Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan Kompetitif (Competitive anxiety) Definisi kecemasan kompetitif Kecemasan merupakan perasaan, afektif, keadaan tidak menyenangkan disertai dengan sensasi fisik yang mengingatkan seseorang terhadap bahaya yang akan datang (Freud, dalam Feist & Feist, 2010). Ketidaknyamanan yang dirasakan sering kali samarsamar dan sulit untuk ditentukan, akan tetapi rasa cemas itu sendiri selalu dirasakan. Kecemasan juga didefinisikan sebagai keadaan gelisah atau ketegangan yang penyebabnya tidak diketahui. Individu cenderung merasakan cemas ketika mereka mengalami peristiwa yang baru. (Rogers dalam Feist & Feist, 2010 ) Kecemasan kompetitif merupakan hasil dari kecemasan dasar atlet dalam mempersepsikan situasi kompetisi (Spielberger; Silva; Setyobroto, 2002). Cratty mengemukakan hasil peneltiannya yang membuktikan bahwa kecemasan berpengaruh besar terhadap kemungkinan penampilan atlet, yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap prestasinya (seperti dikutip dalam Setyobroto, 2002, hal. 90) Aspek-aspek kecemasan kompetitif Berdasarkan sumbernya, kecemasan dapat berasal dari kecemasan sesaat (Stateanxiety), dan kecemasan bawaan (Trait-anxiety). Spielberger (1985, Setyobroto, 2002) mendefinisikan State-anxiety sebagai keadaan emosional yang terjadi mendadak (pada waktu tertentu) yang ditandai dengan kecemasan, takut, dan ketegangan. Sedangkan Trait-anxiety, didefinisikan sebagai rasa cemas yang merupakan sifat-sifat pribadi individu. Berdasarkan komponennya, kecemasan dibagi menjadi dua, yaitu kecemasan kognitif (cognitive anxiety) dan kecemasan somatis (somatic anxiety) (Davies, 1989). Kecemasan kognitif adalah komponen mental kecemasan dan disebabkan oleh ketakutan akan hasil yang buruk tentang keberhasilan atau evaluasi diri yang negatif. Kecemasan somatik merefleksikan persepsi dari respon fisiologis terhadap stress psikologis (Davies, 1989). 9

2 Dimensi kecemasan kompetitif Smith, Smoll, Cumming, dan Grossbard, (2006), membuat pengukuran dengan membagi kecemasan kompetitif menjadi 3 dimensi, yaitu: Somatic, Worry, dan Concentration disruption. Aspek Worry, dan Concentration disruption merupakan aspek yang bersumber pada kecemasan kognitif. 1. Somatic Smith, Smoll, Cumming, dan Grossbard, (2006), mengindikasikan somatic dengan berbagai indeks autonomic arousal yang berpusat di perut dan otot. Somatic anxiety (kecemasan somatis) mengacu kepada perubahan fisiologi pada atlet. Gejala negatif seperti perasaan gugup, tekanan darah tinggi, tenggorokan kering, ketegangan otot, denyut jantung cepat, telapak tangan berkeringat, dan kupu-kupu di perut Anda (Parnabas, Mahamood, & Parnabas, 2013). 2. Worry Worry didefinisikan sebagai gagalnya usaha pemecahan masalah dimana bahaya berlangsung tanpa solusi yang pernah ditemukan (Mathews, dalam Khawaja, & Chapman, 2007). Worry dapat dimulai dengan pikiran-pikiran otomatis yang negatif. Proses berpikir ini dimulai dengan secara selektif fokus pada isyarat mengancam dan menafsirkan mereka dalam sebuah cara yang tidak realistis dan mengancam.worry diindikasikan dengan kekhawatiran tentang berkinerja buruk dan konsekuensi negatif yang dihasilkan (Smith, Smoll, Cumming, & Grossbard, 2006). Khawatir dibuktikan berkaitan dengan kepercayaan pemecahan masalah yang buruk, proses kognitif yang melibatkan kecenderungan untuk meragukan dan menurunkan rasa kemahiran seseorang, keberhasilan dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Davey, dalam Khawaja & Chaoman, 2007). 3. Concentration disruption Concentration disruption mengindikasikan kesulitan dalam berfokus pada isyarat tugas yang terkait (Smith, Smoll, Cumming, & Grossbard, 2006). Concentration disruption sangat erat hubugannya dengan aspek sosial, hal ini disebabkan karena Concentration disruption dapat diprediksi oleh tindakan dan

3 11 pikiran yang melibatkan lingkungan sekitar kita (Podlog, Lochbaum, Kleinert, Dimmock, Newton, & Schulte, 2013) Faktor yang menimbulkan kecemasan kompetitif Allison (dalam Athan & Sampson, 2013) mengklasifikasikan faktor yang mendasari kecemasan pra-kompetitif sebagai berikut: a. Keluhan fisik (Physical Complaint): gangguan pencernaan, gemetar dan menguap. b. Takut akan kegagalan (Fear of Failure): Kekalahan, tersedak, dan bergantung dengan harapan dan membuat kesalahan. c. Perasaan tidak mampu (Feeling of Inadequacy): Pengkondisian yang buruk, ketidaksiapan, keterampilan / kemampuan yang rendah dan merasakan sesuatu yang salah. d. Kehilangan kontrol (Lose of Control): Tidak beruntung, wasit yang buruk dan cuaca tidak tepat. e. Rasa bersalah (Guilt): Kekhawatiran tentang menyakiti lawan dan kecurangan. 2.2 Kesadaran Perubahan Diri (Self-change Awareness) Definisi kesadaran perubahan diri Eibach, Libby dan Ehrlinger, (2012) mendefinisikan perubahan di dalam diri (changes in the self atau self-change) sebagai perubahan yang terjadi didalam diri si penerima yang mengubah persepsi mereka tentang dunia. Sementara kesadaran diri (self-awareness) didefinisikan sebagai kemampuan untuk memusatkan perhatian ke dalam dan mempelajari diri seolah-olah melihat ke dalam cermin (Ashley & Reiter- Palmon, 2012). Berdasarkan pendefinisian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran perubahan diri adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian ke dalam dan mempelajari diri akan perubahan yang terjadi dalam penerimaan seseorang tentang pandangannya atau persepsinya (Ashley & Reiter-Palmon, 2012; Eibach, Libby, & Ehrlinger, 2012)

4 Aspek-aspek kesadaran perubahan diri Menurut Ashley & Reiter-Palmon (2012), kesadaran diri dapat dilihat melalui 5 aspek, yaitu: a. Self-critical: pengenalan atas standar internal atau eksternal b. Insight: kefektifan pencapaian kesimpulan c. Reflection: pengenalan atribut atau kemampuan positif dan negatif seseorang d. Feedback: keinginan untuk berpikir introspektif e. Performance Indifference: keinginan untuk secara akurat mendeteksi kesenjangan dalam perilaku, sifat dan kemajuan tujuan pribadi Faktor yang mempengaruhi perubahan diri Kecenderungan salah menganggap perubahan di dalam diri sebagai perubahan di dunia dipengaruhi oleh dua bias mendasar (Eibach, Libby dan Ehrlinger, 2012): a. Interpretasi naïf realis akan pengalaman perseptual. b. Teori intuitif dari stabilitas diri Dampak kesadaran perubahan diri Jika seseorang tidak menyadari perubahan dalam dirinya, maka ia tidak dapat memperhitungkan ketika ia hendak mencoba untuk menjelaskan perubahan dalam persepsinya (Eibach, Libby, & Gilovich, 2003). Sehingga perubahan itu dikaitkan dengan dunia luar. Namun, ketika seseorang menyadari perubahan dalam dirinya, mereka mungkin tidak mengenali bagaimana perubahan tersebut telah mempengaruhi persepsi mereka akan dunia di sekitar mereka. 2.3 Respon dan Persepsi Terhadap Peristiwa Pengubah (Response and perception to Change-events) Definisi peristiwa pengubah Alfermann dan Stambulova (Samuel dan Tenenbaum, 2011) menggambarkan transisi dalam olahraga sebagai fase perubahan yang menantang atlet dalam berbagai tuntutan yang berkaitan dengan praktek, kompetisi, komunikasi, dan gaya hidup yang membutuhkan coping yang efektif agar dapat terus berhasil terlibat dalam olahraga. Mereka mengakui adanya transisi normatif dan terprediksi (misalnya, dari junior ke

