BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI"

Transkripsi

1 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Pemetaan Area Beresiko Tinggi di Kota Pontianak Area Beresiko tinggi dan bermasalah identik dengan gender dan kemiskinan serta kepadatan wilayah, gender lebih identik dikarnakan wanita lebih peka terhadap kebersihan dan pengguna dapur dan sumur serta air bersih serta rumah tangga wanita lebih sangat berperan kebanding kaum pria. di Kota Pontianak ada titik-titik wilayah atau areal padat keumuh dan miskin antara lain terletak pada Kecamatan Pontianak Barat, Utara, Kota Dan Timur. Identifikasi kawasan tersebut belum memberikan gambaran dari sisi kondisi sanitasi. Walaupun berdasarkan kepadatan penduduk, ditambah sedikit pengetahuan mengenai kondisi kawasan tersebut (misalnya: kawasan didominasi area genangan), gambaran kasar kondisi sanitasi di kawasan tersebut sudah bisa diperkirakan. Guna melengkapi gambaran tersebut, maka dilakukan peninjauan kondisi sanitasi di tiap kelurahan (masih berdasarkan data sekunder yang ada). Kelurahan dipilih karena merupakan unit komunitas formal terkecil. Berdasarkan indikator yang disepakati anggota Pokja Sanitasi Kota, ditetapkan 4 kategori kelurahan berisiko sanitasi. Analisis lebih mendalam dilakukan terhadap kelurahan berisiko tinggi untuk mengetahui bagaimana kondisi sanitasinya, dengan menggunakan alat bantu analisis Diagram Sistem Sanitasi (DSS). Di bagian-bagian tertentu kota seringkali ditemukan area yang memiliki kesamaan kondisi, tetapi tidak terpetakan saat menetapkan 5 klasifikasi kawasan atau 4 kategori draf kelurahan berisiko. Area tersebut disebut area tipikal. Beberapa area tipikal antara lain: Tempat-tempat di tepi sungai di mana terdapat WC helikopter. Informasi ini biasanya diperoleh dari Dinas Kesehatan, Bagian Lingkungan Hidup atau kelurahan. Area tertentu dalam suatu kelurahan dengan kepadatan penduduk tinggi, dan yang tidak terlihat dari data kepadatan penduduk kelurahan tersebut. Tabel 5-1 Klasifikasi Kelurahan di Kota Pontianak

2 Sumber : Data Olahan Tahun 2010 Beberapa Katagori Penyebab area Resiko berdasarkan data sekunder : 1. Sanitasi yang tidak teratur dan memadai. 2. Penyediaan Air Baku / Air Bersih 3. Saluran Lingkungan yang kurang teratur dan tertata. 4. Kebiasaan dan Pola Hidup masih mengandalkan sungai, sehingga masih banyak yang membuang limbah di saungai dan penggunaan jamban di pinggir sungai, sehingga air sungai itu juga yang di gunakan untuk mandi dan mencuci. Penyebab utama timbulnya risiko antar lain :

3 1. Kesadaran dan ketidak tahuan Masyarakat tentang kesehatan dan kebersihan lingkungan. 2. Pengelolaan Limbah yang masih belum maximal. 3. Sarana Sanitasi dan Pembuangan Limbah yang masih belum memadai. 4. Pola Hidup Masyarakat. 5. Ketersediaan Air Baku dan Kualitas air (masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan hidup sehari-hari). 6. Pengetahuan dan tarap hidup masyarakat masih rendah. 7. Pemukiman yang padat dan identik dengan kumuh. Gambar 5-1 Peta Klasifikasi Kelurahan di Kota Pontianak Peta Klasifikasi kelurahan di Kota Pontianak N '52" '51" '50" '49" '48" 0 1'29" 0 1'29" Batu Layang SKALA = 1 : '30" Siantan Hilir Siantan Hulu Siantan Tengah Sungai Beliung Sungai Jawi Luar 0 00'30" Keterangan : Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi 0 2'29" 0 4'28" Mariana Tanjung Hilir Pal Lima Darat Sekip Tanjung Hulu Dalam Bugis Sungai Jawi Saigon Sungai Bangkong Bangka Belitung Laut Bansir Laut Parit Mayor Akcaya Parit Tokaya Kota Baru Bansir Darat 0 2'29" 0 4'28" Bangka Belitung Darat '52" '51" '50" '49" Meters '48" Tabel 5-2. Area Beresiko Kota Pontianak Berdasarkan Data Skunder

4 Sanitasi butuh pendekatan yang sesuai dengan kondisi daerah setempat, bertujuan agar dapat menetapkan isu-isu sanitasi yang perlu diutamakan dan type pembangunan sanitasi yang dikedepankan. Tanpa pemahaman yang tepat tentang suatu daerah, pembangunan sanitasi berpotensi menjadi pengeluaran yang tidak mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Study EHRA dibuat untuk mendapatkan data representatif dan valid tentang deskripsi kondisi sanitasi tingkat kota dan kecamatan, sekaligus dapat dijadikan panduan dasar bagi pemahaman kondisi tingkat kelurahan. Perolehan data primer di tingkat kelurahan memiliki beberapa keuntungan antara lain : 1) Pembangunan sanitasi dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang muncul antar kelurahan, sehingga pendekatan yang diterapkan dapat disesuaikan, 2) Pembangunan sanitasi dapat memiliki tolok ukur yang dapat diuji oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholder) di tingkat kelurahan, yang dengan mudah mengobservasi pencapaian pembangunan. Di sini secara tidak langsung, pemangku

5 kepentingan tingkat kelurahan, termasuk warga, telah dibekali amunisi berupa data tentang kondisi lingkungan. Hal ini dapat digunakan dalam proses advokasi, baik ke tingkat lebih tinggi (kecamatan atau kota) ataupun secara horizontal pada sesama warga atau pemangku kepentingan di tingkat kelurahan. Studi EHRA mendalami kondisi sanitasi dan perilaku yang berhubungan dengan sanitasi di tingkat rumah tangga. Hal yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, antara lain air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, serta jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati perilaku anggota rumah tangga dalam menggunakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku mereka dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Data EHRA dapat menjadi arahan untuk menggambarkan kondisi sanitasi di tingkat kelurahan. disamping itu, data EHRA juga menyediakan informasi yang melengkapi dan memverifikasi penelitian yang sudah ada sebelumnya, termasuk melengkapi data-data untuk pembuatan buku putih kota. Apabila data kuantitatif yang terkumpul handal, maka data EHRA dapat membantu penentuan prioritas isu dalam penyusunan strategi sanitasi kota. Di samping itu, partisipasi petugas lapangan yang berasal dari masyarakat setempat memberi ruang cukup luas untuk akuntabilitas sosial. Hal ini dapat membentuk kepedulian masyarakat menyangkut masalah pembangunan sanitasi. Untuk menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan diterapkan, seluruh kelurahan diklasifikasikan berdasarkan area urban, peri-urban dan rural. Saat ini belum ada standar yang membedakan area urban dari peri urban dan area rural. Sebuah dokumen terakhir dari World Bank Policy Research Paper mengusulkan definisi operasional dari rurality dapat didasarkan kepadatan populasi. Berdasarkan karakteristik kepadatan populasi di 6 kota yaitu Phase 1, setiap kelurahan akan dikategorikan sebagai area urban bila kepadatan lebih dari 125 orang/ha, peri-urban bila kepadatan berkisar antara orang/ha, atau rural bila kepadatan kurang dari 25 orang/ha. Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian disesuaikan dengan pemanfaatan detil ruang Kota Pontianak. Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian disesuaikan dengan pemanfaatan detil ruang Kota Pontianak sebagaimana tercantum dalam RTRW Tahun Pemetaan kelurahan berisiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan risiko sanitasi yang didasarkan pada data sekunder. sebab belum memasukkan hasil studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) serta persepsi dari masing-masing SKPD. Tetapi dengan data yang telah tersedia, sudah bisa diperoleh gambaran kelurahankelurahan berisiko di kota tersebut. Setelah informasi dari studi EHRA dan persepsi SKPD menjadi bahan masukan untuk menentukan hasil final kelurahan berisiko, kemungkinan terdapat perbedaan dengan draf yang diperoleh. Perbedaan inilah yang dijadikan bahan diskusi di antara Pokja Sanitasi Kota.

6 Nantinya setelah diperoleh pemahaman bersama di antara anggota Pokja Sanitasi Kota, perlu diperoleh kesepakatan di antara seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota. Area berisiko dibagi atas 4 klasifikasi yaitu: Risiko tinggi Risiko sedang Risiko rendah Risiko sangat rendah/tidak berisiko Area berisiko tinggi adalah kelurahan. Berdasarkan informasi yang tersedia, kelurahan memiliki potensi risiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan dampak yang dinyatakan dengan kasus kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan mencampurkan antara risiko dan dampak. Membandingkan informasi tentang risiko dan dampak yang ada di suatu kelurahan, hasilnya bisa memberikan tambahan informasi berguna tentang penyebab timbulnya kasus penyakit di kelurahan tersebut. Diperkirakan Ada 4 kategori area Kecamatan dan kelurahan berisiko berdasarkan data sekunder dan studi EHRA, dari data yang didapat berdasarkan data Sekunder yang ada beberapa daerah yang berada di Kota Pontianak meliputi Kecamatan Pontianak Kota yaitu terletak pada Kelurahan Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Barat yaitu pada Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Timur yaitu pada Kelurahan Kampung Dalam Bugis, Serta Kecamatan Utara terletak pada Kelurahan Siantan Hilir. Tabel 5-3 Matrik Kecamatan dan Kelurahan Berisiko Berdasarkan Studi EHRA

7 Tabel 5-4 Kecamatan dan Kelurahan Berisiko Berdasarkan Studi EHRA Kecamatan Pontianak Selatan No. Kelurahan Risk Level Keterangan 1 Benua Melayu Laut 3 Beresiko Tinggi 2 Benua Melayu Darat 1 Cukup Beresiko 3 Parit Tokaya 1 Cukup Beresiko 4 Kota Baru 2 Beresiko 5 Akcaya 2 Beresiko Kecamatan Pontianak Timur No. Kelurahan Risk Level Keterangan 1 Parit Mayor 3 Beresiko Tinggi 2 Banjar Serasan 2 Beresiko 3 Saigon 3 Beresiko Tinggi 4 Tanjung Hulu 1 Cukup Beresiko 5 Tanjung Hilir 3 Beresiko Tinggi 6 Dalam Bugis 2 Beresiko

8 7 Tambelan Sampit 3 Beresiko Tinggi Kecamatan Pontianak Barat No. Kelurahan Risk Level Keterangan 1 Pal Lima 2 Beresiko 2 Sui Jawi Dalam 3 Beresiko Tinggi 3 Sui Jawi Luar 3 Beresiko Tinggi 4 Sui Beliung 3 Beresiko Tinggi Kecamatan Pontianak Utara No. Kelurahan Risk Level Keterangan 1 Siantan Hulu 2 Beresiko 2 Siantan Tengah 3 Beresiko Tinggi 3 Siantan Hilir 1 Cukup Beresiko 4 Batu Layang 2 Beresiko Kecamatan Pontianak Kota No. Kelurahan Risk Level Keterangan 1 Sui Bangkong 1 Cukup Beresiko 2 Darat Sekip 2 Beresiko 3 Tengah 2 Beresiko 4 Mariana 2 Beresiko 5 Sui Jawi 2 Beresiko Kecamatan Pontianak Tenggara No. Kelurahan Risk Level Keterangan 1 Bansir Laut 2 Beresiko 2 Bansir Darat 2 Beresiko 3 Bangka Belitung Laut 2 Beresiko 4 Bangka Belitung Darat 1 Cukup Beresiko Gambar 5-2 Peta Kecamatan Berisiko Berdasarkan Studi EHRA

9 Gambar 5-3 Kelurahan berisiko berdasarkan Studi EHRA Hasil Pengumpulan Data Primer Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia tahun. Batas usia, khususnya batas-atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (55 tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden.

10 Diagram 1: Usia Ibu N = 1160, Wawancara, Recoded, Jawaban tunggal A4 Usia responden K_usia Kategori Usia Responden th th th > 55 th Frequency Percent Percent Percent 100 8,6 8,6 8, ,5 25,5 34, ,4 28,4 62, ,6 22,6 85, ,9 14,9 100, ,0 100, % 8.62% Kategori Usia Responden th th th > 55 th 25.52% 22.59% 28.36% Dari sisi aspek usia, kebanyakan adalah Ibu yang berusia antara tahun, yakni sekitar 28,36% dari total responden. Sekitar 32% berada di usia tahun. Sementara, mereka yang berada di rentang tahun mencakup sekitar 20% dari total responden. Proporsi yang paling kecil adalah yang berusia paling muda, yakni tahun. Proporsi mereka hanya mencakup sekitar 2% dari total responden yang terpilih. Dari sisi jumlah anggota rumah tangga, seperti dapat disimak pada diagram di bawah, proporsi terbesar adalah yang berisi di atas 4 orang, yakni sekitar 49%. Terbesar kedua adalah rumah tangga dengan 4 orang, yakni 28%. ng ketiga, adalah rumah tangga yang jumlah anggotanya di bawah 4 orang, yakni sekitar 23%. Terlihat bahwa distribusi cenderung terkonsentrasi pada rumah tangga ukuran besar. Dengan demikian, diindikasikan bahwa yang dominan di Kota Pontianak adalah rumah tangga yang memiliki kebutuhan fasilitas sanitasi dalam ukuran kapasitas relatif lebih besar.

11 Diagram 2: Jumlah Anggota Rumah Tangga N = 1160, Wawancara, Recoded, Jawaban tunggal A9 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah ini? a9 Jumlah anggota keluarga yang menempati rumah (termasuk Ibu dan pembantu) Frequency Percent Percent Percent 6,5,5,5 72 6,2 6,2 6, ,0 11,0 17, ,7 20,7 38, ,0 22,0 60, ,6 14,6 75, ,1 9,1 84,1 53 4,6 4,6 88,7 47 4,1 4,1 92,8 32 2,8 2,8 95,5 13 1,1 1,1 96,6 11,9,9 97,6 9,8,8 98,4 4,3,3 98,7 3,3,3 99,0 4,3,3 99,3 5,4,4 99,7 1,1,1 99,8 1,1,1 99,9 1,1,1 100, ,0 100,0 Studi EHRA juga mengidentifikasi keberadaan balita di sebuah rumah tangga. Keberadaan balita menjadi penting sebab dibandingkan kelompok lain, balita adalah segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan sanitasi. Diare, misalnya, adalah pembunuh balita nomor dua di Indonesia setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dengan korban sekitar balita per tahun. Karena itu, sebaran balita dapat memberi gambaran tentang kerentanan wilayah tertentu. Diagram 3: Keberadaan Balita N = 1160, Wawancara, Recoded, Jawaban tunggal A10 Berapa tahun usia anak termuda yang tinggal di rumah ini?

12 a10 Usia anak termuda yang tinggal di rumah ini (baik anak responden atau bukan) Missing Anak telah berusia di atas 10 tahun 98 ada anak yang tinggal di rumah Sy stem Frequency Percent Percent Percent 82 7,1 7,3 7,3 85 7,3 7,5 14,8 92 7,9 8,2 23,0 91 7,8 8,1 31,1 65 5,6 5,8 36,8 75 6,5 6,7 43,5 56 4,8 5,0 48,4 39 3,4 3,5 51,9 45 3,9 4,0 55,9 29 2,5 2,6 58,5 33 2,8 2,9 61, ,8 30,7 92,1 89 7,7 7,9 100, ,2 100,0 33 2, ,0 k_a10 Kategori Usia anak termuda yang tinggal di rumah ini (baik anak responden atau bukan) Usia Balita Anak telah berusia 6-10 tahun Anak telah berusia di atas 10 tahun ada anak yang tinggal di rumah Sy stem Frequency Percent Percent Percent ,2 43,5 43, ,4 17,9 61, ,8 30,7 92,1 89 7,7 7,9 100, ,2 100,0 33 2, ,0 Berkenaan dengan usia anak termuda dalam rumah, studi ini menemukan sekitar 23% rumah tangga memiliki anak termuda yang tergolong balita (bawah lima tahun). Sebanyak 77% melaporkan memiliki anak yang lebih tua atau tidak ada anak yang tinggal di rumah. Proposi anak balita ditonjolkan di sini karena merekalah at-risk population terkait dengan penyakitpenyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang kurang memadai.

13 Terkait dengan status rumah yang ditempati responden, survai EHRA menjumpai mayoritas atau sekitar 80% dari total populasi menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki sendiri. Sekitar 5% yang melaporkan rumahnya adalah rumah sewaan di mana 4,8% adalah sewa tahunan dan 0,2% adalah sewa bulanan. Sekitar 13% menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki orang tua atau keluarganya. Diagram 4: Status Rumah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? a5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: harian Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainny a (tuliskan) Frequency Percent Percent Percent ,1 74,1 74, ,7 14,7 88,8 2,2,2 89,0 8,7,7 89, ,8 8,8 98,4 12 1,0 1,0 99,5 6,5,5 100, ,0 100,0 a5_a Apa status kepemilikan rumah yang saat ini ibu tempati lainnya (catat) menumpang numpang numpang tanah rumah majikan Frequency Percent Percent Percent ,5 99,5 99,5 1,1,1 99,6 1,1,1 99,7 3,3,3 99,9 1,1,1 100, ,0 100,0 Kepemilikan lahan menunjukkan kecenderungan yang sama dengan kepemilikan rumah. ng melaporkan milik sendiri adalah sebanyak 76% atau 4% lebih sedikit dari mereka yang menyatakan rumahnya adalah rumah sendiri. Seperti dapat dilihat dari tabel di halaman berikutnya, beberapa rumah yang dilaporkan oleh responden sebagai miliknya ternyata dibangun di lahan yang dimiliki orang tua atau keluarganya.

14 Diagram 5: Status Lahan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A6 Apa status kepemilikan lahan/ tanah di rumah yang saat ini Ibu tempati? a6 Apa status lahan di rumah yang saat ini Ibu tempati? Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: harian Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainny a (tuliskan) Frequency Percent Percent Percent ,3 70,3 70, ,0 17,0 87,2 1,1,1 87,3 8,7,7 88, ,2 9,2 97,2 17 1,5 1,5 98,7 15 1,3 1,3 100, ,0 100,0 a6_a Apa status lahan di rumah yang saat ini ibu tempati lainnya (catat) milik orang lain numpang orang lain pemerintah rumah majikan sengketa tanah pemerintah tanah wakaf yay asan Frequency Percent Percent Percent ,8 98,8 98,8 3,3,3 99,1 1,1,1 99,1 1,1,1 99,2 3,3,3 99,5 1,1,1 99,6 1,1,1 99,7 1,1,1 99,7 2,2,2 99,9 1,1,1 100, ,0 100,0 Tabel Silang 1: Status Rumah dan Lahan - frekuensi N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A6 Apa status kepemilikan lahan/ tanah di rumah yang saat ini Ibu tempati?* A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? Kepemilikan dapat dikaitkan dengan potensi rasa memiliki (sense of ownership). Mereka yang memiliki rumah yang dihuninya cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih besar. Karenanya, secara hipotetif untuk Kota Pontianak dapat disimpulkan rumah yang penghuninya memiliki potensi rasa memiliki yang cukup besar relatif jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki potensi rasa memiliki yang kecil.

15 a5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? * a6 Apa status lahan di rumah yang saat ini Ibu tempati? Crosstabulation a5 Apa status kepemilikan rumah y ang saat ini Ibu tempati? Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: harian Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainnya (tuliskan) Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % within a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? a6 Apa status lahan di rumah yang saat ini Ibu tempati? Milik orang Kontrak/ Kontrak/ Kontrak/ Dinas/ Milik tua/ sewa: sewa: sewa: Instansi/ Lainnya sendiri keluarga harian bulanan tahunan Jabatan (tuliskan) ,6% 11,7%.,0% 6,1% 12,5% 70,0% 74,7% ,4% 86,7%.,0% 1,7%,0%,0% 14,5% ,0%,0%.,0% 1,7%,0%,0%,2% ,0%,0%. 100,0%,0%,0%,0%,5% ,0%,5%.,0% 89,6%,0% 10,0% 9,1% ,0%,0%.,0%,9% 87,5%,0%,7% ,0% 1,1%.,0%,0%,0% 20,0%,3% ,0% 100,0%. 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Diagram 6: Sewa Kamar N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A7 Di rumah ini, apakah ada kamar yang disewakan pada orang lain? a7 Apakah ada kamar yang disewakan pada orang lain? Frequency Percent Percent Percent 37 3,2 3,2 3, ,8 96,8 100, ,0 100,0 Berkenaan dengan pertanyaan tentang kamar yang disewakan, studi ini menjumpai proporsi rumah tangga yang memiliki kamar sewaan yang relative sangat kecil. Seperti terlihat pada diagram di atas, hanya sekitar 6% rumah tangga yang melaporkan memiliki kamar yang disewakan. Mayoritas, sekitar 94% melaporkan tidak memiliki kamar untuk disewakan pada orang lain. Rincian gambaran karakteristik per kelurahan dapat disimak di halaman-halaman berikut ini.

16 a7 Apakah ada kamar yang disewakan pada orang lain? dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Cumulative Percent Benua Melayu Laut 1 2,5 2,5 2, ,5 97,5 100, ,0 100,0 Benua Melayu Darat 5 7,5 7,5 7, ,5 92,5 100, ,0 100,0 Parit Tokaya 2 5,0 5,0 5, ,0 95,0 100, ,0 100,0 Kota Baru 1 2,5 2,5 2, ,5 97,5 100, ,0 100,0 Akcaya 1 2,5 2,5 2, ,5 97,5 100, ,0 100,0 Parit Mayor 5 100,0 100,0 100,0 Banjar Serasan ,0 100,0 100,0 Saigon 1 2,5 2,5 2, ,5 97,5 100, ,0 100,0 Tanjung Hulu 2 5,0 5,0 5, ,0 95,0 100, ,0 100,0 Tanjung Hilir 1 2,5 2,5 2, ,5 97,5 100, ,0 100,0 Dalam Bugis ,0 100,0 100,0 Tambelan Sampit ,0 100,0 100,0 Pal Lima ,0 100,0 100,0 Sui Jawi Dalam 4 7,5 7,5 7, ,5 92,5 100, ,0 100,0 Sui Jawi Luar ,0 100,0 100,0 Sui Beliung ,0 100,0 100,0 Siantan Hulu ,0 100,0 100,0 Siantan Tengah ,0 100,0 100,0 Siantan Hilir ,0 100,0 100,0 Batu Layang 1 2,5 2,5 2, ,5 97,5 100, ,0 100,0 Sui Bangkong 5 5,0 5,0 5, ,0 95,0 100, ,0 100,0 Darat Sekip 1 2,5 2,5 2, ,5 97,5 100, ,0 100,0 Tengah 4 20,0 20,0 20, ,0 80,0 100, ,0 100,0 Mariana 1 5,0 5,0 5, ,0 95,0 100, ,0 100,0 Sui Jawi 2 2,5 2,5 2,5

17 70 97,5 97,5 100, ,0 100,0 Bansir Laut 3 12,5 12,5 12, ,5 87,5 100, ,0 100,0 Bansir Darat 1 5,0 5,0 5, ,0 95,0 100, ,0 100,0 Bangka Belitung Laut ,0 100,0 100,0 Bangka Belitung Darat ,0 100,0 100,0 Tabel Kelurahan 1: Status Rumah Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? dl_2 Kecamatan Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Utara Pontianak Kota Pontianak Tenggara a5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainnya (tuliskan) Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainnya (tuliskan) Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: harian Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Lainnya (tuliskan) Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: harian Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainnya (tuliskan) Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Frequency Percent Percent Percent ,7 78,7 78,7 18 9,3 9,3 87, ,3 10,3 98,2 2,9,9 99,1 2,9,9 100, ,0 100, ,1 76,1 76, ,5 12,5 88,6 1,3,3 89, ,6 10,6 99,6 0,1,1 99,7 1,3,3 100, ,0 100, ,5 68,5 68, ,7 17,7 86, ,1 13,1 99,2 2,8,8 100, ,0 100, ,2 77,2 77, ,3 16,3 93,5 2,8,8 94,3 1,6,6 94,9 11 4,5 4,5 99,4 1,6,6 100, ,0 100, ,8 71,8 71, ,6 16,6 88,3 0,2,2 88,6 3 1,3 1,3 89,8 20 8,8 8,8 98,6 3 1,2 1,2 99,8 0,2,2 100, ,0 100, ,9 80,9 80,9 9 10,6 10,6 91,5 2 1,7 1,7 93,3 5 5,8 5,8 99,0 1 1,0 1,0 100, ,0 100,0 a5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati?

18 dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Cumulative Percent Benua Melayu Laut Milik sendiri 15 67,5 67,5 67,5 Milik orang tua/ keluarga 2 10,0 10,0 77,5 Kontrak/sewa: tahunan 3 15,0 15,0 92,5 Lainnya (tuliskan) 2 7,5 7,5 100, ,0 100,0 Benua Melayu Darat Milik sendiri 53 77,5 77,5 77,5 Milik orang tua/ keluarga 8 12,5 12,5 90,0 Kontrak/sewa: tahunan 7 10,0 10,0 100, ,0 100,0 Parit Tokaya Milik sendiri 28 82,5 82,5 82,5 Milik orang tua/ keluarga 1 2,5 2,5 85,0 Kontrak/sewa: tahunan 4 12,5 12,5 97,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Kota Baru Milik sendiri 27 90,0 90,0 90,0 Milik orang tua/ keluarga 1 5,0 5,0 95,0 Kontrak/sewa: tahunan 1 5,0 5,0 100, ,0 100,0 Akcaya Milik sendiri 28 75,0 75,0 75,0 Milik orang tua/ keluarga 5 12,5 12,5 87,5 Kontrak/sewa: tahunan 4 10,0 10,0 97,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Parit Mayor Milik sendiri 4 72,5 72,5 72,5 Milik orang tua/ keluarga 1 12,5 12,5 85,0 Kontrak/sewa: tahunan 1 12,5 12,5 97,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 0 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Banjar Serasan Milik sendiri 17 90,0 90,0 90,0 Milik orang tua/ keluarga 1 5,0 5,0 95,0 Kontrak/sewa: tahunan 1 5,0 5,0 100, ,0 100,0 Saigon Milik sendiri 18 85,0 85,0 85,0 Milik orang tua/ keluarga 1 2,5 2,5 87,5 Kontrak/sewa: bulanan 1 2,5 2,5 90,0 Kontrak/sewa: tahunan 2 7,5 7,5 97,5 Lainnya (tuliskan) 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Tanjung Hulu Milik sendiri 27 77,5 77,5 77,5 Milik orang tua/ keluarga 2 5,0 5,0 82,5 Kontrak/sewa: tahunan 6 17,5 17,5 100, ,0 100,0 Tanjung Hilir Milik sendiri 19 80,0 80,0 80,0 Milik orang tua/ keluarga 4 17,5 17,5 97,5 Kontrak/sewa: tahunan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Dalam Bugis Milik sendiri 27 70,0 70,0 70,0 Milik orang tua/ keluarga 6 15,0 15,0 85,0 Kontrak/sewa: tahunan 6 15,0 15,0 100, ,0 100,0 dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Cumulative Percent

19 Tambelan Sampit Milik sendiri 9 55,0 55,0 55,0 Milik orang tua/ keluarga 6 37,5 37,5 92,5 Kontrak/sewa: tahunan 1 7,5 7,5 100, ,0 100,0 Pal Lima Milik sendiri 18 87,5 87,5 87,5 Milik orang tua/ keluarga 2 7,5 7,5 95,0 Kontrak/sewa: tahunan 1 2,5 2,5 97,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Sui Jawi Dalam Milik sendiri 44 77,5 77,5 77,5 Milik orang tua/ keluarga 3 5,0 5,0 82,5 Kontrak/sewa: tahunan 8 15,0 15,0 97,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Sui Jawi Luar Milik sendiri 45 50,0 50,0 50,0 Milik orang tua/ keluarga 34 37,5 37,5 87,5 Kontrak/sewa: tahunan 11 12,5 12,5 100, ,0 100,0 Sui Beliung Milik sendiri 65 77,5 77,5 77,5 Milik orang tua/ keluarga 6 7,5 7,5 85,0 Kontrak/sewa: tahunan 13 15,0 15,0 100, ,0 100,0 Siantan Hulu Milik sendiri 62 80,0 80,0 80,0 Milik orang tua/ keluarga 14 17,5 17,5 97,5 Kontrak/sewa: harian 2 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Siantan Tengah Milik sendiri 44 65,0 65,0 65,0 Milik orang tua/ keluarga 15 22,5 22,5 87,5 Kontrak/sewa: tahunan 8 12,5 12,5 100, ,0 100,0 Siantan Hilir Milik sendiri 45 77,5 77,5 77,5 Milik orang tua/ keluarga 9 15,0 15,0 92,5 Kontrak/sewa: bulanan 1 2,5 2,5 95,0 Kontrak/sewa: tahunan 1 2,5 2,5 97,5 Lainnya (tuliskan) 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Batu Layang Milik sendiri 36 92,5 92,5 92,5 Milik orang tua/ keluarga 2 5,0 5,0 97,5 Kontrak/sewa: tahunan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Sui Bangkong Milik sendiri 84 85,0 85,0 85,0 Milik orang tua/ keluarga 2 2,5 2,5 87,5 Kontrak/sewa: bulanan 2 2,5 2,5 90,0 Kontrak/sewa: tahunan 10 10,0 10,0 100, ,0 100,0 Darat Sekip Milik sendiri 15 62,5 62,5 62,5 Milik orang tua/ keluarga 6 22,5 22,5 85,0 Kontrak/sewa: tahunan 2 7,5 7,5 92,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 2 7,5 7,5 100, ,0 100,0 Tengah Milik sendiri 7 40,0 40,0 40,0 Milik orang tua/ keluarga 6 32,5 32,5 72,5 dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Cumulative Percent Kontrak/sewa: tahunan 4 20,0 20,0 92,5

20 Dinas/ Instansi/ Jabatan 1 5,0 5,0 97,5 Lainnya (tuliskan) 0 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Mariana Milik sendiri 7 35,0 35,0 35,0 Milik orang tua/ keluarga 10 52,5 52,5 87,5 Kontrak/sewa: harian 0 2,5 2,5 90,0 Kontrak/sewa: bulanan 0 2,5 2,5 92,5 Kontrak/sewa: tahunan 1 7,5 7,5 100, ,0 100,0 Sui Jawi Milik sendiri 54 75,0 75,0 75,0 Milik orang tua/ keluarga 14 20,0 20,0 95,0 Kontrak/sewa: tahunan 4 5,0 5,0 100, ,0 100,0 Bansir Laut Milik sendiri 16 77,5 77,5 77,5 Milik orang tua/ keluarga 3 12,5 12,5 90,0 Kontrak/sewa: bulanan 1 2,5 2,5 92,5 Kontrak/sewa: tahunan 1 5,0 5,0 97,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Bansir Darat Milik sendiri 11 80,0 80,0 80,0 Milik orang tua/ keluarga 1 5,0 5,0 85,0 Kontrak/sewa: bulanan 1 7,5 7,5 92,5 Kontrak/sewa: tahunan 1 5,0 5,0 97,5 Dinas/ Instansi/ Jabatan 0 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Bangka Belitung Laut Milik sendiri 21 75,0 75,0 75,0 Milik orang tua/ keluarga 4 15,0 15,0 90,0 Kontrak/sewa: tahunan 3 10,0 10,0 100, ,0 100,0 Bangka Belitung Darat Milik sendiri 24 90,0 90,0 90,0 Milik orang tua/ keluarga 2 7,5 7,5 97,5 Kontrak/sewa: tahunan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 SUMBER AIR MINUM Bab ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum bagi rumah tangga di Kota Pontianak. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) jenis sumber air minum yang digunakan rumah tangga, dan 2) kelangkaan air yang dialami rumah tangga dari sumber itu. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumbersumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakitpenyakit yang berhubungan dengan diare. Sejumlah studi mengonfirmasi bahwa mereka

21 yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, lebih karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Karenanya, kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare. Pada suplai air minum, studi EHRA mempelajari kelangkaan yang dialami rumah tangga dalam rentang waktu dua minggu terakhir. Kelangkaan diukur dari tidak tersedianya air dari sumber air minum utama rumah tangga atau tidak bisa digunakannya air yang keluar dari sumber air minum utama. Data ini diperoleh dari pengakuan verbal responden. Hasil survai EHRA menunjukkan bahwa di Kota Pontianak terdapat 2 (dua) sumber air minum yang menonjol, yakni 1) air ledeng PDAM dan 2) sumur. Air ledeng PDAM mencakup sekitar 47% rumah tangga. Ini terdiri dari rumah tangga yang mendapat air dari ledeng PDAM langsung di rumahnya (42%), di halaman rumahnya (2%), serta mereka yang mendapatkan air ledeng di luar bangunan rumah, hidran umum atau ledeng milik tetangga (3%). Pengguna sumur di Kota Pontianak mencakup sekitar 43% dari total populasi. Sekitar 29% di antaranya menggunakan sumur gali terlindungi yang relatif aman. ng dimaksud dengan sumur terlindungi adalah sumur yang memiliki bertutup, memiliki cincin dan lantainya di semen. Selain itu, sekitar 12% memanfaatkan sumur bor yang juga dapat dikategorikan aman. Sementara, sekitar 3% menggunakan sumur gali tidak terlindungi. Seperti dapat disimak pada tabel di bawah ini, sumber-sumber air minum bagi rumah tangga di Kota Pontianak didominasi oleh air ledeng dan sumur. Selain ketiga sumber itu, proporsinya relatif kecil, yang agak menonjol adalah air botol kemasan (6%) dan isi ulang (3%). Kategori lainnya cakupannya kurang dari 1%. Tabel 1: Sumber Air Minum N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan? p01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan? Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Ledeng dari tetangga Sumur bor (pompa tangan, mesin) Sumur gali terlindungi Sumur gali tidak terlindungi Mata air terlindungi Air hujan Penjual air: Isi ulang Penjual air: Kereta/ gerobak Air botol kemasan Lainnya (catat) Frequency Percent Percent Percent 113 9,7 9,7 9,7 1,1,1 9,8 12 1,1 1,1 10,8 3,3,3 11,1 1,1,1 11,2 1,0,0 11, ,9 72,9 84, ,6 14,6 98,8 1,1,1 98,9 13 1,1 1,1 99,9 1,1,1 100, ,0 100,0 p01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan?

22 dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Cumulative Percent Benua Melayu Air Ledeng/ PDAM: sampai di Laut dalam rumah 3 12,5 12,5 12,5 Air hujan 19 85,0 85,0 97,5 Air botol kemasan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Benua Melayu Darat Parit Tokaya Kota Baru Akcaya Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 3 5,0 5,0 5,0 Air hujan 46 67,5 67,5 72,5 Penjual air: Isi ulang 19 27,5 27,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 2 5,0 5,0 5,0 Ledeng dari tetangga 1 2,5 2,5 7,5 Air hujan 17 50,0 50,0 57,5 Penjual air: Isi ulang 13 40,0 40,0 97,5 Air botol kemasan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 1 5,0 5,0 5,0 Sumur gali tidak terlindungi 1 2,5 2,5 7,5 Air hujan 26 87,5 87,5 95,0 Penjual air: Isi ulang 1 2,5 2,5 97,5 Lainnya (catat) 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di 2 5,0 5,0 5,0 dalam rumah Sumur gali terlindungi 1 2,5 2,5 7,5 Air hujan 25 67,5 67,5 75,0 Penjual air: Isi ulang 6 17,5 17,5 92,5 Air botol kemasan 3 7,5 7,5 100, ,0 100,0 Parit Mayor Air hujan 5 95,0 95,0 95,0 Penjual air: Isi ulang 0 5,0 5,0 100, ,0 100,0 Banjar Air hujan Serasan ,0 100,0 100,0 Saigon Mata air terlindungi 1 2,5 2,5 2,5 Air hujan 14 65,0 65,0 67,5 Penjual air: Isi ulang 7 32,5 32,5 100, ,0 100,0 Tanjung Hulu Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 3 7,5 7,5 7,5 Air hujan 22 65,0 65,0 72,5 Penjual air: Isi ulang 3 10,0 10,0 82,5 Air botol kemasan 6 17,5 17,5 100, ,0 100,0 Tanjung Hilir Air hujan 23 97,5 97,5 97,5 Penjual air: Isi ulang 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Dalam Bugis Air hujan 30 80,0 80,0 80,0 Penjual air: Isi ulang 8 20,0 20,0 100,0 dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent ,0 100,0 Cumulative Percent

23 Tambelan Air hujan Sampit 16 97,5 97,5 97,5 Penjual air: Isi ulang 0 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Pal Lima Air hujan 18 87,5 87,5 87,5 Penjual air: Isi ulang 3 12,5 12,5 100, ,0 100,0 Sui Jawi Air Ledeng/ PDAM: sampai di Dalam dalam rumah 3 5,0 5,0 5,0 Air hujan 38 67,5 67,5 72,5 Penjual air: Isi ulang 15 27,5 27,5 100, ,0 100,0 Sui Jawi Luar Air hujan 81 90,0 90,0 90,0 Penjual air: Isi ulang 9 10,0 10,0 100, ,0 100,0 Sui Beliung Air hujan 80 95,0 95,0 95,0 Penjual air: Isi ulang 4 5,0 5,0 100, ,0 100,0 Siantan Hulu Air hujan 68 87,5 87,5 87,5 Penjual air: Isi ulang 10 12,5 12,5 100, ,0 100,0 Siantan Tengah Air hujan 62 92,5 92,5 92,5 Penjual air: Isi ulang 5 7,5 7,5 100, ,0 100,0 Siantan Hilir Air hujan ,0 100,0 100,0 Batu Layang Sui Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 1 2,5 2,5 2,5 Air hujan 37 95,0 95,0 97,5 Air botol kemasan 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 69 70,0 70,0 70,0 Sumur bor (pompa tangan, mesin) 12 12,5 12,5 82,5 Sumur gali terlindungi 2 2,5 2,5 85,0 Air hujan 10 10,0 10,0 95,0 Penjual air: Isi ulang 5 5,0 5,0 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 1 2,5 2,5 2,5 Air hujan 14 55,0 55,0 57,5 Penjual air: Isi ulang 11 42,5 42,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 1 7,5 7,5 7,5 Air hujan 15 80,0 80,0 87,5 Penjual air: Isi ulang 2 10,0 10,0 97,5 Air botol kemasan 0 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 0 2,5 2,5 2,5 Air hujan 17 87,5 87,5 90,0 dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Cumulative Percent Penjual air: Isi ulang 1 5,0 5,0 95,0

24 Sui Jawi Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat Air botol kemasan 1 5,0 5,0 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 14 20,0 20,0 20,0 Air hujan 41 57,5 57,5 77,5 Penjual air: Isi ulang 16 22,5 22,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 2 10,0 10,0 10,0 Air hujan 13 62,5 62,5 72,5 Penjual air: Isi ulang 6 27,5 27,5 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 0 2,5 2,5 2,5 Air hujan 8 62,5 62,5 65,0 Penjual air: Isi ulang 5 35,0 35,0 100, ,0 100,0 Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah 7 25,0 25,0 25,0 Air hujan 16 60,0 60,0 85,0 Penjual air: Isi ulang 4 15,0 15,0 100, ,0 100,0 Air hujan 10 37,5 37,5 37,5 Penjual air: Isi ulang 16 60,0 60,0 97,5 Penjual air: Kereta/ gerobak 1 2,5 2,5 100, ,0 100,0 Tabel 2: Sumber Air Minum - recode N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan? k_p01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan? Missing Relatif Aman Aman Sy stem Frequency Percent Percent Percent ,9 99,9 99,9 1,1,1 100, ,9 100,0 1, ,0 Terkait dengan keamanan, hasil analisis data EHRA menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 88% rumah tangga di Kota Pontianak memiliki sumber air minum yang relatif aman. Sementara, sekitar 12% yang diidentifikasi memiliki sumber yang relatif tidak aman. Hal yang lain yang dipelajari dalam EHRA adalah apakah rumah tangga mengeluarkan dana untuk mendapat air. Hasilnya, sekitar setengah rumah tangga di Kota Pontianak atau sekitar 51% melaporkan mengeluarkan uang untuk mendapatkan air. Sekitar 45% melaporkan

25 sebaliknya, yakni tidak mengeluarkan dana untuk mendapatkan air. Besarnya proporsi mereka yang melaporkan tidak mengeluarkan dana untuk memperoleh air sangat terkait dengan tipe sumber air minum yang cukup banyak di Kota Pontianak, yakni sumur (gali maupun bor). Diagram 2: Pembayaran N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal p05 Apakah ibu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air untuk minum? Frequency Percent Percent Cumulative Percent ,7 34,4 34, ,1 65,2 99,6 tahu 4,3,4 100, ,2 100,0 Missing System 91 7, ,0 Untuk kasus kelangkaan, studi menemukan hanya sekitar 3% rumah tangga yang mengalami kelangkaan dari sumber air utama dalam dua minggu terakhir. Bila rentang waktu kelangkaan diperpanjang menjadi satu tahun, maka kasus kelangkaan yang dijumpai meningkat hampir 4 kali lipat menjadi 12%. Diagram di bawah menunjukkan informasi tentang kelangkaan air. Diagram 3: Kelangkaan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? P09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? p08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? Frequency Percent Percent Cumulative Percent 59 5,1 5,3 5,3 pernah ,8 91,2 96,5 tahu 38 3,3 3,5 100, ,2 100,0 Missing System 56 4, ,0 p09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih?

26 Frequency Percent Percent Cumulative Percent ,1 12,8 12,8 pernah ,0 83,7 96,5 tahu 38 3,3 3,5 100, ,3 100,0 Missing System 66 5, ,0 Tabel Kelurahan 1: Sumber Air Minum - recode Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan? k_p01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan? Cumulative dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Percent Benua Melayu Laut Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Benua Melayu Darat Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Parit Tokaya Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Kota Baru Relatif Aman 28 95,0 97,4 97,4 Aman 1 2,5 2,6 100, ,5 100,0 Missing System 1 2, ,0 Akcaya Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Parit Mayor Relatif Aman 5 100,0 100,0 100,0 Banjar Serasan Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Saigon Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Tanjung Hulu Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Tanjung Hilir Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Dalam Bugis Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Tambelan Sampit Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Pal Lima Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Sui Jawi Dalam Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Sui Jawi Luar Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Sui Beliung Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Siantan Hulu Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Siantan Tengah Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Siantan Hilir Relatif Aman Batu Layang Relatif Aman ,0 100,0 100, ,0 100,0 100,0 Cumulative dl_3 Kelurahan Frequency Percent Percent Percent Sui Bangkong Relatif Aman ,0 100,0 100,0

27 Darat Sekip Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Tengah Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Mariana Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Sui Jawi Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Bansir Laut Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Bansir Darat Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Bangka Belitung Laut Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Bangka Belitung Darat Relatif Aman ,0 100,0 100,0 Tabel Kelurahan 2: Pembayaran Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P05 Apakah ibu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air untuk minum? p05 Apakah ibu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air untuk minum? Frequency Percent Percent Cumulative Percent ,5 33,5 33, ,2 66,2 99,7 tahu 4,3,3 100, ,0 100,0 Tabel Kelurahan 3: Kelangkaan Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? P09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? p08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? Frequency Percent Percent Cumulative Percent 59 5,1 5,1 5,1 pernah ,6 91,6 96,7 tahu 38 3,3 3,3 100, ,0 100,0 p09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih?

28 Frequency Percent Percent Cumulative Percent ,1 12,1 12,1 pernah ,6 84,6 96,7 tahu 38 3,3 3,3 100, ,0 100,0 CUCI TANGAN PAKAI SABUN Gejala diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa daerah, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Sejumlah kelompok masyarakat di Jawa menamakannya dengan istilah ngenteng-ngentengi. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat di Sumatra pun mempercayai halhal semacam itu (Laporan ESP Formative Research, 2007). Sekitar anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef, 2002; dikutip dari facts sheet PPSP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebetulnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% risiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu yang tepat. Bila dikonversikan, sekitar 1 juta anak dapat diselamatkan hanya dengan mencuci tangan pakai sabun (Curtis & Cairncross, 2003). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehariharinya, EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si Ibu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin.

29 Diagram 1: Pemakaian Sabun N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? p11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? Frequency Percent Percent Cumulative Percent ,9 99,6 99,6 5,4,4 100, ,3 100,0 Missing System 19 1, ,0 Studi EHRA menemukan hampir semua rumah tangga di Kota Pontianak memiliki akses pada sabun. Rumah tangga yang melaporkan menggunakan sabun pada hari diwawancara atau sehari sebelumnya mencakup sekitar 99,8% dari populasi. Hanya kurang dari 1% atau 0,2% dari total rumah tangga yang melaporkan tidak menggunakan sabun pada hari saat diwawancara atau sehari sebelumnya. Diagram 2: Cuci Tangan Pakai Sabun Umum N = 2276, Filter: P11 = ya, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan p12i Cuci tangan: sesudah BAB Frequency Percent Percent Percent ,8 53,8 53, ,2 46,2 100, ,0 100,0 p12l Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan Frequency Percent Percent Percent ,7 25,7 25, ,3 74,3 100, ,0 100,0

30 p12m Cuci tangan: sebelum makan Frequency Percent Percent Percent ,3 52,3 52, ,7 47,7 100, ,0 100,0 Akses terhadap sabun adalah satu hal. Namun, praktik cuci tangan pakai sabun bisa menjadi hal lain. Mereka yang memiliki akses tidak serta merta akan memanfaatkan akses itu untuk kepentingan higinitas, khususnya cuci tangan di waktu-waktu penting. Seperti terlihat pada diagram 2, proporsi ibu yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan mencakup sekitar 52% dari total populasi. Sekitar 49% melaporkan mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB dan sekitar 39% melaporkan melakukannya sebelum menyiapkan makanan. Dengan demikian, terlihat bahwa cakupan ibu-ibu yang belum mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting masih cukup besar. Hampir separuh ibu-ibu di Kota Pontianak belum mempraktikkan cuci tangan pakai sabun sesudah BAB. Angka yang hampir sama dijumpai pada waktu penting lain, yakni sebelum makan. Di antara waktu-wkatu penting, yang paling jarang diterapkan adalah di waktu sebelum menyiapkan makanan, yakni sekitar sepertiga dari total rumah tangga di Kota Pontianak. Diagram 3: Cuci Tangan Pakai Sabun Ibu dengan balita N = 529, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawabanganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anakp12k Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan p12i Cuci tangan: sesudah BAB Frequency Percent Percent Percent ,6 51,6 51, ,4 48,4 100, ,0 100,0 p12j Cuci tangan: sesudah menceboki anak Frequency Percent Percent Percent ,2 37,2 37, ,8 62,8 100, ,0 100,0

31 p12k Cuci tangan: sebelum menyuapi anak Frequency Percent Percent Percent ,4 26,4 26, ,6 73,6 100, ,0 100,0 p12l Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan Frequency Percent Percent Percent ,4 23,4 23, ,6 76,6 100, ,0 100,0 p12m Cuci tangan: sebelum makan Frequency Percent Percent Percent ,4 48,4 48, ,6 51,6 100, ,0 100,0 Sebetulnya, praktik cuci tangan pakai sabun kian penting bila dikaitkan dengan kelompok Ibu yang memiliki anak balita (umur di bawah lima tahun). Bila dibandingkan dengan populasi ibu secara keseluruhan, ternyata proporsi ibu-ibu dengan balita yang mempraktikkan cuci tangan pakai sabun terlihat cenderung sedikit lebih tinggi. Di waktu sesudah BAB misalnya, untuk kelompok ibu secara umum, proporsinya adalah sekitar 49%. Sementara, di kelompok ibu-ibu dengan balita, proporsinya adalah 53%. Pada waktu sebelum, proporsi ibu-ibu umum adalah 52%. Di kelompok ibu-ibu balita, porporsinya adalah sekitar 53%. Diagram 4: Skor Cuci Tangan Pakai Sabun Umum N = 2276, Filter: P11= 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan CT_UMUM SKOR Cuci Tangan - UMUM Frequency Percent Percent Percent ,5 31,5 31, ,5 24,5 56, ,4 22,4 78, ,6 21,6 100, ,0 100,0

32 Title SKOR Cuci Tangan - UMUM % 31.49% 22.40% 24.48% Cases weighted by Bobot Bila dibuatkan skor, maka dalam kelompok ibu-ibu secara umum, mereka yang tidak mencuci tangan pakai sabun di satu waktu penting pun atau hanya mencuci tangan pakai sabun di satu waktu penting menempati ranking pertama dengan proporsi sekitar 28%. Proporsi ketiga terbanyak adalah mereka yang mencuci tangan di tiga waktu penting (24%) dan diikuti oleh mereka yang mencuci tangan pakai sabun di dua waktu penting (19%). Bila data dipecah khusus untuk kelompok ibu dengan balita, maka proporsi mereka yang tidak mencuci tangan di satu pun waktu penting menduduki urutan pertama dengan proporsi sebesar 29%. Proporsi ini hanyalah 1% lebih besar dari kelompok ibu-ibu secara keseluruhan. Untuk praktik yang lengkap, seperti dapat dilihat pada diagram di bawah, proporsi ibu yang menerapkan di lima waktu penting adalah sekitar 24%. Proporsi ini kurang lebih sama dengan proporsi cuci tangan pakai sabun lengkap di kelompok umum (hanya relevan pada tiga praktik). N = 529, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda, P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anak P12K Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan CT_BALITA SKOR Cuci Tangan - BALITA Frequency Percent Percent Percent 26 30,6 30,6 30, ,6 33,6 64,2 8 9,1 9,1 73,3 4 4,7 4,7 78,0 6 6,5 6,5 84, ,5 15,5 100, ,0 100,0 Diagram 6: Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun

33 N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal DATANGI JAMBAN/ WC YANG PALING BANYAK DIGUNAKAN ANGGOTA RUMAH TANGGA AMATI & CATAT KONDISI JAMBAN / WC SKOR Cuci Tangan - BALITA 15.48% % 30.58% 4.72% 9.08% 33.65% Cases weighted by Bobot Halangan ibu-ibu untuk mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting lebih merupakan faktor non-fisik. ng dimaksud sebagai faktor non-fisik dapat mencakup pengetahuan, sikap, maupun norma. Data tentang fasilitas cuci tangan yang didapat melalui kegiatan pengamatan (observation) sedikit banyak mengonfirmasi bahwa faktor fisik bukan menjadi halangan besar. Pengamatan untuk fasilitas cuci tangan pakai sabun difokuskan pada tempat strategis yang terkait erat dengan saat di mana tangan tercemar tinja ataupun patogen dari tinja masuk mulut. Sejumlah ahli higinitas mengemukakan bahwa tempat yang paling strategis adalah di dalam atau di dekat WC atau di dekat tempat makan. Untuk EHRA, tempat cuci tangan yang dipelajari adalah yang berada di dalam atau dekat WC. Di sini fasilitas WC dan sekitarnya harus memiliki sejumlah komponen, yakni 1) air 2) gayung untuk mengalirkan air (khususnya bila rumah tidak memiliki kran untuk mencuci tangan), 3) sabun, dan 3) kain atau handuk kering yang bersih. Terkait dengan ciri-ciri tempat cuci tangan pakai sabun yang strategis, temuan EHRA menujukkan bahwa ketersediaan kain/ handuk yang kering merupakan kekurangan yang paling banyak dijumpai. Hanya sekitar 52% WC yang diamati memilikinya. Meski kelihatan sepele, komponen pengering merupakan komponen yang penting, khususnya untuk menjaga agar tangan tidak terkontaminasi kembali oleh patogen penyebab penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Seperti diketahui luas, seringkali seseorang yang telah mencuci tangan pakai sabun justru mengontaminasi kembali tangannya dengan patogen penyebab penyakit ketika dia mengeringkan tangannya pada celana ataupun kain yang kotor. Beberapa fasilitas lain, seperti terbaca pada diagram di atas, proporsinya termasuk cukup memadai meski pun masih dapat ditingkatkan. Ketersedian air, misalnya, sudah mencakup 83%. Gayung, sekitar 92% dan sabun 87%. Tabel Kelurahan 1: Pemakaian Sabun

34 N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? p11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? Frequency Percent Percent Percent ,6 97,6 97,6 28 2,4 2,4 100, ,0 100,0 N = 1160, Filter: P11 = 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? 2.44% 97.56% Cases weighted by Bobot Tabel Kelurahan 3: Cuci Tangan Pakai Sabun Ibu dengan balita N = 529, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anak P12K Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan p12i Cuci tangan: sesudah BAB Frequency Percent Percent Percent ,6 51,6 51, ,4 48,4 100, ,0 100,0

35 p12j Cuci tangan: sesudah menceboki anak Frequency Percent Percent Percent ,2 37,2 37, ,8 62,8 100, ,0 100,0 p12k Cuci tangan: sebelum menyuapi anak Frequency Percent Percent Percent ,4 26,4 26, ,6 73,6 100, ,0 100,0 p12l Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan Frequency Percent Percent Percent ,4 23,4 23, ,6 76,6 100, ,0 100,0 p12m Cuci tangan: sebelum makan Frequency Percent Percent Percent ,4 48,4 48, ,6 51,6 100, ,0 100,0 Tabel Kelurahan 4: Skor Cuci Tangan Pakai Sabun Umum N = 1160, Filter: P11= 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda, P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan CT_UMUM SKOR Cuci Tangan - UMUM Frequency Percent Percent Percent ,1 31,1 31, ,0 25,0 56, ,4 22,4 78, ,4 21,4 100, ,0 100,0

36 SKOR Cuci Tangan - UMUM 21.41% 31.14% % 25.03% Cases weighted by Bobot Tabel Kelurahan 5: Skor Cuci Tangan Pakai Sabun Ibu dengan balita N = 238, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda, P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anak P12K Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan CT_BALITA SKOR Cuci Tangan - BALITA Frequency Percent Percent Percent 26 30,2 30,2 30, ,3 33,3 63,5 8 9,0 9,0 72,5 4 4,7 4,7 77,2 6 6,4 6,4 83, ,4 16,4 100, ,0 100,0 SKOR Cuci Tangan - BALITA 6.42% 16.42% % % 8.98% 33.27% Cases weighted by Bobot Tabel Kelurahan 6: Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun

37 N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal DATANGI JAMBAN/ WC YANG PALING BANYAK DIGUNAKAN ANGGOTA RUMAH TANGGA AMATI & CATAT KONDISI JAMBAN / WC m04d Ada air Frequency Percent Percent Percent ,5 68,5 68, ,5 31,5 100, ,0 100,0 m04e Ada sabun Frequency Percent Percent Percent ,7 77,7 77, ,3 22,3 100, ,0 100,0 m04f Ada gayung/ alat pengguyur Frequency Percent Percent Percent ,1 94,1 94,1 68 5,9 5,9 100, ,0 100,0 m04g Ada kain kering/ handuk Frequency Percent Percent Percent ,1 24,1 24, ,9 75,9 100, ,0 100,0 Ada air 31.47% 68.53% Cases weighted by Bobot

38 Ada sabun 22.28% 77.72% Cases weighted by Bobot Ada gayung/ alat pengguyur 5.87% 94.13% Cases weighted by Bobot Ada kain kering/ handuk 24.10% 75.90% Cases weighted by Bobot

39 PEMBUANGAN SAMPAH EHRA mempelajari sejumlah aspek terkait dengan masalah penanganan sampah, yakni: 1) cara pembuangan sampah yang utama, 2) frekuensi & pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah, 3) praktik pemilahan sampah, dan 4) penggunaan wadah sampah sementara di rumah. Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Dalam kuesioner tersedia 22 (duapuluh dua) opsi jawaban. Duapuluh dua opsi itu dapat dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok besar, yakni 1) Dikumpulkan di rumah lalu diangkut keluar oleh pihak lain, 2) Dikumpulkan di luar rumah/ di tempat bersama lalu diangkut oleh pihak lain, 3) Dibuang di halaman/ pekarangan rumah, dan 4) Dibuang ke luar halaman/ pekarangan rumah. Di antara empat kelompok itu, caracara yang berada di bawah kategori 1 dan 2 atau yang mendapat layanan pengangkutan merupakan cara-cara yang memiliki risiko kesehatan paling rendah. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cara pembuangan sampah di lobang sampah khusus, baik di halaman atau di luar rumah, merupakan cara yang aman pula. Namun, dalam konteks wilayah perkotaan, di mana kebanyakan rumah tangga memiliki keterbatasan dalam hal lahan, penerapan cara-cara itu dinilai dapat mendatangkan risiko kesehatan yang cukup besar. Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan dan ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, risiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/ kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di banyak kota di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/ pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan. Terakhir, kader-kader EHRA mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga. Wadah yang mengandung risiko kecil adalah wadah yang permanen atau setidaknya terlindungi dari capaian binatang seperti ayam atau anjing. Bak permanen atau keranjang yang tertutup dapat dikategorikan sebagai wadah yang relatif terlindungi dibandingkan dengan kantong plastik yang mudah sobek. Secara mendetail tabel di bawah menggambarkan cara-cara utama membuang sampah rumah tangga di Kota Pontianak. Dalam tabel di bawah terlihat bahwa yang paling banyak dijumpai adalah rumah tangga yang membuang sampahnya di dalam rumah untuk diangkut petugas, yakni sebesar 74,7%. Prosentase ini terdiri dari pengangkutan oleh petugas pemda/ kelurahan (25,2%), petugas RT/ TW (49,2%) dan perusahaan swasta (0,3%). Mengingat tidak

40 semua warga dapat mengidentifikasi asal petugas pengangkut sampah, untuk selanjutnya tiga cara di atas akan masuk ke dalam kategori saja, yakni membuang di rumah dan diangkut oleh petugas. Kelompok kedua yang tidak terlalu besar adalah mereka yang membuang sampah di luar rumah mereka atau di tempat bersama untuk kemudian diangkut oleh petugas. Prosentase kelompok ini adalah sebanyak 10%. Sementara, mereka yang membuang ke tempat terbuka mencakup sekitar 7,2%, terdiri dari mereka yang membuang ke sungai (5,2%), di luar rumah/ ruang terbuka (1,2%), kali kecil (0,2%), selokan (0,4%) dan kolam ikan/ tambak (0,2%). Tabel 1: Cara Pembuangan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masy arakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut perusahaan swasta Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu didiamkan Dibuang di hlm rumah: ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang ke luar rumah: kali/ sungai kecil Dibuang di luar rumah: selokan/ parit Dibuang di luar rumah: lub galian/ kolam ikan/ tambak Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar rumah: tidak tahu ke mana Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) tahu Frequency Percent Percent Percent 70 6,0 6,0 6, ,8 13,8 19,9 25 2,2 2,2 22,0 81 7,0 7,0 29,0 28 2,4 2,4 31,5 7,6,6 32,0 7,6,6 32,7 78 6,7 6,7 39,4 1,1,1 39,4 5,4,4 39, ,8 16,8 56, ,1 24,1 80,8 16 1,4 1,4 82,2 37 3,2 3,2 85,4 4,4,4 85,8 3,2,2 86,0 4,3,3 86,3 17 1,5 1,5 87,8 3,2,2 88, ,5 10,5 98,6 10,9,9 99,4 7,6,6 100, ,0 100,0 Data sedetail tabel di atas memang kurang banyak bermanfaat menyediakan gambaran mengenai tingkat risiko kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat. Seperti telah disampaikan di muka, penanganan sampah yang aman adalah di mana rumah tangga mendapat layanan pengangkutan yang memadai. Untuk kepentingan identifikasi tingkat risiko kesehatan lingkungan, rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan utamanya berdasarkan dua kategori besar, yakni 1) penerima layanan sampah dan 2) non penerima layanan sampah. Diagram 1: Penerima Layanan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal

41 P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga k_p13 Kategori Penerima Layanan Pengangkutan Sampah Non Penerima Layanan Sampah Penerima Lay anan Pengangkutan Sampah Cumulativ Frequency Percent Percent e Percent ,0 68,0 68, ,0 32,0 100, ,0 100,0 Kategori Penerima Layanan Pengangkutan Sampah Non Penerima Layanan Sampah Penerima Layanan Pengangkutan Sampah 32.03% 67.97% Cases weighted by Bobot Terkait dengan penerimaan layanan pengangkutan sampah, diagram di atas menunjukkan bahwa sekitar 84% dari total rumah tangga di Kota Pontianak ditemui menerima layanan pengangkutan. Sementara, sekitar 16% melaporkan belum menerima layanan pengangkutan. Mereka yang masuk dalam kategori penerima layanan pengangkutan sampah adalah mereka yang mengumpulkan sampah di rumah atau di tempat bersama di luar rumah untuk kemudian diangkut oleh petugas pengangkutan secara rutin. Diagram 2: Frekuensi Pengangkutan N = 1855, Filter: P13 = 11-23, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P14 Seberapa sering sampah diangkut? p14 Seberapa sering sampah diangkut? Frequency Percent Setiap hari ,5 Beberapa kali dalam seminggu ,9 Sekali dalam seminggu 24 6,5 Beberapa kali dalam sebulan 2,6 Setiap bulan 1,2 tahu 9 2, ,0

42 Seberapa sering sampah diangkut? 2.31% 0.25% 0.58% 6.51% Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Setiap bulan tahu 35.89% 54.46% Cases weighted by Bobot Bagi yang mendapatkan layanan, maka frekuensi pengangkutan yang paling umum diterima adalah frekuensi pengangkutan setiap hari (66,7%). Sekitar 30% rumah tangga melaporkan sampahnya diangkut beberapa kali dalam seminggu. Frekuensi lain didapat sangat kecil. Semisal, mereka yang menerima pengangkutan sekali dalam seminggu hanya 1,6% dari total rumah tangga. Standar minimum dalam indikator-indikator global tentang layanan angkutan sampah rumah tangga adalah seminggu sekali. Dengan demikian, maka kebanyakan rumah tangga di Kota Pontianak yang menerima layanan pengangkutan sampah sebetulnya dapat dikategorikan telah mendapat layanan yang memadai. Hanya sedikit yang belum mendapatkan layanan yang memadai dalam hal frekuensi pengangkutan. Diagram 3: Ketepatan Waktu Pengangkutan N = 1855, Filter: P13 = 11-23, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P15 Dari pengalaman Ibu, dalam sebulan terakhir, apakah sampah diangkut tepat waktu? p15 Dari pengalaman Ibu, dalam sebulan terakhir, apakah sampah diangkut tepat waktu? Frequency Percent Percent Cumulative Percent Selalu tepat waktu ,2 49,2 49,2 Kebanyakan tepat waktu 42 11,4 11,4 60,6 Kadang tepat waktu, kadang tidak ,6 34,6 95,2 Sering terlambat 2,5,5 95,7 tahu 16 4,3 4,3 100, ,0 100,0

43 Dari pengalaman Ibu, dalam sebulan terakhir, apakah sampah diangkut tepat waktu? 0.54% 4.31% Selalu tepat waktu Kebanyakan tepat waktu Kadang tepat waktu, kadang tidak Sering terlambat tahu 34.59% 49.21% 11.35% Cases weighted by Bobot Bila rumah tangga diminta menilai layanan pengangkutan dalam sebulan terakhir, maka seperti tampak pada diagram di atas, kebanyakan menilainya cukup positif (82%). Sekitar 64% menilai layanan yang mereka terima selalu tepat waktu. Sekitar 18% dari total rumah tangga menyatakan layanan pengangkutan yang mereka terima kebanyakan tepat waktu. Sementara, seperti terlihat dalam diagram di atas, ada sejumlah proporsi rumah tangga yang melaporkan bahwa pelayanan yang mereka terima kurang memuaskan. Sekitar 17% dari total rumah tangga menilai layanan pengangkutan sampah yang mereka terima dalam sebulan terakhir kadang tepat waktu kadang tidak. Hanya sekitar 1,2% bahkan menilainya sering atau selalu terlambat. Diagram 4: Pemilahan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P19 Apakah Ibu memisah-misah sampah sebelum dibuang? p19 Apakah Ibu memisah-misah sampah sebelum dibuang? Frequency Percent Percent Percent ,6 19,6 19, ,4 80,4 100, ,0 100,0 Apakah Ibu memisah-misah sampah sebelum dibuang? 19.6% 80.4% Cases weighted by Bobot

44 Seperti diketahui secara luas, rumah tangga sebetulnya dapat ikut berperan dalam mengurangi volume sampah dengan berbagai cara. Contoh yang cukup populer adalah dengan melakukan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah sampah-sampah tertentu. Terkait dengan ini, EHRA di Kota Pontianak mencoba mengetahui praktik pemilahan di rumah tangga. Dari EHRA diperoleh gambaran bahwa sekitar 10% dari total rumah tangga melakukan pemilahan sampah. Dari yang 10% itu, sekitar 78% melakukan pemilahan sampah yang terbuat dari logam, gelas atau plastik. Sementara, sekitar 76% melaporkan melakukan pemilahan sampah yang terbuat dari bahan organik atau sampah basah atau dikenal juga sebagai sampah dapur. Diagram 5: Pemilahan Sampah N = 212, Filter: P19 = 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P20A Jenis sampah apa yg biasanya Ibu pisahkan? - Organik/ sampah basah/ dapur P20D Jenis sampah apa yg biasanya Ibu pisahkan? - Logam/ gelas/ plastic p20a Jenis sampah apa yang biasanya Ibu pisahkan? - Organik/ sampah basah/ dapur Frequency Percent Percent Percent ,1 47,1 47, ,9 52,9 100, ,0 100,0 Jenis sampah apa yang biasanya Ibu pisahkan? - Organik/ sampah basah/ dapur 52.86% 47.14% Cases weighted by Bobot

45 p20d Jenis sampah apa yang biasanya Ibu pisahkan? - Logam/ gelas/ plastik Frequency Percent Percent Percent ,8 70,8 70, ,2 29,2 100, ,0 100,0 Jenis sampah apa yang biasanya Ibu pisahkan? - Logam/ gelas/ plastik Cases weighted by Bobot Secara umum dapat dikatakan bahwa proporsi ini masih sedikit untuk membantu pengurangan volume sampah kota. Dengan kata lain, masih banyak kerja yang diperlukan untuk mengajak warga berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Masih sedikitnya rumah tangga di Kota Pontianak yang berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga juga tertangkap selama pengamatan di rumah. Seperti terbaca pada diagram di bawah hanya sekitar 2% rumah tangga di Kota Pontianak yang diamati tengah membuat kompos dari sampah basahnya. Dengan kata lain, sekitar 98% rumah tangga di Kota Pontianak masih membuang sampah rumah tangga begitu saja tanpa mempertimbangkan potensi-potensi ekonomi dengan memanfaatkan kembali sampah, misalnya sebagai bahan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Diagram 5: Pemilahan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal M23 TERLIHAT SAMPAH DIBUAT KOMPOS? m21 Terlihat sampah dibuat kompos? Frequency Percent Percent Cumulative Percent 48 4,2 4,2 4, ,8 95,8 100, ,0 100,0

46 Terlihat sampah dibuat kompos? 4.2% 95.8% Cases weighted by Bobot Diagram 6: Kebersihan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal M20A SAMPAH BERSERAKAN DI DALAM RUMAH; M20B SAMPAH BERSERAKAN DI PEKARANGAN RUMAH; M20C SAMPAH BERSERAKAN DI DEPAN PEKARANGAN RUMAH m18a Sampah berserakan di dalam rumah Frequency Percent Percent Cumulative Percent 76 6,6 6,6 6, ,4 93,4 100, ,0 100,0 Sampah berserakan di dalam rumah 6.6% 93.4% Cases weighted by Bobot

47 m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah Frequency Percent Percent Cumulative Percent ,3 27,3 27, ,7 72,7 100, ,0 100,0 Sampah berserakan di pekarangan rumah 27.27% 72.73% Cases weighted by Bobot m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah Frequency Percent Percent Cumulative Percent ,3 34,3 34, ,7 65,7 100, ,0 100,0 Sampah berserakan di depan pekarangan rumah 34.27% 65.73%

48 Diagram selanjutnya menggambarkan kebersihan rumah tangga dan lingkungannya dari keberadaan sampah. Seperti yang dapat disimak, hanya sekitar 3,4% rumah tangga yang dijumpai memiliki sampah berserakan di rumahnya. Sekitar 5,7% dilaporkan memiliki sampah berserakan di lingkungan pekarangan. Sementara, sekitar 9,2% dilaporkan memiliki sampah berserakan di depan pekarangan rumahnya. Pola yang semacam ini tentu tidak mengagetkan mengingat ini sangat konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya yang umumnya menggambarkan bahwa dibandingkan dengan pekarangan atau di luar pekarangan, kebersihan di dalam rumah lebih diutamakan oleh warga. Diagram 7: Wadah Sampah N = 1160, Bobot per kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal M21A PENGUMPULAN SAMPAH: KANTONG PLASTIK-DI DALAM PEKARANGAN RUMAH M21B PENGUMPULAN SAMPAH: KANTONG PLASTIK-DI GANTUNG DI PAGAR M21C PENGUMPULAN SAMPAH: KANTONG PLASTIK-DI TUMPUK DI LUAR RUMAH M21D PENGUMPULAN SAMPAH: KERANJANG-DI DALAM RUMAH M21E PENGUMPULAN SAMPAH: KERANJANG-DI PEKARANGAN RUMAH M21F PENGUMPULAN SAMPAH: KERANJANG-DI LUAR RUMAH M21G PENGUMPULAN SAMPAH: BAK PERMANEN-TERTUTUP M21H PENGUMPULAN SAMPAH: BAK PERMANEN-TERBUKA M21I PENGUMPULAN SAMPAH: LOBANG M21J PENGUMPULAN SAMPAH: DITUMPUK SAJA TANPA WADAH m19a Pengumpulan sampah: kantong plastik-di dalam pekarangan rumah Frequency Percent Percent Percent ,1 37,1 37, ,9 62,9 100, ,0 100,0 m19b Pengumpulan sampah: kantong plastik-di gantung di pagar Frequency Percent Percent Percent 61 5,3 5,3 5, ,7 94,7 100, ,0 100,0 m19c Pengumpulan sampah: kantong plastik-di tumpuk di luar rumah Frequency Percent Percent Percent ,9 16,9 16, ,1 83,1 100, ,0 100,0

49 m19d Pengumpulan sampah: keranjang-di dalam rumah Frequency Percent Percent Percent ,7 26,7 26, ,3 73,3 100, ,0 100,0 m19e Pengumpulan sampah: keranjang-di pekarangan rumah Frequency Percent Percent Percent 71 6,1 6,1 6, ,9 93,9 100, ,0 100,0 m19f Pengumpulan sampah: keranjang-di luar rumah Frequency Percent Percent Percent 73 6,3 6,3 6, ,7 93,7 100, ,0 100,0 m19g Pengumpulan sampah: bak permanen-tertutup Frequency Percent Percent Percent 31 2,7 2,7 2, ,3 97,3 100, ,0 100,0 m19h Pengumpulan sampah: bak permanen-terbuka Frequency Percent Percent Percent 22 1,9 1,9 1, ,1 98,1 100, ,0 100,0 m19i Pengumpulan sampah: lobang Frequency Percent Percent Percent 24 2,1 2,1 2, ,9 97,9 100, ,0 100,0 m19j Pengumpulan sampah: ditumpuk saja tanpa wadah Frequency Percent Percent Percent ,5 16,5 16, ,5 83,5 100, ,0 100,0

50 Diagram yang disajikan dalam bagian ini adalah wadah penyimpanan sampah. Seperti terlihat di atas, hanya sedikit rumah tangga yang tidak mewadahi sampahnya (2%). Namun, secara umum, rumah tangga yang mewadahi sampahnya secara kurang aman pun masih cukup banyak terlihat, semisal kantong plastik yang ditumpuk di luar rumah (24%), kantong plastik di dalam pekarangan rumah (23%). Dari opsi-opsi yang ada, wadah sampah berupa bak permanen yang tertutup merupakan yang paling aman. Di sini, proporsinya sebetulnya cukup banyak dibanding kota-kota lain, yakni sekitar 15%. Tabel-tabel selanjutnya merinci kondisi penanganan sampah rumah tangga di masing-masing kelurahan. Tabel 1: Cara Pembuangan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga dl_2 Kecamatan = 1 Pontianak Selatan p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Selatan dl_3 Kelurahan Benua Benua Melay u Laut Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcaya ,0%,0% 2,8%,0% 13,2% 4,6% ,7% 67,6% 33,3%,0% 7,9% 32,3% ,0%,0% 5,6%,0% 7,9% 2,6% ,7%,0% 8,3% 3,3%,0% 3,1% ,3%,0% 8,3%,0% 2,6% 2,6% ,3%,0%,0%,0%,0%,5% ,0%,0%,0%,0% 44,7% 10,3% ,3%,0%,0% 36,7% 5,3% 7,2% ,4% 25,0% 8,3% 26,7% 15,8% 19,5% ,7%,0%,0%,0%,0% 2,6% ,0%,0% 5,6%,0%,0% 1,0% ,3%,0% 22,2% 33,3% 2,6% 10,3% ,0%,0% 5,6%,0%,0% 1,0% ,0% 7,4%,0%,0%,0% 2,6% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

51 dl_2 Kecamatan = 2 Pontianak Timur p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu didiamkan Dibuang di hlm rumah: ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang ke luar rumah: kali/ sungai kecil Dibuang di luar rumah: selokan/ parit Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar rumah: tidak tahu ke mana Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Timur dl_3 Kelurahan Banjar Tambelan Parit May or Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Sampit ,0%,0%,0% 45,7%,0% 7,9%,0% 12,2% ,0%,0% 4,3%,0%,0%,0%,0%,6% ,0%,0% 4,3%,0% 4,0%,0%,0% 1,3% ,0%,0% 4,3% 2,9%,0%,0%,0% 1,3% ,0%,0%,0%,0%,0%,0%,0%,0% ,0% 5,9% 4,3% 8,6%,0% 2,6%,0% 3,8% ,0%,0%,0%,0% 4,0%,0%,0%,6% ,0% 5,9%,0%,0%,0%,0% 6,7% 1,3% ,0% 41,2% 60,9%,0% 28,0% 31,6% 20,0% 29,5% ,0% 5,9% 21,7% 2,9% 12,0% 7,9% 13,3% 9,6% ,0%,0%,0%,0% 4,0% 26,3%,0% 7,1% ,0% 35,3%,0% 5,7% 16,0%,0% 53,3% 12,8% ,0%,0%,0% 2,9% 8,0%,0%,0% 1,9% ,0%,0%,0%,0%,0% 7,9%,0% 1,9% ,0%,0%,0% 2,9% 4,0% 7,9%,0% 3,2% ,0%,0%,0%,0% 4,0%,0%,0%,6% ,0% 5,9%,0% 20,0% 16,0% 7,9% 6,7% 10,3% ,0%,0%,0% 8,6%,0%,0%,0% 1,9% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

52 dl_2 Kecamatan = 3 Pontianak Barat p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Barat dl_3 Kelurahan Sui Jawi Pal Lima Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung ,0%,0% 44,9% 22,9% 23,7% ,0%,0%,0% 13,3% 4,4% ,0% 26,8% 50,6% 4,8% 25,7% ,0% 5,4%,0% 2,4% 2,0% ,8% 5,4% 2,2% 2,4% 3,2% ,8%,0%,0%,0%,4% ,6% 5,4%,0% 9,6% 6,8% ,4% 30,4%,0% 2,4% 12,0% ,0% 1,8%,0%,0%,4% ,0%,0%,0% 7,2% 2,4% ,0%,0%,0% 4,8% 1,6% ,5% 23,2% 2,2% 27,7% 16,1% ,0% 1,8%,0% 2,4% 1,2% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% dl_2 Kecamatan = 4 Pontianak Utara

53 p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar rumah: tidak tahu ke mana Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Utara dl_3 Kelurahan Siantan Siantan Hulu Tengah Siantan Hilir Batu Layang ,6% 43,9% 5,3%,0% 14,2% ,0%,0%,0% 2,6%,4% ,2% 4,5%,0%,0% 2,9% ,6% 3,0%,0%,0% 1,7% ,5% 12,1% 10,5% 25,6% 16,3% ,0%,0%,0% 2,6%,4% ,6% 12,1% 50,9% 64,1% 31,0% ,5% 15,2% 17,5%,0% 14,6% ,6% 4,5%,0%,0% 2,1% ,6%,0% 1,8%,0% 1,3% ,6%,0%,0%,0%,8% ,3% 4,5% 12,3% 2,6% 13,4% ,0%,0% 1,8%,0%,4% ,0%,0%,0% 2,6%,4% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% dl_2 Kecamatan = 5 Pontianak Kota

54 p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut perusahaan swasta Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang di luar rumah: lub galian/ kolam ikan/ tambak Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Langsung dibakar a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Kota dl_3 Kelurahan Sui Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sui Jawi ,1% 15,4% 27,8% 5,3%,0% 5,1% ,3% 3,8%,0%,0% 9,5% 7,7% ,1%,0%,0%,0% 2,7% 1,7% ,0%,0% 5,6%,0% 12,2% 4,3% ,1%,0%,0%,0% 5,4% 2,6% ,1%,0%,0%,0%,0%,9% ,1%,0%,0%,0%,0%,9% ,8%,0%,0% 15,8% 5,4% 13,7% ,6% 76,9% 66,7% 78,9% 48,6% 57,7% ,0%,0%,0%,0% 5,4% 1,7% ,0%,0%,0%,0% 5,4% 1,7% ,0%,0%,0%,0% 2,7%,9% ,0% 3,8%,0%,0% 2,7% 1,3% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% dl_2 Kecamatan = 6 Pontianak Tenggara

55 p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW dl_3 Kelurahan Bangka Bangka Bansir Laut Bansir Darat Belitung Laut Belitung Darat ,5% 7,7%,0%,0% 2,2% ,2% 30,8%,0% 59,3% 26,7% Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut perusahaan swasta Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Langsung dibakar tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Tenggara ,1%,0% 3,6%,0% 3,3% ,7% 7,7%,0%,0% 6,7% ,0%,0% 3,6%,0% 1,1% ,0% 7,7%,0%,0% 1,1% ,0% 7,7%,0% 3,7% 2,2% ,0%,0% 3,6%,0% 1,1% ,0% 7,7% 39,3%,0% 13,3% ,6% 23,1% 42,9% 29,6% 28,9% ,8% 7,7% 7,1% 3,7% 12,2% ,0%,0%,0% 3,7% 1,1% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Tabel Kelurahan 3: Frekuensi Pengangkutan N = 784, Filter: P13 = 11-23, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal

56 P14 Seberapa sering sampah diangkut? dl_2 Kecamatan = 1 Pontianak Selatan p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu dl_3 Kelurahan Benua Benua Melay u Laut Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a ,0% 84,8% 52,6%,0% 50,0% 70,9% ,0% 10,9% 47,4%,0% 33,3% 20,9% Sekali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Setiap bulan tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Selatan ,0%,0%,0%,0% 8,3% 1,2% ,0% 4,3%,0%,0%,0% 2,3% ,0%,0%,0%,0% 8,3% 1,2% ,0%,0%,0% 100,0%,0% 3,5% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% dl_2 Kecamatan = 2 Pontianak Timur p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu dl_3 Kelurahan Parit May or Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis ,3% 52,9% 100,0%,0% 45,8% ,3% 47,1%,0% 100,0% 50,0% tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Timur ,3%,0%,0%,0% 4,2% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% dl_2 Kecamatan = 3 Pontianak Barat a p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Kelurahan Crosstabul ation Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu dl_3 Kelurahan Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung ,3% 41,9% 22,2% 35,7% ,4% 50,0% 47,2% 48,6% Sekali dalam seminggu tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Barat ,6% 8,1% 30,6% 13,6% ,7%,0%,0% 2,1% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% dl_2 Kecamatan = 4 Pontianak Utara

57 p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu dl_3 Kelurahan Siantan Siantan Hulu Tengah Siantan Hilir Batu Lay ang ,0% 53,1%,0% 100,0% 42,9% ,0% 40,6%,0%,0% 45,2% Sekali dalam seminggu ,0% 6,3% 100,0%,0% 11,9% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Utara dl_2 Kecamatan = 5 Pontianak Kota p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu dl_3 Kelurahan Sui Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sui Jawi ,0% 100,0% 20,0% 100,0% 100,0% 83,0% ,5%,0% 80,0%,0%,0% 12,8% Beberapa kali dalam sebulan tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Kota ,0%,0%,0%,0%,0%,0% ,5%,0%,0%,0%,0% 4,3% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% dl_2 Kecamatan = 6 Pontianak Tenggara p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu dl_3 Kelurahan Bangka Bangka Bansir Laut Bansir Darat Belitung Laut Belitung Darat ,0% 50,0% 100,0% 68,8% 69,7% ,0% 50,0%,0% 31,3% 30,3% tahu a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Tenggara ,0%,0%,0%,0%,0% ,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Tabel Kelurahan 6: Pemilahan Sampah 2 N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal

58 M23 TERLIHAT SAMPAH DIBUAT KOMPOS? dl_2 Kecamatan = 1 Pontianak Selatan m21 Terlihat sampah dibuat kompos? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Benua Melayu Laut 0,0% ,0% ,0% Benua Melayu Darat 0,0% ,0% ,0% Parit Tokay a 0,0% ,0% ,0% Kota Baru 1 3,3% 29 96,7% ,0% Akcay a 0,0% ,0% ,0% 1,5% ,5% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Selatan dl_2 Kecamatan = 2 Pontianak Timur m21 Terlihat sampah dibuat kompos? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Count Count Count Parit May or 0,0% 5 100,0% 5 100,0% Banjar Serasan 0,0% ,0% ,0% Saigon 0,0% ,0% ,0% Tanjung Hulu 1 2,9% 33 97,1% ,0% Tanjung Hilir 0,0% ,0% ,0% Dalam Bugis 1 2,6% 37 97,4% ,0% Tambelan Sampit 0,0% ,0% ,0% 2 1,3% ,7% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Timur dl_2 Kecamatan = 3 Pontianak Barat m21 Terlihat sampah dibuat kompos? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Pal Lima Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Barat Count Count Count 2 9,5% 19 90,5% ,0% 1 1,8% 55 98,2% ,0% 2 2,2% 87 97,8% ,0% 0,0% ,0% ,0% 5 2,0% ,0% ,0% dl_2 Kecamatan = 4 Pontianak Utara

59 m21 Terlihat sampah dibuat kompos? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Siantan Hulu 4 5,2% 73 94,8% ,0% Siantan Tengah 0,0% ,0% ,0% Siantan Hilir 6 10,3% 52 89,7% ,0% Batu Lay ang 13 34,2% 25 65,8% ,0% 23 9,6% ,4% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Utara dl_2 Kecamatan = 5 Pontianak Kota m21 Terlihat sampah dibuat kompos? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Count Count Count Sui Bangkong 12 12,2% 86 87,8% ,0% Darat Sekip 0,0% ,0% ,0% Tengah 0,0% ,0% ,0% Mariana 1 5,0% 19 95,0% ,0% Sui Jawi 0,0% ,0% ,0% 13 5,6% ,4% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Kota dl_2 Kecamatan = 6 Pontianak Tenggara a m21 Terlihat sampah dibuat kompos? * dl_3 Kelurahan Crosstabulation Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat Count Count Count 1 4,8% 20 95,2% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Tenggara 1 7,7% 12 92,3% ,0% 1 3,6% 27 96,4% ,0% 1 3,7% 26 96,3% ,0% 4 4,5% 85 95,5% ,0% Tabel Kelurahan 7: Kebersihan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal

60 M20A SAMPAH BERSERAKAN DI DALAM RUMAH M20B SAMPAH BERSERAKAN DI PEKARANGAN RUMAH M20C SAMPAH BERSERAKAN DI DEPAN PEKARANGAN RUMAH dl_2 Kecamatan = 1 Pontianak Selatan m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Benua Melayu Laut Benua Melayu Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Selatan Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 1 4,3% 22 95,7% ,0% 5 7,4% 63 92,6% ,0% 5 15,2% 28 84,8% ,0% 1 3,4% 28 96,6% ,0% 1 2,7% 36 97,3% ,0% 13 6,8% ,2% ,0% a m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation Benua Melayu Laut Benua Melayu Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 2 8,7% 21 91,3% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Selatan 8 11,9% 59 88,1% ,0% 6 17,6% 28 82,4% ,0% 9 30,0% 21 70,0% ,0% 6 16,2% 31 83,8% ,0% 31 16,2% ,8% ,0% m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Benua Melayu Laut Benua Melayu Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Selatan Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 2 8,7% 21 91,3% ,0% 22 32,4% 46 67,6% ,0% 8 23,5% 26 76,5% ,0% 17 56,7% 13 43,3% ,0% 7 19,4% 29 80,6% ,0% 56 29,3% ,7% ,0% dl_2 Kecamatan = 2 Pontianak Timur

61 m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Parit May or Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 0,0% 5 100,0% 5 100,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Timur 3 15,8% 16 84,2% ,0% 1 4,8% 20 95,2% ,0% 0,0% ,0% ,0% 4 16,7% 20 83,3% ,0% 6 15,8% 32 84,2% ,0% 0,0% ,0% ,0% 14 8,9% ,1% ,0% m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Parit May or Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 3 60,0% 2 40,0% 5 100,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Timur 16 84,2% 3 15,8% ,0% 2 9,5% 19 90,5% ,0% 7 20,6% 27 79,4% ,0% 8 34,8% 15 65,2% ,0% 16 42,1% 22 57,9% ,0% 10 62,5% 6 37,5% ,0% 62 39,7% 94 60,3% ,0% m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Parit May or Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 4 80,0% 1 20,0% 5 100,0% 17 89,5% 2 10,5% ,0% 3 13,6% 19 86,4% ,0% 10 29,4% 24 70,6% ,0% 13 54,2% 11 45,8% ,0% 30 76,9% 9 23,1% ,0% 13 81,3% 3 18,8% ,0% 90 56,6% 69 43,4% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Timur dl_2 Kecamatan = 3 Pontianak Barat

62 m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Pal Lima Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 1 5,0% 19 95,0% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Barat 7 12,5% 49 87,5% ,0% 4 4,5% 85 95,5% ,0% 17 20,0% 68 80,0% ,0% 29 11,6% ,4% ,0% m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Pal Lima Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 4 20,0% 16 80,0% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Barat 13 22,8% 44 77,2% ,0% 29 32,2% 61 67,8% ,0% 65 77,4% 19 22,6% ,0% ,2% ,8% ,0% m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Pal Lima Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 4 20,0% 16 80,0% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Barat 14 25,0% 42 75,0% ,0% 22 24,7% 67 75,3% ,0% 72 84,7% 13 15,3% ,0% ,8% ,2% ,0% dl_2 Kecamatan = 4 Pontianak Utara

63 m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Lay ang Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 2 2,6% 75 97,4% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Utara 3 4,5% 64 95,5% ,0% 4 6,9% 54 93,1% ,0% 0,0% ,0% ,0% 9 3,8% ,3% ,0% m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Lay ang Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 21 27,3% 56 72,7% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Utara 20 29,9% 47 70,1% ,0% 33 56,9% 25 43,1% ,0% 4 10,3% 35 89,7% ,0% 78 32,4% ,6% ,0% m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Layang Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 29 37,7% 48 62,3% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Utara 24 35,3% 44 64,7% ,0% 30 51,7% 28 48,3% ,0% 4 10,3% 35 89,7% ,0% 87 36,0% ,0% ,0% dl_2 Kecamatan = 5 Pontianak Kota

64 a m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation Sui Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sui Jawi m18a Sampah berserakan di dalam rumah Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 0,0% ,0% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Kota 0,0% ,0% ,0% 1 5,3% 18 94,7% ,0% 1 5,3% 18 94,7% ,0% 2 2,8% 70 97,2% ,0% 4 1,7% ,3% ,0% a m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation Sui Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sui Jawi m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 0,0% ,0% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Kota 2 8,0% 23 92,0% ,0% 4 22,2% 14 77,8% ,0% 5 25,0% 15 75,0% ,0% 9 12,5% 63 87,5% ,0% 20 8,5% ,5% ,0% a m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation Sui Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sui Jawi m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 0,0% ,0% ,0% a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Kota 2 8,3% 22 91,7% ,0% 9 47,4% 10 52,6% ,0% 9 45,0% 11 55,0% ,0% 14 19,7% 57 80,3% ,0% 34 14,6% ,4% ,0% dl_2 Kecamatan = 6 Pontianak Tenggara

65 a m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Tenggara m18a Sampah berserakan di dalam rumah Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 4 20,0% 16 80,0% ,0% 0,0% ,0% ,0% 1 3,6% 27 96,4% ,0% 1 3,7% 26 96,3% ,0% 6 6,8% 82 93,2% ,0% m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Tenggara Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 8 40,0% 12 60,0% ,0% 0,0% ,0% ,0% 3 10,7% 25 89,3% ,0% 3 11,1% 24 88,9% ,0% 14 15,7% 75 84,3% ,0% m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Kelurahan Crosstabulation a Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat a. dl_2 Kecamatan = Pontianak Tenggara m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah Count Kelurahan Count Kelurahan Count Kelurahan 7 35,0% 13 65,0% ,0% 1 7,7% 12 92,3% ,0% 11 40,7% 16 59,3% ,0% 0,0% ,0% ,0% 19 21,8% 68 78,2% ,0%

66 KONDISI JALAN DI DEPAN RUMAH Bagian ini menyajikan hasil pengamatan kader pada kondisi jalan di depan rumah yang mereka kunjungi. Tiga hal yang diamati atau diukur mencakup 1) lebar jalan, 2) kondisi permukaan jalan, dan 3) genangan air di dekat rumah. Lebar jalan adalah sebuah indikator tidak langsung untuk status ekonomi rumah tangga. Rumah tangga yang terletak di ruas jalan yang lebar, misalnya lebar untuk dimasuki mobil, umumnya memiliki kondisi ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan rumah-rumah yang berada di gang-gang sempit. Seperti umum diketahui, lebar jalan di depan rumah adalah salah satu penentu harga rumah. Selain indikator tidak langsung dari status ekonomi rumah tangga, lebar jalan pun menjadi masukan yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan model teknologi dan proses konstruksi fasilitas sanitasi. Lebar jalan juga merupakan indikator tidak langsung tentang kepadatan penduduk di sebuah wilayah. Terkait dengan risiko kesehatan lingkungan, telah diketahui luas bahwa mereka yang tinggal di perumahan padat, misalnya di gang-gang sempit, akan memiliki risiko kesehatan lingkungan yang lebih besar ketimbang mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang padat. Penyakitpenyakit seperti TBC dan influenza adalah contoh penyakit-penyakit yang mudah menyebar di antara warga yang tinggal di rumah-rumah padat dan berdempetan. Dalam studi EHRA, lebar jalan diukur dengan menggunakan langkah kaki kader di mana satu langkah kaki dikonversikan menjadi setengah (1/2) meter. ng dimaksud dengan kondisi permukaan jalan adalah apakah jalan di depan rumah dilapisi dengan suatu bahan atau tidak. Pelapisan jalan dapat dilakukan dengan pengaspalan, penyemenan, pemasangan paving block dll. ng dimaksud dengan tidak dilapisi adalah jalan yang dibiarkan hanya sekedar tanah saja. Pelapisan yang memadai dapat mencegah munculnya genangan air yang menjadi salah satu sumber penularan berbagai penyakit bersumber binatang, misalnya Leptosperosis yang ditularkan melalui genangan air yang mengandung kencing tikus. Dalam EHRA, kader mengamati apakah jalan dilapisi atau tidak. Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa pengamatan hanya dilakukan di depan rumah yang terpilih saja. Jadi, angka yang didapatkan dalam analisis menunjukkan proporsi rumah yang memiliki jalan yang dilapisi ataupun tidak. Angka itu sama sekali tidak menunjukkan panjang jalan di sebuah kota yang telah dilapisi ataupun tidak. Objek pengamatan ketiga adalah ada atau tidaknya genangan air di jalan di depan rumah terpilih. Dibandingkan dengan kondisi permukaan jalan, indikator ini merupakan faktor risiko yang lebih dekat untuk terjadinya penyakit bersumber binatang. Untuk mengidentifikasi faktor risiko ini, kader diminta untuk berdiri di depan rumah dan melihat kurang lebih sejauh sepuluh meter dari rumah yang tengah dikunjunginya. Untuk lebar jalan, kader EHRA menjumpai bahwa mayoritas rumah di Kota Pontianak berada di depan jalan yang lebarnya 1,5 2 meter. Hasil pengukuran kader menunjukkan bahwa cakupannya adalah sekitar 36% dari total rumah atau lebih dari sepertiga dari rumah tangga di Kota Pontianak. ng kedua terbanyak adalah rumah yang terletak di jalan berlebar antara 2,5-5 meter dengan cakupan sekitar 32%. ng ketiga terbanyak, adalah rumah yang terletak di jalan yang lebarnya antara 1 m atau kurang, dengan cakupan sekitar 23%.

67 Rumah tangga dengan jalan di depan rumah yang lebih lebar proporsinya ternyata lebih kecil. Untuk 5,5-10 m cakupannya hanya sekitar 7% juga. Sementara, 10,5 m atau lebih lebar cakupannya hanya 1% saja. Detail dapat disimak pada diagram di bawah. Diagram 1: Lebar Jalan di Depan Rumah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Recoded, Jawaban tunggal M24 UKUR LEBAR JALAN/ GANG/ LORONG DI DEPAN RUMAH Lebar Jalan (m) 13.26% 0.93% 22.40% 6.72% 7.38% 1.26% 1.02% 1,00 1,50 2,00 2,50 3,50 4,00 6,00 8,00 10,00 12, % 21.01% 18.24% Cases weighted by Bobot 39.25% Kategori Lebar Jalan < = 1 m 1,5-2 m 2,5-5 m 5,5-10 m > = 10,5 m 36.59% 15.36% 1.02% 7.78% Cases weighted by Bobot

68 Tabel Kelurahan 1: : Lebar Jalan di Depan Rumah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Recoded, Jawaban tunggal M24 UKUR LEBAR JALAN/ GANG/ LORONG DI DEPAN RUMAH Jalan_m Lebar Jalan (m) 1,00 1,50 2,00 2,50 3,50 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Frequency Percent Percent Percent 90 7,8 7,8 7, ,2 18,2 26, ,0 21,0 47, ,3 13,3 60,3 11,9,9 61, ,4 22,4 83,6 78 6,7 6,7 90,3 86 7,4 7,4 97,7 15 1,3 1,3 99,0 12 1,0 1,0 100, ,0 100,0 k_jalan_m Kategori Lebar Jalan < = 1 m 1,5-2 m 2,5-5 m 5,5-10 m > = 10,5 m Frequency Percent Percent Percent 90 7,8 7,8 7, ,2 39,2 47, ,6 36,6 83, ,4 15,4 99,0 12 1,0 1,0 100, ,0 100, Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Gender di Area Prioritas Masyarakat yang merupakan salah satu komponen dalam suatu komunitas yang mempunyai posisi penting dalam pembangunan, pengelolaan serta pemeliharaan sanitasi. Namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari pihak pemerintah dan pihak terkait lainnya. Oleh karena itu perlu diatur suatu studi yang menilai tentang partisipasi masyarakat dan peran jender dalam pengelolaan dan pemeliharaan sanitasi, baik dalam skala yang paling kecil dalam hal ini tingkat kota sampai pada skala nasional. Studi ini melibatkan masyarakat sebagai subyek secara langsung dan partisipatif akan sangat berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi yang efektif dan efisien. Untuk mendapatkan sebuah penilaian yang kredibel dan obyektif dibutuhkan data dan informasi yang valid dan kredibel pula. Untuk itu diperlukan serangkaian survey dan observasi langsung yang terencana dan komprehensif terhadap kondisi partisipasi

69 masyarakat dan jender serta permasalahan serta solusinya,dalam upaya penanganan sistem sanitasi dalam skala kota beserta prospek pengembangannya di masa yang akan datang. Masyarakat diharapkan mampu mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi rumah tinggal dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan pemerintah, serta melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program secara mandiri dan tepat. Sementara itu pelaksanaan program sanitasi juga diharapkan dapat secara partisipatif, tanpa harus menunggu perintah dari pemerintah. Untuk memampukan masyarakat agar memiliki kemampuan seperti di atas, penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA merupakan metodologi yang mendorong keterlibatan, dan antusias masyarakat dalam berpartisipasi yang sangat diharapkan dari metodologi partisipatif yang sudah ada sebelumnya Participatory Rural Assessment (PRA) yang dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program, termasuk di dalamnya program air bersih dan sanitasi, di tingkat komunitas. MPA terbukti sangat bermanfaat untuk pembangunan diberbagai sektor, yang mengaitkan keberlanjutan pelayanan program dengan kegiatan peka jender, berpihak pada kaum miskin, pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive Approach = DRA), menyatakan pola asosiasi antara pelayanan yang baik bisa dimanfaatkan dan berkelanjutan, hingga munculnya berbagai institusi dan pengambil kebijakan mendukung pendekatan ini. Studi tentang Partisipasi Masyarakat dan Jender (PMJ) dilakukan dengan tujuan: a. Terkumpulnya informasi sanitasi secara kuantitatif-sistematis dengan menggunakan alatalat partisipatori, untuk menilai kesinambungan dan ketanggapan terhadap kebutuhan; b. Teridentifikasinya pengalaman masyarakat dalam kegiatan/proyek perbaikan sanitasi, baik yang dilakukan secara swadaya atau gotong royong maupun bantuan dari instansi lain. c. Teridentifikasinya kebutuhan dan kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam perbaikan sanitasi d. Teridentifikasinya peran perempuan pada tahap perencanaan pembangunan sarana sanitasi dan beberapa perubahan tugas antara perempuan dan laki-laki. e. Teridentifikasi keberadaan, manfaat, peranan dan hubungan berbagai lembaga yang ada di kelurahan. Sementara itu, hasil yang diharapkan dari studi PMJ adalah: a. Peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah kota baik laki-laki dan perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan. b. Munculnya kebutuhan masyarakat laki-laki dan perempuan disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi. Teridentifikasinya daerah setingkat Kelurahan yang berpotensi untuk pelaksanaan program program sanitasi berbasis masyarakat secara berkelanjutan.

70 Tabel 5-5 Hasil Temuan dan Analisa Data Survei Partisipasi Masyarakat & Jender di Area Beresiko Tinggi No. Topik Temuan dan Analisa 1. A. ALUR SEJARAH MASYARAKAT Tingkat Keberhasilan Pembangunan B. KEMAUAN BERKONTRIBUSI Pengalaman membangunprasarana secara gotong royong dan kemauan berkontribusi Pembangunan berhasil ¾ dan hanya dapat dimanfaatkan oleh½ masyarakat 1. Bantuan untuk pembangunan sarana fisik seperti jamban/wc, sarana saluran air, drainase lingkungan, paving block jalan, pembangunan got kecil/parit rumah dengan sumber dana dari Pemda dan proyek NUSSP. 2. Pada umumnya masyarakat (laki-laki dan perempuan) tidak terlibat pada pelaksanaan pembangunan sarana yang sumber dana dari Pemda. Hal ini disebabkan pelaksana pekerjaan sudah menyediakan tukang sendiri. Masyarakat masih memanfaatkan empang/sungai sebagai tempat untuk b.a.b, walaupun sudah ada bantuan pembangunan sarana jamban/wc umum yang hanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat saja. Pernah dilakukan, masyarakat berkontribusi berupa tenaga kerja, material lokal dan uang tunai 1. Masyarakat laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin sudah terbiasa melakukan gotong royong dalam membangun sarana umum di lingkungan tempat tinggalnya. 2. Masyarakat mempunyai tingkat kemauan untuk berkontribusi yang cukup tinggi material lokal, tenaga kerja, konsumsi (makanan & minuman) dan uang tunai & membayar iuran/urunan untuk pembangunan sarana di lingkungan mereka. 3. Di beberapa lokasi laki-laki kaya dan miskin tidak menunjukkan kemauan untuk berkontribusi dalam semua pilihan jenis kontribusi. Demikian juga dengan perempuan kaya dan miskin juga tidak menunjukkan kemauan untuk berkontribusi dalam bentuk material lokal dan pembayaran iuran/urunan. 4. Sarana yang sudah terbangun tetap dimanfaatkan tetapi kurang dipelihara oleh masyarakat. 5. Hal ini menunjukkan adanya potensi positif bilamana di lokasi ini akan diberikan bantuan pembangunan sarana sanitasi yang bersifat umum ataupun individual Oleh karena itu perlu dibentuk Kelompok Pengguna Sarana di masyarakat agar lebih jelas tugas dan tanggungjawab serta pengelolaan dan pemanfaatan dana yang terkumpul. KPS dapat mengelola semua sarana umum baik air bersih maupun sanitasi yang ada di wilayah tempat tinggal mereka 2. A. SIAPA MELAKUKAN APA 1. Pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal teknis umumnya masih didominasi dan dilakukan oleh laki-laki, sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik/rumah tangga. 2. Sudah ada pembagian tugas dan bertukar peran

71 B. PEMBAGIAN JENIS PEKERJAAN BERDASARKAN JENDER a. Keseimbangan beban kerja antara perempuan, laki-laki, kaya danmiskin selama masa pelaksanaan &pemeliharaan sarana b. Keseimbangan dalam pembayaran upah kerja (dalam bentuk uang dan inkind/lainnya) selama masa pemeliharaan antara lakilaki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiatan di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan. Pembagian tugas tetap ada walaupun fungsi lakilaki lebih dominan dalam perencanaan dan pembangunan fisik sanitasi Keadaan seperti di atas perlu dipertahankan, tetapi masih diperlukan penguatan melalui penyuluhan dan media-media kampanye yang berhubungan dengan kesetaraan jender pada masyarakat dengan topik. Pentingnya bagi peran dan bertukar peran diantara laki-laki dan perempuan baik kaya maupun miskin dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki (kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaanyang tidak membutuhkan ketrampilan 1. Belum ada keseimbangan dalam pembagian beban kerja antara laki-laki (kaya dan miskin) dan perempuan (kaya dan miskin) karena semua pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan hanya dikerjakan oleh laki-laki baik kaya & miskin, sedangkan perempuan kaya & miskin hanya melakukan pekerjaan yang tidak membutuhkan ketrampilan seperti menyiapkan makanan dan minuman. 2. Sudah ada keseimbangan diantara laki-laki kaya dan miskin dalam pembagian beban kerja baik yang perlu ketrampilan maupun yang tidak perlu ketrampilan. Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh lakilaki (kaya &miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela 1. Laki-laki kaya & miskin akan dibayar untuk pekerjaan yang memerlukan ketrampilan/keahlian. Mereka juga tidak dibayar untuk pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian termasuk pekerjaan yang bersifat sukarela atau gotong royong. 2. Perempuan (kaya & miskin) tidak dibayar dan hanya melakukan pekerjaan yang bersifat sukarela dan tidak membutuhkan suatu keahlian. Masih sangat diperlukan pendampingan dan penguatan pada masyarakat melalui penyuluhan dan media-media kampanye yang berhubungan dengan kesetaraan jender pada masyarakat dengan topik Pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dalam pembayaran upah kerja dan beban pekerjaan selama masa pemeliharaan sarana. 3. A. KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN 1. Ciri-ciri yang sangat membedakan diantar masyarakat yang termasuk golongan Kaya/Mampu, Sedang dan Miskin/ Mampu dalam hal kepemilikan asset, kondisi rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap

72 pelayanan publik. B. PEMETAAN SOSIAL MASYARAKAT & MATRIKS SANITASI a. Proporsi dan tingkat kesejahteraanmasyarakat terhadap akses jamban b.proporsi dan tingkat kesejahteraanmasyarakat terhadap akses drainaselingkungan c. Proporsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat terhadap akses pengelolaan/pengumpuan sampah 4. KESIAPAN KELEMBAGAAN SAAT INI (DIAGRAM VENN) Antara ¼ dan ½ masyarakat telah memiliki jamban dan sebagian besar golongan masyarakat kaya/mampu 1. Masyarakat yang belum mempunyai jamban keluarga adalah mayoritas masyarakat miskin sehingga masih buang air besar di tempat-tempat terbuka seperti sungai. Semua rumah tangga tidak mempunyai akses ke saranadrainase lingkungan. 1. Kondisi saluran yang ada sering mampet/tidak mengalir dengan baik karena muka air sungai lebih tinggi dari posisi/letak bangunan saluran/drainase, sehingga air akan membalik dan tidak bisa mengalir dengan baik. 2. Di wilayah ini sering terjadi banjir atau genangan walaupun tidak masuk rumah, sejak ditaludnya bantaran sungai di sebelah timur RT tersebut. (sebelumnya banjir masuk rumah) Kurang dari 1/4 masyarakat dan sebagian besar adalahmasyarakat mampu yang mempunyai akses terhadap pengelolaan/pengumpulan sampah. 1. Beberapa warga yang tinggal di pinggir jalan raya dan umumnya masyarakat mampu yang terlayani oleh pengangkutan sampah dari Dinas Kebersihan Kota. 2. Masyarakat yang tinggal di dalam gang masih menangani sampah dengan membuang di halaman atau pekarangan rumah sendiri dengan membuat lubang atau dibuang ke sungai. (a) Pilihan Sistem Sanitasi Lokal untuk Limbah Cair Tinja,LimbahCair non Tinja, Pengelolaan Sampah & Drainase Lingkungan; (b) Pilihan Teknologi untuk Model dan Desain Sarana Sanitasi (c) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ada lembaga lokal yang penting/bermanfaat untuk sebagianbesar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah Ada beberapa lembaga di tingkat masyarakat yang mempunyai manfaat sangat besar bagi masyarakat dan mempunyai hubungan sangat dekat dengan masyarakat serta ada pengakuan resmi dari pemerintah seperti Kecamatan, Kelurahan, Puskesmas, PKK, Posyandu Sekolah dan RT/RW. Tabel 5-6 Permasalahan Sektor Sanitasi

73 PERMASALAH AN SUB SEKTOR AIR LIMBAH SAMPAH KONDISI ALAM (LINGKUNGAN) Topografi wilayah relative rata ASPEK PEMBIAYAAN KELEMBAGAAN SOSIAL TEKNIS Lahan terbatas, tetapi tidak ada sistem air limbah perpipaan 90% rumah tidak layak huni tidak memiliki jamban/wc Armada angkut terbatas ada saluran khusus untuk limbah pabrik (mencemari lingkungan) ada sarana pengolahan air limbah skala kota ada pemilahan sampah yang dimulai dari tingkat rumah tangga sampai TPA Daerah perbatasan tanpa TPS Perlunya merubah paradigm dari Kurang kesadaran (karena tidak familiar) pentingnya bak pengolahan air limbahdi setiap rumah tangga Masih menggunakan WC cemplung (kebiasaan) Sampah di TPS tidak diangkut setiap hari (membuang diluar jam yang ditentukan) Masyarakat masih buang sampah sembarangan TPS terbatas (tidak ada warga yang lahannya bersedia dijadikan TPS) Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah ada standarisasi tempat penampungan limbah yang berwawasan lingkungan Belum ada data yang akurat terhadap jumlah septic tank yang memenuhi standar teknis dan yang tidak IPLT terbatas Belum ada IPAL ada penyaringan saat limbah dibuang ke parit Sistem pengolahan air limbah yang belum terbangun Belum ada sewerage system skala kota /kecamatan Saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase Belum ada sistem pengolahan percontohan air limbah komunal (perumahan, pasar tradisional, dll) Sistem pengolahan sampah belum ideal

74 PERMASALAH AN SUB SEKTOR KONDISI ALAM (LINGKUNGAN) DRAINASE Tinggi muka air tanah mempengaru hi mata air S. Kapuas Kurang lahan untuk aplikasi drainase Kemiringan lahan relative kecil (landai PHBS ASPEK PEMBIAYAAN KELEMBAGAAN SOSIAL TEKNIS Saluran tanpa pengerasan. sampah sebagai masalah menjadi sampah sebagai berkah Cakupan air bersih masih kurang sehingga masyarakat masih menggunakan air permukaan Jaringan air bersih belum mencakup seluruh pemukiman Terbatasnya akses air bersih untuk masyarakat miskin (kumuh) Promosi PHBS di tingkat masyarakat masih kurang Wilayah yang jauh dari TPS banyak yang mengelola sampah dengan cara dibakar dan ditimbun Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan Saluran menyempit karena timbunan sampah Pemeliharaan belum optimal Drainase kurang berfungsi karena banyak bangunan di atasnya Masih banyak rumah tangga yang belum punya WC Kebiasaan Tingkat kesadaran yang belum merata tentang kesehatan dan kebersihan Tingkat ekonomi yang relative rendah sehingga fasilitas sanitasi terabaikan Lingkungan pemukiman yang belum higienis Masih banyak yang BAB sembarangan Drainase lingkungan perumahan belum tertata (masih alami) Koneksitas drainase primer ke sekunder kemudian ke tersier Drainase perumahan tidak nyambung dengan sistem drainase kot Drainase hanya berupa selokan untuk memindahkan air hujana 5.3. Media dan Peningkatan Kepedulian Sanitasi Studi media merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja sanitasi Kota Pontianak dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak yang merupakan rangkuman kondisi eksisting kota diharapkan dapat menyediakan semua informasi mengenai kota termasuk mengenai media yang terdapat di kota termasuk di dalamnya preferensi media masyarakat.

75 Studi media dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk di sini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajarannya 2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu sanitasi yang akan diangkat oleh pemkot dan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman ( PPSP ) dan peluangpeluang kerjasama dengan media massa 3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya 4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatankegiatan kemasayarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi Adapun hasil dari studi ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu bahan untuk menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi. 2. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. 3. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis di masa yang akan datang. Selain itu manfaat lain dari studi ini adalah terinformasikannya program pembangunan sanitasi kota, Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman ( PPSP ) dan pokja sanitasi kota kepada nara sumber yang diwawancarai (instansi pemerintah dan media massa). Mengingat studi media memerlukan update sebelum kampanye dilakukan, metode yang digunakan adalah metode pemantauan cepat (rapid appraisal methods). Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai media komunikasi. Metode yang dipergunakan meliputi: 1. Wawancara informan kunci (key informant interview). Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur. 2. Pengamatan langsung (direct observation). Melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap media komunikasi. Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai sumber-sumber informasi yang tersedia, kegiatan program pemasaran sosial yang sedang dan telah berlangsung, pemanfaatan media formal dan informal, kerjasama dengan media massa dll. 3. Survey kecil (mini-survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara orang). Nara sumber menggunakan random sampling yaitu sampel acak. Di kota Pontianak, sampel merupakan penduduk di semua kelurahan (29 kelurahan) yang terpilih secara random.

76 Adapun informasi yang ingin diketahui dari survey ini adalah: Isu-isu yang menarik bagi masyarakat miskin Preferensi media massa sehari-hari, frekuensi terpaan dan waktu Kegiatan kemasyarakatan sehubungan dengan sanitasi yang ada di lingkungan Persepsi SKPD Pengumpulan data persepsi dari SKPD dilakukan dengan mewawancarai nara sumber di masing-masing SKPD yang berhubungan dengan sanitasi. Adapun pertanyaan yang diajukanpada narasumber yaitu: 1. Apa saja kegiatan komunikasi untuk masyarakat serta kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan? 2. Isu apa saja yang diangkat? 3. Siapa khalayak sasaran yang dituju? 4. Media apa saja yang digunakan? (media massa, luar ruang, alternatif) 5. Kalau media massa 219ocal yang digunakan, media massa yang mana saja yang diajak kerjasama Dan bagaimana bentuk kerjasamanya? 6. Apa yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang pernah dilakukan ini? Untuk Kota Pontianak, wawancara dilakukan pada narasumber dari 4 SKPD/dinas yaitu, Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Tata Kota dan Bappeda Kota Pontianak. Tabel 5-7 Hasil Wawancara Narasumber Kunci SKPD/dinas Hasil Pemetaan Bappeda Kota Pontianak 1 Pemerintah kota Pontianak memiliki beberapa media

77 Dinas Kesehatan Kota Pontianak SKPD/dinas informasi swasta lokal, antara lain radio Diah Rosanti FM, Dan Volare FM, Pontianak Post, Borneo Tribun, serta Ruai TV. Jangkauan Berita di 29 kelurahan sampai ke tingkat RW dan RT selain itu seluruh SKPD di lingkungan pemerintah kota Pontianak, seluruh SD/MI, SLPT/MTS, SLTA/SMK/MA, dan instansi negeri/swasta juga menjadi sasaran penerima atau pendengar berita tersebut. 3 Tujuan utama adalah untuk membantu walikota ( Pemerintah Kota ) dalam penyampaian informasi pemerintah daerah. Dalam prakteknya, semua SKPD/dinas akan mengkomunikasikan semua hal yang menjadi tanggungjawabnya seperti dinas kesehatan akan menyebarluaskan tentang kesehatan. Infomas akhirnya lebih mengurus isu publik yang tidak memiliki induk seperti misalnya hak intelektual, keterbukaan informasi publik selain juga masih selalu mendukung penyebarluasan informasi pemerintah kota Pontianak. 4 Dalam penyampaian informasi tersebut, media massa lokal, dan SKPD/dinas di kota Pontianak. Sosialisasi dalam bentuk pertemuan menjadi pilihan kegiatan komunikasi selain juga membuat acara-acara bekerjasama dengan media massa lokal. 5 Radio Diah Rosanti memiliki acara untuk isu publik, setiap hari pukul Radio swasta kerap kali melakukan pertemuan dalam bentuk wadah assosiasi radio dan penyiaran, forum bersama radio siaran se kota Pontianak, berujuan untuk sharing dan juga untuk mengadvokasi radio lokal agar membantu penyebaran informasi pemerintah Kota Pontianak. 7 Setiap SKPD/dinas terkadang langsung memproduksi materi komunikasinya bekerjasama dengan pihak swasta tersebut. 8 Infomas juga menggunakan media, leaflet, pamplet, booklet, baliho dan spanduk untuk mengkomunikasikan isu yang sedang menjadi perhatian. Infomas merencanakan untuk menggunakan kesenian rakyat seperti Tarian Daerah, pakaian adat, lagu daerah dll, sebagai sarana penyebaran informasi. 1 Alat yang dipakai adalah leaflet dan hand out yang disebar di penyuluhan dan sosialisasi, poster, spanduk, materi dalam bentuk presentasi, radio spot, dialog interaktif di surat kabar lokal. 2 Kegiatan komunikasinya menggunakan media penyuluhan, sosialisasi, survey dan pemetaan. Bekerjasama dengan PKK dan lembaga kemasyarakatan lainnya. 3 Mempunyai hubungan baik dengan media massa lokal. Wartawan terkadang datang ke kantor untuk menanyakan isu terbaru ataupun mencari tahu lebih dalam tentang isu yang sedang berkembang. Hasil Pemetaan 4 Dinas kesehatan, bagian promosi kesehatan untuk dinas kesehatan, yang masuk menjadi anggota pokja adalah kasi penyehatan lingkungan namun untuk kelengkapan data wawancara dilakukan di bagian penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan.

78 Dinas Tata Kota /Tata Ruang Kota Pontianak Dinas Kebersihan Kota Pontianak 5 Untuk bidang promkes isu yang diangkat adalah PHBS dengan target rumah tangga sehat dan institusi pendidikan. 6 Bidang promosi kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang promosi kesehatan, upaya kesehatan berbasis masyarakat. 7 Seksi penyehatan lingkungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyehatan lingkungan, meliputi : penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan, pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah tangga, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dibidang penyehatan lingkungan. Saat ini bidang penyehatan lingkungan fokus pada makanan. 8 Dinas kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantuan serta pelayanan kepada mastarakat. 1 Menggunakan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sebagai media komunikasi. Alat bantu yang digunakan berupa fotokopi materi. Bekerjasama dengan radio Diah Rosanti dalam acara dialog interaktif. Berdasarkan pengalaman, sosialisasi dengan menggunakan media LCD (ada bahan tayang) lebih menarik masyarakat dibandingkan sosialisasi biasa tanpa alat bantu. 2 Tiap SKPD melakukan sosialisasi namun belum semua skpd memiliki keterampilan berbicara di depan masyarakat sehingga dibutuhkan pelatihan khusus mengenai hal ini. 3 Mempunyai hubungan baik dengan media massa lokal. Wartawan seringkali datang ke kantor untuk menanyakan isu terbaru ataupun mencari tahu tentang isu yang sedang berkembang, dan diundang mengisi acara di media lokal. 1 Menggunakan media sosialisasi dan pelatihan dalam mengkomunikasi isu. 2 Tujuan utama adalah mengurusi masalah pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan hidup. Di dalamnya terdapat pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan, perencanaan kajian kelayakan lingkungan dan penanganan sengketa lingkungan. 3 Hubungan kerjasama dengan swasta sebatas bekerja sama dalam penyelenggaraan. 4 Hubungan dengan wartawan cukup baik karena seringkali wartawan bertukar imformasi. 5 Menggunakan alat berupa leaflet yang dibagikan saat osialisasi dan pelatihan serta tulisan/artikel di pontianak Post. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dari SKPD/dinas dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Setiap SKPD/dinas memiliki anggaran untuk melakukan kegiatan komunikasi (termasuk di dalamnya membuat materi komunikasi yang biasanya berbentuk leaflet, spanduk

79 maupun spot di radio). Untuk produksi materi komukasi, SKPD/dinas membuat sendiri dan juga bisa bekerja sama dengan kantor Infomasi. 2. Semua SKPD/dinas yang menjadi narasumber menggunakan media sosialisasi dan penyuluhan dalam mengkomunikasikan isu tertentu. Alat yang digunakan masih berupa leaflet, paparan presentasi dan copy hand out yang disebarkan saat sosialisasi. Belum maksimal dalam memanfaatkan media massa lokal seperti koran dan radio. 3. Isu yang diangkat oleh SKPD/dinas tergantung dari tupoksi masing-masing. Untuk isu tertentu, beberapa SKPD/dinas bersama-sama dalam pengerjaannya. 4. Tiap SKPD/dinas cukup dekat dengan media massa lokal namun masih berdasar kebutuhan. SKPD/dinas akan menghubungi media jika diperlukan, demikian pula sebaliknya Peran Media Massa Lokal Di Pontianak cukup banyak media lokal baik media cetak maupun media elektronik. Berikut daftar media massa baik elektronik maupun medai cetak di Kota Pontianak. Tabel 5-8 Stasiun TV di Kota Pontianak No Stasiun TV Alamat Telp 1. Ruai TV Jl. 28 Oktober No Siantan Hulu, Pontianak Kalimantan Barat Telp/Fax (0561) / Tabel 5-9 Surat Kabar di Kota Pontianak No Surat Kabar Alamat Telp 1. Pontianak Post Jl. Gajah Mada No. 2-4, Pontianak, Kalimantan Barat (0561) 2. Borneo Tribun Press Jalan Purnama Dalam No (0561) Pontianak Tabel 5-10 Radio FM di Kota Pontianak No Radio Alamat Telp 1. Diah Rosanti Jl. Nurali No. 30 (0561) Pontianak 2. Volere Jl. Sumatera 28 Pontianak (0561) Eka Swara Primadona Jl. Sumatera 28 Pontianak (0561) Untuk di Kota Pontianak teramat jarang madia yang mebahas khusus masalah sanitasi. ng ada di Kota Pontianak hanya Promosi Kegiatan sarana sanitasi seperti sumur pompa, sedot ws, di tampil oleh media AP Post, Borneo Tribune, di iklan baris atau berupa promosi saja, untuk pembahasan secara khusus tentang sanitasi memang belum ada.

80 Keterlibatan Pihak pihak yang menangani sanitasi diatas belum terorganisir dengan baik. Media yang membahas masalah sanitasi ini secara kontinyu memang masih belum ada, apabila pihak-pihak terkait mempromosikannya secara gencar, kemungkinan di tahun-tahun mendatang banyak media di Kota Pontianak ini tertarik dengan maslah sanitasi ini. A. Ruai TV Manajemen RUAI TV mengucapkan terimakasih atas dukungan pemirsa yang telah setia menyaksikan tayangan program acara di RUAI TV. Kami juga mengundang para pelaku bisnis di Pontianak khususnya maupun Kalimantan Barat umumnya untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama, karena kami percaya perusahaan, produk serta layanan yang Bapak/Ibu miliki serta tawarkan akan semakin dikenal oleh konsumen dengan promosi melalui media, terutama televisi. (DIMAS : ) B. Borneo Tribune Press Surat Kabar atau Koran yang exist di Kota Pontianak Antara Lain Borneo Tribune, Surat Kabar mulai terbit Sejak 19 mei 2007, dengan Direktur Utama Bapak W Suwito, SH., MH, dan Pimpinan Redaksi Bapak Tanto kobus, S.Sos dan alamat redaksi Jalan Purnama Dalam No 2 Pontianak Telpon Fax Mengutamakan berita local dan nasional, Rublik berita antara lain, Book Club, Fashion, Food, Keluarga Dan Remaja, Kesehatan, Pandora, Pariwara, Pendidikan,Tajuk, Pundi-Pundi, Eco Borneo, Cytizen Dan Jurnalism, Olah Raga. Kriminal serta Hukum. Koran ini belum memiliki rubrik khusus mengenai sanitasi namun sering mengangkat berita sehubungan dengan sanitasi di Pontianak termasuk didalamnya sampah, banjir yang disebabkan oleh saluran drainase yang tidak berfungsi maksimal dan lain lain. SKPD seperti Dinas Kesehatan dan Kebersihan Kota Pontianak, karena ketiadaan anggaran untuk menampilkan Rublik Tersebut. Sasaran Pembaca antara lain : Jenis Kelamin - Pria - Wanita Pendidikan - Perguruan Tinggi - Akademi - SMU dan SLTP Pengeluaran per bulan - Rp. 500,- Rp ,- Usia - 16 thn 55 Thn Pekerjaan - Mahasiswa/Pelajar - PNS/Karyawan Swasta, Pengusaha, Ibu Rumah Tangga. Jangkauan - 29 kelurahan Kota Pontianak serta 14 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. C. Pontianak Post Surat Kabar atau Koran yang exist di Kota Pontianak Antara Lain Pontianak Post, dengan Redaktur Bapak Indrayanto Adi, dan alamat redaksi Jl. Gajah Mada No. 2-4, Pontianak, Kalimantan Barat Mengutamakan berita local dan nasional, Rublik berita antara lain :

81 1. Tokoh 11. Klinik Mata 2. Feature 12. Kanker dan Tumor 3. Opini 13. Kulit Dan Kelamin 4. Esai 14. Gigi dan Gusi 5. Surat Pembaca 15. Konsultasi Pajak 6. Dari Redaksi 16. Konsultasi Zakat 7. Fhisikologi 17. X-presi 8. HIV/AIDS 18. Canda 9. Rehab Medik 19. Kesehatan. 10. Klinik Pasar Modal D. Radio Diah Rosanti Diah Rosanti FM merupakan radio swasta yang ada di Kota Pontianak. PT. Diah Rosanti dengan penanggung jawab H. Ridwan Said, Bsc, frekwensi 95.9 MHz, beralamat Jalan Nurali No. 30 Pontianak, Jangkauan siaran Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak dan Sekitarnya, program Interaktif 10%, Hiburan 10%, Berita 10% Informasi 20%, Iklan 40%, music Pop Indonesia, Mandarin, Barat, Dangdut, profil pendengar SES B C D. Dengan jam siar yang cukup panjang yaitu : PROGRAM SENIN-SABTU Pengajian Penuntun Iman Penyejuk Hati Interlude Kontak In Box Interlude Pontianak Hari Ini Bursa Kita Jendela Bisnis Lenggang Diaros House Music Laraoke Live Free Time Mandarin Programme Blues Corner Tutup Siaran PROGRAM MINGGU Pengajian Kontak In Box Karaoke Mandarin (Live) Bursa Kita

82 14.00 House Music Karaoke Live Free Time Mandarin Programme Blues Corner Tutup Siaran E. Radio VOLARE VOLARE FM merupakan radio swasta yang ada di Kota Pontianak. PT. VOLARE dengan Program dewi utami, frekwensi MHz, beralamat Jl. Sumatera 28 Pontianak Telp (0561)734161, Jangkauan siaran 100 KM, meliputi kota Pontianak, kab. Pontianak, Kab. Landak dan Kab. Bengkayang, program Interaktif 15%, Hiburan 30% Informasi 40%, Iklan 15%, music Barat 70%, Indonesia Populer 30%, profil pendengar SES A B C+, berjiwa muda, cerdas, kritis, up to date, serta tetap relijius. Dengan jam siar yang cukup panjang yaitu : PROGRAM SENIN-SABTU Manajemen Qalbu (MQFM Bandung) Senin-Jumat : Buletin Pagi (KBR 68H) Senin-Jumat : Radio Netherland Siaran Indonesia Percikan Iman Senin-Jumat : Lepas Landas Sabtu : KOPPI - Kota Pontianak Pekan Ini SIGAP Masyarakat Siap Jaga Keamanan Bersama Polisi Rabu : Radio Jurnal Perempuan (yasan Jurnal Perempuan) Senin-Jumat : Dialog Interaktif (KBR 68H) Sabtu : Asia Calling (KBR 68H) Kepak Karier Jukebox Kabar Baru (KBR 68H) Sore Di Volare Senin : Dunia Kampus Selasa : Tokyo Beat dan Asli Indonesia (program sindikasi) Rabu : Double Dose Kamis : Pilkada OK BIOSKOP (BIcara soal Sinema KOmPlit) Jumat : Kedai Ta lim Annisa Sabtu : Volare Gress! Buletin Sore (KBR 68H) Interlude BBC Siaran Indonesia Rehat Kerja Kabar Baru (KBR 68H)

83 Senin : We Love Life Selasa : BIANGLALA Bincang-Bincang Problema di Volare Kamis : Khazanah Islam Jumat : Let s Trip Sabtu : Volare Rewind Rabu : Volare Rock Kamis : Oase Iman Senin : Man Territory Selasa : In The Mood of Jazz Jumat : YESTERHITS Yesterday s Hits Rabu : Lepas Lelah Kamis : From Our Music Library Sabtu : Rhythm of The Night PROGRAM MINGGU TPA (Talkshow Pagi Ahad) Radio Netherland Siaran Indonesia Sunday Morning Jukebox* Volare Number One Sound Indonesia Sepuluh Setiap Perempuan TRAVO Citra Volare English Teletalk Interlude BBC Siaran Indonesia Rehat Kerja Kabar Baru Klinik FOTIS MINI - Fokus Artis Minggu Ini 5.4 Keterlibatan sektor swasta dalam layanan Sanitasi A. Peran Pengusaha Penampung (Pengepul) Dan/Atau Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas

84 Sebagaimana di kota-kota lain, inisiatif pihak swasta dalam persampahan sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis. Mereka mengumpulkan sampah non organik baik yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel, restoran dan lain-lain) yang memiliki nilai jual. Beberapa pengusaha daur ulang sampah yang berhasil diidentifikasi dan diwawancarai adalah sebagai berikut : a. pengusaha pengepul Bon Hon Jun, alamat Alamat Jalan Apel Gg. Pala Ic No.55 Rt. 001, Rw 020, No KTP Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung : No Jenis Barang Rata-Rata / Hari Harga Beli ( Rp ) Harga Jual ( Rp ) 1. Kertas 75 Kg 600/Kg 650/Kg 2. Botol Kecap 70 Bh 400/Bh 450/Kg 3. Botol Bir 50 Bh 800/Bh 875/Kg 4. Plastik Campur 80 Kg 1.000/Kg 1100/Kg 5. Almunium 100 Kg /Kg /Kg 6. Tembaga 40 Kg /Kg /Kg 7. Seng 200 Kg 800/Kg 850/Kg 8. Besi Padat 260 Kg 2500/Kg 2.600/Kg 9. Accu 20 Kg /Kg /Kg Untuk pembelian dan penjualan barang di Kota Pontianak, mengalami masalah dikarnakan modal usaha dan fluktuasi harga yang tidak stabil. Harga di pagi hari tentunya beberbeda di waktu sore hari, perunahannya sangat cepat. Sket Lokasi Pengumpulan Barang Bekas Lokasi sasaran Jl. Apel Toko Gg. Pala I.C Gg. Pala I.A b. pengusaha pengepul Tan Nam Thuan, Laki-laki, usaha berdiri sejak Tahun 1984 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 orang laki-laki, Alamat Jalan Kom Yos Sudarso Gg. Kuini II Rt. 002, Rw. 017, No KTP , Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung :

85 No Jenis Barang Rata-Rata / Hari Harga Beli ( Rp ) Harga Jual ( Rp ) 1. Kertas 400 Kg 600/Kg 750/Kg 2. Botol Kecap 100 Bh 400/Bh 550/Kg 3. Botol Bir 75 Bh 800/Bh 975/Kg 4. Plastik Campur 120 Kg 1.000/Kg 1200/Kg 5. Almunium 130 Kg /Kg /Kg 6. Tembaga 65 Kg /Kg /Kg 7. Seng 200 Kg 800/Kg 950/Kg 8. Besi Padat 210Kg 2500/Kg 2.700/Kg 9. Accu 25 Kg /Kg /Kg Untuk pembelian dan penjualan barang di Kota Pontianak, mengalami masalah dikarnakan modal usaha dan fluktuasi harga yang tidak stabil. Harga di pagi hari tentunya beberbeda di waktu sore hari, perunahannya sangat cepat. Sket Lokasi Pengumpulan Barang Bekas Permukiman Permukiman Lokasi sasaran Toko Jl.Kom Yos Sudarso Jalan. R.E Martadinata B. Potensi Perusahaan Ceaning Service Kawasan Publik yang ada di Kota Pontianak Perusahaan Ceaning Service Kawasan Publik yang ada di Kota Pontianak antara lain : CV. Bella Usaha, Alamat Jalan A. ni ( Palapa III ) No. 08 Pontianak.

86 C. Partisipasi Lembaga Non Pemerintah (LSM/KSM) Untuk partisipasi lembaga non pemerintah (LSM/KSM) dalam pengelolaan sampah di Kota Pontianak cenderung tidak ada. Rata-rata sampah yang masih dapat digunakan diambil oleh pemulung dan selanjutnya di jual ke pengepul, untuk limbah pasar diambil oleh perorangan untuk pakan ternak, sedangkan limbah jalan dan dari TPS dibuang ke TPA.

87 Pemulung 200 M3 / Hari Penampungan 200 M3 / Sumber Sampah Penampung besar/ Pabrik daur ulang di Pulau Jawa M3 / Konversi Sampah 56 M3 / Hari Konsumen Kompos Angkutan M3 / TPA

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN PASAMAN BARAT 2016 1 LAPORAN EHRA (Environmental Health Risk 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Kota Pontianak berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 sebanyak orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,72 persen per

Jumlah Penduduk Kota Pontianak berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 sebanyak orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,72 persen per Jumlah Penduduk Kota Pontianak berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 sebanyak 550.304 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,72 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Laporan EHRA Kabupaten Pesisir Selatan Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Oktober 2011 Pokja Sanitasi Pesisir Selatan III - 21 DAFTAR ISI 1. PENGANTAR Hal 2 2. CATATAN

Lebih terperinci

adalah pembersihan data (data cleaning). Pembersihan data perlu dilakukan sebelum data di analisis. Pembersihan data yang dimaksud adalah mencakup

adalah pembersihan data (data cleaning). Pembersihan data perlu dilakukan sebelum data di analisis. Pembersihan data yang dimaksud adalah mencakup 1 P 1 PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah suatu model pengakajian komprehensif untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana 5.1. Area Berisiko Sanitasi Pemetaan Kelurahan dan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan

Lebih terperinci

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015 KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KOTA BONTANG BAB I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga Dokumen Hasil Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG SUMATERA BARAT 2013 KATA PENGANTAR Sanitasi sebagai wujud dari pelayanan kesehatan dasar bidang kesehatan seringkali terlupakan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

5.1. Area Beresiko Sanitasi

5.1. Area Beresiko Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO I. PENDAHULUAN... 7 II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2014... 8 2.1.

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Untuk mendapatkan target area survey EHRA, digunakan metode Klustering. Dimana penetapan kluster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015 POKJA SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 2015 Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Beresiko 1.1 Struktur Organisasi Daerah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment) LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN TANAH DATAR 1 DAFTAR ISI 1. PENGANTAR 2 2. CATATAN METODOLOGI. 3 3. KARAKTERISTIK RUMAH / RESPONDEN. 4 4. SUMBER

Lebih terperinci

Skor Bedasarakan Data sekunder

Skor Bedasarakan Data sekunder BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Kecamatan/kelurahan Skor Bedasarakan Persepsi SKPD Skor Bedasarakan Data sekunder Skor Bedasarakan

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2014 LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN - 2014 D I S U S U N Kelompok Kerja

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun

Lebih terperinci

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Sebagaimana tertuang dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2005, bahawa Strategi adalah Langkah langkah yang berisikan program program indikatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Informasi terkait karakteristik responden yang di survey dibagi atas dasar beberapa variabel yaitu : hubungan responden

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 1.1. LATAR BELAKANG BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006

Lebih terperinci

BAB 5 AREA BERESIKO SANITASI INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB 5 AREA BERESIKO SANITASI INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI AREA BERESIKO SANITASI Area beresiko Sanitasi adalah Area atau Wilayah dimana pada area tersebut terjadi penurunan kualitas hidup, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN 5.1. AREA BERESIKO SANITASI Pemetaan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi Desa, berdasarkan resiko sanitasi.

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KELURAHAN KOTA BARU, KELURAHAN AKCAYA, KELURAHAN BANSIR LAUT, KELURAHAN BANSIR DARAT, KELURAHAN BANGKA BELITUNG LAUT DAN KELURAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) Kota Bontang

Lebih terperinci

Lingkungan Permukiman

Lingkungan Permukiman 8 Lingkungan Permukiman Lingkungan permukiman adalah lingkungan buatan, bukan lingkungan alami. Lingkungan permukiman merupakan salah satu komponen pembentuk perkampungan / kota. Secara garis besar, lingkungan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan,

Lebih terperinci

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014 BAB 5 Area Berisiko Sanitasi Bab ini menyajikan hasil kegiatan penetapan area berisiko sanitasi dan hasil analisis posisi pengelolaan sanitasi saat ini dan penyebab risiko utama di masing-masing area berisiko.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Perumusan tujuan, sasaran, dan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho NYA laporan penilaian risiko kesehatan lingkungan (Environmental Health Risk Assesment/EHRA) telah selesai disusun.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).

Lebih terperinci

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Bab - 5 Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya

Lebih terperinci

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN

Lebih terperinci

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH MATERI SOSIALISASI & FGD Rabu, 30 November 2011 PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan bidang sanitasi di Kabupaten Pati telah dilakukan oleh SKPD sesuai dengan tupoksinya dan stakeholder terkait melalui serangkaian program dan kegiatan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU 2012 0 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF... 4 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR DIAGRAM... 7 I. PENDAHULUAN... 8 II. METODOLOGI DAN

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi 2013

Buku Putih Sanitasi 2013 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Pengelolaan sanitasi meliputi antara lain pengelolaan air bersih, sampah, limbah dan drainase lingkungan yang berkaitan langsung dengan kualitas

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Maksud dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013 CATATAN KEGIATAN PERTEMUAN POKJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PPSP TAHUN ANGGARAN 2013 Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan : Kick off Meeting PPSP : Aula Wiratanubaya, Bappeda Kab. Tasikmalaya Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Bab ini merupakan milistone keempat penyusunan Buku Putih Sanitasi yang sangat penting bagi Kabupaten karena akan menetapkan prioritas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah KATA PENGANTAR Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki resiko pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah perkotaan menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010.

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten Kabupaten Klaten 2011 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Summary GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Afriani Badu. 2012. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI KOTA TERNATE BAB 5

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI KOTA TERNATE BAB 5 Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder, data primer hasil studi EHRA dan berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD. Penentuan area berisiko berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL SEKILAS BUKU PUTIH Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target

Lebih terperinci

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH Lampiran III : Tabel Frekuensi Frequency Table Infeksi Valid Positif Negatif Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 49 64.5 64.5 64.5 27 35.5 35.5 100.0 76 100.0 100.0 Valid 1 2 Umur Responden

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang ini dapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan

Lebih terperinci

BAB V AREA BERESIKO SANITASI

BAB V AREA BERESIKO SANITASI BAB V AREA BERESIKO SANITASI Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah, persampahan, dan drainase serta

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci