Tinjauan Pustaka Gantung diri (Hanging)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Pustaka Gantung diri (Hanging)"

Transkripsi

1 Tinjauan Pustaka Gantung diri (Hanging) Abdul Karim Lubis, Guntur Bumi Nasution, Mistar Ritonga Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Abstrak Mati tergantung sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan bunuh diri dengan cara ini sering dilakukan, karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan seutas tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Kematiaan pada gantung diri umumnya disebabkan oleh asfiksia. Tanda- tanda asfiksia yang paling sering ditemukan pada kasus gantung diri adalah sianosis, kongesti, oedem, bintik bintik perdarahan. Kata kunci : gantung diri; asfiksia Abstract Dead by hanging is very common in the community. This form of suicide is often encountered since it can be done anywhere or anytime and it requires only a piece of rope, a neck tie, or anything that can strangle the neck. Dead is hanging is often caused by asphyxia The most common by encountered sign of asphyxia in the victims are cyanosis, congestion, oedema, petechial haemoorrhage. Keywords: hanging; asphyxia PENDAHULUAN Mati tergantung sangat akrab dalam kehidupan seharihari. Tindakan bunuh diri dengan cara ini sering dilakukan, karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan seutas tali, kain, dasi atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikian pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan yang sudah digunakan sejak zaman dahulu. 1 Pada kasus hanging alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher. Keadaan tersebut berbeda dengan penjeratan, dimana yang aktif (kekuatan yang menyebabkan konstriksi leher), adalah terletak pada alat penjeratnya. Kematian karena penggantungan pada umumnya bunuh diri, pembunuhan dengan cara mengantung atau menggantung mayat untuk membuat keadaan seakan- akan korban gantung diri jarang dijumpai. Kematian dengan penggantungan dapat dijumpai pada kasus hukum gantung. 2 DEFINISI Hanging adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau sebagian oleh pengaruh gaya tarik berat badan sendiri. 1-9 Gaya berat minimal alat yang dapat menyebabkan pembendungan leher a. Vena jugularis 2 kg. b. Arteri carotis kg. c. Trakhea 15 kg. d. Arteri Vertebral kg.3,5,6,9 Klasifikasi Berdasarkan kekuatan konstriksi, hanging dapat dibagi 2 yaitu: 1. Tergantung total (complete hanging), jika kedua kaki tidak menyentuh tanah dan sepenuhnya dipengaruhi oleh berat badan korban. 2. Setengah tergantung (partial), jika kedua kaki menyentuh tanah dan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh berat badan korban, misalnya pada korban yang tergantung dengan posisi berlutut partial hanging hampir selamanya karena bunuh diri.1,3,4,6 Istilah ini digunakan jika berat badan tubuh tidak sepenuhnya menjadi kekuatan daya jerat tali, misalnya pada korban yang tergantung dengan posisi berlutut. Pada kasus tersebut berat badan tubuh tidak seluruhnya menjadi gaya berat sehingga disebut penggantungan parsial. Gejala : Pada kebanyakan kasus korban yang meninggal. Gejalanya yang penting sehubungan dengan penggantungan adalah: 1. Kehilangan tenaga dan perasaan subyektif. 2. Perasaan melihat kilatan cahaya. 3. Kehilangan kesadaran,bisa disertai dengan kejang- kejang. 4. Keadaan tersebut disertai dengan terhentinya fungsi jantung dan pernafasan. 4, 7 Berdasarkan titik gantung, hanging dapat dibagi 2 yaitu : 1. Tipikal (typical hanging) titik gantung berada tepat di atas pertengahan tulang oksipital. Dalam hal ini terjadi pene-kanan arteri dan saluran nafas secara maksimum di daerah leher. 2. Atipikal, titik gantung berada di semua tempat selain dari pada pertengahan tulang oksipital. Contohnya saat peng- The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara 104

2 Abdul Karim Lubis, dkk gantungan korban terjatuh dari ana tangga yang sedang dinaikinya.1,3,4,6,11,12 Simpul. Ada 2 jenis simpul yaitu: 1. Simpul hidup (running noose). 2. Simpul mati (satu atau lebih). Pemeriksaan jenis dan panjang bahan yang dipakai, serta jenis simpul dapat membantu menentukan cara kematian. Pada waktu membebas lilitan dari leher korban, tidak boleh membuka simpul, tetapi lilitan dipotong diluar simpul, karena bentuk simpul bisa membantu penentuan kematian secara medikolegal.1,12 Alat yang biasa digunakan Banyak variasi dari jenis penjeratan tergantung pada jenis tali yang digunakan seperti: wayar, tali gitar, tali celana piyama, tali pinggang, kalung, selendang, dasi, stoking, dan sejumlah alat- alat lain bisa digunakan tergantung kemampuannya. Pada orang tahanan berbagai jenis alat- alat yang bisa digunakan untuk membunuh diri sendiri seperti: tali sepatu, sprai sering digunakan di sel tahanan.4,5,12 Penanganan korban yang digantung selagi hidup 1. Korban diturunkan. 2. Ikatan pada leher dipotong dan jeratan dilonggarkan 3. Berikan bantuan pernafasan untuk waktu yang cukup lama. 4. Lidah ditarik keluar, lubang hidung dibersihkan jika banyak mengandung sekresi cairan. 5. Berikan oksigen, lebih baik lagi kalau disertai CO2 5%. 6. Jika korban mengalami kegagalan jantung kongestif, pertolongan melalui vena seksi mungkin akan membantu untuk mengatasi kegagalanjantung tersebut 7. Berikan obat- obat yang perlu (misalnya coramine) Gejala sisa: Hemilplegia, amnesia, demensia,bronkitis. 7 Mekanisme kematian Walaupun sebab kematian mati gantung adalah karena asfiksia, tetapi sering disertai sebab yang lain yaitu tekanan pada pembuluh darah (arteri carotis maupun vena dileher dan refleks inhibisi vagal. Yang paling sering adalah campuran asfiksia dengan sumbatan pada pembuluh darah. Dengan demikian sebab kematian bisa terjadi karena: 1. Asfiksia karena tersumbatnya saluran pernafasan. Mekanisme terjadinya asfiksia: a. Bila pengikatan tali di atas kartilago tiroid maka basis lidah akan ditolak ke atas dan ke belekang terhadap posterior faring, hingga saluran nafas tertutup dan akhirnya terjadi asfiksia. b. Bila pengikatan di bawah kartilago tiroid maka secara langsung akan menekan laring dan menimbulkan tanda- tanda asfiksia lebih jelas. c. Konstriksi umum dari jaringan akan menimbulkan penutupan complete atau partial dari arteri carotis comunis dileher dan ini akan menimbulkan anemia pada otak dan tekanan pada nervus laringeus hingga akan menimbulkan shock Kongesti vena (pembendungan vena) Akibat lilitan tali pengikat pada leher terjadi penekanan vena jugularis secara complete sehingga timbul pembendungan darah vena di otak sampai menimbulkan perdarahan di otak. 1,7 3. Iskemik cerebral, karena sumbatan pada arteri carotis dan arteri vertebralis. Tertekannya arteri karotis di leher akan menyebabkan terhentinya aliran darah ke otak.1,3,4,6,7 4. Syok vagal, karena tekanan pada sinus carotis menyebabkan jantung berhenti berdenyut.terjadi akibat penekanan pada nervus vagus dan sinus karotis yang menyebabkan vaso vagal inhibisi sehingga terjadi cardiac arrest Fraktur atau dislokasi tulang vertebra servikalis II-III. Ini didapati pada hukuman gantung (judicial hanging), hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 meter oleh BB (berat badan) korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi vertebra servikalis bagian atas yang menekan atau merobek spinal cord hingga menyebabkan kematian tiba- tiba. 1,2 Periode fatal Pada judicial hanging kematian berlangsung sangat cepat karena fraktur di vertebra servikalis yang mengakibatkan perdarahan di medulla oblongata. didapati jantung masih berdenyut untuk beberapa saat kemudian. Bila kematian karena penutupan arteri juga berlangsung cepat karena iskemik otak, sedangkan kematian berlangsung lebih lambat pada penyumbatan vena. Bila yang tersumbat adalah saluran pernafasan, maka kematian bnisa berlangsung di bawah 5 menit.1,6,7 Tanda post mortem Tanda post mortem sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau tekanan di leher. Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran pernafasan maka dijumpai tanda- tanda asfiksia, respiratory distress,sianosis dan fase akhir konvulsi lebih menonjol. Bila kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka sering didapati tanda- tanda perbendungan dan perdarahan (petechie) di konjuntiva bulbi, okuli dan di otak bahkan sampai ke kulit muka. Bila tekanan lebih besar sehingga dapat menutup arteri, maka tanda- tanda kekurangan darah di otak lebih menonjol (iskemi otak), yang menyebabkan gangguan pada sentra respirasi, dan berakibat gagal nafas. Tekanan pada sinus karotis menyebabkan jantung tibatiba berhenti dengan tanda- tanda post mortem yang minimal. Tanda- tanda di atas jarang berdiri sendiri, tetapi umumnya akan didapati tanda-tanda gabungan.1-12 Pemeriksaan jenazah Pemeriksaan luar 105 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 45 No. 2 Agustus 2012

3 Gantung diri (Hanging) 1. Tanda penjeratan pada leher. Hal ini sangat penting diperhatikan oleh dokter, dan keadaannya bergantung kepada beberapa kondisi: a. Tanda penjeratannya jelas dan dalam jika bahan penggantung yangdigunakan kecil dan keras dibandingkan jika menggunakan bahan yang lembut dan lebar seperti selendang, maka bekas jeratan tidak begitu jelas. 1-7 Letak ikatan pada leher penting untuk membedakan hanging dan strangulasi. Pada hanging : i. 85% di atas cartilago thyroidea. ii. 15% setinggi cartilago thyroidea. iii. 5% di bawah cartilago thyroidea. 3 b. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik (miring) seperti V terbalik pada bagaian depan leher, dimulai pada leher bagian atas diantara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas pada bagian belakang. Kadangkadang disertai luka lecet dan vesikel kecil di pinggir jeratan.1,3,6,7 c. Tanda penjeratan tersebut berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan berkilat. Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda parchmentasi. Bila jeratan tali keras, mula- mula akan menimbulkan warna pucat kemudian berubah menjadi coklat seperti warna kertas perkamen. Pada pinggir ikatan dijumpai daerah hiperemis dan ekimosis. Ini menunjukkan bahwa pengikatan terjadi sewaktu korban masih hidup. Bila pengikatan degan bahan yang lembut seperti selendang maka terlihat bekasnya lebar dan tidak ada lekukan ikatan, biasanya miring dan kontinu. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit lebih gelap karena adanya lebam mayat 1-7 d. Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit di bagian bawah telinga, tampak daerah segitiga pada kulit di bawah telinga, yaitu di bagian yang tidak ada bekas jeratan. Kadang- kadang didapati juga bekas tekanan simpul di kulit e. Pinggirannya berbatas tegas dan tidak terdapat tandatanda abrasi di sekitarnya. 9 f. Jumlah tanda penjeratan Pada keadaan lain bisa didapati leher dililiti beberapa kali secara horizontal baru kemudian digantung, dalam keadaan ini didapati beberapa bekas jeratan yang lengkap, tetapi pada satu bagian tetap ada bagian yang menunjukkan titik simpul. 3. Jika korban lama tergantung, ukuran leher menjadi semakin panjang. 4. Tanda- tanda asfiksia. Muka pucat atau bisa bengkak, mata menonjol keluar, perdarahan berupa ptekia tampak pada wajah dan subkonjuntiva (Tardeou's spot pada conjuntiva bulbi dan palpebra) Lidah. Jika posisi tali di bawah cartilago thyroidea maka lidah akan terlihat menjulur ke luar dan berwarna lebih gelap akibat proses pengeringan Air liur mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan dengan tempat simpul tali. Keadaan ini merupakan tanda pasti penggantungan ante-mortem.1-3, Lebam mayat Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati dikaki dan tangan bagian bawah terutama di ujungujung jari tangan dan kaki. Bila segera diturunkan lebam mayat bisa didapati di bagian depan atau belakang tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan.1,2,9,12 8. Posisi tangan biasanya dalam keadaan tergenggam Urin dan feses bisa keluar.1-3, Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya darah.1,2,6,7,9 Pemeriksaan dalam 1. Jaringan yang berada di bawah jeratan berwarna putih, berkilat dan perabaan seperti perkamen karena kekurangan darah, terutama jika mayat tergantung cukup lama. Pada jaringan di bawahnya mungkin tidak terdapat cedera lainnya. 2. Platisma atau otot lain di sekitarnya mungkin memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebh banyak tejadi pada kasus penggantungan yang disertai dengan tindak kekerasan.1,3,6,7 3. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun ruptur. Resapan darah hanya terjadi di dalam dinding pembuluh darah. Pada arteri karotis komunis dijumpai garis berwarna merah (red line) pada tunica intima. 1,6 4. Fraktur tulang hyoid sering terjadi. Fraktur ini biasanya terdapat pada penggantungan yang korbannya dijatuhkan dengan tali pengantung yang panjang dimana tulang hyoid mengalami benturan dengan tulang vertebra. Adanya efusi darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa penggantungannya ante- mortem. 1,9 5. Fraktur kartilago tiroid jarang terjadi. 6,7 6. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas. Fraktur ini sering terjadi pada korban hukuman gantung Paru- paru mengalami oedem dan kongesti dan dijumpai tanda Tardeou's spot dipermukaan paru, jantung dan otak. 8. Pada jantung bilik kanan penuh dengan darah dan bilik kiri kosong.1,3,4, Kedalaman dari bekas penjeratan juga menunjukkan lamanya tubuh tergantung, berat badan korban (komplit atau inkomplit) dan ketatnya jeratan.1-7 The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara 106

4 Abdul Karim Lubis, dkk Perbedaan Tabel 1. Perbedaan mati gantung dan jeratan Observasi Mati gantung Penjeratan Aspek medikolegal 1. Suicide 2. Homicide 3. Accidental Motif Tanda asfiksia Tanda jeratan dileher Letak jeratan Bekas tali Lecet setentang tali Tanda perlawanan Fraktur laring dan Trachea Fraktur os hyoid Dislokasi vertebra Ada pada judicial hanging Perdarahan Sangat jarang pada saluran pernafasan Air ludah Mengalir dari salah satu sudut mulut Tardieu's spot Muka Bunuh diri Kurang jelas Miring, tidak kontinu Antara dagu dan laring Keras, kering, coklat tua seperti kulit disamak dijumpai Tidak ada Pucat Pembunuhan Jelas Horizontal dan kontinu Dibawah tiroid Lunak dan kemerahan Umumnya ada ada Ada, bersama buih dari mulut dan hidung Tidak ada Tabel 2. Perbedaan penggantungan ante mortem dengan penggantungan post mortem Suicide hanging Biasanya perbuatan bunuh diri dilakukan sama banyaknya oleh kedua jenis kelamin dan sepertinya tidak tergantung umur, artinya dilakukan dari remaja sampai orang tua. Pemeriksaan di TKP penting untuk menjelaskan bila ada luka di tubuh korban. Bila tergantung dekat dinding mungkin ada tonjolan yang dapat melukai korban menjelang kematian. Keadaan di TKP (tempat kejadian perkara) dimana korban ditemukan biasanya tenang, dalam ruang atau tempat yang tersembunyi atau pada tempat yang sudah tidak dipergunakan. Posisi korban yang tergantung lebih mendekati lantai, berbeda dengan pembunuhan dimana jarak antara kaki dengan lantai cukup lebar. Pakaian korban rapi, sering didapatkan surat peninggalan pada saku, yang isinya adalah alasan mengapa ia melakukan tindakan nekat tersebut. Pada leher tidak jarang tidak jarang diberi alas sapu tangan atau kain sebelum alat penjerat dikalungkan ke lehernya. Jumlah lilitan dapat hanya satu kali, semakin banyak lilitan dugaan bunuh diri semakin besar. Simpul alat penjerat biasanya simpul simpul Sianosis hidup, dan kongesti letak alat penjerat terhadap leher berjalan serong, ini dapat diketahui dengan pengukuran letak alat penjerat terhadap dagu, telinga kanan dan kiri serta batas rambut bagian belakang. Letak simpul dapat di belakang atas kiri, belakang atas kanan, depan atas kiri dan depan atas kanan atau tepat di garis pertengahan bagian depan.1,3,6 No. Penggantungan ante-mortem 1 Tanda-tanda penggantungan ante-mortem bervariasi, tergantung dari cara kematian korban. 2 Tanda jejas jeratan: miring, berupa lingkaran terputus (non- continuous) dan letaknya pada leer bagian atas. 3 Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada sisi leher 4 Ekimosis, tampak jelas pada salah satu sisi dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di atas jejas jerat dan pada tungkai bawah. 5 Pada kulit ditempat jejas penjeratan teraba seperti perabaan kertas perkamen, yaitu tanda parchmentisasi. 6 Sianosis pada wajah, bibir, telinga,dll sangat jelas terlihat terutama jika kematian karena asfiksia. 7 Wajah, membengkak dan mata mengalami kongesti dan agak menonjol, disertai dengan gambaran pembuluh darah vena yang jelas pada bagian kening dan dahi. 8 Lidah bisa terjulur atau tida sama sekali. 9 Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya cairan sperma sering terjadi pada korban pria. Demikian juga sering ditemukannya keluar faeses. 10 Air liur, ditemukan menetes dari sudut mulut, dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal ini merupakan pertanda pasti penggantungan ante mortem Penggantungan post-mortem Tanda-tanda post-mortem menunjukkan kematian yang bukan disebabkan penggantungan. Tanda jejas jeratan: biasanya berbentuk lingkaran utuh (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian leher tidak begitu tinggi. Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan kuat dan diletakkan pada bagian depan leher. Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak ada atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh yang menggantung sesuai dengan posisi mayat setelah meninggal. Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak begitu jelas. Sianosis pada bagian bawah wajah, bibir, telinga, dll tergantung dari penyebab kematian. Tanda- tanda pada wajah dan mata tidak terdapat, kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan (strangulasi) atau sufokasi. Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus kematian akibat pencekikan. Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada. Pengeluaran faeses juga tidak ada. Air liur, tidak ditemukan yang menetes pada kasus selain kasus penggantungan. 107 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 45 No. 2 Agustus 2012

5 Gantung diri (Hanging) Homicidal hanging Pembunuhan dengan metode menggantung korbannya relatif jarang dijumpai, cara ini baru dapat dilakukan bila korbannya anak- anak atau orang dewasa yang kondisinya lemah, baik lemah atau menderita penyakit, di bawah pengaruh obat bius, alkohol atau korban sedang tidur. Pembunuhan dengan cara penggantungan sulit untuk dilakukan oleh seorang pelaku. Selain tanda-tanda asfiksia dapat ditemukan luka- luka pada tubuh korban, situasi TKP yang tidak beraturan dan adanya tanda- tanda perlawanan (kecuali korbannya anak kecil, kekerasan biasanya tidak ada). Agar pembunuhan dapat berlangsung, tubuh pelaku harus lebih kuat dari korban. Alat penjeratan yang dipergunakan biasanya sudah dipersiapkan oleh pelaku (dibawa dari rumah) atau dapat pula benda yang ada disekitar korban. Dalam melaksanakan niatnya sering kali leher korban mendapat trauma sehingga tampak luka- luka di daerah tersebut, dan tidak jarang tampak adanya luka lecet tekan berbentuk bulan sait yang berasal dari tangan pelaku; memar hebat dapat ditemukan pada jaringan otot dan alat-alat di dalam leher, tulang lidah dan rawan gondok dapat patah. Pembunuhan dengan mempergunakan lasso merupakan contoh yang baik untuk kasus homicidal hanging, yaitu setelah lasso tadi menjerat leher, korban segera dikerek ke atas. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai makin kuat pembunuhan., makin dekat jarak antara simpul dengan tiang tumpuan untuk menggantung makin kuat dugaan bahwa kasus yang dihadapi adalah kasus pembunuhan. 1-6 Accidental hanging Kecelakaan karena mati gantung sangat jarang, biasanya berhubungan dengan pekerjaan yang sering mempergunakan tali atau pada anak-anak. Penggantungan yang tidak sengaja ini dapat dalam dua kelompok: yang terjadi sesewaktu bermain atau bekerja dan sewaktu melampiaskan nafsu seksual yang menyimpang auto-erotic hanging. Mati tergantung sewaktu bermain umumnya pada anakanak dan tidak membutuhkan penyidikan yang sulit oleh karena biasanya kasusnya sangat jelas: tersangkut pada batang pohon yang bercagak. Kematian yang terjadi sewaktu pelapiasan nafsu seksual yang menyimpang memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam hal mempelajari dan menguraikan tali-tali yang dipakai, yang sering kali diikatkan pada banyak tempat, ikatan pada daerah genitalia, lengan, tungkai, leher dan mulut; kematian terjadi karena ikatannya terlalu keras, atau hentakkannya terlalu kuat sehingga leher terjerat. Pada auto-erotic hanging, tidak jarang dijumpai gambar dan benda- benda yang termasuk porno, kondom dan korban umumnya pria yang tidak jarang memakai pakaian wanita. 1-6 KESIMPULAN 1. Gantung diri (hanging) adalah suatu keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau sebagian. 2. Pada kasus hanging alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada leher. 3. Jumlah lilitan dapat hanya satu kali, semakin banyak lilitan dugaan bunuh diri semakin besar. 4. Makin jauh jarak antara kaki korban dengan lantai makin kuat dugaan pembunuhan; makin dekat jarak antara simpul dengan tiang tumpuan untuk menggantung, makin kuat dugaan bahwa kasus yang dihadapi adalah kasus pembunuhan. DAFTAR PUSTAKA 1. Amir A. Rangkaian ilmu kedokteran forensik. 2 nd ed. Medan: Percetakan Ramadhan; p Idries MA. Pedoman ilmu kedokteran forensik. 1 st ed. Binarupa Aksara; p Shkrum JM, Ramsay AD. Forensic pathology of trauma. New Jersey: Humana Press Totowa; p Knight B. Forensic pathology. 2 nd ed. New York: Oxford University Press Inc.; p DiMaio J, Vincent, DiMaio D. Forensic pathology. 2 nd ed. CRC Press LLC; p Franklin CA. Modi's textbook of medical jurisprudence and toxicology. 21 th ed. Bombay: N.M. Tripathi Private Limited; p Chada PV. Catatan kuliah ilmu forensik dan toksikologi. 5th ed. Jakarta: Penerbit Widya Medika; p Budiato A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi T. Ilmu kedokteran forensic. 1 st ed. Jakarta; p Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik. 3 rd ed. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro; p Shahrom AW. Toksikologi forensik. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia; p Gani MH. Ilmu kedokteran forensik. Padang: Fakultas kedokteran Universitas Andalas; p Prakoso D, Murtika KI. Dasar-dasar ilmu kedokteran kehakiman. 2 nd ed. Penerbit Rineka Cipta; p The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara 108

REFRAT GANTUNG DIRI ( HANGING ) Oleh : DEVI FIKASARI K G0002169

REFRAT GANTUNG DIRI ( HANGING ) Oleh : DEVI FIKASARI K G0002169 REFRAT GANTUNG DIRI ( HANGING ) Oleh : DEVI FIKASARI K G0002169 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2008 KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis

Lebih terperinci

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni 2012 114 Pendahuluan Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Afiksia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASFIKSIA 2.1.1. Defenisi Asfiksia Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)

Lebih terperinci

TANDA KARDINAL ASFIKSIA PADA KASUS GANTUNG DIRI YANG DIPERIKSA DI DEPARTEMEN FORENSIK FK USU RSUP H

TANDA KARDINAL ASFIKSIA PADA KASUS GANTUNG DIRI YANG DIPERIKSA DI DEPARTEMEN FORENSIK FK USU RSUP H TANDA KARDINAL ASFIKSIA PADA KASUS GANTUNG DIRI YANG DIPERIKSA DI DEPARTEMEN FORENSIK FK USU RSUP H. ADAM MALIK/ RSUD PIRNGADI MEDAN PADA BULAN JANUARI 2007- DESEMBER 2009 Oleh: NURINA 070100345 FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun

Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun 2011-2012 Indra Sakti Nasution 1, RA Tanzila 2., Irfanuddin 3 Abstrak

Lebih terperinci

GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS

GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS A.A.Sg.Dewi Raditiyani Nawang Wulan 1, Kunthi Yulianti 2 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 Bagian Kedokteran Forensik Fakultas

Lebih terperinci

Kasus Hanging Dengan Posisi Duduk Bersandar Di Kursi Sofa

Kasus Hanging Dengan Posisi Duduk Bersandar Di Kursi Sofa 1 Kasus Hanging Dengan Posisi Duduk Bersandar Di Kursi Sofa Tutik Purwanti, Hariadi Apuranto Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair RSUD Dr Soetomo Surabaya Abstrak Gantung diri merupakan

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 Serang, 27 Juni 2015 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F. Dokter Spesialis Forensik

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). Infantisid adalah pembunuhan orok (bayi) yang dilakukan oleh ibu kandungnya

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi) Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak (Vincent dan Dominick, 2001). a. Trauma Benda Tumpul

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM

PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM PEMBEKAPAN Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G 0003181 Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim Serang, 29 Desember 2014 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar SpF. DFM, Dokter Spesialis Forensik pada

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

KEMATIAN TAHANAN DI RUANG SEL POLISI KONTROVERSI PEMBUNUHAN ATAU BUNUH DIRI DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

KEMATIAN TAHANAN DI RUANG SEL POLISI KONTROVERSI PEMBUNUHAN ATAU BUNUH DIRI DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ILMU KEDOKTERAN FORENSIK KEMATIAN TAHANAN DI RUANG SEL POLISI KONTROVERSI PEMBUNUHAN ATAU BUNUH DIRI DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ILMU KEDOKTERAN FORENSIK Rika Susanti LAPORAN KASUS Bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 KETERAMPILAN KLINIK 4 PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pro: Justicia Rahasia Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang No : R/10/XI/2011 SAT POLAN Lampiran : - Perihal : Pemeriksaan jenazah a.n. Srimongkhon Sakhon Pro: Justicia Rahasia

Lebih terperinci

REFERAT PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM

REFERAT PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM REFERAT PEMBEKAPAN Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G 0003181 Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013.

VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013. PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM NO : 012 / KEDFOR / VI / 2013. Serang, 08 Oktober 2013 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar SpF. DFM, Dokter Spesialis Forensik

Lebih terperinci

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan:

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan: P U T U S A N NOMOR : 556 / PID.SUS / 2015 / PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat banding

Lebih terperinci

INVESTIGATION AT THE SCENE OF DEATH

INVESTIGATION AT THE SCENE OF DEATH INVESTIGATION AT THE SCENE TUJUAN : OF DEATH MENENTUKAN CARA KEMATIAN CARA KEMATIAN: MENURUT 1 KK - WAJAR = NATURAL DEATH - TIDAK WAJAR = UN-NATURAL DEATH - TIDAK DAPAT DITENTUKAN = UN- DETERMINED KONFIRMASI

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE- KABUPAATEN TEGAL Tegal, 19 s/d 20 Mei 2004 PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA BAGI PEMBINA PMR PMI SE-KABUPAATEN TEGAL TANGGAL 19 S/D 20 MEI 2004 1. Darah

Lebih terperinci

Tinjauan Hukum (Isi KUHP) 1. KUHP pasal 285 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar

Tinjauan Hukum (Isi KUHP) 1. KUHP pasal 285 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar Perkosaan Oleh : Dr. H. Mistar Ritonga, Sp.F Dr.H.Guntur Bumi Nasution, Sp.F Perkosaan Hal hal yang termasuk kedalam kejahatan seksual, memiliki unsur : Tanda kekerasan (+ / -) Tanda persetubuhan (+ /

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan permukaan halus

Lebih terperinci

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY Pendahuluan Or senam dimasyarakat sdh banyak dikenal, bhw OR senam terdiri dari senam ritmis, gymnastic, dan sport

Lebih terperinci

BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN BAB VI PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN A. Pengertian Pertolongan pertama adalah pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang sakit mendadak atau yang mendapat kecelakaan sebelum mendapat

Lebih terperinci

Abdul Gafar Parinduri Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam / FK UMSU

Abdul Gafar Parinduri Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam / FK UMSU TRAUMA TUMPUL Blunt trauma Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Abdul Gafar Parinduri Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam / FK UMSU Abstrak Trauma tumpul

Lebih terperinci

Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode

Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode 213-217 1 Nikita E. K. Rey 2 Johannis F. Mallo 2 Erwin G. Kristanto 1 Program

Lebih terperinci

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori) Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan Toksikologi (Teori) KELOMPOK 2 Anggota : 1. Adi Lesmana 2. Devy Arianti L. 3. Dian Eka Susanti 4. Eneng Neni 5. Eningtyas 6. Khanti 7. Nurawantitiani

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

DISKUSI TOPIK SEXUAL AB USE K E L O M P O K 1

DISKUSI TOPIK SEXUAL AB USE K E L O M P O K 1 DISKUSI TOPIK SEXUAL AB USE K E L O M P O K 1 KASUS Seorang perempuan diantar oleh polisi dan angg ota keluarganya ke IGD membawa Surat Permintaa n Visum dari kepolisiian yang berdasarkan Surat Per mintaan

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Identitas dan Sebab-Sebab Kematian Korban Tindak Pidana Pembunuhan. Ilmu kedokteran forensik merupakan ilmu

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Gejala Awal Stroke Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Bermula dari musibah yang menimpa sahabat saya ketika masih SMA di Yogyakarta, namanya Susiana umur 52 tahun. Dia sudah 4 hari ini dirawat di

Lebih terperinci

Efek rokok: Bgmn rokok mempengaruhi penampilan dan kehidupan anda

Efek rokok: Bgmn rokok mempengaruhi penampilan dan kehidupan anda Efek rokok: Bgmn rokok mempengaruhi penampilan dan kehidupan anda Kembaran mana yang merupakan perokok? Mungkin tidak ada air mancur yang membuat awet muda, tapi ada cara yang pasti untuk membuat diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Untuk mengurangi dan mencegah timbulnya gejala-gejala yang mengganggu selama kehamilan berlangsung, seperti : sakit pinggang, bengkak kaki dll

Untuk mengurangi dan mencegah timbulnya gejala-gejala yang mengganggu selama kehamilan berlangsung, seperti : sakit pinggang, bengkak kaki dll NAMA PEKERJAAN MATA KULIAH : Senam Hamil : ASKEB I (Kehamilan) UNIT : Antenatal Care REFERENSI : Dikes Prop. Sumatera Barat-JICA, 2003, Pedoman Kelas Ibu. Dikes Prop. Sumareta Barat-JICA, Padang Dikes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan

Lebih terperinci

Kriteria Infanticide

Kriteria Infanticide REFERAT INFANTICIDE Dokter Pembimbing: dr. Hari, Sp.F Disusun oleh: Intan T.P Pendahuluan Kematian bayi yang terjadi di Indonesia bisa dimasukan kedalam kategori Kinderdoodslag yaitu tanpa rencana atau

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Cedera Otak dan Penyakit Kronis Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Apakah yang Dimaksudkan dengan Kelumpuhan Otak itu? Kelumpuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA 55 LAMPIRAN TEKNIK PELAKSANAAN LATIHAN HATHA YOGA PERSIAPAN LATIHAN Partisipan menggunakan pakaian yang bersih dan longgar. Partisipan tidak memakai alas kaki selama latihan. Karena latihan yoga harus

Lebih terperinci

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL Laboratorium Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2012 Daftar

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KARYA TULIS PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan Oleh Paula Angelina

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl.Lahir : 21 tahun / 25 November 1991.

