Instanton: Pendekatan Semiklasikal Fenomena Tunneling Antarruang Vakum
|
|
- Sri Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Instanton: Pendekatan Semiklasikal Fenomena Tunneling Antarruang Vakum Ilham Prasetyo Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Pendekatan semiklasikal dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kuantum yang tidak mampu dijelaskan oleh teknik perturbasi. Menggunakan ruang Euklidean, efek tunneling antar vakum pada suatu potensial dapat dipelajari. Solusi ini biasa disebut dengan instanton, dengan probabilitas sebanding dengan exp ( /ħ) dengan adalah aksi pada ruang Euklidean. Menggunakan aproksimasi thin-wall, solusi dan aksi instanton dapat dicari secara analitik. Pada penelitian ini kami menghitung solusi instanton dan aksinya tanpa pendekatan thin-wall perhitungan numeric menggunakan shooting method. Instanton: Semiclassical Approach of Tunneling between Vacuum Spaces Phenomenon Abstract Semiclassical approach could be used to explain quantum phenomena which can not be explained using perturbation technique. Using Euclidean space, tunneling effect between vacuums of a potential can be investigated. The solution is called instanton, whose probability is proportional to exp ( /ħ) with an action in Euclidean space. Using thin-wall approximation, the solution and its action can be derived analytically. In this research, we calculate instanton solution and its action without thin-wall approximation with numerical computation using shooting method. Keywords : semiclassical approach, thin-wall approximation, numerical solution, shooting method
2 Pendahuluan Teori medan merupakan teori yang dapat diperlakukan secara umum mekanika klasik dan kuantum. Kita bisa menggunakan teori medan untuk memenuhi keadaan fisis yang ditinjau. Jika kita mau menggunakan mekanika klasik nonrelativistik, maka teori medan tersebut dimodifikasi dengan operasi aljabar tertentu agar menghasilkan persamaan gerak yang sesuai mekanika klasik nonrelativistik. Hal yang sama juga bisa digunakan untuk mekanika klasik relativistik, mekanika kuantum nonrelativistik, dan mekanika kuantum relativistik. Teori medan merupakan teori yang dapat diperlakukan secara umum mekanika klasik dan kuantum. Kita bisa menggunakan teori medan untuk memenuhi keadaan fisis yang ditinjau. Jika kita mau menggunakan mekanika klasik nonrelativistik, maka teori medan tersebut dimodifikasi dengan operasi aljabar tertentu agar menghasilkan persamaan gerak yang sesuai mekanika klasik nonrelativistik. Hal yang sama juga bisa digunakan untuk mekanika klasik relativistik, mekanika kuantum nonrelativistik, dan mekanika kuantum relativistik. Penelitian ini merujuk pada [1] dan [2] yang telah memberikan perhitungan analitik kemudian kami mencari tahu bagaimana fenomena yang terjadi saat menghitung tanpa menggunakan aproksimasi thin-wall yang hanya bisa dilakukan dengan numerik. Kami membatasi perhitungan numerik hanya dalam menentukan aksi Euclidean pada referensi [1] tidak sampai pada koreksi kuantum pada referensi [3] dan tidak menghitung solusi yang melibatkan gravitasi [4]. Dari perhitungan, kami akan mendapatkan hasil aksi berdasarkan potensial yang diberikan. Tunneling antar Vakum pada Teori Medan Fenomena tunneling merupakan fenomena kuantum yang dapat dijelaskan melalui aproksimasi WKB (Wentzel-Kramers-Brillouin). Kami mendeskripsikan ini berpegang pada referensi [5]. Pada mekanika kuantum, bentuk akhir berupa probabilitas per satuan volume dengan Γ = B/ħ 1 + ħ, (1) B = 2 " 2[ ]. (2)
3 Dengan massa partikel yang mengalami tunneling, energi partikel. Potensial () memiliki dua minimum yang berbeda nilai. Salah satu minimum ( "#$ ), lebih tinggi dibandingkan minimum yang lain, ( "#$%" ). Partikel tersebut tunneling dari minimum local menuju minimum global, sehingga = ( "#$ ). Kita lanjutkan pada ranah teori medan. Kita anggap ada sebuah teori medan skalar dengan potensial (). Menggunakan ruang Euklidean di mana komponen waktunya dijadikan imaginer, = ", kita akan dapatkan energi partikel = 1 2 " " +. Persamaan ini memberikan persamaan gerak menyerupai persamaan gerak Newtonian dengan potensial terbalik,. Potensial () memiliki minimum yang bisa diartikan sebagai vakum. Minimum lokal dinamakan false vacuum, ( "#$% ). Maksimum global dinamakan true vacuum, ( "#$ ). Hal ini akan memberikan (3) "#$% B = 2 " 2 "#$% "#$ B = 2 " 1 2 B = " 1 2 " " " " + "#$% + "#$% B = "#$%. (4) (5) (6) (7) Persamaan (4) didapat dengan transformasi =. Persamaan (5) didapat dari substitusi persamaan (3) dan = ( "#$% ). Persamaan (6) didapat dengan simetri waktu, = 0 ( "#$ ) dan ± = ( "#$% ), yang kemudian ini membuat B dinamakan aksi bounce, B dengan batas integrasi = 0 menuju + sama dengan B dengan batas integrasi menuju = 0. Aksi instanton adalah setengah aksi bounce. Aksi Euklidean didefinisikan sebagai dan kita membutuhkan syarat batas " 1 " + (), 2 " (8)
4 " " = 0, lim ± = "#$%. Teori yang kita telah bahas adalah teori medan skalar riil bergantung satu dimensi waktu. Sekarang kita masuk pada teori medan skalar riil yang bergantung tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu. Aksi Euklidean digantikan dengan " 1 2 " " Persamaan ini membuat syarat batas (, ) menjadi () " = " = 0, lim = lim = "#$%. ± ± Aksi Euklidean ini akan memberikan persamaan differensial parsial. Hal ini bisa disederhanakan dengan mendefinisikan koordinat bola empat dimensi dengan radius = +. Medan skalar juga didefinisikan = (). Hal ini membuat medan skalar menganut simetri O(4). Aksi Euklidean akan menjadi dan syarat batasnya menjadi. (9) (10) (11) 2 " 1 " + (), 2 " (12) " " = 0, lim = "#$%. Faktor 2 berasal dari simetri O(4). Aksi ini akan memberikan persamaan gerak berupa (13) " + 3 " " " " = 0. (14) Suku kedua di lengan kiri persamaan (14) seperti gaya hambat dengan koefisien hambatan 3/. Gaya hambat ini menjadi tak hingga saat 0. Karenanya, jika (0) terlalu jauh dari "#$, maka lim < "#$%, dan jika (0) terlalu dekat dengan "#$, maka lim "#$%, jika kita mendesain "#$% = "#$ > 0. Kasus (0) terlalu jauh dari "#$ disebut dengan undershoot, dan kasus (0) terlalu dekat dengan "#$ disebut dengan overshoot. Menggunakan argumen kontinuitas, solusi yang tepat berada di antara solusi-solusi undershoot dan overshoot.
5 Secara analitik, kita bisa mendapatkan alasan untuk solusi undershoot. Energi kinetik pada solusi undershoot tentu kurang dari energi potensialnya. Dari persamaan gerak (13) kita dapatkan " 1 2 " " + () = 3 Persamaan (13) kita bisa linearisasikan dengan menganggap dekat dengan "#$ sehingga yang kemudian akan memberikan solusi " " "#$ = 0, "#$ (14) (14) "#$ = (0) "#$ "#$ "#$. (14) Solusi ini memberikan kesimpulan bahwa dengan adanya () yang merupakan solusi Bessel jenis pertama yang berkembang lebih cepat daripada 1/, solusi ini akan memberikan nilai yang terus berkembang hingga tak hingga saat menuju tak hingga. Gambar 1. Potensial medan skalar dan solusi undershoot (hijau), solusi overshoot (merah) juga solusi yang sesuai syarat batas (biru) dalam ruang Euklidean di mana potensialnya terbalik. Instanton ini memiliki bentuk yang mematuhi invariansi terhadap O(3,1) karena instanton telah invarian terhadap O(4). Hal ini membuat instanton ini berbentuk bola empat dimensi dengan radius di ruang Euklidean dan berbentuk bola tiga dimensi dengan radius yang merupakan fungsi bergantung waktu. Pada ruang empat dimensi, bola ini memiliki isi true vacuum dan berada di ruang berisikan false vacuum. Bola ini, yang disebut bubble, memiliki dinding dengan ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan dari false vacuum.
6 Potensial memiliki suku simetrik yang dirusak suku perusaknya yang bergantung perbedaan energi vakum = "#$% ( "#$ ). Jika solusi dimulai dari = 0 dan 0, kita bisa melihat solusi ini memenuhi persamaan differensial (14) dengan 3/ 0. Solusi ini akan memiliki (0) "#$. Menggunakan pendekatan ini, dinding bubble akan menjadi tipis karena perbedaan energi vakum kecil, sehingga pendekatan ini biasa disebut sebagai thinwall approximation. Pendekatan ini akan memberikan hasil jari-jari bubble dan aksi bubble minimum sebesar = 3, B = adalah aksi Euklidean persatuan luasan permukaan bola empat dimensi. Potensial yang digunakan memiliki suku simetri di tambah suku perusak simetri bergantung perbedaan energi vakum, memiliki minimum lokal di, minimum global di, dan perbedaan energi vakum kecil (14) = + (). (15) Persamaan gerak akan menghasilkan solusi pada dinding berupa " = " 2 Pada dinding bubble, aksinya persatuan luas bola empat dimensi adalah. (16) Kita definisikan solusi analitik sebagai = " 2 (). =, =, ( ) =. (18) Menggunakan syarat batas, kita bisa dapatkan aksi bounce berupa B = = Pada aksi bounce terkecil, hal ini akan menghasilkan persamaan (14). Setelah tunneling selesai, medan tidak tepat pada minimum global karena tunneling tidak merusak konservasi energy. Hal ini menyebabkan terjadinya berkembangnya jari-jari bubble yang memenuhi (17) (19) = +. (20)
7 bernilai konstan karena nilai ini berubah hanya saat tunneling terjadi. Berkembangnya bubble terjadi pada ruang-waktu Minkowskian dan bubble berbentuk sama bagi semua pengamat dikarenakan menganut simetri O(3,1). Kecepatan bubble mengembang adalah = " =. Hal ini menjadikan energi untuk mengembang berasal dari dinding bubble yang tentunya berasal dari. Hal ini menjadikan energy pada dinding harus memenuhi energy relativitas khusus yang merupakan Dengan sedikit aljabar, kita bisa dapatkan (21) "#"#$ = 4 1. (22) "#"#$ = 4, 3 yang akan memberitahu bahwa semakin besar perbedaan energy vakum, maka semakin besar energi pada dinding bubble. Hal ini mempertegas bahwa dikarenakan energi dinding berbanding lurus dengan tebal dinding, maka semakin kecil perbedaaan energy semakin tipis dindingnya. (23) Potensial Tiga Sumur dan Perhitungan dengan Shooting Method Potensial yang digunakan adalah = + + " (24) Potensial ini bergantung pada keempat parameter,,,, dan, yang akan membentuk kurva potensial tersebut. Potensial ini dapat menjadikan kurva potensial tiga sumur dengan parameter - parameter tertentu. Ketiga sumur potensial yang didapat kami namakan dari kiri ke kanan,, dan. Kita tinjau hanya tiga bentuk potensial yang kami contohkan pada gambar 2. Potensial BAC kita namakan untuk kurva dengan spesifikasi < <, potensial ABC untuk < <, dan potensial ACB untuk < <.
8 Gambar 2. Kurva potensial dari atas ke bawah: BAC, ABC, dan ACB. Shooting method pada dasarnya adalah mengubah syarat batas menjadi syarat inisial. Syarat batas pada persamaan gerak (14) membutuhkan syarat batas di titik awal 0 dan syarat batas di titik akhir. Kami menggunakan metode Runge-Kutta orde empat yang akan membutuhkan, dari persamaan differensial biasa orde dua, syarat awal,, dan "/". Dari persamaan (13), kita tidak memiliki syarat awal, sehingga kita harus mencarinya secara trial and error. Syarat awal ini, 0 =, harus memenuhi syarat akhir di mana saat, "#$%, yang jelas berada di antara solusi undershoot dan solusi overshoot. Setelah kurva solusi () kita dapatkan, kita bisa menghitung juga aksi bounce B. Agar aksi bounce tidak bernilai negatif, maka kita harus memasukkan ( "#$% ). Setiap solusi memiliki aksinya masing-masing. Karena kurva ini potensial yang digunakan memiliki sumur tiga buah, kita bisa membandingkan dua aksi dari dua solusi yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah hasil dari thin-wall approximation masih sesuai dengan solusi numerik.
9 Selain itu, kita bisa melihat secara numerik apakah ada tunneling dari C ke A dari ketiga potensial sebelumnya. Untuk potensial BAC, jelas tidak ada tunneling dari C ke A. Untuk potensial ABC, tunneling dari C ke A bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Untuk potensial ACB, tunneling dari C ke A hanya terjadi secara langsung. Hasil dan Analisis Gambar 3. Potensial BAC (a = 4.0; b = 0.9; c = 0.25; d = 1.0) Pertama, kita gunakan potensial BAC (a = 4.0; b = 0.9; c = 0.25; d = 1.0), kita dapatkan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan prediksi perhitungan analitik. Perhitungan analitik menunjukkan bahwa semakin besar perbedaan energy vakum, semakin mungkin tunneling terjadi. Dari gambar 3, kita bias melihat solusi numerik juga memberikan hasil yang sama.
10 Gambar 4. Potensial ABC 1 (a = 4.0; b = 0.0; c = 1.0; d = 1.0) Gambar 5. Potensial ABC 2 (a = 4.0; b = -0.1; c = 0.5; d = 1.0). Kedua, kita gunakan potensial ABC 1 (a = 4.0; b = 0.0; c = 1.0; d = 1.0) dan potensial ABC 2 (a = 4.0; b = -0.1; c = 0.5; d = 1.0). Hal ini memberikan kita kesimpulan bahwa tunneling dari C ke A secara tak langsung membutuhkan syarat " " [6]. Kami tidak menemukan solusi tunneling dari C ke A secara langsung, hanya menemukan yang tidak langsung.
11 Ketiga, kita gunakan potensial ACB (a = 4.0; b = -2.0; c = 0.25; d = 1.0). Hal ini juga memberikan hasil yang selaras dengan pendekatan thin-wall limit. Akan tetapi, kami tidak mendapatkan solusi tunneling dari C ke A secara langsung. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa solusi tunneling dari C ke A cenderung sulit untuk didapatkan dikarenakan kita harus melompati satu sumur daripada hanya menemukan tunneling yang tidak melompati sumur. Gambar 6. Potensial ACB (a = 4.0; b = -2.0; c = 0.25; d = 1.0) Kesimpulan dan Saran Penelitian menggunakan perhitungan numerik ini menunjukkan bahwa semakin besar perbedaan energi antar vakum yang berbeda nilai energi vakumnya semakin besar probabilitas tunneling, yang menjadikan hasil analitik pendekatan thin-wall sesuai dengan perhitungan numerik. Kemudian, kita mendapatkan bahwa lompatan tunneling langsung antar dua vakum yang dipisahkan oleh sebuah vakum cenderung sulit untuk didapatkan, walaupun bisa saja ada, bergantung pada parameter potensial; lompatan tidak langsung cenderung lebih mudah ditemukan daripada lompatan langsung. Literatur-literatur yang kami kutip sebagai teori dasar skripsi ini sampai saat ini telah dikutip tidak hanya oleh fisikawan teori, tetapi telah dibahas juga oleh fisikawan eksperimentalis
12 dari berbagai bidang. Teori instanton ini secara matematik bisa digunakan pada berbagai teori dikarenakan potensial pada aksi Euklidean tidak dimasukkan secara eksplisit harus bagaimana, asalkan memiliki lebih dari dua minimum agar terjadi tunneling maka potensial itu sudah bisa digunakan. Sehingga hal ini tidak menutup kemungkinan bidang fisika selain teoritis untuk menggunakannya. Penelitian ini masih membahas sebagian kecil mengenai instanton. Dua pembahasan lain dapat dilihat pada acuan [6] dan [7] yang keduanya merupakan hasil dari penulis yang menjadi sumber dasar teori skripsi ini. Daftar Acuan [1] E. J. Weinberg, ``Classical solutions in quantum field theory : Solitons and Instantons in High Energy Physics, (New York: Cambridge University Press, 2012). [2] S. R. Coleman, ``The Fate of the False Vacuum. 1. Semiclassical Theory, Phys. Rev. D 15, 2929 (1977) [Erratum-ibid.D 16, 1248 (1977)]. [3] C. G. Callan, Jr. and S. R. Coleman, ``The Fate of the False Vacuum. 2. First Quantum Corrections, Phys. Rev. D 16, 1762 (1977). [4] S. R. Coleman and F. De Luccia, ``Gravitational Effects on and of Vacuum Decay, Phys. Rev. D 21, 3305 (1980). [5] S. Gasiorowicz, ``Quantum Physics, 2nd ed, (New York: John Wiley and Sons, 1995). [6] A. R. Brown and A. Dahlen, The Case of the Disappearing Instanton, Phys. Rev. D 84, (2011) [arxiv: [hep-th]]. [7] C. G. Callan, Jr. and S. R. Coleman, The Fate of the False Vacuum. 2. First Quantum Corrections, Phys. Rev. D 16, 1762 (1977). [8] S. R. Coleman and F. De Luccia, Gravitational Effects on and of Vacuum Decay, Phys. Rev. D 21, 3305 (1980). Lampiran Berikut ini adalah code FORTRAN 90 yang digunakan untuk perhitungan numerik. ====================================================================== Program Solusi dan Aksi Instanton menggunakan metode tembak (shooting method) untuk mencari inisial solusi \phi dan aksi yang diberikan masukan = t : \rho x0 : \phi x1 : \phi' x2 : \phi'' a, b, c, d : parameter potensial potf : nilai perkiraan potensial saat false vacuum x0init : \phi(\rho=0) ; yang dicari
13 x1init : \phi'(\rho=0) ; sudah ditentukan action : aksi yang di cari \mathcal{b} jika bernilai negatif maka potf harus dirubah keluaran berupa tiga kolom data kolom pertama adalah \rho kolom kedua adalah \phi kolom ketiga adalah sumasi aksi dari awal perhitungan kolom pertama dan kedua digunakan untuk melihat plot di gnuplot ketiga kolom diakhiri dengan menampilkan parameter potensial dan potf program shootinstanton implicit none integer :: j integer,parameter :: n = 80 integer,parameter :: jmin=1, jmax=n real,parameter :: tmin=0.001, tmax=n/20 real,parameter :: h=(tmax-tmin)/n ditetapkan setiap satu detik 20 iterasi sehingga harus kelipatan 20 agar solusi konsisten real :: k1,k2,k3,k4,x2,action,pot,lagr real,dimension(jmin-1:jmax) :: t,x0,x1 real,parameter :: x1init= 0.0 ===================Bagian program yang sering diubah================ $ untuk potensial dengan V_A<V_C<V_B real,parameter :: a=4.0, b=-2.0, c=0.25, d=1.0, potf=-0.01 real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot B ke A aksi = ==================================================================== =========Hasil penelitian diambil dari parameter berikut============ $ untuk potensial dengan V_A<V_C<V_B real,parameter :: a=4.0, b=-2.0, c=0.25, d=1.0, potf=-0.01 real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot B ke A aksi = $ $ untuk potensial dengan V_A<V_C<V_B $real,parameter :: a=4.0, b=-2.0, c=0.25, d=1.0, potf=-0.01 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot B ke C aksi = $ $ untuk potensial dengan V_A<V_B<V_C $real,parameter :: a=4.0, b=0.0, c=1.0, d=1.0, potf=0.95 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot C ke B aksi = $ $ untuk potensial dengan V_A<V_B<V_C $real,parameter :: a=4.0, b=0.0, c=1.0, d=1.0, potf=-0.1 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot B ke A aksi =
14 $ $ untuk potensial dengan V_B<V_A<V_C $real,parameter :: a=4.0, b=0.9, c=0.25, d=1.0, potf=1.05 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot C ke B aksi = $ $ untuk potensial dengan V_B<V_A<V_C $real,parameter :: a=4.0, b=0.9, c=0.25, d=1.0, potf=0.25 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot A ke B aksi = potensial yang dicerminkan $ untuk potensial dengan V_C<V_A<V_B $real,parameter :: a=4.0, b=-2.0, c=-0.25, d=1.0, potf=-0.01 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot B ke A aksi = $ $ untuk potensial dengan V_C<V_A<V_B $real,parameter :: a=4.0, b=-2.0, c=-0.25, d=1.0, potf=-0.01 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot B ke C aksi = $ $ untuk potensial dengan V_C<V_B<V_A $real,parameter :: a=4.0, b=0.0, c=-1.0, d=1.0, potf=0.95 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot A ke B aksi = $ $ untuk potensial dengan V_C<V_B<V_A $real,parameter :: a=4.0, b=0.0, c=-1.0, d=1.0, potf=-0.1 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot B ke C aksi = $ $ untuk potensial dengan V_B<V_C<V_A $real,parameter :: a=4.0, b=0.9, c=-0.25, d=1.0, potf=1.05 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot A ke B aksi = $ $ untuk potensial dengan V_B<V_C<V_A $real,parameter :: a=4.0, b=0.9, c=-0.25, d=1.0, potf=0.25 $real,parameter :: x0init= $ hasil nilai shoot C ke B aksi = solusi lompatan $ untuk potensial dengan V_A<V_B<V_C real,parameter :: a=4.0, b=-0.1, c=0.5, d=1.0 tunneling C ke B x0= = real,parameter :: x0init= , potf= $ hasil aksi = tunneling B ke A x0= real,parameter :: x0init= , potf= $ hasil aksi = dapat tunnel scr tak langsung dari A ke C
15 ==================================================================== menghitung dengan metode runge-kutta orde 4 call rungekutta4(t,x0,x1,a,b,c,d,h,jmin,jmax,tmin,x0init,x1init) menampilkan parameter-parameter print *, '# a=',a,'b=',b print *, '# c=',c,'d=',d print *, '# potf=',potf,'x0init=',x0init menghitung sumasi dalam action action=0 do j=0,jmax lagr=2.*3.14**2*t(j)**3*((0.5)*x1(j)**2+pot(x0(j),a,b,c,d)-potf) action=action+h*lagr print *, t(j),x0(j),action end do end program shootinstanton ============================================================== Fungsi untuk memasukkan persamaan eksplisit phi'' function x2(t,x0,x1,a,b,c,d) implicit none real :: t,x0,x1,x2,a,d,b,c x2=-(3/t)*x1 + (2*a*x0*(x0**2-d**2)*(3*x0**2-d**2)+(2*b*x0+c)) end function x2 ============================================================== ============================================================== Fungsi untuk memasukkan persamaan eksplisit potensial function pot(x0,a,b,c,d) implicit none real :: pot,a,b,c,d,x0 pot=a*x0**2*(x0**2-d**2)**2+b*x0**2+c*x0 end function pot ============================================================== ===================================================================== Subroutine untuk shooting method menggunakan runge kutta orde 4 subroutine rungekutta4(t,x0,x1,a,b,c,d,h,jmin,jmax,tmin,x0init,x1init) real :: a,b,c,d,h,k1,k2,k3,k4 integer :: jmin,jmax,j real,dimension(jmin-1:jmax) :: t,x0,x1 membersihkan array t,x0,x1 do j=jmin-1,jmax t(j)=0 x0(j)=0 x1(j)=0 end do memberikan nilai batasan awal
16 t(0) = tmin x0(0) = x0init x1(0) = x1init memulai iterasi Runge-Kutta do j=jmin-1,jmax-1 t(j+1)=t(j)+h x0(j+1)=x0(j)+h*x1(j) k1=h*x2(t(j),x0(j),x1(j),a,b,c,d) k2=h*x2(t(j)+h/2,x0(j)+h*x1(j)/2,x1(j)+k1/2,a,b,c,d) k3=h*x2(t(j)+h/2,x0(j)+h*x1(j)/2,x1(j)+k2/2,a,b,c,d) k4=h*x2(t(j)+h,x0(j)+h*x1(j),x1(j)+k3,a,b,c,d) x1(j+1)=x1(j)+(k1+2*k2+2*k3+k4)/6 end do end subroutine ======================================================================
Instanton: Pendekatan Semiklasikal Fenomena Tunneling Antarruang Vakum
Instanton: Pendekatan Semiklasikal Fenomena Tunneling Antarruang Vakum Ilham Prasetyo Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: ilham.prasetyo@ui.ac.id Abstrak Pendekatan
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA INSTANTON: PENDEKATAN SEMIKLASIKAL FENOMENA TUNNELING ANTARRUANG VAKUM SKRIPSI ILHAM PRASETYO
UNIVERSITAS INDONESIA INSTANTON: PENDEKATAN SEMIKLASIKAL FENOMENA TUNNELING ANTARRUANG VAKUM SKRIPSI ILHAM PRASETYO 16681413 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI S1 FISIKA REGULER
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK
PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK Disusun oleh : Muhammad Nur Farizky M0212053 SKRIPSI PROGRAM STUDI
Lebih terperinciKOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB
KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB Tatik Juwariyah Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional
Lebih terperinciMATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga
MATERI PERKULIAHAN 3. Potensial Tangga Tinjau suatu partikel bermassa m, bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah dengan potensial berbentuk tangga, seperti pada Gambar 1. Pada daerah < potensialnya
Lebih terperinciJAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK
JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK Kasus-kasus fisika yang diangkat pada mata kuliah Fisika Komputasi akan dijawab secara numerik. Validasi jawaban
Lebih terperinciKomputasi Gerak Benda Jatuh Relativistik dengan Variasi Percepatan Gravitasi dan Gesekan Menggunakan Bahasa Reduce
Komputasi Gerak Benda Jatuh Relativistik dengan Variasi Percepatan Gravitasi dan Gesekan Menggunakan Bahasa Reduce Tri Hartanti dan Arief Hermanto Jurusan Fisika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 12-6)
LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 1-6) Oleh : Warsono, M.Si Supahar, M.Si Supardi, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciPERHITUNGAN TINGKAT ENERGI SUMUR POTENSIAL KEADAAN TERIKAT MELALUI PERSAMAAN SCHRODINGER MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA
PILLAR OF PHYSICS, Vol. 1. April 2014, 17-24 PERHITUNGAN TINGKAT ENERGI SUMUR POTENSIAL KEADAAN TERIKAT MELALUI PERSAMAAN SCHRODINGER MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA Hanifah Rahmayani *), Hidayati **) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mekanika geometrik merupakan bidang kajian yang membahas subyek-subyek seperti persamaan diferensial, kalkulus variasi, analisis vektor dan tensor, aljabar
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciPenyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks
Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks Dewi Erla Mahmudah 1, Ratna Dwi Christyanti 2, Moh. Khoridatul Huda 3,
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild
Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com
Lebih terperinciPROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5. Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani
PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5 Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember email: schrodinger_risma@yahoo.com
Lebih terperinciFUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON
FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON Rif ati Dina Handayani 1 ) Abstract: Suatu partikel yang bergerak dengan momentum p, menurut hipotesa
Lebih terperinciPARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI
PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI Atom terdiri dari inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron, di mana elektron valensinya bebas bergerak di antara pusat-pusat ion. Elektron valensi geraknya
Lebih terperinciPROJEK 2 PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA
PROJEK PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA A. PENDAHULUAN Ada beberapa metode numerik yang dapat diimplementasikan untuk mengkaji keadaan energi terikat (bonding
Lebih terperinciPENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA
PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains MELLY FRIZHA
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3
PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3 Tornados P. Silaban 1, Faiz Ahyaningsih 2 1) FMIPA, UNIMED, Medan, Indonesia email: tornados.p_silaban@yahoo.com 2)
Lebih terperinciJURNAL INFORMATIKA HAMZANWADI Vol. 2 No. 1, Mei 2017, hal. 20-27 ISSN: 2527-6069 SOLUSI PERSAMAAN DIRAC UNTUK POTENSIAL POSCH-TELLER TERMODIFIKASI DENGAN POTENSIAL TENSOR TIPE COULOMB PADA SPIN SIMETRI
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein
BAB II DASAR TEORI Sebagaimana telah diketahui dalam kinematika relativistik, persamaanpersamaannya diturunkan dari dua postulat relativitas. Dua kerangka inersia yang bergerak relatif satu dengan yang
Lebih terperinciAnalisis Metode Lintasan Feynman pada Interferensi 1, 2, 3, dan 4 Celah
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME, NOMOR JANUARI 05 Analisis Metode Lintasan Feynman pada Interferensi,, 3, dan 4 Celah Mahendra Satria Hadiningrat, Endarko, dan Bintoro Anang Subagyo Jurusan Fisika,
Lebih terperinciSolusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 320 Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method) Titis
Lebih terperinciSimulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan
Lebih terperinciSOLUSI PERSAMAAN DIRAC PADA KASUS SPIN SIMETRI UNTUK POTENSIAL SCARF TRIGONOMETRIK PLUS COULOMB LIKE TENSOR DENGAN METODE POLINOMIAL ROMANOVSKI
SOLUSI PERSAMAAN DIRAC PADA KASUS SPIN SIMETRI UNTUK POTENSIAL SCARF TRIGONOMETRIK PLUS COULOMB LIKE TENSOR DENGAN METODE POLINOMIAL ROMANOVSKI Alpiana Hidayatulloh 1, Suparmi, Cari Jurusan Ilmu Fisika
Lebih terperinciMETODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN RAYLEIGH
Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 77 84 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND METODE BENTUK NORMAL PADA PENYELESAIAN PERSAMAAN RAYLEIGH EKA ASIH KURNIATI, MAHDHIVAN SYAFWAN, RADHIATUL
Lebih terperinciPERBANDINGAN BEBERAPA METODE NUMERIK DALAM MENGHITUNG NILAI PI
PERBANDINGAN BEBERAPA METODE NUMERIK DALAM MENGHITUNG NILAI PI Perbandingan Beberapa Metode Numerik dalam Menghitung Nilai Pi Aditya Agung Putra (13510010)1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik
Lebih terperinciINTEGRASI NUMERIK KAPASITAS PANAS DEBYE MATERIAL LOGAM MENGGUNAKAN METODE NEWTON-COTES
SIGMA, Vol., No., Juli : 7- ISSN: -888 INTEGRASI NUMERIK KAPASITAS PANAS EBYE MATERIAL LOGAM MENGGUNAKAN METOE NEWTON-COTES E. Juarlin, A. Limbong, dan P. L. Gareso Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciPOSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi
Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi Imamal Muttaqien 1) 1)Kelompok Keahlian Astrofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya.
Lebih terperinciBAB IV OSILATOR HARMONIS
Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ada beberapa metode numerik yang dapat diimplementasikan untuk mengkaji keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara metode-metode
Lebih terperinciANALISIS DAN VISUALISASI PERSAMAAN KLEIN-GORDON PADA ELEKTRON DALAM SUMUR POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATHEMATIC 10
ANALISIS DAN VISUALISASI PERSAMAAN KLEIN-GORDON PADA ELEKTRON DALAM SUMUR POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATHEMATIC 1 Syahrul Humaidi 1,a), Tua Raja Simbolon 1,b), Russell Ong 1,c), Widya Nazri Afrida
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Relativitas Einstein Relativitas merupakan subjek yang penting yang berkaitan dengan pengukuran (pengamatan) tentang di mana dan kapan suatu kejadian terjadi dan bagaimana
Lebih terperinciMETODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT
METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR I. P. Edwar, M. Imran, L. Deswita Mahasiswa Program Studi S Matematika Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinci1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan
Lebih terperinciPARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay" + b Y' + cy = 0
1 PARTIKEL DALAM BOX Elektron dalam atom dan molekul dapat dibayangkan mirip partikel dalam box. daerah di dalam box tempat partikel tersebut bergerak berpotensial nol, sedang daerah diluar box berpotensial
Lebih terperinciKata kunci: cermin Einstein, cermin Relativistik, foton, pemantulan cahaya.
1 PEMANTULAN CERMIN DATAR RELATIVISTIK: ANALISIS FREKUENSI DAN SUDUT PANTUL CAHAYA TERHADAP KECEPATAN CERMIN DAN SUDUT DATANG Muhammad Firmansyah Kasim, Muhammad Fauzi Sahdan, Nabila Khrisna Dewi Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Upaya para fisikawan, khususnya fisikawan teoretik untuk mengungkap fenomena alam adalah dengan diajukannya berbagai macam model hukum alam berdasarkan
Lebih terperinciMETODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK ABSTRACT
METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK Risvi Ayu Imtihana 1, Asmara Karma 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciSEBUAH VARIASI BARU METODE NEWTON BERDASARKAN TRAPESIUM KOMPOSIT ABSTRACT
SEBUAH VARIASI BARU METODE NEWTON BERDASARKAN TRAPESIUM KOMPOSIT Vera Alvionita Harahap 1, Asmara Karma 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB III. Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB
BAB III Proses Fisis Penyebab Fluktuasi Temperatur CMB III.1 Penyebab Fluktuasi Struktur di alam semesta berasal dari fluktuasi kuantum di awal alam semesta. Akibat pengembangan alam semesta, fluktuasi
Lebih terperinciBab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA
Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga
Lebih terperinciWacana, Salatiga, Jawa Tengah. Salatiga, Jawa Tengah Abstrak
Kajian Metode Analisa Data Goal Seek (Microsoft Excel) untuk Penyelesaian Persamaan Schrödinger Dalam Menentukan Kuantisasi ergi Dibawah Pengaruh Potensial Lennard-Jones Wahyu Kurniawan 1,, Suryasatriya
Lebih terperinciBAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR
A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar
Lebih terperinciANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta
ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER Oleh: Supardi Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian tentang gejala chaos pada pendulum nonlinier telah dilakukan.
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)
Revisi ke: Tanggal: GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) SPMI-UNDIP/GBPP/xx.xx.xx/xxx Disetujui oleh Dekan Fak Mata Kuliah : Fisika Matematika II Kode/ Bobot : PAF 215/4 sks Deskripsi singkat : Mata
Lebih terperinciBAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK
BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan
Lebih terperinciBahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :
Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi : Teori Relativitas Umum Sebelum teori Relativitas Umum (TRU) diperkenalkan oleh Einstein pada tahun 1915, orang mengenal sedikitnya tiga
Lebih terperinciFUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)
INTEGRAL, Vol. 1 No. 1, Maret 5 FUNGSI DELTA DIRAC Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi ) 1) Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persamaan diferensial adalah suatu persamaan diantara derivatif-derivatif yang dispesifikasikan pada suatu fungsi yang tidak diketahui nilainya dan diketahui jumlah
Lebih terperinciBAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG
BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG 1. KOORDINAT CARTESIUS DALAM RUANG DIMENSI TIGA SISTEM TANGAN KANAN SISTEM TANGAN KIRI RUMUS JARAK,,,, 16 Contoh : Carilah jarak antara titik,, dan,,. Solusi :, Persamaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb
Lebih terperinciXpedia Fisika DP SNMPTN 05
Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Doc. Name: XPFIS9910 Version: 2012-06 halaman 1 Sebuah bola bermassa m terikat pada ujung sebuah tali diputar searah jarum jam dalam sebuah lingkaran mendatar dengan jari-jari
Lebih terperinciPersamaan Dirac, Potensial Scarf Hiperbolik, Pseudospin symetri, Coulomb like tensor, metode Polynomial Romanovski PENDAHULUAN
Jurnal Sangkareang Mataram 51 FUNGSI GELOMBANG SPIN SIMETRI UNTUK POTENSIAL SCARF HIPERBOLIK PLUS COULOMB LIKE TENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLYNOMIAL ROMANOVSKI Oleh: Alpiana Hidayatulloh Dosen Tetap
Lebih terperinciBAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya
1 BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya Perhatikan persamaan Schrodinger satu dimensi bebas waktu yaitu: d + V (x) ( x) E( x) m dx d ( x) m + (E V(x) ) ( x) 0 dx (3-1) (-4) Suku-suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia sains, ilmu fisika mempunyai peran penting untuk memahami fenomena alam dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hal itu dapat dilihat
Lebih terperinciModul Praktikum Analisis Numerik
Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang December 2, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik December 2, 2013 1 / 18 Praktikum 1: Deret
Lebih terperinciPENENTUAN ENERGI EIGEN PERSAMAAN SCHRODINGER DENGAN SUMUR POTENSIAL SEMBARANG MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER NUMERIK
PENENTUAN ENERGI EIGEN PERSAMAAN SCHRODINGER DENGAN SUMUR POTENSIAL SEMBARANG MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER NUMERIK Nuraina Fika Lubis, Salomo, Defrianto Mahasiswa Program Studi S Fisika Fakultas
Lebih terperinciSTATEMENT FORMAT, DATA, PARAMETER, SPESIFIKASI DAN PENGERJAAN. Kuliah ke-3
STATEMENT FORMAT, DATA, PARAMETER, SPESIFIKASI DAN PENGERJAAN Kuliah ke-3 1 PROGRAM FORTRAN STATEMENT FORMAT Bentuk umum penulisan statement FORMAT adalah ; < label statement > FORMAT Penjelasan
Lebih terperinciMetrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 13, NOMOR 1 JANUARI 17 Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein Canisius Bernard Program Studi Fisika, Fakultas Teknologi Informasi dan Sains, Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi
Lebih terperinciKOMPARASI LAJU KONVERGENSI METODE EULER DAN RUNGE-KUTTA DALAM PENENTUAN MASSA DAN RADIUS TERSKALA WHITE DWARFS
KOMPARASI LAJU KONVERGENSI METODE EULER DAN RUNGE-KUTTA DALAM PENENTUAN MASSA DAN RADIUS TERSKALA WHITE DWARFS Redi K. Pingak Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana ABSTRACT
Lebih terperinciPERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D
PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D Keadaan Stasioner Pada pembahasan sebelumnya mengenai fungsi gelombang, telah dijelaskan bahwa potensial dalam persamaan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Berikut adalah diagram alir penelitian konduksi pada arah radial dari pembangkit energy berbentuk silinder. Gambar 3.1 diagram alir penelitian konduksi
Lebih terperinciAlpiana Hidayatulloh Dosen Tetap pada Fakultas Teknik UNTB
6 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. -99 SOLUSI PERSAMAAN DIRAC DENGAN PSEUDOSPIN SIMETRI UNTUK POTENSIAL SCARF TRIGONOMETRIK PLUS COULOMB LIKE TENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLYNOMIAL ROMANOVSKI Oleh:
Lebih terperinciSchrodinger s Wave Function
SPEKTRA RADIASI ELEKTROMAGNET SPEKTRUM KONTINYU TEORI MAX PLANK TEORI ATOM BOHR SIFAT GELOMBANG Schrodinger s Wave Function MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM Persamaan gelombang Schrodinger TEORI MEKANIKA KUANTUM
Lebih terperinciFISIKA I. OSILASI Bagian-2 MODUL PERKULIAHAN. Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik sederhana
MODUL PERKULIAHAN OSILASI Bagian- Fakultas Program Studi atap Muka Kode MK Disusun Oleh eknik eknik Elektro 3 MK4008, S. M Abstract Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persamaan Diferensial Parsial (PDP) digunakan oleh Newton dan para ilmuwan pada abad ketujuhbelas untuk mendeskripsikan tentang hukum-hukum dasar pada fisika.
Lebih terperinciBUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR METODE NUMERIK. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Metode Numerik
BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR METODE NUMERIK oleh Tim Dosen Mata Kuliah Metode Numerik Fakultas Teknik Universitas Indonesia Maret 2016 1 DAFTAR ISI hlm. PENGANTAR BAB 1 BAB 2 INFORMASI UMUM KOMPETENSI
Lebih terperinciPOSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :
Penentuan Energi Keadaan Dasar Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Metode Kuantum Difusi Monte Carlo Nurul Wahdah a, Yudha Arman a *,Boni Pahlanop Lapanporo a a JurusanFisika FMIPA Universitas Tanjungpura,
Lebih terperinciSOLUSI PERSAMAAN DIRAC DENGAN PSEUDOSPIN SIMETRI UNTUK POTENSIAL ROSEN MORSE PLUS COULOMB LIKE TENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLYNOMIAL ROMANOVSKI
32 Jurnal Sangkareang Mataram SOLUSI PERSAMAAN DIRAC DENGAN PSEUDOSPIN SIMETRI UNTUK POTENSIAL ROSEN MORSE PLUS COULOMB LIKE TENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE POLYNOMIAL ROMANOVSKI Oleh: Alpiana Hidayatulloh
Lebih terperinciPENERAPAN METODA MATRIK TRANSFER UNTUK MENENTUKAN ENERGI PRIBADI DARI PERSAMAAN GELOMBANG SCHRODINGER POTENSIAL SUMUR SEMBARANG
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru.Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENERAPAN METODA MATRIK TRANSFER UNTUK MENENTUKAN ENERGI PRIBADI DARI PERSAMAAN GELOMBANG
Lebih terperinciJurnal MIPA 39 (1)(2016): Jurnal MIPA.
Jurnal MIPA 39 (1)(16): 34-39 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm KAJIAN METODE ANALISA DATA GOAL SEEK (MICROSOFT EXCEL) UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRÖDINGER DALAM MENENTUKAN KUANTISASI
Lebih terperinciStephen Hawking. Muhammad Farchani Rosyid
Stephen Hawking Muhammad Farchani Rosyid Kelompok Penelitian Kosmologi, Astrofisika, Partikel, dan Fisika Matematik (KAMP), Laboratorium Fisika Atom dan Inti, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Gadjah Mada,
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013
Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat
Lebih terperinciTUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016. Pendahuluan. Identitas Tugas. Disusun oleh : Latar Belakang. Tujuan
TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016 Identitas Tugas Program Mencari Titik Nol/Titik Potong Dari Suatu Sistem 27 Oktober 2015 Disusun oleh : Zulfikar Lazuardi Maulana (10212034) Ridho Muhammad Akbar
Lebih terperinciVerifikasi Perhitungan Partial Wave untuk Hamburan!! n
Verifikasi Perhitungan Partial Wave untuk Hamburan n L dy Mascow Abdullah, Imam Fachruddin, Agus Salam 1. Departemen Fisika, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Fisika, Universitas
Lebih terperinciPEMODELAN ARUS LALU LINTAS ROUNDABOUT
Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 43 52 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN ARUS LALU LINTAS ROUNDABOUT NANDA ARDIELNA, MAHDHIVAN SYAFWAN Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinciMesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 6, NOMOR 1 JANUARI,010 Mesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi Yohanes Dwi Saputra dan Agus Purwanto Laboratorium Fisika
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA STOPPING POWER PARTIKEL BERMUATAN DENGAN EFEK PENTALAN INTI SKRIPSI INDRIAS ROSMEIFINDA
UNIVERSITAS INDONESIA STOPPING POWER PARTIKEL BERMUATAN DENGAN EFEK PENTALAN INTI SKRIPSI INDRIAS ROSMEIFINDA 0906529905 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK DESEMBER
Lebih terperinciLampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.
L A M P I R A N 19 Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. Soal no Jumlah siswa (%) yang menjawab option : 10,5 (A) Siswa tidak teliti membaca soal. analisa 1 79 (B*) 10,5 (C) 26% siswa berpikir
Lebih terperinciBAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.
BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan
Lebih terperinciMODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT
MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Handico Z Desri 1, Syamsudhuha 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (1-1)
BAB I PENDAHULUAN Penelitian tentang analisis system fisis vibrasi molekuler yang berada dalam pengaruh medan potensial Lenard-Jones atau dikenal pula dengan potensial 6-2 sudah dilakukan. Kajian tentang
Lebih terperinciJurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.
Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 192-199 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm PENYELESAIAN PERSAMAAN DUFFING OSILATOR PADA APLIKASI WEAK SIGNAL DETECTION MENGGUNAKAN METODE AVERAGING Z A Tamimi
Lebih terperinciAPLIKASI METODE BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN SCHRöDINGER MENGGUNAKAN MATLAB ABSTRAK
APLIKASI METODE BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN SCHRöDINGER MENGGUNAKAN MATLAB Odaligo Ziduhu Lombu 1, Tua Raja Simbolon 2, Tenang Ginting 3 1 Mahasiswa FISIKA FMIPA USU 2,3 Dosen Pembimbing FISIKA FMIPA USU
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI
PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI Frando Heremba, Nur Aji Wibowo, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika
Lebih terperinciMETODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT
METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT Agusman Sahari. 1 1 Jurusan Matematika FMIPA UNTAD Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu Abstrak Dalam paper ini mendeskripsikan tentang solusi masalah transport polutan
Lebih terperinciMenentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson
Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 2(B) 13204 Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson Siti Sailah Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan,
Lebih terperinciKemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh
SOLUSI VAKUM PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK BENDA SIMETRI AKSIAL STASIONER MENGGUNAKAN PERSAMAAN ERNST Aldytia Gema Sukma 1, Drs. Bansawang BJ, M.Si, Dr. Tasrief Surungan, M.Sc 3 Universitas Hasanuddin,
Lebih terperinciModul Praktikum Analisis Numerik
Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang September 27, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik September 27, 2013 1 / 12 Praktikum 1: Deret
Lebih terperinciPengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan
Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas PAM 454 KAPITA SELEKTA MATEMATIKA TERAPAN II Semester Ganjil 2016/2017 Review Teori Dasar Terkait
Lebih terperinciI. Nama Mata Kuliah : MEKANIKA II. Kode / SKS : MFF 1402 / 2 sks III. Prasarat
1 I. Nama Mata Kuliah : MEKANIKA II. Kode / SKS : MFF 1402 / 2 sks III. Prasarat : Tidak Ada IV. Status Matakuliah : Wajib V. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib Program Studi
Lebih terperinciBab 5 Potensial Skalar. A. Pendahuluan
Bab 5 Potensial Skalar A. Pendahuluan Pada pokok bahasan terdahulu medan listrik merupakan besaran vektor yang memberikan informasi lengkap tentang efek-efek elektrostatik. Secara substansial informasi
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA PELAT DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA BEDA HINGGA
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol No., esember 0 ISSN: 087-9946 ANALISIS ISTRIBUSI SUHU PAA PELAT UA IMENSI ENGAN MENGGUNAKAN METOA BEA HINGGA Supardiyono Jurusan Fisika FMIPA UNESA Kampus
Lebih terperinciSOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER
SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER ABSTRAK Telah dilakukan perhitungan secara analitik dan numerik dengan pendekatan finite difference
Lebih terperinciMETODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT
METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Imaddudin Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciKONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA
KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA Nama Mahasiswa : Asri Budi Hastuti NRP : 1205 100 006 Dosen Pembimbing : Drs. Kamiran, M.Si. Abstrak Kontrol optimal temperatur
Lebih terperinciTINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS
Tinjauan kasus persamaan... (Agus Supratama) 67 TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS ANALITICALLY REVIEW WAVE EQUATIONS IN ONE-DIMENSIONAL WITH VARIOUS
Lebih terperinci