5 13 tingkat senior) maupun jenis transisi non-normatif dan kurang dapat diprediksi (misalnya, cedera, perubahan pelatih atau tim). Samuel dan Tenenbaum (2011) mendefinisikan peristiwa pengubah sebagai transisi atau peristiwa yang menimbulkan perubahan pada keadaan yang sudah ada dari karir atletik individu, dimana membutuhkan coping yang efektif. Peristiwa ini menghasilkan 2 reaksi: a. Respon: Reaksi afektif dan perilaku yang menunjukkan dampak stres. b. Persepsi: Reaksi yang melibatkan interpretasi dan estimasi dampak dari peristiwa. Maka dapat didefinisikan bahwa respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah sebagai reaksi afektif dan perilaku yang melibatkan interpretasi serta estimasi dampak dalam peristiwa yang menimbulkan perubahan pada keadaan yang sudah ada dari karir atletik individu (Samuel & Tenenbaum, 2011). Ketika peristiwa pengubah muncul, atlet mulai menilai situasi baru dan mempertimbangkan sumber daya yang ada untuk mengatasi dan solusi potensial. Elaborasi kognitif ini biasanya menghasilkan keputusan strategis tentang bagaimana awalnya menanggapi perubahan (Samuel, 2009) Faktor yang mempengaruhi peristiwa pengubah Stambulova (dalam Samuel & Tenenbaum, 2011) mengidentifikasi 3 tipe krisis yang dapat mempengaruhi peristiwa pengubah: a. Terkait usia: masalah yang muncul ketika seorang individu bertambah dewasa dan dan secara alami berkembang dalam hidup. b. Terkait karir olahraga: masalah yang muncul karena karir atlet, seperti saat mengalami transisi dari atlet amatir menjadi atlet profesional. c. Terkait situasi: krisis hubungan yang muncul antara rekan satu tim atau dengan pelatih. 2.4 Perbandingan Sosial (Social Comparison) Definisi perbandingan sosial Festinger (dalam Corcoran, 2011) menyatakan bahwa individu memiliki kebutuhan dasar untuk mempertahankan kestabilan dan keakuratan citra dirinya. Oleh

6 14 karena itu dibutuhkan umpan balik yang informatif tentang dirinya. Social comparison merupakan gagasan bahwa kita mempelajari kemampuan dan sikap kita sendiri dengan membandingkannya terhadap orang lain (Aronson, Wilson, & Akert, 2014). Hogg dan Vaughan (2008), mendefinisikan perbandingan sosial sebagai membandingkan perilaku dan pendapat dengan orang lain untuk menetapkan cara berpikir dan berperilaku yang benar atau disetujui secara sosial. Individu memutuhkan rasa percaya akan kebenaran dari persepsi, sikap, perasaan dan perilakunya Ciri-ciri perbandingan sosial Individu akan membandingkan dirinya dengan orang lain ketika tidak ada standar untuk mengukur diri sendiri dan seseorang merasa tidak yakin dengan dirinya sendiri pada bidang tertentu (Aronson, Wilson, & Akert, 2014). Melakukan perbandingan sosial tidak dilakukan dengan melihat siapa aja, dengan siapa individu melakukan perbandingan sosial tergantung pada tujuan dari individu tersebut dalam melakukan perbandingan sosial Arah perbandingan sosial a. Upward social comparison Membandingkan diri dengan orang-orang yang lebih baik daripada kita berkaitan dengan sifat atau kemampuan tertentu (Aronson, Wilson, Akert, 2014). Untuk meningkatkan diri sendiri, dibutuhkan informasi dan petunjuk tentang cara untuk maju. Pada titik ini individu mencari perbandingan dengan standar yang lebih tinggi - orang lain yang lebih baik dari diri mereka sendiri. b. Downward social comparison Terkadang seorang individu tidak mencari umpan balik yang akurat tentang diri mereka sendiri, melainkan untuk menciptakan dan mempertahankan citra diri yang positif. Sebuah kegagalan yang dilakukan dapat terlihat sebagai sebuah keberhasilan jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki performa yang tidak lebih baik dari kita. Downward social comparison, membandingkan diri dengan orang-orang yang lebih buruk daripada dirinya berkaitan dengan sifat atau kemampuan tertentu (Aronson, Wilson, Akert, 2014).