P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl.Lahir : 21 tahun / 25 November 1991. P U T U S A N NOMOR : 269 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat

Lebih terperinci

P3K Posted by faedil Dec :48

P3K Posted by faedil Dec :48 P3K Posted by faedil011-06 Dec 2009 20:48 PENDAHULUAN 1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman:

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY NAMA NIM/SMT : HALUMMA FADHILAH : P17434113014/ IVA ANALIS KOMPLIKASI PHLEBOTOMY A. Pendarahan Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih

Lebih terperinci

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03 Muntah tanpa Sebab Bayi belum selesai makan, tiba-tiba "BOOMM!" Makanannya mengotori baju. Mengapa? Gumoh hingga muntah kerap terjadi pada bayi berusia kurang dari enam bulan. Perilaku ini membuat ibu

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya

Lebih terperinci

K13 Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan UTS Semester Genap Halaman 1 01. Balok bermassa 5 kg diletakkan di atas papan, 3 m dari titik A, seperti terlihat pada gambar. Jika massa papan adalah satu kilogram

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Tugas Mata Kuliah Sistem Muskuluskeletal Disusun Oleh: Widha Widyaningrum 2010 03 0274 PROGRAM S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan. Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan

Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan. Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan Prosedur Pemeriksaan Medis dan Pengumpulan Bukti Medis Kekerasan pada Perempuan Seminar dan Workshop Penanganan Kekerasan SeksualTerhadap Perempuan Pendahuluan Penatalaksanaan kekerasan terhadap perempuan

Lebih terperinci

REFERAT KOASS FORENSIK PERIODE 22 DESEMBER JANUARI 2015 TENGGELAM DI AIR LAUT/ASIN

REFERAT KOASS FORENSIK PERIODE 22 DESEMBER JANUARI 2015 TENGGELAM DI AIR LAUT/ASIN REFERAT KOASS FORENSIK PERIODE 22 DESEMBER 2014 10 JANUARI 2015 TENGGELAM DI AIR LAUT/ASIN Oleh: Irnayati Rahman 10711060 Dokter Pembimbing: Dr. Hari Wujoso, dr, MM., Sp.F KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

! KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1

! KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1 KARTU PP/ DARSTELLERKARTEN / ACTORS CARDS 1 "#$%&'()%*&' "#$%&'#$()*+,-+*#.'/0#12.##$.34,./#$5%#'*,+67"894$:(;0;#,&+*3/,)&1/.D.;=#&/+$/$E4,6#$%*+,='/0.,4$#)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat. Berbagai faktor ikut berperan di dalam meningkatnya angka kematian

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA Jika anda orang yang pertama menemukan kejadian kecelakaan yang serius, jangan menjadikan diri anda sebagai korban. Tetap tenang Ikuti prosedur gawat darurat Pertolongan pertama harus

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

Metode Observasi & Wawancara

Metode Observasi & Wawancara Modul ke: Metode Observasi & Wawancara Ilmu Pernyataan Pernyataan Tubuh Bagian Atas (Wajah) Pernyataan Badan dan Anggota Badan Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. Lahir : 15 Tahun / 15 Februari 1996;

P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / Tgl. Lahir : 15 Tahun / 15 Februari 1996; P U T U S A N Nomor : 38/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA di MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

UJIAN SEMESTER ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA UJIAN SEMESTER ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dari pertanyaan no. 1 s/d no. 16 dan buatlah tanda silang

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama : AZHARI Alias JIRO

P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. I. Nama : AZHARI Alias JIRO 1 P U T U S A N NOMOR : 644/PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah RESUSITASI JANTUNG PARU Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis. Dalam

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka TRAUMA KEPALA TRAUMA KEPALA Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi,

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) 1 MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT MINGGU, 7 APRIL 2013 Curiculum vitae

Lebih terperinci

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD PUSKESMAS / RUMAH SAKIT

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD PUSKESMAS / RUMAH SAKIT PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD PUSKESMAS / RUMAH SAKIT I. PENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup,

Lebih terperinci

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana, Tetapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba mengeluarkan diriku dari tumpukan kertas ini. Kau tahu adegan dimana ada sebuah perahu yang bocor di tengah lautan dan orangorang di dalam perahu mencoba mengeluarkan

Lebih terperinci

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA

PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PERSYARATAN PAKAIAN STUDENT DAY 2016 UNIVERSITAS UDAYANA A. HARI PERTAMA WANITA TAMPAK DEPAN WANITA TAMPAK SAMPING 13 1 6 11 & 12 7 5 3 10 2 8 4 9 1. Menggunakan baju batik berkerah, warna cerah dominan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci