NOTULENSI DISKUSI PHARM-C
|
|
- Fanny Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 NOTULENSI DISKUSI PHARM-C Hari, tanggal : Sabtu, 8 Juli 2017 Waktu : WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1) Pembicara : David Wijaya Tema Diskusi : Pharmacoeconomy in ART : The Importance of Gonadotrophin Choice Jurnal dapat di akses pada bit.ly/diskusipharmc1 Moderator : Rosikh Ruhul Notulis : Hudiya Syadida Time Keeper : Ardhea Pramesti Jumlah Peserta : 30 orang Pokok Bahasan : 1. Pemaparan materi diskusi 2. Diskusi (2 termin) Isi Pemaparan Materi : Farmakoekonomi meupakan perpaduan ilmu farmasi dan ekonomi. Ilmu ini merupakan dasar awal seorang pharmacist bertindak sebagai decision maker, contoh singkatnya ketika kita menentukan
2 pengobatan atau perlakuan pengobatan yang akan kita tetapkan dengan didasari prinsip-prinsip ekonomi, selain itu seorang pharmacist juga memiliki andil dalam menentukan dan mengatur kebijakan obat yang rasional untuk digunakan dalam suatu negara khususnya saat ini Indonesia yang sedang menghadapi era JKN. Prosentase anggaran yang dikeluarkan dari pemerintah untuk tanggungan kesehatan yakni pemerintahan Amerika sebesar 16,9% dari GDP nya. GDP sendiri dapat diartikan sebagai total nilai penjualan barang dan jasa oleh negara dalam satu tahun, Indonesia tertinggal jauh yakni sebesar 3%. Menurut WHO normalnya suatu Negara mengaggarkan dana kesehatan sebesar 9,933% dari GDP, hal ini dapat menjawab pertanyaan yang cukup umum yakni mengapa pengobatan di Singapura lebih baik dibandingkan Indonesia? bukan hanya karena alasannya tekhnologi di Singapura lebih maju, tetapi ada alasan lain yakni kebijakan di Indonesia sendiri hanya memberikan sebesar 3% dari GDP untuk bidang kesehatan, sehingga hal itulah yang membatasi kemajuan pengembangan dunia kesehatan di Indonesia. Inputs/Costs Costs in health economic analyses are divided into three main group : 1. Direct Cost 2. Indirect Cost
3 3. Intangible Cost 4. Opportunity Cost Input dari Farmakoekonomi sendiri digolongkan menjadi empat grup, namun yang sering digunakan adalah tiga grup utama yang pertama direct cost yakni biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan secara langsung, contohnya kita membeli obat amoksisilin tapi kita harus pergi ke Apotek, sehingga mengeluarkan ongkos transportasi atau ada seorang ibu yang membawa anaknya ke dokter dimana anak tersebut ingin membeli jajan, maka hal ini termasuk dalam indirect cost. Yang kedua yakni intangible cost, contohnya ketika seseorang sakit maka akan kehilangan waktu atau merasakan rasa sakit yang meresahkan (suatu harga yang tidak dapat diukur dengan uang/angka). Outcomes/Benefits Type of outcomes: 1. Intermediate outcomes : such as controlling sugar levels, blood pressure and cholesterol levels 2. Final outcomes : would be measured as the reduction in the disease or events Outcomes/Benefits dari Farmakoekonomi digolongkan menjadi tiga grup. Pertama intermediate, contohnya dalam mengontrol gula darah atau mengontrol tekanan darah dan kolesterol. Kedua final outcomes, adalah saat hilangnya penyakit tersebut. Contohnya dalam menggunakan captropil, final outcomes adalah berapa lama pasien tersebut hidup, bila intermediate, berapa lama tekanan darah akan stabi. Kenyatannya lebih sering digunakan intermediate dikarenakan waktu yang digunakan lebih singkat, biayanya lebih murah dan parameternya yang lebih jelas.
4 Type of analyses : 1. Cost-Minimization Analysis (CMA) : Ketika kita mendapati pilhan dua obat yang memiliki efektifitas sama yakni menurukan tekarnan darah dan diharuskan mencari harga ter minimal, terdapat kriteria cost untuk persiapan, produksi, supply dan nantinya dilihat yang paling minim. Outcomes yakni perbedaan relatif antara obat satu dengan yang lainnnya. 2. Cost-Effectiveness Analysis (CEA) : Terdapat pilihan terapi dan akan ada perbandingan antara harga dan efektifitas obat. Outcomes yakni seberapa efektif penyembuhan yang dirasakan. Luarannya yakni natural unit (kuantitas hidup). 3. Cost-Benefit Analysis (CBA) : Ketika memiliki uang sebesar 100 juta, apakah akan digunakan untuk membuka apotek ataukah industri, apakah membayar dengan angsuran ataukah pertahun. Outcomes yakni berapa keuntungan yang bisa didapat dan bisa dihemat dari input yang dikeluarkan. 4. Cost-Utility Analysis (CUA) : Hampur mirip dengan CEA, namun CUA satuannya menggunakan quality. Terdapat rumus untuk menghitungnya yakni lama waktu hidup dikalikan dengan kualitas hidup, contohnya pasien yang hidup 5 tahun, tetapi tidak bisa bergerak atau lumpuh karena tidak bisa bergerak maka diberikan nilai 0,2 dan dikali waktu hidup 5 tahun jadi nilainya hanya sebesar 1. Sedangkan ada yang umurnya hanya 2 tahun namun sehat dapat beraktifitas sehingga dinilai 0,8 dan dikalikan 2 tahun yakni sebesar 1,6. Outcomes yakni besarnya kualitas yang didapat. (bukan hanya kuantitas namun juga kualitas hidup yang didapat). Keluaran utamanya tunggal, seberapa besar penurunan kadar gula darah dari metformin, apakah mempengaruhi kerja hati atau jantung. Besaran CEA dan CUA yakni dengan ICER (Instrumental Cost Effective Ratio). Kesimpulannya, saat menganalisis kesesuaian obat maka ketika harga semakin mahal efektifitas akan semakin bagus, dan kebalikannya bila harga semakin murah maka obat semakin tidak efektif.
5
6 ART merupakan suatu tekhnologi yang akan membantu terjadinya reproduksi / perkembangbiakan bagi manusia, sekarang sedang dipertimbangkan terapi mana yang cost-effective alasannya mengapa dilakukan penelitian ini adalah karena semakin lama tiap tahun terjadi peningkatan sekitar 5 sampai 10% di negaranegara yang sudah berkembang mengalami penurunan tingkat reproduksi, alasannya karena mereka akan berhubungan atau ingin mempunyai anak hanya ketika usia mereka diatas usia reproduktif. Karena semakin meningkatnya permintaan treatment dari ART dan yang kedua permasalahan adalah dari biaya yang dibutuhkan, ART sendiri cukup mahal, sehingga diperlukan analisis cost-effective, yang ketiga adalah Negara yang akan memberikan subsidi treatment ART dan perlu adanya pertimbangan lebih lanjut. Biaya dari treatment ART sendiri ada banyak dari simulasi ovarium, scanning ultrasonik dan sebagainya dan untuk IVF in Vitro fertilization atau bayi tabung ada 4 faktor yang menentukan, yang pertama experienced or estimated treatment success rate yang kedua usia dari ibu tersebut, ketiga multiple pregnancy dan yang terakhir cost treatment. Pada bayi tabung, biaya paling mahal dalam treatment ini adalah ketika fase stimulasi hormon. Ada dua jenis hormon yang digunakan, yang pertama adalah human hormone dan yang kedua menggunakan rekombinan. Disini kita akan menentukan mana yang paling cost effectiveness, disebutkan di jurnal bahwa perbandingan Birth Rate antara FSH dengan rekombinan FSH yakni sebesar 38,2% perbedaan angka kelahirannya dan juga di sini terjadi perbedaan harga otomatis yakni rekombinan yang jauh lebih mahal, bukan hanya dari harga obat namun juga biaya per ampulnya jauh lebih mahal. Dengan menggunakan ICER, setelah melewati perhitungan yang ada, maka human hormone jauh lebih efektif daripada rekombinan hormon.
7
8 Dilakukan marginal analisis, dibandingkan beberapa pilihan terapi yang mirip sehingga akan didapat alternatif biaya dan keluaran paling dekat (ICER). Bandingkan terapi B dan A C dan B D dan C E dan D. Setelah itu maka didapakan incremental cost dan incremental consequences. Symptom Free Days artinya misalnya dalam 2 minggu maka 4 hari kita tidak ada gejala penyakitnya pada tipe terapi B. ICER didapat dari incremental cost dibagi dengan incremental consequences. Saat ada nilai yang minus, maka dihilangkan karena sangat terlihat bila D lebih mahal dan symptmps free days nya lebih sedikit dibandingkan yang C. Opsi C nilai ICER nya jauh lebih besar dari 2 treatment lainna, sehingga dihilangkan. Maka didapat terapi B dan E. Di Negara yang berkembang misalnya Indonesia sudah memiliki nilai ICER sendiri, misalnya sebesar maka akan memilih terapi B, sehingga ini juga merupakan suatu alasan mengapa pengobatan di negara yang maju misalnya Singapura jauh lebih baik, ini dikarenakan peraturan atau kebijakan dari pemerintah nya sendiri.
9 SESI DISKUSI Pertanyaan 1 (Anggun Nurus S.) Sudah berjalan optimalkah farmakoekonomik di Indonesia? yang kedua tadi dijelaskan mengenai outcomes PE yaitu salah satunya final outcomes, kondisi seperti apakah yang mengharuskan kita menggunakan final outcomes? Apakah pernah terjadi kondisi seperti itu (contohnya), yang ketiga, farmakoekonomi ini tadi dijelaskan pertimbangan obat yang dimasukkan dalam asuransi, apakah obat herbal juga termasuk pertimbangan untuk PE di klinik atau rumah sakit? Jawaban Pertanyaan 1 (David Wijaya) Faktanya sekarang farmakoekonomi ini sudah berjalan, bila optimal atau tidaknya tergantung penyelenggara dan misalnya untuk rumah sakit ada fomularium rumah sakit yang setiap tahunnya akan ada rapat membahas obat apa saja yang masuk dalam daftar formularium (tergantung kebijakan Rumah sakit tersebut dilakukan setiap tahun ataukah tidak), bila ada pergantian maka harus mengisi formulir alasan/evaluasi mengganti serta pertimbangan lainnya. Misalkan efektivitas obat B lebih aman daripada obat A dan dilakukanlah pergantian obat. Terkadang ada gratifikasi dari beberapa pihak, sehingga tidak bisa dikatakan benar-benar optimal, namun di Indonesia tetap dibutuhkan dan memang masih diterapkan. Tidak ada kebijakan harus menggunakan final outcomes atau tidak, misalnya yang meneliti ingin menggunakan untuk mengetahui lebih jelas apakah obat tersebut hanya sebentar memberikan efek samping ataukan memberikan hal yang lebih buruk yang akan berujung kematian, misalnya menggunakan obat hipertensi, dilihat sampai benar-benar dalam rentan normal dan stabil atau dalam pengobatan kanker apakah dia meninggal atau tidak. Hal ini digunakan namun tidak benarbenar menjadi patokan. Untuk jawaban pertanyaan terakhir mungkin disangkutpautkan dengan sistem BPJS di Indonesia yang merupakan contoh aplikasi farmakoekonomi di Indonesia, namun hal ini juga tergantung lagi dengan rumah sakit dan kebanyakan masih jarang digunakan di Indonesia.
10 Pertanyaan 2 (Suci Amalia) Saya ingin menanyakan mengenai jurnal yg kita bahas malam ini mengenai gonadotropin. Di jurnal itu ada 2 grafik yg belum begitu saya mengerti. Bisakan dijelaskan? Lalu bisa jelaskan kembali bagaimana penulis jurnal menentukan bahwa hfsh lebih efektif dibanding rfsh? Jurnal mencantumkan ICER 183,779 dan mengatakan bahwa hfsh tidak lebih efektif dibanding rfsh Jawaban Pertanyaan 2 (David Wijaya) Ada dua grafik, yang pertama one way dan yang kedua two way. Ini merupakan grafik probabililitik sensitivity analisis, yang meruapakan salah satu metode yang paling jeli untuk meneliti perbandingan beberapa obat. Di jurnal ini tidak ada data yang bisa kita hitung, hanya ditarik kesimpulan akhir, kesimpannya yakni rekombinan memang lebih efektif meningkatkan angka kelahiran, namun untuk yang paling cost effective adalah human hormone sendiri. Ingin meluruskan saja, rfsh itu berarti lebih efektif untuk peningkatan angka kelahiran dan hfsh lebih cost effective. Dalam pemilihannya disesuaikan dengan kemampuan masing masing pasien. Untuk mengetahui penjelasan grafik lebih jelasnya dapat mengakses link Pertanyaan 3 (Armareza Putriyani L.) Bagaimana mengenai manfaat penerapan prinsip farmakoekonomi di Indonesia, contohnya dalam sifat yang real? Lalu, bagaimana penerapan farmakoekonomi bagi usaha kecil seperti apotek di desa-desa dengan mempertimbangkan kemudahan metode (cenderung simpel dan tidak ingin ribet) yang akan digunakan beserta manfaatnya. Jawaban Pertanyaan 3 (David Wijaya) Contohnya membuat formularium, BPJS membuat asuransi, industri saat membuat obat pada saat pengujian klinis fase 1. Lebih jelas dan lengkapnya bisa diakses pada link :
11 Bukan hanya di pedesaan, namun di beberapa industri terkadang masih saja ada industri yang sekedar membuat obat, namun tidak memperhitungkan analisis farmakoekonominya karena sangat disayangkan bila obat yang dibuat nantinya tidak laku dipasaran. Pertanyaan 4 (Rudyanto B.) Yang saya tangkap itu dalam hal pemilihan 2 obat atau lebih, teori yang kak david jelaskan itu dipakai agar hasil yang didapat akurat, tapi kenyataanya kebanyakan dokter dan apoteker itu memiliki produk obat yang diunggulkan tersendiri (di lariskan agar mendapat keuntungan) bagaimana mengenai hal tersebut kak? dan juga apakah ada kasus-kasus tertentu yang membuat teori yang kakak jelaskan tidak dapat kita pakai? Pertanyaan 4 (David Wijaya) Rata- rata dokter atau apoteker memang masih memilih-milih karena bila mereka memberikan obat X maka mereka mendapat keuntungan tersendiri (gratifikasi), dengan mengatasi hal itu maka dibuatlah formularium pada RS. Cara menanganinya dengan membuat pedoman dan memberantas gratifikasi itu sendiri dan kembali lagi ke komitmen untuk menjadi tenaga kesehatan yang benar. Teori itu tidak akan terpakai jika tidak membutuhkan farmakoekonomi. Selama membutuhkan analisis (lihat income dan outcome diawal) ekonomi, pasti akan membutuhkan teori tersebut. Pertanyaan 5 (Anis Fitriani) Saya bermaksud menanyakan tentang pengujian farmakoekononi untuk obat herbal, metode analisis apa yang sebaiknya digunakan terlebih dahulu? Apakah perhitungannya bisa menggunakan ICER juga? Jawaban Pertanyaan 5 (David Wijaya) Iya, dapat menggunakan ICER. Analisis yang dapat dilakukan dengan cara : 1. Menentukan pembandingnya terlebih dahulu. 2. Mendapatkan hasil data dari semua treatment yg ingin dibandingkan (harga dan efektifitas). 3. Mulai dibandingkan dengan metode ICER
Telaah Kritis Penelitian Farmakoekonomi. Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm
Telaah Kritis Penelitian Farmakoekonomi Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm Tipe analisis Farmakoekonomi Cost Minimisation Analysis (CMA) Cost Effectiveness Analysis (CEA) Cost Utility Analysis (CUA) Cost
Lebih terperinciCOST EFFECTIVE ANALYSIS DALAM PEMILIHAN BARANG FARMASI. Oleh: Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS
COST EFFECTIVE ANALYSIS DALAM PEMILIHAN BARANG FARMASI Oleh: Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS ISSUE STRATEGIS ERA JKN FARMAKOEKONOMI 1. Era JaminanKesehatanNasional, membuat diberlakukannya
Lebih terperinciNOTULENSI DISKUSI PHARM-C. Hari, tanggal : Sabtu, 23 Juli 2017 : WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1)
NOTULENSI DISKUSI PHARM-C Hari, tanggal : Sabtu, 23 Juli 2017 Waktu : 19.00 21.00 WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1) Pemateri : Anis Fitriani Tema Diskusi : Isolasi dan Pemanfaatan Bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak dari setiap orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Undang Undang Republik Indonesia
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : ALISA PRIHARSI K 100110045
Lebih terperinciEVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN
EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI. Pendahuluan... Evaluasi Ekonomi Pada Program
Lebih terperinciPERTIMBANGAN FARMAKOEKONOMIK PADA PEMILIHAN TERAPI
PERTIMBANGAN FARMAKOEKONOMIK PADA I. Pengertian Farmakoekonomik PEMILIHAN TERAPI Farmakoekonomik merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi yang mempelajari mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dan 85% di antaranya meninggal karena serangan jantung dan
Lebih terperinciolahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi atau lebih dikenal dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmhg dan tekanan
Lebih terperinciCURICULUM VITAE. : Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt.,MARS Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 September :
Personal Data : Nama Lengkap / Gelar CURICULUM VITAE : Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt.,MARS Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 September 1966 Alamat Phone : 085882909848 Email : Graha Bintaro
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan evaluasi ekonomi kesehatan yang bersifat eksperimen kuasi dengan rancangan penelitian pretest - posttest. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciEKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) )
EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) BANDI Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 Cost Effectiveness Analysis (CEA) Sesi 8 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 PRINCIPLES
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : YULI ERNAWATI K100080045 FAKULTAS
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS-BIAYA AMLODIPIN DIBANDINGKAN NIFEDIPIN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA LINDA INDRIANA
ANALISIS EFEKTIVITAS-BIAYA AMLODIPIN DIBANDINGKAN NIFEDIPIN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA LINDA INDRIANA 2443011157 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia yang kondisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia yang kondisi ekonimi belum stabil menimbulkan kecenderungan penyakit hipertensi meningkat setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka harapan hidup penduduk di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak
Lebih terperinciOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent
BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan
Lebih terperinci2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek
2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek Cilacap. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Focus Group Discusion
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN PERNYATAAN...iv. KATA PENGANTAR...v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan silent killer yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum.hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
Lebih terperinciANALISIS EFFEKTIVITAS BIAYA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA ASURANSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
ANALISIS EFFEKTIVITAS BIAYA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA ASURANSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : MURNI K 100 060148 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan obat terbagi melalui beberapa tahap meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu kunci pokok suksesnya sistem kesehatan. Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS-BIAYA LISINOPRIL DIBANDINGKAN CAPTOPRIL PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA
ANALISIS EFEKTIVITAS-BIAYA LISINOPRIL DIBANDINGKAN CAPTOPRIL PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA KATHARINA IRNA DA SILVA 2443011216 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2014). Obesitas
Lebih terperinciANALISIS BIAYA DAN EFEKTIVITAS TERAPI ASMA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SKRIPSI
ANALISIS BIAYA DAN EFEKTIVITAS TERAPI ASMA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SKRIPSI Oleh : MUH MUSLIM K 100 070 181 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu
Lebih terperinciWORKSHOP. DISAMPAIKAN OLEH TIM Dr. Dra Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS Dra Yuri Pertamasari, Apt., MARS
WORKSHOP DISAMPAIKAN OLEH TIM Dr. Dra Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., MARS Dra Yuri Pertamasari, Apt., MARS Cost Minimization Analysis (CMA) Cost Benefit Analysis(CBA) Cost Effectiveness Analysis(CEA)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan terapi, paradigma pelayanan kefarmasian di Indonesia telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan sampai saat ini masih menjadi problem kesehatan utama karena tingginya morbiditas dan mortalitas
Lebih terperinciCost Effectiveness Analysis (CEA) Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
Cost Effectiveness Analysis (CEA) Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Evaluasi Ekonomi dalam sektor kesehatan Konsep Cost Effectiveness Analysis (CEA) Pengukuran Outcome Manfaat
Lebih terperinciNOTULENSI DISKUSI PHARM-C
NOTULENSI DISKUSI PHARM-C Hari, tanggal : Sabtu, 15 Juli 2017 Waktu : 19.00-21.30 WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1) Pembicara Tema Diskusi Moderator Notulis Time Keeper Jumlah Peserta :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, merupakan suatu unit atau bagian yang menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di
Lebih terperincidarah. Kerusakan glomerulus menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerulus sehingga ditemukan dalam urin yang disebut mikroalbuminuria (Ritz
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang, secara khusus bagi masyarakat Indonesia. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia yang semakin modern mengakibatkan perubahan gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan terhadap pemuas kebutuhan manusia semakin meningkat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan terhadap pemuas kebutuhan manusia semakin meningkat dan beragam dewasa ini. Kondisi ini melahirkan persaingan yang semakin tinggi dalam dunia bisnis, menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan aktiftas pelayanan kesehatan baru dimulai pada akhir abad ke -19,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan dan fungsi rumah sakit sebagai sarana yang semata mata hanya melakukan aktiftas pelayanan kesehatan baru dimulai pada akhir abad ke -19, dimana dimasa masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat,
Lebih terperinciREGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN
REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN Jaminan Kesehatan Nasional. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN Jaminan Kesehatan Nasional Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Pendahuluan Formularium Nasional PMK 28 dan 59 tahun 2014
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bedah caesar merupakan metode yang semakin sering digunakan dalam proses melahirkan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya angka kejadian bedah caesar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden yang digunakan untuk uji validitas sebanyak 30 tenaga
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Responden yang digunakan untuk uji validitas sebanyak 30 tenaga kesehatan, terdiri dari 7 dokter dan 23 perawat RS PKU
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh mengenai gambaran perencanaan pengadaan obat-obatan di instalasi farmasi tahun 2008, maka penulis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah besar di bidang kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Lebih terperinci[ ] Peranan Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan
2016 WORKING PAPER OF DEXA MEDICA GROUP Raymond R. Tjandrawinata Peranan Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan [ ] Ilmu farmakoekonomi telah berkembang menjadi disiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir-akhir ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai
Lebih terperinciANALISIS BIAYA DAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010
ANALISIS BIAYA DAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : SRI YULI PATMAWATI K100070016 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan 90% dari semua kasus DM, yang akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan secara retrospektif pada pasien diabetes mellitus dengan hiperglikemia yang menjalani rawat inap di Rumkital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatnya potensi risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya peningkatan populasi lansia pada suatu daerah, sejalan dengan meningkatnya potensi risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, penyakit
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan. Heni Wahyuni FEB UGM
Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Ekonomi untuk Kesehatan Heni Wahyuni FEB UGM Microeconomic tools Production Possibility Frontier Ekuilibrium Kepuasan Konsumen Fungsi Produksi Pasar persaingan sempurna vs monopoli
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS-BIAYA LISINOPRIL DIBANDINGKAN CAPTOPRIL PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA
ANALISIS EFEKTIVITAS-BIAYA LISINOPRIL DIBANDINGKAN CAPTOPRIL PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA LISSA PATISCA GIAYU HAPSARI 2443011220 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya
Lebih terperinciKebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN
Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. Penyakit serebrovaskular ini merupakan salah satu penyebab utama kecacatan fisik dan kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara rinci tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis pada bukti-bukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah memberikan dana pelayanan kesehatan, yang secara implisit merupakan pemahaman pemerintah atas tanggung jawab kepentingan umum. Sebagai negara berkembang,
Lebih terperinciSOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP
Halaman : 1 UPTD Puskesmas KOTA SURABAYA 1. Pengertian Pelayanan program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh pasien, serta kondisi ekonomi dan finansial dari pasien, yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Faktor primer yang harus dipikirkan adalah kondisi pasien ketika masuk ke ICU, harapan hidup pasien setelah dirawat di ICU, teknologi dan fasilitas apa yang dibutuhkan
Lebih terperinciStara I pada K
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIDIABETIK METFORMIN DAN GLIMEPIRID PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD X TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Stara
Lebih terperinciPeran Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan
medical review Peran Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat-Obatan Raymond R. Tjandrawinata Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group, Jakarta, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dituntut adanya perubahan berbagai aspek, termasuk perubahan dalam dunia kesehatan. Adanya ketimpangan kualitas di negara maju dan negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),
BAB I PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang menjalani hemodialisa pada umumnya mengalami anemia. Anemia pada pasien GGK terjadi terutama karena kekurangan erytropoietin.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi penyebab utama kematian di negara- negara maju dan tampak adanya kecenderungan meningkat menjadi
Lebih terperinciPrevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL DAN APLIKASI UNTUK PENGUKURAN KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER PAYUDARA OPERABLE DI RS KANKER DHARMAIS
PENGEMBANGAN MODEL DAN APLIKASI UNTUK PENGUKURAN KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER PAYUDARA OPERABLE DI RS KANKER DHARMAIS OLEH DR DRA AGUSDINI BANUN SAPTANINGSIH, APT MARS Masalah dalam dunia kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum di jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis pada sistem sirkulasi dan
Lebih terperincia OLEH: WINDA TRIANI NIM
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIDIABETES PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan untumuniv ersitas S a OLEH: WINDA TRIANI
Lebih terperinciOutline. Kondisi apoteker Indonesia saat ini. Menjadi Pharmapreneur. Esensi dasar BPJS. Sukses di era JKN
Outline Kondisi apoteker Indonesia saat ini Menjadi Pharmapreneur Esensi dasar BPJS Sukses di era JKN Kondisi Apoteker Indonesia saat ini Jumlah Penduduk saat ini Jumlah Apotek saat ini Data Rasio Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah arteri secara terus menerus (Saseen & Maclaughlin, 2008). Peningkatan tekanan darah dapat dilihat
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
ANALISIS COST EFFECTIVENESS PENGGUNAAN ANTIDIABETES BERDASARKAN PAKET INA-CBGs PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE I RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah
Lebih terperinciLampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian 46 47 Lampiran 2. Informed Consent Assalamualaikum wr.wb INFORMED CONSENT (PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN) Perkenalkan nama saya Mustika Restriyani (20120350071) mahasiswa
Lebih terperinciJumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Kota Bandung
Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Surya Dwi Sembada 1, Kuswinarti 2, Nita Arisanti 3 1 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2 Departemen Farmakologi
Lebih terperinciGAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011
GAMBARAN PENGOBATAN DAN ANALISIS BIAYA TERAPI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: FERDIANA DYAH FATMAWATI K100080201 FAKULTAS
Lebih terperinciJEMBER PERIODE 2012 SKRIPSI
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN NILAI ACER PENGGUNAAN INSULIN DIBANDINGKAN KOMBINASI INSULIN METFORMIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSD dr. SOEBANDI JEMBER PERIODE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control hormone-hormon
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah control hormone-hormon khusus. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan
Lebih terperinci(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta Yogyakarta melalui
Lebih terperinciKatalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI 615.1 Ind p 2012 Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pedoman penerapan kajian Farmakoekonomi,--
Lebih terperinci