan-perhitungan yang menggunakan bilangan yang sangat besar dan bilangan yang sangat kecil, serta untuk mempermudah penulisan dan pembacaannya, dapat menggunakan istilah dan lambang yang menyatakan bilangan sepuluh berpangkat. Buku Ajar Fisika 7

17 LATIHAN SOAL. Tunjukkan bahwa usaha dan energi mempunyai dimensi yang sama.. Sebuah mobil dikendarai dengan kecepatan sebesar 80 km/jam. Berapa kecepatan mobil tersebut bila dinyatakan dalam m/s? (, m/s) 3. Suatu benda mempunyai massa jenis kg/m 3. Nyatakan massa jenis tersebut dalam satuan g/cm 3. (9 g/cm 3 ). 4. Foot (kaki) dan inc adalah satuan panjang, dimana foot = 30,48 cm dan inch =,54 cm. Bila lebar sebuah trotoar adalah 5 kaki, berapa lebar tersebut bila dinyatakan dalam meter dan dalam inch? (,5 m), (60 inch). 5. Tekanan adalah gaya per satuan luas, dan satuan dalam SI adalah Newton/m (N/m ). Bila N = 0 5 dyne, nyatakan tekanan yang dialami oleh sebuah benda sebesar 35 N/m ke dalam satuan dyne/cm. (.350 dyne/cm ). 6. Angstrom (Ǻ) adalah satuan besaran panjang yang pertama kali didefinisikan oleh J.A. Bearden pada tahun 965 ( Ǻ = 0-0 m). Bila suatu preparat panjangnya 0,4 Ǻ, berapakah panjangnya bila dinyatakan dalam mikrometer dan dalam nanometer? (4.0-5 µm), (4.0 - nm). 7. Panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh sebuah lampu adalah 4 x 0-8 m. Nyatakan panjang gelombang tersebut dalam satuan Angstrom. (400 Ǻ). 8. Sebuah flashdisk mempunyai kapasitas penyimpanan data sebesar 8 gigabytes. Nyatakan kapasitas penyimpanan data tersebut dalam megabytes dan dalam terabytes. (8.0 3 Mbytes), (8.0-3 Terabytes). Buku Ajar Fisika 8

18 VEKTOR Materi : Vektor Sub Materi: - Skalar - Pengertian Vektor - Notasi dan Penggambaran Vektor - Penjumlahan Vektor - Pengurangan Vektor - Perkalian Vektor - Vektor Satuan Tujuan Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan membedakan besaran skalar dan besaran vektor, memahami operasi vektor (penjumlahan, pengurangan, dan perkalianvektor), dan memahami vektor satuan serta operasinya. Pada Bab I telah dibahas tentang besaran dan satuan, di mana dalam ilmu fisika terdapat banyak sekali besaran dan satuan yang digunakan untuk analisis, implementasi, dan perhitungan-perhitungan. Ditinjau dari segi besar dan arah, besaran-besaran tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu besaran yang hanya mempunyai nilai besaran saja, disebut dengan skalar, dan besaran yang mempunyai nilai besaran serta arah, disebut dengan vektor... Skalar Skalar adalah besaran yang mempunyai nilai besaran saja dan tidak mempunyai arah. Contoh skalar adalah panjang, volume, massa, waktu, kelajuan, dan lain-lain. Sebagai contoh, panjang tali = 5 m, volume air = 0 m 3, massa benda = kg, waktu tempuh = 6 jam, dan kelajuan mobil = 50 km/jam, yang kesemuanya hanya mempunyai nilai besaran saja dan tidak ada arahnya... Vektor Buku Ajar Fisika 9

19 Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai besaran dan mempunyai arah. Contoh vektor adalah perpindahan, gaya, kecepatan, percepatan, tekanan, dan lain-lain. Sebagai contoh: a. Sebuah benda mengalami perpindahan sejauh m, arah ke utara. b. Seoarang anak mendorong meja dengan gaya 0 Newton, arah ke depan. c. Mobil berjalan dengan kecepatan sebesar 50 km/jam, arah ke timur (besarnya kecepatan = kelajuan). d. Sebuah benda bergerak dipercepat dengan percepatan sebesar 0 m/s, arah ke sumbu-x positif. e. Tekanan air sebesar 5 Newton/m, arah ke atas. Contoh-contoh tersebut memperlihatkan bahwa vektor mempunyai besar dan mempunyai arah.... Notasi dan penggambaran Vektor Vektor digambarkan dengan anak panah yang mempunyai titik pada pangkalnya. Panjang anak panah menyatakan besarnya vektor, arah anak panah menyatakan arah vektor, dan titik pangkal anak panah menyatakan titik dimana vektor tersebut bekerja. PQ Pada gambar vektor PQ, panjang PQ menyatakan besarnya vektor PQ, arah anak panah menyatakan arah vektor PQ, dan titik P adalah titik dimana vektor PQ bekerja. Jadi apabila vektor PQ yang besarnya 3 Newton digambarkan dengan anak panah sepanjang satu satuan, maka vektor AB yang besarnya 6 Newton digambarkan dengan anak panah sepanjang dua satuan. Catatan: a. Dua vektor dikatakan sama apabila dua vektor tersebut besarnya sama dan arahnya sama (searah). a = b b. Dua vektor dikatakan tidak sama apabila: - Besarnya sama, arahnya tidak sama Buku Ajar Fisika 0

20 a b - Besarnya tidak sama, arahnya sama. a b - Besarnya tidak sama, arahnya tidak sama a b c. Suatu vektor dikatakan negatif dari vektor yang lain, apabila kedua vektor tersebut besarnya sama dan arahnya berlawanan. ` a = - b... Penjumlahan Vektor Dua vektor atau lebih dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan jumlahan dari beberapa vektor tersebut, yang disebut dengan resultante vektor (resultan). Beberapa metode dapat digunakan untuk menjumlahkan beberapa vektor, yaitu: Metode Jajaran Genjang, Metode Segi Siga, Metode Polygon, dan Metode Uraian. A. Metode Jajaran Genjang Metode jajaran genjang ini digunakan untuk menjumlahkan dua vektor, dan akan menghasilkan resultan dari kedua vektor tersebut. Perhatikan gambar.. R A B Buku Ajar Fisika

21 A P θ θ θ R B Gambar.. Metode Jajaran Genjang Untuk mencari besarnya R atau R, digunakan rumus trigonometri. R A B AB cos dimana θ adalah sudut apit antara kedua vektor yang dijumlahkan ( A dan B ). Arah resultan R ditentukan dengan menggunakan rumus sinus: A B R sin sin sin Rumus tersebut diperoleh dari: A B R 0 sin sin sin(80 ) karena sin (80 0 -θ) = sin θ, maka A B R sin sin sin Lihat gambar., ilustrasi perolehan rumus di atas: θ θ θ Gambar.. Ilustrasi segitiga Dari rumus tersebut, θ (sudut apit antara A dan R) atau θ (sudut apit antara B dan R) dapat dihitung, dan dapat digunakan untuk menentukan arah R, terhadap vector A atau terhadap vektor B. Keadaan khusus: Buku Ajar Fisika

22 Apabila vektor A tegak lurus dengan vektor B, pada gambar.3. maka: R R R A A A B B B AB cos90 AB.0 A R P B Gambar.3. Ilustrasi tegak lurus Apabila vektor A searah dengan vektor B, maka: R R A A B B AB cos 0 AB. R A B A B Apabila vektor A berlawanan arah dengan vektor B, maka: R R A A B B AB cos80 AB. R A B B. Metode Segi Tiga Metode segi tiga digunakan untuk menjumlahkan dua vektor secara grafis, dengan cara menempelkan titik pangkal vektor yang satu (A) ke ujung vektor yang lain (B). Resultan kedua vektor tersebut (R) diperoleh dengan cara menarik anak panah dari titik pangkal B ke ujung vektor A. Buku Ajar Fisika 3

23 A B A B + menghasilkan resultan: p R C. Metode Polygon Metode polygon digunakan untuk menjumlahkan lebih dari dua vektor secara grafis, dengan cara menempelkan titik pangkal vektor yang satu (B) ke ujung vektor yang lain (A), kemudian titik pangkal vektor yang lainnya lagi ditempelkan pada ujung vektor B, dan seterusnya.. Resultan kedua vektor-vektor tersebut (R) diperoleh dengan cara menarik anak panah dari titik pangkal A ke ujung vektor yang terakhir dijumlahkan. A B C D menghasilkan resultan: P A B C D D. Metode Uraian R Metode uraian digunakan untuk menjumlahkan dua vektor atau lebih dengan menggunakan koordinat, dan dalam hal ini akan digunakan koordinat sumbu-x dan sumbu-y atau dua dimensi. Caranya adalah dengan menguraikan masing-masing vektor ke arah sumbu-x dan ke arah sumbu-y, atau menjadi komponen sumbu-x dan komponen sumbu-y, kemudian masing-masing dijumlahkan, sehingga menghasilkan resultan untuk vektor-vektor komponen sumbu-x (Rx) dan vektor-vektor komponen sumbu-y (Ry). Dengan menjumlahkan Rx dan Ry maka akan diperoleh resultan (R), yang merupakan hasil akhir dari penjumlahan vektor-vektor. Arah resultan dapat ditentukan dengan Buku Ajar Fisika 4

24 mencari sudut apit (θ) antara R dengan sumbu-x, dengan menghitung tangen θ, yaitu tg θ = Ry/Rx, θ = arc tg Ry/Rx. Komponen arah sumbu-x: Rx = ax b dx Komponen arah sumbu-y: Ry = ay c dy R =, sedangkan arah dari R bisa diperoleh dari tg Ry Rx Ry arc Rx Perhatikan gambar.4. uraian vektor berikut ini: y a a y a dx θ θ ax x d d y c Gambar.4. Uraian Vektor Perhatikan tanda positif dan tanda negatif dari penjumlahan vektor-vektor pada sumbu-x dan pada sumbu-y. Pada umumnya vektor yang ke arah kanan sumbu-x diberi tanda positif dan vektor yang ke arah kiri sumbu-x diberi tanda negatif. Demikian pula vektor yang ke arah atas sumbu-y diberi tanda positif dan vektor yang ke arah bawah sumbu-y diberi tanda negatif...3. Pengurangan Vektor Pengurangan vektor prinsipnya sama dengan penjumlahan vektor, tetapi karena vektor adalah besaran yang mempunyai arah maka tanda minus (-) pada vektor menunjukkan penjumlahan (+) namun arahnya berlawanan. Jadi A - B = A + (-B). Perhatikan gambar.5 resultan vektor, dan pengurangan vektor.6.. Buku Ajar Fisika 5

25 P θ θ θ A R B Gambar.5. ResultanVektor R A B A B 80 o -θ P θ Gambar.6. Pengurangan Vektor R R R A A A B B B AB cos(80 0) AB( cos ) AB(cos ) Contoh Soal:. Vektor a dan b besarnya masing-masing 30 N dan 40 N. Tentukan besar dan arah resultan a dan b, apabila kedua vektor tersebut adalah: a. Mengapit sudut 45 o b. Mengapit sudut 35 o c. Saling tegak lurus d. Searah e. Berlawanan arah f. Tentukan besar dan arah a - b Buku Ajar Fisika 6

26 Penyelesaian: a. Apabila kedua vektor mengapit sudut 45 o, maka: a = 30 N b = 40 N θ = 45 0 a R P b Gambar.7. Vektor mengapit sudut 45 o R R A B AB(cos ) cos 45 0 R ,7 R 64,78N Arah R: a R sin sin 30 64,78 sin sin 0 30.(sin 45 ) sin 64,78 sin 0,3 8,9 0 Maka arah R terhadap vektor B adalah 8,9 0 b. Apabila kedua vektor mengapit sudut 35 o, maka: a = 30 N b = 40 N θ = 35 0 Buku Ajar Fisika 7

27 a R b Gambar.8 Vektor mengapit sudut 35 o R R A B AB(cos ) cos35 0 R ( 0,7) R 8,34N Arah R: a R sin sin 30 8,34 sin sin 0 30.(sin35 ) sin 8,34 sin 0,75 48,59 0 Maka arah R terhadap vektor B adalah 48,59 0 c. Apabila kedua vektor saling tegak lurus, maka: a = 30 N b = 40 N θ = 90 0 Buku Ajar Fisika 8

28 a R Gambar.9 Vektor saling tegak lurus b R R A B AB(cos ) cos 90 0 R R 50N Arah R: a R sin sin sin sin 0 30.(sin 90 ) sin 50 sin 0,6 36,87 0 Maka arah R terhadap vektor B adalah 36,87 0 d. Apabila kedua vektor searah, maka: a = 30 N b = 40 N θ = 0 0 a b Gambar.0 Vektor searah R a b R N Arah R ke kanan Buku Ajar Fisika 9

29 e. Apabila kedua vektor berlawanan arah, maka: a = 30 N b = 40 N θ = 80 0 b a Gambar. Vektor berlawanan arah R a b R N R 0N Tanda negatif berarti arah R ke kiri f. a - b a = 30 N b = 40 N R a b b Gambar. Vektor a-b R R A B AB(cos ) cos 45 0 R ,7 R 64,78N. Pada koordinat sumbu-x dan sumbu-y terdapat vektor-vektor sebagai berikut: vektor a sebesar 4 N arah ke sumbu-y positif, vektor b sebesar 6 N Buku Ajar Fisika 0

30 arah ke sumbu-x negatif, vektor c sebesar 8 N membentuk sudut 30o dengan sumbu x-positif, dan vektor d sebesar 6 N membentuk sudut 35o dengan sumbu x-positif. Tentukan besar dan arah resultan dari keempat vektor tersebut. y a c y c b d x c x x d d y Gambar.3 Penguraian vektor a = 4 N b = 6 N c = 8 N d = 6 N θ = 30 0 θ = 35 0 Arah sumbu x: Rx c d Rx c cos d.cos b Rx 8.cos 30 x Arah sumbu y: x b. o 6.cos35 o 6 5,7N Ry a c d Ry 4 c.sin d.sin Rx 4 8sin 30 y y o 6.sin35 o 6 3,76N Buku Ajar Fisika

31 R R x R y R 5,7 3,76 6, 39N Arah R: tg 38,98 Rx Ry o 5,7 6,39 0,8 Maka arah R adalah 38,98 o..4. Perkalian Dua Vektor Dalam pembahasan perkalian dua vektor ini, akan dibahas perkalian dua vektor untuk dua dimensi. Dalam perkalian dua vector, dikenal dua jenis, yaitu Perkalian Skalar antara dua vektor dan Perkalian Vektor antara dua vektor. A. Perkalian Skalar Jika terdapat dua vektor a dan b, dengan sudut apit antara kedua vektor tersebut adalah θ, maka perkalian skalar antara vektor a dan b besarnya adalah: a.b = a b cos θ Hasil dari perkalian skalar antara dua vektor adalah besaran skalar, sehingga hanya mempunyai besar saja dan tidak mempunyai arah. Perkalian skalar antara dua vektor disebut juga dengan Perkalian Titik (Dot Product). B. Perkalian Vektor Jika terdapat dua vektor a dan b, dengan sudut apit antara kedua vektor tersebut adalah θ, maka perkalian vektor antara vektor a dan b besarnya adalah: a x b = a b sin θ Hasil dari perkalian vektor antara dua vektor adalah besaran vektor, sehingga selain mempunyai besar, juga mempunyai arah. Perkalian vektor antara Buku Ajar Fisika

32 dua vektor disebut juga dengan Perkalian Titik (Cross Product). Vektor hasil perkalian a x b mempunyai arah sesuai dengan arah putar sekrup, sebagai berikut: - Jika vektor a terhadap vektor b memutar ke kanan (searah jarum jam), maka hasil a x b adalah vektor yang arahnya tegak lurus ke bawah (besarnya adalah ab sin θ). Demikian pula sebaliknya, hasil b x a adalah vektor yang arahnya tegak lurus ke atas (besarnya adalah ba sin θ). Perhatikan gambar.4. b x a b a a x b Gambar.4 Vektor a terhadap vektor b memutar ke kanan - Jika vektor a terhadap vektor b memutar ke kiri (berlawanan arah jarum jam), maka hasil a x b adalah vektor yang arahnya ke atas (besarnya adalah ab sin θ). Demikian pula sebaliknya, hasil b x a adalah vektor yang arahnya ke bawah (besarnya adalah ba sin θ). Buku Ajar Fisika 3

33 a x b b a b x a Gambar.5 Vektor a terhadap vektor b memutar ke kiri..5. Vektor Satuan Vektor Satuan adalah vektor yang menunjukkan satu satuan dan menunjukkan arah dari vektor dalam sistem koordinat x,y, dan z.. Dalam system koordinat x,y, dan z, dikenal tiga vektor satuan, yaitu i, j, dan k. Vektor satuan i menunjukkan bahwa arah vektor adalah ke sumbu-x, vektor satuan j menunjukkan bahwa arah vektor adalah ke sumbu-y, dan vektor satuan k menunjukkan bahwa arah vektor adalah ke sumbu-z. Sebagai contoh, apabila dituliskan a = 6 i, artinya adalah bahwa vektor a besarnya 6 satuan dan arahnya ke sumbu-x positif. Bila dituliskan b = 6 i + 0 j, artinya adalah bahwa b tersusun dari komponen sumbu-y ang besarnya 6 satuan, arah ke sumbu sumbu-x, dan komponen vektor yang besarnya 0 satuan, arah ke sumbu-y positif. Bila dituliskan c = -4i 6j + k, artinya adalah bahwa c tersusun dari komponen vektor yang besarnya 4 satuan, arah ke sumbu-x negatif, komponen vektor yang besarnya 6 satuan, arah ke sumbu-y negatif, dan komponen vektor yang besarnya satuan, arah ke sumbu-z positif. Perhatikan gambar.6. Buku Ajar Fisika 4

34 y c 4 i 6 j k b 6 i0 j a 6 i x z Gambar.6 Vektor c = -4i 6j + k Dari uraian di atas dapat dirumuskan perkalian skalar dan perkalian vektor antara dua vektor satuan sebagai berikut: i.i = j.j = k.k =. cos 0 0 = i.j = j.k = k.i =. cos 90 0 = 0 i x i = j x j = k x k =. sin 0 0 = 0 i x j =. sin 90 0 =, arah ke ke sumbu-z sehingga i x j = k j x k =. sin 90 0 =, arah ke ke sumbu-x sehingga j x j = i k x i =. sin 90 0 =, arah ke ke sumbu-y sehingga k x i = j Jadi: i x j = k j x i = - k j x k = i dan k x j = - i k x i = j i x k = - j Bila: a = ai + aj + a3k b = bi + bj + b3k di mana a, a, a3, b, b, dan b3 adalah bilangan konstan, maka: a x b = (ai + aj + a3k) x (bi + bj + b3k), bila dihitung dengan menggunakan rumus perkalian vektor satuan, akan diperoleh hasil sebagai berikut: Buku Ajar Fisika 5

35 a x b = (ai x bi + ai x bj + ai x b3k) + (aj x bi + aj x bj + aj x b3k) + (a3k x bi + a3k x bj + a3k x b3k) = ( 0 + abk + (-ab3j) + ((-abk) (ab3i)) + (a3bj + (- a3bi) + 0) = (ab3i a3bi) + (-ab3j + a3bj) + (abk - abk) = (ab3 ba3) i (ab3 ba3) j + (ab ba) k Hasil di atas jika disusun dalam bentuk determinan, akan diperoleh sebagai berikut: a x b = i j k = i a a3 + j a a3 + k a a a a a3 b b3 b b3 b b b b b3 Buku Ajar Fisika 6

36 RINGKASAN. Skalar adalah besaran yang mempunyai nilai besaran saja dan tidak mempunyai arah.. Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai besaran dan mempunyai arah. 3. Pada vektor-vektor dapat dilakukan operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian vektor. 4. Penjumlahan vektor dapat dilakukan dengan metode jajaran genjang, metode segitiga, metode polygon, dan metode uraian pada sistem koordinat X dan Y. 5. Pengurangan vektor adalah sama dengan penjumlahan vektor, tetapi dengan vektor negatifnya. 6. Perkalian vektor ada dua, yaitu perkalian skalar (dot product) dan perkalian vektor (cross product), dimana hasil perkalian skalar adalah besaran skalar dan hasil perkalian vektor adalah besaran vektor. 7. Vektor Satuan adalah vektor yang besarnya satu satuan dan menunjukkan arah vektor dalam sistem koordinat X, Y, dan Z. Dalam sistem koordinat X, Y, dan Z, dikenal tiga vektor satuan, yaitu i, j, dan k. 8. Vektor satuan i menunjukkan bahwa arah vektor adalah ke sumbu-x, vektor satuan j menunjukkan bahwa arah vektor adalah ke sumbu-y, dan vektor satuan k menunjukkan bahwa arah vektor adalah ke sumbu-z. 9. Pada vektor satuan i,j, dan k berlaku operasi perkalian vektor yaitu dot product dan cross product. 0. Hasil dot product vektor satuan adalah: i.i = j.j = k.k = dan i.j = j.k = k.i = i.i = 0. Hasil cross product vektor satuan adalah: i x i = j x j = k x k = 0 dan i x j = k, j x j = i, dan k x i = j Buku Ajar Fisika 7

37 LATIHAN SOAL. Vektor p dan vektor q terletak pada sebuah bidang datar, sebagai berikut: a. Berapa besar p x q, dan ke mana arahnya? b. Berapa besar q x p, dan ke mana arahnya?. Pada koordinat x, y, dan z terdapat vektor a, vektor b, dan vektor c, sebagai berikut: a. Berapa besar a x b, dan ke mana arahnya? b. Berapa besar b x c, dan ke mana arahnya? c. Berapa besar c x a, dan ke mana arahnya? 3. Terdapat vektor a dan vektor b sebagai berikut: a = 3i + 4j b = 3j + 6k Hitunglah berapa a x b? 4. Terdapat vektor p dan vektor q sebagai berikut: p = 4i + 5j 0k q = 3i - 4j + 3k Hitunglah berapa p x q 5. Dua vektor besarnya masing-masing 00 satuan dan 00 satuan. Tentukan besar dan arah resultan kedua vektor tersebut, apabila kedua vektor tersebut adalah: a. Mengapit sudut 60 o b. Mengapit sudut 0 o c. Saling tegak lurus d. Searah e. Berlawanan arah Tentukan pula besar dan arah untuk hasil pengurangan kedua vektor tersebut. Buku Ajar Fisika 8

38 6. Bila diketahui vektor a = satuan, vektor b = 4 satuan, vektor c = 6 satuan, α = 60 o, tentukan besar dan arah resultan ketiga vektor tersebut. (,54 N), arah ke sb Y+ 7. Bila diketahui vektor a = 0 satuan, vektor b = 6 satuan vektor c = satuan, dan α = 60 o, tentukan besar dan arah resultan ketiga vektor tersebut. 8. Pada koordinat sumbu-x dan sumbu-y terdapat vektor-vektor sebagai berikut: vektor p sebesar 0 N arah ke sumbu-x positif, vektor q sebesar 6 N arah ke sumbu-x positif, vektor r sebesar 0 N membentuk sudut 45o dengan sumbu x-positif, vektor s sebesar 0 N membentuk sudut 80o dengan sumbu x-positif, dan vektor t membentuk sudut 35o dengan sumbu x-positif. Tentukan besar dan arah resultan dari kelima vektor tersebut. 9. Gambar berikut menunjukkan vektor a dan vektor b yang keduanya terletak pada bidang buku (kertas) ini. Tentukan besar dan arah dari a x b dan b x a. Berapa besar dari dot product antara kedua vektor tersebut? 0. Pada koordinat x, y, dan z terdapat vektor p, vektor q, dan vektor r, sebagai berikut: a. Berapa besar q x p, dan ke mana arahnya? b. Berapa besar r x q, dan ke mana arahnya? c. Berapa besar p x r, dan ke mana arahnya? d. Berapa besar p x p, dan ke mana arahnya? e. Berapa besar p. r? f. Berapa besar p. p?. Terdapat vektor a dan vektor b sebagai berikut: Buku Ajar Fisika 9

39 p = 4i + j q = 5j - k r = -5i 4k a. Berapa p x q dan berapa p. q b. Berapa q x r dan berapa q. r c. Berapa r x p dan berapa r. p. Terdapat vektor a dan vektor b sebagai berikut: a = i - 0j 0k b = -5i - j + k Hitunglah berapa hasil p x q, dan berapa hasil p. q? Buku Ajar Fisika 30

40 3 KINEMATIKA Materi : Kinematika Sub Materi : - Perpindahan - Kecepatan - Percepatan - Gerak Lurus Beraturan - Gerak Lurus Berubah Beraturan - Gerak Dengan Percepatan Konstan - Gerak Jatuh Bebas - Gerak Peluru Tujuan : Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian kinematika, mampu menjelaskan pengertian perpindahan, kecepatan, dan percepatan, memahami gerak lurus beraturan. gerak lurus berubah beraturan, gerak dengan percepatan konstan, gerak jatuh bebas, dan gerak peluru. Kinematika adalah bagian dari ilmu mekanika yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab gerak tersebut. Partikel adalah benda yang ukurannya amat kecil, diasumsikan hanya bergerak translasi tanpa rotasi, dan akan digunakan sebagai suatu model yang akan diamati pada pembahasan kinematika ini 3.. Perpindahan, Kecepatan, dan Percepatan Perpindahan, Kecepatan, dan Percepatan, semuanya adalah besaran vektor sehingga masing-masing mempunyai besar dan arah. Tetapi kalau besarnya perpindahan, yang biasa disebut dengan jarak tempuh adalah besaran skalar. Demikian pula, besarnya kecepatan yang biasa disebut dengan kelajuan adalah besaran skalar. - Perpindahan Buku Ajar Fisika 3

41 Apabila suatu partikel bergeser dari posisi (posisi awal) ke posisi (posisi sekarang), maka perpindahan adalah perubahan posisi yang dialami oleh partikel tersebut, tanpa memperhatikan lintasan atau jalan yang dilalui oleh partikel tersebut. Posisi suatu titik dinyatakan dengan suatu vektor terhadap titik pusat koordinat. Jika posisi titik awal dinyatakan dengan vektor r dan posisi titik sekarang dinyatakan dengan vektor r, maka perpindahan didefinisikan sebagai r r. Gerak benda dalam suatu ruang dinyatakan dengan vektor perpindahan sebagai berikut: r x i y j z k - Kecepatan Kecepatan partikel P adalah perpindahan yang dilakukan oleh partikel P tersebut dibagi dengan waktu yang diperlukan oleh partikel P untuk melakukan perpindahan. Dengan demikian kecepatan rata-rata partikel P selama selang waktu t, adalah: V rata rata r t Kecepatan sesaat pada saat waktu t dapat dituliskan: V ins r lim t0 t d r dt - Percepatan Percepatan yang dialami oleh partikel P, adalah perubahan kecepatan dibagi dengan waktu yang diperlukan oleh partikel P untuk perubahan kecepatan tersebut. Dengan demikian percepatan rata-rata yang dialami partikel P, adalah: a rata rata v t Percepatan sesaat pada saat waktu t dapat dituliskan: Buku Ajar Fisika 3

42 a ins v lim t0 t d v dt 3.. Gerak Lurus Beraturan (GLB) Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak benda titik yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu tetap, baik besar dan arahnya. Oleh karena itu, pada GLB ini percepatan benda yang bergerak adalah nol. GLB dapat diilustrasikan pada gambar 3.. dan gambar 3.. x 0 x x t t 0 t =t Gambar 3.. Ilustrasi GLB x v a t t t Gambar 3.. Grafik perpndahan, kecepatan, dan percepatan untuk GLB Karena partikel bergerak lurus dengan percepatan a = 0, maka diperoleh persamaan: Buku Ajar Fisika 33

43 berarti v adalah suatu bilangan konstan. Dari persamaan: dx v dt dx vdt a dv dt Jika pada saat t = 0, posisi partikel berada pada x0, dan pada saat t = t, posisi 0 partikel berada pada x(t), maka dapat dituliskan persamaan: dx vdt xt x0 dx x( t) x x( t) x t vdt vt vt 3.3. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) Adalah gerak benda titik yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu tidak sama besar karena adanya percepatan yang tetap, sedangkan arah gerak tetap. Oleh karena itu, pada GLBB ini percepatan benda yang bergerak tetap, bisa positif (dipercepat) dan bisa negatif (diperlambat). GLBB dapat diilustrasikan pada gambar 3.3 dan gambar 3.4. x 0 x x t t 0 t t Gambar 3.3. Ilustrasi GLBB Buku Ajar Fisika 34

44 x v a t t t Gambar 3.4. Grafik perpndahan, kecepatan, dan percepatan untuk GLBB Gerak partikel dengan kecepatan konstan Apabila suatu partikel bergerak lurus dengan percepatan konstan (a bilangan konstan), maka: dv a dt dv adt Bila pada saat t = 0, kecepatan awal partikel adalah V0, dan pada saat t = t, kecepatan partikel adalah v(t), maka: Dari persamaan: dx v dt dx vdt dv adt vt v0 dx vt vo at v( t) v t 0 0 adt at Jika pada saat t = 0, posisi partikel berada pada x0, dan pada saat t = t, posisi partikel berada pada x(t), maka dapat dituliskan persamaan: dx vdt xt x0 dx 0 x( t) x 0 x( t) x t vdt 0 t 0 v 0 v0t at v0t at a. tdt 3.3. Gerak Jatuh Bebas (GJB) Buku Ajar Fisika 35

45 Gerak jatuh bebas dapat dianggap sebagai kondisi khusus dari gerak lurus pada sumbu-y. Pada gerak jatuh bebas diperoleh kondisi: vo = 0, karena benda jatuh bebas (tanpa kecepatan awal), a = percepatan gravitasi bumi (g) dan arahnya menuju ke pusat bumi (ke bawah). A B v h 0 a g C Gambar 3.5. Gerak Jatuh Bebas Gambar 3.5 adalah benda jatuh bebas dari ketinggian h di atas tanah, maka diperoleh persamaan gerak lurus berubah beraturan untuk gerak jatuh bebas, sebagai berikut: Titik A Pada titik A(titik awal jatuh), kecepatan benda adalah nol, percepatan (a) = percepatan gravitasi bumi (g), arah ke pusat bumi (ke bawah). Titik B Pada titik B (antara titik awal dengan tanah), maka percepatan, kecepatan, dan posisi benda adalah sebagai berikut: Percepatan: a=g, arah ke bawah. Kecepatan: V g. t B B Posisi: AB V 0. t B gt B AB 0 gt B Buku Ajar Fisika 36

46 Jadi posisi benda berada pada jarak dimana t B adalah waktu yang diperlukan benda sampai ke titik B. Titik C gt dari titik awal jatuh bebas, Pada titik C (titik dipermukaan tanah), maka waktu tempuh, percepatan, kecepatan, dan posisi benda adalah sebagai berikut: Waktu tempuh: Waktu tempuh untuk mencapai permukaan tanah: h V t t c tc 0 h g h g gt dimana tc adalah waktu yang diperlukan benda dari titik awal jatuh bebas sampai ke tanah dan h adalah jarak titik awal jatuh bebas dengan permukaan tanah. Percepatan: a= g, arah ke bawah Kecepatan: V L = g.tc = Posisi: h gt c g h g Apabila waktu tc bisa diukur, maka h bisa diketahui nilainya. Mari kita lihat beberapa contoh soal berikut ini:. Bola jatuh bebas dari ketinggian 50 m. B Buku Ajar Fisika 37

47 a. Berapakah laju bola sesaat sebelum sampai di tanah? (3,4 m/s). b. Berapakah waktu yang diperlukan bola untuk mencapai tanah? (3, s). Diketahui (g=9,8 m/s). Jawab: t = h / g = ( (50)/9,8) / = 3, s v = gt = 9,8 (3,) = 3,4 m/s.. Seorang pemain ski dari keadaan diam meluncur ke bawah sejauh 9 m dalam waktu 3 detik. Setelah berapa waktu orang itu mencapai kecepatan 4 m/s. Anggaplah orang itu mengalami percepatan tetap. ( s). Jawab: x = vot + ½ at 9 = 0 + ½ a 3 a = m/s v = vo + at 4 = 0 + t t = s. 3. Batu dilempar ke atas dengan kecepatan 0 m/s, dan ditangkap lagi sewaktu turun di titik 5,0 m di atas titik awalnya. a. Hitunglah kecepatan batu pada saat ditangkap. (7,3 m/s). b. Hitung juga waktu perjalanan batu. (3,8 s). Pada saat batu sampai titik tertinggi, kecepatannya = 0, sehingga: 0 = vo gt 0 = 0 0t, sehingga diperoleh t = s. Saat dilempar ke atas, ketinggian batu mencapai: h = vot ½ gt = 0 () ½ (0) = 40 0 = 0 m. a. Pada saat ditangkap lagi, batu berada di titik 5,0 m di atas titik awalnya, berarti posisi batu berada pada jarak 5 m dari titik tertinggi, sehingga: Buku Ajar Fisika 38

48 5 = 0 + ½ (g) t atau 5 = 5 t t =,73 s Kecepatan batu saat ditangkap: v = vo + gt = (,73) = 7,3 m/s. b. Waktu yang diperlukan batu dari titik tertinggi sampai titik awal: h = vot + ½ g t 0 = t 0 atau t = s Gerak Peluru Gerak peluru merupakan gerak dalam dua dimensi (bidang). Gerak peluru terjadi apabila sebuah benda dilempar dengan kecepatan yang besarnya tertentu, dan membentuk sudut dengan sudut tertentu dengan arah horizontal, yang disebut sudut elevasi. Karena lintasan yang terbentuk adalah lintasan parabola, maka gerak peluru disebut juga dengan gerak parabola, seperti pada Gambar... Gambar 3.6. Gerak Peluru Pada Gambar 3.6., sebuah benda dilempar dari titik awal A di permukaan tanah dengan kecepatan awal Vo dan sudut elevasi α. Selanjutnya benda akan bergerak melalui titik P (titik sebelum benda mencapai titik tertinggi lintasan), titik B (titik tertinggi lintasan), titik Q (titik setelah benda mencapai titik tertinggi lintasan), dan titik C (titik dimana benda kembali ke tanah). Berikut akan ditinjau keadaan benda pada saat berada pada masing-masing titik tersebut (massa benda dan gesekan benda dengan udara diabaikan). Buku Ajar Fisika 39

49 Titik A. Pada titik A (titik awal ini, keadaan benda adalah sebagai berikut: Titik P. - Kecepatan Kecepatan benda pada saat benda berada di titik A adalah Vo, yang dapat diuraikan menjadi Vo cos (arah sb-x) dan V sin (arah sb-y) - Posisi Posisi benda pada saat berada pada titik A adalah (0,0). Pada titik P (titik sebelum benda mencapai titik teratas) ini, keadaan benda adalah sebagai berikut: - Kecepatan Kecepatan benda pada saat benda berada di titik P adalah sebagai berikut: Vpx Vo cos Vpy Vo sin gt p (gerak diperlambat oleh percepatan gravitasi bumi) Vp Vp x Vp y Arah Vp: tg Vpy Vpx Vpy arctg Vpx - Posisi, sehingga: Posisi benda pada saat berada pada titik P adalah sebagai berikut: Xp Vo cos. t p Yp Vo sin. t p gt p dimana t p adalah waktu yang diperlukan benda untuk mencapai titik P, sehingga koordinat titik P adalah (Xp, Yp). Buku Ajar Fisika 40

50 Titik B. Pada titik B (titik tertinggi lintasan) ini, keadaan benda adalah sebagai berikut: - Waktu Tempuh Pada saat benda mencapai titik B, maka kecepatan ke arah sb-y (ke atas) adalah nol, karena benda berhenti sejenak. sehingga: Vy B t 0 Vo sin. gt B Vo sin g B 0 Jadi waktu yang diperlukan benda untuk mencapai titik tertinggi B adalah: t B Vo sin g - Kecepatan Kecepatan benda pada saat benda berada di titik B adalah sebagai berikut: V Bx Vo cos V BY 0, sehingga kecepatan benda pada saat berada di titik B adalah: V Bx Vo cos - Posisi Posisi benda pada saat berada pada titik B adalah sebagai berikut: X X B X B Vo cos B t B Vo sin Vo cos g Vo cos sin g cos sin X B Vo g Buku Ajar Fisika 4

51 X B Vo sin g Y B Vo sin t B gt B Y B Y B Vo sin Vo sin Vo sin g g g Vo sin g Vo sin g Titik Q. Vo sin Y B g Jadi koordinat titik B (titik tertinggi) adalah Vo sin Vo sin, g g Pada titik Q (titik setelah benda melewati titik tertinggi) ini, keadaan benda adalah sebagai berikut: - Kecepatan Kecepatan benda pada saat benda berada di titik Q adalah sebagai berikut: V QX Vo cos V Vo sin Qy gt Q (gerak dipercepat oleh percepatan gravitasi bumi) V Q V Q x V Q y Arah V Q : V tg V Q y Q x, sehingga: arctg - Posisi V V Q y Qx Posisi benda pada saat berada pada titik Q adalah sebagai berikut: Buku Ajar Fisika 4

52 Titik C. V Vo cos. Y Q t Q Q Vo sin. t Q gt Q dimana t Q adalah waktu yang diperlukan benda untuk mencapai titik Q. Jadi koordinat titik Q adalah (X Q, Y Q ). Pada titik C (titik terjauh lintasan) ini, keadaan benda adalah sebagai berikut: - Waktu Tempuh Pada saat benda mencapai titik C, maka ketinggian benda terhadap permukaan tanah adalah nol, sehingga: Y C 0 Vo sin. t C gtc 0 Vo sin. t C gt t C Vo sin g C Hal tersebut berarti bahwa waktu tempuh untuk mencapai titik terjauh (titik C) adalah dua kali waktu tempuh untuk mencapai titik tertinggi (titik B). - Kecepatan Kecepatan benda pada saat benda berada di titik C adalah sebagai berikut: V Vo cos. x t C V x V x Vo sin Vo cos. g Vo sin g Vy Vo sin. t c gt c Buku Ajar Fisika 43

53 Vo sin Vo sin Vy Vo sin. g g g Vy Vo sin g Vo sin g 4Vo sin Vy g - Posisi Posisi benda pada saat berada pada titik C adalah sebagai berikut: Xc Vo cos. t C Vo sin Xc Vo cos. g Vo Xc Yc 0 sin g Jadi koordinat titik C adalah Vo sin,0 g Buku Ajar Fisika 44

54 RINGKASAN. Kinematika adalah bagian dari ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab gerak tersebut.. Perpindahan adalah perubahan posisi yang dialami oleh partikel, tanpa memperhatikan lintasan atau jalan yang dilalui oleh partikel tersebut. Perpindahan merupakan besaran vektor, sedangkan jarak tempuh (lintasan) adalah besaran skalar. 3. Kecepatan adalah perpindahan yang dilakukan oleh partikel dibagi dengan waktu yang diperlukan oleh partikel untuk melakukan perpindahan. Kecepatan merupakan besaran vektor, sedangkan kelajuan (besarnya kecepatan) adalah besaran skalar. 4. Terdapat dua macam kecepatan yaitu kecepatan rerata dan kecepatan sesaat, dimana kecepatan rerata adalah perubahan posisi dibagi dengan selang waktu, sedangkan kecepatan sesaat adalah V ins r d r lim (merupakan turunan t0 t dt pertama dari perpindahan yang merupakan fungsi waktu). 5. Percepatan adalah perubahan kecepatan dibagi dengan waktu yang diperlukan oleh partikel untuk melakukan perubahan kecepatan. 6. Terdapat dua macam percepatan yaitu percepatan rerata dan percepatan sesaat, dimana percepatan rerata adalah perubahan kecepatan dibagi dengan selang waktu, sedangkan percepatan sesaat adalah a ins v d v lim. t0 t dt (merupakan turunan pertama dari kecepatan dan turunan kedua dari fungsi posisi, yang merupakan fungsi waktu). 7. Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak benda yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu tetap, baik besar dan arahnya. sehingga pada GLB percepatan benda yang bergerak adalah nol. Buku Ajar Fisika 45

55 8. Gerak Lurus Beraturan (GLBB) adalah gerak benda yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu tidak sama besar karena adanya percepatan yang tetap, sedangkan arah gerak tetap. Oleh karena itu, pada GLBB ini percepatan benda yang bergerak adalah tetap. 9. Gerak jatuh bebas adalah GLBB dipercepat oleh percepatan gravitasi bumi arah ke bawah, sedangkan kecepatan awalnya nol. 0. Gerak peluru adalah gerak yang terdiri atas GLB (arah horizontal) dan GLBB (arah vertikal) sehingga membentuk lintasan peluru (lintasan parabola). Buku Ajar Fisika 46

56 LATIHAN SOAL Soal Gerak Jatuh Bebas. Sebuah bola jatuh bebas dari ketinggian 80 m di atas lantai. Setelah sampai di lantai, bola memantul kembali ke atas. Karena lantai kasar maka besarnya kecepatan saat memantul hanya sebesar 50 % dari besarnya kecepatan waktu bola jatuh di lantai. Bila percepatan gravitasi di tempat tersebut adalah 0 m/s dan massa bola diabaikan, hitunglah: a. Kecapatan bola saat jatuh di lantai dan saat memantul dari lantai. (40 m/s, 0 m/s) b. Ketinggian bola,50 detik setelah memantul. (5 m/s). Sebuah bola jatuh bebas dari titik A di atas lantai dan sepuluh detik kemudian bola tersebut sampai di lantai. Bila massa bola diabaikan dan percepatan gravitasi=0 m/s, tentukan: a. Besar kecepatan bola saat jatuh di lantai. b. Jarak titik A dari lantai 3. Sebuah bola jatuh bebas dari ketinggian 0 m di atas lantai. Setelah sampai di lantai, bola memantul kembali ke atas. Karena lantai kasar maka besarnya kecepatan saat memantul hanya sebesar 75 % dari besarnya kecepatan waktu bola jatuh di lantai. Bila percepatan gravitasi di tempat tersebut adalah 0 m/s dan massa bola diabaikan, hitunglah: a. Kecapatan bola saat jatuh di lantai dan saat memantul dari lantai. b. Ketinggian bola setelah memantul selama satu detik, dan berapa besar kecepatannya. Soal Gerak Peluru. Sebuah bola dilempar dengan kecepatan awal 0 m/s sehingga membentuk lintasan parabola. Bila g=0 m/s dan sudut elevasi adalah 60 o tentukan: a. Waktu yang diperlukan bola untuk mencapai titik tertinggi. (0,685 s) b. Berapa tinggi titik tersebut pada soal a? (3,75 m) c. Waktu untuk mencapai titik terjauh lemparan tersebut (,73 s). Buku Ajar Fisika 47

57 d. Berapa jauhnya titik tersebut pada soal c.? (8,65 m). Sebuah benda kecil dilempar dengan sudut elevasi 30 o dan benda tersebut memerlukan waktu dua detik untuk mencapai titik tertinggi. Bila g=0m/s, hitunglah: a. Besarnya kecepatan awal lemparan tersebut. (40 m/s) b. Tentukan koordinat titik tertinggi lemparan tersebut. (38,4 m, 0 m). 3. Sebuah robot melempar bola kecil dengan sudut elevasi 45 o. Bila titik tertinggi yang harus dicapai adalah,5 m, tentukan berapa besar kecepatan awal yang dilakukan robot pada saat melempar. Diketahui g=0m/s. (0 m/s). Tentukan pula jarak terjauh lemparan tersebut. (5 m). 4. Sudut elevasi suatu lintasan peluru adalah 30 o, kecepatan awalnya adalah 40m/s. Tentukan besar dan arah kecepatan benda tersebut pada saat satu detik setelah dilempar. Diketahui g=0m/s. (36 m/s, arc tg 0,9). 5. Sebuah meriam memuntahkan peluru dan mencapai sasaran di tanah setelah 0 s. Bila g=0 m/s dan sudut elevasi adalah 30 o, hitunglah: a. Besar kecepatan awal peluru (00 m/s) b. Tinggi maksimum yang dicapai peluru tersebut (5 m) 6. Sebuah benda dilempar dengan sudut elevasi 30 o, sehingga membentuk lintasan parabola. Bila percepatan gravitasi di tempat tersebut adalah 0 m/s, dan benda mencapai titik tertinggi setelah empat detik, tentukan titik terjauh dan titik tertinggi benda tersebut.(553,6 m dan 80 m). 7. Sebuah peluru ditembakkan dengan kecepatan awal sebesar 00 m/s dan sudut elevasinya 30 o. Bila percepatan gravitasi di tempat tersebut adalah 0 m/s, tentukan posisi peluru setelah empat detik (ketinggian peluru dan jauhnya peluru dari titik awal). Buku Ajar Fisika 48

58 4 DINAMIKA Materi : Dinamika Sub Materi : - Dinamika partikel - Hukum Newton I - Hukum Newton II - Hukum Newton III - Gaya gesek statis - Gaya gesek kinetis - Pemakaian Hukum Newton Tujuan : Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian dinamika, memahami Hukum Newton I, Hukum Newton II, Hukum Newton III, mampu menjelaskan pengertian gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, dan memahami pemekaian Hukum Newton dalam gerak. 4.. Hukum Newton Hukum Newton I Suatu benda yang diam akan tetap dalam keadaan diam, dan suatu benda yang bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan, kecuali pada benda tersebut bekerja gaya dari luar. Dari Hukum Newton I tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu benda mempunyai sifat untuk mempertahankan terhadap gerakan. Sifat benda untuk mempertahankan terhadap gerakan tersebut disebut dengan sifat inersia atau sifat kelembaman, sehingga Hukum Newton I disebut pula dengan Hukum Inersia atau Hukum Kelembaman. Hukum Newton II Bila suatu gaya bekerja pada benda, maka benda tersebut akan mengalami percepatan yang besarnya sebanding dengan gaya tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda. Secara umum Hukum Newton II dapat dituliskan sebagai berikut: Buku Ajar Fisika 49

59 F m. a dimana: F = resultan gaya yang bekerja pada benda (N) m = massa benda (kg) a = percepatan benda (m/s ) Apabila gaya yang bekerja searah dengan arah gerak benda (misalnya gaya dorong), maka gaya tersebut diberi tanda positif dan percepatannya juga diberi tanda positif, atau dengan kata lain gerak benda tersebut dipercepat. Apabila gaya yang bekerja berlawanan arah dengan arah gerak benda (misalnya gaya tarik yang berlawanan dengan arah gerak benda), maka gaya tersebut diberi tanda negatif dan percepatannya juga diberi tanda negatif, atau dengan kata lain gerak benda tersebut diperlambat. Hukum Newton III Bila dua benda berinteraksi satu sama lain, maka kedua benda tersebut akan saling memberikan gaya, yang disebut dengan gaya aksi dan gaya reaksi. Kedua gaya tersebut terjadi secara bersamaan, besarnya sama, dan arahnya berlawanan. Secara umum Hukum Newton III dapat dituliskan: F aksi F reaksi Contoh dari Hukum Newton III adalah apabila sebuah benda terletak pada suatu bidang datar, maka benda tersebut akan memberikan gaya berat kepada bidang datar (gaya aksi), dan sebaliknya bidang datar akan memberikan gaya kepada benda (gaya reaksi). Gaya reaksi ini biasa disebut dengan gaya normal. Apabila benda terletak pada bidang miring, maka arah gaya normal adalah belawanan arah dengan komponen gaya berat yang menekan bidang miring tersebut secara tegak lurus. 4.. Gaya Gesek Bila seuatu benda berada pada suatu bidang datar yang permukaannya kasar, maka pada permukaan benda yang bersinggungan dengan bidang datar tadi akan terjadi gaya gesek. Dalam hubungannya dengan gerak, gaya gesek bersifat Buku Ajar Fisika 50

60 menahan atau memperlambat gerak benda. Gaya gesek yang terjadi pada suatu benda yang terletak pada suatu bidang datar dibedakan menjadi dua, yaitu gaya gesek statis (pada umumnya diberi notasi fs) dan gaya gesek kinetik (pada umumnya diberi notasi fk). Gaya gesek statis terjadi apabila posisi benda masih dalam keadaan diam atau belum bergerak, sedangkan gaya gesek kinetik terjadi untuk benda yang sudah bergerak. Besar kecilnya gaya gesek tergantung pada keadaan dua permukaan benda yang bersinggungan tadi. Semakin kasar permukaannya, semakin besar gaya gesek yang terjadi. Demikian pula sebaliknya, semakin halus atau semakin licin permukaannya, semakin kecil gaya gesek yang terjadi. Besar kecilnya gaya gesek tersebut, baik gaya gesek statis maupun gaya gesek kinetik dinyatakan dengan koefisien gesek antara dua permukaan benda yang bersinggungan tadi (koefisien gesek umumnya diberi notasi µ). Dengan demikian terdapat dua koefisien gesak yaitu koefisien gesek statis (µs) untuk benda yang masih dalam keadaan diam atau belum bergerak, dan koefisien gesek kinetik (µk) untuk benda yang sudah dalam keadaan bergerak. Besarnya gaya gesek yang terjadi, selain dipengaruhi oleh koefisien gesek, juga sebanding dengan gaya normal yang terjadi pada benda (pada umumnya diberi notasi N), yang arahnya tegak lurus terhadap permukaan. Gaya normal timbul sebagai akibat adanya gaya aksi dan gaya reaksi antara dua permukaan yang bersentuhan, yaitu akan ada gaya dari permukaan benda yang satu ke permukaan benda yang kedua dan sebaliknya (Hukum Newton III). Besar gaya normal dapat dihitung dari persamaan Hukum Newton, bila besar gaya-gaya yang lain diketahui. Setelah gaya normal diketahui dari nasil perhitungan, maka besar gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis dapat dihitung dengan menggunakan rumus: fs = µs N, fk = µk N dimana: fs = Gaya gesek statik (N) Buku Ajar Fisika 5

61 fk = Gaya gesek kinetik (N) µs = Koefisien gesek statik µk = Koefisien gesek kinetik N = Gaya Normal (N) 4.3. Pemakaian Hukum Newton Apabila suatu benda dengan posisi mula-mula diam, terletak pada bidang datar yang permukaannya kasar, dan kemudian benda tersebut ditarik ke kanan dengan gaya F, maka keadaan benda dari segi geraknya dapat ditinjau pada gambar 4.., sebagai berikut: N F fs w mg Gambar 4.. Keadaan benda dari segi gerak - Bila F < fs, maka benda tetap dalam posisi diam. - Bila F = fs, maka benda dalam posisi tepat akan bergerak - Bila F > fs, maka benda bergerak, berlaku Hukum Newton II, dan gaya gesek yang bekerja pada benda adalah gaya gesek kinetis. Contoh Soal:. Pada gambar 4.., bila massa benda adalah 0 kg, percepatan grafitasi bumi = 9,8 m/s, dan koesien gesek statis antara dua permukaan adalah 0,5, bagaimana keadaan gerak benda bila F = 40 N, F = 49 N, dan F = 60 N?. Buku Ajar Fisika 5

62 N F fs w mg Gambar 4.. Posisi benda soal no. Penyelesaian: Dari keseimbangan arah vertikal diperoleh persamaan: N = mg = 0 x 9,8 = 98 N, sehingga diperoleh besarnya gaya gesek statis fs, yaitu fs = µs N = 0,5 x 98 = 48 N. Jadi bila F = 40 N, maka F < fs, benda tetap dalam posisi diam. Bila F = 49 N, maka F = fs, benda dalam posisi tepat akan bergerak. Bila F = 60 N, maka F > fs, benda bergerak.. Pada gambar 4.3, bila massa benda adalah 40 kg, percepatan grafitasi bumi = 9,8 m/s, dan koesien gesek statis antara dua permukaan adalah 0,, dan θ = 60 o, bagaimana keadaan gerak benda bila F = 40 N, F = 49 N, dan F = 60 N?. fs N mgsin w mg m.g.cos Penyelesaian: Gambar 4.3. Posisi benda soal no. Gaya-gaya yang bekerja pada benda dapat digambarkan sebagai berikut: Buku Ajar Fisika 53

63 Dari keseimbangan arah tegak lurus bidang diperoleh persamaan: N = mg cos θ = 40 x 9,8 x cos 60 o = 96 N, sehingga diperoleh besarnya gaya gesek statis fs, yaitu fs = µs N = 0,5 x 96= 98 N. Dari gambar 4., dapat dilihat bahwa selain fs, ada gaya lain yaitu mg sin θ yang bersifat menahan benda untuk tidak bergerak karena gaya F. Besarnya mg sin θ = 40 x 9,8 x sin 60 o = 96 N. 3. Sebuah benda yang massanya 0 kg, semula diam berada di atas bidang horizontal, kemudian ditarik dengan gaya horizontal F sebesar 60 N dan berakibat benda tersebut bergerak. Bila g = 0 m/s dan koefisien gesek kinetis antara benda dengan permukaan bidang adalah 0,40, hitung: a. Percepatan gerak benda ( m/s ). b. Jauhnya benda bergerak setelah sepuluh detik (00 m). Penyelesaian: Penguraian gaya gambar 4.3: N F fs w mg Gambar 4.4. Penguraian gaya soal no.3 N = m.g N = 0.0 = 00 N fk fk fk k. N 0, N a. Mencari percepatan: Buku Ajar Fisika 54

64 F ma a 0 0a a m / s b. Dari rumus GLBB: x( t) v t 0 x( t) 0 at..0 00m 4. Pada soal no. 3, bagaimana bila gaya F membentuk sudut 30 o dengan horizontal? (a.,4 m/s, b. 0 m). Penyelesaian: Perhatikan penguraian gaya untuk menyeelesaikan soal nomor 4. Gambar 4.5. Penguraian gaya soal no.4 N F sin mg N mg F sin N 00 60sin 30 N N 70N a. F m. a F cos fk ma 60cos 30 5,96 8 0a o a,4m / s 0, a o Buku Ajar Fisika 55

65 b. x vot. /. a. t 0 /.,4.00 0m Buku Ajar Fisika 56

66 RINGKASAN. Hukum Newton I: Suatu benda yang diam akan tetap dalam keadaan diam, dan suatu benda yang bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan, kecuali pada benda tersebut bekerja gaya dari luar. Hukum Newton I disebut pula dengan Hukum Inersia atau Hukum Kelembaman.. Hukum Newton II: Bila suatu gaya bekerja pada benda, maka benda tersebut akan mengalami percepatan yang besarnya sebanding dengan gaya tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda. F m. a 3. Bila dua benda berinteraksi satu sama lain, maka kedua benda tersebut akan saling memberikan gaya, yang disebut dengan gaya aksi dan gaya reaksi. Kedua gaya tersebut terjadi secara bersamaan, besarnya sama, dan arahnya berlawanan. F aksi F reaksi 4. Gaya gesek adalah gaya sentuh yang muncul jika permukaan dua benda padat bersentuhan secara fisik, dimana arah gaya gesek sejajar dengan permukaan bidang dan gaya gesek bersifat menahan atau memperlambat gerak benda 5. Gaya gesek yang terjadi pada suatu benda yang terletak pada suatu bidang dibedakan menjadi dua, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetik. Buku Ajar Fisika 57

67 LATIHAN SOAL. Sebuah benda yang massanya 8 kg berada di atas bidang horizontal yang kasar dengan koefisien gesek statis 0,40. Bila benda tersebut ditarik dengan gaya horizontal F sebesar 5 N dan percepatan gravitasi di tempat tersebut adalah 0 m/s, a. Cek keadaan gerak benda tersebut. b. Cek bila gaya F diperbesar menjadi 3 N. c. Cek bila gaya F diperbesar menjadi 40 N. d. Cek untuk soal c, bila F membentuk sudut 45 o dengan arah horizontal ke atas. (a. benda tidak bergerak, b. benda tepat akan bergerak, c. benda bergerak, d. benda bergerak). Sebuah benda semula diam, berada pada bidang horizontal kasar (µk=0,4). Pada benda tersebut bekerja gaya F sebesar 40 N dan F sebesar 4 N (lihat Gambar 4.5 ). Bila g = 0 m/s, dan benda bergerak ke kanan dengan percepatan 9 m/s, hitung berapa massa benda tersebut ( kg). Gambar 4.6. Penguraian gaya latihan soal no. 3. Pada soal no. di atas, gaya F ditambah sehingga percepatan benda berkurang menjadi 4 m/s. Berapa gaya yang ditambahkan pada F? (0 N). 4. Sebuah benda yang massanya 8 kg diletakkan pada bidang miring yang kasar seperti gambar 4.6. Akibatnya benda bergerak ke bawah. Buku Ajar Fisika 58

68 Gambar 4.7. Posisi benda latihan soal no.4 Bila sudut kemiringan α = 30 o, tentukan: a. Percepatan benda (0,675 m/s ) b. Kecepatan benda setelah sepuluh detik (6,75 m/s). (percepatan gravitasi bumi = 0 m/s, fk = 0,5). 5. Seperti soal no 4 tapi ada gaya F sebesar 4 N yang menarik benda seperti pada gambar 4.7. (a.,75 m/s b.,75m/s). Gambar 4.8. Posisi benda latihan soal no.5 6. Sebuah benda yang massanya 0 kg berada pada bidang miring yang kasar pada gambar 4.8 Gambar 4.9. Posisi benda latihan soal no.6 tentukan: a. Percepatan benda (,7 m/s ) b. Kecepatan benda setelah sepuluh detik (,7 m/s). (percepatan gravitasi bumi = 0 m/s, fk = 0,). 7. Tali dipasang pada katrol tanpa gesekan seperti gambar 4.9. Pada kedua ujungnya digantungkan massa m = 7 kg dan m = 9 kg. Akibatnya benda dengan massa m bergerak turun dan benda dengan massa m bergerak naik. Buku Ajar Fisika 59

69 T T m m Gambar 4.0. Posisi benda latihan soal no.7 tentukan: a. percepatan yang dialami benda-benda tersebut (,3 m/s ) b. tegangan tali. (77 N) 8. Pada gambar 4.0, diketahui bahwa koefisien gesek kinetis antara benda dan meja adalah 0,0, massa benda A = 5 kg dan massa benda B = 5 kg. Berapa jauh benda B akan turun dalam waktu tiga setelah dilepas? (,5 m). (diketahui g = 0m/s ) w w Gambar 4.. Posisi benda latihan soal no.8 Buku Ajar Fisika 60

70 5 USAHA, ENERGI, & DAYA Materi : - Usaha - Energi - Daya Sub Materi: - Usaha - Jenis-jenis usaha - Energi - Energi potensial gravitasi - Energi kinetik - Energi mekanik - Hukum kekekalan energi - Hubungan antara usaha dan energi - Daya Tujuan: Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian usaha, jenis usaha yaitu usaha potif, usaha negatif, dan usaha dengan nilai nol, memahami pengertian energi, energi potensial gravitasi, energi kinetik, dan energi mekanik, memahami pengertian hukum kekekalan energi mekanik, memahami hubungan antara usaha dan energi, dan memahami pengertian daya. 5. Usaha Dalam kehidupan sehari-hari, usaha dapat diartikan sebagai aktifitas yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya seorang anak melakukan usaha belajar agar lulus dalam menempuh ujian semester, seorang pengendara sepeda motor melakukan usaha mempercepat laju sepeda motornya agar segera sampai ke tempat kerjanya. Apabila seorang anak mendorong sebuah kotak di atas lantai maka anak tersebut dapat dikatakan melakukan usaha, dimana besarnya usaha bergantung pada berapa besar gaya dorong yang diberikan dan bergantung pada seberapa jauh kotak tersebut didorong oleh anak tersebut. Buku Ajar Fisika 6

71 Dalam ilmu fisika, pengertian usaha adalah perkalian antara gaya konstan yang diberikan pada suatu benda dengan besarnya perpindahan benda (jarak) akibat adanya gaya tadi. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha akan terjadi apabila gaya yang diberikan dapat mengakibatkan perpindahan dari benda tersebut. Selain itu juga dipersyaratkan bahwa agar terjadi usaha, maka gaya yang diberikan harus sejajar (paralel) dengan bidang di mana benda tersebut berpindah. Dengan demikian apabila sesseorang mendorong tembok, atau mendorong suatu benda yang sangat berat, dan benda tersebut tidak bergerak maka dikatakan orang tersebut tidak melakukan usaha. Demikian pula apabila seseorang memberikan gaya pada suatu benda dimana gaya tersebut membentuk sudut dengan arah berpindahnya benda, maka gaya yang melakukan usaha adalah komponen gaya yang sejajar (paralel) dengan arah berpindahnya benda tadi. Dari uraian tersebut, secara umum dapat didefinisikan bahwa usaha merupakan perkalian skalar (dot product) antara gaya dengan perpindahan, dan dapat dituliskankan sebagai berikut: W = F. s dimana: W = usaha F = gaya s = perpindahan Karena usaha merupakan perkalian skalar antara gaya dengan perpindahan, maka hasilnya adalah besaran skalar, dan besarnya usaha menjadi: W = F s cos θ, dimana θ adalah sudut antara gaya yang diberikan pada benda dengan arah perpindahannya. Dari uraian di atas maka apabila ditinjau dari arah gaya terhadap perpindahan, usaha dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu usaha positif, usaha negatif, dan usaha dengan nilai nol. 5.. Usaha positif Buku Ajar Fisika 6

72 Usaha positif adalah usaha yang nilainya positif. Hal ini bisa diproleh apabila gaya yang melakukan usaha searah atau membentuk sudut 0o dengan arah perpindahan, sehingga rumus usaha menjadi W = F s cos 0o = F s. Contoh usaha positif misalnya seorang anak yang sedang mendorong meja,, usaha mengangkat benda ke atas, dan lain-lain. 5.. Usaha negatif Usaha negatif adalah usaha yang nilainya negatif. Hal ini bisa diproleh apabila gaya yang melakukan usaha berlawanan arah atau membentuk sudut 80o dengan arah perpindahan, sehingga rumus usaha menjadi W = F s cos 80o = - F s. Contoh usaha negatif misalnya usaha yang dilakukan oleh gaya gesek kinetik, usaha yang dilakukan oleh gaya yang melakukan tarikan benda ke arah belakang, dan lain-lain Usaha dengan nilai nol Usaha dengan nilai nol adalah usaha yang nilainya nol. Hal ini bisa diproleh apabila gaya yang melakukan usaha arahnya tegak lurus atau membentuk sudut 90o dengan arah perpindahan, sehingga rumus usaha menjadi W = F s cos 90o = 0. Contoh usaha dengan nilai nol misalnya usaha yang dilakukan oleh gaya berat benda yang bergerak pada bidang horisontal, usaha yang dilakukan oleh gaya normal pada benda yang bergerak pada bidang horisontal, dan lain-lain. Dalam SI, satuan F adalah Newton (N), satuan s adalah meter (m), sehingga satuan F adalah Newton meter (Nm), yang disebut dengan Joule (J). Jadi: J = Nm = 05 dyne. 0 cm = 07 dyne cm. Satuan usaha dyne cm disebut dengan erg, sehingga: J = 07 erg. 5. Energi Pengertian energi dalam ilmu fisika adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Oleh karena itu, energi adalah setara dengan usaha. Satuan energi juga Buku Ajar Fisika 63

73 sama dengan satuan usaha, yaitu Joule (J) dalam Sistem Internasional. Satuan energi yang lain adalah erg, kalori, dan kwh (kilowatt hours). Satuan kwh biasanya digunakan untuk menyatakan besar energi listrik, sedangkan satuan kalori biasanya digunakan untuk energi kimia atau energi panas. Hubungan satuan energi: J = 0,4 kalori atau kalori = 4, J kwh = 3,6 0 6 J. Dalam ilmu fisika dikenal banyak sekali energi, misalnya energi potensial, energi kinetik, energi listrik, energi panas, energi kimia, energi nuklir, dan lainlain. Pada bab ini energi yang akan dibahas adalah energi potensial gravitasi, energi kinetik, dan energi mekanik yang merupakan jumlahan dari energi kinetik dan energi potensial gravitasi. 5.. Energi Potensial Gravitasi Energi potensial gravitasi adalah energi potensial akibat adanya gravitasi bumi. Energi potensial yang lain, misalnya adalah energi yang diakibatkan oleh tarikan atau regangan pada karet atau pegas, yang disebut dengan energi potensial pegas. Energi potensial gravitasi dimiliki oleh benda yang berada pada ketinggian tertentu dari permukaan bumi, energi potensial pegas muncul akibat adanya perbedaan kedudukan dari titik kesetimbangannya, yaitu titik keadaan awal sebelum benda ditarik. Besarnya energi potensial gravitasi sebanding dengan ketinggian (h) dan massa benda (m).selain kedua besaran tersebut, energi potensial gravitasi dipengaruhi oleh percepatan gravitasi (g) di tempat tersebut, sehingga secara matematis dapat dituliskan rumus energi potensial gravitasi sebagai berikut. Ep = mgh, dimana: Ep = energi potensial (J) m = massa benda (kg) g = percepatan gravitasi bumi (m/s) h = ketinggian (m) Buku Ajar Fisika 64

74 5.. Energi Kinetik Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak, sehingga secara matematis dapat dituliskan rumus energi kinetik sebagai berikut: Ek = ½ mv dimana: Ek = energi kinetik (J) m = massa (kg) v = kecepatan (m/s) Energi Mekanik Energi mekanik merupakan penjumlahan dari energi potensial gravitasi dengan energi kinetik, sehingga secara matematis dapat dituliskan rumus energi potensial gravitasi sebagai berikut: Em = Ep + Ek, dimana: Em = energi mekanik (J) Ep = energi potensial gravitasi (J) Ek = energi kinetik (J) Hukum Kekekalan Energi Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas sampai mencapai titik teratas, kemudian bergerak ke bawah, dan jatuh lagi ke lantai. Ketika bola bergerak ke atas, kecepatan bola semakin lama semakin melambat dan bola semakin tinggi. Pada titik teratas, bola berhenti sesaat dan kembali lagi ke bawah dengan kecepatan yang semakin besar. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa energi gerak (energi kinetik) semakin lama semakin kecil sampai menjadi nol ketika berhenti sesaat pada titik teratas. Energi gerak tersebut ternyata berubah menjadi energi potensial gravitasi (Ep) sampai akhirnya mencapai maksimum. Begitu pula sebaliknya, ketika bola Buku Ajar Fisika 65

75 tersebut bergerak ke bawah, energi potensial gravitasi semakin kecil, dan menjadi nol ketika sampai di lantai. Adapun energi geraknya semakin besar dan mencapai maksimum ketika sampai di lantai, tetapi energi potensial gravitasinya menjadi nol ketika bola sampai di lantai. Hal tersebut tersebut menunjukkan bahwa energi bersifat kekal. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi yang lain. Apabila benda selama bergerak naik dan turun hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi, maka besar energi mekanik selalu tetap. Dengan kata lain, jumlah energi potensial dan energi kinetik selalu tetap. Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Kekekalan Energi, dan secara matematis dapat dituliskan Hukum Kekekalan Energi Mekanik sebagai berikut: Em = Em Ep + Ek = Ep + Ek mgh + ½ mv = mgh + ½ mv, dimana: Em = energi mekanik benda ketika berada pada titik Em = energi mekanik benda ketika berada pada titik Hubungan antara Usaha dan Energi Energi adalah kemampuan melakukan usaha, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha memiliki kaitan yang erat dengan energi. Ketika seseorang mengangkat sebuah balok, orang tersebut akan memberikan gaya dorong terhadap balok. Pada saat ke atas, berlaku: Wtangan = Ftangan. s = m g h, dan pada saat ke bawah: Wgravitasi = Fgravitasi. s = m g h Usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi bumi (benda yang bergerak vertikal) sama dengan perubahan energi potensial gravitasi, dan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: W = Δ Ep W = Ep Ep W = m g (h h ) Buku Ajar Fisika 66

76 dimana: W = usaha yang dilakukan terhadap benda (Joule) ΔEp = perubahan energi potensial (Joule) Ep = energi potensial awal (Joule) Ep = energi potensial akhir (Joule) Ketika seseorang berusaha mendorong mobil dengan suatu gaya sehingga mobil bergerak, berarti telah terjadi perubahan energi dari energi yang dikeluarkan orang tadi menjadi energi gerak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketika gaya melakukan usaha pada sebuah benda maka akan terjadi perubahan energi pada benda tersebut. Usaha yang dilakukan pada sebuah benda yang bergerak horisontal menyebabkan perubahan energi kinetik. Dengan demikian, besarnya usaha sama dengan perubahan energi kinetik benda, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut. W = Δ Ek W = Ek Ek, dimana: W = usaha yang dilakukan terhadap benda (Joule) Δ Ek = perubahan energi kinetik (Joule) Ek = energi kinetik akhir (Joule) Ek = energi kinetik awal (Joule) Daya Besaran usaha menyatakan gaya yang menyebabkan perpindahan benda. Namun, besaran ini tidak memperhitungkan lama waktu gaya itu bekerja pada benda sehingga menyebabkan benda berpindah. Kadang-kadang usaha dilakukan sangat cepat dan di saat lain usaha dilakukan sangat lambat. Misalnya, seseorang mendorong lemari untuk memindahkannya dari pojok kamar ke sisi lain kamar yang berjarak 3 m. Dalam melakukan usahanya itu, orang tersebut membutuhkan waktu lima menit. Apabila lemari yang sama dipindahkan oleh orang lain, dibutuhkan waktu 3 menit, sehingga dalam melakukan usaha yang sama, kedua orang tersebut membutuhkan waktu yang berbeda. Besaran yang menyatakan Buku Ajar Fisika 67

77 besar usaha yang dilakukan per satuan waktu dinamakan daya.dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang kedua tadi memiliki daya yang lebih besar daripada orang yang pertama. Daya didefinisikan sebagai usaha per satuan waktu, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut. P = W / t dimana: W = usaha (joule), t = waktu (sekon), dan P = daya (Joule/sekon atau watt). Satuan daya yang lain adalah Horse Power (HP) yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai Daya Kuda, dimana HP = 746 watt.atau sering dibulatkan menjadi 750 watt. Hubungan antara daya dan kecepatan dapat diturunkan sebagai berikut: P = W/t = (F s)/t = F (s/t) = F v, dimana: P = daya (watt) F = gaya yang menggerakkan benda (Newton) V = kecepatan gerak benda (m/s). Contoh soal:. Sebuah balok bermassa kg di atas lantai licin. Jika gaya mendatar N digunakan untuk menarik balok, maka usaha yang dilakukan agar balok berpindah sejauh 3 m sebesar joule (6 J). Penyelesaian: W = F.s = F s cos θ = (3) cos 00 = 6 () = 6 Joule. Untuk menarik sebuah koper beserta isinya seperti pada gambar di bawah diperlukan gaya sebesar 0 N. Berapakah usaha yang diberikan oleh gaya itu, jika sudut antara gaya dengan perpindahan 60 o dan balok bergeser sejauh 4 m? (40 J). Buku Ajar Fisika 68

78 Penyelesaian: W = F.s = F s cos θ = 0 (4) cos 60 o = 80 (0,5) = 40 Joule 3. Seorang anak menarik mobil mainan menggunakan tali dengan gaya sebesar 0 N. Tali tersebut membentuk sudut 60o terhadap permukaan tanah dan besar gaya gesekan tanah dengan roda mobil mainan adalah N. Jika mobil mainan berpindah sejauh 0 meter, berapakah usaha total? (80 J). Penyelesaian: W = F.s = (F fk) s cos θ = (0 ) (0) cos 60o = 90 Joule. 4. Berapa usaha yang diperlukan seorang pelari cepat dengan massa 74 kg untuk mencapai kecepatan, m/s dari keadaan diam? (79,08 J). Penyelesaian: Usaha = perubahan energi, dalam hal ini adalah perubahan energi kinetik. Jadi: W = Ek = ½ mv - ½ mv = ½ (74) (, 0) = 37 (4,84) = 79,08 Joule. 5. Seorang pekerja proyek yang massanya 50 kg menaiki tangga sebuah tower yang tingginya 30 m dalam waktu dua menit. Jika percepatan gravitasi di tempat tersebut adalah 0 m/s, berapakah daya yang dikeluarkan orang tersebut? (5 watt). Penyelesaian: Usaha yang dilakukan: W = mgh = 50 (0) (30) = J. Daya: P = W/t = / (60) = 5 watt. Buku Ajar Fisika 69

79 RINGKASAN. Usaha merupakan perkalian skalar (dot product) antara gaya dengan perpindahan, dan dapat dituliskankan: W = F.s. Ditinjau dari arah gaya terhadap perpindahan, usaha dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu usaha positif, usaha negatif, dan usaha dengan nilai nol. 3. Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha, oleh karena itu energi adalah setara dengan usaha. Satuan energi juga sama dengan satuan usaha, yaitu Joule (J) dalam Sistem Internasional. 4. Energi potensial gravitasi adalah energi potensial akibat adanya gravitasi bumi, dan dapat dituliskan: Ep = mgh. 5. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak, dan dapat dituliskan: Ek = ½ mv. 6. Energi mekanik adalah penjumlahan dari energi potensial gravitasi dengan energi kinetik, dan dapat dituliskan: Em = Ep + Ek 7. Hukum kekekalan energi mekanik: Ep + Ek = Ep + Ek 8. Daya didefinisikan sebagai usaha per satuan waktu, dan secara matematis dapat dituliskan: P = W/t. Buku Ajar Fisika 70

80 LATIHAN SOAL. Sebuah truk bergerak dengan kecepatan 30 m/s dan memiliki energi kinetik Joule. Tentukan : a. massa truk (4 x 0 3 kg) b. jika kecepatannya diubah menjadi dua kalinya, menjadi berapa kalikah energi kinetiknya? (4 X).. Sebuah benda A massa 5 kg berada di atas sebuah gedung dengan ketinggian 0 m diatas tanah, sedangkan benda B berada 4 m dibawahnya. Jika massa benda A adalah 0,5 kali massa B, maka tentukanlah besarnya selisih energi potensial dari kedua benda itu. (600 J). 3. Air terjun setinggi 0 m mampu mengalirkan air sebanyak 0 m 3 dalam detiknya. Air tersebut digunakan untuk memutar sebuah kincir yang dihubungkan dengan sebuah generator. Apabila g = 0 m/s, berapakah besarnya energi yang diterima generator setiap detik? (000 J). 4. Benda A dengan massa kg terletak pada bidang licin. Pada benda tersebut dikerjakan gaya dengan arah mendatar sebesar 60 N. Setelah benda menempuh jarak 40 m, berapa laju benda tersebut. (0 m/s). Kerjakan dengan metode GLBB dan konsep kerja. 5. Hitunglah usaha yang diperlukan agar pompa dapat memompakan 00 liter minyak ke dalam tangki setinggi 0 m. Diketahui satu cc minyak massanya 0,80 gram. (6.000 J). 6. Sebuah mesin pesawat terbang mampu memberikan gaya dorong sebesar N. Berapakah daya yang dihasilkan mesin ketika pesawat mengangkasa dengan kecepatan 50 m/s? ( watt). Buku Ajar Fisika 7

81 6 MUATAN LISTIK & HUKUM COULOMB Materi : Muatan Listrik Hukum Coulomb Sub Materi: - Pengertian Muatan Listrik - Partikel Listrik - Jenis Muatan Listrik - Hukum Coulomb Tujuan: Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian muatan listrik, partikel-partikel listrik, mengerti tentang muatan dan massa partikel-listrik, memahami jenis dan sifat muatan listrik, memahami hukum Coulomb, dan mampu mengimplementasikan dalam perhitungan-perhitungan. 6.. Muatan Listrik Dalam melakukan aktivitas sehari hari, tentunya kita tidak pernah terlepas dari yang namanya kelistrikan. Sebelum jauh mempelajari tentang kelistrikan, alangkah lebih baiknya kita mengenal apakah listrik itu?, apa sajakah jenis-jenis listrik?. Kelistrikan adalah sifat dari sebuah benda yang muncul dikarenakan adanya muatan listrik. Pengertian lain dari listrik adalah sebuah sumber energi yang disalurkan melalui kabel, dimana arus listrik ditimbulkan karena muatan listrik yang mengalir dari kutub positif mnuju kutub negatif. Berbagai fenomena alam yang banyak kita lihat yang berhubungan dengan kelistrikan antara lain: adanya petir, fenomena sisir digosok dengan rambut kering, kemudian didekatkan pada potongan kertas-kertas kecil, ternyata sisir dapat menarik potongan kertas kecil. Hal ini disebabkan karena sisir telah bermuatan listrik negatif, karena mendapat tambahan muatan listrik dari rambut kering. Contoh yang berkaitan dengan listrik statis adalah ketika kita mendekatkan balon dengan kepala, maka seakan akan rambut tertarik kearah balon. Contoh Buku Ajar Fisika 7

82 lain, ketika kita mendekatkan punggung tangan ke layar TV yang sedang menyala. Maka rasanya seakan bulu tertarik oleh sesuatu dari layar TV. Itulah yang dinamakan muatan listrik. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa muatan listrik pada sisir belum tentu sama setiap kali penggosokkan, dan jumlahnya merupakan kelipatan dari suatu muatan elementer e. Salah satu percobaan yang menunjukkan hal tersebut dikenal dengan percobaan Tetes Millikan, dan besar muatan elementer e =,6 x0-9 C ( C adalah satuan internasional untuk muatan yang merupakan singkatan dari Coulomb, Charles Agustin Coulomb adalah orang yang dianggap paling berjasa dalam melakukan penelitian tentang muatan listrik). Jadi muatan listrik (q) terkuantisasi (merupakan kelipatan bilangan bulat dari muatan elementer e), q = ne dimana n =, -,-, 0,,, Beberapa sifat partikel atomic ditunjukkan pada Tabel 68.. Tabel 6.. Nilai muatan dan massa partikel Beberapa contoh yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat pada Gambar 6. dan Gambar 6.. Gambar 6.. Fenomena petir Buku Ajar Fisika 73

83 (sumber: Gambar 6.. Fenomena listrik statis (sumber: Benda-benda memiliki muatan listrik, terdapat dua jenis muatan, yaitu muatan positif dan muatan negatif. Terdapat sifat tarik menarik atau tolak menolak antara muatan. Jika muatan positif bertemu dengan muatan positif, muatan negative bertemu dengan muatan negatif, maka yang terjadi adalah tolak menolak (karena muatan sejenis). Jika muatan positif bertemu dengan muatan negatif, maka akan tarik menarik (hal ini dikarenakan muatan berbeda jenis). Besarnya gaya tarik atau tolak bergantung pada jarak antara kedua muatan. Jika jaraknya besar, maka gaya listriknya akan kecil. Sedangkan jika jaraknya kecil, maka gaya listriknya akan besar. Jadi gaya listrik berbanding terbalik dengan jarak antara kedua muatan. Berikut ini (gambar 6.3) adalah ilustrasi yang terjadi pada kedua muatan listrik jika didekatkan. Buku Ajar Fisika 74

84 Gambar 6.3. Gaya tarik dan tolak pada dua muatan (sumber: guweb.gonzaga.edu) Kejadian tarik atau tolak dua buah muatan merupakan salah satu penemuan peneliti yang bernama Charles-Augustin de Coulomb (Perancis: [kulɔ], 4 Juni Agustus 806) adalah seorang fisikawan Perancis, foto ditunjukkan pada gambar 6.4. Pada tahun 784 sampai dengan 789, dia terus meneliti elektrostatika dan magnet. Pada tahun 785 lahirlah Hukum Coulomb, dimana daya tarik dan daya tolak kelistrikan antara dua buah muatan yang bermuatan listrik sebesar perkalian muatannya dengan kaudrat terbalik jarak antara dua muatan tersebut. Rumus ini jika dilihat sekilas hamper mirip dengan Hukum gravitasi newton. Dalam percobaannya dia berhasil menemukan hubungan antara besar gaya listrik dari dua buah muatan listrik dengan menggunakan neraca puntir. Apabila bola kecil diberi muatan sejenis, maka kedua bola akan tolak menolak, beasranya gaya tolak menolak sebanding dengan besar sudut puntiran kawat kecil yang dapat dibaca pada skala. Percobaan Coulomb ini menunjukkna bahwa gaya listrik antara dua muatan sebanding dengan muatan masing masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak keduannya. Pernyataan ini biasa kita kenal sebagai Hukum Coulomb. Buku Ajar Fisika 75

85 Gambar 6.4. Charles-Augustin de Coulomb (sumber: todayinsci.com) 6.. Hukum Coulomb Dalam dunia kelistrikan, tentunya kita tidak asing lagi dengan istilah Hukum Coulomb. Dari hasil percobaan Coulomb, menghasilkan sebuah ketetapan yang disebut Hukum Coulomb, dan dituliskan dalam persamaan berikut ini: Dimana: F : Gaya listrik (N) k e q q r F k e q q r : Konstanta Elektrostatik besarnya 4 0 : Besarnya muatan (C) : Besarnya muatan (C) : Jarak antara dua muatan (m) 9 9x0 Nm / C Buku Ajar Fisika 76

86 Jika dua buah muatan berdekatan dan memiliki jarak, serta arah sehingga dapat dikatakan vektor muatan, dan vektor muatan dua, maka dapat dicari perhitungannya dengan menggunakan rumusan berikut ini: F : Gaya listrik (N) k e : Konstanta Elektrostatik besarnya x0 Nm / C q : Besarnya muatan (C) q : Besarnya muatan (C) r : Jarak antara dua muatan (m) rˆ : vektor satuan dari q ke q Terdapat dua muatan yang digambarkan dalam vektor, yang ditunjukkan pada gambar 8.5. Gambar 6.5. Gaya Coulomb antara dua muatan Buku Ajar Fisika 77

87 Gaya Coulomb bisa terjadi pada lebih dari dua muatan, hal ini bisa terjadi diantara tiga muatan atau lebih. Jika interaksi terjadi pada tiga muatan atau lebih, maka dapat digunakan resultan gaya. Terdapat beberapa keadaan muatan jika dihitung resultannya berdasarkan posisi:. Partikel dengan posisi segaris Jika partikel dalam keadaan segaris yang ditunjukkan pada gambar 8.6., maka dapat dihitung resultan atau jumlah vektor gayanya dengan menggunakan persamaan: Dimana Fr adalah penjumlahan gaya, F adalah besarnya gaya pertama, F adalah besarnya gaya kedua, dan seterusnya. Jika arah gaya kekanan maka dianggap positif, sedangkan jika arah gaya kekiri maka dianggap negatif. Gambar 6.6. Partikel dengan posisi segaris. Partikel dengan posisi tidak segaris Jika partikel dalam keadaan tidak segaris yang ditunjukkan pada gambar 6.7., maka dapat dihitung resultan atau jumlah vektor gayanya dengan menggunakan persamaan: Buku Ajar Fisika 78

88 Gambar 6.7. Partikel dengan posisi tidak segaris F F F3 FF3 cos Supaya lebih memahami tentang teori muatan listrik, perhatikan beberapa contoh soal berikut ini:. Jika diketahui dua buah muatan berjarak R meter dan memiliki gaya tarik menarik sebesar F newton. Jika jarak antara kedua partikel diubah menjadi 5R meter dari keadaan semula. Tentukan perbandingan besarnya gaya tarikmenarik antara muatan yang berjarak R meter dengan 5R meter.. Perhatikan gambar 6.8 berikut ini: Besarnya muatan Q = + C, dan Q = Q 3 = -9C dan 9 k 9x0 Nm / C, Tentukan besarnya resultan gaya pada Q. Jika diketahui jarak antara muatan cm. Gambar 6.8. Partikel dengan posisi membentuk segitiga 3. Berapakah besarnya gaya tolak menolak antara dua partikel berikut ini. Perhatikan gambar 6.9. Buku Ajar Fisika 79

89 Gambar 6.9. Dua partikel tolak menolak Jika dua buah muatan digantung seperti gambar di atas, dan nilai tan = 0,5, dan besarnya tegangan masing masing tali 0, N. 4. Berapakah besarnya resultan gaya F 3 pada gambar 6.0 di bawah ini: Gambar 6.0. Tiga muatan Jika diketahui muatan besarnya negatif 86 mikro Coulomb, muatan besarnya positif 50 mikro Coulomb, dan muatan 3 besarnya positif 65 mikro Coulomb. Jarak antara muatan satu dan dua sejauh 5 cm, jarak antara muatan satu dan muatan tiga sejauh 60 cm, sedangkan jarak antara muatan dua dan muatan tiga sejauh 30 cm. 5. Tentukan arah gaya dari muatan Q 3 pada soal nomor Jika diketahui muatan listrik Q memiliki nilai sebesar 0 µc, dan muatan Q sebesar 40µC, dan Q 3 (yang belum diketahui nilainya) terletak segaris dengan jarak antara Q dan Q sejauh 4 cm dan jarak antara Q dan Q 3 sejauh 8 cm. Buku Ajar Fisika 80

90 Berapakah besarnya muatan Q 3, supaya gaya listrik yang bekerja pada Q = 0? (letak muatan segaris dengan Q berada diantara Q dan Q 3 ) 7. Terdapat muatan q= 0-3 C pada koordinat (0,3) dan q=5.0-3 C pada koordinat (4,0). Posisi dalam meter, tentukan gaya coloumb pada muatan q dan q! 8. Terdapat 3 buah muatan yang berada pada ujung-ujung segitiga sama kaki dengan panjang kaki a, seperti terlihat dalam Gambar 6., dimana q =q 3 =5µC, q = - µc dan a=0, m. Tentukan berapa gaya yang bekerja pada q 3? Gambar 6. Interaksi antara tiga buah muatan 9. Tentukan besar gaya listrik pada elektron dalam atom hydrogen yang diberikan oleh satu proton (Q = +e) yang merupakan intinya. Jika diasumsikan elektron mengorbit proton pada jarak rata-rata r = 0,5 x 0-0 m 0. Tiga partikel bermuatan terletak dalam satu garis. Tentukan gaya elektrostatik total pada Q 3 yang disebabkan oleh dua muatan yang lain, bila r = 0 cm, r 3 = 0 cm, Q = C, Q = C, Q 3 = C. Penyelesaian:. Untuk menghitung perbandingan gaya tarik menarik pada kondisi awal yaitu R dengan kondisi akhir 5R, kita harus mengingat Hukum Coulomb tentang hubungan gaya listrik dengan jarak muatan. q q F k r Buku Ajar Fisika 8

91 Jika diketahui r = R dan r = 5R, maka: gaya listrik berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, sehingga bisa dituliskan: F F r r F F r xf r R 5R xf disederhanakan menjadi: F F 5 Sehingga didapatkan perbandingan antara gaya pertama dan kedua adalah sebesar 5:. Pada soal nomor, terlihat bahwa muatan tidak segaris dan membentuk segitiga dengan sudut 60 o. Langkah pertama yaitu kita mencari F dan F 3, selanjutnya hasilnya dimasukkan ke dalam rumusan resultan gaya. Q = + C, dan Q = Q 3 = -9 C dan q q F k r k 9 9x0 Nm / C F.9 ( ) F q q F3 k r F F ( ) N N Kita ingat rumus resultan gaya: Buku Ajar Fisika 8

92 F F F3 FF3 Maka penyelesaian resultan gaya: F F F F3 FF3 cos cos ( 8.0 ) (8.0 ) (8.0 )(8.0 )cos F ( ) ( ) ( F (3..0 ) 8, , F ( 3..0 ) 4,3.0 0,66. 0 Jadi resultan gaya pada muatan sebesar 30 N 30 0,66.0 N 6 )( ).0,5 3. Untuk menyelesaikan soal ketiga ini, langkah awal harus menguraikan gaya. Gambar 6. Penguraian gaya pada partikel muatan soal 3. Dengan menngunakan prinsip kesetimbangan benda tegar, maka diperoleh persamaan: F T sin F 0,sin jika diketahui tan 0, 5, maka sudut depan sudut samping 5 0, sehingga sudut miring sudut depan 5,8. Untuk sudut sin dapat dicari dengan 0, 45 sudut miring,8 F 0,sin F 0,.0,45 Buku Ajar Fisika 83

93 F 0, 09N 4. Langkah awal menyelesaikan soal ini adalah dengan mencari F 3 dan F 3, yaitu: Gambar 6.3 Penguraian gaya pada partikel muatan soal 4. Untuk mencari nilai F 3, maka kita perlu menguraikan gaya F 3 terhadap sumbu x dan terhadap sumbu y: F 3 k e Q 3 r Q 3, pada F 3 muatan tolak menolak F 3 Q3 Q ke pada sumbu y r 3 F 0 3 pada sumbu x Besarnya nilai F N( pada sumbu x), dan F 330 N ( pada sumbu ) y F F 3 3 k k e e Q 3 3 r Q Q 3 3 r F 3 0N Q, pada F 3 muatan tarik menarik cos Buku Ajar Fisika 84

94 F 3 k e Q F3 70N 3 3 r Q sin Resultan gaya pada sumbu x dan sumbu y: F3 x F3 x F3x 0N 0N 0N F3 y F3 y F3y 70N 330N 60N Besarnya gaya Total pada Q 3 adalah 390 N 5. Arah gaya dari muatan Q 3 pada soal nomor 4: tan F F 3y 3x tan 60 0 tan, Langkah awal penyelesaian soal ini adalah dengan menghitung resultan gaya listrik antara Q dan Q dengan gaya listrik antara Q dan Q 3. Besarnya gaya listrik antara Q dan Q : Besarnya Q : 0 µc= C Besarnya Q : 40 µc= C Jarak antara Q dan Q (r ) = 4 cm = m Jarak antara Q dan Q 3 (r 3 ) = 8 cm = m F = 0 N Besarnya gaya listrik antara Q dan Q3: F F F q q k r 3 3 (40.0 k (8.0 6 )( q 3 6 (40.0 )( q3) k ) ) 0 Arah F ke kanan dan F3 ke kiri: F3 - F = 0 F3 = F Buku Ajar Fisika 85

95 6 6 (40.0 )( q3) k k (4.0 ) q q q q ,4.0 40C Sehingga besarnya muatan Q 3, supaya gaya listrik yang bekerja pada Q = 0 adalah 40 C. 7. Langkah pertama, gambarkan posisi muatan dalam koordinat: Letak muatan (meter) Gambar 6.4 Penggambaran posisi muatan soal no.7 Jika kita perhatikan dari gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa jarak antara dua buah muatan membentuk segitiga siku siku, dimana panjang garis biru didapat dengan: r 3 4 5meter Besarnya gaya listrik antara dua buah muatan: q q F k r F Buku Ajar Fisika 86

96 3 F F 3,8. 0 N 8. Penyelesaian awal yang perlu diperhatikan adalah arah gaya yang dikeluarkan oleh q dan q pada q 3. Gaya F 3 oleh q pada q 3 adalah gaya tarik karena q dan q 3 memiliki muatan yang berbeda. Sedang gaya F 3 oleh q pada q 3 adalah gaya tolak karena keduanya sama-sama memiliki muatan negatif. Besarnya Gaya F 3 adalah: 6 6 qq3 9,0x0.5,0x0 F3 k (9x0 ) 9. 0 a (0, m) Besarnya Gaya F3 adalah: 6 6 qq3 9 5,0x0.5,0x0 F3 k (9x0 ). 0 ( a).(0,) Gaya tolak F 3 membuat sudut 45 o dengan sumbu x. Oleh karena itu komponen gaya F 3 searah dengan sumbu x dan y sama yakni sebesar F 3 cos 45 o = 7,9.0 - N. Dengan menjumlahkan F dan F 3 dengan menggunakan aturan vektor maka diperoleh komponen gaya yang bekerja pada q3 yang searah dengan sumbu x: F 3x = F 3x + F 3x = 7,9.0 - N + ( N) = -,. 0 - N F 3y = F 3y + F 3y = 7, N + 0 = 7,9.0 - N Sehingga besarnya gaya total yang bekerja pada q 3 adalah: Fr 6,6.0 7,9.0 7,9.0 4 N (,.0 ) Jadi besarnya gaya total yang bekerja pada q3 sebesar 7, N 9. Penyelesaian soal ini menggunakan hukum Coulomb, dengan r = 0,5 x0-0 m, Q= Q =,6x0-9 C, dan dengan mengabaikan tanda-tanda muatan diperoleh: q q F k r N N Buku Ajar Fisika 87

97 F,6.0,6.0 (0,5.0 ) F F 3, ,9. 0 N 0. Arah gaya yang bekerja pada muatan Q 3 dinyatakan seperti gambar di bawah. Gaya total pada muatan Q 3 merupakan jumlah vektor gaya F 3 yang diakibatkan oleh muatan Q dan gaya F 3 yang diakibatkan oleh muatan Q. Gambar 6.5 Penggambaran posisi muatan soal no.0 Tanda positif dan negatif pada muatan tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan, tetapi tanda digunakan untuk menentukan arah setiap gaya. Dari gambar tampak bahwa F 3 tarik menarik dan berarah ke kiri sedangkan F 3 tolak menolak dan berarah ke kanan. q q F3 k r F F (30.0 ) F 3 3, N 6 q q F3 k r 3 3 F (0.0 ) Buku Ajar Fisika 88

98 9.0 F F 3, N Jika arah kanan F 3 dianggap menunjuk ke arah x positif dan arah kiri F 3 menunjuk ke arah x negatif. Maka gaya total pada muatan Q 3 adalah F 3 = F 3 F 3 = 3, N, N = 3N Buku Ajar Fisika 89

99 RINGKASAN. Kelistrikan adalah sifat dari sebuah benda yang muncul dikarenakan adanya muatan listrik.. Terdapat tiga partikel listrik yaitu proton, electron, dan netron. 3. Elektron bermuatan negatif dengan muatan,6097 x 0-9 C dan massa 9,095 x 0-3 kg, proton bermuatan positif dengan muatan +,6097 x 0-9 C dan massa,676 x 0-7 kg, sedangkan netron tidak bermuatan (netral) dengan massa,6749 x 0-7 kg. 4. Terdapat dua jenis muatan listrik, yaitu muatan positif dan muatan negatif. 5. Muatan yang sejenis bersifat saling tolak menolak dan muatan yang tidak sejenis bersifat saling tarik menarik. 6. Gaya tolak menolak atau gaya tarik menarik antara dua muatan listrik besarnya sama, dan dirumuskan dengan Hukum Coulomb: q q F k r 7. Besarnya gaya tersebut sebanding dengan besar masing-masing muatan, berbanding terbalik dengan kwadrat jarak kedua muatan, dan bergantung pada media di mana kedua muatan tersebut berada (untuk udara atau ruang hampa, k = 9 x 0 9 N m C - ). 8. Gaya Coulomb bisa terjadi pada lebih dari dua muatan, misalnya antara tiga muatan atau lebih. Jika interaksi terjadi pada tiga muatan atau lebih, maka dapat digunakan resultan gaya dari gaya Coulomb yang dihasilkan oleh muatan-muatan tadi. Buku Ajar Fisika 90

100 LATIHAN SOAL. Muatan listrik +q3 = 30 μc, +q = 0 μc dan q terpisah dengan posisi garis lurus, dengan posisi q, q di tengah dan q3 di paling kanan. Agar gaya Coulomb yang bekerja pada muatan q = nol maka, berapakah muatan q?. Tiga muatan listrik +q= 5 μc, +q = 0 μc dan +q3 = 35 μc segaris. Bila a = 30 cm maka berapakah besar dan arah gaya listrik yang bekerja pada muatan q? Lihat gambar 8.5. (k = 9 x 09 Nm C - ) Gambar 8.5. Posisi muatan latihan soal no. 3. Diketahui dua buah benda bermuatan listrik tidak sejenis, tarik-menarik dengan gaya sebesar F. Jika jarak kedua muatan dijauhkan menjadi 5 kali semula, maka besarnya gaya tarik-menarik antara kedua muatan menjadi...f 4. Tiga buah muatan qa, qb, dan qc, masing-masing terletak pada titik sudut segitiga sama sisi ABC dengan panjang sisi 5 cm. Apabila muatan-muatan qa, qb, dan qc masing-masing besarnya +4 μ C, - 8 μ C, dan -0 μ C. Berapakah besar dan arah gaya pada muatan -0 μ C yang berada pada titik C. 5. Diketahui muatan listrik q = -00 nc di titik A (, 3, 4) cm, dan muatan q = +00 nc dititik B (, 6, 4) cm. Tentukan gaya listrik pada muatan pertama dan kedua. Buku Ajar Fisika 9

101 7 MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Materi : - MedanListrik - Potensial listrik Sub Materi : - Pengertian Medan Listrik - Definisi dan arah medan listrik - Rumus medan listrik - Pengertian energi potensial listrik - Definisi potensial listrik Tujuan : Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian medan listrik, arah medan listrik, mengerti tentang definisi besarnya medan listrik, memahami tentang rumus medan listrik, mampu menjelaskan pengertian energi potensial listrik, dan memahami definisi potensial listrik Medan Listrik Pada bab sebelumnya telah dibahas tentang muatan listrik dan besarnya gaya, pada bab ini kita akan mempelajari tentang medan listrik dengan muatan pada satu titik dan menghitung besarnya medan listriknya. Pada umumnya gaya bekerja karena adanya kontak antara dua benda, seperti gaya tekan atau gaya dorong yang diberikan pada suatu balok, gaya pada raket tenis ketika memukul bola tennis. Namun, sebaliknya gaya listrik timbul tanpa adanya persentuhan antara ke dua benda, bahkan gaya listrik dapat dirasakan pada jarak tertentu, konsep gaya seperti ini relatif sukar untuk dimengerti sehingga perlu dikenalkan konsep medan (seperti halnya medan gravitasi Newton). Seorang fisikawan Inggris Michael Faraday (79-867) adalah orang yang pertama kali mengenalkan konsep medan listrik dengan menyatakan bahwa medan listrik keluar dari setiap muatan dan menyebar ke seluruh ruang, seperti Gambar 7.. Ketika muatan ke dua diletakkan di dekat yang pertama, ia akan merasakan gaya yang disebabkan oleh adanya medan listrik di tempat itu, misalnya titik P. Medan Buku Ajar Fisika 9

102 listrik pada lokasi muatan ke dua dianggap berinteraksi langsung dengan muatan ini untuk menghasilkan gaya. Bagaimana-pun, harus ditekankan bahwa sebuah medan, bukan merupakan sebuah zat. Gambar 7. Medan listrik pada satu muatan Gambar a merupakan partikel bermuatan positif. Garis-garis yang keluar dari partikel a disebut dengan medan listrik. Arah medan listrik pada gambar a keluar dari partikel bermuatan positif. Perhatikan pada gambar b, pada gambar tersebut merupakan partikel bermuatan negatif. sama dengan gambar a garis-garis yang ada pada gambar b merupakan medan listrik. Bedanya dengan partikel bermuatan positif, arah medan listrik pada partikel bermuatan negatif menuju pusat arah partikel. Dari pembahasan ini kita dapat menjelaskan bagaimana dua partikel yang sejenis tolak-menolak dan partikel yang lain jenis tarik menarik. Agar lebih jelas perhatikan ilustrasi gambar 7. berikut ini. Gambar 7. Medan listrik pada dua satu muatan Buku Ajar Fisika 93

103 Gambar a merupakan interaksi dua partikel yang berlainan jenis. Perhatikan garis medan listriknya, garis dari partikel postif menuju partikel negatif.ini menjeelaskan mengapa dua partikel tersebut dapat tarik menarik. Pada gambar b dapat kita lihat partikel yang muatanya sama. Garis medan listrik pada partikel tersebut saling menjauhi satu sama lain. Sehingga kedua partikel tersebut saling tolak-menolak. Besarnya medan listrik dapat didefinisikan sebagai besarnya gaya dibagi besarnya muatan pada suatu titik: Dimana: E = besarnya medan listrik (N/C) F = gaya listrik (N) q = muatan listrik (C) E F q Dari rumus di atas, dapat diuraikan menjadi: qq k E r q dapat disederhanakan menjadi: q E k r E = besarnya medan listrik (N/C) F = gaya listrik (N) q = muatan listrik (C) r = jarak muatan (m) 7.. Potensial Listrik Setelah mempelajari medan listrik, materi berikutnya adalah energi potensial listrik. Energi potensial listrik, dapat kita analogikan dengan mekanika, lihat gambar 7.3 di bawah ini: Buku Ajar Fisika 94

104 Gambar 7.3. Analogi Mekanika dengan Listrik Energi potensial listrik dari sebuah muatan q o disuatu titik adalah energi yang diperlukan untuk membawa muatan tersebut dari tak hingga ke titik tersebut. Benda bermassa m o bergerak dari posisi awal i menuju posisi akhir f dan beda energi potensial yang terjadi adalah : U U W if f U F ds i f i W if Dapat dinyatakan dalam bentuk integral bahwa Usaha merupakan integral gaya terhadap jarak. Benda bermuatan q o bergerak dari posisi awal i menuju posisi akhir f, beda energi potensial yang terjadi adalah juga : U U f U i W if Bila diambil posisi awal adalah di yang energi potensialnya nol, maka : U f W if Keterangan: U = Energi potensial (Joule) Uf = Energi potensial di titik f (Joule) Ui = Energi potensial di titik i (Joule) Buku Ajar Fisika 95

105 W = Energi (Joule) F = Gaya (N) Belajar tentang energy potensial, tentunya kita harus mengetahui tentang potensial listrik. Definisi dari potensial listrik adalah energi potensial listrik per muatan listrik sehingga : U V q o U f Ui V q o U U U q o f f U U q o i i V Keterangan: U = Energi potensial (Joule) Uf = Energi potensial di titik f (Joule) Ui = Energi potensial di titik i (Joule) q = Muatan Listrik (C) V = Potensial Listrik (Volt atau J/C) W = Energi (Joule) Satuan potensial listrik adalah Joule/Coulomb, tetapi yang lebih sering digunakan adalah satuan Volt. Bila sebagai acuan diambil potensial di tak hingga adalah nol, maka: f V i V f W q if o W q f o Satuan energi listrik ev=(,6x0-9 C)( J/C)=,6 x 0-9 J Untuk lebih memahami materi tentang medan listrik dan potensial listrik, pelajari beberapa contoh soal dan penyelesaiaannya berikut ini:. Terdapat dua buah muatan masing-masing sebesar + 5 C (sebelah kiri) dan - 5 C (sebelah kanan) terletak pada satu garis lurus dengan jarak 4 meter. Tentukan letak titik-titik pada garis hubung keduanya dimana potensial listriknya nol. Lihat gambar 7.4. Buku Ajar Fisika 96

106 Gambar 7.4. Soal nomor. Tentukan potensial listrik di titik P, dimana titik P terletak di tengah bidang bujur sangkar. Sisi bujur sangkar adalah d =,3 m dan masingmasing muatan sebesar: q nc q 4nC q3 3nC q4 7nC 3. Jika diketahui Titik P, Q, dan R terletak pada satu garis dengan PQ = m dan QR = 3 m. Pada masing-masing titik terdapat muatan μc, 3 μc, dan -5 μc. Tentukan besarnya energi potensial muatan di Q! 4. Sebuah elektron ( m= 9 x 0-3 kg dan q = -,6 x 0-9 C) bergerak dari katode dengan kecepatan awal nol menuju anode. Jika beda potensial anode-katode volt, Berapakah kecepatan elekton saat tiba di anode? 5. Dua muatan titik positif sama besarnya + 5 nc pada sumbu-x. Satu di pusat dan yang lain pada x = 8 cm seperti ditunjukkan pada gambar 7.5. Tentukan potensial di: (a). Titik P pada sumbu-x di x=4 cm (b). Titik P pada sumbu-y di y = 6 cm Gambar 7.5. Soal nomor 5 Buku Ajar Fisika 97

107 PENYELESAIAN:. Langkah awal dari penyelesaian soal nomor satu adalah membuat persamaan pertama: V V V 5 5 x 4 x kq x kq 0 4 x 5x 0 5x x 4 x 0 x m 0 Dari persamaan pertama kita mendapatkan hasil jarak x sejauh m, kemudian untuk mencari jarak y kita masukkan ke dalam persamaan: V V V 5 5 y 4 y kq y kq 0 4 y 5y 0 5x y 4 y y 0 0 m Dari persamaan kedua diperoleh hasil bahwa jarak y sejauh m.. Jika diketahui titik P berada pada titik tengah bujur sangkar, maka potensial listrik dititik P sebesar: 4 V Vi i q 4 o q q r q 9 ( 4 37) x0 9x0,3 350 V Berikut ini langkah langkah menyelesaian soal nomor tiga: Diketahui bahwa: PQ = m Buku Ajar Fisika 98

108 QR = 3 m q p = µc =.0-6 C q q = 3µC = C q r = -5µC = C Jika dalam soal ditanyakan besarnya Epq, maka: Energi potensial P-Q = Ep Energi potensial Q-R = Ep kq r p pq q q (.0 )(3.0 Ep 3 Ep 7.0 J Ep Ep kq r Jadi jumlah Ep dititik Q = Ep + Ep Ep q (7.0 7,.0 J 3 ) ( p pq q q (3.0 )( J ) J ) 6 ) 4. Perhatikan rumus energi: E qv. E,6.0 E 7, J Energi yang telah dihitung dapat kita asumsikan sebagai energi kinetik dari elektron: Buku Ajar Fisika 99

109 E mv 6 7, ,.0 v 3 4,5.0 v v, v m / s 5. Untuk menyelesaikan soal nomor 5, kita selesaikan terlebih dahulu pertanyaan yang pertama: a. Menghitung potesial listrik dengan menggunakan resultan: V kq V r i kq r kq r V. 4.0 V 50V 9 b. Menghitung dengan menggunakan resultan: V kq V r i kq r kq r V V V 9 Buku Ajar Fisika 00

110 RINGKASAN. Medan listrik keluar dari setiap muatan dan menyebar ke seluruh ruang.. Arah medan listrik keluar dari partikel bermuatan positif, dan masuk menuju partikel bermuatan negatif. 3. Besarnya medan listrik dapat didefinisikan sebagai besarnya gaya dibagi besarnya muatan pada suatu titik, dan dapat dituliskan: F E atau q q E k (E dalam satuan N/C, k dalam satuan NC - m, q dalam satuan r Coulomb, dan r dalam satuan meter). 4. Energi potensial listrik dari sebuah muatan q o disuatu titik adalah energi yang diperlukan untuk membawa muatan tersebut dari tak hingga ke titik tersebut. 5. Potensial listrik adalah energi potensial listrik per muatan listrik. 6. Satuan potensial listrik adalah Joule/Coulomb atau lebih dikenal dengan satuan Volt. Buku Ajar Fisika 0

111 LATIHAN SOAL. Dua muatan 5 Q dan + 4 Q terpisah pada jarak r seperti pada gambar 7.6. Gambar 7.6. Posisi muatan latihan soal no. Dimanakah letak titik yang kuat medan listriknya nol?. Terdapat sebuah titik muatan berada pada jarak 5 cm dari muatan +0 mikro Coulomb. Berapakah besar dan arah medan listrik pada titik? (k = 9 x 0 9 Nm C, mikro Coulomb = 0 6 C) 3. Dimanakah kuat medan listrik nol pada gambar 7.7? Gambar 7.7. Posisi muatan latihan soal no.3 4. Tiga muatan ditempatkan pada tiga sudut sebuah bujur sangkar seperti pada gambar 7.8. Setiap sisi bujursangkar adalah 40 cm. Hitunglah E pada sudut ke empat! Berapakah gaya yang diberikan oleh muatan μc pada sudut yang kosong tersebut? Gambar 7.8. Posisi muatan latihan soal no.4 Buku Ajar Fisika 0

112 8 HUKUM OHM, ENERGI & DAYA LISTRIK Materi : - Hukum Ohm - Daya listrik - Energi listrik Sub Materi: - Muatan listrik - Arus listrik - Hambatan listrik - Resistivitas dan konduktivitas - Resistor dan konduktor - Hukum Ohm dan implementasinya - Energi listrik dan implementasinya - Daya listrik dan implementasinya Tujuan: Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian muatan resistor, listrik, arus listrik, hubungan antara muatan listrik dan arus listrik, hambatan listrik, resistivitas dan konduktivitas, resistor dan konduktor, dan memahami Hukum Ohm dan implementasinya, memahami daya listrik dan implementasinya, serta memahami energi listrik dan implementasinya. 8.. Hukum Ohm Dalam mempelajari ilmu fisika tentunya kita tidak terlepas dari materi fisika listrik, dalam kelistrikan tentunya sudah tidak asing lagi yang namanya arus listrik, dimana pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai muatan listrik, gaya antar muatan listrik, jenis jenis muatan dan sebagainya. Pada bab ini kita akan mempelajari Hukum Ohm, hukum ini merupakan hukum yang mengatur hubungan antara arus listrik, tegangan dan hambatan. Sebelum jauh membahas tentang Hukum Ohm, kita akan membahas arus listrik. Buku Ajar Fisika 03

113 Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan oleh pergerakan elektron elektron yang mengalir melalui suatu titik dalam rangkaian listrik tiap satuan waktu. Dalam kehidupan sehari hari tentunya kita tidak terlepas dari yang namanya listrik. Arus listrik bisa muncul dimana mana disekitar kita. Sebagai satuan untuk pengukuran arus listrik, diukur dengan satuan Coulomb/ detik atau disebut ampere, dengan simbol A. Hampir segala macam benda yang dimanfaatkan manusia saat ini mengandung arus listrik, baik yang berkekuatan kecil hingga berkekuatan besar atau memiliki tegangan besar. Tanpa kita sadari, sebenarnya tubuh manusia mengandung jutaan atom kurang lebih 0 8 atom, sehingga tubuh manusia secara otomatis mengandung muatan dan tentunya arus listrik walaupun dengan tegangan yang sangat kecil. Didalam ilmu fisika, arus listrik yang bergerak konstan disimbolkan dengan I, sedangkan muatan listrik disimbolkan dengan Q, dan waktu disimbolkan dengan t. Dituliskan dengan rumus: keterangan: I = arus listrik (C/s) atau Ampere Q = muatan listrik (C) t = waktu (detik) Q I t Sedangkan untuk menghitung jumlah arus listrik konstan dalam waktu tertentu, maka menggunakan rumus: dq I dt Terdapat hubungan antara arus listrik, tegangan dan hambatan yang disebut dengan Hukum Ohm, yang dituliskan: Keterangan: I = arus listrik (A) V = Tegangan (V) V I R Buku Ajar Fisika 04

114 R = Hambatan (Ohm) Semakin besar tegangan yang diberikan, maka akan semakin besar arus yang mengalir, demikian sebaliknya jika hambatan dalam rangkaian diberi nilai yang besar, maka nilai arus akan menjadi kecil. Bentuk lain dari rumus di atas dapat dituliskan menjadi: V I. R dan V R I atau biasa diilistrasikan sebagai berikut: Jika digambarkan dalam rangkaian listrik sederhana sebagai berikut: Gambar 8.. Rangkaian Listrik Sebelum menerapkan hukum Ohm, alangkah lebih baik jika kita mengenal hambatan. Jika penghantar yang konduktansinya besar biasanya disebut konduktor, sedangkan jika resistansinya yang besar sering disebut resistor. Buku Ajar Fisika 05

115 Resistansi resistor dapat diukur dengan ohmmeter. Namun dapat pula diketahui melalui kode warna yang berupa cincin warna yang tertulis pada badan resistor. Arti kode warna tersebut dapat dilihat pada tabel 8.. Tabel 8.. Kode warna resistor Jika digambarkan maka cincin-cincin pada badan resistor tersebut seperti terlihat pada gambar 0.. Cincin ke menunjukkan angka pertama, cincin kedua menunjukkan angka kedua, cincin ketiga menunjukkan faktor perkalian, cincin keempat menunjukkan toleransi. Gambar 8.. Resistor Contoh pembacaan resistor: Warna cincin ke sampai ke 4 suatu resistor berturut-turut adalah : cokelat, hitam, merah, emas. Maka : Angka ke : Angka ke : 0 Faktor perkalian : 0 Toleransi : 5 % Jadi besar resistansinya : Buku Ajar Fisika 06

116 R = (0 x 0 ± 5 % ) ohm = (000 ± 50) ohm. Artinya nilai resistor berkisar antara 950 ohm sampai dengan 050 ohm, dengan harga rata-rata (terbaik) sebesar 000 ohm. Saat ini, terdapat resistor yang mempunyai 5 cincin. Kode warna untuk 5 cincin sama dengan kode warna pada 4 cincin. Cincin ke sampai ke 3 berturut-turut menunjukkan angka pertama, kedua, dan ketiga. Sedangkan cincin ke 4 da ke 5 masing-masing menunjukkan faktor perkalian dan toleransi. Contoh Soal Penerapan Hukum Ohm:. Jika diketahui Power Supply menghasilkan Output Tegangan 0V, dan Nilai Potensiometer ke 5 kohm. Berapakah nilai Arus Listrik (I)?. Perhatikan rangkaian listrik seperti pada gambar 0.3. Berapakah kuat arus yang terukur pada amperemeter? Gambar 8.3. Rangkaian Listrik Sederhana 3. Jika besarnya arus listrik ma mengalir melalui seutas kawat penghantar ketika beda potensial V diberikan pada ujung-ujungnya. Tentukan hambatan listrik pada kawat! Penyelesaian:. Langkah awal menyelesaikan soal nomor satu adalah dengan menuliskan: V = 0 V R = 5KOhm = Ohm Maka nilai I =... V I R Buku Ajar Fisika 07

117 0 I I.0 3 A Jadi besarnya arus yang mengalir sebesar.0-3 A. Dari soal nomor dua diketahui bahwa: R =, 4 Ohm V =,5 Volt rd (hambatan dalam) = 0, Ohm Ditanyakan berapakah arusnya? V I. R,5 I.(,4 0,),5 I,5 I A Jadi besarnya arus yang mengalir sebesar A 3. Dari soal nomor tiga diketahui bahwa: I = ma =.0-3 A V = V Ditanyakan hambatan... V R I R R 6.0 Ohm Jadi besarnya hambatan listrik pada kawat 6 KOhm. Sebelum mempelajari daya, dalam kelistrikan juga dikenal yang namanya resistivitas dan konduktivitas: Resistivitas (ρ) didefinisikan dari: ukuran seberapa kuat material menentang aliran arus listrik: Buku Ajar Fisika 08

118 R = ρ L/A Satuan SI dari ρ adalah Ω.m Konduktivitas (σ) adalah kebalikan dari resistivitas, diberikan oleh : Satuan SI dari σ adalah (Ω.m) - Dasar dari Hukum Ohm inilah yang akan kita gunakan untuk menghitung daya, energi, dan satuan dasar listrik yang lain. 8.. Energi Jika arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar, diberi beda potensial pada ujung ujung penghantarnya, arus akan mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah. Hal ini dikarenakan terdapat perpindahan muatan listrik atau elektron dari potensial rendah ke potensial tinggi. Besar energi yang digunakan untuk memindahkan muatan listrik tersebut bergantung pada potensial dan jumlah muatan, yang dapat dituliskan: Dimana: W = energi (J) q = muatan (C) V = beda potensial (V) W qv. Energi listrik erat kaitannya dengan daya. Hubungan ini dapat dituliskan dengan rumus: Dimana: W = energi (J) P = Daya (Watt) t = waktu (s) P W t Buku Ajar Fisika 09

119 Satuan energi lain yang biasa kita dengan adalah Kilowatt jam (Kwh). Satuan ini biasa digunakan untuk penggunaan listrik dalam skala besar, seperti dirumah rumah, pabrik dan sebagainya. Konversi dari Kwh adalah sebagai berikut: Kwh = 000 Watt. Jam Kwh = 000 Watt detik Kwh = 3,6 x 0 6 Joule Untuk lebih memahami tentang energi, dan penerapannya, perhatikan beberapa contoh soal dan penyelesaiannya di bawah ini. Contoh Soal:. Berapakah lamakah waktu untuk sebuah televisi 00-watt dapat menyala sebelum menggunakan energi lebih besar dari 5 kwh?. Berapakah biaya total penggunaan peralatan rumah tangga, jika terdapat peralatan dan penggunaan berikut ini, jika biaya per kilowattjam sebesar Rp.500,-? a. sebuah microwave 00-watt selama 30 menit b. enam bohlam 30-watt selama 4 jam c. sebuah mesin cuci 400-watt selama 45 menit d. sebuah pengering rambut 00-watt selama 0 menit 3. Dalam sebuah rangkaian listrik terdapat 4 lampu, terdiri dari: 40W-0V; 3 lampu 30W-0V. Berapakah energi listrik yang terpakai selama jam? Penyelesaian:. Pada soal nomor satu diketahui: P = 00 Watt W = 5 Kwh Ditanyakan t? Maka kita gunakan rumus: W P t Buku Ajar Fisika 0

120 5Kwh 00 Watt t 5000 Watt. jam t 00 Watt t 5 Jam Jadi dengan menggunakan energi sebesar 5 Kwh, TV tersebut mampu menyala sampai dengan 5 Jam.. Proses menghitung biaya keseluruhan: No. Peralatan P (Watt) T (detik) W (Joule) Microwave Bohlam Mesin Cuci Pengering rambut Total Biaya per kilowattjam sebesar Rp.500,- Total energi: Joule/ 3,6.0 6 Kwh = 0,9 Kwh Jadi biaya keseluruhan dalam Kwh adalah 0,9 Kwh x 500 = Rp. 450,- 3. Untuk menghitung energi listrik yang terpakai selama jam: No. Peralatan P (Watt) Tegangan (V) t (detik) W (Joule) Lampu Lampu Lampu Lampu Total Jadi total energi listrik secara keseluruhan selama jam sebesar 468KJ Daya Dalam perhitungan kelistrikan ada kalanya kita harus mengetahui besarnya daya yang diperlukan untuk sebuah perangkat listrik yang kita gunakan. Dalam kehidupan sehari hari, kita jumpai daya listrik yang tertera dirumah. Sebagai contoh, suatu hari pernah terdapat kejadian padamnya listrik disebuah rumah yang tanpa disadari hal ini dikarenakan beban listrik yang berlebih. Misalnya disebuah rumah dipasang daya 900 W/ 300 W, ketika kita menyalakan mesin cuci, AC, Buku Ajar Fisika

121 setrika dan memasak nasi, padahal lemari es dan beberapa lampu masih menyala, tiba tiba listrik dirumah padam. Hal ini bisa terjadi karena daya yang kita gunakan berlebih, melebihi yang terpasang oleh PLN dirumah. Itulah salah satu penerapan daya listrik dalam kehidupan sehari hari. Mari kita mengenal lebih jauh lagi tentang daya listrik. Pengertian daya adalah berapa banyak kerja (perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk yang lain) yang dapat dilakukan dalam waktu tertentu. Karena energi yang diubah diukur dalam joule (J) dan waktu dalam detik (s), maka daya diukur dalam joule/detik (J/s). Satuan pengukuran listrik untuk daya adalah watt (W). Satuan ukuran watt, berasal dari nama keluarga James Watt, orang yang membuat dan menetapkan standar-standar pengukuran daya. Ia memperkenalkan daya-kuda (horsepower, hp) sebagai ukuran daya rata-rata seekor kuda yang kuat yang bekerja seharian penuh. Kira-kira 50% lebih banyak daripada yang diharapkan dari rata-rata kuda. Daya-kuda dan watt dihubungkan dengan hubungan sebagai berikut: daya kuda = 746 Watt. Daya disimbolkan dengan huruf P untuk menghitung daya dapat menggunakan rumus: dimana: P = Daya (Watt atau Joule/detik) W = Energi (Joule) t = waktu (detik) W P t Daya yang diberikan kepada, atau diserap oleh, sebuah piranti listrik atau sistem dapat diperoleh dalam bentuk arus dan tegangan: W P bentuk ini dapat diubah dengan mensubstitusi W = Q.V: t QV. P t, dikarenakan Q = I. t, maka bentuk lain yang dapat dituliskan: P V. I Buku Ajar Fisika

122 dimana: P = Daya (Watt atau Joule/detik) V = Tegangan (Volt) I = Arus (Ampere) Seperti telah kita ketahui bahwa arus memiliki hubungan dengan tegangan dan hambatan, maka: V P V., sehingga bentuk lain dari rumus daya: R V P R dimana: P = Daya (Watt atau Joule/detik) V = Tegangan (Volt) R= Hambatan (Ohm) Bentuk tegangan dapat kita ubah menjadi perkalian antara hambatan dan arus, sehigga rumus daya dapat kita tuliskan: V P R ( I. R) P R I. R P R P I R dimana: P = Daya (Watt atau Joule/detik) I = Arus (Ampere) R= Hambatan (Ohm) Untuk lebih memahami tentang penggunaan rumus di atas, mari kita pelajari beberapa contoh soal berikut ini: Buku Ajar Fisika 3

123 . Tentukan arus yang melalui sebuah tahanan 5 kohm bila daya yang diserap oleh elemen sebesar 40 mw.. Tentukan besarnya daya keluaran dalam tenaga-kuda (hp) sebuah motor dengan efisiensi 80% dan arus masukan 4A pada tegangan 0 volt? 3. Sebuah kompor listrik setelah digunakan selama 0 menit ternyata menyerap energi listrik sebanyak joule. Berapakah besarnya daya kompor listrik itu? Penyelesaian:. Jika diketahui dari soal nomor satu: R = 5KOhm = ohm P = 40 mwatt = Watt Ditanyakan arus I I I I 8 I, Jadi arus yang mengalir sebesar,83 A.. Efisiensi yang diketahui 80%, sehingga: P0 x00% P i P0 0, P 384 W 0 Jika dijadikan dalam Hp: hp 384x 0, 5hp 746 Jadi besarnya daya keluaran sebesar 0,5 Hp. 3. Diketahui bahwa: W = Joule Buku Ajar Fisika 4

124 t = 0 menit = 0 x 60 detik = 600 detik Ditanyakan P... Maka: W P t 0000 P 600 P W Jadi Daya kompor listrik tersebut sebesar 33,33 W Buku Ajar Fisika 5

125 RINGKASAN. Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan oleh pergerakan elektron elektron yang mengalir melalui suatu titik dalam rangkaian listrik tiap satuan waktu. Secara rumus dituliskan: Q I (I dalam satuan Ampere, t Q dalam satuan Coulomb, dan t dalam satuan sekon).. Resistansi listrik atau hambatan listrik atau tahanan listrik adalah ukuran kecenderungan bahan untuk menahan aliran arus listrik, satuan dalam Ohm (Ω). 3. Resistivitas (ρ) adalah ukuran seberapa kuat material menentang aliran arus listrik, dan secara rumus dituliskan: R = ρ L/A (R dalam satuan Ω, ρ dalam satuan Ω meter, L dalam satuan meter, dan A dalam satuan m ). 4. Konduktivitas (σ) adalah kebalikan dari resistivitas, dan secara rumus dituliskan: (σ dalam satuan Ω - m - ). 5. Penghantar yang konduktivitasnya besar disebut konduktor, sedangkan jika resistivitasnya yang besar disebut resistor. 6. Resistansi resistor dapat diukur dengan ohmmeter, dan dapat pula diketahui melalui kode warna yang berupa cincin warna yang tertulis pada badan resistor. 7. Hubungan antara arus listrik, tegangan, dan hambatan yang disebut dengan Hukum Ohm, dan secara rumus dituliskan: I = V/R (I dalam satuan Ampere, V dalam satuan Volt, dan R dalam satuan Ω). 8. Energi listrik adalah energi yang digunakan untuk perpindahan muatan listrik atau elektron dari potensial rendah ke potensial tinggi. Besar energi yang Buku Ajar Fisika 6

126 digunakan untuk memindahkan muatan listrik tersebut bergantung pada potensial dan jumlah muatan, yang dapat dituliskan: W = q. V (W dalam satuan Joule, q dalam satuan Coulomb, dan V dalam satuan Volt). 9. Daya listrik adalah banyaknya energi listrik per satuan waktu, yang secara rumus dapat dituliskan: P = V I (P dalam satuan Watt, V dalam satuan Volt, dan I dalam satuan Ampere). Buku Ajar Fisika 7

127 LATIHAN SOAL. Terdapat sebuah alat pemanas listrik memakai arus 50 miliampere jika dihubungkan dengan sumber tegangan 0 V. Berapakah hambatannya?. Sebuah perabotan listrik dengan hambatan 0 Ω memakai arus 5 A dalam opeasinya. Berapakah beda potensial pada kedua ujungnya? 3. Sebuah bola lampu menarik 00 ma dari baterai 4 V. (a) Berapa hambatan bola lampu tersebut? (b) Jika tegangan turun sampai.5 V, apakah arus akan berubah? 4. Kawat tembaga berdiameter 0,0 m (resistivitas,7 x 0-9 Ωm), maka: a. Hitunglah luas penampang kawat b. Resistansi kawat sepanjang 5 m 5. Sebuah kawat A berdiameter, 3 mm. Berapakah panjang kawat alumunium B yang diperlukan agar mendapatkan resistansi 0,5 ohm jika diketahui resistivitas alumunium 3,5 x 0-8 ohm meter? 6. Sebuah pemanas listrik menarik 4 A pada jalur 0 V, berapa daya yang digunakannya dan berapa biaya per bulan (30 hari) jika pemanas listrik beroperasi 5,0 jam setiap hari dan perusahaan listrik negara menghargai Rp. 00,- per kwh? 7. Sebuah petir memiliki variasi pada ledakan petir, tetapi pada umumnya energi yang ditransfer sebesar 0 9 j, melalui beda potensial hampir sebesar kurang lebih 5 x 0 7 V selama selang waktu 0, detik. Berapakah muatan total yang ditransfer, arus, dan daya rata-rata selama 0, detik. 8. Sebuah lampu memiliki spesifikasi 8 watt, 0 Volt. Lampu dipasang pada tegangan 0 volt. Tentukan: a) Energi yang digunakan selama jam b) Hambatan lampu c) Kuat arus yang mengalir pada lampu Buku Ajar Fisika 8

128 9. Diketahui bahwa dinamo sebuah mobil dilalui arus 40 A. Jika beda potensial Accu Volt dan menghasilkan energi listrik sebesar 5K joule, berapakah waktu yang diperlukan memindahlan energi listrik ke dinamo? 0. Sebuah rumah memasang 0 lampu 0 watt dan menyala 8 jam sehari, 3 lampu 30 watt menyala 9 jam sehari, sebuah kulkas 00 watt menyala 4 jam sehari, pesawat TV 75 watt menyala 6 jam sehari dan sebuah setrika listrik 350 watt yang dipakai jam sehari. Jika tarif listrik adalah Rp 550 / kwh, perkirakan biaya listrik rumah tersebut dalam satu hari, satu minggu (7 hari) dan satu bulan (30 hari)! Buku Ajar Fisika 9

129 9 7 RESISTOR, HUKUM KIRCHOFF & KAPASITOR Materi : - Resistor - Hukum Kirchoff - Kapasitor Sub Materi : - Rangkaian resistor - Hukum Kirchoff I - Hukum Kirchoff II - Pengertian kapasitor - Rangkaian kapasitor Tujuan: Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami rangkaian resistor yang terdiri atas rangkaian seri, rangkaian paralel, dan rangkaian gabungan seri paralel, mampu memahami Hukum Kirchoff I dan implementasinya dalam rangkaian listrik, mampu memahami Hukum Kirchoff II dan implementasinya dalam rangkaian listrik, mampu menjelaskan pengertian kapasitor, dan mampu memahami rangkaian kapasitor yang terdiri atas rangkaian seri, rangkaian paralel, dan gabungan seri paralel. 9.. RESISTOR Dalam sub bab ini kita tidak membahas tentang pendahuluan resistor, karena telah dibahas pada bab sebelumnya. Tetapi kita akan mempelajari tentang bagaimana merangkai resistor, serta rumus rumus yang digunakan dalam menyusun rangkaian resistor. Berikut ini, gambar. adalah berbagai contoh rangkaian resistor dalam rangkaian listrik sederhana. Buku Ajar Fisika 0

130 Gambar 9.. Contoh susunan resistor dalam sebuah rangkaian Dalam mempelajari rangkaian listrik sederhana, tentunya kita perlu mengetahui beberapa symbol yang sering digunakan, diantaranya: a. Gambar 9.. Tegangan merupakan lambang tegangan, dimana garis panjang menunjukkan kutub positif, dan garis pendek menunjukkan kutub negatif. b. c. Gambar 9.. Resistor merupakan lambang resistor dalam rangkaian listrik. Gambar 9.3. Sumber tegangan bebas merupakan lambang sumber tegangan bebas pada rangkaian listrik d. Gambar 9.4. Sumber tegangan tak bebas Buku Ajar Fisika

131 merupakan lambang sumber tegangan tak bebas dalam rangkaian listrik. e. Gambar 9.5. Arus bebas gambar di atas merupakan lambang arus bebas dalam rangkaian listrik. f. Gambar 9.6. Arus tak bebas gambar di atas merupakan sumber arus tak bebas dalam rangkaian listrik. Beberapa lambang di atas, merupakan lambang yang biasa dipakai dalam rangkaian sederhana. Dalam rangkaian listrik, resistor dapat disusun secara seri dan parallel. Berikut ini susunan resistor secara seri, perhatikan gambar 9.7: Gambar 9.7 Contoh susunan seri resistor Rumus dalam susunan SERI adalah: Req adalah R total atau hambatan total dalam sebuah rangkaian seri, dimana nilainya adalah penjumlahan total dari keseluruhan resistor yang di susun secara seri. Hal ini berlaku untuk tegangan yang disusun secara seri, sehingga: Buku Ajar Fisika

132 Dimana tegangan total adalah penjumlahan seluruh tegangan yang disusun secara seri, dimana nilai tegangan dapat kita peroleh dari nilai perkalian antara hambatan dan arus, sebagai berikut: Jika resistor dalam rangkaian disusun secara parallel, maka perhatikan gambar 9.8: Gambar 9.8. Contoh susunan paralel resistor Rumus dalam susunan PARALEL adalah: Besarnya hambatan equivalen adalah penjumlahan dari satu per tiap-tiap hambatan. Terdapat kasus khusus dalam hambatan yang disusun secara parallel, yaitu jika dalam rangkaian listrik hanya terdapat dua buah hambatan saja, lihat gambar 9.9: Gambar 9.9. Susunan paralel dua resistor Buku Ajar Fisika 3

133 Dikarenakan dua resistor, maka dalam perhitungannya: Dan rumus ini dapat dituliskan menjadi: Rumus baku ini tidak berlaku jika dalam rangkaian parallel terdapat lebih dari dua resistor: Untuk lebih memahami tentang perhitungan resistor, baik dalam susunan seri maupun parallel, maka pelajari beberapa contoh soal dan penyelesaiannya berikut ini. Contoh Soal:. Berapakah nilai hambatan total rangkaian pada gambar 9.0. berikut ini: Gambar 9.0. Rangkaian seri Buku Ajar Fisika 4

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

Pentalogy BIOLOGI SMA

Pentalogy BIOLOGI SMA GENTA GROUP in PLAY STORE CBT UN SMA IPA Buku ini dilengkapi aplikasi CBT UN SMA IPA android yang dapat di-download di play store dengan kata kunci genta group atau gunakan qr-code di bawah. Kode Aktivasi

Lebih terperinci

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1 MATERI 1. PENGUKURAN, BESARAN DAN SATUAN 2. PENGENALAN VEKTOR 3. KINEMATIKA BENDA : KECEPATAN DAN PERCEPATAN BENDA 4. GERAK 1 DIMENSI, GERAK LINEAR DAN GERAK ROTASI 5. GERAK 2 DIMENSI, GERAK PELURU DAN

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BESARAN, SATUAN & DIMENSI

BESARAN, SATUAN & DIMENSI BESARAN, SATUAN & DIMENSI Defenisi Apakah yang dimaksud dengan besaran? Besaran : segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka (kuantitatif). Apakah yang dimaksud dengan satuan? Satuan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran K-13 Kelas X FISIKA PENGUKURAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami definisi besaran dan jenisnya. 2. Memahami sistem satuan dan dimensi besaran.

Lebih terperinci

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm

PENGUKURAN BESARAN. x = ½ skala terkecil. Jadi ketelitian atau ketidakpastian pada mistar adalah: x = ½ x 1 mm = 0,5 mm =0,05 cm PENGUKURAN BESARAN A. Pengertian Mengukur Mengukur adalahmembandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang dijadikan standar satuan. Misalnya kita mengukur panjang benda, dan ternyata panjang benda

Lebih terperinci

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran.

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur. Besaran memiliki dua komponen, yaitu nilai dan satuan. Contoh: Andi mengendarai sepeda sejauh 3 km. 3 km besaran panjang Komponen nilai 3 Komponen satuan km Besaran

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius BAB III GERAK LURUS Pada bab ini kita akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

BAB VI Usaha dan Energi

BAB VI Usaha dan Energi BAB VI Usaha dan Energi 6.. Usaha Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai. Dalam fisika usaha adalah apa yang dihasilkan gaya ketika gaya

Lebih terperinci

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. Dinamika Page 1/11 Gaya Termasuk Vektor DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. GAYA TERMASUK VEKTOR, penjumlahan gaya = penjumlahan

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB I BESARAN DAN SATUAN BAB I BESARAN DAN SATUAN A. STANDAR KOMPETENSI :. Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan dan menyatakannya dalam satuan dengan baik dan benar (meliputi lambang, nilai dan satuan). B. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata adalah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA ntiremed Kelas 11 FISIK Usaha dan Energi - Latihan Soal Doc Name: R11FIS0501 Version : 2012-07 halaman 1 01. Grafik berikut adalah gaya yang diberikan pada suatu benda terhadap jarak yang ditempuh benda

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017

PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 2016/2017 PEMBAHASAN SOAL UJIAN NASIONAL SMA MATA PELAJARAN FISIKA TAHUN 016/017 1. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka sorong, hasilnya digambarkan sebagai berikut: Selisih tebal kedua pelat besi

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

BAB II BESARAN VEKTOR

BAB II BESARAN VEKTOR BAB II BESARAN VEKTOR.1. Besaran Skalar Dan Vektor Dalam fisika, besaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang dinyatakan dengan

Lebih terperinci

Komponen Perkuliahan dan Evaluasi: UTS dan UAS Kuis sebelum UTS dan sebelum UAS Tugas & Tes

Komponen Perkuliahan dan Evaluasi: UTS dan UAS Kuis sebelum UTS dan sebelum UAS Tugas & Tes FISIKA (111102) 2 sks Dosen: Fenny Irawati Heru Arwoko Lea Prasetio TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa mampu menafsirkan dan menjelaskan fenomena fisika serta menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 2) Gerak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Kerangka Acuan & Sistem Koordinat Posisi dan Perpindahan Kecepatan Percepatan GLB dan GLBB Gerak Jatuh Bebas Mekanika

Lebih terperinci

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah...

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah... Kelas X 1. Tiga buah vektor yakni V1, V2, dan V3 seperti gambar di samping ini. Jika dua kotak mewakili satu satuan vektor, maka resultan dari tiga vektor di atas adalah. 2. Dua buah vektor A dan, B masing-masing

Lebih terperinci

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R BESARAN DAN SATUAN 1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R 1. BESARAN Besaran adalah segala sesuatu yang dapat

Lebih terperinci

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran BAB 1 Pengkuran dan Besaran Ringkasan Materi A. Besaran Besaran adalah suatu pernyataan yang mempunyai ukuran dan satuan. Secara garis besar, besaran dalam fisika dibagi menjadi dua bagian, yaitu: besaran

Lebih terperinci

GERAK LURUS. * Perpindahan dari x 1 ke x 2 = x 2 - x 1 = 7-2 = 5 ( positif ) * Perpindahan dari x 1 ke X 3 = x 3 - x 1 = -2 - ( +2 ) = -4 ( negatif )

GERAK LURUS. * Perpindahan dari x 1 ke x 2 = x 2 - x 1 = 7-2 = 5 ( positif ) * Perpindahan dari x 1 ke X 3 = x 3 - x 1 = -2 - ( +2 ) = -4 ( negatif ) Gerak Lurus 21 GERAK LURUS Suatu benda melakukan gerak, bila benda tersebut kedudukannya (jaraknya) berubah setiap saat terhadap titik asalnya ( titik acuan ). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus, jika

Lebih terperinci

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1 BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1 1.1 PENDAHULUAN Fisika : Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda dialam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda dialam. Fisika

Lebih terperinci

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan.

Sistem Pengukuran. 1. Benda-benda. di alam. fisika. besaran-besaran. didefinisikan. Sistem Pengukuran Fisika: ilmu yang mempelajari tentang: 1. Benda-benda di alam 2. Gejala / fenomena fisis 3. Kejadian yang berlaku di alam Kajian dalam fisika banyak melibatkan pengukuran besaran-besaran

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK Posisi titik materi dapat dinyatakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suatu bidang datar maupun dalam bidang ruang. Vektor yang dipergunakan untuk menentukan posisi disebut

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah benda berubah gerak secara beraturan

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

Usaha Energi Gerak Kinetik Potensial Mekanik

Usaha Energi Gerak Kinetik Potensial Mekanik BAB 5 USAHA DAN ENERGI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi pada bab ini, diharapkan Anda mampu menganalisis, menginterpretasikan dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep usaha,

Lebih terperinci

2.2 kinematika Translasi

2.2 kinematika Translasi II KINEMATIKA PARTIKEL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman dan kemampuan menganalisis serta mengaplikasikan konsep kinematika partikel pada kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

FIsika USAHA DAN ENERGI

FIsika USAHA DAN ENERGI KTSP & K-3 FIsika K e l a s XI USAHA DAN ENERGI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami konsep usaha dan energi.. Menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60

Lebih terperinci

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k Kompetensi Dasar Y Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. P Uraian Materi Pokok r Kinematika gerak translasi, terdiri dari : persamaan posisi benda, persamaan kecepatan,

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari:

1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari: USAHA DAN ENERGI 1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari: Kata usaha dalam pengertian sehari-hari ini tidak dapat dinyatakan dengan suatu angka atau ukuran dan tidak dapat pula dinyatakan

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: TUGAS INDIVIDU 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: 2. Panjang sebuah pensil ditunjukkan oleh nonius sebuah jangka sorong seperti gambar samping. Panjang pensil

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 2) Gerak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Kerangka Acuan & Sistem Koordinat Posisi dan Perpindahan Kecepatan Percepatan GLB dan GLBB Gerak Jatuh Bebas Mekanika

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN CONTOH SOAL & PEMBAHASAN 1. Sebuah balok ditarik gaya F = 120 N yang membentuk sudut 37 o terhadap arah horizontal. Jika balok bergeser sejauh 10 m, tentukan usaha yang dilakukan pada balok! Soal No. 2

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari Komposisi nilai Kelas A UAS UTS ABSEN = 5 % TUGAS = 30% = 35% Open note/close = 30% Open note/close ============================ 100% Diperbolehkan bawa kalkultor,

Lebih terperinci

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL 7 th International Junior Science Olympiad (IJSO) 11 th Initational World Youth Mathematics Intercity Competition (IWYMIC) MODUL FISIKA GERAK (Sumber: College Physics,

Lebih terperinci

FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS

FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS K-13 Kelas X FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Menguasai konsep gerak, jarak, dan perpindahan.. Menguasai konsep kelajuan

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll.

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum newton, baik Hukum Newton ke I,II,ataupun III. materi lebih dalam mata kuliah fisika dasar 1.Oleh karena itu,sangatlah perlu

BAB I PENDAHULUAN. hukum newton, baik Hukum Newton ke I,II,ataupun III. materi lebih dalam mata kuliah fisika dasar 1.Oleh karena itu,sangatlah perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari hari,banyak aktivitas maupun kegiatan kita tertuang dalam fisika. Salah satu materi yang sering berkaitan adalah penerapan hukum newton, baik

Lebih terperinci

BAB 4 USAHA DAN ENERGI

BAB 4 USAHA DAN ENERGI 113 BAB 4 USAHA DAN ENERGI Sumber: Serway dan Jewett, Physics for Scientists and Engineers, 6 th edition, 2004 Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap energi merupakan salah

Lebih terperinci

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5 MEKANIKA Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA Pertemuan 5 KINEMATIKA DAN DINAMIKA Sub topik: PARTIKEL Kinematika Dinamika KINEMATIKA mempelajari gerakan benda dengan mengabaikan

Lebih terperinci

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP CONTOH SOAL CONTOH SOAL CARA ANALITIS BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI ANGKA PENTING KEGIATAN

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi Fisika Umum (MA301) Topik hari ini: Gerak dalam satu dimensi Posisi dan Perpindahan Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi Gerak dalam Satu Dimensi

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Indikator : 1. Konsep usaha sebagai hasil

Lebih terperinci

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN.

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN. Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki komponen-komponen materi dan interaksi antar komponen tersebut. Contoh : - Bagaimana energi mempengaruhi

Lebih terperinci

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum)

RANGKAIAN LISTRIK. Kuliah 1 (Umum) RANGKAIAN LISTRIK Kuliah 1 (Umum) DEFINISI Rangkaian listrik adalah susunan komponenkomponen elektronika yang dirangkai dengan sumber tegangan menjadi satu kesatuan yang memiliki fungsi dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB Soal dan GLB dan GLBB Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), materi fisika kelas 10 (X) SMA. Mencakup penggunaan rumusrumus GLBB/GLB dan membaca grafik

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

BESARAN VEKTOR B A B B A B

BESARAN VEKTOR B A B B A B Besaran Vektor 8 B A B B A B BESARAN VEKTOR Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan dua anak yang mendorong meja pada gambar di atas. Apakah dua anak tersebut dapat mempermudah dalam mendorong meja?

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Dalam getaran harmonik, percepatan getaran... (A) selalu sebanding dengan simpangannya (B) tidak bergantung

Lebih terperinci

GLB - GLBB Gerak Lurus

GLB - GLBB Gerak Lurus Dexter Harto Kusuma contoh soal glbb GLB - GLBB Gerak Lurus Fisikastudycenter.com- Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), termasuk gerak vertikal

Lebih terperinci

MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL

MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL Standar Kompetensi Lulusan : 1. Memahami prinsip-pri nsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung dengan cermat, teliti dan objektif.

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS 1

KINEMATIKA GERAK LURUS 1 KINEMATIKA GERAK LURUS 1 Gerak Perhatikan kedudukan benda-benda di sekitarmu yang selalu berubah. Misalnya, teman-temanmu yang hilir mudik di halaman sekolah, mobil atau motor yang melaju di jalan raya,

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREMED KELAS 11 FISIKA Antiremed Kelas 11 FISIKA Kinematika dengan Analisis Vektor - 03 - Gerak Parabola - Latihan Soal Version : 2012-07 halaman 1 01. N Gerak I o Gerak II 1 Beraturan 2 beraturan

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI 1 USAHA DAN ENERGI. Usaha adalah hasil kali komponen gaya dalam arah perpindahan dengan perpindahannya.

USAHA DAN ENERGI 1 USAHA DAN ENERGI. Usaha adalah hasil kali komponen gaya dalam arah perpindahan dengan perpindahannya. USAHA DAN ENERGI 1 U S A H A USAHA DAN ENERGI Usaha adalah hasil kali komponen gaya dalam arah perpindahan dengan perpindahannya. Jika suatu gaya F menyebabkan perpindahan sejauh sebesar W, yaitu W = F

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARFIS0UAS Version : 205-02 halaman 0. Jika sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi r= 5t 2 +, maka kecepatan rata -rata antara

Lebih terperinci

GuruMuda.Com. Konsep, Rumus dan Kunci Jawaban ---> Alexander San Lohat 1

GuruMuda.Com. Konsep, Rumus dan Kunci Jawaban ---> Alexander San Lohat  1 Indikator 1 : Membaca hasil pengukuran suatu alat ukur dan menentukan hasil pengukuran dengan memperhatikan aturan angka penting. Pengukuran dasar : Pelajari cara membaca hasil pengukuran dasar. dalam

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR 1 BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Grafik disamping ini menggunakan posisi x sebagai fungsi dari waaktu t. benda mulai bergerak saat t = 0. Dari graaafik ini dapat diambil

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1

BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1 BESARAN, SATUAN, DIMENSI DAN ANGKA PENTING 1.1 PENDAHULUAN Fisika : Ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam.

Lebih terperinci

BAB VI USAHA DAN ENERGI

BAB VI USAHA DAN ENERGI BAB VI USAHA DAN ENERGI 6.1. Pengertian Usaha Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan pengertian usaha dalam fisika. Untuk memahami perbedaan pengertian tersebut di bawah ini diberikan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas 11 FISIKA Kinematika dengan Analisis Vektor - 03 - Gerak Parabola - Latihan Soal Doc. Name: AR11FIS0103 Version : 2012-07 halaman 1 01. N Gerak I o Gerak II 1 Gerak lurus Gerak lurus Beraturan

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS BAB MOMENTUM DAN IMPULS I. SOAL PILIHAN GANDA 0. Dalam sistem SI, satuan momentum adalah..... A. N s - B. J s - C. W s - D. N s E. J s 02. Momentum adalah.... A. Besaran vektor dengan satuan kg m B. Besaran

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

BAB 4 USAHA DAN ENERGI

BAB 4 USAHA DAN ENERGI BAB 4 USAHA DAN ENERGI 113 BAB 4 USAHA DAN ENERGI Sumber: Serway dan Jewett, Physics for Scientists and Engineers, 6th edition, 2004 Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap

Lebih terperinci

GURUMUDA.COM. KONSEP, RUMUS DAN KUNCI JAWABAN ---> ALEXANDER SAN LOHAT 1

GURUMUDA.COM. KONSEP, RUMUS DAN KUNCI JAWABAN ---> ALEXANDER SAN LOHAT 1 GURUMUDA.COM. KONSEP, RUMUS DAN KUNCI JAWABAN ---> ALEXANDER SAN LOHAT 1 Soal UN Fisika sesuai SKL 2012 disertai dengan konsep, rumus dan kunci jawaban. Indikator 1 : Membaca hasil pengukuran suatu alat

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Statis - Soal Doc Name: RK13AR12FIS0201 Version: 2016-10 halaman 1 01. Jika sepuluh ribu elektron dikeluarkan dari benda netral maka benda itu menjadi bermuatan...

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 evisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan PTS Semester Genap Doc. Name: K13A10FIS0PTS Version: 017-03 Halaman 1 01. Pada benda bermassa m, bekerja gaya F yang menimbulkan percepatan a. Jika gaya dijadikan

Lebih terperinci

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB soal dan pembahasan : GLBB dan GLB Posted on November 7, 2010. Filed under: contoh soal Contoh Soal dan tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan Gerak Lurus Beraturan (GLB), materi fisika kelas

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika. Kontrak Kuliah dan Pendahuluan J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika. Kontrak Kuliah dan Pendahuluan J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika Kontrak Kuliah dan Pendahuluan Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mata Kuliah : Fisika (3 sks) Semester : I

Lebih terperinci

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika Prediksi UN SMA IPA Fisika Kode Soal Doc. Version : 0-06 halaman 0. Dari hasil pengukuran luas sebuah lempeng baja tipis, diperoleh, panjang = 5,65 cm dan lebar 0,5 cm. Berdasarkan pada angka penting maka

Lebih terperinci

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA GERAK LURUS MEKANIKA A. Kecepatan rata-rata dan Kecepatan sesaat Suatu benda dikatan bergerak lurus jika lintasan gerak benda itu merupakan garis lurus. Perhatikan gambar di bawah: Δx A B O x x t t v v

Lebih terperinci

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International

BAB II DEFINISI DAN SATUAN. Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International BAB II DEFINISI DAN SATUAN Tujuan Pembelajaran : Menyebutkan satuan dan symbol kelistrikan menurut system satuan International Beberapa satuan dasar kelistrikan dalam system satuan International. DAFTAR

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA

MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA PROBLEM SET KINEMATIKA PERKULIAHAN FISIKA DOSEN : Dede Trie Kurniawan, S.Si., M.Pd MATERI PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA Fisika_dHeTik_16 Page 1 Fisika_dHeTik_16 Page 2 GERAK LURUS Suatu benda melakukan gerak,

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya

Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya Bab 1 Besaran Fisika dan Satuannya Ayo Uji Pemahaman Anda 1. (13,35 ± 0,05) cm. (a) (1,670 ± 0,005) cm (b) (6,30 ± 0,005) cm 3. (a) 6,5 + 43 0,01 = (6,930 ± 0,005) mm (b) 4,0 + 11 0,01 = (4,110 ± 0,005)

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS OLEH

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS OLEH FISIKA UNTUK UNIVERSITAS OLEH BAB I VEKTOR Pendahuluan B esaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dalam bentuk angkaangka. Besaran fisika dapat dibagi menjadi besaran pokok dan besaran

Lebih terperinci

Doc. Name: XPFIS0201 Version :

Doc. Name: XPFIS0201 Version : Xpedia Fisika Soal Mekanika - Kinematika Doc. Name: XPFIS0201 Version : 2017-02 halaman 1 01. Manakah pernyataan di bawah ini yang benar? (A) perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22

Lebih terperinci