commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Merkantilisme Penganut merkantilisme memiliki pendapat bahwa satu-satunya cara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Merkantilisme Penganut merkantilisme memiliki pendapat bahwa satu-satunya cara"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Merkantilisme Penganut merkantilisme memiliki pendapat bahwa satu-satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi makmur dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan seminal mungkin impor. Surplus ekspor yang telah dihasilkan selanjutnya akan dibentuk menjadi logam mulia, khususnya emas dan perak (Yosep Fernando, 2009 : 32). Pemerintah harus mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk memaksimalkan ekspor, serta mengurangi atau membatasi impor (khususnya produk barang mewah). Akan tetapi, dikarenakan setiap negara tidak secara bersamaan dapat memperoleh surplus ekspor dan jumlah logam mulia pada waktu tertentu tetap, maka setiap negara hanya dapat mendapatkan keuntungan dengan cara mengorbankan negara lain. Menurut kaum merkantilisme, dengan memiliki banyak logam mulia dan kekuasaan maka sebuah negara akan memiliki pertahanan dan keamanan yang kuat di negaranya. Pertahanan dan keamanan yang kuat akan membuat sebuah negara memiliki koloni yang semakin banyak. Kemudian, semakin banyak logam mulia berarti semakin banyak uang yang berputar dan semakin sering aktivitas bisnis suatu negara. Adanya ekspor yang semakin maju dan

2 mengurangi impor, pemerintah akan mampu menciptakan output dan kesempatan kerja. Pada masa sekarang merkantilisme dipraktekan dengan cara kebijakan proteksi yang melindungi ekonomi nasional, antara lain pemberlakuan kebijakan tarif maupun non-tarif. Kebiajakn tarif diberlakukan dengan adanya kebijakan pengenaan bea masuk impor. Kenyataannya, kebijakan proteksi yang ada sekarang lebih banyak dilakukan secara nontarif, seperti larangan, system kuota, ketentuan teknis, karantina dan yang lainnya (Adrian Ramadhan, 2009 : 9). 2. Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah transaksi jual beli antara suatu negara dengan negara yang lain, berupa barang maupun jasa. Menurut Jukriadi (2012 : 4) subjek ekonomi perdagangan internasional adalah penduduk yang meliputi warga negara biasa, perusahaan pengekspor, perusahaan pengimpor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan. Alasan suatu negara melakukan perdagangan internasional adalah negara tersebut memiliki keunggulan menghasilkan barang atau jasa yang berbeda dari negara lain, dengan begitu dapat lebih menguntungkan jika suatu negara mengkhususkan pada keunggulannya dengan negara lain. Kemudian alasan selanjutnya adalah untuk memperluas pasar, dengan terpenuhinya seluruh permintaan di dalam negeri terhadap suatu produk,

3 maka pemanfaatan pasar luar negeri adalah cara untuk mengatasi kelebihan produksi dan memperoleh keuntungan yang lebih. Beberapa perbedaan atau keunggulan suatu negara melakukan perdagangan internasional dengan negara lain diantaranya perbedaan sumber daya alam, spesifikasi tenaga kerja, teknologi, tingkat harga, sumber daya manusia, struktur ekonomi dan perbedaan lainnya. Perbedaan tersebut berkaitan dengan perbedaan dalam tingkat kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas, dan jenis produksinya. (Hagi, 2012 : 5). Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP di beberapa negara. Perdagangan internasional turut mendorong industrialisasi, globalisasi, kemajuan teknologi, perkembangan alat transportasi, dan adanya perusahaan-perusahaan multinasional. Perdagangan internasional juga tidak dapat lepas dari pengaruh hubungan politik,sosial, budaya dan keamanan antar negara. a. Teori Klasik 1) Teori Keunggulan Absolut Adam Smith pada tahun 1776 dalam bukunya The Wealth of Nation, menyatakan bahwa kebijakan negara-negara di dunia yang paling baik dilakukan adalah perdagangan bebas. Suatu negara dikatakan dapat menghasilkan dan mengekspor barang, apabila suatu negara memiliki keunggulan absolut atas produknya dengan negara lain. Ketika suatu negara mengimpor barang dari luar negeri, berarti

4 negara tersebut memiliki kerugian absolut dalam memproduksi barang-barangnya. Menurut Prabowo Siswanto (2011 : 35), asumsi yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam analisanya adalah : a) Terdapat teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) dalam menentukan nilai suatu barang. b) Tenaga kerja memiliki kulitas yang sama untuk setiap bidang produksi. Bahwa hanya tenaga kerja yang merupakan faktor produksi yang bersifat homogen. c) Terdapat immobilitas faktor produksi antar negara. Bahwa biaya transport diabaikan. Dengan asumsi-asumsi tersebut negara-negara akan terdorong untuk melakukan spesialisasi produk, sehingga terdapat pertambahan produksi dunia yang digunakan bersama-sama di dalam perdagangan internasional. Sehingga suatu negara tidak memperoleh kebutuhannya dari pengorbanan negara lain, akan tetapi semua negara dapat memperolehnya secara bersamaan (Salvatore, 1990 dalam Prabowo Siswanto, 2011). 2) Teori Keunggulan Komparatif Teori keunggulan komparatif dikemukakan pertama kali oleh David Ricardo (1917), yang menyatakan bahwa jika terdapat dua negara saling melakukan perdagangan dan masing-masing negara

5 memfokuskan negaranya untuk mengekspor barang yang jadi bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif, maka kedua negara tersebut akan beruntung. Teori keunggulan komperatif ini menjawab permasalahan dari teori keunggulan absolut, yaitu jika terdapat negara yang tidak memiliki keunggulan absolut yang bisa melakukan perdagangan. Sehingga Ricardo menambahkan, bahwa keunggulan dari tiap-tiap negara yang melakukan perdagangan memiliki sifat yang relatif, sehingga negara tidak memiliki keunggulan absolut seperti dalam teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith. Dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar mendorong masing-masing daerah bergerak ke arah sektor yang memiliki keunggulan komparatif. Namun mekanisme pasar seringkali bergerak lambat dalam mengubah struktur ekonomi suatu daerah. Untuk itu informasi tentang keunggulan komparatif suatu daerah apabila sudah diketahui lebih dahulu, pembangunan dapat dilakukan tanpa menunggu mekanisme pasar (Achmad Soleh, 2012 : 23). 3) Teori Biaya Relatif Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teorinya tentang nilai. Menurut Ricardo, nilai suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labor cost value theory). Perdagangan

6 antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki comparative cost yang terkecil (Nopirin, 1995). Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage memiliki pengertian yang sama, hanya saja comparative advantage memiliki output yang berbeda dalam beberapa tenaga kerja di masing-masing negara. Sedangkan comparative cost, memiliki beberapa output yang membutuhkan waktu yang berbedabeda antara negara satu dengan negara lain. Perdagangan internasional tidak hanya mendatangkan keuntungan yang statik, tetapi juga dapat bersifat dinamik. Artinya perdagangan internasional dapat menambah jumlah faktor produksi yang tersedia, seperti adanya transfer teknologi serta keahlian. Di samping itu perdagangan internasional dapat memperluas pasar sehingga suatu negara dapat menikmati adanya skala produksi yang ekonomis. Keuntungan perdagangan yang ditimbulkan karena adanya transfer teknologi, keahlian dan skala produksi yang dinamis ini disebut keuntungan yang dinamis (Nopirin, 1995). b. Teori Modern 1) Teori Faktor Pendukung (Hecksher-Ohlin) Ekonom yang berasal dari Swedia yaitu Eli Hecksher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) menyampaikan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum dapat dijelaskan dalam teori

7 keunggulan komparatif. Di dalam teori klasik keunggulan komparatif, bahwa perdagangan internasional didasari oleh adanya perbedaan dalam faktor-faktor produksi antar negara (Salvatore, 2004 dalam Prabowo Siswanto, 2011). Akan tetapi teori ini tidak dapat menjelaskan tentang penyebab adanya perbedaan produktivitas tersebut. Teori perdagangan internasional yang dijelaskan oleh Hecksher dan Ohlin ini adalah merupakan pengembangan dari teori keunggulan mutlak dan teori keunggulan komparatif. Di dalam teori Hecksher-Ohlin ditekankan bahwa faktor utama terjadinya perdagangan internasional ditentukan adanya perbedaan relatif dari karunia alam (factor endowment) dan adanya harga-harga faktor produksi antar negara. Skema perdagangan diawali dengan penjelasan secara khusus mengenai perbedaan harga antar negara. Perbedaan harga antar negara terjadi karena adanya perbedaan proporsi penggunaan faktor-faktor produksi. Menurut Soelistyo (1986) dalam Prabowo Siswanto (2011), bahwa perbedaan faktor produksi disebabkan oleh beberapa faktor spesifik di masingmasing industri atau perusahaan, seperti kemampuan manajerial yang tinggi, teknologi, ilmu pengetahuan, hak paten, dan faktor-faktor lainnya. Konsep utama yang dapat disimpulkan dari penjelasan teori perdagangan internasional oleh Hecksher-Ohlin adalah :

8 a) Tidak banyak perbedaan di dalam perdagangan internasional, hanya berupa kelanjutan dari perdagangan antar daerah. Inti perbedaan yang ada hanya terletak pada jarak antar wilayah. Sehingga Hecksher dan Ohlin menepis anggapan teori klasik bahwa perdagangan internasional dapat mengabaikan ongkos transport. b) Produk-produk yang diperdagangkan antar negara tidak berdasarkan atas keuntungan alamiah atau keuntungan yang dikembangkan, akan tetapi berdasarkan proposi serta intensitas faktor-faktor produksi yang digunakan dalam menghasilkan produk-produk tersebut. Salah satu studi empirik tentang model Hecksher-Ohlin yang cukup populer adalah yang dilakukan oleh Leontief tahun 1947 yang kemudian dikenal dengan sebutan Leontief paradox. Dikatakan paradox karena hasilnya tidak sesuai dengan model Hecksher-Ohlin, yakni Amerika justru mengekspor barang padat tenaga dan mengimpor barang padat modal. Menurut Leontief, tenaga kerja Amerika itu lebih produktif dibandingkan tenaga kerja negara lainnya. Sehingga barang impor Amerika yang dalam catatan statistik sebagai barang padat modal, jika diproduksi di negara lain menjadi barang padat tenaga kerja. Tingginya produktivitas kerja dikarenakan manajemen dan training yang lebih baik serta tingginya motivasi kerja (Nopirin, 1995).

9 2) Kesamaan Harga Faktor Produksi Inti dari teori ini adalah bahwa perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa negara. Dari teori faktor proporsi Hecksher-Ohlin, selama beberapa negara A memperbanyak produksi barang X akan mengakibatkan bertambahnya permintaan tenaga kerja, sebaliknya makin berkurangnya produksi barang Y berarti makin sedikitnya permintaan akan kapital. Hal ini akan cenderung menurunkan upah (harga dari tenaga kerja) dan menaikkan harga dari kapital (rate of return) (Nopirin, 1995) 3) Teori Permintaan dan Penawaran Menurut Nopirin (1995), pada prinsipnya perdagangan antara 2 negara itu timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan maupun penawaran. Permintaan yang berbeda ini misalnya karena perbedaan pendapatan dan selera, sedangkan perbedaan penawaran misalnya dikarenakan perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktorfaktor produksi, tingkat teknologi dan eksternalitas. Anggapan yang digunakan dalam analisa ini adalah : a) persaingan sempurna, b) faktor produksi tetap, c) tidak ada ongkos angkut, d) kesempatan kerja penuh,

10 e) tidak ada perubahan teknologi, f) produksi dengan ongkos yang menaik (increasing cost of production), g) tidak ada pemindahan kapital. 4) Teori Keunggulan Kompetitif Menurut Hady (2001) dalam Adrian Ramadhan (2009), teori keunggulan kompetitif pertama kali dikemukakan oleh Porter, suatu negara dikatakan memiliki keunggulan kompetitif di pasar global jika memiliki faktor-faktor utama, yaitu kondisi permintaan (demand condition), kondisi faktor (factor condition), industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (releated and supporting industri) dan kondisi strategi, struktur serta persaingan industri (strategy, structure dan rivalry). Selain empat faktor utama tersebut, terdapat dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara faktor-faktor utama tersebut, yaitu faktor kesempatan (chance factor) dan faktor pemerintah (government). Secara bersamaan faktor-faktor tersebut akan membentuk sistem dalam meningkatkan keunggulan daya saing yang disebut porter s diamond (Porter, 1998 dalam Adrian Ramadhan, 2009). a) Kondisi Permintaan Besarnya daya saing suatu komoditi sangat dipengaruhi oleh kondisi permintaan. Kondisi permintaan dapat berasal dari pasar

11 domestik dan pasar internasional. Ketika permintaan akan suatu komoditi semakin besar, maka akan semakin besar juga usaha produsen mencoba untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Kondisi permintaan masyarakat yang semakin maju juga akan membuat industri-industri untuk terus meningkatkan mutu produk-produknya. Produsen juga terus berupaya melakukan inovasi-inovasi untuk memenuhi permintaan konsumen. b) Kondisi Faktor Sumber daya adalah faktor produksi yang penting bagi suatu negara untuk bersaing dengan negara lain. Menurut Adrian Ramadhan (2009), beberapa faktor sumber daya tersebut, antara lain : 1) Sumber daya manusia, meliputi tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan tenaga kerja. 2) Sumber daya alam, meliputi ketersediaan air, mineral, energi, pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan dan bahan baku lainnya yang dibutuhkan dalam industri. 3) Sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), meliputi pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, pengetahuan ilmiah yang menujang dalam kegiatan produksi. 4) Sumber daya modal, meliputi jenis pembiayaan atau sumber modal, jumlah dan biaya yang tersedia, aksesbilitas

12 terhadap pembiayaan serta kondisi lembaga keuangan dan perbankan. 5) Sumber daya infrastruktur, meliputi transportasi, komunikasi, pos dan giro, sistem pembayaran, air bersih, listrik dan lainnya. c) Industri Terkait dan Industri Pendukung yang Kompetitif Industri pendukung terkait berperan menciptakan efisiensi dan sinergi dalam perkembangan industri lebih baik lagi. Industri pendukung terkait ada dua jenis, yaitu industri pendukung dalam penyediaan pasar faktor produksi dan industri pendukung pasca produksi. Industri pendukung dan industri terkait memiliki pengaruh terhadap daya saing secara global, antara lain dengan pengadaan industri bahan baku atau industri hulu yang menjamin input industri utama menjadi lebih murah, kualitas atau mutu komoditi yang lebih baik, pelayanan yang baik dan cepat, pengiriman yang cepat dan jumlah yang sesuai kebutuhan industri. Sedangkan industri hilir berperan sebagai pendistribusi produk dari industri utama ke konsumen. Dengan adanya industri hulu, industri utama dan industri hilir yang terintegrasi, maka efisiensi dapat tercapai dengan adanya biaya transaksi dan transportasi yang dapat ditekan.

13 d) Kondisi Strategi, Struktur dan Persaingan Industri Persaingan membuat produsen termotivasi untuk meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan dan membuat inovasi-inovasi terhadap produknya. Persaingan juga senantiasa membuat produsen untuk memperbaiki produk, mengembangkan produk, mengembangkan teknologi, memperbaiki mutu pelayanan serta menurunkan harga dan biaya. Selanjutnya produsen akan dapat menentukan strategi baru untuk selalu meningkatkan efisiensi dengan adanya persaingan sehat itu sendiri. e) Faktor Kesempatan Terciptanya lingkungan yang bersaing adalah yang menjadi faktor kesempatan. Beberapa faktor kesempatan dalam persaingan, yaitu adanya perubahan harga minyak yang mempengaruhi biaya perusahaan, pergeseran biaya faktor produksi dan kondisi politik yang mempengaruhi daya saing. f) Faktor Pemerintah Pemerintah berperan terhadap faktor-faktor penentu daya saing. Kebijakan yang dibuat pemerintah baik moneter maupun fiskal berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saing. Pemerintah melakukan kebijakan untuk mengatur sumber daya yang tersedia dengan kebijakan ketenagakerjaan, pendidikan, pembentukan modal, penyediaan sumber daya alam, pembatasan standar mutu produk atau di Indonesia disebut SNI. Pemerintah

14 juga berperan penting dalam kemudahan akses birokrasi dan perbaikan kualitas infrastruktur yang ada. c. Alternatif Teori Perdagangan Internasional Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan struktur barang yang diperdagangkan, diantaranya (Nopirin, 1995) : 1) Keterampilan (Human Skills) Salah satu indikator untuk membedakan negara maju dengan negara berkembang adalah dalam hal keterampilan dan keahlian tenaga kerja. Secara umum keterampilan tenaga kerja di negara maju lebih tinggi baik dalam jumlah, jenis dan kualitasnya. Oleh karena itu negara maju cenderung mengekspor barang yang padat tenaga ahli. Sebaliknya, negara berkembang akan mengekspor barang yang padat tenaga tidak ahli. Untuk menguji hipotesis tersebut diperlukan data tentang kandungan tenaga ahli atau tidak terdidik untuk setiap barang yang diperdagangkan, dihubungkan dengan rasio tenaga ahli atau dengan menggunakan data upah. Korelasi antara dua variabel tersebut menggambarkan apakah keahlian dapat dipakai untuk menjelaskan arah perdagangan internasional suatu negara. 2) Skala Ekonomis (Economics of Scale) Suatu negara yang memiliki pasar luas di dalam negerinya cenderung mengekspor barang yang dapat dihasilkan dengan biaya

15 rata-rata menurun dengan makin besarnya skala perusahaan. Sebaliknya suatu negara kecil dimana pasar dalam negerinya sempit dan cenderung mengekspor barang yang tidak memenuhi syarat skala perusahaan yang ekonomis. Untuk membuktikan hipotesis ini perlu dicari hubungan antara luas pasar dengan jenis barang yang diperdagangkan yang diklasifikasikan menurut tingkatan proses produksi, yakni apakah sedang dalam kondisi skala ekonomis atau tidak. 3) Kemajuan Teknologi Suatu negara yang industrinya telah maju biasanya dapat menciptakan barang baru, sehingga dapat menikmati pasar luar negeri untuk produk barunya. Namun lama-kelamaan negara lain meniru dan kemudian mengekspornya. Biasanya negara yang meniru ini mendasarkan pada adanya biaya tenaga kerja yang murah. 4) Product Cycle Teori ini menekankan pada standardisasi produk. Untuk produk baru biasanya masih belum distandarisasi. Dengan makin luasnya pasar serta makin berkembangnya teknologi proses produksi maka produk maupun proses produksi semakin distandarisasi, bahkan mungkin nantinya secara internasional ditentukan standarnya. Hipotesis teori ini mengatakan bahwa negara maju cenderung mengekspor barang yang belum distandarisasi, sedangkan negara berkembang spesialisasi pada barang yang sudah distandarisasi. Uji

16 hipotesis ini dapat dilakukan dengan menghubungkan antara tingkat spesialisasi produk ekspor dengan tingkat industrialisasi. d. Keuntungan Perdagangan Internasional Menurut Deliarnov (1995) dalam Adityama Nugroho (2011), Banyak keuntungan yang dapat di peroleh dari aktivitas perdaganagan luar negeri diantaranya : 1) Apa saja yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri, dengan adanya perdagangan luar negeri dapat dinikmati dengan jalan mengimpornya dari negara lain. Termasuk didalamnya barang konsumsi, barangbarang modal, bahan mentah dan sebagainya. 2) Perdagangan luar negeri memungkinkan dilakukannya spesialisasi sehingga barang-barang bisa dihasilkan secara lebih murah karena lebih cocok dengan kondisi negara tersebut, baik dari segi bahan mentah maupun cara berproduksi. Hal hal seperti ini jelas sangat mendukung efisiensi pemanfaatan sumber daya ke arah yang lebih tinggi. 3) Negara yang melukukan perdagangan luar negeri dapat memproduksi yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan pasar dalam negeri. Dengan demikian kapasitas produksi lebih optimal hal ini juga menyebabkan perluasan pasar produksi dan tenaga kerja sekaligus pendapatan nasional bisa di tingkatkan dan angka pengangguran bisa ditekan.

17 Menurut Nopirin (1999) dalam Adityama Nugroho (2011), para ahli ekonomi klasik memandang perdagangan internasional dapat memberikan kontribusi di dalam mempercepat proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, antara lain : 1) Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Negaranegara yang melakukan spesialisasi dan pedagangan luar negeri akan dapat mempertinggi kegiatan produksinya dan dapat juga menikmati lebih banyak barang daripada sebelum adanya perdaganagn internasional. 2) Memperluas pasar produksi dalam negeri. Dalam suatu perekonomian terjadi keadaan beberapa industri kapasitas produksi sebagian menganggur atau tidak terpakai, sehingga dengan adanya perdagangan luar negeri memungkinkan perluasan pasar untuk hasil-hasil kegiatan produksinya. 3) Mempertinggi produktivitas kegiatan ekonomi. Dengan adanya perdagangan luar negeri suatu negara dapat: mempelajari teknik produksi yang lebih baik, mengimpor barang-barang modal yang baru dan lebih tinggi produktivitasnya dan mempelajari pandanganpandangan baru yang akan memperbaiki cara kerja dan cara memimpin perusahaan yang sedang dijalankan negara lain.

18 e. Kebijakan Perdagangan Internasional Kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan internasional. Instrument kebijaksanaan ekonomi internasional, antara lain (Nopirin, 1995) : 1) Kebijakan perdagangan internasional Mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) dari neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan barang atau jasa. Misalnya adalah tarif terhadap impor, bilateral trade agreement dan lainnya. 2) Kebijakan Pembayaran Internasional Mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening modal (capital account) dalam neraca pembayaran internasional. Kebijakan tersebut adalah dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control) atau pengaturan lalu intas jangka panjang. 3) Kebijakan bantuan luar negeri Tindakan atau kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants), pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan dan bantuan militer negara lain. Menurut Nopirin (1999) dalam Adityama Nugroho (2011), kebijaksanaan ekonomi internasional dalam arti luas adalah tindakan atau

19 kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran internasional. Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, quota dan sebagaimnya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan serta pembayaran internasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal. Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perdaganan dan pembayaran internasional. 1) Kebijakan Peningkatan Ekspor Kebijakan ini antara lain dilakukan dengan menjaga kestabilan harga atau dengan kata lain menjaga kestabilan inflasi pada tingkat yang rendah. Hal ini dilakukan agar komoditi ekspor tidak kehilangan daya saing dengan produk dari negara lain. selain itu yang perlu dilakukan adalah menjaga stabilisasi mata uang pada kondisi mata uang yang realistis, yaitu sesuai dengan perbandingan daya beli mata uang luar negeri. Kebijakan ini juga perlu dibarengi dengan system lalu lintas devisa yang bebas. Kemudian juga diperlukan beberapa kebijakan khusus dengan memberikan insentif khusus pada produsesn dan eksportir seperti system perkreditan dan pajak yang mendorong ekspor. Serta adanya sistem informasi mengenai potensi pasar luar

20 negeri, pelatihan para ekportir di bidang penguasaan teknologi, administrasi keuangan, pemasaran dan lain-lain. 2) Kebijakan Menstabilkan Perkembangan Ekspor a) Perluasan dan penganekaragaman komoditi ekspor atau lebih dikenal dengan deversivikasi ekspor. Kebijakan ini dilakukan agar kita tidak tergantung pada satu atau beberapa komoditi saja, sebagai upaya untuk mencegah kemacetan apabila komoditas tersebut menurun permintaannya. b) Pemrosesan lebih lanjut untuk barang-barang komoditi ekspor yang berupa barang mentah atau barang primer. Dengan adanya pemrosesan ini diharapkan nilai tambahnya meningkat disamping dapat membuka lapangan pekerjaan. c) Perluasan pasar tidak tergantung pada satu atau beberapa negara saja. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih mengintensifikasikan hubungan dengan negara lain serta kerja sama dalam organisasi regional dan organisasi internasional seperti NAFTA, Uni Eropa dan lain-lain. 3) Kebijakan Memaksimalkan Pertumbuhan Ekonomi Kebijakan ini dilakukan agar sektor perdagangan luar negeri dapat dirasakan manfaatnya di dalam negeri yaitu dengan mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor lain. Untuk mencapai hal ini antara lain dilakukan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya pengusaha kecil dan menengah.

21 f. Hambatan Perdagangan Internasional (Hambatan Impor) Hambatan impor atau import barriers adalah peraturan-peraturan impor yang mengurangi kebebasan perdagangan luar negeri, antara lain : 1) Tarif Menurut Salvatore (1997), tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang-barang yang melewati batas suatu negara. Beberapa tarif tersebut, antara lain : a) Tarif impor, yakni pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang di impor dari negara lain. b) Tarif ekspor, yakni pajak untuk komoditi yang di ekspor. c) Tarif Ad Valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentase tertentu dari nilai barang-barang yang di impor. d) Tarif spesifik dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang di impor. e) Tarif campuran adalah gabungan antara tarif ad valorem dengan tarif spesifik. 2) Hambantan non-tarif Dalam Adityama Nugroho (2011) dijelaskan, salah satu bentuk hambatan impor bukan tarif adalah kuota. Kuota adalah pembatasan secara langsung jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota impor) dan keluar (kuota ekspor). Pemberlakuan kuota impor memberikan beberapa dampak terhadap konsumsi dan produksi

22 seperti yang di timbulkan oleh penerapan tarif impor yang setara. Penyesuaian terhadap setiap pergesaran dalam kurva permintaan atau kurva penawaran sehubungan dengan adanya kuota impor akan terjadi pada harga-harga domestik. Sedangkan jika diberlakukan adalah tarif impor, maka penyesuaian tersebut akan terjadi pada kuantitas impor. Secara umum, kuota impor itu lebih menghambat dari tarif impor yang setara. Kuota impor biasanya dikenakan terhadap bahan mentah sebagai barang perdagangan penting serta di bawah suatu pengawasan badan internasional. Berbagai macam restreksi atau bahan hambatan nontarif itu telah menggantikan peranan tarif di masa sebelumnya, ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan dan perkembangan perdagangan internasional yang bebas. 3. Teori Ekspor Pengertian Ekspor barang pada umumnya adalah kegiatan mengeluarkan atau mengirim barang ke luar negeri, biasanya dalam jumlah besar untuk tujuan perdagangan, dan melibatkan Custom (Bea Cukai) baik di negara asal maupun negara tujuan. Bea Cukai bertugas sebagai pengawas keluar masuknya atau sebagai lalu lintas barang dalam suatu negara. Orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan ekspor dinamakan eksportir. Tujuan dilakukan ekspor bagi perseorangan adalah untuk memperoleh

23 keuntungan. Tujuan dilakukan ekspor bagi negara adalah untuk memperoleh devisa negara dalam bentuk mata uang asing. Menurut Soekartini dalam Ati Suprati (2004), ekspor adalah salah satu aspek dari perdagangan internasional yang disebabkan oleh beberapa kondisi, antara lain : a. Adanya produksi di dalam negeri yang berlebih, sehingga produksi yang berlebih tersebut dijual ke luar negeri. b. Adanya permintaan produk dalam negeri oleh konsumen luar negeri, walaupun produksi di dalam negeri tidak berlebih. c. Mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan adanya penjualan ke luar negeri, di mana harga untuk di luar negeri lebih tinggi daripada harga di nasional. d. Adanya barter antara produk dalam negeri dan luar negeri terhadap produk-produk tertentu. e. Adanya kebijakan ekspor yang bersifat politik. Bagi sebuah negara, ekspor menjadi penopang perekonomian dan sumber devisa. Sedangkan bagi sebuah perusahaan, ekspor adalah cara mengembangkan usahanya lebih pesat lagi, dengan menjual produknya di luar negeri. Jadi perdagangan luar negeri melalui ekspor memiliki peranan yang sama-sama penting bagi negara dan perusahaan-perusahaan. Menurut Putong (2003) dalam Adiyatma Nugroho (2011), ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya perdagangan luar negeri, antara lain :

24 a. Untuk mendapatkan barang atau sumber daya yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. b. Untuk mendapatkan barang yang kualitasnya lebih baik dari barang yang diproduksi di dalam negeri. c. Untuk mendapatkan teknologi yang lebih maju, agar dapat memberdayakan sumber daya alam yang ada di dalam negeri. d. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari spesialisai produk. e. Untuk memperluas produk yang dihasilkan dalam negeri ke pasar luar negeri. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan terakhir tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor No. jo SK Memperindag No. 519/MPP/Kep/8/2003, pemerintah membagi komoditi ekspor Indonesia menjadi 3 kelompok sebagai berikut (Depperindag, 2003) : a. Barang yang Diatur Ekspornya Karena pembatasan jumlah yang diekspor. Ekspor barang ini hanya dapat dilakukan oleh eksportir terdaftar yaitu eksportir yang sudah mendapat pengakuan dari Depperindag untuk mengekspor barang tertentu. b. Barang yang Diawasi Ekspornya Berdasarkan SK Menperindag No. 519/MPP/Kep/8/2003, tanggal 28 Agustus 2003, ada 11 jenis barang yang diawasi ekspornya.

25 c. Barang yang Dilarang Ekspornya Barang ini tidak boleh diekspor dengan pertimbangan agar komoditas tersebut diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi untuk meningkatkan nilai tambah, menjaga pengadaan bahan baku, melindungi kelestarian alam/hutan, jenis tanaman dan binatang langka. 4. Definisi Daya Saing Suatu produk dikatakan memiliki daya saing, jika suatu produk memiliki kemampuan untuk memasarkan produknya ke luar negeri dan mampu untuk bertahan di dalam pasar tersebut. Komoditi yang memiliki daya saing berarti memiliki banyak konsumen di luar negeri yang minat akan produknya. Daya saing ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Faktor Langsung 1) Mutu komoditi yang diekspor, bahwa komposisi antara nilai artistik, nilai teknis, serta selera konsumen menentukan dasar mutu komoditi tersebut. 2) Biaya produksi dan penentuan harga jual. 3) Ketepatan waktu penyerahan barang. 4) Tingkat intensitas dalam melakukan promosi. 5) Penentuan saluran pemasaran. 6) Layanan purna jual, seperti pemberian garansi pada suatu produk menentukan kualitas produk yang dijual.

26 b. Faktor Tidak Langsung 1) Kondisi alat dan sarana pendukung ekspor, seperti bea cukai, fasilitas perbankan, alat transportasi, fasilitas birokrasi pemerintah, dan lainlain. 2) Kendala tarif dan non-tarif. 3) Tingkat efisiensi dan disiplin nasional. 4) Subsidi dan promosi produk dari pemerintah. 5) Kondisi perekonomian dunia, seperti resesi global, kerja sama global, dan kebijakan proteksi suatu negara. Menurut Astuty (2000) dalam Adrian Ramadhan (2009), kemampuan sebuah negara untuk memasarkan produknya yang dihasilkan dalam negeri tersebut relatif terhadap kemampuan negara lain. Cara yang sering digunakan dalam pengukuran daya saing komoditi dapat diketahui melalui keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif komoditi tersebut. 5. Definisi Komoditi Mebel Dalam terjemahan bahasa inggris, mebel diterjemahkan menjadi furniture. Kata mebel digunakan karena sifatnya yang bergerak atau mobilitasnya sebagai barang lepas di dalam ruang arsitektur. Di dalam Bahasa Perancis kata mebel disebut meubel, dan di dalam Bahasa Jerman disebut mobel. Secara umum mebel diartikan sebagai benda pakai yang dapat dipindahkan, bermanfaat bagi kegiatan hidup sehari-hari manusia, ketika duduk, tidur, bekerja, makan, bermain, dan melakukan aktifitas lainnya, agar

27 membuat nyaman dan keindahan bagi penggunanya. (Taufiq Primananda, 2010 : 14). Mebel adalah salah satu produk kayu olahan yang pertumbuhannya sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini. Diawali dari pekerjaan rumah tangga, produk mebel sekarang menjadi industri besar yang mampu menyerap tenaga kerja terdidik yang tidak sedikit. Produk mebel secara prinsip dibagi menjadi dua jenis, yaitu mebel untuk taman dan mebel untuk interior di dalam rumah (Manullang, 1991 dalam Taufiq Primananda, 2010). Produk furnitur tediri atas berbagai bahan baku, yaitu furnitur dari kayu olahan yang disebut mebel dan furnitur dari bahan lainnya (plastik maupun besi). Komoditi mebel di dalam kode HS 2012 seperti yang terdapat di UN Comtrade dan BPS adalah ; ; ; Komoditi tersebut adalah semua barang ekspor furnitur yang bahan bakunya berasal dari kayu olahan. B. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian Rohayati Suprihatini (2005) mengenai daya saing ekspor teh Indonesia di pasar dunia, menggunakan pendekatan Constant Market Share (CMS). Penelitian ini menggunakan data statistik ekspor teh Indonesia dan ekspor teh dunia tahun Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan ekspor teh dunia, bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi tersebut disebabkan karena komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar, negara

28 tujuan ekpor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan impor teh yang tinggi, daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia masih lemah. Pada aspek daya saing, ekspor teh Indonesia lebih lemah dari negara-negara produsen teh kecuali Bangladesh. Pada penelitian Achmad Soleh (2012) mengenai kontribusi dan daya saing ekspor sektor unggulan dalam perekonomian Jawa tengah, menggunakan pendekatan analisis RCA (revealed komparatif advantage) digunakan untuk melihat daya saing ekspor sektor unggulan. Berdasarkan analisis daya saing ekspor (Revealed Comparative Advantage) menunjukan sektor unggulan di Jawa Tengah yang memiliki daya saing ekspor adalah industri kayu dan bahan bangunan dari kayu, industri barang mineral bukan logam, industri permintalan, industri semen, dan industri kapur. Nilai RCA tersebut menunjukan bahwa sektorsektor unggulan tersebut memiliki daya saing ekspor. Pada penelitian Adrian Ramadhan (2009) mengenai analisis daya saing industri rotan Indonesia, menggunakan pendekatan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) untuk melihat tingkat daya saing produk, OLS (Ordinary Least Squared) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing secara kuantitatif dan Porter s Diamond secara deskritif. Hasil penelitian meninjukkan daya saing furniture rotan Indonesia cukup tinggi di pasar dunia. Pada masa krisis ekonomi mengalami penurunan nilai RCA, namun pada tahun 1999 kembali bangkit. Adanya kebijakan pemerintah tahun 2005, justru membuat komoditi furniture rotan kembali melemah. Hasil penelitian menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa tingkat daya saing furniture

29 rotan dipengaruhi oleh nilai produksi, nilai ekspor dan kebijakan pemerintah. Seangkan yang tidak berpengaruh adalah tingkat produktivitas dan volume ekspor bahan baku. Hasil penelitian menggunakan Porter s Diamond menunjukkan bahwa industri furniture rotan nasional kurang kompetitif. Kendala yang dihadapi adalah infrastruktur, penyedia layanan transportasi, akses pasar yang minim dan kebijakan pemerintah memperbolehkan ekspor rotan mentah. C. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa industri mebel Indonesia memiliki potensi untuk terus tumbuh nilai ekspornya dari tahun ke tahun. Industri mebel menjadi sangat potensial bagi ekspor kita. Komoditi mebel Indonesia sangat diminati oleh konsumen luar negeri. Komoditi mebel sendiri dapat menjadi penyokong perekonomian Indonesia, dengan menempati ekspor komoditi yang nilainya tertinggi ke dua di bawah tekstil dan produk tekstil. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kuantitatif, untuk melihat keunggulan komparatif industri mebel Jawa Tengah di Indonesia. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis kinerja ekspor komoditi mebel di Jawa Tengah terhadap daya saingnya di Indonesia. Variabel yang diukur adalah nilai ekspor komoditi mebel Jawa Tengah yang dibandingkan nilainya dalam perdagangan di Indonesia.

30 Tingkat daya saing Revealed Comparative Advantage (RCA) upaya-upaya strategis peningkatan daya saing Ekspor mebel Jawa Tengah ( ) Ekspor mebel Indonesia ( ) Sumber : Data penelitian yang diolah, Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis D. Hipotesis Berdasarkan pada permasalahan yang tercantum dalam latar belakang masalah dan sebagai kerangka pokok penelitian yaitu untuk mengetahui daya saing ekspor mebel Jawa Tengah di Indonesia tahun , maka dikemukakan hipotesis : 1. Kekuatan daya saing ekspor mebel Jawa Tengah terhadap ekspor mebel Indonesia memiliki nilai yang tinggi.

31 2. Terdapat upaya-upaya strategis yang dilakukan pemerintah dan eksportir untuk peningkatan daya saing ekspor mebel Provinsi Jawa Tengah terhadap ekspor mebel Indonesia.

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KETIGA Outline Gambaran Tentang Teori Perdagangan Merkantilisme

Lebih terperinci

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 01 Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR Perdagangan internasional merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan antara negara satu dengan negara lainnya dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyebutkan teori perdagangan internasional Mahasiswa mampu mendeskripsikan teori perdagangan internasional Mahasiswa mampu menganalisis

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 15 Materi Minggu 3 Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003) TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Harga suatu barang ekspor dan impor merupakan variabel penting dalam merncanakan suatu perdagangan internasional. Harga barang ekspor berhadapan dengan

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM.

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM. EKONOMI INTERNASIONAL Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM. Materi Ekonomi Internasional Pendahuluan Teori Klasik Teori Neo Klasik Teori Alternatif Kebijakan Perdagangan Pendahuluan Ilmu Ekonomi Internasional I :

Lebih terperinci

Konsep Dasar Ekonomi Internasional. Abdillah Mundir, SE, MM

Konsep Dasar Ekonomi Internasional. Abdillah Mundir, SE, MM Konsep Dasar Ekonomi Internasional Abdillah Mundir, SE, MM Pendahuluan Ilmu Ekonomi Internasional I : cabang ilmu ekonomi yang mempelajari pengambilan keputusan dalam dalam pengunaan sumberdaya yang terbatas

Lebih terperinci

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL I. TEORI PRA KLASIK MERKANTILISME MERKANTILISME ADALAH SUATU ALIRAN EKONOMI YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG PESAT PADA ABAD XVI XVIII DI EROPA BARAT. IDE POKOK MERKATILISME ADALAH

Lebih terperinci

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 24 Materi Minggu 4 Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern) 4.1. Proportional Factor Theory El Hecksher Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaum klasik menerangkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1 A. Arti Perdagangan Luar Negeri Perdagangan internasional adalah cabang Ilmu Ekonomi yang mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan dagang antar negara. Sebagai cabang Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh 126 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kajian Ekspor Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

Organizational Theory & Design

Organizational Theory & Design Modul ke: Organizational Theory & Design Memasuki Pasar Global Fakultas PASCA FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi MM www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Berlakunya pasar bebas dan AFTA seolah menjadi momok

Lebih terperinci

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB VII Perdagangan Internasional SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Komposisi dan arah pandangan antara beberapa negara serta bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian

Lebih terperinci

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) 1 Merkantilisme suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 35 Materi Minggu 5 Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional 5.1. Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional Kebijakan ekonomi internasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Rikky Herdiyansyah SP., MSc Pengertian Kebijakan Ek. Internasional Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana

Lebih terperinci

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan perdagangan barang-barang dan jasa, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Modern (H-O) Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini diambil dari kedua pencetusnya yang berasal dari

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Perdagangan antarnegara atau dikenal dengan perdagangan internasional,

BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Perdagangan antarnegara atau dikenal dengan perdagangan internasional, BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Perdagangan Internasional. Perdagangan antarnegara atau dikenal dengan perdagangan internasional, sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran barang ataupun jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan dan kendala bagi Indonesia. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional pada dasarnya merupakan perdagangan yang terjadi antara suatu negara tertentu dengan negara yang

Lebih terperinci

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE) A. PENDAHULUAN Pemikiran-pemikiran para ahli ekonomi pada suatu waktu diterima. Akan tetapi, kalau dianggap tidak mampu memecahkan masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi, pemikiranpemikiran tersebut

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara.

Lebih terperinci

b. Bahwa barang-barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah didasarkan atas

b. Bahwa barang-barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah didasarkan atas Teori Modern Dalam Perdagangan Internasional Perdagangan antar negara maju pesat sejak pertengahan abad 19 sampai dengan permulaan abad 20. Keamanan serta kedamaian dunia ( sebelum perang dunia I ) memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik Opissen Yudisyus 20100430019 FAKULTAS EKONOMI EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 Teori Perdagangan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH PEMBANGUNAN PERTANIAN & KEBIJAKAN PEMERINTAH TIK ; MAHASISWA DIHARAPKAN DAPAT MENJELASKAN SYARAT - SYARAT POKOK PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEBIJAKAN PENDUKUNGNYA PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang dilaksanakan antar negara yang berbeda

Lebih terperinci

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN

NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN 1. Untuk meningkatkan kerjasama ekonomi internasional, terutama menarik lebih banyak investasi asing di Indonesia perlu diusahakan antara lain : a. Membatasi tingkat

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antar subyek ekonomi Negara yang satu dengan subyek ekonomi Negara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian

Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Arus Lingkar Pendapatan dalam Perekonomian Putri Irene Kanny Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-4 Arus lingkar pendapatan dalam perekonomian tertutup dua sektor Arus lingkar pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan negara yang lain, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, manusia dengan ide, bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah melewati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi perdagangan antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masingmasing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masingmasing BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2001:48) perdagangan atau pertukaran dilakukan oleh penduduk suatu negara

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB 2 KAJIAN LITERATUR BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN INTERNASIONAL Pendahuluan Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan mendapat keuntungan. Tiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA PERDAGANGAN DAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL Disusun Oleh: KELOMPOK VIII 1. Paulo M.P. Harianja (11.032.111.006) 2. Yenny (11.032.111.017) 3. Dian A. Panjaitan (11.032.111.034) 4. Linceria

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional Ekonomi internasional mempelajari bagaimana sejumlah perbedaan ekonomi berinteraksi satu sama lain di dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Konsep dan Teori Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Konsep dan Teori Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep dan Teori Perdagangan Internasional Boediono (1993 : 10), mendefinisikan perdagangan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Menurut Boediono (1994 : 10) perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN INDONESIA OLEH ADRIAN RAMADHAN H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN INDONESIA OLEH ADRIAN RAMADHAN H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN INDONESIA OLEH ADRIAN RAMADHAN H14051439 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ADRIAN RAMADHAN. Analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perdagangan Internasional 2.1.1 Definisi Perdagangan Internasional Setiap negara memiliki karakteristik, sumber daya, ekonomi, dan sosial yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan-perbedaan

Lebih terperinci

Model Perdagangan Hecksher-Ohlin (Teori, Kritik dan Perbaikan) Darwanto, S.E., M.Si. FE UNDIP

Model Perdagangan Hecksher-Ohlin (Teori, Kritik dan Perbaikan) Darwanto, S.E., M.Si. FE UNDIP Model Perdagangan Hecksher-Ohlin (Teori, Kritik dan Perbaikan) Darwanto, S.E., M.Si. FE UNDIP Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin

Lebih terperinci

Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Disampaikan dalam Mata Kuliah Ekonomika Pembangunan 1 Yogyakarta, 13 Mei 2013 Oleh : Endiarjati Dewandaru Sadono (11/315718/EK/18515) Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 25 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Struktur Pasar Struktur pasar dijabarkan sebagai lingkungan persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa (Pappas dan Hirschey, 1995).

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas semua kegiatan ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini terdapat berbagai hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, baik itu dalam penelitian pada umumnya maupun penelitian

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci