VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI
|
|
- Ivan Irwan Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI 6.1 Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih Kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan petani penangkar benih di sekitar lokasi perusahaan difokuskan pada beberapa desa di tiga kecamatan yang merupakan daerah binaan PT. SHS yaitu kecamatan Ciasem, kecamatan Blanakan dan kecamatan Patokbeusi. Empat desa di kecamatan tersebut yang menjadi lokasi lahan milik PT. SHS, yaitu desa Ciasem Girang, desa Gempol Sari, desa Rawa Mekar dan desa Pinang Sari menjadi desa kontrak HGU, dimana para petani di keempat desa tersebut diutamakan untuk menjadi petani mitra. Selain keempat desa tersebut, terdapat desa-desa di luar kontrak HGU yang merupakan desa penyangga, yaitu desa Tambak Jati, desa Sukahaji, desa Cilamaya Hilir, desa Blanakan, desa Ciasem Hilir, desa Rancamulya, dan desa Sukamandi Jaya. Lahan yang dimiliki oleh PT. SHS seluas 3.15,65 hektar merupakan tanah negara yang diberikan pada PT. SHS untuk dikelola terutama untuk menghasilkan benih berkualitas yang memenuhi kebutuhan benih bersertifikat nasional. Luasnya lahan yang harus dikelola oleh PT. SHS tidak sebanding dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh PT. SHS. Keterbatasan SDM menjadi salah satu masalah, sehingga kemitraan dengan petani sekitar menjadi solusi yang paling tepat. Pada musim tanam 21/211 dari seluruh luas lahan PT. SHS, seluas 2.283,15 hektar disewakan untuk diolah petani mitra dan 867,5 hektar lahan digunakan untuk kegiatan swakelola, penelitian dan Trap Border System (TBS). Kegiatan swakelola meliputi penanaman padi inbrida, penanaman padi hibrida, dan penanaman benih sumber. Pada musim tanam 21/211 seluruh lahan kerjasama digunakan untuk menanam padi inbrida. Selain swakelola dan kerjasama dalam, untuk memenuhi target produksi, PT. SHS melakukan kerjasama luar dengan kelompok tani atau gapoktan, seperti di Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Indramayu. PT. SHS membeli gabah hasil panen dari kelompok tani tersebut,
2 dimana benih sumbernya berasal dari PT. SHS. Setiap musimnya kontrak kerjasama luar dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan PT. SHS. Tabel 2. Pembagian Areal Lahan PT. SHS Cabang Khusus Sukamandi Musim Tanam 21/211 Areal Swakelola (Ha) Kerjasama (Ha) Jumlah (Ha) I. Areal Kebun 1. Padi Inbrida - Inpari 1 199,6 113,3 312,63 - Situbagendit - 19,3 19,3 - Ciherang 335, , ,69 - Inpago 3 SHS 128,29-128,29 - Cigeulis - 2,2 2,2 - Inpara 3-46,54 46,54 - Inpari 13 39,77-39,77 - Mekongga - 46,99 46,99 - IR64-27,46 27,46 Sub Jumlah 73, , ,6 2. Padi Hibrida - SL-8SHS 5,97-5,97 - Perb. Restorer 1,13-1,13 Sub Jumlah 7,1-7.1 Jumlah Areal Kebun 71, , ,7 II. Areal Lain-lain 1. Benih Sumber 11,61-11,61 2. Penelitian 13,97-13,97 3. TBS 3, - 3, Jumlah Areal Lain-lain 156,95-156,95 Jumlah Areal PT. SHS 867, , ,65 Sumber: PT. Sang Hyang Seri,
3 Kemitraan yang berlangsung antara PT. SHS dengan petani mitra merupakan kemitraan inti plasma. Sebagai perusahaan inti, PT. SHS menyediakan lahan sewa untuk digarap oleh petani, memberikan bantuan modal biaya panen, pinjaman sarana produksi dan benih sumber, serta memberikan pembinaan dan pendampingan bagi petani mitra. Sedangkan para petani berhak mengelola lahan yang disediakan oleh PT. SHS dan berkewajiban untuk menyerahkan hasil panennya kepada PT. SHS sesuai kebutuhan dan permintaan PT. SHS. Pada awalnya, sewa lahan dilakukan dengan membayar uang sewa setiap musimnya. Namun kemudian sejak tahun 23, sistem pembayaran tersebut berubah menjadi sistem bagi hasil karena banyaknya kejanggalan seperti penarikan biaya sewa oleh oknum diluar petugas. Bagi hasil yang dibebankan kepada petani sebesar 1.2 kg per hektar dan diambil ketika panen. 6.2 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama yang dapat diperbaharui setiap musimnya. Untuk memulai kemitraan, petani mengajukan surat permohonan usulan penggarapan. Pada surat tersebut terdapat jumlah lahan yang diminta oleh petani. PT. SHS memberikan syarat maksimal 2 hektar lahan untuk setiap petani. Selanjutnya PT. SHS melakukan evaluasi, apakah petani tersebut layak untuk menjadi petani mitra. Apabila petani tersebut telah layak, maka PT. SHS akan mengeluarkan surat pengabulan yang harus ditandatangani oleh kepala desa. Kemudian dilakukan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama antara PT. SHS dengan petani mitra. Lahan kerjasama PT. SHS dibagi ke dalam lima wilayah, dimana setiap wilayah dipegang oleh supervisor. Tugas supervisor adalah mengawasi, mengontrol, serta memberi penyuluhan kepada petani. Daftar pembagian areal lahan untuk musim tanam 21/211 dapat dilihat pada Tabel
4 Tabel 21. Pembagian Areal Lahan Kerjasama Musim Tanam 21/211 No Supervisor Blok Luas (Ha) 1 Edi Rohendi S1-S13 142,86 B1-B23 184,68 B31 2,55 L2AB-L6 25, BLC 81,45 B2-B14 55,79 L1-L7 59,41 LK1-LK4 59,73 S21-S22B 13,5 Sub Jumlah 624,97 2 Sunarja, A.Md LK5-LK25 114,65 LK6-LK1 15,71 LK27-LK51 147,14 LK4-LK46 46,99 L35-L45 15,37 S3-S31 12,32 S36-S4 51,75 L36-L52 87,38 Sub Jumlah 581,31 3 Rohali, A.Md PSK 172,57 SKJB 26,47 Sub Jumlah 379,4 4 Sugianto Uwan TGKB 31,52 Sub Jumlah 31,52 5 Aang Suharman, SP SKJT 92, TGKT 34,31 Sub Jumlah 396,31 Jumlah 2283,15 Sumber: PT. Sang Hyang Seri,
5 Pelaksanaan budidaya penangkaran benih padi oleh petani mitra diawasi oleh PT. SHS. Setiap kegiatannya mulai dari tebar, tanam hingga panen harus berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selama satu musim tanam, PT. SHS melakukan roguing sebanyak 3 kali, yaitu ketika (i) masa vegetatif, yaitu satu bulan setelah tanam, (ii) masa berbunga penuh, yaitu dua setengan bulan setelah tanam, dan (iii) fase pemasakan, yaitu dua minggu sebelum panen. Biaya roguing ditanggung oleh petani mitra sebagai biaya operasional yang wajib dibayar setiap musimnya. Petani mitra menyerahkan hasil panen dengan Surat Pengantar Hasil (SPH). SPH diperoleh setelah hasil panen melalui uji laboratorium, untuk menentukan kadar air serta kotoran dari hasil panen tersebut. Satu SPH mewakili satu kendaraan, yang berisi nama petani mitra, lokasi penanaman, luas lahan, tanggal panen, total hasil panen bruto, total hasil panen netto setelah dikurangi berat karung dan hasil panen, kadar air dan kotoran, serta harga yang ditetapkan untuk hasil panen tersebut sesuai dengan hasil laboratorium. Penimbangan dilakukan dua kali, pertama oleh petani sendiri, kemudian oleh perusahaan. SPH ditandatangani oleh petani mitra, supervisor dan supir kendaraan. Pembayaran hasil panen dilakukan berdasarkan kesepakatan sebelumnya, minimal satu minggu setelah penyerahan hasil panen, tergantung dari kemampuan perusahaan. Lama pembayaran menunggu pencairan dana perusahaan. 6.3 Surat Perjanjian Kerjasama Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara PT. SHS dengan petani menetapkan luas areal lahan serta lokasi atau blok yang akan dikelola oleh petani selama satu musim, dengan beberapa persyaratan atau ketentuan mengenai kegiatan pembinaan dan pengawalan teknis, pembayaran benih, pembayaran bagi hasil, pembayaran biaya operasional, kepemilikan hasil panen dan penjualan hasil panen, pengelolaan areal lahan, serta sanksi bagi pelanggaran. SPK berisi poin umum seperti Nomor SPK, tanggal penandatangan SPK, serta data pihak-pihak yang bermitra. Dalam SPK, PT. SHS dinyatakan sebagai Pihak Pertama dan petani mitra sebagai Pihak Kedua. Kesepakatan yang tercantum di dalam SPK diantaranya: 76
6 1. PIHAK PERTAMA, wajib melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA. 2. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar benih pokok sebanyak 25 Kg / Ha / Musim kepada PIHAK PERTAMA. 3. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar bagi hasil sebesar 1.2 Kg / Ha / Musim kepada PIHAK PERTAMA. 4. PIHAK KEDUA membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp. 13.,-/ Ha / Musim yang terdiri dari : Biaya Roguing, Sanitasi, Materai dan PHT. 5. PIHAK KEDUA berhak atas semua hasil panen dan memasukkan/menjual kepada PIHAK PERTAMA apabila dibutuhkan setelah dipotong kewajiban bagi hasil. 6. PIHAK KEDUA diwajibkan mengelola areal dengan baik dan tidak dipindah tangankan kepada orang lain maupun dijual belikan. 7. PIHAK KEDUA diwajibkan mematuhi ataupun mentaati persyaratan dan ketentuan yang berlaku di PT. Sang Hyang Seri (Persero) yang tidak tertulis dalam kontrak ini dalam hal pemanfaatan lahan. 8. PIHAK KEDUA bersedia diberhentikan sebagai petani kerjasama apabila tidak mengikuti ataupun mentaati aturan dan ketentuan yang ada. Di dalam Surat Perjanjian Kerjasama tidak disebutkan bahwa petani mitra wajib menjual seluruh hasil panennya kepada PT. SHS. Petani menjual kepada perusahaan ketika dibutuhkan. Jumlah benih yang dibeli oleh PT. SHS tergantung dari kebutuhan benih PT. SHS. Setiap musimnya, PT. SHS menargetkan jumlah produksi. Namun untuk memenuhi target produksi tersebut, peraturan tersebut diperkuat oleh peraturan tidak tertulis bahwa petani tidak diperbolehkan untuk menjual benih selain pada PT. SHS, kecuali untuk konsumsi, dimana jumlah hasil panen mereka masih dapat memenuhi target PT. SHS. Peraturan tidak tertulis lainnya yang telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah mengenai penetapan harga beli hasil panen, penetapan varietas, ketentuan luas lahan, penetapan tebar, tanam, panen, penyediaan sarana produksi, kerjasama pembasmian tikus, pembagian risiko budidaya, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen, serta jangka waktu pembayaran hasil panen. Dalam SPK, PT. SHS menerapkan 77
7 sanksi bahwa petani mitra akan diberhentikan apabila melanggar kesepakatan baik tertulis maupun tidak tertulis. Penerapan sanksi ini tidak serta merta dilakukan pada pelanggaran pertama. Sebelum diberhentikan, PT. SHS akan memberikan teguran terlebih dahulu kepada petani mitra. Apabila petani mitra tetap melakukan pelanggaran barulah kemudia diberhentikan sebagai petani mitra oleh PT. SHS. 6.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra diatur dalam suatu peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Peraturan tertulis terdapat dalam Kontrak Kerjasama yang berlaku untuk setiap musim. Peraturan tertulis maupun tidak tertulis mengatur hak dan kewajiban dari petani mitra maupun dari PT. SHS. Berdasarkan uraian hak dan kewajiban, dapat dievaluasi pelaksanaan kemitraan tersebut. Keenam belas poin kerjasama yang digunakan untuk mengevaluasi kemitraan ditentukan berdasarkan peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis. Poin-poin tersebut adalah pembinaan dan pengawalan teknis, pembayaran benih pokok, pembayaran bagi hasil, pembayaran biaya operasional, penjualan hasil panen, pengelolaan areal, sanksi terhadap pelanggaran aturan, ketentuan luas lahan garapan, penerapan jadwal tebar tanam panen, penyediaan sarana produksi, kegiatan pembasmian tikus, penerapan harga beli hasil panen oleh PT. SHS, pembagian risiko budidaya, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen dan pembayaran hasil panen. Secara ringkas, evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat dilihat pada matriks evaluasi, dimana dapat terlihat beberapa peraturan yang tidak berjalan sesuai perjanjian yang telah disepakati (Lampiran 3). Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra dilihat dari kesepakatan baik tertulis maupun tidak tertulis adalah: A. Peraturan Tertulis. 1. Pembinaan dan Pengawalan Teknis. PT. SHS diwajibkan untuk melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi. Pembinaan dan Pengawalan Teknis Produksi mewakili frekuensi kegiatan pembinaan serta pengawalan teknis yang dilakukan oleh PT. SHS serta menilai kualitas SDM yang dimiliki PT. SHS dalam memberikan 78
8 pembinaan dan pengawalan. Pembinaan dan pengawalan teknis dilakukan hampir setiap hari oleh PT. SHS. Hal ini cukup mudah dilakukan, karena lahan penangkaran benih padi merupakan milik PT. SHS dan berada di wilayah PT. SHS. Dari seluruh lahan milik PT. SHS dibagi menjadi lima wilayah, dimana setiap wilayah memiliki kepala wilayah atau supervisor. Kepala wilayah inilah yang berperan melakukan pembinaan dan pengawalan teknis. Petani di setiap wilayah pasti mengenal kepala wilayahnya, dan terjalin komunikasi yang baik, sehingga aliran informasi baik mengenai PT. SHS maupun mengenai budidaya dapat diterima oleh petani. Pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 2. Pembayaran Benih Pokok. Pembayaran benih pokok diatur di dalam kontrak, dimana petani mitra diwajibkan membeli benih pokok 25 kg per hektar per musim dari PT. SHS. Harga benih pokok pada musim tanam 21/211 adalah Rp 7.5 per kg. Pembelian benih pokok ke PT. SHS dimaksudkan untuk menjaga kualitas benih yang dihasilkan. Jenis varietas yang ditanam ditentukan oleh perusahaan. Petani diwajibkan untuk menanam padi sesuai dengan varietas yang ditentukan oleh PT. SHS. Hal ini berdasarkan banyaknya kebutuhan dari varietas padi itu sendiri. Varietas yang ditanam oleh PT. SHS pada musim tanam 21/211 adalah Inpari 1, Situbagendit, Ciherang, Inpago 3 SHS, Cigeulis, Inpara 3, Inpari 13, Mekongga dan IR64. Varietas Inpago 3 SHS dan Inpari 13 hanya dibudidayakan pada kegiatan swakelola. Sejauh ini, petani mitra selalu mematuhi ketentuan tersebut sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama. Walaupun sebenarnya banyak petani yang sudah mulai kurang menyukai varietas yang ditentukan oleh perusahaan. Beberapa petani menyatakan bahwa kini banyak varietas lokal yang lebih tinggi produktivitasnya. 3. Pembayaran Bagi Hasil. Sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK), petani mitra diwajibkan untuk membayar bagi hasil sebesar 1.2 kg per hektar per musim sebagai 79