7 Student-athlete Student-athlete mengacu kepada partisipan dalam olahraga kompetitif terorganisir yang disponsori oleh lembaga pendidikan di mana ia terdaftar (Gerdy, 2000). Atlet mahasiswa biasanya harus menyeimbangkan peran sebagai mahasiswa penuh waktu dan atlet penuh-waktu. Perbedaan mendasar antara mahasiswa pada umumnya dengan student-athlete terletak pada keikutsertaan dari kedua pihak. Baik mahasiswa maupun student-athlete keduanya menjalani perkuliahan, akan tetapi yang satu mengikuti olahraga pada tingkat universitas yang melibatkan kompetisi dalam menjalaninya (Watt, & Moore, 2002). 2.6 Kerangka Berpikir Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Dewasa ini, dunia atlet menunjukan perkembangan yang sangat pesat, salah satunya dalam dunia sepak bola yang begitu banyak atlet yang dibayar dengan gaji yang menggiurkan. Tentunya dalam karir seorang atlet tidak stagnan tetapi fluktuatif (berubah-ubah). Atlet pun sangat dikaitkan dengan perubahan diri (self-change) dan kesadaran diri (Self-awareness) yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian ke dalam dan mempelajari diri akan perubahan yang terjadi dalam penerimaan seseorang tentang pandangannya atau persepsinya (Eibach, 2012; Ashley, 2012) dalam penelitian ini disebut dengan istilah Kesadaran Perubahan diri (Self-change awareness).

8 16 Kecemasan dan perubahan merupakan pembahasan yang akan peneliti bahas lebih lanjut. Individu cenderung tidak menyadari akan adanya perubahan dalam dirinya. Hal ini disebutkan bahwa, ketika individu menyadari adanya perubahan dalam dirinya, mereka cenderung melihat dunia dari sisi yang salah. Mereka cenderung menganggap bahwa mereka yang sekarang adalah diri mereka di masa lalu. Individu salah mengingat sikap mereka sebelumnya, misalnya, karena lebih konsisten dengan sikap mereka saat ini daripada yang sebenarnya terjadi (Eibach, 2003; 2012). Apabila seorang individu menyadari akan adanya perubahan didalam diri, maka individu tersebut dapat memiliki sense of control terhadap perubahan tersebut dan kecemasan yang dimilikinya terhadap perubahan akan lebih rendah. Sebaliknya, apabila seseorang tidak menyadari akan adanya perubahan didalam dirinya, maka ia tidak dapat menjelaskan perubahan pada persepsinya. Individu yang tidak menyadari akan adanya perubahan, cenderung melihat bahwa dunia lah yang berubah, tanpa menyadari bahwa dirinyalah yang berubah (Eibach, 2003). Seorang atlet umumnya akan menghadapi berbagai jenis transisi dan perubahaan yang mengganggu dalam karir mereka. adanya istilah atlet status quo menggambarkan intensitas arus dengan kualitas keterlibatan seorang atlet (Keane, dalam David, 2011). Intensitas arus menunjukan bahwa adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi suatu perubahan dalam karir seorang atlet, sedangkan kualitas keterlibatan seorang atlet menunjukan adanya faktor individu yang ada dalam diri atlet yang akan mempengaruhi karir seorang atlet. Ada banyak peritiwa pengubah yang dialami oleh atlet. Beberapa peristiwa pengubah terjadi karena dipengaruhi oleh disiplin olahraga yang diikuti dan tingkat kompetitif dari atlet itu sendiri. Sebuah peristiwa pengubah memiliki potensi untuk mengganggu keadaan tetap atlet dan hal ini dapat mempengaruhi baik stabilitas kognitif maupun emosional. Peristiwa pengubah dapat bersifat positif atau negatif, dan keduanya berpotensi menimbulkan kekhawatiran dalam mengatasinya (coping). Transisi pada atlet akan menantang seorang atlet untuk terus berlatih, bersaing, komunikatif, dan memiliki gaya hidup yang membutuhkan proses coping yang efektif agar berhasil terus dalam olahraga (Alfermann & Stambulova, dalam David, 2011). Dalam melakukan coping terhadap peristiwa pengubah, atlet dapat memutuskan untuk menghadapi peristiwa tersebut atau menghindarinya. Apabila ia memutuskan untuk

