BAB III PRAKTEK PEMBIAYAAN TRANSFUSI DARAH DI UNIT TRANSFUSI DARAH CABANG KOTA SEMARANG. A. Profil Unit Tranfusi Darah Cabang Kota Semarang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PRAKTEK PEMBIAYAAN TRANSFUSI DARAH DI UNIT TRANSFUSI DARAH CABANG KOTA SEMARANG. A. Profil Unit Tranfusi Darah Cabang Kota Semarang"

Transkripsi

1 BAB III PRAKTEK PEMBIAYAAN TRANSFUSI DARAH DI UNIT TRANSFUSI DARAH CABANG KOTA SEMARANG A. Profil Unit Tranfusi Darah Cabang Kota Semarang 1. Sejarah Berdirinya Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang Upaya kesehatan di bidang transfusi darah sudah berjalan sejak zaman pemerintahan Belanda. Dahulu bernama Bloed Transfoesi Dienst, sebagai bagian kegiatan NERKAI (Nederlands Rode Kruis Afdeling Indonesia). Sejak tahun 1945, NERKAI diambil alih fungsi oleh pemerintah Republik Indonesia yang kemudian dikenal dengan kegiatan Palang Merah Indonesia (PMI). Pada masa awal pengalihan itu, pemerintah Republik Indonesia ataupun Palang Merah Indonesia belum memperhatikan pentingnya kehidupan Bloed Transfoesi Dienst (yang kemudian hari dikenal dengan nama Dinas Dermawan Darah/Dinas Transfusi Darah) sehingga kegiatannya hanya bersifat sporadis, akibatnya pada masa itu kebutuhan darah bagi masyarakat lebih banyak dipenuhi oleh Donor Pengganti (baik dari keluarga atau yang dibayar). Donor pengganti yang diambil dari keluarga disebut donor keluarga dan yang dibayar dinamakan donor bayaran. Sementara ada pula donor yang dengan sukarela dan tanpa mengharapkan apapun disebut donor sukarela. 1 1 Selayang Pandang Unit Transfusi Darah PMI Cabang Kota Semarang, hlm. 1 25

2 Pada tahun masih dikenal dengan istilah usaha Palang Merah Indonesia di bidang transfusi darah dan berjalan seadanya. Karena, walaupun kebutuhan darah begitu tinggi namun masyarakat tidak paham. Padahal semakin lama dirasakan, bukan hanya di kota besar, di kota kabupaten pun membutuhkan darah yang jumlahnya tidak sedikit. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan darah maka peningkatan sarana-sarana juga harus dimiliki Palang Merah Indonesia, diantaranya: - Tenaga pelaksanaan yang terampil - Perlengkapan-perlengkapan standar. Untuk memenuhi tenaga yang profesional diadakan pendidikan yang melatih keterampilan di bidang transfusi darah, pelatihan ini dimulai pada tahun 1969 dengan masa pendidikan 6 (enam) bulan. Agar kegiatan usaha kesehatan di bidang tranfusi darah mempunyai legalitas, pemerintah Republik Indonesia memandang perlu mengeluarkan peraturan, yang mengatur kinerja Palang Merah Indonesia secara hukum di bidang kesehatan yang diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 024/BIRHUP/1972. Setelah pemerintah mengeluarkan legalitas, di kemudian hari diketahui ternyata terdapat perbedaan yang mendasar antara DTD (Dinas Transfusi Darah) dan DDD (Dinas Dermawan Darah). Sejak tahun 1950 usaha kesehatan Palang Merah Indonesia dikenal dengan DDD atau Dinas Demawan Darah yang kemudian menjadi Dinas Donor Darah yang mudah diingat, 26

3 tugasnya hanya mencari donor darah bila dibutuhkan, sedangkan yang memeriksa dan mengolah darah hingga siap diberikan penderita dilakukan oleh Rumah Sakit. Sedangkan mengapa kemudian dinamakan DTD atau Dinas Transfusi Darah adalah karena selain sudah mampu mengerahkan atau mencari donor darah juga sudah mampu menyimpan darah dan mempunyai peralatan yang standart untuk mengolah darah hingga siap diberikan kepada penderita. Agar perlengkapan Dinas Transfusi Darah diupayakan standar dan dapat berlaku umum diseluruh Indonesia serta menghindari hal-hal buruk yang memungkinkan oknum menyalahgunakan Dinas Transfusi Darah dari tujuan semula, membantu penderita dengan sukarela, maka pemerintah mengeluarkan peraturan yakni Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1980, menggantikan BIRHUP, yang mengatur mekanisme kinerja transfusi darah, aturan main, dan ragamnya dibidang transfusi darah. Mengingat beratnya amanat pemerintah terhadap Palang Merah Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan, selanjutnya guna memperjelas aturan main upaya kesehatan transfusi darah tersebut diturunkan Surat Keputusan yang merupakan penjelasan dari PP No. 18 / 1980 dalam bentuk Peraturan Menteri Kesehatan No. 478 / MENKES / Peraturan / X / 1990 sekaligus petunjuk pelaksanaannya yang dituangkan dalam SK Dirjen Pelayanan Medik No / YANKES /

4 Sejak saat itu, Dinas Transfusi Darah sudah dapat melakukan pengembangan dalam teknis pelaksanaan tugasnya, agar lebih profesional, sekaligus memberikan jaminan kepada penderita / pengguna darah agar merasa aman saat ditransfusi. Salah satu jaminannya adalah SK MENKES No. 622 / MENKES / 1992 tentang kewajiban memeriksa HIV pada semua darah sebelum diberikan kepada penderita. 2 Meskipun masyarakat kota Semarang pada waktu itu belum mengenal kegiatan Kepalang Merahan, namun kegiatan transfusi darah telah berjalan. Dengan peralatan yang sederhana sudah mampu memberikan petunjuk bagi masyarakat, bahwa harus kemana bila membutuhkan darah. Hal tersebut dapat diyakini dengan diturunkannya SK dari Markas Besar PMI No. 744/S.K.P./P.B. Tentang Pengesahan Usaha Kesehatan PMI Semarang menjadi Dinas Transfusi Darah Semarang yang dikirimkan ke Semarang pada tanggal 24 September Surat Pengesahan tersebut intinya menyatakan bahwa sejak tahun 1945 di Semarang telah berjalan aktivitas kegiatan transfusi darah yang masih berstatus DDD namun sejak tahun 1951 sudah berstatus DTD, sekalipun baru memiliki seorang dokter, seorang tenaga perawat serta peralatan untuk donor darah dan pengolahan darah masih sederhana, yang penting mampu melayani masyarakat yang membutuhkan darah. 2 Ibid, hlm.4 28

