BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Untuk membahas kehandalan kinerja fasilitas pembangkit listrik tidak terlepas dari teori pemeliharaan peralatan secara teknis maupun manajemen serta evaluasi terhadap kegiatan pemeliharaan yang telah dilaksanakan Visual Parameter Penilaian Evaluasi Elektrikal Tabel 2.1 Parameter penilaian audit elektrikal Permata Bank Sumber : Laporan Audit Electrical PT. COMETINDO NO ITEM 1 Ruang Genset KATEGORI TEMUAN NORMAL OBSERVA- TION MINOR MAYOR A B C D Longgar Agak Sempit Sempit Sempit Sekali Bersih Agak kotor Kotor Kotor Sekali Bangunan Bangunan Semi Permanen permanen permanen Terbuka Lampu Terang Lampu Tidak ada kurang lampu terang Ventilasi cukup (fan) Ada peredam ruangan ( max.70 db ) diukur 3 meter dari dinding Ventilasi alami Diatas 70 db Ventilasi kurang Tidak ada peredam Tidak ada ventilasi SUMBER DATA 12

2 13 NO 2 ITEM Unit Genset KATEGORI TEMUAN NORMAL OBSERVA- TION MINOR MAYOR A B C D Knalpot dibuang keluar Radiator diberi fleksibel keluar Bahan bakar cukup dan aman Mesin terawat Indikator Genset berfungsi baik Petunjuk operasi genset ada Pengabelan rapi Ada grounding(netral dan body) Ukuran kabel sesuai beban Kondisi kabel baik Dilengkapi Panel Ganset Star up normal ( V,T,f) Knalpot kurang panjang - Tangki terpisah tetapi solar kurang Kurang terawat Tidak akurat Tidak ada petunjuk Kurang rapi Ada grounding(h anya body) Ukuran kabel sesuai beban namun warna tidak sesuai kabel kusam dilengkapi panel tetapi posisi terpisah Knalpot di dalam Tidak ada fleksibel Tangki menyatu solar kurang Tidak terawat (kotor) Sebagian rusak Tidak ada sambungan knalpot Tangki menyatu solar habis Mesin rusak Tidak ada indikator SUMBER DATA Kabel sangat tidak rapi tidak ada grounding kabel rusak sebagian dilengkapi panel genset tetapi sebagian indikator rusak Ukuran kabel tidak sesuai beban Kabel rusak Tidak dilengkapi panel genset tidak normal Pengukuran 3 PANEL MDB Suhu Breker <33 0 C Suhu C Suhu C suhu melebihi >50 0 C Thermografik

3 14 NO ITEM KATEGORI TEMUAN `Kondisi Kabel panel baik Suhu Kabel <33 0 C Ukuran panel longgar Penempatan panel baik kondisi baik namun tidak rapi Suhu C agak sempit terhalang Suhu C sempit sulit dijangkau Wiring kabel rapi kurang rapi tidak rapi Terminasi baik(connector) Ada up deck ( Cover dalam ) acrelyck Kondisi box panel bagus Indikator dan metering normal Label panel dan breaker komplit Grouping benar Diagram panel ada dan sesuai Grounding panel ada kabel rusak dan tidak rapi suhu melebihi >50 0 C sempit sekali dekat dengan sumber api atau air sangat tidak rapi Agak Kendor Kendor Lepas SUMBER DATA NORMAL OBSERVA- TION MINOR MAYOR A B C D Kondisi Fisik Merek tidak Kondisi Kusam Breaker standar rusak beban beban lebih Ukuran breaker beban terlalu mendekati besar dari sesuai amper kecil batas limit ukuran pengukuran breaker breaker Pengukuran & Thermografik & Thermogra fik Dari metal tidak ada kusam Ada tapi mati sebagian tidak ada label tidak ada grouping tidak sesuai atau tidak ada diagram tidak komplit tidak mengguna kan box Tidak ada kabel terlalu kecil tidak ada grounding

4 15 NO ITEM 4 COS Utama KATEGORI TEMUAN NORMAL OBSERVA- MINOR MAYOR SUMBER TION DATA A B C D Warna kabel warna kabel standar sesuai tidak standar fase RST tidak ada Arester ada Merk 3 besar (MG, Siemens, ABB) Sistem distribusi listrik baik Kapasitas COS sesuai arus beban Kondisi COS baik Instalasi kabel rapi tidak menggunakan busbar kurang baik arester pemakain di luar 3 besar tidak baik tidak menggun akan cos kapasitas COS terlalu kecil sangat tidak baik kurang rapi tidak rapi - Terminasi baik Agak Kendor Kendor Lepas Penempatan terjangkau Grounding COS ada Diagram COS ada dan sesuai Warna kabel standrat sesuai fase RST terhalang Suhu C ada tetapi ukuran telalu kecil tidak ada diagram COS warna kabel tidak standar sulit dijangkau Suhu C tidak ada dekat dengan sumber api atau air suhu melebihi >50 0 C Drawing Pengukuran Cek terminal Thermograf ik Drawing

5 16 NO ITEM KATEGORI TEMUAN NORMAL OBSERVA- MINOR MAYOR TION SUMBER DATA A B C D Kondisi baik kurang baik tidak baik rusak Aman dari gangguan mekanis Tidak ada sambungan pemasangan junction box sulit dijangkau tidak ada proteksi junction box tidak menggunak an terminal ada sambung an kabel tanpa junction box Instalasi rapi kurang rapi tidak rapi 5 CABLE POWER/ FEEDER Ukuran diatas kapasitas breaker Tipe kabel sesuai (NYY/NYFGbY) kondisi pemasangan ukuran kabel terlalu besar (sehingga tidak bisa masuk terminal) kapasitas kabel sama dengan arus beban menggunak an kabel NYM kapasitas kabel lebih kecil dari arus beban tabel& pengukuran Kode warna sesuai kode warna tidak sesuai Merk 4 besar (Supreme, Metal, Kabelindo, Tranka) kabel diluar 4 merk (supreme, metal, kabelindo, tranka)

6 17 NO 6 ITEM KABEL PENERANGAN DAN STOP KONTAK Tidak ada sambungan terbuka pemasangan junction box sulit dijangkau junction box tidak menggunak an terminal ada sambung an kabel tanpa junction box SUMBER DATA KATEGORI TEMUAN NORMAL OBSERVA- TION MINOR MAYOR A B C D Kondisi baik kurang baik tidak baik rusak Aman dari gangguan tidak ada mekanis / diberi proteksi conduit Instalasi rapi kurang rapi tidak rapi Ukuran sesuai arus beban ( Minimum 1,5 mm2 ) ukuran kabel terlalu besar (sehingga tidak bisa masuk terminal) kapasitas kabel sama dengan arus beban kapasitas kabel lebih kecil dari arus beban Pengukuran Tipe kabel NYM/ NYY/NYFGBY Kode warna sesuai Merk 4 besar ( Supreme, Metal, Kabelindo, Tranka ) kode warna tidak sesuai menggunak an kabel NYA tanpa conduit kabel diluar 4 merk (supreme, metal, kabelindo, tranka) Kondisi baik kurang baik tidak baik rusak 7 STOP KONTAK Pemasangan tidak miring Kapasitas sesuai dengan penggunaan beban Pemasangan miring Stop kontak extention Kapasitas beban melebihi kapasitas stop kontak

7 18 NO ITEM 8 GROUNDING NORMAL KATEGORI TEMUAN OBSERVA- TION MINOR MAYOR SUMBER DATA A B C D Ukuran Kabel Warna kabel kuning belang atau BC Menggunakan kabel warna lain Ukuran kabel terlalu kecil Terminasi baik Agak Kendor Kendor Lepas Cek Ada bak kontrol Tidak ada grounding bak kontrol Nilai tahanan pentanahan dibawah 2 Ohm Grounding elektronik dipisah tidak bisa di test Grounding elektronik di gabung dengan grounding listrik Nilai tahanan pentanah an di atas 5 Ohm - Tes 9 KWH METER sambungan daya sesuai kebutuhan Suhu Breker <33 0 C Box KWH & MCB ada Penemptan KWH aman Kabel sesuai arus beban - Suhu C Box rusak Sanbungan daya terlalu besar Suhu C tidak ada box Penempata n di luar ruangan Sambung an daya terlalu kecil suhu melebihi >50 0 C Ukuran kabel terlalu kecil Cek Thermogra fik Cek Instalasi rapi tidak rapi

8 19 KATEGORI TEMUAN NO 10 ITEM PENGKAL PETIR NORMAL OBSERVA- TION MINOR MAYOR A B C D Jumlah Jumlah Splitzen tidak ada splitzen cukup splitzen kurang Ukuran kabel cukup Ketinggian splitzen cukup Ukuran kabel turun cukup Grounding di bawah 5 ohm Bak kontrol ada Ukuran kabel terlalu kecil - Ketinggian splitzen terlalu rendah/ting gi Ukuran kabel terlalu kecil <35 mm2 Tidak ada bak kontrol Instalasi rapi kurang rapi tidak rapi - Groundin -g di atas 5 ohm SUMBER DATA Cek Tes 11 INSTALASI AC Unit indoor baik Unit outdoor baik Kabel kontrol baik Pipa refrigrient baik Ada kondensasi Kusam/kotor Kurang terawat Kurang terawat rusak rusak kurang baik tidak baik rusak kurang baik tidak baik rusak Isolasi baik kurang baik tidak baik rusak

9 Panel Hubung Bagi (PHB) PHB adalah perlengkapan hubung bagi yang pada tempat pelayanannya berbentuk suatu panel atau kombinasi panel-panel, terbuat dari bahan konduktif atau tidak konduktif yang dipasang pada suatu rangka yang dilengkapi dengan perlengkapan listrik seperti sakelar, kabel dan rel. Perlengkapan hubung bagi yang dibatasi dan dibagi-bagi dengan baik menjadi petak-petak yang tersusun mendatar dan tegak dianggap sebagai satu panel hubung bagi Jenis Kabel Instalasi Listrik Berdasarkan penggunaannya dapat dibedakan menjadi: a. Kabel Instalasi Tegangan Rendah. Digunakan untuk instalasi dalam gedung untuk beban beban yang bertegangan rendah, seperti lampu, peralatan elektronik, dan lain lain. Jenis jenis kabel tegangan rendah: 2 1. NYA Gambar 2.1 Kabel NYA Sumber : ( YQlZRhs/s1600/kabel%2BNYA.jpg) 1 PUIL 2000, h ibid, h. 276

10 21 2. NYAF Gambar 2.2 Kabel NYAF Sumber : ( 3. NYM Gambar 2.3 Kabel NYM Sumber: ( UUPIZ81rH4Q/T0RnR9vNgDI/AAAAAAAACYg/xI0ZeA3ESBc/s1600/ Kabel%2BNYM.jpg) b. Kabel kontrol Digunakan untuk instalasi dalam gedung, switching station, industrial plan, dimana resiko kecelakaan mekanisnya kecil. Jenis jenis kabel kontrol antara lain 3 : 3 Ibid, h. 282

11 22 1. NYFLY Gambar 2.4 Kabel NYFLY Sumber : ID=18 2. NYY-HY Gambar 2.5 Kabel NYY-HY Sumber : 3. NYM-HY Gambar 2.6 Kabel NYM-HY Sumber :

12 23 c. Power cable Digunakan untuk instalasi dalam gedung maupun dalam tanah (underground power cable). Jenis jenis kabel power antara lain 4 : 1. NYY Gambar 2.7 Kabel NYY Sumber: YtESxSRLj6M/TbLJUy6xGEI/AAAAAAAAAD0/ED56r9Jo9wk/s1600/ NYY+kitani+%25281%2529.jpg 2. NYFGBY Gambar 2.8 Kabel NYFGBY Sumber: 4 Ibid, h. 285

13 24 3. NYM-T Gambar 2.9 Kabel NYM-T Sumber: Perhitungan kabel penyulang genset dapat kita lihat pada PUIL 2000 pasal yang berisi: penghantar dari terminal generator ke proteksi pertama harus mempunyai kemampuan arus tidak kurang dari 115% dari arus pengenal yang tertera pada pelat nama generator. Dengan rumus 5 : KHA = 115% x Itotal Keterangan: KHA = Kapasitas Hantar Arus Itotal = Arus total beban (A) 5 h. 7

14 Kategori Data Visual Tabel 2.2 Kategori Data Visual No Kategori Prioritas Keterangan Normal (A) Observasi (B) Minor (C) Mayor (D) None Low Medium High Kondisi sesuai dengan standar PUIL dan HSE Temuan yang tidak mempengaruhi fungsi tetapi mengurangi kesempurnaan sistem Temuan yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi sistem dan merugikan Temuan yang berpotensi menggagalkan sistem dan atau membahayakan manusia dan gedung Pada kategori normal, pemeriksaan kembali sesuai standart 2 tahun untuk panel, dan 5 tahun untuk kabel. Pada kategori observasi, perbaikan dilakukan paling lama 6 bulan. Pada kategori minor perbaikan paling lama 3 bulan. Pada kategori mayor, perbaikan harus segera dilakukan karena berpotensi menggagalkan sistem dan membahayakan manusia dan gedung Engineering Manajemen Pemeliharaan Peralatan Pedoman pemeliharaan fasilitas pembangkit listrik yang menjadi dasar penulisan skripsi ini adalah Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor SKEP/157/IX/03 tahun Didalam lampiran surat keputusan ini terdapat cara untuk mengevaluasi peralatan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan, dimana cara yang sama juga terdapat pada ANNEX 10, Didalam SKEP/157/IX/03 Pasal 1

15 26 disebutkan bahwa setiap penyelenggara bandar udara wajib memelihara fasilitas elektronika dan listrik penerbangan 6. Namun jenis kebijakan pemeliharaan peralatan yang dipilih oleh bandara yang dikelola oleh pemerintah, Badan usaha milik negara (BUMN), atau swasta berbedabeda tergantung organisasi tersebut. Jenis kebijakan pemeliharaan peralatan apapun yang diambil oleh sebuah penyelenggara bandara, untuk mencapai tujuan pemeliharaan fasilitas elektronika dan listrik penerbangan, perlu dukungan unsur unsur manajemen sebagai berikut : sumber daya manusia sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang memadai; dana pemeliharaan peralatan; alat-alat kerja, alat-alat ukur, alat pengetesan, suku cadang (modul dan perlengkapan habis pakai) dan dokumen teknik; pedoman pemeliharaan Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) 7 adalah segala tindakan terhadap sesuatu benda sebagai obyek untuk mempertahankan atau mengembalikannya ke keadaan, dimana benda tersebut dapat menjalankan fungsi semestinya. Tindakan-tindakan tersebut termasuk kombinasi teknis dan administratif, manajerial dan kegiatan pengawasan. 6 SKEP/157/IX/2003. Pedoman Pemeliharaan Dan Pelaporan Peralatan Fasilitas Elektronika Dan Listrik Penerbangan. 2003, h. 2 7 Repair and maintenance..

16 Kebijaksanaan Pemeliharaan Peralatan Ada beberapa kebijakan pemeliharaan peralatan, antara lain: 8 kebijakan rawat buang, kebijakan rawat pakai atau rawat sendiri, kebijakan rawat kontrak, kebijakan unit cadangan, kebijakan teknik reparasi rakitan, dan kebijakan kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas Tujuan Pemeliharaan Tujuan pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut : 9 a) Untuk memperpanjang usia kegunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya). b) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment) maksimum yang mungkin. c) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya. d) Untuk menjamin keselamatan yang menggunakan sarana tersebut. 2.2 Jenis Pemeliharaan Peralatan Fasilitas yang baru selesai dibangun, peralatannya masih baru dan biasanya operasi fasilitas dapat berjalan dengan lancar untuk tahun pertama. Agar suatu fasilitas tetap dapat berjalan dengan lancar, maka 8 Richardus Eko Indrajit, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Grasindo, 2003), hal.15 9 Antony Corder, Teknik Manajemen Pemeliharaan, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal.3

17 28 selama digunakan harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara terus-menerus. Pemeliharaan tersebut dapat bermacam-macam, yang biasanya dibedakan sebagai berikut: Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance) Pemeliharaan jenis ini bersifat rutin dan terus-menerus dilakukan yang bertujuan agar peralatan tetap berjalan dengan lancar dan mulus. Dalam jenis pemeliharaan ini biasanya tidak diperlukan penggantian suku cadang. Sering juga disebut sebagai perawatan atau service, yang meliputi pekerjaan seperti membersihkan dan memberikan minyak pelumas dan gemuk pelumas secara berkala sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) Pemeliharaan jenis ini dilakukan untuk mencegah agar peralatan tersebut jangan sampai rusak dan tidak dapat digunakan sementara tengah diperlukan. Dilakukan secara terencana dan terjadwal sejak semula. Pada pemeliharaan jenis ini, penggantian suku cadang dilakukan sebelum betul-betul rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Pemeliharaan jenis ini dilakukan sewaktu peralatan masih dalam keadaan baik Pemeliharaan Besar (Major Maintenance) Pemeliharaan besar dilakukan setiap periode tertentu. Periode ini dapat ditentukan berdasarkan waktu tetap atau berdasarkan masa penggunaan. Tujuannya adalah untuk mengembalikan peralatan ke 10 Richardus Eko Indrajit, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Grasindo, 2003), hal.28

18 29 kapasitas semula. Misalnya, setelah berjalan beberapa waktu lamanya, kapasitas peralatan tinggal 70%, dan dengan pemeliharaan besar ini kapasitas dipulihkan lagi menjadi, misalnya, 95%. Persiapan untuk jenis pemeliharaan ini biasanya dapat dilakukan jauh sebelumnya, mislnya 1 tahun, 2 tahun, atau bahkan lebih. Sering disebut juga overhaul, atau turn around, atau plant stop, atau turun mesin Pemeliharaan karena rusak (Breakdown Maintenance) Pemeliharaan jenis ini dilakukan secara terpaksa karena peralatan rusak secara mendadak. Biasanya tidak diantisipasi terlebih dahulu, dan terjadi karena berbagai sebab seperti pemeliharaan besar yang dilakukan sangat terlambat, kurang atau tidak dilakukan pemeliharaan rutin atau pencegahan, salah operasi, peralatan dibebani secara berlebihan, dan sebagainya Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenace) Ini hampir sama dengan pemeliharaan karena rusak, hanya saja jenis pemeliharaan ini terpaksa dilakukan karena alasan yang tidak dapat diduga sebelumnya, misalnya terjadi keadaan kahar (force majeur) seperti kebakaran, banjir, dan sejenisnya. Persamaan antara pemeliharaan karena rusak dan pemeliharaan darurat ialah bahwa keduanya tidak dapat diramalkan dan tidak diperkirakan sebelumnya. Sedangkan perbedaannya ialah bahwa pemeliharaan karena rusak terjadi karena kesalahan sendiri, dan pemeliharaan darurat terjadi karena faktor diluar kekuasaan perusahaan.

19 Generator Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnet. 11 Generator memperoleh energi mekanis dari prime mover. Sedangkan Genset (Generator set) adalah bagian dari generator. Genset merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator terpasang satu poros dengan motor diesel, yang biasanya menggunakan generator sinkron (alternator) pada pembangkitan. Konstruksi generator AC adalah sebagai berikut 12 : a. Rangka Stator, terbuat dari besi tuang, merupakan rumah dari bagian-bagian generator yang lain. b. Stator, memiliki alur-alur sebagai tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi sebagai tempat GGL induksi. c. Rotor, adalah bagian yang berputar dimana terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitan nya yang dialiri arus searah, melewati cincin geser dan sikat-sikat. d. Cincin geser, terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersama-sama dengan poros dan rotor. e. Generator penguat, merupakan generator arus searah yang dipakai sebagai sumber arus

20 31 Gambar 2.10 genset Sumber: Cara Kerja Generator Prinsip kerja dari generator sesuai dengan hukum Lens, yaitu arus listrik yang diberikan pada stator akan menimbulkan momen elektromagnetik yang bersifat melawan putaran rotor sehingga menimbulkan eletromotive force (EMF) atau GGL pada kumparan rotor. Tegangan EMF ini akan menghasilkan suatu arus jangkar. Jadi diesel sebagai prime mover akan memutar rotor generator, kemudian rotor diberi eksitasi agar menimbulkan medan magnet yang berpotongan dengan konduktor pada stator dan menghasilkan tegangan pada stator. Karena ada dua kutub yang berbeda, utara dan selatan, maka tegangan yang dihasilkan pada stator adalah tegangan bolakbalik Ibid

21 Menentukan Frekuensi Genset Kecepatan dan jumlah kutub derajat ac menentukan frekuensi tegangan yang dibangkitkan. Jika generator mempunyai dua kutub ( utara dan selatan ) dan kumparan berputar pada kecepatan satu putaran perdetik, maka frekuensi akan berubah manjadi siklus per detik. Rumus untuk mementukan frekuensi generator adalah 14 : f pn 120 Dimana : f = Frekuensi tegangan yang diinduksikan ( Hz ) p = jumlah kutub pada rotor n = kecepatan rotor per menit ( r / menit ) 2.4 Menghitung Tegangan Genset Berputarnya rotor pada generator sepanjang dua poolstek (jarak antara pertengahan kutub magnit dengan pertengahan kutub magnit berikutnya yaitu diukur pada keliling besi stator), maka akan membangkitkan tegangan induksi di dalam lilitan yang besarnya dapat ditulis dengan persamaan 15 : E = 4. F. Fv. Fw. Φ.W.10-8 Volt Dimana : E = Tegangan GGL generator (V)

22 33 f = frekuensi generator (Hz) fv = faktor efektif = 1,111 fw = faktor lilitan (untuk generator fasa tunggal adalah 0,8 dan untuk generator fasa tiga adalah 0,96). Φ = fluks (garis gaya = 108 maxwell) W = lilitan untuk batas minimal dan maksimal tegangan yang diperbolehkan agar peralatan bekerja dengan baik adalah ± 5% dari tegangan normal atau sekitar 209 volt 231volt Menghitung Daya Genset Daya Nyata (P) Daya nyata merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya. Line to netral / 1 fasa P = V x I x Cos Ø Line to line/ 3 fasa P = 3 x V x I x Cos Ø 16 PUIL 2000, h Rumus-rumus dasar elektrikal (Daya)_duniatehnikku.htm

23 34 Ket : P = Daya Nyata (Watt) V = Tegangan (Volt) I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper) Cos Ø = Faktor Daya Daya Semu (S) Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang melalui penghantar. Line to netral/ 1 fasa S = V x I Line to line/ 3 fasa S = 3 x V x I Ket : S = Daya semu (VA) V = Tegangan (Volt) I = Arus yang mengalir pada penghantar (Amper)

24 Menentukan Kapasitas Genset 18 Stotal KapasitasDaya Faktor ker ja genset Keterangan: S total = Beban Total Terpasang (KVA) Faktor kerja genset = 0,8 Pembebanan maksimum 80% dari kapasitasnya untuk menjaga agar tidak terjadi over load saat ada beban kejut ringan. 2.7 Tangki Bahan Bakar Tangki bahan bakar harus disediakan dalam ruang pembangkit masing-masing untuk setiap unit penggerak utama, dengan kapasitas beban penuh selama 8 jam. Tempat pengisian bahan bakar harus ditempatkan cukup jauh dari baterai dan perlengkapan lainnya. Untuk setiap tangki bahan bakar harus tersedia alat duga bahan bakar yang mudah terlihat. Untuk isi 2/3 bagian harus diberi tanda yang mengingatkan perlunya pengisian kembali. Alat duga dibuat sedemikian rupa sehingga kalau rusak, minyak tidak akan bocor. Pemipaan bahan bakar harus disusun sedemikian rupa sehingga tercegah masuknya lumpur dan endapan kotoran minyak dan udara yang dapat mengakibatkan tersumbatnya pipa. Semua keran harus 18 h. 6

25 36 diberi tanda keadaan tertutup atau terbuka. Pipa bahan bakar harus dilindungi terhadap panas yang berlebihan dan terhadap kerusakan mekanik Sistem Penangkal Petir Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai pengumpul muatan dan diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar ujung metal tersebut terlebih dahulu. Sistem ini memiliki kelemahan dimana apabila sistem penyaluran arus petir ketanah tidak berfungsi dengan baik maka ada kemungkinan timbul kerusakan pada elektronik yang sangat peka terhadap medan transien Sistem Pentanahan Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari tegangan sentuh, gangguan, lonjakan listrik, petir dan lainnya. Tujuan utama dari adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. 19 PUIL 2000, h h. 41

26 37 Elektrode bumi 21 ialah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi. Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian dari elektrode bumi. Jenis elektrode bumi 1. Elektrode pita ialah elektrode yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal. Elektrode ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial, melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk tersebut seperti pada Gambar 2.11, yang ditanam sejajar permukaan tanah dengan dalam antara 0,5 1.0 m. Gambar Cara pemasangan elektrode pita Sumber: (PUIL 2000, h. 80) 2. Elektrode batang ialah elektrode dari pipa besi, baja profil, atau batang logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah. 3. Elektrode pelat ialah elektrode dari bahan logam utuh atau berlubang. Pada umumnya elektrode pelat ditanam secara dalam. 21 Ibid, h. 80

27 38 4. Bila persyaratannya dipenuhi, jaringan pipa air minum dari logam dan selubung logam kabel yang tidak diisolasi yang langsung ditanam dalam tanah, besi tulang beton atau konstruksi baja bawah tanah lainnya boleh dipakai sebagai elektrode bumi. Kualitas dari sistem pentanahan dapat diketahui dari nilai resistansi jenis tanah dan nilai resistansi pentanahan. Nilai resistansi jenis tanah berbeda-beda tergantung dari jenis tanahnya. Nilai resistansi elektroda pentanahan tergantung pada jenis tanah dan keadaan tanah serta susunan dari elektroda pentanahan tersebut. Besarnya resistansi jenis tanah dan resistansi elektroda pentanahan diperlihatkan pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Resistansi Jenis Tanah Sumber: (PUIL 2000 h. 80) 2.10 Exhaust Fan Fan adalah mesin sederhana yang menyediakan udara dengan syarat ada energi yang menggerakkan fan tersebut 22. Fan ini digunakan 22 Higgins, Lindley R. P.E., dkk, Maintenance Engineering Handbook, Sixth Edition, McGraw-Hill, h

28 39 untuk sirkulasi udara dari dalam ke luar ruangan sehingga udara menjadi tidak lembab dan panas. Kapasitas Exhaust Fan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut Ukur Ruangan, Ubah Ukuran meter ke feet ( 1 Meter = 3,28 Feet) 2. Hitung Luas Ruangan dan kalikan tinggi. Maka akan didapat volume ruangan (Cubic Feet) 3. Tentukan berapa kali sirkulasi udara yang dinginkan per jam. 4. Kalikan Volume ruangan dengan Jumlah sirkulasi. maka diperoleh (Cubic Feet / Hours ) 5. Kemudian dibagi 60 untuk memperoleh CFM ( Cubic Feet per Minutes) Gambar 2.12 Exhaust Fan Sumber : ( 23

29 40 Dalam memilih exhaust fan, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah luas ruangan. Kemudian ketahui juga fungsi ruangan. Misalnya, ruangan genset sebagai pusat pembangkit energi listrik. Setelah itu baru memilih exhaust fan dengan spesifikasi yang sesuai luas dan fungsi ruangan. Luas dan fungsi ruangan menentukan seberapa besar air change rate atau tingkat keperluan pertukaran udara yang ditulis dalam satuan ACH (Air Changes Per Hour). Jenis Bangunan Hotel Rumah sakit Tabel 2.3 Air Change Rate sumber: (Panasonic.co.th) Tabel Air Change Rate Jenis Ruangan ACH Restoran, ruang dansa 8 Dapur 15 Lorong dan WC 5 Toilet 10 Ruang cuci 20 Ruang cuci dry cleaning 15 Lobi 10 Klinik, ruang diagnosa pasien 6 Toilet 5 Kantor 6 Kantin, restoran 8 Dapur 15 Ruang ronsen 5 Toilet, ruang mesin genset 10 Ruang cuci dry cleaning 15 Kamar pasien 10 Publik Toilet umum 20 Rumah Dapur 15 Ruang keluarga 6 Studio foto Ruang Gelap 10 Ruang proses kimia 20 Sekolah Kantin 15 Ruang rapat 6

30 41 Bioskop Pabrik Restoran Perkantoran Ruang olahraga 8 Toilet 12 Perpustakaan, Laboratorium 6 Ruang kelas 6 Ruang ketemuan, lorong 6 Ruang merokok 12 Toilet 10 Ruang proyektor 20 Kantor 6 Ruang kendali komunikasi 6 Ruang Pengecatan 20 Ruang genset 20 Ruang penguapan 15 Kantor 6 Ruang makan 6 Dapur 20 Kantor 6 Lobi 10 Ruang rapat 12 Ruang pameran 10 Toilet KWH Meter KWH meter adalah 24 untuk mengukur daya pemakaian listrik. Arus listrik yang mengalir pada alat ini di proteksi dan di batasi oleh MCB yang besarnya di sesuiakan dengan sambungan daya PLN. Kedua peralatan tersebut adalah milik PLN dan keberadaannya disegel dan tidak boleh di buka kecuali oleh pihak PLN. Listrik sebelum masuk ke gedung harus melewati pembatas arus MCB dan KWH meter milik PLN. 24 PT. Skemanusa. Audit Elektrikal Permata Bank, h. 22

31 42 Gambar 2.13 KWH Meter Sumber: ( A/QOq0Mtq-nQ0/s1600/meter1.jpg) 2.12 MCB (Mini Circuit Breaker) MCB merupakan 25 pengaman otomatis untuk memutuskan sirkit secara otomatis apabila arus nya melebihi setting dari MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat da beban lebih. Gambar 2.14 MCB Sumber: ( LgReMOluNMY/UFV0fe5mY1I/AAAAAAAAAsY/lyO99ulypK8/s1600/ mcb.jpg) 25 h. 3

32 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker 26 adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengaman terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan, konstruksi MCCB dapat dilihat pada gambar. Gambar 2.15 MCCB Sumber: ( Berikut adalah rumus perhitungan kapasitas pemutus untuk pengaman output genset: I MCCB = 120% x I total Keterangan : I total I MCCB = Rating kinerja daya genset (A) = Rating pengaman genset (A) 26 Ibid, h. 4

33 TOLR (Thermal Overload Relay) TOLR 27 adalah suatu pengaman beban lebih menurut PUIL 2000 bagian yaitu proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat di asut. Biasanya tiap-tiap TOLR batas ratingnya dapat diatur, untuk lebih jelasnya lihat gambar konstruksi TOLR. Gambar 2.16 TOLR Sumber: QFU3dk/ThFiP7ogU4I/AAAAAAAAACM/ExcJ5pr-rVM/s320/4606-lrthermal-overload-relay-1.jpg 2.15 Kontaktor Kontaktor 28 adalah gawai elektromagnetik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Rating kerja kontaktor dapat ditentukan dengan rumus berikut 29 : I I total 80% h Ibid, h. 7

34 45 Keterangan: I I total = Rating arus kerja kontaktor (A) = Arus beban total (A) Gambar 2.17 Kontaktor Sumber: ( v-oetmegbd0/s1600/kontaktor.jpg) 2.16 Pengertian ATS Dan AMF ATS adalah singkatan dari Automatic Transfer Switch, yaitu proses pemindahan penyulang dari penyulang/sumber listrik yang satu ke sumber listrik yang lain secara bergantian sesuai perintah pemrograman, ATS adalah pengembangan dari COS atau yang biasa disebut secara jelas sebagai Change Over Switch, beda keduanya adalah terletak pada sistim kerjanya, untuk ATS kendali kerja dilakukan secara otomatis, sedangkan COS dikendalikan atau dioperasikan secara manual. 30 Alat ini berfungsi untuk memindahkan koneksi antara sumber tegangan listrik satu dengan sumber tegangan listrik lainnya secara 30 h. 16

35 46 automatis. Karena fungsi tersebut ATS sering juga disebut dengan Automatic COS (Change Over Switch). Gambar 2.18 Panel ATS (ACOS) Sumber: ( 30kva.jpg) AMF 31 adalah singkatan dalam istilah kelistrikan dari Automatic Main Failure yang maksudnya menjelaskan cara kerja otomatisasi terhadap sistem terhadap sistem kelistrikan cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber/penyulang listrik utama (Main), istilah ini secara umum sering dijabarkan sebagai sistim kendali start dan stop genset, baik itu diesel generator, genset gas maupun turbin. 32 Alat ini berfungsi untuk menyalakan mesin genset jika beban yang di layani kehilangan sumber energi listrik utama/pln Ibid, h. 16

36 47 Gambar 2.19 Panel AMF Sumber: ( Sistim kerja panel ATS dan AMF yang sering kita temukan adalah kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke pln maupun sebaliknya, bilamana suatu saat sumber listrik dari PLN tiba-tiba padam, maka AMF bertugas untuk menjalankan diesel genset sekaligus memberikan proteksi terhadap sistim genset, baik proteksi terhadap unit mesin/engine yang berupa pengamanan terhadap gangguan rendahnya tekanan minyak pelumas (Low Oil Pressure) maupun kondisi temperatur mesin serta media pendinginannya, dan juga memberikan perlindungan terhadap unit Generatornya. baik berupa pengamanan terhadap beban pemakaian yang berlebih maupun perlindungan terhadap karakterlistrik lain seperti tegangan maupun frequensi genset, apabila parameter yang diamankan melebihi batasannormal/setting maka tugas ATS adalah melepas hubungan arus listrik ke beban sedangkan AMF bertugas untuk memberhentikan kerja mesin. Apabila generator yang dijalankan beroperasi dengan baik, berikutnya ATS bertugas memindahkan sambungan dari sebelumnya

37 48 yang tersambung dengan PLN dipindahkan secara otomatis ke sisi generator sehingga aliran listrik bisa tersambung ke sisi pengguna. Apabila kemudian pln kembali normal, selanjutnya ATS bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan switch kembali ke sisi utama dan untuk kemudian disusul dengan tugas AMF untuk memberhentikan kerja mesin diesel tersebut, demikian seterusnya semua sistim kontrol dikendalikan secara otomatis berjalan dengan sendirinya. Gambar 2.20 Blok diagram cara kerja AMF dan ATS Sumber: ( Ats-Amf panel tersusun atas beberapa bagian utama antara lain : ChangeOver system yang berfungsi sebagai media tukar sumber, jenis dari media changeover ini bisa MCCB yang dilengkapi dengan motorized, bisa menggunakan Magnetic Contactor, bisa juga menggunakan Change Over Switch yang dilengkapi dengan sistim motorized atau solenoid.

38 49 Metering yang berfungsi sebagai media indikator kondisi kelistrikan. Battery Charger yang berfungsi sebagai charging battery genset. Modul Controller yang berfungsi sebagai media start-stop genset dan changeover Battery dan Batterry Charger Baterai ini terdiri atas elektroda dan elektrolit. Elektroda berbentuk pelat (lapisan, sedangkan elektrolit berbentuk larutan). Ketika elektroda dihubungkan dengan suatu konduktor akan terjadi pergerakan arus dalam elektrolit tersebut. Elektroda ini ada dua macam yaitu katoda dan anoda. Katoda adalah elektroda negatif yang berfungsi sebagai pemberi elektron dan elektrolit. Anoda adalah elektroda positif yang berfungsi sebagai penerima elektron 33. Gambar 2.21 Baterai Sumber: ( Battery charger biasanya digunakan sebagai charger yaitu alat ini mendapat suplai listrik dari sumber PLN atau dari generator itu sendiri. Battery charger untuk mengisi energi listrik ke accu. Accu ini 33 h. 3

39 50 biasanya berkapasitas 12 Vdc atau 24 Vdc, maka battery charger ini harus dapat mengisi accu sampai kapasitas tersebut. Accu ini digunakan untuk men-start motor dc yang akan menggerakkan generator. Battery charger ini akan mengisi accu atau battery sebesar 12 Vdc atau 24 Vdc. 34 Gambar 2.22 Baterai Charger Sumber: ( Automatic Voltage Regulator (AVR) 35 AVR adalah alat yang mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Sistem pengoperasian unit AVR (Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap konstan dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan beban sangat mempengaruhi tegangan output generator h

40 51 Gambar 2.23 AVR Sumber: ( Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Apabila tegangan output generator dibawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan memperbesar arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan output generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum atapun maksimum yang bekerja secara otomatis Ohm Saklar Ohm Saklar berfungsi untuk mengatur 2 sumber listrik kedalam Instalasi Listrik. Sumber tersebut adalah PLN dan GENSET

41 52 Gambar 2.24 Ohm saklar Sumber: ( Standart Sambungan PLN Diantara standar yang dianjurkan tersebut adalah Pada saluran utama menggunakan penghantar dengan penampang 4 mm 2. Pada instalasi sirkit akhir gunakan penghantar dengan penampang : 3 x 2.5 mm untuk instalasi kotak kontak (stop kontak) 2 x 1.5 mm untuk instalasi penerangan 3. Gunakan penghantar dengan warna yang standard menurut puil 2000 (Fase = Merah, Netral = Biru, PE = Loreng/Hijau Kuning) 4. Sistem pembumian harus ada dan menggunakan elektroda min. 1 stick (Nilai pengukuran resistansi pembumian lebih kecil dari 50 Ohm) 5. Sistem pembumian menggunakan penghantar BC dengan penampang 4 mm 37

42 53 6. Penyambungan sistem pembumian dengan PE dilakukan pada terminal didalam PHB 7. Menggunakan material yang standar dengan indikasi SNI,LMK,SPLN. (Untuk kabel,mcb dan stop kontak). Tabel 2.4 Standar Daya PLN Sumber : Pengujian 2.22 Teknik Pengujian Genset 38 Inspeksi dan Pengujian Instalasi Genset merupakan bagian atau tahapan proses instruksi yang bertujuan : 38 PT. Skemanusa Consultama Teknik. Procedure STP Dan WTP Technical Central Park Jakarta, h. 13

43 54 Membuktikan bahwa suatu tahapan instalasi sudah selesai Menunjukkan bahwa instalasi dikerjakan sesuai shop drawing dan spesifikasi Meminta pengesahan instalasi dari wakil konsultan Sebagai bukti kemajuan pekerjaan Pengujian Genset 1. Test Tahanan Grounding Test tahanan grounding adalah pengetesan dengan cara : - Grounding Test - Mengukur tahanan terhadap pentanahan. Dengan metode test mengukur tahanan dengan Ohm meter dan criteria lolos / diterima dengan tahanan lebih kecil sama dengan 3 Ohm Test Isolasi Tahanan Kabel Adalah pengetesan dengan cara : - Merger kabel - Mengukur tahanan kabel antar fasa dengan fasa, fasa dengan netral dan fasa dengan grounding. Dengan metode test mengukur tahanan dengan Ohm meter (mega ohm) dan criteria lolos / diterima dengan tidak terjadi kebocoran pada isolasi kabel dan hasil tergantung dari ukuran dan panjang kabel. 39 PUIL 2000, h. 81

44 55 Tabel 2.5 Nilai Resistans Isolasi Minimum Sumber: PUIL 2000, h Noise Genset Adalah dengan cara : - Test noise - Mengukur db diluar ruang genset pada jarak 1 meter dari intake dan discharge / silencer. Dengan metode test menggunakan alat ukur db meter dan criteria lolos / diterima dengan Noise 70 db jarak 1 meter sesuai dengan KEPMEN LH NO.KEP.48/MENLH/11/ Tangki Harian dan Tangki Bulanan Tangki Harian dan Tangki Bulanan adalah penyimpanan bahan bakar. Adapun cara pengetesannya, yaitu : - Check visual dari tangki (dimensi ketebalan plat, hasil pengelasan kelengkapan kelengkapan accessories dll.). - Test Hidrostatis, yaitu dengan mengisi tangki dengan air sampai penuh. Dengan metode test diukur dilihat dan diraba dan criteria lolos / diterima dengan sesuai shop drawing.

45 56 - Pressure test menggunakan media angin, ditekan dengan kompresor, - Maksimum \ tekanan 2 bar. Kemudian pada pengelasan diberi air sabun. - Dengan metode test pressure test dengan media angin dan criteria lolos / diterima jika pada pengelasan tidak terjadi kebocoran untuk instalasi fuel system. 5. Panel Control Genset Sistem panel control genset ada beberapa pengetesan, yaitu : - Test simulasi Pengetesan synchron secara manual Pengetesan synchron secara otomatis Dengan metode test dengan memberikan beban simulasi pada panel dan criteria lolos / diterima jika synchron dapat berfungsi dengan baik. 6. Voltage injection Untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran pada busbar dan ACB SISTEM GENSET 40 Genset adalah sebagai power cadangan/back up dari PLN. Oleh karena itu pada instalasi genset secara sistem harus pada posisi stand by auto dan dalam keadaan siap pakai, maka sebelum kita melakukan testing pada genset, terlebih dahulu kita lakukan cek sistem dan cek kebersihan lokasi meliputi : 40 Ibid, h. 14

46 57 - Kebersihan areal ruangan genset. - Periksa instalasi pipa solar dan di flushing, kabel dsb. - Level dari pelumasan. - Air pendingin. - Battery. - Valve-valve & accessories. - Panel dsb. a) Pengetesan Genset Setelah pengecekan dilakukan, baru dilaksanakan test running genset, lalu kita periksa dan setting frekwensi, voltage dsb. Kemudian kita laksanakan pengetesan Safety Device meliputi : - High temperature - Emergency stop - Low pressure - Start failure - Over speed b) Pengetesan Panel - Test start genset dari panel - Test paralel secara manual - Test simulasi power failure * Start secara automatis

47 58 * Stop secara automatis - Test simulasi paralel secara automatis c) Test Sinkron dengan PLN Lakukan pengetesan memutus PLN secara keseluruhan dengan beban secukupnya. d) Test Beban Aktual Test beban actual dilakukan pengetesan dengan beban yang ada pada gedung tersebut. Jadi test tersebut bisa dilaksanakan apabila sistem instalasi listrik pada gedung tersebut sudah siap pakai. Agar masa pakai genset lebih panjang, perlu diperhatikan hal-hal berikut 41 : 1. Waktu pemanasan awal. Biarkan mesin hidup ± 5-10 menit pertama setelah start, hal ini diperlukan agar putaran stabil. 2. Pembebanan. Sebaiknya gunakan pembebanan maksimum 80% dari kapasitasnya untuk menjaga agar tidak terjadi over load saat ada beban kejut ringan. 3. Pelumasan. Ganti pelumas setelah 20 jam pertama dan setiap 100 jam berikutnya. 4. Pemanasan untuk perawatan. Jalankan genset minimal sekali seminggu selama ± 5-20 menit untuk menjaga kondisi accu dan pelumasan di dalam unit mesin. 41

48 59 5. Sirkulasi udara. Letakkan unit pada tempat dengan sirkulasi udara yang baik atau tambahkan exhaust fan agar tidak terjadi over heating pada genset.

EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG

EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG EVALUASI POWER PLANT UNTUK PEMASTIAN KEHANDALAN SISTEM OPERASIONAL LOKATOR DI KAMAL BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan 17 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES KERJA PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan Mingguan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi : PT. Kunago Jantan Jl. By Pass Km. 25 Korong Sei. Pinang, Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat). 3.2 Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Diagram Satu Garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Hotel Bonero Living Quarter Jawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang BAB IV IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang telah dijabarkan pada bab III yaitu perancangan sistem ATS dan AMF di PT. JEFTA PRAKARSA PRATAMA dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dibagian ini akan dibahas tentang fungsi Automatic Transfer Switch dan Automatic Mains Failure merupakan suatu bentuk sistem control energy listrik yang berfungsi untuk memastikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis Mahasiswa mampu membuat rangkaian kendali untuk 3 motor induksi 3 fasa II. DASAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN INSTALASI KELISTRIKAN DI BANDUNG TV STASIUN TELEVISI BANDUNG TV JL. SUMATERA NO. 19 BANDUNG SISTEM INSTALASI LISTRIK Sistim kekuatan / daya listrik Sistim

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT ELEKTRIKAL

BAB IV AUDIT ELEKTRIKAL BAB IV AUDIT ELEKTRIKAL Audit Elektrikal adalah pekerjaan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi kelistrikan secara sistim, jaringan dan juga penggunaannya, sehingga didapat pengetahuan mengenai kualitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Sebelum membahas dan menguraikan cara kerja dan fungsi dari rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning) Split Wall. Penulis terlebih

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Dasar Teori Teori Dasar Ilmu Kelistrikan: A. Muatan Listrik Muatan listrik tidak dapat dilihat oleh mata tetapi efeknya dapat dirasakan dan diamati gejalanya. Besar muatan listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK. Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment)

BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK. Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment) BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK 4. Tujuan Audit Thermography Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment) Tujuan dari audit ini adalah mengidentifikasi bahaya kelistrikan yang tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR GANGGUAN PADA GENERATOR Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh : 1. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi BAB III PERANCANGAN GENSET 3.1 SPESIFIKASI GENSET Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi listrik cadangan adalah terdiri dari 2 ( dua ) unit generating set yang memiliki

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 Suhanto Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS 4.1 Perancangan UPS 4.1.1 Menghitung Kapasitas UPS Uninterruptible Power Supply merupakan sumber energi cadangan yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan Umum Diesel Generating Set Diesel generating set adalah salah satu pembangkit listrik yang sering digunakan dengan menggunakan bahan bakar, dan cocok untuk lokasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

1. Proteksi Generator

1. Proteksi Generator 1. Proteksi Generator Generator merupakan sumber energi listrik didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK KETENAGALISTRIKAN KOMPETENSI KEAHLIAN : 1. TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan pembangkit yang memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik. Pembangkit

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI 4.1 Prinsip Kerja Sinkronisasi Genset di PT. ALTRAK 1978 Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan magnet homogen, maka akan terinduksi

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A Ikhsan Sodik Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN Pada bab ini, sistem pendingin dibagi dalam dua kategori yaitu sistem pemipaan dan sistem kelistrikan. Komponen dalam sistem pemipaan terdiri dari; kompresor, kondenser,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi BAB II PEMBAHASAN II.1. Gambaran Masalah Penggunaan proteksi dalam bidang kelistrikan mencakup segi yang luas. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Generator listrik Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit

Lebih terperinci

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor Apa itu Kontaktor? Kontaktor (Magnetic Contactor) yaitu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik Pada kontaktor

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) 4.1 Komponen-komponen Panel ATS dan AMF 4.1.1 Komponen Kontrol Relay Relay adalah alat yang dioperasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI SETELAN EFEKTIF RELE TERMAL SEBAGAI PENGAMAN MOTOR LISTRIK TERHADAP BEBAN LEBIH

OPTIMASI NILAI SETELAN EFEKTIF RELE TERMAL SEBAGAI PENGAMAN MOTOR LISTRIK TERHADAP BEBAN LEBIH OPTIMASI NILAI SETELAN EFEKTIF RELE TERMAL SEBAGAI PENGAMAN MOTOR LISTRIK TERHADAP BEBAN LEBIH Oleh : Lukas Joko D. Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudarto, SH,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET

BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET 26 BAB III FUNGSI DASAR KERJA GENERATOR SET 3.1 Generator set Genset adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilakan daya listrik. Disebut sebagai generator set dikarenakan ia adalah suatu set peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah

Lebih terperinci

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris DTG1I1 Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB By Dwi Andi Nurmantris OUTLINE 1. KWH Meter 2. ACPDB TUGAS 1. Jelaskan tentang perangkat dan Instalasi Listrik di rumah-rumah!

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Induksi Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling banyak digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

PENYEDIA DAYA CADANGAN MENGGUNAKAN INVERTER

PENYEDIA DAYA CADANGAN MENGGUNAKAN INVERTER PENYEDIA DAYA CADANGAN MENGGUNAKAN INVERTER Zainal Abidin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Dalam penelitian ini di buat rancang pengganti cadangan sumber

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

BAB III PERANCANGAN INSTALASI BAB III PERANCANGAN INSTALASI 3.1 Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan adalah untuk untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam merealisasikan ide atau gagasan yang akan dicapai berdasarkan

Lebih terperinci