9 17 menghadapinya, maka ia dapat terus melakukan evaluasi atas pilihan-pilihan yang mungkin dilakukannya. Dengan memiliki pengalaman terhadap peristiwa pengubah, atlet dapat memiliki sense of control akan situasi yang dihadapinya, serta memungkinkan mengurangi kecemasan akan adanya peristiwa perubahan mendatang. Di sisi lain, apabila atlet memutuskan untuk tidak menghadapi peristiwa pengubah dan menghindarinya, atlet juga akan menghindari informasi lebih lanjut yang dapat diterimanya mengenai peristiwa ini. Dengan menghindari peristiwa pengubah, maka atlet juga menghindari proses psikologis dan tidak dapat memiliki sense of control akan situasi, serta kecemasan (Samuel, & Tenenbaum, 2011). Selain itu, persaingan yang ketat antar atlet pun menjadi sebuah momok bagi karir seorang altet, tak jarang seorang atlet disandingkan atau dibandingkan dengan atlet lainnya. Tidak hanya disandingkan oleh orang lain, individu pun sering kali membandingkan perilaku dan pendapat dengan orang lain untuk menetapkan cara berpikir dan berperilaku yang benar atau disetujui secara sosial (Hogg dan Vaughan (2008). Individu terus menerus terlibat dalam perbandingan sosial. Ketika seorang individu dihadirkan sebuah informasi mengenai dirinya, ia akan berusaha mencari feedback mengenai karakteristik dan kemampuan dirinya. Terkadang seseorang tidak mencari informasi akurat mengenai dirinya, akan tetapi hanya berusaha untuk membuat atau menjaga pandangan individu lain tentang dirinya. Membandingkan diri dengan individu lain dapat dilakukan dengan secara sengaja. Apabila kita berusaha membandingkan diri dengan individu yang memiliki kemampuan lebih dari kita, ketidakpuasan dan rasa iri juga dapat muncul karena pebandingan dengan individu yang lebih hebat. Jika tindakan membandingkan diri dengan individu yang dianggap lebih baik dari diri ini terus atau sering dilakukan, dapat diperkirakan bahwa individu akan terus dibayang-bayangin oleh sosok yang dianggapnya lebih hebat, dan hal ini dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu tersebut. 2.7 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis null (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang akan dijabarkan sebagai berikut:

10 18 Ho 1 : Kesadaran tentang perubahan diri tidak mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 2 : Respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah tidak mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 3 : Perbandingan sosial tidak mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 4 : Kesadaran tentang perubahan diri, respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah, dan perbandingan sosial secara bersama-sama tidak mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 5 : Kesadaran tentang perubahan diri tidak mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 6 : Respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah tidak mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 7 : Perbandingan sosial tidak mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 8 : Kesadaran tentang perubahan diri, respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah, dan perbandingan sosial secara bersama-sama tidak mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student- athlete. Ho 9 : Kesadaran tentang perubahan diri tidak mampu memprediksikan dimensi Concentration disruption dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 10 : Respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah tidak mampu memprediksikan dimensi Concentration disruption dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 11 : Perbandingan sosial tidak mampu memprediksikan dimensi Concentration disruption dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ho 12 : Kesadaran tentang perubahan diri, respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah, dan perbandingan sosial secara bersama-sama tidak mampu memprediksikan dimensi Concentration disruption dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ha 1 : Kesadaran tentang perubahan diri mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student athlete.

11 19 Ha 2 : Respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student-athlete Ha 3 : Perbandingan sosial mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ha 4 : Kesadaran tentang perubahan diri, respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah, dan perbandingan sosial secara bersama-sama mampu memprediksikan dimensi Somatic dari kecemasan kompetitif pada student-athlete Ha 5 : Kesadaran tentang perubahan diri mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ha 6 : Respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ha 7 : Perbandingan sosial mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ha 8 : Kesadaran tentang perubahan diri, respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah, dan perbandingan sosial secara bersama-sama mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete Ha 9 : Kesadaran tentang perubahan diri mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ha 10 : Respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete Ha 11 : Perbandingan sosial mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete. Ha 12 : Kesadaran tentang perubahan diri, respon dan persepsi terhadap peristiwa pengubah, dan perbandingan sosial secara bersama-sama mampu memprediksikan dimensi Worry dari kecemasan kompetitif pada student-athlete.

12 20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika akan mengikuti sebuah kompetisi, sudah sepantasnya apabila seorang atlet melakukan latihan rutin sebagai persiapan dalam menghadapi pertandingan. Secara bertahap,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian berlangsung selama 2 minggu 4 hari, mulai dari tanggal 1 hingga 18 Januari 2015, diperoleh 83 responden yang merupakan student-athlete dari berbagai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA Oleh : YOCE REZA FREDIAN RAVAIE RA. RETNO KUMOLOHADI. FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tim yang berkembang dalam masyarakat saat ini salah satunya adalah bolabasket. Olahraga bolabasket sudah mengalami banyak perubahan dari pertama lahirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang mempunyai berbagai manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang KECEMASAN DALAM OLAHRAGA Nur Azis Rohmansyah PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang nurazisrohmansyah30@gmail.com Abstrak Kecemasan merupakan gejala psikologis yang ditandai dengan rasa khawatir, gugup,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal

Lebih terperinci

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANXIETY Oleh : Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OLAHRAGA Kegiatan yang melibatkan aspek mental atau aspek psikis Man in Movement Proses Psiko-fisik A. Ketegangan &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental seseorang. Olahraga bisa dilakukan oleh setiap orang, baik tua atau muda, lakilaki maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masalah nasional dari kalangan pengusaha dan para ahli yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masalah nasional dari kalangan pengusaha dan para ahli yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, masalah buruh atau tenaga kerja selalu menjadi bahan pembicaraan yang hangat dan merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Sebagian besar manusia pernah mengalami kecemasan yang sangat besar atau melampaui akal sehat hingga merasa tidak sanggup menghadapi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). Seseorang mengalami kecemasan ketika mereka menjadi waspada terhadap keberadaan atau adanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya wanita mengatakan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang luar biasa untuk wanita, dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. kepercayaan diri adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. kepercayaan diri adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan diri Ignoffo (1999) secara sederhana mendefenisikan kepercayaan diri berarti memiliki keyakinan terhadap diri sendiri. Menurut Neill

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Regulasi Emosi 2.1.1 Definisi Regulasi Emosi Regulasi emosi mempunyai beberapa definisi dari para ahli. Menurut Shaffer, (2005), regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi 1. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan penjabaran dari data yang diteliti dan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan emosi Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan maupun saat bertanding. Menurut Suranto (2005, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah satunya, rasa ini timbul akibat perasaan terancam terhadap

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan latihan fisik, teknik, taktik yang baik tetapi juga latihan mental. Perkembangan latihan mental baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Selvi Rajuati Tandiseru 1 selvitandiseru@yahoo.co.id Pendahuluan Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin hari semakin modern didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian anak sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, setiap anak berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Olahraga bola basket merupakan salah satu dari banyaknya olahraga permainan, karena ada alat atau objek yang digunakan untuk bermain yaitu bola dan aktivitas bermain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss). BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data Univariat Usia responden merupakan salah satu karakteristik responden yang berkaitan dengan pengalaman dan daya berpikir seseorang, Semakin bertambah umur seseorang cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai tuntutan kebutuhan baik itu kebutuhan secara fisik-fisiologis maupun sosial-biologis, oleh sebab itu manusia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA Oleh: KOMARUDIN FISIK TEKNIK PRESTASI TAKTIK MENTAL PSIKOLOGI OLAHRAGA KONSEP PSIKOLOGI OLAHRAGA Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL

KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: DIMAS CESAR DHARMAWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang penting untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap negara sangat membutuhkan sumber daya manusia berkualitas, siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING. Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG)

KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING. Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG) KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG) ABSTRAK Kecemasan sebagai salah satu kajian psikologis yang unik dan menarik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah yang penting dalam usaha pembangunan bangsa adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,olahraga yang selama ini masih bisa dipandang untuk

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial, yang mana saling membutuhkan satu sama lain. Manusia terlahir ke dunia ini dituntut agar dapat hidup berorganisasi. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan disertai berbagai keluhan fisik. Atkinson (2001) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan disertai berbagai keluhan fisik. Atkinson (2001) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pernah merasakan kecemasan dalam hidupnya, misalnya cemas menghadapi masalah, cemas saat menghadapi ujian, dan lain-lain. Kecemasan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Nevid, dkk (2005) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, maka pada tahun 2003 pemerintah menetapkan untuk mengganti EBTANAS dengan UAN. Melalui menteri Pendidikan

Lebih terperinci

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE 1. Psikologis, ditunjukkan dengan adanya gejala: gelisah atau resah, was-was atau berpikiran negatif, khawatir atau takut, merasa akan tertimpa bahaya atau terancam,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian diperlukan dalam satu penelitian karena desain penelitian dapat menjadi pegangan yang lebih jelas dalam melakukan penelitiannya. Design

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu dengan tingkat yang berbeda - beda. Kecemasan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan yang sudah dikenal dan biasa dilakukan oleh setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan, seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN Munfi atur Rofi ah (09410176) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan gangguan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 52 LAMPIRAN A Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 53 LAMPIRAN A-1 Data Try Out KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS 54 55 LAMPIRAN A-2 Data Try

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru, memiliki harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik serta dapat mengatasi hambatan yang ada. Kemampuan

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Kecemasan : Kecemasan (anxiety) dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusianya bisa berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan pada dasarnya menyertai di setiap kehidupan manusia terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Sebenarnya kecemasan

Lebih terperinci

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara 1. Pengertian Kecemasan Berbicara Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kekhawatiran yang mengeluh bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik

Lebih terperinci

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Tidak adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik komunikasi verbal,

Lebih terperinci

MENTAL TRAINING UNTUK PELARI

MENTAL TRAINING UNTUK PELARI 1 MENTAL TRAINING UNTUK PELARI Pengantar Setiap atlet dalam pertandingan selalu berjuang dengan dirinya sendiri dan orang lain dan lingkungan disekitar pertandingan itu, dan selalu menghadapi sikap-sikap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita 1. Defenisi Wanita Murad (dalam Purwoastuti dan Walyani, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instinktif

Lebih terperinci

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan 1 Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan Indra Darma Sitepu E-mail: pieblux@gmail.com Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan

Lebih terperinci