(DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT"

Transkripsi

1 1 SERANGAN Asphondylia capsicicola sp. n. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI PERTANIAN ORGANIK CISARUA BOGOR ANIS NAIMATUL QOIMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTIUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

2 2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Serangan Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Pertanian Organik Cisarua Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2017 Anis Naimatul Qoimah NIM A

4 4

5 5 ABSTRAK ANIS NAIMATUL QOIMAH. Serangan Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Pertanian Organik Cisarua Bogor. Dibimbing oleh NINA MARYANA. Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan komoditas holtikultura penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Serangan hama Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) berpotensi menggangu produksi tanaman cabai rawit. Serangga ini menyebabkan puru pada cabai, dengan gejala terhambatnya pertumbuhan buah. Serangan A. capsicicola juga ditemukan menyerang cabai keriting. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati gejala yang ditimbulkan oleh hama A. capsicicola pada tanaman cabai serta mengetahui luas dan intensitas serangannya di pertanaman cabai rawit organik Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Gejala serangan A. capsicicola pada tanaman cabai rawit terjadi pada bagian kuncup, bunga, dan buah muda. Gejala puru lebih banyak ditemukan pada buah muda daripada kuncup dan bunga. Luas serangan A. capsicicola yaitu sampai 48.40% dengan total intensitas serangan tinggi pada buah muda yaitu 23.84%. Intensitas serangan pada kuncup adalah 2.07%, dan pada bunga 5.91%. Parasitoid yang ditemukan dalam pengamatan di lapangan yaitu Sigmophora sp. dari Ordo Hymenoptera, Famili Eulophidae. Kata kunci: hama, intensitas serangan, luas serangan, puru, Sigmophora sp.

6 6

7 7 ABSTRACT ANIS NAIMATUL QOIMAH. Infestation of Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) on Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation in Organic Farm Cisarua Bogor. Supervised by NINA MARYANA. Chili (Capsicum frutescens L.) is an important horticultural commodity and has high economic value. Infestation of gall midge Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) has potentially cause severe damage to cultivated chili plants. This pets induce gall on chili, and inhibiting growth of fruits that caused stunted growth of chili. A. capsicicola infestation was also found on Capsicum annuum L. The study aimed to determine the symptoms of A. capsicicola infestation on chili, and to evaluate the level of its infestation at Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua, Bogor. Field survey was conducted from May until August Gall symptoms were found on buds, flowers, and young fruits. Infestation of A. capsicicola on chili cultivation was ranged from to 48.40% with intensity level of infestation higher found on young fruits as 23.84% than on bud 2.07%, and flowers 5.91%. Parasitoid found during the survey was Sigmophora sp. belong to Order Hymenoptera, Family Eulophidae. Key word: gall, infestation level, midge, pest, Sigmophora sp.

8 8

9 9 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

10 10

11 11 SERANGAN Asphondylia capsicicola sp. n. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI PERTANIAN ORGANIK CISARUA BOGOR ANIS NAIMATUL QOIMAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

12 12

13

14 14

15 15 PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Serangan Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di pertanian Organik Cisarua, Bogor. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Nina Maryana, MSi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, saran, dan motivasi kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Bonny PW Soekarno, MS. selaku dosen penguji, yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis. Terima kasih untuk Almahrum Bapak, Ibu, Mbak Sri Ekawati SP, Uda Maresha ST, serta keluarga atas doa dan kasih sayang yang diberikan. Terima kasih juga untuk Kak Rizky Marcheria Ardiyanti, Kak Betari Safitri, teman seperjuangan Akbar Alif Pribadi, Larita Wuriyani, serta Nurul Farida Erfriani. Terima kasih kepada teman-teman dan kakak-kakak di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Terima kasih juga disampaikan kepada Juliana, Diyah Isti Nursanti, Siska Dewi Febriana dan teman-teman angkatan 49 Departeman Proteksi Tanaman yang telah mendukung terlaksananya penelitian tugas akhir ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran penulis harapkan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat bemanfaat untuk pembaca. Bogor, Maret 2017 Anis Naimatul Qoimah

16 16

17 17 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR LAMPIRAN xvii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 BAHAN DAN METODE 3 Tempat dan Waktu 3 Metode Penelitian 3 Pengambilan Tanaman Contoh 3 Pengamatan Gejala Serangan 3 Pengamatan Luas Serangan 4 Pengamatan Intensitas Serangan 4 Identifikasi Parasitoid 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kondisi Umum Lahan 6 Gejala Serangan 8 Parasitoid pada A. capsicicola 11 Luas Serangan 12 Intensitas Serangan 12 SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 22

18 18 DAFTAR GAMBAR 1 Denah lokasi pengambilan tanaman contoh cabai rawit di YBSB 3 2 Sistem budi daya yang diterapkan di YBSB; (a) tumpangsari, (b) monokultur 6 3 Pertanaman tumpang sari cabai rawit dengan daun bawang di YBSB 7 4 Tanaman repellent yang ditanam di YBSB 7 5 Perbedaan kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang sehat dan terserang A. capsicicola 8 6 Larva dan pupa A. capsicicola yang ditemukan pada buah muda 9 7 Cendawan yang ditemukan berasosiasi dengan A. capsicicola 9 8 Imago A. capsicicola dan tempat keluarnya pada buah cabai rawit muda 9 9 Eksuvium pupa A. capsicicola yang menempel pada dinding kuncup cabai 10 keriting 10 Sigmophora sp., parasitoid yang menyerang A. capsicicola Luas serangan A. capsicicola pada pertanaman cabai rawit di YBSB 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Iklim Citeko tahun Daftar tanaman yang ada di Pertanian Organik YBSB 19

19 19

20

21 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merupakan tanaman semusim anggota famili terung-terungan (Solanaceae) dan sangat digemari masyarakat Indonesia. Jenis cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Tanaman cabai termasuk tumbuhan perdu berkayu dan buahnya berasa pedas karena mengandung capsaisin (Sumarni dan Agus 2005). Buah cabai digunakan sebagai campuran bumbu masakan, dapat dikonsumsi dalam kondisi segar dan diawetkan dalam bentuk acar, saus, tepung cabai, dan buah kering (Setiawati et al. 2007). Cabai rawit atau cengek leutik memiliki buah yang berukuran kecil dan berdiri tegak pada tangkainya, buah muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi merah setelah tua (Setiadi 1999). Cabai rawit memiliki rasa yang lebih pedas daripada cabai besar. Selain itu, campuran cabai rawit dalam bumbu masakan dapat membuat tampilan masakan lebih cerah dan meningkatkan selera makan. Produksi cabai rawit di Indonesia pada tahun 2014 mencapai ton dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan mencapai ton. Tahun 2015 produksi cabai rawit di Jawa Barat mencapai ton (BPS 2016). Peningkatan produksi cabai masih rendah dan belum mampu mencukupi kebutuhan cabai dalam negeri karena permintaan terus meningkat. Budi daya tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh faktor organisme penggangu tanaman (OPT) dan faktor lingkungan. Saat ini budi daya cabai secara konvesional lebih banyak dikembangkan daripada budi daya cabai secara organik. Sistem budi daya pertanian konvensional secara terus menerus menyebabkan turunnya produktivitas lahan. Selain itu, penggunaan pestisida dan pupuk sintetik yang berlebihan menyebabkan rusaknya keseimbangan unsur hara tanah dan keanekaragaman hayati. Berbeda dengan budi daya pertanian secara konvensional, hasil budi daya tanaman secara organik lebih baik karena kandungan residu pada hasil pertanian organik lebih rendah. Sistem pertanian organik lebih mengutamakan keselarasan antara kegiatan pertanian dan lingkungan. Sistem pertanian organik memanfaatkan bahan alami dan tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetik, tetapi menggunakan limbah organik yang dihasilkan dari kegiatan pertanian dan pestisida nabati (Pracaya 2006). Produksi pertanian organik dilaksanakan dengan sistem daur ulang hara secara hayati (Sutanto 2004). Salah satu hama yang menyerang tanaman cabai rawit dan menurunkan produktivitas cabai rawit yaitu Asphondylia sp. Hama ini digolongkan ke dalam Ordo Diptera, Sub Ordo Nematocera, Famili Cecidomyiidae. Sebagian serangga anggota famili ini merupakan hama puru pada tanaman. Hama genus Asphondylia sp. bersifat monofag atau oligofag dengan inang alternatif umumnya dari Famili Solanaceae, Liliaceae, Capparidaceae, dan Fabaceae (Yukawa et al. 2004). Asphondylia capsicicola sp. n. merupakan spesies hama yang dapat menyebabkan puru pada cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dan cabai keriting (C. annuum L.) (Uechi et al. 2016).

22 2 Hama ini berpotensi menurunkan produktivitas cabai bila luas dan intensitas serangan tinggi. Kerusakan yang disebabkan oleh hama ini langsung pada hasil produksi tanaman yaitu buah sehingga menimbulkan kerugian. Menurut Anastasia (2005), luas serangan hama puru cabai yang disebabkan oleh A. capsicicola pada pertanaman cabai di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor mencapai 40%. Prima (2005) melaporkan bahwa keberadaan hama A. capsicicola diketahui menyerang bunga dan buah muda cabai merah keriting pada budi daya tanaman konvensional. Akan tetapi, serangan hama A. capsicicola pada pertanaman cabai rawit organik di Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) Cisarua Bogor belum pernah diteliti. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengamati gejala serangan yang ditimbulkan hama A. capsicicola pada tanaman cabai rawit serta menghitung luas dan intensitas serangannya di pertanaman cabai rawit organik YBSB Cisarua, Bogor. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dasar mengenai hama A. capsicicola baik gejala serangan maupun luas dan intensitas serangannya di pertanian organik YBSB. Informasi ini dapat menjadi acuan dalam menyusun strategi pengendaliannya.

23 3 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei-Agustus 2016 di pertanaman cabai rawit organik YBSB Cisarua, Bogor. Pengamatan lebih lanjut dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan Tanaman Contoh Metode Penelitian YBSB lebih banyak menanaman cabai rawit daripada cabai keriting. Benih cabai disemai terlebih dahulu selama hari, kemudian dipindahkan ke dalam polibag kecil sampai bibit berumur hari setelah semai (HSS). Bibit cabai rawit yang telah berumur HSS dapat ditanam di lahan. Untuk mengendalikan OPT, dilakukan pemupukan, sanitasi lahan serta aplikasi pestisida nabati. Menurut Haryantini dan Mudji (2009), pada cabai merah kuncup bunga terbentuk ketika tanaman cabai berumur 30 hari setelah tanam (HST) dan berbuah muda ketika berumur 50 HST. Buah cabai dapat dipanen ketika tanaman berumur 75 HST. Tanaman cabai rawit yang dijadikan tanaman contoh telah berumur 90 HST. Cabai rawit ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran dan tanaman pangan. Tanaman cabai ditanam dalam satu bedeng sebanyak 50 tanaman bila monokultur dan sebanyak 25 tanaman bila tumpang sari. Budi daya tanaman dilakukan dengan metode rotasi pola tanam. Metode pengambilan tanaman contoh dilakukan dengan metode acak sistematis. Tanaman contoh diambil selang dua tanaman dan tidak menggunakan tanaman pinggir. Sebagian besar budi daya tanaman dilakukan secara tumpang sari sehingga dapat dipastikan setiap bedeng ditanam tanaman yang berbeda dengan bedeng yang lainya. Areal kebun YBSB terdiri atas 7 blok yaitu blok A, B, C, D, I, J dan K (Gambar 1). U Gambar 1 Denah lokasi pengambilan tanaman contoh cabai rawit di YBSB

24 4 Di lahan YBSB cabai rawit banyak ditanam di blok A, I, J dan K. Sebagian tanaman cabai rawit ditanam di blok C dan D akan tetapi produktivitasnya sudah menurun sehingga tidak digunakan sebagai tanaman contoh. Di blok B tanaman cabai rawit dan cabai keriting ditanam sebagai tanaman pinggir, blok ini merupakan areal green house. Pengamatan Gejala Serangan Pengamatan gejala serangan dilakukan bersamaan dengan pengamatan luas dan intensitas serangan. Bagian tanaman cabai rawit yang menampakkan gejala puru (kuncup, bunga, dan buah muda) diambil kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium. Selanjutnya, sebagian sampel yang telah diambil dibedah di bawah mikroskop stereo dan serangga yang ditemukan disimpan di dalam botol serangga yang berisi alkohol 70%. Sampel sisa yang didapatkan disimpan di dalam wadah pemeliharaan. Sampel diberi alas kapas yang telah dilembapkan agar sampel tetap terjaga kelembapanya. Sampel diamati setiap hari hingga muncul imago A. capsicicola. Imago yang telah keluar diawetkan di dalam botol serangga yang berisi alkohol 70%. Pengamatan Luas Serangan Populasi tanaman cabai rawit yang ada di lapangan adalah sebanyak 256 tanaman. Pengamatan luas serangan dilakukan dengan mengamati 50% dari populasi tanaman cabai rawit yaitu 128 tanaman contoh. Pengamatan dilakukan sebanyak enam kali dengan interval waktu pengamatan dua minggu. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan melihat keberadaan puru pada bagian tanaman (kuncup, bunga, dan buah muda). Sampel dipetik kemudian dibawa ke laboratorium untuk diamati lebih lanjut. Luas serangan dihitung dengan menggunakan rumus Pengamatan Intensitas Serangan Pengamatan intensitas serangan tanaman cabai rawit dilakukan dengan mengamati 10% dari populasi tanaman contoh yaitu 25 tanaman. Jumlah populasi keseluruhan tanaman cabai rawit kurang dari 1000 tanaman sehingga tanaman contoh diambil sebanyak 10% dari populasi tanaman. Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali dengan interval waktu antara pengamatan adalah tiga minggu. Setiap tanaman contoh dihitung jumlah kuncup, bunga, dan buah muda seluruhnya baik yang bergejala maupun yang tidak bergejala. Sampel yang menunjukkan gejala puru dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pembedahan dan pengamatan. Intensitas serangan dihitung dengan menggunakan rumus

25 5 ( ) Identifikasi Parasitoid Parasitoid yang akan diidentifikasi terlebih dahulu dibuat koleksi kering dengan menggunakan karton segitiga dan ditempel dengan lem kertas. Identifikasi dilakukan hingga tingkat genus dengan kunci yang disusun oleh Boucek (1988).

26 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan YBSB terletak di Jalan Gandamanah No. 74, Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Lokasi YBSB berada di kawasan lereng Gunung Pangrango dengan ketinggian 920 m dpl dan kemiringan lahan 3-5%. Curah hujan di wilayah YBSB pada bulan Mei-Agustus 2016 berkisar antara mm/ bulan dengan penguapan mm (Lampiran 1). Kecepatan udara di wilayah YBSB sebesar 1.04 knot dan lama penyinaran matahari 7.77 jam. Suhu rata-rata 22 º C dan kelembapan rata-rata 87% (BMKG 2016). YBSB merupakan salah satu produsen sayuran organik yang ada di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor dan menjadi salah satu pionir pengembangan pertanian organik di Indonesia. Sebanyak 102 jenis tanaman holtikultura, pangan, herbal, rempah, dan buah ditanam (Lampiran 2). Sistem budi daya tanaman dikelola dengan memperhatikan sisi agronomi, cuaca, iklim, kondisi lahan, hama, dan penyakit (Fertiana 2014). Budi daya tanaman dilakukan dengan menerapkan sebagian besar sistem tumpang sari dan sebagian kecil dengan monokultur (Gambar 2). Sistem tanam tumpang sari merupakan salah satu cara untuk menambah keanekaragaman tanaman. a b Gambar 2 Sistem budi daya yang diterapkan di YBSB; (a) tumpangsari, (b) monokultur. Satu bedeng lahan ditanam beberapa jenis tanaman berbeda yang bertujuan untuk mengurangi risiko kehilangan hasil akibat serangan OPT. Tanaman cabai rawit ditanam tumpang sari dengan tanaman sayuran, salah satunya tanaman bawang daun (Gambar 3). Sistem budi daya tanaman dilakukan dengan penyiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, sanitasi dan aplikasi pestisida nabati untuk mengendalikan OPT. Penanaman cabai rawit dilakukan dengan menerapkan pola rotasi panjang. Rotasi panjang diawali dengan penanaman tanaman Fabaceae kemudian tanaman daun-daunan. Rotasi selanjutnya adalah tanaman yang menghasilkan buah, kemudian tanaman yang menghasilkan umbi dan kembali pada rotasi awal. Budi daya tanaman tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetik. OPT dikendalikan dengan aplikasi pestisida nabati dan sanitasi lahan. Pestisida nabati dibuat dengan menggunakan 2 kg daun Tephrosia sp., 2 kg lengkuas (Alpinia galanga), 2 kg serai wangi (Cymbopogon citratus), dan sabun batang.

27 7 Gambar 3 Pertanaman tumpang sari cabai rawit dengan daun bawang di YBSB Bahan yang digunakan kemudian dihaluskan, dan direbus untuk selanjutnya dilakukan penyulingan. Air hasil sulingan kemudian ditambahkan air untuk selanjutnya diaplikasikan dengan cara penyemprotan untuk mengendalikan OPT. Pestisida nabati diaplikasikan bila kerusakan yang ditimbulkan oleh hama telah melebihi ambang ekonomi (AE). Aplikasi pestisida nabati tidak dilakukan secara rutin dan hanya dilakukan bila kerusakan yang ditimbulkan hama telah menimbulkan kerugian. Pupuk kompos digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pembuatan kompos dilakukan dengan mencampurkan kotoran ayam, kotoran kambing, jerami, serasah daun, limbah baglog jamur dan ditambahkan dolomit untuk membantu pembusukan. Selain tumpang sari dan aplikasi pestisida nabati, OPT dikendalikan dengan penanaman tanaman repellent (Gambar 4). Tanaman repellent yang ditanam di antaranya yaitu tanamaan tagetes (Tagetes erecta), rosemari (Rosmarinus officinalis), adas (Pimpinella anisum), serai wangi (Cymbopogon nardus), bunga dahlia (Dahlia sp.), basil (Ocimum basilicum), kemangi (Ocimum citriodorum), geranium (Geranium sp.), dan Tephrosia sp. Penanaman tanaman repellent bertujuan untuk menolak kedatangan hama karena aroma khas tanaman repellent tidak disukai oleh hama tertentu. a b Gambar 4 Tanaman repellent yang ditanam di YBSB; (a) Tagetes erecta, (b) serai wangi.

28 8 YBSB lebih mengutamakan pengolahan lahan dengan tetap menjaga kelestarian ekosistem tanah. Budi daya dilakukan secara manual oleh pekerja. Berbeda dengan budi daya secara organik, sistem budi daya secara konvensional lebih mementingkan produktivitas hasil yang didapatkan. Secara umum sistem budi daya secara konvensional dan organik sama, akan tetapi berbeda dalam pengolahan lahan, pupuk serta pestisida yang digunakan. Budi daya cabai secara konvensional lebih banyak dikembangkan karena cabai termasuk komoditas penting dan petani cenderung menggunakan pupuk serta pestisida sintetik untuk memaksimalkan hasil yang didapatkan. Budi daya cabai secara organik jarang dikembangkan dan tanaman cabai rawit ditanam sebagai tanaman pendukung di YBSB. Gejala Serangan Gejala serangan A. capsicicola ditemukan pada kuncup, bunga, dan buah muda. Kuncup sehat memiliki bentuk mahkota bunga berwarna hijau muda (Gambar 5a). Kuncup yang terserang oleh A. capsicicola memiliki bentuk yang lebih bulat dan salah satu mahkota kuncup berwarna kecokelatan (Gambar 5b). Bila kuncup terserang dipegang, akan terasa keras dan bentuk kuncup membengkok. Bunga sehat mempunyai mahkota berwarna putih kehijauan (Gambar 5c). Bunga yang terserang oleh A. capsicicola, permukaan bunga tidak teratur, bentuk bunga menjadi melebar tidak rata (Gambar 5d). a b c d e f Gambar 5 Perbedaan kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang sehat dan terserang A. capsicicola ; (a) kuncup sehat, (b) kuncup terserang, (c) bunga sehat, (d) bunga terserang, (e) buah muda sehat, (f) buah muda terserang. Buah muda sehat memiliki bentuk mulus dengan permukaan rata dan pertumbuhan normal memanjang (Gambar 5e). Buah muda yang terserang A. capsicicola menunjukkan gejala yang khas yaitu bentuk buah muda bulat pendek melebar dan permukaan buah muda menjadi tidak rata (Gambar 5f). Bagian buah muda berkembang abnormal terlihat seperti melengkung atau melingkar.

29 Buah muda yang terserang tidak dapat berkembang secara sempurna karena bagian dalam buah dimakan oleh larva sehingga menunjukkan gejala puru. Imago A. capsicicola berbentuk nyamuk (midge) (Gambar 8a). Pada bagian dalam buah muda biasanya ditemukan satu larva atau pupa A. capsicicola (Gambar 6a, b). Menurut Busniah et al. (2010), umumnya dalam satu bagian tanaman cabai yang bergejala bila dibedah ditemukan satu individu larva atau pupa dan ada yang ditemukan dua individu larva atau pupa namun jarang di ditemukan. Pada pengamatan di laboratorium, bila dilakukan pembedahan pada kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang bergejala hanya ditemukan satu larva atau pupa saja. Di dalam puru buah muda bila dibedah juga ditemukan cendawan yang berasosiasi dengan A. capsicicola (Gambar 7). Kartosuwondo dan Harahap (1986) melaporkan bahwa Asphondylia sp. yang menyerang polong kedelai berasosiasi dengan cendawan Macrosporium sp. dan Alternaria sp. Akan tetapi, jenis cendawan yang berasosiasi dengan larva dan pupa Asphondylia sp. yang menyerang cabai di Indonesia belum pernah diteliti. 9 a b b Gambar 6 Larva dan pupa A. capsicicola yang ditemukan pada buah muda ; (a) larva di dalam jaringan buah muda, (b) pupa pada buah muda yang dibedah. Gambar 7 Cendawan yang ditemukan berasosiasi dengan A. capsicicola a b b Gambar 8 Imago A. capsicicola dan tempat keluarnya pada buah cabai rawit muda ; (a) imago, (b) puru dengan lubang keluar.

30 10 Bila imago telah keluar dari puru, pada permukaan buah ditemukan lubang keluar (Gambar 8b). Pegamatan di lapangan, banyak ditemukan buah muda dan kuncup yang telah berlubang. Buah muda bergejala yang berlubang menunjukkan bahwa imago A. capsicicola telah keluar dari inang. Imago A. capsicicola yang telah keluar dari pupa akan meninggalkan bekas pada dinding buah cabai sehingga akan terlihat berlubang. Gejala serangan A. capsicicola di lapangan selain ditemukan pada tanaman cabai rawit juga ditemukan pada cabai keriting. Akan tetapi, serangan A. capsicicola pada cabai keriting di lahan YBSB hanya ditemukan pada tanaman pinggir di green house. Tanaman cabai keriting hanya ditanam beberapa tanaman saja. Gejala serangan A. capsicicola pada cabai keriting hampir sama dengan gejala serangan pada cabai rawit. Gejala serangan pada cabai keriting terlihat lebih khas yaitu buah muda yang terserang A. capsicicola permukaan buah tidak rata dan terdapat benjolan pada permukaan buah. Bila dilakukan pembedahan pada bagian tanaman yang bergejala di dalamnya ditemukan pupa atau larva hama ini. Pada pengamatan di lapangan juga ditemukan eksuvium pupa yang masih berada pada dinding kuncup cabai keriting (Gambar 9). Gambar 9 Eksuvium pupa A. capsicicola yang menempel pada dinding kuncup cabai keriting Selain tanaman cabai rawit dan cabai keriting, cabai hias juga ditanam di YBSB. Tanaman cabai hias ditemukan di lahan blok B, namun ketika dilakukan pengamatan tidak ditemukan adanya gejala serangan hama A. capsicicola. Pengamatan di lapangan, bila ditemukan adanya gejala serangan pada salah satu bagian kuncup, bunga, dan buah muda yang terserang bisa dipastikan tanaman cabai di sekitarnya terserang oleh hama ini. Namun, gejala serangan hama tidak terlihat bila larva masih dalam instar awal. Parasitoid pada A. capsicicola Hama A. capsicicola di YBSB belum menjadi hama penting pada tanaman cabai rawit. Akan tetapi, gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama ini langsung pada hasil produksi tanaman. Bila tidak dilakukan pengendalian, hama ini akan menjadi hama penting dan merugikan. Bagian tanaman yang terserang akan menunjukkan gejala puru dan pertumbuhanya terhambat. Dari hasil

31 pembedahan, pada buah muda yang terserang ditemukan sebagian pupa dan larva terserang oleh parasitoid. Menurut Yukawa et al. (2004), parasitoid merupakan salah satu pemegang peranan yang penting dalam penekanan populasi A. capsicicola di lapangan. Parasitoid adalah larva serangga yang hidup, tinggal, dan makan di dalam tubuh serangga lain atau inang, sampai serangga tersebut mati. Hanya ada satu inang yang dibutuhkan parasitoid untuk menyelesaikan perkembangan dan pertumbuhanya. Sistem budi daya tanaman secara tumpang sari sangat mendukung keberadaan musuh alami di lapangan. Meningkatnya keanekaragaman tanaman dalam suatu ekosistem dapat meningkatkan persediaan pakan bagi parasitoid dan predator, karena dengan bertambahnya keanekaragaman tanaman terdapat juga peningkatan sumber inang atau mangsa. Budi daya tanaman yang dilakukan di YBSB tetap menjaga lingkungan kebun agar musuh alami serangga hama tetap ada. Parasitoid yang ditemukan dalam pengamatan di lapangan adalah Sigmophora sp. dari Ordo Hymenoptera, yaitu Famili Eulophidae (Gambar 10). Boucék (1988) melaporkan beberapa spesies genus Sigmophora sp. Genus ini berperan sebagai parasitoid penyebab puru dari Famili Cecidomyiidae seperti Asphondylia sp. Parasitoid ini bersifat endoparasitoid. Hasil penelitian Prima (2005) menyebutkan bahwa parasitoid yang ditemukan selain dari Famili Eulophidae, juga ditemukan dari Famili Eurytomidae mm Gambar 10 Sigmophora sp., parasitoid yang menyerang A. capsicicola Luas Serangan Luas serangan A. capsicicola di YBSB selama pengamatan berkisar antara sampai 48.40% (Gambar 11). Luas serangan tertinggi terjadi pada pengamatan pertama. Tanaman contoh yang digunakan telah berumur 3 bulan dan sudah dilakukan beberapa kali pemanenan. Pengamatan ke-2, dan ke-3 berturutturut mengalami penurunan masing-masing yaitu 34.30% dan 32.80%. Pada pengamatan ke-4 luas serangan A. capsicicola mengalami kenaikan menjadi 47.60% dan tanaman contoh yang digunakan sedang dalam masa produksi yang maksimal. Menurut Setiadi (1999), tanaman cabai rawit mengalami puncak produksi pada umur 6 bulan.

32 12 Luas serangan (%) Pengamatan ke- Gambar 11 Luas serangan A. capsicicola pada pertanaman cabai rawit di YBSB Pada pengamatan ke-5 dan 6 luas serangan A capsicicola mengalami penurunan yaitu 40.00%. Hal ini disebabkan pada areal blok A, tanaman cabai rawit ditanam secara tumpang sari dengan buncis dan bawang daun. Diduga budi daya tumpang sari dan rotasi pola tanam yang diterapkan di YBSB berpengaruh terhadap keberadaan hama A. capsicicola di lapangan. Pengamatan ke-5 dan 6 dilakukan pada bulan Agustus dan pada bulan tersebut curah hujan sedang relatif rendah yaitu mm (Lampiran 1). Tanaman cabai rawit sebagian sudah tidak terawat dan sebagian dicabut karena terserang oleh patogen penyebab penyakit. Sebagian besar siklus hidup hama ini di habiskan di dalam puru. Menurut Busniah et al. (2010), lama pradewasa hama ini yaitu 22.3 hari dan jantan hidup lebih lama yaitu 35 jam sedangkan betina 32 jam. Hasil penelitian Prima (2005) melaporkan luas serangan A. capsicicola pada cabai keriting di Desa Tugu Selatan, Kabupaten Bogor berkisar antara sampai 41.00%, sedangkan di Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor berkisar antara sampai 37.00%. Luas serangan A. capsicicola sangat dipengaruhi oleh budi daya secara tumpang sari yang diterapkan di YBSB. Rotasi tanaman dilakukan pada semua bedengan lahan dan telah dilakukan beberapa kali rotasi tanaman selama 4 bulan pengamatan. Intensitas Serangan Intensitas serangan A. capsicicola pada kuncup relatif rendah (2.07%) daripada sbunga (5.91%) dan buah muda (23.84%) (Tabel 1). Jumlah kuncup dalam satu tanaman contoh cukup banyak sedangkan hanya beberapa kuncup saja yang bergejala. Diduga, pada fase kuncup hama A. capsicicola telah meletakkan telur namun gejala serangan belum terlihat. Jumlah total kuncup yang diamati dalam empat kali pengamatan adalah sebanyak 5939, dan sebanyak 123 kuncup yang bergejala sehingga intensitas serangan kuncup relatif rendah. Tabel 1 Intensitas serangan A. capsicicola dari total jumlah kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang diamati di YBSB Jumlah total Jumlah yang Jumlah yang Intensitas terserang sehat serangan (%) Kuncup Bunga Buah muda

33 Intensitas serangan pada bunga lebih tinggi daripada bagian kuncup. Jumlah bunga dalam satu tanaman contoh berkisar antara 3-8 bunga dan hanya beberapa saja yang terserang oleh A. capsicicola. Jumlah bunga yang terserang sebanyak 44 dari 745 bunga yang diamati. Intensitas serangan pada buah muda relatif tinggi yaitu mencapai 23.84%. Jumlah total buah muda yang diamati sebanyak 902 dan 215 buah muda terserang oleh A. capsicicola. Gejala serangan pada buah muda terlihat lebih khas daripada gejala pada kuncup dan bunga. Imago betina hama A. capsicicola lebih menyukai buah muda karena memiliki ukuran yang lebih besar daripada kuncup dan bunga. Nutrisi makanan yang didapatkan lebih banyak dan dinding buah muda sekulen sehingga mudah dalam penusukan ovipositor. Menurut Busniah et al. (2010) keperidian satu imago betina A. capsicicola yaitu sebanyak 124 butir telur. Intensitas serangan pada kuncup, bunga, dan buah muda dipengaruhi oleh produktivitas dari tanaman contoh yang digunakan. Selain itu, aktivitas parasitoid dan aplikasi pestisida nabati merupakan pengendalian yang juga dapat menekan populasi hama ini di lahan pertanian organik. Rendahnya tingkat serangan dapat dipengaruhi oleh jenis inang, cuaca, lingkungan yang tidak mendukung A. capsicicola untuk bertahan hidup, ketersediaan inang yang terbatas, dan akibat dari melimpahnya musuh alami (Anastasia 2005). 13

34 14 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Gejala serangan A. capsicicola pada tanaman cabai rawit di YBSB ditemukan pada bagian kuncup, bunga, dan buah muda. Kuncup yang terserang oleh A. capsicicola memiliki bentuk yang lebih bulat dan salah satu mahkota kuncup berwarna kecokelatan. Bunga yang terserang oleh A. capsicicola, permukaan bunga tidak teratur, bentuk bunga menjadi melebar tidak rata. Buah muda yang terserang oleh A. capsicicola menunjukkan gejala yang khas yaitu bentuk buah muda berbentuk bulat pendek melebar dan permukaan buah muda menjadi tidak rata. Luas serangan A. capsicicola pada tanaman cabai rawit berkisar antara %. Intensitas serangan A. capsicicola lebih tinggi pada bagian buah muda yaitu 23.84%, pada bagian kuncup 2.07% dan bunga 5.91%. Saran Diperlukan pengamatan pada komoditas tanaman selain cabai rawit dan cabai keriting untuk menambah informasi inang alternatif dari hama A. capsicicola di pertanian organik.

35 15 DAFTAR PUSTAKA Anastasia D Morfologi, gejala serangan dan parasitoid penyebab puru cabai Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Data Iklim Citeko Kabupaten Bogor 2016 [laporan]. Bogor (ID): Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. [BPS] Badan Pusat Statistik Produksi tanaman holtikultura (dinamis) [internet]. [Diunduh 2016Agustus 2016]. Tersedia pada: Boucék Z Australian Chalcidoidea (Hymenoptera): A Biosystematic Revesionof Genera of Fourteen Families, with a Reclassification of species. Wallingford (UK): CAB Internasional. Busniah M, Hidrayani, Rahmat SZ, Yaherwandi Biologi ganjur cabai, Asphondylia capsici Barnes (Diptera: Cecidomyiidae) pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Manggaro 11(40): Fertiana GS Analisis Pendapatan Usaha Tani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Haryantini BA, Mudji S Aplikasi mikoriza, pupuk fosfat, dan zat pengatur tumbuh pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) di tanah andisol. Agritek 17(6): Kartosuwondo U, Harahap IS Biologi nyamuk puru polong kedelai (soybean pod gall-midge) Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Karyani RD Serangan Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) pada pertanaman cabai keriting dan cabai rawit (Capsicum spp.) serta parasitoidnya di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pracaya Bertanam Sayuran Organik. Cetakan ke-enam. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Prima R Serangan Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) pada pertanaman cabai keriting di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua dan Desa Cibanteng, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setiadi Jenis dan Budi Daya Cabai Rawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Setiawati W, Murtiningsih R, Sopha GA, Handayani T Petunjuk Teknis Budi daya Tanaman Sayuran. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Sumarni N, Agus M Budi daya tanaman cabai merah. J Hort Sutanto R Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Kanisius. Uechi N, Yukawa J, Tokuda M, Maryana N, Kikumura TG, Kim W Description of the Asian chili pod gall midge, Asphondylia capsicicola sp. n., with comparative notes on Asphondylia gennadii (Diptera: Cecidomyiidae) that induces the same sort of pod gall on the same host

36 16 plant species in the Mediterranean region. J Entomol. doi /s Yukawa J, Uechi N, Horikiri M, Tokuda M Description of the soybean pod gall midge, Asphondylia yushimai sp. (Diptera: Cecidomyiidae), a major pest of soybean and finding of host alternation. B Entomol Res 93:34-86.

37 LAMPIRAN 17

38 18 Lampiran 1 Data iklim Citeko tahun 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI DRAMAGA BOGOR BMKG Alamat: Jl. Alternatif IPB-Situgede Telp. (0251) Klimat_bgr@yahoo. Kotak Pos 174 Bogor Fax. (0251) DATA IKLIM CITEKO TAHUN 2016 Nama Provinsi : Jawa Barat Lintang : 06 o 42 LS Nama Kabupaten : Bogor Bujur : 106 o 56 BT Nama Stasiun : CITEKO Tinggi : 920 m 2016 Tahun Suhu pada jam Kelembapan pada jam Curah hujan Bulan Rataan Rata2 Maks C C C C % % % % (mm) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU Keterangan: Satuan curah hujan (mm/bulan) Bogor, 16 September 2016 Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor HADI SAPUTRA, S.Si, M.Si NIP

39 19 Lampiran 2 Daftar tanaman yang ada di pertanian organik YBSB Jenis produk tanaman Nama umum tanaman Tanaman utama Tanaman pendukung Bayam hijau Bayam merah Spinach Bit Caisim Kailan Kol bulat putih Pakcoi hijau Petsai nagaoka Selada cos Selada keriting Selada merah Selada siomak Wortel Jagung manis Kangkung Bawang daun Brokoli Kol bunga Lobak Pakcoi putih Kale Sawi pahit Buncis Kacang merah Kacang tanah Kapri muda Kapri polong Kecipir Cabai rawit Endiv Jagung biji Selada head Seledri Timun jepang Timun lokal Labu siam Labu siam baby Tomat buah Tomat cherry Lidah buaya Okra

40 20 Lampiran 2 Daftar tanaman yang ada di pertanian organik YBSB (lanjutan) Jenis produk Tanaman penunjang lingkungan atau ekosistem Produk pendukung Nama umum tanaman Selada cos merah Selada green Bayam taiwan Cabai hijau Cabai keriting Cabai rawit merah Terung lalap Terung ungu Leunca Daun bit Daun ginseng Daun labu siam Oyong Paria Zucchini Emes atau gambas Daun lobak Kol bulat merah Daun poh-pohan Daun singkong Daun ubi Katuk Daun wortel Kacang panjang Kapri pucuk Selada air Kenikir Daun pepaya Cewiwis Arugula Jeruk limo

41 Lampiran 2 Daftar tanaman yang ada di pertanian organik YBSB (lanjutan) Jenis produk Produk lain dan buah Nama umum tanaman Bunga pepaya Lemon Jeruk pamelo Labu parang Labu kabocha orens Labu kabocha hijau Pisang ambon Pisang lampung Pisang tanduk Singkong Ubi jalar merah/putih Alpukat Nangka muda 21 Tanaman herbal Basil/Selasih Kemangi Oregano Peppermint Rosemary Sage Thyme Bawang aldi Bawang kucai Bawang lukio Ketumbar Kunyit Lengkuas Sereh Lemon balm Stevia Wheatgrass

42 22 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pati, Jawa Tengah pada tanggal 16 Februari 1995 dari pasangan Almahrum Bapak Pasmin Fauzi dan Ibu Kasriah. Penulis merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara, dengan kakak bernama Sri Ekawati, SP. Penulis mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Gembong Pati, Propinsi Jawa Tengah tahun 2007 hingga 2009 dan dilanjutkan di SMA Negeri 3 Pati tahun 2009 hingga Penulis meneruskan kembali pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian pada Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kepanitiaan. Penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) sebagai anggota Akpresinfo periode Selain itu, penulis juga aktif mengikuti Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Pati selama berkuliah di IPB. Selanjutnya, penulis mengikuti kegiatan IPB Goes to Field di Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah pada tahun Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti beberapa kepanitian, seperti Mahakarya Fakultas Pertanian pada tahun 2014, panitia divisi humas National Plant Protection Event (NPV) tahun 2013 dan divisi acara tahun Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Entomologi Umum pada tahun 2016.

Daftar Harga Produk Sayuran

Daftar Harga Produk Sayuran Daftar Harga Produk Sayuran Blok D6 No. Griya Harapan Permai Bekasi 73 Telp: x @berandaorganik a @berandaorganik Pengkinian: 205-0-02 ID Produk SAY-0 Bayam Hijau 200 Rp 7.000 SAY-02 Bayam Merah 200 Rp

Lebih terperinci

Daftar Harga Produk Utama

Daftar Harga Produk Utama Daftar Harga Produk Utama Blok D6 No. Griya Harapan Permai Bekasi 73 < +62 82 8308 797 x @berandaorganik a @berandaorganik @ berandaorganik@gmail.com www.berandaorganik.weebly.com Pengkinian: 205--9 ID

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN (SAYURAN) : Produsen Oelon III, Kelurahan Sikumana Kec. Maulafa

IDENTIFIKASI PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN (SAYURAN) : Produsen Oelon III, Kelurahan Sikumana Kec. Maulafa IDENTIFIKASI PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN (SAYURAN) LOKASI I : Produsen Oelon III, Kelurahan Sikumana Kec. Maulafa No Jenis 1. Kangkung Suber Benih Toko Waris Toko Tani Lama Produksi 24-25 hari 2. Selada

Lebih terperinci

HARGA SAYURAN KASYARA PER 1 NOVEMBER 2016

HARGA SAYURAN KASYARA PER 1 NOVEMBER 2016 HARGA SAYURAN KASYARA PER 1 NOVEMBER 2016 1. ASPARAGUS HIJAU 250 GR Rp30.000 2. ASPARAGUS PUTIH 250 GR Rp34.000 3. BASIL 100 GR Rp16000 4. BAYAM HIJAU 250 GR Rp9.500 5. BAYAM MERAH 250 GR Rp9.000 6. BIT

Lebih terperinci

(DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI RAWIT

(DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI RAWIT SERANGAN Asphondylia sp. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI RAWIT (Capsicum spp.) SERTA PARASITOIDNYA DI DESA CIKARAWANG, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR RANI DESSY KARYANI

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 0 PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 10712017 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b) BAB I PENGANTAR Guna melakukan budidaya tanaman, agar tanaman dapat menghasilkan secara optimal, maka harus memerhatikan syarat tumbuh tanaman, sebab setiap jenis tanaman memiliki kekhasan sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) SERTA HASIL PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG MOHAMAD AFIAT PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK ABRIANI FENSIONITA. Perkembangan

Lebih terperinci

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN 1 KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN R. PANJI FERDY SURYA PUTRA A44101063 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Dasar agronomy " penanaman"

Dasar agronomy  penanaman Dasar agronomy " penanaman" Kegiatan penanaman merupakan salah satu langkah dalam budidaya tanaman. Dalam penanaman ada dua macam cara, yaitu langsung ditanam pada media tanam dan melalui pesemaian terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi yang cukup

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO 1 PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2013 2 A. PEMUPUKAN HAYATI PADA SAYUR KANGKUNG

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI Oleh : Ratna Setiawati NIM 060210103007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH:

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH: PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH: FEBRIYANTI SARI DEWI 110301239 AGROEKOTEKNOLOGI / HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian CV. Kebun Citra Sehat Organik berlokasi di kampung Lembah Nendeut, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Wilayah kota Bogor

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011 PENGGOLONGAN TANAMAN Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011 1 PENGGOLONGAN TANAMAN BERDASARKAN : (A) FAKTOR TANAMAN : 1. Umur Tanaman (Tanaman Setahun, Tahunan, Diperlakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman

Lebih terperinci

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Kegiatan ekonomi yang

Kegiatan ekonomi yang Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Sayuran Organik di Pekarangan Rumah Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terutama pada

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura terutama jenis sayur-sayuran dan buah-buahan sangat diminati oleh konsumen. Sayuran diminati konsumen karena kandungan gizinya baik dan dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA

PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK MIFTAHUL

Lebih terperinci

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Endjang Sujitno 1), Taemi Fahmi 1), dan I Djatnika 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jln. Kayuambon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi   Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN. Nomor : 001/RS-ULP/LSPBM-BBRVBD/04/2016

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN. Nomor : 001/RS-ULP/LSPBM-BBRVBD/04/2016 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA BALAI BESAR REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA (BBRVBD) UNIT LAYANAN PENGADAAN Jl. SKB No. 5 Karadenan Cibinong Bogor, 16913 Telp. (0251) 8654702 8654705 Fax. 8654701

Lebih terperinci

Lampiran Surat Penawaran Harga

Lampiran Surat Penawaran Harga Lampiran Surat Penawaran Harga i i. DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA Kop Perusahaan DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA PENAWARAN : Pengadaan Bahan Makanan Keperluan Narapidana/Tahanan Satuan Kerja : Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN

TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman AGROTEKNOLOGI Kelas D Disusun Oleh : Widi Elsa Nursuci Lestari 150510150095 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Pengorok Daun Manggis

Pengorok Daun Manggis Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman

Lebih terperinci

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas BA PUSAT STATISTIK DEPARTEMEN PERTANIAN LAPORAN TANAMAN SAYURAN BUAH-BUAHAN SEMUSIM RKSPH-SBS (Isian dalam Bilangan Bulat) PROPINSI : BANTEN 3 6 Bulan JANUARI 1 KAB./KOTA : LEBAK 2 Tahun 217 1 7 Luas Luas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... vii TIM PENGUJI... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R. KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R. DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Sawi Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya segar dan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

Beberapa Aspek Budidaya dalam Sistem Pertanian Organik*)

Beberapa Aspek Budidaya dalam Sistem Pertanian Organik*) Beberapa Aspek Budidaya dalam Sistem Pertanian Organik*) Oleh: Tino Mutiarawati**) PENDAHULUAN Kemajuan teknologi dalam bidang pertanian sebagai dampak dari revolusi industri, revolusi kimia dan revolusi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK Farida Aryani dan Sri Rustianti Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin,

Lebih terperinci