BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibutuhkan latihan berulang-ulang sehingga semakin terampil dan nyaman dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibutuhkan latihan berulang-ulang sehingga semakin terampil dan nyaman dalam"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Komunikasi Terapeutik 1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan respon spesifik yang mendorong ekspresi perasaan dan ide, serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan. Dibutuhkan latihan berulang-ulang sehingga semakin terampil dan nyaman dalam mengerjakannya karena kepuasan besar akan timbul dari keberhasilan membentuk hubungan terapeutik dan pencapaian hasil klien yang diinginkan (Potter & Perry, 2009). 1.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik Menurut Suryani (2006) komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: (1) Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan kesadaran, dan penghargaan diri; (2) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain dan mandiri; (3) Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis; (4) Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. 1.3 Prinsip Dasar komunikasi Terapeutik Menurut Nurhasanah (2010) prinsip komunikasi terdiri dari beberapa, yaitu: (1)Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan; (2)Keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif, dan

2 kesetaraan; (3)Kualitas hubungan perawat dengan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia (human); (4)Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi pengertian dan mengubah perilaku klien; (5) Perawat harus menghargai keunikan klien karena perawat memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat latar belakang; (6) Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan; (7) Trustharus dicapai terlebih dahulu sebelum identifikasi masalah dan alternative problem solving; (8)Trust adalah kunci dari komunikasi terapeutik. 1.4 Karakteristik Komunikasi Terapeutik Menurut Arwani (2003) karakteristik komunikasi terapeutik adalah (1) Keikhalasan (genuineness) seorang perawat yang menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki klien. Perawat menunjukkan rasa ikhlas dan tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan klien; (2) Empati (emphaty) perawat terhadap perasaan yang dialami klien; (3) Kehangatan (warmth) perawat dimana tercipta hubungan yang saling membantu (helping relationship) dan memberi kesempatan klien untuk menceritakan keadaan dan nilai yang dianutnya secara bebas. 1.5 Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat dapat menyampaikan komunikasi terapeutik terhadap klien dengan mempergunakan teknik komunikasi terapeutik seperti yang di sebutkan Stuart dan Sundeen ( dalam Dalami, Dahlia, Rochimah 2009) adalah :

3 a. Mendengarkan (Listening) Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif. b. Pertanyaan terbuka (Broad Opening) Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya sesuai kehendak klien tanpa membatasi. c. Mengulang (Restarting) Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. d. Klarifikasi Bila perawat ragu, tidak mendengar, tidak jelas atau klien berhenti karena malu mengemukakan informasi atau informasi yang diperoleh tidak lengkap. e. Refleksi Reaksi perawat dan klien selama berlangsungnya komunikasi. Teknik refleksi ini berguna untuk mengetahui dan menerima ide dan perasaan, mengoreksi, dan memberi keterangan lebih jelas. f. Membagi persepsi Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.

4 g. Identifikasi Tema Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting. h. Diam (Silent) Tujuannya memberi kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara ketika diberi pertanyaan. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien. i. Informing Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan. j. Saran Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan. 1.6 Fase-Fase Komunikasi Terapeutik Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Dalami dkk., 2009) fase komunikasi terapeutik dibagi 4 yaitu: (1) Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama; (2) Perkenalan atau orientasi dimulai saat bertemu dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien. Tugas perawat adalah mengeksplorasi

5 pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah serta merumuskan tujuan bersama klien; (3) Fase kerja dimulai ketika perawat mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien.perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri; (4) Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien dimana perawat mengevaluasi pencapaian tujuan dan perasaan klien setelah berinteraksi. 1.7 Teknik Komunikasi Terapeutik yang Kurang Tepat Menurut Nurhasanah (2010) teknik komunikasi terapeutik yang kurang tepat yaitu: (1) Memberi jaminan dengan hasil yang belum pasti untuk maksud menenangkan; (2) Memberikan penilaian terhadap nilai-nilai yang dianut klien; (3) Memberi komentar klise yang terlalu umum; (4) Memberi saran yang tidak tepat kepada klien sehingga ketika saran tidak mampu mengatasi masalah maka klien akan menyalahkan perawat; (5) Mengubah pokok pembicaraan sehingga berorientasi kepada perawat; (6) Defensif sehingga menghambat klien dalam mengungkapkan perasaanya. 1.8 Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan a. Pengkajian yang terdiri dari : menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi, mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi, mengevaluasi kemampuan klien dalam berkomunikasi secara verbal, mengobservasi apa yang terjadi pada klien tersebut saat ini, mengidentifikasi tingkat perkembangan klien, mengkaji

6 tingkat kecemasan klien sehingga dapat mengantisipasi intervensi yang dibutuhkan (Mubarak dkk., 2007 dalam Nurhasanah, 2010). b. Diagnosa yang terdiri dari : analisa tertulis dari penemuan pengkajian, sesi perencanaan tim kesehatan, diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metode implementasi, membuat rujukan. c. Rencana Tujuan yang terdiri dari : rencana asuhan tertulis, membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri, membantu klien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan, meningkatkan harga diri klien, meningkatkan dukungan, perawat dan klien sepakat untuk berkomunikasi secara terbuka, implementasi, memperkenalkan diri kepada klien, memulai interaksi dengan klien, membantu klien menggambarkan pengalaman pribadinya, mengajurkan klien mengungkapkan perasaan kebutuhannya, menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri klien. d. Implementasi yang terdiri dari : memperkenalkan diri kepada klien, memulai interaksi dengan klien, membantu klien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya, menganjurkan kepada klien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya, menggunakan komunikasi untk dapat mengungkapkan kebutuhannya. e. Evaluasi yang terdiri dari : mengembangkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya dan komunikasi lebih terbuka, jelas, berfokus pada masalah (Purwanto dkk., 1994 dalam Nurhasanah, 2010).

7 2. Konsep Persalinan Seksio Sesarea 2.1 Pengertian Seksio Sesarea Persalinan adalah proses ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir. Ketika ibu tidak mampu melahirkan tanpa bantuan medis atau bedah maka metode alternatif yang digunakan adalah persalinan dengan seksio sesarea.seksio sesarea adalah prosedur operatif yang dilakukan dibawah anastesi sehingga janin, plasenta, dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus (Myles, 2009).Sedangkan menurut Cuningham dkk.(2009) seksio sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan dinding uterus. 2.2 Indikasi Seksio Sesarea Menurut Oxorn (2003) indikasi seksio sesarea pada ibu yaitu : (1) Distosia (panggul sempit) terjadi ketika ketidakseimbangan dimana panggul memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding ukuran bayi; (2) Pembedahan sebelumnya pada uterus dimana terdapat kebiasaan ketika prosedur sesarea dikerjakan maka pada persalinan selanjutnya harus diakhiri dengan cara yang sama; (3) Perdarahan hebat dengan indikasi plasenta previamaka diperlukan tindakan seksio sesarea untuk menyelamatkan bayi dan ibu; (4) Toxemia gravidarum dapat menyebabkan pengakhiran kehamilan sebelum waktunya. Jika serviks belum matang dan induksi sukar terlaksana maka dikerjakan dengan seksio sesarea; (5) Indikasi fetal terjadi ketika gawat janin yang ditunjukkan denyut jantung yang tidak stabil dan bradikardia berat; (6) selain itu, terdapat indikasi sosial ketika peningkatan permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan melakukan persalinan normal.

8 2.3 Kontra Indikasi Seksio Sesarea Seksio sesarea dilakukan untuk kepentingan atau keselamatan ibu dan janin. Oleh sebab itu, seksio sesarea tidak boleh dilakukan dalam keadaan berikut ini: (1) Janin sudah mati dalam kandungan atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil; (2) Terjadi infeksi yang luas pada jalan lahir dan fasilitas untuk caesarea extraperitoneal tidak tersedia: (3) Dokter bedah tidak berpengalaman atau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai (Oxorn, 2003). 2.4 Mortalitas dan Morbiditas Sesudah Seksio Sesarea Resiko kematian ibu yang menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar daripada kelahiran pervaginam, peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak 10 x lipat. Dengan begitu penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu. Sebab-sebab kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, anastesi, emboli paruparu, toxemia gravidarum.morbiditas terjadi dalam 2 hari dari 10 hari pertama postpartum, diluar 24 jam pertama. Morbiditas lebih sering terjadi setelah seksio sesarea daripada setelah kelahiran normal, insidensinya antara 15%-20% (Oxorn, 2003). 2.5 Evidence Based Prosedur Seksio Sesarea Rekomendasi teknik yang tepat dan telah terbukti memiliki komplikasi paling kecil sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas operasi seksio sesarea. Terdapat beberapa teknik yang disarankan berdasarkan penelitian, yaitu: (1) Pembersihan kulit pada persalinan seksio sesarea. Berdasarkan penelitian terhadap 100 wanita secara acak pemberian parachlorometaxylenol selam 5 menit

9 dan povidon iodin 7,5% dan larutan povidon iodin 10% tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap luka pasca operasi. Oleh karena itu, penggunaan larutan iodin saja dianggap mencukupi pada pembersihan kulit; (2) Insisi kulit untuk persalinan seksio sesarea. Berdasarkan penelitian yang diikuti 411 wanita dalam 2 penelitian acak menunjukkan bahwa insisi transversal lebih direkomendasikan dibanding insisi secara vertikal karena nyeri paska yang lebih ringan dan efek kosmetik yang lebih baik (Rasjidi, 2009). 2.6 Kebutuhan Ibu Selama Persalinan Sama seperti kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, Ibu selama proses persalinan juga memiliki kebutuhan khusus yang harus diperhatikan oleh seorang perawat, yaitu: (1) Kebutuhan fisiologis terdiri dari oksigen, makan dan minum, istrahat selama tidak ada his, kebersihan badan, BAB dan BAK, pertolongan persalinan yang standar, penjahitan perineum bila perlu; (2) Kebutuhan rasa aman terdiri dari memilih tempat dan penolong persalinan, informasi tentang proses persalinan, posisi tidur yang dikehendaki ibu, pendampingan oleh keluarga, pantauan selama persalinan, dan intervensi yang diperlukan; (3) Kebutuhan dicintai dan mencintai terdiri dari pendampingan, kontak fisik (sentuhan ringan), massase untuk mengurangi rasa sakit, berbicara dengan suara lemah lembut serta sopan; (4) Kebutuhan harga diri terdiri dari merawat dan menyusui bayinya sendiri, privasi ibu, pelayanan bersifat empati dan simpati, informasi untuk setiap tindakan, pujian untuk hal positif (5) Kebutuhan aktualisasi diri terdiri dari memilih tempat persalinan, pendampingan, bounding

10 and attachment, ucapan selamat atas kelahiran anaknya (Sumarah, 2008 dalam Diah, 2012). 3. Konsep Kecemasan 3.1 Pengertian Kecemasan Cemas merupakan perasaan takut atau gelisah yang tidak nyaman dan sumber perasaan ini bisa diketahui maupun tidak dan timbul dengan intensitas yang berbeda (Sheldon, 2009). Kecemasan berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.respon psikologi karena pembedahan berkisar dari cemas ringan, sedang, berat, panik, tergantung dari masing-masing individu (Efendy, 2005 dalam Zuchra, 2012). 3.2 Karakteristik Kecemasan Sindrom kecemasan sangat bervariasi tergantung dengan tingkat kecemasan yang dialami seseorang dimana manifestasi gejalanya terdiri atas kategori : (1) Gejala fisiologis adalah peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, nafas, diaphoresis, gemetaran, mual, kadang sampai muntah. Sering BAK atau BAB, kadang sampai diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan, kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering, nyeri khususnya didada, pinggang, leher, pingsan, pusing, dan rasa panas dingin; (2) Gejala emosional adalah individu mengatakan merasa ketakutan dan ketidakberdayaan, gugup, kehilangan proyeksi diri, tegang, tidak dapat rileks. Individu juga memperhatikan peka terhadap rangsangan, tidak sabar, mudah marah dan menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri dan orang lain, menarik diri, kurang inisiatif,

11 dan mengutuk diri sendiri; (3) Gejala kognitif adalah tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lalu dari saat ini dan yang akan datang, memblok pikiran dan ketidakmampuan untuk mengingat, dan perhatian yang berlebihan (Capernito, 1998 dalam Kusumawati, 2010). 3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, yaitu: (1) Tingkat pengetahuan adalah hasil tahu manusia, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan kecemasan adalah respon manusia yang dapat dipelajari, sebagai ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Pengalaman terhadap sesuatu yang pernah dialami seseorang juga akan mengubah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal dan sering dibawa dalam situasi yang pernah terjadi pada dirinya; (2) Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang mudah mengalami stress. Stress dan kecemasan yang terjadi pada pendidikan yang rendah disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh orang tersebut; (3) Umur yang lebih muda akan mudah mengalami stress dan kecemasan yang lebih tinggi dari pada yang berusia tua (Notoadmojo, 2003 dalam Dachi, 2013). 3.4 Tingkat Kecemasan Menurut Stuart dan Sundeen (1998) ada 4 tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu:

12 a. Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari, individu akan berhati-hati dan waspada serta lahan persepsi meluas, belajar menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas, respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan. b. Kecemasan Sedang Pada tingkat ini lahan persepsi pada masalah menurun, individu lebih terfokus pada hal-hal penting pada saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respon cemas sedang seperti sering menarik nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur. c. Kecemasan Berat Lapangan persepsi individu sangat sempit, seseorang cenderung hanya memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal yang penting, tidak mampu memikirkan hal yang berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan/tuntunan.responnya meliputi napas pendek, nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi, dan perasaan ancaman meningkat.

13 d. Panik Lahan persepsi individu terganggu, sehingga tidak dapat mengendalikan diri dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun tidak diberi pengarahan. Respon panik seperti nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau. Respon adaptif Respon maladaptif Ringan Sedang Berat Panik Skema 2.1 Rentang cemas 3.5 Respon Perilaku Cemas Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis secara tidak langsung melalui pengembangan mekanisme koping, sebagai pertahanan melawan kecemasan (Suliswati, 2009). Respon kecemasan yaitu: (1) Respon fisiologis adalah dengan mengaktifkan sistem syaraf otonom. Sistem syaraf simpatis akan mengaktivasi proses-proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh; (2) Respon psikologis dapat mempengaruhi aspek interpersonal dan personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks. Cemas dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain; (3) Respon

14 kognitifdapat mempengaruhi berpikir baik, proses berfikir maupun isi fikir. Diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi, dan bingung; (4) Respon afektif akan menyebabkan klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan. 3.6 Pengukuran Tingkat Kecemasan Berdasarkan skala pengukuran tingkat kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale(HARS) terdapat 14 kelompok gejala tingkat kecemasan dengan masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut: Penilaian : Nilai 0 : Tidak ada (tidak ada gejala) Nilai 1 : Ringan (satu dari gejala yang ada) Nilai 2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada) Nilai 3 : Berat (lebih dari separuh gejala yang ada) Nilai 4 :Panik (semua gejala ada) Score : <14 : Tidak ada kecemasan : Kecemasan ringan : Kecemasan sedang : Kecemasan berat : Panik Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur Hamiltong Anxiety Rating Scale (HARS) adalah sebagai berikut: (1) Perasaan cemas terdiri dari firasat buruk, rasa

15 takut, lekas marah, cemas; (2) Ketegangan terdiri darimerasa tegang, lelah, mudah terkejut, mudah menangis, gelisah, tidak bisa rileks; (3) Ketakutan terdiri dari takut gelap, pada orang asing, keramaian, di tinggal sendiri, pada binatang, pada keramaian lalu lintas; (4) Gangguan tidur terdiri dari sulit tidur, tidur tidak pulas, tidur tidak puas dan merasa pegal-pegal pada waktu bangun, mimpi buruk dimalam hari; (5) Gangguan kecerdasan terdiri dari konsentrasi dan daya ingat lemah; (6) Perasaan depresi terdiri dari kehilangan minat, tertekan, bangun lebih awal, terasa melayang-layang, berkurangnya kesenangan pada hobi; (7) Gejala somatik terdiri dari nyeri dan sakit, kejang, kaku, sentakan tiba-tiba pada otot, gigi gemelutuk, suara gemetar, otot berbunyi; (8) Gejala sensorik terdiri dari telinga berdenging, penglihatan kabur, rasa panas dingin, perasaan ditusuk; (9) Gejala kardiovaskular terdiri dari jantung berdetak, nyeri dada, berdebar-debar, lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang; (10) Gejala pernapasan terdiri dari rasa tertekan didada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang, sesak; (11) Gejala gastrointestinal terdiri dari sulit menelan, mual, muntah, berat badan menurun, gangguan pencernaan, nyeri lambung, perut melilit, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, konstipasi; (12) Gejala urogenitalia terdiri dari sering kencing, menstruasi tidak teratur, tidak haid, ejakulasi dini, kehilangan libido, impotensi; (13) Gejala autonom terdiri dari mulut kering, muka pucat, muka merah, keringatan, pusing, tegang, kepala terasa berat, kepala terasa sakit; (14) Tingkah laku ( sikap ) pada wawancara terdiri dari gelisah, tidak tenang, napas pendek dan cepat, muka merah, jari gemetar, kerut kening, muka tegang, otot tegang.

16 3.7 Kecemasan Pada Ibu Bersalin Menurut Bobak (2000), kecemasan pada bersalin yaitu mengenai keadaan jalan lahir dan bayi yang akan dilahirkan. Dalam hal ini, dukungan sosial sangat diperlukan dalam upaya memberikan rasa aman dan ketenangan pada pasangan suami istri khususnya primigravida. Dukungan ini bisa berupa motivasi dari orang terdekat atau keluarga yang memiliki pengetahuan atau pengalaman dalam persalinan. Ibu bersalin mengekspresikan kecemasan selama kehamilannya sampai proses persalinan yang akan dihadapinya dan itu menyebabkan stressor. Respon individu menghadapi stressor berupa rasa cemas dan saat-saat cemas sebenarnya ditentukan oleh koping yaitu upaya berorientasi dan intra fisik untuk mengelola lingkungan dan kebutuhan internal maupun konflik mengenai hal tersebut. Ibu bersalin bisa menghadapi konflik internal antara ketakutan terhadap persalinan, ingin mengetahui dan segera memeluk bayi yang baru saja dilahirkan. Pengetahuan ibu tentang persalinan merupakan faktor predisposisi yang kuat terhadap stabilitas kondisi psikologis. Seorang ibu tidak mengerti masalah persalinan tentunya akan merasa cemas, tetapi seorang ibu yang mengerti tentang persalinan akan lebih tenang dalam menjalani masa-masa kelahiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Terapeutik 1. Pengertian Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto (2009), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) 61 Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 =

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : Lampiran I PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim : 462010066 Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan a. HARS Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN : 11 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN : 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety ( HRS-A) Silahkan Anda memberikan tanda di kolom isii

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya yang benama Eva Sartika Simbolon sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada, Yth, Calon Responden di Tempat. Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Nurul Maulidah NIM : 20120320079 Adalah

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Assalammu laikum Wr Wb Saya, Sitti Nursanti dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN - LAMPIRAN SURAT DARI KAMPUS.. Lampiran 2 UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS I. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS 1. DEFINISI Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Judul : Tingkat kecemasan keluarga pada pasien operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti : Dedi Nim : 101121098 Alamat : Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Lampiran 4 LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Dengan Gangguan Pola Tidur Di Ruang Kenanga RS. PELNI Jakarta Tahun 2010 Peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skripsi 1. Pengertian Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa setingkat strata satu (S1) dalam rangka persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II 6 KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Gibson (1996) Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2010) diketahui komplikasi kehamilan secara nasional dialami oleh 6,5% ibu hamil. Ibu melahirkan dengan cesaria adalah 15,3%.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Informed Consent Informed Consent atau persetujuan tindakan adalah persetujuan seseorang untuk memperbolehkan sesuatu yang terjadi (mis. operasi, transfusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Kecemasan Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Peneliti

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst kemudian menjadi anxiety berarti kecemasan yaitu suatu kata yang digunakan oleh Frued untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung.

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung. Lampiran 1 Informed Consent Saya yang bernama Hanum Maftukha Ahda adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saat ini, saya sedang melakukan

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Menurut Stuart (2006) definisi kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Peran Keluarga 1.1 Pengertian Keluarga Friedman (1992) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN KUESIONER LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN Kepada: Yth. Bapak/Ibu/Saudara responden Dengan hormat, yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Setiyoningsih NIM : A11000647 Alamat : Ambalkumolo, 01/03, Buluspesantren,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007). A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab ini akan dipaparkan metode atau cara untuk mendapatkan data penelitian. Metode penelitian terdiri dari tipe penelitian, variabel penelitian, definisi operasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi cemas Cemas atau ansietas antara lain adalah reaksi emosional yang ditimbulkan oleh penyebab yang tidak pasti atau spesifik yang dapat menimbulkan perasaan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang kadang kita

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak untuk dilakukan. Data yang terkumpul dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan ketuban) dari dalam rahim lewat jalan lahir atau dengan jalan lain (Reeder, 2012).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ansietas 1. Pengertian Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati,

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke SUMMARY ABSTRAK Prily Apriliany S. Husain, 84140901. Gambaran Tingkat dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Ada beberapa pengertian tentang kecemasan, diantaranya disampaikan oleh Kaplan dan Saddok (1997) kecemasan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pasien Kritis a) Definisi pasien kritis Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical Nursing) didefinisikan sebagai pasien yang berisiko tinggi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Stres 2.1.1 Pengertian Menurut Hawari (2001), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang perempuan dan menjadi ancaman berbahaya bagi para perempuan di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kecemasan 1.1 Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakhir sampai permulaan persalinan (Saifuddin, 2006). Wibisono (2009),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakhir sampai permulaan persalinan (Saifuddin, 2006). Wibisono (2009), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan 2.1.1 Pengertian Kehamilan dan primigravida Kehamilan adalah suatu keadaan dimana seorang wanita berhenti menstruasi karena terjadi konsepsi atau pertemuan sel telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksio sesarea merupakan tindakan melahirkan janin yang sudah mampu hidup beserta plasenta dan selaput ketuban secara transabdominal melalui insisi uterus. Seksio sesarea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar pada Ibu Bersalin 1. Dukungan fisik dan psikologis 2. Kebutuhan makanan dan cairan 3. Kebutuhan eliminasi 4. Posisioning dan aktifitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : (Laki-laki/

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menopause 1. Pengertian Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata men yang berarti bulan dan kata peuseis yang berarti penghentian sementara. Sebenarnya, secara linguistik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Definisi Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. Kehamilan

Lebih terperinci

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang terjadi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan pembelajaran Menyebutkan kembali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan rumah sakit. Kepuasan

Lebih terperinci

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Persepsi 1.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan mengintepretasikan kesan- kesan sensori mereka guna memberikan arti bagi lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh (begah) atau cepat kenyang, sendawa, rasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hospitalisasi 1. Pengertian Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

GAMBARAN KECEMASAN IBU PRA SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG VK RSUD HASANUDDIN DAMRAH MANNA BENGKULU SELATAN

GAMBARAN KECEMASAN IBU PRA SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG VK RSUD HASANUDDIN DAMRAH MANNA BENGKULU SELATAN GAMBARAN KECEMASAN IBU PRA SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG VK RSUD HASANUDDIN DAMRAH MANNA BENGKULU SELATAN Dolis Yesti Fennyria Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Sectio caesarea merupakan salah satu cara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lanjut Usia Menurut Santrock (2006) masa lanjut usia (lansia) merupakan periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam

Lebih terperinci