Sehubungan dengan besarnya efek buruk KDRT terhadap perempuan, PBB mendefinisikan KDRT dalam bingkai jender, dimana kekerasan yang.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sehubungan dengan besarnya efek buruk KDRT terhadap perempuan, PBB mendefinisikan KDRT dalam bingkai jender, dimana kekerasan yang."

Transkripsi

1 Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi Kasus Kdrt Di Kota Bukittinggi Yustiloviani* Abstract: Bundo Kanduang organization is a social organization that aspires to improve the quality of human resources for women and young people to deal with the advent of science and technology in a globalized world. The role of organizations in addressing domestic violence Bundo Kanduang is as a listener, advisor and mediator between victims with perpetrators of domestic violence, but in their role innumerable obstacles faced obstacles both internal and external constraints. Keywords: Organitation Bundo Kanduang, violence in family Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang mementingkan kedamaian dan kesejahteraan serta mengutuk kekerasan dan penganiayaan. Secara tegas ajaran Islam hadir mengatur dalam setiap aspek kehidupan manusia, seperti mengatur hubungan sosial (muamalah), berkeluraga (ahlu al-syakhshiyah), berkesejahteraan (iqtishadiyah), berpolitik (syahsiah) dan sebagainya. Tujuannya, supaya manusia mempunyai satu tatanan yang dapat mengarahkan hidup selamat dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi isu dalam Islam yang perlu diselesaikan dengan berbagai pendekatan. Sehubungan dengan besarnya efek buruk KDRT terhadap perempuan, PBB mendefinisikan KDRT dalam bingkai jender, dimana kekerasan yang * Dosen STAIN Sjech. M. Djamil Djambek Bukittinggi

2 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi... dilakukan di dalam lingkup rumah tangga dengan target utama terhadap perempuan dan anak-anak. 1 Artinya, KDRT tidak dapat tilolerir dan diabaikan begitu saja, kasus ini perlu diselesaikan pertama melalui kekuatan undang-undang, kedua pendekatan hukum, ketiga pendekatan ekonomi dan keempat pendakatan tradisi atau adat. Permasalahan KDRT tidak dapat lagi dianggap sebagai wilayah privat dan urusan rumah tangga belaka, tetapi sudah semestinya dilakukan penyelesaian dengan lintas negara, agama, adat dan disiplin ilmu. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi isu penting dalam be berapa dekade terakhir ini, dilatar belakangi oleh semakin meningkatnya kasus KDRT di dunia dan buruknya efek yang ditimbulkan terhadap perempuan dan anak-anak. Menurut laporan World Health Organization (WHO) antara 40 hingga 70 persen perempuan di dunia meninggal akibat kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. 2 Masalah ini tentu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Di Indonesia KDRT juga telah menjadi satu permasalahan yang krusial. Dari tahun ke tahun jumlah korban KDRT selalu meningkat. Korban KDRT yang selalu meningkat ini telah mendorong lahirnya Undang-Undang No. 23 tahun 2004, sehingga dengan Undang-undang tersebut, ada kekuatan hukum yang mengatur masalah kasus KDRT di Indonesia, sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan KDRT di Indonesia. Namun, setelah keluarnya Undang-Undang tersebut, jumlah kasus KDRT masih mengalami peningkatan di Indonesia. Hal ini berarti pelaksanaan Undang-Undang KDRT belum berhasil menekan dan menyelesaikan masalah ini. Kasus tersebut tidak lagi menjadi kasus sekelompok masyarakat, tetapi juga telah menjadi fenomena di pedesaan dan juga di perkotaan. 3 Peningkatan kasus KDRT pasca Undang-Undang itu dapat dilihat dari hasil yang dilaporkan oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 2: Jumlah Kasus KDRT di Indonesia dari Tahun Tahun Jumlah Kasus Sumber: Laporan Komnas Perempuan yang Dipublikasikan Republika 8 Maret

3 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Dari tabel di atas dapat ditangkap bahwa kasus KDRT selalu meningkat pasca lahirnya Undang-Undang KDRT. Peningkatan jumlah itu cukup signifikan pada tahun 2005 hanya tercatat sebanyak kasus, tahun 2006, kasus dan 2007 meningkat menjadi kasus dan pada tahun 2008 meningkat secara drastis dua kali lipat menjadi kasus. Sedangkan pada tahun 2009 drastis naik menjadi tiga kali lipat yakni Peningkatan jumlah kasus KDRT tersebut dilatar belakangi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor budaya, idiologi dan sampai pada kesadaran masayarakat yang masih rendah terhadap permasalahan KDRT, bahkan KDRT masih dianggap sebagai permasalahan biasa dalam rumah tangga. 4 Bahkan tidak kalah penting, masalah ekonomi juga menjadi pemicu yang signifikan terhadap kasus KDRT ini. Bahkan jika dilihat dari perspektif kultural terutama berdasarkan kultur kekerabatan, bahwa kekerasan terhadap rumah tangga secara signifikan tidak berpengaruh terhadap tidak berlakunya kasus tersebut. Hal ini dapat dilhat dari sosiokultural matrilineal di Sumatera Barat. Dimana korban KDRT juga mengalami penigkatan yang signifikan. Pada tahun 2003 koraban kasus KDRT berjumlah 132 kasus, kemudian tahun 2004 sebanyak 174 kasus, tahun 2005 menjadi 287 kasus dan tahun 2006 tercatat sebanyak 286 kasus. 5 Jika dibandingkan antara tahun 2006 dengan tahun 2005, kasus KDRT di Sumatera Barat hanya turun satu kasus saja. Artinya, kasus KDRT masih menjadi permasalahan di daerah yang menganut sistem kekearabatan matrilineal ini. Tahun 2007, kasus KDRT di Sumatera Barat mengalami peningkatan, kasus ini lebih banyak di picu oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah, idiologi dan budaya setempat serta faktor ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Erlangga Masdiana yang menyatakan meningkatnya kasus KDRT sangat dipengaruhi oleh ideologi dan pemahaman budaya masyarakat 6. Idiologi dan budaya masih merekonstruksi dengan menempatkan per masalahan KDRT sebagai masalah domestik, sehingga kasus KDRT dianggap permasalahan keluarga yang biasa. Akhirnya kasus tersebut tidak dila porkan atau tidak menjadi perhatian dari masyarakat setempat. Kasus KDRT akhirnya dianggap sebagai permasalahan biasa dalam masyarakat. Pencitraan kasus KDRT yang demikian itu, menjadi salah satu penyebab kasus-kasus KDRT tidak dapat diatasi secara cepat, akhirnya secara langsung atau tidak langsung kasus tersebut selalu mengalami peningkatan jumlahnya. Oleh sebab itu, dalam mencermati permasalahan kasus KDRT harus dilakukan 109

4 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi... dengan berbagai pendekatan kultural, tidak hanya bisa dilakukan dengan pendekatan-pendekatan hukum formal. Selain dari faktor idiologi dan budaya, faktor ekonomi ternyata mempengaruhi meningkatnya korban KDRT di Indonesia, sehingga tingginya ang ka kemiskinan diikuti pula oleh kasus KDRT yang tinggi. 7 Oleh sebab itu, tidak hayal pada tahun 2007 angka KDRT meningkat lima kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2006, karena angka kemiskinan dari tahun 2006 ke tahun 2007 jauh mengalami peningkatan yang tajam. 8 Asumsi ini, ber laku dalam memperdiksikan jumlah kasus KDRT pada tahun selanjutnya, masalahnya jumlah kemiskinan yang belum teratasi sampai tahun ini, bahkan sampai Maret 2010, angka kemiskinan di Indonesia masih berada di atas angka 30 juta, Badan Pusat Statistik mencatat angka kemiskinan di Indonesia saat sekarang 31,2 juta jiwa. Indikasinya terhadap kasus kasus KDRT adalah, bahwa angka kemiskin an yang tinggi juga akan mempengaruhi terhadap peningkatan kasus KDRT di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tesis Marx yang menempatkan kesejahteraan atau penguasaan ekonomi sangat berpengaruh pada dinamika sosial masyarakat. Dalam konteks ini, juga terlihat dari kasus-kasus percerian, bahwa terdektiksi angka penceraian yang tinggi pada satu kawasan lebih dominan disebabkan oleh faktor ekonomi tersebut. Di samping diakibatkan oleh idiologi, budaya dan ekonomi, me ningkatnya kasus KDRT juga dipengaruhi oleh minimnya lembaga dan sarana untuk menanggulangi kasus KDRT tersebut. Hal ini terlihat dari jumlah ruang khusus yang ada di kepolisian tidak seimbang dengan rasio jumlah penduduk Indonesia. Lembaga yang minim ini, tidak dapat mengakses kasus KDRT secara optimal dan bahkan hanya terakses jika ada yang melaporkan saja, itu pun harus melapor dengan data yang lengkap. Sementara masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mempunyai kesadaran untuk melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib dan masih menganggap kasus KDRT sebagai kasus biasa. Keterbatasan jumlah lembaga tersebut sebagai salah satu faktor belum ber hasilnya pengantasan masalah KDRT di Indonesia. Dari kasus KDRT yang selalu meningkat ini diperlukan usaha dan upaya untuk menanggulanginya, salah satunya dengan menguatkan peranan ins titusi lokal. Selama ini minimnya jumlah institusi yang menanggani masalah KDRT, ternyata telah mempengaruhi banyaknya kasus KDRT tidak 110

5 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 tertanggulangi sehingga jumlah kasus tersebut selalu mengalami peningkatan. Pemerintah sendiri baru hanya mempunyai 237 unit Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di 33 kepolisian daerah (polda) seluruh Indonesia untuk menangani kasus KDRT ini. 9 Jumlah pelayanan tersebut jelas masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang ber jumlah 240 juta jiwa. Sementara kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk melaporkan kasus tersebut tentu tidak mendukung efektifnya kinerja unit pelayanan yang ada di kopolisian tersebut. Oleh sebab itu, perlunya lem baga-lembaga atau institusi yang dapat menanggulangi masalah ini. Keberadaan institusi atau organisasi terkait sangat diperlukan dan sa lah satu institusi tersebut adalah institusi bundo kanduang di Sumatera Ba rat. Institusi perempuan ini akan dapat menyentuh secara lansung masyarakat paling bawah, kerena tingginya kasus KDRT di Indonesia tidak terlepas dari minimnya lembaga yang menanggulangi masalah KDRT. Kemudian lem baga yang ada bersifat formalitas dan korban pun harus melaporkan per masalahannya secara formal, sedangkan kesadaran masyarakat untuk melaporkan secara formal ini masih rendah. Di Sumatera Barat, penguatan ins titusi bundo kanduang terlihat terjadi penguatan peranan, sehubungan dengan direkontruksinya pemerintahan nagari yang diatur pertama kalinya melalui Perda no 9 tahun Jika dilihat data pemerintahan nagari pada pemerintahan Sumatera Barat sampai pada tahun 2011 ini, pemerintahan nagari sudah berjumlah 518 buah nagari di kabupaten dan 62 buah nagari di kota, ini berarti institusi bun do kanduang yang terbentuk di Sumatera Barat sebanyak jumlah nagari itu pula. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang keberadaan Bundo Kanduang, khusus yang ada di kota Bu kittinggi. Rumusan Masalah Permasalahan yang mendasar dalam penelitian ini adalah, bagaimana bentuk usaha yang dilakukan oleh organisasi bundo kanduang dalam menanggulangi kasus KDRT, karena kasus ini harus ditanggulangi dan harus mendapat perhatian dari semua pihak. Penanganan kasus ini sangat jelas tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sehubungan dengan itu dirumuskan beberapa masalah untuk menjawab permasalahan ter sebut; 111

6 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi Bagaimana profil organisasi bundo kanduang kota Bukittinggi? Bagaimana bentuk program organisasi bundo kanduang kota Bukittinggi? Bagaimana program yang dilakukan oleh organisasi bundo kanduang un tuk menyelesaikan kasus KDRT? Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengindentifikasi, mendes kripsikan dan menganalisis tentang : 1. Profil organsasi bundo kanduang kota Bukittinggi. 2. Bentuk program organisasi bundo kanduang kota Bukittinggi. 3. Program yang dilakukan bundo kanduang untuk menyelesaikan kasus KDRT. Telaah Pustaka KDRT mempunyai efek buruk yang besar terhadap perempuan, sehingga PBB mendefinisikan KDRT dalam bingkai jender, dimana kekerasan yang dilakukan di dalam lingkup rumah tangga dengan target utama terhadap perempuan dan anak-anak. 10 Artinya, KDRT tidak dapat dilolerir dan diabaikan begitu saja, kasus ini perlu diselesaikan pertama melalui kekuatan undang-undang, kedua pendekatan hukum, ketiga pendekatan ekonomi dan keempat pendakatan tradisi atau adat. Permasalahan KDRT tidak dapat lagi dianggap sebagai wilayah privat dan urusan rumah tangga belaka, tetapi sudah semestinya dilakukan penyelesaian dengan lintas negara, agama, adat dan disiplin ilmu. Pendekatan gender merupakan pendekatan yang sering dipakai dalam menyelesaiakan kasus KDRT. Salah satu keuntungan melihat kasus KDRT dengan pendekatan gender ini adalah memberikan ketegasan penyelesaian kasus KDRT melalui jalur hukum. Perspektif ini pula yang dipakai oleh Undang-Undang no 23 tahun Dimana penyelesaian kasus KDRT harus dilakukan dengan penyentuhan hukum dan penyelesaian lembaga-lembaga yang bertanggungjawab. Oleh sebab itu diperlukan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) di Kepolisian. Artinya, dengan adanya undang-undang KDRT telah lahir satu instititusi khusus di kopolisian. Hal ini dianggap sebagai salah satu upaya dalam menyelesaiakan kasus KDRT melalui penyelesaian hukum. Penyelesaian kasus 112

7 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 KDRT melalui jalur hukum ini sebagai upaya untuk menegakkan hak asasi manusia di Indonesia. Hasil penelitian, Devisi Gender dan Pembangunan Pusat Studi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan IPB yang terpenting dilihat dari penyelesaian kasus KDRT adalah faktor penyebab atau akar persoalan dari KDRT tersebut. Tanpa memperhatikan akar persoalan itu, kasus KDRT sulit untuk diselesaikan. Meningkatnya kasus KDRT di Indonesia akhir-akhir ini, salah satu diakibatkan oleh penyelesaian kasus KDRT yang tidak menyentuh akar persoalan. Salah satu alternatif yang perlu dilakukan untuk penyelesaian dan penanggulangan KDRT adalah memperkuat pengembangan kelompok sosial. Kelompok sosial ini berupa lembaga-lembaga yang dapat mengontrol dan mengawasi terjadinya permasalahan KDRT tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh kelompok Institusi Perempuan, menemukan ketidak berhasilan penanganan KDRT ternayata diakibatkan oleh minimnya kasus ini terekspos kepermukaan, sehingga kasus KDRT dianggap kasus biasa. Hal ini terbukti dari 146 kasus yang ditemukan oleh Institusi Perempuan, hanya 16 kasus yang teridentifikasi pola penanganannya melalui jalur hukum. 11 Hal ini berarti, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kasus KDRT yang menyebabkan semakin meningkatkan jumlah kasus tersebut. Kesadaran masyarakat yang rendah melaporkan kasus KDRT dipengaruhi oleh berbagai faktor, pertama idiologi. Di kalangan masyarakat Indonesia masalah rumah tangga terlah direkonstruksi oleh budaya sebagai masalah pribadi atau masalah domestik, sehingga masalah ini dianggap tidak layak diselesaikan di luar rumah tangga. Di samping itu, korban KDRT pada umumnya anak-anak dan perempuan maka kasus ini sering tidak dilaporkan oleh pihak korban pada pihak yang berwajib. Kedua masih kuatnya superioritas laki-laki dalam rumah tangga, dimana laki-laki sebagai kepala rumah tangga, kekuatan ekonomi keluarga dan sebagainya maka melaporkan kekerasaan yang dilakukan oleh laki-laki dianggap sebagai suatu ancaman terhadap keluarga, maka korban lebih memilih diam dan menerima kekerasaan tersebut, seperti kasus suami membentak istri, suami main serong, suami tidak memberikan uang belanja cenderung dianggap hal yang biasa dilakukan oleh suami, pada hal tindakan tersebut sudah termasuk kasus KDRT

8 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi... Di samping itu, sulitnya kasus KDRT diakases oleh penegak hukum dan tidak berimbangnya rasio jumlah ruangan khusus penanganan KDRT di Indonesia merupakan sebagai salah satu hal yang menyebabkan kasus ter sebut dianggap sebagai kasus yang biasa dan tidak banyak diperhatikan oleh masyarakat. 13 Dalam konteks ini, peranan lembaga-lembaga yang berkompeten dalam menyelesaikan kasus KDRT ini sangat diperlukan, seperti lembaga bundo kanduang yang ada di Bukittinggi. Penelitian ini melakukan satu kajian terhadap institusi bundo kanduang tentang perananya dalam menyelesaikan dan mengatasi kasus KDRT yang terjadi dalam ruang lingkup kerjanya. Lembaga bundo kanduang tersebut sebagai lembaga yang berada dalam masyarakat lapisan paling bawah dan tidak bersifat formalitas, diasumsikan dapat menjadi salah satu alternatif dalam menanggulangi kasus KDRT ini. Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian tentang Peranan Organisasi Bundo Kanduang Dalam Mengatasi Kasus KDRT di Kota Bukittinggi merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Hadari Nawawi, penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan faktor-fak tor yang tampak atau sebagaimana adanya. 14 Jadi penelitian ini hanya menggambarkan, meringkas berbagai kondisi dan situasi yang ada. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan desain penelitian sementara yang berkembang di lapangan dan menganalisis data dengan cara induksi. 15 Penelitian ini juga menginterpretasikan atau juga menterjemahkan dengan bahasa peneliti tentang hasil penelitian yang diperoleh dari informan di lapangan tentang kondisi yang ada. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi, kebijakan dan program kerjanya yang berkaitan dengan penye- 114

9 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 lesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Bukittinggi. Sasaran atau objek penelitian ini dibatasi agar data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil wawancara dari beberapa informan yang dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian. Adapun data sekunder adalah data-data berupa informasi, tulisan dan dokumentasi yang relevan dengan penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data haruslah dipilih teknik yang paling tepat, sehingga akan diperoleh data yang valid dan reliable. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara : 1. Wawancara mendalam ( depth interview), metode wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Wawancara dilakukan dengan beberapa orang pengurus organisasi Bundo Kandung Kota Bukittinggi. 2. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan. Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data dilakukan secara kualitatif dengan cara menginterpretasikan data, fakta dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pemahaman intelektual dan empiris yang ke mudian dikaji secara mendalam, sehingga menghasilkan gambaran data yang sesunguhnya. HASIL TEMUAN Tugas dan Fungsi Organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi Organisasi Bundo Kanduang selalu bercita-cita meningkatkan kua litas sumber daya manusia kaum perempuan dan generasi muda untuk menghadapi kemajuan ilmu dan tekhnologi dalam globalisasi dunia. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yag sangat penting 115

10 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi... dilaksanakan untuk menghadapai tantangan masa depan dan dalam menata kehidupan menuju masyarakat Indonesia sejahtera, berimul pengetahua tinggi beriman dan bertakwa, oleh karena itu organisasi Bundo Knaduang mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia, perempuan dan generasi muda dalam menata kehidupan manuju masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia berlandasan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, syarak mangato adat memakai, alam takambang jadi guru". Bundo Kanduang Bukittinggi bercita-cita meningkatkan citra perempuan dan generasi muda, sehingga perempuan dan generasi muda Minangkabau mempunyai akhlak mulia sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Al- Quran dan hadis Nabi. 2. Meningkatkan fungsi perempuan Minangkabau yang cerdas dan berkualitas sesuai dengan harkat dan martabatnya. Bundo Kanduang Kota Bukittnggi melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatakan mutu perempuan Minangkabau sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai perempuan dalam menghadapai kemajuan teknologi dan peradaban. seperti seminar yang dlaksanakan pada Bulan September tentang meningkatkan peran perempuan untuk masa depan dengan na ra sumber ahli hukum da pemerhati perempuan sampai mengadakan aksi langsuang. 3. Peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengalaman nilai-nilai esensial yang terkandung dalam filosofi Minangkabau Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato adat mamakai alam takambang jadi guru bagi perempuan, generasi muda dan masyarakat Minangkabau. 1. Sedangkan fungsi Organisasi Bundo Kanduang sebagai berikut: Membina dan meningkatkan peran dan fungsi perempuan Minangkabau dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam hidup berkeluarga, berkaum, bernegara dan beragama. Bundo kanduang yang telah meningkat menjadi seorang ibu. Jadi, ibu sebagai seorang limpapeh rumah gadang adalah tempat meniru, suri teladan. Kasuri tuladan kain, kacupak tu ladan batuang, satitiak namuah jadi lawik, sakapa buliah jadi gunuang. Seorang ibu bertugas membimbing dan mendidik anak yang dilahirkan dan semua anggota keluarga lainnya di dalam rumah tangga, berkaum, 116

11 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember ber agama dan bernegara. Kalau tugas itu dijalankan dengan ikhlas serta hati yang tulus, akan mendatangkan kebahagian dalam rumah tangga. Meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional dan spritual dalam pe mahaman dan pengalaman nilai-nilai filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai Alam Takambang Jadi Guru bagi perempuan, generasi muda dan masyarakat Minang kabau untuk menghadapi tantangan dan meraih peluang dimasa depan. Seorang Bundo Kanduang haruslah memiliki ilmu pengetahuan yang cukup, untuk mengatur ekonomi keluarga, etiket dan hal lainnya. Sifat dan sikap terbuka Sifat dan sikap seorang bundo kanduang haruslah ramah, tahu tinggi jo randah, budi baiek baso katuju, sopan dan santun, riang gembira, capek kaki indak panaruang, ringan tangan indak pamacah. meningkatkan pengkajian, pemahaman dan pengamalan hukum adat dan mensinergikan dengan hukum positif bagi perempuan, generasi mu da dan masyarakat. Perempuan Minangkabau harus selalu mengikuti per kembangan zaman baik dalam bidang sosial, hukum, ekonomi dan kemasyarakatan serta iptek. Pembinanaan dan penguata kelembagaan adat dan organisasi dari propinsi sampai kenahari. Organisasi Bundo Kanduang di Bukittinggi sudah terbentuk di Kecamatan sampai Kenagarian/Kelurahan. Dengan adanya organisasi Bundo Kanduang Sampai Kenagarai/Kelurahan akan lebih meningkatkan peran perempuan ditengah-tengah masyarakat. Memelihara, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai filosofi Minangkabau Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai Alam Takambang Jadi Guru. Masyarakat Indonesia melalui peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan nilai-nlai filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai Alam Takambang Jadi Guru Meningkat jejaring dan kerja sama dengan berbagai organisasi, Lembaga Instansi sebagai Mitra dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan perempuan ikut serta secara maksimal disegala bidang. Dalam mewujudkan pembangunan, perempuan harus berkerja sama dengan berbagai instansi sehingga sumber daya perempuan dapat berperan secara maksiamal da- 117

12 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi lam meningkatkan pembangunan manyarakat, bangsa dan negara. Meningkatan ketahanan keluarga dalam memerangi penyakit masyarakat. Kemajuan dibidang ilmu dan teknologi telah membawa dampat terhadap tatanan kehidupan masyarakat pada umumnya dan perempuan serta generasi muda Minang Kabau khususnya. Kemajuan teknologi tidak hanya dampak positif namun lebih banyak berdampak negatif ditengah-tengah masyarakat sehingga memicu banyaknya terjadi kriminatitas dilingkungan masyarakat maupun dilingkungan keluarga.untk memerangi penyakit masyarkat perempuan harus berperan aktif Dari uraian di atas terlihat bahwa organisasi Bundokanduang mempunyai tugas dan fungsi yang mulia untuk kembali menengakkan filosofi adat Minangkabau sehingga kaum perempuan, generasi muda dan masyarakat menjadi manusia cerdas, berkualitas berhakat dan martabat mulia sebagai manusia dan disisi Sang Pencipta. Upaya Organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi dalam Mengatasi kasus KDRT di Kota Bukittinggi. Organisasi Bundo Kanduang merupakan organisasi perempuan Minangkabau yang berpegang teguh pada filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru (ABS-SBK). Oleh karena itu, organisasi ini selalu berusaha untuk memelihara, melestarikan, melakukan pembinaan dan mengembangkan nilai-nilai filosofi Minangkabau tersebut, dengan sasaran kaum perempuan dan generasi muda Minangkabau khususnya. Dengan demikian, organisasi Bundo Kandung adalah salah satu organisasi perempuan Minangkabau yang memegang peranan penting dalam meningkatkan harkat dan martabat perempuan Minangkabau. Oleh karena itu, organisasi ini diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat Minangkabau, khususnya perempuan. Salah satu permasalahan yang banyak terjadi dewasa ini adalah masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Seperti dijelaskan dalam UU no. 23 tahun 2004, bahwa KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama terhadap perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologi dan /atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau 118

13 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 16 Kekerasan dalam rumah tangga atau Domestik Violence adalah kekeras an yang terjadi dalam lingkup Rumah Tangga. Sedangkan ruanglingkup ru mah tangga yang dimaksud oleh Undang-Undang no 23 tahun 2004 adalah: 1. Pasangan atau mantan pasangan di dalam maupun diluar perkawinan 2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga karena darah, perkawinan, adopsi dan hubungan adat dan atau agama 3. Orang yang bekerja membantu kehidupan rumah tangga orang lain yang menetap atau tidak disebuah rumah tangga 4. Orang yang masih tinggal dan atau pernah tinggal bersama Home Affairs Select Committee (HASC) mendefinisikan KDRT sebagai: semua bentuk penganiayaan fisik, seksual atau emosional yang berlangsung dalam konteks suatu hubungan yang erat. Dalam banyak kasus, hubungan yang terjadi diantara pasangan (yang dinikahi, kumpul kebo dan yang lainnya) atau bekas pasangan. Pada dasarnya masalah KDRT ini juga merupakan masalah yang dihadapi oleh perempuan Minangkabau, khususnya di kota Bukittinggi. Namun belum ada data yang dapat dipegangi secara pasti. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang permasalahan KDRT membuat masyarakat enggan melaporkan permasalahan KDRT yang mereka alami, baik ke pihak kepolisian, maupun ke P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pembedayaan Pe rempuan dan Anak) di kota Bukittinggi, karena mereka menganggap itu berarti akan membuka aib sendiri. Meskipun demikian, dengan adanya orga nisasi Bundo Kanduang di Kota Bukttinggi diharapkan masyarakat lebih terbuka untuk menyampaikan permasalahan KDRT yang mereka alami. Adapun upaya yang dilakukan organisasi Bundo Kanduang di Kota Bukittinggi dalam mengatasi permasalahan KDRT adalah sebagaimana hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bundo Kanduang Kota Bukittinggi sebagai berikut: Organisasi Bundo Kanduang berperan sebagai mediator. Artinya Bundo Kanduang selalu menyambut dengan tangan terbuka siapa saja yang ingin berkonsultasitasi dan meminta solusi permasalahan KDRT yang dialaminya. Dalam hal ini, Bundo Kanduang lebih banyak berfungsi sebagai mediator antara korban dengan pelaku. 119

14 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi Berperan sebagai pendengar dan penasehat yang baik, artinya Bundo Kanduang di sini tidak melakukan mediasi, karena biasanya di sini yang berkonsultasi hanya satu pihak saja, yaitu korban KDRT. Memberikan nasehat perkawinan tentang adat. Di sini Bundo memberikan pembinaan dan nasehat kepada calon pengantin tentang bagaimana harus bersikap, berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan aturan adat Minangkabau, termasuk bagaimana mengaktualkan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru (ABS-SBK) sehingga tercipta kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddad dan rahmah serta terhindar dari pri laku KDRT. Peran di sini dalam bentuk program yang diwajibkan kepada Bundo Kanduang-Bundo Kanduang yang berada di kecamatan dan di kelurahan. Memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada perempuan Minangkabau, dalam rangka mengembalikan posisi perempuan Minangkabau ke dalam keluarga, ke dalam kaum dan ke dalam sukunya sebagai leader, sebagai katalisator, sebagai pengawal moral, sebagai perekat keluarga, sebagai pengayom dan sebagai sitawa sidingin bagi semua anggota keluarga, kaum dan sukunya. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa organisasi Bundo Kanduang Bukittinggi memiliki peranan yang cukup signifikan dalam mengatasi permasalahan KDRT di kota Bukittinggi, meskipun peran itu belum maksimal dan masih perlu kerja keras dan kerja sama antar beberapa pihak yang berkompeten dalam mengatasi KDRT Di kota Bukittinggi, seperti P2TP2A dan kepolisian. Sebagai organisasi perempuan Minangkabau, maka selayaknyalah organisasi Bundo Kanduang kota Bukittinggi dekat dengan masyarakat dan res ponsif dan peduli terhadap permasalahan perempuan Minangkabau, khususnya masalah KDRT. Kendala-Kendala Organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi dalam Mengatasi KDRT Sebelumnya telah dijelaskan bahwa organisasi Bundo Kanduang te lah melakukan berbagai upaya dalam rangka mengatasi dan mengurangi permasalahan yang dialami oleh perempuan Minangkabau di Kota Bukittinggi 120

15 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 terutama masalah KDRT. Akan tetapi sejauh ini, upaya yang dilakukan itu belum maksimal, disebabkan oleh beberapa kendala, baik kendala di internal organisasi maupun di eksternal organisasi. Adapun kendala-kendala yang dihadapi organisasi Bundo Kanduang dalam mengatasi permasalahan KDRT di Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut : Kendala dari internal organisasi : Kurangnya tenaga yang memiliki konsentrasi waktu penuh dalam organisasi Bundo Kanduang. Selama ini yang bergabung di organisasi Bundo Kanduang Bukittinggi adalah para bundo-bundo yang juga memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan lain seperti sebagai guru ataupun pekerjaan lainnya. Khusus untuk permasalahan KDRT, belum ada pencatatan secara administratif, sehingga tidak bisa diketahui berapa jumlah kasus yang pernah masuk dan diselesaikan oleh Bundo Kanduang Bukittinggi. Di samping itu juga tidak bisa diketahui secara akurat tentang bentuk-bentuk permasalahan KDRT yang dialami perempuan korban KDRT tersebut. Penanganan masalah KDRT yang masuk ke organisasi Bundo Kanduang lebih banyak ditangani oleh ketua umum organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi. Jadi belum ada orang-orang khusus yang ditunjuk organisasi untuk mengatasi permasalahan KDRT tersebut. Kendala eksternal : Masyarakat masih beranggapan bahwa permasalahan KDRT adalah ma salah internal keluarga yang tabu untuk dibicarakan dengan orang lain, sehingga walaupun tidak terima tapi mereka lebih memilih untuk diam. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang KDRT dan UU yang mengatur tentang KDRT. Agaknya di sini sosialisai tentang UU KDRT, serta tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi tindakan KDRT harus semakin digiatkan. KESIMPULAN Dari hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan halhal berikut : 1. Organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi adalah organisasi perempuan Minangkabau yang berpegang pada filosofi Adat Basandi Syarak, 121

16 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru (ABS-SBK). Bentuk program kerja Organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi adalah melakukan kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan, emosional, spi ritual dan kesejahteraan kaum perempuan Minangkabau dan generasi muda, serta ikut menyukseskan program pembangunan Nasional umumnya dan progran pembangunan Sumatera Barat khususnya. Meskipun belum maksimal, organisasi Bundo Kanduang Bukittinggi telah berperan dalam mengatasi permasalahan KDRT di Kota Bukittinggi. Adapun upaya yang dilakukan organisasi ini adalah sebagai berikut : Organisasi Bundo Kanduang berperan sebagai mediator antara korban dengan pelaku. Berperan sebagai pendengar dan penasehat yang baik, artinya Bundo Kanduang di sini tidak melakukan mediasi, karena biasanya di sini yang berkonsultasi hanya satu pihak saja, yaitu korban KDRT. Memberikan nasehat perkawinan tentang adat. Di sini Bundo memberikan pembinaan dan nasehat kepada calon pengantin tentang bagaimana harus bersikap, berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan aturan adat Minangkabau, termasuk bagaimana mengaktualkan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru (ABS-SBK) sehingga tercipta kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddad dan rahmah serta terhindar dari prilaku KDRT. Peran di sini dalam bentuk program yang diwajibkan kepada Bundo Kanduang-Bundo Kanduang yang berada di kecamatan dan di kelurahan. Memberikan penyuluhan dan pembinaan kepada perempuan Minangkabau. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan KDRT di kota Bukittinggi adalah sebagai berikut : 1. Kendala dari internal organisasi : a. Kurangnya tenaga yang memiliki konsentrasi waktu penuh dalam organisasi Bundo Kanduang. Selama ini yang bergabung di organisasi Bundo Kanduang Bukittinggi adalah para bundo-bundo yang juga memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan lain seperti sebagai guru ataupun pekerjaan lainnya. 122

17 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember b. Khusus untuk permasalahan KDRT, belum ada pencatatan secara administratif, sehingga tidak bisa diketahui berapa jumlah kasus yang pernah masuk dan diselesaikan oleh Bundo Kanduang Bukittinggi. c. Belum adanya orang-orang khusus yang ditunjuk organisasi Bundo Kanduang untuk menangani permasalahan KDRT. Kendala eksternal : a. Masyarakat masih beranggapan bahwa permasalahan KDRT ada- lah masalah internal keluarga yang tabu untuk dibicarakan dengan orang lain, sehingga walaupun tidak terima tapi mereka lebih memilih untuk diam. b. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang KDRT dan UU yang mengatur tentang KDRT. Agaknya di sini sosialisai tentang UU KDRT, serta tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi tin dakan KDRT harus semakin digiatkan. [ ] ENDNOTE 1 Report of the Special Rapporteur on Violence Against Women, Its Causes and Consequences, Ms. Radhika Coomaraswamy, disampaikan kepada Commission on Human Rights Resolution 1995/85, a Framework for Model Legislation on Domestic Violence, U.N. ESCOR, Comm n on Hum. Rts., 52d Sess., Agenda Item 9(a), addendum, 28, U.N. Doc. E/CN.4/1996/53/Add. 2 (1996). 2 World Health Organization, World Report on Violence and Health 93 (2002), dapat di akses melalui Oktober Korban KDRT jumlah selalu meningkat dan keberadaan undangundang no 23 tahun 2004 harus disosialisasikan dan korban KDRT mesti mendapat pendampingan. Kesadaran masyarakat terhadap kasus ini masih rendah dan lebaga institusi adat belum mempunyai kepedulian dalam masalah ini. 4 perempuan.org.id/statistik kerasan terhadap perempuan.htm. Banyaknya kasus KDRT yang tidak dilaporkan ke pihak yang bertanggungjawab, salah satu nya diakibatkan oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap hal ini. Kasus KDRT masih dianggap sebagai kasus domestik yang tidak mangkus dipublikasikan. Hal ini menjadi salah satu penyebab tidak tersentuhnya penyelesaian kasus KDRT di Indonesia. 5 Laporan pemberdayaan perempuan Sumatera Barat. 6 korban KDRT selalu meningkat. Erlangga Masdiana pemerhati perempuan dan dosen UI. 123

18 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi... 7 Komnas Perempuan, melaporkan kemiskinan secara signifikan mempengaruhi meningkatnya kasus KDRT, dari data tahun 2005 sampai 2007, dari kasus yang dilaporkan penyebab yang lebih dominan dari KDRT adalah faktor ekonomi rumah tangga. 8 Menurut laporan BPS, pada tahun 2006 terdapat masyarakat miskin di Indonesia sebanyak 10,4% dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 37,9%. 9 Laporan Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan. Lihat juga hasi penelitian yang dilakukan oleh kelompok peneliti UNPAD, tentang Efektivitas Pelayanan Ruang Khusus Kepolisian Dalam Implementasi Undang-Undang No 23 Tahun 2004 Tentang KDRT. Penelitian ini merekomendasikan, bahwa pelayanan ruang khusus yang ada di kepolisian untuk dapat menanggani kasus KDRT secara efektif dan diperlukan ehadiran lembaga atau institusi lain yang dapat bekerjasama untuk mengatasi kasus KDRT ini. 10 Report of the Special Rapporteur on Violence Against Women, Its Causes and Consequences, Ms. Radhika Coomaraswamy, disampaikan kepada Commission on Human Rights Resolution 1995/85, a Framework for Model Legislation on Domestic Violence, U.N. ESCOR, Comm n on Hum. Rts., 52d Sess., Agenda Item 9(a), addendum, 28, U.N. Doc. E/CN.4/1996/53/Add. 2 (1996). 11 Hasil penelitian Institusi Perempuan tahun Kollman, Nathalie. Kekerasan terhadap Perempuan. Jakarta: YLKI dan Ford Foundation, Antik Bintari, dkk. Efektivita Pelayanan Ruang Pelayanan Khusus Kepolisian Dalam Implementasi Undang-Undang NO 23 TAHUN Bandung. Unpad 14 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Kualitatif, 1998, h Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosda Karya Bandung : 2000) h.3 16 UU no.23 tahun 2004, pasal 1 ayat Hasil wawancara dengan Ketua Umum organisasi Bundo Kanduang Kota Bukittinggi,yaitu Bundo Hj. Efni, A. M.Pd pada hari Senin tanggal 10 Oktober 2011, jam WIB s/d Jam WIB. Hasil wawancara ii, juga diamini oleh pengurus organisasi Bundo Kanduang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Anonim Kekerasan Kerja Turunkan Produktivitas. www. koran SINDO Anonim Angka Kekerasan Terhadap Perempuan Masih Tinggi: Anonim Mendesak Penyelesian Korban KDRT. Antik Bintari, Neneng Yani Yuningsih, Iman Soleh, Muradi Efektivitas Pelayanan Ruang Pelayanan Khusus Kepolisian dalam Implementasi Undang-Undang NO 23 TAHUN Bandung: Unpad. Black, A. James Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama 124

19 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Bungin, Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Transito. Erlangga Masdiana Korban KDRT Meningkat. com Freeman, M.D.A Violence in the home. England: Gower Publishing Company Limited. Friedmann, John Empowerment: The Politic Alternative Development. Blackwell Publizher. Massachusett. Frieze, I.H Hunting the one you love: violence in relationships. USA: Wadswoth. Illich, Ivan Perayaan Kesadaran Sebuah Panggilan untuk Revolusi Institusi. Yogyakarta: Ikon Teralitera. Jacobson, N&Gottman, J Basic Fact About Batting: Myths vs reality. Dlm. Coltrane, S. Families and siciety: Classic and contemporary reading. Canada. Wadsworth. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Bunga Rampai Pengetahuan Adat Minangkabau. Padang: LKAAM. M. Noe. Peranan Ninik Mamak Kembali Pada Pemerintahah Nagari. Bunga Rampai Pengetahuan Adat Minangkabau Padang: LKAAM. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Menteri Pemberdayaan Perempuan com. Muhadjir, Neong Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sharasin. Perda no 9 tahun Tentang Pemerintahan Nagari. Prasetyo, Bambang Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Prasada. Report of the Special Rapporteur on Violence Against Women, Its Causes and Consequences, Ms. Radhika Coomaraswamy. Disampaikan kepada Commission on Human Rights Resolution 1995/85, a Framework for Model Legislation on Domestic Violence, U.N. ESCOR, Comm n on Hum. Rts., d Sess., Agenda Item 9(a), addendum, 28, U.N. Doc. E/CN.4/1996/53/Add. 2. Ritzer dan Goodman Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Rubin, Herbet, J & Irene, Irene S Community Organizing dan Development. Allyn and Bacon. Saunders, D.G The tendency to arrest victims of domestic vilonece. Journal of interpersonal violence. 125

20 Yustiloviani, Peran Organisasi Bundo Kanduang dalam Mengatasi... Sally E. Merry Rights Talk and the Experience of Law: Implementing Women s Human Rights to Protection from Violence, 25 HUM. RTS. Strong, B& Devault The Marriage and Family experience. USA: West Publishing Company. Undang-Undang No 23 tahun Wacjman, Judi Feminisme Versus Teknolog. Yogyakarta. Sekretariat Bersama Perempuan Yogyakarta. Weber, M On Charisma and Institution Building. Chicago: Chicago University Press. World Health Organization, World Report on Violence and Health 93 (2002), www. who.int/violence_injury_prevention/violence/world_report/en/ Yuhong Zhao Domestic Violence in China: In Search of Legal and Social Res ponses, 18 UCLA PAC. BASIN L.J. 126

21 PANDUAN PENULISAN ARTIKEL Jurnal ISLAM & REALITAS SOSIAL 1. Umum: Jurnal ini bersifat terbuka, dalam arti siapa saja boleh mengajukan artikel. Artikel adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diterbitkan di media/jurnal lain. 2. Bentuk Artikel: Artikel disampaikan dalam bentuk hardcopy (kertas kuarto/a4) disertai dengan media penyimpanan file (disket, flash disk, CD, dsb) atau dikirimkan sebagai attachment (lebih jelasnya hubungi redaksi). Artikel diserahkan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum bulan penerbitan ke alamat Sekretariat. 3. Seleksi dan Editing: Editor berwenang untuk menyeleksi artikel-artikel, mempersingkat artikel tanpa mengubah makna, serta mengedit bahasa dan poin-poin yang dibakukan untuk penyempurnaan dan konsistensi terbitan. 4. Bahasa dan Abstrak: Artikel bisa dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Bila artikel berbahasa Indonesia, maka abstraknya dalam Bahasa Inggris dan sebaliknya. Panjang abstrak sekitar sepertiga halaman kuarto dengan spasi tunggal (1 spasi), Times New Roman ukuran 12. Dan juga disertai kata-kata kunci (keywords) sebanyak 3-5 kata. 5. Jumlah halaman dan spasi: Jumlah halaman setiap artikel antara halaman ( kata), dengan ketentuan penulisan standar karya ilmiah. Kertas kuarto (A4), spasi ganda (2 spasi), Times New Roman ukuran 12, margin Sistematika Penulisan: Untuk artikel kajian analitis memuat: Judul, Penulis, Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan (berisi gambaran ringkas masalah, sedikit kajian toritik, pendapat alternatif, dan tujuan pembahasan), Pembahasan (bersifat analitik, jika relevan di lengkapi dengan bukti empirik, mengandung pendirian/sikap penulis), Penutup (kesimpulan dan saran), serta Daftar Pustaka. 7. Cara Pengacuan dan Pengutipan: Pengacuan dan pengutipan dibuat dalam bentuk footnote/endnote. 8. Pedoman Penulisan Daftar Pustaka: a. Untuk Buku: Diamond, Larry Developing Democracy: Toward Consolidation. Baltimore and London: The John Hopkins University Press. b. Artikel dalam Buku: Edwards, John Sovereignty or Separation? Contemporary Political Discourse in Canada. In [Dalam] Conversi, Daniele. Ethnonationalism in the Contemporary World: Walker Connor and the Study of Nationalism. London and New York: Routledge. c. Artikel dalam Jurnal: Törnquist, Olle Dynamics of Indonesian Democratisation. Third World Quarterly, Vol. 21, No. 3, pp d. Sumber yang berasal dari Internet: (i) Sumber referensi lengkap: Collier, Paul, and Hoeffler, Anke Justice-Seeking and Loot-Seeking in Civil War. Washington DC: The World Bank. collier.pdf (diakses 23 Agustus 2003). (ii) Sumber referensi tidak lengkap: Aditjondro, George J. The Political Economy of Violence in Maluku, Indonesia. (diakses September 2001). 9. Penulis diharapkan menyertakan identitas dan alamat lengkap ( dan nomor tele pon).

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA MELALUI PENDEKATAN INSTITUSI LOKAL DAN FORMAL

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA MELALUI PENDEKATAN INSTITUSI LOKAL DAN FORMAL KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA MELALUI PENDEKATAN INSTITUSI LOKAL DAN FORMAL Silfia Hanani Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukittinggi Email: silfia_hanani@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

Penyelesaian dan Penanggulangan Korban KDRT Melalui Lembaga Adat Nagari di Sumatera Barat

Penyelesaian dan Penanggulangan Korban KDRT Melalui Lembaga Adat Nagari di Sumatera Barat 22 Penyelesaian dan Penanggulangan Korban KDRT Melalui Lembaga Adat Nagari di Sumatera Barat Hasneni / Kafa ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. IV No. 1 Tahun 2014 PENYELESAIAN DAN PENANGGULANGAN KORBAN

Lebih terperinci

Dr. Silfia Hanani, M.Si

Dr. Silfia Hanani, M.Si MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MELALUI INSTITUSI ADAT MINANGKABAU (SUATU UPAYA DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN BERBASIS PERSPEKTIF LOKALITAS DAN RELIGIUS) Dr. Silfia Hanani, M.Si ABSTRACT In recent

Lebih terperinci

Dr. Silfia Hanani, M.Si

Dr. Silfia Hanani, M.Si MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MELALUI INSTITUSI ADAT MINANGKABAU (SUATU UPAYA DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN BERBASIS PERSPEKTIF LOKALITAS DAN RELIGIUS) Dr. Silfia Hanani, M.Si ABSTRACT In recent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh negara pada hakikatnya memberikan dampak buruk kepada perempuan. Maraknya kasus-kasus yang terjadi terhadap perempuan seperti

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kabupaten Malang sering kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan dalam rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidik Polri dalam menjalankan tugasnya untuk membuat terang setiap tindak pidana yang terjadi di masyarakat adalah peran yang sangat penting terutama dalam

Lebih terperinci

PENELITIAN KAJIAN WANITA

PENELITIAN KAJIAN WANITA PENELITIAN KAJIAN WANITA KUPAS TUNTAS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA/DOMESTIC VIOLENCE (Studi Kasus Perempuan-Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Bandung) Selly Feranie,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia diawali dan pergerakan kaum perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang dalam perkawinannya menginginkan agar dapat membangun keluarga yang harmonis, damai dan bahagia karena saling mencintai. Sebuah keluarga yang harmonis menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini kita sebagai manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian, kita sebagai makhluk yang sosialis, tentunya membutuhkan proses saling tolong menolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk

Lebih terperinci

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan RINGKASAN Kekerasan dalam rumah tangga atau yang dikenal dengan KDRT sering terjadi walau telah dikeluarkan undang-umdang yang tujuannya melindungi perempuan dan dapat menyeret pelakunya ke meja hijau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan Indonesia tidak hanya memiliki pengaruh dalam keluarga, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam

Lebih terperinci

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR BAB I PENDAHULUAN "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, SALINAN BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 66 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN TERPADU PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan suatu negara dan bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan negara yang mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh seluruh pemerintahan yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman bahaya narkoba telah melanda sebagian besar negara dan bangsa di dunia. Kecenderungan peredaran narkoba sebagai salah satu cara mudah memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukkan bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN PERKAWINAN PADA USIA ANAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan dapat menimpa siapa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis, maka peneliti merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan aktif dalam upaya penanggulangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN PERKAWINAN PADA USIA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, baik di lingkup domestik (rumah tangga) maupun publik.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, baik di lingkup domestik (rumah tangga) maupun publik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan berbasis gender merupakan fenomena sosial yang ada sejak jaman dahulu dan semakin marak akhir-akhir ini. Bahkan kekerasan berbasis gender, semakin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

Lebih terperinci

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia 1) Rendahnya tingkat kualitas hidup perempuan Sejumlah penelitian mengungkapkan, ada banyak faktor penyebab kematian ibu melahirkan, namun penyebab utama adalah

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, perpustakaan memiliki peran sebagai wahana belajar untuk mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia

Lebih terperinci

PERAN NEGARA DAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN NEGARA DAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA PERAN NEGARA DAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 didefinisikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Meskipun telah ditetapkannya UU Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun kasus KDRT masih saja meningkat

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK PERAN KEPOLISIAN DALAM MELINDUNGI HAK ISTRI SEBAGAI KORBAN PENELANTARAN KELUARGA

NASKAH AKADEMIK PERAN KEPOLISIAN DALAM MELINDUNGI HAK ISTRI SEBAGAI KORBAN PENELANTARAN KELUARGA 1 NASKAH AKADEMIK PERAN KEPOLISIAN DALAM MELINDUNGI HAK ISTRI SEBAGAI KORBAN PENELANTARAN KELUARGA Disusun Oleh: HADI SPEEDIAN N P M : 09 05 10053 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Peradilan

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa Kota

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak.

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak. INTISARI Sebagai respon terhadap tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK KEKERASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam keluarga-keluarga ibu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam keluarga-keluarga ibu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai judulnya, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Peneliti menganalisis proses internalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha setiap bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa praktik

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTA PARIAMAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA 2017 PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017 I. LATAR BELAKANG Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah adalah tempat untuk membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Tempat pengayom bagi seluruh penghuninya dan juga sebagai tempat berlindung

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. GASTER, Vol. 4, No. 2 Agustus 2008 (260-267) ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. SUKOHARJO Maryatun, Wahyuni Dosen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu rumah tangga sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkawinan pada dasarnya merupakan manifestasi keinginan manusia untuk hidup berkelompok. Keinginan itu tercermin dari ketidakmampuan untuk hidup sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1

Lebih terperinci

PUBLICO JURNAL ILMU ADMINISTRASI ISSN:

PUBLICO JURNAL ILMU ADMINISTRASI ISSN: PUBLICO JURNAL ILMU ADMINISTRASI Diterbitkan oleh: Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Sumatera Utara Nanggroe Aceh Darussalam ISSN: 2541-6235 i PUBLICO JURNAL ILMU ADMINISTRASI Diterbitkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (STUDI KASUS POLRESTA SURAKARTA) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai

Lebih terperinci

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Oleh : Butje Tampi, SH., MH. ABSTRAK Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah di dalam masyarakat kadang masih menjadi tolak ukur kedewasaan. Setelah memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan sendiri, orang umumnya mulai berpikir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan pada penelitian ini, antara lain : 1. Penyebab kekerasan yang dialami pada masa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa terkait penelitian yang telah peneliti kaji dalam penyusunan skripsi ini, terdapat beberapa kesimpulan dari penjelasan

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan terhadap sesama manusia telah memiliki sumber atau alasan yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi gender. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci