BAB I PENDAHULUAN. dilihat dalam dimensi Rasisme yang dikenal dengan sistem apartheid. Sistem
|
|
- Hengki Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau jarak psikologis. Jarak sosial menunjukkan penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan terjadi diantara mereka. Secara definisi jarak sosial adalah sejauh mana orang bersedia untuk menerima dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Salah satu bentuk jarak sosial dapat dilihat dalam dimensi Rasisme yang dikenal dengan sistem apartheid. Sistem apartheid memisahkan masyarakat berdasarkan warna kulit, sehingga ada anggapan kulit putih lebih unggul dari pada kulit hitam (white supremy). System apartheid menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap individu dari golongan rasisme tersebut yang mengakibatkan ada diskriminasi. (Sunarto :2004). Menurut Edward T. Hall dalam (Sunarto 2004 ) jarak social merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dalam satu wilayah geogerafis yang berdekatan berbicara tetapi tidak saling menyentuh. Pemahaman lain menurut Dobb (1985) jarak sosial adalah perasaan tertentu yang memisahkan individu dari kelompok lain dengan suatu tingkat penerimaan tertentu (atribut yang melekat dalam diri mereka).jarak sosial melandasi adanya perbedaan hubungan antara 1
2 kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu. Apabila dalam hubungan sosial antara individu memiliki banyak kesamaan maka hubungan sosial yang berlansung diantara mereka dekat, sebalik apabila terdapat banyak perbedaan akan menimbulkan adanya jarak sosial dalam hubungan sosial yang terjalin. Jarak sosial dapat dilihat dalam dimensi suku atau etnis, agama dan ras. Perbedaaan dalam sosial budaya menyebabkan keberagaman dalam setiap elemen struktur masyarakat. Stratifikasi memperlihatkan adanya pembedaan dalam masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan, kekuasaan, pekerjaan, pendidikan dan lainnya. Indonesia dikenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya satu dalam perbedaan, seharus dapat dipedomani agar tidak ada perbedaan dalam masyarakat sehingga hubungan sosial yang terjalin dimasyarakat berjalan harmonis. Namun nyatanya masih banyak masyarakat yang membedakan-bedakan berdasarkan persamaan dan perbedaan sehingga menimbulkan adanya pengelompokan dalam hubungan sosial yang dikenal dengan jarak sosial.jarak sosial dalam masyarakat dalam dapat dihilangkan apabila sesama anggota masyarakat menghilangkan sikap etnosentrisme atau kesukuan sehingga tidak ada perbedaan dalam hubungan sosial yang berlangsung. Di masyarakat sendiri sebenarnya sudah terdapat ruang-ruang sosial yang dapat dijadikan sebagai sarana meminimalkan terjadinya jarak sosial diantara masyarakat, ruang sosial menjadi wadah tempat bertemu masing-masing anggota masyarakat dari berbagai elemen yang ada. Ruang sosial dalam penelitian ini merupakan wadah yang terbentuk secara alamiah dimasyarakat yang berfungsi mempertemukan seluruh elemen anggota masyarakat sehingga tercipta integritas. Ruang sosial dapat berupa tempat 2
3 beribadah seperi mesjid, gereja, kuil wihara dln. Selain itu dapat berupa ruang publik seperti taman, jalan raya, rumah sakit, rumah makan, dln.namun tidak jarang kehadiran ruang-ruang sosial dijadikan tempat yang membedakan antara golongan masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan ekonomi, suku, agama dan ras dan golongan. Pasar merupakan salah satu ruang sosial yang ada di masyarakat dimana tempat bertemu berbagai anggota masyarakat dari berbagai elemen sosial untuk melakukan transaksi jual-beli, namun saat ini pasar juga membedakan pengunjung yang dapat masuk kedalamnya berdasarkan kelas sosial. Saat ini perbedaan kelas sosial menjadi jurang pemisah antara masyarakat, dimana mayarakat digolongan menjadi tiga yaitu; masyarakat ekonomi rendah, masyarakat ekonomi menengah dan masyarakat ekonomi atas. Kota medan dengan luas wilayah Km 2 dengan jumlah penduduk 237,56 juta jiwa (BPS, 2013) dengan jumlah tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1.49 % per tahun. Tinggi angka pertumbuhan penduduk berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota khsusus dalam kegiatan sosial-ekonomi. Masyarakat akan berebut dalam bidang pekerjaan agar mendapatkan penghasilan yang besar sehingga harus mengalah pihak lawannya dengan meningkat pendidikan yang tinggi, dalam pencapaian dimenangkan oleh masyarakat kelas atas, sedangkan masyarakat kelas bawah dengan segala ketebatasnnya bekerja menjadi buruh atau pekerja kasar. Adanya perbedaan pekerjaan akan menyebabkan perbedaan penghasilan yang menciptakan masyarakat elite yang dapat memenuhi kebutuhan pokok serta kebutuhan akan barang mewah. Masyarakat elite memiliki kemampuan membeli lahan sehingga terjadi perebutan 3
4 lahan terjadi penyempitan lahan untuk pemukiman maupun diperuntukan pengembangan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang tidak mampu membeli lahan akan menempati kawasan yang tidak terpakai menciptakan berdirinya kawasan lingkungan kumuh. Pemukiman kumuh adalah suatu lingkungan pemukiman yang mengalami penurunan kualitas kehidupan fisik, budaya dan social sehingga tidak layak menjadi tempat tinggal. Pemukiman kumuh tidak jarang berdiri bersebelahan dengan pemukiman elite maupun gedung-gedung mewah. Salah satu berada di Kelurahan Hamdan kecamatan Medan Maimun terdapat kawasan kumuh yang dikenal dengan kampung Badur berada berdampingan dengan pemukiman masyarakat elite. Kebutuhan akan pemukiman semakin meningkat memunculnya fenomena gated community (kumunitas berpagar). Model Gated community memiliki ciri mempunyai tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses masuk dimana manusia tinggal dan melaksanakan kehidupannya. Fenomena gated community di kota kota menunjukkan pembatasan ruang yang sengaja dibuat untuk melambangkan pemisahan interaksi dengan masyarakat lain. Masyarakat yang tinggal dalam gated community cenderung menjalin hubungan sosial dengan masyarakat yang memiliki model hunian yang sama, walaupun hubungan yang terjalin antara masyarakat sekitar hanya berupa pertemuan selintas tanpa adanya ikatan emosional dalam berinteraksi. Perbedaan pemukiman juga berpengaruh dalam interaksi yang terjalin antara kedua kelompok yang berbeda. Adapun dampak langsung terhambatnya interaksi sosial karena membatasi diri dengan lingkungan sekitar. Peningkatkan kumunitas berpagar disebabkan karena adanya kesadaran yang terkonstruksi dalam 4
5 masyarakat bahwa jika mereka mengaku orang kaya maka harus membeli rumah dan tinggal di kawasan elite dan sebaliknya jika mereka mengindentifikasi tidak kaya maka mereka memilih kawasan menengah lainnya atau pun kawasan kumuh (slum settlement). Kesadaran yang sudah dimiliki menciptakan adanya segregasi yang membentuk adanya pengelompokkan dalam masyarakat.(jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/74/65). Segregasi sosial merupakan adanya perbedaan kehidupan yang seolah-olah harus benar dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi menciptakan adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan dalam struktur sosial di masyarakat.segregasi dapat digolongan menjadi dua bentuk yaitu segregasi yang terkonstruksi dan segregasi yang alami. Segregasi yang terkonstuksi yakni adanya kesadaran dalam masyarakat sehingga menciptakan segregasi. Masyarakat yang mengidentifikasi bahwa mereka kaya akan memilih bentuk hunian yang mencerminkan status sosial mereka, sedangkan segregasi yang terbentuk secara alami yakni pemisahan yang terjadi karena adanya keterpaksaan dalam masyarakat sehingga mereka memilih hidup mengelompok dalam satu kawasan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Berdasarkan hasil observasi langsung dilapangan menunjukkan kampung secara jelas adanya segregasi sosial antar kehidupan masyarakat kaya dan miskin. Segregasi yang terbentuk secara alami masyarakat memiliki kesadaran yang terkonstruksi mereka hidup mengelompok bersama anggotanya berdasarkan kesamaan. Masyarakat kaya atau elite dapat dilihat dalam penelitian dari bentuk dasar rumah terbut dari batu, berdinding tembok, berpagar dilengkapi kamera 5
6 pengintai (cctv) dan hampir setiap rumah memiliki garansi mobil serta setiap rumah memiliki bak sampah. Sedangkan masyarakat miskin tinggal dilahan yang tidak terpakai, berbahan dasar kayu dan papan, berada di pinggir sungai, masingmasing rumah memiliki bertangga, ukuran rumah yang sempit (satu ruangan menampung segala aktivitas), padat penduduk, sulit air bersih. Sejarah lahirnya kampung Badur berdasarkan penuturan salah seorang masyarakat yang tinggal di badur, ibu Poniah mengatakan kami sudah bertahuntahun tinggal di badur. Berawal dari ayah saya orang pertama yang membuka lahan disini, dulunya ini lahan kosong yang tidak terpakai kemudian kami dirikan rumah sampai saat ini sudah berdiri banyak rumah disini. Masyarakat badur dibedakan menjadi dua golongan yang dikenal dengan masyarakat badur bawah mereka yang menenpati rumah di tepi atau pinggir sungai dan mayarakat atas mereka yang mendirikan rumah di atas tanah. Dari segi pendidikan masyarakat Badur bawah didominasi tamatan SMP dan SMA kebanyakan bekerja dibidang jasa dan perdangan. Hal ini juga didorong oleh letak wilayah kampung Badur berada di pusat kota dikelilingi oleh gedunggedung perkantoran, perumahan elite, restoran, rumah sakit dan pusat perbelanjaan sehingga masyarakat mudah mencari pekerjaan. Kebanyakan mereka bekerja di sektor informal seperti ; pengemudi becak, pedagang kaki lima, buruh cuci, buruh bangun dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan masyarakat badur atas yang banyak bekeja di perusahaan sendiri, pemilik toko, pegawai swasta, PNS, guru dan sebagainya. 6
7 Mayoritas etnis yang menempati kawasan bawah kebanyakan terdiri dari suku minang, jawa, batak dan campuran. Sedangkan etnis masyarakat atas terdiri dari Padang, Jawa, Tionghoa, India dan campuran lainnya. Perbedaan suku atau enis menciptakan adanya keberagaman kebudayaan di kampung Badur, masingmasing anggota masyarakat harus memahami akan perbedaan nilai dan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang ada di Badur agar terbentuk kesatuan dalam keberaganm dikampung Badur. Hasil observasi langsung dilapangan yang menjadi salah satu ruang sosial yang dapat mempertemukan masyarakat bawah dan masyaraka atas hanyalah jalan yang sering dilewati masyarakat atas pada saat mereka hendak pergi keluar. Jalan menjadi sarana bertemu masyarakat Badur atas dan Badur, namun interaksi yang terjadi hanya tegur sapa saja tanpa ada interaksi yang intens. Akibat jarangnya masyarakat atas dan masyarakat bawah bertemu menyebabkan kurang kedekatan diantara mereka, serta sikap tertutup yang ditunjukkan masyarakat atas terhadap masyarakat bawah juga menyebabkan terjadinya perbedaan perlakuan dalam interaksi antara masyarakat atas dan masyarakat bawah.hal ini dapat terjadi karena kedua kelompok masyarakat memiliki memiliki latar belakang yang berbeda sehingga terjadi ketidaksesuaian dalam bersikap, bertutur kata, bahasa yang digunakan, nilai yang di pedomani, cara berpakaian, berpenampilan dan lain sebagainya. Jarak social yang melatarbelakngi ketidakevektifan dalam berinteraksi antara kedua kelompok masyarakat ini menyebabkan ketertarikan saya ingin melakukan penelitian mengenai jarak social masyarakat kumuh (slum area) dan masyarakat elite. Berdasarkan hal yang telah dikemukan di atas maka 7
8 peneliti mengangkat judul penelitian mengenai Jarak Sosial Masyarakat Kumuh Dan Masyarakat Elite 1.2 Perumusan Masalah Sebuah penelitian harus memiliki batasan batasan permasalahan yang harus diamati atau diteliti agar penelitian tersebut dapat terfokus dalam satu permasalahan yang dapat diselesaikn dan peneliti tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana jarak sosial dalam masyarakat elite dan masyarakat slum area? 2. Apa saja factor yang mempengaruhi terjadi jarak sosial antara masyarakat atas dan masyarakat pinggiran/kumuh? 1.3 Tujuan Penelitian Setelah merumuskan masalah yang akan diteliti pada sebuah penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian yang sejalan dengan perumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi jarak sosial masyarakat kumuh (slum area) dengan masyarakat menengah, masyarakat elite, serta menjelaskan factor yang bekontributif dalam penghambat interaksi social sehingga menimbulkan jarak social dalam kelompok masyarakat tersebut. 8
9 1.4 Manfaat Penelitian Mamfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapakan ketika sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Adapun yang menjadi maafaat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khusus nya mata kuliah Sosiologi Perkotaan serta hasil penelitian menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji persoalan yang terkait dengan penelitian ini. 2. Mamfaat praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi ketidakharmoninsa hubungan sosial yang terjadi antara kedua masyarakat yang berbeda secara status ekonomi,agama, dan suku agar dapat tercapai keharmonisan dalam hubungan sosial di masyarakat serta dapat dijadikan bahan rujukan dan saran bagi Pemerintah Kota Medan dalam menciptakan harmonisasi sosial masyarakat majemuk sehingga setiap kelompok masyarakat secara sosial budaya dan status sosial ekonomi berbeda dapat hidup berdampingan rukun dan damai. 1.5 Definisi Konsep Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual yang merujuk pada kenyataan yang nyata ke dalam empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna. 9
10 Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (suyanto,2005:49). Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : a. Masyarakat pemukiman kumuh yaitu kelompok masyarakat yang menempati daerah pemukiman kumuh disebabkan keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan. Pemukiman kumuh dalam penelitian berdiri diatas lahan yang bukan milik dan haknya tanpa izin dari pemiliknya. Pemukiman kumuh dalma penelitian ini terlihat dari bentuk huniannya, berbahan dasar kayu serta bertangga, berdiri di pinggir sungai, padat penduduk, memiliki ukuran 3x4 (satu ruangan menampung segala aktivitas) b. Masyarakat menengah yaitu kelompok masyarakat yang dapat memenuhi kehidupan ekonomi tanpa keterbatasan. Dalam penelitian ini masyarakat ekonomi menengah dilihat dari kondisi hunianya, berbahan dasar batu, berdinding semen, berpagar, berdiri di atas tanah milik pribadi. c. Masyarakat pemukiman elite yaitu kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi status sosial ekomoni di masyarakat. Masyarakat elite dalam penelitian ini dilihat dari bentuk huniannya berbahan dasar batu, berdinding batu, bepagar tinggi dilengkapi kamera cctv. d. Ruang sosial adalah suatu wadah yang terbentuk secara alamiah sebagai sarana untuk mempertemukan masyarakat dalam satu keadaan (setting) yang sama untuk menimbul rasa kebersamaan. Dalam penelitian ini yang 10
11 dijadikan sebagai ruang sosial yaitu; jalan, musola dan kegiatan kemasyarakat yang ada di badur. e. Interaksi sosial adalah hubungan timbale balik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam penelitian ingin dilihat pola interaksi yang terjadi antara masyarakat pemukiman pinggiran (slum area) dan pemukiman elite. f. Segregasi sosial adalah adanya pembeda yang seakan benar-benar harus dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi menciptakan adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan dalam struktur sosial di masyarakat. Segregasi dalam penelitian ini adanya bentuk pemukiman yang mengelompok antara masyarakat elite dan masyarakat kumuh. g. Disharmonisasi adalah pola hubungan interaksi antara individu dengan individu yang tidak berjalan harmonis. h. Jarak sosial adalah adalah perbedaan perlakuan sikap dan tindakan dalam suatu hubungan sosial karena adanya norma-norma yang mengatur dalam hubungan sosial tersebut. Jarak sosial melandasi adanya perbedaan hubungan antara kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu. 11
BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Badur merupakan permukiman yang berada di pinggiran sungai Deli di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun, Medan. Daerah pinggiran sungai, umumnya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang manusia ke arah yang lebih rasional. Perubahan arus yang begitu kencang yang ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen dengan tingkat kepadatan penduduknya yang mencolok, di mana corak masyarakatnya yang heterogen dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciBAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini
BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan
Lebih terperinciBAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN
4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman
Lebih terperinciKeseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada
BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul dalam suatu kota. Kota-kota di Indonesia tidak terkecuali, juga menghadapi masalah pertumbuhan permukiman
Lebih terperinciPENDAHULUAN. fasilitas perkotaan lainnya ( Sinulingga, 1999:19) sarana-sarana rekreasi modern. ( Colombijn, 2005:148)
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa-masa permulaan kemerdekaan Republik Indonesia dapat dikatakan bahwa kota-kota di Indonesia tidak mengalami perkembangan, sehingga bentuk dan fungsinya masih seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG
24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah tempat tinggal tetap, baik sendiri maupun berkeluarga. Jika dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah telah menjadi kebutuhan utama karena merupakan tempat perlindungan dari hujan, matahari, dan makhluk lainnya. Pembangunan tempat tinggal atau permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Formal Geografi adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang mendukung dalam pembangunan wilayah
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan geografis dan demografis. Keadaan geografis Kelurahan Sidomulyo Barat adalah kelurahan yang terletak di kecamatan tampan kota madya pekanbaru. Kelurahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota dalam perjalanannya selalu tumbuh dan berkembang, dan salah satu penyebab terjadinya pertumbuhan dan perkembangan kota adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Dengan
Lebih terperinciPLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset sosial, ekonomi, dan fisik. Kota berpotensi memberikan kondisi kehidupan yang sehat dan aman, gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan
Lebih terperinciTEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI
TEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI Oleh K.Iswasta Eka Urbanisasi pada umumnya didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan orangnya disebut sebagai kaum urban, meskipun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciUNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan (Studi Deskriptif di Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan. Hidup berdampingan secara damai antara warga negara yang beragam tersebut penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun
Lebih terperinciBAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,
BAB 2 ANALISA KAWASAN Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dari kawasan tersebut. Data kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG
63 BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi dari penyediaan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Evaluasi meliputi evaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum terselesaikan di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara. Sebagai masalah bangsa, kemiskinan perkotaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar nomor 4 di dunia terdiri dari sekitar 17.000 pulau. Terdapat ± 8.090 desa pesisir tersebar di 300 kabupaten/kota pesisir.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II.1 Deskripsi Kecamatan Medan Helvetia II. 1. 1 Keadaan Geografis Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai 80.791
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita
BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakannegara multikultural yang memiliki keberagaman ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang saat ini masih dialami oleh negara-negara berkembang yang ada di dunia, termasuk negara Indonesia. Banyak
Lebih terperinciBAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK
BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI - 7 -
BAB II DASAR TEORI 2.1 Data Jumlah Penduduk untuk Perencanaan Penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan di suatu negara, khususnya dalam hal perencanaan. Dapat dikatakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 4 tahun 1992, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu baik dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000). Perkembangan (fisik)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia pada umumnya memposisikan perempuan sebagai pekerja domestik, mempunyai tugas untuk mengurus
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang fatal dan kemudian menyebabkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan. Adanya keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Bandung membawa konsekuensi pada masalah lingkungan binaan yang makin memprihatinkan. Beberapa kawasan terutama kawasan pinggiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu isu yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah menyangkut fenomena daerah pinggiran kota dan proses perubahan spasial, serta sosial di daerah ini. Berawal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
47 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada Bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Kelurahan Tamansari yang diantaranya berisi tentang kondisi geografis dan kependudukan, kondisi eksisting ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciKatalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA
Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut
Lebih terperinciBAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.
Lebih terperinciBAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN
BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada
Lebih terperinciTESIS OLEH : SARIGUNA TANJUNG /PWD PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2002
HUBUNGAN PERILAKU SOSIAL PENGHUNI LINGKUNGAN KUMUH TERHADAP PARTISIPASI PROGRAM PEMBANGUNAN DI KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TESIS OLEH : SARIGUNA TANJUNG 002103038/PWD PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinci