BAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan
|
|
- Erlin Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis hendak menarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Beberapa kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, pihak-pihak terkait seperti UKSW, Kelompok Etnis Mahasiswa, Kepolisian kota Salatiga menyadari bahwa keragaman yang ada di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana sangatlah multikultural, oleh karena itu sangat diperlukan pengelolaan konflik mengingat seringkali terjadi konflik antar kelompok etnis mahasiswa pada empat tahun terakhir dari Sejauh ini, terkait dengan pengelolaan konflik di lingkungan UKSW yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait adalah sebagai berikut: Pengelolaan konflik yang dilakukan oleh pihak UKSW: - Kegiatan Ekspo budaya (kegiatan rutin tahunan) yang bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan dan keragaman yang ada di UKSW kepada seluruh mahasiswa UKSW. Kegiatan tersebut dilakukan untuk merawat keragaman yang ada di UKSW, agar setiap kelompok etnis saling menghargai dan menghormati keragaman yang, atas kesadaran tersebut diharapkan agar setiap kelompok etnis tidak berkonflik dengan kelompok lain. - Dialog antar kelompok etnis, kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak UKSW untuk membicarakan mengenai keakraban antar kelompok etnis, dan biasanya dilakukan ketika terjadi konflik antar kelompok etnis sebagai solusi pemecahan masalah yang dilakukan secara kekeluargaan. 109
2 - Kegiatan akademik, kegiatan akademik yang dimaksudkan tidak hanya menyangkut mengenai proses belajar mengajar, akan tetapi dapat dilakukan dalam bentuk yang lain seperti Karya Tulis Ilmiah, Lomba Sain, dan kegiatan yang lain yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian pada konflik, agar mahasiswa lebih fokus pada kuliah dan bukan hura-hura yang berujung pada konflik. - Pendekatan senior, pengelolaan dengan cara melakukan pendekatan kepada senior juga dilakukan oleh pihak UKSW, dengan tujuan agar para senior-senior etnis dapat membimbing dan mengarahkan para anggota etnis untuk tidak melakukan konflik antar kelompok. Pengelolaan konflik yang dilakukan oleh Kelompok Etnis Mahasiswa: - Sharing, kegiatan sharing ini biasa dilakukan oleh kelompok etnis ketika sedang berkumpul selesai kegiatan ibadah etnis atau kegiatan keagamaan yang lain. Tujuan dari kegiatan sharing tersebut adalah agar anggota etnis yang memiliki masalah pribadi dengan kelompok etnis yang lain dapat diredam dan diselesaikan dengan baik. Selain itu kegiatan sharing tersebut juga bertujuan untuk membantu masalah pribadi seperti masalah perkuliahan, masalah keuangan atau masalah yang lain yang dihadapi oleh anggota kelompok etnis mahasiswa. - Ibadah rutin, ibadah rutin merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok etnis, biasanya dalam kegiatan ibadah rutin tersebut diakhiri dengan sharing yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah individu secara bersama-sama. - Acara etnis, acara etnis yang dilakukan biasanya seperti acara keagaaman (Natal, Paskah) dengan mengundang seluruh anggota etnis dan perwakilan dari kelompok etnis yang lain. Pada kegiatan tersebut juga dilakukan obrolan-obrolan mengenai kebersamaan antar kelompok etnis yang bertujuan untuk lebih mengakrabkan antar kelompok etnis. 110
3 - Peran senior, peran senior tentu sangat berpengaruh dalam pengelolaan konflik, hal tersebut dikarenakan kebanyakan dari anggota kelompok etnis sangat menghormati para senior, sehingga dalam hal tersebut senior biasa mendidik dan menasehati para anggota kelompok etnis untuk tetap menjaga ketertiban dan keamanan dan menjaga kekerabatan dengan kelompok etnis yang lain. Peran senior etnis juga sangat berpengaruh pada saat penyelesaian konflik etnis, biasanya para senior dari masing-masing kelompok etnis bertemu dan memilih jalur kekeluargaan sebagai solusi penyelesaian konflik. Pengelolaan konflik yang dilakukan oleh pihak kepolisian kota Salatiga: - Dialog antar kelompok, dalam kaitannya dengan pengelolaan konflik biasanya pihak kepolisian mengundang perwakilan dari seluruh kelompok etnis mahasiswa, dalam kegiatan tersebut pihak kepolisian mengajak seluruh kelompok etnis untuk hidup berdampingan dan saling menghormati perbedaan yang ada. Selain itu pihak kepolisian juga mengajak para mahasiswa untuk turut serta dalam kegiatan seperti ronda bareng polisi agar ketertiban dan keaman di Salatiga tetap terjaga. Pada kegiatan dialog tersebut juga biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi antarkelompok etnis. - Kerjasama dengan UKSW, dalam hal tersebut pihak kepolisian berencana membangun kerjasama dengan pihak UKSW dalam kaitannya dengan ketertiban dan keamanan, seperti membentuk Forum Kemitraan Polisisi Masyarakat. Sedangkan kegiatan kerjasama yang dibangun sejauh ini adalah dengan melakukan pengawalan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh UKSW yang melibatkan banyak kelompok (ekspo budaya, Pekan Olah raga Mahasiswa). Kedua, fakor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan konflik di UKSW meliputi beberapa hal diantaranya: - Ketertiban dan Keamanan, dalam menjaga kondusifitas proses belajar dan menciptakan kota Salatiga yang aman tentu ketertiban dan kemanan 111
4 merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengelolaan konflik di lingkungan UKSW. - Keharmonisan, keasadaran akan keberadaan UKSW yang beragam sudah tentunya diharapkan sebuah kondisi yang harmonis, harmonis dalam artian terjadi sikap saling hormat-menghormati dan merawat keragaman yang ada. Dengan demikian maka keharmonisan merupakan salah satu faktor berikut yang dijadikan sebagai alasan pengelolaan konflik. - Kondusifitas Proses Belajar Mengajar, keberadaan Satya Wacana di Salatiga tentulah bertujuan untuk mendidik dan turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk menciptakan produk mahasiswa yang unggulan dan berprestasi, maka kondusifitas PBM perlu untuk dijaga, agar seluruh mahasiswa terkonsentrasi pada kegiatan belajar dan bukan pada kegiatan yang lain seperti konflik. Konflik antarkelompok secara langsung maupun tidak langsung tentu akan berpengaruh terhadap kondusifitas PBM, oleh karena itu maka kondusifitas PBM dijadikan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengelolaan konflik di lingkungan UKSW. - Merawat keragaman, keragaman yang terjadi di lingkungan UKSW tentulah sangat disadari oleh pihak-pihak terkait khususnya UKSW, karena dalam proses pendiriannya UKSW didukung oleh 18 sinode gereja yang keberadaannya tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga, sudah tentu kondisi lingkungan UKSW sangat multikultur, dan konsisi tersebut harus tetap dijaga keharmonisannya. Merawat keragaman tentu tidak hanya menjadi tugas dan tanggungjawab pihak UKSW, melainkan pihak-pihak yang lain juga, oleh karena itu dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan konfik di lingkungan UKSW, merawat keragaman adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pengelolaan konflik. Ketiga, melihat pada upaya pengelolaan konflik di lingkungan UKSW serta faktor yang mempengaruhinya, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tujuan dari 112
5 upaya tersebut adalah untuk menciptakan kondisi yang tertib, aman, dan harmonis. Sikap saling menghormati dengan kesadaran multikultural merupakan kunci utama dalam menciptakan kondisi yang harmonis, akan tetapi berdasarkan pada temuan lapang penulis menemukan bahwa kesadaran dan sikap saling toleran masih agak kurang di lingkungan UKSW, hal tersebut terbukti dengan terjadinya rentetan konflik sepanjang tahun 2008 hingga Selain itu, solidaritas kesukuan/kedaerahan sangat berpotensi pada terjadinya konflik antarkelompok yang dipicu oleh permasalahan pribadi. Peran masing-masing pihak terkait juga belum maksimal dalam pengelolaan konflik, ketidakmaksimalan pengelolaan konflik tersebut dapat dilihat dari tidak adanya model pengelolaan konflik yang jelas yang dimiliki oleh UKSW, dan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait lebih menitik berat pada proses penyelesaian konflik dan bukan pada penanggulangan konflik. Selain itu, penyelesaian konflik yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait hanya bersifat permukaannya saja, sedangkan substansi masalah multikultural yang harusnya diselesaikan lewat dialog antar kelompok tidak tersentuh secara maksimal, hal tersebut dapat dilihat dari minimnya kegiatan dialog/atau seminar yang menyangkut keragaman dan konflik yang dilakukan oleh UKSW. Penyelesaian konflik yang bersifat permukaan tentu akan berpotensi pada munculnya konflik dikemudian hari, karena penyelesaian konflik yang bersifat permukaannya saja masih menyimpan benih-benih dendam yang dapat meledak dikemudian hari. Bahkan, kegiatan-kegiatan pengelolaan konflik yang dilakukan oleh UKSW seperti ekspo budaya yang bertujuan untuk mengakrabkan dan saling menghormati keragaman seringkali berakhir pada konflik antarkelompok. Oleh karena itu, perlu dirumuskan secara bersama-sama dengan pihak terkait lainnya terkait model pengelolaan konflik di lingkungan UKSW, agar konflik multikultural tidak hanya terselesaikan permukaannya saja melainkan dapat terselesaikan hingga akar. Pemahaman mengenai keragaman/kesadaran multikultural perlu ditegaskan kembali dan dijadikan sebagai dasar dalam perumusan model pengelolaan konflik di lingkungan UKSW. Untuk dapat menumbuhkan kesadaran multikultural maka keterbukaan diri pada masing-masing kelompok etnis perlu ditumbuhkan dan penegasan mengenai 113
6 kesadaran multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan akademik seperti melalui perkuliahan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Pendidikan Pancasila, Etika Kristen dan juga dapat dilakukan melaui kegiatan dialogseminar antaragama atau dialog/seminar mengenai multikulturalisme. 7.2 Saran Melihat pada beberapa kesimpulan di atas, maka penulis merekomendasikan beeberapa hal terkait dengan pengelolaan konflik di lingkungan UKSW. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Sebaiknya UKSW perlu membuat program yang sistematis/rutin seperti dialog antarbudaya, dialog antarkelompok etnis, dan mendesain ulang terhadap kegiatan tahunan seperti ekspo budaya, karena berdasarkan pengamatan penulis dalam kegiatan tersebut selalu terjadi konflik antar kelompok etnis. Dalam hal ini UKSW dirasa perlu melibatkan para pengurus kelompok etnis pada kegiatan yang sifatnya keagamaan atau kebudayaan, agar para pengurus etnis tersebut dapat lebih mudah mengendalikan anggotanya untuk tidak berkonflik dalam mengikuti kegiatan. Selanjutnya, UKSW perlu memasukan pemahaman-pemahaman/penekanan mengenai multikulturalisme, kesadaran bertoleransi dalam keragaman, dan mengajak para mahasiswa untuk menjaga keragaman yang ada dalam setiap kegiatan atau dalam kegiatan perkuliahan umum seperti dalam matakuliah umum Ilmu Sosial Budaya Dasar, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Etika Kristen. Pihak UKSW juga sepertinya tidak cukup dengan hadir untuk memfasilitasi penyelesaian konflik yang terjadi, dalam hal tersebut nampaknya UKSW juga perlu memberikan sanksi kepada para pelaku konflik. Hal tersebut dimaksudkan agar memberikan efek jera bagi para pelaku konflik, karena jika hanya difasilitasi dan tanpa adanya sanksi yang tegas maka dimungkinkan konflik akan terulang kembali. Selain itu, pola skenario pengembangan mahasiswa juga perlu dijalankan dengan maksimal seperti adanya pola pembinaan mahasiswa di asrama UKSW, atau dalam kegiatan pelatihan kepemimpinan. 114
7 Kedua, setiap kelompok etnis nampaknya perlu untuk saling membuka diri dengan kelompok etnis yang lain, misalnya dalam kegiatan pergaulan. Kelompok etnis khususnya para senior etnis berperan penting untuk menekankan kepada adikadik agar tidak selalu bergerombol sesuai dengan kelompok etnis/suku, melainkan membuka diri untuk bergaul dengan kelompok etnis yang lain. Kelompok etnis melalui para pengurus juga nampaknya perlu menekankan pemahaman mengenai keragaman yang ada, mengajak para anggota etnis untuk dapat menerima perbedaan dan menghargai perbedaan yang ada. Penekanan pemahaman bagi para anggota tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan sharing antara senior dengan yunior, kegiatan ibadah, atau melalui pertemuan rutin etnis. Selanjutnya, kelompok etnis juga perlu memberikan pemahaman kepada seluruh anggotanya untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan seperti mengkonsumsi minuman keras, dan menganjurkan kepada seluruh anggota etnis untuk selalu menyelesaikan persoalan individu dengan individu dan tidak membawa-bawa identitas kesukuan/kedaerahan atau melibatkan etnis. Ketiga, pihak kepolisian juga perlu melakukan pemantauan mengenai peredaran miras di kota Salatiga, karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman keras merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik. Selanjutnya, pihak kepolisian juga perlu menindak tegas bagi para pembuat konflik yang disebabkan oleh minuman keras, karena konflik yang terjadi dan diselesaikan dengan cara kekeluargaan hanya menyelesaikan permukaan konflik. Keempat, UKSW, kelompok etnis, dan kepolisian sebaiknya bekerjasama untuk membuat program yang sistematis dalam kaitannya dengan pengelolaan konflik. Kegiatan tersebut bisa dilakukan dalam hal seperti, siskamling mahasiswa yang mana kegiatan siskamling tersebut melibatkan beberapa kelompok etnis dengan didampingi kepolisian yang bisa diwadahi dalam Forum Kemitraan Polisi Masyarakat(FKPM), atau kegiatan dialog kebudayaan yang melibatkan kelompok etnis dan pihak kepolisian. 115
8 Kelima, bagi pihak yang ingin melakukan penelitian lanjutan, direkomendasikan agar melakukan penelitian dengan tema: a). Hubungan kelembagaan antara UKSW dan pihak pemerintah dalam hal mengelola keberagaman di Salatiga; b). Pengaruh bahasa (dialek) dalam pergaulan multikultural; c). Pola komunikasi antar etnis di Salatiga. c) peran pemilik kost dalam upaya pencegahan keributan. 116
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN KONFLIK
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN KONFLIK Dalam bab ini akan dibahas dua topik utama, yakni a). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan konflik yang dilakukan baik oleh UKSW maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pepatah Cina mengatakan, jika anda tidak pernah bertikai dengan orang lain, maka anda tidak akan mengenal satu sama lain. Konflik merupakan suatu hal
Lebih terperinciWawancara 03 Januari : Bpk Elly Doirebo. (Senior HIMPPAR)
Wawancara 03 Januari 2013 Nama : Bpk Elly Doirebo (Senior HIMPPAR) Organisasi yang kini dikenal sebagai Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Papua Barat (HIMPPAR) pada awalnya lahir dari ide para mahasiswa utusan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan budaya sekolah dan pengelolaan stres
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM HIMPPAR
BAB IV GAMBARAN UMUM HIMPPAR 4.1 Sejarah dan Latar Belakang HIMPPAR Kedatangan mahasiswa asal Papua ke Kota Salatiga pertama kali pada tahun 1968. Mahasiswa pertama yang datang dari Papua adalah Alm. Bapak
Lebih terperinciPendekatan Kontekstual (CTL) pada Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS
Pendekatan Kontekstual (CTL) pada Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Seminar Nasional Pendidikan Multikultural: Upaya Membangun Nasionalisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
Lebih terperinciPeningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial
XVI Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial Untuk mewujudkan Jawa Timur makmur dan berakhlak, diperlukan landasan kesalehan sosial dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa temuan penelitian yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Berikut
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dan dilanjutkan dengan proses analisis, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. bahwa karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa,etnis/suku, dan keyakinan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa masyarakat kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa
Lebih terperinciNILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati
NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal
117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam
BAB IV ANALISIS A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun Mojokerep Dalam menanamkan nilai-nilai multikultural, tidak lepas dari peran masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Salatiga merupakan kota kecil dengan luas wilayah km 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Salatiga merupakan kota kecil dengan luas wilayah 58.781 km 2 dengan jumlah penduduk sekitar 176.090 jiwa. Kota ini secara geografis berada pada jalur yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan
338 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa
Lebih terperinciBAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan
BAB 5 Penutup 5.1 Kesimpulan Hidup bersama membutuhkan membutuhkan modus operandi agar setiap individu di dalamnya dapat berdampingan meskipun memiliki identitas dan kepentingan berbeda. Perbedaan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA
PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai
Lebih terperinciANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR
ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR (Studi Kasus pada SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Gumpang Kartasura Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
207 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk/jenis kegiatan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
207 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab V ini peneliti akan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab lima ini merupakan kesimpulan dari hasil
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung
Lebih terperinciMetode Pendidikan Nilai dan Moralitas. menurut Howard Kirschenbaum
Metode Pendidikan Nilai dan Moralitas menurut Howard Kirschenbaum Ada 4 metode pendidikan nilai dan moralitas, yaitu: 1. Metode penanaman nilai-nilai dan moralitas. Beragam strategi digunakan sekolah untuk
Lebih terperinciOleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA
Oleh: DEPUTI VI/KESBANG KEMENKO POLHUKAM RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KAB/KOTA SE INDONESIA Jakarta, 6 Oktober 2016 VISI KABINET KERJA: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN
Lebih terperinciKEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro
KEMITRAAN SEKOLAH Workshop Strategi Pengembangan Mutu Sekolah Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah diselenggarakan Prodi S2 Manajemen Pendidikan dan S3 Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinci1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus
BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) merupakan salah satu forum yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama dan Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial. Sebuah. pernyataan yang sekaligus menunjukkan identitas manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial. Sebuah pernyataan yang sekaligus menunjukkan identitas manusia, dimana dalam kehidupan sehari-hari individu melakukan interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. ABSTRAK. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. ABSTRAK. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. i iii v viii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1 1.2. Identifikasi dan Perumusan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
100 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama hampir dua bulan di Sekolah Dasar Negeri 2. Pada bab
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu meningkatnya pengangguran dan sulitnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metodologi merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai pemahaman. Jalan untuk mencapai pemahaman tersebut ditetapkan secara bertanggung jawab secara ilmiah dan data yang dicari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar
I. PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
Lebih terperincimaupun dari anggota. Berikut adalah profil informan dalam penelitian ini : a. Pak Min, seorang breeder yang sudah menekuni kegiatan penangkaran
Profil Informan Penelitian tentang komunitas Kicau Mania ini salah satu metodenya adalah metode wawancara.dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang narasumber baik yang tercatat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari penelitian. Kesimpulan yang peneliti rumuskan berupa jawaban dari masalah-masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi jasmani-rohani dan duniawi-ukhrawi. Pembangunan nasional
Lebih terperinciKONSEP SPIRITUALITAS MAHASISWA/I FAKULTAS TEOLOGI UKSW
KONSEP SPIRITUALITAS MAHASISWA/I FAKULTAS TEOLOGI UKSW Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sains dalam Ilmu Teologi (S.Si-Teol) disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Lebih terperinciProject Luar Kelas CBDC TFI. Character Building : Agama. Judul Project :
Project Luar Kelas CBDC TFI Character Building : Agama Judul Project : Kegiatan Bakti Sosial dalam Meningkat Kepedulian dan Toleransi antar Umat Beragama di Panti Asuhan Sayap Ibu Identitas Kelompok :
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
92 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Setelah penulis menyampaikan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pemahaman Nilai-nilai Multikultural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN TEORI
BAB V SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN TEORI A. Simpulan Berdasarkan temuan penelitian yang telah diuraikan pada bagian pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa MGMP PKn SMP pengembangan kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN. membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa. hidupnya di tengah masyarakat yang majemuk.
