PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Alfiana Falan Syarri Auliya NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2017

2 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Alfiana Falan Syarri Auliya NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2017 i

3 ii

4 iii

5 iv

6 MOTTO Anger is like flowing water, there s nothing wrong with it as long as you let it flow. Allow yourself to feel anger, allows your water to flow along with all the paper boats of forgiveness. Be human. (C. JoyBell C.) Human nature is like water. It takes the shape of its container. (Wallace Stevens) Mengikuti arus tapi tidak terbawa arus. (Woro Sri Hastuti) Until justice rolls down like water and righteousness like a mighty stream. (Martin Luther King Jr.) v

7 PERSEMBAHAN Seiring dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karya ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua saya. 2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Seluruh Pendidik dan Calon Pendidik dimana saja. vi

8 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B Oleh Alfiana Falan Syarri Auliya NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran Watube yang layak dan mengetahui kelayakan media pembelajaran Watube serta untuk mengetahui keeefektifan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifatsifat air pada anak TK kelompok B. Pengembangan ini dilatarbelakangi karena media yang sudah digunakan untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B dirasa kurang menarik dan kurang efisien. Penelitian ini adalah penelitian & pengembangan (research & development) dengan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Borg & Gall yang telah diadaptasi dengan mengambil bagian yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 37 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, angket, dan wawancara. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi, angket dan pedoman wawancara. Angket digunakan untuk memperoleh data kelayakan media oleh ahli materi dan ahli media. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan anak selama proses pembelajaran dengan menggunakan media Watube sebagai subjek penelitian. Prosedur pengembangan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan format produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk, (8) uji lapangan, (9) revisi produk akhir, dan (10) Watube produk akhir. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Produk yang dihasilkan layak digunakan untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. Penggunaan media Watube efektif untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. Kata kunci: media pembelajaran Watube, sifat air, anak TK kelompok B vii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-nya, Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelasr Sarjana Pendidikan dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Watube Untuk Mengenalkan Sifat-Sifat Air Pada Anak TK Kelompok B dapat disusun sesuai dengan harapan. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyususnan pra proposal sampai dengan selesainya skripsi ini. 4. Ibu Nelva Rolina, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Eka Sapti C.N., M.M., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd dan Ibu Sisca Rahmadona, M.Pd selaku validator materi dan media penelitian skripsi yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. 6. Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap skripsi ini. 7. Bapak Sumaryana, S.Pd. selaku Kepala TK KKLKMD Sidomaju yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini. 8. Para guru dan staf TK KKLKMD Sidomaju yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini. viii

10 ix

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Pembatasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 9 E. Tujuan Penelitian... 9 F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan... 9 G. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Anak Usia Dini 1. Pengertian Media Pembelajaran Anak Usia Dini Tujuan Media Pembelajaran Anak Usia Dini Fungsi Media Pembelajaran Anak Usia Dini Manfaat Media Pembelajaran Anak Usia Dini Syarat Media Pembelajaran Klasifikasi Media Pembelajaran Anak Usia Dini B. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini 1. Pengertian sains Tujuan Pembelajaran Sains bagi Anak Usia Dini Ruang Lingkup Sains pada Anak Usia Dini Pelaksanaan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini Air dan Anak Usia Dini C. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun D. Kajian Penelitian yang Relevan E. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Prosedur Pengembangan C. Validasi dan Uji Coba Produk D. Desain Validasi dan Produk E. Validator dan Subjek Uji Coba F. Jenis Data dan Sumber Data G. Teknik Pengambilan Data H. Instrumen Penelitian I. Teknik Pengukuran Instrumen x

12 J. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal Perencanaan Pengembangan Produk Awal Uji Coba Awal Revisi Produk Uji Coba Lapangan Revisi Produk Uji Lapangan Revisi Produk Watube Produk Akhir Pre-Test dan Post-Test B. Pembahasan Hasil Penelitian C. Keterbatasan Penelitian BAB V HASIL SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Media Tabel 3. Kisi-Kisi Pengamatan Subjek Uji Coba pada saat Uji Coba Awal, Uji Coba Lapangan, dan Uji Lapangan Tabel 4. Skala Persentase Kelayakan Media Tabel 5. Hasil Penilaian Ahli Materi Tabel 6. Aspek Penilaian Validasi Ahli Materi Sesudah Direvisi Tabel 7. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Tabel 8. Petunjuk Penggunaan Watube Sebelum Direvisi Tabel 9. Petunjuk Penggunaan Watube Sesudah Direvisi Tabel 10. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Tabel 11. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Tabel 12. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Tabel 13. Hasil Penilaian Ahli Media Tabel 14. Penilaian Ahli Media Setelah Direvisi Tabel 15. Data Hasil Uji Coba Awal Tabel 16. Data Hasil Uji Coba Lapangan Tabel 17. Data Hasil Uji Lapangan xii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Media Pembelajaran Watube Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Gambar 3. Bagan Pengembangan Media Adaptasi dari Borg & Gall Gambar 4. Cover Media Pembelajaran Watube Gambar 5. Keterangan Isi Boks Toolkit Uji Coba Gambar 6. Desain Manual Watube Gambar 7. Stiker Pelengkap Watube Gambar 8. Petunjuk Penggunaan Watube Siap Cetak Gambar 9. Petunjuk Penggunaan Watube Gambar 10. Keterangan Isi Boks Toolkit Uji Coba Gambar 11. Lembar Kerja Anak Gambar 12. Petunjuk Penggunaan Watube dengan Gambar Asli Gambar 13. Alas Media Pembelajaran Watube Gambar 14. Boks Toolkit Uji Coba Gambar 15. Gelas atau Wadah Penampung Gambar 16. Desain Eksperimen (before-after) Gambar 17. Diagram Batang Pre-Test Pengetahuan Sifat-Sifat Air Anak Gambar 18. Diagram Batang Post-Test Pengetahuan Sifat-Sifat Air Anak xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Lampiran 2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian Lampiran 3. Instrumen Validasi Materi Lampiran 4. Instrumen Validasi Media Lampiran 5. Instrumen Observasi Uji Penggunaan Media Watube Lampiran 6. Surat Keterangan Validasi Media Lampiran 7. Petunjuk Penggunaan Media Lampiran 8. Foto Media Pembelajaran Watube Lampiran 9. Dokumentasi Uji Penggunaan Media Watube Lampiran 10. Hasil Keseluruhan Data Observasi Uji Coba Awal, Uji Coba Lapangan, dan Uji Lapanga Lampiran 11. Data Pre-test dan Post-test xiv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan serta perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional). PAUD menjadi landasan awal pendidikan yang akan mengantarkan anak untuk terus belajar sepanjang hayatnya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting dalam tugas perkembangan selanjutnya. Mengingat pentingnya masa anak usia dini (0-6 tahun), maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada di sekitar anak. Kerjasama antar pendidik juga merupakan hal yang penting agar anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya secara optimal. Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisikmotorik, dan seni (Balitbang Depdiknas, 2007). Keseluruh aspek perkembangan anak sudah selayaknya dikembangkan dengan optimal. 1

17 Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan adalah aspek kognitif. Perkembangan aspek kognitif meliputi lingkup perkembangan belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis dan berfikir simbolik (Permendikbud No. 137 Tahun 2014 lampiran 1 Standar Isi PAUD). Piaget dalam Hildayani (2007: 38) menyatakan bahwa perkembangan kognitif itu meliputi kemampuan seseorang untuk merasakan dan mengingat, serta membuat alasan dan imajinasi. Pengembangan kognitif pada anak bukan difokuskan pada kemampuan menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya melainkan mengingat dan mengendapkan apa yang diperolehnya. Ali Nugraha (2008: 34) menyatakan sifat pengembangan kognitif anak harus mengarah pada dimensi isi dan dimensi proses dimana untuk menguasai isi pengetahuan memerlukan proses yang bermakna. Untuk itulah diperlukan pembelajaran yang sesuai untuk anak dalam pengembangan kognitif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dimana anak diarahkan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) menggunakan model pembelajaran tematik terpadu dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Dalam model pembelajaran tematik terpadu di PAUD, kegiatan dilakukan untuk satu tema, sub tema, atau sub-sub tema. Pendekatan saintifik yang dimaksud dalam Kurikulum 2013 yaitu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan (Permendikbud No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini). 2

18 Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Dari pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pendekatan saintifik anak diberikan kesempatan seluasluasnya untuk melakukan observasi atau pengamatan melalui kegiatan melihat obyek secara nyata terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara melakukan eksperimen sederhana. Dalam pelaksanaan pembelajaran anak usia dini khususnya dengan pendekatan saintifik hendaknya diimbangi dengan media yang tepat demi tercapainya pembelajaran yang aktif dan menarik. Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan materi pembelajaran dari pendidik ke peserta didik. Penggunaan media akan memudahkan pendidik dalan menyampaikan materi pembelajaran. Hamalik (1986) yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode dan kondisi pembelajaran harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, penggunaan media pembelajaran harus mendukung langkah-langkah pembelajaran saintifik 3

19 yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan (Riduwan, 2015: 6). Media pembelajaran yang diutamakan dalam proses pembelajaran anak usia dini diutamakan media yang bersifat konkrit. Media yang bersifat konkrit digunakan karena sesuai dengan tahapan perkembangan pola pikir anak usia dini menurut Piaget. Piaget yang dikutip Asri Budiningsih (2015: 16), mengemukakan bahwa pada tahap intuitif (umur 4-7 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Pada tahap ini anak berada pada masa pra operasional. Hal ini menandakan bahwa dalam pembelajaran anak masih memerlukan benda yang bersifat konkrit untuk mendapatkan suatu pengetahuan secara jelas. Namun tidak semua benda konkrit dapat dibawa ke dalam kelas saat menjelaskan materi pembelajaran tertentu, sehingga dapat diganti menggunakan media seperti Alat Peraga Pembelajaran (APP), Alat Permainan Edukatif (APE), buku, video interaktif, atau media lainnya. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Kasmadi (1996:62) bahwa prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep generalisasi dan bahan abstrak dapat menjadi hal yang jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah bukubuku dan sumber referensi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistik. Untuk itulah diperlukan media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik 4

20 anak yang berada pada masa praoperasional ini yaitu media yang dapat mendukung pembelajaran dengan memberikan pengalaman konkret pada anak. Berdasarkan hasil observasi, di beberapa TK Kelompok B sudah menggunakan media pembelajaran. Akan tetapi pada kegiatan yang bersifat eksploratif, guru cenderung menggunakan majalah dan Lembar Kerja Anak (LKA) sebagai media pembelajaran. LKA merupakan lembar kerja bagi anak untuk melakukan kegiatan bermain sesuai dengan indikator dan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) yang telah ditetapkan dalam pembelajaran (Muhyidin, dkk., 2014: ). LKA terbagi menjadi dua jenis yaitu LKA berupa hasil karya dan LKA bukan hasil karya (LKA murni). LKA berupa hasil karya adalah hasil karya anak yang meliputi hasil melipat, menganyam, mencocok maupun menggunting, yang ditempelkan di selembar kertas kerja. LKA murni merupakan hasil kegiatan bermain yang langsung dikerjakan pada lembaran kertas, seperti menjodohkan, mengelompokkan dengan melingkari, dan maze. Penggunaan LKA murni kurang sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013 karena kurang menerapkan karakteristik pendekatan saintifik secara utuh. Kegiatan yang seharusnya bersifat eksploratif menjadi kurang maksimal dalam pelaksanaannya karena menggunakan LKA murni. Pada pembelajaran yang menggunakan LKA murni, anak hanya akan membangun pengetahuan konseptualnya melalui kegiatan yang menekankan kognitif dan motorik halus tanpa melibatkan anak secara langsung dalam sebuah kegiatan serta mengabaikan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, guru diarahkan 5

21 untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu berbagai informasi melalui kegiatan yang bersifat ilmiah bukan hanya bergantung informasi searah dari pendidik sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri dengan kesempatan seluas-luasnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru kelas, penggunaan LKA dalam pembelajaran yang bersifat eksploratif dikarenakan guru kesulitan mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan efisien. Salah satu kegiatan yang menurut guru memerlukan media pembelajaran yang menarik adalah kegiatan dengan tema alam semesta khususnya untuk mengenalkan konsep sains berupa sifat-sifat air. Beberapa guru sudah menggunakan media pembelajaran dalam mengenalkan sifat-sifat air, akan tetapi karena media tersebut terpisah-pisah dalam penggunaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menjelaskan (pembelajaran menjadi kurang efisien) padahal waktu yang tersedia terbatas. Setelah melakukan observasi pada pembelajaran di kelas dan wawancara dengan para guru, peneliti memberikan solusi berupa media pembelajaran yang lebih menarik bagi anak dan berbasis metode eksperimen dimana anak akan melakukan kegiatan secara langsung sejalan dengan karakteristik pendekatan saintifik. Media pembelajaran tersebut dirasa dapat mengoptimalkan pembelajaran serta meningkatkan motivasi anak didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Anak-anak menyelidiki, mengamati, membandingkan, membayangkan, menemukan, merancang eksperimen dan membuat teori ketika anak mengeksplorasi materi sains yang berasal dari alam seperti air, pasir dan lumpur. 6

22 Air dan beberapa alat sederhana dapat menjadi perantara dalam pengalaman sensori dan belajar yang besar manfaatnya (Carol, 2012: 3-11). Pusat Literasi Sains (mempelajari tentang objek dan materi benda mati) (2014) menyatakan bahwa air adalah material yang dekat dengan anak dan mampu mendorong anak untuk belajar sains. Dalam pembelajaran sains, konsep tentang air yang dapat diajarkan kepada anak salah satunya adalah sifat-sifat air (Karen, 2005: 4). Terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh pendidik sebelum dilaksanakan pembelajaran sains tentang konsep air, salah satunya adalah menyiapkan media yang dapat memberikan pengalaman langsung sehingga pengetahuan konseptual anak dapat meningkat (Hoisington, et al., 2014: 73). Media pembelajaran yang akan dikembangkan berupa tabung yang diberi nama oleh peneliti dengan nama Water Tube atau disingkat dengan nama Watube yang berarti tabung air, media pembelajaran ini dinamakan dengan Watube karena berbentuk tabung dan bertujuan untuk mengenalkan sifat-sifat air. Watube adalah media pembelajaran yang akan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan eksplorasi untuk mengenal sifat-sifat air melalui kegiatan percobaan dan pengamatan. Sifat-sifat air yang dapat dikenalkan pada anak antara lain mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat. Melalui media pembelajaran Watube, anak dapat bereksperimen untuk membangun pemahamannya sendiri tentang sifat-sifat air. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian research and development dengan judul Pengembangan 7

23 Media Pembelajaran Watube untuk Mengenalkan Sifat-Sifat Air pada Anak TK Kelompok B. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasian masalahmasalah sebagai berikut: 1. Dalam pembelajaran tidak semua benda konkrit dapat dibawa ke dalam kelas saat menjelaskan materi pembelajaran tertentu. 2. Pada kegiatan yang bersifat eksploratif, guru cenderung menggunakan majalah dan LKA sebagai media pembelajaran. 3. Kegiatan pembelajaran yang bersifat eksploratif dengan menggunakan LKA belum sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013 karena belum menerapkan karakteristik pendekatan saintifik, 4. Guru kesulitan mengembangkan media pembelajaran menarik yang efisien untuk kegiatan eksploratif tertentu. 5. Beberapa pendidik sudah menggunakan media pembelajaran untuk mengenalkan sifat-sifat air, akan tetapi karena media pembelajaran tersebut terpisah-pisah dalam penggunaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menjelaskan padahal waktu yang tersedia terbatas. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terfokus maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan efisien untuk pembelajaran khususnya tema alam semesta mengenai konsep sains sifatsifat air di TK Kelompok B. 8

24 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1. Bagaimana kelayakan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifatsifat air pada anak TK kelompok B? 2. Bagaimana Keefektifan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B? E. Tujuan Pengembangan Tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Menghasilkan media pembelajaran Watube yang layak dan mengetahui kelayakan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. 2. Mengetahui keefektifan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan tabung air (watube) ini memiliki spesifikasi, antara lain: 1. Media pembelajaran ini bernama Watube. 2. Media pembelajaran anak usia dini berbentuk tabung. 3. Media pembelajaran berbentuk tabung dengan diameter 300 mm dan tinggi 330 mm. 4. Alas, selimut dan permukaan tabung menggunakan mika film anwid dengan ketebalan 0,50 mm. 9

25 5. Permukaan dan alas tabung dilapisi menggunakan kain flanel. 6. Di dalam tabung terdapat selang transparan putih elastis dengan diameter 3 inch yang dilengkapi dengan corong, wadah penanpung, dan gelas ukur. 7. Warna yang dipilih dalam tabung ini menggunakan warna-warna cerah dan dekat dengan lingkungan anak seperti merah, biru, hijau, dll. Gambar 1. Media Pembelajaran Watube G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengenalan sifatsifat air: 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pengembangan media pembelajaran dalam bentuk tabung yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada kegiatan eksploratif untuk mengenalkan sifatsifat air. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak 10

26 1) Agar anak lebih mudah memahami sifat-sifat air. 2) Sebagai motivasi anak agar lebih bersemangat dalam pembelajaran yang bersifat eksploratif. b. Bagi Guru 1) Dapat mempermudah guru dalam mengenalkan sifat-sifat air pada anak. 2) Sebagai perangkat bantu dan alternatif media pembelajaran untuk mengenalkan sifat-sifat air. 3) Memberikan alternatif solusi media pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan keterbatasan waktu dalam pembelajaran khususnya ketika mengenalkan sifat-sifat air pada anak. 4) Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pengembangan media pembelajaran interaktif guna meminimalisi kejenuhan dan kebosanan dalam pembelajaran di kelas. 5) Diharapkan media pembelajaran Watube dapat direkomendasikan sebagai inovasi dalam dunia pendidikan dalam mengenalkan sifat-sifat air melalui pendekatan saintifik. 6) Sebagai ajakan untuk lebih mengembangkan media pembelajaran yang lebih menarik untuk anak. c. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi studi bagi mahasiswa lainnya. 11

27 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Anak Usia Dini 1. Pengertian Media Pembelajaran Anak Usia Dini Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti perantara atau pengantar. Menurut Association for Education and Communication Technology (AECT) yang dikutip oleh Anawir dan Usman (2002, 11) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, di dengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Menurut Criticos yang dikutip Daryanto (2010: 4) media merupakan salah satu komponen pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsita (2008: 123) media dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru dalam memperjelas materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Gerlach & Ely menyatakan bahwa media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses dan 12

28 menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar Arsyad, 2002:3). Sejalan dengan pendapat diatas, Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011: 4) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima. Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Arief S. Sadiman, 2003: 6). Dalam pendidikan anak usia dini media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software) dan alat (hardware) untuk bermain, agar anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menentukan sikap (Khadijah, 2015: 14). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah suatu sarana yang yang dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang berkualitas dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan cara merangsang pikiran, perhatian dan minat siswa pada kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran pada anak usia dini adalah media yang dapat membantu anak memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan menentukan sikap. 2. Tujuan Media Pembelajaran Anak Usia Dini Media merupakan perantara yang mampu membangkitkan minat anak dalam proses pembelajaran. Tujuan umum media pembelajaran anak usia dini menurut Khadijah adalah untuk membangkitkan dan menstimulasi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan tujuan khusus media pembelajaran pada 13

29 pendidikan anak usia dini menurut Smaldino (2007) yang dikutip Khadijah (2015: 22-23) antara lain: a. Membangkitkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalah pahaman anak dalam mempelajarinya. b. Meningkatkan minat anak dalam membahas materi pelajaran. c. Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar. d. Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan. e. Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materi-materi yang lain dan menjadi proses belajar mendalam dan beragam. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan media pembelajaran anak usia dini adalah untuk membantu proses stimulasi berbagai aspek perkembangan anak usia dini. 3. Fungsi Media Pembelajaran Anak Usia Dini Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut Asnawir dan Usman (2002: 24): a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru. b. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit). 14

30 c. Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan). d. Semua indra siswa dapat diaktifkan. e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar. Kemp & Dayton yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 20-21) tentang fungsi media pengajaran menekankan bahwa media pengajaran dapat memberikan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan informasi, memberikan instruksi untuk menarik siswa agar bertindak dalam suatu aktivitas. Berdasarkan beberapa paparan fungsi media si atas, dapat disimpulkan bahwa media dapat meningkatkan motivasi, rangsangan dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. 4. Manfaat Media Pembelajaran Anak Usia Dini Encyclopedia of Education Research dalam Hamalik (1994: 15) merinci manfaat media pembelajaran sebagai berikut: a. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. b. Memperbesar perhatian siswa. c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar siswa, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap. d. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. e. Menumbuhkan pemikiran yang terartur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. 15

31 f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa siswa. g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991: 3), manfaat media pembelajaran antara lain: a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. c. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pembelajaran. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Manfaat media pembelajaran anak usia dini menurut Khadijah (2015: 28) antara lain: a. Melatih konsentrasi anak, maksudnya permainan dan pengajaran yang menggunakan alat dan media yang baik akan membantu mempertahankan daya tangkap murid. 16

32 b. Mengajari anak lebih cepat dengan waktu yang relatif singkat, maksudnya jika pelajaran disampaikan dengan kata-kata kemungkinan bisa menimbulkan kesalah pahaman dalam memaknainya, tetapi dengan bantuan alat atau media tersebut guru akan dapat menjelaskan dengan waktu yang cepat serta dapat mencapai indikator keberhasilan dengan cepat juga. c. Menambah daya pengertian dan ingatan, maksudnya dalam menjelaskan sesuatu dengan menggunakan alat/media akan dapat memudahkan guru dalam memberikan pemahaman kepada anak, memperdalam pengalaman belajar serta ingatan anak akan bertahan lama terhadap pengetahuan yang didapatnya. d. Pembelajaran yang menyenangkan, maksudnya proses kegiatan belajar tersebut tidak membosankan, karena kehadiran media pembelajaran akan dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar anak. Maka dapat diambil kesimpulan, manfaat penggunaan media pembelajaran anak usia dini dalam proses belajar mengajar yaitu dapat membantu menarik perhatian dan menumbuhkan motivasi peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan dapat diserap lebih optimal. 5. Syarat Media Pembelajaran Berdasarkan pemaparan Badru Zaman (2009: 7-8) dalam mengembangkan suatu media pembelajaran untuk anak usia dini terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu: 1) Syarat edukatif 17

33 Media pembelajaran harus disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku sehingga pembuatannya akan sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan yang terdapat di dalam program pendidikan yang disusun. Secara lebih terperinci syarat edukatif yakni: a) Media pembelajaran dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pendidikan (program pendidikan/kurikulum yang berlaku). b) Media pembelajaran yang dibuat disesuaiakan dengan didaktik metodik artinya membantu keberhasilan kegiatan pendidikan, mendorong aktivitas dan kreativitas anak dan sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan anak). 2) Syarat teknis Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran berkaitan dengan hal-hal teknis seperti pemilihan bahan, kualitas bahan, pemilihan warna, kekuatan bahan dalam suhu-suhu tertentu dan lain sebagainya. Secara lebih rinci syarat-syarat teknis dalam pembuatan media pembelajaran adalah: a. Media pembelajaran dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan konsep), contoh dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep. b. Media pembelajaran hendaknya multiguna walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan lainnya. 18

34 c. Media pembelajaran dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah atau bahan bekas/sisa. d. Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya tajam, beracun, dan lain-lain). e. Media pembelajaran hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah). f. Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi. g. Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal. 3) Syarat estetika Persyaratan estetika ini menyangkut unsur keindahan media pembelajaran yang dibuat. Unsur keindahan/estetika ini sangat penting diperhatikan karena akan memotivasi dan menarik perhatian anak untuk menggunakannya. Hal-hal yang lebih rinci yang berkaitan dengan syarat estetika menyangkut hal-hal sebagai berikut: a. Bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa). b. Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil). c. Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik. Sedangkan syarat pembuatan media pembelajaran anak usia dini menurut Latif (2003) dalam Khadijah (2015: 42) antara lain: a. Segi edukatif/nilai-nilai pendidikan. 1) Kesesuaian dengan program kegiatan belajar/kurikulum PAUD. 19

35 2) Kesesuaian dengan didaktik/metodik (kaidah mengajar) yaitu sesuai dengan tingkat kemampuan anak, dapat mendorong aktivitas dan kreativitas anak, dan membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar. b. Segi teknik/langkah dan prosedur pembuatan. 1) Kebenaran. 2) Ketelitian (tidak menimbulkan salah konsep). 3) Keawetan (kuat dan tahan lama). 4) Ketahanan (efektivitasnya tetap walau cuaca berubah). 5) Keamanan. 6) Ketepatan ukuran. 7) Kompabilitas (keluasaan/fleksibilitas) dari bagian-bagian suatu alat sehingga dapat digunakan dengan alat lain. c. Estetika/keindahan. 1) Bentuk yang elastis. 2) Kesesuaian ukuran. 3) Warna/kombinasi warna yang sesuai. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan media pembelajaran hendaknya memperhatikan syarat edukatif, teknis dan estetika media pembelajaran. 6. Klasifikasi Media Pembelajaran Anak Usia Dini Media pembelajaran menurut taksonomi Leshin, dkk (Azhar Arsyad, 2002: ) adalah sebagai berikut: 1) Media berbasis manusia 20

36 Media berbasis manusia merupakan media yang digunakan untuk mengirim dan mengkomunikasikan peran atau informasi. 2) Media berbasis cetakan Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, buku kerja atau latihan, jurnal, majalah dan lembar lepas. 3) Media berbasis visual Media berbasis visual (image) dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. 4) Media berbasis audiovisual Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan banyak persiapan, rancangan dan penelitian. 5) Media berbasis komputer Komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer Managed Instruction (CMI). Modus ini dikenal sebagai Computer Assisted Intsruction (CAI). CAI mendukung pembelajaran dan pelatihan, akan tetapi ia bukanlah penyampai utama materi pelajaran. 21

37 Khadijah (2015: 74-97) mengklasifikasikan media pembelajaran anak usia dini menjadi tujuh, yaitu: a. Alat Peraga Alat peraga adalah semua alat yang dipergunakan oleh pendidik untuk memperagakan atau menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. b. Media Permainan Alat permainan adalah semua alat yang dipergunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya. c. Media Manipulatif Media manipulatif merupakan segela benda yang dapat dilihat, disentuh, didengar, dirasakan dan dimanipulasikan. d. Media Pictorial Media pictorial merupakan media ilustrasi dari media yang sebenarnya, biasanya diimplementasikan dalam bentuk gambar-gambar. e. Media Symbolic Media symbolic merupakan media yang diberikan kepada anak yang sudah memiliki pemahaman yang cukup matang. Media ini tidak lagi menggunakan benda atau gambar melainkan dengan rumus, grafik atau lambang operasional. f. Media Puzzle Puzzle merupakan betuk permainan yang menugasi pemain untuk merangkai kembali potongan-potongan berbangun sehingga menjadi suatu bentuk tertentu. g. Building/Alat Block 22

38 Building Block dapat dibuat dengan kayu atau plastik. Biasanya permainan ini membangun bentuk rumah, istana, jembatan dan banyak lainnya. Muhyidin dkk (2010: ) mengklasifikasikan media pembelajaran PAUD menjadi tiga jenis yaitu: a. Lembar Kerja Anak (LKA) LKA merupakan lembar kerja bagi anak untuk melakukan kegiatan bermain sesuai indikator dan Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. b. Alat Peraga Pembelajaran (APP) APP meupakan alat yang dipakai guru sebagai sarana dalam menyampaikan materi pelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. c. Alat Permainan Edukatif (APE) APE merupakan alat permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif, serta dapat mengembangkan segala aspek dan kecerdasan yang ada pada diri anak. Berdasarkan beberapa pandangan diatas mengenai klasifikasi media pembelajaran anak usia dini, maka dapat disimpulkan bahwa media dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yaitu LKA, APP, dan APE. B. Pembelajaran Sains Anak Usia Dini 1. Pengertian Sains Secara harfiah, sains atau science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin yaitu kata scientia yang artinya pengetahuan. Secara konseptual, Amien (1987) dalam Ali Nugraha (2008: 3) mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah. Sedangkan Conant dalam Usman Samatowa (2011: 1) mendefinisikan 23

39 sains sebagai deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieskperimenkan lebih lanjut. Sains adalah ilmu yang dapat diuji kebenarannya dan dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercaya, melalui eksperimen secara terori (Elly, 2008: 162). Sains terdiri dari pengetahuan dengan cakupan keterampilan dan sikap yang mendukung memperluas pengetahuan itu sendiri (Pat & Linda, 2010: 11). Sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap (Ali Nugraha, 2008: 5). Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda yak hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut (Slamet Suyanto, 2005: 83). Dari beberapa pendapat di atas dapat simpulkan bahwa sains merupakan bidang ilmu yang mempelajari berbagai fenomena alam yang ada di lingkungan melalui serangkaian proses sehingga menghasilkan kesimpulan baru yang dapat dimanfaatkan bersama. 2. Tujuan Pembelajaran Sains bagi Anak Usia Dini Tujuan mendasar dari pendidikan sains sejalan dengan kurikulum yang ada di sekolah yaitu mengembangkan anak secara utuh baik pikirannya, hatinya maupun jasmaninya (Ali Nugraha, 2008: 24). Sedangkan menurut Abruscato 24

40 (1982) dalam Ali Nugraha (2008: 24) tujuan pendidikan sains adalah untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor anak. Menurut Leeper (1994) dalam Ali Nugraha (2008: 25) pembelajaran sains hendaknya ditujukan untuk empat hal, yaitu: 1) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anakanak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya. 2) Pengembangan belajar sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. 3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anakanak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah. 4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anakanak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya. Menurut Slamet Suyanto (2005: 159) pengenalan sains untuk anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anatara lain: 1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam. 2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. 25

41 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan penemuan. 4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun fungsinya. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah membantu anak untuk mengembangkan pengetahuan anak tentang alam sekitar dan mengembangkan keterampilan proses sains serta membiasakan anak untuk bersikap ilmiah dalam menghadapi masalah. 3. Ruang Lingkup Sains pada Anak Usia Dini Ruang lingkup pembelajaran sains secara umum meliputi dua dimensi besar yaitu ditinjau dari isi bahan kajian dan dari bidang pengembangan atau kemampuan yang akan dicapai (Ali Nugraha, 2008: 93). Ruang lingkup sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia (Abruscato, 1982). Sedangkan ruang lingkup pembelajaran sains ditinjau dari bidang kemampuan yang harus dicapai, terdapat tiga dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaan produk sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap sains (jiwa ilmuwan) (Ali Nugraha, 20008: 93). Pembelajaran sains untuk anak usia dini difokuskan pada mengenai pembelajaran tentang diri sendiri, alam sekitar, dan gejala alam. Sedangkan menurut Kurikulum 2013, pembelajaran sains pada anak ditekankan pada pembelajaran dengan kegiatan eksploratif dan menyelidik (Permendikbud No.137 Tahun 2014 Lampiran 1 tentang Standar Isi PAUD). 26

42 4. Pelaksanaan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini Dalam pembelajaran sains pada anak usia dini diperlukan pemenuhan aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran sains meliputi tujuan, dukungan material yang dibutuhkan (alat, bahan, media), penyiapan anak, pengembangan kegiatan, penguatan dan penghargaan, lembar kerja anak dan evaluasi (Ali Nugraha, 2008: 109). Anak memulai pembelajaran sains melalui kegiatan eksplorasi yang melibatkan proses-proses sains meliputi kegiatan menyelidiki, mengamati, mengklasifikasikan, mengajukan pertanyaan dan membuat hipotesis (Johnston, 2005). Pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Carol (2012: 3-11) bahwa anak-anak mulai melakukan kegiatan menyelidiki, mengamati, membandingkan, membayangkan, menemukan, merancang eksperimen dan membuat teori ketika mereka mengeksplorasi materi sains yang berasal dari alam sekitar mereka seperti air, pasir dan lumpur. Dalam pembelajaran sains, terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan agar pembelajaran sains berjalan efektif yaitu: Pengembangan sudut (area) belajar yang fokusnya adalah materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak. 1. Pembuatan bulletin board di sekolah. 2. Menggunakan metode berbasis diskoveri dan eksplorasi objek dan keadaan. 3. Permainan sains terkait materi pembelajaran 4. Melalui kunjungan lapangan (field trip). 27

43 5. Air dan Anak Usia Dini Air merupakan kebutuhan pokok untuk hidup dan mahluk hidup bergantung pada kemampuan untuk mengakses persediaan air (Pat & Linda, 2010: 115). Bagi anak air adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, mempesona dan beraneka ragam (Caroll, 2012: 3). Pusat Literasi Sains (mempelajari tentang objek dan materi benda mati) (2014) menyatakan bahwa air adalah material yang dekat dengan anak dan mampu mendorong anak untuk belajar sains. Dalam pembelajaran sains, konsep tentang air yang dapat diajarkan kepada anak salah satunya adalah sifat-sifat air (Karen, 2005: 4). Terdapat banyak sifat air yang membuat anak tertarik untuk mengeksplorasinya (Pat & Linda, 2010: 115). Sifatsifat air secara sederhana yang dapat dikenalkan kepada anak meliputi air mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat. Air dan beberapa alat sederhana dapat menjadi perantara dalam pengalaman sensori dan belajar yang besar manfaatnya (Carol, 2012: 3). Terdapat beberapa hal yang harus disiapkan oleh pendidik sebelum dilaksanakan pembelajaran sains tentang konsep air, salah satunya adalah menyiapkan media yang dapat memberikan pengalaman langsung sehingga pengetahuan konseptual anak dapat meningkat (Hoisington, et al., 2014: 73). C. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda. Pendapat tentang karakteristik anak usia dini menurut Sofia Hartati (2005: 8-9) 28

44 adalah sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6) memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial. Kartini Kartono (1990: 109) menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik 1) bersifat egosentris naif, 2) mempunyai relasi sosial dengan bendabenda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3) ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan satu totalitas, 4) sikap hidup yang fisiognomis, yaitu anak secara langsung memberikan atribut/sifat lahiriah atau material terhadap setiap penghayatannya. Rusdinal (2005: 16) mengemukakan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut: 1) anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat, 2) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada di sekitarnya dan mendefinisikan kata, 3) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat, 4) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik. Berdasarkan Permendikbud No. 137 Tahun 2014, anak usia 5-6 tahun pada perkembangan aspek kognitifnya dituntut untuk mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dan dapat memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi: 1) dapat mengenal klasifikasi sederhana, 2) dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana, 3) dapat mengenal bilangan dan memahami konsep-konsep matematika sederhana, 4) dapat mengenal bentuk geometri, 5) dapat memecahkan masalah sederhana, 6) 29

45 dapat mengenal konsep ruang dan posisi, 7) dapat mengenal konsep waktu, 8) dapat mengenal konsep waktu, 9) dapat mengenal berbagai pola, 10) dapat mengenal konsep pengetahuan sosial sederhana. Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia 5-6 tahun (TK Kelompok B) berada pada tahapan praoperasional dimana anak belajar melalui benda konkret. D. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki kajian penelitian serupa dengan hasil yang relevan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai pedoman awal sebagai kerangka pemikiran guna menambah, mengembangkan maupun memperbaiki penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Oleh Yuniarti (2015) Yuniarti (2015), melakukan penelitian tentang Meningkatkan Kemampuan Proses Sains Anak Melalui Metode Eksperimen tentang sifat-sifat air pada kelompok B4 di PAUD Tunah Harapan Kota Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian berjumlah 15 orang anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dengan setiap siklusnya 3 kali pertemuan. Hasil penelitian terbukti bahwa melalui metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan proses sains anak usia dini tentang sifat-sifat air dengan ketuntasan indikator mencapai 86,67% pada siklus II dengan pencapaian pada siklus I sebesar 60%. 30

46 Relevansi dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube oleh peneliti. 2. Penelitian Oleh Yeyen P. K. P., Peduk R., dan Siti I (2014) Yeyen, dkk (2014) melakukan penelitian tentang Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Sifat-Sifat Air pada Anak Kelompok B. Penelitian dilakukan di TK Taman Putera Mangkunegaran Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian berjumlah 10 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan mengenal sifat-sifat air dengan pencapaian ketuntasan indikator pada siklus I sebesar 50% dan pencapaian siklus II sebesar 90%. Relevansi dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube oleh peneliti serta untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak dapat dilakukan dengan kegiatan yang bersifat eksperimen. 3. Penelitian Oleh Fatmawati, Fadlillah dan Halida (2013) Farmawati, dkk (2013) melakukan penelitian tentang Peningkatan Pengenalan Sains Sederhana melalui Metode Demonstrasi pada Anak Usia 4-5 Tahun. Penelitian dilakukan di PAUD Purnama Kecamatan Pontianak Selatan Kota 31

47 Pontianak. Dalam hal ini materi yang digunakan berupa sifat air yaitu dengan mendemonstrasikan dan menceritakan tentang proses siklus air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian berjumlah 16 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pengenalan sains sederhana dengan ketuntasan indikator pada siklus I mencapai 50% dan ketercapaian pada siklus II sebesar 79%. Relevansi dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube oleh peneliti. Kedudukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube terhadap penelitian-penelitian di atas adalah sebagai produk yang mana dalam pemgembangannya mengambil referensi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dalam hal sifat-sifat air yang telah diteliti. Dari penelitian oleh peneliti lain didapatkan kesimpulan bahwa sifat-sifat air dapat dikenalkan pada anak TK kelompok B salah satunya dengan kegiatan bersifat eksperimen. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube. E. Kerangka Pikir Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan adalah aspek kognitif. Sifat pengembangan aspek kognitif mengarah pada dimensi isi dan dimensi proses dimana untuk menguasasi isi pengetahuan diperlukan proses yang bermakna sehingga diperlukan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran di TK 32

48 menggunakan model pembelajaran tematik terpadu dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Dalam pendekatan saintifik, anak didik secara aktif diarahkan pada pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di TK disesuaikan dengan tema, salah satunya adalah tema alam semesta dengan materi pengenalan konsep sains berupa sifat-sifat air. Air merupakan material yang dekat dengan anak dan mampu mendorong anak untuk belajar sains. Dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dalam mengenalkan sifatsifat air, anak akan terbiasa berfikir dan bersikap kritis. Anak Taman Kanak-Kanak khususnya anak yang berada di kelompok B (berusia 5-6 tahun) sudah harus memenuhi perkembangan aspek kognitif yang melingkupi pemecahan masalah, berpikir logis dan berfikir simbolik dengan salah satu indikator anak mampu mengenal konsep sains sederhana yaitu berupa pengenalan sifat-sifat air. Mengajarkan konsep sains sederhana dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan media yang dapat mengenalkan sifat-sifat air yang menarik bagi anak serta efisien waktu. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, pembelajaran memerlukan penggunaan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tingkat perkembangan anak. Akan tetapi hal tersebut terkendala oleh kesulitan beberapa guru di kelompok B dalam mengembangkan media pembelajaran yang menarik dan efisien waktu untuk tema alam semesta khusunya dalam mengenalkan konsep sains berupa sifat-sifat air. Selain itu media yang biasa 33

49 digunakan terpisah-pisah dalam penggunaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menjelaskan (pembelajaran menjadi kurang efisien) padahal waktu yang tersedia terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Media pembelajaran Watube adalah media pembelajaran yang berbentuk tabung dengan diameter 250 mm dan tinggi 330 mm. Watube adalah media pembelajaran yang dikembangkan untuk mengenalkan sifat-sifat air yang meliputi air mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat. Media pembelajaran Watube merupakan bentuk sederhana dari beberapa media untuk mengenalkan sifat-sifat air yang sebelumnya sudah digunakan dalam satu bentuk. Media pembelajaran Watube dibuat untuk memberikan solusi pada keterbatasan waktu yang dimiliki dalam pengenalan sifat-sifat air sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti mengembangkan media pembelajaran Watube yang layak untuk mengenalkan sifat-sifat air kepada anak TK kelompok B. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat diperjelas dengan bagan pada Gambar 2 berikut. 34

50 Pembelajaran di TK dengan tema alam semesta Anak TK kelompok B seharusnya mampu mengenal konsep sains sederhana 1. Menggunakan pendekatan saintifik 2. Salah satu materi yaitu pengenalan konsep sains berupa sifat-sifat air 3. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah anak terbiasa berfikir dan bersikap kritis Guru TK kesulitan mengembangkan media yang menarik dan efisien waktu untuk mengenalkan sifat-sifat air Pengembangan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifay-sifat air pada anak TK Kelompok B Media pembelajaran Watube merupakan bentuk sederhana dari beberapa media untuk mengenalkan sifat-sifat air. Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir F. Hipotesis Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, hipotesis dari penelitian ini adalah pengembangan media pembelajaran Watube, dapat menghasilkan media pembelajaran yang layak untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK Kelompok B. 35

51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian pengembangan Media Pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK Kelompok B mengacu pada jenis penelitian pengembangan (research and development). Menurut Nana Syaodih (2010: 164) penelitian pengembangan (research and development) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan atau research and development merupakan strategi penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian pengembangan biasa disebut pengembangan berbasis penelitian (research-based development) merupakan jenis penelitian yang sedang meningkat dalam pemecahan masalah praktis dalam pendekatan penelitian, terutama penelitian pendidikan dalam pembelajaran (Borg & Gall, 1989: 786). Penelitian pengembangan ini merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada hasil akhir berupa produk. Menurut Gay dalam Sri Rahmadani (2010: 48), penelitian dan pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan produk yang efektif berupa material pembelajaran, media, strategi pembelajaran untuk digunakan di sekolah, bukan untuk menguji teori. Menurut Sugiyono (2011: 297) 36

52 penelitian dan pengembangan adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Borg & Gall (1989: ) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya tediri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk; (2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Pada tujuan yang pertama disebut sebagai fungsi pengembangan, sedangkan pada tujuan kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikian konsep penelitian pengembangan yang tepat diartikan sebagai upaya pengembangan disertai upaya validasi (Wasis Dwiyogo, 2004: 5). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian pengembangan karena penelitian ini menghasilkan produk pembelajaran yang tervalidasi. Produk yang dihasilkan berupa Media Pembelajaran Watube yang dibuat untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK Kelompok B yang sudah tervalidasi dan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran oleh ahli dibidangnya. B. Prosedur Pengembangan Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengacu pada pedoman penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (1983) yang dikutip Punaji Setyosari (2010: ) yaitu sebagai berikut (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal; (2) perencanaan; (3) pengembangan format produk awal; (4) uji coba awal; (5) revisi produk; (6) uji coba lapangan; (7) revisi produk; (8) uji lapangan; (9) revisi produk akhir; (10) desiminasi dan implementasi. Peneliti dalam menghasilkan dan mengevaluasi produk tidak mengikuti keseluruhan 37

53 pedoman yang ditetapkan oleh Borg & Gall. Prosedur pengembangan yang peneliti lakukan dalam mengembangkan media pembelajaran Watube adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal Tahap ini dilakukan saat melakukan observasi dan wawancara di lapangan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur kebutuhan atau berbagai persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran di lapangan sebagai dasar pertimbangan pemilihan produk yang akan dikembangkan. Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan melakukan observasi di beberapa TK khususnya di kelompok B. Peneliti juga melakukan wawancara pada guru kelas, dengan demikian produk yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan (based on need). Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka pada literatur pendukung yang diperlukan sebagai landasan dalam melakukan pengembangan. 2. Perencanaan Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan informasi awal dan menentukan beberapa permasalahan, peneliti membuat perencanaan dengan menganalisa produk yang akan dihasilkan dan menganalisa pembelajaran sesuai dengan data yang sudah terkumpul yakni membuat media pembelajaran Watube. Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Merumuskan tujuan dan fungsi dibuatnya media pembelajaran Watube. Fungsi dan tujuan tersebut digunakan untuk memberikan informasi yang tepat untuk mengembangkan media pembelajaran Watube sehingga media yang diujicobakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 38

54 b. Melakukan tinjauan terhadap tujuan dari pembelajaran. c. Pemilihan bentuk media pembelajaran Watube. d. Pembuatan rancangan desain media pembelajaran Watube. e. Persiapan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat media pembelajaran Watube. 3. Mengembangkan Produk Format Awal Pada tahap ini dilakukan dengan mengembangkan media, instrumen evaluasi dan meminta pertimbangan ahli (validasi) yaitu ahli materi dan ahli media. Ahli materi memberikan penilaian terhadap isi materi yaitu pada sisi edukatif media, sedangkan ahli media memberikan penilaian terhadap aspek kemediaan. Peneliti mulai merancang produk (Watube) dengan langkah sebagai berikut: a. Membuat desain media pembelajaran Watube yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuan media pembelajaran b. Mengumpulkan bahan dan alat yang diperlukan. Gambar stiker dicari melalui media internet. c. Membuat bentuk fisik dari media pembelajaran Watube untuk kemudian divalidasikan kepada ahli materi dan ahli media d. Melakukan validasi media pembelajaran Watube kepada ahli materi dan ahli media. e. Hasil revisi kemudian dijadikan pedoman untuk memperbaiki media yang kemudian diujikan kepada anak. 39

55 4. Uji Coba Awal Uji coba ini dilakukan sebanyak dua kali pada anak TK kelompok B yang berjumlah 7 orang peserta didik. Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. 5. Revisi Produk Revisi produk dilakukan berdasarkan hasil uji coba awal. Revisi produk dilakukan dengan cara memperbaiki kekurangan pada produk Watube berdasarkan hasil masukan dan pengolahan data yang telah dilakukan. 6. Uji Coba Lapangan Uji coba ini dilakukan pada anak TK kelompok B yang berjumlah 10 orang peserta didik. Data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. 7. Revisi Produk Hasil uji coba lapangan dengan melibatkan subjek yang lebih besar dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan dari media pembelajaran Watube dalam mencapai tujuan dan mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran Watube serta untuk keperluan media pembelajaran itu sendiri, dari hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui sejauh mana kelayakan media pembelajaran Watube tersebut. 8. Uji Lapangan Uji lapangan membutuhkan subjek yang lebih banyak lagi yaitu seluruh peserta didik kelompok B di kelas yang berjumlah 20 peserta didik dan. Peneliti melakukan observasi selama media digunakan dalam mengenalkan sifat-sifat air pada anak. Data hasil observasi kemudian dikumpulkan dan diolah untuk mengetahui kelayakan media. 40

56 9. Revisi Produk Akhir Revisi produk akhir adalah revisi yang dikerjakan berdasarkan uji lapangan. Pada tahap ini peneliti akan mendapatkan data dari kegiatan observasi, sehingga akan mendapatkan data-data yang diperlukan untuk mengambil kesimpulan pengembangan media pembelajaran Watube. Pada penelitian pengembangan ini, peneliti hanya melakukan penelitian sampai tahap uji lapangan pada model Borg & Gall. Berdasarkan langkah-langkah penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg & Gall peneliti mengadaptasi dengan mengambil bagian-bagian sesuai dengan kebutuhan peneliti. Berikut merupakan gambar bagan prosedur pengembangan media. 41

57 Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal Perencanaan Pengembangan Produk Awal Watube Produk Awal Validasi Ahli Materi Validasi Ahli Media Uji Coba Awal Revisi Produk Uji Coba Lapangan Revisi Produk Uji Lapangan Watube Produk Akhir Gambar 3. Bagan Pengembangan Media Adaptasi dari Borg & Gall (Punaji Setyosari, 2010: 205) 42

58 C. Validasi dan Uji Coba Produk Setelah mendapatkan validasi dari ahli materi dan ahli media maka produk akan diujicobakan. Langkah uji coba produk dilakukan melalui tiga tahap uji coba yaitu uji coba awal, uji coba lapangan dan uji lapangan. Dalam setiap uji coba anak bersama dengan guru pendamping dapat memberikan kritik dan saran. Kritik dan saran yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam melakukan revisi produk. D. Desain Validasi dan Produk Bagian yang penting dalam penelitian pengembangan adalah desain uji coba produk dan validasi. Desain dalam uji coba penelitian ini melibatkan ahli materi dan ahli media pembelajaran serta siswa dan guru TK kelompok B. Uji coba dilaksanakan di TK KKLKMD Sidomaju. Uji coba produk dalam penelitian pengembangan dilakukan guna untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran Watube sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK Kelompok B. Berkaitan dengan produk Watube yang dikembangkan, maka karakeristik masing-masing responden ujicoba akan diidentifikasikan secara lengkap dan jelas dengan kebutuhan penelitian. Penelitian ini menggunakan desain validasi produk secara deskriptif kuantitatif. Penilaian dilakukan dalam beberapa tahap. Produk pertama berupa media pembelajaran Watube yang telah disetujui oleh dosen pembimbing, kemudian divalidasi oleh ahli materi konsep sains anak usia dini dan ahli media dan diperoleh media pembelajaran Watube revisi pertama. Media pembelajaran Watube revisi pertama kemudian diujikan lagi kepada ahli materi dan ahli media, 43

59 sehingga diperoleh media pembelajaran Watube revisi kedua. Tahapan validasi menyesuaikan dengan hasil validasi dan revisi yang diperlukan. Selanjutnya produk tersebut diujicobakan sebanyak tiga kali yaitu uji coba awal, uji coba lapangan dan uji lapangan. Dari uji coba tersebut akan diperoleh sejumlah data kuantitatif. Data tersebut dianalisis untuk memperoleh informasi tentang keterbatasan Watube bagi anak. Berdasarkan informasi tersebut, Watube direvisi sebagai produk akhir yaitu berupa Watube yang berisi seperangkat susunan peralatan yang digunakan untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak. E. Validator dan Subjek Uji Coba Validator dalam penelitian ini dilakukan oleh: 1. Validasi a. Ahli Materi Validasi ahli materi diperlukan guna memastikan bahwa konsep sains yang disajikan dalam media pembelajaran Watube sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ahli materi adalah dosen mata kuliah Pendidikan IPA yaitu Ibu Woro Sri Hatuti, M.Pd yang berperan menentukan apakah konsep sains dalam pengenalan sifat-sifat air yang akan diajarkan sudah sesuai dengan materi kurikulum yang berlaku atau belum, kesesuaian dengan tahapan perkembangan anak dan konsep dasar materi itu sendiri. Validasi dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa check list yang berisi tentang aspek pembelajaran dan aspek isi yang kesemuanya merupakan penjabaran dari syarat edukatif suatu pengembangan media pembelajaran. 44

60 b. Ahli Media Pembelajaran Ahli media pembelajaran adalah orang yang menguasai dalam bidang media pembelajaran. Ahli media dalam penelitan ini adalah dosen teknologi pendidikan yaitu Ibu Sisca Rahmadona, M.Pd yang berperan untuk menilai kelayakan media pembelajaran Watube dari aspek penggunaan dalam pembelajaran interaktif yang kesemuanya merupakan penjabaran dari syarat teknis dan estetika pengembangan media pembelajaran. Validasi dilakukan dengan menggunakan angket yang berisi materi aspek penampilan dan aspek penggunaan media. Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, peneliti akan mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi pada media. 2. Subjek Uji Coba Subjek merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian. Penentuan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan dengan memperhatikan ciri-ciri tertentu yang terdapat pada informasi, yaitu dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 117) sampel bertujuan atau purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa alasan misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. a. Subjek uji coba awal Subjek uji coba awal pada penelitian pengembangan ini adalah anak TK kelompok B. Pada tahap uji coba ini jumlah subjek penelitian sebanyak 7 anak. 45

61 b. Subjek uji coba lapangan Subjek uji coba lapangan pada penelitian pengembangan ini adalah anak TK kelompok B. Subyek uji coba ini melibatkan 10 anak TK Kelompok B. c. Subyek uji lapangan Tahap ketiga ini melibatkan subjek uji sebanyak 20 anak TK Kelompok B. Mengingat peserta didik yang digunakan sebagai subjek uji coba berusia 5-6 tahun, maka peneliti bekerja sama dengan guru untuk membantu peneliti dalam mengkondisikan kelas ketika kegiatan berlangsung serta dalam melakukan observasi penggunaan media saat uji coba. F. Jenis Data dan Sumber Data Data yang dikumpulan dalam penelitian ini adalah data tentang proses pengembangan Watube sesuai dengan prosedur pengembangan yang ditentukan, termasuk data yang diperoleh oleh ahli materi konsep sains anak usia dini, ahli media pembelajaran, dan hasil uji coba terhadap anak TK Kelompok B. Data kuantitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap penggunaan media serta skor penilaian (SB=5, B=4, C=3, K=2 dan SK=1) yang diperoleh dengan cara menghitung rata-rata skor setiap kriteria yang dihitung dari penilaian ahli materi konsep sains anak usia dini dan ahli media. Selanjutnya skor akan dikonversi ke dalam data kualitatif untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran yang dihasilkan. G. Teknik Pengambilan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data 46

62 (Sugiyono, 2009: 308). Teknik pengumpulan dan pengembangan data yang digunakan dalam penelitian pengembangan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B adalah: 1. Metode Observasi Nasution (1988) dalam Sugiyono (2011: 226) menyatakan bahwa Observasi adalah dasar utama semua ilmu pengetahuan. Menurut S. Nasution (2011: 106) observasi diilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan atau untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain. Sedangkan menurut Marshall (1995) dalam Sugiyono (2011: 226) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Metode observasi ini digunakan untuk mengamati apakah guru menerapkan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan untuk mengamati perilaku anak pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan pada tahap awal model Borg & Gall yaitu tahap pengumpulan informasi awal. Metode observasi juga digunakan oleh peneliti pada saat uji coba awal, uji coba lapangan dan uji lapangan. Jenis observasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, dimana pengamatan dilakukan dengan dasar pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi ini disusun untuk mengamati proses, kondisi dan penggunaan media dari subjek penelitian tentang media pembelajaran Watube pada saat uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji lapangan. 47

63 2. Metode Angket Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006: 128). Sementara menurut Sugiyono (2012: 199) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Suharsimi Arikunto (2006: 128) membagi jenis angket menurut cara menjawabnya menjadi dua, yaitu: a. Angket terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. b. Angket tertutup yang sudah disediakan pilihan jawaban untuk responden. Pengumpulan data dalam penelitian pengembangan media pembelajaran Watube ini, peneliti menggunakan jenis angket tertutup dan terbuka dengan penambahan kolom saran atau catatan pada akhir angket. Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang kelayakan produk yang dikembangkan pada saat validasi ahli yaitu uji ahli materi dan uji ahli media. Angket tersebut bertujuan untuk memperoleh data tentang tingkat kelayakan media yang dikembangkan. Hasil angket tersebut dijadikan sebagai dasar dalam melakukan revisi baik dari segi materi maupun penampilan media yang dikembangkan. 3. Metode Wawancara Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 132) wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi 48

64 pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2011: 231). Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data analisis kebutuhan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti yaitu pada saat penelitian dan pengumpulan informasi awal. H. Instrumen Penelitian Suatu penelitian akan memberikan nilai tinggi apabila digarap dengan sistematis dan cermat. Hasil atau data penelitian sangat tergantung pada jenis alat (instrumen) pengumpulan datanya (Punaji Setyosari, 2010: 180). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian dan pengembangan media pembelajaran Watube ini berupa angket, pedoman observasi dan pedoman wawancara. Instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui kualitas media pembelajaran Watube. Instrumen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Angket Angket penilaian instrumen digunakan untuk menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen penelitian ini berupa angket yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dikembangkan dan disusun menggunakan skala likert. Angket dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kelompok yaitu (1) angket uji kelayakan untuk ahli materi dan (2) angket uji kelayakan untuk ahli media. Angket uji kelayakan ini digunakan untuk menunjukkan adanya tingkat kevalidan produk yang dikembangkan. 49

65 Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi No. Aspek Variabel Penelitian 1. Materi Kebenaran Konsep Kesesuaian dengan kurikulum 2. Penyajian Media Keluasan dan kedalaman materi Keterlaksanaan Indikator 1. Ketepatan materi dengan konsep dasar 2. Kesesuaian materi dengan tingkat pencapaian perkembangan anak TK kelompok B 3. Kesesuaian materi dengan karakteristik anak TK kelompok B 4. Kesesuaian materi dengan pendekatan dalam kurikulum TK 5. Kesesuaian materi dengan tujuan yang akan dicapai 6. Materi yang terdapat pada media pembelajaran cukup cakupan isinya 7. Tingkat kesulitan materi sesuai dengan anak TK kelompok B 8. Daya dukung media terhadap materi 9. Kejelasan petunjuk penggunaan Jumlah Butir Produk Tampilan 10. Kesesuaian tampilan 1 dengan materi Jumlah 10 50

66 Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Media Aspek Variabel No. Indikator Penelitian 1. Tampilan Desain 1. Keseimbangan komposisi dan tata letak 2. Keserasian warna cover dan atribut pelengkap 3. Ketepatan ukuran dengan sasaran dan tujuan media Kemenarikan 4. Kemenarikan media bentuk media 5. Kemenarikan cover dan atribut pelengkap 6. Kemenarikan tata letak Warna 7. Kesesuaian warna dengan karakteristik anak TK kelompok B 8. Kemenarikan warna dipakai 9. Keserasian yang komposisi warna 2. Penggunaan Pelaksanaan 10. Kejelasan petunjuk penggunaan 11. Kemudahan dalam menggunakan Kemanfaatan 12. Memudahkan dalam menjelaskan materi 13. Desain sesuai dengan tujuan Jumlah Butir

67 3. Produk Kualitas 14. Kesesuaian 1 media dengan materi dan 1 karakteristik siswa 15. Kemungkinan bertahan lama Jumlah Pedoman Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara untuk mengkaji studi pendahuluan yaitu pada saat penelitian dan pengumpulan informasi awal dengan dilakukan wawancara pada guru TK kelompok B. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak terstruktur yakni peneliti tidak menggunakan pedoman yang sistematis, hanya menggunakan pokok-pokok garis besar pernyataan untuk mengetahui lebih mendalam tentang data yang diperoleh. 3. Pedoman Observasi Instrumen lembar pengamatan observasi pada penelitian ini disusun untuk mengumpulkan data pada saat uji coba awal, uji coba lapangan dan uji lapangan. Selain itu lembar observasi ini juga digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan anak selama proses pembelajaran dengan menggunakan media Watube sebagai subjek penelitian tentang media pembelajaran Watube dalam uji coba awal, uji coba lapangan dan uji lapangan, sehingga data yang dihasilkan benar-benar valid. Pedoman Observasi ini mencakup aspek keaktifan/partisipasi, ketertarikan anak, dan efek strategi pembelajaran. 52

68 Tabel 3. Kisi-Kisi Pengamatan Subjek Uji Coba pada saat Uji Coba Awal, Uji Coba Lapangan dan Uji Lapangan No. Aspek Indikator Jumlah 1. Keaktifan/partisipasi a. Anak mendengarkan dengan baik ketika guru menjelaskan petunjuk penggunaan b. Anak antusias menggunakan media c. Anak aktif melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang diberikan Ketertarikan anak d. Anak menyukai materi dalam media 1 e. Anak menyukai bentuk 1 media f. Anak menyukai warna cover 1 dan atribut pelengkap media 3. Efek strategi g. Anak mengenal sifat-sifat air 1 pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran h. Anak mampu melakukan 1 kegiatan eksploratif dengan menggunakan media i. Anak mampu mengulang 1 kembali apa yang telah dilakukan j. Meningkatkan motivasi anak 1 Jumlah 10 I. Teknik Pengukuran Instrumen Instrumen yang baik tentunya harus memenuhi syarat validitas. Validitas berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 121). Penentuan validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan angket yang disusun untuk menjaring data. Untuk jenis instrumen penelitian berupa angket, penentuan validitas dilakukan secara teoritis atau sekedar meminta justifikasi (kritik, saran dan perbaikan) atas kisi-kisi dari butir instrumen yang telah disusun oleh peneliti kepada dosen ahli terkait. 53

69 Sebelum digunakan untuk memperoleh data, instrumen terlebih dahulu dikonsultasikan kepada ahli instrumen (expert judgement) untuk mendapatkan kualitas instrumen yang baik. Dalam hal ini expert judgement dilakukan dengan meminta bantuan dosen pembimbing skripsi untuk memeriksa kisi-kisi dan butir instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data. J. Teknik Analisis Data 1. Data Proses Pengembangan Produk Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif sesuai dengan prosedur pengembangan yang dilakukan. Tahap awal penelitian pengembangan ini adalah mengumpulkan referensi yang mendukung untuk mengembangkan baik melalui studi pustaka maupun wawancara serta observasi secara langsung. Tahap selanjutnya adalah penyusunan instrumen dan pembuatan Watube. Tahap terakhir adalah penilaian. Penilaian media pembelajaran Watube ini dilakukan oleh ahli materi konsep sains anak usia dini dan ahli media yang kemudian diperoleh Watube revisi pertama, selanjutnya Watube revisi pertama diperbaiki dan dinilai kembali oleh ahli materi dan ahli media sehingga menghasilkan Watube revisi kedua sampai pada kriteria Watube layak untuk diujicobakan tanpa revisi. Kemudian Watube akan diujicobakan sebanyak tiga kali yaitu uji coba awal, uji coba lapangan dan uji lapangan. Terakhir akan diperoleh sejumlah data kuantitatif berupa skor. 2. Data Kelayakan Produk yang Dihasilkan Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, yang berupa pernyataan sangat layak, layak, cukup layak, kurang layak 54

70 dan tidak layak yang diubah menjadi data kuantitatif dengan skala 5, yaitu dengan penskoran dengan skor 1 sampai 5. Teknik yang digunakan untuk memberikan nilai kualitas produk yang dibuat yaitu data yang diperoleh dari angket instrumen ahli dan lembar observasi anak diubah menjadi data interval sebagai berikut: ( ) Setelah penyajian data dalam bentuk Persentase, langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan dan mengambil kesimpulan tentang masing-masing indikator. Kesesuaian aspek dalam pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran dapat menggunakan tabel berikut: Tabel 4. Skala Persentase Kelayakan Media Interval Skor Kriteria 85% % Sangat Layak/ Sangat Baik 75% - 84% Layak/ Baik 60% - 74% Cukup Layak/ Cukup Baik 40% - 59% Kurang Layak/ Kurang Baik 0% - 39% Tidak Layak/Tidak Baik Pada tabel di atas disebutkan persentase pencapaian menurut Sunari dan Selly Rahmawati (2014: 191). Untuk mengetahui kelayakan digunakan tabel di atas sebagai acuan penilaian data yang dihasilkan dari validasi ahli media, ahli materi dan uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji lapangan, pada data uji coba apabila data menunjukkan rata-rata baik (75%-84%) maka penilaian media dinyatakan dengan kategori layak. 55

71 Sementara itu untuk mengetahui efektivitas penggunaan produk media pembelajaran yang dikembangkan adalah dengan mengenalnya anak pada sifatsifat air dengan menghitung selisih skor pre-test dan post-test. Dengan asumsi distribusi normal dan diambil dari sampel secara proporsional kemudian dianalisis menggunakan analisis uji-t (uji kesamaan rata-rata) menurut Sudjana (1996: 242) dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: B sb n = rerata selisih (beda) = simpangan baku = jumlah sampel Untuk mencari rerata selisih (beda) menggunakan rumus sebagai berikut. Keterangan: B = rerata selisih i = jumlah seluruh skor anak N = jumlah sampel Untuk mencari simpangan baku dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut. ( ) ( ) 56

72 Keterangan: sb Bi N = simpangan baku = jumlah seluruh skor anak = jumlah sampel Jika t(1-1/2α) < t hitung < t (1-1/2 α), (n-1) berarti tidak ada perbedaan secara signifikan antara selisih rerata skor pre-test dan skor post-test. Akan tetapi jika t hitung t tabel maka artinya ada perbedaan antara selisih skor pre-test dan skor post-test secara signifikan. Atau apabila nilai probabilitas ( sig. (2-tailed)) < dari 0,05, maka terdapat perbedaan signifikan pada data. Sedangkan apabila nilai probabilitas ( sig. (2-tailed)) > dari 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kelayakan produk minimal yang ditetapkan pada penelitian ini adalah kategori baik atau layak. Berarti apabila hasil penelitian yang diperoleh baik dari validasi ahli materi, ahli media, uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji lapangan memperoleh nilai minimal rata-rata baik (pada hasil uji coba) atau layak (berdasarkan penilaian validator media dan materi), maka produk Watube yang dikembangkan dinyatakan layak. Lebih lanjut, produk dinyatakan layak apabila terdapat perbedaan selisih skor pre-test dan skor post-test secara signifikan. 57

73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal Dalam penelitian dan pengumpulan informasi awal, peneliti melakukan proses pengumpulan informasi dengan menganalisis kebutuhan pembelajaran anak dengan cara mengobservasi dan melakukan wawancara dengan guru kelas dan anak kelompok B. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan dalam proses pembelajaran yang dialami oleh guru khususnya dalam hal penggunaan media pembelajaran. Guru menyatakan bahwa dalam pembelajaran semampu mungkin untuk menyiapkan media pembelajaran yang tepat dan menarik bagi anak dalam kegiatan pembelajaran sehingga anak dapat memahami materi yang akan disampaikan sebagai tujuan utama pembelajaran. Sebagai contoh untuk pembelajaran tema alam semesta dengan sub tema air, tanah, dan udara khususnya pada tema air, untuk mengenalkan konsep sifat-sifat air pada anak guru menggunakan media berupa corong air, botol, dan pewarna makanan. Akan tetapi media tersebut dirasa guru kurang efisien waktu karena media yang digunakan terpisah-pisah penggunaannya sehingga memakan waktu yang terbatas. Sedangkan berdasarkan hasil observasi, pembelajaran yang dilakukan di TK kelompok B sudah menggunakan media. Akan tetapi, pada kegiatan yang bersifat eksploratif guru masih cenderung menggunakan majalah dan LKA sebagai media pembelajaran karena guru merasa kesulitan untuk 58

74 mengembangkan media pembelajaran yang menarik. Apabila ditinjau dari segi ketepatan penggunaan media LKA untuk kegiatan eksploratif yang sebenarnya dapat dilakukan dengan media selain LKA maka pembelajaran akan lebih menyenangkan apabila melakukan aktivitas yang melibatkan pendekatan saintifik dengan melibatkan anak langsung. Dari hasil wawancara dan observasi pada proses pembelajaran di TK kelompok B dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran khususnya dengan sub tema air dalam hal mengenalkan konsep sifat-sifat air memerlukan inovasi media pembelajaran berupa media pembelajaran yang menarik dan efisien. 2. Perencanaan Berdasarkan penelitian dan pengumpulan informasi awal tentang dibutuhkannya media pembelajaran yang efisien dan menarik untuk mengenalkan konsep sifat-sifat air pada anak TK kelompok B, maka peneliti membuat sebuah media pembelajaran 3 dimensi yang berfungsi untuk mengenalkan sifat-sifat air yang mencakup sifat air berupa mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat yang dalam penggunaannya disesuaikan dengan pendekatan kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik yang memungkinkan anak untuk melakukan kegiatan eksploratif. Bentuk media pembelajaran berupa tabung yang dilengkapi dengan selang, corong, dan gelas tampung dengan desain menggunakan warna-warna cerah, ukuran, bahan yang disesuaikan dengan karakteristik anak TK serta mengutamakan kemudahan dan keamanan pengguna. 59

75 3. Pengembangan Produk Awal Media pembelajaran Watube ini dikembangkan dengan tujuan untuk menghasilkan produk media pembelajaran yang menarik dan efisien untuk mengenalkan konsep sifat-sifat air pada anak TK kelompok B yaitu media pembelajaran Watube yang layak. Setelah melakukan analisis pembelajaran, peneliti menganalisis media yang akan dikembangkan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Membuat desain media pembelajaran Watube yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuan media pembelajaran Desain media pembelajaran Watube dibuat dengan menggunakan aplikasi Corel Draw X6 dan manual. Desain yang dibuat dengan menggunakan Corel Draw X6 berupa cover media pembelajaran dan cover tool kit percobaan. Pembuatan desain didasarkan pada syarat-syarat media pembelajaran. Sedangkan pembuatan desain manual digunakan untuk mendesain bentuk media pembelajaran Watube yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuan media pembelajaran yang akan dikembangkan. Adapun desain media pembelajaran yang telah pengembang susun adalah sebagai berikut. Gambar 4. Cover Media Pembelajaran Watube 60 Gambar 5. Keterangan Isi Boks Tool Kit Percobaan Watube

76 Gambar 6. Desain Manual Watube b. Mengumpulkan bahan dan alat yang diperlukan. Gambar stiker dicari melalui media internet. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam media Watube ini adalah mika film anwid dengan ketebalan 0,50 mm, selang bening berdiameter 3 inchi, corong kecil, gelas ukur berukuran 500 ml, kain flanel, papan tripleks, alat menjahit, dan lem. Dalam memilih bahan memperhatikan syarat media untuk anak usia dini. Sedangkan gambar yang dikumpulkan melalui internet ialah sebagai berikut: Gambar 7. Stiker Pelengkap Watube c. Membuat bentuk fisik dari media pembelajaran Watube untuk kemudian divalidasikan kepada ahli materi dan ahli media d. Melakukan validasi media pembelajaran Watube kepada ahli materi dan ahli media. 61

77 1) Validasi Ahli Materi Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara memberikan angket yang mencakup penilaian terhadap aspek edukatif berupa materi, penyajian media dan produk. Ahli materi dalam pengembangan media pembelajaran Watube ini adalah dosen dalam bidang mata kuliah Pendidikan IPA yaitu Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd. berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, peneliti akan mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi pada media. Setelah melihat media pembelajaran Watube yang dibuat oleh pengembang, ahli materi melakukan penilaian dengan mengisi angket yang diberikan sesuai dengan kriteria penilaian. Hasil penilaian ahli materi terhadap media pembelajaran Watube dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Penilaian Ahli Materi Aspek Penelitian Indikator Skor Materi yang berkaitan Ketepatan materi dengan konsep dasar 3 dengan kebenaran Kesesuaian materi dengan tingkat pencapaian 3 konsep, kesesuaian perkembangan anak TK kelompok B dengan kurikulum, Kesesuaian materi dengan karakteristik anak 2 serta keluasan dan TK kelompok B kedalaman materi Kesesuaian materi dengan pendekatan dalam 3 kurikulum TK Kesesuaian materi dengan tujuan yang akan dicapai 2 Materi yang terdapat pada media 2 pembelajaran cukup cakupan isinya Tingkat kesulitan materi sesuai dengan anak 3 TK kelompok B Penyajian media yang Daya dukung media terhadap materi 2 berkaitan dengan Kejelasan petunjuk penggunaan 2 keterlaksanaan Produk yang berkaitan Kesesuaian tampilan dengan materi 3 dengan tampilan Jumlah 25 Persentase 50% Penilaian Media Kurang Layak 62

78 Berdasarkan tabel di atas, hasil data yang diperoleh dari hasil validasi ahli materi menunjukkan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam media pembelajaran Watube secara keseluruhan dinyatakan kurang layak dengan jumlah skor 25 dan persentase 50% setelah dikonversikan dalam skala 5. Ahli materi memberikan saran berupa perbaikan instrumen validasi ahli materi dalam hal aspek yang dinilai. 2) Revisi Ahli Materi Dari evaluasi yang dilakukan dan saran yang diberikan ahli materi terhadap instrumen media pembelajaran Watube, pengembang merevisi instrumen sesuai dengan saran ahli materi yaitu pada aspek penilaian poin aspek ke-4 dan ke-5. Sebelum revisi, aspek penilaian dalam validasi ahli materi tidak mencantumkan hubungan antara materi dengan media. Kemudian sesuai saran ahli materi instrumen penilaian validasi ahli materi untuk mencantumkan hubungan antara materi dengan media. Tabel 6. Aspek Penilaian Validasi Ahli Materi Sesudah Direvisi No. Aspek yang Dinilai 3. Kesesuaian materi dengan karakteristik anak TK kelompok B 4. Kesesuaian materi pada media dengan pendekatan dalam kurikulum TK 5. Kesesuaian materi pada media dengan tujuan yang akan dicapai 6. Materi yang terdapat pada media pembelajaran cukup cakupan isinya 7. Tingkat kesulitan penggunaan media untuk menjelaskan materi sesuai dengan anak TK kelompok B Skala Penilaian Komentar Lingkaran merupakan bagian yang direvisi 63

79 Setelah selesai merevisi instrumen sesuai dengan saran ahli materi, kemudian materi ditunjukkan lagi kepada ahli materi untuk dinilai kembali untuk mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi selanjutnya. Sama halnya dengan penilaian sebelumnya, ahli materi melakukan penilaian dengan mengisi angket sesuai dengan kriteria penilaian yang diberikan. Hasil penilaian ahli materi setelah revisi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Aspek Penelitian Indikator Skor Materi yang berkaitan Ketepatan materi dengan konsep dasar 3 dengan kebenaran Kesesuaian materi dengan tingkat 3 konsep, kesesuaian pencapaian perkembangan anak TK dengan kurikulum, kelompok B serta keluasan dan Kesesuaian materi dengan karakteristik anak 3 kedalaman materi TK kelompok B Kesesuaian materi dengan pendekatan dalam 3 kurikulum TK Kesesuaian materi dengan tujuan yang akan 3 dicapai Materi yang terdapat pada media 3 pembelajaran cukup cakupan isinya Tingkat kesulitan materi sesuai dengan anak 3 TK kelompok B Penyajian media yang Daya dukung media terhadap materi 3 berkaitan dengan Kejelasan petunjuk penggunaan 3 keterlaksanaan Produk yang Kesesuaian tampilan dengan materi 3 berkaitan dengan tampilan Jumlah 30 Persentase 60% Penilaian Media Cukup Layak Berdasarkan tabel di atas, hasil data yang diperoleh dari penilaian ahli materi secara keseluruhan mendapat jumlah skor 30 dengan persentase 60%. Setelah dikonversikan dalam tabel kategori persentase kelayakan media skala 5 64

80 masuk dalam kriteria Cukup Layak. Ahli materi memberikan beberapa saran sebagai berikut: a) Petunjuk Penggunaan Dibuat per Konsep Dari hasil evaluasi yang dilakukan dengan saran yang diberikan ahli materi terhadap media pembelajaran Watube, pengembang merevisi produk sesuai dengan saran ahli materi yaitu memisahkan petunjuk penggunaan per konsep sifat-sifat air yang akan dikenalkan. Tabel 8. Petunjuk Penggunaan Watube Sebelum Direvisi PETUNJUK PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE Tahap Awal Pedoman Penggunaan Media 1. Guru menjelaskan pada anak tentang cara penggunaan media pembelajaran Watube. 2. Penggunaan media pembelajaran Watube dilakukan pada kelompok-kelompok kecil. 3. Penggunaan media pembelajaran Watube yang pertama adalah guru menyediakan gelas yang diisi pewarna makanan atau zat-zat yang dapat larut dalam air (misal garam) kemudian dicampur dengan air (konsep sifat air: air dapat melarutkan beberapa zat). 4. Menuangkan air yang telah dicampur dengan pewarna pada selang melalui corong dan membiarkan air mengalir (konsep sifat air: air mengalir ke tempat yang lebih rendah). 5. Melakukan hal tersebut berulang kali sampai penampung air penuh. 6. Untuk menjelaskan konsep terapung, melayang, dan tenggelam. Guru perlu menyiapkan telur mentah yang dimasukkan ke dalam penampung air dan melarutkan garam dalam air pada kadar tertentu. Tahap Selanjutnya 1. Guru melakukan demonstrasi penggunaan media pembelajaran Watube pada kelompok-kelompok kecil. 2. Anak dalam kelompok diminta untuk menggunakan media pembelajaran Watube sesuai dengan contoh yang telah diberikan. 3. Anak diminta untuk melakukan pengamatan selama proses penggunaan media pembelajaran Watube. 4. Anak diberikan kesempatan untuk bertanya tentang apa yang dilihatnya selama proses penggunaan media dan menjelaskan apa saja yang sudah dilakukannya. 5. Guru bersama anak melakukan refleksi kegiatan dengan cara membuat kesimpulan atas apa yang dipelajari, dalam hal ini guru menjelaskan apa saja sifat-sifat air. Cara membersihkan media 1. Pembersihan pada selang air cukup dialiri air bersih. 2. Pembersihan pada gelas tampung dapat dilakukan dengan cara menuangi air pada gelas tampung kemudian membuang air tersebut beberapa kali sampai bersih dengan terlebih dahulu membuka resleting bagian alas Watube. 3. Pembersihan pada air yang mungkin mengenai dinding Watube cukup dilakukan dengan cara mengelap dinding Watube. 4. Apabila sudah selesai membersihkan Watube, pasang kembali resleting media dan menyimpan media di tempat yang kering dan tidak lembab. 65

81 Sebelum revisi, petunjuk penggunaan media dibuat menjadi satu untuk keseluruhan konsep yang akan dikenalkan kepada anak, kemudian sesuai saran ahli materi agar petunjuk penggunaan Watube dipisahkan per konsep yang akan dikenalkan maka pengembang memperbaiki petunjuk tersebut. Tabel 9. Petunjuk Penggunaan Watube Sesudah Direvisi PETUNJUK PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE A. Konsep: air dapat melarutkan zat tertentu 1. Siapkan gelas yang telah diisi pewarna makanan atau zat-zat yang dapat larut di dalam air (garam, gula, dll.) 2. Tuang air ke dalam gelas 3. Aduk sampai tercampur rataa B. Konsep: air mengalir ke tempat yang lebih rendah 1. Larutkan garam dan pewarna makanan ke dalam air 2. Tuangkan air yang telah dicampur dengan garam dan pewarna makanan ke dalam selang melalui corong C. Konsep: air menekan ke segala arah 1. Larutkan pewarna makanan ke dalam air 2. Tuangkan air yang telah dicampur pewarna makanan ke dalam melalui corong 3. Lakukan langkah kedua sampai air memenuhi tampungan 4. Biarkan air mengalir dari lubang-lubang penampung D. Konsep: air menempati ruang 1. Larutkan pewarna makanan dengan air dalam sebuah wadah yang berbeda bentuk dengan penampung 2. Tuangkan larutan pewarna makanan dengan air ke dalam selang melalui corong 3. Biarkan air memenuhi wadah penampung E. Konsep: air memiliki berat (melayang, terapung, tenggelam) 1. Siapkan telur ayam dalam wadah penampung 2. Larutkan pewarna makanan dan garam dalam air a. Tenggelam (gunakan pewarna makanan warna merah dan tanpa garam) b. Melayang (gunakan pewarna makanan warna kuning dan garam bertakaran sedikit yaitu 3 sendok makan) c. Terapung (gunakan pewarna makanan warna hijau dan garam bertakaran banyak yaitu 7 sendok makan) 3. Tuangkan larutan garam dan pewarna makanan ke dalam selang melalui corong 4. Lakukan bergantian pada larutan berbeda 66

82 b) Menyiapkan Petunjuk Penggunaan Watube Siap Cetak Dari hasil evaluasi yang dilakukan bersama dengan ahli materi, ahli materi memberikan saran untuk membuat petunjuk penggunaan Watube yang siap cetak, pengembang merivisi produk sesuai saran ahli materi sebagai berikut. Gambar 8. Petunjuk Penggunaan Watube Siap Cetak Sebelum revisi, petunjuk penggunaan media masih berupa lembaran kertas berisi petunjuk penggunaan Watube, kemudian sesuai saran ahli materi agar membuat petunjuk penggunaan Watube siap cetak maka pengembang memperbaiki petunjuk tersebut. Setelah selesai merevisi petunjuk penggunaan Watube sesuai dengan saran ahli materi, kemudian materi dan media ditunjukkan kembali kepada ahli materi untuk dinilai guna mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi selanjutnya. Sama halnya dengan penilaian sebelumnya, ahli materi melakukan penilaian 67

83 dengan mengisi angket sesuai dengan kriteria penilaian yang diberikan. Hasil penilaian ahli materi setelah revisi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Aspek Penelitian Indikator Skor Materi yang berkaitan Ketepatan materi dengan konsep dasar 3 dengan kebenaran Kesesuaian materi dengan tingkat 3 konsep, kesesuaian pencapaian perkembangan anak TK dengan kurikulum, kelompok B serta keluasan dan Kesesuaian materi dengan karakteristik anak 3 kedalaman materi TK kelompok B Kesesuaian materi dengan pendekatan dalam 3 kurikulum TK Kesesuaian materi dengan tujuan yang akan 3 dicapai Materi yang terdapat pada media 3 pembelajaran cukup cakupan isinya Tingkat kesulitan materi sesuai dengan anak 3 TK kelompok B Penyajian media yang Daya dukung media terhadap materi 3 berkaitan dengan Kejelasan petunjuk penggunaan 4 keterlaksanaan Produk yang Kesesuaian tampilan dengan materi 4 berkaitan dengan tampilan Jumlah 32 Persentase 64% Penilaian Media Cukup Layak Berdasarkan tabel di atas, hasil data yang diperoleh dari hasil validasi ahli materi menunjukkan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam media pembelajaran Watube secara keseluruhan dinyatakan Cukup Layak dengan jumlah skor 32 dan persentase 64% setelah dikonversikan dalam skala 5. Ahli materi juga memberikan saran berupa perbaikan perbaikan petunjuk penggunaan Watube dengan menggunakan gambar. 68

84 Dari hasil evaluasi yang dilakukan dan saran yang diberikan ahli materi terhadap petunjuk penggunaan media pembelajaran Watube, pengembang merevisi petunjuk penggunaan Watube sesuai dengan saran ahli materi yaitu sebagai berikut: Gambar 9. Petunjuk Penggunaan Watube Sebelum revisi, petunjuk penggunaan Watube hanya berupa kata-kata. Kemudian sesuai saran ahli materi petunjuk penggunaan Watube diperbaiki menjadi petunjuk yang dilengkapi dengan gambar. Setelah selesai merevisi petunjuk penggunaan Watube sesuai dengan saran ahli materi, kemudian materi dan media ditunjukkan kembali kepada ahli materi untuk dinilai guna mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi selanjutnya. Sama halnya dengan penilaian sebelumnya, ahli materi melakukan penilaian dengan mengisi angket sesuai dengan kriteria penilaian yang diberikan. Hasil penilaian ahli materi setelah revisi dapat dilihat pada tabel berikut. 69

85 Tabel 11. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Aspek Penelitian Indikator Skor Materi yang berkaitan Ketepatan materi dengan konsep dasar 4 dengan kebenaran Kesesuaian materi dengan tingkat 4 konsep, kesesuaian pencapaian perkembangan anak TK dengan kurikulum, kelompok B serta keluasan dan Kesesuaian materi dengan karakteristik anak 4 kedalaman materi TK kelompok B Kesesuaian materi dengan pendekatan dalam 4 kurikulum TK Kesesuaian materi dengan tujuan yang akan 4 dicapai Materi yang terdapat pada media 4 pembelajaran cukup cakupan isinya Tingkat kesulitan materi sesuai dengan anak 4 TK kelompok B Penyajian media yang Daya dukung media terhadap materi 4 berkaitan dengan Kejelasan petunjuk penggunaan 4 keterlaksanaan Produk yang Kesesuaian tampilan dengan materi 4 berkaitan dengan tampilan Jumlah 40 Persentase 80% Penilaian Media Layak Berdasarkan tabel di atas, hasil data yang diperoleh dari hasil validasi ahli materi menunjukkan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam media pembelajaran Watube secara keseluruhan dinyatakan Layak dengan jumlah skor 40 dan persentase 80% setelah dikonversikan dalam skala 5. Ahli materi memberikan saran beberapa berupa perbaikan keterangan pada boks toolkit uji coba, membuat lembar kerja untuk anak, dan perbaikan petunjuk penggunaan Watube dengan gambar asli serta penjelasan tambahan. 70

86 Dari hasil evaluasi yang dilakukan dan saran yang diberikan ahli materi terhadap media pembelajaran Watube, pengembang merevisi media sesuai dengan saran ahli materi yaitu sebagai berikut: a) Perbaikan keterangan pada boks toolkit uji coba Sebelum revisi, keterangan pada boks toolkit tidak mencantumkan jumlah benda yang terdapat dalam boks. Kemudian sesuai saran ahli materi untuk mencantumkan jumlah setiap benda yang terdapat dalam boks toolkit. Lingkaran merah merupakan bagian dari revisi Gambar 10. Keterangan Isi Boks Toolkit Uji Coba b) Membuat lembar kerja untuk anak Sebelum revisi, pengembang tidak membuat lembar kerja untuk anak. Kemudian sesuai saran ahli materi pengembang membuat lembar kerja untuk anak sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak pada sifat-sifat air yang dikenalkan dengan media Watube. 71

87 Gambar 11. Lembar Kerja Anak c) Perbaikan petunjuk penggunaan Watube dengan gambar asli serta penjelasan tambahan Sebelum revisi, petunjuk penggunaan Watube adalah berupa gambar. Kemudian sesuai saran ahli materi instrumen petunjuk penggunaan Watube dibuat menjadi berupa gambar asli. 72

88 Gambar 12. Petunjuk Penggunaan Watube dengan Gambar Asli Setelah selesai merevisi sesuai dengan saran ahli materi, kemudian materi dan media ditunjukkan kembali kepada ahli materi untuk dinilai guna mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi selanjutnya. Ahli materi melakukan penilaian dengan mengisi angket sesuai dengan kriteria penilaian yang diberikan. Hasil penilaian ahli materi setelah revisi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12. Penilaian Ahli Materi Setelah Direvisi Aspek Penelitian Indikator Skor Materi yang berkaitan dengan Ketepatan materi dengan konsep dasar 4 kebenaran konsep, kesesuaian Kesesuaian materi dengan tingkat pencapaian 4 dengan kurikulum, serta perkembangan anak TK kelompok B keluasan dan kedalaman Kesesuaian materi dengan karakteristik anak TK 4 materi kelompok B Kesesuaian materi dengan pendekatan dalam 5 kurikulum TK Kesesuaian materi dengan tujuan yang akan dicapai 5 Materi yang terdapat pada media pembelajaran cukup 5 cakupan isinya Tingkat kesulitan materi sesuai dengan anak TK 5 kelompok B Penyajian media yang Daya dukung media terhadap materi 5 berkaitan dengan Kejelasan petunjuk penggunaan 5 keterlaksanaan Produk yang berkaitan dengan Kesesuaian tampilan dengan materi 4 tampilan Jumlah 46 Persentase 92% Penilaian Media Sangat Layak 73 \

89 Berdasarkan tabel di atas, hasil data yang diperoleh dari hasil validasi ahli materi menunjukkan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam media pembelajaran Watube secara keseluruhan dinyatakan Sangat Layak dengan jumlah skor 46 dan persentase 92% setelah dikonversikan dalam skala 5. Meskipun hasil validasi sudah dinyatakan sangat layak serta ahli materi memberikan saran untuk diujicobakan di lapangan, ahli materi juga memberikan saran berupa perbaikan ukuran lembar kerja anak (dibuat lebih besar) dan pembuatan petunjuk penggunaan yang berukuran lebih besar selain petunjuk penggunaan yang sudah disediakan di boks toolkit uji coba ketika pelaksanaan uji coba di lapangan. 3) Validasi Ahli Media Data dalam penelitian ini dipeoleh dengan cara memberikan angket yang mencakup penilaian terhadap aspek tampilan, penggunaan dan aspek produk. Ahli media dalam pengembangan media pembelajaran Watube ini adalah dosen teknologi pendidikan yaitu Ibu Sisca Rahmadona, M.Pd. Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, pengembang akan mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi pada media. Setelah melihat media pembelajaran Watube yang dibuat oleh pengembang, ahli media melakukan penilaian dengan mengisi angket yang diberikan sesuai dengan kriteria penilaian. Hasil penilaian ahli media terhadap media pembelajaran Watube dapat dilihat pada tabel berikut. 74

90 Tabel 13. Hasil Penilaian Ahli Media Aspek Penelitian Indikator Skor Tampilan berupa Keseimbangan komposisi dan tata letak 3 desain, kemenarikan Keserasian warna cover dan atribut pelengkap 3 media dan warna Ketepatan ukuran dengan sasaran dan tujuan media 3 Kemenarikan bentuk media 2 Kemenarikan cover dan atribut pelengkap 2 Kemenarikan tata letak 3 Kesesuaian warna dengan karakteristik anak TK kelompok B 4 Kemenarikan warna yang dipakai 4 Penggunaan pelaksanaan kemanfaatan Produk kualitas berupa dan Keserasian komposisi warna 4 Kejelasan petunjuk penggunaan 1 Kemudahan dalam menggunakan 2 Memudahkan dalam menjelaskan materi 4 Desain sesuai dengan tujuan 3 berupa Kesesuaian media dengan materi dan karakteristik siswa 4 Kemungkinan bertahan lama 4 Jumlah 46 Persentase 61,33% Penilaian Media Cukup Layak Berdasarkan tabel di atas, hasil data yang diperoleh dari hasil validasi ahli media menunjukkan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam media pembelajaran Watube secara keseluruhan dinyatakan Cukup Layak dengan jumlah skor 46 dan persentase 61,33% setelah dikonversikan dalam skala 5. Ahli media memberikan beberapa saran berupa mengganti warna dan merapikan jahitan kain alas, membuat boks toolkit uji coba, dan mengganti gelas (wadah penampung) dengan yang lebih tebal. 4) Revisi Ahli Media Dari hasil evaluasi yang dilakukan dan saran yang diberikan ahli media terhadap media pembelajaran Watube, pengembang merevisi media sesuai dengan saran ahli media yaitu sebagai berikut: a) Mengganti warna dan merapikan jahitan kain alas 75

91 Sebelum revisi, kain alas Watube berwarna biru muda yang lembut serta jahitan kurang rapi. Kemudian sesuai saran ahli media warna kain alas diganti dengan warna yang lebih kuat dan jahitan supaya dirapikan. Gambar 13. Alas Media Pembelajaran Watube b) Membuat boks toolkit uji coba Sebelum revisi, pengembang tidak membuat boks toolkit uji coba. Kemudian sesuai saran ahli media pengembang membuat boks toolkit ujicoba yang berisi pewarna makanan merah, kuning dan hijau masing-masing satu botol, buku petunjuk penggunaan Watube, buku penjelasan bagian-bagian Watube, dan garam berukuran 6 sendok dan 3 sendok masing-masing 2 bungkus. Gambar 14. Boks Toolkit Uji Coba 76

92 c) Mengganti gelas (wadah penampung) dengan yang lebih tebal Sebelum revisi, gelas atau wadah penampung pada media Watube hanya berupa gelas plastik transparan. Kemudian sesuai saran ahli media gelas atau wadah penampung diganti dengan gelas ukur yang lebih tebal dari gelas plastik akan tetapi tetap tidak mengganggu fungsi gelas sebelumnya. Gambar 15. Gelas atau Wadah Penampung Setelah selesai merevisi petunjuk penggunaan Watube sesuai dengan saran ahli media, kemudian media ditunjukkan kembali kepada ahli media untuk dinilai guna mengetahui perlu tidaknya melakukan revisi selanjutnya. Sama halnya dengan penilaian sebelumnya, ahli media melakukan penilaian dengan mengisi angket sesuai dengan kriteria penilaian yang diberikan. Hasil penilaian ahli media setelah revisi dapat dilihat pada tabel berikut. 77

93 Tabel 14. Penilaian Ahli Media Setelah Direvisi Aspek Penelitian Indikator Skor Tampilan berupa Keseimbangan komposisi dan tata letak 4 desain, kemenarikan Keserasian warna cover dan atribut media dan warna pelengkap 4 Ketepatan ukuran dengan sasaran dan tujuan 4 media Kemenarikan bentuk media 3 Kemenarikan cover dan atribut pelengkap 3 Kemenarikan tata letak 4 Kesesuaian warna dengan karakteristik anak 4 TK kelompok B Kemenarikan warna yang dipakai 4 Keserasian komposisi warna 4 Penggunaan berupa Kejelasan petunjuk penggunaan 4 pelaksanaan dan Kemudahan dalam menggunakan 4 kemanfaatan Memudahkan dalam menjelaskan materi 4 Desain sesuai dengan tujuan 4 Produk berupa Kesesuaian media dengan materi dan 4 kualitas karakteristik siswa Kemungkinan bertahan lama 4 Jumlah 58 Persentase 77,33% Penilaian Media Layak Berdasarkan tabel di atas, hasil data yang diperoleh dari hasil validasi ahli media menunjukkan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam media pembelajaran Watube secara keseluruhan dinyatakan Layak dengan jumlah skor 58 dan persentase 77,33% setelah dikonversikan dalam skala 5. Ahli media memberikan saran berupa dilakukan uji coba penggunaan media di lapangan. e. Hasil revisi kemudian dijadikan pedoman untuk memperbaiki media yang kemudian diujikan kepada anak. 78

94 4. Uji Coba Awal a. Pelaksanaan Uji coba awal ini melibatkan 7 anak kelompok B yang dipilih secara acak dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Pelaksanaan uji coba awal ialah sebagai berikut: 1) Pengembang berkumpul bersama dengan anak yang telah dipilih guru di halaman sekolah. Ketika pertama kali melihat media Watube, seluruh anak menampakkan ekspresi tertarik. Anak-anak berebutan untuk menyentuh pemukaan selinut tabung Watube terutama pada stiker bergambar ikan lalu mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Beberapa anak yang tidak dapat menyentuh media membaca keras-keras tulisan nama media yang terdapat di sampul media. Sedangkan beberapa anak lain nampak serius membaca petunjuk penggunaan Watube yang ditempel di dinding. Ketika anak sudah dikondikan agar tenang, anak kemudian bertanya tentang media Watube dengan berbagai pertanyaan seperti Apa itu? Apa kegunaan benda itu? Apa nama benda itu?. 2) Pengembang mengenalkan satu per satu bagian-bagian media Watube dan perangkat yang akan digunakan dalam menggunakan Watube. Setelah itu pengembang bersama-sama dengan anak melakukan kegiatan sesuai dengan buku petunjuk penggunaan Watube. 3) Ketika sedang mencoba menggunakan Watube anak menikmati kegiatan yang dilakukan, anak terlihat antusias. Anak menyukai bentuk dan gambar pelengkap pada Watube. 79

95 4) Ketika diberikan beberapa pertanyaan seperti Apa yang akan terjadi pada telur jika air ditambahkan garam? semula anak menjawab dengan beraneka ragam jawaban sesuai dengan pengetahuan mereka. Kemudian beberapa anak menjawab karena air diberi pewarna makanan kemudian anak lain ikut menjawab dengan jawaban serupa, pada saat itu pula pengembang mengulangi kegiatan dengan tidak menggunakan pewarna makanan untuk meluruskan bahwa telur melayang karena air ditambahkan dengan garam. 5) Terdapat masalah pada saat akan mengenalkan sifat air menekan ke segala arah, karena selang terlipat sehingga tekanan yang diberikan kepada air pada wadah penampung kurang sehingga pengembang menjelaskannya dengan cara mengambil wadah penampung yang dilubangi kemudian memasukkan air secara langsung ke dalamnya. 6) Setelah kegiatan selesai, pengembang menanyakan kepada anak mengenai kegiatan yang telah dilakukan serta untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan anak tentang sifat-sifat air setelah menggunakan media Watube. Pada akhir kegiatan pengembang memberikan penjelasan tentang sifat-sifat air dengan menggunakan bahasa anak usia dini guna meluruskan pendapat yang dikemukakan oleh anak didik. Contohnya untuk istilah melarutkan, pengembang menjelaskannya dengan istilah dicampur, istilah menempati ruang dengan menyesuaikan dengan bentuk wadahnya. 7) Hasil penilaian uji coba awal ini akan dijadikan bahan revisi media yang kemudian hasil revisi media dilanjutkan untuk uji coba lapangan. 80

96 b. Hasil Observasi Uji Coba Awal Selama proses penggunaan media Watube pengembang dibantu dengan guru melakukan observasi sesuai dengan pedoman observasi yang ada. Lembar observasi yang disiapkan berkaitan dengan penilaian pada aspek partisipasi/keaktifan anak, ketertarikan anak dan efek strategi pembelajaran. Hasil data observasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15.Data Hasil Uji Coba Awal No. Aspek Keaktifan/ partisipasi 1. Anak mendengarkan dengan baik ketika guru menjelaskan petunjuk penggunaan 81 Anak Jumlah Anak antusias menggunakan media Anak aktif melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang diberikan Ketertarikan anak 4. Anak menyukai materi dalam media Anak menyukai bentuk media Anak menyukai warna cover dan atribut pelengkap media Efek strategi pembelajaran 7. Anak mengenal sifat-sifat air sesuai tujuan pembelajaran 8. Anak mampu melakukan kegiatan eksploratif dengan menggunakan media Anak mampu mengulang kembali apa yang telah dilakukan Meningkatkan motivasi anak Jumlah 267 Persentase 76,2% Penilaian Media c. Hasil Analisis Observasi Uji Coba Awal Layak Berdasarkan pada tabel observasi penggunaan media Watube di atas dinilai Layak dengan skor 267 dan persentase 76,2%. Hal ini dapat dilihat

97 ketika anak bersama dengan guru melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk penggunaan Watube anak nampak antusias dan ketika anak diberikan pertanyaan anak menjawab dengan suara lantang berebut mengutarakan pendapatnya. Anak juga menjawab pertanyaan dan mengisi lembar kerja dengan benar. Selain itu, anak juga tertarik terhadap media Watube. Media Watube memiliki bentuk yang unik dan dilengkapi stiker yang menarik perhatian anak, selain itu dalam penggunaannya cukup familiar dengan alat permainan yang anak pernah lihat sebelumnya. Hal tersebutlah yang membuat anak tertarik serta antusias dalam menggunakan Watube. 5. Revisi Produk Pada tahap uji coba awal ini, media Watube mengalami revisi pada perangkat selang yang sempat terlipat pada saat pemakaian sehingga tidak dapat berfungsi secara maksimal. Akan tetapi secara keseluruhan berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengetahuan anak pada sifat-sifat air yang dikenalkan dan sikap anak adalah baik sehingga perbaikan tersebut tidak terlalu berpengaruh. Sebelum uji coba tahap selanjutnya dilakukan, selang tersebut sudah diperbaiki sehingga media Watube sudah dapat digunakan pada uji coba selanjutnya yaitu uji coba lapangan. 6. Uji Coba Lapangan a. Pelaksanaan Pada tahap uji coba lapangan melibatkan subjek sebanyak 10 anak yang dipilih secara acak. Kondisi subjek penelitian saat itu adalah sebagai berikut: 82

98 1) Ekspresi subjek terlihat senang dan antusias saat melihat media Watube. Ketika guru datang membawa media untuk dikenalkan, subjek mengajukan berbagai pertanyaan terkait media Watube dan berebut untuk melihat media. 2) Setelah kelas terkondisi, pengembang mulai mengenalkan bagian-bagian dari media Watube dan perangkat yang diperlukan untuk menggunakan media Watube. Baru kemudian pengembang bersama anak melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk penggunaan Watube. Untuk menghindari kesalahan persepsi, ketika memberikan contoh tentang konsep melayang, tenggelam dan terapung. Pengembang terlebih dahulu menjelaskan dengan air yang dicampurkan dengan garam dengan tanpa menggunakan pewarna makanan. Setelah anak dapat menjawab dengan jawaban yang tepat mengapa telur dapat melayang dan terapung maka pengembang baru melanjutkan kegiatan. 3) Selama kegiatan berlangsung, anak dengan semangat menjawab pertanyaan yang diajukan. Anak-anak aktif melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang diberikan, beberapa anak juga mampu mengulang kegiatan tanpa panduan guru. Terdapat masalah pada saat anak mencoba membuat larutan agar telur dapat melayang dan terapung. Ketika anak mengambil sendiri garam dari kantong yang disediakan, anak mengambil garam dengan takaran yang lebih sedikit sehingga terjadi perbedaan antara ukuran garam yang ditetapkan pengembang dengan garam yang diambil oleh anak langsung. Untuk menghindari kesalahan konsep, maka pengembang mengulang kegiatan tersebut dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk memperkirakan garam yang dibutuhkan untuk membuat telur melayang di 83

99 dalam air. Anak akan menambahkan garam beberapa kali sampai telur melayang baru kmenghitung berapa sendok garam yang dibutuhkan untuk membuat telur melayang di dalam air. 4) Setelah kegiatan selesai dilakukan, pengembang mengajukan beberapa pertanyaan terkait kegiatan yang sudah dilakukan dan meminta anak untuk mengisi lembar kerja anak yang sudah disiapkan. b. Hasil Observasi Uji Coba Lapangan Penyajian data hasil uji coba lapangan dilakukan secara kuantitaif. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam penafsiran hasil uji coba dan dengan mempertimbangkan efisiensi proses analisis data. Dari uji coba lapangan, diperoleh data pada tabel berikut. Tabel 16. Data Hasil Uji Coba Lapangan No. Aspek Jumlah Keaktifan/ partisipasi 1. Anak mendengarkan dengan baik ketika guru menjelaskan petunjuk penggunaan Anak antusias menggunakan media Anak aktif melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang diberikan 42 Ketertarikan anak 4. Anak menyukai materi dalam media Anak menyukai bentuk media Anak menyukai warna cover dan atribut pelengkap media 44 Efek strategi pembelajaran 7. Anak mengenal sifat-sifat air sesuai tujuan pembelajaran Anak mampu melakukan kegiatan eksploratif dengan 44 menggunakan media 9. Anak mampu mengulang kembali apa yang telah dilakukan Meningkatkan motivasi anak 41 Jumlah 415 Persentase 83% Penilaian Media Layak 84

100 c. Hasil Analisis Observasi Uji Coba Lapangan Berdasarkan tabel observasi penggunaan media Watube pada uji coba lapangan di atas, media Watue dinilai Layak dengan jumlah skor 415 dan persentase 83%. Hal ini dapat dilihat dari antusias anak dalam menjawab pertanyaan berdasarkan pemahaman anak terhadap kegiatan yang telah dilakukan serta pada hasil lembar kerja yang dikerjakan anak. Anak dapat mengungkapkan pendapatnya tentang istilah sifat-sifat air dan alasan sifat-sifat air tersbut muncul pada saar kegiatan berlangsung. Selain itu, anak juga tertarik dengan media Watube terlebih pada penampakan luar media. Beberapa anak sempat mengutarakan pendapatnya tentang Watube yang cara kerjanya mirip dengan mainan yang dimilikinya sehingga familiar untuk digunakan. Beberapa anak lain tertarik dengan stiker bergambar ikan dan desain sampul pada Watube. Motivasi anak untuk belajar juga terlihat dari antusiasme anak untuk mendapatkan giliran dalam mencoba menggunakan Watube. 7. Revisi Produk Pada tahap uji coba lapangan ini, media Watube tidak mengalami revisi karena baik dari hasil pengamatan mengenai pengetahuan anak tentang sifat-sifat air maupun perhitungan sikap anak yang ditunjukkan selama kegiatan berlangsung mendapatkan hasil dalam kategori baik. Dikarenakan tidak adanya perbaikan dalam media Watube maka media Watube dinyatakan layak untuk uji coba selanjutnya yaitu uji lapangan. 85

101 8. Uji Lapangan a. Pelaksanaan Setelah melalui tahap uji coba awal dan uji coba lapangan media Watube mendapatkan penilaian layak, maka selanjutnya dilakukan uji lapangan. Pada uji lapangan ini subjek yang digunakan lebih banyak yaitu melibatkan 20 anak TK kelompok B yang dipilih secara acak, hal ini berpengaruh pada kondisi kelas. Kondisi kelas pada saat uji lapangan adalah sebagai berikut: 1) Saat anak dibawa ke halaman sekolah sama seperti uji coba sebelumnya, anak nampak antusias dan mulai berebut mendekati media Watube. Hal tersebut dapat terkondisi setelah guru menenangkan anak. 2) Pengembang kemudian menjelaskan tentang media yang akan diujikan dan mengajak anak untuk mencocokkan media yang disiapkan dengan gambar pada petunjuk penggunaan media bersama-sama. 3) Ketika guru meminta anak untuk menuangkan air ke dalam Watube melalui corong, beberapa anak berebut mengajukan diri, maka dari itu guru meminta anak untuk mengantri. Setelah semua anak mendapatkan giliran untuk mencoba, guru melanjutkan pada kegiatan selanjutnya. 4) Setelah semua anak mencoba menggunakan Watube dan semua konsep sifatsifat air selesai dikenalkan. Guru membagikan lembar kerja anak untuk dikerjakan. Semua anak mengerjakan dengan tenang. b. Hasil Observasi Uji Lapangan Penyajian data hasil uji lapangan dilakukan secara kuantitatif sama dengan hasil uji coba sebelumnya guna memudahkan dalam pengolahan data selain itu 86

102 dikarenakan subjek uji coba yang lebih banyak agar lebih efisien. Dari hasil uji lapangan didapatkan data pada tabel berikut. Tabel 14. Data Hasil Uji Lapangan No. Aspek Jumlah Keaktifan/ partisipasi 1. Anak mendengarkan dengan baik ketika guru menjelaskan 83 petunjuk penggunaan 2. Anak antusias menggunakan media Anak aktif melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang diberikan 85 Ketertarikan anak 4. Anak menyukai materi dalam media Anak menyukai bentuk media Anak menyukai warna cover dan atribut pelengkap media 89 Efek strategi pembelajaran 7. Anak mengenal sifat-sifat air sesuai tujuan pembelajaran Anak mampu melakukan kegiatan eksploratif dengan 86 menggunakan media 9. Anak mampu mengulang kembali apa yang telah dilakukan Meningkatkan motivasi anak 89 Jumlah 834 Persentase 83,4% Penilaian Media Layak c. Hasil Analisis Observasi Uji Lapangan Berdasarkan pada tabel hasil uji lapangan di atas jumlah skor yang didapatkan adalah 834 dengan persentase 83,4% yang apabila dikonversikan ke dalam skala 5 termasuk ke dalam kategori Layak. Anak menyukai media Watube serta perangkat yang menyertainya. Anak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dan mengutarakan pendapatnya berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan. Anak mengerjakan lembar kerja dengan tekun. 87

103 9. Revisi Produk Pada tahap uji lapangan ini, media Watube tidak mengalami revisi karena baik dari hasil pengamatan terhadap pengetahuan anak tentang sifat-sifat air maupun perhitungan sikap mendapatkan hasil baik. 10. Watube Produk Akhir Hasil dari validasi ahli dan uji coba yang telah dilaksanakan pada media Watube ini menunjukkan hasil bahwa media Watube sudah memnuhi syarat sebagai media pembelajaran yang layak untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B, hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Media ini bernama Watube. b. Media ini berbentuk tabung dengan ukuran diameter 30 cm dan tinggi 33 cm. c. Media Watube ini dilengkapi dengan buku petunjuk penggunaan yang dapat membantu pengguna dalam menggunakan media dan boks toolkit yang berisi bahan pendukung penggunaan Watube. d. Media Watube ini dapat digunakan dalam pembelajaran klasikal, kelompok kecil dengan bimbingan guru maupun digunakan secara mandiri. e. Media Watube berfungsi untuk mengenalkan sifat-sifat air dengan sasaran anak TK kelompok B. f. Media ini menggunakan desain yang menarik, familiar dan menggunakan warna-warna terang yang telah disesuaikan dengan karakteristik anak TK kelompok B. 88

104 11. Pre-Test dan Post-Test Untuk mengetahui keefektifan penggunaan media pembelajaran Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B, maka peneliti melakukan pre-test dan post-test terhadap pengetahuan anak pada sifat-sifat air untuk mengetahui sejauh mana anak mengenal sifat-sifat air sesuai dengan tujuan penggunaan media Watube. Pre-test diambil dari data pengetahuan anak TK kelompok B terhadap sifat-sifat air sebelum menggunakan media Watube. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal anak dalam mengenal sifat-sifat air. Setelah menggunakan media Watube berdasarkan hasil uji coba media data yang didapatkan dijadikan sebagai data post-test untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada pengetahuan anak tentang sifat-sifat air. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media Watube, maka dilakukan eksperimen yaitu dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah (Sugiyono, 2013: 415). Pola eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut: O1 x O2 Gambar 17. Desain Eksperimen (before-after) Eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil observasi O1 dan O2. O1 adalah pengetahuan anak terhadap sifat-sifat air sebelum menggunakan media Watube, sedangkan O2 adalah pengetahuan anak terhadap sifat-sifat air setelah menggunakan media Watube. Apabila nilai O2 lebih besar dari O1, maka media 89

105 Watube tersebut dinyatakan mampu memberikan pengaruh terhadap pengetahuan anak tentang sifat-sifat air atau dengan kata lain layak. Hasil pre-test menunjukkan bahwa tidak ada anak yang memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat air meliputi melarutkan, mengalir ke tempat yang lebih rendah, menekan ke segala arah, menempati ruang, melayang, terapung dan tenggelam yang mendapatkan nilai sangat kurang. Pada indikator melarutkan anak yang mendapat kategori nilai kurang baik ada 10 anak, cukup baik 18 anak, baik 9 anak dan tidak ada anak yang mendapat nilai sangat baik. Pada indikator mengalir ke tempat yang lebih rendah, tidak ada anak yang mendapat nilai sangat kurang dan sangat baik, 6 anak mendapat nilai kurang baik, 30 cukup baik, dan 11 anak baik. Indikator menekan ke segala arah, 4 anak sangat kurang, 29 anak kurang baik, 2 anak cukup baik, 2 anak baik dan tidak ada anak yang mendapat nilai sangat baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut Melarutkan Mengalir ke tempat rendah Menekan ke segala arah menempati ruang melayang terapung tenggelam 0 Sangat Kurang Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Gambar 18. Diagram Batang Pre-Test Pengetahuan Sifat-Sifat Air Anak 90

106 Hasil post-test menunjukkan bahwa tidak ada anak yang memiliki pengetahuan tentang sifat-sifat air meliputi melarutkan, mengalir ke tempat yang lebih rendah, menekan ke segala arah, menempati ruang, melayang, terapung dan tenggelam yang mendapatkan nilai sangat kurang dan kurang baik (mengalami peningkatan). Pada indikator melarutkan tidak ada anak yang mendapat kategori nilai sangat kurang dan kurang baik, 10 anak mendapat nilai cukup baik, 17 anak baik dan 10 anak sangat baik (mengalami peningkatan). Pada indikator mengalir ke tempat uang lebih rendah, tidak ada anak yang mendapatkan nilai dengan kategori sangat kurang dan kurang baik, 6 anak cukup baik, 19 anak baik, dan 12 anak sangat baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut Melarutkan Mengalir ke tempat rendah Menekan ke segala arah Menempati Ruang Melayang Terapung Tenggelam 0 Sangat Kurang Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Gambar 19. Diagram Batang Post-Test Pengetahuan Sifat-Sifat Air Anak Dari hasil pre-test dan post-test yang ditunjukkan dalam diagram menunjukkan adanya peningkatan skor pengetahuan sifat-sifat air pada anak. 91

107 Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media Watube efektif untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilatarbelakangi oleh penerapan Kurikulum 2013 di TK yang menggunakan model pembelajaran tematik terpadu ddengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik yang dimaksud dalam Kurikulum 2013 yaitu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan (Permendikbud No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini). Dalam penggunaan media Watube, anak akan dilatih untuk melakukan kegiatan mengamati yaitu pada saat anak melakukan kegiatan eksperimen (bergantian) maka anak yang lain akan mengamati apa yang dilakukan oleh anak yang sedang bereksperimen; kegiatan menanya, selama kegiatan anak diberikan kesempatan untuk menanya dan juga menjawab pertanyaan seperti apa yang akan terjadi jika air dimasukkan ke dalam gelas ukur yang dilubangi? ; kegiatan mengumpulkan informasi, anak akan mengumpulkan informasi untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan guru selama bereksperimen yaitu melalui kegiatan yang ia lakukan itu sendiri; kegiatan menalar, setelah mendapatkan informasi anak akan menghubungkan pertanyaan dengan informasi yang didapatkan dengan bimbingan guru; kegiatan mengkomunikasikan, setelah anak 92

108 menemukan jawaban maka anak diberi kesempatan untuk mengutarakan jawaban dan pendapatnya atas pertanyaan guru. Selain kurikulum 2013 di TK, penelitian dan pengembangan ini juga dikatarbelakangi oleh karakteristik anak usia 5-6 tahun yang menurut teori kognitif Piaget berada pada masa praoperasional. Piaget yang dikutip Asri Budiningsih (2015: 16), mengemukakan bahwa pada tahap intuitif (umur 4-7 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Hal ini menandakan bahwa dalam pembelajaran anak masih memerlukan benda yang bersifat konkrit untuk mendapatkan suatu pengetahuan secara jelas, namun tidak semua benda konkrit dapat dibawa ke dalam kelas saat menjelaskan materi pembelajaran tertentu dimana salah satunya adalah pembelajaran dalam tema air, udara dan api. Dengan pengembangan media Watube ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Penelitian dan pengembangan ini juga didasarkan pada kebutuhan pengguna yang diketahui saat melakukan penelitian dan penngumpulan informasi awal melalui observasi terhadap kegiatan pembelajaran di TK dimana dalam kegiatan mengenalkan air guru cenderung menggunakan LKA murni dan wawancara kepada guru TK kelompok B yang menyatakan bahwa guru kesulitan mengembangkan media yang menarik dan efisien. Dalam pengembangannya, media Watube dibuat semenarik dan seefisien mungkin untuk digunakan yaitu dengan memberikan stiker bergambar ikan yang warnanya disesuaikan dengan anak serta merangkai setiap bagian perangkat Watube sehingga tersusun menjadi 93

109 sebuah media yang lebih efisien untuk digunakan pada saat mengenalkan sifatsifat air dari pada media yang sudah digunakan sebelumnya. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan media pembelajawan berbentuk tabung dengan diameter 250 mm dan tinggi 330 mm yang diberi nama oleh peneliti dengan Water Tube atau disingkat dengan Watube yang berarti tabung air. Watube adalah media pembelajaran yang dikembangkan untuk mengenalkan sifat-sifat air yang meliputi air mengalir ke tempat yang lebih rendah; melarutkan beberapa zat; menekan ke segala arah; menempati ruang; dan memiliki berat (terapung, melayang, dan tenggelam). Pengenalan sifat-sifat air didasarkan pada pendapat Karen (2005:4) bahwa dalam pembelajaran sains, konsep tentang air yang dapat diajarkan kepada anak salah satunya adalah sifatsifat air. Di dalam tabung Watube tersusun dari selang yang dilengkapi dengan corong, gelas tuang, timbangan sederhana, dan kotak mika berbentuk balok. Media pembelajaran ini terbuat dari mika anwid, tetapi tidak menutup kemungkinan guru untuk membuat sendiri dari bahan lain. Dalam pendidikan anak usia dini media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software) dan alat (hardware) untuk bermain, agar anak mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menentukan sikap (Khadijah, 2015: 14) sedangkan tujuan penggunaan media pembelajaran PAUD menurut Smaldino (2007) yang dikutip oleh Khadijah (2015: 22-23) salah satunya adalah memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar. Untuk itu Watube dalam pembuatannya dimaksudkan agar dapat digunakan oleh anak baik secara mandiri maupun dengan pendampingan 94

110 guru atau orang dewasa lainnya baik untuk kegiatan bermain atau dalam kegiatan pembelajaran. Media yang dikembangkan telah memenuhi syarat media pembelajaran anak usia dini yang layak menurut Badru Zaman (209: 7-8) yaitu syarat edukatif, teknis dan estetika. Dimana media Watube ini dalam pembuatannya sudah disesuaikan dengan program pembelajaran dan kurikulum yang berlaku sehingga dapat mendukung pembelajaran dengan lebih optimal serta ditujukan untuk mendorong aktivitas anak sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Dalam pembuatan Watube juga telah mempertimbangkan aspek ketahanan, keamanan, ketepatan ukuran dan ketelitian agar tidak menimbulkan salah konsep. Disamping itu pembuatan Watube juga memperhatikan warna dan kombinasi yang sesuai dengan karakteristik anak TK. Cara menggunakan Watube adalah dengan melarutkan pewarna makanan dan atau garam dalam air menggunakan gelas ukur yang disediakan, kemudian anak menuangkan larutan ke dalam selang dengan alat bantu corong kemudian anak dibiarkan untuk mengamati apa yang terjadi (sesuai dengan buku petunjuk). Baru kemudian anak diminta untuk mengkomunikasikan apa yang baru saja dilakukannya dan membuat kesimpulannya sendiri. Pada prinsip penggunaan media Watube ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini menurut Leeper (1994) dalam Ali Nugraha (2008: 25) yaitu (1) pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anakanak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil 95

111 dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya; (2) pengembangan belajar sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah; (3) pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anakanak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah; (4) pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya. Ketika menggunakan Watube, anak akan dilatih agar memiliki kemampuan memecahkan masalah melalui penggunaan metode sains, yaitu pada saat anak bereksperimen dengan air media Watube sesuai buku petunjuk yang ada (anak membaca petunjuk dan mengikuti langkah-langkahnya untuk mendapatkan hasil sesuai dengan perintah guru). Sikap-sikap ilmiah yang akan muncul setelah anak melakukan eksperimen dengan air dan media Watube antara lain rasa tanggung jawab, rasa ingin tahu, tekun, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. Rasa ingin tahu akan muncul ketika anak ingin menemukan jawaban atas pertanyaan guru, rasa tanggung jawab muncul ketika anak diminta membereskan peralatan setelah menggunakannya, tekun muncul pada saat anak diminta menyelesaikan perintah sesuai buku petunjuk dan terbuka terhadap pendapat orang lain akan muncul saat anak bersama-sama dengan anak lain melakukan eksperimen. Pembelajaran sains dengan media Watube ini ditujukan agar anak mendapat pengetahuan tentang sifat-sifat air, dengan penyediaan media yang dapat menarik anak untuk mempelajari sains yang ditemukan di sekitar anak 96

112 diharapkan anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya. Dalam pembelajaran sains pada anak usia dini diperlukan pemenuhan aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran sains meliputi tujuan, dukungan material yang dibutuhkan (alat, bahan, media), penyiapan anak, pengembangan kegiatan, penguatan dan penghargaan, lembar kerja anak dan evaluasi (Ali Nugraha, 2008: 109). Untuk itu, media Watube ini dalam penggunaannya juga dilengkapi dengan adanya LKA yang akan dikerjakan oleh anak setelah melakukan eksperimen dengan media Watube. Sebelum anak mencoba menggunakan media Watube secara mandiri, guru terlebih dahulu menyiapkan anak dengan cara memberikan contoh dan memberi bimbingan selama kegiatan berlangsung. Keunggulan media Watube untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B antara lain (1) sesuai untuk pembelajaran TK dengan menggunakan Kurikulum 2013, (2) sesuai untuk anak TK kelompok B karena dalam pembuatannya disesuaikan dengan karakteristik anak usia 4-7 tahun yang berada pada masa praoperasional, (3) prinsip penggunaan media Watube ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini menurut Leeper (1994) yaitu menstimulasi kemampuan memecahkan masalah dengan metode sains, menstimulasi munculnya sikap-sikap ilmiah, memberikan pengetahuan dan informasi kepada anak, menarik minat anak terhadap sains, (4) dilengkapi dengan LKA untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan anak tentang 97

113 sifat-sifat air, (5) dalam pembuatannya sudah sesuai dengan syarat media pembelajaran anak usia dini, (6) media menarik dan efisien digunakan. Kelayakan media Watube ini didapatkan melalui perhitungan hasil uji coba yang dilakukan di TK KKLKMD Sidomaju, Plebengan, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul. Subjek uji coba dalam uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji lapangan adalah anak TK kelompok B dengan jumlah 37 anak. Pada uji coba awal, media memperoleh penilaian kategori layak dengan persentase sebesar 76,2%. Kemudian pada uji coba lapangan mendapatkan penilaian dengan persentase 83% dan 83,4% pada uji lapangan. Hasil dari perhitungan ini menunjukkan bahwa media pembelajaran Watube layak digunakan sebagai media untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. Efektivitas penggunaan media Watube dilihat melalui hasil pre-test dan post-test terhadap pengetahuan sifat-sifat air anak yaitu berdasarkan perhitungan selisih rerata jumlah skor beda (selisih). Dengan derajat bebas (df) = n-1 =37-1=36, nilai t tabel = -2,719, t hitung sebesar 23,514. Atas dasar perhitungan diatas dimana t hitung > t tabel maka terdapat perbedaan secara signifikanpada data atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor pre-test dan post-test secara signifikan. Hal ini berarti bahwa media watube efektif untuk mengenalkan sifatsifat air pada anak TK kelompok B. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pada penggunaan media Watube untuk mengenalkan konsep menekan ke segala arah kurang maksimal karena bentuk media yang kecil sehingga tidak 98

114 dapat melihat secara jelas ketika menekan ke segala arah (air memancar keluar), selain itu berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan menunjukkan bahwa anak belum mampu menelaah maksud dari sifat air menekan ke segala arah (dalam hal istilah yang digunakan). 2. Pada saat guru menjelaskan konsep tenggelam, melayang dan terapung menggunakan pewarna makanan, terjadi kesalahan persepsi dimana anak berpikir bahwa penyebab tejadinya terapung dan melayang adalah dikarenakan penambahan pewarna makanan pada air. 3. Meskipun telah disediakan garam pada paket boks uji coba dengan ukuran garam yang sudah ditetapkan yaitu 3 dan 6 sendok makan, akan tetapi pada saat digunakan terjadi perbedaan pengukuran jumlah garam yang diambil anak dengan ukuran yang sudah disediakan. Anak mengambil garam dengan jumlah yang lebih sedikit dari pada yang ada pada paket sehingga jumlah garam yang semestinya hanya 3 sendok makan menjadi lebih dari 3 sendok makan begitu pula dengan garam dengan ukuran 6 sendok makan. 99

115 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Media pembelajaran Watube layak digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B. Kesimpulan tersebut didapatkan melalui data yang berasal dari penilaian validasi ahli materi dengan persentase penilaian akhir sebesar 92% dengan kategori Sangat Layak, validasi ahli media memperoleh persentase penilaian akhir sebesar 77,33% dengan kategori Layak, uji coba awal media Watube (untuk aspek keaktifan/partisipasi, ketertarikan anak dan efek strategi pembelajaran) memperoleh penilaian dengan kategori Layak dengan persentase penilaian sebesar 76,2%, uji coba lapangan memperoleh penilaian dengan kategori Layak dengan persentase penilaian sebesar 83% dan uji lapangan memperoleh penilaian dengan kategori Layak dengan persentase penilaian sebesar 83,4%. 2. Penggunaan media Watube efektif untuk mengenalkan sifat-sifat air berdasarkan perhitungan selisih rerata jumlah skor beda (selisih). Dengan derajat bebas (df) = n-1 =37-1=36, nilai t tabel = -2,719, t hitung sebesar 23,514. Atas dasar perhitungan diatas dimana t hitung > t tabel maka terdapat perbedaan secara signifikan pada data atau dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor pre-test dan post-test secara signifikan. 100

116 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian melalui validasi oleh ahli dan uji coba telah dinyatakan bahwa media Watube layak digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengenalkan sifat-sifat air pada anak TK kelompok B, maka disarankan: 1. Bagi Kepala TK Kepala TK hendaknya merencanakan pengadaan media Watube ini sebagai salah satu media pembelajaran di TK. 2. Bagi Guru a. Guru hendaknya dapat memanfaatkan media Watube dalam proses pembelajaran. b. Ketika menggunakan media Watube untuk mengenalkan konsep tenggelam, melayang, dan tenggelam hendaknya tidak menggunakan pewarna makanan untuk menghindari kesalahan persepsi. c. Diusahakan untuk menyediakan garam sebanyak mungkin agar anak mencoba melakukan pengukuran sendiri tentang seberapa banyak garam yang dibutuhkan untuk membuat telur tenggelam, melayang, atau terapung. 3. Bagi Peneliti a. Bagi penelitian selanjutnya dapat memberi perbaikan pada media Watube yaitu dengan memperhatikan ukuran media Watube dan menambahkan botol yang dilubangi khususnya untuk mengenalkan sifat air menekan ke segala arah. 101

117 b. Disarankan untuk melakukan uji lanjutan di lapangan pada penggunaan media Watube agar didapatkan hasil yang optimal tentang kelayakan penggunaan media Watube. c. Membuat buku petunjuk khusus untuk anak (penuh dengan gambar yang komunikatif) sehingga anak dapat menggunakan media Watube secara mandiri. 102

118 DAFTAR PUSTAKA Ali Nugraha. (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation. Anderson, L. W. & Krathwohl D.R., et al. (2001). A taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom s taxonomy of educational objectives. New York: Longman. Arief S. Sadiman, dkk. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Asnawir & M. Basyiruddin Usman. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers. Azhar Arsyad. (1997). Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Badru Zaman, dkk. (2009). Media dan Sumber Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Bambang Warsita. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction 5th.edn. New York: Longman. Brunton, Pat & Thornton, Linda. (2010). Science in the Early Years. Singapore: SAGE Publications. C. Asri Budiningsih. (2015). Karakteristik Siswa Sebagai Pijakan Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Center for Informal Science Education. (2014). Investigating Water-Early Childhood Learning and Knowledge Center. Diakses dari ecklc.ohs.acf.hhs.gov pada tanggal 14 Oktober Chalufour, Ingrid & Worth, Karen. (2005). Exploring Water with Young Children. Canada: Readleaf Press. Coppa, Dave. (2010). A Teacher s Guide to Water Related Lesson Plan and Materials. Diakses dari diakses pada tanggal 13 Oktober

119 Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Dewar, Gwen. (2008). The Preschool Science Experiment: evidence-based tips for teaching kids about ice, water, and the scientific method. Diakses dari pada tanggal 13 Oktober Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Elly. M. Setiadi, dkk. (2005). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana. Fatmawati, Fadlillah dan Halida. (2013). Peningkatan Pengenalan Sains Sederhana melalui Metode Demonstrasi pada Anak Usia 4-5 Tahun. Laporan Penelitian. Universitas Tanjungpura. Gross, Carol M. (2012). Science Concepts Young Children Learn Through Water Play. Dimensions of Early Childhood. 40(2). Hlm Hamalik, Oemar. (1994). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hildayani Rini, dkk. (2006). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Jakarta. Hoisington, Cindy et al. (2014). Promoting Children s Science Inquiry and Learning Through Water Investigations. Diakses dari pada tanggal 23 Oktober Kartini Kartono. (1990). Psikologi Perkembangan Anak. Bandung: CV Mandar. Kasmadi Hartono. (1996). Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press. Khadijah. (2015). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. M.Hosna. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum Jakarta: Ghalia Indonesia. Muhyidin, dkk. (2014). Ensiklopedia Pendidikan Anak Usia Dini (4) : Metode & Media Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Nana Sudjana & Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru 104

120 Nana Syaodih S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Permendikbud No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Punaji Setyosari. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana. Riduwan. (2015). Fungsi Media dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik. Diakses dari bdkpalembang.kemenag.go.id/fungsi-media-dalam pembelajaran-berbasis-pendekatan-saintifik pada tanggal 16 Oktober Rusdinal, dkk. (2005). Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. S. Nasution. (2011). Teknologi Pendidikan. Jakarta :Bumi Aksara. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sunarti dan Selly R. (2014). Penilaian Hasil Belajar. Yogyakarta: Andi Offset. Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. 105

121 Wasis D. Dwiyogo. (2004). Konsep Penelitian dan Pengembangan. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Nasional Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran, di Universitas Negeri Yogyakarta. Widyastuti, Sri Harti & Nurhidayati. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Jawa. Universitas Negeri Yogyakarta: Program Studi Bahasa Jawa. Yeyen P.K., Peduk R., dan Siti I. (2014). Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Sifat-Sifat pada Anak Kelompok B TK Taman Putera Mangkunagaran Surakarta. Laporan Penelitian. Universitas Sebelas Maret. Yuniarti. (2015). Meningkatkan Kemampuan Proses Sains Anak melalui Metode Eksperimen: Penelitian Tindakan Kelas tentang Sifat-Sifat Air pada Kelompok B4 di PAUD Tunas Harapan Kota Bengkulu. Laporan Penelitian. Universitas Bengkulu. Yus Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. 106

122 LAMPIRAN 107

123 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 108

124 109

125 Lampiran 2. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 110

126 111

127 Lampiran 3. Instrumen Validasi Materi 112

128 LEMBAR VALIDASI AHLI MATERI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B Penulis : Alfiana Falan Syarri Auliya Ahli Materi : Woro Sri Hastuti, M.Pd Tanggal : A. Petunjuk Penilaian 1. Lembar evaluasi ini diisi oleh ahli materi. 2. Berilah tanda ( ) pada kolom di bawah pada aspek penilaian yang paling tepat. 3. Skala penilaian mulai dari 1 sampai 5 yaitu: 5 = Sangat Baik 4 = Baik 3 = Cukup 2 = Kurang 1 = Sangat Kurang 4. Berikan alasan dan komentar di tempat yang disediakan. B. Penilaian No. Aspek yang Dinilai 1. Ketepatan materi dengan konsep dasar 2. Kesesuaian materi dengan tingkat pencapaian perkembangan anak TK kelompok B Skala Penilaian Komentar 113

129 No. Aspek yang Dinilai 3. Kesesuaian materi dengan karakteristik anak TK kelompok B 4. Kesesuaian materi pada media dengan pendekatan dalam kurikulum TK 5. Kesesuaian materi pada media dengan tujuan yang akan dicapai 6. Materi yang terdapat pada media pembelajaran cukup cakupan isinya 7. Tingkat kesulitan penggunaan media untuk menjelaskan materi sesuai dengan anak TK kelompok B 8. Daya dukung media terhadap materi 9. Kejelasan petunjuk penggunaan media 10. Kesesuaian tampilan media dengan materi Skala Penilaian Komentar 114

130 Catatan/Saran: Kesimpulan: Media pembelajaran watube ini: 1. Layak uji coba lapangan tanpa revisi 2. Layak uji coba lapangan dengan revisi 3. Tidak layak uji coba lapangan Harap dilingkari (O) pada nomor yang sesuai dengan kesimpulan. Yogyakarta, 2017 Ahli Materi Woro Sri Hastuti, M.Pd NIP

131 Lampiran 4. Instrumen Validasi Media 116

132 LEMBAR VALIDASI AHLI MEDIA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B Penulis : Alfiana Falan Syarri Auliya Ahli Materi : Sisca Rahmadona, M.Pd Tanggal : A. Petunjuk Penilaian 1. Lembar evaluasi ini diisi oleh ahli media. 2. Berilah tanda ( ) pada kolom di bawah pada aspek penilaian yang paling tepat. 3. Skala penilaian mulai dari 1 sampai 5 yaitu: 5 = Sangat Baik 4 = Baik 3 = Cukup 2 = Kurang 1 = Sangat Kurang 4. Berikan alasan dan komentar di tempat yang disediakan. B. Penilaian No. Aspek yang Dinilai 1. Keseimbangan komposisi dan tata letak 2. Keserasian warna cover dan atribut pelengkap 3. Ketepatan ukuran dengan sasaran dan Skala Penilaian Komentar 117

133 tujuan media 4. Kemenarikan bentuk media 5. Kemenarikan cover dan atribut pelengkap 6. Kemenarikan tata letak 7. Kesesuaian warna dengan karakteristik anak TK kelompok B 8. Kemenarikan warna yang dipakai 9. Keserasian komposisi warna 10. Kejelasan petunjuk penggunaan 11. Kemudahan dalam menggunakan 12. Memudahkan dalam menjelaskan materi 13. Desain sesuai dengan tujuan 14. Kesesuaian media dengan materi dan karakteristik anak TK kelompok B 15. Kemungkinan bertahan lama 118

134 Catatan/Saran: Kesimpulan: Media pembelajaran watube ini: 1. Layak uji coba lapangan tanpa revisi 2. Layak uji coba lapangan dengan revisi 3. Tidak layak uji coba lapangan Harap dilingkari (O) pada nomor yang sesuai dengan kesimpulan. Yogyakarta, 2017 Ahli Media Sisca Rahmadona, M.Pd NIP

135 Lampiran 5. Instrumen Observasi Uji Penggunaan Media Watube 120

136 LEMBAR OBSERVASI PENGENALAN SIFAT-SIFAT AIR ANAK TK KELOMPOK B MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE a. Identitas Siswa Nama : Jenis Kelamin : b. Petunjuk Penilaian Instrumen 1. Berilah tanda ( ) pada kolom di bawah pada aspek penilaian yang paling tepat. 2. Skala penilaian: 5 = Sangat baik/sangat antusias/sangat mampu/ sangat aktif/sangat suka 4 = Baik/antusias/mampu/aktif/suka 3 = Cukup baik/cukup antusias/cukup mampu/cukup aktif/cukup suka 2 = Kurang baik/kurang antusias/kurang mampu/kurang aktif/kurang suka 1 = Belum baik/ belum antusias/ belum mampu/belum aktif/belum suka 3. Berikan alasan dan komentar di tempat yang disediakan. c. Aspek yang diamati 121

137 No. Aspek Indikator 1. Keaktifan/ a. Anak mendengarkan dengan partisipasi baik ketika guru menjelaskan petunjuk penggunaan b. Anak antusias menggunakan media c. Anak aktif melakukan kegiatan sesuai petunjuk yang diberikan 2 Ketertarikan d. Anak menyukai materi anak dalam media e. Anak menyukai bentuk media f. Anak menyukai warna cover dan atribut pelengkap media 3. Efek strategi g. Anak mengenal sifat-sifat pembelajaran air sesuai dengan tujuan pembelajaran h. Anak mampu melakukan kegiatan eksploratif dengan menggunakan media i. Anak mampu mengulang kembali apa yang telah dilakukan j. Meningkatkan motivasi anak Hasil Pengamatan Deskripsi 122

138 Lampiran 6. Surat Keterangan Validasi Media 123

139 124

140 125

141 126

142 127

143 128

144 129

145 130

146 131

147 132

148 133

149 134

150 135

151 136

152 137

153 138

154 139

155 140

156 141

157 142

158 143

159 144

160 145

161 146

162 Lampiran 7. Petunjuk Penggunaan Media 147

163 Gambar 23. Petunjuk Penggunaan Watube bagian 1 148

164 Gambar 24. Petunjuk Penggunaan Watube bagian 2 149

165 Lampiran 8. Foto Media Pembelajaran Watube 150

166 Gambar 25. Media Pembelajaran Watube Gambar 26. Media Pembelajaran Watube Tampak Atas 151

167 Gambar 27. Boks Toolkit Uji Coba Watube Gambar 28. Perangkat Pendukung Watube 152

168 Lampiran 9. Dokumentasi Uji Penggunaan Media Watube 153

169 Dokumentasi Uji Coba Awal Gambar 29. Pengembang sedang Menjelaskan Fungsi Perlengkapan Watube Gambar 30. Anak sedang Membuat Larutan Garam dan Pewarna Makanan 154

170 Gambar 31. Anak Sedang Menuangkan Air ke dalam Watube Gambar 32. Anak Sedang Menngamati Telur yang Mengapung 155

171 Dokumentasi Uji Coba Lapangan Gambar 33. Pengembang Menjelaskan Perangkat Pendukung Watube Gambar 34. Anak Mencoba Membuat Larutan Garam 156

172 Gambar 35. Anak Mencoba Membuat Telur Mengapung Gambar 36. Anak Menuangkan Air ke dalam Watube 157

173 Dokumentasi Uji Lapangan Gambar 37. Apersepsi Sebelum Kegiatan Gambar 38. Pengembang Menjelaskan Langkah-Langkah Kegiatan 158

174 Gambar 39. Guru Memberikan Contoh Kegiatan Gambar 40. Anak Mencoba Membuat Larutan Pewarna Makanan 159

175 Gambar 41. Anak Melakukan Percobaan Tenggelam, Melayang, dan Terapung Gambar 42. Guru Menjelaskan Konsep Sifat Air Menempati Ruang 160

176 Gambar 43. Anak Menuangkan Air ke dalam Watube Gambar 44. Anak Mengamati Air yang Mengalir dalam Watube 161

177 Gambar 45. Guru Menjelaskan Sifat Air Menekan ke Segala Arah Gambar 46. Lembar Kerja Anak 162

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B Pengembangan Media Pembelajaran... (Alfiana Falan Syarri Auliya) 134 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WATUBE UNTUK MENGENALKAN SIFAT-SIFAT AIR PADA ANAK TK KELOMPOK B DEVELOPING OF LEARNING MEDIA WATUBE

Lebih terperinci

UNIT 8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN

UNIT 8. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN 1 UNIT 8 MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Unik Ambar Wati PENDAHULUAN Saudara-saudara mahasiswa saat ini terjadi pergeseran paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran yang mempunyai implikasi terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument

BAB II KAJIAN TEORI. dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti perantara atau pengantar. Menurut Asosiasi

Lebih terperinci

PGTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PGTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh BADRU ZAMAN, M.Pd PGTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Curriculum Vitae Nama : Badru Zaman Tempat Tanggal Lahir : Darangdan (Purwakarta) 6 Agustus 1974 Pendidikan Terakhir : S-2 Pengembangan Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman belajarnya. Hasil belajar memepunyai peranan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman belajarnya. Hasil belajar memepunyai peranan penting dalam 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar memepunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 TK Cempaka Indah Ketitangkidul, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada saat usia dini ini anak memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Media Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) TK Pertiwi Wonosari Siwalan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti perantara atau pengantar. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti lebih banyak diferensiasinya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN B. KAJIAN TEORI

A. PENDAHULUAN B. KAJIAN TEORI 2 A. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dengan terciptanya berbagai macam produk yang semakin canggih. Pendidikan juga tidak terlepas dari aspek teknologi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan. diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan. diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI EKSPLORASI ALAM (SAWAH) DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI EKSPLORASI ALAM (SAWAH) DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA KABUPATEN SOLOK SELATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI EKSPLORASI ALAM (SAWAH) DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA KABUPATEN SOLOK SELATAN Sustri Fatmawati Abstrak Kemampuan sains anak di TK Harapan Bunda Kabupaten Solok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN : TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berjudul Aplikasi Pembelajaran Bahasa Arab pada Anak Prasekolah Berbasis Multimedia (Studi Kasus Tk Uswatun Hasanah Yogyakarta), mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Masa ini merupakan masa peka bagi anak dalam merespon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang

Lebih terperinci

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sebaliknya mengajar sering dikaitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam permainan maze anak-anak harus menemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam permainan maze anak-anak harus menemukan BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritis 1. Hakekat Maze Maze merupakan game sederhana yang bertujuan menentukan jalur yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

Lebih terperinci

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat

Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat Pengembangan Media Komik Matematika Berbasis Pendekatan Scientific pada Materi Bilangan Bulat Dian Fitriani *, Edrizon, Yusri Wahyuni, Rita Desfitri Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Nindyani Veranita NIM

SKRIPSI. Oleh : Nindyani Veranita NIM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBILANG MELALUI KEGIATAN BERMAIN DENGAN BENDA-BENDA KONKRIT PADA ANAK-ANAK KELOMPOK A TK LEMBAGA TAMA III SUTRAN SABDODADI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI MEDIA GAMBAR BAGI ANAK KELOMPOK A DI BA AISYIYAH IV TEGAL SEPUR KLATEN TENGAH KLATEN TAHUN AJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI MEDIA GAMBAR BAGI ANAK KELOMPOK A DI BA AISYIYAH IV TEGAL SEPUR KLATEN TENGAH KLATEN TAHUN AJARAN UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI MEDIA GAMBAR BAGI ANAK KELOMPOK A DI BA AISYIYAH IV TEGAL SEPUR KLATEN TENGAH KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 DISUSUN OLEH SUTARJIANI NIM. A53B090001 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif BAB II PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif Andang (2009) menjelaskan Alat permainan edukatif merupakan alat bermain yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut

Lebih terperinci

02. Konsep Dasar Media

02. Konsep Dasar Media 02. Konsep Dasar Media Standar Kompetensi Memahami dan membuat salah satu media pembelajaran biologi untuk sekolah menengah Kompentesi dasar menjelaskan tentang konsep dasar media, pembelajaran, sistem

Lebih terperinci

KERANGKA MODEL BAHAN PELATIHAN GURU PAUD NON FORMAL MEMILIH DAN MEMANFAATKAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR UNTUK ANAK USIA DINI. Oleh. Cucu Eliyawati, M.

KERANGKA MODEL BAHAN PELATIHAN GURU PAUD NON FORMAL MEMILIH DAN MEMANFAATKAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR UNTUK ANAK USIA DINI. Oleh. Cucu Eliyawati, M. KERANGKA MODEL BAHAN PELATIHAN GURU PAUD NON FORMAL MEMILIH DAN MEMANFAATKAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR UNTUK ANAK USIA DINI Oleh Cucu Eliyawati, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD JURUSAN PEDAGOGIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Oleh Sadiman dikemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 99 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD

ARTIKEL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD Artikel Skripsi MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMANDIRIAN MELALUI MEDIA FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK A TK KUSUMA MULIA WONOREJO KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI ARTIKEL PENELITIAN

Lebih terperinci

PRIYANTI A53C NASKAH PUBLIKASI

PRIYANTI A53C NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI MEDIA BALOK SUSUN DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SEMAWUNG TAHUN AJARAN 2011/2012 (PTK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SEMAWUNG) Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bermain Balok untuk Meningkatkan Kreatifitas Anak di PAUD Negeri Pembina Palu Utara

Penerapan Metode Bermain Balok untuk Meningkatkan Kreatifitas Anak di PAUD Negeri Pembina Palu Utara Penerapan Metode Bermain Balok untuk Meningkatkan Kreatifitas Anak di PAUD Negeri Pembina Palu Utara Izartin PAUD Negeri Pembina Palu Utara, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari

Lebih terperinci

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Potret pembelajaran sastra di berbagai sekolah (di Indonesia) selama ini terlihat buram dan sedih. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dipahami selain sebagai proses juga merupakan sebuah hasil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan dipahami selain sebagai proses juga merupakan sebuah hasil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dipahami selain sebagai proses juga merupakan sebuah hasil. Pada tataran proses, pendidikan merupakan serangkaian interaksi manusia dengan lingkungan yang

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA DADU PINTAR PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KB AL-AMANAH KOTA KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Siska Novalian Kelana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu komponen dalam sistem masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi cukup besar untuk mempersiapkan sumber daya manusia handal dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa Kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai golden age

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI TK SIS ALJUFRI 1 TATURA PALU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI TK SIS ALJUFRI 1 TATURA PALU MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI TK SIS ALJUFRI 1 TATURA PALU Herni U. Olii 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan kognitif pada anak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori tentang Pembelajaran Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku interaksi individu dengan lingkungan. Menurut Syaiful Bachri Djamarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswanya. Hal itu dapat diartikan bahwa guru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, ada saat-saat tertentu dimana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, ada saat-saat tertentu dimana 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar Dalam proses kegiatan pembelajaran disekolah, ada saat-saat tertentu dimana guru harus menyelidiki hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut: kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan pendapat Froebel (M. Solehuddin, 2000:33) bahwa Masa anak-anak merupakan fase yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hani Epeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hani Epeni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang diajarkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF WAYANG ULAR TANGGA (WALARTA) UNTUK PENGENALAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK TK KELOMPOK B TUGAS AKHIR SKRIPSI

PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF WAYANG ULAR TANGGA (WALARTA) UNTUK PENGENALAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK TK KELOMPOK B TUGAS AKHIR SKRIPSI PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF WAYANG ULAR TANGGA (WALARTA) UNTUK PENGENALAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK TK KELOMPOK B TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Menurut Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA KARTU HURUF HIJAIYYAH TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYYAH DI KELOMPOK B TK 1 AL-KHAIRAAT KASIMBAR

PENGARUH MEDIA KARTU HURUF HIJAIYYAH TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYYAH DI KELOMPOK B TK 1 AL-KHAIRAAT KASIMBAR PENGARUH MEDIA KARTU HURUF HIJAIYYAH TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYYAH DI KELOMPOK B TK 1 AL-KHAIRAAT KASIMBAR Huzaimah 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

Pembuatan CD Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Febriana Sandy

Pembuatan CD Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Febriana Sandy PEMBUATAN CD INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA BELAJAR SISWA KELAS 1 TEMA KELUARGAKU STUDI KASUS SD NEGERI TASIKMADU 2 KOTA MALANG Febriana Santi Wahyuni 1), Sandy Nataly Mantja 2) 1,2) Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI Mahdalena Abstrak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010),

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia untuk menghadapi perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010), Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman ditandai dengan kemajuan teknologi, dituntut untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi yang telah ada. Begitu halnya dengan jenjang

Lebih terperinci