BAB IV PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN SUDU KINCIR ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN SUDU KINCIR ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H"

Transkripsi

1 BAB IV PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN SUDU KINCIR ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H Dalam proses perancangan dan pembuatan kincir angin vertical ini, telah ditentukan poros dan blade yang digunakan sesuai dengan dimensi desain Menentukan Dimensi Kincir Angin Sebelum melakukan pendesainan kincir angin, dimensi kincir angin harus di tetapkan terlebih dahulu, untuk mempermudah pendesainan, sepesifikasi turbin di dapat dari dan merubah dimensinya, spesifikasi dimensi bisa dilihat pada tabel (4.1) 27

2 28 TABEL 4.1 SPESIFIKASI PRODUK AWAL Rotor Spesifikasi produk dari saiampower.en.alibaba.com Rotor diameter Swept area Blade Blade length 1200 mm 1.68 m2 5 pcs reinforced fiber glass 1400mm Dari tabel spesifikasi produk awal, dilakukan modifikasi dari ukurannya untuk memutar generator 300 watt dengan perhitungan perencanaan sebagai berikut Perhitungan Pembuatan Sudu Turbin angin Perhitungan Luasan Sudu turbin Diketahui: P = 300 Watt V = 6,6 m/s ( melalui pengukuran di lokasi) n = 35 rpm (asumsi) Daya pada turbin : P = Cpr. 0,5. ρav 3

3 Menentukan Tip Speed Ratio (Tsr) Diketahui : D = 1,5 m n = 35 rpm (asumsi) v = 6,6 m/s ( hasil pengukuran di lokasi) Menghitung Tip Speed Ratio ( λ ); λ = πdn 60v λ = π x 1,5 x 35 λ = 0,41 60 x 6, Menentukan Rotor Torque Coeficient (Cqr) Gambar 4.1 Koefisien Rotor Dari Beberapa Turbin Angin Sumber : (27 Desember 2014)

4 30 Dari gambar hubungan koefisien rotor dari beberapa turbin angin didapat untuk sudu turbin jenis Darrieus Tipe-H pada daerah A, karena daerah A merupakan varian sudu tipe multiblade. Jika : λ1 =2 maka Cq1 = 0,065. Jadi jika λ2 == 0,41, maka : Cq2 = λ 1 λ 2 x 0,065 Cq2 = Cq2 = 0,31 2 0,41 x 0, Menentukan Rotor Power Coeficient (Cpr) Diketahui: λ = 0,41 Cq = 0,31 maka : Cpr = λ x C qr C pr = 0,41 x 0,31 Cpr = 0,12 Dari hasil perhitungan diatas maka dapat ditentukan luasan pada sudu turbin: P = C pr 1 2 ρv3 A A = A = 2P C pr ρ V 3 2 x 300 0,12 x 1,15 x 6,6 3 = 15,12 m2

5 31 Dengan didapatkannya luas penampang 6 buah sudu (A) sebesar 15,12 m 2, karena penulis ingin menggunakan 5 buah sudu, dengan 5 buah sudu maka dapat diperoleh dimensi sudu sebagai berikut: a. Luas Selimut tabung Diketahui: Tinggi Sudu (L) Jumlah sudu = 1,2 meter = 5 buah Luas 1 buah sudu = 15,12 5 = 3,024 m 2 A = π d L d = d = 2A 6πL 2 x 15,12 6 π x 1,2 d = 1,33 meter 1,5 meter Jadi dimensi jenis turbin angin Darrieus tipe-h ini dengan dimensi D x L yaitu 1,5 meter x 1,2 meter. b. Luas Panjang Lengan Dengan panjang lengan 75 cm + 1 d 2 LPL = 75 cm + 1 x 133 cm = 141,5 cm= 1,415 meter, 2 Dengan begitu luasan yang didapat adalah sebagai berikut : L = P x l

6 32 L = 1,415 x 1,2 L = 1,698 m 2 c. Ratio Perbandingan Luas Ratio perbandingan Luas = A1 A2 Ratio perbandingan Luas = 3,024 1,698 Ratio perbandingan Luas = 1,78. Dari perhitungan perencanaan, maka dapat dilihat hasil spesifikasi yang ditentukan untuk memutar generator 300 watt pada tabel 4.2. TABEL 4.2 SPESIFIKASI PRODUK DESAIN Rotor Spesifikasi produk Rotor diameter Blade Blade length 1500 mm 5 pcs plat galvanis 1200 mm Untuk menunjang terangkainya sudu turbin angin vertical ini dibutuhkan elemen- elemen mesin pendukung, maka dapat direncanakan dengan perhitungan berikut ini.

7 Perhitungan Pemilihan Poros. Sebagai penopang sudu dan lengan sudu, poros direncanakan mampu menahan beban yang di hasilkan elemen mesin tersebut, maka dilakukan perhitungan perencanaan dengan matang. Mencari diameter poros : Diketahui: Perhitungan poros untuk daya sebesar 300 watt, putaran poros turbin 35 rpm, dengan factor koreksi 2,0. Bahan yang diambil diasumsikan menggunakan baja batang St 60. Dapat dihitung: P = 300 watt = 0,3 kw n = 35 rpm ( asumsi ) f c (Faktor koreksi) = 2,0 Baja St 60 = 60 kg/mm 2 Daya rencana : Pd = f c P Pd = 2,0 x 0,3 Pd = 0,6

8 34 Maka dapat ditentukan Torsinya, T = 9,74 x 10 5 P d n T = 9,74 x ,6 35 T = 1670 kgmm Tegangan Tarik yang diizinkan : Untuk material St 60, σ b = 60 kg/mm 2 ; S f1 = 6,0; S f2 = 2,0 σ b τ a = Sf 1 x Sf 2 60 τ a = 6,0 x 2,0 τ a = 5 kg/mm 2 Mencari Diameter poros : Cb = 2,0 (karena kemungkinan terjadi beban lentur) Kt = 1,5 (sedikit tumbukan atau kejutan) d s = ( 5,1 τa K tc b T) 1 3 d s = ( 5,1 5 x1,5x2,0x1670)1 3 d s = 17 mm

9 35 Jadi untuk diameter poros yang digunakan adalah 17 mm. Karena dipasaran ditemukan poros dalam ukuran Ø19 mm, maka dipilih poros dengan Ø19 mm, dan akan disesuaikan Pemilihan Bantalan Poros. Berdasarkan perhitungan poros didapat data ; d s = 17 mm = 0,66 inch m rotor turbin = 29.5 kg (eksperimen) = 65,03 lb Dengan umur rancangan perkiraan jam dan poros berputar pada 35 rpm, maka didapat fn = 0.98 dan fl = 3.0 Gambar 4.2 Faktor umur dan kecepatan untuk bantalan bola dan bantalan rol Sumber: ( Robert L. Mott : 574)

10 36 Poros berputar 35 rpm dan diharapkan berputar selama jam, maka menghasilkan : Ld Ld Ld = (h) (rpm) (60 min/h) = (15000jam) (35rpm) (60min/jam) = 3.15 x 10 7 putaran Kemudian dapat dihitung nilai beban dinamis, dengan nilai k =3 untuk bantalan bola. C = Pd (Ld/10 6 ) 1/k C = (65.03 lb) (3.15 x 10 7 /10 6 ) 1/3 = lb Memastikan nilai C, dapat dihitung kembali; C = Pd x f L /f N C = (65.03 lb) (3/0.98) = lb Nilai tersebut sebanding dengan nilai yang didapat sebelumnya sebesar lb. Berdasarkan perhitungan poros, diameter yang sesuai untuk poros dapat ditentukan dari tabel 2.2, yaitu dengan nomer 6203 dengan rincian sebagai berikut : (D) Diameter dalam bantalan : in (D) Diameter luar bantalan (b) Lebar bantalan (r) Jari bantalan : in : in : in

11 37 (C) Kapasitas nominal dinamis spesifik (Co) Kapasitas nominal statis : 1660 lb : 1010 lb Dilihat dari tabel 4.3 diambil T/Co = 0.17, dan nilai e = 0,30. TABEL 4.3 FAKTOR RADIAL DAN AKSIAL UNTUK BANTALAN BOLA ALUR DALAM BARIS TUNGGAL Maka dapat ditentukan T/R = 175 (asumsi) / 35 = 23,5, karena T/R > e, dapat ditentukan nilai Y = 1.31 dengan interpolasi nilai T/Co = 0,17. kemudian ditentukan nilai ekuivalennya. P = VX R + Y T P = (1) (0.56) (35) + (1.31) (175) = lb C = P fl/fn C = (248.25) (3)/(0.98) = lb Pada tabel menunjukan C o = 460 kg = 1010 lb, dan nilai C o = 750 kg = 1660 lb maka bantalan nomor 6203 memenuhi syarat Mendesain kincir angin vertikal Darrieus tipe-h Dimensi kincir angin telah ditetapkan, dan elemen mesin yang akan dipilihpun sudah direncanakan, selanjutnya dilakukan tahap pendesainan untuk mempermudah dalam tahap perancangan. Proses pendesainan menggunakan aplikasi 3D Solidwork,

12 38 desain disesuaikan dengan ukuran yang telah direncakan yang kemudian di buat gambar 2 dimensi sebagai gambar penuntun proses pengerjaan Pendesainan Gambar Kerja Tahap pendesainan merupakan tahapan sebelum melakukan proses pembuatan turbin angin, tahap ini dibuat sebagai contoh hasil jadi dalam bentuk 3 dimensi. Langkah pertama yang dilakukan adalah mendesain sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan Mendesain Komponen Turbin Angin Vertikal Darrieus Tipe-H Turbin angin memiliki bagian penting agar fungsinya sesuai dengan harapan, bagian bagian itu didesain terlebih dahulu, bagian- bagian yang didesain adalah, poros, sudu/ blade turbin angin, kaki turbin angin, lengan blade, rumah bantalan, dan hub Mendesain Gambar Kerja Bagian Poros Gambar kerja bagian poros digambar sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, seperti pada gambar (4.3). Gambar 4.3 Desain Poros dengan dimensi.

13 Mendesain Gambar Kerja Bagian Sudu Gambar kerja bagian sudu digambar sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, seperti pada gambar (4.4). Blade digambar untuk mengetahui radius mal yang digunakan untuk menekuk sudu dan tulangan sudu. Gambar 4.4 Desain sudu dengan dimensi Mendesain Gambar Kerja Bagian Lengan Sudu Gambar kerja bagian lengan sudu digambar sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, seperti pada gambar (4.5). Lengan sudu digambar sesuai dengan jarak yang telah ditentukan agar mendapatkan diameter kincir angin sesuai spesifikasi.

14 40 Gambar 4.5 Desain Lengan Sudu dengan dimensi Mendesain Gambar Kerja Bagian Kaki Turbin Gambar kerja bagian kaki turbin digambar sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, seperti pada gambar (4.6). Kaki turbin digambar dengan menyesuaikan bentuk kaki, agar tetap kokoh berdiri ketika komponen turbin terpasang. Bagian tengah kaki turbin dibgian bawah diberikan ring dengan diameter dalam 19 mm, agar poros dapat masuk dan bantalan tertahan dibawah.

15 41 Gambar 4.6 Desain Kaki turbin dengan dimensi Mendesain Gambar Kerja Bagian HUB Gambar kerja bagian HUB digambar sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, seperti pada gambar (4.7). HUB digambar sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan agar lubang baut presisi untuk memasang blade di HUB.

16 42 Gambar 4.7 Desain HUB dengan dimensi. Proses desain yang telah selesai dibuat tersebut sebagai acuan ukuran dalam proses perancangan, agar alat yang dibuat berfungsi dengan baik Proses Perancangan Proses perancangan dan pembuatan dilakukan di Agung Teknik Abadi, dengan proses dan tahapan seperti berikut : Proses Pembuatan Dalam proses pembuatan dilakukan sebaik mungkin agar prototype yang dibuat dapat fungsikan dengan baik dan dapat diuji coba kemampuannya, berikut adalah prosesnya.

17 Peralatan dan Bahan Dalam pembuatan kincir angin vertikal ini dibutuhkan peralatan serta bahan yang sesuai dengan dimensi dalam pendesainan, untuk menunjang baiknya dalam pembuatan Peralatan Yang Digunakan Alat bantu yang digunakan dalam proses pembuatan yaitu: 1. Mesin bubut dan perlengkapannya 2. Mesin milling 3. Mesin bor 4. Mesin gurinda 5. Palu 6. Besi mal 7. Vernir caliper 8. Mistar 9. Gergaji besi 10. Kinci ring- pas 11. Kunci shock 12. Tang a. Tang snap-ring b. Tang rivet

18 44 c. Tang kombinasi 13. Amplas 14. Cat semprot Bahan yang akan di dikerjakan Bahan yang akan dikerjakan dalam proses pembuatan yaitu: 1. Besi pejal Ø19 mm x 1500 mm, 1 pcs. 2. Pelat galvanis dengan ukuran 120 mm x 300mm, 5 pcs 3. Besi pelat dengan ukuran 128 mm x 35 mm, 10 pcs 4. Besi pelat strip dengan ukuran 300 mm x 25 mm, 15 pcs 5. Pipa hollow dengan Øin : 35 mm, Øout : 37.5 mm, panjang 1000 mm, 3 pcs. 6. Pipa hollow dengan Øin : 35 mm, Øout : 37.5 mm, panjang 500 mm, 1 pcs. 7. Besi piringan dengan Øin : 16 mm, Øout : 15.5 mm, tebal 5 mm. 8. Snap-ring 9. Bearing (bantalan poros) 10. Mur M16, 2 pcs. 11. Mur M6, 30 pcs. 12. Baut M6, 20 pcs dengan ring pegas dan ring biasa 13. Ring dengan Øin : 19 mm, Øout : 35 mm, untuk penahan bearing dibagian bawah pipa rumah bearing. 14. Rivet.

19 Langkah pembuatan Pengerjaan bagian rangka atau kaki kincir angin. 1. Bentuk kaki kincir yang akan dibuat. Kaki atau rangka yang dibuat sekuat mungkin, yaitu dengan besi pipa hollow Øin : 35 mm, Øout : 37.5 mm dengan panjang 1000 mm, jumlahnya 3 pcs, dan pipa hollow dengan Øin : 35 mm, Øout : 37.5 mm dengan panjang 500 mm jumlahnya 1 pcs. Pipa bagian tengah ini bawahnya dimasukkan ring Øin : 19 mm, Øout : 35 mm Gambar 4.8 Kaki Turbin 2. Langkah pekerjaan a. Menyiapkan alat- alat yang akan digunakan, seperti gergaji besi, gurinda dan las oxyasetelin.

20 46 b. Memotong pipa hollow sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan, yaitu penyangga poros dan rumah bearing, tingginya sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan. c. Pipa bagian tengah, dimasukkan ring Øin : 19 mm, Øout : 35 mm lalu dilakukan pengelasan dengan las listrik. d. Menghaluskan bekas potongan dengan gurinda untuk hasil yang lebih halus. e. Mengelas bagian kaki dengan rumah bearing, disesuaikan agar dapat berdiri dengan baik Komponen Utama 1. Poros Poros seperti yang dapat dilihat pada gambar (4.2) merupakan bagian yang berfungsi sebagai poros utama, sekaligus komponen tempat lengan blade berada. Komponen ini didapat langsung ditempat penjualan besi bekas namun agar dimensinya sesuai dan pas dengan diameter bearing, maka dilakukan proses pembubutan. Besi profil bulat sebagai poros kincir ini diragum dimesin bubut, setelah terpasang mesin bubut dinyalakan dengan putaran rendah, kemudian diatur titik center-nya. Selanjutnya adalah memasang pahat, lalu besi profil bulat tersebut di bubut memanjang untuk dikurangi diameternya, sesuai dengan diameter bagian dalam bearing dan dibuat got (selokan) untuk penempatan snap-ring sebagai penahan bearing agar tidak turun.

21 47 Gambar 4.9 Poros 2. Blade Blade pada rancangan ini dapat dilihat pada gambar (4.4), adalah komponen kincir angin yang berfungsi untuk menangkap angin dan merubah energi kinetik menjadi energy mekanik. Untuk blade materialnya menggunakan pelat galvanis yang dipotong berdasarkan dimensi perancangan yang telah dibuat. Dalam pembuatannya, blade ini dibentuk dengan pelat strip yang telah dipotong menjadi tiga, dimal di besi bulat dan diketok menggunakan palu agar terbentuk menjadi radius 2500 mm. Kemudian plat strip dan pelat galvanis dibor sesuai ukuran paku rivet pada bagian atas, bawah dan tengah. Untuk bagian tengah atas tulang blade diletakkan baut m6 yang ditengahnya telah dbuat rongga, bagian drat baut menghadap keatas, kemudian kepala baut dilas di tulang blade.

22 48 Gambar 4.9 Sudu (Blade) 3. Lengan blade Dalam pembuatan lengan blade, besi pelat dipotong lalu dibengkokan bagian ujung-ujungnya untuk lubang baut sebagai pengikat ke hub dan pengatur sudut di bagian blade. Bagian yang dibengkokan untuk ke hub dibor dua lubang, sedangkan bagian yang menempel di blade dibor satu lubang. Lengan ini jumlahnya ada 10 buah.

23 49 Gambar 4.11 Lengan Sudu (Blade) 4. Hub Hub adalah piringan atau plat besi berbentuk bulat yang sisinya dibuat lubang untuk baut pengikat yang menghubungkan lengan dengan blade dan meneruskan ke blade. Hub dididapat dalam bentuk piringan langsung, maka dalam proses pembuatannya hanya dilakukan pengeboran lubang baut untuk engikat lengan sebanyak 10 lubang. 5. Bantalan (Bearing) Bantalan yang digunakan berjumlah 2 buah, untuk bantalan poros sudu (Blade) dan bantalan poros roda gigi.

24 Proses Perakitan (Assembly) Setelah proses pendesainan dan pembuatan selesai, penulis melakukan proses perakitan, proses assembly adalah proses penggabungan komponen- komponen mesin dan bahan yang telah dibuat menjadi satu kesatuan sesuai dengan urutan yang telah ditentukan agar menjadi sebuah alat yang dapat digunakan berdasarkan perencanaan dan desain yang telah di buat Alat Bantu yang Digunakan 1. Kunci ring-pas 10 dan Kunci T Palu atau alat pemukul 4. Perlengkapan cat Perancangan dibuat dengan sistem bongkar pasang, sehingga memudahkan untuk dibawa- bawa Langkah- langkah perakitan Langkah perakitan kincir angin vertikal tipe-h ini yaitu sebagai berikut. 1. Penyiapan alat bantu dan bahan yang akan digunakan 2. Memasang bearing di poros bagian bawah dan tengah poros. 3. Memasang snap-ring dibagian atas dan bawah bearing, agar bearing tidak merosot.

25 51 4. Memasang poros ke dalam pipa penempatan poros di bagian kaki kincir, di palu perlahan agar bantalan dapat masuk kedalam dan kencang. 5. Memasang pelat piringan ke poros bagian atas, dan memasukan mur untuk dikencangkan, mur diletakkan dibagian bawah dan atas piringan dikencangkan dengan kunci pas Memasang lengan blade di piringan dengan cara dibaut dibagian ujung lengan dan piringan, dipasang mur dan ring pegas di bagian bawah lengan blade, dan ring biasa di antara lengan bagian atas dengan kepala baut. 7. Memasang blade pada lengan blade, baut yang telah las dibagian tengah atas maupun bawah, dimasukkan ke dalam lubang lengan blade, masukkan mur kemudian dikencangkan menggunakan kunci pas 10.

26 52 Gambar 4.12 Kincir angin yang telah dirakit 4.7 Alat Pendukung Dalam Pengambilan Data Kipas Angin Kipas angin ini berfungsi sebagai simulator angin untuk menghembuskan angin agar kincir angin dapat berputar, dengan kecepatan angin konstan. Kipas ini memiliki 3 varian speed.

27 53 Gambar 4.13 Kipas angin Anemometer Anemometer berfungsi untuk mengetahui kecepatan angin yang dihembuskan oleh kipas angin, dengan alat ini dapat diketahui kecepatan angin dari hembusan kincir angin sebagai simualator. Gambar 4.14 Anemometer

28 Tachometer Tachometer merupakan alat ukur putaran atau rotasi yang berfungsi untuk mengetahui putaran kincir angin dengan tambahan isolasi kertas pada benda berputar yang akan diukur. Gambar 4.15 Tachometer 4.8 Variabel yang Diukur Variabel yang diukur dalam pengujian ini adalah : 1. Kecepatan angin (v) 2. Putaran kincir atau poros (n) 3. Beban dari angin (m) 4.9 Proses Pengujian Untuk mendapatkan data, maka dilakukan pengujian terhadap kemampuan kincir angin yang telah dirancang. Dengan cara sebagai berikut:

29 Tahap Pengujian Berikut ini adalah tahap pengujian kincir angin vertikal tipe-h: 1. Menyiapkan peralatan pengujian. 2. Menata tempat pengujian, untuk peletakan kipas angin (simulator) dan hasil perancangan kincir angin vertikal tipe-h. 3. Merakit kincir angin dengan memasang seluruh komponen yang selesai dibuat, dan mengencangkan baut serta mur agar pengujian berjalan dengan lancar. 4. Menempelkan isolasi kertas di poros bagian bawah sebagai media pembaca laser dari tachometer. Isolasi kertas gunanya sebagai pembeda warna 5. Menyalakan kipas angin (simulator) di speed nomer 1. Kemudian menyalakan anemometer untuk mengukur kecepatan angin konstan di speed nomer 1, kemudian dicatat kecepatannya. 6. Mengukur putaran poros yang telah ditempel isolasi kertas dengan tachometer, putaran konstan yang terlihat kemudian dicatat. 7. Point nomer 5 dan 6 diulang kembali namun menggunakan speed nomer 2, dan speed nomer 3, karena menggunakan 3 varian kecepatan angin. 8. Untuk mendapatkan massa angin dilakukan pengujian dengan menyangkutkan neraca digital ke lengan blade, dari putaran kincir

30 56 saat tertahan oleh neraca digital, akan didapatkan massa dari angin sesuai dengan varian kecepatan angin yang dipilih Data Pengujian Kincir Angin Vertikal Tipe-H Dari hasil pengujian diperoleh data dari pengambilan data putaran kincir pada kincir angin. Pengujian dilakukan dengan kecepatan angin konstan, ada 3 variasi kecepatan angin yaitu 1,7 m/s, 2,5 m/s, dan 5,2 m/s, dengan sudut tangkap 5, 15, 25, 35, dan 45 pada sudu kincir angin. Data pengujian dapat dilihat pada table 4.3. TABEL 4.3 DATA HASIL PENGUJIAN KINCIR ANGIN. Sudut 5 Sudut 15 Sudut 25 Sudut 35 Sudut 45 V n V n V n V n V n (m/s) (rpm) (m/s) (rpm) (m/s) (rpm) (m/s) (rpm) (m/s) (rpm) 1.7 7, Sumber : Hasil Pengujian, dan analisa. Dari data hasil pengujian didapatkan nilai rpm tertinggi dari 3 variasi kecepatan angin, dengan sudut tangkap 5, dengan kecepatan angin 5,2 m/s, yaitu 25,2 rpm. Rekomendasi dari desain adalah memasang sudu pada sudut 15, karena dengan kecepatan angin 1,7 m/s, mampu menghasilkan putaran poros sebesar 11,1 rpm.

31 Pengolahan Data dan Perhitungan Perhitungan Torsi Pada perhitungan torsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : T = r. F Dimana : T = torsi (Nm) r = jarak lengan ke poros atau jari jari kincir (m) F = gaya yang dihasilkan kincir angin (N) Dalam perhitungan torsi diambil contoh dari tabel 4.3 sudut 5, dengan kecepatan angin 5.2 m/s Dari data diperoleh gaya (F) 4,44 kg (eksperimen) dikonversikan menjadi newton : 43,56 N, jarak lengan keporos 0,75 m, maka besarnya torsi adalah : T = r. F T = 0,75. 43,56 T = 32,67 Nm Maka torsi yang di dapat dari putaran angin 5,2 m/s sebesar 32,67 Nm, dengan putaran poros sebesar 25,2 rpm.

32 Pembahasan Setelah pengujian sudu kincir angin didapat data kecepatan putar kincir angin, maka didapatkan data untuk menghitung torsi (Nm), kemudian dengan hasil pengujian tersebut dapat dilihat bila mengacu ke spesifikasi generator 300 watt pada tabel 4.4. TABEL 4.4 DATA SPESIFIKASI GENERATOR AC 300 WATT. Generator AC 300 watt low rpm Rated Power Rated rotate speed Startup wind 300 watt rpm 2,0 m/s Sumber: ( Dari data tabel diatas, diperlukan kecepatan putar sebesar rpm agar mampu menggerakan generator 300 watt. Maka diperlukan gearbox sebagai transmisi peningkat kecepatan putaran poros kincir angin, untuk mendapatkan rasio gearbox yang cocok diperlukan perhitungan rasio gearbox.

33 59 Berdasarkan pengujian, kecepatan angin yang didapat adalah 5,2 m/s, dan putaran yang didapat 25,2 rpm, maka dapat dihitung factor pendekatan rasio roda gigi yang diperlukan. Diketahui : n2 : rpm diambil nilai putaran = 820 rpm. n1 : 25,2 rpm maka, i = n 2 n 1 dimana: i : rasio kecepatan n 2 : kecepatan akhir n 1 : kecepatan awal i = ,2 i = 32,54 33 rpm Dengan begitu didapat factor pendekatan rasio kecepatan roda gigi yang tepat, 1: 33. Yang berarti dengan putaran poros 25,2 rpm dikalikan 33, maka didapat putaran poros sebesar 820 rpm.

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H DISUSUN OLEH : Yos Hefianto Agung Prastyo 41311010005 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi persiapan dan pembuatan kincir

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah... i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... i iv v viii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan dan Manfaat... 2 C. Batasan Masalah... 2 D. Sistematika

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

= x 125% = 200 x 125 % = 250 Watt

= x 125% = 200 x 125 % = 250 Watt BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan 4.1.1. Dasar Pemilihan Jenis Kincir Angin Kincir angin merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang ramah lingkungan yang dapat dipakai untuk memasok

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI Yosef John Kenedi Silalahi 1, Iwan Kurniawan 2 Laboratorium Perawatan dan Perbaikan, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi perancangan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan pengujian kincir angin vertikal tipe H-Darrieus untuk mendapatkan daya yang maksimum

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah LAMPIRAN 84 85 Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah 1. Aliran Massa Serasah Tebu 3 a. Bulk Density serasah tebu di lahan, ρ lahan = 7.71 kg/m b. Kecepatan maju mesin, Vmesin = 0.3 m/s c. Luas penampang

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L Oleh Hendriansyah 23410220 Pembimbing : Dr. Ridwan, MT. Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu energi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012 Nur Aklis, H mim Syafi i, Yunika Cahyo Prastiko, Bima Mega Sukmana Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id 38 BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses PembuatanTabung Peniris Luar dan tutup Tabung luar peniris dan tutup peniris (Gambar 4.1) terbuat dari plat stainless steel berlubang dengan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN 4.1 Konsep Pembuatan Mesin Potong Sesuai dengan definisi dari mesin potong logam, bahwa sebuah mesin dapat menggantikan pekerjaan manual menjadi otomatis, sehingga

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN SUDUT PATAHAN 10 LEBAR 10,5 CM DENGAN EMPAT VARIASI PERMUKAAN SUDU

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN SUDUT PATAHAN 10 LEBAR 10,5 CM DENGAN EMPAT VARIASI PERMUKAAN SUDU UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DATAR DARI BAHAN TRIPLEK DENGAN SUDUT PATAHAN 10 LEBAR 10,5 CM DENGAN EMPAT VARIASI PERMUKAAN SUDU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

DESIGN AND MANUFACTURE OF PROTOTYPES DUA TIPE ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SEBAGAI OBJEK PENELITIAN STUDI EKSPERIMENTAL

DESIGN AND MANUFACTURE OF PROTOTYPES DUA TIPE ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SEBAGAI OBJEK PENELITIAN STUDI EKSPERIMENTAL DESIGN AND MANUFACTURE OF PROTOTYPES DUA TIPE ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SEBAGAI OBJEK PENELITIAN STUDI EKSPERIMENTAL Ahmad Marabdi Siregar 1 * 1 Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN TURBIN ANGIN

BAB 3 PERANCANGAN TURBIN ANGIN BAB 3 PERANCANGAN TURBIN ANGIN 3.1 Pendahuluan Dalam pembuatan suatu mesin pada umumnya, terutama mesin turbin, aspek desain memegang peranan yang sangat penting. Sebelum suatu alat dibuat dan diujikan,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA BAB 3 LANDASAN TEORI DAN PENGOLAHAN DATA Gambar 3.1 Mesin Sentris (Sumber: Dokumentasi PT. Sinar Rejeki Mesindo) 3.1 Pengertian Mesin Pengering Sentris Mesin pengering sentris (Mesin Sentris) adalah mesin

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci