PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan dalam melaksanakan pembangunan selalu diawali dengan proses perencanaan pembangunan seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kota Pekalongan dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Sehubungan dengan pertanggungjawaban penggunaan anggaran, Kepala Daerah harus menyampaikan Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan : 1) menyediakan infromasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; 2) menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; 3) menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai; 1

2 4) menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya; 5) menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; 6) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan infromasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan, aset kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan. Laporan Keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun oleh entitas pelaporan dan entitas akuntansi. 1. Entitas Pelaporan Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan, yang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : a. Entitas tersebut dibiayai oleh APBD; b. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan; c. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat; d. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran. Entitas pelaporan keuangan Pemerintah Kota Pekalongan adalah Walikota Pekalongan. Dalam pelaksanaannya Walikota Pekalongan sebagai entitas pelaporan melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) yaitu Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) yang 2

3 mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah. Produk dari entitas pelaporan ini adalah laporan keuangan konsolidasian berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. 2. Entitas Akuntansi Entitas akuntansi adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pengguna anggaran/ pengguna barang (memiliki kewenangan untuk menyusun anggaran dan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab) dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/ barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan. Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi melimpahkan wewenangnya kepada Sekretaris/ Kepala Bagian Tata Usaha di lingkungannya sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) untuk menyelenggarakan fungsi akuntansi pengelolaan keuangan dan secara periodik menyiapkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan. Pada tahun anggaran 2014 ini terdapat 85 entitas akuntansi yang terdiri dari : Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD 6 Badan 1 Inspektorat 10 Dinas 3 Kantor 1 Satpol PP 1 BLUD RSUD 4 Kecamatan 47 Kelurahan 3

4 Laporan Keuangan Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 disusun dan disajikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Secara garis besar Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 terdiri dari : a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh Pemerintah Kota Pekalongan yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran mencakup unsur pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. (1) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hal pemeirntah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. (2) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. (3) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. (4) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang kekayaan bersih. (5) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. (6) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. 4

5 b. Neraca. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca mencakup unsur aset, kewajiban, dan ekuitas dana. (1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/ atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/ atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. (2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. (3) Ekuitas Dana adalah kekayaan bersh pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. c. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas (LAK) menyajikan infromasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu. Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas. (1) Penerimaan Kas, adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Daerah; (2) Pengeluaran Kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Daerah. d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) juga mencakup infromasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan untuk 5

6 menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut : (1) menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/ keuangan, ekonomi makro, pencapaian target sesuai Peraturan Daerah, beserta kendala dan hambatan yang dihadapi dalam mencapai target; (2) menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; (3) menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipilih; (4) menyajikan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; (5) mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan (6) mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka laporan keuangan. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dalam menyusun Laporan Keuangan Daerah Tahun 2014, dimaksudkan unutk mewujudkan pengelolaan keuangan daeran yang baik (good governance), transparan dan akuntabel. 1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Landasan hukum Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut : 1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 16 dan 17 tahun 1950 tentang Pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Ketjil di Djawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551); 2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286; 6

7 3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657) ; 6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); 9) Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Pekalongan (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 10); 10) Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 11); 11) Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

8 1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan Keuangan Daerah Tahun 2014 disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini memuat maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan, landasan hukum penyusunan laporan keuangan dan sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan. Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan Daerah dan Pencapaian Target Kinerja APBD. Bab ini memuat informasi tentang keadaan umum Kota Pekalongan, ekonomi makro, kebijakan umum APBD Tahun Anggaran 2013, pendekatan penyusunan laporan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD. Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Bab ini menjelaskan ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan serta hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Bab IV Kebijakan Akuntansi Bab ini memuat informasi tentang entitas akuntansi/ entitas pelaporan keuangan daerah, basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan daerah, dan basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan. Bab V Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan Bab ini memuat rincian dan penjelasan pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas. Bab VI Penjelasan atas Informasi Non-keuangan Bab ini berisi penjelasan mengenai kerjasama pemerintah daerah, pencegahan dan penanggulangan bencana, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, serta penjelasan dana non-apbd. Bab VII Penutup Bab ini memuat uraian penutup Catatan atas Laporan Keuangan 8

9 BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN DAERAH DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD 2.1 Keadaan Umum Letak Geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai Utara Pulau Jawa dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas permukaan laut dengan posisi geografis antara 6º º55 44 LS dan 109º º42 19 BT. Berdasarkan koordinat fiktifnya, Kota Pekalongan membentang antara 510,00 518,00 km membujur dan 517,75 526,75 km melintang. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan mencapai 9 km, sedangkan dari Barat ke Timur mencapai 7 km. Batas-batas wilayah Kota Pekalongan secara administratif adalah : Utara : Laut Jawa Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Barat : Kabupaten Pekalongan Timur : Kabupaten Batang Secara administratif Kota Pekalongan terbagi atas 4 (empat) kecamatan yang terbagi lagi menjadi 47 kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai ha atau 45,25 km 2 (Tabel 2.1) atau sekitar 0,14% dari luas wilayah Jawa Tengah. Kecamatan paling luas adalah Kecamatan Pekalongan Utara sekitar 33% dari luas Kota Pekalongan (1.488 Ha) dan kecamatan paling kecil adalah Pekalongan Timur sekitar 21% dari Kota Pekalongan (952 Ha). Tabel 2.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Pekalongan Tahun 2013 Kecamatan Banyaknya Kelurahan Luas Wilayah (km 2 ) Kec. Pekalongan Barat 13 10,05 22,21 Kec. Pekalongan Timur 13 9,52 21,04 Kec. Pekalongan Utara 10 14,88 32,88 Kec. Pekalongan Selatan 11 10,80 23,87 JUMLAH 47 45,25 100,00 Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2014 % 9

10 Luas tanah di Kota Pekalongan tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, namun apabila dilihat dari fungsi/penggunaannya maka mengalami pergeseran. Tanah sawah luasnya setiap tahun berkurang, sebaliknya tanah kering mengalami peningkatan perluasan. Tahun 2013, luas tanah sawah adalah Ha, hal ini berkurang sekitar 3 persen dari luas tanah Ha pada tahun Sedangkan tanah kering seluas Ha, ada penambahan sekitar 1 persen dari luas Ha pada tahun Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah hari hujan dan curah hujan paling banyak terjadi pada tahun 2010, dengan hari hujan sebanyak 153 hari dan curah hujan sebanyak mm. Selama tahun 2013, jumlah hari hujan sebanyak 131 hari dan curah hujan sebanyak mm. Hari hujan da curah hujan paling banyak terjadi pada bulan Januari yaitu 22 hari dengan curah hujan sebanyak 711 mm Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2013 adalah jiwa, terdiri dari laki-laki (50,01%) dan perempuan (49,99%). Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan cenderung meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Rasio ketergantungan (dependency ratio) Kota Pekalongan cukup kecil, hal ini disebabkan karena jumlah jumlah penduduk usian tahun lebih besar dari penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun keatas. Kecamatan Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk di Kota Pekalongan Tahun 2013 Luas Daerah (km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per km 2 Pekalongan Barat 10, Pekalongan Timur 9, Pekalongan Selatan 10, Pekalongan Utara 14, Jumlah 45, Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2014 Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Di Kota Pekalongan pada tahun 2013, sebagian besar penduduk Kota Pekalongan bekerja di sektor industri, khususnya industri batik. 10

11 Tabel 2.3 Jumlah Pekerja Menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Pekerjaan di Kota Pekalongan Tahun 2012 Jenis Lapangan Pekerjaan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah % Pertanian ,61 Pertambangan Industri ,54 Listrik ,34 Bangunan ,72 Perdagangan ,18 Angkutan dan Perhubungan ,78 Keuangan ,29 Jasa dan Lainnya ,54 Jumlah ,00 Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka 2014 Peningkatan partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan tentunya juga harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Pada tahun 2013 di Kota Pekalongan, jumlah TK sebanyak 74 sekolah, SD sebanyak 101 sekolah, SMP 28 sekolah, SMU 11 sekolah dan SMK sebanyak 13 sekolah. Banyaknya murid TK adalah lak-laki dan perempuan. Murid SD sebanyak laki-laki dan perempuan. Murid SMP sebanyak laki-laki dan perempuan. Murid SMA sebanyak laki-laki dan perempuan. Murid SMA sebanyak laki-laki dan perempuan, dan murid SMK sebanyak laki-laki dan perempuan. Peningkatan sarana kesehatan sangat diperlukan sebagai upaya penimgkatan kesejahteraan masyarakat. Puskesmas di Kota Pekalongan pada tahun 2013 sebanyak 12 buah, Puskesmas Pembantu 29 buah dan Puskesmas Keliling sebanyak 13 buah Sumber Daya Manusia Sesuai dengan hasil Pemilihan Kepala Daerah bulan Juni 2010, Pemerintah Kota Pekalongan dipimpin oleh : Walikota : dr. H. Mohamad Basyir Ahmad Wakil Walikota : H. A. Alf Arslan Djunaid, SE. Sekretaris Daerah : Drs. Dwi Arie Putranto, M.Si. 11

12 Sebagai penjabaran visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota telah disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Pekalongan Tahun yang di dalamnya tertera Visi Pemerintah Kota Pekalongan yaitu Terwujudnya Kota Jasa yang Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Madani berbasis Nilainilai Religiusitas. Dalam rangka mendukung mendukung kegiatan Pemerintah Daerah telah ditetapkan Struktur Organisasi dan Tata Kerja sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Pekalongan, dimana susunan perangkat daerah di Kota Pekalongan terdiri dari : a. Sekretariat Daerah (2 Asisten dan 7 Bagian); b. Sekretariat DPRD; c. Staf Ahli; d. Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari : 1) Inspektorat; 2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 3) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana; 4) Badan Kepegawaian Daerah; 5) Badan Lingkungan Hidup; 6) Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik; 7) Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; 8) Kantor Ketahanan Pangan; 8a)Kantor Riset, Teknologi dan Inovasi; 9) Rumah Sakit Umum Daerah; e. Dinas Daerah, yang terdiri dari : 1) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; 2) Dinas Kesehatan; 3) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 4) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5) Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan; 6) Dinas Komunikasi dan Informatika; 7) Dinas Pekerjaan Umum; 12

13 8) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 9) Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan; 10) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. f. Kecamatan (4 Kecamatan) dan Kelurahan (47 Kelurahan) g. Lembaga Lain, yang terdiri dari : 1) Satpol PP; 2) BPMT2T; 3) BPBD. Pada tahun 2014, Pemerintah Kota Pekalongan memiliki pegawai sebanyak orang, yang terdiri dari PNS dan CPNS dengan rincian menurut golongan seperti tabel dibawah ini : Tabel 2.4 Rekapitulasi Jumlah PNS Pemerintah Kota Pekalongan Menurut Golongan No. Golongan Jumlah Prosentase Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun Golongan I ,96 5,03 2 Golongan II ,98 20,77 3 Golongan III ,26 44,87 4 Golongan IV ,33 Jumlah ,00 100,00 Sumber : Data Kepegawaian per 31 Desember 2014 Jika dilihat dari tingkat pendidikan PNS/CPNS pada Pemerintah Kota Pekalongan, maka komposisi yang terbanyak adalah tingkat pendidikan S-1 yaitu sejumlah orang dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan Diploma 1 sebanyak 26 orang, seperti yang tersaji pada tabel dibawah ini : Tabel 2.5 Rekapitulasi Jumlah PNS Pemerintah Kota Pekalongan Menurut Golongan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun SD , SLTP ,22 4,36 3 SLTA ,74 22,88 4 DIPLOMA I ,65 0,64 5 DIPLOMA II ,80 8,68 6 DIPLOMA III ,54 11,33 7 DIPLOMA IV ,62 0,64 8 S ,40 44,38 9 S ,18 3,33 10 S Jumlah ,00 100,00 Sumber : Data Kepegawaian per 31 Desember

14 Sedangkan jumlah PNS/CPNS yang berlatar belakang pendidikan akuntansi pada tahun 2014 sebanyak 92 orang, yang dapat disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 2.6 Rekapitulasi PNS/CPNS Pemerintah Kota Pekalongan yang Berlatar Belakang Pendidikan Akuntansi No Tingkat Eselon Tingkat Pendidikan SLTA D1 D3 S1 S2 Jumlah 1 Eselon II Eselon III Eselon IV Staf Jumlah Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekalongan, Peja Pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan yang terbanyak dari eselon IV.A yaitu sejumlah 304 (tiga ratus empat) orang atau 48,64%. Rincian jumlah pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan sampai dengan Desember 2014 tersaji pada Tabel Sedangkan distribusi PNS/ CPNS per SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan sampai dengan bulan Desember 2014 disajikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Rekapitulasi Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan Dilihat dari Tingkat Eselon Tahun 2013 s/d 2014 No Tingkat Eselon Jumlah Prosentase (%) II.A 1 1 0,16 0,17 2 II.B ,54 3,66 3 III.A ,27 6,99 4 III.B ,13 10,65 5 IV.A ,55 48,75 6 IV.B ,35 29,78 7 V.A Jumlah ,00 100,00 Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekalongan,

15 Tabel 2.11 Jumlah PNS/CPNS di Lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan Dirinci Menurut SKPD Tahun 2013 dan 2014 No. SKPD Jumlah Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Bappeda BPMP2T BPMP2AKB Badan Kepegawaian Daerah Dinas Kepndudukan dan Catatan Sipil Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Dinas Perindagkop dan UMKM Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Sosnaker dan Transmigrasi Dinas Perhubungan dan Pariwisata DPPKAD Dinas Komunikasi dan Informasi Kantor Ketahanan Pangan Kantor Kesbangpol Badan Lingkungan Hidup Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Satpol PP Kecamatan Pekalongan Timur Kecamatan Pekalongan Utara Kecamatan Pekalongan Barat Kecamatan Pekalongan Selatan Sekretariat KPU RSUD Bendan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kantor Riset, Teknologi dan Inovasi Kelurahan Krapyak Kidul Kelurahan Krapyak Lor Kelurahan Kandang Panjang Kelurahan Panjang Wetan Kelurahan Kraton Lor Kelurahan Dukuh Kelurahan Degayu Kelurahan Pabean Kelurahan Bandengan Kelurahan Panjang Baru Kelurahan Kradenan Kelurahan Banyurip Alit Kelurahan Banyurip Ageng Kelurahan Buaran Kelurahan Jenggot Kelurahan Kertoharjo Kelurahan Kuripan Kidul Kelurahan Kuripan Lor Kelurahan Yosorejo Kelurahan Duwet Kelurahan Soko Kelurahan Kebulen Kelurahan Medono Kelurahan Podosugih

16 55. Kelurahan Sapuro Kelurahan Kergon Kelurahan Bendan Kelurahan Kramat Sari Kelurahan Kraton Kidul Kelurahan Tirto Kelurahan Tegalrejo Kelurahan Bumirejo Kelurahan Pringlangu Kelurahan Pasirsari Kelurahan Landungsari Kelurahan Noyontaan Kelurahan Keputran Kelurahan Kauman Kelurahan Sampangan Kelurahan Sugihwaras Kelurahan Poncol Kelurahan Klego Kelurahan Gamer Kelurahan Dekoro Kelurahan Karangmalang Kelurahan Baros Kelurahan Sokorejo 6 6 Jumlah Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekalongan, Ekonomi Makro Kondisi perekonomian daerah yang semakin membaik ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pembangunan ekonomi Kota Pekalongan menunjukkan perkembangan yang positif dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga konstan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, dari 5,60% menjadi 5,89%, seperti tersaji pada tabel dibawah ini : Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Pekalongan Tahun No. Tahun Prosentase , , , , , ,89 Sumber : BPS Kota Pekalongan Grafik

17 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan Kondisi perekonomian Kota Pekalongan pada tahun 2013 dan 2014 diperkirakan masih mampu berkembang dan tumbuh secara dinamis, seiring dengan stabilitas ekonomi makro pada tingkat nasional dan regional Jawa Tengah. Dengan menggunakan asumsi makro kondisi nasional, serta dibarengi dengan implementasi program dan kegiatan secara simultan, diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan dengan kisaran 5 6 persen. Pergerakan aktivitas perekonomian diperkirakan dapat meningkatkan penyerapan terhadap tenaga kerja lokal sehingga tingkat pengangguran dapat ditekan. Namun demikian, seiring adanya perubahan asumsi makro ekonomi sampai dengan semester I tahun 2014 secara nasional terjadi perubahan yang tentunya berdampak pula terhadap kondisi ekonomi daerah yang akan berpengaruh terhadap struktur keuangan daerah. Sampai dengan bulan Mei 2014, perubahan indikator ekonomi yang cukup terasa adalah masih tingginya suku bunga SBI atau SPN yang diasumsikan 5,5% namun sampai dengan akhir tahun 2014 masih berkisar 7,5%, sehingga hal ini menyebabkan sektor riil sulit bergerak. Hal ini tentunya akan berdampak pada investasi dan beberapa sektor ekonomi berjalan relatiif lambat, yang akan berpengaruh terhadap perekonomian daerah baik secara langsung maupun berantai. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar juga berpengaruh terhadap kondisi perekonomian daerah, misalnya berdampak terhadap kenaikan beberapa kenaikan harga barang yang tentunya akan memicu laju inflasi Kota Pekalongan, seperti tersaji pada grafik dibawah ini. 17

18 Grafik Laju Inflasi Bulanan Kota Pekalongan Tahun 2014 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia, panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli, penghasilan). IPM Kota Pekalongan pada umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Bila dilihat dari tabel di atas, IPM Kota Pekalongan pada tahun 2012 sebesar 75,25 dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 75,75. Hal tersebut didorong oleh usaha pemerintah dalam pembangunan berbagai sektor dengan memperhatikan kondisi dan potensi yang ada pada masyarakat hingga meningkatnya komponen IPM. Tahun Angka Harapan Hidup Tabel Indeks Pembangunan Manusia Angka Melek Rata-rata Pengeluaran Per Kapita per Huruf Lama Sekolah Bulan (tahun) (persen) (tahun) (rupiah) Angka IPM Peringkat ,01 95,37 8, , ,16 95,48 8, , ,32 95,68 8, , ,48 95,93 8, , ,63 95,94 8, , ,83 96,24 8, ,75 5 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan Provinsi 18

19 Grafif Perkembangan IPM Kota Pekalongan 2.3 Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2014 Kebijakan umum APBD pada dasarnya adalah rencana tahunan yang bersifat makro, merupakan bagian dari rencana jangka panjang daeran dan rencana jangka menengah daerah. Kebijakan Umum APBD Kota Pekalongan tahun 2014 merupakan implementasi tahun ke empat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pembangunan Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan yang memuat visi Pemerintah Kota Pekalongan Terwujudnya Kota Jasa yang Berwawasan Lingkungan menuju Masyarakat Madani Berbasis Nilai-Nilai Religiusitas. Berdasarkan Nota Kesepakatan antara Walikota Pekalongan dengan DPRD Kota Pekalongan Nomor 900/3060 dan 900/0900 tanggal 25 September 2013 tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 dan Nota Kesepakatan Nomor 900/02051 dan 900/00841 tanggal 18 Juni 2014 tentang Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014, disepakati Kebijakan Umum dan Perubahan APBD (KUA) tahun 2014 sebagai berikut : 19

20 2.3.1 Kebijakan Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyusunan APBD. Pendapatan daerah menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, sehingga potensi yang menjadi sumber-sumber pendapatan daerah harus dapat dikelola secara optimal oleh Pemerintah Daerah. Secara umum, kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan pada optimalisasi PAD sebagai upaya untuk mendukung kemandirian daerah. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ), kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah Kota Pekalongan terus meningkat, dan peningkatannya cukup signifikan. Secara umum, kinerja pendapatan daerah dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun demikian perlu disadari bahwa dalam mengumpulkan pendapatan juga mengalami kendala dan hambatan seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan keterbatasan jumlah sumber daya manusia pemungut pajak. Penentuan kebijakan perencanaan pendapatan daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancer sebagai hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah; 2. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto, mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil; 3. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Perencanaan pendapatan dapat bersumber : 1. Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah; Hasil Retribusi Daerah; 20

21 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. 2. Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil Bukan Pajak; Dana Alokasi Umum; Dana Alokasi Khusus. 3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pendapatan Hibah; Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi; Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi atau Pemerintah daerah Lainnya. 1. Target Pendapatan Prediksi target pendapatan daerah tahun anggaran 2014 disamping memperhatikan kondisi potensi yang ada dan asumsi-asumsi perkembangan sosial ekonomi, juga mempertmbangkan perkembangan dan capaian realisasi pendapatan pada tahun-tahun sebelumnya. a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Asumsi perhitungan tahun 2014, PAD ditargetkan dapat naik dalam kisaran 4 persen disbanding target P-APBD TA Kenaikan secara komulatif diperoleh dari kenaikan dan penurunan pos pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba atas BUMD maupun lain-lain PAD yang sah. Kenaikan secara signifikan ada pada pos pendapatan dari bagian laba BLUD RSUD Bendan dan BLUD Puskesmas, sedangkan penurunan secara signifikan ada pada pos retribusi. b. Dana Perimbangan Asumsi yang digunakan dalam menghitung target pendapatan dari dana perimbangan berdasarkan rencana target penerimaan tahun 2013 dan realisasi Selanjutnya alokasi dana perimbangan tersebut akan menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang alokasi Dana Perimbangan Kabupaten/Kota Tahun Namun apabila Peraturan Menteri Keuangan dimaksud ditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan, maka akan disesuaikan pada perubahan APBD TA 2014 atau dicantumkan dalam 21

22 Laporan Realisasi Anggaran bila tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran Sumber keuangan daerah yang berasal dari transfer dana APBN adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). 1) Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Pendapatan Dana Bagi Hasil Kota Pekalongan pada tahun 2014 dianggarkan tetap sesuai dengan Peraturan Menteri Keunagan tentang Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dan DBH CHT Kabupaten/Kota TA ) Dana Alokasi Umum (DAU) Penganggaran DAU pada KUA tahun 2014 menggunakan asumsi sama dengan prosentase kenaikan DAU Nasional pada tahun 2013, sehingga diperoleh asumsi naik 7,59 persen dari alokasi TA ) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dalam RAPBN 2014, DAK terdiri atas 19 bidang. Estimasi perolehan DAK Kota Pekalongan Tahun 2014 turum dibandingkan alokasi tahun 2013 dengan asumsi DAK Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Pekalongan tahun 2014 tidak diusulkan karena tidak ada criteria menu DAK yang sesuai. c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian, Bagi Hasil Pajak Provinsi dan Bantuan Keuangan Provinsi. 1) Hibah Sesuai dengan Surat Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian RI Nomor S-684/MK.7/2012 tanggal 19 Nopember 2012 perihal Persetujuan Penerusan Hibah Luar Negeri (AusAID) untuk Program Hibah Air Minum kepada Pemerintah Kota Pekalongan, maka pada pendapatan hibah tahun 2014 ditargetkan akan mendapat dana hibah air minum dimaksud sesuai dengan capaian output yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian hibah. 2) Bagi Hasil Pajak Provinsi Target penerimaan dana Bagi Hasil Pajak Provinsi Tahun 2014 tetap menyesuaikan dengan alokasi tahun Penerimaan target Bagi Hasil Pajak Provinsi selanjutnya akan menyesuaikan dengan alokasi yang tercantum dalam APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun

23 3) Dana Penyesuaian Dalam APBD Tahun 2014, alokasi Dana Penyesuaian terdiri atas Tunjangan Profesi Guru PNSD dan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, yang ditergetkan tetap seperti alokasi tahun ) Bantuan Keuangan Provinsi Bantuan Keuangan Provinsi tahun 2014 diproyeksikan turun dari perubahan APBD tahun 2013, sesuai dengan usulan dana bantuan keuangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 yang diajukan ke Gubernur Jawa Tengah. 2. Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Pencapaian target pendapatan tahun anggaran 2014 akan dilakukan antara lain melalui upaya-upaya pencapaian target pajak dan retribusi daerah sebagai berikut: (1) Penguatan proses pemungutan melalui penyusunan Perda Pajak dan Perda Retribusi; (2) Perbaikan administrasi pendapatan melalui penguatan standart operating system (SOP) pemungutan; (3) Penyuluhan/sosialisasi; (4) Peningkatan kapasitas penerimaan melalui perencanaa yang lebih baik dan rakor evaluasi dan pelaporan pendapatan secara kontinyu; (5) Intensifikasi penagihan; (6) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengelola pendapatan; (7) Peningkatan pengawasan; (8) Kemudahan pelayanan pembayaran; dan (9) Updating data potensi pajak atau retribusi. Upaya peningkatan deviden dari BUMD dilakukan melalui peningkatan penyertaan modal, peningkatan pengawasan, reformasi SDM dan peningkatan image publik terhadap kompetensi BUMD, sedangkan untuk lain-lain PAD yang sah lebih diutamakan pada dua hal yaitu optimalisasi pemanfaatan idle cash melalui penempatan deposito yang tepat dan peningkatan brand image RSUD Bendan sebagai rumah sakit pilihan utama di Kota Pekalongan dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui penerapan BLUD Puskesmas. Untuk target dana perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, pos yang bisa dioptimalkan adalah dana bagi hasil pajak pusat dan dana bagi hasil 23

24 pajak provinsi dengan ikut berperan aktif membayar pajak-pajak yang dibagihasilkan seperti pajak penghasilan pasal 21 PNS dan pajak kendaraan motor milik Pemerintah. Upaya-upaya peningkatan pendapatan daerah yang dilakukan Pemerintah Kota Pekalongan akan diiringi kebijakan-kebijakan sebagai berikut : Tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat; Tidak bertentangan dengan kebijakan investasi (pro investment); Menyelenggarakan pelayanan prima melalui pemanfaatan teknologi informasi yang memadai Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah Perubahan kebijakan pendapatan daerah pada APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 disesuaikan berdasarkan evaluasi realisasi pendapatan daerah sampai dengan capaian pendapatan sampai dengan bulan Mei Perubahan kebijakan pada beberapa komponen pendapatan daerah diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 56,52 Milyar dari penetapan APBD Tahun Anggaran ) Pendapatan Asli Daerah (PAD), diestimasikan mengalami kenaikan sekitar 8,53% atau sebesar Rp 9,285 M. Angka tersebut merupakan akumulasi kenaikan dari lain-lain PAD yang sah Rp 10,63 M, dan terjadinya penurunan pada komponen pajak daerah, retribusi daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. a. Pendapatan Pajak Daerah, diestimasikan mengalami penurunan 3,41% atau sebesar Rp 769,9 juta. Penurunan yang cukup signifikan terdapat pada BPHTB yaitu sebesar Rp 2,25M. Namun demikian terdapat kenaikan dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan dan pajak parkir. b. Pendapatan Retribusi Daerah, diestimasikan pula akan mengalami penurunan sebesar 2,87% atau sekitar Rp 430,415 juta yang berasal dari menurunnya retribusi jasa umum dan retribusi jasa usaha. c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan secara akumulatif mengalami penurunan dari target yang telah ditetapkan pada APBD Tahun Anggaran 2014 sekitar Rp 149,06 juta atau menurun sebesar 4,22%. 24

25 d. Hasil Lain-Lain PAD Yang Sah, ditargetkan akan meningkat sebesar 20,85% atau sekitar Rp 10,63 M dari penetapan target APBD Sebagian besar kenaikan berasal dari kenaikan pendapatan BLUD RSUD Bendan sebesar Rp 8 M dan Puskesmas sebesar Rp 1,725 M. Kenaikan lainnya diperoleh dari pendapatan jasa giro Kasda, pendaptan bunga deposito dan penerimaan lainlain. 2) Dana Perimbangan, terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang penerimaannya sangat bergantung pada penerimaan dari APBN atas penerimaan dalam negeri maupun penerimaan pajak dan bukan pajak. Pendapatan dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak secara akumulasi mengalami penurunan sebesar Rp 152,859 juta atau berkurang 0,54% dari penetapan APBD Tahun Anggaran Koreksi tersebut sudah disesuaikan dengan penetapan beberapa regulasi dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. 3) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, secara akumulatif target pendapatan dari komponen lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami kenaikan dibandingkan target pada Penetapan APBD 2014, yaitu sebesar Rp 48,889 M atau 42,84%. Estimasi kenaikan tersebut berasal dari pendapatan bagi hasil pajak dari provinsi, dana penyesuaian tunjangan profesi guru PNSD dan Bantuan Keuangan dari Provinsi, sedangkan yang mengalami penurunan pada pendapatan tambahan penghasilan guru non sertifikasi Kebijakan Belanja Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014, belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusna pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1. Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total perkiraan belanja daerah. 25

26 Kebijakan dan alokasi anggaran diarahkan antara lain untuk menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan operasional pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, mendukung stabilitas dan kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan ekonomi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi kemiskinan. Fokus kebijakan belanja Pemerintah Kota Pekalongan masih berpijak pada sector-sektor utama dan penunjangnya, yaitu pendidikan, kesehatan, infrastruktur, inovasi daerah dan program penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan berbasis masyarakat yang mendukung prioritas pembangunan daerah sesuai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pekalongan. Pada tahun 2014, diproyeksikan total belanja pada APBD Kota Pekalongan menurun dibandingkan dengan belanja pada P-APBD Total perkiraan belanja pada tahun 2014 sebesar Rp 700 milyar, dengan estimasi 53 persen untuk belanja tidak langsung dan 47 persen untuk belanja langsung. Kebijakan perencanaan belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2014 sebagai berikut : a. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwijudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan. b. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan secara terukur. c. Belanja daerah pembangunan infrastruktur diprioritaskan untuk penanggulangan dan perbaikan infrastruktur akibat bencana banjir rob serta peningkatan sarana prasarana umum dan pengelolaan kebersihan kota guna meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, bersih, aman dan nyaman. d. Mendorong terselenggaranya pembangunan masyarakat yang terpadu dan holistic melalui Program Akselerasi Pembangunan Keluarga Sejahtera Berbasis Masyarakat (PAPKSBM) yang mengintegrasikan aspek ekonomi, ekologi, social budaya masyarakat dan peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam agenda pembangunan daerah. Kebijakan belanja mengalokasikan anggaran minimal 5 persen dari total belanja untuk program pemberdayaan masyarakar tersebut. e. Pengalokasian belanja untuk mendukung pelaksanaan agenda nasional Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun

27 f. Pengalokasian belanja untuk mendukung Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) melalui Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terhitung 1 Januari g. Pengalokasian belanja sebagai tindak lanjut dari Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama antara Kementerian Agama RI dan Pemkot Pekalongan tentang Pembangunan dan Penyelenggaraan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia di Kota Pekalongan. h. Pengalokasian belanja dalam rangka implementasi BLUD Puskesmas dan penambahan pos belanja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) pada urusan kesehatan. i. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, dan mewujudkan visi misi Pemerintah Kota Pekalongan maka pelaksanaan percepatan pembangunan diupayakan melalui program Sistem Inovasi Daya Saing Daerah dengan memanfaatkan teknologi informasi, antara lain melalui pembangunan e- development Kota Pekalongan, pengembangan Pekalongan Broadband City, pengembangan SIM Keuangan Daerah berbasis akrual dan penerapan program paperless dalam administrasi perkantoran. j. Peningkatan peran aktif lembaga pendidikan tinggi dan Dewan Riset Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan prioritas, melalui kegiatan penelitian, pengembangan, pendampingan teknis dan pemberdayaan masyarakat. k. Meningkatkan pengadaan belanja modal atas pembangunan/rehab gedung kantor, dan penyediaan sarana prasarana penunjang operasional SKPD. l. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus bersifat inovatif yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. m. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost dan variable cost dari SKPD secara terukur dan terarah. Pengalokasian belanja listrik/air telepon pada masing-masing SKPD yang sebelumnya terpusat pada Bagian Umum Setda Kota Pekalongan. n. Belanja dari dana yang bersifat specific grant seperti Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dan Bantuan Keuangan 27

28 Provinsi diproyeksikan berdasarkan usulan yang diajukan ke Pemerintah dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dimana peruntukan dana tersebut telah direncanakan sesuai dengan petunjuk teknis terkait dan peraturan perundangan yang berlaku dan menyediakan dana pendampingan dari APBD sesuai ketentuan. o. Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, serta penyediaan dana asuransi kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku. Serta penambahan Tunjangan Penghasilan bagi PNSD di Kecamatan dan Kelurahan sebagai ujung tombak unit pelayanan langsung masyarakat. p. Belanja Tak Langsung khusus belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dianggarkan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang akan dilakukan secara selektif, akuntabel, transparan dan berkeadilan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. q. Proyeksi penyediaan belanja tidak terduga akan dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2012 dan estimasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi dan belum tertampung dalam bentuk program kegiatan pada tahun r. Penyusunan plafon belanja program kegiatan prioritas tambahan atau waiting list yang akan dipertimbangkan sebagai usulan plafon belanja tambahan, apabila asumsi pendapatan dalam APBD mengalami peningkatan selama proses penyusunan APBD Tahun Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, HIbah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Terduga a. Belanja Pegawai Beberapa kebijakan dalam penyusunan belanja pegawai : Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok sebesar 6 persen dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas. Dasar penghitungan menggunakan realisasi gaji bulan Juli 2013; Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai tahun 2014; Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan 28

29 memperhitungkan acress sebesar 2% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan; Penyediaan dana penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi PNSD yang dibebankan pada APBD berpedoman pada Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS); Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD di Kecamatan dan Kelurahan; Penganggaran tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD sesuai dengan dana transfer ke daerah. b. Belanja Hibah Belanja hibah pada tahun 2014 diproyeksikan meningkat signifikan karena ada peralihan belanja kegiatan PAPKSBM yang semula dialokasikan pada pos belanja bantuan keuangan ke belanja hibah. Mengalokasikan belanja bantuan operasional dan fasilitasi pembangunan untuk sekolah swasta. Mengalokasikan belanja pembangunan TPA Regional di Kabupaten Pekalongan. Mengalokasikan belanja untuk KPUD dan Panwaslu untuk persiapan Kegiatan Pilkada Kota Pekalongan Tahun 2015, yang bersumber dari pencairan dana cadangan sesuai dengan Peraturan Daerah. c. Belanja Bantuan Sosial Pada tahun 2014, diproyeksikan meningkat signifikan karena ada penambahan alokasi belanja pendampingan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, yang dianggarkan pada belanja bantuan sosial sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan; Mengalokasikan belanja beasiswa untuk siswa tidak mampu pada sekolah swasta. d. Belanja Bantuan Keuangan Pada pos belanja bantuan keuangan dianggarkan bantuan keuangan kepada partai politik dimana besaran penganggaran, pelaksanaan dan 29

30 pertanggungjawaban bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang bantuan keuangan kepada partai politik. Anggaran bantuan keuangan kepada Parpol masih tetap sesuai tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 580,8 juta e. Belanja Tidak Terduga Proyeksi belanja tidak terduga tahun 2014 naik dari tahun 2013 guna cadangan untuk pembiayaan kebutuhan tak terencana akibat banjir rob dan pelaksanaan Pemilu Presiden apabila terjadi pemilu putaran kedua. 3. Kebijakan pembangunan daerah, kendala yang dihadapi, strategi dan prioritas pembangunan daerah yang disusun secara terintegrasi dengan kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah. Pada tahun 2014, Pemerintah masih konsisten dalam melaksanakan berbagai program pembangunan untuk mewujudkan Indonesia yang makin sejahtera, demokratis, dan berkeadilan, sesuai dengan visi pembangunan dalam RPJMN Upaya-upaya tersebut, terus dilakukan dengan memperkuat pelaksanaan empat pilar strategi yang meliputi: pembangunan yang berpihak pada pertumbuhan (pro-growth), berpihak pada lapangan pekerjaan (pro-job), berpihak pada pengurangan kemiskinan (pro-poor), serta berpihak pada pengelolaan dan atau ramah lingkungan (pro-environment). Dengan demikian, pembangunan yang dilaksanakan bersifat inklusif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Keberhasilan dalam pencapaian prioritas pembangunan secara nasional sangat tergantung dengan sinergitas kebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah provinsi. Sinkronisasi kebijakan diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing yang diorientasikan. Program-program pembangunan yang ditetapkan sebagai program prioritas harus saling mendukung dengan satu tujuan untuk memberikan sebesar-besarnya manfaat menuju masyarakat yang sejahtera. Namun demikian dengan adanya keterbatasan kemampuan keuangan daerah sebagai sumber daya pembangunan dalam pembiayaan sesuai kebutuhan pembangunan yang diharapkan, maka diperlukan penyusunan prioritas program pembangunan sesuai dengan urgenitas yang dituangkan dalam dokumen perencanaan RKPD. 30

31 Selanjutnya sebagai pentahapan pencapaian visi, misi dan tujuan pembangunan Kota Pekalongan sesuai dengan RPJMD Kota Pekalongan , maka telah ditetapkan prioritas pembangunan dalam RKPD Kota Pekalongan Tahun 2014 sebagai berikut : Pengembangan potensi ekonomi daerah dengan mendorong masyarakat berwirausaha; Pengembangan infrastruktur dan pembangunan kerjasama antar daerah; Peningkatan upaya pendidikan yang berbudi pekerti, bermutu, relevan dan terjangkau; Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pengelolaan keluarga berencana; Pengembangan kelembagaan dan pendidikan keagamaan; Percepatan penanggulangan kemiskinan berbasis partisipasi masyarakat. Peningkatan daya dukung dan kelesatian lingkungan; Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender; Reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang amanah. Tabel Sinkronisasi Prioritas Daerah dan Pusat Tahun 2014 No ISU STRATEGIS PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 201 SASARAN SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL 1 Penanggulangan bencana banjir rob dan perbaikan kualitas lingkungan. 1. Peningkatan infrastruktur dan membangun kerjasama antar daerah 1. Meningkatkan sistem penanggulangan dan perbaikan infrastruktur akibat bencana banjir rob; Bidang Lingkungan Hidup dan Bencana ; Bidang Infrastuktur 2. Meningkatnya penataan kawasan kota melalui perbaikan dan peningkatan kualitas infrastruktur kota. 2. Peningkatan daya dukung dan kelestarian lingkungan. 3. Meningkatnya upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup, sistem pengelolaan kebersihan lingkungan dan kenyamanan kota. 4. terwujudnya kerjasama dengan daerah sekitar dalam bidang persampahan dan 31

32 No ISU STRATEGIS PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 201 SASARAN SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL penyediaan sarana prasarana air minum 2 Kualifikasi tenaga pendidik, pemerataan jangkauan pendidikan dasar & menengah, kuantitas dan kualitas sarpas, serta mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan yang berbudi pekerti, bermutu, relevan dan terjangkau Meningkatnya penyelenggaraan pelayanan publik yang responsif, efektif dan efisien, kompeten, profesional dan akuntabel, akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, pemanfaatan teknologi dan informatika (TIK) dalam penyelenggaraan pemerintahan serta tumbuh berkembangnya sistem inovasi daerah. Bidang Pendidikan 3 Penyediaan pelayanan dasar kesehatan berkualitas. Peningkatan Derajat Kesehatan masyarakat dan pelayanan keluarga berencana. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, kualitas kesehatan masyarakat dan pelayanan KB melalui penerapan Puskesmas sebagai BLUD Bidang Kesehatan 4 Pembangunan keluarga sejahtera. 1. Percepatan penanggulangan kemiskinan berbasis partisipasi masyarakat 2. Peningkatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui peningkatan kewirausahaan; 1. Menguatnya kapasitas dan peranserta kelembagaan masyarakat dalam pembangunan keluarga sejahtera. 2. Meningkatnya pemasaran produk unggulan daerah, investasi, akses UMKM terhadap sumber-sumber permodalan, berkembangnya kewirausahaan, terwujudnya iklim usaha yang sehat dan kondusif. Bidang Penanggulangan Kemiskinan; Bidang Kesejahteraan Rakyat; Bidang Perekonomian ; Bidang iklim investasi dan usaha; Bidang Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi 3. Peningkatan kesetaraan dan keadilan gender. 3. Meningkatnya pembangunan berbasis kesetaraan dan keadilan gender. 5 Pendidikan Keagamaan yang berkualitas dan peningkatan peran lembaga pendidikan keagamaan dalam pembangunan. Peningkatan peran kelembagaan dan pendidikan keagamaan. meningkatnya kualitas pendidikan keagamaan dan berkembangnya peran serta lembaga-lembaga keamanan. Bidang Pendidikan 32

33 No ISU STRATEGIS PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 201 SASARAN SINKRONISASI PRIORITAS NASIONAL 6 Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan dan Kota yang berdaya saing unggul. Reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang amanah Meningkatnya penyelenggaraan pelayanan publik yang responsif, efektif dan efisien, kompeten, profesional dan akuntabel, akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, pemanfaatan teknologi dan informatika (TIK), pengembangan Sistem Inovasi Daya Saing Daerah (SIDA) dalam penyelenggaraan pemerintahan. Bidang Reformasi dan Tata Kelola ; Bidang Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi. 4. Kebijakan Belanja berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah (Urusan Wajib dan Urusan Pilihan) dan SKPD Urusan Wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah, berkaitan dengan pelayanan dasar. Sedangkan Urusan Pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah. Tabel Kebijakan Belanja berdasarkan Urusan Pemerintahan Daerah (Urusan Wajib dan Urusan Pilihan ) dan SKPD URUSAN PEMERINTAHAN PROGRAM Pogram Wajib di setiap SKPD : Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Program Peningkatan Pelayanan Masyarakat (PPPM) SKPD URUSAN WAJIB Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Program Pendidikan Menengah Program Pendidikan Non Formal Program Pendidikan Luar Biasa DISDIKPORA DINSOSNAKERTRANS BKD SETDA KELURAHAN 33

34 URUSAN PEMERINTAHAN Kesehatan Pekerjaan Umum PROGRAM Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Program Manajemen Pelayanan Pendidikan Program Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pendidikan Keagamaan Program pendidikan masyarakat/luar sekolah Program Pelatihan bagi Pendidik untuk memenuhi standar kompetensi Program pembangunan sistem penghargaan dan perlindungan terhadap profesi pendidik Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program Pengawasan Obat dan Makanan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Program pelayanan kesehatan penduduk miskin Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskemas pembantu dan jaringannya Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit / Rumah Sakit Jiwa /Rumah Sakit Paru-paru Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit Paru-paru Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Peningkatan Pelayanan BLUD Program pembangunan jalan dan jembatan Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong Program pembangunan turap/talud/bronjong Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya SKPD DINAS KESEHATAN RSUD BPMPPA & KB DPU 34

35 URUSAN PEMERINTAHAN Perumahan Penataan Ruang Perencanaan Pembangunan Perhubungan PROGRAM Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Program Pengendalian Banjir Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Program pembangunan infrastruktur perdesaan Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Reservoir Pengendali Banjir Program Pengembangan Perumahan Program Lingkungan Sehat Perumahan Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran Program Perencanaan Tata Ruang Program Pemanfaatan Ruang Program pengembangan data/informasi Program Pengembangan Wilayah Perbatasan Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah Program perencanaan pembangunan daerah Program perencanaan pembangunan ekonomi Program perencanaan sosial dan budaya Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam Program perencanaan Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Pogram peningkatan pelayanan angkutan Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perlintasan Sebidang Lingkungan Hidup Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam DPU SKPD BPMPPA & KB DPU BAPPEDA SETDA KECAMATAN BPMPPA&KB DISHUBPARBUD DPU KANTOR LINGKUNGAN HIDUP DISPERINDAGKOP & UMKM 35

36 URUSAN PEMERINTAHAN Pertanahan Kependudukan dan Catatan Sipil PROGRAM Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam Program Peningkatan Pengendalian Polusi Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan Program Penataan Administrasi Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Program keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Sosial Ketenagakerjaan Program Keluarga Berencana Program kesehatan reproduksi remaja Program penyiapan tenaga pedamping kelompok bina keluarga Program pengembangan model operasional BKB- Posyandu-PADU Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya) Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Program Peningkatan Kesempatan Kerja Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Program Pembinaan Lingkungan Sosial Perusahaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah SETDA DPPKAD SKPD DISDUK & CAPIL, BPMPPA & KB BPMPPA & KB DINAS KESEHATAN BPMPPA & KB DINSOSNAKERTRANS BPMPPA & KB DINSOSNAKERTRANS DISPERINDAGKOP & UMKM SETDA 36

37 URUSAN PEMERINTAHAN Penanaman Modal Kebudayaan PROGRAM Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Program Pengembangan Nilai Budaya Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Program Pengelolaan Keragaman Budaya Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya Program Pembinaan Tradisi dan Pengembangan nilai kekayaan dan keragaman budaya Kepemudaan dan Olah Raga Program peningkatan peran serta kepemudaan Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal Program pengembangan wawasan kebangsaan Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat) Program pendidikan politik masyarakat Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan BPMP2T SKPD DISHUBPARBUD KANTOR KESBANGPOL DISDIKPORA DPU KESBANGPOL, SETDA KESBANGPOL KANTOR SATPOL PP KECAMATAN Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian Program fasilitasi pindah/purna tugas PNS DINDIK PORA Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan desa Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan Program Peningkatan dan Pengembangan Tanah Aset DPU SETDA SEKRETARIAT DPRD INSPEKTORAT KECAMATAN DPPKAD BKD KELURAHAN 37

38 URUSAN PEMERINTAHAN Daerah PROGRAM Program pembinaan dan pengembangan aparatur Program pengembangan Komunikasi, Informasi dan media Massa Ketahanan Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Statistik Kearsipan Komunikasi dan Informatika Perpustakaan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa Program pengembangan data/informasi/statistik daerah Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah Program peningkatan kualitas pelayanan informasi Program pengembangan Komunikasi, Informasi dan media Massa Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Informasi dan Komunikasi Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi Program kerjasama informasi dengan mas media Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi Program pengembangan Komunikasi, Informasi dan media Massa Program Penguatan SIDa Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan SKPD KKP, SETDA SETDA KECAMATAN KELURAHAN, BPMPPA & KB BAPPEDA DPPKAD KPAD SETDA SEKRETARIAT DPRD BKD DISKOMINFO KPAD URUSAN PILIHAN Pertanian Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Program Peningkatan Prasarana Produksi Peternakan Program peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Kehutanan Program rehabilitasi hutan dan lahan DPPK DPPK 38

39 URUSAN PEMERINTAHAN Pariwisata Kelautan dan Perikanan Perdagangan Industri PROGRAM Program pengembangan pemasaran pariwisata Program pengembangan destinasi pariwisata Program pengembangan Kemitraan Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat Program pengembangan budidaya perikanan Program pengembangan perikanan tangkap Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan Program Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan Program pengembangan agribisnis perikanan Program Pengembangan Pelabuhan On Shore Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi Perikanan Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Perbenihan Perikanan Budidaya Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Program Penguatan Kelembagaan Perikanan Budidaya Program Optimalisasi dan Rehabilitasi Sarana dan Prasarna Pengolahan Program Penyediaan/Rehabilitasi Sarana dan Prasarna Peningkatan Mutu Program Penyediaan/Rehabilitasi Sarana dan Prasarna Pemasaran Program Penyediaan Sarana Pemberdayaan Masyarakat Program Penyediaan Prasarana Pemberdayaan Masyarakat Program Peningkatan SDM dan Kelembagaan Program Konservasi Sumber Daya Pesisir dan Kelautan Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri Program pembinaan pedagang kakilima dan asongan Program pengembangan industri kecil dan menengah Program Pengembangan Sentra Industri dan Kluster Industri Pogram Peningkatan SDM Pelatihan Teknologi Industri Program Pengembangan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Program Penataan Struktur Industri SKPD DISHUBPARBUD DPPK DISPERINDAGKOP & UMKM SETDA DISPERINDAGKOP & UMKM 39

40 URUSAN PEMERINTAHAN Ketransmigrasian PROGRAM Program Transmigrasi Regional SKPD DINSOSNAKERTRAS Perubahan Kebijakan Belanja Daerah Perubahan kebijakan belanja daerah menyesuaikan munculnya perubahan kebijakan, baik kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kota Pekalongan. Perubahan kebijakan belanja daerah yang signifikan antara lain : a. Belanja Tidak Langsung 1) Penyesuaian atas Belanja Pegawai antara lain pada rekening gaji dan tunjangan berdasarkan realisasi gaji bulan Juni 2014, penyesuaian tunjangan profesi guru PNSD, tambahan penghasilan guru PNSD, termasuk penyesuaian alokasi gaji sesuai SOTK baru dan insentif pemungutan pajak serta insentif pemungutan retribusi daerah. 2) Penyesuaian belanja hibah dan bantuan sosial kepada organisasi/lembaga lainnya sesuai dengan urgenitas kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. 3) Penyesuaian belanja tidak terduga untuk mengantisipasi kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang seperti tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial. b. Belanja Langsung 1) Kebijakan belanja langsung diprioritaskan untuk menangani kondisi menangani kondisi pasca banjir dan rob yang terjadi pada awal tahun 2014 lalu, yang mana Kota Pekalongan mengalami kondisi banjir yang cukup parah sepanjang sejarah banjir yang terjadi di Kota Pekalongan. Untuk Perubahan APBD 2014 ini belanja perbaikan, pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur akibat bencana banjir rob serta penanggulangan banjir rob menjadi prioritas utama. Penanganan pasca bencana lainnya dialokasikan untuk beberapa kegiatan yaitu pembangunan revetment, pembangunan parapet, serta perbaikan sarana dan prasarana umum seperti drainase, kerusakan jalan dan penunjang lainnya di wilayah bencana banjir dan rob. 40

41 2) Penambahan belanja penataan kawasan kota untuk peningkatan kenyamanan dan kebersihan lingkungan kota melalui kegiatan pemeliharaan/pembangunan infrastruktur, pengadaan dan perbaikan sarana prasarana umum, serta peningkatan pengelolaan kebersihan kota. 3) Penambahan alokasi belanja kesehatan guna peningkatan pelayanan BLUD RSUD Bendan dalam rangka mendukung peningkatan tipe rumah sakit dari tipe C ke tipe B yang saat ini dalam proses, dengan melengkapi secara bertahap sarana prasarana kesehatan, baik pembangunan gedung, pengadaan alat kesehatan dengan aloasi anggaran yang berasal dari pusat, bantuan provinsi maupun APBD serta pendapatan BLUD sendiri. 4) Pengalokasiam serta penyesuaian belanja terkait berlakunya Peraturan Daerah Nomor 37 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Perda Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Pekalongan yang akan diberlakukan mulai tanggal 1 September 2014, antara lain mengamanatkan: a. Terbentuknya dua SKPD baru, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta Kantor Riset Teknologi dan Inovasi (RISTEKIN) yang merupakan penggabungan Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan pada BAPPEDA dan Bidang Inovasi Daerah pada DISKOMINFO. b. Terbentuknya Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang merupakan penggabungan Bidang Kebersihan dan Persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Pekalongan dengan Kantor Lingkungan Hidup (KLH). c. Penggabungan Sub Bagian Pemberitaan dan Kemitraan Media dan Sub Bagian Dokumentasi dan Publikasi pada Bagian Humas dan Protokol Setda dengan DISKOMINFO. d. Penggabungan Sub Bagian Protokol pada Bagian Humas dan Protokol Setda dengan Bagian Umum dan Keuangan Setda. 5) Penambahan pengalokasian pendampingan anggaran dalam pembangunan pasar di Kuripan Lor Kota pekalongan dengan pendanaan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Anggaran Daerah; 6) Penyesuaian belanja program kegiatan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT); 41

42 7) Penambahan belanja dalamrangka pelaksanaan program system inovasi daya saing daerah melalui pembangunan e-development Kota Pekalongan dan pengembangan Pekalongan Broadband City, SIM Layanan Rujukan Terpadu di Puskesmas dan RSUD Bendan dan Pengadaan Server untuk perkuatan jaringan TIK kesehatan serta Pembangunan Sistem Informasi Managemen Barang Daerah (SIMBADA); 8) Belanja SKPD yang menurut urgensinya perlu dirubah baik berupa pergeseran anggaran, perubahan peruntukan, efisiensi biaya maupun penambahan pembiayaan program kegiatan, antara lain : a. Pembayaran jasa listrk perkantoran dan PJU; b. Penyesuaian upah tenaga kontrak Pemerintah Kota Pekalongan; c. Penyesuaian biaya rutin opearsional SKPD; d. Penyelenggaraan recruitment CPNSD 2014 formasi umum; e. Penambahan fasilitasi bantuan transport bagi RT dan RW; f. Penambahan fasilitasi bantuan transport bagi guru TPQ dan Madin; g. Penambahan alokasi anggaran pengadaan tanah untuk Pasar Ikan Tradisional dan Rumah Kemas, dari Bagian Tata Pemerintahan Setda ke Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan, mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran atau penggunaan dari surplus anggaran. Pembiayaan terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. 1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Dalam perencanaan penganggaran Pemerintah Kota Pekalongan penerimaan pembiayaan diperoleh dari perhitungan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya (SiLPA). Komponen penyediaan dana di sektor Penerimaan Pembiayaan difokuskan pada dua aspek. Pertama adalah memprediksi kemampuan penerimaan yang akan dicapai sampai dengan akhir tahun anggaran 2013, dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya kelebihan penerimaan (over-target). Kemudian yang kedua adalah estimasi efisiensi yang akan terjadi pada pelaksanaan APBD 2013 yaitu perkiraan selisih positif antara pengeluaran riil dengan anggaran 42

43 yang disediakan. Dari kedua aspek ini akan menghasilkan angka-angka yang dikelompokkan menjadi komponen Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) didasarkan pada penghitungan yang cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2013 dalam rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun Anggaran 2014 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan. Selain SiLPA pada tahun 2014 juga ditargetkan ada pencairan dana cadangan dengan besaran dan penggunaan sesuai yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan dana Cadangan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan Tahun Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan dialokasikan jika terjadi surplus anggaran untuk memanfaatkan sisa lebih anggaran dengan berbagai alternatif seperti penyertaan modal, pembentukan obligasi, dana cadangan dan dana depresiasi. Untuk kebijakan pengeluaran pembiayaan pada APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 adalah pembiayaan untuk penyertaan modal bagi Perusda Kota Pekalongan dan Bank Jateng serta pembentukan dana cadangan Pemilu Kepala Daerah sesuai amanat Peraturan Daerah Kota Pekalongan. Penyertaan Modal kepada Perusahaan Daerah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah dan sesuai dengan kajian analisis keuangan Perusahaan Daerah Perubahan Kebijakan Pembiayaan Daerah Pada penerimaan pembiayaan, perubahan kebijakan pembiayaan menyesuaikan dengan Laporan Realisasi APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2013 yang berkaitan dengan SiLPA Tahun Anggaran 2013, yaitu sebesar Rp. 90,73 M, sehingga terdapat perhitungan lebih sebesar Rp 48,16 M. Perhitungan lebih tersebut, termasuk didalamnya adalah SiLPA dari BLUD RSUD Bendan sebesar Rp 10,47 M dan SiLPA dari tunjangan sertifikasi guru PNSD dan tambahan penghasilan guru PNSD sebesar Rp 12,76M yang dianggarkan kembali pada belanja tidak langsung SKPD Dinas Pendidikan. 43

44 Pada pengeluaran pembiayaan, perubahan kebijakan meliputi penyesuaian pembentukan dana cadangan, sebagai dana cadangan dalam rangka persiapan pelaksanaan Pemilukada Tahun 2015 berdasarkan Perda Nomor 5 Tahuan 2012 tentang Pembentukan Dana Cadangan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan Tahun 2015 serta penyesuaian penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah. 2.4 Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan merupakan gabungan keselruhan laporan keuangan entitas akuntansi, termasuk laporan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD RSUD Bendan dan BLUD Puskesmas) sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal. Proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya. 2.5 Pencapaian Target Kinerja APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 setelah perubahan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2014, yang dapat dirinci sebagai berikut : Pendapatan Rp ,00 Belanja Rp ,00 Surplus / (Defisit) Rp. ( ,00) Pembiayaan : Penerimaan Pembiayaan Rp ,00 Pengeluaran Pembiayaan Rp ,00 Jumlah Pembiayaan Rp ,00 SILPA Rp. 0,00 Adapun realisasinya adalah sebagai berikut : Pendapatan Rp ,00 44

45 Belanja Rp ,00 Surplus / (Defisit) Rp ,00 Pembiayaan : Penerimaan Pembiayaan Rp ,00 Pengeluaran Pembiayaan Rp ,00 Jumlah Pembiayaan Rp ,00 SILPA Rp ,00. Kegiatan pembangunan di Kota Pekalongan dibiayai dengan menggunakan anggaran pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Lain-lain Pendapatan yang Sah dan Pendapatan Operasional BLUD RSUD Bendan dan BLUD Puskesmas. Belanja daerah disediakan untuk membiayai membiayai kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik serta membiayai berbagai kegiatan, peningkatan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Komponen belanja terbesar digunakan untuk membiayai belanja pegawai yaitu sebesar 46,67%, sedangkan dari sisi penerimaan selama ini Pendapatan Transfer sangat dominan dalam struktur keuangan Kota Pekalongan dengan proporsi 76,65% sedangkan Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar 18,90% 45

46 BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Secara keseluruhan realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2014 melebihi target yang telah ditetapkan dalam Perubahan APBD TA. 2014, sedangkan realisasi penyerapan belanja daerah pada tahun 2014 tidak melebihi anggaran perubahan yang telah ditetapkan. Apabila dibandingkan tahun 2013, realisasi pendapatan maupun belanja mengalami peningkatan Realisasi pendapatan tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 101,47% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00. Adapun rincian realisasi pendapatan daerah tahun 2014 dan tahun 2013 dapat disajikan pada tabel dibawah ini : NO. SKPD Anggaran 2014 (Rp) Realisasi 2013 (Rp) Pencapaian (%) Realisasi 2012 (Rp) 1 Dinas Kesehatan Kota , ,00 116, ,00 2 Dinas Pekerjaan Umum , ,00 112, ,00 3 Dinas Perhubungan dan Parbud , ,00 100, ,00 4 Dinas Dukcapil , ,00 93, ,00 5 Dinas Sosial, Nakertrans , ,00 174, ,00 6 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi , ,00 101, ,00 7 Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kelautan , ,00 112, ,00 8 Bagian Tata Pemerintahan Setda , ,00 100, ,00 9 Bagian Humas dan Protokol Setda 0,00 0,00 0, ,00 10 Bagian Perekonomian Setda , ,00 100, ,00 11 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (SKPD) , ,00 123, ,00 12 Dinas Komunikasi dan Informasi , ,00 95, ,00 13 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu , ,00 76, ,00 46

47 14 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (SKPKD) , ,00 97, ,00 15 RSUD Bendan , ,00 135, ,00 16 Badan Lingkungan Hidup , ,00 62,01 0,00 TOTAL , ,00 101, ,00 Realisasi belanja Pemerintah Kota Pekalongan tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 88,93% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00. Adapun rincian realisasi belanja Pemerintah Kota Pekalongan Tahun 2014 dan Tahun 2013 per SKPD dapat disajikan sebagai berikut : No SKPD Anggaran 2014 (Rp) Realisasi 2014 (Rp) Capaian (%) Realisasi 2013 (Rp) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga , ,00 80, ,00 Dinas Kesehatan Kota , ,00 91, ,00 Dinas Pekerjaan Umum , ,00 103, ,00 4 Bappeda , ,00 90, ,00 5 Kantor Riset Teknologi Inovasi , ,00 63,15 6 Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan , ,00 97, ,00 7 Badan Lingkungan Hidup , ,00 89, ,00 8 Dinas Dukcapil , ,00 93, ,00 9 Dinas Sosial, Nakertrans , ,00 93, ,00 10 Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi , ,00 93, ,00 11 Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kelautan , ,00 95, ,00 12 Kantor Kesbangpol , ,00 94, ,00 Kantor Satuan Polisi 13 Pamong Praja , ,00 92, ,00 14 BPBD , ,00 90,35 15 Kecamatan Pekalongan Utara , ,00 90, ,00 16 Kecamatan Pekalongan Selatan , ,00 89, ,00 17 Kecamatan Pekalongan Barat , ,00 92, ,00 18 Kecamatan Pekalongan Timur , ,00 90, ,00 19 DPPKAD-SKPKD , ,00 89, ,00 20 DPPKAD-SKPD , ,00 94, ,00 21 Bagian Tata , ,00 89, ,00 47

48 Pemerintahan Setda Bagian Hukum Setda , ,00 90, ,00 Bagian Humas dan Protokol Setda 0,00 0,00 0, ,00 Bagian Administrasi Pembangunan Setda , ,00 82, ,00 Bagian Perekonomian Setda , ,00 94, ,00 Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda , ,00 98, ,00 Bagian Umum dan Keuangan Setda , ,00 95, ,00 Bagian Organisasi Setda , ,00 97, ,00 Dinas Komunikasi dan Informatika , ,00 93, ,00 30 Sekretariat DPRD , ,00 78, ,00 31 Inspektorat , ,00 94, ,00 32 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu , ,00 94, ,00 33 Badan Kepegawaian Daerah , ,00 87, ,00 34 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak Dan KB , ,00 95, ,00 35 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah , ,00 94, ,00 36 Kantor Ketahanan Pangan , ,00 95, ,00 37 RSUD Bendan , ,00 88, ,00 38 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah , ,00 93, ,00 39 Walikota dan Wakil Walikota , ,00 99, ,00 40 Kelurahan Krapyak Kidul , ,00 87, ,00 41 Kelurahan Krapyak Lor , ,00 97, ,00 42 Kelurahan Dukuh , ,00 98, ,00 Kelurahan Kraton 43 Lor , ,00 96, ,00 44 Kelurahan Kebulen , , ,00 45 Kelurahan Medono , ,00 99, ,00 46 Kelurahan Podosugih ,00 173, ,00 99, ,00 47 Kelurahan Sampangan , ,00 87, ,00 48 Kelurahan Keputran , ,00 97, ,00 49 Kelurahan Klego , ,00 98, ,00 48

49 50 Kelurahan Banyurip Alit , ,00 98, ,00 51 Kelurahan Kradenan , ,00 95, ,00 52 Kelurahan Kuripan Kidul , ,00 96, ,00 53 Kelurahan Kandang Panjang , ,00 92, ,00 54 Kelurahan Bandengan , ,00 84, ,0 55 Kelurahan Banyurip Ageng , ,00 98, ,00 56 Kelurahan Jenggot , ,00 98, ,00 Kelurahan 57 Kertoharjo , ,00 97, ,00 58 Kelurahan Baros , ,00 93, ,00 59 Kelurahan Bendan , ,00 98, ,00 60 Kelurahan Buaran , ,00 98, ,00 61 Kelurahan Bumirejo , ,00 97, ,00 62 Kelurahan Dekoro , ,00 98, ,00 63 Kelurahan Duwet , ,00 87, ,00 64 Kelurahan Gamer , ,00 98, ,00 Kelurahan 65 Karangmalang , ,00 98, ,00 66 Kelurahan Kauman , ,00 95, ,00 67 Kelurahan Kergon , ,00 96, ,00 68 Kelurahan Kramatsari , ,00 98, ,00 69 Kelurahan Kraton Kidul , ,00 98, ,00 70 Kelurahan Kuripan Lor , ,00 96, ,00 71 Kelurahan Landungsari , ,00 97, ,00 72 Kelurahan Noyontaan , ,00 99, ,00 73 Kelurahan Pabean , ,00 90, ,00 Kelurahan Panjang 74 Baru , ,00 93, ,00 75 Kelurahan Pasir Sari , ,00 98, ,00 76 Kelurahan Poncol , ,00 98, ,00 77 Kelurahan Pringlangu , ,00 90, ,00 78 Kelurahan Sapuro , ,00 97, ,00 79 Kelurahan Soko , ,00 95, ,00 80 Kelurahan Sokorejo , ,00 91, ,00 Kelurahan 81 Sugihwaras , ,00 97, ,00 82 Kelurahan Tegalrejo , ,00 96, ,00 83 Kelurahan Tirto , ,00 97, ,00 84 Kelurahan Degayu , ,00 98, ,00 85 Kelurahan Yosorejo , ,00 99, ,00 Kelurahan Panjang 86 Wetan , , ,00 TOTAL , ,00 88, ,00 49

50 Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Pekalongan, terdapat 2 (dua) SKPD baru yang terbentuk setelah Perubahan APBD Tahun 2014, yaitu Kantor Riset, Teknologi dan Inovasi Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan perubahan SKPD seperti Kantor Lingkungan Hidup menjadi Badan Lingkungan Hidup. Selain itu, ada unit kerja yang lebur ke SKPD lain seperti Bagian Humas dan Protokol yang lebur ke Dinas Komunikasi dan Informatika. Berdasarkan tabel diatas, realisasi penyerapan belanja masing-masing SKPD antara 80% sampai dengan 99% dari pagu anggaran setelah perubahan. Namun demikian terdapat 1 SKPD yang penyerapannya mencapai 103,41% yaitu Dinas Pekerjaan Umum. Hal ini dikarenakan adanya perubahan DPPA setelah APBD Perubahan ditetapkan, dimana penetapan APBD Perubahan Kota Pekalongan mendahului penetapan APBD Perubahan Provinsi Jawa Tengah Tahun Pada perubahan APBD 2014 Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kota Pekalongan menerima alokasi tambahan bantuan keuangan propinsi sebesar Rp ,00, yang semula sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00. Hal ini akan berpengaruh pada DPPA SKPD penerima dana bantuan keuangan Propinsi Jawa Tengah, sehingga terjadi perubahan DPPA SKPD. 3.2 Hambatan dan Kendala yang ada dalam Pencapaian Target Yang Telah Ditetapkan Secara umum berdasarkan laporan realisasi anggaran Tahun 2014, realisasi pendapatan daerah tahun 2014 memenuhi target pendapatan yang telah ditetapkan, sedangkan untuk penyerapan belanja tahun 2014 mendekati 100%. Namun demikian dalam pelaksanaan untuk mencapai kinerja yang maksimal juga mengalami kendala dan hambatan, antara lain : Belum semua SKPD mematuhi jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan; Kurang matangnya perencanaan penyusunan program/kegiatan pada SKPD; Dalam tata kelola barang milik daerah, peran Pengguna Barang masih belum optimal, sehingga masih bergantung pada pengurus barang. Dalam tata kelola keuangan daerah, peran Pejabat Penatausahaan Keuangan dan PPTK belum optimal. Sumber daya manusia terutama di tingkat SKPD kelurahan dan beberapa SKPD dalam pengelolaan keuangan daerah belum optimal. Kurangnya sumber daya manusia yang berlatar belakang akuntansi. 50

51 BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1 Prinsip Akuntansi dan Laporan Keuangan 8 (delapan) prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah : 1. Basis Akuntansi Basii akuntansi akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah, adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di kas daerah, serta belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerah. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah. 2. Prinsip Harga Perolehan Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Utang dicatat sebesar jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah. Penggunaan nilai perolehan lebih dapat diandalkan daripada nilai yang lain, karena nilai perolehan lebih obyektif dan dapat diverifikasi. 3. Prinsip Realisasi Ketersediaan pendapatan daerah yang telah diotorisasikan melalui APBD selama satu tahun anggaran akan digunakan untuk membiayai belanja daerah dalam periode tahun anggaran dimaksud. 51

52 4. Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 5. Prinsip Periodisitas Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja pemerintah daerah dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan. Periode utama untuk pelaporan keuangan yang digunakan adalah tahunan. Namun periode semesteran juga diperkenankan. 6. Prinsip Konsistensi Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh pemerintah daerah (prinsip konsistensi internal). 7. Prinsip Pengungkapan Lengkap Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau pada Catatan atas Laporan Keuangan. 8. Prinsip Penyajian Wajar Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. 4.2 Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan pemerintah daerah yang pokok terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. 52

53 1. Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran pemerintah daerah merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggarannya dalam suatu periode pelaporan. Unsur yang dicakup dalam Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan. a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. b. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. 2. Neraca Neraca pemerintah daerah merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana psada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana. a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah. 53

54 3. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, dan perubahan kas selama satu periode akuntansi serta saldo kas pada tanggal pelaporan. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas. Masing-masing didefinisikan sebagai berikut: a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke kas daerah; b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari kas daerah. 4. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan naratif, analisis atau daftar terinci atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut : a. penyajian informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal/keuangan dan pencapaian target Perda APBD berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; b. penyajian ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan; c. penyajian informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; d. penyediaan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. 4.3 Kendala Informasi Akuntansi Yang Relevan dan Andal. Kendala informasi yang relevan dan andal adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan tercapainya kondisi ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan pemerintah daerah sebagai akibat adanya keterbatasan atau karena alasan-alasan tertentu. Tiga hal yang mengakibatkan kendala dalam mewujudkan informasi akuntansi yang relevan dan andal, yaitu : 1. Materialitas Laporan keuangan pemerintah daerah walaupun idealnya memuat segala informasi, namun hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan 54

55 atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan yang dibuat atas dasar informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat Manfaat yang dihasilkan dari informasi yang dimuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah, seharusnya melebihi biaya yang diperlukan penyusunan laporan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah daerah tidak semestinya menyajikan informasi yang manfaatnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya dimaksud juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. 3. Keseimbangan antara Karakteristik Kualitatif Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah daerah. kepentingan relatif antar karakteristik kualitatif dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional 4.4 Kebijakan Akuntansi Pos-Pos Laporan Keuangan Kebijakan Akuntansi Pendapatan 1. Definisi Pendapatan Pendapatan adalah arus masuk bruto yang menjadi hak pemerintah daerah selama satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih. 2. Klasifikasi Pendapatan Pendapatan diklasifikasi berdasarkan sumbernya yang terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah merupakan kelompok pendapatan yang bersumber dari daerah sendiri yang terdiri atas penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. b. Pendapatan transfer yang berasal dari transfer pemerintah pusat merupakan kelompok pendapatan yang menampung penerimaan dana perimbangan yang disalurkan pemerintah pusat yang terdiri atas dana bagi hasil pajak pusat, dana bagi hasil sumber daya alam; dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). 55

56 c. Pendapatan transfer dari pemerintah pusat lainnya merupakan pendapatan transfer dari pemerintah pusat yang terdiri atas dana otonomi khusus dan dana penyesuaian. d. Pendapatan transfer dari pemerintah provinsi merupakan kelompok pendapatan untuk menampung dana bagi hasil dari Provinsi Jawa Tengah yang terdiri atas pendapatan bagi hasil pajak dan pendapatan bagi hasil lainnya. e. Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan yang sah digunakan untuk menampung pendapatan yang terdiri atas pendapatan hibah, pendapatan dana darurat dan pendapatan lainnya 3. Pengakuan Pendapatan a. Pendapatan menurut basis kas diakui dalam periode tahun anggaran berjalan pada saat kas diterima di kas daerah. Pada akhir periode akuntansi, pendapatan diakui berdasarkan jumlah pendapatan yang telah menjadi hak, yang sampai dengan akhir periode akuntansi bersangkutan belum ada realisasi penerimaan kas. b. Pendapatan yang diterima dari oleh Bendahara Penerima di SKPD dan belum disetor ke Kas Daerah diakui sebagai Pendapatan Ditangguhkan. 4. Perlakuan Akuntansi Pendapatan a. Pendapatan usaha dari jasa layanan dan pendapatan usaha lainnya dicatat sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. b. Pendapatan hibah berupa barang atau jasa dicatat sebesar nilai yang tercantum dalam Berita Acara (BA) serah terima atau nilai wajar pada saat perolehan jika tidak ada nilai barang/jasa dalam BA serah terima. c. Pendapatan hibah berupa uang dicatat sebesar jumlah kas yang diterima oleh Pemerintah Kota Pekalongan. d. Pencatatan pendapatan dilaksanakan dengan mengikuti azas bruto yang berarti pencatatan akuntasinya dilaksanakan secara bruto yaitu dengan mencatat keseluruhan pendapatan sebelum dikompensasikan dengan pengeluaran. e. Keuntungan Penjualan Aset Non Lancar dicatat berdasarkan perbedaan antara harga jual dengan nilai buku. f. Pendapatan dari Kejadian Luar Biasa dicatat berdasarkan nilai wajar (dinilai appraisal). 56

57 g. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan yang terjadi baik pada periode terjadinya penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan. h. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode tahun anggaran sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. i. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama. j. Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum 5. Pengungkapan Pendapatan a. Pendapatan disajikan pada laporan Realisasi Anggaran untuk setiap jenis pendapatan. b. Rincian jenis pendapatan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan Kebijakan Akuntansi Belanja 1. Definisi Belanja Belanja adalah semua pengeluaran dari Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali oleh pemerintah daerah. 2. Klasifikasi Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Pekalongan, Belanja diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi ekonomi, yaitu pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Sedangkan klasifikasi menurut organisasi dan fungsi terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Berdasarkan klasifikasi ekonomi, Belanja Pemerintah Kota Pekalongan terdiri atas : a. Belanja Operasi Merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja Operasi meliputi: belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial. 1) Belanja pegawai adalah belanja kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- 57

58 undangan kepada pejabat negara, pegawai negeri sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS, sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. 2) Belanja Barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja Barang meliputi belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan dinas. a) Belanja Barang dan Jasa Merupakan pengeluaran yang antara lain dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang habis pakai, pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat nonfisik dan secara langsung menunjang tupoksi satuan kerja perangkat daerah, pengadaan inventaris kantor yang tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diterapkan pemerintah daerah dan pengeluaran jasa non-fisik seperti pengeluaran untuk biaya pelatihan dan penelitian. b) Belanja Pemeliharaan Merupakan pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. c) Belanja Perjalanan Dinas Merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas dan jabatan. 3) Belanja Bunga merupakan pengeluaran untuk pembayaran bunga atas kewajiban penggunaan pokok hutang yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. 4) Belanja Subsidi merupakan pengeluaran yang dialokasikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. 58

59 5) Hibah merupakan pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus. 6) Bantuan sosial adalah pengeluaran berupa uang atau barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sifatnya tidak terus menerus dan selektif. b. Belanja Modal Merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari suatu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan asset tak berwujud. Suatu pengeluaran diakui sebagai belanja modal jika memenuhi persyaratan berikut : 1) Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya aset pemerintah daerah, yaitu pengeluaran dengan nilai sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk persatuan peralatan, mesin, dan peralatan olahraga dan sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk bangunan dan gedung. 2) Pengeluaran setelah perolehan awal yang menambah masa manfaat aset pemerintah daerah dan memenuhi batasan minimal belanja (capitalization threshold) yang dapat dikapitalisasi yaitu pengeluaran dengan nilai sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk persatuan peralatan, mesin, dan peralatan olah raga dan sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk bangunan dan gedung. 3) Perolehan aset tetap tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual. Konsep Harga Perolehan Komponen belanja modal untuk perolehan asset tetap meliputi harga beli aset tetap ditambah semua biaya lain yang diperlukan sampai asset tetap tersebut siap untuk digunakan misalnya biaya transportasi, biaya uji coba, biaya perjalanan, biaya konsultan perencana, biaya konsultan pengawas dan biaya pengembangan perangkat lunak dan lain-lain biaya yang dapat diatribusikan pada aset tetap tersebut. 59

60 Biaya-biaya yang dikeluarkan setelah perolehan aset tetap atau aset lainnya dapat diakui sebagai belanja modal sepanjang memenuhi persyaratan berikut : 1) Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas atau volume aset yang telah dimiliki yaitu pengeluaran dengan nilai sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk persatuan peralatan, mesin, dan peralatan olahraga dan sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk bangunan dan gedung; 2) Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal belanja (capitalization threshold) yang dapat dikapitalisasi yaitu pengeluaran dengan nilai sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk persatuan peralatan, mesin, dan peralatan olah raga dan sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk bangunan dan gedung. c. Belanja Tidak Terduga Merupakan pengeluaran anggaran yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan Pemerintah Daerah. d. Transfer Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah 3. Pengakuan Belanja a. Belanja menurut basis kas diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening Kas Umum Daerah. b. Khusus untuk pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya dilakukan pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. c. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. 4. Perlakuan Akuntansi Belanja a. Belanja disajikan pada laporan Realisasi Anggaran untuk setiap jenis belanja. b. Rincian jenis belanja diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan. 60

61 c. Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Kebijakan Akuntansi Pembiayaan 1. Definisi Pembiayaan a. Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. b. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. c. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. d. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu 2. Pengakuan Pembiayaan a. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah serta pada saat terjadinya pengeluaran kas dari Kas Umum Daerah. b. Penerimaan pembiayaan antara lain: dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, penyertaan modal oleh pemerintah, dan pembentukan dana cadangan. 3. Perlakuan Akuntansi Pembiayaan a. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). b. Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan. c. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. 61

62 d. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Neto. e. Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA. 4. Pengungkapan Pembiayaan a. Pembiayaan disajikan pada laporan Realisasi Anggaran untuk setiap penerimaan maupun pengeluaran pembiayaan. b. Selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan disajikan dalam pos Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran/Selisih Kurang Pembiayaan Anggaran. c. Rincian pembiayaan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan Kebijakan Akuntansi Kas 1. Definisi Kas a. Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. b. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah. c. Setara kas (cash equivalent) merupakan bagian dari aset lancar yang sangat likuid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam jangka waktu 1 s.d. 3 bulan tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan, tidak termasuk piutang dan persediaan. Setara kas antara lain: Surat Utang Negara dan deposito. d. Kas di Bendahara Penerimaan adalah seluruh kas, baik saldo rekening di bank maupun saldo tunai, yang berada dibawah tanggung jawab bendahara penerimaan. Kas tersebut berasal dari penerimaan yang belum disetor ke Kas Daerah. e. Kas di Bendahara Pengeluaran adalah seluruh kas, baik saldo rekening di bank maupun saldo tunai, yang masih dikelola bendahara pengeluaran setiap SKPD yang berasal dari sisa uang muka (UP) yang belum disetor ke kas daerah. Kas tersebut berasal dari penerimaan yang belum disetor ke Kas Daerah. 62

63 2. Pengakuan Kas Kas diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah serta pada saat terjadinya pengeluaran kas dari Kas Umum Daerah. 3. Pengukuran Kas a. Kas dicatat sebesar nilai nominal. b. Kas dalam valuta asing dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal 31 Desember. c. Nilai setara kas ditentukan sebesar nilai nominal deposito atau surat utang negara. 4. Pengungkapan Kas a. Kas disajikan dalam bagian aset sub bagian aset lancar di Neraca. b. Aktivitas penggunaan kas untuk operasi, investasi, dan pembiayaan disajikan dalam laporan Arus Kas. c. Rincian Kas di kas daerah diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. d. Khusus untuk sekolah negeri (SD/SMP/SMU/SMK) harus mengungkapkan sisa kas yang berasal dari dana-dana diluar APBD Kota Pekalongan yang berasal dari dana-dana diluar APBD Kebijakan Akuntansi Piutang 1. Definisi Piutang a. Piutang adalah hak Pemerintah Kota Pekalongan sebagai entitas pelaporan untuk menerima pembayaran dari entitas pelaporan lain sebagai akibat peraturan perundang-undangan. b. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. 2. Klasifikasi Piutang a. Piutang Pajak dan Piutang Retribusi Piutang yang diakui atas pajak/retribusi daerah yang sudah ada ketetapannya yaitu Surat Ketetapan Pajak dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang disamakan dengan surat itu, yang pembayarannya belum diterima dari wajib pajak maupun dari wajib retribusi pada akhir periode. 63

64 b. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran (aset lainnya) menjadi bagian lancar tagihan penjualan angsuran karena jatuh tempo dalam tahun berjalan. Penjualan aset tetap pemerintah seperti kendaraan roda empat atau penjualan rumah dinas kepada pegawai dengan cara mengangsur lebih dari 12 bulan disebut sebagai tagihan penjualan angsuran c. Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMD Pinjaman yang diberikan pemerintah daerah kepada BUMD dimasukkan dalam kelompok investasi dalam akun pinjaman kepada BUMD. Pinjaman tersebut dikembalikan atau dibayar dalam jangka panjang. Bagian lancar pinjaman kepada BUMD merupakan reklasifikasi piutang pinjaman kepada BUMD yang jatuh tempo dalam tahun berikutnya d. Bagian lancar tuntutan perbendaharaan (TP) dan tuntutan ganti rugi (TGR) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut. Sejumlah kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut dikenal dengan istilah Tuntutan Perbendaharaan dan Tututan Ganti Rugi. TP/TGR ini biasanya diselesaikan pembayaran selambat-lambatnya 24 bulan sehingga di neraca dimasukkan dalam aset lainnya. Bagian lancar TP/TGR merupakan reklasifikasi aset lain-lain berupa TP/TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TP/TGR jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya e. Piutang Lainnya Merupakan pengakuan piutang diluar bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar pinjaman kepada BUMD, bagian lancar TP/TGR, dan piutang pajak dan retribusi. 3. Pengakuan Piutang Piutang diakui atas penerimaan daerah yang sudah ada surat ketetapannya/surat keputusannya atau dokumen lain yang disamakan dengan surat itu, yang pembayarannya belum diterima sampai akhir periode 4. Pengukuran Piutang a. Piutang dicatat sebesar nilai nominal. 64

65 b. Pencatatan piutang dilakukan akhir tahun berdasarkan opname piutang dan tiap awal tahun dibuat jurnal pembalik. c. Piutang daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau mutlak dari pembukuan Pemerintah Kota Pekalongan, kecuali mengenai Piutang daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang. d. Penghapusan secara bersyarat dilakukan dengan menghapuskan piutang daerah tanpa menghapuskan hak tagih daerah. e. Penghapusan mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih daerah. f. Tata cara penghapusan piutang diatur tersendiri sesuai dengan perundangan yang ada atau dengan peraturan Pemerintah Kota Pekalongan. 5. Pengungkapan Piutang a. Piutang diungkapkan dalam neraca (bagian aset sub bagian aset lancar) sekurang-kurangnya mengenai pos piutang pajak dan piutang bukan pajak. b. Piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi, penjualan, fihak terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang transfer dirinci menurut sumbernya. c. Piutang pajak dan retribusi dikelompokkan berdasarkan umur piutang dengan pengelompokkan umur sebagai berikut : 1) Kurang dari 1 tahun 2) 1 tahun s/d 2 tahun 3) Diatas 3 tahun d. Cadangan kerugian piutang dan penghapusan piutang diungkapkan berdasarkan kebijakan yang berlaku atau surat keputusan mengenai cadangan kerugian piutang dan penghapusan piutang Kebijakan Akuntansi Persediaan 1. Definisi Persediaan Persediaan merupakan aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Kota Pekalongan, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. 2. Klasifikasi Persediaan Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tidak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. 65

66 Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi barang yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi. Persediaan dapat meliputi: a. Barang konsumsi; b. Amunisi; c. Bahan untuk pemeliharaan; d. Suku cadang; e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga; f. Pita cukai dan leges; g. Bahan baku ; h. Barang dalam proses/setengah jadi; i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Dalam hal Pemerintah Kota Pekalongan menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai persediaan. Juga termasuk dalam pengertian persediaan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat antara lain berupa sapi, kuda, ikan, benih padi, dan bibit tanaman. 3. Pengakuan Persediaan a. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. b. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. c. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik. d. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan, tidak dimasukkan sebagai persediaan. 4. Pengukuran Persediaan a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; 66

67 Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh oleh masing-masing SKPD. b. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan anggaran. c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar 5. Pengungkapan Persediaan Dalam rangka memenuhi kecukupan pengungkapan persediaan di Neraca, dalam Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan diungkapkan mengenai : a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; b. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; c. Kondisi persediaan Kebijakan Akuntansi Investasi 1. Definisi Investasi Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen dan royalty, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. 67

68 2. Klasifikasi Investasi Investasi Pemerintah Kota Pekalongan dibagi dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset nonlancar. a. Investasi Jangka Pendek Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut : 1) Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan; 2) Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas; 3) Berisiko rendah. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas : Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits); Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh pemerintah daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI). b. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. 1) Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen ini dapat berupa : a) Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan daerah, badan internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara; 68

69 b) Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 2) Investasi Non-permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa : a) Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah; b) Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga; c) Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat; d) Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian. 3) Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak bisa dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli oleh pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti yang tidak tercakup dalam pernyataan ini. 3. Pengakuan Investasi Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria : a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah. b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable) 4. Pengukuran Investasi a. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan 69

70 investasi meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan tersebut. b. Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut. c. Investasi jangka pendek dalam bentuk nonsaham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. d. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut. e. Investasi nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian obligasi jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya. Sedangkan investasi dalam bentuk dana talangan untuk penyehatan perbankan yang akan segera dicairkan dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan. f. Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga. g. Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga. h. Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran aset pemerintah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah adalah sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada. 70

71 i. Harga perolehan investasi dalam valuta asing harus dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah bank sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi. 5. Perlakuan Akuntansi a. Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran. b. pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan. 6. Metode Penilaian Investasi Penilaian invetasi Pemerintah Kota Pekalongan dilakukan dengan tiga metode yaitu: a. Metode biaya pada investasi yang kepemilikan saham pemerintah daerah kurang dari 20%. Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait. b. Metode ekuitas pada investasi yang kepemilikan saham Pemerintah Kota Pekalongan, antara sampai dengan dan atau lebih dari 50%. Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan menambah nilai investasi pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap. c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan apabila kepemilikan saham Pemerintah Kota Pekalongan bersifat non permanen atau untuk dijual kembali. 7. Perlakuan Akuntansi Pengakuan Hasil Investasi a. Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi dan dividen tunai (cash dividend) dicatat sebagai pendapatan. 71

72 b. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal Pemerintah Kota Pekalongan yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba yang diperoleh oleh pemerintah akan dicatat mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Kecuali untuk dividen dalam bentuk saham yang diterima akan menambah nilai investasi pemerintah dan ekuitas dana yang diinvestasikan dengan jumlah yang sama. 8. Pengungkapan Investasi Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan Pemerintah Kota Pekalongan berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain : a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi; b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen; c. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen; d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut; e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya; f. Perubahan pos investasi Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap 1. Definisi Aset Tetap a. Aset adalah sumber daya ekonomis yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. b. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 2. Pengakuan Aset Tetap Aset tetap diakui pada saat terpenuhi kriteria sebagai berikut : a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan 72

73 d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. 3. Pengukuran Aset Tetap a. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. b. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut. 4. Penilaian Awal Aset Tetap Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset pada awalnya diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh. 5. Komponen Biaya Aset Tetap Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: biaya persiapan tempat, biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling cost), biaya pemasangan (instalation cost), biaya profesional seperti arsitek dan insinyur, dan biaya konstruksi. a. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan. 73

74 b. Biaya perolehan peralatan dan mesin Biaya perolehan menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. c. Biaya perolehan gedung dan bangunan Biaya perolehan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak d. Biaya perolehan jalan, irigasi dan jaringan Biaya Perolehan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. e. Biaya perolehan aset tetap lainnya Biaya perolehan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai f. Konstruksi dalam Pengerjaan Jika penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu periode tahun anggaran, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap dipakai. g. Biaya Perolehan untuk aset yang diperoleh secara gabungan Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. h. Biaya Perolehan untuk Aset yang diperoleh dari pertukaran Aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setara kas yang ditransfer/diserahkan. 74

75 i. Biaya Perolehan Aset Donasi Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Perolehan aset donasi diakui sebagai pendapatan pemerintah dan jumlah yang sama juga diakui sebagai belanja modal dalam laporan realisasi anggaran. Selama belum dilakukan pencatatan sebagai pengakuan pendapatan dan belanja modal dalam Laporan Realisasi Anggaran, maka dicatat dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya. Demikian pula biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya. Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli. Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. 6. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap a. Perlakuan akuntansi untuk tanah Tanah Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak diperlakukan secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan seperti yang diatur pada pernyataan tentang akuntansi aset tetap. b. Perlakuan akuntansi untuk Aset Bersejarah Aset Bersejarah tidak mengharuskan Pemerintah Daerah untuk mencantumkan Aset bersejarah di neraca (heritage assets) namun aset tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pekalongan. Aset bersejarah disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan. Untuk Aset Bersejarah yang digunakan untuk perkantoran 75

76 Pemerintah Kota Pekalongan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya. c. Perlakuan akuntansi untuk aset Infrastruktur Aset infrastruktur mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan; 2) Sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya; 3) Tidak dapat dipindah-pindahkan; dan 4) Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan jembatan, sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi d. Perlakuan pengeluaran setelah perolehan 1) Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. 2) Kebijakan kapitalisasi minimal yang dianut oleh Pemerintah Kota Pekalongan adalah bahwa kapitalisasi dilakukan untuk pengeluaran dengan nilai sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk persatuan peralatan dan mesin, dan peralatan olah raga; dan pengeluaran dengan nilai yang sama dengan atau lebih besar dari Rp ,00 untuk bangunan dan gedung. e. Perlakuan pengukuran kembali setelah perolehan awal 1) Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan metode garis lurus. 2) Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, 76

77 penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian. 3) Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. 4) Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. f. Perlakuan untuk penghentian dan pelepasan aset 1) Aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang. 2) Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 3) Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. 7. Pengungkapan Aset Tetap Laporan keuangan mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut : a. Dasar penilaian yang digunakan utuk menentukan nilai tercatat (carrying amount). b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : 1) Penambahan; 2) Pelepasan; 3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada; c. Informasi penyusutan : 1) Nilai penyusutan; 2) Metode penyusutan yang digunaka; 3) Masa manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan; 4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. d. Mengungkapkan penggunaan aset tetap yang masa manfaatnya telah habis. e. Mengungkapkan penggunaan aset tetap yang tidak dimiliki tetapi dibawah kendali Pemerintah Kota Pekalongan. 77

78 Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: a. Eksistensi dan batasan status kepemilikan atas aset tetap; b. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap; c. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan d. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap. Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, hal-hal berikut harus diungkapkan: a. Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap; b. Tanggal efektif penilaian kembali; c. Jika ada, nama penilai independen; d. Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti; e. Nilai tercatat setiap jenis aset tetap Kebijakan Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan. 1. Definisi Konstruksi dalam Pengerjaan a. Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan. b. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi. c. Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi 2. Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika : a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh; b. biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan c. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan. 78

79 Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang dimaksudkan digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi: a. Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan b. Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan 3. Pengukuran Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. Biaya Perolehan/Biaya Konstruksi dapat dibedakan atas Biaya perolehan atas konstruksi yang dikerjakan secara swakelola atau menggunakan jasa kontraktor. a. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola antara lain : 1) Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi (biaya pekerjaan lapangan, biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi, biaya pemindahan bahan, sarana, peralatan, bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan konstruksi, biaya penyewaan sarana dan peralatan serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan konstruksi); 2) Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut (biaya asuransi, biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi); dan biaya-biaya ini dialokasikan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung yang diterapkan secara konsisten; 3) Biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang bersangkutan. b. Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak konstruksi meliputi : 1) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan; 79

80 2) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan; 3) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi. Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan secara bertahap (termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan dalam kontrak konstruksi. 4. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap a. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai penambah nilai Konstruksi Dalam Pengerjaan. b. Perlakuan akuntansi atas konstruksi yang dibiayai dari pinjaman : 1) Dalam konstruksi yang dibiayai dari pinjaman, biaya pinjaman yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal. Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai konstruksi. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya bunga yang dibayarkan pada periode yang bersangkutan. 2) Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi. 3) Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa pemberhentian sementara pembangunan konstruksi dikapitalisasi sebaliknya apabila pemberhentian sementara disebabkan oleh keadaan force majeur maka biaya pinjaman tidak dikapitalisasi dan diperlakukan sebagai biaya bunga pada periode bersangkutan. 4) Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya 80

81 pinjaman hanya dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan. 5. Pengungkapan Konstruksi Dalam Pengerjaan Pada akhir periode akuntansi Pemerintah Kota Pekalongan harus mengungkapkan informasi mengenai Konstruksi Dalam Pengerjaan berikut : a. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya; b. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya ; c. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan; d. Uang muka kerja yang diberikan e. Retensi Kebijakan Akuntansi Dana Cadangan 1. Definisi Dana Cadangan Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. 2. Pengakuan Dana Cadangan Pembentukan dan peruntukkan dana cadangan diatur dengan peraturan daerah tersendiri. 3. Pengukuran Dana Cadangan Dana cadangan dinilai sebesar nominal dana cadangan yang dibentuk. 4. Perlakuan Akuntansi Dana Cadangan a. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan akan menambah dana cadangan yang bersangkutan. b. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan merupakan penambahan dana cadangan. 5. Pengungkapan Dana Cadangan Jenis dan peruntukkan Dana Cadangan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan Kebijakan Akuntansi Aset Lainnya 1. Definisi Aset Lainnya Aset lainnya adalah aset yang tidak memenuhi definisi aset lancar dan aset tetap. 81

82 2. Klasifikasi Aset Lainnya Aset lainnya terdiri dari : a. Aset Tak Berwujud Aset tak beruwujud adalah aset non keuangan yang diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi: software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta, paten, dan hak lainnya, serta hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang. b. Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang jangka waktu pelunasannya lebih dari satu tahun c. Tuntutan Perbendaharaan (TP) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Tuntutan Perbendaharaan (TP) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh daerah sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara atas suatu kerugian yang diderita oleh daerah sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai negeri tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Pelunasan tuntutan tersebut diatas dilaksanakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. d. Kemitraan dengan Pihak Ketiga Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Bentuk kerjasama antara lain Bangun Guna Serah (BGS) dan Bangun Serah Guna (BSG). 1) Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan barang milik Pemerintah Kota Pekalongan berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu 82

83 yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu, serta membayar kontribusi ke kas daerah yang besarannya ditetapkan oleh tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang. 2) Bangun Serah Guna (BSG) adalah pemanfaatan barang milik Pemerintah Kota Pekalongan oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu. Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah disertai dengan kewajiban pemerintah untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga/investor. Pembayaran oleh pemerintah ini dapat juga dilakukan secara bagi hasil. e. Aset Lain-Lain Aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan kedalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, TP/TGR, dan kemitraan dengan pihak ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. 3. Pengakuan Aset Lainnya Aset tak berwujud diakui sebesar nilai perolehan dikurangi dengan biaya-biaya yang tidak dapat dikapitalisasi. 4. Pengukuran Aset Lainnya a. Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan pegawai kepada kas daerah. b. TP dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Ketetapan Tuntutan Perbendaharaan dikurangi dengan setoran yang dilakukan oleh bendahara ke kas negara/daerah. c. TGR dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Ketetapan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM) dikurangi setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara/daerah. d. BGS dinilai sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada pihak ketiga untuk membangun aset BGS tersebut. Penyerahan dan pembayaran aset BGS harus diatur dalam kontrak kerjasama tersendiri. 83

84 e. BSG dinilai sebesar nilai perolehan aset yang dibangun yaitu sebesar nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah dengan jumlah aset yang dikeluarkan pihak ketiga untuk membangun aset tersebut. 5. Perlakuan Akuntansi Aset Lainnya a. Setiap akhir periode akuntansi, tagihan penjualan angsuran yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan ke depan, direklasifikasi menjadi akun bagian lancar tagihan penjualan angsuran (aset lancar). b. Setiap akhir periode akuntansi, TP/TGR yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan ke depan, direklasifikasi menjadi akun bagian lancar TP/TGR (aset lancer) c. Aset yang berada dalam BGS disajikan terpisah dari aset tetap. 6. Pengungkapan Aset Lainnya Laporan keuangan mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset lainnya sebagai berikut : a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercata (carrying amount); b. Informasi mengenai TP/TGR meliputi : 1) Surat keputusan/ketetapan; 2) Bendahara/pegawai yang bersangkutan. c. Informasi mengenai BGS dan BSG meiputi : 1) Surat kontrak dan nominal kontrak 2) Jangka waktu kerjasama d. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan : 1) Penambahan; 2) Pelepasan; 3) Akumulasi/amortisasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada; 4) Mutasi aset lainnya. e. Informasi penyusutan, meliputi : 1) Nilai penyusutan; 2) Metode penyusutan yang digunakan; 3) Masa manfaat atau tarf penyusutan yang digunakan; 4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode, sepanjang kebijakan penyusutan telah ditetapkan. 84

85 Kebijakan Akuntansi Kewajiban 1. Definisi Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. 2. Klasifikasi Kewajiban Kewajiban diklasifikasikan menjadi dua yaitu : a. Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban diklasifikasikan kewajiban jangka pendek jika diharapkan akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi: 1) Utang kepada pihak ketiga yang berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa yang belum dibayar sampai dengan tanggal neraca. 2) Utang bunga yang timbul karena pemerintah kota pekalongan mempunyai kewajiban untuk membayar beban bunga atas utang. 3) Utang perhitungan fihak ketiga yang merupakan utang akibat pemerintah kota pekalongan belum menyetor kepada pihak lain atas pungutan/potongan PFK dari SP2D atau dokumen lain yang dipersamakan. PFK antara lain terdiri dari potongan/pungutan Taspen, Askes, Bapertarum, termasuk juga pajak pusat. 4) Bagian lancar utang jangka panjang merupakan bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan dibayar dalam kurun waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. b. Kewajiban Jangka Panjang. Kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan akan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang meliputi : 1) Utang dalam negeri perbankan merupakan utang jangka panjang yang berasal dari perbankan. 2) Utang jangka panjang lainnya adalah utang jangka panjang yang tidak termasuk pada kelompok utang dalam negeri perbankan dan utang dalam negeri obligasi, misalnya utang kemitraan. 85

86 3. Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban muncul dan diakui sebesar nilai nominal yaitu nilai kewajiban pemerintah daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah. 4. Pengukuran Kewajiban a. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut. b. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. c. Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo. Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit (call feature) dari sekuritas tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka perbedaan antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban yang berkaitan. Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat (carrying value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo dianggap sebagai penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang berhubungan. Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat (carrying value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang terkait, jumlah perbedaan yang ada juga diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. d. Tunggakan Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban. Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau 86

87 bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai saat jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur diwajibkan untuk melakukan pembayaran kepada kreditur e. Restrukturisasi Utang Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan. Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang. f. Penghapusan Piutang Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya yang diselesaikan dengan penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya. g. Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi : 1) Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang. 2) Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman. 3) Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya. 4) Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga. 5. Perlakuan Akuntansi Kewajiban a. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. 87

88 b. Barang yang telah diterima oleh pemerintah termasuk barang masih dalam perjalanan yang telah menjadi haknya harus diakui dan dicatat sebagai kewajiban sebesar jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut. c. Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan. d. Utang kemitraan disajikan pada neraca sebesar dana yang dikeluarkan investor untuk membangun aset tersebut. Apabila pembayaran dilakukan dengan bagi hasil, utang kemitraan disajikan sebesar dana yang dikeluarkan investor setelah dikurangi dengan nilai bagi hasil yang dibayarkan. e. Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya dibawah nilai tercatat dilakukan dengan aset kas maka debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah penyelesaian dengan aset kas tersebut dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan. f. Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas dahulu ke nilai wajarnya dan mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan nilai wajar aset non kas yang diserahkan kemudian diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan. g. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut. h. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut. i. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap aset tertentu tersebut. 88

89 j. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman ditentukan berdasarkan pertimbangan profesional. k. Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average) atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan selama periode pelaporan. 6. Pengungkapan Kewajiban Utang pemerintah daerah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya. Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah : a. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman; b. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya; c. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang berlaku; d. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo; e. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi : 1) Pengurangan pinjaman 2) Modifikasi persyaratan utang; f. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara nilai tercatat utang yang diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya penerbitan yang belum diamortisasi dengan nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur Kebijakan Akuntansi Ekuitas Dana 1. Definisi Ekuitas Dana Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. 89

90 2. Klasifikasi Ekuitas Dana a. Ekuitas Dana Lancar Merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek. Kelompok ekuitas dana lancar terdiri dari : 1) Sisa lebih pembiayaan anggaran/silpa yang merupakan akun lawan yang menampung kas dan setara kas serta investasi jangka pendek. 2) Pendapatan yang ditangguhkan yang merupakan akun lawan untuk menampung kas di bendahara penerimaan. 3) Cadangan persediaan yang merupakan akun lawan untuk menampung persediaan. 4) Cadangan piutang yang merupakan akun lawan yang dimaksudkan untuk menampung piutang. 5) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek yang merupakan akun lawan kewajiban jangka pendek. b. Ekuitas Dana Investasi Mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas dana investasi terdiri dari : 1) Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang yang merupakan akun lawan dari investasi jangka panjang. 2) Diinvestasikan dalam aset tetap yang merupakan akun lawan dari aset tetap. 3) Diinvestasikan dalam aset lainnya yang merupakan akun lawan aset tetap lainnya. 4) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang yang merupakan akun lawan dari seluruh utang jangka panjang. 3. Pengakuan Ekuitas Dana Ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian Laporan Konsolidasian 1. Prinsip-Prinsip Penyusunan Laporan Konsolidasian Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, 90

91 dengan atau tanpa mengeliminasi akun-akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian. Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 2. Kebijakan Akuntansi 1. Laporan Keuangan Konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. 2. Laporan Keuangan Konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya. 3. Dalam proses konsolidasi diikuti dengan mengeliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal account). Namun demikian apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Contoh akun timbal balik (reciprocal account) antara lain akun Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan yang belum dipertanggungjawabkan oleh Bendaharawan Pembayar sampai dengan akhir periode akuntansi. 4. Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) digabungkan dengan Laporan Keuangan SKPD yang secara organisatoris membawahinya dengan ketentuan sebagai berikut : Laporan Realisasi Anggaran BLU digabungkan secara bruto kepada Laporan Realisasi Anggaran SKPD yang secara organisatoris membawahinya. Neraca BLU digabungkan kepada Neraca SKPD yang secara organisatoris membawahinya. 91

92 BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN 5.1 Penjelasan Pos Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Penjelasan Pos-Pos Pendapatan Pendapatan Daerah Kota Pekalongan meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah. Realisasi pendapatan daerah yang diperoleh selama tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 101,47% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi pendapatan tahun anggaran 2014 mengalami kenaikan sebesar 12,84% dari realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Anggaran dan realisasi pendapatan daerah tahun 2014 dan 2013 dapat dirinci sebagai berikut : Pendapatan Daerah : Anggaran Realisasi % Realisasi 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) , ,00 125, ,00 2. Pendapatan Transfer , ,00 95, ,00 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah , ,00 130, ,00 Jumlah , ,00 101, ,00 Berdasarkan rincian pendapatan daerah di atas terlihat bahwa semua pos pendapatan telah melebihi pagu anggaran yang ditetapkan. Perbandingan Realisasi Pendapatan Tahun % 19% PENDAPATAN ASLI DAERAH 77% PENDAPATAN TRANSFER LAIN LAIN PENDAPATAN YANG SAH Berdasarkan grafik diatas, menunjukkan bahwa sumber pendapatan Kota Pekalongan, masih tergantung pendanaan dari Pemerintah Pusat, meskipun proporsi pendanaan dari Pemerintah Pusat semakin menurun. Pada tahun 2013, proporsi 92

93 pendanaan dari pemerintah pusat sebesar 81% dari total pendapatan daerah, sedangkan pendapatan asli daerah memberikan kontribusi sebesar 17% dari total pendapatn daerah. Pada tahun 2014, proporsi pendanaan dari pemerintah pusat pada tahun 2014 adalah sebesar 77% dari total pendapatan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan dari Pemerintah Pusat dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dan kinerja Pemerintah Kota Pekalongan semakin baik dalam meningkatkan pendapatan asli daerah guna mendukung kelancaran program pembangunan di Pemerintah Kota Pekalongan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rekening Pendapatan Asli Daerah (PAD) menggambarkan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah Kota Pekalongan untuk periode TA dan TA. 2013, dengan rincian sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah (PAD) : Anggaran Realisasi % Realisasi a. Pajak Daerah , ,00 118, ,00 b. Retribusi Daerah , ,00 103, ,00 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan , ,00 103, ,00 d. Lain-lain PAD yang Sah , ,00 134, ,00 Jumlah , ,00 125, ,00 Realisasi pendapatan asli daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 125,02% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi ini mengalami kenaikan sebesar 26,09% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Realisasi masing-masing jenis PAD TA dan TA tersaji sebagai berikut : a. Pendapatan Pajak Daerah Pajak daerah merupakan suatu bentuk iuran wajib yang dibebankan kepada perorangan dan atau badan tanpa imbalan langsung. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Kota Pekalongan sebanyak 9 jenis pajak yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak parkir, pajak sarang burung walet, pajak air tanah dan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Pajak Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota 93

94 Pekalongan. Pemungutan, penerimaan dan pengelolaan pendapatan Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ( DPPKAD ) Kota Pekalongan. Pajak Daerah Tahun Anggaran 2014 dianggarkan sebesar Rp ,00 dengan realisasi sebesar Rp ,00 atau sebesar 118,78%. Pendapatan pajak daerah memberikan kontribusi sebesar 29,30% dari total pendapatan asli daerah. Hampir semua komponen pajak daerah melebihi target yang telah ditetapkan dalam anggaran setelah perubahan. Adapun rincian pendapatan pajak daerah adalah sebagai berikut : Pendapatan Pajak Daerah: Anggaran Realisasi % Realisasi 1) Hotel , ,00 103, ,00 2) Restoran , ,00 138, ,00 3) Hiburan , ,00 152, ,00 4) Reklame , ,00 107, ,00 5) Penerangan Jalan , ,00 107, ,00 6) Pajak Parkir , ,00 110, ,00 7) Pajak Air Bawah Tanah , ,00 105, ,00 8) Pajak Sarang Burung Walet , ,00 35, ,00 9) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan , ,00 129, ,00 dan Perkotaan 10) Bea Peroleh Hak atas Tanah , ,00 127, ,00 Jumlah , ,00 118, ,00 Berdasarkan tabel diatas, bahwa hampir semua jenis pendapatan pajak daerah melebihi target yang sudah ditetapkan dalam APBD perubahan, kecuali pajak sarang burung walet yang tercapai sebesar 35,38%. 1) Penerimaan dari pajak hotel berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel dengan tarif sebesar 10% dari pendapatan hotel setiap bulan. Realisasi penerimaan pajak hotel tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 103,19% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00 dan naik sebesar 33,43% dari realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00, dapat dirinci sebagai berikut : 94

95 Pajak Hotel : Anggaran Realisasi % Realisasi a) Hotel Bintang satu , ,00 103, ,00 b) Hotel melati satu , ,00 106, ,00 c) Losmen/Rumah , ,00 91, ,00 Jumlah , ,00 103, ,00 Kenaikan penerimaan dari pajak hotel dikarenakan adanya peningkatan upaya intensifikasi dan adanya penambahan obyek pajak baru seperti Hotel Namira dan Hotel Syariah Umaro. 2) Penerimaan pajak restoran berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak restoran dengan tarif sebesar 10% dari omset. Realisasi penerimaan pajak restoran TA sebesar Rp ,00 atau sebesar 138,89% dari target setelah perubahan sebesar Rp ,00 dan naik sebesar 27,72% dari realisasi TA sebesar Rp ,00. Pajak Restoran : Anggaran Realisasi % Realisasi a) Restoran , ,00 143, ,00 b) Rumah makan , ,00 144, ,00 c) Café , ,00 93, ,00 d) Katering , ,00 133, ,00 Jumlah , ,00 138, ,00 Kenaikan realisasi penerimaan pajak restoran dikarenakan adanya upaya intensifikasi dalam penarikan pajak restoran. 3) Pajak hiburan berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan, jenis pajak hiburan terdiri : dari pertunjukan dan keramaian umum yang menggunakan sarana film di bioskop besar 20%, bioskop mini sebesar 10% dan bioskop keliling sebesar 5%. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana sebesar 15%. Kontes kecantikan, binaraga, pameran dan sejenisnya sebesar 15%. Diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya sebesar 30%. Sirkus, akrobat, dan sulap sebesar 15%. Permainan billyar, golf dan boling sebesar 25%. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan sebesar 25%. Panti Pijat, refleksi, mandi uap/spa dan sejenisnya sebear 45%. Pusat Kebugaran dan sejenisnya sebear 10%. Pertandingan olahraga dan sejenisnya sebesar 10%. Kesenian pertunjukan rakyat/ tradisional sebesar 5%. 95

96 Realisasi penerimaan pajak hiburan TA sebesar Rp ,00 atau sebesar 152,65% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini naik sebesar 56,91% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Rincian penerimaan pajak hiburan TA 2014 adalah sebagai berikut : Pajak Hiburan : Anggaran Realisasi % Realisasi a) Tontonan Film/Bioskop , ,00 146, ,00 b) Pagelaran Kesenian/musik/tari/ busana , ,00 72, ,00 c) Karaoke , ,00 198, ,00 d) Permainan Billiar , ,00 126, ,00 e) Permainan Ketangkasan , ,00 168, ,00 f) Mandi Uap/Spa , ,00 62, ,00 g) Pusat Kebugaran , ,00 112, ,00 Jumlah , ,00 152, ,00 Kenaikan realisasi penerimaan pajak hiburan pada tahun 2014 dikarenakan adanya upaya intensifikasi 4) Pajak Reklame berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame dengan tarif sebesar 25% dari nilai sewa reklame. Realisasi penerimaan pajak reklame TA.2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 107,64% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini turun sebesar 0,98% dibandingkan realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00. Rincian penerimaan pajak reklame TA adalah sebagai berikut : Pajak Reklame : 2014 % 2013 Anggaran Realisasi Realisasi a) Reklame Papan/Bill Board/Videotron/ Megatron , ,00 114, ,00 b) Reklame Kain , ,00 70, ,00 c) Reklame Selebaran , ,00 82, ,00 Jumlah , ,00 107, ,00 Penurunan penerimaan pajak reklame ini dikarenakan berkurangnya reklame kain dan selebaran. 96

97 5) Pajak Penerangan Jalan berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2011 Pajak Penerangan Jalan, dengan tarif sebesar 5% dari pembayaran. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan sebesar Rp ,00 atau 107,72% dari anggaran setelah perubahan yang ditetapkan sebesar Rp ,00 dan naik sebesar 13,25% dari realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00. Rincian penerimaan pajak penerangan jalan dapat dirinci sebagai berikut : Pajak Penerangan Jalan : 1) Penerangan Jalan PLN 2) Penerangan Jalan Non PLN Anggaran Realisasi % Realisasi , ,00 107, , , ,00 43, ,00 Jumlah , ,00 107, ,00 Kenaikan penerimaan pajak penerangan jalan dikarenakan pada tahun 2014 terjadi kenaikan tarif dasar listrik yang cukup signifikan. 6) Pajak Parkir berdasarkan Perda Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir, yang ditetapkan dengan tarif sebesar 20% dari dasar pengenaan pajak. Realisasi penerimaan pajak parkir sebesar Rp ,00 atau 110,86% dari anggaran setelah perubahan yang ditetapkan sebesar Rp ,00 dan naik sebesar 4,18% dari realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan pajak parkir dikarenakan adanya upaya intensifikasi penarikan pajak parkir. 7) Pajak Air Bawah Tanah diatur dengan Perda Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Air bawah tanah yang ditetapkan dengan tarif sebesar 20% dari dasar pengenaan pajak. Realisasi penerimaan pajak Air bawah tanah TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 105,44% dari anggaran setelah perubahan yang ditetapkan sebesar Rp ,00 dan naik sebesar 4,39% dari realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00. 8) Pajak Sarang Burung Wallet diatur dengan Perda Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Wallet, yang ditetapkan dengan tarif sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak. Realisasi penerimaan pajak Sarang Burung Wallet TA.2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 35,38% dari anggaran setelah perubahan yang ditetapkan sebesar Rp ,00 atau turun sebesar 58,87% dari realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00. Penurunan pajak sarang burung walet 97

98 dikarenakan beberapa obyek pajak sarang burung walet telah tutup dan sudah beralih fungsi. 9) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. Pemerintah Kota Pekalongan mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2) sebagai pajak daerah mulai 1 Januari Realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan TA adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 129,68% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini naik sebesar 35,72% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan dikarenakan adanya penyesuaian NJOP dan melaksanakan sosialisasi/penyuluhan serta intensifikasi penagihan. 10) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diatur dengan Perda Nomor 8 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yang ditetapkan dengan tarif sebesar 5% dari dasar pengenaan pajak. Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan TA adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 127,59% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini turun sebesar 9,48% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Penurunan ini terjadi karena menurunnya transaksi jual beli tanah dan bangunan. Jumlah transaksi BPHTB pada tahun 2013 sebanyak ± transaksi sedangkan pada tahun anggaran 2014 sebanyak transaksi. b. Pendapatan Retribusi Daerah Retribusi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Daerah yang menjadi bagian Pendapatan Asli Daerah Kota Pekalongan meliputi: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan tertentu. Ketiga obyek retribusi tersebut dibagi lagi menjadi 19 jenis penerimaan. Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Perda, dan terkait langsung dengan pelayanan umum yang diberikan oleh Pemerintah Kota Pekalongan. Pemungutan dan pengelolaan Pendapatan Retribusi Daerah 98

99 dilakukan oleh masing-masing SKPD Penghasil Pendapatan, dengan realisasi selama TA 2014 dan 2013 sebagai berikut : Pendapatan Retribusi Daerah : Anggaran Realisasi % Realisasi 1) Retribusi Jasa , ,00 103, ,00 Umum... 2) Jasa Usaha , ,00 101, ,00 3) Perizinan , ,00 109, ,00 Tertentu Jumlah , ,00 103, ,00 Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah pada Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 103,65% dari anggaran setelah perubahan yang ditetapkan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan retribusi daerah ini memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 10,51%. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00 menunjukkan adanya penurunan sebesar 19,78%. Pencapaian target retribusi pada tahun 2014 tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain optimalisasi pemungutan, peningkatan jumlah obyek retribusi dan peningkatan tarif. Rincian lebih lanjut Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Retribusi Jasa Umum Penerimaan dari retribusi jasa umum dapat dirinci sebagai berikut : Retribusi Jasa Umum Anggaran Realisasi % Realisasi Retribusi Pelayanan Kesehatan , ,00 101, ,0 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan , ,00 69, ,00 Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte , ,00 100,00 Catatan Sipil ,00 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan , ,00 19,95 Pengabuan Mayat ,00 Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum , ,00 100, ,00 Retribusi Pelayanan Pasar , ,00 100, ,00 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor , ,00 100, ,00 Retribusi Pelayanan TPI , ,00 110, ,00 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi , ,00 87, ,00 Jumlah , ,00 103, ,00 99

100 Berdasarkan tabel diatas, terdapat beberapa jenis retribusi yang dapat memenuhi target penerimaan seperti retribusi pelayanan kesehatan, retribusi penggantian biaya KTP dan Akte Catatan Sipil, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor dan retribusi pelayanan TPI. Sedangkan retribusi yang tidak dapat memenuhi target adalah retribusi pelayanan persampahan, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi. 2) Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha Anggaran Realisasi % Realisasi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah , ,00 102, ,00 Retribusi Terminal , ,00 100, ,00 Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/Villa , ,00 102, ,00 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus , ,00 108, ,00 Retribusi Rumah Potong Hewan , ,00 77, ,00 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga , ,00 102, ,00 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah/Sewa Fasilitas Barang ,00 Jumlah , ,00 101, ,00 Berdasarkan tabel diatas, hampir semua penerimaan retribusi jasa umum dapat memenuhi target kecuali retribusi rumah potong hewan, yang disebabkan karena adanya kebijakan nasional tentang pengetatan import sapi berefek pada kelangkaan sapi sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah obyek retribusi yang melaksanakan proses pemotongan di RPH. Secara umum, penerimaan retribusi jasa usaha tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 17,75% dibandingkan penerimaan tahun 2013 sebesar Rp ,00. 3) Retribusi Perijinan Tertentu Penerimaan retribusi perijinan tertentu dapat dirinci sebagai berikut : 100

101 Retribusi Jasa Umum Anggaran Realisasi % Realisasi Retribusi Izin Mendirikan Bangunan , ,00 113, ,00 Retribusi Izin Gangguan/Keramaian , ,00 76, ,00 Retribusi Izin Trayek , ,00 105, ,00 Retribusi Izin Usaha Perikanan , ,00 25, ,00 Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing , ,00 245,00 Jumlah , ,00 109, ,00 Penerimaan dari retribusi perijinan tertentu secara umum melebihi target pendapatan tahun Realisasi penerimaan dari retribusi perijinan tertentu pada TA adalah sebesar Rp ,00 atau 109,06% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Namun demikian penerimaan ini mengalami penurunan sebesar 4,36% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan merupakan PAD dari pembagian laba atas Penyertaan Modal Pemerintah Daerah (PMPD) pada Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah (PD/BUMD), Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Non Bank, dan pihak ketiga lainnya. Pendapatan ini diterima dan dikelola melalui Bagian Perekonomian pada Sekretariat Daerah Kota Pekalongan. Realisasi penerimaan ini pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 103,66% dari anggaran setelah perubahan yang ditetapkan sebesar Rp ,00. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memberikan kontribusi terhadap penerimaan PAD sebesar 2,43%. Dan bila dibandingkan dengan realisasi TA 2013 adalah sebesar Rp ,00 menunjukan adanya penurunan sebesar 12,53%. Anggaran dan realisasi Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai berikut : 101

102 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusda/BUMD Anggaran Realisasi % Realisasi PD. BPR Bank Pekalongan , ,00 100,00 0,00 Bank Pembangunan Daerah , ,00 108, ,00 PD. BPR BKK Pekalongan Barat , ,00 100, ,00 PD. BKK Pekalongan Utara , ,00 100, ,00 PDAM , ,00 100, ,00 Jumlah , ,00 103, ,00 d. Lain-lain PAD Yang Sah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan PAD dari berbagai sumber yang bersifat tidak tetap/rutin, dengan realisasi selama TA 2014 dan 2013 sebagai berikut : Lain-lain PAD yang Sah Anggaran Realisasi % Realisasi Hasil Penjualan Aset daerah yang tidak Dipisahkan , ,00 75, ,00 Jasa Giro , ,00 117, ,00 Jasa Deposito , ,00 147, ,00 Tuntutan Ganti Kerugian Daerah (TGR) , ,00 82, ,00 Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan ,00 Pendapatan Denda Retribusi , ,00 92, ,00 Pendapatan dari Pengembalian... 0,00 Penerimaan Lain-Lain , ,00 202, ,00 Penerimaan Bunga Pinjaman Dana Bergulir , ,00 447, ,00 Pendapatan Sewa Konstruksi Reklame , ,00 100, ,00 Pendapatan BLUD RSUD Bendan , ,00 135, ,00 Pendapatan BLUD Puskesmas , ,00 117,88 0,00 Hasil Pengelolaan Dana Bergulir , ,00 792, ,00 Jumlah , ,00 134, ,00 Realisasi Lain-lain PAD yang Sah TA 2014 sebesar Rp ,00 atau 134,84% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Lain-lain PAD yang Sah memberikan kontribusi sebesar 57,76% terhadap PAD. Jika 102

103 dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 55,96%. Realisasi Lain-lain PAD yang Sah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Realisasi hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan pada TA adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 75,22% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00, dikarenakan berkurangnya hasil penjualan bahan bekas bangunan. Penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 57,08% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. 2) Realisasi penerimaan jasa giro kasda pada TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 117,26% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan jasa giro kasda tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 3,27% dibandingkan penerimaan TA.2013 sebesar Rp ,00. 3) Realisasi penerimaaan bunga deposito TA adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 147,13% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan bunga deposito ini mengalami kenaikan sebesar 8,39% dibandingkan penerimaan TA.2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan ini dikarenakan penempatan kas daerah yang belum dimanfaatkan untuk belanja dalam bentuk deposito dengan suku bunga antara 8,25% sampai dengan 9,75%. Rincian penerimaan deposito dapat disajikan sebagai berikut : Penerimaan Bunga Deposito % Anggaran Realisasi Realisasi Deposito pada Bank Jateng , ,00 118, ,00 Deposito pada Bank BNI , ,00 239, ,00 Deposito pada BSM , ,00 118, ,00 Deposito pada BTN , ,00 644, ,00 Deposito pada BRI , ,00 403, ,00 Deposito pada Bank Muamalat , ,00 124, ,00 Deposito pada BNI Syariah , ,00 157,23 Deposito pada BRI Syariah , ,00 824,16 Deposito pada Bank Mandiri , ,00 318,75 Depsito pada Bank Lainnya ,00 Jumlah , ,00 147, ,00 4) Realisasi Tuntutan Ganti Rugi Daerah pada TA adalah sebesar Rp ,00 atau 82,27% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 80,86% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Rincian penerimaan Tuntutan Ganti Rugi Daerah dapat dirinci sebagai berikut : 103

104 Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi a) Kerugian Uang Daerah , ,00 138, ,00 b) Kerugian Barang Daerah , ,00 37, ,00 Jumlah , ,00 82, ,00 5) Realisasi pendapatan denda retribusi pada TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 92,55% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini mengalami penurunan sebesar 4,19% dibandingkan penerimaan TA Rp ,00. 6) Realisasi penerimaan lain-lain TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 202,05% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini mengalami penurunan sebesar 30,41% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan lain-lain dapat dirinci sebagai berikut : Penerimaan Lain-lain Anggaran Realisasi % Realisasi Penerimaan Rusunawa ,00 Pengembalian Kompensasi Tenaga Harian , ,00 100, ,00 Pengembalian Modal KPR Bakti Praja... 0,00 Penghapusan Barang , ,00 73, ,00 Penerimaan percetakan daerah , ,00 200,00 0,00 Penerimaan Sewa Hand Tractor , ,00 137, ,00 Penerimaan Kebon Bibit , ,00 100, ,00 Penerimaan RSPD , ,00 110, ,00 Penerimaan Batik TV , ,00 100,04 Penerimaan Sapi Gaduhan 0, ,00 0, ,00 Penerimaan lainnya , ,00 312, ,00 Jumlah , ,00 202, ,00 7) Pendapatan BLUD RSUD Bendan Realisasi pendapatan BLUD RSUD Bendan pada TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 135,37% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 46,09% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan ini dikarenakan peningkatan pelayanan RSUD Bendan sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah pasien. 104

105 8) Pendapatan BLUD Puskesmas BLUD Puskesmas dibentuk beradasarkan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Pekalongan. Pada tahun 2013, Puskesmas menerapkan PPK BLUD berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 445/300 tahun 2013 tentang Penetapan Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Realisasi pendapatan BLUD Puskesmas sebesar Rp ,00 atau 117,88% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00 9) Penerimaan Bunga Pinjaman Dana Bergulir Realisasi penerimaan bunga pinjaman dana bergulir pada TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 447,73% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan bunga pinjaman dana bergulir ini mengalami kenaikan sebesar 309,43% dari penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Penerimaan bunga pinjaman dana bergulir naik cukup signifikan dikarenakan adanya upaya penagihan yang cukup intensif kepada para peminjam dana bergulir. 10) Pendapatan Sewa Konstruksi Reklame Realisasi pendapatan sewa konstruksi reklame pada tahun 2014 sebesar Rp ,00 atau sebesar 100% dari anggaran setelah perubahan yang ditetapkan sebesar Rp ,00, sama dengan realisasi penerimaan tahun ) Hasil Pengelolaan Dana Bergulir Realisasi penerimaan hasil pengelolaan dana bergulir pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 792,65% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 37,70% dari dibandingkan dengan penerimaan TA 2013 sebesar Rp , Pendapatan Transfer. Pendapatan transfer merupakan pendapatan daerah yang berasal dari Pemeirntah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Realisasi pendapatan transfer TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 95,79% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan pendapatan transfer 105

106 mengalami kenaikan 7,51% dibandingkan realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00. Realisasi pendapatan transfer dapat dirinci sebagai berikut : Pendapatan Transfer : a. Transfer Pem. Pusat Dana Perimbangan b. Transfer Pemerintah Pusat Lainnya... c. Transfer Pemerintah Provinsi Anggaran Realisasi % Realisasi , ,00 99, , ,00 72, , ,00 98, , , ,00 Jumlah , ,00 95, ,00 Pendapatan transfer memberikan kontribusi sebesar 76,65% terhadap pendapatan Kota Pekalongan sebesar Rp ,00. Pendapatan transfer terdiri dari : a. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari Pemerintah Pusat, meliputi Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alkasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus. Pendapatan transfer pemerintah pusat dana perimbangan dapat dirinci sebagai berikut : Pendapatan Transfer Dana Perimbangan : Anggaran Realisasi % Realisasi Bagi Hsl Pjk Pusat , ,00 100, ,00 Bagi Bkn Pjk / Sumber Daya Alam Pusat , ,00 84, ,00 Dana Alokasi Umum , ,00 100, ,00 Dana Alokasi Khusus , ,00 100, ,00 Jumlah , ,00 99, ,00 Realisasi penerimaan Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 99,97% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 5,56% dibandingkan realisasi TA 2013 sebesar Rp ,00. Pendapatan Transfer Dana Perimbangan terdiri dari : 1) Bagi Hasil Pajak Pemerintah Pusat Penerimaan dana bagi hasil pajak dari Pemerintah Pusat berdasarkan atas Peraturan Menteri Keuangan. Mekanisme pencairan bagi hasil pajak/bukan pajak berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 183/PMK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Pada tahun anggaran 2014, penerimaan Bagi hasil pajak dari Pemerintah Pusat meliputi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak 106

107 Orang Pribadi dalam negeri dan PPh pasal 21 serta bagi hasil cukai dari tembakau. Realisasi penerimaan dana bagi hasil pajak tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 100,21% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan ini mengalami penurunan sebesar 10,37% dibandingkan penerimaan TA 2013 sebesar Rp ,00. Penerimaan dana bagi hasil pajak pemerintah pusat dapat dirinci sebagai berikut : Bagi Hasil Pajak - Pusat : Anggaran Realisasi % Realisasi a) PBB , ,00 120, ,00 b) BBPHTB... 0,00 0,00 0,00 0,00 c) Pajak Perorangan dan PPh , ,00 89, ,00 d) Cukai Hasil , ,00 110,71 Tembakau ,00 Jumlah , ,00 100, ,00 Rincian penerimaan bagi hasil pajak dapat dijelaskan sebagai berikut Realisasi penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak tahun anggaran 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut : Realisasi penerimaan bagi hasil pajak PBB TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 120,71% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini mengalami penurunan sebesar 37,21% dibandingkan penerimaan TA sebesar Rp ,00, dikarenakan hampir semua daerah kabupaten/kota sudah melaksanakan pendaerahan PBB sehingga berpengaruh pada bagi hasil pajak pusat PBB. Realisais Pajak Perorangan dan PPh pasal 21 TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 89,72% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 13,01% dibandingkan penerimaan TA sebesar Rp ,00. Realisasi Bagi Hasil dari Cukai Hasil Tembakau pada TA adalah sebesar Rp ,00 atau 110,71% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi ini mengalami penurunan sebesar 11,72% dibandingkan penerimaan TA sebesar Rp ,00. 2) Realisasi Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam (SDA) Realisasi penerimaan bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 84,71% dari anggaran setelah perubahan 107

108 sebesar Rp ,00. Realisasi penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 40,56% dari realiasi penerimaan TA sebesarrp ,00. Penerimaan realisasi bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam dapat dirinci sebagai berikut : Bagi Hasil Bukan Pajak - Pusat : Anggaran Realisasi % Realisasi Provisi Sumber Daya Hutan , ,00 70, ,00 Pungutan Hasil Perikanan , ,00 95, ,00 Pnrm Sektor Prtmbg Minyak Bumi , ,00 94, ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi , ,00 156, ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi , ,00 100, ,00 Pnrm Sektor Prtmbg Umum , ,00 73, ,00 Jumlah , ,00 84, ,00 3) Dana Alokasi Umum (DAU) Penerimaan DAU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran Realisasi penerimaan DAU Tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 100% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 183/PMK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah, DAU ditransfer setiap bulan pada akhir bulan sebesar 1/12 dari pagu DAU ke rekening kas umum daerah Kota Pekalongan. 4) Dana Alokasi Khusus (DAK) Penerimaan Dana berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.07/2013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Khusus Tahun Anggaran Kota Pekalongan mendapatkan Dana Alokasi Khusus untuk 16 bidang yang terdiri dari : Pendidikan SD; Pendidikan SMP; Pendidikan SMA; Pendidikan SMK; Kesehatan Pelayanan Dasar; Kesehatan Pelayanan Farmasi; 108

109 Kesehatan Pelayanan Rujukan; Infrastruktur Jalan; Infrastruktur Air Minum; Infrastruktur Sanitasi; Kelautan dan Perikanan; Pertanian; Lingkungan Hidup; Keluarga Berencana; Perdagangan; dan Keselamatan Transportasi Darat. Mekanisme pencairan DAK tahun 2014 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 183/PMK.07/2013 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer Ke Daerah. Adapun mekanisme pencairannya adalah sebagai berikut : a. Tahap I sebesar 30% dari total pagu DAU; b. Tahap II sebesar 45% dari total pagu DAU, dengan persyaratan sudah dilakukan penyerapan minimal 90% dari tahap I; c. Tahap III sebesar 25% dari total pagu DAU, dengan persyaratan sudah dilakukan penyerapan minimal 90% dari tahap II. Realisasi penerimaan DAK tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 100% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Rincian penerimaan DAK dapat disajikan sebagai berikut : Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang: Anggaran Realisasi % Realisasi Pendidikan SD , ,00 100, ,00 Pendidikan SMP , ,00 100, ,00 Pendidikan SMA , ,00 100, ,00 Pendidikan SMK , ,00 100, ,00 Kesehatan Pelayanan Dasar , ,00 100, ,00 Kesehatan Farmasi , ,00 100, ,00 Pelayanan Rujukan , ,00 100, ,00 Infrastruktur Jalan , ,00 100, ,00 Infrastruktur Air Minum , ,00 100, ,00 Infrastruktur Sanitasi , ,00 100, ,00 Kelautan dan , ,00 100, ,00 Perikanan Pertanian , ,00 100,00 Lingkungan Hidup , ,00 100, ,00 Keluarga Berencana , ,00 100, ,00 Kehutanan ,00 Perdagangan , ,00 100, ,00 109

110 Keselamatan Transportasi Darat , ,00 100, ,00 Perumahan dan Kawasan Permukiman ,00 Jumlah , ,00 100, ,00 b. Transfer Pemerintah Pusat Lainya Penerimaan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya terdiri dari dana penyesuaian tambahan penghasilan guru PNSD dan tunjangan profesi guru PNSD. 1) Dana Penyesuaian Tambahan Penghasilan Guru PNSD Penerimaan dana penyesuaian tambahan penghasilan guru PNSD berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.07/2014 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru pegawai Negeri Sipil Daerah Kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran Berdasarkan PMK tersebut, pada tahun 2014 Pemerintah Kota Pekalongan tidak mendapatkan alokasi dana tambahan penghasilan bagi guru PNSD. Hal tersebut dikarenakan masih adanya sisa dana tambahan penghasilan bagi Guru PNSD di rekening kas umum daerah Kota Pekalongan per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,00. 2) Dana Penyesuaian Tunjangan Profesi Guru PNSD Penerimaan ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.07/2014 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah kepada Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun Anggaran Berdasarkan PMK tersebut, Pemerintah Kota Pekalongan mendapatkan alokasi sebesar Rp ,00. Akan tetapi berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor S-313/PK/2014 tanggal 10 Desember 2014 perihal Penghentian Penyaluran TPG PNSD 2014, Pemerintah Kota Pekalongan tidak menerima penyaluran Dana TPG triwulan ke empat (penyaluran dana TPG hanya sampai dengan triwulan III). Sehingga realisasi penerimaan Dana Tunjangan Profesi Guru hanya sebesar Rp ,00 atau 72,97% dari pagu semula. c. Transfer Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Realisasi penerimaan ini meliputi pendapatan bagi hasil pajak dari Provinsi. Penerimaan bagi hasil pajak provinsi berdasarkan Peraturan Gubernur. Penerimaan bagi hasil pajak provinsi berdasarkan Peraturan Gubernur. Mekanisme pencairan bagi hasil pajak/retribusi dari Provinsi Jawa Tengah adalah dengan cara pemindahbukuan 110

111 dari Rekening Kas Umum Provinsi ke Rekening Kas Umum Daerah setiap bulan setelah Kepala Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah mendapatkan rekomendasi Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah dengan mempertimbangkan Realisasi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Jawa Tengah. Rincian penerimaan bagi hasil pajak Propinsi dapat disajikan sebagai berikut : Transfer Pemerintah Provinsi : Bagi Hasil Pajak / Retribusi Anggaran Realisasi % Realisasi PKB , ,00 88, ,00 BBNKB , ,00 71, ,00 PBBKB , ,00 98, ,00 PAP , ,00 75, ,00 Pajak Rokok , ,00 257,51 Jumlah , ,00 98, ,00 Realisasi penerimaan bagi hasil pajak/retribusi dari Provinsi TA adalah sebesar Rp ,00 atau 98,41% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan ini mengalami kenaikan sebesar 29,38% dibandingkan penerimaan TA sebesar Rp ,00. Kenaikan realisasi penerimaan ini dikarenakan realisasi penerimaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sehingga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dibagikan kepada Pemerintah Kota Pekalongan dan juga adanya penambahan obyek pajak baru yaitu pajak rokok Lain-lain Pendapatan Yang Sah Realisasi Lain-lain Pendapatan Yang Sah terdiri dari pendapatan hibah dari AUSAID untuk PDAM dan Bantuan Keuangan dari Propinsi. Realisasi penerimaan ini sebesar Rp ,00 atau 130,21% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penerimaan Bantuan Keuangan dari Propinsi Jawa Tengah meliputi Bantuan Kegiatan FEDEP, TMMD, Kegiatan Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD), Bantuan Sarpras Daerah, Bantuan Pendidikan, Pendidikan Untuk Semua (PUS), Bantuan Keuangan bersifat umum dari Retribusi Daerah Ijin Perikanan, Bantuan Keuangan bersifat umum dari Retribusi Daerah Tera Ulang, dan Minapolitan. Penerimaan bantuan keuangan dari Propinsi berdasarkan DPA dan DPPA Propinsi Jawa Tengah. Mekanisme pencairan bantuan keuangan dari Propinsi mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pedoman Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran

112 Lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat disajikan sebagai berikut : Lain-lain Pendapatan Yang Sah Anggaran Realisasi % Realisasi Pendapatan Hibah Ausaid , ,00 101,18 0,00 FEDEP , ,00 100, ,00 TMMD , ,00 100, ,00 Profil Daerah , ,00 100, ,00 Sarana Prasarana , ,00 154, ,00 Pendidikan , ,00 103, ,00 PUS , ,00 100, ,00 Bantuan Keuangan bersifat umum dari Ret.Daerah , ,00 182, ,00 Bantuan Keuangan bersifat umum dari Ret. Daerah , ,00 136, ,00 Bantuan Keuangan bersifat umum dari Ret. Daerah. 0, , ,00 Minapolitan , ,00 100,00 Jumlah , ,00 130, , Penjelasan Pos-Pos Belanja Belanja Daerah digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan tahun anggaran Belanja Daerah meliputi Belanja Operasi (BO), Belanja Modal (BM), dan Belanja Tak Terduga (BTT). Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Lain-lain/Tak Terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Realisasi belanja pada TA 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 88,93% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja TA 2014 mengalami peningkatan sebesar 10,93% jika dibandingkan dengan realisasi belanja TA sebesar Rp ,00. Rincian realisasi belanja daerah TA dapat disajikan sebagai berikut : 112

113 Belanja Daerah : Anggaran Realisasi % Realisasi Belanja Operasi , ,00 88, ,00 Belanja Modal (BM) , ,00 92, ,00 Belanja Tak Terduga (BTT) , ,00 30, ,00 Belanja Transfer (BT).. 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah , ,00 88, ,00 Realisasi perbandingan belanja tahun anggaran 2014 dapat dilihat pada grafik berikut dibawah ini : Realisasi Perbandingan Belanja Tahun ,60% 0,16% Belanja Operasi 78,24% Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Belanja Operasi (BO) Belanja Operasi (BO) Pemerintah Kota Pekalongan meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial. Rincian belanja operasional dapat dilihat sebagai berikut : Belanja Operasi (BO) : Anggaran Realisasi % Realisasi Belanja Pegawai , ,00 86, ,00 Belanja Barang dan Jasa , ,00 90, ,00 Belanja Hibah , ,00 93, ,00 Belanja Bantuan Sosial , ,00 96, ,00 Belanja Bantuan Keuangan , ,00 100, ,00 Jumlah , ,00 88, ,00 113

114 Realisasi Belanja Operasi tahun 2014 mencapai sebesar Rp ,00 atau sebesar 88,29% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00 menunjukan kenaikan sebesar 8,49% yang dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut : 1. Belanja Pegawai (BP) Belanja Pegawai (BP) meliputi gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan PNS, belanja penerimaan lainnya pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH, biaya pemungutan pajak daerah, insentif pemungutan pajak daerah, insentif pemungutan retribusi daerah, honorarium PNS, honorarium Non PNS, Uang lembur, uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat, dan honorarium pengelolaan dana BLUD. Realisasi belanja pegawai tahun anggaran 2014 sebesar Rp ,00 atau sebesar 86,40% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja pegawai dapat dilihat sebagai berikut : Belanja Pegawai : Anggaran Realisasi % Realisasi Gaji dan Tunjangan , ,00 94, ,00 Tambahan Penghasilan PNS , ,00 66, ,00 Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH / WKDH , ,00 99, ,00 Biaya Pemungutan Pajak. 0,00 0,00 0, ,00 Insentif Pemungutan Pajak Daerah , ,00 99, ,00 Insentif Pemungutan Retribusi Daerah , ,00 85, ,00 Honorarium PNS , ,00 94, ,00 Honorarium Non PNS , ,00 98, ,00 Uang Lembur , ,00 89, ,00 Uang untuk diberikan kepada Pihak Ketiga/Masy.. 0,00 0,00 0, ,00 Honorarium Pengelolaan Dana BLUD , ,00 92, ,00 Jumlah , ,00 86, ,00 Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Belanja Gaji dan Tunjangan Realisasi belanja gaji dan tunjangan tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 94,98% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja gaji dan tunjangan mengalami 114

115 peningkatan sebesar 5,21% dibandingkan realisasi belanja gaji dan tunjangan tahun 2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan belanja gaji dan tunjangan ini dikarenakan adanya kenaikan gaji PNS sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2014 tentang Perubahan Keenam Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Belanja Tambahan Penghasilan PNS. Belanja tambahan penghasilan PNS terdiri dari tambahan penghasilan beban kerja, tambahan penghasilan bagi guru PNSD, dan tunjangan profesi guru PNSD. Realisasi belanja tambahan penghasilan PNS tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 66,15% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. a. Tambahan Penghasilan PNS diberikan berdasarkan Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan dan Peraturan Walikota Nomor 61 Tahun 2013 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Negeri Sipil pada Inspektorat, Badan Perencana Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu, DInas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Kecamatan dan Kelurahan Kota Pekalongan Tahun Realisasi tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 88,93% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja ini mengalami peningkatan sebesar 3,91% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan ini disebabkan karena adanya perubahan standar. b. Tambahan Penghasilan bagi Guru PNS Daerah Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada Guru PNSD yang belum mendapatkan tunjangan profesi guru PNSD sebesar Rp ,00 per bulan per orang. Pembayaran dana tambahan penghasilan bagi Guru PNS Daerah setiap triwulan. Realisasi pembayaran tambahan penghasilan bagi Guru PNSD pada tahun 2014 sebesar Rp ,00 atau 73,71% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Jumlah pembayaran ini mengalami penurunan 49,66% dibandingkan realisasi pembayaran tahun 2013 sebesar Rp ,00. Hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah guru yang 115

116 belum bersertifikasi. Pada tahun 2014, jumlah guru yang belum bersertifikasi ± 227 orang. c. Tunjangan Profesi Guru Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah adalah tunjangan profesi yang diberikan kepada Guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tunjangan profesi guru dibayarkan setiap triwulan. Realisasi pembayaran tunjangan profesi guru PNSD tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 63,41% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi pembayaran tunjangan profesi ini mengalami kenaikan sebesar 29,24% dibandingkan realisasi pembayaran tunjangan profesi guru tahun 2103 sebesar Rp ,00. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah guru yang bersertifikasi dan adanya kenaikan gaji pokok PNSD. Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta KDH/WKDH Belanja penunjang operasional Pimpinan DPRD dan tunjangan komunikasi inentif pimpinan dan anggota DPRD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sedangkan untuk belanja penunjang operasional KDH/WKDH berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Realisasi belanja penerimaan lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta KDH/WKDH adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 99,98% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Biaya Pemungutan Pajak Pada tahun 2014, tidak dianggarkan biaya pemungutan pajak karena adanya pendaerahan PBB, sehingga Pemerintah Kota Pekalongan tidak lagi menerima biaya pemungutan pajak dari Pemerintah Pusat. Insentif Pemungutan Pajak Daerah Pelaksanaan pemberian insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 7A Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Pekalongan. Insentif pemungutan pajak dan retribusi ditetapkan sebesar 5% 116

117 dari rencana penerimaan pajak daerah tahun anggaran berkenaan. Insentif pemungutan pajak dan retribusi diberikan jika mencapai target penerimaan pajak dan retribusi yang telah ditetapkan dalam APBD dan dibayarkan secara triwulanan. Realisasi insentif pemungutan pajak daerah tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 99,81% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi mengalami kenaikan sebesar 8,52% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan ini dikarenakan semakin meningkatnya realisasi penerimaan pajak daerah. Insentif Pemungutan Retribusi Daerah Realisasi insentif pemungutan retribusi daerah tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 85,53% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi pembayaran insentif mengalami penurunan sebesar 2,05% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Belanja Honorarium PNS Realisasi belanja honorarium PNS tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 94,21% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja ini mengalami penurunan sebesar 20,18% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Belanja Honorarium Non PNS Belanja Honorarium Non PNS digunakan untuk membayar honorarium non PNS yang ber SK Walikota. Realisasi belanja honorarium non PNS tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 98,62% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi pembayaran ini mengalami penurunan sebesar 76,07% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Uang Lembur Realisasi belanja uang lembur tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 89,85% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja ini mengalami penurunan sebesar 41,32% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Uang untuk diberikan kepada Pihak Ketiga/Masyarakat Pada tahun 2014, belanja uang untuk diberikan kepada pihak ketiga tidak masuk ke dalam belanja pegawai tetapi dianggarkan pada belanja barang dan jasa. Honorarium Pengelolaan Dana BLUD 117

118 Realisasi belanja dana BLUD yang terdiri dari BLUD RSUD Bendan dan BLUD Puskesmas adalah sebesar Rp ,00 atau 92,18% dari anggaran perubahan sebesar Rp , Belanja Barang dan Jasa (BBJ) Belanja Barang dan Jasa (BBJ) meliputi Belanja bahan pakai habis kantor, belanja bahan/material, belanja jasa kantor, belanja premi asuransi, belanja perawatan kendaraan bermotor, belanja cetak dan penggandaan, belanja sewa rumah/gedung/gudang/parkir, belanja sewa sarana mobilitas, belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor, belanja makanan dan minuman, belanja pakaian dinas dan atributnya, belanja pakaian kerja, belanja pakaian khusus dan hari hari tertentu, belanja perjalanan dinas, belanja beasiswa Pendidikan PNS, dan belanja kursus, pelatihan sosialisasi dan bimbingan teknis PNS, belanja pemeliharaan, belanja barang yang akan diserahkan kepada Masyarakat/Pihak Ketiga, dan belanja barang dan jasa dana BLUD. Realisasi belanja barang dan jasa tahun anggaran 2014 sebesar Rp ,00. Rincian belanja barang dan jasa sebagai berikut : Belanja Barang dan Jasa : Anggaran Realisasi % Realisasi Bahan Pakai Habis Kantor , ,00 93, ,00 Bahan/Material , ,00 97, ,00 Jasa Kantor , ,00 89, ,00 Premi Asuransi , ,00 78, ,00 Perawatan Kendaraan Bermotor , ,00 87, ,00 Cetak dan Penggandaan , ,00 94, ,00 Sewa Rumah / Gedung /Gudang / Parkir , ,00 93, ,00 Sewa Sarana Mobilitas , ,00 91, ,00 Sewa Alat Berat , ,00 89,50 Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor , ,00 97, ,00 Makanan dan Minuman , ,00 87, ,00 Pakaian dinas dan Atributnya , ,00 79, ,00 Pakaian Kerja , ,00 96, ,00 Pakaian Khusus dan Hari tertentu , ,00 95, ,00 Perjalanan Dinas , ,00 82, ,00 Beasiswa Pendidikan PNS , ,00 39, ,00 Kursus,Pelatihan, sosialisasi dan bintek PNS , ,00 89, ,00 Belanja Pemeliharaan , ,00 96, ,00 Jasa Konsultasi , ,00 93, ,00 Barang Dana Bos 0,00 0,00 0, ,0 Barang Yang akan 118

119 diserahkan kepada Masy/Pihak Ketiga ,00 Uang Yang akan diserahkan kepada Masy/Pihak Ketiga , ,00 98,34 Barang dan Jasa Dana BLUD , ,00 94, ,00 Jumlah , ,00 90, ,00 Belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ke tiga tahun anggaran 2014 dengan realisasi sebesar Rp ,00 dan anggaran Rp ,00 sesuai dengan Perturan Meteri Dalam Negeri No.39 Tahun 2012 disajikan dalam Belanja Hibah. 3. Belanja Hibah Belanja hibah adalah pengeluaran yang digunakan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/ perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Belanja hibah ini bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah. Pelaksanaan belanja hibah dan bantuan sosial berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 900/237 Tahun 2014 tentang Penetapan Daftar Penerima Dana Bantuan Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan Dari Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Pekalongan. Realisasi belanja hibah tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 93,10% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 188,81% dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya belanja Bantuan Program Akselerasi Pembangunan Berbasis Masyarakat pada tahun 2014 sebesar Rp ,00, yang sebelumnya pada tahun 2013 hanya sebesar Rp ,00. Anggaran dan realisasi belanja hibah ini termasuk anggaran dan realisasi belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga yang sebelumnya disajikan dalam belanja barang dan 119

120 jasa. Realisasi belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat/pihak ke tiga sebesar Rp ,00 dengan anggaran sebesar Rp ,00. Adapun rincian realisasi belanja hibah dapat dirinci sebagai berikut : URAIAN PAGU ANGGARAN REALISASI A HIBAH PADA PPKD I Hibah kepada Pemerintah Daerah Lainnya - - II Hibah kepada Masyarakat 15,642,760,000 13,458,900,000 1 Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi Swasta 4,232,000,000 2,674,500,000 2 Hibah kepada Kelompok Masyarakat/Perorangan 2,781,000,000 2,511,500,000 3 Hibah kepada Yayasan 141,500, ,500,000 4 Hibah kepada Organisasi Profesi 221,000, ,500,000 5 Hibah kepada Masjid 403,000, ,000,000 6 Hibah kepada Musholla 631,000, ,000,000 7 Hibah kepada Pondok Pesantren (Ponpes) 153,000, ,000,000 8 Hibah kepada Penyelenggara Kegiatan Keagamaan 986,500, ,000,000 9 Hibah kepada Kegiatan-Kegiatan Kependidikan 6,093,760,000 5,902,900,000 III Hibah kepada Organisasi Kemasyarakatan 27,036,400,000 26,220,834,500 1 Hibah kepada Organisasi Kemasyarakatan 327,500, ,500,000 2 Hibah kepada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat 26,708,900,000 25,973,334,500 JUMLAH 42,679,160,000 39,679,734, Belanja Bantuan Sosial (BBS) Belanja Bantuan Sosial (BBS) meliputi belanja bantuan Sosial kepada PPKD yang diperuntukkan Organisasi Kemasyarakatan, individu dan atau keluarga, penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu SD/SMP, dan beasiswa bagi anak SMK/SMA Swasta. Realisasi belanja bantuan sosial pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 96,02% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja bantuan sosial ini mengalami peningkatan sebesar 32,78% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Rincian belanja bantuan sosial dapat disajikan sebagai berikut : 120

121 BANTUAN SOSIAL PADA PPKD Uraian PAGU ANGGARAN REALISASI I Bantuan Sosial kepada Individu dan atau Keluarga 567,900,000 86,565,000 1 Bantuan Sosial Relokasi Penghuni Perumahan Liar 350,000, Bantuan Sosial kepada HANSIP Kota Pekalongan (Uang Duka) Bantuan Sosial kepada Ahli Waris/Pelaku Sejarah Perjuangan 3 Okt Kota Pekalongan 4 Bantuan Sosial pada Parimirna 5,000, Bantuan Sosial kepada Masyarakat Akibat Resiko Sosial Bidang Kemiskinan Bantuan Sosial kepada Masyarakat Akibat Resiko Sosial Bidang Pendidikan Bantuan Sosial kepada Masyarakat Akibat Resiko Sosial Bidang Kesehatan 30,000,000 9,000,000 24,000,000 11,000,000 25,000,000 10,500,000 58,900,000 22,975,000 50,000,000 16,090,000 8 Bantuan Sosial Kepada Masyarakat Akibat Bencana 25,000,000 17,000,000 II Bantuan Sosial kepada Masyarakat 12,791,100,000 12,714,339,000 1 Bantuan Sosial kepada BKM (PDPM) 12,791,100,000 12,714,339,000 III Bantuan Sosial berupa Beasiswa bagi Keluarga Tidak Mampu 656,420, ,420,000 1 SD/SMP 289,620, ,620,000 2 SMA/SMK Swasta 366,800, ,800,000 JUMLAH , , Belanja Bantuan Keuangan Belanja Bantuan Keuangan diberikan kepada Partai Politik pemenang Pemilu. Realisasi belanja bantuan kepada Partai Politik tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 100% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp , Belanja Modal (BM) Belanja Modal (BM) Pemerintah Kota Pekalongan meliputi BM-Tanah, BM-Peralatan dan Mesin, BM-Gedung dan Bangunan, BM-Jalan, Irigasi dan Jaringan, BM-Aset Tetap Lainnya, dan BM-Aset Lainnya. Realisasi belanja modal tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00. Belanja Modal tahun 2014 dapat dirinci sebagai beirkut : Belanja Modal Anggaran Realisasi % Realisasi BM-Tanah , ,00 98, ,00 BM-Peralatan dan Mesin , ,00 88, ,00 BM-Bangunan dan Gedung , ,00 86, ,00 BM-Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 110, ,00 BM-Aset Tetap Lainnya , ,00 26, ,00 BM-Aset Lainnya , ,00 95, ,00 Jumlah , ,00 92, ,00 121

122 Realisasi belanja modal tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 92,65% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realiasi belanja modal ini mengalami peningkatan sebesar 21,22 % dibandingkan dengan realisasi belanja modal tahun 2013 sebesar Rp ,00. Berikut disajikan proporsi masingmasing pos belanja modal tahun 2014 sebagai berikut : Proporsi Realisasi Belanja Modal Tahun % 0% 3% Belanja Tanah 34% 32% 30% Belanja Peralatan Dan Mesin Belanja Gedung Dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi Dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya a. Belanja Modal Tanah Realisasi belanja modal tanah tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 98,99% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja modal tanah ini mengalami peningkatan sebesar 898,83% dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Meningkatnya realisasi belanja modal tanah ini, dikarenakan pada tahun 2014, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan melakukan pembelian tanah milik PT. Perinus sebesar Rp ,00. Pengadaan tanah ini akan digunakan sebagai sarana umum pasar, dan belanja modal tanah perumahan berupa penggurugan lahan untuk pembangunan rusunawa di Tegalrejo. b. Belanja Peralatan dan Mesin Realisasi belanja peralatan dan mesin tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 88,03% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja ini mengalami kenaikan sebesar 5,46% dari realisasi belanja peralatan dan mesin tahun 2013 sebesar Rp ,

123 c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Realisasi belanja modal gedung dan bangunan tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 86,72% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00, dikarenakan : Adanya temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan atas belanja yang dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan Nopember 2014, yang mengakibatkan pengembalian belanja (dengan cara memperhitungkan pembayaran berikutnya dengan temuan BPK) terutama pada belanja modal konstruksi. Belanja modal gedung pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang bersumber dari DAK, yang hanya terserap sebesar 41,30%. Hal ini dikarenakan juknis DAK Pendidikan yang turun bulan Februari 2014 mengutamakan untuk pelaksanaan pengadaan buku kurikulum, sedangkan untuk pelaksanaan DAK Pendidikan yang lain menunggu setelah pelaksanaan pengadaan buku kurikulum. Akan tetapi, E Katalog tentang pengadaan buku dari LKPP baru keluar tanggal 17 Oktober Hal ini menyebabkan keterlambatan pelaksanaan DAK Pendidikan yang lain seperti pembangunan gedung. d. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Realisasi belanja modal jalan, irigasi dan jaringan tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau sebesar 110,12% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja modal jalan, irigasi dan jaringan penyerapannya melebihi dari anggaran setelah perubahan, hal ini dikarenakan Pemerintah Kota Pekalongan menerima bantuan keuangan dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah setelah anggaran perubahan Kota Pekalongan ditetapkan. Pada perubahan APBD 2014 Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kota Pekalongan menerima alokasi tambahan bantuan keuangan propinsi sebesar Rp ,00, yang semula sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00. Hal ini akan berpengaruh pada DPPA SKPD penerima dana bantuan keuangan Propinsi Jawa Tengah, sehingga terjadi perubahan DPPA SKPD. Untuk belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, Dinas Pekerjaan Umum menerima tambahan bantuan keuangan sebesar Rp ,00 untuk pembangunan jalan sebesar Rp ,00, pembangunan saluran drainase sebesar Rp ,00, pembangunan jaringan irigasi sebesar Rp ,00 dan belanja modal konstruksi reservoir sebesar Rp ,00. Rincian belanja modal, irigasi dan jaringan dapat disajikan sebagai berikut : 123

124 Belanja Modal-Jalan, Irigasi dan Jaringan Anggaran Realisasi % Realisasi Konstruksi Jalan , ,00 116, Konstruksi Jembatan , ,00 87, Konstruksi Jaringan Air , ,00 112, Pengadaan Instalasi Listrik dan Telepon , ,00 81,52 Instalasi Pengolahan , ,00 98, Konstruksi Bahu 0,00 Jalan/trotoir , ,00 96,73 Jumlah , ,00 110, Realisasi belanja modal jalan, irigasi dan jembatan mengalami kenaikan sebesar 50,39% dibandingkan realisasi belanja tahun 2013 sebesar Rp ,00 e. Belanja Modal - Aset Tetap Lainnya Realisasi belanja aset tetap lainnya pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 26,51% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Hal ini disebabkan karena penyerapan belanja modal pengadaan buku ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari Dana DAK pada SKPD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga hanya terserap sebesar Rp ,00 atau 16,24% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Rendahnya penyerapan belanja modal buku ini dikarenakan regulasi dari Pemerintah Pusat yang berimbas kepada pelaksanaan di lapangan seperti pengadaan buku kurikulum 2013 dari jumlah eksemplar yang harus dipenuhi, produsen hanya bisa menyediakan 50% saja karena terbatas waktu dan bahan baku. Rincian belanja aset lainnya dapat disajikan sebagai berikut : Belanja Modal-Aset Tetap Lainnya : Anggaran Realisasi % Realisasi Pengadaan Buku/Kepustakaan , ,00 21, Pengadaan Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan , ,00 99, Pengadaan Hewan /Ternak dan Tanaman , ,00 93, Pengadaan Sarana Prasarana Olahraga , ,00 98, Jumlah , ,00 26, Realisasi belanja modal aset tetap lainnya tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 71,19% dibandingkakn dengan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,

125 f. Belanja Modal - Aset Lainnya Realisasi belanja modal aset lainnya merupakan belanja modal pengadaan software/aplikasi. Realisasi belanja modal aset lainnya tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 95,74% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi belanja modal ini mengalami kenaikan sebesar 53,70% jika dibandingkan dengan realisasi belanja pada tahun 2013 sebesar Rp ,00. Realisasi belanja modal pengadaan software/aplikasi terdapat pada SKPD : SKPD Anggaran 2014 Realisasi 2014 % Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga , ,00 95,81 BPMP2T , ,00 97,62 Sekretariat DPRD , ,00 94,60 DPPKAD , ,00 98,59 DPPK , ,00 100,00 JUMLAH , ,00 95, Belanja Tidak Terduga Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya. Belanja tidak terduga tahun 2014 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 30,72% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Penggunaan belanja tidak terduga tahun 2014 digunakan untuk : a. Mendanai tanggap darurat penanggulangan banjir sebesar Rp ,00 (SK Walikota Pekalongan Nomor 910/034 Tahun 2014 tentang Penggunaan Pos Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran 2014); b. Mendanai tanggap darurat penanggulangan banjir sebesar Rp ,00; (SK Walikota Pekalongan Nomor 910/037 Tahun 2014 tentang Penggunaan Pos Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran 2014); c. Mendanai penanganan jalan rusak pasca banjir sebesar Rp ,00 (SK Walikota Pekalongan Nomor 910/049 Tahun 2014 tentang Penggunaan Pos Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran 2014). d. Mendanai pembayaran belanja listrik Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan sebesar Rp ,00 (SK Walikota Pekalongan Nomor 910/369 Tahun 2014 tentang Penggunaan Pos Belanja Tidak Terduga Tahun Anggaran 2014). 125

126 Namun demikian dari semua jumlah SK Tak Terduga yang terbit tidak semua dicairkan, sehingga SP2D belanja tak terduga hanya berjumlah Rp ,00 dan setor kembali ke rekening kas umum daerah sebesar Rp ,00. Sehingga belanja tidak terduga tahun 2014 terealisasi hanya sebesar Rp , Penjelasan Pos-Pos Pembiayaan Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau untuk memanfaatkan surplus anggaran. Rincian Pembiayaan Daerah dapat disajikan sebagai berikut : Pembiayaan Daerah : Anggaran Realisasi % Realisasi 1.Penerimaan Daerah , ,00 98, ,00 2.Pengeluaran Daerah , ,00 99, ,00 Pembiayaan Neto : , ,00 98, ,00 Realisasi pembiayaan neto tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau 98,21% dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp ,00. Realisasi ini mengalami penurunan sebesar 4,37% dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Jumlah tersebut berasal dari penerimaan pembiyaan dan pengeluaran pembiayaan yang dapat disajikan sebagai berikut : Penerimaan Pembiayaan Daerah Penerimaan Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Rincian penerimaan pembiayaan dapat disajikan sebagai berikut : Penerimaan Pembiayaan Daerah : Anggaran Realisasi % Realisasi Penggunaan SiLPA , ,00 100,00 94, ,00 Pencairan Dana Cadangan ,00 0,00 0,00 Peneirmaan Kembali 0, ,00 Investasi Dana Bergulir ,00 Jumlah , ,00 98, ,00 126

127 Realisasi penerimaan pembiayaan daerah tahun 2014 sebesar Rp ,00 berasal dari penggunaan SiLPA tahun lalu sebesar Rp ,00 dan penerimaan investasi dana bergulir trading house sebesar Rp ,00 dan perguliran ternak sebesar Rp , Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Realisasi pengeluaran pembiayaan daerah tahun 2014 meliputi Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaam Modal (Investasi) Pemerintah Daerah dan Pembayaran Pokok Utang. Rincian pengeluaran pembiayaan daerah dapat disajikan sebagai berikut : Pengeluaran Pembiayaan Daerah : Anggaran Realisasi % Realisasi Pembentukan Dana , ,00 100,00 Cadangan ,00 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah , ,00 99, ,00 Pembayaran Pokok Utang , ,00 99, ,00 Jumlah , ,00 99, ,00 Realisasi pengeluaran pembiayaan tahun 2014 sebesar Rp ,00 atau sebesar 99,86% dari anggaran perubahan sebesar Rp ,00, dengan penjelasan sebagai berikut : Pembentukan Dana Cadangan PembentukanDana Cadangan sebesar Rp ,00. Dasar pelaksanaan pembentukan dana cadangan adalah Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan Dana Cadangan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan Tahun Dalam Perda tersebut, jumlah dana cadangan yang dibentuk guna pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebesar Rp , yang dianggarkan secara bertahap yaitu : a. Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp ,00; b. APBD Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp ,00; c. Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp ,00; d. APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00; 127

128 e. Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah sebesar Rp ,00. Penyertaan modal tahun 2014, meliputi : a. Penyertaan modal pada PDAM sebesar Rp ,00, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Pekalongan. Penyertaan modal ini sumber dananya berasal dari Hibah Ausaid; b. Peneyertaan Modal pada PT. Bank Jateng sebesar Rp ,00; c. Penyertaan Modal pada PD BPR Bank Pasar, BKK Pekalongan Utara, dan BKK Kota Pekalongan APBD Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : - PD BPR Bank Pekalongan sebesar Rp ,00; - PD BKK Pekalongan Utara sebesar Rp ,00; - PD BPR BKK Kota Pekalongan sebesar Rp ,00. Dasar pelaksanaan belanja tersebut adalah Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Pihak Ketiga. Pembayaran Pokok Hutang Kepada Pihak Ketiga. Realisasi pembayaran pokok hutang kepada pihak ketiga pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00, yang merupakan pembayaran hutang atas pengembalian mobil lelang penghapusan aset tahun 2013 (Toyota kijang super KF 40 Nopol G 9504 A) atas nama Sdr. Slamet Rudijanto Dusun Bener Wiradesa Pekalongan Penjelasan Sisa Perhitungan Anggaran Sisa Perhitungan Anggaran merupakan Sisa Lebih Perhitungan APBD (SiLPA) atau Sisa Kurang Perhitungan APBD (SiKPA) TA 2014 dan 2013, yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan pendapatan dan penerimaan dibanding belanja dan pengeluaran daerah, dapat dirinci sebagai berikut : Uraian Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1) Pendapatan dan Belanja: a) Realisasi Pendapatan , ,00 b) Realisasi Belanja , ,00 Surplus (Defisit) Anggaran: (a b) , ,00 2) Pembiayaan: a) Penerimaan Daerah , ,00 b) Pengeluaran Daerah , ,00 128

129 Pembiayaan Netto: (a b) , ,00 3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran: (1 + 2) , ,00 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Tahun 2014 dan Tahun 2013, dapat dirinci sebagai berikut : URAIAN Rp Rp Kas di Kas BUD , ,00 Kas di BLUD RSUD Bendan , ,00 Kas di BLUD Puskesmas ,00 0,00 Kas di Bendahara Pengeluaran , ,00 Investasi Jangka Pendek Jumlah , ,00 Dikurangi Utang PFK , ,00 Dikurangi kelebihan pengeluaran PFK. 0,00 ( ,00) Jumlah SILPA , , Penjelasan Pos Neraca Neraca Pemerintah Kota Pekalongan menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana per 31 Desember 2014 dan perbandingannya dengan per 31 Desember 2013, dengan uraian sebagai berikut : Penjelasan Pos Aset Salah satu pos di neraca Kota Pekalongan adalah aset dengan perincian sebagai berikut : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Aset Lancar , ,39 13,94 Investasi Jangka Panjang , ,41 17,32 Aset Tetap , ,29 7,29 Dana Cadangan , ,00 98,45 Aset Lainnya , ,53 (21,62) Jumlah , ,62 7,51 Total aset Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,97 mengalami peningkatan sebesar Rp ,35 atau sebesar 7,51% jika dibandingkan jumlah aset per 31 Desember 2013 sebesar 129

130 Rp ,62. Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa aset lancar mengalami peningkatan sebesar Rp ,61 atau sebesar 13,94%, Investasi Jangka Panjang mengalami peningkatan sebesar Rp ,87 atau sebesar 17,32%, Aset Tetap mengalami peningkatan sebesar Rp ,08 atau sebesar 7,29%, Dana Cadangan mengalami peningkatan sebesar Rp ,00 atau sebesar 98,45%, dan Aset Lainnya mengalami penurunan sebesar Rp ,31 atau sebesar (21,62%). Komposisi Aset Pemerintah Kota Pekalongan dapat digambarkan sebagai berikut : Komposisi Aset Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember ,47 1,21% 5,33% 2,06 % 90,93% Aset Lancar Investasi Jangka Panjang Aset Tetap Dana Cadangan Aset Lainnya Aset Lancar Aset lancar menggambarkan kekayaan yang dimiliki pemerintah daerah yang diperkirakan dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu sama atau kurang dari 12 bulan. Secara keseluruhan aset lancar per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,10, dengan rincian sebagai berikut : Uraian Naik/Trurun Rp Rp % Kas , ,00 12,95 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 0,00 Persediaan , ,00 26,67 Piutang Pajak , ,60 23,79 Piutang Dana Bagi Hasil ,00 0,00 0,00 Piutang Retribusi , ,80 (29,85) Piutang Lainnya , ,99 (31,18) Jumlah , ,39 13,94 130

131 Secara umum, jumlah aset lancar per 31 Desember 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp ,71 atau sebesar 13,94% dari jumlah aset lancar per 31 Desember 2013 sebesar Rp , Kas Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Rekening ini menggambarkan saldo Kas di BUD, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di Bendahara Penerimaan dengan rincian saldo per tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 sebagai berikut : Uraian Naik/turun Rp Rp % Kas Di Kas Daerah , ,00 (4,26) Kas Di Bendahara Penerimaan , , ,26 Kas Di Bendahara Pengeluaran , , ,58 Kas DI BLUD , ,00 134,29 Jumlah , ,00 12,95 Jumlah kas tahun 2014 sebesar Rp ,00 dengan penjelasan sebagai berikut: a. Kas di Bendahara Umum Daerah (BUD) Kas di Bendahara Umum Daerah meliputi kas di RKUD Kota Pekalongan pada PT. Bank Jateng ( ) dan deposito milik Pemerintah Kota Pekalongan. Jumlah kas di Bendahara Umum Daerah pada RKUD Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00, dimana terdapat selisih sebesar Rp36.000,00 dari yang seharusnya yaitu sebesar Rp ,00. Selisih tersebut dikarenakan salah pencatatan oleh PT. Bank Jateng atas SP2D Nomor 7889/DINDIK tanggal 29 Desember 2014 yang seharusnya Rp ,00 tetapi dicatat sebesar Rp ,00. Namun demikian kesalahan catat tersebut telah dikoreksi mutasi pada tanggal 12 Januari Terdapat sisa Dana Alokasi Khusus Tahun 2014 sebesar Rp ,00, dengan rincian sebagai berikut : a. Bidang Pendidikan SD sebesar Rp ,00 b. Bidang Pendidikan SMP sebesar Rp ,00 c. Bidang Pendidikan SMA sebesar Rp ,00 d. Bidang Pendidikan SMK sebesar Rp ,00 e. Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar sebesar Rp ,00 131

132 f. Bidang Kesehatan Pelayanan Farmasi sebesar Rp ,00 g. Bidang Infrastruktur Jalan sebesar Rp ,00 h. Bidang Infrastruktur Sanitasi sebesar Rp ,00 i. Bidang Kelautan dan Perikanan sebesar Rp ,00 j. Bidang Pertanian sebesar Rp ,00 k. Bidang Keluarga Berencana sebesar Rp ,00 Selain itu terdapat sisa dana tunjangan profesi guru sebesar Rp ,00 dan dana tambahan penghasilan guru PNSD sebesar Rp ,00. Dalam kas di BUD terdapat kelebihan atas penerimaan BPHTB atas nama PT KAI sebesar Rp ,00 yang bukan merupakan hak Pemerintah Kota Pekalongan pada Tahun Saldo deposito Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00, dengan rincian sebagai berikut : Uraian 2014 (Rp) Deposito di Bank Jateng Cabang Pekalongan ,00 Deposito di Bank BTN Pekalongan ,00 Deposito di PT Bank BNI 46 Cabang Kota Pekalongan ,00 Deposito di PT Bank BNI Syariah Cabang Kota Pekalongan ,00 Deposito pada Bank Muamalat Cabang Kota Pekalongan ,00 Deposito pada Bank Mandiri Syariah Cabang Kota Pekalongan ,00 Deposito pada BRI Cabang Pekalongan ,00 Deposito pada BRI Syariah ,00 Deposito pada Bank Mandiri ,00 Jumlah ,00 b. Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Pengeluaran pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00, terdiri dari : Kas di Bendahara Pengeluaran Kelurahan Kuripan Kidul sebesar Rp ,00 yang merupakan sisa uang persediaan yang sampai dengan 31 Desember 2014 belum disetorkan ke rekening kas umum daerah. Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD Puskesmas sebesar Rp ,00, yang merupakan pajak yang sampai dengan 31 Desember 2014 belum disetorkan ke rekening kas negara. 132

133 c. Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00. Kas di Bendahara Penerimaan terdiri dari penerimaan pendapatan yang sampai dengan 31 Desember 2014 belum disetorkan ke rekening kas umum daerah (pendapatan yang ditangguhkan) pada Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan sebesar Rp ,00, uang jaminan rusunawa atas penghuni yang telah kabur sebesar Rp ,00 pada Dinas Pekerjaan Umum, bunga atas rekening pengelolaan rusunawa sebesar Rp ,00 serta saldo rekening No atas nama Kantor Dipenda Kota Pekalongan sebesar Rp ,00 yang merupakan penampungan upah pungut PBB. d. Kas di BLUD RSUD Bendan Kas di BLUD RSUD Bendan pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00. e. Kas di BLUD Puskesmas Kas di Bendahara BLUD Puskesmas pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp , Piutang Piutang merupakan hak pemeirntah untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/wajib bayar atas kegiatan yang dilaksanakan pemerintah. Saldo piutang Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,72 meningkat sebesar Rp ,33 atau sebesar 12,82% dari saldo piutang per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,39. Rincian piutang daerah dapat disajikan sebagai berikut : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Piutang Pajak , ,60 23,79 Piutang Retribusi , ,80 (29,85) Piutang Lainnya , ,99 (31,18) Piutang Dana Bagi Hasil ,00 0,00 100,00 Jumlah , ,39 12,82 133

134 Berdasarkan Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 950/275 Tahun 2013 tentang Penyisihan Piutang Daerah maka Piutang Daerah yang disajikan dalam Neraca Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value). Umur piutang beserta penyisihan piutang tidak tertagih sebagaimana tercantum dalam Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 950/275 Tahun 2013 tentang Penyisihan Piutang ditetapkan sebagai berikut : Piutang Pajak Uraian Umur Piutang % Penyisihan Piutang Lancar Kurang dari 1 tahun 10% Piutang Kurang Lancar 1 tahun sampai dengan atau kurang dari 3 tahun Piutang Diragukan 3 tahun sampai dengan kurang dari 5 tahun Piutang Macet 5 tahun atau lebih dari 5 tahun 30% 50% 100% Piutang Retribusi dan Piutang Lainnya Uraian Umur Piutang % Penyisihan Piutang Lancar Kurang dari 1 tahun 10% Piutang Kurang Lancar 1 tahun sampai dengan atau kurang dari 2 tahun Piutang Diragukan 2 tahun sampai dengan atau kurang dari 3 tahun Piutang Macet 3 tahun atau lebih dari 3 tahun 30% 50% 100% Piutang BLUD Umur Piutang % Penyisihan Sampai dengan 2 tahun 25% Lebih dari 2 tahun sampai dengan 3 tahun 35% Lebih dari 3 tahun sampai dengan 4 tahun 50% Lebih dari 4 tahun sampai dengan 5 tahun 75% Lebih dari 5 tahun 100% Penyisihan piutang tersebut bukan merupakan beban belanja, tetapi merupakan koreksi agar nilai piutang dapat disajikan di neraca sesuai dengan nilai piutang yang diharapkan dapat tertagih. 134

135 a. Piutang Pajak Piutang yang diakui atas pajak daerah yang sudah ada ketetapannya, yaitu Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen yang disamakan dengan surat ketetapan itu, yang pembayarannya belum diterima dari wajib pajak pada akhir periode akuntansi. Saldo piutang pajak daerah per 31 Desember 2014 setelah dikurangi penyisihan piutang pajak adalah sebesar Rp ,10, yang terdiri dari : - Saldo piutang tahun sebesar Rp ,50 - Saldo piutang tahun sebesar Rp ,30 - Saldo piutang tahun 2014 sebesar Rp ,30. Rincian piutang pajak daerah tahun 2014 dan tahun 2013 dapat disajikan sebagai berikut : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Pajak Hotel , ,70 121,07 Pajak Restoran , ,20 36,57 Pajak Hiburan , ,00 (28,26) Pajak Reklame , ,80 (38,14) Pajak Penerangan Jalan Umum 6.933, ,50 0,00 Pajak Parkir , ,00 (9,76) Pajak Air Tanah , ,50 164,07 Pajak Sarang Burung Walet , ,00 (9,73) PBB , ,90 25,12 Jumlah , ,60 23,79 Berdasarkan tabel diatas terlihat secara umum jumlah piutang pajak daerah mengalami kenaikan. Piutang daerah disajikan sesuai dengan umur piutang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : NO URAIAN <1 Tahun (2014) 1 th s.d <3 th ( ) 3 th sd < 5 th ( ) 5 th atau > 5 th (<2009) Jumlah 1 Pajak Hotel 2 Pajak Restoran 3 Pajak Hiburan 86,563, ,312, , ,381, ,392, ,455, ,122, ,970, ,124, ,824, ,949, Pajak Reklame 62,781, ,135, ,916, Pajak Penerangan 5 Jalan Non PLN 9, ,

136 6 Pajak Parkir 3,245, ,087, ,332, Pajak Air Tanah 12,991, ,235, , ,788, Pajak Sarang Burung Walet 9,550, ,930, ,480, Pajak Bumi dan Bangunan 5,210,224, ,416,734, ,816,318, ,490,988, ,934,265, JUMLAH 5,323,172, ,526,448, ,078,484, ,490,988, ,419,093, Penyisihan piutang dilakukan berdasarkan Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 950/275 Tahun 2013 tentang Penyisihan Piutang Daerah. Rincian penyisihan piutang dapat disajikan sebagai berikut : NO UMUR PIUTANG <1 Tahun (2014) 1 th s.d <3 th ( ) 3 th sd < 5 th ( ) 5 th atau > 5 th (<2009) Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah PENYISIHAN PIUTANG 10% 30% 50% 100% 1 Pajak Hotel 2 Pajak Restoran 3 Pajak Hiburan 8,656, ,593, , ,502, ,339, ,736, ,061, ,137, ,437, ,912, ,349, Pajak Reklame ,834, ,067, ,901, Pajak Penerangan 5 Jalan Non PLN , , Pajak Parkir , ,043, ,017, Pajak Air Tanah 1,299, ,470, , ,050, Pajak Sarang Burung Walet ,865, ,465, ,330, Pajak Bumi dan Bangunan 521,022, ,625,020, ,408,159, ,490,988, ,045,190, JUMLAH 532,317, ,657,934, ,539,242, ,490,988, ,220,482, Rincian piutang pajak daerah per 31 Desember 2014 dapat disajikan sebagai berikut : No URAIAN PIUTANG PAJAK PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH SALDO PIUTANG PAJAK SETELAH DIKURANGI PIUTANG TIDAK TERTAGIH 1 Pajak Hotel 92,381, ,502, ,878, Pajak Restoran 51,970, ,137, ,833, Pajak Hiburan 19,949, ,349, ,599, Pajak Reklame 274,916, ,901, ,014,

137 5 Pajak Penerangan Jalan Non PLN 9, , , Pajak Parkir 9,332, ,017, ,315, Pajak Air Tanah 21,788, ,050, ,738, Pajak Sarang Burung Walet 14,480, ,330, ,150, Pajak Bumi dan Bangunan 31,934,265, ,045,190, ,889,075, JUMLAH 32,419,093, ,220,482, ,198,611, b. Piutang Retribusi Piutang yang diakui atas retribusi daerah yang sudah ada ketetapannya yaitu Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen yang disamakan dengan surat ketetapan itu, yang pembayarannya belum diterima dari wajib retribusi pada akhir periode akuntansi. Piutang retribusi per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 mengalami penurunan sebesar Rp ,10 atau sebesar 29,85% dari saldo piutang retribusi tahun 2013 sebesar Rp ,50. Uraian Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (titik strategis) Naik/Turun Rp Rp % , ,00 (72,98) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (sewa tanah) , ,00 (75,49) Retribusi Sarang Burung Walet 0,00 0,00 0,00 Retribusi Adum 0,00 0,00 0,00 Sewa Kolam Renang , ,00 (50,88) Sewa Konstruksi 0, ,00 (100,00) Retrbusi Ijin Trayek , ,00 (85,67) Retribusi Rusunawa ,00 0,00 100,00 Retribusi Pemakaman dan Pengabuan , ,00 51,33 Retribusi Pemakaian Tempat Pasar/Grosir/Kios/Toko , ,70 22,43 Retribusi Ijin Gangguan , ,00 (7,25) Retribusi IMB , ,00 (70,43) Retribusi Menara Telekomunikasi , , ,97 Jumlah , ,50 (29,85) Berdasarkan umur piutang, kolektibilitas piutang retribusi dapat disajikan sebagai berikut : NO 1 2 URAIAN Retribusi Titik Strategis Retribusi Sewa Tanah <1 Tahun (2014) 1 th s.d <2 th (2013) 2 th s.d < 3 th (2012) 3 th atau > 3 th (<2011) JUMLAH 117,640, ,551, ,191, ,461, ,950, ,412, Sarang burung 5,850, ,850, Administrsi umum 275, , Kolam renang 60,000, ,000, KETERANGAN DPPKAD DPPKAD DPPKAD DPPKAD DPPKAD 137

138 Sewa konstruksi reklame DPPKAD Retribusi Ijin Trayek 241, , , DISHUB Retribusi Pemakaian Tempat Pasar/ Grosir / Kios/Toko 202,469, ,189, ,771, ,922, ,259,352, PERINDAGKOP Retribusi Ijin 55,963, gangguan 24,631, , , ,909, BPMP2T Retribusi IMB 55,814, ,509, ,706, ,113, ,142, DPU Retribusi PKD Sewa 34,662, Hunian Rusunawa 30,252, ,410, DPU Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat 51,155, ,700, ,040, ,895, DPU Retribusi Menara 36,170, Telekomunikasi 36,169, DISKOMINFO JUMLAH 400,734, ,756, ,379, ,571,571, ,448,442, Rincian penyisihan piutang retribusi yang tidak tertagih dapat disajikan sebagai berikut : NO UMUR PIUTANG <1 Tahun (2014) 1 th s.d <2 th (2013) 2 th s.d < 3 th (2012) 3 th atau > 3 th (<2011) Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah KETERANGAN PENYISIHAN PIUTANG 10% 30% 50% 100% 1 Retribusi Titik Strategis ,820, ,551, ,371, Retribusi Sewa Tanah ,730, ,950, ,681, Sarang burung ,850, ,850, Administrsi umum , , Kolam renang ,000, ,000, Sewa konstruksi reklame Retribusi Ijin Trayek 24, , , Retribusi Pemakaian Tempat Pasar/ Grosir / Kios/Toko 20,246, ,656, ,885, ,922, ,711, Retribusi Ijin gangguan 2,463, , , ,909, ,951, Retribusi IMB 5,581, ,452, ,853, ,113, ,000, Retribusi PKD Sewa Hunian Rusunawa Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat Retribusi Menara Telekomunikasi 3,025, ,323, ,348, ,115, ,410, ,520, ,045, ,616, ,617, JUMLAH 40,073, ,126, ,189, ,571,571, ,800,961, DPPKAD DPPKAD DPPKAD DPPKAD DPPKAD DPPKAD DISHUB PERINDAGKOP BPMP2T DPU DPU DPU DISKOMINFO Berdasarkan tabel kolektibilitas piutang dan penyisihan piutang retribusi tidak tertagih, maka saldo piutang retribusi daerah per 31 Desember 2014 dapat disajikan sebagai berikut : 138

139 No URAIAN PIUTANG RETRIBUSI PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH SALDO PIUTANG RETRIBUSI SETELAH DIKURANGI PIUTANG TIDAK TERTAGIH 1 Retribusi Titik Strategis 710,191, ,371, ,820, Retribusi Sewa Tanah 19,412, ,681, ,730, Sarang burung 5,850, ,850, Administrsi umum 275, , Kolam renang 60,000, ,000, ,000, Sewa konstruksi reklame Retribusi Ijin Trayek 526, , , Retribusi Pemakaian Tempat Pasar/ Grosir / Kios/Toko 1,259,352, ,711, ,641, Retribusi Ijin gangguan 55,963, ,951, ,012, Retribusi IMB 141,142, ,000, ,142, Retribusi PKD Sewa Hunian Rusunawa 34,662, ,348, ,314, Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat 124,895, ,045, ,849, Retribusi Menara Telekomunikasi 36,170, ,617, ,553, JUMLAH AUDITED 2,448,442, ,800,961, ,480, c. Piutang Lainnya Saldo piutang lainnya per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,22 atau turun sebesar 31,18% dari jumlah piutang lainnya tahun 2013 sebesar Rp ,99. Uraian Naik/Turun Rp Rp % Piutang Bunga , ,74 509,86 Piutang Kompensasi Tenaga Harian 0,00 0,00 0,00 Piutang Penjualan Hewan Ternak 0,00 0,00 0,00 Piutang Penjualan Alat Pertanian 0,00 0,00 0,00 Piutang Rusunawa 0, ,00 (100,00) Piutang BLUD RSUD Bendan , ,25 (39,80) Piutang BLUD Puskesmas ,00 0,00 100,00 Jumlah , ,99 (31,18) 139

140 Kolektibilitas piutang lainnya selain BLUD dapat disajikan sebagai berikut : NO URAIAN <1 Tahun (2014) 1 th s.d <2 th (2013) 2 th s.d < 3 th (2012) 3 th atau > 3 th (<2011) Jumlah 1 2 Piutang Bunga Dana Bergulir Koperasi 17,850, ,850, Piutang Bunga Dana Bergulir Trading House 97,126, ,126, Piutang Bunga Dana Bergulir KKP 237,106, ,106, Piutang Bunga Dana Bergulir Hewan Ternak 121,963, ,963, Piutang Kompensasi Tenaga Kontrak Piutang Hand Traktor 34,974, ,974, Piutang Ternak 21,405, ,405, Piutang Rusunawa - JUMLAH PIUTANG LAIN-LAIN 376,919, ,126, ,379, ,425, Kolektibilitas piutang lainnya BLUD dapat disajikan sebagai berikut : 9 PIUTANG BLUD PIUTANG BLUD A (RSUD BENDAN) <1 Tahun (2014) 1 th s.d <2 th (2013) 2 th s.d < 3 th (2012) 3 th s.d < 4 th (<2011) 4 th s.d < 5 th (2010) > 5 th JUMLAH B Piutang Umum 437,480, ,279, ,440, ,534, ,057, ,104, ,411,898, Piutang Jamsostek Piutang Askes Piutang Jamkesda Piutang Jamkesmas - - Piutang In Health 8,719, ,719, Piutang Klinik MPS 7,033, ,033, Piutang Telkom 27,872, ,872, Piutang PT KAI - - Piutang Ambulance 520, , Piutang BPJS Piutang PT. POS 3,477,514, ,477,514, ,106, ,106, Piutang Taspen 2,582, ,582, Piutang Kios Makan 1,960, ,960, Piutang Parkir 1,030, ,030, JUMLAH PIUTANG BLUD (RSUD BENDAN) 3,971,300, ,799, ,440, ,534, ,057, ,104, ,946,237, PIUTANG BLUD (DINAS KESEHATAN) Piutang BPJS 231,808, ,808, Piutang Jamkesda 8,457, ,457, Piutang Inhealth 140

141 840, , JUMLAH PIUTANG BLUD (DINAS KESEHATAN) 241,105, ,105, JUMLAH PIUTANG BLUD 4,212,405, ,799, ,440, ,534, ,057, ,104, ,187,343, Jumlah Piutang Lainnya 4,589,325, ,799, ,567, ,913, ,483, ,104, ,187,343, Piutang lainnya disajikan dalam Neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value) yang dihitung berdasarkan jumlah piutang dikurangi dengan penyisihan piutang. Penyisihan piutang atas piutang lainnya selain piutang BLUD dapat diuraikan sebagai berikut : NO UMUR PIUTANG <1 Tahun (2014) 1 th s.d <2 th (2013) 2 th s.d < 3 th (2012) 3 th atau > 3 th (<2011) Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah PENYISIHAN PIUTANG 10% 30% 50% 100% Piutang Bunga Dana Bergulir Koperasi 1,785, ,785, Piutang Bunga Dana Bergulir Trading House ,563, ,563, Piutang Bunga Dana Bergulir KKP 23,710, ,710, Piutang Bunga Dana Bergulir Hewan Ternak 12,196, ,196, Piutang Kompensasi Tenaga Kontrak Piutang Hand Traktor ,974, ,974, Piutang Ternak ,405, ,405, Piutang Rusunawa JUMLAH PENYISIHAN PIUTANG LAIN-LAIN 37,691, ,563, ,379, ,634, Penyisihan piutang BLUD dapat disajikan sebagai berikut : NO UMUR PIUTANG <1 Tahun (2014) 1 th s.d <2 th (2013) 2 th s.d < 3 th (2012) 3 th s.d < 4 th (<2011) 4 th s.d < 5 th (2010) > 5 th JUMLAH A PENYISIHAN PIUTANG PIUTANG BLUD (RSUD BENDAN) 25% 25% 35% 50% 75% 100% Piutang Umum 109,370, ,319, ,354, ,767, ,793, ,104, ,709, Piutang Jamsostek Piutang Askes Piutang Jamkesda Piutang Jamkesmas Piutang In Health 2,179, ,179, Piutang Klinik MPS 1,758, ,758, Piutang Telkom 141

142 6,968, ,968, B Piutang PT KAI Piutang Ambulance Piutang BPJS Piutang PT. POS Piutang Taspen Piutang Kios Makan , , ,378, ,378, ,776, ,776, , , , , Piutang Parkir 257, , JUMLAH PENYISIHAN PIUTANG BLUD (RSUD BENDAN) 992,825, ,449, ,354, ,767, ,793, ,104, ,398,294, PIUTANG BLUD (DINAS KESEHATAN) Piutang BPJS Piutang Jamkesda 57,952, ,952, ,114, ,114, Piutang Inhealth 210, , JUMLAH PENYISIHAN PIUTANG BLUD (DINAS KESEHATAN) 60,276, ,276, JUMLAH PENYISIHAN PIUTANG BLUD 1,053,101, ,449, ,354, ,767, ,793, ,104, ,458,570, Berdasarkan tabel diatas kolektibilitas dan penyisihan piutang tidak tertagih di atas maka dapat dirinci saldo piutang lainnya per 31 Desember 2014 sebagai berikut : No URAIAN PIUTANG LAINNYA PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH SALDO PIUTANG LAIINYA SETELAH DIKURANGI PIUTANG TIDAK TERTAGIH 1 Piutang Bunga 474,046, ,255, ,791, Piutang Bunga Dana Bergulir Koperasi 17,850, ,785, ,065, Piutang Bunga Dana Bergulir Trading House 97,126, ,563, ,563, Piutang Bunga Dana Bergulir KKP 237,106, ,710, ,396, Piutang Bunga Dana Bergulir Hewan Ternak 121,963, ,196, ,766, Piutang Kompensasi Tenaga Kontrak Piutang Hand Traktor 34,974, ,974, Piutang Ternak 21,405, ,405, Piutang Rusunawa Piutang BLUD 5,187,343, ,458,570, ,728,772, PIUTANG BLUD (RSUD BENDAN) 4,946,237, ,398,294, ,547,943, Piutang Umum 1,411,898, ,709, ,188, Piutang Jamsostek

143 Piutang Askes Piutang Jamkesda Piutang Jamkesmas Piutang In Health 8,719, ,179, ,539, Piutang Klinik MPS 7,033, ,758, ,274, Piutang Telkom 27,872, ,968, ,904, Piutang PT KAI Piutang Ambulance 520, , , Piutang BPJS 3,477,514, ,378, ,608,136, Piutang PT. POS 7,106, ,776, ,329, Piutang Taspen 2,582, , ,936, Piutang Kios Makan 1,960, , ,470, Piutang Parkir 1,030, , , PIUTANG BLUD (DINAS KESEHATAN) 241,105, ,276, ,829, Piutang BPJS 231,808, ,952, ,856, Piutang Jamkesda 8,457, ,114, ,343, Piutang Inhealth 840, , , JUMLAH PIUTANG LAIN-LAIN_ 5,717,768, ,601,204, ,116,563, Persediaan Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Rekening persediaan merupakan saldo persediaan hasil opname fisik yang dilakukan masing-masing SKPD dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Opname Persediaan. Nilai persediaan yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Saldo persediaan Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,38. Rincian saldo persedian per 31 Desember 2014 dapat disajikan sebagai berikut : NO URAIAN 2014 ( Rp ) 2013 ( Rp ) Naik/Turun % 1 Persediaan Alat Tulis Kantor , ,00 (24,46) 2 Persediaan Alat Listrik , ,00 39, Persediaan Bahan Baku Bangunan Persediaan Suku Cadang Sarana Mobilitas 0,00 0,00 0, , ,00 (90,25) 143

144 5 Persediaan Obat-obatan , ,00 39,97 6 Persediaan Bahan Kimia , ,00 32, Persediaan Material/ bahan Lainnya Persediaan Bahan/Alat Kebersihan/Alat Rumah Tangga , ,00 18, , ,00 (36,28) 9 Persediaan Barang Cetakan , ,00 (8,39) 10 Persediaan Perangko 0,00 0,00 0, Persediaan Benda Pos/ Meterai Persediaan Bahan Bakar Minyak Persediaan Bahan Makanan Pokok , ,00 80,40 0,00 0,00 0, , ,00 56,43 14 Persediaan Tanaman , ,00 (45,60) 15 Persediaan Hewan/Ternak 0,00 0,00 0,00 Jumlah ,00 26, Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Saldo Investasi Jangka Panjang adalah Penempatan Dana Pemerintah Kota Pekalongan dalam bentuk Penyertaan Modal Pemerintah Daerah (PMPD) pada BUMD atau dalam bentuk penyertaan lainnya dengan jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi Jangka Panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya menjadi investasi non permanen dan investasi permanen. Rincian investasi Jangka Panjang per 31 Desember 2014 dan per 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Investasi Non Permanen , ,00 (5,47) Investasi Permanen , ,40 19,28 Jumlah , ,40 17,32 144

145 a. Investasi Non Permanen Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang, yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan, artinya kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikannya atau menarik kembali. Program dana bergulir yang disalurkan dan dikelola bekerja sama dengan PD BPR Bank Pekalongan (pergantian nama dari PD BPR Bank Pasar Pekalongan) selaku channelling agency adalah dana bergulir usaha ketahanan pangan dan KKP perikanan, dana bergulir kepada lembaga koperasi dan simpan pinjam dan dana bergulir koperasi UKM dan Trading House. Sedangkan dana bergulir hewan ternak disalurkan dan dikelola oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Kelautan Kota Pekalongan. Saldo Investasi Non Permanen Dana Bergulir per 31 Desember 2014 dan per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut : URAIAN 2014 (Rp) 2013 (Rp) Naik/Turun % Investasi Non Permanen-Dana Bergulir Usaha Ketahanan Pangan dan Dana Bergulir KKP Perikanan , ,00 0,49 Investasi Non Permanen-Dana Bergulir Kepada Lembaga Koperasi simpan pinjam dan USP , ,00 9,75 Investasi Non Permanen-Dana Bergulir Koperasi UKM dan Trading House 0,00 0,00 0,00 Investasi Non Permanen-Dana Bergulir HewanTernak 0, ,00 (100,00) Jumlah , ,00 (5,47) Saldo investasi non permanen per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 atau menurun sebesar 5,47% dari saldo investasi non permanen per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,00. Penyajian investasi non permanen berdasarkan Net Realizable Value (NRV) yang disajikan sebesar sisa pokok perguliran dikurangi dengan penyisihan atas dana bergulir yang diragukan dapat ditagih. Adapun nilai dana bergulir diragukan dapat tertagih per 31 Desember 2014 dan per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut : 145

146 URAIAN 2014 (Rp) 2013 (Rp) Investasai Non Permanen-dana Bergulir Diragukan Tertagih ( KKP perikanan ) , ,00 Investasai Non Permanen-dana Bergulir Diragukan Tertagih ( Koperasi Simpan Pinjam dan USP ) , ,00 Investasai Non Permanen-dana Bergulir Diragukan Tertagih ( Koperasi UKM dan Trading House ) , ,00 Jumlah (PPAP) , ,00 Investasai Non Permanen-dana Bergulir Diragukan Tertagih ( Hewan Ternak ) , ,00 Jumlah , ,00 Investasi non permanen pada dana bergulir KKP Perikanan, Lembaga Koperasi Simpan Pinjam/USP dan Koperasi UKM Trading House nilai penyisihannya merupakan nilai pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang mengacu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/26/PBI/2011 tentang Perubahan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan perhitungan penyisihan dana bergulir yang diragukan dapat tertagih atas investasi non permanen pada dana bergulir hewan ternak mengacu pada penyisihan piutang tidak tertagih khususnya piutang lainnya yaitu berdasarkan Keputusan Walikota Pekalongan Nomor 950/275 Tahun 2013 tentang Penyisihan Piutang Daerah. Berikut adalah rincian investasi non permanen masing-masing dana bergulir sebagai berikut : Dana Bergulir Ketahanan Pangan dan KKP Perikanan Dana bergulir ini merupakan dana Bergulir Ketahanan Pangan dan KKP Perikanan berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2006 dan diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 22 Tahun Terakhir diubah dengan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 23 Tahun Saldo investasi dana bergulir ketahanan panagan dan KKP Perikanan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang dapat disajikan sebagai berikut : Dana Bergulir pada penerima ,00 Penyisihan atas Dana Bergulir diragukan tertagih ( ,00) Nilai Bersih Dana Bergulir ,00 Saldo Rekening Penampungan di BPR Bank Pekalongan ,00 Jumlah nilai dana bergulir ,00 Nilai investasi non permanen dana bergulir KKP Perikanan diragukan tertagih per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 merupakan nilai pembentukan 146

147 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Saldo di rekening penampungan (PD Bank Pekalongan No ) per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 terdiri dari angsuran pokok sebesar Rp ,00 dan bunga atas rekening bank yang mengendap bulan Desember 2014 yang belum disetorkan ke rekening Kas Daerah sebesar Rp ,00 (disetorkan ke kasda tanggal 31 Januari 2015). Pendapatan bunga baik yang berasal dari angsuran bunga oleh penerima dana bergulir maupun bunga atas saldo rekening penampungan tidak menambah saldo dana bergulir di Neraca. Adapun tunggakan bunga dana bergulir yang belum dibayar oleh penerima dana bergulir kepada Pemerintah Kota Pekalongan adalah sebesar Rp ,00 dan dicatat sebagai piutang bunga. Kolektibilitas dan penyisihan dana bergulir diragukan tertagih dapat disajikan sebagai berikut : Kualitas Dana bergulir pada penerima PPAP Nilai Bersih Lancar , , ,00 Kurang lancar , , ,00 Diragukan 0,00 0,00 0,00 Macet , , ,00 Jumlah , , ,00 Dana Bergulir Koperasi Simpan Pinjam Dana bergulir ini merupakan dana bergulir kepada sebelas Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi (KSP/USP-Koperasi) melalui PD. BPR Bank Pekalongan berdasarkan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 22 Tahun Saldo investasi non permanen dana bergulir koperasi simpan pinjam per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00, yang dapat disajikan sebagai berikut : Dana Bergulir pada penerima ,00 Penyisihan atas Dana Bergulir yang diragukan dapat tertagih ( ,00) Nilai Bersih Dana Bergulir ,00 Saldo Rekening Penampungan di BPR Bank Pekalongan ,00 Jumlah nilai dana bergulir ,00 Sedangkan nilai investasi non permanen dana bergulir Koperasi Simpan pinjam dan USP diragukan tertagih per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 147

148 merupakan nilai pembentukan Penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Saldo rekening penampungan (PD. BPR Bank Pekalongan No ) per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 terdiri dari angsuran pokok Rp ,00 dan bunga atas rekening bank yang mengendap bulan Desember 2013 yang belum di setor ke kasda sebesar Rp ,00 (disetor ke Kasda tanggal 31 Januari 2015). Pendapatan bunga baik yang berasal dari angsuran bunga oleh penerima dana bergulir maupun bunga atas saldo rekening penampungan tidak menambah saldo dana bergulir di Neraca. Adapun tunggakan bunga dana bergulir yang belum dibayar oleh penerima dana bergulir kepada Pemkot Pekalongan sebesar Rp ,00 dan dicatat sebagai piutang bunga sebagaimana diuraikan dalam penjelasan piutang bunga. Kolektibilitas dan penyisihan dana bergulir diragukan tertagih sebagai berikut: Kualitas Dana bergulir pada penerima PPAP Nilai Bersih Lancar , , ,00 Kurang lancar , , ,00 Diragukan 0,00 0,00 0,00 Macet , ,00 0,00 Jumlah , , ,00 Dana Bergulir Koperasi UKM dan Trading House Dana bergulir ini merupakan dan bergulir pinjaman modal kepada anggota Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Trading House melalui PD. BPR Bank Pekalongan berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 20 Tahun Saldo Investasi Non Permanen dalam Dana Bergulir Koperasi UKM dan Trading House per 31 Desember 2014 sebesar Rp0,00 yang merupakan saldo/nilai bersih pinjaman pada penerima dana bergulir. Saldo pokok dana bergulir pada rekening PD BPR Bank Pekalongan sebesar Rp0,00. Adapun perincian sebagai berikut : Dana Bergulir pada penerima ,00 Penyisihan atas Dana Bergulir yang diragukan dapat tertagih ( ,00) Nilai Bersih Dana Bergulir 0,00 Saldo Rekening Penampungan di BPR Bank Pasar 0,00 Jumlah 0,00 Sedangkan nilai investasi non permanen dana bergulir Koperasi UKM dan Trading House diragukan tertagih per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 merupakan nilai pembentukan Penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). 148

149 Saldo rekening penampungan (PD. Bank Pekalongan No ) per 31 Desember 2014 sebesar Rp0,00. Seluruh pokok angsuran investasi non permanen dana bergulir Koperasi UKM dan Trading House ini sudah disetor ke kas daerah. Pendapatan bunga baik yang berasal dari angsuran bunga oleh penerima dana bergulir maupun bunga atas saldo rekening penampungan tidak menambah saldo dana bergulir di neraca. Adapun tunggakan bunga dana bergulir yang belum dibayar penerima dana bergulir kepada Pemkot Pekalongan sebesar Rp ,14 dan dicatat sebagai piutang bunga sebagaimana diuraikan dalam penjelasan piutang bunga. Kolektibilitas dan penyisihan dana bergulir diragukan tertagih sebagai berikut : Kualitas Dana bergulir pada penerima PPAP Nilai Bersih Lancar 0,00 0,00 0,00 Kurang lancar 0,00 0,00 0,00 Diragukan 0,00 0,00 0,00 Macet , ,00 0,00 Jumlah , ,00 0,00 Dana Bergulir Hewan Ternak Dana bergulir ini merupakan dana bergulir Hewan Ternak berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Ternak Pemerintah Kota Pekalongan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 29 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Walikotan Nomor 19 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Ternak Pemerintah Kota Pekalongan. Saldo investasi non permanen dana bergulir hewan ternak per 31 Desember 2014 sebesar Rp0,00 merupakan dana yang masih bergulir di peternak dikurangi penyisihan atas dana bergulir yang diragukan dapat tertagih. Uraian Perguliran Awal Perguliran Redistribusi Jumlah Saldo per 31/12/ , , ,00 Angsuran tahun , , ,00 Saldo per 31/12/ , , ,00 Piutang Bunga , , ,00 Penyisihan Nilai Bersih ,00 0,00 149

150 Dana pokok yang bergulir di peternak sebesar Rp ,00 terdiri dari 2 macam perguliran, yaitu perguliran awal senilai Rp ,00 dan perguliran redistribusi senilai Rp ,00. Perkembangan dana pokok yang bergulir di peternak selama tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut : Perguliran Awal Sisa dana pokok perguliran awal yang bergulir di peternak pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 dan angsuran pokok yang masuk selama tahun 2014 sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : No Jenis Ternak Angsuran (Rp) Jumlah (Rp) 1 Kambing domba ,00 2 Kambing domba ,00 Jumlah Kambing Domba ,00 3 Itik ,00 4 Itik ,00 Jumlah Itik ,00 5 Sapi Potong ,00 6 Sapi potong ,00 Jumlah Sapi Potong ,00 7 Sapi Perah ,00 8 Sapi perah ,00 Jumlah Sapi Perah Jumlah Semua , ,00 Sisa dana yang masih bergulir di peternak per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 dengan piutang bunga sebesar Rp ,00. Perguliran Redistribusi Sisa dana pokok perguliran redistribusi yang bergulir di peternak pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 dan angsuran pokok yang masuk atas redistribusi ternak selama tahun 2014 sebesar Rp ,00, meliputi : - Kambing/Domba Rp ,00 - Sapi Potong Rp ,00 Jadi sisa dana yang masih bergulir di peternak atas perguliran redistribusi 150

151 ternak per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 dengan piutang bunga sebesar Rp ,00. Total sisa dana yang masih bergulir di peternak sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : - Sisa dana yang masih bergulir di peternak atas perguliran awal sebesar Rp ,00. - Sisa dana yang masih bergulir di peternak atas perguliran redistribusi sebesar Rp ,00. Dengan piutang bunga sebesar Rp ,00. Rekening penampungan pokok di Bank Jateng nomor atas nama Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan sudah ditutup pada tanggal 19 Januari 2012 dengan menyetorkan seluruh saldo dana pokok sebesar Rp ,00 ke Kas Daerah Kota Pekalongan dengan kode rekening Penerimaan Pembiayaan. Dan setiap masukan pokok di tahun 2014 sesudah rekening pokok ditutup langsung disetorkan masuk ke Kas Daerah Kota Pekalongan dengan kode rekening Penerimaan Pembiayaan. Pendapatan bunga yang berasal dari angsuran bunga tidak menambah saldo dana bergulir di neraca. Kolektibilitas dan penyisihan dana bergulir diragukan tertagih sebagai berikut : Kualitas Dana bergulir pada penerima Penyisihan Nilai Bersih Lancar 0,00 0,00 0,00 Kurang lancar 0,00 0,00 0,00 Diragukan 0,00 0,00 0,00 Macet , ,00 0,00 Jumlah , ,00 0,00 b. Investasi Permanen Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan tetapi untuk mendapatkan deviden dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi Permanen merupakan penyertaan modal pemerintah daerah (PMPD) pada Lembaga Keuangan bank, 151

152 Lembaga Keuangan bukan Bank, PDAM Kota Pekalongan dan PT. PRPP Jateng. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dapat dijelaskan sebagai berikut : No. Investasi Permanen (PMPD) Kepemilikan 31 Desember Desember 2013 Naik/Turun pada Saham (Rp,) (Rp,) % 1 Lembaga Keuangan-Bank.. a. PT Bank Jateng , ,00 10,30 b. PD BPR Bank Pekalongan 100,00% , ,00 11,02 c. BPR BKK Kota Pekalongan 47,98% , ,45 19,34 2 Lembaga Keuangan Bukan Bank ( PD BKK Pkl Utara). 67,10% , ,03 10,38 3 PDAM Kota Pekalongan 97,99% , ,93 31,89 4 PT PRPP Jateng... 0,61% , ,00 0,00 Jumlah , ,41 19,28 Saldo investasi permanen penyertaan modal Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,28 mengalami peningkatan sebesar Rp ,87 atau 19,28% dibandingkan saldo investasi permanen per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,41. Penambahan tersebut dikarenakan pada tahun 2014, Pemerintah Kota Pekalongan melakukan penyertaan modal pada : - PT. Bank Jateng sebesar Rp ,00; - PDAM Kota Pekalongan sebesar Rp ,00; - PD BPR Bank Pekalongan sebesar Rp ,00; - PD BKK Pekalongan Utara sebesar Rp ,00 - PD BKK Kota Pekalongan sebesar Rp ,00 Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 52 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 33 Tahun 2007 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Pekalongan, untuk penyertaan modal kurang dari 20% dicatat dengan metode biaya sedangkan untuk kepemilikan lebih dari 20% atau kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan dicatat menggunakan metode ekuitas. Berdasarkan metode ekuitas, nilai penyertaan modal Pemerintah Daerah dihitung dari nilai ekuitas yang ada di laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dikalikan dengan persentase kepemilikan Pemerintah Daerah. Perhitungan nilai investasi dengan menggunakan metode ekuitas dapat disajikan sebagai berikut : 152

153 Investasi Permanen (PMPD) pada Proporsi Ekuitas BUMD (audited) Saldo Investasi Metode Ekuitas Lembaga Keuangan-Bank.. - PD BPR Bank Pekalongan ,109, ,00 9,109, ,00 - BPR BKK Kota Pekalongan , ,97 Lembaga Keuangan Bukan Bank ( PD BKK Pkl Utara) , , ,04 PDAM Kota Pekalongan Jumlah ,291,792, ,883,927, , ,28 Dengan menggunakan metode ekuitas maka nilai investasi pada PDAM Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,27, PD. BPR Bank Pekalongan sebesar Rp ,00, BPR BKK Kota Pekalongan sebesar Rp ,97 dan pada PD BKK Pekalongan Utara sebesar Rp ,04. Penilaian tersebut didasarkan pada Laporan Keuangan BUMD TA audited yang didukung dengan resipis saham. Sedangkan penilaian investasi pada PT. Bank Jateng dan PT. PRPP Jateng menggunakakn metode biaya, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Penilaian Investasi pada PT. Bank Jateng Penyertaan modal Pemerintah Kota Pekalongan pada PT. Bank Jateng per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 merupakan akumulatif penyertaan modal per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,00 dan penambahan penyertaan modal tahun 2014 sebesar Rp ,00. Hal tersebut didukung dengan : - Penerbitan Surat Kolektif Saham No. 5220/PRC.03.02/2013 tanggal 8 Juli 2013 sebesar Rp ,00 (terdiri dari lembar saham seri A. Nomor s.d sebesar Rp ,00 dan 738 lembar saham Seri B Nomor s.d sebesar Rp ,00); - Surat Keterangan Setoran Modal dari PT. Bank Jateng Nomor : 7316/PRC.03.02/2013 tanggal 30 September 2013 atas penambahan setoran modal tahun 2013 sebesar Rp ,00; - Surat Keterangan Setoran Modal dari PT. Bank Jateng Nomor :3241/PRC.03.02/2014 tanggal 17 April 2014 atas penambahan setoran modal tahun 2014 sebesar Rp ,00 153

154 Penilaian Investasi pada PT. PRPP Jateng. Penyertaan Modal Pemerintah Kota Pekalongan kepada PT. PRPP Jateng per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00. Jumlah tersebut sesuai dengan Surat Direktur Utama PT. PRPP Jawa Tengah Nomor 142/DIR/PRPP/E/110/11 tanggal 31 Oktober 2011 perihal komposisi penyertaan modal di PT PRPP Jawa Tengah Aset Tetap Aset tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki Pemerintah Kota Pekalongan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintah Kota Pekalongan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum yang mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam kebijakan akuntansi. Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari sebagian atau keseluruhan APBD Pemerintah Kota Pekalongan melalui pembelian, pembangunan dan pertukaran dengan aset lainnya dan sumbangan dari pihak ke tiga. Saldo Aset Tetap 31 Desember 2014 sebesar Rp ,37 meningkat sebesar Rp ,07 dibandingkan saldo per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,29, dengan rincian sebagai berikut : Jenis Aset Tetap 31 Desember 2014 (Rp,) Penambahan (Rp,) Pengurangan (Rp,) 31 Desember 2013 (Rp,) Tanah Peralatan dan Mesin Gedung & Bangunan Jalan, Irigasi & Jaringan Aset Tetap Lainnya , , , , , , , , , , , , , , , , , ,27 Konstruksi dlm Pengerjaan , , , ,00 Jumlah , ,29 Berdasarkan tabel diatas, masing-masing jenis aset tetap dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tanah Saldo Tanah per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,37 meningkat sebesar Rp ,00 dibandingkan saldo per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,37 Peningkatan sebesar Rp ,00 tesebut berasal dari penambahan dan pengurangan sebagai berikut : 154

155 Penambahan : Koreksi Tambah Saldo Awal Realisasi Belanja Modal Tanah Kapitalisasi belanja barang jasa Reklasifikasi tambah asset tetap Belanja Rp. Rp. Rp. Rp , , , ,00 Modal Jumlah penambahan Rp ,00 Pengurangan : - - Koreksi Kurang Saldo Awal Reklasifikasi kurang asset tetap Rp. Rp , ,00 Jumlah pengurangan Rp ,00 Penjelasan tambahan atas aset tetap tanah per 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut : 1. Didalam aset tetap tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Pekalongan terdapat bidang tanah, yang sudah bersertifikat 870 bidang tanah dan 867 bidang tanah yang belum bersertifikat (data terlampir). Dari 870 bidang tanah yang bersertifikat sudah tercatat dalam SIMBADA sebanyak 796 bidang tanah. Adapun sisanya sejumlah 74 bidang tanah masih perlu pengecekan lebih lanjut. Dari 870 bidang tanah yang bersertifikat terdapat dua bidang tanah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga dan dicatat di Aset lainnya sebagai aset kemitraan dengan pihak ketiga : No. No.Sertifikat Luas Hak Tanah Alamat Penggunaan Pihak Ketiga (M2) 1 AW Hak Pengelolaan Jl. Mangga Mall Banjarsari PT. DISC Semarang 2 AB Hak Pakai ( Proses Hak Penggelolaan) Jl. Dr. Sutomo Ex. Terminal Lama PT. Prima Lestari Investindo 2. Didalam aset tetap tanah Pemerintah Kota Pekalongan juga terdapat tanah yang disewakan kepada pihak lain, dan atas tanah tersebut dikenakan sewa sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pekalongan No. 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Pemakaian kekayaan Daerah, serta dicatat sebagai pendapatan sewa tanah pada lain-lain PAD yang sah. Asset tetap tanah tersebut belum bersertifikat dan masih berstatus Tanah Negara. Namun demikian atas tanah - tanah tersebut, 155

156 Pemerintah Kota Pekalongan memiliki Surat Keterangan Penguasaan Tanah Yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kota Pekalongan. Atas dasar Surat Penguasaan tanah tersebut Pemerintah kota Pekalongan telah menginventarisir tanah tanah sebagaii upaya pengamanan terhadap asset Pemerintah. Adapun tanah negara yang di sewakan oleh pemerintah Kota Pekalongan antara lain: Tabel Tanah Negara Yang di Sewakan No SKPD Pencatat Luas Tanah Alamat Penggunaan Nilai Buku Status 1 DPPKAD 126 JL.PEMBANGUNAN PERUM WARGA SARIP Rp Tanah Negara 2 DPPKAD 100 JL.PEMBANGUNAN PERUM WARGA SALIYAN/M 3 DPPKAD 4 DPPKAD JL.BENDAN(BENDAN BARAT) JL.MURIYA 10(BENDAN BARAT) Rp Tanah Negara H.AZIS Rp Tanah Negara RIYANTO Rp Tanah Negara 5 DPPKAD 400 JL.MERAPI 7(BENDAN BARAT) LS.TAMBUAN Rp Tanah Negara 6 DPPKAD 320 JL.RINJANI 3(BENDAN BARAT) SUSMAMTO Rp Tanah Negara 7 DPPKAD 360 JL.MERAPI 7(BENDAN BARAT) AFIYAH Rp Tanah Negara 8 DPPKAD 9 DPPKAD 10 DPPKAD 11 DPPKAD 12 DPPKAD 13 DPPKAD 14 DPPKAD 15 DPPKAD ,500 3,000 JL.VETERAN 23 ISWINARSO Rp Tanah Negara JL.VETERAN GG. III YAKUP CIPTO Rp Tanah Negara JL.VETERAN GG.III R.SLAMET/SRI REJEKI Rp 52,960,000 Tanah Negara JL.VETERAN 46 SURONO Rp 69,179,000 Tanah Negara JL.VETERAN 46 B AGI MUDZAKIR Rp 58,256,000 Tanah Negara JL.VETERAN 46 C NY.SUPARNO Rp Tanah Negara JL.KALIBANGER JL.PONCOL BARU PERUMAHAN NOYONTAAN 17 ORANG UTK PERUMAHAN PONCOL BARU 41 ORG Rp Rp Tanah Negara Tanah Negara 16 DPPKAD 2,984 JL.JAWA PERUM WARGA KERGON Rp Tanah Negara 156

157 SKPD No Pencatat 17 DPPKAD Luas Tanah Alamat Penggunaan Nilai Buku Status JL.KARIMUNJAWA PERUM Rp Tanah 1,478 WARGA Negara KERGON 17 DPPKAD 80 Kauman PERUM WARGA Kauman Rp Tanah Negara 3. Dalam aset tetap tanah tahun 2013, Pemerintah Kota Pekalongan sudah menyajikan tanah atas jalan kota sesuai daftar kondisi jalan Kota Pekalongan yang disusun oleh DPU Kota Pekalongan sejumlah 166 ruas jalan kota (SK. Walikota No. 620/300/Tahun 2013 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan dan Jembatan di Kota Pekalongan) dengan penilaian berdasarkan NJOP tahun 2008 sejumlah Rp ,00. Upaya untuk mensertifikatkan ke Kantor Pertanahan di Tahun 2014 telah dilakukan namun belum dapat terealisasi, berdasar hasil koordinasi dengan Kantor Pertanahan Kota Pekalongan bahwa tanah jalan tidak dapat disertifikatkan. 4. Tanah milik Pemerintah Kota Pekalongan yaitu Komplek Batik Plaza yang pengelolaannya diserahkan kepada Pihak Ketiga namun Pemerintah Kota Pekalongan belum memiliki bukti kepemilikannya sehingga menjadi temuan oleh BPK. Pada tahun 2014 Komplek Batik Plaza sudah diterbitkan sertifikat Hak Pakai Nomor 149 atas nama Pemerintah Pekalongan dengan No Sertifikat BO tanggal 3 September 2014 luas m. 5. Aset Tanah pada DPU sesuai dengan rekomendasi Tim Verifikasi Aset Inspektorat, terdapat 2 (dua) bidang tanah yang dihapuskan karena tanah tersebut merupakan tanah masyarakat/wakaf dan telah 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak tanggal pencatatan pada daftar barang DPU serta 2 (dua) bidang tanah yang merupakan salah catat atas tanah penimbunan sampah di Kel. Landungsari, adapun bidang tanah tersebut adalah sebagai berikut : No Kode Barang Reg Nama/Jenis Barang Makam umum/ kuburan umum Makam umum/ kuburan umum Tanah lapangan penimbunan Tahun Pembelian Ukuran Harga (dalam ribu rupiah) Keterangan m Kuburan umum Panjang Wetan m Kuburan umum Sapuro m Penimbunan sampah di Kelurahan 157

158 pembuangan sampah Tanah lapangan penimbunan pembuangan sampah Landungsari m Penimbunan sampah di Jl. Blimbing Disamping itu DPU juga melakukan reklasifikasi kurang atas aset tetap tanah sebanyak 26 bidang dengan penjelasan sebagai berikut : a. Sebanyak 20 register tanah direklas ke asset tetap lainnya sebesar Rp ,00 dan nilai penataan kawasan jetayu sebesar Rp ,00; b. Sebanyak 6 register tanah direklas ke bangunan gedung sebesar Rp , Menindaklanjuti hasil rapat kerja yang diselenggarakan oleh DPPKA Propinsi Jawa Tengah dimana asset Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang telah diserahkan ke Pemerintah Kota Pekalongan berdasarkan Berita Acara No.030/5938 tanggal 9 Maret 2001, perihal serah terima personil, peralatan, pembiayaan dan dokumen satuan kerja instansi vertical departemen yang dialihkan kepada Pemerintah Kota Pekalongan adalah sebagai berikut : No SKPD Pencatat 1 Disperinda gkop 2 Disperinda gkop Luas Alamat Tanah Jl.Urip Sumoharjo Hak Tanah Hak Pakai No Jl. Karya Bakti Hak Pakai No Ds. Panjang 3. Dinsosnak ertrans Wetan 4. BKD 990 Jl. Majapahit No. 10 Pekalongan Hak Pakai No.30 Penggunaan Nilai (Rp.) Ket. Gedung Ex.Kantor Perindustrian dan perdagangan Eks Rumdin Kepala Perdagangan Loka Bina Karya Kantor BKD Sudah diserahkan Sudah diserahkan Belum diserahkan Untuk eks Kantor Perindustrian di Jl. Majapahit No. 10 yang sekarang digunakan untuk Kantor BKD sertifikat nya belum diserahkan. Menindaklanjuti hal tersebut maka dimohonkan surat kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Nomor 030/02032 tanggal 16 Juni 2014 perihal Permohonan Sertifikat Tindaklanjut P3D BMD Cabang Dinas Prop. Jawa Tengah dan telah dijawab secara tertulis melalui surat Kepala Dinperindag Prop. Jawa Tengah Nomor 030/2168 tanggal 2 Juli 2014 yang menegaskan bahwa Aset Cabang Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah yang terletak di Jl. Majapahit 158

159 No. 10 Kota Pekalongan saat ini sudah tidak tercatat dalam KIB Dinperindag Propinsi Jateng dan sertifikat atas tanah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dipegang dan disimpan oleh DPPAD Provinsi Jawa Tengah. Menindaklanjuti hal tersebut maka dikirimkan surat kepada Kepala DPPAD Propinsi Jawa Tengah Nomor 030/02869 tanggal 19 Agustus 2014 perihal Permohonan sertifikat tindak lanjut P3D BMD eks Kantor Cabang Dinas Provinsi Jawa Tengah namun hingga saat ini belum ada surat jawaban atas surat tersebut. Adapun asset tanah eks Kantor Perindustrian dan Perdagangan di Jl. Urip Sumoharjo dan eks rumdin Kepala Perdagangan di Jl. Karya Bakti dimana sertifikat asli telah diserahkan maka telah diajukan permohonan sertifikat balik nama dan telah terbit sertifikat Hak Pakai atas nama Pemerintah Kota Pekalongan yaitu sebagai berikut : No Bidang Tanah Luas Tanah 1 Gedung Ex.Kantor Perindustrian dan perdagangan 2 Eks Rumdin Kepala Perdagangan Alamat Jl.Urip Sumoharjo Hak Tanah HP No Jl. Karya Bakti HP No 122 No sertifikat Nilai (Rp.) Ket. BQ Balik nama Hak Pakai No. 3 BQ Balik nama Hak Pakai No Adapun bidang tanah yang belum diserahkan namun sudah tercatat di Pemerintah Kota Pekalongan apabila sudah digunakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan maka untuk dimohonkan hibah tanah kepada Guberrnur Jawa Tengah. Adapun bidang tanah tesebut adalah sebagai berikut : SKPD Luas Alamat No Pencatat Tanah 1 Dinsosnak Boyongsari ertrans Panjang Wetan Kec.Pekalongan Utara 2 Dinsosnak Boyongsari ertrans Panjang Wetan Kec.Pekalongan Utara 3 KLH Jl. Singosari No.2 Kota Pekalongnan Hak Tanah Hak Pakai No.19 Hak Pakai No.21 Hak Pakai No.34 Penggunaan Nilai (Rp.) Ket. Ex.Lokalisasi WTS (dihuni oleh Ex Mucikari) Barak Sosial, LBK, Gedung Belum diserahkan Belum diserahkan Kantor KLH Belum diserahkan 159

160 Permohonan hibah tanah telah dikirimkan kepada Gubernur Jawa Tengah melalui Surat Walikota Pekalongan Nomor 030/02040 tanggal 17 Juni 2015 perihal Permohonan Hibah Tanah dan Bangunan berupa Kantor Cabang Dinas PU Cipta Karya Propinsi Jawa Tengah yang berlokasi di Jl. Singosari Kelurahan Podosugih Kota Pekalongan yang sekarang telah digunakan untuk Kantor Badan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan, namun belum ada surat jawaban atas surat tersebut. 8. Seluruh tanah eks bengkok Kelurahan Bandengan sudah 7 (tujuh) tahun No terendam rob (pasang laut) adapun tanah eks bengkok dimaksud adalah sebagai berikut : Letak/Alamat Tahun Perolehan Luas Tanah Penggunaan Nilai Perolehan Keterangan 1 Kelurahan Bandengan kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 12/30/1955 3,488 Bengkok Lurah Rp 229,336,000 Leter C No. 1 Persil 11/II Luas M2 2 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 12/31/1955 6,725 Bengkok sekretaris Rp 442,168,750 Leter C No. 2 Persil 15 / II Luas M2 3 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 12/31/1955 3,388 Bengkok Kesra Rp 222,524,586 Leter C No. 9 Persil 16 / II Luas M2 4 kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 12/31/1955 8,400 Bengkok K Umum Rp 552,300,000 Leter C No. 9 Persil 26 / III Luas M2 5 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 6 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 7 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 12/31/1955 4,650 Bengkok Kasi Pemerintahan 12/31/1955 4,650 Bengkok kasi Pembangunan 12/31/1955 4,613 Bengkok Keuangan Rp 305,737,500 Leter C No. 7 Persil 20 / II Luas M2 Rp 305,737,500 Leter C No. 5 Persil 35 / I Luas M2 Rp 303,304,750 Leter C No. 6 Persil 25 / III Luas M2 8 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan utara Kota Pekalongan 12/31/1955 5,000 Bengkok Umum Rp 328,750,000 Leter C No. 10 Persi l 33 / I Luas M2 160

161 9 Kelurahan Bandengan kecamatan pekalongan Utara Kota Pekalongan 12/31/1955 8,600 Bengkok Kadus I Rp 565,450,000 Leter C No. 3 Persil 19 / II Luas M2 10 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota pekalongan 12/31/1955 5,900 Bengkok Kadus II Rp 387,925,000 Leter C No. 4 Persil 24 / III Luas M2 11 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 12 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 13 Kelurahan Bandengan Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 14 Kelurahan Bandengan kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan 15 kelurahan Bandengan Kecamatan pekalongan Utara kota Pekalongan 12/31/ ,100 Bengkok Lurah Rp 861,325,000 Leter C No. 1 Persil 23 / II Luas M2 12/31/ ,350 Bengkok Lurah Rp 1,075,012,500 Leter C No. 1 Persil 18 / II Luas M2 12/31/ ,000 Bengkok Lurah Rp 657,500,000 Leter C No. 1 Persil 14 / II Luas M2 12/31/ ,013 Bengkok Lurah Rp 1,052,854,750 Leter C No. 1 Persil 34 / II Luas M2 12/31/1955 5,150 Bengkok Lurah Rp 362,282,500 Leter C No. 1 Persil 6 / V Luas M2 16 Kel. Bandengan 12/31/1955 5,000 Pertanian Rp 50,000,000 Leter C No. 12 Persil 33 / I Luas M2 17 Kel. Bandengan 12/31/1955 4,150 Pertanian Rp 272,572,914 Leter C No. 9 Persil No. 26/III luas M2 9. Pada KIB A Dinas Kesehatan terdapat satu bidang tanah yang terletak di daerah Panjang Wetan pengadaan tahun 1978 senilai Rp ,00 tercatat sebagai tanah untuk Pustu Panjang Wetan seluas 143 m3 dengan keterangan bersertifikat HP No. 8/ Kel. Panjang Wetan tanggal namun bukti kepemilikan sertifikat tersebut tidak tersimpan di Bidang Aset DPPKAD Kota Pekalongan karena setelah dilakukan penelusuran di Kantor Pertanahan Kota Pekalongan bahwa sertifikat dimaksud adalah An. Pemda Kotamadya Pekalongan terletak di Jl. WR Supratman dan berdasarkan SK Walikota Nomor 011/034/1985 tanggal 161

162 tentang Pelepasan Tanah Pemkot Pekalongan Yang Diatasnya Berdiri Bangunan Gedung Kantor DPRD Kepada Pihak Ketiga Dengan Mendapat Ganti Rugi, sehingga sertifikat HP No 8 tersebut bukan bukti kepemilikan untuk Pustu Panjang Wetan dan dilakukan koreksi data pada KIB A Dinas Kesehatan. b. Peralatan dan Mesin Saldo Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,29 menigkat sebesar Rp ,62 dibandingkan per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,66. Peningkatan sebesar Rp ,62 tesebut berasal dari penambahan dan pengurangan sebagai berikut: Penambahan : - Koreksi Tambah Saldo Awal Rp ,54 - Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp ,10 - Kapitalisasi BOP Rp ,00 - Kapitalisasi Belanja Pemeliharaan Rp ,00 - Realisasi Belanja Barang dan Jasa Rp ,00 - Hibah/Bantuan dari Pihak Ketiga Rp ,00 - Reklasifikasi rekening aset tetap Rp ,98 Jumlah penambahan Rp ,62 Pengurangan : - Koreksi kurang saldo awal Rp ,61 - Dihapuskan (Dilelang, Dihibahkan, Dimusnahkan, Hilang) Rp ,71 - Reklasifikasi rekening Aset tetap dan Ekstrakomtabel Rp ,68 Jumlah Pengurangan Rp ,00 c. Gedung dan Bangunan Saldo Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,13 meningkat sebesar Rp ,83 dibandingkan saldo per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,30. P eningkatan sebesar Rp ,83 tesebut berasal dari penambahan dan pengurangan sebagai berikut : Penambahan : 162

163 - Koreksi Saldo Awal Rp ,00 - Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan Rp ,00 - Kapitalisasi Belanja Pemeliharaan Rp ,00 - Kapitalisasi Belanja Barang Jasa Rp ,00 - Hibah / Bantuan dari Pihak Ke Tiga Rp ,00 - Reklasifikasi rekening Aset Tetap Rp ,00 Jumlah Penambahan Rp ,00 Pengurangan : - Koreksi Kurang Saldo Awal Rp ,00 - Dihapuskan (Dilelang, Dihibahkan, Dimusnahkan, Hilang) Rp ,17 - Reklasifikasi rekening Aset Tetap dan ekstrakomtabel Rp ,00 Jumlah pengurangan Rp ,17 d. Jalan, Jaringan dan Irigasi Saldo Jalan, Jaringan dan Irigasi per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,69 meningkat sebesar Rp ,00 dibandingkan saldo per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,69 dengan rincian sebagai berikut : Penambahan : - Koreksi Saldo Awal Rp ,00 - Realisasi Belanja Modal Jalan, Jaringan Dan Irigasi Rp ,00 - Hibah/Bantuan dari Pihak Ketiga Rp ,00 - Reklasifikasi Rekening Aset Tetap Rp ,00 Jumlah Penambahan Rp ,00 Pengurangan : - Koreksi Saldo Awal Rp ,00 - Reklasifikasi rekening Aset Tetap Rp ,00 Jumlah Pengurangan Rp ,00 163

164 e. Aset Tetap Lainnya Saldo Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,89 berkurang sebesar Rp ,38 dibandingkan saldo per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,27, dengan rincian sebagai berikut: Penambahan : - Koreksi Saldo Awal Rp ,00 - Realisasi Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Rp ,00 - Realisasi Belanja Barang dan Jasa Rp ,00 - Hibah Rp ,00 - Reklasifikasi rekening Aset Tetap Rp ,00 Jumlah Penambahan Rp ,00 Pengurangan : - Koreksi Kurang Saldo Awal Rp ,00 - Penghapusan barang Inventaris Rp ,00 - Reklasifikasi rekening Aset Tetap Dan Ekstrakomtabel Rp ,38 Jumlah Pengurangan Rp ,38 f. Konstruksi Dalam Pekerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 bertambah sebesar Rp ,00 dibandingkan dengan Konstruksi dalam Pengerjaan per 31 Desember 2013 yaitu sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : Penambahan : - Pembangunan gedung dan bangunan Rp ,00 - Pembangunan jalan, irigasi dan jaringan Rp ,00 Jumlah Penambahan Rp ,00 Pengurangan : - Pembangunan gedung dan bangunan Disdikpora Rp ,00 Jumlah Pengurangan Rp ,00 164

165 Dana Cadangan Pembentukan dana cadangan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pembentukan Dana Cadangan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan Tahun 2015 yang dimaksudkan untuk menyediakan dana dengan tujuan membiayai penyelenggaraan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan Tahun Dana Cadangan Pemerintah Kota Pekalongan ditempatkan dalam bentuk deposito di Bank Jateng Cabang Pekalongan. Dana Cadangan Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00, dengan rincian sebagai berikut: Tanggal Penempatan Jumlah Bunga s/d 31 Desember Total Dana Cadangan s/d (Rp) 2014 (Rp) 31 Desember 2014 (Rp) 10 Desember , , ,00 12 Agustus , , ,00 12 Oktober , , ,00 17 Maret , , ,00 24 Desember ,00 0, ,00 Jumlah , , , Aset Lainnya Saldo Aset Lainnya per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,22 mengalami penurunan sebesar Rp ,31 atau sebesar 21,62% dibandingkan saldo aset lainnya per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,53. Aset Lainnya dapat dirinci sebagai berikut : No. Naik/Turun Jenis Aset Lainnya % 1. Tagihan Piutang Penjualan Angsuran 0,00 0,00 0,00 2. Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0, ,00 (100) 3. Kemitraan dengan Pihak Ketiga , ,00 0,00 4. Aset Tidak berwujud , ,86 0,51 5. Aset Lain-lain , ,67 (60,70) 6. Uang Jaminan , ,00 (19,13) Jumlah , ,53 (21,62) Rincian aset lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah bahwa Tuntutan Perbendaharaan (TP) adalah suatu tata cara perhitungan terhadap Bendaharawan, jika dalam pengurusannya terdapat kekurangan perbendaharaan dan 165

166 kepada Bendaharawan yang bersangkutan diharuskan mengganti kerugian. Kekurangan perbendaharaan adalah selisih kurang antara saldo Buku Kas dengan saldo Kas atau selisih antara Buku Persediaan Barang dengan sisa barang yang sesungguhnya terdapat di dalam gudang atau tempat lain yang ditunjuk. Informasi mengenai adanya kekurangan perbendaharaan yang mengakibatkan kerugian daerah dapat diketahui dari berbagai sumber antara lain dari hasil pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional. Dari hasil pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional, di Pemerintah Kota Pekalongan tidak terdapat kerugian yang disebabkan oleh kekurangan perbendaharaan sehingga tidak ada Tuntutan Perbendaharaan. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) adalah suatu proses tuntutan terhadap pegawai dalam kedudukannya bukan sebagai Bendaharawan, dengan tujuan menuntut penggantian kerugian disebabkan oleh perbuatannya melanggar hukum dan/atau melalaikan kewajibannya atau tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya sehingga baik secara langsung ataupun tidak langsung daerah menderita kerugian. Dari hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional, kerugian daerah yang terjadi di Pemerintah Kota Pekalongan antara lain kelebihan pembayaran tunjangan anak dan beras atas PNS, pemberian honorarium yang melebihi standar dan kerugian lain yang disebabkan oleh kelalaian PNS. Tagihan TGR yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dengan SK Pembebanan dan Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak (SKTJM) per 1 Januari 2014 adalah sebesar Rp ,00, yang terdiri dari saldo piutang : Dra. Titik Sunarsih sebesar Rp ,00 Siti Maesaroh, M.Pd sebesar Rp24.800,00 Siti Nur Intan sebesar Rp ,00 Atas saldo piutang tersebut pada periode TA dapat tertagih sebesar Rp ,00, sehingga saldo piutang per 31 Desember 2014 sebesar Rp 0,00 dengan perincian sebagai berikut: No Jenis Kasus (Th. kejadian) Jumlah Kerugian Sisa per 31 Des 2013 Mutasi Tambah 2014 Mutasi Kurang 2014 Sisa per 31 Des TGR , ,00 0,00 ( ,00) 0,00 2 TGR , ,00 0,00 ( ,00) 0,00 Jumlah , ,00 0,00 ( ,00) 0,00 Selain tagihan TGR tersebut di atas, terdapat kasus kerugian daerah yang belum ada SK Pembebanan/SKTJM per 1 Januari 2014 sebesar Rp ,00 yaitu 166

167 kewajiban pengembalian Biaya Penunjang Operasional (BPO) dan Tunjangan Komunikasi Intensif (TKI) Pimpinan dan Anggota DPRD Kota Pekalongan periode masa bhakti Atas kewajiban tersebut, pada periode TA terdapat angsuran sebesar Rp ,00 atas nama Ismet Inonu, SH., MH., sehingga saldo atas kasus kerugian daerah yang belum ada SK Pembebanan/SKTJM per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00. b. Kemitraan dengan Pihak Ketiga Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan Aset dan/atau hak usaha yang dimiliki. Saldo kemitraan dengan pihak ketiga per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00. Kemitraan dengan Pihak ketiga dapat dijelaskan sebagai berikut : Kemitraan BOT Mall Banjarsari Pemerintah Kota Pekalongan telah mengikatkan diri dalam kerjasama pengelolaan Pasar Banjarsari sebagaimana tertuang dalam Surat Perjanjian Nomor 050/01132 Tahun 2004 tanggal 24 Mei 2004 tentang Kerja Sama Penataan dan Pembangunan Pasar Banjarsari Kota Pekalongan. Pembangunan Pasar Banjarsari dan Mall Banjarsari di atas tanah milik Pemerintah Kota Pekalongan seluas m² senilai Rp ,00 dengan Hak Pakai Pemerintah Kota berlokasi di Kelurahan Sampangan, Kecamatan Pekalongan Timur, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan perjanjian Nomor 050/01132 Tahun 2004 tanggal 24 Mei 2004 tentang Kerja Sama Penataan dan Pembangunan Pasar Banjarsari Kota Pekalongan sampai dengan adendum ke IV Nomor 050/01853 Tanggal 5 Agustus 2010 terdapat kerjasama kemitraan BOT untuk Mall Banjarsari dan BTO untuk Pasar Banjarsari. Untuk Kemitraan Mall Banjarsari Pemerintah Kota Pekalongan menyerahkan sertifikat HGB diatas HPL atas tanah seluas 3.900m2 senilai Rp ,00. Nilai bangunan Mall Banjarsari (Atrium/Plaza tiga lantai) pada tahun 2012 sebesar Rp ,00. Berdasarkan hasil LHP BPK RI atas LKD Tahun 2012, terkait dengan bangunan mall Banjarsari dan bangunan pasar, BPK merekomendasikan Walikota Pekalongan agar Pemerintah Kota Pekalongan memperhitungkan kembali nilai Aset Tetap sebesar Rp ,00. Atas rekomendasi tersebut, Pemerintah Kota Pekalongan melakukan penghitungan kembali Pemisahan Aset Bangunan Pasar Banjarsari 167

168 dan Atrium Banjarsari. Hasil penghitungan kembali dituangkan dalam berita acara Perhitungan Pemisahan Aset Bangunan Pasar Banjarsari dan Atrium Banjarsari Nomor 050/ tanggal 14 Mei Berdasarkan berita acara tersebut, maka nilai bangunan mall banjarsari terkoreksi menjadi sebesar Rp ,00 atau bertambah sebesar Rp ,00 dari nilai semula sebesar Rp ,00. Perjanjian dimaksud berlaku sejak 25 September 2005 s/d 11 Juni Kemitraan BOT Ramayana Pemerintah Kota Pekalongan telah mengikatkan diri dengan PT. Prima Lestari Investindo dengan Perjanjian Kerjasama Nomor 415.4/0974 dan Nomor 18/PLI/IV/2012 tentang Pembangunan Dan Pengelolaan Pusat Perbelanjaan di Lahan Eks Terminal Bus Kota Pekalongan. Pemerintah Kota Pekalongan menyerahkan sertifikat Hak Pakai Nomor 4/Noyontaan atas tanah seluas ± m2 senilai Rp ,00. Adapun nilai investasi atas kemitraan BOT Ramayana adalah sebesar Rp ,00, dan jangka waktu kerjasama selama 25 tahun. c. Aset Tak Berwujud Aset tak berwujud per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,86. SKPD Naik/Turun Rp Rp % Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu , ,00 8,97 Dinas Perhubungan dan Parbud , ,00 0,00 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah , ,00 11,09 Dinas Kesehatan , ,00 0,00 Dinas Pekerjaan Umum , ,00 0,00 Badan Kepegawaian Daerah , ,00 0,00 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga , ,86 0,00 Bagian Humas/Diskominfo , ,00 0,00 Dindukcapil , ,00 0,00 Disperindagkop dan UKM , ,00 0,00 RSUD Bendan , ,00 0,00 DPPKAD , ,00 20,55 BPM2AKB ,00 0,00 0,00 DPPK ,00 0,00 0,00 Jumlah , ,86 0,51 168

169 Aset tak berwujud dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMP2T) Saldo aset tak berwujud pada BPMP2T per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 mengalami kenaikan sebesar 8,97% dibandingkan saldo aset tak berwujud per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,00. Aset tak berwujud ini berupa : Software/Aplikasi SIMPADU sebesar Rp ,00 Software Operating System Tahun 2010 sebesar Rp ,00 Paket Program SMS Gateway sebesar Rp ,00 2. Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Saldo aset tidak berwujud Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00, yang terdiri dari : Aplikasi pengujian kendaraan bermotor secara komputerisasi pengadaan tahun 2012 sebesar Rp ,00. Aplikasi ini memberi kemudahan sistem administrasi pelayanan uji kendaraan bermotor mulai dari pencarian data sampai pembuatan stiker, buku uji, SKRD dan laporan hasil uji. Sistem Informasi Transformasi sebagai pembangunan awal Master Aplikasi Perhubungan (tahun 2009) sebesar Rp ,00, yang terdiri dari : a. Sub menu aplikasi lalu lintas, yang sudah terisi dengan : - Aplikasi informasi jalan, berisikan database tentang informasi/keadaan jalan di Kota Pekalongan (± 168 ruas jalan) yang meliputi : peta jalan, panjang lebar jalan, kepadatan lalu lintas, jumlah simpangan dll. - Aplikasi trafic light, berisikan rekaman kamera tentang kondisi simpang jalan dimana trafic light dipasang. Rencana kedepan disetiap trafic light yang padat arus lalu lintasnya akan dipasang CCTV dan dihubungkan dengan studio kontrol transportasi/lalu lintas yang ada di Dishubparbud. b. Sub menu aplikasi Keur Kendaraan, masih berupa mangkokan/wadah yang akan dikembangkan pada kegiatan berikutnya. c. Aplikasi perparkiran, masih berupa mangkokan/wadah yang akan dikembangkan pada kegiatan berikutnya. 3. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Saldo aset tak berwujud Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00, mengalami kenaikan sebesar 11,09% 169

170 dibandingkan saldo aset tak berwujud per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,00, dengan rincian sebagai berikut : Aplikasi/software pengolahan dan penyimpanan arsip pengadaan tahun 2006 sebesar Rp ,00. Biaya pemeliharaan tahun anggaran 2009 sebesar Rp ,00 Software adobe acrobat dan kliping book sebesar Rp ,00 Film si Buki sebesar Rp ,00 4. Dinas Kesehatan Saldo aset tak berwujud Dinas Kesehatan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 berupa Aset SIMPUS sebesar Rp ,00 dan software SIM BKPM senilai Rp , Dinas Pekerjaan Umum Saldo Aset Tak berwujud Dinas Pekerjaan Umum per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 berupa website pengadaan Tahun 2013 sebesar Rp , Badan Kepegawaian Daerah Saldo Aset Tak Berwujud Badan Kepegawaian Daerah per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,00 berupa Router pengadaan 2011 yaitu suatu alat/software yang terpasang sebuah komputer yang berguna untuk membelokkan data dari suatu sistem jaringan ke sistem yang lain. Logikanya sebuah sitem jaringan tidak dapat berpindah ke sistem yang lain exp Sis A menggunakan IP dan Sis B menggunakan IP maka kompi yang menggunakan Sis A tidak dapat melakukan komunikasi dengan Sis B tanpa Router. Dalam SAPK berguna untuk mensinkronkan jaringan VPN BKN dan LAN BKD sehingga dapat berkomunikasi walaupun memiliki kelas yang berbeda. 7. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Aset lainnya aset tak berwuujud pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,86 berupa software manajemen perpustakaan, software e library dan aplikasi perpustakaan. 8. Dinas Komunikasi dan Informatika Saldo aset tak berwujud Dinas Komunikasi dan Informatika per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00, yang berupa : software editing untuk mengedit dan mengolah video serta memberikan efek animasi gambar pada Batik TV sebesar Rp ,

171 software dan aplikasi LPPL Batik TV sebesar Rp ,00. Aset tak berwujud ini sebelumnya dicatat oleh Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Pekalongan, karena terjadi perubahan SOTK maka sejak tanggal 1 September 2014, Bagian Humas dan Protokol digabung dengan Dinas Komunikasi dan Informatika. 9. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Saldo aset tak berwujud Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 berupa aplikasi pengarsipan dan dokumen capil. 10. Dinas Perindagkop dan UKM Saldo aset tak berwujud per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Aset tak berwujud yang dimiliki Dinas Perindagkop dan UKM berupa hak pengalihan pemakaian tempat bangunan Pasar Banjarsari yang telah dibayarkan Pemerintah Daerah kepada Investor yang seharusnya dibayar oleh pedagang sesuai dengan perjanjian kemitraan Nomor 050/01132 Tahun 2004 tanggal 24 Mei 2004 tentang Kerjasama Penataan dan Pembangunan Pasar Banjarsari Kota Pekalongan antara Pemerintah Kota Pekalongan dengan PT. Dian Insan Sarana Cipta Semarang dan yang terakhir telah diubah dengan Addendum 04 Nomor 050/01853 Tanggal 5 Agustus Sampai dengan 31 Desember 2013 hak pemakaian bangunan pasar yang dibayar oleh Pemerintah Kota Pekalongan adalah sebesar Rp ,00 dengan rincian : - Tanggal 5 Desember 2005 telah dibayarkan sebesar Rp ,00 untuk hak pemakaian seluas 413,5 m2 di Blok B lantai 3 Pasar Banjarsari. - Tanggal 23 Desember 2006 telah dibayarkan sebesar Rp ,00 dan tanggal 10 November 2007 telah dibayarkan sebesar Rp ,00 untuk hak pemakaian seluas 537,19 m2 dan 2 (dua) unit tempat tempat usaha (Kios) kosong (Kios K3C6 dan K3C25) seluas 17,1875 m2 di Los Blok C, D dan Blok F Lantai 3 Pasar Banjarsari. - Tanggal 22 Agustus 2011 telah dibayarkan sebesar Rp ,00 untuk hak pemakaian toko sebanyak 7 (tujuh) unit dan kios sebanyak 154 unit di lantai

172 - Tanggal 03 Desember 2013 telah dibayarkan sebesar Rp ,00 untuk hak pemakaian toko 1 (satu) unit, kios 120 (seratus dua puluh) unit dan los 471 (empat ratus tujuh puluh satu) unit. 11. RSUD Bendan Saldo aset tak berwujud RSUD Bendan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 berupa software/aplikasi SIM RSUD Bendan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan cepat, tepat, efektif dan efisien, SIM RSUD Bendan tahap pertama (5 Modul FOSS) terdiri dari beberapa modul antara lain : a. Modul registrasi rawat jalan Adalah aplikasi berbasis FOSS yang menyajikan layanan pendaftaran pasien rawat jalan di poliklinik umum maupun poliklinik spesialis RSUD Bendan termasuk didalamnya pengambilan nomor registrasi dan nomor antrian pasien dan pendataan terhadap data pribadi pasien baru yang belum pernah berkunjung berobat di RSUD Bendan. b. Modul transaksi rawat jalan Adalah aplikasi berbasis FOSS yang berfungsi untuk melakukan proses pencatatan data transaksi rawat jalan dan menginput terhadap pasien yang mendapatkan tindakan di Poliklinik. c. Modul kasir rawat jalan Adalah aplikasi berbasis FOSS yang berfungsi melakukan penerimaan transaksi terhadap pasien rawat jalan yang mencakup proses penerimaan pembayaran transaksi pasien (biaya pendaftaran, biaya tindakan di poliklinik dan biaya obat rawat jalan) d. Modul registrasi IGD Adalah aplikasi berbasis FOSS yang menyajikan layanan pendaftaran pasien IGD termasuk didalamnya pengambilan nomor registrasi dan nomor antrian pasien dan pendataan terhadap data pribadi pasien baru yang belum pernah berkunjung ke IGD. e. Modul Transaksi IGD Adalah modul aplikasi berbasis FOSS yang berfungsi untuk melakukan proses pencatatan data transaksi/tindakan yang di dapat pasien di IGD. 172

173 12. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Saldo aset tak berwujud DPPKAD per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 berupa aplikasi SISMIOP PBB dan SIMPADA. 13. BPMP2AKB Saldo aset tak berwujud BPMP2AKB per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00., yaitu beupa software Windows 7 Pro 32 bit. 14. Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan (DPPK) Saldo aset tak berwujud DPPK per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 berupa software website Pusat Informasi Mangrove. d. Aset Lain-lain Aset lain-lain merupakan aset tetap dengan kondisi yang Rusak Berat, sehingga aset tersebut tidak dapat digunakan untuk menunjang kinerja pada SKPD selaku pengguna Barang. Ada pun Aset lain-lain per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,36 berkurang sebesar Rp ,36 dibandingkan dengan saldo aset lain-lain per 31 Desember 2013 Rp ,67. Pengurangan sebesar Rp ,36 tesebut berasal dari penambahan dan pengurangan sebagai berikut : Penambahan : - Koreksi Saldo Awal Rp ,00 - Reklasifikasi rekening Aset Tetap Rp ,73 Jumlah Penambahan Rp ,73 Pengurangan : - Koreksi Saldo Awal Rp ,05 - Dihapuskan (dilelang, dihibahkan, Dimusnahkan, hilang) Rp ,99 - Reklasifikasi rekening Aset Tetap dan Ekstrakomtabel Rp ,00 Jumlah Pengurangan Rp ,04 e. Uang Jaminan Uang jaminan merupakan uang jaminan penyewa rusunawa sebesar Rp ,00, yang tersimpan pada rekening Simpeda di Bank Jateng Nomor an. Pengelola Rusunawa. 173

174 Uang jaminan adalah uang yang dibayar oleh calon/pengguna rusunawa sebagai jaminan apabila terjadi putus kontrak. Besarnya uang jaminan sebesar 3 (tiga) kali sewa bulanan. Apabila penghuni telah meninggalkan rusunawa maka uang jaminan dikembalikan Penjelasan Pos Kewajiban dan Ekuitas Dana Penjelasan Pos Kewajiban Saldo pos kewajiban per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 Merupakan saldo kewajiban jangka pendek dengan perincian sebagai berikut : Kewajiban Jangka Pendek Naik/Turun Rp Rp % Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) , , ,15 Utang Jangka Pendek Lainnya , ,00 (17,48) Utang Uang Jaminan Rusunawa , ,00 (19,13) Jumlah , ,00 (17,19) Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Saldo kewajiban per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 yang merupakan : a. Utang Perhitungan Fihak Ketiga sebesar Rp ,00 merupakan pajak yang sampai dengan 31 Desember 2014 belum disetorkan ke kas negara oleh Bendahara BLUD Puskesmas (DKK) sebesar Rp ,00, dan kelebihan penerimaan BPHTB atas nama PT. KAI sebesar Rp ,00 b. Utang jangka pendek lainnya sebesar Rp ,00 merupakan hutang RSUD Bendan Kota Pekalongan dan BLUD Puskesmas dengan perincian sebagai berikut : No URAIAN JUMLAH Utang Pengadaan Berang Cetakan dan Penggandaan Utang Pengadaan Bahan Medis, Reagen Laborat dan Radiologi 9,405,000,00 315,812,079,00 Utang Instalasi Gizi 15,497,084,00 Utang Obat 1,212,401,896,00 Utang Peningkatan Kualitas Pelayanan ,00 Utang Ct Scan Head Tanpa Kontras ,00 Honor Dokter Tamu Bulan Desember ,00 174

175 Tagihan darah PMI Kota Pekalongan ,00 Laboratorium Cito ,00 Laboratorium Gajah Mada ,00 JUMLAH HUTANG RSUD BENDAN ,00 c. Utang uang jaminan sewa rusunawa sebesar Rp ,00 merupakan utang atas uang jaminan bagi penyewa rusunawa. Uang jaminan sewa rusunawa sebesar Rp , Penjelasan Pos Ekuitas Dana Rekening ini merupakan kekayaan bersih Pemerintah Kota Pekalongan per 31 Desember 2014 dan dan 2013, dengan rincian sebagai berikut : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Ekuitas Dana Lancar , ,39 16,13 Ekuitas Dana Investasi , ,23 6,92 Ekuitas Dana Cadangan , ,00 98,45 Jumlah , ,62 7,59 a. Ekuitas Dana Lancar Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek. Kelompok ekuitas dana lancar terdiri dari : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) , ,00 11,72 Cadangan Piutang , ,39 12,82 Cadangan Persediaan Dana Yang Harus Disediakan Untuk , ,00 26,67 Pembayaran Utang ( ,00) ( ,00) (17,50) Pendapatan Yang Ditangguhkan , , ,26 Jumlah , ,39 16,13 Ekuitas dana lancar menggambarkan kekayaan bersih Pemerintah Kota Pekalongan yang berasal dari selisih aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek. 175

176 Uraian Naik/Turun Rp Rp % Aset Lancar Kas , ,00 12,95 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 - Piutang Pajak , ,00 15,82 Piutang Retribusi , ,00 (0,26) Piutang Dana Bagi Hasil ,00 0,00 - Piutang Lainnya , ,94 (32,66) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ( ,42) ( ,55) 7,12 Persediaan , ,00 26,67 Jumlah , ,39 13,94 Kewajiban Jangka Pendek Utang PFK , , ,15 Utang Bunga 0,00 0,00 0,00 Utang Jasa Bank 0,00 0,00 0,00 Utang Jangka Pendek Lainnya , ,00 (17,48) Utang Uang Jaminan Rusunawa , ,00 (19,13) Jumlah , ,00 (17,19) Nilai Ekuitas Dana Lancar , ,39 16,13 b. Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap dan aset alinnya dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Pos ini terdiri dari : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Diivestasikan dalam Investasi Jangka Panjang , ,41 17,32 Dinvestasikan dalam Aset Tetap , ,29 7,29 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya , ,53 (21,62) Jumlah , ,23 6,92 c. Ekuitas Dana Cadangan Mencerminkan kekayaan Pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Akun yang terdapat dalam pos ini adalah Ekuitas Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan, yang merupakan akun lawan dari Dana Cadangan. Saldo ekuitas dana cadangan per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 176

177 5.3 Penjelasan Pos-Pos Arus Kas Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi keluar dan masuknya Kas, baik dari Aktivitas Operasi, Investasi, Pembiayaan dan Non Anggran serta Saldo Kas pada awal maupun akhir periode anggaran. Arus Kas Bersih selama tahun anggaran berkenaan, ditambah saldo awal Kas Daerah, merupakan saldo akhir Kas Daerah yang dikuasai oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) dan Bendahara Pengeluaran. Saldo akhir kas yang dikuasai BUD tidak termasuk sisa dana kas yang dikuasai oleh Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan pada SKPD. Sisa kas di Bendahara SKPD adalah sisa dana yang berasal dari arus keluar kas di BUD sesuai dengan SP2D dan/atau penerimaan daerahyang belum disetorkan ke RKUD. Namun demikian sisa dana kas di Bendahara SKPD merupakan bagian dari Kas Daerah, yang sampai dengan akhir tahun anggran belum disetorkan ke RKUD. Arus Kas Bersih Pemerintah Kota Pekalongan TA 2014 dan 2013, dapat disajikan sebagai berikut : Uraian Naik/Turun Rp Rp % Aktivitas Operasi , ,00 17,81 Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan ( ,00) ( ,00) 19,29 Aktivitas Pembiayaan ( ,00) ( ,00) (1,80) Aktivitas Non Anggaran , ,00 412,19 Jumlah ( ,00) ( ,00) (8,65) Realisasi Arus Kas Bersih tahun 2014 adalah sebesar (Rp ,00) dapat dijelaskan sebagai berikut : Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus kas bersih Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukan kemampuan pemerintah Kota Pekalongan dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan selisih dari arus masuk kas dan arus keluar kas, sebagai berikut : 177

178 Uraian Naik/Turun Rp Rp % Arus Kas Masuk , ,00 2,25 Arus Kas Keluar ( ,00) ( ,00) (1,91) Arus Kas Bersih , ,00 17,81 Realisasi arus kas bersih tahun 2014 dari aktivitas operasi adalah sebesar Rp ,00 mengalami kenaikan sebesar Rp atau sebesar 17,81% dari arus kas bersih dari aktivitas operasi tahun 2013 sebesar Rp ,00. Kenaikan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi Arus masuk kas dari aktivitas operasi berasal dari Pendapatan Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA), Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari Provinsi, Pendapatan Bagi Hasil Bukan Pajak dari Provinsi, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Pendapatan Bagi Hasil Lainnya, yang dapat diikhtisarkan sebagai berikut : Arus Masuk Kas: Pendapatan Pajak Daerah , ,00 Pendapatan Retribusi Daerah , ,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan , ,00 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,00 Dana Bagi Hasil Pajak , ,00 Dana Bagi Hasil SDA , ,00 Dana Alokasi Umum , ,00 Dana Alokasi Khusus , ,00 Pendapatan Hibah ,00 0,00 Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari Provinsi , ,00 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus , ,00 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya , ,00 Jumlah , ,00 Rp Rp Realisasi arus masuk kas dari aktivitas operasi tahun 2014 sebesar Rp ,00 mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau sebesar 2,25% dibandingkan arus masuk kas tahun 2013 sebesar 178

179 Rp ,00. Kenaikan ini dikarenakan meningkatnya realisasi pendapatan daerah baik dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. b. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi Arus keluar kas dari aktivitas operasi berasal dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Terduga, yang dapat diikhtisarkan sebagai berikut : Naik/Turun Arus Keluar Kas : Rp Rp % Belanja Pegawai ( ,00) ( ,00) (4,70) Belanja Hibah ( ,00) ( ,00) 188,02 Belanja Bantuan Sosial ( ,00) ( ,00) 32,78 Belanja Bantuan Keuangan ( ,00) ( ,00) (97,02) Belanja Tidak Terduga ( ,00) ( ,00) (24,16) Belanja Barang dan Jasa ( ,00) ( ,00) (4,24) Jumlah ( ,00) ( ,00) (1,91) Realisasi arus kas keluar dari aktivitas operasi tahun 2014 sebesar Rp ,00 mengalami penurunan sebesar Rp ,00 atau turun sebesar 1,91% dibandingkan arus kas keluar tahun 2013 sebesar Rp , Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset non keuangan defisit sebesar Rp ,00 mencerminkan adanya pengadaan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah di masa yang akan datang. Arus kas bersih aktivitas Investasi Aset Non Keuangan merupakan selisih dari arus masuk kas dengan arus keluar kas atas aktivitas investasi Aset non keuangan Naik/Turun URAIAN Rp Rp % Arus Masuk Kas 0,00 0,00 0,00 Arus Keluar Kas ( ,00) ( ,00) 19,29 Arus Kas Bersih ( ,00) ( ,00) 19,29 179

180 Realisasi arus kas bersih dari aktivitas investasi aset non keuangan tahun 2014 mengalami defisit sebesar Rp ,00. Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset non keuangan tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset non keuangan pada tahun 2014 adalah Rp0,00 karena tidak ada penjualan aset daerah. b. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus keluar kas dari aktivitas Investasi Aset Non Keuangan merupakan pembelian aset tetap berupa Belanja Tanah, Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan, Belanja Aset Tetap Lainnya, dan Belanja Aset Lainnya yang dapat diikhtisarkan sebagai berikut : Arus Keluar Kas : Naik/Turun Rp Rp % 1. Belanja Tanah ( ,00) ( ,00) 898,83 2. Belanja Peralatan dan Mesin ( ,00) ( ,00) 1,29 3. Belanja Gedung dan Bangunan ( ,00) ( ,00) 9,85 4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan ( ,00) ( ,00) 50,39 5. Belanja Aset Tetap Lainnya ( ,00) ( ,00) (71,19) 5. Belanja Aset Lainnya ( ,00) ( ,00) 53,70 Jumlah Arus Keluar Kas ( ,00) ( ,00) 19,29 Realisasi arus keluar kas tahun 2014 dari aktivitan investasi aset non keuangan adalah sebesar Rp ,00 naik sebesar Rp ,00 atau sebesar 19,29% dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp , Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaim pihak lain terhadap arus kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak lain di masa yang akan datang. Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan defisit sebesar Rp ,00 mencerminkan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah yang terkait dengan arus kas pada tahun anggaran berkenaan. Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas, sebagai berikut : 180

181 Arus Kas: Naik/Turun Rp Rp % Arus Masuk Kas , ,00 (31,87) Arus Keluar Kas ( ,00) ( ,00) (2,07) Arus Kas Bersih ( ,00) ( ,00) (1,80) a. Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan berasal dari penerimaan kembali investasi dana bergulir sebesar Rp ,00 yang merupakan penerimaan dari pengembalian pokok dana bergulir trading house sebesar Rp ,00 dan perguliran ternak sebesar Rp , Naik/Turun Arus Masuk Kas : Rp Rp % Penerimaan Kembali Investasi (31,87) , ,00 Dana Bergulir Jumlah , ,00 (31,87) b. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan digunakan untuk pembentukan dana cadangan, Penyertaan Modal Pemerintah Daerah (PMPD), dan pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo. Realisasi Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan tahun 2014 sebesar Rp ,00 yang dapat disajikan sebagai berikut : Arus Keluar Kas: Naik/Turun Rp Rp % Pembentukan Dana Cadangan ( ,00) ( ,00) 11,11 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah ( ,00) ( ,00) 106,76 Pembayaran Pokok Utang Pinjaman ( ,00) ( ,00) (99,28) Jumlah ( ,00) ( ,00) (2,07) Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran Arus kas bersih dari aktivitas non anggaran meliputi arus masuk kas dan arus keluar kas, sebagai berikut : 181

182 Uraian : Rp Rp Arus Masuk Kas , ,00 Arus Keluar Kas ( ,00) ( ,00) Arus Kas Bersih , ,00 Arus kas bersih dari aktivitas non anggaran sebesar Rp ,00 merupakan saldo penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran. Rincian kas dari aktivitas non anggaran dapat disajikan sebagai berikut: a. Arus Masuk Kas dari Aktivitas Non Anggaran Aliran masuk kas dari aktivitas non anggaran dapat disajikan sebagai beirkut : Uraian : Rp Rp Penerimaan PFK , ,00 Penerimaan setoran Sisa UP Tahun Lalu , ,00 Jumlah , ,00 Arus masuk kas dari aktivitas non anggaran sebesar Rp ,00 dapat dirinci sebaga berikut : Penerimaan PFK merupakan potongan Iuran potongan Iuran Wajib Pegawai (IWP), PPh pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2), Pajak Pertambahan Nilai ( PPn ) dan penerimaan Taperum serta penerimaan Askes dari belanja pegawai yang dilakukan oleh BUD. Dana tersebut merupakan hak dan harus dibayarkan kepada pihak ketiga, bukan merupakan hak/pendapatan bagi Pemerintah Kota Pekalongan sebesar Rp ,00. Kelebihan penerimaan BPHTB atas nama PT. KAI sebesar Rp ,00 Penerimaan setoran sisa UP tahun lalu merupakan sisa UP tahun anggaran sebelumnya yang diterima pada tahun anggaran berikutnya sebesar Rp ,00. b. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Non Anggaran Arus keluar kas dari aktivitas non anggaran dapat disajikan sebagai beirkut : 182

183 Uraian : Rp Rp Pengeluaran PFK , ,00 Sisa UP Tahun Berjalan , ,00 Jumlah , ,00 Arus keluar kas dari aktivitas non anggaran dapat dirinci sebagai berikut : Pengeluaran PFK sebesar Rp ,00, yang merupakan pembayaran Iuran Wajib Pegawai (IWP), PPh pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2), Pajak Pertambahan Nilai ( PPn), Taperum dan Askes dari belanja pegawai. Dalam pengeluaran PFK ini terdapat pengeluaran PFK (potongan askes) tahun 2013 yang belum dibayarkan sebesar Rp ,00, dan dibayarkan pada tahun Sisa UP Tahun Berjalan sebesar Rp ,00 merupakan sisa uang persediaan Bendahara Pengeluaran Kelurahan Kuripan Kidul yang sampai dengan 31 Desember 2014 belum disetorkan ke rekening kas daerah. Sisa UP tersebut baru disetorkan ke rekening kas daerah pada tanggal 15 Januari Saldo Awal Kas di BUD Saldo Akhir Kas di BUD per 31 Desember 2013 pada Laporan Arus Kas (LAK) TA 2013 sebesar Rp ,00 merupakan penjumlahan saldo akhir kas baik yang berada di BUD maupun di BLUD RSUD Bendan, sehingga kenaikan/(penurunan) Kas Bersih bukan murni berasal dari aktivitas di BUD. Pada LAK TA 2014 Pemerintah Kota Pekalongan menyajikan saldo awal Kas di BUD sebesar Rp ,00. Jumlah ini merupakan saldo kas per 31 Desember 2013 yang ada pada BUD saja sesuai dengan rekening giro dan deposito Kas Daerah. Perbedaan antara saldo akhir LAK TA 2013 dan saldo awal LAK TA 2014, sebesar Rp ,00 (Rp ,00 Rp ,00) merupakan saldo akhir Kas di BLUD yang dimasukkan sebagai kas di BUD. Perbedaan tersebut karena untuk TA 2014 Pemerintah Kota Pekalongan berusaha menyajikan Laporan Arus Kas hanya pada arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi di BUD saja. Sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 03 point 8 paragraf 5 dan point 12, arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada Bendahara Umum Negara/Daerah, dan entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan LAK adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan, yaitu Bendahara Umum Negara/Daerah dan/atau Kuasa Bendahara Umum Negara/Daerah. 183

184 Saldo Akhir Kas di BUD Saldo akhir kas tahun 2014 pada Bendahara Umum Daerah sebesar Rp ,00. Rincian saldo akhir kas dapat disajikan sebagai berikut : Uraian Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Deposito di Bank Jateng Cabang Pekalongan , ,00 Deposito di Bank BTN Pekalongan , ,00 Deposito di PT Bank BNI 46 Cabang Kota Pekalongan , ,00 Deposito di PT Bank BNI Syariah Cabang Kota Pekalongan , ,00 Deposito pada Bank Muamalat Cabang Kota Pekalongan , ,00 Deposito pada Bank Mandiri Syariah Cabang Kota Pekalongan , ,00 Rekening Giro di Bank BPD Jateng Kota Pekalongan , ,00 Deposito pada BRI Cabang Pekalongan , ,00 Deposito pada BRI Syariah , ,00 Deposito pada Bank Mandiri , ,00 Saldo Akhir Kas di BUD murni , ,00 Rekening Giro di BPD Cabang Pekalongan (BLUD RSUD Bendan) , ,00 Saldo Akhir Kas di BLUD Puskesmas ,00 Saldo Akhir Kas BLUD , ,00 Saldo Akhir Kas di Bend Pengeluaran , ,00 Saldo Akhir Kas di Bend Penerimaan , ,00 Saldo Akhir Kas , ,00 184

185 BAB VI PENJELASAN INFORMASI NON KEUANGAN 6.1 Kerjasama Pemerintah Daerah Kerjasama Antar Daerah Prinsip penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaan onomi daerah dan desentralisasi telah diberikan ruang yang cukup untuk melaksanakan kerjasama antar daerah yang didasarkan atas prinsip efisiensi dan efektivitas. Kerjasama antar daerah merupakan salah satu inovasi daerah dalam menjawab tantangan globalisasi. Melalui kolaborasi pembangunan antar daerah terjadi penguatan komunikasi pembangunan kewilayahan yang mampu menekan kecemburuan pembangunan, ego lokal, dan sektoral yang menjadi implikasi dari penerapan otonomi daerah pasca reformasi di Indonesia. Kerjasama antar Pemerintah Daerah akan terjadi jika kerjasama tersebut akan menguntungkan pihak pihak yang menjalin kerjasama. Bentuk kerjasama antar Pemerintah Daerah juga dipengaruhi oleh keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif masing-masing Pemerintah Daerah yang menjalin kerjasama. Kerjasama antar daerah tersebut dapat juga dilakukan dalam rangka pengelolaan urusan pemerintahan yang memberikan dampak lintas daerah. Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari pengelolaan urusan pemerintahan secara bersama. Pemerintah Kota Pekalongan dalam pembangunan bidang pemerintahan juga melakukan beberapa kegiatan kerjasama dengan pemerintah daerah lain melalui kegiatankegiatan sebagai berikut : a. Kerjasama Sapta Mitra Pantura (SAMPAN) Kerjasama SAMPAN dilakukan melalui pembentukan Regional Management dan Regional Marketing tanggal 13 Januari 2003 melalui Kesepakatan Bersama Walikota Tegal, Walikota Pekalongan, Bupati Brebes, Bupati Pemalang, Bupati Pekalongan dan Bupati Batang, serta Peraturan Bersama Walikota Tegal, Walikota Pekalongan, Bupati Pemalang, Bupati Pekalongan dan Bupati Batang Nomor : 188.4/001/2005, Nomor 130/01475, Nomor 007/VI/2005, Nomor 1 Tahun 2005, Nomor 7 Tahun 2005, Nomor 9 Tahun 2005 tentang Pembentukan Regional Managemen Antar Pemerintah Kota Tegal, Pemerintah Kota Pekalongan, Pemerintah Kabupaten Brebes, Pemerintah 185

186 Kabupaten Pemalang, Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Pemerintah Kabupaten Batang. b. Kerjasama pemanfaatan air dari Sumber Daya Mata Air Desa Rogoselo, Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan. Kerjasama ini didasari dengan adanya MoU Pemerintah Kota Pekalongan dengan Pemerintah Kabupaten Pekalongan Nomor 616/12/PK/2011 dan 415.4/05669/12/2011. PDAM kota Pekalongan melakukan pengambilan dan pemanfaatan air dari sumber mata air, yang terletak di sebidang tanah milik PDAM Kota Pekalongan di Desa Rogoselo Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan. Kegiatan ini direncanakan berlangsung dalam jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal 28 Desember c. Kesepakatan Bersama antara Ditjen Sumberdaya Air dan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum RI dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Pemerintah Kabupaten Batang dan Pemerintah Kota Pekalongan Nomor PR A/21, AM DC/30/PKS/2011, 690/ /1193/2011, 415.4/ tanggal 15 Nopember 2011 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kawasan Regional Petanglong (Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan). d. Kesepakatan Bersama Pemerintah Kabupaten Pekalongan, Pemerintah Kota Pekalongan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum RI Nomor 658.1/3/Mou/2012, 415.4/01072, 190/2012, KL DC/PKS/04/2012 tanggal 20 April 2012 tentang Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Regional. e. Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan Barat Dengan Pemerintah Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Kerja sama ini didasari dengan adanya Perjanjian Kerja sama Antara Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan Barat Dengan Pemerintah Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Nomor 475/01607/2013 dan Nomor 475.1/214.2/BNT-D/2013 tentang Penyelenggaraan Program Transmigrasi di Lokasi Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Sei Mata-mata dan UPT Satai Lestari Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan Barat. f. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Nomor 980/467.1/2014 dan Nomor 415.4/37.0/2014 tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Kota Pekalongan Tahun

187 g. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan Tim Pelaksana Jamkesda Provinsi Jawa Tengah dan RSUD Tugurejo Semarang Nomor /101/4, 980/011.3/I/14 dan 445/PKS/146 tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 di Kota Pekalongan. h. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan Tim Pelaksana Jamkesda Provinsi Jawa Tengah dan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 di Kota Pekalongan. i. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan Tim Pelaksana Jamkesda Provinsi Jawa Tengah dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Sardjito Yogyakarta tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 di Kota Pekalongan j. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan Tim Pelaksana Jamkesda Provinsi Jawa Tengah dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 di Kota Pekalongan. k. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan Tim Pelaksana Jamkesda Provinsi Jawa Tengah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 di Kota Pekalongan. l. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan Tim Pelaksana Jamkesda Provinsi Jawa Tengah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Soerojo Magelang tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 di Kota Pekalongan. m. Kerjasama antara Pemerintah Kota Pekalongan (Dinas Kesehatan) dengan Tim Pelaksana Jamkesda Provinsi Jawa Tengah dan Rumah Sakit Umum Daerah Kelet tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 di Kota Pekalongan 187

188 6.1.2 Kerjasama Daerah Dengan Pihak Ketiga Kebijakan penyelenggaraan kerja sama Pemerintah Kota Pekalongan dengan pihak ketiga dilakukan bai dengan lembaga pemerintah maupun swasta dalam berbagai bidang. Kerjasama ini dilaksanakan karena adanya keterbatasan sumber daya Pemerintah Kota Pekalongam dibeberapa bidang dalam upaya pemenuhan pelayanan kepada masyarakat. Kegiatam Pemerintah Kota Pekalongan sampai dengan tahun 2014 yang dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga antara lain : a. Pendampingan Paklim Kegiatan Pendampingan PAKLIM dilakukan melalui kerja sama Pemerintah Kota Pekalongan, dalam hal ini Kantor Lingkungan Hidup, dengan Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim (PAKLIM GTZ), PAKLIM GTZ merupakan lembaga dari negara Jerman yang bergerak di peningkatan kerja sama teknologi meminimalkan dan mengurangi laju pemanasan global yang semakin tidak terkendali. Sebagaimana diketahui, Pemerintah Pusat telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca secara nasional sebesar 26 persen secara sukarela dan 41 persen dengan dukungan mitra internasional hingga tahun Kegiatan ini didasarkan pada Nota Kesepahaman antara kedua belah pihak Nomor Paklim-Smg/VI.2010/CA/001 tanggal 14 Mei Nota kesepahaman tersebut berisikan kesepakatan kerjasama antara kedua belah pihak dalam hal penanganan perubahan iklim di Kota Pekalongan. Realisasi pelaksanaan kegiatan ini adalah dilaksanakannya inventarisasi GRK (Gas Rumah Kaca) di SKPD dan institusi penghasil GRK sekaligus memberikan percontohan pemberian alat listrik yang dapat mengurangi GRK di sekolah-sekolah dan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Terhadap Perubahan Iklim di Kota Pekalongan. b. Penyediaan Jasa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kontrak Kegiatan penyediaan jasa jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kontrak merupakan kegiatan kerjasama Pemerintah Kota Pekalongan, dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah dengan PT. Jamsostek. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemeliharaan kesehatan berupa jaminan hari tua, kematian, kecelakaan kerja terhadap 373 orang tenaga kontrak, yang bekerja di lingkungan pemerintah Kota Pekalongan (berdasarkan Surat Penugasan Walikota Pekalongan). Landasan hukum pelaksanaan kegiatan adalah Sertifikat Kepesertaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor 93FL4001 tanggal 13 Desember 2006 dan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Kota Pekalongan dengan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Pekalongan Nomor 188

189 PER/04/ tentang Perlindungan Tenaga Kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Pekalongan. c. Kesepakatan Bersama Pemerintah Kota Pekalongan dengan BPJS Kesehatan Devisi Regional VI Nomor 03/MOU/DIVRE-VI/0114 dan Nomor 415.4/0285/I/2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran Daerah di Kota Pekalongan. d. Kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Pekalongan dengan PT Askes (Persero) Cabang Pekalongan Nomor 691/KTR/VI.02/2013 dan Nomor 842.2/4542.1/XII/2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan Bagi Peserta BPJS Kesehatan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota Pekalongan. e. Kerjasama antara Direktur Puskesmas Kesehatan Kota Pekalongan dengan PT Askes (Persero) Cabagn Pekalongan Nomor 505/KTR/VI-02/2013 dan Nomor 964/0002 tentang Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Bagi Peserta Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan. f. Perjanjian Kerjasama Dinas Kesehatan Kota Pekalongan dengan PT. Arah Environmental Indonesia Nommor 980/1623.1/V/2014 dan oo64/pks-1/pko/aeipkl/v/14 tentang Jasa Pengelolaan Limbah B3 Medis. g. Perjanjian Kerjasama antara Puskesmas Kota Pekalongan dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Pekalongan Nomor 964/0009/XII/2013 dan Nomor 27/PC IBI/XII/2013 tentang Pemberian Pelayanan Kebidanan Bagi Peserta Non PBI ( Bukan Penerima Bantuan Iuran ) Program Jaminan Kesehatan (JKN) Tahun h. Pembangunan dan Pengolahan Pusat Perbelanjaan di Lahan eks Terminal Bus Kota Pekalongan. Guna pemanfaatan lahan eks terminal bus Kota Pekalongan agar menghasilkan nilai ekonomi, Pemerintah Kota Pekalongan melaksanakan perjanjian dengan PT. Prima Lestari Investindo dengan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kota Pekalongan dengan PT. Prima Lestari Investindo Nomor 415.4/0974 dan Nomor 18/PLI/IV/2012 tentang Pembangunan dan Pengelolaan Pusat Perbelanjaan di Lahan Eks Terminal Bus Kota Pekalongan. i. Pengembangan Aplikasi SIMKEU Berbasis Akrual Kegiatan pengembangan software ini dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja Sama Nomor 03/PKS/IPTK-P/Pekalongan/BPPT/II/2012 tentang Pengembangan Aplikasi SIM 189

190 Keuangan Daerah berbasis akrual dengan menggunakan Free Open Source Software (FOSS). j. Pendampingan Pengelolaan Keuangan Daerah Kerja Sama pendampingan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam rangka penyusunan Kebijakan Akuntansi, Sistem dan Prosedur Akuntansi Berbasis Akrual, sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama antara DPPKAD Kota Pekalongan dengan STIE Muhamadiyah Pekalongan Nomor 900/1069 dan 707/A.1/STIEM/IX/2013 tanggal 2 September k. Pengembangan Sistem Akuntansi Pengelolaan Perpustakaan Digital dan Kearsipan Pengembangan Sistem Pengelolaan Perpustakaan Digital dan Kearsipan dilaksanakan sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama KPAD Kota Pekalongan dengan PDII-LIPI Jakarta Nomor 041/556/KPAD/X/2011 dan 901/JL.3/hk/X/2011 tanggal 21 Oktober 2011 l. Pengembangan Sistem Aplikasi Pengelolaan Barang Milik Daerah Pengembangan Sistem Aplikasi Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pemerintah Kota Pekalongan bekerja sama dengan Universitas Gunadarma Jakarta, yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kota Pekalongan dan Universitas Gunadarma Nomor 415.4/05673 dan 202/REK/UG/XII/2011 tentang Pendidikan, Penelitian dan Konsultasi Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Bidang Terkait Lainnya di Kota Pekalongan. m. Kesepakatan Bersama Pemerintah Kota Pekalongan dengan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Area Pekalongan Nomor 415.4/01783 dan 043.PJ/041/AREA.PKL/2014 tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Kota Pekalongan. n. Perjanjian Kerjasama antara Kepala Kantor Riset, Teknologi dan Inovasi Kota Pekalongan dengan Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 070/071 dan Nomor 1219/jl3/KSD/XI/2014 tentang Pusat Layanan dan Informasi Hasil Penelitian Kerjasama Daerah dengan Pemerintah Tingkat Atas Sebagai daerah otonom, Kota Pekalongan memiliki beberapa keterbatasan dalam peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya kerja sama Pemerintah Kota Pekalongan dengan pemerintah tingkat atas dalam rangka pemenuhan kebutuhan daerah. 190

191 Beberapa kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan dengan Pemerintah atau Lembaga Pemerintah Tingkat Atas pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: a. Kerjasama Pengembangan Manajemen Kepegawaian Dasar pelaksanaan kerja sama ini adalah Perjanjian Kerja Sama Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekalongan dengan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 800/01217 dan 800/0238 tanggal 1 Februari 2013 tentang Kerja Sama Pengembangan Manajemen Kepegawaian meliputi : fasilitas pengadaan CPNS, fasilitas kenaikan pangkat, Test Position Competencien Assessment Program (PCAP) dan ujian kedinasan. b. Pembangunan Pusat Ekstrak Daerah Pada tahun 2013, Pemerintah Kota Pekalongan melaksanakan pembangunan Pusat Ekstrak Daerah. Guna pengembangan pembangunan pusat ekstrak daerah tersebut, Pemerintah Kota Pekalongan melalui Dinas Kesehatan Kota Pekalongan melaksanakan kerja sama dengan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan. Dasar pelaksanaan kerjasama ini adalah Perjanjian Kerjasama antara Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Nomor HK.05.01/05/1048/2013 dan Nomor 842.2/2761. c. Penyelenggaraan Interoperabilitas e-goverrnment Dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah Perjanjian Kerjasama antara Direktorat Government Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dengan Pemerintah Kota Pekalongan Nomor 17/DJAI.2/KOMINFO/HK.03.02/05/2013 dan Nomor 415.4/ Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Bencana Yang Terjadi dan Penanggulangannya Bencana yang terjadi di Kota Pekalongan selama tahun 2014 diantaranya adalah bencana banjir, rob, rumah roboh dan kebakaran. a. Banjir dan Genangan Air Bencana banjir terjadi pada awal tahun 2014, karena curah hujan di wilayah Kota Pekalongan cukup tinggi sehingga menyebabkan beberapa wilayah di Kota Pekalongan mengalami kebanjiran dengan genangan air antara cm, terutama di wilayah Kecamatan Pekalongan Utara. Bencana banjir ini mengakibatkan jalanan 191

192 rusak akibat genangan air. Sementara di wilayah Pekalongan Utara, banyak areal persawahan dan tambak yang terendam sehingga mengalami gagal panen. b. Rob Rob akibat tingginya permukaan air laut sering dialami oleh daerah-daerah di pesisir pantai, dalam hal ini kelurahan-kelurahan di Kecamatan Pekalongan Utara. Rob terjadi hampir setiap bulan di sepanjang tahun tergantung pada kondisi dan iklim setempat. Sama halnya dengan banjir, rob mengakibatkan kerugian berupa kerusakan sarana prasarana permukiman dan kerugian pada beberapa areal persawahan dan tambak. c. Kebakaran dan Rumah Roboh Pada tahun 2014 tepatnya di bulan Nopember dan Desember di wilayah Kota Pekalongan terjadi bencana rumah roboh sebanyak 2 rumah yang disebabkan karena hujan dan angin kencang. Bencana rumah roboh terjadi di Kuripan Kidul dan Kelurahan Jenggot. Bencana ini menimbullkan kerugian material sebesar Rp ,00. Jika dilihat dari kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan, bencana yang terjadi di wilayah Kota Pekalongan dapat dikategorikan sebagai bencana kecil/ringan/lokal Antisipasi Daerah Pemerintah Kota Pekalongan dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana, dilakukan dalam tiga tahap yakni sebelum bencana, saat terjadinya bencana dan pasca bencana. Antisipasi yang dilakukan sebelum bencana dimaksudkan pada tindakan-tindakan pencegahan terhadap terjadinya bencana, antara lain: melakukan pemetaan daerah rawan bencana, pembersihan DAS, sosialisasi mengenai cuaca ekstrim, himbauan kepada masyarakat untuk mewaspadai tingginya intensitas hujan yang akan mengakibatkan terjadinya rob dan banjir, peringatan kepada masyarakat untuk selalu hatihati dan waspada dalam penggunaan kompor gas dalam memasak ataupun penggunaan alat-alat listrik. Selain itu Pemerintah Kota Pekalongan juga melakukan upaya-upaya pelatihan penanggulangan darurat bencana seperti pelatihan penanggulangan bencana penyelamatan korban dalam air yang diikuti oleh unsur POLRI, Satpol PP, Kesbang dan Linmas, BPBD dan Tim Sar di wilayah Kota Pekalongan, dan pelatihan tanggap darurat bencana bagi pelajar. Untuk tindakan-tindakan yang diambil pada saat terjadinya bencana, pemerintah melalui instansi terkait seperti BPBD, Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, Dinsosnakertrans, Kecamatan dan Kelurahan, melakukan evaluasi dan inventarisasi bencana, korban dan kerugian yang ditimbulkan. Untuk membantu korban bencana, 192

193 pemerintah memberikan dan menyalurkan pemberian bantuan logistik, membuka dapur umum dan melakukan pengamanan lokasi, terutama pada kejadian bencana kebakaran. Sedangkan tindakan pasca bencana lebih ditujukan pada adanya upaya perbaikan dan pembenahan kerusakan serta koordinasi dalam pemulihan kerugian yang ditimbulkan akibat bencana seperti perbaikan jalan dan jembatan. 6.3 Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum Gangguan Yang Terjadi Gangguan yang terjadi terhadap ketentraman dan ketertiban umu di Kota Pekalongan pada tahun 2014 antara lain sebagai berikut : 1. Pelanggaran K3 (Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan) Pelanggaran K3 pertama di Kota Pekalongan dilakukan oleh para pelaku Pedagang Kaki Lima. Pedagang Kaki Lima di Kota Pekalongan banyak yang tidak mentaati waktu dan tempat berjualan yang ditentukan. Mereka menggelar dagangan di luar waktu yang diperbolehkan serta di tempat atau trotoar, yang tidak seharusnya. Pelanggaran kedua adalah pemasangan reklame, spanduk, banner dan peraga iklan lainnya. Banyak peraga iklan terpasang menyalahi aturan perijinan. Selain tempat pemasangan, banyak ditemukan peraga iklan kadaluarsa (habis masa ijin) yang masih terpasang dan harus diturunkan secara paksa oleh aparat berwenang 2. Penyakit Masyarakat (PSK, minuman keras, PGOT dan anak punk) Pada tahun 2014 masih banyak ditemukan PSK dan peredaran minuman keras di Kota Pekalongan. Hal ini dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi dan kondisi keluarga, yang menyebabkan adanya masyarakat yang terlibat ke dalam dua penyakit masyarakat di atas. Selain itu, seperti kebanyakan di jalur pantura lainnya, di Kota Pekalongan banyak ditemukan anak punk, yang dianggap mengganggu ketertiban terutama lalu lintas di jalur pantura. Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, Pemerintah Kota Pekalongan melalui instansi Satpol PP bekerjasama dengan instansi lain (DPRD dan Dinsosnakertrans) telah melakukan sosialisasi dan Operasi Penyakit Masyarakat. 3. Razia Barang Cukai Ilegal Pada tahun 2014, masih ditemukan barang cukai ilegal yang beredar di Kota Pekalongan yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima dan toko-toko. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan untuk mengatasi hal ini adalah operasi 193

194 barang cukai ilegal (rokok), pembinaan pada para Pedagang yang dilakukan di tempat dan pengamanan barang cukai illegal Penanggulangan Dalam menghadapi gangguan-gangguan ketertiban umum di wilayah Kota Pekalongan, Pemerintah Kota Pekalongan telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut : a. Sosialisasi, pemberian surat teguran, surat peringatan dan operasi penertiban agar masyarakat mengetahui dan dapat mematuhi Peraturan Daerah yang ada. b. Patroli wilayah untuk mengecek reklame dan spanduk yang ada di wilayah Kota Pekalongan, penertiban reklame/spanduk yang melanggar, pembinaan terhadap instansi/pengusaha/ukm yang memasang reklame. c. Sosialisasi Perda, investigasi dan operasi penyakit masyarakat. d. Pengamanan wilayah agar situasi tetap kondusif dan menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan Keikutsertaan Aparat Keamanan Dalam Penanggulangan Keikutsertaan aparat keamanan dalam penanggulangan gangguan ketentraman dan ketertiban umum di wilayah Kota Pekalongan sangat diperlukan. Dalam menyelenggarakan upaya penanggulangan gangguan ketentraman dan ketertiban umum, Pemerintah Kota Pekalongan melalui instansi Satpol PP bekerja sama dengan dengan instansi lain seperti POLRI, Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan, Dinsosnakertrans dan Trantib Kecamatan/Kelurahan dan Linmas. 6.4 Penjelasan Dana Non APBD Pada tahun 2014, Pemerintah Kota Pekalongan mendapatkan dana dari Pemerintah Pusat yaitu dana Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama sebesar Rp ,00, dengan rincian sebagai berikut : Dana Urusan Bersama Pemerintah Kota Pekalongan mendapatkan alokasi dana Urusan Bersama sebesar Rp ,00 dengan DIPA Nomor : SP DIPA /2014 untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman dengan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara. SKPD pengampu kegiatan ini adalah BAPPEDA Kota Pekalongan dengan outcome kegiatan meningkatnya jumlah kabupaten kota yang 194

195 menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai dengan rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman serta jumlah kawasannya Dana Tugas Pembantuan Pemerintah Kota Pekalongan mendapatkan alokasi dana Tugas Pembantuan sebesar Rp ,00 dengan rincian sebagai berikut : a. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dengan Nomor DIPA : SP DIPA /2014 dengan kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan sebesar Rp ,00 dengan SKPD Pengampu Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. Outcome dari kegiatan tersebut adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat. b. Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja dengan Nomor DIPA : SP DIPA /2014 dengan kegiatan Pengembagan dan Peningkatan Perluasan Kesempatan Kerja sebesar Rp ,00 dengan SKPD pengampu Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Outcome dari kegiatan tersebut adalah jumlah pengganngur yang mendapatkan pekerjaan sementara. c. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya dengan Nomor DIPA : SP DIPA /2014 sebesar Rp ,00 dengan SKPD pengampu Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan dengan rincian kegiatan sebagai berikut : Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan sebesar Rp ,00 dengan outcome meningkatnya produksi perikanan budidaya. Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp ,00 dengan outcome pembangunan sarana dan prasarana denfarm. 195

196 BAB VII PENUTUP Saldo aset daerah sesuai neraca per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,97 mengalami kenaikan sebesar Rp ,35 atau sebesar 7,51% dibandingkan saldo aset per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,62. Kewajiban daerah per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp ,00 mengalami penurunan sebesar Rp ,00 atau sebesar 17,19% dari saldo kewajiban daerah per 31 Desember 2013 sebesar Rp ,00. Ekuitas dana sebesar Rp ,97 atau mengalami kenaikan sebesar Rp ,35 atau sebesar 7,59% dibandingkan ekuitas dana tahun 2013 sebesar Rp ,62 Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 16 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun 2014 (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2014 Nomor 16) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014 (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2014 Nomor 4), secara lengkap disajikan sebagai berikut : Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pendapatan , , ,00 Belanja , , ,00 Surplus/(Defisit) ( ,00) , ,00 Pembiayaan : Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Jumlah Pembiayaan Netto , , , , , , , , ,00 SILPA 0, , ,00 Dari realisasi APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2014, terdapat SiLPA sebesar Rp ,00 yang terdiri dari sisa kas di BUD murni sebesar Rp ,00, kas di BLUD Rumah Sakit Bendan sebesar Rp ,00, sisa kas di BLUD Puskesmas sebesar Rp ,00, sisa kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp ,00, kas di Bendahara Penerimaan sebesar 196

197 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN Rp ,00, Utang PFK sebesar Rp ,00 dan pendapatan yang ditangguhkan sebesar Rp ,00. Sumber dana yang digunakan untuk belanja Pemerintah Kota Pekalongan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan yang Sah serta pendapatan dari BLUD Rumah Sakit Bendan dan BLUD Puskesmas. Belanja daerah digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik serta membiayai berbagai kegiatan, dan peningkatan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Komponen belanja terbesar digunakan untuk membiayai belanja pegawai, sedangkan dari sisi penerimaan selama ini Pendapatan Transfer sangat dominan dalam struktur keuangan Kota Pekalongan dengan proporsi rata-rata 77% sedangkan Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar 19%. Demikian beberapa catatan penting yang dituangkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan untuk membantu mempermudah pemahaman pembaca laporan dalam mengevaluasi pencapaian kinerja Pemerintah Kota Pekalongan. Semoga Catatan atas Laporan Keuangan ini dapat memperjelas pemahaman terhadap Laporan Keuangan Kota Pekalongan Tahun Pekalongan, 22 Juli 2015 WALIKOTA PEKALONGAN MOHAMAD BASYIR AHMAD 197

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran mempunyai tugas menyusun

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan daerah terdiri dari

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN Jl. Mataram No. 1 Kota Pekalongan 51111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN, PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG a WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan 2009-2013 Pengelolaan keuangan daerah yang mencakup penganggaran, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja keuangan daerah terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah dapat diukur dari kontribusi masing-masing

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 21/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR 26 TAHUN 26 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES 1 BREBES PEMERINTAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a.

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Kabupaten Jembrana dalam hal pengelolaan keuangan daerah telah menerapkan pola pengelolaan keuangan berbasis

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN B A B III 1 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Daerah Tahun 2010-2015 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Data realisasi keuangan daerah Kabupaten Rembang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Basis Akuntansi Di dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kota Depok telah disebutkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kota Depok

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 SALINAN NOMOR 3/A, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 83 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH MAKALAH SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Untuk memenuhi tugas kelompok presentasi mata kuliah Sistem Informas Akuntnasi Sektor Publik KELAS CA Fanditama Akbar Nugraha 115020307111029 Rendy Fadlan Putra

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03 /KB/BTD-2012 03/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 15 OKTOBER 2012 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintahan Daerah Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK 63 BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK A. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Freedman dalam anggaran

Lebih terperinci

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode No. Rek Uraian Sebelum Perubahan Jumlah (Rp) Setelah Perubahan Bertambah / (Berkurang) 1 2 3 4 5 116,000,000,000 145,787,728,270 29,787,728,270 (Rp) 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan, oleh karena itu pengelolaan keuangan daerah selalu

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan ekonomi daerah disusun dalam rangka memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 11 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 PENDANAAN Rencana alokasi pendanaan untuk Percepatan Pembangunan Daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2009 memberikan kerangka anggaran yang diperlukan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD KABUPATEN DEMAK NOMOR : 06/PIMP.DPRD/2015 TENTANG PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 75 TAHUN 2017 2017 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2012 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0076 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, Kata Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas penyertaan-nya maka penyusunan Buku Statistik Kinerja Keuangan Provinsi NTT Beserta SKPD 2009-2013 ini dapat diselesaikan. Dalam era

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN ANGGARAN 2010 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 1/A, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 Dalam upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, diperlukan transparansi, akuntabilitas

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam [A.1] LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 68 TAHUN 2012 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PENYUSUNAN KUA DAN PPAS A. KETENTUAN UMUM Gubernur menyusun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 2013 PERDA KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 13 HLM, LD No. 23 ABSTRAK : -

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Kapasitas keuangan Daerah akan menentukan kemampuan pemerintah Daerah dalam

Lebih terperinci