EFISIENSI BANK DI INDONESIA DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) SAAT KRISIS DAN SETELAH KRISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI BANK DI INDONESIA DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) SAAT KRISIS DAN SETELAH KRISIS"

Transkripsi

1 EFISIENSI BANK DI INDONESIA DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) SAAT KRISIS DAN SETELAH KRISIS oleh NATALIA NURLITASARI NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i

2 ii

3 ABSTRAK Natalia Nurlitasari, EFISIENSI BANK DI INDONESIA DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) SAAT KRISIS DAN SETELAH KRISIS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret. Krisis global memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pasar keuangan global termasuk sistem keuangan perbankan di Indonesia. Faktor kinerja memegang peranan penting bagi keberlangsungan sistem perbankan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran kinerja melalui efisiensi. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dampak kebijakan BI dengan memperhatikan efisiensi 10 bank terbesar di Indonesia saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis. Efisiensi 10 bank diukur dengan data envelopment analysis (DEA) dan hasil efisiensi pada ketiga tahun tersebut dibandingkan dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa bank yang selalu memiliki efisiensi 100% saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis adalah Bank Panin. Namun demikian, berdasarkan uji Kruskal-Wallis dengan tingkat signifikansi α = 0,05 dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata efisiensi 10 bank pada ketiga tahun tersebut. Kata kunci: efisiensi perbankan, DEA, uji Kruskal-Wallis. iii

4 ABSTRACT Natalia Nurlitasari, EFFICIENCY OF BANKS IN INDONESIA USING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DURING THE CRISIS AND AFTER CRISIS, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University. The global crisis had a significant influence on global financial markets including the banking financial system in Indonesia. Performance factors play an important role for the sustainability of the banking system. Therefore, it is necessary to measure performance through efficiency. The purpose of this research is to see the impact of BI's policy with respect to efficiency of 10 largest banks in Indonesia during the crisis, while one year after the crisis and during the two years after the crisis. Efficiency of 10 banks is measured by Data Envelopment Analysis (DEA) and the efficiency of the third year is compared by the Kruskal-Wallis test. The results indicate that the bank always has an efficiency of 100% during the crisis, while one year after the crisis and during the two years after the crisis is Bank Panin. Eventough, based on the Kruskal-Wallis test with significance level α = 0.05, it can be concluded there is no difference in the average efficiency of 10 banks in the third year. Keywords: efficiency of banking, Data Envelopment Analysis, Kruskal-Wallis test. iv

5 MOTTO 1. Tidak ada kata gagal, yang ada hanyalah menyerah untuk menjadi lebih baik. 2. Sehari kuatir lebih melelahkan daripada seminggu kerja. (John Lubbock) v

6 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk Alm. Ayah yang kusayangi, Ibu dan kakak yang selalu mendoakanku. vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada 1. Irwan Susanto, DEA selaku Pembimbing I dan Dra. Purnami Widyaningsih, M.App.Sc selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi, 2. Temanku Ririn yang telah memberikan masukan terkait dengan penulisan skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Surakarta, Januari 2012 Penulis vii

8 DAFTAR ISI JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 II. LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Bank Efisiensi Bank Data Envelopment Analysis (DEA) Program Linear Uji Kruskal-Wallis Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Sumber Data Definisi Variabel Analisis Data viii

9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Input dan Output Bank Pengukuran Efisiensi dengan DEA Virtual Input dan Virtual Output Program Linear Penyelesaian Maksimum Efisiensi Perbankan Uji Kruskal-Wallis V. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 34 ix

10 DAFTAR TABEL 2.1 Data k sampel Statistik deskriptif data input dan output 10 bank Input dan output 10 bank saat krisis Penyelesaian maksimum 10 bank untuk bulan Januari saat krisis Efisiensi 10 bank per bulan saat krisis (dalam persen) Efisiensi 10 bank per bulan saat satu tahun setelah krisis (dalam persen) Efisiensi 10 bank per bulan saat dua tahun setelah krisis (dalam persen) Nilai median, rata-rata rank, interval konfidensi selisih dua mean dan nilai T efisiensi 10 bank saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis Rata-rata efisiensi 10 bank saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis x

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 memberikan pengaruh yang signifikan di pasar keuangan global. Di berbagai negara, aliran dana dan kredit terhenti, transaksi dan kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu. Aliran dana keluar (capital outflow) terjadi secara besar-besaran. Indonesia yang saat krisis tidak memberlakukan penjaminan dana nasabah secara menyeluruh, menderita capital outflow lebih parah dibanding negara-negara tetangga yang menerapkan penjaminan dana nasabah secara penuh (blankeet guarantee). Aliran dana keluar tersebut membuat likuiditas di dalam negeri semakin menipis dan bank-bank mengalami kesulitan mengelola arus dananya. Situasi krisis pada saat itu juga sangat mempengaruhi sirkulasi dana pada bank-bank berskala besar. Berdasarkan laporan humas Bank Indonesia (2010), pada Oktober 2008 ada tiga bank besar BUMN yakni PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank Negara Indonesia Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. meminta bantuan likuiditas dari pemerintah masing-masing 5 triliun rupiah. Total dana untuk menginjeksi ketiga bank tersebut sebesar 15 triliun rupiah. Dana tersebut bersumber dari uang pemerintah yang berada di Bank Indonesia (BI). Kondisi tersebut semakin diperparah oleh adanya kasus Bank Century yang telah merugikan pemerintah senilai 6,7 triliun rupiah. Bank Century mengalami kalah kliring sehingga tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah dan dinyatakan sebagai bank gagal pada tanggal 20 Nopember 2008 oleh BI. Berdasarkan laporan yang ada dalam Sekretariat Negara Republik Indonesia ( 2011) BI mengeluarkan 3 kebijakan untuk meminimumkan dampak krisis global tersebut. Pertama, kebijakan dalam sektor moneter yaitu BI mengarahkan kebijakan pada penurunan tekanan inflasi. Kenaikan harga BBM sempat mendorong inflasi mencapai 12,14 persen pada bulan September Untuk mengantisipasi 1

12 berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan suku bunga dari 8 persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada Oktober Kedua, kebijakan dalam sektor perbankan. Kebijakan tersebut diarahkan pada upaya memperkuat ketahanan sistem perbankan yang bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan. Ketiga, kebijakan di sektor pembayaran yaitu BI turut berusaha mencegah terjadinya dampak krisis global terhadap kelancaran sistem pembayaran nasional. Kebijakan BI dalam sistem pembayaran terus dilakukan untuk meningkatkan peredaran uang yang cepat, efisien, aman, dan handal, meningkatkan layanan kas prima, dan meningkatkan kualitas uang. Setelah diberlakukannya kebijakan tersebut, kondisi perbankan di Indonesia diharapkan saat setelah krisis mengalami peningkatan dibandingkan pada saat krisis berlangsung. Kondisi suatu bank dapat dilihat dari efisiensi bank tersebut (Lestari, 2002). Efisiensi suatu bank dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan unit bank tersebut. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, sebuah bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan output yang maksimum dengan input yang ada atau mendapatkan input yang minimum dengan output tertentu (Sugiarto, 2003). Pendekatan parametrik misalnya stochastic frontier analysis (SFA) atau distribution free approach (DFA) dan pendekatan nonparametrik misalnya data envelopment analysis (DEA) dapat digunakan untuk pengukuran efisiensi tersebut (Mahadevan, 2003). SFA dan DFA adalah suatu analisis parametrik yang melibatkan efek inefisiensi sebagai komponen eror (Aigner et al., 1977). Sedangkan DEA adalah analisis nonparametrik yang merupakan pengembangan dari matematika program linear (Charnes et al, 1978). Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan DEA karena memiliki kelebihan dibanding pendekatan parametrik yaitu dapat mengukur efisiensi relatif dengan multiinput dan multioutput. Selain itu, pengukuran efisiensi dengan DEA tidak membutuhkan jenis fungsi (bentuk distribusi) dan lebih sedikit data yang dibutuhkan (Abidin, 2007). Penelitian tentang pengukuran efisiensi telah cukup banyak dilakukan. Tiga diantaranya dilakukan oleh Lien dan Tseng (2005), Endri (2008) dan Yuniarti (2008). 2

13 Lien dan Tseng (2005) menerapkan analisis DEA dan SFA dalam mengukur efisiensi pelabuhan internasional di 27 negara. Endri (2008) mengevaluasi efisiensi teknis perbankan syariah dengan SFA. Yuniarti (2008) mengukur efisiensi bank berstratifikasi di Indonesia dengan DEA dengan tiga input yaitu biaya bunga, biaya nonbunga dan biaya personalia sedangkan outputnya adalah pendapatan bunga dan pendapatan nonbunga. Penelitian tersebut menunjukkan rata-rata efisiensi bank berstratifikasi mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai tahun Dalam pengukuran efisiensi pemilihan variabel input dan variabel output merupakan langkah yang penting karena dapat mempengaruhi hasil evaluasi kinerja. Terdapat 2 pendekatan yang digunakan dalam pemilihan variabel input dan variabel output yaitu pendekatan intermediasi dan pendekatan operasional (Barr et al., 2002). Pendekatan intermediasi menekankan sejauh mana bank sebagai lembaga intermediasi berfungsi untuk mengumpulkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan meminjamkan kembali kepada pihak yang membutuhkan dana. Pendekatan operasional lebih menekankan pada perspektif manajemen biaya atau pendapatan. Pendekatan intermediasi telah digunakan Setyastuti (2005) dalam menentukan variabel input dan variabel output. Pemilihan variabel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan operasional mengacu pada penelitian Yuniarti (2008). Variabel input adalah biaya bunga, biaya nonbunga dan biaya personalia, sedangkan variabel output adalah pendapatan bank. Akan tetapi, untuk menentukan efisiensi bank di Indonesia penulis memilih 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah modal dan pangsa pasar pada tahun Guna mengetahui efek pemberlakuan kebijakan BI, efisiensi 10 bank tersebut perlu diukur pada saat krisis yaitu tahun 2008 dan setelah krisis. Saat satu tahun setelah krisis adalah tahun 2009 dan saat dua tahun setelah krisis adalah tahun Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana efisiensi 10 bank terbesar di Indonesia saat krisis, saat satu tahun setelah 3

14 krisis dan saat dua tahun setelah krisis jika diukur dengan DEA dan bagaimana dampak kebijakan BI terhadap kondisi perbankan di Indonesia jika dilihat dari efisiensinya. 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah menentukan efisiensi 10 bank terbesar di Indonesia saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis dengan DEA dan menentukan dampak kebijakan BI terhadap kondisi perbankan di Indonesia jika dilihat dari efisiensinya. 1.4.Manfaat Penelitian Dengan memperhatikan tujuan penulisan manfaat yang diharapkan yaitu dapat memberikan wawasan dan pemahaman tentang efisiensi keuangan suatu bank serta dapat mengetahui dampak pemberlakuan kebijakan BI terhadap kondisi perbankan di Indonesia. 4

15 BAB II LANDASAN TEORI Pada landasan teori ini dibahas dua subbab yaitu tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran Tinjauan Pustaka Berikut diberikan beberapa konsep dan pengertian yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Konsep dan pengertian yang digunakan meliputi pengertian tentang bank, efisiensi dalam perbankan, program linear, DEA, uji Kruskal-Wallis dan interval konfidensi selisih dua mean rank Bank Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kahsmir, 2002). Dengan demikian bank adalah lembaga keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok masyarakat yang berlebihan dana dan menyalurkannya kepada kelompok masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana tersebut serta memenuhi persyaratan tertentu untuk diberikan bantuan dana tersebut. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, pada pasal 1 disebutkan bahwa bank adalah bentuk dana usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Penyaluran kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan dalam pasal 2 disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi. 5

16 1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan. 2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. 3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang. Bank dan lembaga bukan bank mempunyai peranan penting dalam sistem keuangan, peranan tersebut adalah 1. pengalihan aset (Asset transmutation) perbankan berfungsi dalam memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari para pemilik dana yang disimpan di bank yaitu unit surplus yang mempercayakan dananya untuk dikelola bank. Dalam hal ini perbankan telah berperan sebagai pengalih aset dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers), 2. memberi kemudahan untuk transaksi (Transaction) perbankan memberikan kemudahan bagi para pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk barang dan jasa yang dikeluarkan oleh bank yang merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah seperti kartu ATM, kartu kredit, dan kartu debit, 3. menciptakan efisiensi (Efficiency) peranan bank dan lembaga keuangan bukan bank adalah mempertemukan pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif, 6

17 4. penjamin likuiditas (Liquidity) peran ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank dapat meyakinkan kepada nasabahnya bahwa dana yang disimpan sebagai produk dengan tingkat likuiditas yang berbeda-beda, akan dikembalikan pada saat yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya Efisiensi Bank Menurut Lestari (2002), efisiensi merupakan parameter yang mendasari seluruh kinerja sebuah bank. Kemampuan menghasilkan output yang maksimum dengan input yang ada adalah ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan output yang maksimum dengan input yang ada atau mendapatkan input yang minimum dengan output tertentu. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah parameter yang banyak digunakan karena merupakan jawaban dari kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Bank adalah suatu unit bisnis yang mencari keuntungan dimana pengukuran efisiensi berdasarkan tolok ukur secara ekonomi. Menurut Farrel (1957) terdapat dua pendekatan efisiensi secara ekonomi yaitu efisiensi alokatif dan efisiensi teknis. Efisiensi alokatif mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan input yang tersedia dengan harga dan teknologi produksinya. Alat ukur yang biasa digunakan untuk mengevaluasi efisiensi alokatif adalah rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan di banyak negara maju seperti Amerika Serikat adalah Capital (C), Asset Quality (A), Management (M), Earning (E), Liability (L) Sensitivity Market to Risk (S) atau yang biasa disingkat CAMELS. Sedangkan efisiensi teknis mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam memaksimumkan output yang dihasilkan dengan sejumlah input yang tersedia. Pada awalnya evaluasi efisiensi diukur dengan rasio keuangan seperti yang terjadi di Indonesia. Tetapi menurut Oral dan Yolalan (1990) penilaian efisiensi tidak bisa dilakukan secara parsial seperti pengukuran rasio keuangan tetapi harus 7

18 memperhitungkan seluruh output dan input yang ada. Berdasarkan pendapat tersebut terdapat pendekatan yang lebih tepat untuk mengukur efisiensi yaitu pendekatan parametrik dan nonparametrik (Mahadevan, 2003). Pendekatan parametrik adalah pendekatan ekonometrik yang didasarkan pada dua komponen eror sedangkan pendekatan nonparametrik didasarkan pada program linear atau dikenal dengan Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis (DEA) Menurut Cooper et al. (2000), DEA adalah suatu analisis yang menggunakan prinsip nonparametrik yang dikombinasikan dengan program matematik untuk mengukur efisiensi. Model DEA menggunakan asumsi Constant Return to Scale (CRS) untuk menaksir efisiensi relatif dari sebuah unit kegiatan ekonomi dengan multiinput dan multioutput. Efisiensi dihitung dari. Pengertian dari virtual input dan virtual output diberikan pada persamaan (2.1) dan (2.2). virtual input = c x + c x + + c x (2.1) virtual output = w y + w y + + w y (2.2) dengan c menyatakan bobot input ke-i, x menyatakan input ke-i dan i = 1,2,, r sedangkan b menyatakan bobot output ke-k, y menyatakan output ke-k, dan k = 1,2,, s. Bobot persamaan (2.1) dan (2.2) ditentukan melalui model optimasi berikut. Memaksimumkan dengan kendala θ = 1, (j = 1,, n) (2.3) c, c,, c 0 8

19 w, w,, w 0. Pada model (2.3) notasi θ menyatakan efisiensi, x menyatakan input ke-i bank ke-j dan y menyatakan output ke-k bank ke-j. Untuk mempermudah penyelesaian, model (2.3) ditransformasikan menjadi memaksimumkan θ = w y + w y + + w y dengan kendala c x + c x + + c x = 1 (2.4) w y + w y + +w y (c x + c x + +c x ) 0 c, c,, c 0 w, w,, w 0. Suatu bank (*) atau bank yang sedang dicari efisiensinya dikatakan efisien jika θ = 1 (Cooper et al., 2000) Program Linear Model (2.4) merupakan permasalahan program linear yang digunakan untuk mengukur efisiensi masing-masing bank. Program linear merupakan model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimum. Permasalahan dalam program linear merupakan permasalahan optimasi. Winston (1993) menjelaskan tiga karakteristik dalam permasalahan optimasi. 1. Mempunyai tujuan untuk meminimumkan atau memaksimumkan fungsi tujuan yang merupakan fungsi dari variabel keputusan. 2. Nilai dari variabel keputusan harus memenuhi semua kendala dimana setiap kendala merupakan persamaan linear atau pertidaksamaan linear. 3. Mempunyai pembatas tanda yang dikaitkan dengan setiap variabel. 9

20 Program linear merupakan permasalahan optimasi yaitu meminimumkan atau memaksimumkan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya diberikan dalam bentuk linear dengan hubungan fungsional yang mempunyai bentuk mengoptimumkan z = f(x, x,x,,x ) dengan kendala g (x,x, x,, x ) g (x, x, x,, x ) = b = b g (x, x, x,, x ) = b g (x,x, x,, x ) = b. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan program linear adalah metode simpleks. Metode simpleks merupakan prosedur aljabar yang bersifat iteratif yang bergerak secara sistematis menuju titik optimum (Dimyati, 1994). Permasalahan program linear yang mempunyai kendala berbentuk sama dengan (=) dapat diselesaikan dengan teknik dua fase (Taha, 1993). Pada teknik dua fase, permasalahan program linear diselesaikan melalui dua tahap. Pada tahap pertama fungsi tujuan semula diganti dengan meminimumkan jumlah variabel semu. Jika nilai minimum fungsi tujuan nol artinya permasalahan memiliki penyelesaian yang fisibel maka dilanjutkan tahap dua. Pada tahap dua penyelesaian basis optimum dari tahap pertama digunakan sebagai penyelesaian awal bagi persoalan semula. Kemudian dilakukan iterasi sampai didapatkan penyelesaian optimum yang baru Uji Kruskal-Wallis Menurut Paul et al. (2011), uji Kruskal-Wallis adalah prosedur nonparametrik yang digunakan untuk menguji kesamaan distribusi dari suatu k sampel independen dengan k 2. Uji Kruskal-Wallis didasarkan pada pengurutan data (rank) sampel yang telah digabungkan. Jika pada setiap sampel banyaknya data yang lebih kecil dari 10

21 median gabungan sama banyaknya dengan data yang lebih besar dari median gabungan maka dapat disimpulkan bahwa k sampel tersebut diambil dari populasi yang berdistribusi identik. Misalkan terdapat data yang terdiri dari k sampel acak dengan besarnya masing-masing sampel diperbolehkan tidak sama dan masing-masing sampel acak ke- i sebanyak n yang terdiri dari x, x,, x maka data untuk k sampel dapat disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Data k sampel Sampel 1 Sampel 2 Sampel k x x x x x x x x x Data k sampel pada Tabel 2.1 kemudian digabungkan menjadi satu dan diurutkan menurut besarnya (rank). Rank 1 adalah pengamatan terkecil diantara N pengamatan, rank 2 adalah pengamatan terkecil kedua dan seterusnya sehingga pengamatan terbesar di dalam N diberi rank N dengan Selanjutnya dicari R untuk setiap i dengan N = n + n + + n = n. R = R x, i = 1,2,, k. (2.5) Pada persamaan (2.5), R x merupakan rank untuk pengamatan x. Berikut diberikan uji hipotesis untuk menguji kesamaan distribusi dari sejumlah k populasi. 1. H : Semua k populasi mempunyai fungsi distribusi yang identik. 11

22 H : Paling sedikit ada satu populasi cenderung mempunyai pengamatan- atau pengamatan lebih besar dibandingkan paling sedikit satu populasi yang lain, H : Sejumlah k populasi tidak semuanya mempunyai fungsi distribusi yang identik. 2. Tingkat signifikansi α. 3. Daerah kritis. a. Jika k = 3 dan n 5 maka H ditolak saat nilai statistik T harga kritik dalam tabel Kruskal-Wallis sesuai dengan tingkat signifikansi α yang digunakan. b. Jika k > 3 dan n > 5 maka H ditolak saat nilai statistik T > χ ( );( ), dimana χ ( );( ) adalah kuantil ke (1 α) distribusi Chi- Kuadrat dengan derajat bebas (k 1). 4. Statistik uji. Statistik uji digunakan T yang dirumuskan sebagai 5. Kesimpulan. T = ( ) 3(N + 1) Interval Konfidensi Selisih Dua Mean Rank Menurut Murray et al. (2000) misalkan diketahui k populasi. Jika untuk setiap sampel dengan ukuran n diambil dari populasi ke-j maka dapat dihitung jumlah rank pada sampel ke-j atau dapat dinotasikan dengan R. Hal ini menghasilkan suatu distribusi sampling untuk R yang mean dan standar deviasinya berturut-turut dinyatakan sebagai μ dan σ. Dengan cara yang sama jika setiap sampel tersebut digabungkan dengan ukuran N maka mean dan standar deviasi untuk R berturut turut dinyatakan sebagai μ dan σ. 12

23 Dengan mengambil semua kombinasi yang mungkin dari sampel-sampel tersebut, dapat diperoleh suatu distribusi dari R R. Mean dan standar deviasi dari R R dapat dinyatakan sebagai μ dan σ yang ditentukan oleh μ = μ μ = R R (2.6) σ = ( ), j = 1,2,, k. (2.7) Berdasarkan persamaan (2.6) dan persamaan (2.7) dapat dilakukan estimasi interval dari selisih dua mean rank yaitu dari masing-masing mean rank sampel ke-j dengan mean rank data gabungan. Estimasi interval adalah dugaan dari suatu parameter populasi yang terdiri dua batas yaitu batas atas dan batas bawah dimana parameter tersebut diperkirakan berada diantara batas tersebut. Interval konfidensi untuk selisih dua mean rank pada uji Kruskal-Wallis dapat dinyatakan sebagai ( ) R R z / ( ) μ μ R R + z /. 2.2 Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka pemikiran yaitu data diperoleh dari data sekunder yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan bank seperti biaya bunga, biaya nonbunga dan biaya personalia dimasukkan sebagai variabel input, sedangkan pendapatan bank sebagai variabel output. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan DEA. Melalui DEA, mula-mula data diformulasikan ke dalam permasalahan program linear seperti pada permasalahan (2.3). Permasalahan program 13

24 linear kemudian diselesaikan dengan software TORA menggunakan teknik penyelesaian dua fase. Penyelesaian optimum yang diperoleh merupakan efisiensi masing-masing bank. Setelah didapatkan hasil perhitungan dari analisis DEA, kemudian dilakukan uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui apakah hasil perhitungan efisiensi pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis sama atau berbeda. Kesimpulan dari uji perbandingan Kruskal-Wallis tersebut kemudian dikaitkan dengan dampak kebijakan BI terhadap kondisi perbankan di Indonesia. 14

25 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu mempelajari dan mengkaji suatu kasus kemudian menyelesaikan permasalahan pada kasus tersebut berdasarkan metode yang telah dipelajari. Terdapat tiga subbab yang dibahas dalam metode penelitian ini yaitu meliputi sumber data, pengelompokkan dan definisi variabel serta analisis data Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder (sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara dan dicatat pihak lain) yang terdapat dalam Publikasi Laporan Keuangan Bank Indonesia bulan Januari 2008 sampai bulan Desember tahun Publikasi tersebut terdapat dalam website yang dimiliki oleh Bank Indonesia Definisi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel input dan variabel output. Variabel input terdiri dari biaya bunga (X ), biaya nonbunga (X ) dan biaya personalia (X ) sedangkan variabel output adalah pendapatan (Y). Berikut diberikan definisi dari empat variabel tersebut. 1. Biaya bunga Biaya bunga adalah biaya yang dikeluarkan atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank lain dan pihak ketiga bukan bank. 2. Biaya non bunga Biaya nonbunga adalah biaya-biaya operasional lainnya yang dikeluarkan oleh bank diluar biaya bunga dan dicatat dalam laporan laba rugi bank. 3. Biaya personalia 15

26 Biaya personalia adalah biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya seperti upah, perawatan kesehatan, honorarium komisaris dan sebagainya. 4. Pendapatan Pendapatan bank dalam penelitian ini adalah pendapatan bunga ditambah pendapatan nonbunga. Pendapatan bunga adalah pendapatan pokok bank yang diperoleh dari bunga kredit yang dikelola maupun penempatan giro, deposito, obligasi atau surat berharga lainnya. Pendapatan nonbunga adalah pendapatan diluar pendapatan bunga yang meliputi pendapatan provisi, komisi, pendapatan transaksi valuta asing, pendapatan kenaikan nilai surat berharga dan pendapatan lainnya Analisis Data Berikut diberikan empat langkah dalam menganalisis data. 1. Pengumpulan data Tahap pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperoleh dari website yang dimiliki oleh Bank Indonesia. Adapun bank yang dipilih penulis adalah 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah modal dan pangsa pasar. Sepuluh bank tersebut adalah a. PT. Bank Mandiri Tbk., b. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk., c. PT. Bank Central Asia Tbk., d. PT. Bank Negara Indonesia Tbk., e. PT. Bank CIMB Niaga Tbk., f. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk., g. PT. Pan Indonesia Bank Tbk., h. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk., i. PT. Bank Permata Tbk., 16

27 j. PT. Bank Tabungan Negara Tbk. 2. Mengukur efisiensi perbankan dengan DEA. a. Membentuk virtual input dan virtual output masing-masing bank. b. Virtual input dan virtual output masing-masing bank diformulasikan ke dalam persamaan (2.3). c. Menyelesaikan permasalahan program linear dengan bantuan software TORA. d. Mengulangi langkah a) sampai c) untuk masing-masing bulan. 3. Setelah didapat hasil pengukuran efisiensi dengan DEA, selanjutnya dilakukan uji Kruskal-Wallis. Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk mengetahui apakah hasil pengukuran efisiensi pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis sama atau berbeda. 17

28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Input dan Output Bank Pada penelitian ini 10 bank terbesar di Indonesia diukur efisiensinya berdasarkan data biaya bunga, biaya nonbunga, biaya personalia dan pendapatan bank dari bulan Januari 2008 sampai Desember Data yang diambil pada tahun 2008 adalah data pada saat krisis, data tahun 2009 adalah data satu tahun setelah krisis dan data tahun 2010 adalah data dua tahun setelah krisis. Data tersebut diambil dari Bank Indonesia ( 2011). Total data untuk masing-masing variabel input dan output adalah 120 data. Pada Tabel 4.1 ditunjukkan statistik deskriptif data input dan output pada tahun-tahun tersebut. Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa pada saat krisis berlangsung pendapatan minimum yang diperoleh bank adalah sebesar dan pendapatan maksimum sebesar dengan rata-rata tiap bulannya sebesar Untuk memperoleh pendapatan tersebut diperlukan rata-rata biaya bunga sebesar , biaya nonbunga sebesar dan biaya personalia sebesar Nilai-nilai tersebut merupakan data dalam jutaan rupiah. Selain itu juga terlihat adanya peningkatan rata-rata pendapatan yang diperoleh bank saat satu tahun dan dua tahun setelah krisis. Pada saat satu tahun setelah krisis rata-rata pendapatan yang diperoleh bank meningkat menjadi sebesar dengan rata-rata biaya bunga sebesar , biaya nonbunga sebesar dan biaya personalia sebesar Pada saat dua tahun setelah krisis rata-rata pendapatan yang diperoleh bank kembali meningkat menjadi sebesar Rata-rata biaya bunga yang dikeluarkan bank menjadi sebesar , biaya nonbunga sebesar dan biaya personalia sebesar

29 Tabel 4.1. Statistik deskriptif data input dan output 10 bank *) Saat Krisis (Tahun 2008) N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi Pendapatan Biaya Bunga Biaya Nonbunga Biaya Personalia Tahun Setelah Krisis (Tahun 2009) N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi Pendapatan Biaya Bunga Biaya Nonbunga Biaya Personalia Tahun Setelah Krisis (Tahun 2010) N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi Pendapatan Biaya Bunga Biaya Nonbunga Biaya Personalia *) data dalam jutaan rupiah Pada penelitian ini input bank yaitu biaya bunga, biaya nonbunga dan biaya personalia secara berturut-turut dinotasikan dengan X, X dan X sedangkan output bank yaitu pendapatan dinotasikan dengan Y. Data biaya bunga, biaya nonbunga, biaya personalia dan pendapatan untuk ke-10 bank pada bulan Januari saat krisis disajikan pada Tabel 4.2. Sedangkan untuk bulan Desember pada tahun yang sama disajikan pada Lampiran 1. Selain itu, disajikan pula data pada bulan Juli dan bulan Desember masing-masing saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis. 19

30 No Bank 1. BRI 2. Mandiri 3. BCA 4. BNI 5. Danamon 6. CIMB Niaga 7. BII 8. Panin 9. Permata 10. BTN Tabel 4.2 Input dan output 10 bank saat krisis Input Output Biaya bunga Biaya Biaya nonbunga personalia Pendapatan X X X Y Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa Bank Mandiri mengeluarkan biaya bunga, biaya nonbunga dan biaya personalia secara berturut-turut sebesar , dan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Nilai-nilai tersebut merupakan data dalam jutaan rupiah. Pendapatan terbesar diperoleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) yaitu sebesar dan Bank Tabungan Negara (BTN) memperoleh pendapatan yang terkecil yaitu sebesar Selain itu, juga terlihat bahwa semakin besar biaya-biaya yang dikeluarkan suatu bank semakin besar pula pendapatan yang diperoleh bank tersebut. Namun, besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh suatu bank belum tentu mencerminkan keadaan yang efisien. Oleh karena itu, efisiensi perbankan perlu diukur. 20

31 4.2. Pengukuran Efisiensi dengan DEA Terdapat 4 tahapan dalam mengukur efisiensi dengan DEA yaitu membentuk virtual input dan virtual output, membentuk program linear, menyelesaikan program linear dan mengulangi ketiga langkah tersebut untuk mendapatkan efisiensi perbankan Virtual Input dan Virtual Output Untuk mengukur efisiensi dengan DEA terlebih dahulu dibuat virtual input dan virtual output. Pada penelitian ini 10 bank diukur efisiensinya menggunakan 3 variabel input dan 1 variabel output. Berdasarkan persamaan (2.1) dan persamaan (2.2) virtual input dan virtual output untuk masing-masing bank adalah virtual input = c X + c X + c X (4.1) virtual output = wy. (4.2) Efisiensi (θ) didapatkan dari rasio antara virtual input dan virtual output. Bobot input dan bobot output dicari dengan menambahkan kendala untuk memaksimumkan fungsi tujuan. Dalam hal ini yang menjadi fungsi tujuan adalah rasio antara virtual input dan virtual output bank (*) atau bank yang sedang dicari efisiensinya. Rasio tersebut pada dasarnya merupakan efisiensi dari bank (*). Kendala yang ditambahkan adalah rasio virtual input dan virtual output masing-masing bank. Rasio pada kendala tersebut tidak boleh lebih dari satu. Oleh karena itu, didapatkan permasalahan memaksimumkan θ = dengan kendala 1, (j = 1,,10) (4.3) c, c, c, w 0. 21

32 Program Linear Untuk mempermudah penyelesaian, permasalahan (4.3) diformulasikan ke dalam program linear dengan menambahkan kendala. Kendala tambahan didapat dari penyebut pada fungsi tujuan. Agar didapat bobot yang tunggal, penyebut tersebut harus bernilai satu. Dengan demikian permasalahan (4.3) menjadi memaksimumkan θ = wy dengan kendala c X + c X + c X = 1 (4.4) wy (c X + c X + c X ) 0, (j = 1,,10) c, c, c, w 0. Sampai di sini langkah membentuk program linear telah dilakukan. Program linear tersebut kemudian diterapkan untuk data yang telah diperoleh. Berdasarkan data pada Tabel 4.1 masing-masing bulan diformulasikan ke dalam program linear seperti pada permasalahan (4.4). Dalam permasalahan tersebut, ditentukan oleh nilai input biaya bunga (X ), biaya nonbunga (X ), biaya personalia (X ) dan output pendapatan (Y). Untuk Bank Mandiri misalnya, nilai X adalah , X adalah , X adalah dan Y adalah seperti yang tampak pada Tabel 4.1. Dengan demikian permasalahan (4.4) untuk Bank Mandiri pada bulan Januari saat krisis dapat disajikan sebagai memaksimumkan θ = w dengan kendala c c c = w c c c w c c c w c c c w c c c 0 22

33 519655w c 88241c 63709c w c c c 0 (4.5) w c 84951c 20419c w c 97816c 64112c w c c 75519c w c 64805c 40237c 0 c, c, c, w 0 dengan θ adalah efisiensi yang ditentukan oleh variabel w. Dalam permasalahan (4.5) notasi c menyatakan bobot biaya bunga, c menyatakan bobot biaya nonbunga, c menyatakan bobot biaya personalia dan w menyatakan bobot pendapatan. Dengan cara yang sama permasalahan untuk Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada bulan Januari saat krisis dapat disajikan sebagai memaksimumkan θ = w dengan kendala c c c = w c c c w c c c w c c c w c c c w c 88241c 63709c w c c c w c 84951c 20419c w c 97816c 64112c w c c 75519c w c 64805c 40237c 0 c, c, c, w 0. 23

34 Permasalahan program linear untuk 8 bank yang lain yaitu Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Panin, Bank Permata, Bank Internasional Indonesia (BII) dan Bank Tabungan Negara (BTN) disajikan pada Lampiran Penyelesaian Maksimum Permasalahan (4.4) berbentuk program linear karena fungsi tujuan yaitu efisiensi (θ) dan kendala-kendalanya berbentuk linear. Untuk menyelesaikan permasalahan program linear dapat digunakan metode simpleks. Metode simpleks yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan (4.4) adalah metode simpleks dua fase karena pada kendala terdapat bentuk sama dengan (=). Pada penelitian ini muncul variabel yang ditentukan yaitu c, c, c dan w. Ini berarti menentukan nilai variabel-variabel c, c, c dan w yang memaksimumkan fungsi tujuan yaitu efisiensi (θ). Untuk mempermudah perhitungan metode dua fase dalam penyelesaian program linear digunakan software TORA. Penyelesaian maksimum untuk periode bulan Januari saat krisis ditunjukkan pada Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh informasi tentang efisiensi masing-masing bank pada periode bulan Januari saat krisis. Pada Bank Mandiri misalnya, terlihat untuk mendapatkan fungsi tujuan (θ) sebesar 97,62%, bobot biaya bunga (c ) bernilai 0, bobot biaya nonbunga (c ) bernilai 0,22 10, bobot biaya personalia (c ) bernilai 0,13 10 dan bobot pendapatan (w) bernilai 0,

35 Bank Tabel 4.3. Penyelesaian maksimum 10 bank untuk bulan Januari saat krisis θ (dalam persen) 25 Variabel c c c w Mandiri 97,62 0 0, , ,46 10 BRI 100 0, ,42 10 BCA 100 0, , ,58 10 BNI 100 0, , , ,65 10 CIMB Niaga 87,38 0 0, , ,17 10 Danamon 99,81 0, , , ,90 10 Panin 100 0, , ,21 10 Permata 91,81 0, , ,22 10 BII 81,36 0, , ,17 10 BTN 82,34 0 0, , ,24 10 Sampai di sini nilai maksimum dari fungsi tujuan telah ditentukan. Nilai maksimum tersebut dipengaruhi oleh variabel-variabel c, c, c dan w. Langkah selanjutnya adalah menerapkan metode yang sama untuk menghitung efisiensi 10 bank yang sama pada bulan Februari sampai Desember pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis Efisiensi Perbankan Sesuai dengan definisi, fungsi tujuan θ berarti efisiensi. Ini berarti bahwa, nilai θ yang diperoleh Bank Mandiri bulan Januari misalnya, sebesar 97,62%, adalah efisiensi bank Mandiri pada bulan tersebut. Dengan demikian kolom kedua pada Tabel 4.3 adalah efisiensi 10 bank pada bulan Januari. Dengan cara yang sama didapatkan efisiensi masing-masing bank untuk bulan Februari sampai bulan Desember. Efisiensi 10 bank selama krisis berlangsung untuk masing-masing bulan selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 4.4.

36 Tabel 4.4 Efisiensi 10 bank per bulan saat krisis (dalam persen) Bank Bulan Mandiri BRI BCA BNI CIMB Niaga Danamon Panin Permata BII BTN Jan 97, ,38 99, ,81 81,36 82,34 Feb ,30 96, ,36 82,49 82,39 Mar ,94 92,50 98, ,70 83,88 82,83 Apr ,00 87,65 97, ,21 82,98 81,64 Mei ,92 91,47 87,80 95, ,42 84,84 81,32 Jun ,04 88,98 97, ,79 86,21 83,30 Jul ,8 91,82 92, ,13 93,36 83,28 Agt 99, ,56 89,66 91, ,93 91,04 82,21 Sept 99, ,58 87,83 94, ,17 83,01 81,24 Okt ,75 88,25 89, ,75 81,07 79,47 Nop ,18 78,98 88, ,43 78,97 78,36 Des ,12 82,30 91, ,66 79,51 80,86 Mean 99, ,99 93,87 87,79 94, ,36 84,06 81,60 Berdasarkan Tabel 4.4 hanya Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Panin yang selalu memiliki efisiensi 100%. Bank yang tidak efisien (mean efisiensinya paling kecil) adalah Bank Tabungan Negara (BTN) dengan rata-rata efisiensi 81,60%. Ini berarti bank tersebut belum mampu menggunakan input yang dimilikinya untuk menghasilkan output secara efisien. Rata-rata inefisiensi bank tersebut adalah (100 81,60)% = 18,40%. Efisiensi 10 bank yang sama saat satu tahun setelah krisis ditunjukkan pada Tabel

37 Tabel 4.5 Efisiensi 10 bank per bulan saat satu tahun setelah krisis (dalam persen) Bank Bulan Mandiri BRI BCA BNI CIMB Niaga Danamon Panin Permata BII BTN Jan 94,65 94, ,33 82, ,37 77,94 69,11 Feb 99,53 94, ,44 82, ,33 79,14 79,39 Mar , ,72 85, ,27 82,77 82,68 Apr , ,29 91,43 87, ,07 84,76 82,78 Mei ,66 89,57 88, ,57 82,38 80,10 Jun ,55 89,69 90, ,00 82,14 82,70 Jul 93, ,31 86, ,33 82,21 71,20 Agt 98, ,07 92,36 93, ,82 82,64 83,05 Sept 98, ,30 89,53 93, ,41 81,13 81,79 Okt , ,62 95, ,01 84,77 84,30 Nop 99, ,14 90,16 94, ,12 84,91 83,11 Des , , ,09 83,55 83,62 Mean 98,69 98, ,71 89,02 90, ,87 82,36 80,32 Berdasarkan Tabel 4.5 hanya Bank Central Asia (BCA) dan Bank Panin yang selalu memiliki efisiensi 100%. Bank yang tidak efisien (mean efisiensinya paling kecil) adalah Bank Tabungan Negara (BTN) dengan rata-rata efisiensi 80,32%. Ini berarti bank tersebut belum mampu menggunakan input yang dimilikinya untuk menghasilkan output secara efisien. Rata-rata inefisiensi bank tersebut adalah (100 80,32)% = 18,68%. Efisiensi 10 bank yang sama saat dua tahun setelah krisis ditunjukkan pada Tabel

38 Bulan Tabel 4.6 Efisiensi 10 bank per bulan saat dua tahun setelah krisis (dalam persen) Mandiri BRI BCA BNI CIMB Niaga Bank Danamon Panin Permata BII BTN Jan , , ,69 92, Feb , ,37 89, ,38 86, Mar 84,09 88,15 98,34 79,01 72, ,32 77,17 81,08 Apr , , ,21 86, Mei , , ,87 85, Jun 96,65 94, ,81 88, ,79 82,99 90,21 Jul , ,32 89, ,44 80,11 86,74 Agt , ,69 89, ,18 79,99 87,76 Sept , ,48 86, ,41 78, Okt , ,89 86, ,83 78,63 83,68 Nop 98,04 90, ,68 86, ,36 77,72 83,44 Des 98,36 89, ,35 87, ,62 77,00 85,05 Mean 98,10 90,75 99,86 89,14 89, ,18 82,03 91,50 Berdasarkan Tabel 4.6 hanya Bank Danamon dan Bank Panin yang selalu memiliki efisiensi 100%. Bank yang tidak efisien (mean efisiensinya paling kecil) adalah Bank Permata dengan rata-rata efisiensi 78,18%. Ini berarti bank tersebut belum mampu menggunakan input yang dimilikinya untuk menghasilkan output secara efisien. Rata-rata inefisiensi bank tersebut adalah (100 78,18)% = 21,82%. Sampai di sini telah dihitung efisiensi pada saat krisis berlangsung, saat satu tahun setelah krisis dan dua tahun setelah krisis. Tahap selanjutnya adalah membandingkan rata-rata efisiensi pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis dengan uji Kruskal-Wallis. 28

39 4.3. Uji Kruskal-Wallis Pada penelitian ini yang dibandingkan adalah rata-rata efisiensi 10 bank selama 3 tahun yaitu pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan dua tahun setelah krisis. Nilai median, rata-rata rank, interval konfidensi selisih dua mean dan nilai T untuk 10 bank pada ketiga tahun tersebut disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Nilai median, rata-rata rank, interval konfidensi selisih dua mean dan nilai T efisiensi 10 bank saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis Rata-rata efisiensi N Median Rata-rata rank Interval konfidensi Saat krisis 10 94,13 16,2 8,751 μ μ 10,151 Satu tahun setelah krisis 10 94,34 14,8 10,151 μ μ 8,751 Dua tahun setelah krisis 10 91,12 15,5 9,451 μ μ 9,451 Gabungan 30 15,5 T = 0,13 Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh informasi nilai T untuk uji Kruskal-Wallis adalah 0,13. Dengan tingkat signifikansi α = 0,05, diperoleh nilai statisik uji χ, ; adalah 5,99. Karena nilai T = 0,13 lebih kecil dari 5,99 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata efisiensi pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis adalah sama. Pada Tabel 4.7 juga terlihat median dari rata-rata efisiensi 10 bank pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis berturut-turut adalah 94,13%, 94,34% dan 91,12%. Interval konfidensi untuk selisih rata-rata rank efisiensi bank saat krisis dengan rata-rata rank data gabungan adalah 8,751 μ μ 10,151. Interval konfidensi untuk selisih rata-rata rank efisiensi bank saat satu tahun setelah krisis dengan rata-rata rank data gabungan adalah 10,151 μ μ 8,751. Interval konfidensi untuk selisih rata-rata rank efisiensi bank saat dua tahun setelah krisis dengan rata-rata rank data gabungan adalah 9,451 μ μ 9,451. Terlihat bahwa masing-masing 29

40 interval konfidensi tersebut melewati nol. Ini berarti, rata-rata rank efisiensi saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis tidak berbeda signifikan dengan rata-rata rank efisiensi gabungan. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi 10 bank pada ketiga tahun tersebut. Hal tersebut dapat disebabkan adanya peningkatan pendapatan bank dari tahun ke tahun yang diikuti dengan peningkatan biaya-biaya yang dikeluarkan bank seperti yang tampak pada Tabel 4.1. Pada Tabel 4.1 terlihat rata-rata pendapatan bank saat krisis sebesar Biaya bunga, biaya nonbunga dan biaya personalia yang dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatan tersebut berturut-turut sebesar , dan Pada saat satu tahun setelah krisis rata-rata pendapatan yang diperoleh bank meningkat menjadi dengan rata-rata biaya bunga sebesar , biaya nonbunga sebesar dan biaya personalia sebesar Pada saat dua tahun setelah krisis rata-rata pendapatan yang diperoleh bank kembali meningkat menjadi sebesar Rata-rata biaya bunga yang dikeluarkan bank menjadi sebesar , biaya nonbunga sebesar dan biaya personalia sebesar Berdasarkan data tersebut terlihat adanya penurunan biaya bunga yang dikeluarkan bank pada saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis yaitu sebesar ( ) = Meskipun demikian, penurunan biaya nonbunga tersebut diimbangi dengan adanya peningkatan biaya nonbunga yang signifikan yaitu dari menjadi sebesar Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum biaya-biaya yang dikeluarkan bank meningkat setiap tahunnya. Sesuai dengan definisi, efisiensi merupakan rasio antara output yaitu pendapatan bank dengan input yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan bank. Oleh karena itu, peningkatan output bank yang juga diikuti dengan peningkatan input bank mengakibatkan efisiensi 10 bank relatif sama dari tahun ke tahun. Karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi 10 bank pada saat krisis maupun 30

41 setelah krisis maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kebijakan BI, rata-rata efisiensi bank di Indonesia tidak berbeda signifikan. 31

42 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan tentang efisiensi yang dicapai 10 bank yaitu rata-rata efisiensi yang dicapai 10 bank pada saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis. Rata-rata efisiensi 10 bank pada ketiga tahun tersebut disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Rata-rata efisiensi 10 bank saat krisis, saat satu tahun setelah krisis dan No saat dua tahun setelah krisis Bank 1. Mandiri 2. BRI 3. BCA 4. BNI 5. CIMB Niaga 6. Danamon 7. Panin 8. Permata 9. BII 10. BTN Saat krisis Efisiensi (dalam persen) 32 Satu tahun setelah krisis Dua tahun setelah krisis 99,75 98,69 98, ,07 90,75 99, ,86 93,87 97,71 89,14 87,79 89,02 89,67 94,39 90, ,36 80,87 78,18 84,06 82,36 82,03 81,60 80,32 91,50 Pada saat krisis berlangsung Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Panin memiliki efisiensi 100% sedangkan bank yang memiliki rata-rata efisiensi paling kecil adalah Bank Tabungan Negara (BTN). Pada saat satu tahun setelah krisis Bank Central Asia (BCA) dan Bank Panin memiliki rata-rata efisiensi 100%

43 sedangkan bank yang memiliki rata-rata efisiensi paling kecil adalah Bank Tabungan Negara. Pada saat dua tahun setelah krisis Bank Danamon dan Bank Panin memiliki rata-rata efisiensi 100% dan bank yang memiliki efisiensi paling kecil adalah Bank Permata. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada tingkat signifikansi α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi 10 bank pada saat krisis berlangsung, saat satu tahun setelah krisis dan saat dua tahun setelah krisis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kebijakan BI, rata-rata efisiensi bank di Indonesia tidak berbeda signifikan Saran Bagi pembaca yang tertarik pada penelitian ini dapat menambah variabel output kemudian dapat dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa besar perubahan output agar nilai fungsi tujuan tetap optimal. 33

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan yang didasarkan pada unsur kepercayaan, memiliki tugas pokok sebagai perantara antara pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti efisiensi pada bank syariah dan bank konvensional yang ada di Indonesia. Pendekatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan nasional sebagai salah satu media lalu lintas keuangan global, memegang peranan penting bagi stabilitas sistem keuangan nasional. Melalui serangkaian deregulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ruang lingkup pada penelitian ini ialah menganalisis pengaruh efisiensi kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di Indonesia, bank mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang terencana dan berkesinambungan dimana tersusun dalam Repelita. Bertolak dari hal tersebut industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dalam mengukur tingkat kesehatan bank di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Dari mulai Surat Edaran Bank Indonesia No.26/BPPP/1993

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia kini menjadi salah satu isu utama dalam perkembangan dunia memasuki abad ke-21. Krisis ekonomi yang kembali melanda negara-negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lainnya dari pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) sangat penting dalam suatu sistem perekonomian modern. Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Efisiensi merupakan indikator penting dalam mengukur kinerja keseluruhan dari aktiva suatu perusahaan. Efisiensi sering diartikan bagaimana suatu perusahaan dapat berproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu metode yang menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua obyek yaitu pada BPRK SAB yang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua obyek yaitu pada BPRK SAB yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di dua obyek yaitu pada BPRK SAB yang berlokasi di Singosari Malang dan BPRS Bhakti Haji yang berlokasi di Bulu Lawang Malang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan mempunyai peranan sentral dalam memajukan taraf hidup rakyat banyak sejalan dengan pengertian Bank dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun1998 yaitu Badan Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di Indonesia, bank mempunyai pangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta infrastruktur sistem keuangan. Bank merupakan suatu bagian dari sistem keuangan tersebut. Jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Lembaga keuangan di Indonesia terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Fungsi bank secara umum adalah menghimpun dana dari masyarakat luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Eksistensi perbankan sangat diperlukan dalam suatu negara, untuk itu perlu diadakan pengawasan pembinaan usaha agar usaha bank dapat berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis efisiensi teknik bank persero dengan pendekatan intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang menjadi masalah serius. Amerika Serikat merupakan negara adidaya dimana ketika perekonomiannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data tahunan dari tahun 2006 sampai 2011. Sumber data berasal dari Bank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu Bank adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

I. PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu Bank adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan didirikannya suatu Bank adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat persaingannya dari bank milik swasta, bank milik negara hingga bank

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat persaingannya dari bank milik swasta, bank milik negara hingga bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perkembangan dalam sektor perbankan yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Industri perbankan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL ASSET EARNING DAN LIQUIDITY DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN BANK TABUNGAN NEGARA PERIODE

ANALISIS CAPITAL ASSET EARNING DAN LIQUIDITY DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN BANK TABUNGAN NEGARA PERIODE ANALISIS CAPITAL ASSET EARNING DAN LIQUIDITY DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN BANK TABUNGAN NEGARA PERIODE 2006-2010 Pariang Siagian Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, BINUS University,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan investasi serta bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika merupakan awal dari terjadinya krisis

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN 2008-2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting di Indonesia. Bank dapat dikatakan sebagai lembaga penggerak perekonomian negara karena banyak kegiatan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agustus 2007 dapat dikatakan sebagai awal resmi dimulainya krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral harus turun tangan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: SEPRIYANI TRI PAMUNGKAS NIM. B 11137 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam mengelola keuangannya dihadapkan pada tiga keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA Rosalina Febrica Mayasari *1 Dwi Septa Aryani 2 Ima Andriyani 3 1,2,3 Universitas Tridinanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih. belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang

I. PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih. belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Bank dalam Beberapa Perspektif Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi masih belum sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA. Riska Laila Maulidah Noor Paidi Hidayat ABSTRACT

STUDI KOMPARASI TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA. Riska Laila Maulidah Noor Paidi Hidayat ABSTRACT STUDI KOMPARASI TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA Riska Laila Maulidah Noor Paidi Hidayat ABSTRACT The aim of this research is to measure efficiency between foreign

Lebih terperinci

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA Pinaestri Cahyaningsih Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta cahyaningsih121@gmail.com Didit Purnomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan keserasian keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Undang-Undang No. 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perekonomian dunia pada dasarnya tidak dapat di pisahkan dari dunia perbankan. Aktivitas usaha selalu berkaitan dengan masalah pendanaan. Bank sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri dan dalam pengelolaannya disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Salah satu karakteristik yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian studi empiris yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup adalah dengan cara meningkatkan pendapatan melalui kegiatan perekonomian. Peningkatan ini membutuhkan suatu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu lembaga yang aktivitasnya menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini yang. dilakukan dengan adanya perantara dalam kegiatannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini yang. dilakukan dengan adanya perantara dalam kegiatannya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini yang seiring dengan perkembangan jumlah pelaku ekonomi, perkembangan jumlah kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan institusi yang berpengaruh signifikan dalam menentukan kelancaran aktivitas perekonomian dan keberhasilan pembangunan sehingga wajar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat pula berinvestasi dalam bentuk deposito. Berbeda dengan jenis simpanan tabungan, Penarikan deposito sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat pula berinvestasi dalam bentuk deposito. Berbeda dengan jenis simpanan tabungan, Penarikan deposito sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan ekonomi yang semakin hari semakin tinggi menuntut masyarakat untuk mampu menghasilkan uang dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.tidak hanya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Industri perbankan sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kesehatan Bank terhadap Return Saham pada Industri Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. 4.1.1. Kondisi Risk/Non Performing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan khususnya perbankan di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian negara sebagai salah satu pelaku utama. Perbankan di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan di Indonesia sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan pada paket kebijakan Juni 1983 (pakjun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Bulanan

Laporan Kinerja Bulanan CONSERVATIVE TENTANG PT SUN LIFE FINANCIAL INDONESIA Capital konvensional Sun Life mencapai 752% (unaudited ), jauh melebihi rasio minimum yang ditetapkan oleh pemerintah yakni 12 dengan total aset perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memasuki dekade 10 tahun terakhir, memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memasuki dekade 10 tahun terakhir, memperlihatkan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perbankan memasuki dekade 10 tahun terakhir, memperlihatkan perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini pada awalnya dipicu dengan terjadinya krisis moneter nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki

BAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki peranan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Bank adalah lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, masalah perekonomian adalah hal yang sangat penting dalam membangun suatu negara untuk menjadi negara yang lebih baik bahkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN 2010- Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti Universitas Islam Batik Surakarta Jl.KH.Agus Salim No.10, Jawa Tengah 57147, Indonesia *Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi kondisi perusahaan. keuangan perusahaan selama ini, antara lain : Metode Rasio Keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi kondisi perusahaan. keuangan perusahaan selama ini, antara lain : Metode Rasio Keuangan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan adalah sesuatu yang dicapai/prestasi yang diperlihatkan mengenai keadaan keuangan oleh organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan berdampak negatif bagi perkembangan

Lebih terperinci

Cholila dan Agung, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum...

Cholila dan Agung, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum... 1 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Global Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Periode 2006-2010 (Comparative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagasan tenang perbankan syariah di Indonesia secara formal sebenarnya telah di wacanakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membahas tentang perbankan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masayarakat. Kata bank itu sendiri berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat semakin meningkat dengan pesat. Hal itu ditandai dengan berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. terlihat semakin meningkat dengan pesat. Hal itu ditandai dengan berdirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sistem ekonomi Islam (syariah) dewasa ini di Indonesia terlihat semakin meningkat dengan pesat. Hal itu ditandai dengan berdirinya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN Analisis Penilaian Tingkat (Tuti Alawiyah) 114 ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN AN ANALYSIS OF THE ASSESSMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara keseluruhan bank merupakan suatu lembaga keuangan yang tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan perekonomian tidak bisa terlepas dari besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja keuangan suatu bank mencerminkan tingkat kesehatan bank. Dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan BAB I Latar Belakang 1.1 LATAR BELAKANG Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Didalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank Bank merupakan salah satu sarana yang memiliki peran strategis dalam usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setuju bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis

BAB I PENDAHULUAN. setuju bahwa Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter tahun 1997 yang lalu telah mengguncang hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia. Padahal hingga Juli 1997 itu, hampir semua pihak setuju bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

2016 EFFECT OF OPERATING CASH FLOW TO PROFIT GROWTH

2016 EFFECT OF OPERATING CASH FLOW TO PROFIT GROWTH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank umum merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting peranannya dalam sebuah kegiatan ekonomi, perdagangan karena melalui kegiatan perkreditan dan berbagai

Lebih terperinci

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut: BAB I PENGENALAN BANK A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia Banco yang berarti Bangku Menurut UU No. 10 Tahun 1998, definisi Bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada tahun 2008 mengindikasikan akan kegagalan ekonomi kapitalisme. Sistem kapitalisme gagal menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis pada tahun 1997 telah berlalu, kini perbankan Indonesia dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis pada tahun 1997 telah berlalu, kini perbankan Indonesia dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis pada tahun 1997 telah berlalu, kini perbankan Indonesia dihadapkan kembali dengan krisis yang lebih dahsyat yaitu krisis keuangan global. Berawal

Lebih terperinci