PROFIL DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PINDANG MODERN DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH
|
|
- Yuliana Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROFIL DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN PINDANG MODERN DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH ppa-02 Gunawan* 1, Giri R. Barokah 1 dan Putri Wullandari 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 2 Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan gunawan170881@yahoo.co.id; waffen.valky@gmail.com Abstrak Perkembangan industri perikanan diukur melalui tingkat perkembangan unit pengolah ikan yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi yang dimiliki Kabupaten Pati untuk menjadi salah satu sentra industri pindang modern. Penelitian dilakukan dengan metode survey lapangan, wawancara langsung kepada pelaku usaha, dinas terkait dan studi pustaka. Responden dipilih secara proporsional mewakili tipe pengolah yaitu kelompok atau perorangan untuk memperoleh data yang konprehensif. Hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dikomparasi dengan data sekunder. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa sebagai salah satu sentra pengolah pindang di Indonesia, Kabupaten Pati sudah didukung oleh adanya berbagai sumber daya dan fasilitas yang meliputi: pembudidaya ikan, pengolah, pemasar, nelayan, tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. Selain itu, didukung oleh ketersedian tambak, kolam, TPI, cold storage, UPI, pabrik es, daerah pemasaran dan yang lainnya. Melimpahnya sumberdaya tersebut, menunjukkan bahwa Kabupaten Pati memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi industri pengolahan pindang modern. Berdasarkan ketersediaan bahan baku, jenis ikan yang mendominasi pengolah pindang di Kabupaten Pati adalah ikan layang, lemuru dan tongkol, dengan total produksi tahun 2011 sebesar ton. Jumlah SDM yang terlibat pada usaha pengolahan pindang mencapai orang yang tersebar pada 81 UPI. Volume produksi rata-rata pindang Kabupaten Pati selama tahun meningkat sebesar 51,20%. Jalur pemasaran produk pindang menyebar ke daerah Jawa Tengah (Kabupaten Pati, Rembang, Jepara, Kudus, Solo, Wonogiri, Klaten, Semarang), Yogyakarta, Jawa Timur (Malang, Surabaya, Prigi),Jawa Barat (Tasikmalaya) dan Jakarta. Beberapa permasalahan antara lain peralatan pemindangan masih sederhana (dinding dari bambu, lantai masih tanah), pasokan air bersih kurang (mengandalkan pasokan air dari sungai) dan ketersediaan bahan baku ikan pindang yang masih fluktuatif. Kata Kunci: Juwana, Pati, pengolahan, pindang, UPI Pengantar Kabupaten Pati terletak di daerah Pantai Utara Pulau Jawa dan di bagian timur dari Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah ha yang terdiri dari 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan, dan dukuh. Dari segi letaknya Kabupaten Pati merupakan daerah yang strategis di bidang ekonomi sosial budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan/penggalian dan pariwisata. Dari data yang diperoleh, potensi utama kabupaten ini adalah pada sektor pertanian, yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah bagian timur, terletak di antara bujur timur dan ,00 lintang selatan. Sektor kelautan dan perikanan di kabupaten Pati mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian daerah maupun nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup nelayan pelaku usaha di bidang perikanan. Untuk memberikan nilai tambah terhadap hasil perikanan,mengingat ikan mudah busuk, perlu dibuat alternatif pengolahan atau pengawetan Semnaskan_UGM / Pasca Panen (ppa- 02) - 127
2 guna memperpanjang masa simpan dan distribusinya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui proses pembekuan, pengalengan, pengasinan, pemindangan, atau pengasapan. Salah satu proses pengawetan terhadap ikan yang paling popular adalah melalui pemindangan. Wahyuni (2002) menyebutkan bahwa dengan semakin meningkatnya produksi ikan, maka diperlukan suatu penanganan pascapanen yang cepat yakni melalui pengawetan yang memadai agar nilai kenaikan produksi tidak sia-sia. Pengawetan ini diperlukan untuk memperpanjang masa simpan ikan terutama di saat-saat musim ikan melimpah. Pemindangan memiliki potensi yang cukup baik, namun terdapat permasalahan dalam pengembangan usaha ini. Peranan pemindangan masih dianggap kecil oleh sebagian ahli perikanan. Pemindangan berkembang dengan pesat secara diam-diam dalam kenyataan sehari-hari, tetapi merangkak dalam statistik perikanan. Hal ini menjadi tantangan bagi semua pemegang peran untuk lebih memajukan pemindangan ikan di Indonesia. Keterbatasan ilmu pengetahuan mengenai sanitasi dan higienitasi serta keterbatasan teknologi usaha pemindangan tersebut, membuat pemindangan ikan belum mencapai produktivitas yang optimal untuk berkembang dan turut berperan serta menyehatkan rakyat Indonesia melalui pengolahan pangan perikanan yang bersih dan baik. Pada kenyataannya yang terlihat di beberapa daerah seperti kabupaten Pati, usaha pengolahan pindang belum dapat memberikan ruang yang optimal bagi penerapan sanitasi dan higienitasi. Hal ini terkait pada masalah peralatan yang mudah kotor, sulit dibersihkan dan memungkinkan banyak kontaminasi dari luar dan terjadinya akumulasi kotoran. Tulisan ini mencoba mengulas profil usaha pengolahan ikan pindang, khususnya di kabupaten Pati, Jawa Tengah. Hal ini karena ikan pindang merupakan jenis olahan ikan utama para pengolah di kabupaten Pati. Bahasan difokuskan pada potensi bahan baku, kondisi unit-unit pengolah ikan (UPI), rantai distribusi dan permasalahan yang ada di lapangan. Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pati pada Bulan Oktober 2013 dengan metode metode survey lapangan dan studi pustaka, tujuannya adalah untuk mendapat gambaran detail tentang perkembangan usaha pengolahan ikan pindang di Kabupaten Pati. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada beberapa responden yang meliputi pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, petugas lingkup TPI/PPI, pelaku usaha pengolahan ikan, serta UKM pengolahan ikan setempat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, data statistik Kabupaten Pati, data statistik perikanan Indonesia serta sumber informasi lain yang relevan. Analisa data dilakukan dengan tabulasi statistik biasa diikuti dengan komparasi terhadap periode sebelumnya atau melakukan analisa terhadap data yang ada (Singarimbun & Effendi, 1985; Nazir, 1998). Hasil dan Pembahasan Potensi Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati, Jawa Tengah Sebagai salah satu sentra pengolah perikanan kabupaten Pati sudah didukung oleh berbagai sumber daya dan fasilitas. Sumberdaya manusia yang dimiliki meliputi: pembudidaya, pengolah, pemasar, nelayan dan tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. Dalam kaitanya dengan usaha pengolahan di kabupaten Pati, sedikitnya terdapat sekitar 532 pengolah perikan dan 81 di antaranya adalah pengolah pindang. Hal tersebut merupakan potensi sumberdaya manusia yang cukup besar. Selain SDM, Kabupaten Pati memiliki sumbedaya lain yang besarnya tidak sedikit, seperti ketersedian tambak, kolam, TPI, cold storage, UPI dan yang lainnya. Keberlimpahan sumberdaya tersebut baik SDM maupn non SDM, menunjukkan adanya potensi sumberdaya perikanan yang dapat digunakan untuk keberlangsungan usaha pengolahan hasil perikanan Semnaskan_UGM / Gunawan et al.
3 Namun fasilitas tersebut memerlukan berbagai penyempurnaan. Penyempurnaan perlu dilakukan untuk mengoptimalkan tingkat keberhasilan dalam usaha perikanan terutama pengolahan. Dari berbagai bidang usaha pengolahan perikanan yang ada, pemindangan memiliki potensi menjadi primadona dalam usaha tersebut. Daftar potensi lengkap disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Potensi sektor kelautan dan perikanan Kabupaten Pati. Jenis Potensi Uraian Jumlah Sumberdaya Pembudidaya Tambak Orang Masyarakat Pembudidaya Kolam Orang Bakul Ikan Orang Pengolah Ikan 532 Orang Nelayan Orang Tenaga Kerja (Pengolahan) Orang Sumberdaya Tambak ,52 Ha Usaha Kolam 272 Ha Jumlah TPI 8 Buah Cold Storage 6 Buah Pabrik Es 7 Buah Unit Pengolah Ikan 540 Unit Pengolah Segar 65 Unit Pembekuan 6 Unit Penggaraman/Pengeringan 21 Unit Pemindangan 100 Unit Pengasapan 294 Unit Fermentasi 29 Unit Pengolahan Lainnya 25 Unit Sumber: Dinas KP Kab. Pati (2012); BPS (2012). Berdasarkan jumlah produksi perikanan yang ada di Kabupaten Pati, perairan tangkap masih unggul dalam hal jumlah produksi disusul kemudian oleh budidaya, kolam dan perairan umum. Dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat yang berkisar antara 12,04-28,41% pada tahun Namun hanya perairan umum dan budidaya yang masih bisa terus ditingkatkan mengingat yang lainnya terbentur dengan terbatasnya ketersediaan di alam. Data lengkap potensi perikanan di Kabupaten Pati disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Data produksi perikanan kabupaten Pati, Jawa Tengah (Sumber: Dinas KP Kab. Pati, 2012). Berdasarkan ketersediaan bahan baku, impor masih mendominasi pasokan bahan baku, selama peiode terjadi kenaikan impor sebanyak 53,68% dan periode terjadi kenaikan sebanyak 60,37%. Rendahnya ketersediaan bahan baku lokal ditengarai oleh Semnaskan_UGM / Pasca Panen (ppa- 02) - 129
4 menurunnya jumlah tangkapan nelayan lokal. Data produksi pindang lengkap disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Data produksi pindang kabupaten Pati, Jawa Tengah (Sumber: Dinas KP Kab. Pati, 2012). Usaha Pengolahan Ikan Pindang di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Jenis ikan yang banyak dipindang di Kabupaten Pati khususnya daerah Juwana adalah ikan layang (Decapterus sp.), tongkol (Auxis thazard), dan lemuru (Sardinella sp.) dengan jumlah produksi tahun 2011 sebesar ton layang, ton lemuru dan 690 ton tongkol. Kenaikan rata-rata volume produksi pindang kabupaten Pati selama tahun adalah 51,21%. Gambar 3 merupakan gambaran produksi jenis ikan yang diolah menjadi pindang yang didaratkan di TPI/PPI di kabupaten Pati. Gambar 3. Ketersedian bahan baku pindang di TPI kabupaten Pati tahun 2011 (Sumber: Dinas KP Kabupaten Pati, 2012). Di Kabupaten Pati, pengolah pindang berskala kecil dan menengah yang tercatat pada Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pati (2013) sebanyak 81 usaha. Khusus untuk kecamatan Juwana sendiri terdapat usaha pengolahan pindang sebanyak 36 perusahaan, namun yang memiliki kapasitas produksi yang cukup besar hanya ada sekitar 23 perusahaan dengan kisaran produksi kg/hari. Umumnya perusahaan tersebut memiliki tenaga kerja sebanyak orang. Modal awal mereka berkisar antara 30 juta sampai dengan 5 milyar rupiah. Gambaran profil UPI di kabupaten Pati seperti terlihat pada Tabel Semnaskan_UGM / Gunawan et al.
5 Tabel 3. Profil UPI di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Sumber: Dinas KP Kabupaten Pati, 2012). Nama UPI Jenis Produk Kapasitas produksi (kg/hari) Tenaga kerja (orang) Rukun Mina Barokah Pindang Mina Raya Pindang Mina Sejahtera Pindang & cabut duri Perorangan Pindang & olahan lain < Supaya didapat gambaran yang lebih nyata maka kegiatan penelitian ini melakukan observasi lapang dengan cara melakukan wawancara terhadap beberapa pengolah yang ada disentra pemindangan yaitu Kecamatan Juwana. Berdasarkan hasil wawancara di kabupaten Pati terdapat 3 Kelompok-Pengolah-Pemasar (poklasar) utama, yaitu: Rukun Mina Barokah, Mina Raya dan Mina Sejahtera, sisanya merupakan pengolah-pengolah kecil yang bersifat individu. Hasil selengkapnya dari kegiatan tersebut disampaikan sebagai berikut. 1. Usaha pemindangan poklasar Rukun Mina Barokah Poklasar ini merupakan kelompok pengolah yang terbesar yang ada di kabupaten Pati, dengan jumlah anggota sebanyak 38 pengolah. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Kelautan Perikanan kabupaten Pati anggota yang kontinu memproduksi pindang dalam yang konsisten tinggal 24 anggota. Kelompok ini beranggotakan pengolah yang produksi per harinya berkisar antara 5-15 ton. Anggota poklasar Rukun Mina Barokah tersebar di antara Kecamatan Duku Talit dan Bajomulyo. Berdasarkan hasil observasi jenis usaha pengolahan yang dilakukan oleh anggota poklasar Rukun Mina Barokah adalah usaha pemindangan, selebihnya adalah usaha ikan cabut duri. Jenis ikan yang diolah menjadi pindang adalah tongkol, layang dan bandeng. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ikan kelompok ini melakukan pembelian melalui proses lelang yang dilaksanakan oleh TPI Bajomulyo dan ada juga yang berasal dari ikan tangkapan sendiri. Umumnya mereka memiliki sarana dan prasarana pengolahan yang lengkap, mengngat anggota poklasarnya ini biasanya memiliki modal awal berkisar antara 300 juta sampai dengan 1 milyar. Untuk membantu proses pengolahan pindang biasanya poklasar ini mempekerjakan sebanyak orang pekerja. Sebagian besar dari pekerjanya merupakan buruh harian, sisanya buruh mingguan dan pegawai tetap. Pekerja didominasi oleh wanita dan ibu yang bekerja dibagian sortasi dan pegepakan. Proses pemindangan yang umum dilakukan oleh anggota poklasar Rukun Mina Barokah adalah diawali dengan sortasi dan preparasi bahan baku, dilanjutkan perebusan yang dilakukan dalam bak perebus berbentuk persegi terbuat dari stainless steel, kemudian berakhir dengan pengemasan dalam besekan bambu dan selanjutnya pengiriman. Perebusan umumnya dilakukan selama 5-10 menit untuk semua jenis ikan dalam sekali proses pemindangan. Untuk satu kali proses mereka mampu merebus hingga 2-3 ton. Lama waktu perebusan yang dilakukan menentukan kualitas dari ikan pindang tersebut, semakin lama perebusan kualitas ikan akan lebih tahan lama. Penambahan garam dilakukan menyesuaikan banyaknya ikan yang diolah. Dalam proses perebusan selain garam juga memakai tawas untuk mengurangi kekeruhan air perebusan dan pemberi rasa gurih pada ikan pindang. Air sisa proses pengolahan pindang yang dihasilkan dibuang langsung ke sungai tanpa proses penjernihan terlebih dahulu. Selama proses pemindangan digunakan bahan bakar berupa kayu bakar Kayu bakar diperoleh dari pemasok yang sudah berlangganan mengirimkan kayu bakar ke pengolah-pengolah pindang. Setiap harinya tidak kurang dari 10 kilogram kayu bakar habis digunakan dalam proses pemindangan. Dengan harga kayu bakar yang bervariasi sekitar rupiah per kilogramnya. Semnaskan_UGM / Pasca Panen (ppa- 02) - 131
6 Hasil usaha poklasar berupa ikan pindang dijual tersebar ke daerah Juwana, Solo, Yogyakarta, Klaten, Wonogiri, Semarang, Tasikmalaya, Surabaya dan Sragen dengan harga jual menyesuaikan harga di pasaran. Transportasi produk menggunakan armada darat dengan cara dikirim ataupun dijemput oleh pihak pembeli. Gambar 4. Kondisi proses pemindangan di poklasar Rukun Mina Barokah. 2. Usaha pemindangan poklasar Mina Raya Poklasar ini memiliki anggota sebanyak 16 pengolah. Kelompok ini beranggotakan pengolah yang produksi per harinya berkisar antara 0,5-4 ton dan termasuk dalam kategori pengolah sedang. Anggota poklasar Mina Raya tersebar di antara Kecamatan Duku Talit dan Tluwuk. Adapun jenis Ikan yang diolah adalah bandeng, tongkol dan layang. Bahan baku ikan di peroleh dari TPI Bajomulyo, TPI Juwana 2 dan cold storage, dengan tingkat harga yang menyesuaikan kondisi dan musim ikan. Bahan baku tersebut diperoleh dengan cara mengikuti lelang yang diadakan oleh TPI Bajumulyo. Sebanyak 1-2 ton setiapharinya bahan baku ikan diperoleh dari proses pelelangan tersebut. Umumnya anggota poklasar tersebut memiliki keterbatasan modal, sehingga berimbas pada jumlah produksi yang tidak menentu. Biasanya anggotanya memiliki modal awal kurang dari 100 juta. Untuk membantu proses pengolahan pindang biasanya poklasar ini mempekerjakan sebanyak orang pekerja. Sebagian besar dari pekerjanya merupakan buruh harian, mingguan dan pegawai tetap. Pekerja didominasi oleh wanita dan ibu yang bekerja dibagian sortasi dan pengepakan. Pengolahan pindang dilakukan setiap hari. Untuk sekali proses perebusan dibutuhkan waktu selama 5-10 menit. Hasil pemindangan dikemas dalam setiap kemasan besek dengan isi 2-3 ekor ikan. Pengolahan biasanya dilanjutkan pada hari berikutnya apabila persedian ikan masih tersisa. Bahan campuran lainnya yang digunakan selama proses pemindangan adalah berupa tawas dan garam. Jumlahnya menyesuaikan dengan banyaknya ikan yang diolah pada hari itu. Fungsi penambahan tawas untuk membantu menjernihkan dan sebagai desinfektan pada proses pemindangan, sedangkan garam sebagai pengawet alami sekaligum pemberi rasa pada ikan indang. Selama proses pemindangan digunakan bahan bakar berupa kayu bakar. Bahan bakar diperoleh dari pasar sekitar tempat usaha pengolahan pindang. Bahan bakar dibeli langsung sehari sebelum pengolahan pindang akan dilakukan. Hasil olahan berupa ikan pidang dipasarkan ke daerah: Solo, Magelang, Prambanan, Jati Lawang, Purwokerto, Kroya, Temanggung, Semarang, Wonosobo, Banjar, Ngawi, Nganjuk, Madiun dan Jobang. Ikan dijual secara grosir per ikat dengan harga Rp10.000,00 per besek isi 40 ekor. Beberapa anggota menjual pindang dengan sistem kirim barang terlebih dahulu kemudian dilunasi, sehingga sering terkendala pada permodalan untuk pengolahan selanjutnya Semnaskan_UGM / Gunawan et al.
7 Gambar 5. Kondisi proses pemindangan poklasar Mina Raya. 3. Usaha pemindangan poklasar Mina Sejahtera Poklasar ini merupakan kelompok yang dinamis karena anggotanya selalu kontinu dalam mengolah pindang, hal ini dikarena banyaknya pindang yang diolah oleh masing anggota tidak lebih dari 100 kilogram setiap harinya. Poklasar tersebut beranggotakan sebanyak 17 pengolah. Kelompok ini beranggotakan pengolah yang produksi per harinya berkisar antara kilogram. Anggota poklasar Mina Sejahtera tersebar di antara kecamatan,duku Talit dan Bakaran Kulon. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ikan dilakukan dengan cara pembelian langsung ke cold storage atau ada juga yang mengikuti proses lelang yang dilaksanakan oleh TPI Bajomulyo 2. Umumnya anggota poklasar tersebut memiliki modal kurang dari 50 juta, sehingga berimbas pada jumlah produksi yang sedikit. Untuk membantu proses pengolahan pindang biasanya poklasar ini mempekerjakan sebanyak 2-3 orang pekerja. buruh harian. Pekerja biasanya merangkap untuk semua bagian, baik itu sortasi pengolahan maupun pengepakan. Proses perebusan dilakukan dalam perebus berbentuk bak kotak terbuat dari stainless steel. Perebusan dilakukan selama 5-10 menit untuk semua jenis ikan dalam sekali proses pemindangan. Lama waktu perebusan yang dilakukan menentukan kualitas dari ikan pindang tersebut, semakin lama perebusan kualitas ikan akan lebih tahan lama. Penambahan garam dilakukan menyesuaikan banyaknya ikan yang diolah. Dalam proses perebusan selain garam juga memakai tawas untuk mengurangi kekeruhan air perebusan dan pemberi rasa gurih pada ikan pindang. Selama proses pemindangan digunakan bahan bakar berupa kayu bakar. Bahan bakar dibeli langsung dari penjual bahan bakar dalam jumlah terbatas sesuai dengan berapa banyak ikan yang akan dipindang. Air sisa proses pengolahan pindang yang dihasilkan dibuang langsung ke sungai tanpa proses penjernihan terlebih dahulu. Penjualan ikan pindang dilakukan ke pasar lokal (Pati) dengan harga jual menyesuaikan harga di pasaran. Transportasi produk menggunakan armada seadanya dengan cara dijajakan langsung ke pembeli. Semnaskan_UGM / Pasca Panen (ppa- 02) - 133
8 Gambar 6. Kondisi proses pemindangan poklasar Mina Sejahtera. 4. Usaha pemindangan perorangan (kelompok kecil) Poklasar ini merupakan individu-individu yang yang mengolah pindang dalam jumlah kecil dan dilakukan secara peroangan, dengan jumlah pengolahan pindang tidak lebih dari 30 kilogram setiap harinya. Kelompok tersebut tercatat terdiri dari 10 pengolah. Kelompok ini tersebar di antara Kecamatan Duku Talit Bajomulyo dan Bakaran Kulon. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ikan dilakukan dengan cara pembelian langsung ke cold storage atau ke pedangang ikan di sekitar tempat mereka mengolah. Umumnya anggota poklasar tersebut memiliki modal tidak lebih dari 5 juta, sehingga berimbas pada jumlah produksi yang seadanya. Untuk membantu proses pengolahan pindang biasanya mereka mempekerjakan anggota keluarganya sebagai pekerja. Pekerja biasanya merangkap untuk semua bagian, baik itu sortasi pengolahan maupun pengepakan. Proses perebusan dilakukan dalam panci-panci perebus terbuat dari stainless steel. Perebusan dilakukan selama 5-10 menit untuk semua jenis ikan dalam sekali proses pemindangan. Dalam proses perebusan selain garam juga memakai tawas untuk mengurangi kekeruhan air perebusan dan pemberi rasa gurih pada ikan pindang. Selama proses pemindangan digunakan bahan bakar berupa kayu bakar. Bahan bakar dibeli langsung dari penjual bahan bakar dalam jumlah terbatas sesuai dengan berapa banyak ikan yang akan dipindang. Penjualan ikan pindang dilakukan ke pasar lokal (kota Pati) dengan harga jual menyesuaikan harga di pasaran. Transportasi produk menggunakan armada seadanya dengan cara dijajakan langsung ke pembeli. Gambar 7. Kondisi proses pemindangan milik perorangan. Rantai Pasar dan Distribusi Ikan di Pati Secara umum, rantai pemasaran dan distribusi ikan hasil pengolahan UPI di kabupaten Pati dibagi menjadi 2, yaitu khusus untuk jenis olahan pindang dan non-pindang. Pengelompokan ini didasarkan pada karakteristik proses pengolahan yang berbeda, yaitu jenis tongkol, layang dan Semnaskan_UGM / Gunawan et al.
9 lemuru didominasi oleh usaha pemindang dan sisanya non-pindang seperti bandeng cabut duri. Gambaran rantai pemasaran dan distribusi ikan hasil pengolahan UPI di kabupaten Pati dapat dilihat pada Gambar 8. Armada Cold TPI 60 Lok al Kesimpulan Unit Pengolah % Non Pindang Pindan Gambar 8. Rantai distrusi dan pemasaran. Solo Magelang Prambanan Jati Lawang Purwokerto, Kroya, Temanggung Semarang Wonosobo Banjar Ngawi Nganjuk Madiun Jombang Sebagai salah satu sentra pengolah perikanan, Kabupaten Pati sudah didukung oleh berbagai sumber daya dan fasilitas. Sumberdaya manusia yang dimiliki meliputi pembudidaya, pengolah, pemasar, nelayan dan tenaga kerja yang tidak sedikit jumlahnya. Selain SDM, kabupaten Pati memiliki sumbedaya lain yang besarnya tidak sedikit, seperti ketersedian tambak, kolam, TPI, cold storage, UPI dan yang lainnya. Keberlimpahan sumberdaya tersebut baik SDM maupun non SDM, menunjukan adanya potensi sumberdaya perikanan yang dapat digunakan untuk keberlangsungan usaha pengolahan pindang. Dalam penyediaan bahan baku untuk pindang, impor masih mendominasi pasokan bahan baku. Selama peiode terjadi kenaikan impor sebanyak 53,68% dan periode terjadi kenaikan sebanyak 60,37%. Rendahnya ketersediaan bahan baku lokal ditengarai oleh menurunnya jumlah tangkapan nelayan lokal. Jenis ikan yang mendominasi adalah ikan layang, lemuru dan tongkol, dengan jumlah produksi tahun 2011 sebesar ton layang, ton lemuru dan 690 ton tongkol. Kenaikan rata-rata pertahun volume produksi pindang kabupaten Pati selama tahun adalah 51,20%. Pemasaran produk pindang sendiri menyebar ke daerah Jawa Tengah (kabupaten Pati, Rembang, Jepara, Kudus, Solo, Wonogiri, Klaten, Semarang), Yogyakarta, Jawa Timur (Malang, Surabaya, Prigi), Jawa Barat (Tasikmalaya) dan Jakarta. Beberapa permasalahan antara lain peralatan pemindangan masih sederhana (dinding dari bambu, lantai masih tanah), pasokan air bersih kurang (mengandalkan pasokan air dari sungai) dan ketersediaan bahan baku ikan pindang yang masih fluktuatif. Daftar Pustaka BPS Kabupaten Pati dalam Angka. Pati. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. Semnaskan_UGM / Pasca Panen (ppa- 02) - 135
10 KKP Kelautan dan perikanan dalam angka. Kementerian dan Kelautan dan Perikanan. Jakarta Kelautan dan perikanan dalam angka. Kementerian dan Kelautan dan Perikanan Kelautan dan perikanan dalam angka. Kementerian dan Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Nazir, M Metode penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal. Tempat Pendaratan Ikan Bajomulyo Data statistik perikanan tangkap TPI Bajomulyo. Singarimbun & Effendi Metode penelitian survey. LP3S. Jakarta. 192 hal. Wahyuni, S Memproduksi benih bersertifikat. Penebar Swadaya, Jakarta Semnaskan_UGM / Gunawan et al.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang
Lebih terperinciBISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH
BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH Rizky Muhartono dan Subhechanis Saptanto Peneliti pada Balai Besar Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Riset dan Sumberdaya Manusia KKP Gedung Balitbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:
29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya alam ini salah satunya menghasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM WILAYAH
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan
Lebih terperinciVII. IMPLEMENTASI MODEL
VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan
Lebih terperinci5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN
5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas
Lebih terperinciKONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH
Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total
Lebih terperinciNAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R
USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU
V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Kecamatan Palabuhan Ratu Lampiran 2. Kegiatan Wawancara dan Lokasi Penelitian Wawancara dengan Pemilik Usaha Lokasi Usaha Gebyar Cakalang Lampiran 3. Kegiatan pemindangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sektor perikanan Indonesia cukup besar. Indonesia memiliki perairan laut seluas 5,8 juta km 2 (perairan nusantara dan teritorial 3,1 juta km 2, perairan ZEE
Lebih terperinciPOTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani
POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar pada perekonomian negara Indonesia. Salah satu andalan perkebunan Indonesia
Lebih terperinciPERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat
VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR HIBAH STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009
LAPORAN AKHIR HIBAH STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 PENINGKATAN KEAMANAN PANGAN PADA PROSES PEMINDANGAN IKAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI COOKER BOX, TROLLEY, DAN COLDBOX INSULATED DI KECAMATAN NGULING,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim. Sebagai wilayah dengan dominasi lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di bidang perikanan dan kelautan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang strategis. Dilihat dari posisinya, negara Indonesia terletak antara dua samudera dan dua benua yang membuat Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu subsektor pertanian
Lebih terperinciB A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.2.5.1 KONDISI UMUM Sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di wilayah pesisir, Kota Semarang memiliki panjang pantai 36,63 km dengan
Lebih terperinciPERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH
PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciGambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan
Lebih terperinciPROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN I. PROFIL ORGANISASI 1. Pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang terletak Jalan Ir. Suratin, No. 1 Karawang, dengan luas gedung 645 m 2 berdiri di atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN
Lebih terperincitambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara - negara lainnya.sumber daya alam ini salah
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USAHA IKAN BANDENG KERING BUMBU DENDENG DI KABUPATEN PANGKEP BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN (PKM-K) Diusulkan Oleh : 1. Paramita Nim 1122093 Tahun Ang. 2011 2. Hikmawati
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013
1 RAPAT KOORDINASI Pilot Project Reforma Agraria Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013 Rencana Lokasi Pilot Project 2 Koordinasi lintas K/L untuk kegiatan Access Reform Lokasi yang diusulkan: Prov.
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan
Lebih terperinciV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru
V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2009
VUCER LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2009 PERBAIKAN PROSES PENGOLAHAN RAJUNGAN KUALITAS EKSPOR DENGAN ALAT STEAMER SILINDER + DRAINASE DI KEC.KRATON PASURUAN OLEH : Ir. MIMIT
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah
Lebih terperinciINVENTARISASI JENIS DAN METODA PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN NELAYAN TRADISIONAL DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
INVENTARISASI JENIS DAN METODA PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN NELAYAN TRADISIONAL DI PULAU SIBERUT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Onessimus Menjamin, Yempita Efendi, Yusra, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ± 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 Km dan luas laut sekitar 3.273.810 Km². Sebagai negara
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5
LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI AREA
32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah
Lebih terperinciTujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan
1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan sasaran program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
Lebih terperincimelakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya
Lebih terperinciBBP4BKP. Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
BBP4BKP Pengolahan Pindang Ikan Air Tawar Kontak Person Dra Theresia Dwi Suryaningrum, MS theresiadwi@yahoo.com Syamdidi SPi, MAppSc didibangka@yahoo.com Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya petani agar kesejahteraan petani semakin meningkat. Petani dapat meningkatan produksi pertanian dengan menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,
Lebih terperinciSEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH
SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciINDUSTRI PERIKANAN DI BITUNG
Buletin Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011 INDUSTRI PERIKANAN DI BITUNG Armen Zulham Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan
Lebih terperinciDISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA
AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN Alamat : Jln. Raya Ratahan Belang Kompleks Perkantoran Blok B Kel. Pasan Kec. Ratahan KEPUTUSAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Jepara secara geografis terletak pada 5 o 43 20,67 6 o 47 25,83
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna menunjang pembangunan sektor kelautan dan perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi untuk mencapai pertumbuhan angkatan kerja, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan menjadi suatu upaya untuk mencapai peningkatan kesejahteraan sosial, yaitu dengan gerakan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi
Lebih terperinciPERTANIAN.
PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH
BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi
Lebih terperinciI. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam
1 VI. I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Subsektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu dari sektor pertanian yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing. Karakteristik antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki perbedaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang
Lebih terperinciC. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN
C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN Yang dimaksud dengan urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang
Lebih terperinciTabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011
URUSAN PILIHAN. Kelautan dan Perikanan Pembangunan daerah tahun 20 pada urusan kelautan dan perikanan, Pemerintah Kabupaten Temanggung hanya melaksanakan urusan di bidang perikanan darat dilaksanakan dalam
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI PASAR PRODUK OLAHAN PINDANG WILAYAH PAMOYANAN BOGOR. Ferdisar Adrian, SE, MM 1) 1) Dosen Pascasarjana Universitas Pakuan
IDENTIFIKASI POTENSI PASAR PRODUK OLAHAN PINDANG WILAYAH PAMOYANAN BOGOR Ferdisar Adrian, SE, MM 1) 1) Dosen Pascasarjana Universitas Pakuan A. PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan dan perikanan adalah salah satu sumber daya alam yang merupakan aset negara dan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi kesejahteraan suatu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan tuna (Thunnus sp) merupakan salah satu sumber makanan sehat bagi masyarakat. Sebagai sumber makanan sehat, ikan tuna merupakan salah satu sumber protein hewani
Lebih terperinci