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, yang secara individu membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari bantuan orang lain, manusia
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciPemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan pendidikan merupakan salah satu rangkaian yang penting dalam proses manajemen. Inti pembicaraan pengawasan pendidikan terutama tertuju pada pencapaian
Lebih terperinciTARGET TAHUN Persentasi kejadian SARA yang tertangani
RENCANA AKSI TAHUN 207 BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BLITAR TUJUAN/SASARAN Meningkatnya Komunikasi dan Silaturahmi Antar Umat Beragama Persentasi kejadian SARA yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai suku atau etnis yang berkembang dan tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salatiga adalah salah satukota kecil yang berada di Jawa tengah. Terletak di selatan Kota Semarang atau sering diberi julukan Indonesia Mini, pemberian julukan
Lebih terperinciOleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.
PENDIRIAN RUMAH IBADAT MENURUT PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 8 DAN 9 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAT (Studi Kasus Kota Pekanbaru) Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen
Lebih terperinciINDIKATOR BIDANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN
INDIKATOR BIDANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN Untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Kelurahan Kedungmundu perlu adanya kerjasama antara Pemerintah Kelurahan dengan Babinkamtibmas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalah banyak. Keberagaman agama tersebut pada satu sisi menjadi modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang beragam baik dari sisi budaya, etnis, bahasa, maupun agama. Dari sisi agama, di negara ini hidup berbagai agama besar dunia seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaannya. Undang Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dan utama dalam pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu sasaran dalam rangka
Lebih terperinciBAB III DATA DEMOGRAFI PENELITIAN. banyaknya curah hujan 0,36 mm/tahun serta merupakan dataran rendah.
36 BAB III DATA DEMOGRAFI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Mulung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Desa ini mempunyai luas wilayah
Lebih terperinciDalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Toleransi beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toleransi beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau perbuatan yang menunjukkan siswa saling menghargai, menghormati, tolongmenolong, mengasihi, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa, ras, agama, yang berbeda-beda namun tetap dalam satu wadah yang sama, dalam suatu perbedaan yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam hidup ini terdapat macam media massa. Media massa memberikan pengaruh dalam pikiran dan tingkah laku masyarakat atau khalayak yang menikmatinya. Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 bahwa, pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada persaingan era globalisasi ini, mutu sumber daya manusia merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Mutu sumber daya manusia itu sendiri ditentukan oleh
Lebih terperinciMANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS SEKOLAH
MANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS SEKOLAH PENGERTIAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK Manajemen Peserta Didik (pupil personnel administration): suatu layanan yang memusatkan perhatian kepada pengaturan, pengawasan,
Lebih terperinciSOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur
SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur Sebuah desa yang teratur dibayangkan sebagai suatu tempat yang sejuk, harmonis, dengan tata aturan (modern-rasional) yang jelas sehingga anggota-anggota
Lebih terperinciSAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA SARASEHAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TANGGAL : 13 DESEMBER 2017
1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA SARASEHAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TANGGAL : 13 DESEMBER 2017 Assalamulamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah bagian terpenting dalam hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Komunikasi menyentuh sebagian besar kehidupan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018
(KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beragama adalah hak asasi setiap warga negara dimana setiap orang bebas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disampaikan dalam bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciS1 Manajemen. Visi. Misi
PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Manajemen Visi Menuju Program Studi Sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa. Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika
44 BAB IV ANALISIS A. Kualitas Tingkat Toleransi Pada Masyarakat Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Toleransi antar umat beragama, khususnya di Indonesia bertujuan untuk menumbuhkan
Lebih terperinci