BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan perbuatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan perbuatan"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Perilaku 1.1 Defenisi perilaku Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan perbuatan atau tindakan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya; seluruh aktivitas yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Sunaryo (2004), perilaku merupakan aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh makhluk hidup (Kholid, 2012). Perilaku merupakan totalitas dari penghayatan dan reaksi seseorang yang langsung terlihat atau tidak terlihat yang timbul akibat interelasi stimulus internal dan eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan motorik (Pieter & Lubis, 2010). 1.2 Determinan Perilaku Setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap suatu stimulus. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah: faktor internal, yakni karateristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan meliputi: jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik dan tingkat kecerdasan, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang yang berasal dari luar individu, yakni lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan kebudayaan. Perilaku

2 manusia terbentuk karena adanya kebutuhan, motivasi, pengaruh sikap dan kepercayaan ( Sunaryo, 2004). 1.3 Klasifikasi Perilaku Skinner dalam Notoadmodjo (2012), perilaku seseorang akan berbeda sesuai dengan bentuk respon individu tersebut terhadap stimulus. Berikut ini uraian perilaku berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus: a) Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b) Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain. 1.4 Domain Perilaku Menurut Benyamin Bloom dalam Notoadmodjo (2007), perilaku dibagi dalam tiga domain yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain) dan psikomotor (psychomotor domain).

3 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang yang bersifat covert behaviour (Notoadmodjo, 2007). Hal yang sangat mendasari perubahan perilaku adalah pengetahuan. Proses untuk mendapatkan sebuah pengetahuan terdiri dari: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Sunaryo, 2004). Berikut ini uraian yang menjelaskan proses untuk mendapatkan sebuah pengetahuan: Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahapan ini termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Seseorang dikatakan tahu tentang apa yang dipelajari, jika orang tersebut dapat meyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan tentang apa yang dipelajarinya. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari. Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan

4 hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam hal yang dipelajari atau situasi yang lain. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya mampu membedakan, memisahkan dan mengelompokkan. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Dalam penelitian ini pengetahuan yang ingin dilihat adalah bagian dari pengetahuan perawat tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien di ruang rawat inap. 2. Sikap Newcomb dalam Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap tidak merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan pencetus tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup. Sikap merupakan kecenderungan bertindak dari individu yang berupa

5 respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pada umumnya manusia berusaha menimbulkan reaksi positif pada orang lain dan menghindari yang negatif (Maramis, 2006). Menurut Allport dalam Notoadmodjo (2007), sikap terbagi ke dalam tiga komponen pokok yaitu: (1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap objek;(2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek;(3) kecenderungan untuk bertindak. Menurut Notoadmodjo (2012), domain sikap atau afektif mempunyai 4 tingkatan, yaitu: menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Berikut ini uraian tingkatan yang membentuk suatu sikap: menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan; memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut; mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap. Misalnya ketika seorang ibu mengajak ibu lain untuk membawa anaknya ke posyandu; bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Dalam penelitian ini sikap yang ingin dilihat adalah bagian dari sikap pada tingkatan menerima yang diberikan perawat dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

6 3.Tindakan Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas (Sunaryo, 2004). Untuk membentuk suatu tindakan maka membutuhkan sebuah proses yang terdiri dari: persepsi, respon terpimpin, mekanisme, adaptasi (Notoadmodjo, 2007). Berikut ini uraian proses untuk membentuk suatu tindakan: mengenal dan memilih berbagai objek yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil; dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh; apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis dan hal itu sudah menjadi kebiasaan;adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 1.5 Proses Adopsi Perilaku Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa proses yang terjadi sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku meliputi: kesadaran ( awareness), yakni menyadari arti dari stimulus terlebih dahulu, ketertarikan (interest), yakni mulai tertarik terhadap stimulus tersebut, evalusi (Evaluation), yakni Mempertimbangkan baik, tidaknya stimulus tersebut terhadap diri orang tersebut, trial, yakni orang tersebut telah mulai mencoba perilaku baru, adoption, yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

7 sikapnya terhadap stimulus. Apabila proses mengadopsi sebuah perilaku di dasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan berlangsung lama. 2. Perawat Menurut Direktorat Pelayanan keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan (2001) dalam Sumijatun (2010), perawat merupakan seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal keperawatan serta mempunyai wewenang untuk melaksanakan peran sesuai dengan fungsinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memenuhi kebutuhan klien secara holistik, dimana perawat dituntut memiliki kemampuan yang tepat dalam menganalisa kebutuhan klien, perawat juga harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang aspek manusia secara keseluruhan dan harus arif dalam menyikapi keluhan klien (Asmadi, 2008). Perawat yang profesional tidak hanya dilihat dari kemampuan merawat klien saja melainkan bagaimana seorang perawat mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh dengan penuh semangat dalam memberikan pelayanan yang berkualitas (Mubarak, 2005). Perawat merupakan tenaga kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan manusia sehingga perawat tidak boleh semena-mena terhadap klien saat melakukan perawatan. Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang ada. Adapun peran perawat dalam konteks sehat-sakit meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit (Asmadi, 2008).

8 3. Personal Hygiene 3.1 Defenisi personal hygiene Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006). Personal hygiene merupakan cara perawatan diri seseorang untuk memelihara kesehatannya (Potter & Perry, 2005). Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit (Potter & Perry, 2005). 3.2 Tujuan Personal Hygiene Personal Hygiene penting untuk dilakukan. Tujuan dilakukannya personal hygiene (Tarwoto & Wartonah, 2010) adalah meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri. 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Menurut Potter & Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain: 1. Citra tubuh (Body Image) penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif

9 seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene dan dapat seringkali berubah. 2. Praktik sosial kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien berhubungan dapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal hygiene. 3. Status sosial ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya: sabun, sikat gigi, sampo). 4. Pengetahuan Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene, namun pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harus termotivasi untuk memelihara personal hygiene. Individu dengan pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene akan selalu menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit. 5. Kebudayaan Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan personal hygiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,

10 mengikuti praktek perawatan personal hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri. Dalam merawat pasien dengan praktik hygiene yang berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya. 6. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Kondisi fisik juga sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene nya. 3.4 Jenis-jenis Personal Hygiene Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pada seseorang yang dirawat di rumah sakit yang tidak mampu melakukan personal hygiene secara mandiri maka personal hygiene dapat dilakukan oleh perawat di tempat tidur. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, dan kuku tangan dan kaki, serta genitalia. Berikut ini uraian tentang hal-hal yang mencakup dalam personal hygiene (Potter & Perry, 2005): 1. Perawatan kulit (termasuk mandi) Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur suhu, dan sensasi,

11 sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Potter & Perry, 2005). Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal higiene (Stassi, 2005). Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, meningkatkan sirkulasi dan merasa nyaman dan sejahtera (Wolgin, 2000). Metode mandi yang digunakan tergantung kondisi kesehatan klien dan kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri (Mosby, 2006). Penting bagi perawat untuk memberi privasi yang baik, berkomunikasi, bersikap ramah, sopan, tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien selama melakukan tindakan dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan kulit (Murwani, 2009). Air yang digunakan untuk kebutuhan mandi klien adalah air yang hangat untuk menjaga kondisi kulit klien (Stassi, 2005). Karateristik kulit normal, yaitu kulit lembut dan kering; kulit utuh, tidak ada abrasi pada kulit; kulit terasa hangat saat dipalpasi; turgor kulit baik ( elastis) dan warna kulit sama di tiap bagian. Perubahan pada kulit merupakan tanda adanya gangguan pada kondisi fisik yang dapat dilihat dari warna, tekstur, turgor, temperatur dan hidrasi kulit (Isro in & Andarmoyo, 2012). Masalah yang sering terjadi pada kulit, yaitu kulit kering (kulit terlihat pecah-pecah, tekstur kasar dan kulit dapat mudah terinfeksi jika lapisan epidermis pecah), inflamasi pada kulit,( area yang terinfeksi biasa muka, leher, bahu dan

12 punggung, dapat menimbulkan scar yang permanen), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan pada tubuh dan muka, biasa terjadi pada wanita dan dapat menyebankan gambaran diri negatif), ruam kulit (erupsi yang terjadi karena paparan sinar matahari atau reaki alergi, jika terpapar secara kontinu maka dapat terjadi inflamasi dan infeksi serta menimbulkan ketidaknyamanan), dermatitis kontak (inflamasi pada kulit dengan karateristik eritema, pruritus, nyeri, dan lesi pada wajah, lengan, leher dan genitalia dan sulit dihilangkan), dan abrasi (adanya goresan pada epidermis yang menyebabkan perdarahan lokal dan infeksi yang disebabkan oleh hilangnya lapisan proteksi pada kulit) (Murwani, 2009). Perawatan kulit dilakukan dengan prinsip bersih. Kontra indikasi dilakukannya perawatan kulit yaitu pada pasien luka bakar, pada pasien yang koma dan pada pasien yang terpasang alat-alat kesehatan Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan kulit terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan kulit meliputi: a. Pengkajian Awal sebelum melakukan prosedur. Melakukan pengkajian ulang terkait kebutuhan kebersihan kulit (mandi): salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga saat bertemu, kaji kebersihan kulit dan kondisi perubahan kulit, identifikasi tingkat kemandirian pasien terkait mandi, melakukan kontrak dengan pasien (waktu, tempat dan tindakan), menginformasikan tujuan melakukan tindakan.

13 b. Melaksanakan persiapan Peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan kulit yaitu handuk, waslap, sabun mandi, waskom untuk air, selimut mandi, air hangat, pakaian bersih, sarung tangan bersih jika diperlukan, dan sampiran. Peralatan dipersiapkan sesuai prosedur, pasien siap untuk dilakukan prosedur memandikan (posisi tidur mendekati perawat), perawat siap melakukan prosedur. c. Proses perawatan kulit Melaksanakan proses memandikan dan masase punggung: perawat mencuci tangan, memasang selimut ekstra sambil menarik selimut pasien kearah kaki tempat tidur, membuka pakaian pasien dengan sopan dan menjaga privasi pasien, membasahi seluruh tubuh, memberi sabun, menggosok seluruh tubuh sambil melakukan pemijatan pada tubuh, membilas, mengeringkan tubuh menggunakan handuk, berinteraksi dengan pasien selama proses membersihkan badan, selama memandikan pasien permukaan kulit pasien diobservasi, lakukan masase punggung dengan tepat dan halus selama 3-5 menit lalu sisa lotion dikeringkan, sesudah mandi tawarkan dan bantu pasien menggunakan bedak atau deodoran, membantu mengenakan pakaian pasien, alat- alat dibereskan dan cuci tangan dilakukan. d. Mengevaluasi hasil tindakan Wajah dan seluruh tubuh pasien bersih, pasien mengungkapkan rasa lebih nyaman dan segar.

14 e. Mendokumentasikan tindakan Respon pasien dan hasil tindakan dicatat dan catatan menggunakan pena hitam atau biru, jelas, terbaca dan ditandatangani. 2. Perawatan mulut Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel partikel makanan, plak, bakteri, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman ( Kozier, 2010). Pada perawatan mulut dilakukan pembersihan pada gigi, lidah, langit-langit dan bibir. Tujuan perawatan mulut: menjaga mulut dan gigi agar tetap bersih, mencegah bau mulut, meningkatkan rasa nyaman, mengurangi resiko cavitis, dan meningkatkan nafsu makan (Gorrek & Sorrentino, 2006). Ketika seseorang sedang sakit sering menimbulkan perasaan tidak enak di mulut karena pengobatan atau penyakit, hal ini menyebabkan kurang selera makan sehingga dengan dilakukan perawatan mulut yang baik, klien akan merasakan kesegaran dan kenyamanan pada mulut dan dapat meningkatkan nafsu makan (Wolgin, 2000). Sebelum melakukan perawatan mulut sebaiknya perawat mengkaji kondisi mulut klien (kondisi lidah, gusi, warna dan kelengkapan gigi). Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik, tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien selama melakukan

15 perawatan mulut dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan mulut (Isro in & Andarmoyo, 2012). Perawatan mulut pada pasien yang sadar dilakukan 2 kali sehari. Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak (Stassi, 2005). Perawatan mulut pasien yang tidak sadar dilakukan setiap 2 jam (Wolgin, 2000). Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), sariawan, mulut kering dan bau ( Stassi, 2005). Mulut yang sehat memiliki ciri bersih, nyaman dan kelembabannya baik. Perawatan mulut dilakukan pada pasien yang mendapatkan oksigen dan NGT, pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri, pasien tidak sadar. Kontraindikasi dilakukannya perawatan mulut yaitu pada pasien yang menderita penyakit diabetes dapat beresiko stomatitis ( penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi, radiasi dan itubasi selang nase gratik ). Perawatan mulut dilakukan dengan menggunakan prinsip bersih (Murwani, 2009). Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan mulut terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan mulut meliputi: a. Melakukan pengkajian awal sebelum melakukan prosedur Salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga pada saat bertemu, mengkaji keadaan mulut, gigi dan bibir, mengidentifikasi kondisi

16 pasien, kontrak (waktu, tempat, tanggal) dilakukannya tindakan, tujuan dan cara membersihkan mulut dijelaskan. b. Melaksanakan persiapan alat Troli dibersihkan, alat dan bahan yang dibutuhkan selama perawatan mulut (pengalas, bengkok, pinset, spatel lidah, sikat gigi, air dalam gelas untuk berkumur, kapas lidi, handuk, sarung tangan bersih dan kasa tebal lembab yang dibasahi dengan NaCL) disusun di troli, troli dibawa ke dekat pasien dengan sisi muka troli mengarah pada perawat. c. Melakukan prosedur perawatan mulut Memberitahu pasien tentang prosedur, memberi privasi pada pasien, memposisikan pasien dengan cara memiringkan kepala pasien agar tidak terjadi aspirasi, meletakkan pengalas, meletakkan bengkok didekat pipi pasien, membuka mulut dan membersihkan gigi, lidah, langit- langit sampai bersih, boraks gliserin atau gentian violet dioleskan ke bibir sesuai kondisinya, daerah sekitar mulut atau bibir dibersihkan, angkat bengkok, pengalas dilepas dan ditempatkan pada tempat yang disediakan, pasien dikembalikan pada posisi yang nyaman dan aman, pasien dirapikan. d. Mengevaluasi hasil tindakan Mulut dan gigi pasien bersih, pasien mengungkapkan mulutnya terasa lebih bersih dan alat- alat kembali tersimpan rapi. e. Mendokumentasikan tindakan Tindakan yang dilakukan dicatat dan hasil tindakan dicatat

17 3. Perawatan rambut Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar hygienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut (Potter & Perry, 2005). Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan klien tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari hari. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari hari. Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan hygiene rambut (Murwani, 2009). Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisipasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.sebelum melakukan perawatan rambut sebaiknya perawat mengkaji terlebih dahulu kondisi rambut (warna, ukuran, distribusi rambut, jenis rambut apakah kering atau berminyak, pola pertumbuhan rambut, jumlah kerontokan dan faktor yang mempengaruhi perawatan rambut) (Alimul, 2006). Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik

18 tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan rambut. Rambut yang sehat akan tampak bersih, tidak mudah patah dan bercahaya. Rambut yang kotor dan kusut merupakan indikator dilakukannya perawatan rambut. Kontraindikasi dilakukannya perawatan rambut apabila terdapat lesi atau luka pada kulit kepala. Perawatan rambut menggunakan prinsip bersih. Masalah yang sering terjadi pada rambut, yaitu ketombe, kutu dan rambut rontok (Muwarni, 2009). Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan rambut terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan rambut meliputi: a. Melakukan pengkajian awal sebelum melakukan prosedur Melakukan pengkajian ulang terkait kebutuhan kebersihan rambut: salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga pada saat bertemu, kaji kondisi rambut: kebersihan rambut, ketombe, dan kondisi integritas kulit kepala, identififkasi tingkat kemandirian pasien terkait kemampuan mencuci rambut, lakukan kontrak dengan pasien (waktu, tempat, tindakan) dan menginformasikan tujuan melakukan tindakan. b. Melaksanakan persiapan Peralatan dan bahan tersedia sesuai kebutuhan (talang, air hangat, sampo, kapas, kasa, selimut mandi, pengalas, waskom berisi air, sarung tangan

19 dan sisir), pasien siap untuk dilakukan prosedur cuci rambut (posisi diatur, telinga ditutup kapas), perawat siap melakukan prosedur c. Melaksanakan proses mencuci rambut Pasien diposisikan telentang, rambut dibasahi mulai dari pangkal sampai keujung rambut, seluruh permukaan kulit kepala dan batang rambut diberi sampo, seluruh permukaan kepala dipijat, rambut dibilas sampai bersih, rambut dikeringkan, air tidak berceceran ke tempat tidur, lantai, atau pakaian pasien, pasien dan alat- alat dibereskan kembali. d. Mengevaluasi hasil tindakan Rambut bersih dan lembut, pasien mengungkapkan merasa lebih nyaman dan alat- alat kembali tersimpan rapi. e. Mendokumentasikan tindakan Tindakan dicatat lengkap dengan jam dan tanda tangan dan respons dan hasil tindakan dicatat. 4. Perawatan kuku tangan dan kaki Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan,namun seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan (Murwani, 2009). Masalah yang sering terjadi pada kuku: kalus atau penebalan pada kuku, bau pada kuku, infeksi pada kuku dan tinea pedis (Isro in & Andarmoyo, 2012).

20 Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah (Gorrek & Sorrentino, 2006). Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar. Prinsip perawatan kuku menggunakan prinsip bersih. Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik, tidak memaksa, menjaga keamanan pasien dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan kuku. Kuku yang normal terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda.sebelum melakukan perawatan pada kuku tangan dan kaki sebaiknya perawat melakukan pengkajian terhadap kondisi kuku ( warna, bentuk, dan keadaan kuku) (Alimul, 2006). Kontraindikasi dilakukannya perawatan kuku pada pasien diabetes. Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan kuku terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan kuku meliputi: a. Mengkaji kondisi dan kesiapan pasien Salam teraupetik disampaikan pada saat kontak dengan pasien, prosedur dan tujuannya dijelaskan pada pasien.

21 b. Menyiapkan alat Set alat perawatan kuku (gunting kuku, sikat kuku, bengkok, kom berisi air hangat, sabun, handuk, sarung tangan bersih dan pengalas) disiapkan lengkap, set alat diletakkan ditroli dan dibawa ke dekat pasien. c. Memotong dan membersihkan kuku pasien Tangan dicuci secara bersih menggunakan sabun dan antiseptik, posisi pasien diatur senyaman mungkin, privasi pasien dijaga dengan memasang sampiran, kuku dibersihkan kemudian direndam di air hangat, kuku dipotong dan dikikir tidak terlalu pendek, kuku dibersihkan dengan menggunakan air hangat, kuku dikeringkan dengan handuk, mempersiapkan prinsip kerapian dengan menggunakan pengalas, keadaan umum pasien diobservasi, tangan dicuci bersih. d.mengevaluasi hasil tindakan Kuku tampak pendek dan bersih. e. Mencatat tindakan dan hasil Tindakan dicatat lengkap dengan jam dan tanda tangan serta respons dan hasil tindakan dicatat. 5. Perawatan genitalia Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan genitalia, terutama pada pasien yang

22 berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia (Potter & Perry, 2005). Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah bau dan terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene (Mubarak, 2007). Prinsip perawatan genitalia dari depan ke belakang (bekerja dari area yang bersih ke area yang kotor) dan menggunakan prinsip bersih (Wolgin, 2000). Sangat penting bagi perawat untuk memberikan privasi pada klien, berkomunikasi teraupetik, tidak memaksa dan menjaga keamanan pasien dan melakukan prosedur dengan cermat dan hati-hati selama melakukan perawatan genitalia. Sebelum melakukan perawatan genitalia, perawatan sebaiknya mengobservasi apakah ada nanah, bau, kemerahan dan iritasi.perawatan genitalia sebaiknya dilakukan setiap hari (Stassi, 2005). Perawatan genitalia merupakan perawatan yang dilakukan dibagian genitalia. Perawatan genitalia dilakukan agar tidak terjadi infeksi akibat pemasangan kateter dan gangguan integritas kulit. Masalah yang berkaitan dengan hygiene genitalia yaitu infeksi, bau, gangguan intergritas kulit pada area genitalia.perawatan genitalia dilakukan pada pasien post partum, terpasang kateter, imobilisasi dan yang tidak sadar. Kontraindikasi dilakukannya perawatan genitalia pada pasien yang sedang menstruasi. Perawatan genitalia dilakukan minimal tiap 8 jam sekali dan dilakukuan pada setiap tindakan invasif di daerah genitalia, seperti pada saat melakukan pemasangan kateter, pemeriksaan dalam dan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (Murwani, 2009).

23 Poltekkes Depkes (2009), prosedur perawatan genitalia terdiri dari pengkajian awal sebelum tindakan, persiapan alat, prosedur tindakan, mengevaluasi hasil tindakan dan pendokumentasian. Berikut ini uraian prosedur perawatan genitalia meliputi: a. Melakukan pengkajian ulang Salam teraupetik disampaikan kepada pasien dan keluarga saat bertemu, keadaan genitalia dikaji, kondisi pasien diidentifikasi, kontrak (waktu, tempat, dan tanggal) dilakukannya tindakan, tindakan yang akan dilakukan dijelaskan tujuan dan caranya. b. Melaksanakan persiapan alat Troli dibersihkan, alat dan bahan yang dibutuhkan (pispot, pengalas, kapas sublimat, tissue, kasa steril, larutan antiseptik dan sarung tangan bersih) disusun ditroli, troli dibawa ke dekat pasien dengan sisi muka troli mengarah pada perawat. c. Membersihkan genitalia Tangan perawat dicuci, posisi pasien diatur, pengalas dipasang sesuai ketentuan, privasi pasien dijaga, area genitalia dibersihkan sesuai ketentuan, pengalas diangkat, posisi diatur. d. Mengevaluasi hasil tindakan Genitalia pasien bersih, pasien mengungkapkan merasa lebih nyaman dan bersih dan alat tersimpan rapi. e. Melakukan pencatatan dan laporan Tindakan yang telah dilakukan dicatat dan hasil tindakan dicatat

24 3.5 Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene Menurut Tarwoto (2010) dampak yang sering timbul apabila kebutuhan personal hygiene tidak terpenuhi, yaitu: 1. Dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal higiene dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak psikososial masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene pada pasien immobilisasi adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi.

6

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemenuhan Personal Hygiene 1. Pengertian Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Kebutuhan Personal Higiene Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Pendahuluan Kebersihan merupakan hal yang penting Dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan Konsep Dasar Berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Peran tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan

BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi

Lebih terperinci

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN RAHMAD GURUSINGA Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang kurang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

KONSEP PERSONAL HYGIENE & ASKEP

KONSEP PERSONAL HYGIENE & ASKEP KONSEP PERSONAL HYGIENE & ASKEP OLEH KELOMPOK III DISUSUN OLEH : 1) RIANTI PRAMITA (071101005) 2) SYAMSUL RIZKI (071101006) 3) MAYA INDRIANI B.BARA (071101008) 4) RAHMI SURILESMANA (071101009) 5) ARIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit bagi diri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Hygiene 1. Pengertian Menurut Hidayat (2008), perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yaang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. dan kesehatan (Potter dan perry, 2006).

BAB II TINJAUAN TEORI. personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. dan kesehatan (Potter dan perry, 2006). BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Personal Hygiene Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu. untuk kesejahteraan fisik dan psikis.pemenuhan personal hygiene

BAB II TINJAUAN TEORI. Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu. untuk kesejahteraan fisik dan psikis.pemenuhan personal hygiene BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Personal Hygiene (kebersihan diri) 2.1.1 Pengertian Personal Hygiene Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

Lebih terperinci

Perawatan Kebersihan. Sub pokok bahasan. Kesehatan diri dan penampilan perawat. Hygiene. Perawatan Kulit. Tujuan dari Hygiene. Efy Afifah, M.

Perawatan Kebersihan. Sub pokok bahasan. Kesehatan diri dan penampilan perawat. Hygiene. Perawatan Kulit. Tujuan dari Hygiene. Efy Afifah, M. Perawatan Kebersihan Efy Afifah, M.Kes Sub pokok bahasan Menjelaskan jenis perawatan kebersihan Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan Kulit, rambut, mata, mulut, hidung, telinga, kuku, perineum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

nonfarmakologi misalnya, teknik

nonfarmakologi misalnya, teknik LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Diri 2.1.1 Definisi Perawatan Diri Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Definisi Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defisit Perawatan Diri 1.1. Pengertian Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian maternal adalah kematian wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG Oleh: PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUANG 26 Lt.2 UNIT STROKE RSUD Dr.SAIFUL

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. PERSONAL HYGIENE 1.1. Defenisi personal hygiene Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem

LAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem LAMPIRAN 1 Nama : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : 1401100082 PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) No. Kegiatan Penelitian Septem Novem Desembe Februar Oktober Januari ber ber r i Maret April Mei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian Everly dkk (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu

Lebih terperinci

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI Vol. 7, No.2, Desember 2014 KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI CONDITION OF MOUTH HEALTH AND HYGIENE PATIENT IN INPATIENT INSTALLATION KEDIRI BAPTIS HOSPITAL

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi NO. Keperawatan DX Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi 1. Kamis, 10.00 1. Mempertimbangkan S : Klien mengatakan 21 Mei 2015 WIB budaya klien ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan

Lebih terperinci

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN Lampiran materi penuluhan PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dengan kesehatan

Lebih terperinci

Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol. 2 No PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SD NEGERI MERJOSARI 3

Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol. 2 No PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SD NEGERI MERJOSARI 3 15 PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SD NEGERI MERJOSARI 3 Verarica Silalahi, Ronasari Mahaji Putri Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Abstrak Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Personal Hygiene 1. Definisi Personal Hygiene Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Perawat 1. Pengertian Peran Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE OLEH Rismeni Saragih, SST., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asrama Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI 1.1 KONSEP PERAWATAN DIRI A. Definisi Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH PERAWATAN MINGGUAN Selain perawatan harian, lakukan juga perawatan seminggu sekali untuk kulit wajah kita agar kulit terawat dengan maksimal. Langkah I Membersihkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Hygienee 1. Pengertian Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Anak Usia Sekolah 1. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menurut Depkes RI (2008) anak usia sekolah disebut juga periode intelektualitas, atau keserasian bersekolah. Pada umur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 66 PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Riane Wulandari¹, Sudewi Yogha², Rita Patriasih²

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Peneliti : Erpinaria Saragih Saya telah

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG RANI MEISAROH 11001085 Subject : Personal Hygiene, Gangguan, Jiwa, Penderita DESCRIPTION Pasien jiwa merupakan

Lebih terperinci

Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak)

Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak) Pengkajian Sistem Integumen I. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak) Lesions Massa b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Beberapa penyakit

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Prosedur Tetap Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Langsa Tahun 212 Saya adalah mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea Fitri Yuliana, SST Pendahuluan Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Praktik Kebersihan Gigi Mulut pada Lansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Praktik Kebersihan Gigi Mulut pada Lansia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Kebersihan Gigi Mulut pada Lansia 1. Praktik Praktik dapat diartikan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek tersebut.

Lebih terperinci

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING Perilaku Personal Hygiene Remaja Puteri pada Saat Menstruasi PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING STIKES RS. Baptis

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. smpai 28 hari. Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. smpai 28 hari. Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir 1. Asuhan Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir atau keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir (liang vagina)

Lebih terperinci

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN FATWA IMELDA, S.Kep, Ns PENGERTIAN Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. ( Tarwoto dan Wartonah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

ALAT PENELITIAN. lain-lain, sebutkan. 4. suku : 5. tingkat pendidikan : tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat perguruan tinggi

ALAT PENELITIAN. lain-lain, sebutkan. 4. suku : 5. tingkat pendidikan : tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat perguruan tinggi ALAT PENELITIAN I. Petunjuk 1. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada 2. Tuliskan tanda benar ( ) pada kotak untuk pilihan jawaban yang tepat 3. Pada pertanyaan Data demografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan pada khususnya, karena tidak akan dapat diselesaikan dengan jalan kuratif saja, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS

PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS Lampiran 1 PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS 1. Pengertian Perawatan kulit adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. janin yang viable. Menurut Varney (2009), primipara adalah wanita yang pernah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. janin yang viable. Menurut Varney (2009), primipara adalah wanita yang pernah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Para adalah menujukkan jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran janin yang viable. Menurut Varney (2009), primipara adalah wanita yang pernah melahirkan satu

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Personal Hygiene Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJUAN PUSTAKA 1. Kebutuhan Dasar a. Pengertian Manusia memiliki kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN SOP PERAWATAN LUKA GANGREN A. Alat dan Bahan Steril 1. Bak Instrument 1 buah 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemandirian 1. Pengertian kemandirian Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat

Lebih terperinci

DATA RESPONDEN. Laki-laki. Perempuan. 2. Berapakah usia Bapak/ Ibu/ Saudara saat ini : Tahun. 3. Apakah pendidikan tertinggi Bapak/ Ibu/ Saudara :

DATA RESPONDEN. Laki-laki. Perempuan. 2. Berapakah usia Bapak/ Ibu/ Saudara saat ini : Tahun. 3. Apakah pendidikan tertinggi Bapak/ Ibu/ Saudara : DATA RESPONDEN Petunjuk : 1. Isilah titik-titik sesuai dengan jawaban anda. 2. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda pilih pada setiap nomor. PROFIL RESPONDEN Responden nomer :...

Lebih terperinci

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas) Cara Memandikan Kelinci Putih Agar Bersih Via : Tuliat.com Kelinci Putih adalah salah satu warna bulu kelinci yang paling disukai banyak orang atau para pencinta binatang piaraan karena warnanya yang terlihat

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran I Kepada Yth : Bapak/Ibu... Di RW 002 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebun Jeruk, Jakarta Dengan hormat, Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah mahasiswa Program

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar Mencuci Tangan Kegiatan Belajar I Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan keseluruhan

Lebih terperinci

TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES

TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES Kelompok 2 (S1-3A) 1. Adhelita Ratu F.V (121.0001) 2. Alika Fitrianti (121.0009) 3. Desy Evarani (121.0023) 4. Faisal Nursheha (121.0035)

Lebih terperinci

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. MEMASANG KATETER A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. B. TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih. 2. Sebagai penatalaksanaan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan

Lebih terperinci