9 biaya sewa atas lahan yang digunakan. Pembayaran dilakukan ketika panen dengan pemotongan hasil panen. Sejauh ini dalam pelaksanaannya petani mematuhi kesepakatan kerjasama tersebut. Menurut petani bagi hasil sebesar 1.2 kg per hektar per musim tidak memberatkan. 4. Pembayaran Biaya Operasional. Pembayaran biaya operasional diatur di dalam SPK. Biaya operasional terdiri dari biaya roguing, sanitasi, materai dan PHT. Biaya yang dikenakan adalah sebesar Rp 13., per hektar per musim dan dibayar setelah panen. Menurut petani biaya ini sudah cukup bahkan termasuk murah, dan sejauh ini petani mematuhinya. Sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 5. Penjualan Hasil Panen. Pada kontrak dinyatakan bahwa petani menjual dan memasukkan hasil panennya ke PT. SHS bila dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil panen yang dibeli oleh PT. SHS setiap musimnya tergantung dari kebutuhan PT. SHS. Setiap musimnya PT. SHS memiliki target produksi. Target inilah yang digunakan untuk menentukan berapa ton benih yang harus diserahkan petani mitra per hektarnya. Namun ditambahkan dalam peraturan tidak tertulis, bahwa petani diwajibkan menjual seluruh hasil panennya kepada PT. SHS karena kebutuhan benih yang tinggi. PT. SHS hanya mengizinkan petani mengambil hasil panen untuk konsumsi pribadi. Namun dalam pelaksanaannya banyak petani yang menjual sedikit hasil panennya ke tengkulak dengan alasan lebih cepat dalam pembayaran sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini kurang sesuai dengan kesepakatan kerjasama. Selain itu, penjualan di luar PT. SHS tidak menggunakan rafaksi harga, sehingga harga yang didapat bisa lebih tinggi dibandingkan di PT. SHS. 6. Pengelolaan Areal Lahan. Pengelolaan areal lahan diatur di dalam SPK. Petani diwajibkan untuk mengelola lahan sebaik-baiknya dan tidak diperbolehkan memindah tangankan tanpa diketahui oleh PT. SHS dan melalui prosedur yang telah ditetapkan. Sejauh ini peraturan ini diikuti oleh petani sehingga 8
10 pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama. Namun penggunaan pupuk kimia (anorganik) yang berlebihan oleh petani semakin menurunkan kualitas tanah. Kurangnya penggunaan pupuk organik semakin menyebabkan tanah menjadi tidak subur. 7. Sanksi Terhadap Pelanggaran Aturan. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam SPK, petani yang tidak mematuhi peraturan bersedia untuk diberhentikan dari kerjasamanya dengan PT. SHS. Namun sebelum diberhentikan, PT. SHS akan memberikan teguran terlebih dahulu. Sejauh ini, belum pernah ada petani mitra yang diberhentikan karena melanggar peraturan. B. Peraturan Tidak Tertulis 1. Ketentuan Luas Lahan Garapan. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh PT. SHS, maksimal luas lahan yang dapat disewa oleh petani adalah 2 hektar untuk setiap petani. Hal ini terutama karena luas lahan PT. SHS yang terbatas dan banyaknya petani yang berminat menjadi petani mitra. Peraturan ini pada dasarnya telah dipatuhi dan pelaksanaannya sesuai dengan kesepakatan kerjasama, namun terdapat beberapa petani yang tercatat menyewa lahan lebih dari 2 hektar. Menurut PT. SHS hal tersebut terjadi karena lokasi lahan yang tanggung dan biasanya berada di pinggir. 2. Penerapan Jadwal Tebar, Tanam, Panen. Penerapan kegiatan tebar, tanam, panen yang dilakukan oleh petani semuanya diatur oleh PT. SHS. Petani melaksanakannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh PT. SHS. Kelima wilayah memiliki waktu tebar, tanam dan panen yang berbeda. Hal ini bertujuan agar terjadi kontinuitas persediaan serta untuk mempermudah dalam panen, pengangkutan, dan pengelolaan setelah panen. Kapasitas pabrik PT. SHS kurang lebih 8 hektar per hari. Petani tidak dapat menentukan waktu tebar, tanam dan panen sesuai keinginannya. Sejauh ini pelaksanaan poin kerjasama telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 81
11 3. Penyediaan Sarana Produksi. PT. SHS menyediakan sarana produksi selain bibit seperti pupuk dan obatobatan dalam bentuk pinjaman. Namun menurut petani, pupuk dan obatobatan sering tidak tersedia ketika dibutuhkan. Selain itu, harganya lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga di kios. Hal ini disebabkan karena pupuk dan obat-obatan yang disediakan oleh PT. SHS merupakan pupuk dan obat-obatan yang tidak bersubsidi. Petani mitra tidak membeli pupuk dan obat-obatan di PT. SHS. Para petani lebih memilih untuk membeli di kios. Pelaksanaan poin kerjasama ini kurang sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 4. Kerjasama Pembasmian Tikus. Kerjasama pembasmian tikus atau yang dikenal dengan istilah gropyok tikus dilakukan oleh PT. SHS dengan petani karena banyak terdapat tikus di wilayah lahan PT. SHS. Gropyok tikus dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari rabu dan sabtu. Setiap petani wajib mengikuti kegitan gropyok tikus. Namun beberapa petani menyatakan jarang mengikuti gropyok tikus, terutama petani yang lahannya tidak diserang tikus sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini kurang sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 5. Penetapan Harga Beli Hasil Panen Oleh PT. SHS. PT. SHS melakukan penetapan harga berdasarkan survei pada tiga desa dan tiga varietas, yang sedang melaksanakan panen pada saat yang sama, kemudian diambil harga rata-rata. Hal ini dilakukan agar harga beli tidak berbeda jauh dengan harga di pasaran. Survei harga dilakukan seminggu sekali, sehingga harga benih berubah-ubah sesuai harga pasar. Apabila tidak ada pelaksanaan panen di desa sekitar, maka penetapan harga beli dilakukan dengan musyawarah, antara PT. SHS dengan perwakilan petani yang akan melaksanakan panen. Penetapan harga beli juga dipengaruhi oleh kadar air serta kotoran yang dikandung gabah hasil panen, dimana ketika musim kemarau kadar air normal yaitu 23 persen dan kadar kotoran 3 persen. Sedangkan pada musim hujan kadar air normal yaitu 25 persen dan kadar kotoran 5 persen. Kadar air serta kotoran ini membentuk rafaksi 82
12 harga. Petani merasa sedikit dirugikan dengan adanya rafaksi harga, namun hal ini dilakukan oleh PT. SHS untuk menjaga kualitas benih dan meningkatkan motivasi petani agar menghasilkan benih padi dengan kualitas yang bagus dan lebih memperhatikan kondisi benih ketika panen, agar kadar air dan kotoran sesuai dengan kriteria perusahaan. Pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 6. Pembagian Risiko Budidaya. Pembagian risiko budidaya tidak diatur dalam peraturan tertulis. Namun PT. SHS menyatakan bahwa risiko yang bersifat kelalaian manusia ditanggung oleh petani, sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, seperti bencana alam, iklim, cuaca dan serangan hama penyakit ditanggung bersama oleh petani mitra dan PT. SHS. Selama dua musim, yaitu pada musim tanam 29/21 dan musim tanam 21, PT. SHS mengalami puso atau gagal panen karena serangan hama wereng. PT. SHS tidak membebankan sepenuhnya kepada petani. Pembayaran bagi hasil selama dua musim tidak perlu dilakukan, namun tetap dibayarkan pada musim selanjutnya. Pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 7. Respon Terhadap Keluhan. Petani menyampaikan keluhannya kepada PT. SHS melalui kepala wilayah. Selanjutnya keluhan dilanjutkan ke bagian kebun, yaitu bagian yang bertanggung jawab terhadap kemitraan. Menurut petani, belum ada solusi nyata dari keluhan yang disampaikan, terutama mengenai keterlambatan waktu pembayaran hasil panen sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini kurang sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 8. Pengangkutan Hasil Panen. Pengangkutan hasil panen difasilitasi oleh PT. SHS dengan menyediakan truk. Namun biaya transportasi tetap ditanggung oleh petani, karena PT. SHS menerima hasil panen di perusahaan. Musim ini terdapat kendala, yaitu kurangnya jumlah truk pengangkut, sehingga banyak hasil panen yang terbengkalai dan dibiarkan saja di lahan hingga lebih dari tiga hari melewati jadwal sehingga tidak sesuai dengan kesepakatan kerjasama. 83
13 9. Pembayaran Hasil Panen PT. SHS tidak menyatakan secara pasti berapa lama jangka waktu pembayaran. Namun perusahaan menyatakan bahwa jangka waktu pembayaran maksimal kurang lebih satu bulan. Pada kenyataannya banyak petani yang mengeluhkan hal tersebut, karena pembayaran hasil panen bahkan pernah terjadi setelah musim tanam selanjutnya. Menurut PT. SHS pembayaran hasil panen menunggu pencairan dana. Pelaksanaan poin kerjasama ini tidak sesuai dengan kesepakatan kerjasama. Dari enam belas poin kerjasama terdapat enam poin yang pelaksanaannya belum sesuai dengan kesepakatan. Keenam poin tersebut adalah penjualan hasil panen, penyediaan sarana produksi, kegiatan pembasmian tikus, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen serta pembayaran hasil panen. 6.5 Kendala-kendala di Dalam Pelaksanaan Kemitraan Pelaksanaan kemitraan tidak selalu berjalan sesuai dengan kesepakatan karena banyak kendala-kendala yang ditemui di lapangan. Uraian kendala-kendala yang dihadapi petani mitra berdasarkan pendekatan poin kerjasama pada evaluasi kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 4. Kendala-kendala yang terjadi di dalam pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra diantaranya: 1. Kurangnya pertemuan rutin untuk pembinaan. 2. Masih terdapat petani yang menjual hasil panennya selain ke PT. SHS, karena pembayarannya yang lebih cepat dibandingkan bila menjual ke PT. SHS. 3. Banyaknya penggunaan pupuk anorganik yang menurunkan kesuburan tanah. 4. Kurangnya ketersediaan sarana produksi ketika dibutuhkan oleh petani. Selain itu harga sarana produksi yang cukup tinggi, karena bukan merupakan sarana produksi yang bersubsidi. 5. Masih terdapat petani yang tidak mengikuti kegiatan pembasmian (gropyok) tikus 6. Masih terdapat petani yang merasa bahwa rafaksi harga merugikan. 84
14 7. Belum adanya solusi nyata dari keluhan petani seperti keterlambatan pembayaran hasil panen. 8. Kurangnya sarana pengangkutan hasil panen. 9. Keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS 6.6 Manfaat Kemitraan Petani bergabung ke dalam kemitraan terutama agar memperoleh manfaat dari keberadaan kemitraan itu sendiri. Walaupun terdapat beberapa kendala di dalam pelaksanaan kesepakatan kerjasama, namun para petani masih merasakan manfaat dari kemitraan. Tabel 22. Manfaat Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Mitra Manfaat Kemitraan Jawaban Responden Persentase (%) 1. Modal a. Mendapatkan bantuan modal b. Tidak ada bantuan modal 3 1 Jumlah Kepastian Harga a. Harga tetap/stabil b. Harga berubah 3 1 Jumlah Pemasaran a. Mendapatkan jaminan pasar b. Tidak ada jaminan pasar 3 1 Jumlah Pendapatan a. Meningkatkan pendapatan b. Tidak ada pengaruh 3 1 Jumlah Pengetahuan a. Mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan b. Tidak ada pengaruh ,67 63,33 Jumlah Risiko a. Risiko usaha ditanggung bersama b. Tidak ada pengaruh 3 1 Jumlah
15 Berdasarkan jawaban responden, manfaat yang diperoleh petani dari pelaksanaan kemitraan, antara lain: 1. Mendapatkan Bantuan Modal Modal merupakan hal yang paling penting dalam pelaksanaan suatu usaha. Bantuan modal yang diberikan PT. SHS adalah bantuan biaya panen. 1 persen petani menyatakan dengan bergabung dalam kemitraan, mereka memperoleh bantuan modal panen. Bantuan pinjaman modal panen yang diberikan oleh PT. SHS sebesar Rp 1.5., per hektar per musim. 2. Mendapatkan Jaminan Pasar Salah satu manfaat yang dirasakan oleh seluruh petani adalah adanya jaminan pasar. 1 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan bermitra mereka tidak perlu mengkhawatirkan penjualan hasil produksinya, karena PT. SHS memberi jaminan pasar bagi petani mitra untuk menjual hasil produksinya. Karena adanya rafaksi harga, semua hasil panen akan tetap dibeli walaupun harganya mungkin lebih rendah. Selain itu, walaupun PT. SHS memiliki target, apabila petani ingin menjual seluruh hasil panennya, PT. SHS akan tetap membelinya. 3. Pendapatan Meningkat Meningkatnya pendapatan dirasakan oleh seluruh petani yang bermitra dengan PT. SHS. Sebanyak 1 persen petani mitra menyatakan walaupun banyak kendala serta permasalahan yang dihadapi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan menjadi petani mitra pendapatan mereka meningkat. Bahkan beberapa petani yang dulunya hanya bekerja sebagai petani buruh, kini dengan bermitra dapat memiliki lahan sendiri secara sewa dan mengelola lahannya sendiri. Bila hasil produksi mereka memenuhi standar kualitas PT. SHS maka pendapatan mereka lebih tinggi, karena harga beli lebih tinggi dibandingkan harga dipasaran. 4. Mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan bertani serta teknologi Sebanyak 36,67 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan bergabung di dalam kemitraan PT. SHS mereka mendapatkan tambahan 86
16 pengetahuan dan ketrampilan bertani melalui pembinaan yang dilakukan perusahaan. Walaupun begitu 63,33 persen responden petani menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan karena merasa sudah lebih mengetahuinya. Diantara keenam manfaat kemitraan, dua di antaranya tidak dirasakan oleh seluruh petani, yaitu kepastian harga dan pembagian risiko usaha. PT. SHS dalam menetapkan harga beli melakukan survei pasar, sehingga harga berubah-ubah setiap musimnya. Penerapan rafaksi harga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan harga. Harga beli tergantung dari kualitas benih yang petani hasilkan. Sedangkan untuk pembagian risiko budidaya, PT. SHS menyerahkan seluruh risiko budidaya untuk ditanggung petani, apabila memang berasal dari kelalaian manusia. Apabila kegagalan budidaya diakibatkan oleh bencana alam, maka perusahaan akan meringakan beban petani dengan tidak membayar bagi hasil pada musim tersebut. Namun bagi hasil tersebut tetap menjadi hutang dan harus dibayarkan pada musim selanjutnya, sehingga petani tidak merasakan adanya pembagian risiko budidaya. Sedangkan manfaat kemitraan yang dirasakan PT. SHS terutama adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan ketersediaan tenaga kerja. 87
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat
Lebih terperinciVII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN
VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan
Lebih terperinciVI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA
VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan
1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan
1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia
Lebih terperinciVI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.
VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemitraan 2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani
1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani
1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu
Lebih terperinci5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida
5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT
VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada
Lebih terperinciKebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung
12 Kebijakan PSO/Subidi Benih Untuk Padi, Kedelai dan Jagung I. Pendahuluan Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul dapat memberikan berbagai keuntungan, karena dapat meningkatkan produktivitas dan
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani
1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciBAB III LAPORAN PENELITIAN
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung
Lebih terperinciLampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)
LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA Oleh : Bambang Sayaka I Ketut Kariyasa Waluyo Yuni Marisa Tjetjep Nurasa PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu Negara, terutama Negara berkembang. Kekurangan pangan yang terjadi secara meluas di suatu Negara akan menyebabkan
Lebih terperinci1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN
1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani
Lebih terperinci2. Kabupaten Pontianak
BOKS 1. MONITORING APLIKASI TRICHODERMA PADA TANAMAN PADI DI KABUPATEN LANDAK, KABUPATEN PONTIANAK, KABUPATEN BENGKAYANG, KABUPATEN SAMBAS, DAN KABUPATEN KUBU RAYA Monitoring aplikasi Trichoderma dilaksanakan
Lebih terperinci1 SET A. INDIVIDU PETANI
1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan
Lebih terperinciTERCAPAINYA SWASEMBADA BENIH PADI UNGGUL BERSERITIFIKAT SEBAGAI SALAH SATU PENCIRI KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA TAHUN 2015
TERCAPAINYA SWASEMBADA BENIH PADI UNGGUL BERSERITIFIKAT SEBAGAI SALAH SATU PENCIRI KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA TAHUN 2015 Ir. Siti Nurianty, MM Kadistanhut Kab.Bogor Pemerintah Kabupaten Bogor
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA
Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. CV. Tunas Mekar Farm 5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler yang menerapkan sistem kemitraan pola inti
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan
Lebih terperinciVI. PELAKSANAAN KEMITRAAN
VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, agroindustri menjadi sebuah aktivitas ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperinciV. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana
V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani
Lebih terperinciBAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
75 BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1. identitas Karakteristik Karakteristik konsumen diperlukan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan karena bertujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman
DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Foto-Foto Penelitian... 81 xvi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas pembangunan Provinsi Bali sesuai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial
TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian
Lebih terperinciPEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU
Lebih terperincipelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.
pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan perusahaan. Keberadaan manajemen sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia saat ini dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan. Keberadaan manajemen sumber daya manusia sangat penting
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Demi memenuhi Hasil Evaluasi Program Peningkatan Produktivitas Gula Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala Madu yang turut
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN
VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan
Lebih terperinciEVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT
EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang) SKRIPSI AMELIA KARTIKA YUSTIARNI
Lebih terperinciUPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI
UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI Made J. Mejaya dan L. Hakim Puslitbang Tanaman Pangan Ringkasan Pada tahun 2017, sasaran produksi padi sebesar 80,76 juta ton GKG dengan produktivitas
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami
Lebih terperinciKEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN
KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN Retna Qomariah, Yanuar Pribadi, Abdul Sabur, dan Susi Lesmayati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan
Lebih terperinciKajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian
Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian PENDAHULUAN 1. Dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat di perdesaan, Departemen Pertanian memfokuskan
Lebih terperinciPERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015
PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015 Latar Belakang PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1
Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciBenih merupakan salah satu unsur pokok dalam usaha tani padi. Kebutuhan akan sarana tersebut semakin lama semakin meningkat
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benih merupakan salah satu unsur pokok dalam usaha tani padi. Kebutuhan akan sarana tersebut semakin lama semakin meningkat sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mempertahankan
Lebih terperinciBoks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU
Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap pangan yang cukup dan bermutu. Ketahanan pangan memiliki beberapa aspek diantaranya aspek
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor
Lebih terperinci1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN
GOL. LUAS LAHAN (m 2 ) 1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN ST.2003 ST.2013 PERUBAHAN RTUP RTUP (juta) (%) (juta) (juta) < 1000 9.38 4.34-5.04-53.75 1000-1999 3.60 3.55-0.05-1.45 2000-4999 6.82 6.73-0.08-1.23
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan
Lebih terperinciVII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG
VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas
Lebih terperinciVI ALOKASI PRODUK. Tabel 23. Sebaran Petani Berdasarkan Cara Panen di Kabupaten Karawang Tahun Petani Padi Ladang Cara Panen
6.1 Alokasi Produk (Hasil Panen) VI ALOKASI PRODUK Dari hasil pengamatan di lapangan, alokasi produk atau hasil panen baik petani padi sawah maupun petani padi ladang antara lain di antaranya: natura panen,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi. 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dampak Konversi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi 1. Konversi lahan sawah Kecamatan Mertoyudan Perkembangan luas lahan sawah dan produksi padi mengalami penurunan yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sembunglor merupakan sebuah desa yang terletak dalam cakupan wilayah Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Sembunglor itu desa yang amat kecil dan terpencil
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi yang tinggi untuk menghasilkan produk pertanian. Pendapatan negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal sebagai negara agraris dengan daerah untuk pertanian yang luas. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai potensi yang tinggi
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida
Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi
Lebih terperinciPENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI
Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang penduduk Indonesia bermata
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU
KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C
Lebih terperinciIII. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.
III. METODE PENELITAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni di lokasi pengamatan lapang yaitu di wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi
45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan merupakan sebuah istilah konsep kerjasama yang dikenal di Indonesia. Di negara lain terdapat tiga mekanisme dasar yang digunakan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
Lebih terperinciTanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan
Lebih terperincikarbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan.
I. PENDAHULUAN. Bagian terbesar dari penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalori pada karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan. Tiap orang rata-rata memerlukan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat
PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun
Lebih terperinciPOHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan
Lebih terperinci