5 Dinas Transfusi Darah Semarang merupakan unit kerja di lingkungan PMI Semarang yang kemudian bernama Dinas Transfusi Darah Palang Merah Indonesia Semarang yang beralamat di Jalan Mgr. Soegiyopranoto Sj No. 31 Semarang, sebelum pindah ke gedung Nomor 35 sekarang ini sebagai hasil sumbangan masyarakat. Tahun 1986 nama DTD berubah menjadi PUTD (Pelayanan Usaha Transfusi Darah). Salah satu alasannya adalah agar lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan darah. Namun pada tanggal 15 pebruari 1988, pengurus PMI Pusat di Jakarta menurunkan Surat Edaran Intern berisi surat keputusan No. 1659/S. KP/PP tentang Konsolidasi Penyelenggaraan Tranfusi Darah yang menegaskan bahwa unit usaha trasfusi darah di tingkat cabang diganti dengan nama Unit Transfusi Darah (UTD). Penggantian nama ini lebih beralasan pada penekanan bahwa unit ini merupakan salah satu unit usaha PMI yang menangani masalah tranfusi darah. 3 Berpegang pada dasar hukum yang ada, Unit Transfusi Darah Semarang terus berupaya mengembangkan diri, baik dalam upaya meningkatkan jumlah pendonor darah setia juga terus berupaya menekan donor darah keluarga dan donor darah bayaran sehingga lebih banyak donor sukarela guna memenuhi kebutuhan darah sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu Unit Transfusi Darah Semarang juga terus meningkatkan sumber daya manusianya agar dalam menyediakan darah 3 Wawancara dengan Pengurus Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang, Sie Bina Donor, Dra. Ani Siswati, Tanggal 9 April

6 dapat dipertanggung jawabkan kualitas darah hasil olahannya. Termasuk melaksanakan semua aturan teknis pemeriksaan dan pengolahan darah sebelum darah diserahkan kepada penderita, antara lain dengan melakukan skrining pada semua darah donor. a. Tahun 1985 Unit Transfusi Darah Semarang sudah memeriksa Hbs Ag (Hepatitis B). b. Tahun 1990 juga sudah mulai diperiksa sipilis c. Tahun 1992 sudah mengikuti anjuran SK Menkes No. 622/1991 tentang kewajiban pemeriksaan HIV pada semua darah donor. d. Tahun 1996 Pemeriksaan Hepatitis C (HCV) Hingga saat ini semua pemeriksaan tersebut masih tetap dan terus dilaksanakan Unit Transfusi Darah Paalang Merah Indonesia kota Semarang. Dengan terus berkembangnya ilmu kedokteran khususnya dibidang hematology dan transfusi darah, memacu Unit Transfusi Darah Semarang untuk terus mengimbanginya. Upaya tersebut diantaranya adalah memberikan darah selain darah penuh juga darah olahan atau darah komponen (darah yang sudah diolah menjadi beberapa bagian / komponen). Berbekal alat pengolah darah yang bernama Referigenerated Centrifuge 3B sumbangan dari Rotary Club Adelcide di Australia, Unit Transfusi Darah Semarang sudah mampu memberi darah komponen kepada penderita yang membutuhkan darah. Pada waktu itu, kebutuhaan 30

7 darah komponen yang dapat dilayani berupa FFP (Fresh Frozen Plasma), PC (Packed Red Cell), WE (Washed Erythrocyte), TC (Thrombocyte) dan BCC (Buffy Coat). Jika pada waktu itu kebutuhan darah komponen baru berkisar 5%-10% dari seluruh permintaan, maka pada akhir tahun 2001 kebutuhan darah komponen sudah mencapai 70%. 4 Di masa awal pelayanannya, Unit Transfusi Darah Cabang kota Semarang hanya memberikan pada jam kerja siang hari, namun ternyata kebutuhan darah tidak dapat ditawar jam layanannya, maka tidak bisa tidak, Unit Transfusi Darah Cabang kota Semarang harus siaga 24 jam untuk melayani jika sewaktu-waktu ada permintaan. Pada tahun 1969 dengan penyadap darah dan laboratorium untuk pencocokan darah sederhana dan tenaga seorang dokter, seorang perawat sebagai penyadap darah, dan seorang tenaga laboratorium, Unit Transfusi Darah Cabang kota Semarang mendapat rekomendasi dari lembaga Transfusi Darah PMI Pusat untuk dapat melayani masyarakat selama 24 jam sehari. Hingga kini, Unit Transfusi Darah Cabang kota Semarang terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, baik dibidang penyadapan / pengambilan darah, bidang laboratorim maupun tenaga pendukung yang lainnya dibidang administrasi. Pelatihan-pelatihan yang diikuti mulai dari tingkat Jawa Tengah hingga Pusat bahkan ke luar 4 Selayang Pandang, op.cit, hlm. 7 31

8 negeri sepanjang itu untuk meningkatkan kemajuan bagi Unit Transfusi Darah Cabang kota Semarang Visi dan Misi Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang 6 Visi Menjadikan Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang sebagai salah satu unggulan dalam pelayanan transfusi darah. Misi Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang mempunyai misi sebagai berikut: a. Meningkatkan pelayanan transfusi darah dengan mengembangkan inovasi, kreasi dan efisiensi. b. Ekonomis dan tejangkau bagi yang memerlukan jasa transfusi darah dengan mempertimbangkan kaidah ekonomi dan jiwa PMI. c. Meningkatkan pelayanan transfusi darah sejalan dengan kemajuan ilmu transfusi darah. d. Meningkatkan terus menerus kemapuan sumber daya manusia dalam tubuh organisasi Unit Transfusi Darah Cabang. e. Mengembangkan pendidikan, penelitian, tentang transfusi darah. 5 Wawancara dengan Pengurus Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang, Sie Bina Donor, Dra. Ani Siswati, Tanggal 12 April Bunga Rampai Peresmian Gedung Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang, 2002, hal.10 32

9 Tujuan Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang bertujuan menjadikan pelayanan sebagai ujung tombak di Unit Transfusi Darah Cabang Semarang dengan berpegangan pada lima S (sigap, sopan, senyum, sabar, dan senang), melayani masyarakat akan kebutuhan darah dengan memperhatikan hukum ekonomi, meningkatkan disiplin kerja dan saling bekerja sama sesuai dengan tujuh prinsip Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, meningkatkan sumber daya manusia dalam hal pengetahuan transfusi darah dan aplikasinya, mampu memberikan pelayanan di bidang immuno hematologi sesuai dengan kemajuan ilmu transfusi darah kedokteran. 7 Sasaran Sasaran yang hendak dicapai oleh Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, mendapatkan imbalan dan fasilitas sesuai dengan kemapuan keuangan Unit Transfusi Darah Cabang, Unit Transfusi Darah Cabang yang tervisi berkembang didalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang, mendayagunakan para pakar yang terkait dengan ilmu transfusi darah, mengembalikan infestasi keuangan yang sudah dikeluarkan untuk sarana dan prasarana. 8 7 Ibid 8 Ibid 33

10 Program Program yang selalu diprioritaskan oleh Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang untuk kemajuan Unit adalah mempercepat pelayanan uji serasi dari dari 2 jam menjadi 15 menit dengan metode gel, meningkatkan pelayanan pemakai jasa darah atau komponen-komponen yang aman dan cepat, memenuhi kebutuhan darah dengan meningkatkan jumlah donor darah sukarela, meningkatkan pelayanan pengguna jasa transfusi darah penderita thalassemia dan hemophilia, memperkecil peluang calo darah, menyiapkan laboratorium referal immuno hematologi dengan metode gel meliputi : - golongan darah yang bermasalah. - Screening antibody. - Identifikasi anti body. - Test paternity Struktur Organisasi Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang Setiap kepengurusan Palang Merah Indonesia baik di Pusat, Daerah maupun Cabang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pembinaan dan penyelenggaraan upaya kesehatan transfusi darah sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya masing-masing. Dalam melaksanakan tugasnya dibidang upaya kesehatan transfusi darah, Pengurus Pusat PMI dibantu oleh: 9 Ibid 34

11 a. Perangkat staff UKTD (Upaya Kesehatan Transfusi darah), yaitu Divisi Bina Transfusi darah, berada dibawah pengurus Pusat PMI dan bina Transfusi darah Daerah dibawah Pengurus Daerah PMI b. Perangkat pelaksana teknis UKTD, yaitu Unit Transfusi Darah Pusat, Unit Transfusi Darah Daerah, dan Unit Transfusi Darah Cabang. Bina Transfusi Darah Daerah yang dibentuk oleh Pengurus Daerah PMI menjalankan fungsinya mengkoordinasikan UTDC-UTDC di wilayahnya serta melakukan pembinaan kepada UTDC PMI menyangkut pembinaan organisasi dan managemen, personal, sarana dan prasarana, usaha/ produksi, logistik, dana dan bantuan. Sedangkan bersama-sama dengan Kanwil Depkes Propinsi, Pengurus Daerah PMI / Bina Transfusi Darah Daerah melaksanakan pembinaan untuk peningkatan kualitas layanan upaya kesehatan transfusi darah serta koordinasi dan kerjasama dalam hal pemantauan penerbitan dan pemutihan ijin operasional Unit Transfusi Darah Cabang. Unit Transfusi Darah Cabang PMI sebagai unit usaha yang dibentuk oleh Pengurus Cabang PMI melaksanakan tugas upaya kesehatan transfusi darah ditingkat cabang memiliki manajemen tersendiri. Pengorganisasian UTDC PMI terdiri atas tiga unsur yaitu Unsur Tata Usaha, Unsur Teknis dan Unsur P2D2S (Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela). UTDC PMI dipimpin oleh Kepala UTDC yang bertanggung jawab langsung kepada Pengurus Cabang PMI. 35

12 Pengurus cabang PMI dalam melaksanakan upaya kesehatan Transfusi darah, membina kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat maupun Kantor Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Dati II, khususnya dalam peningkatan kualitas layanan upaya kesehatan Transfusi darah dan permohonan rekomendasi pendirian UTDC maupun permohonan bantuan tenaga dan peralatan transfusi darah yang diperlukan Wawancara dengan Pengurus Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang, Sie Bina Donor, Dra. Ani Siswati, Tanggal 23 April

13 ORGANISASI UTDC PMI SERTA HUBUNGAN KERJANYA DENGAN INSTANSI TERKAIT. DEPKES RI PP PMI KANWIL DEPKES PD PMI DIVISI BINA TRANFUSI DARAH KANDEPKES/ DINKES DATI PC PMI BTDD PMI UTDC PMI KA. UTDC P2D2S TEKNIS TATA USAHA Keterangan : BTDD : Bina Transfusi Darah Daerah P2D2S : Pencari Pelestari Donor Darah Sukarela 37

14 STRUKTUR ORGANISASI UTDC PMI PMI CABANG KA UTDC UNSUR TEKNISI UNSUR P2D2S UNSUR TATAUSAHA B. Praktek pembiayaan Transfusi Darah di Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang 1. Sistem Pelayanan Permintaan Darah di UTDC Kota Semarang Dalam ruang lingkup transfusi darah dikenal dengan adanya UKTD atau Upaya Kesehatan Transfusi Darah. Yaitu, upaya kesehatan berupa segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang mencakup kegiatan-kegiatan pengerahan penyumbang darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien melalui sarana pelayanan kesehatan. Palang Merah Indonesia sebagai pihak yang diserahi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan UKTD tersebut mendirikan Unit Transfusi Darah yang kegiatannya meliputi: rekruitmen donor, seleksi 38

15 donor, pengambilan darah, pemeriksaan uji saring, pembuatan komponen darah, penyimpanan sampai mendistribusikan darah kepada pemakai yaitu Rumah Sakit atau pasien. 11 Dalam upaya perolehan darah, Unit Transfusi Darah Cabang Semarang mempunyai target kantong untuk setiap bulannya. Akan tetapi, saat sekarang ini, baru bisa sampai 80% dari jumlah kantong yang ditargetkan. Padahal selama ini Unit Transfusi Darah sudah menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, perguruan tinggi, ikatan remaja, maupun sekolah-sekolah yang ada di Semarang. Mengingat masih banyaknya jumlah kantong yang kurang dari target yang ditentukan, maka pihak Unit Transfusi Darah berusaha lebih giat lagi dalam upaya pengerahan penyumbang darah guna mendapatkan target yang akan dicapai. 12 Adapun prosedur kerjasamanya adalah sebagai berikut: 1. Surat pemberitahuan tentang kesediaan donor darah kepada Unit Transfusi Darah Semarang yang berisi hari, tanggal, jam, tempat donor, dengan mengetahui kepala sekolah, kepala desa, pimpinan perguruan tinggi atau kepala instansi yang bersangkutan. 2. Surat pemberitahuan tersebut sekaligus berisi permohonan bantuan untuk pelaksanaan donor, karena yang mempunyai fasilitas adalah pihak Unit Transfusi Darah. 11 BTDD PMI Jawa Tengah, Buku Pintar Petugas P2D2S, Semarang,1999, hal Wawancara dengan Pengurus Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang, Sie Bina Donor, Dra. Ani Siswati, Tanggal 27April

16 3. Proses donor hanya bisa dilakukan dengan bantuan dari tenaga medik dari Unit Transfusi Darah dan pendonor tidak dikenai biaya apapun. Apabila calon pendonor adalah dari keluarga pasien atau secara pribadi menyatakan kesediaannya menjadi pendonor, maka calon pendonor dapat langsung datang langsung ke Unit Transfusi Darah Cabang PMI Semarang dan melakukan pemeriksaan pra donor. Kemudian jika dinyatakan bisa didonor darahnya bisa langsung diambil oleh tenaga medik yang ada. Setelah darahnya diambil, pendonor berhak mendapatkan layanan yang berupa hidangan, yaitu satu gelas susu dan mie, dan apabila dibutuhkan akan diberikan obat-obatan ringan. 13 Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Transfusi Darah secara langsung akan menentukan tingkat derajat kesehatan masyarakat luas. Masyarakat senantiasa membutuhkan darah dari Unit Transfusi Darah, baik dalam kondisi dan situasi yang telah diperhitungkan maupun yang tidak dapat diduga sebelumnya. Oleh sebab itu Unit Transfusi Darah harus mampu memenuhi setiap kebutuhan darah. Hal ini dapat dicapai apabila Unit Transfusi Darah mempunyai anggota Donor Darah Sukarela (DDS) yang jumlahnya cukup memadai dengan kebutuhan. Dalam pelaksanaan Usaha Kesehatan Transfusi Darah, Unit Transfusi Darah sangat bergantung pada berbagai pihak, khususnya pada masyarakat pendonor 13 Ibid 40

17 darah sebagai penyangga ketercukupan stok darah di Unit Transfusi Darah. Salah satu indikator keberhasilan pelayanan Unit Transfusi Darah adalah diukur dari kemampuan Unit Transfusi Darah tersebut untuk menghimpun Donor Darah Sukarela dengan jumlah yang memadai sehingga seluruh permintaan dari rumah sakit dapat dipenuhi, sehingga keluarga pasien tidak perlu repot-repot mencari sendiri donor darah, yang lazim disebut Donor Darah Keluarga atau Donor Darah Pengganti. 14 Dalam tahap penyampaian darah, Unit Transfusi Darah hanya dapat memberikan darah sesuai dengan kebutuhan. Unit Transfusi Darah hanya menyediakan darah bagi yang membutuhkan. Golongan darah yang tersedia di Unit Transfusi Darah Semarang hanya golongan darah A, B, dan O saja. Setiap pengguna darah hanya bisa meminta darah dengan resep dokter yang menangani pasien, jika pihak keluarga datang sendiri ke Unit Transfusi Darah Semarang. Dan apabila melalui rumah sakit, maka pihak rumah sakit juga hanya dapat meminta darah sesuai dengan jumlah kantong yang dibutuhkan pada saat itu juga, tidak boleh melebihi dari jumlah kantong yang dibutuhkan. Darah yang dikirim ke rumah sakit adalah darah yang cocok dan sesuai dengan darah pasien, yaitu darah yang sudah mengalami reaksi silang. Identitas darah dan pencatatan nomor kantong darah yang dikirim harus jelas mengenai jenis dan golongan darah, tanggal pengambilan, suhu 14 BTDD PMI Jawa Tengah, Op. Cit., hal.42 41

18 simpan hasil pemeriksaan dan tanggal kadaluarsa. Selain itu, suhu pengiriman darah lengkap harus dapat dipertahankan, sedangkan plasma segar beku dan kriopresitat dapat dikirim dalam bentuk cair. Dalam penyampaian darah ke rumah sakit, Unit Transfusi Darah Cabang Semarang menyampaikan ke semua rumah sakit yang ada di Semarang. Unit Transfusi Darah Semarang hanya mengirimkan jumlah kantong yang diminta pada saat itu juga. Setiap bulannya, Unit Transfusi Darah Cabang Semarang telah mengirimkan darah ke rumah sakit lebih dari 3000 kantong darah dari berbagai jenis dan golongan darah yang tersedia. Berkaitan dengan penyampaian darah ini, pihak pengguna darah dari golongan dan jenis darah apapun dikenai biayanya. Karena mengingat bahwa dalam proses pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pengamanan darah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan pola penghitungan biaya penggantian penggunaan darah, ditetapkan berdasarkan atas komponen jasa palang merah, komponen administrasi dan komponen bahan dan alat habis pakai. 15 Unit Transfusi Darah menyampaikan darah yang telah siap pakai kepada sarana pelayanan kesehatan yang memerlukan untuk kegiatan pengobatan di rumah sakit, dengan mekanisme/prosedur sebagai berikut: 15 Wawacara dengan Pengurus Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang, Sie Bina Donor, Dra. Ani Siswati, Tanggal 2 Mei

19 1. Formulir permintaan darah dari rumah sakit yang ditandatangani oleh dokter disertai contoh darah si pasien dibawa oleh keluarga pasien ke Unit Transfusi Darah Cabang Semarang. 2. Bila di Unit Transfusi Darah ada persediaan darah yang diminta, kemudian diadakan uji cocok serasi dan bila cocok maka darah langsung di bawa ke rumah sakit yang bersangkutan untuk ditransfusikan. Perkiraan waktu yang diperlukan: a. Pemeriksaan uji cocok derasi di Unit Transfusi Darah ±1 jam. b. Perjalanan rumah sakit ke Unit Transfusi Darah (bila jauh/jalan macet) dapat mencapai ±1 jam. Sehingga kebutuhan waktu untuk mendapatkan darah siap ditransfusikan ± 2 jam.. 3. Apabila persediaan darah di Unit Transfusi Darah tidak ada, maka keluarga pasien harus mencari donor. Waktu yang diperlukan untuk seleksi donor, uji saring dan uji serasi serta transportasi dari Unit Transfusi Darah ke rumah sakit bertambah panjang (bisa mencapai 4-6 jam). Inilah mengapa persediaan stok darah di Unit Transfusi Darah mutlak harus dipenuhi. Berdasarkan kenyataan mekanisme/prosedur pelayanan darah yang telah berlangsung selama ini, terdapat beberapa kendala dan hambatan sebagai berikut: 1. Mengurangi kualitas darah, karena: a. Terlalu lama berada di luar tempat penyimpanan darah 43

20 b. Kemungkinan guncangan selama perjalanan dari Unit Transfusi Darah ke rumah sakit. 2. Waktu yang diperlukan cukup lama, apalagi bila di Unit Transfusi Darah tidak ada stok darah 3. Kemungkinan kelebihan permintaan darah. Misalnya, permintaan kantong ternyata hanya ditransfusikan 2 kantong mengingat keadaan pasien sudah cukup baik. Sisa darah karena penyimpanan tidak baik akan menjadi rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Menyadari permasalahan dan kendala yang terjadi tersebut, maka perlu diprioritaskan upaya menekan seminimal mungkin kelemahankelemahan yang ada dengan cara meningkatkan cakupan, mutu dan efisiensi pelaksanaan-pelaksanaan transfusi darah di rumah sakit. Untuk itu, keberadaan bank darah rumah sakit dalam hal ini mutlak sangat diperlukan BTDD PMI Jawa Tengah, Op. Cit., hal.49 44

21 PROSEDUR MENDAPATKAN DARAH 17 Dokter mengisi formulir Permintaan darah UTD PMI Disertai contoh darah ADA TIDAK ADA Cross test Mencari donor Keluarga/ sukarelawan Cocok Tidak cocok Cross Test Tidak Cocok cocok Mencari darah yang cocok Dibawa ke RS bersangkutan TRANSFUSI 17 Leaflet Prosedur Mendapatkan Darah di Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang 45

22 ALUR PERMINTAAN DAN DISTRIBUSI DARAH TRANSFUSI SPDT UTDC DDP/DDK 2. STOK DARAH PERMINTAAN Permintaan Bagian Penerangan darah Rumah sakit ANALISA 1. KEBUTUHAN Bank Darah Rumah sakit Kirim Bangsal 4. PERMINTAAN Keterangan: 5. PENDISTRIBUSIAN SPDT DDP DDK : Surat Permintaan Darah Transfusi : Donor Darah Pengganti : Donor Darah Keluarga 18 Leaflet Mekanisme Permintaan dan Distribusi Darah Transfusi di Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang 46

23 MEKANISME HUBUNGAN LAYANAN UNIT TRANSFUSI DARAH DENGAN BANK DARAH RUMAH SAKIT REKRUTMEN DONOR SELEKSI DONOR PENGAMBILAN DARAH UJI SARING PENGOLAHAN KOMPONEN UTD PMI DISTRIBUSI.. PENYIMPANAN DISTRIBUSI : PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH CROSS MATCH BANK DARAH RUMAH SAKIT 47

24 2. Sistem Pembayaran Service Cost (Biaya Layanan) Service cost adalah biaya penggantian darah yang ditanggung oleh pasien (keluarga pasien) yang diperhitungkan dari biaya yang diperlukan untuk komponen kegiatan yang meliputi pemeriksaan darah, pengolahan darah, pendistribusian, pembinaan donor, administrasi cetak serta pemakaian bahan/alat habis pakai, seperti kantong darah, dan lain-lain. Selama ini ada persepsi keliru dari masyarakat awam bahwa service atau layanan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dilakukan oleh Unit Transfusi Darah PMI adalah bebas dari biaya apapun. Lalu ada pandangan lagi di masyarakat, dengan adanya service cost menunjukkan bahwa Unit Transfusi Darah PMI berarti jual darah. Ini tidak benar. Sebagai institusi mitra kerja pemerintah dalam bidang Usaha Kesehatan Transfusi Darah, keberadaan PMI dijamin Undang-undang serta peraturan-peraturan lain. Hal ini perlu diberikan penjelasan secara gamblang bahwa semua produk darah tidak boleh diperjualbelikan dengan dalih apapun, dan darah yang diberikan harus secara sukarela (PP No. 18 tahun 1980 Bab 3 pasal 3). Transfusi darah sebagai upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, dilarang untuk tujuan komersial (UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Bab 5 pasal 33). Darah yang diolah oleh Unit Transfusi Darah adalah gratis. Service cost yang harus digantikan oleh pihak keluarga pasien terhadap Unit Transfusi Darah sebenarnya hanyalah pengganti jasa layanan, dan 48

25 hanya sebagian kecil dari biaya yang diperlukan untuk komponen kegiatan pengadaan dan mengolah darah yang meliputi pemeriksaan darah dari berbagai penyakit menular lewat darah, pengolahan darah, pendistribusian, pembinaan donor, administrasi, serta pemakaian bahan/alat habis pakai. Unit Transfusi Darah dalam pelaksanaan tugas Usaha Kesehatan Transfusi Darah jelas tidak akan mampu untuk membebaskan semua biaya produksi darah yang sangat mahal pembiayaannya tersebut. Pengeluaran biaya untuk transfusi darah berlangsung sepanjang masa, karenanya Unit Transfusi Darah harus bekerja 24 jam, sedangkan sumber dana utama PMI dari bulan dana hanya dilaksanakan satu kali dalam setahun, itupun belum sebanding dengan besarnya penyelenggaraan Usaha Kesehatan Transfusi Darah. Unit Transfusi Darah harus mengupayakan pengadaan reagen untuk skrining darah, pengadaan kantung darah yang cukup mahal, menggaji staff / asisten tranfusi darah, dan lain-lain. Jelasnya, prinsip PMI sesuai dengan prinsip kemanusiaannya bahwa dana PMI terutama ditujukan untuk menolong orang-orang yang menderita. Bagi penderita yang memerlukan darah, Unit Transfusi Darah hanya memberikan jasa layanan (service). Sedangkan dana-dana yang terpakai untuk semua pembiayaan dalam memperoleh darah tersebut harus dikembalikan kepada PMI, agar roda usaha PMI di bidang transfusi darah dapat berjalan terus, 49

26 kecuali mereka yang benar-benar tidak mampu, Unit Transfusi Darah dapat mempertimbangkannya untuk membebaskan semua biaya tersebut. 19 Unit Transfusi Darah secara hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di berikan hak untuk menarik service cost. Hal ini semata-mata agar roda kegiatannya dapat berlangsung terus menerus. Penarikan service cost jasa layanan pemenuhan darah didasarkan atas: PP No. 18 tahun 1980 bab IV pasal 10 yang berbunyi : Biaya pengolahan dan pemberian darah kepada si penderita ditetapkan dengan keputusan Menteri atas usul Palang Merah Indonesia dengan memperhitungkan biaya-biaya untuk pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan tanpa mempertimbangkan laba PERMENKES RI No.478/MENKES/Peraturan/X/1990 Bab V: 1. Biaya penggantian penggunaan darah dapat diperoleh dari pasien dengan tidak mencari keuntungan. 2. Biaya penggantian sebagaimana dimaksud ayat (1), diperhitungkan sesuai dengan biaya yang diperlukan untuk komponen kegiatan yang meliputi pendistribusian / penyampaian darah, pembinaan donor, administrasi cetak, dan pemakaian bahan / alat habis pakai. 3. Biaya penggantian sebagaimana dimaksud ayat (2), ditetapkan berdasarkan pola perhitungan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal. 19 BTDD PMI Jawa Tengah, Op. Cit., hal

27 4. Besarnya biaya penggantian sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Kakanwil setempat atas usul dari Unit Transfusi Darah PMI yang berpedoman pada pola perhitungan seperti ayat (3) serta dengan memperhatikan kemampuan masyarakat setempat. 20 Pada Unit Transfusi Darah Cabang Semarang, penghitungan Biaya Penggantian Penggunaan Darah (BPPD) ditetapkan oleh Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Semarang untuk segala jenis dan golongan darah yang tersedia. Adapun pola penghitungannya adalah sebagai berikut: 1. Komponen jasa, meliputi: 23 % - Transportasi Rp Pembinaan donor Rp Menu donor Rp Tenaga Rp Penunjang lainnya Rp Jumlah Rp Komponen administrasi: 6% Rp yang meliputi : kartu identitas, kartu status, buku pendaftaran donor, pendaftaran donor, formulir mobil unit, formulir kegiatan, buku pencatatan penyimpanan dan distribusi, buku administrasi laboratorium, label-label atau etiket untuk ditempel pada kantong darah, stiker untuk golongan darah. 20 Per.Men.Kes. Republik Indonesia No. 478/MENKES/Peraturan/X/

28 3. Komponen bahan dan alat habis pakai, meliputi: 57% - Kantong darah Rp Uji saring a. hepatitis Rp b. RPR Rp c. HCV Rp d. HIV Rp Uji cocok serasi dan golongan darah Rp Bahan penunjang Rp Jumlah Rp Komponen penyusutan dan pemeliharaan alat: 7% Rp Komponen pengembangan UTD dan SDM: 7% Rp 2000 Jumlah total Rp Akan tetapi, jumlah tersebut tidak paten, dalam artian bahwa bagi pasien yang benar-benar tidak mampu bisa memperoleh darah guna pemulihan kesehatan dari Unit Transfusi Darah Semarang dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan setempat dengan mengetahui camat setempat pula. Selain itu, juga harus melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit yang menerangkan bahwa pasien tersebut betul-betul membutuhkan darah dan tidak mampu. Maka dengan demikian, pasien dapat meminta darah dengan cuma-cuma. 21 Leaflet Perhitungan Biaya Penggunaan Darah (BPPD) Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang 52

29 Sebetulnya, hal ini dapat merugikan pihak Unit Transfusi Darah, namun hal tersebut dapat disiasati dengan subsidi silang dalam pemeriksaan atau pada uji saring darah. Pihak pengguna darah, baik yang datang ke Unit Transfusi Darah dengan membawa donor atau tidak dalam meminta darah, dikenai biaya sama. Karena yang dibayar bukan darahnya melainkan komponenkomponen yang telah dijelaskan di atas. Akan tetapi jika ada keluarga pasien yang kebetulan keluarganya ada yang mempunyai golongan dan jenis darah yang sama, maka darah tersebut langsung dapat diambil pada rumah sakit tempat pasien dirawat. Pasien hanya dikenai biaya kantong darah dan alat serta bahan aseptic, karena darah tersebut tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut Pendapat Ulama Fiqh Tentang Pembiayaan Transfusi Darah Distribusi atau penyampaian darah dari Palang Merah Indonesia kepada pengguna jasa Palang Merah Indonesia dengan ditentukannya tarif diperbolehkan, karena untuk kepentingan darurat dan kebutuhan. Dalam keadaan darurat, seseorang dibolehkan melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak diperkenankan. Hukum darurat menempati posisi yang amat penting didalam syari'ah. Hukum darurat memperhatikan kebutuhan nyata masyarakat dan memberikan kemudahan bagi orang yang ditimpa 22 Wawacara dengan Pengurus Unit Transfusi Darah Cabang Kota Semarang, Sie Bina Donor, Dra. Ani Siswati, Tanggal 7 Mei

30 kesulitan. Ia memiliki cakupan luas untuk menghadapi setiap keadaan yang membahayakan dalam hidup tanpa mengubah hukum. 23 Dalam keadaan darurat, seseorang dibolehkan melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak diperkenankan. Hal ini sesuai dengan salah satu kaidah fiqih yang dibentuk oleh Imam syafi'i bahwa sesuatu yang haram tidak menjadi halal karena kebutuhan, kecuali dalam keadaan terpaksa. 24 Kemudian Abdullah ibn Said juga menjelaskan dalam kitabnya Idzoh Al- Qowaid al-fiqhiyah bahwa keadaan darurat memperbolehkan sesuatu yang dilarang. 25 Ada sejumlah contoh untuk menggambarkan prinsip ini. Para pakar hukum Islam memasukkan alasan-alasan hukum yang membebaskan seseorang dari kewajiban hukum, seperti minoritas, kegilaan, kesakitan, paksaan, kelalaian, dan ketidak tahuan. Contohcontoh lain dimana keadaan darurat menyebabkan sesuatu yang dilarang menjadi boleh adalah makan bangkai karena lapar, minum arak karena haus, atau karena sakit sebagai obat. Sedangkan mengenai biaya penggantian penggunaan darah yang telah ditetapkan merupakan biaya dari beberapa komponen yang telah dirinci. Jadi itu bukan merupakan harga dari darah tersebut. Karena setiap kantong darah dari jenis darah yang berbeda dan isi yang berbeda pula, 23 Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis, alb, Yudian Wahyudi Asmin, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, Cet. ke-2, 1991, hlm Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Sejarah dan Kaidah Asasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. ke-2, 2002, hlm Abdullah ibn Sa'id Muhammad 'Ibbadi, Idzoh al-qowaid al-fiqhiyah, Makkah al- Mukarramah: al-madrasah Al-Shalatiyah, Cet. ke-3, 1410H, hlm.42 54

31 bertarif sama. Baik itu yang berisi 10 cc, 20 cc, 100 cc, ataupun 200 cc. Jadi biaya tersebut adalah biaya pemeliharaan darah dan biaya-biaya lain seperti biaya pemeriksaan terhadap penyakit yang bisa menular melalui transfusi, seperti HIV. Hal ini untuk menjaga kemungkinan resiko yang terjadi, dalam ushul fiqh dikenal dengan istilah saddudz dzara I. Seperti yang telah disebutkan, bahwa yang mempunyai kewenangan untuk menampung atau mendistribusikan darah adalah Palang Merah Indonesia. Operasional Palang Merah ini berdasarkan pada peraturan perundangan yang secara sah dikeluarkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, peraturan-peraturan yang ada agar selalu dijalankan. Berarti tidak ada penyimpangan-penyimpangan seperti adanya jual beli darah. Jika hal tersebut terjadi, itu termasuk tindakan pidana, dan pelakunya pun bisa ditindak. Jadi dengan dalih apapun, jual beli darah tidak diperbolehkan, karena melanggar etika kemanusiaan. Walaupun dalam konteks fiqh, madzhab Hanafi membolehkan adanya jual beli darah karena manfaatnya sangat besar. Akan tetapi kalau kita mengacu pada pendapat tersebut, maka suatu saat akan muncul sebuah anggapan bahwa manusia dapat diperjualbelikan dan akibatnya kemaslahatan manusia tidak akan terwujud. 55

32 56

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1980 TENTANG TRANSFUSI DARAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1980 TENTANG TRANSFUSI DARAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1980 TENTANG TRANSFUSI DARAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha transfusi darah adalah merupakan bagian dari tugas Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1756, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Darah. Unit Transfusi Darah. Bank Darah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 UNIT TRANSFUSI

Lebih terperinci

TRANSFUSI DARAH (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 Tanggal 19 April 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TRANSFUSI DARAH (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 Tanggal 19 April 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TRANSFUSI DARAH (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 Tanggal 19 April 1980) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha transfusi darah adalah merupakan bagian dari tugas Pemerintah di

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI NOMOR 31 TAHUN 2009 TE N TAN G

WALIKOTA KEDIRI NOMOR 31 TAHUN 2009 TE N TAN G WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 31 TAHUN 2009 TE N TAN G BIAYA PENGGANTI PENGOLAHAN DARAH (BPPD) PADA U NI T TR ANS FUS I D AR AH P AL AN G M E R AH I NDONE S I A CABANG KOTA KEDIRI WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYESUAIAN BIAYA PENGGANTI PENGOLAHAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH DI PALANG MERAH INDONESIA KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN BIAYA PENGGANTl PENGOLAHAN DARAH (BPPD) PADA UNIT TRANSFUSI DARAH CABANG PALANG MERAH INDONESIA PROPINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 92

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN DARAH PALANG MERAH INDONESIA. Pengurus Pusat PALANG MERAH INDONESIA

KEBIJAKAN PENYEDIAAN DARAH PALANG MERAH INDONESIA. Pengurus Pusat PALANG MERAH INDONESIA KEBIJAKAN PENYEDIAAN DARAH PALANG MERAH INDONESIA Pengurus Pusat PALANG MERAH INDONESIA 1 OUTLINE PENDAHULUAN DASAR HUKUM KEDUDUKAN PELAYANAN DARAH PMI KEBIJAKAN PELAYANAN DARAH PMI REGULASI YANG DIPERLUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemberian transfusi darah yang aman. tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 83

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemberian transfusi darah yang aman. tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 83 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam perkembangan pelayanan kesehatan dewasa ini, kebutuhan akan pelayanan darah yang berkualitas, mudah didapat dan jumlah yang semakin bertambah khususnya

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN BIAYA PENGGANTI PENGOLAHAN DARAH DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah Unit Donor Darah PMI PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian sosial, sehingga diharapkan hukum atau peraturan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian sosial, sehingga diharapkan hukum atau peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu peraturan atau hukum dibuat adalah sebagai salah satu sarana dalam pengendalian sosial, sehingga diharapkan hukum atau peraturan tersebut dapat melembaga

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2014

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2014 BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA PENGGANTI PENGOLAHAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH DI PALANG MERAH INDONESIA KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencatatan Pencatatan data adalah proses memasukkan data ke dalam media sistem pencatatan data. Jika media sistem pencatatan data tersebut berupa buku, pencatatan data dilakukan

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 103 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN BIAYA PENGGANTI PENGOLAHAN DARAH PADA UNIT DONOR DARAH PALANG MERAH INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG FRAKSIONASI PLASMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG FRAKSIONASI PLASMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG FRAKSIONASI PLASMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya

BAB I PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya transfusi darah merupakan salah satu tugas pemerintah di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaaannya tanggung jawab penyediaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Darah Rumah Sakit Umum Salatiga adalah suatu unit dirumah sakit yang merupakan bagian dari instalasi laboratorium yang menyelenggarakan pelayanan darah untuk memenuhi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM KERJA SAMA ANTARA PUSKESMAS, UNIT TRANSFUSI DARAH, DAN RUMAH SAKIT DALAM PELAYANAN DARAH UNTUK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Donor darah atau transfusi darah adalah salah satu hal penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Donor darah atau transfusi darah adalah salah satu hal penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Donor darah atau transfusi darah adalah salah satu hal penting dalam operasi bedah. Keberadaan donor darah sangat dibutuhkan bagi pasien dan dokter dalam perawatan.

Lebih terperinci

ISBN : Disusun atas dukungan: International Federation Red Cross and Red Crescent Societies

ISBN : Disusun atas dukungan: International Federation Red Cross and Red Crescent Societies ISBN :978-979-3575-46-9 Disusun atas dukungan: International Federation Red Cross and Red Crescent Societies Donor Darah Selamatkan Jiwa Jenis Golongan Darah Aglotinogen/Antigen (terdapat dalam sel darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004). 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak azasi dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan guna meningkatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1249, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sel Punca. Klinis. Laboratorium. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH BERDIRI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Kebutuhan akan RS pendidikan dikemukakan oleh para dosen Fakultas

BAB II SEJARAH BERDIRI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Kebutuhan akan RS pendidikan dikemukakan oleh para dosen Fakultas BAB II SEJARAH BERDIRI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN 1993 2000 2.1 Berdirinya Rumah Sakit Kebutuhan akan RS pendidikan dikemukakan oleh para dosen Fakultas Kedokteran kepada Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Darah

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Darah Case Study : Pembuatan Kebijakan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Darah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2008 Daftar Isi Kata Pengantar... i Problem Overiew... 1 Pertanyaan...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Sejarah Berdirinya Palang Merah Indonesia Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 92

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN ASISTEN TENAGA KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN ASISTEN TENAGA KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN ASISTEN TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Setelah proses pembelajaran Pokok Bahasan ini, peserta diharapkan dapat:

Setelah proses pembelajaran Pokok Bahasan ini, peserta diharapkan dapat: A. Pokok Bahasan Organisasi PMI B. Sub Pokok Bahasan 1. Mandat PMI 2. Visi dan misi PMI 3. Rencana strategis 4. Program PMI 5. Permasalahan Organisasi 6. Peraturan Organisasi 7. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 92

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Lampung 43 BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Profil Palang Merah Indonesia (PMI) 1. Sejarah Singkat Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Lampung Secara geografis, provinsi Lampung terletak diujung pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk keperluan transfusi darah (Daradjatun,

Lebih terperinci

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2018 KEMENKUMHAM. Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N No.1490, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengelolaan Barang Bukti. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Darah adalah komponen penting dalam tubuh yang membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ vital seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pada era globalisasi, semua organisasi publik diharapkan dapat mengedepankan kualitas pelayanan, tak terkecuali adalah organisasi sosial kemanusiaan.

Lebih terperinci

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto 1 Nomor : 050/SK/DIR/VI/2016 Tanggal : 10 Juni 2016 Perihal : Kebijakan Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah merupakan cairan yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ketika manusia kekurangan dan kehilangan darah dari dalam tubuhnya dalam jumlah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO Menimbang : Mengingat : 1.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan http://www.djpp.depkumham.go.id Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 46, 2005 APBN. Pajak. Pnbp. Pemeriksaan (Penjelasan

Lebih terperinci

5. Apabila anda telah menerima ASI dari pendonor apakah anda bertemu dengan pendonor ASI tersebut?. Mohon penjelasannya!

5. Apabila anda telah menerima ASI dari pendonor apakah anda bertemu dengan pendonor ASI tersebut?. Mohon penjelasannya! 92 PANDUAN WAWANCARA A. Beberapa pertanyaan yang diajukan kepada Dokter RSUD Dr. Soetomo Surabaya: 1. Mengetahui profil Dokter tersebut, nama dan jabatan pekerjaan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2. Bagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 92

Lebih terperinci

TRANSFUSI DARAH SEJARAH & PERKEMBANGANNYA SAAT INI

TRANSFUSI DARAH SEJARAH & PERKEMBANGANNYA SAAT INI TRANSFUSI DARAH SEJARAH & PERKEMBANGANNYA SAAT INI dr Elida Marpaung, M Biomed RSUPN Ciptomangunkusumo What is blood? Darah adalah organ tubuh Darah adalah organ tubuh yang berbentuk cair Melakukan transfusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Palang Merah Indonesia merupakan lembaga organisasi kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Palang Merah Indonesia merupakan lembaga organisasi kemanusiaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palang Merah Indonesia merupakan lembaga organisasi kemanusiaan yang bertugas dan berwenang dalam mengurus penyediaan darah. Pentingnya donor darah dengan tujuan

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME KERJA PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. b. c. 1. 2. 3. bahwa pendaftaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 UNIT TRANSFUSI DARAH, BANK DARAH RUMAH SAKIT, DAN JEJARING PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Memahami Organisasi Pelayanan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI TEKNIK TRANFUSI DARAH LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

SKEMA SERTIFIKASI TEKNIK TRANFUSI DARAH LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012 SKEMA SERTIFIKASI TEKNIK TRANFUSI DARAH LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC 17024 : 2012 RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA 2015 TEKNIK TRANFUSI DARAH NO KODE UNIT KOMPETENSI HALAMAN 1.

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI Aspek legal penggunaan TIK untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan Yustina Sri Hartini - PP IAI Disampaikan dalam Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 23 Maret 2017

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Transfusi darah Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang

Lebih terperinci

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Keamanan DARAH DI INDONESIA

Keamanan DARAH DI INDONESIA Keamanan DARAH DI INDONESIA Potret Keamanan Transfusi Darah di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Wahyu Dwi Astuti Agung Dwi Laksono Diterbitkan oleh Health Advocacy Yayasan Pemberdayaan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah manusia yang umum dikenal, dan merupakan penggolongan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. darah manusia yang umum dikenal, dan merupakan penggolongan darah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan bagian yang sangat penting dalam tubuh manusia begitu juga dalam hal penggolongan darah manusia dimana terdapat 4 (empat) golongan darah manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah sebuah institusi kesehatan yang ditugasi khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah sebuah institusi kesehatan yang ditugasi khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi kesehatan yang ditugasi khusus untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

Lebih terperinci

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting dalam bidang kesehatan. Secara keseluruhan, transfusi darah dibutuhkan untuk menangani pasien yang mengalami perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, tidak hanya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini akan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang mendorong terjadinya perubahan berbagai ilmu, baik dalam kajian ataupun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.749, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Wajib Lapor. Pecandu Narkotika. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN

PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Lebih terperinci

Pengalaman Perdhaki dalam Fund-Raising. Yogyakarta, 6 7 Agustus 2010

Pengalaman Perdhaki dalam Fund-Raising. Yogyakarta, 6 7 Agustus 2010 Pengalaman Perdhaki dalam Fund-Raising Yogyakarta, 6 7 Agustus 2010 Pendahuluan Perdhaki : Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia Berdiri : 24 Juli 1972 Kantor Pusat : Jl. Kramat VI no 7 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3444 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 42) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Simpanan Berjangka (SIJANGKA) Di KJKS BMT Walisongo Semarang 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA) a. Syarat syarat pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA), antara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kualitas Pelayanan Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melakukan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Di samping itu kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan

Lebih terperinci

MASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari Presiden Republik Indonesia,

MASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari Presiden Republik Indonesia, MASA BAKTI DAN PRAKTEK DOKTER DAN DOKTER GIGI Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor 1 Tahun 1988 Tanggal 15 Februari 1988 Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa dalam usaha mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, baik oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSPLANTASI ORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSPLANTASI ORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSPLANTASI ORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 RUMAH SAKIT PERLU DOTS? Selama ini strategi DOTS hanya ada di semua puskesmas. Kasus TBC DI RS Banyak, SETIDAKNYA 10 BESAR penyakit, TETAPI tidak

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 01 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci