BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Anak yang Mengakibatkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Anak yang Mengakibatkan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Anak yang Mengakibatkan Tindakan Kriminal di Kota Gorontalo Sebagai instrumen untuk mengatur dan menjadi pedoman secara khusus dalam memberikan perlindungan anak khususnya di Kota Gorontalo yang didasari Undang Undang No 23 Tahun 2002 tentang Pelindungan Anak. Undang Undang ini lahir untuk memberikan pemenuhan hak-hak anak serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi, sehingga anak mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia. Selain itu juga peraturan ini lahir sebagai bentuk dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 butir ke-2 menjelaskan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berparsitipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan dalam Pasal 1 butir ke-15 dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak juga menyebutkan tentang perlindungan khusus bagi anak adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat seperti anak yang dalam kondisi pola pikirnya masih terkontaminasi 27

2 28 dengan pemahaman terhadap suatu perbuatan kejahatan yang sering dilakukan dengan menganggap perbuatan kejahatan adalah halal menurut anak tersebut karena sudah terbiasa sehingganya oleh pemerintah pusat lebih khusus lagi di Kota Gorontalo patut dijadikan sebagai perhatian yang serius guna masa depan anak-anak tersebut bisa lebih cerah berdasarkan amanat undang-undang, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dari penelantaran. Perkembangan kejiwaan anak, karena anak tidak sama dengan orang dewasa, anak memiliki sistem penilaian kanak-kanak yang menampilkan martabat anak itu sendiri dan kriteria norma tersendiri, sebab sejak lahir anak sudah menampakan ciri-ciri dan tingkah laku karakteristik yang mandiri, memiliki kepribadian yang khas dan unik hal ini disebabkan oleh karena tahap perkembangan anak itu memang selalu berlainan dengan sifat-sifat dan ciricirinya, dimulai pada usia bayi, remaja, dewasa dan usia lanjut, akan berlainan fisik psikis maupun jasmaninya. Seorang bayi misalnya, berlainan sifatnya dengan pemain kecil, sibuyung atau siupik yang masih sangat kecil berbeda ciri dan ulahnya dengan anak sekolah kehidupan psikis anak usia sekolah berbeda dengan anak berjiwa puber, sedangkan anak puber berbeda jasmaniah dan kehidupan psikisnya dengan orang dewasa setengah tua.

3 29 Berdasarkan data yang diperoleh dari Polres Gorontalo Kota terdapat 7 (tujuh) kasus yang masuk dan 5 (lima) kasus yang diproses seperti tergambar dalam tabel berikut : Tabel I Jumlah Kasus Kenakalan anak yang ada di Polresta Gorontalo Tahun NO TAHUN KASUS KENAKALAN ANAK PRESENTASE ,29 % ,57% ,14% JUMLAH 7 100% Tabel II Jumlah Kasus Kenakalan anak yang sudah dilimpahkan di Kejaksaan Tahun NO TAHUN KASUS KENAKALAN ANAK PRESENTASE % % % JUMLAH 5 100% Sumber Data. Polres Gorontalo Kota.2012

4 30 Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, yaitu periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 tercatat kenakalan anak yang diterima oleh Polres Gorontalo Kota sebanyak 5 (lima) kasus yang diproses atau diserahkan di Kejaksaan Gorontalo dan dilakukan penyelidikan dan penyidikan, Sedikitnya kasus kenakalan anak yang diterima oleh Kejaksaan Negeri Gorontalo untuk dilakukan proses dan kemudian dilimpahkan ke pengadilan. Tabel III Rincian Kasus Kenakalan anak yang sudah dilimpahkan di Kejaksaan dan diproses di Polres Gorontalo Kota Tahun No Tahun Inisial Umur L/P Kasus Pasal HA 15 L Pencurian Pasal 363 ke 3 KUHP Pasal 82 UU RI DI 11 L Pencabulan No. 23 Tahun NI 16 P Pemalsuan Berkas 2002 Pasal 362 KUHP Pasal 82 UU RI ZR 13 L Pemerkosaan No. 23 Tahun RI 14 L Pencurian Pasal 363 ke 3 KUHP Sumber Data. Polres Gorontalo Kota.2012

5 31 Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ke 5 (lima) orang terdakwa, Peneliti merumuskan faktor-faktor penyebab tindakan kriminal anak sebagai berikut 1 : 1. Faktor Ekonomi Keluarga Ekonomi keluaga merupakan pondasi utama dalam membangun dan mengembangkan hubungan maupun potensi anak. Banyak hal yang bisa mempengaruhi hubungan dalam keluarga apabila keluarga tersebut berekonomi lemah atau kurang mampu. Misalnya orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya yang mengakibatkan anaknya kurang terdidik hingga menjadi nakal. Terdapat contoh lain misalnya orang tua yang tak mampu mengabulkan permintaan anaknya sehingga anak tersebut berupaya memiliki keinginannya walaupun dengan cara yang tidak halal. Kasus yang terjadi di Kota Gorontalo dari faktor ini yaitu Pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Terdakwa berinisial RI di tahun Anak ini melakukan pencurian diakibatkan karena kurangnya pendidikan (tidak sekolah) dan keinginan anak tersebut untuk membeli kendaraan bermotor sebagai alat transportasi pribadi. 2. Faktor Pendidikan Orang tua Orang tua sangatlah berperan penting dalam mendidik dan membina anaknya, agar anak tersebut tidak terjerumus dalam hal-hal yang kurang baik. Apabila orang tua salah mendidik atau hanya mengabaikan anaknya maka besar kemungkinan anak tersebut merasa haus akan kasih sayang sehingga 1 Hasil Wawancara dengan 5 orang anak yang melakukan tindakan kriminal

6 32 membuatnya frustasi dan melakukan hal-hal yang jauh diluar pengawasan orang tua. Faktor inilah yang sangat krusial dan paling mempengaruhi anak untuk melakukan tindakan kriminal. Terhitung 4 dari 5 orang anak mengakui melakukan tindakan kriminal diakibatkan karena frustasi yang diakibatkan oleh hubungan orangtua dan anak yang kurang harmonis atau anak yang tidak mendapatkan perhatian dan pendidikan dari orangtua. 3. Faktor Kebiasaan Orang tua Kebiasaan orang tua juga merupakan faktor penting dalam membina potensi maupun perilaku anak. Anak-anak yang biasa dimanjakan oleh orang tua cenderung lebih nakal daripada anak yang tidak sering dimanja. Hal ini disebabkan karena anak yang melakukan kesalahan tetapi orang tua tidak memarahi anaknya dan akan menimbulkan tanda tanya pada anak, apakah yang dilakukannya salah atau benar, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, dan sebagainya. Kebiasaan orang tua yang tidak nampak ini jika tidak segera diluruskan maka akan menjadi kebiasaan yang salah dan sulit untuk dihapuskan. Terdapat kasus pemalsuan berkas yang dilakukan oleh seorang anak berinisial NI yang diakibatkan karena terlalu dimanjakan orangtuanya sehingga tidak mengetahui yang dilakukannya salah atau benar. Anak tersebut memalsukan berkas-berkas sekolah dan tempat Kerja praktek yang dilakukannya pada saat itu. 4. Faktor Lingkungan Masyarakat Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau bisa dikatakan rawan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kenakalan anak, karena

7 33 jika anak hidup dalam lingkungan yang rawan bisa membuat anak mengikuti lingkungan sekitar hingga berbuat tindakan kriminal. Misalnya dilingkungan sekitar terdapat anak sebaya yang putus sekolah atau anak jalanan. Hal ini dapat menyebabkan pergaulan anak menjadi bebas dan mengikuti gaya hidup anak jalanan tersebut. Kasus yang terjadi akibat faktor ini yakni pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang anak yang berinisial ZR. Terdakwa mengaku melakukan pemerkosaan dikarenakan sering bergaul dengan orang dewasa, dan melakukan tindakan kriminal akibat pengalaman orang dewasa yang salah dan diajarkan pada anak tersebut. 5. Faktor Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan tempat anak untuk menuntut dan menimba ilmu. Sekolah juga dapat diartikan sebagai tempat belajar segala pengetahuan baik pengetahuan umum, beretika maupun berperilaku. Guru sebagai kunci utama di sekolah memegang tanggung jawab besar sebagai tenaga pendidik setiap anak-anak di sekolah. Guru yang bertugas sebagai orang tua di sekolah ini jika mengabaikan atau salah mendidik siswanya, maka akan membuat siswa tersebut bersifat memberontak dan menjadi nakal. Contohnya guru yang memarahi anak didik tanpa alasan, teknik mengajar guru yang membosankan sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar, Guru yang pilih kasih atau guru yang salah memberikan pengertian dalam pengajaran. Kasus yang dilakukan oleh terdakwa berinisial HA dipengaruhi oleh faktor ini. Terdakwa mengaku bosan mengikuti pelajaran dan mulai bergabung dengan anak-anak nakal disekolah. Akibat kurangnya pendidikan sehingga membuat anak tersebut

8 34 melakukan tindakan kriminal yaitu mencuri dan merusak properti milik orang lain. 6. Faktor Media Massa Perkembangan teknologi dewasa ini khususnya internet berkembang dengan pesat. Internet memudahkan masyarakat untuk mengakses semua informasi yang ada di dunia, baik itu informasi berupa data kumpulan kata, data suara, data gambar dan data video. Kemudahan ini bisa berdampak baik dan buruk bagi orang yang mengaksesnya. Anak-anak yang memiliki rasa ingin tahu yang begitu tinggi bisa menyalahgunakan kemudahan internet dan menambah wawasan negatif yang belum siap anak tersebut hadapi. Akibat dari dampak buruk teknologi ini terdapat 1 kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang anak berinisial DI. Anak tersebut kecanduan dengan video porno yang sering dia dapatkan melalui internet dan penjual disk porno hingga membuatnya melakukan tindakan kriminal B. Upaya yang harus dilakukan Pemerintah dalam Mencegah Kenakalan anak yang Mengakibatkan Tindakan Kriminal di Kota Gorontalo Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Waskito selaku Wakil Pemberdayaan Sosial di Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Gorontalo 02/01/2014, dalam beberapa tahun ini Pemerintah sudah berupaya untuk mencegah kenakalan anak yang menyebabkan tindakan kriminal, yaitu 2 : 2 Hasil Wawancara dengan Bapak Waskito selaku Wakil Pemberdayaan sosial Dinas Tenaga kerjadan sosial Kota Gorontalo 03/01/2014

9 35 1. Sosialisasi Anti Narkoba Sosialisasi ini dikhususkan untuk kalangan siswa dimana peran siswa sebagai generasi penerus bangsa sangat berpengaruh untuk kemajuan daerah Kota Gorontalo. Sosialisasi ini ditujukan untuk memeberikan wawasan lebih kepada siswa tentang definisi narkoba, pengenalan jenis-jenis narkoba dan dampak buruk yang dihasilkan oleh bahan berbahaya ini. 2. Sosialisasi tentang dampak buruk Seks bebas Seks merupakan suatu hal yang tidak lagi tabu untuk dibicarakan pada jaman kini dari anak kecil hingga orang tua tahu apa itu seks. Begitu juga remaja masa kini, mereka tahu apa itu seks. Tetapi para remaja hanya sebatas tahu tentang seks, namun tidak memahami apa seks tersebut sebenarnya. Mereka tidak mengerti akan dampak seks tersebut. Apa beda antara aktivitas seks dan hubungan seks mungkin mereka juga tidak mengerti. Perlu diketahui berpelukan dan berciuman dengan pasangan kita pun itu sudah termasuk aktivitas seks. Untuk itu alangkah pentingnya sosialisasi tentang seks dari dini agar kita memahami sisi positif dan negatif yang ditimbulkan oleh seks tersebut. Sosialisasi ini juga sudah termasuk dengan dampak buruk yang ditimbulkan yakni kehamilan diluar perkawinan bahkan yang lebih parah lagi penyakit menular seksual. Upaya pemerintah ini sering dibantu oleh beberapa organisasi masyarakat lainnya yang peduli terhadap dampak buruk seks bebas.

10 36 3. Melakukan Operasi Rutin Pemerintah menugaskan petugas kepolisian yang dibantu oleh Satpol PP ini untuk tu run dalam melakukan operasi rutin mengecek apakah ada siswa yang bolos atau berkeliaran saat jam sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat kenakalan anak dan tindak pidana yang dilakukan oleh anak. 4. Rehabilitasi Anak yang melakukan tindak pidana setelah diproses, dilakukan rehabilitasi sebagai pembinaan dalam upaya pencegahan anak tersebut mengulangi kenakalannya yang mengakibatkan tindakan kriminal. Setelah peneliti merumuskan faktor-faktor penyebab kenakalan anak di Kota Gorontalo, peneliti menemukan bahwa masih banyak upaya-upaya lainnya dalam membantu Pemerintah untuk mencegah timbulnya kenakalan anak yang mengakibatkan tindakan kriminal. Berikut upaya-upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah Kota Gorontalo untuk mencegah kenakalan anak yang mengakibatkan tindak kriminal : 1. Sosialisasi kepada masyarakat atau para orangtua Orangtua merupakan pendidik pertama dan sebagai pembina utama tingkah laku dan cara hidup anak. Oleh karena itu upaya ini sangat penting dalam membangun penerus bangsa yang lebih baik. Tak hanya sekedar sosialisasi biasa, namun sosialisasi ini harus lebih mengingatkan orangtua terhadap buruknya tindakan kriminal yang

11 37 dilakukan oleh anak. Maka dalam sosialisasi ini materi yang diberikan kepada orangtua harus singkat, tegas, dan padat. seperti : a) Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak. b) Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu c) Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak d) Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga. Disamping materi yang wajib diatas, terdapat pula materi lain untuk menjadikan orang tua sebagai pendidik anak yang lebih berkualitas : a) Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna. b) Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif, supaya kepribadian dan kreatifitas anak terasah. c) Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak. d) Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya. Dijelaskan lebih detail lagi tentang materinya yakni pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah perlindungan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :

12 38 a) Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kesalahan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan anak; b) Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya; c) Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu; d) Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari. 2. Program Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Ekonomi keluarga juga termasuk salah satu faktor timbulnya kenakalan anak yang mengakibatkan tindakan kriminal. Alangkah baiknya pemerintah membantu masyarakat Kota Gorontalo pada khususnya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan memberantas kemiskinan. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa: a) Memperbesar peluang pencari kerja bagi rakyat domisili Kota Gorontalo dengan membuka lowongan-lowongan pekerjaan. b) Membantu masyarakat yang kurang mampu seperti pemberian modal Rp ,- tetapi dalam bentuk peralatan agar memudahkan masyarakat membangun usaha skala kecil. c) Mengganti pola pikir masyarakat kota Gorontalo yang selalu berpatokan mencari pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pemikiran seperti ini membuat masyarakat Kota

13 39 Gorontalo lebih berusaha mendapatkan pekerjaan ini ketimbang menjadi seorang pengusaha. d) Pendanaan kepada remaja untuk membangun mental menjadi seorang pengusaha agar remaja Kota Gorontalo menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tangguh dalam menghadapi persoalan ekonomi. 3. Merubah suasana setiap sekolah di Kota Gorontalo menjadi lebih Intelektual tapi menyenangkan Sekolah yang pada dasarnya tempat menuntut ilmu dan mengembangkan bakat sebenarnya belum tentu menjadi tempat yang diinginkan setiap anak. Alangkah baiknya jika pemerintah berupaya untuk merubah suasana sekolah menjadi lebih menyenangkan namun tetap tertuju pada kurikulum nasional. Dalam mewujudkan upaya ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan pemerintah, yakni memberikan pengarahan terhadap guru-guru yang dapat berupa sosialisasi. Sosialisasi ini bertujuan untuk merubah cara pengajaran guru yang membosankan dan tidak terlalu disukai oleh siswa. Materi dalam sosialisasi pengarahan guru-guru ini materinya harus sesuai dengan kurikulum nasional dan diberi sedikit penekanan pada kemampuan mereka menyalurkan pendidikan. Berikut contoh materi sosialisasi untuk menjadikan guru sebagai orangtua atau pendidik yang berkualitas :

14 40 a) Bentuklah pengalaman belajar sesuai rasa ingin tahu alamiah anak, dengan menghadapkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan, tujuan dan minat anak. b) Perkenankanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan belajar. c) Berikanlah pengalaman dari kehidupan nyata yang menuntut peran serta secara aktif pada anak dan kembangkanlah kemampuan yang perlu untuk itu d) Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa atau anak didik melakukan penyelidikan, percobaan (eksperimental) dan penemuan sendiri. e) Bertindaklah lebih sebagai sumber belajar dari pada sebagai penyampai informasi, serta jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak. f) Dorong dan hargailah inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu. g) Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Tentu saja selama tidak berbahaya dan membahayakan. h) Hendaklah tidak lupa menghargai dan memuji usaha-usaha baik dari anak. Penerapan cara-cara dari materi tersebut tentu saja akan dirasakan sangat penting, apabila kita dapat memahami dunia anak yang diwujudkan oleh anak melalui kenakalan anak pada dasarnya hanya

15 41 untuk menunjukkan kepribadian dan pengembangan kreativitas anak sebagai bentuk perhatian dan imajinasinya. Berdasarkan hal tersebut tentunya dapat di lihat bahwa dengan pengarahan kepada guru dapat menghindari hal-hal berdampak pada kenakalan anak seperti a) Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Sehingga menyebabkan emosi anak tersebut naik atau marah. b) Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. c) Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. d) Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal. e) Anak-anak yang suka berbohong. f) Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu temantemannya di sekolah. 4. Memperbaiki dan Menertibkan Lingkungan Masyarakat Kota Gorontalo Lingkungan yang sehat dapat menjadikan anak yang tinggal dalam lingkungan tersebut menjadi sehat pula. Begitu juga sebaliknya Jika anak tinggal di lingkungan yang buruk atau bisa dikatakan rawan dapat membuat tingkah laku anak menjadi buruk dan cenderung lebih

16 42 mudah bertindak nakal. Berikut langkah yang harus dilakukan pemerintah untuk mewujudkan upaya ini : a) Mengurangi polusi udara dan menggerakkan masyarakat untuk sadar dengan dampak polusi dan kebersihan lingkungan. Dan juga mewajibkan setiap rumah memiliki Ruang Terbuka Hijau. b) Mengurangi tindak kriminal yang terjadi di daerah pemukiman seperti pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, dan sebagainya.. c) Pembangunan sarana panti rehabilitasi d) Pendataan anak-anak terlantar, anak jalanan dan anak yang melakukan tindakan kriminal. e) Mengadakan Program Kerja Sosial Anak (PKSA) dibawah lindungan Lembaga Kerja Sosial Anak (LKSA) untuk anak yang putus sekolah atau kurang mampu. 5. Mengontrol dampak buruk teknologi Pada masa perkembangan dunia teknologi, internet semakin menjadi jawaban dari segala rasa ingin tahu. Terutama pada anak, internet menjadi penambah wawasan postif dan wawasan negatif yang belum siap anak tersebut hadapi. Oleh karena itu, untuk menghadapi dampak buruk teknologi ini pemerintah dapat melakukan langkahlangkah sebagai berikut : a) Meminta penyedia Internet Service Provider (ISP) atau bisa juga disebut dengan penyedia layanan internet contohnya telkom

17 43 speedy untuk membatasi akses ke situs-situs yang tidak membangun anak seperti situs porno, judi online, dan sebagainya b) Mengeluarkan peraturan untuk membatasi akses jaringan hotspot gratis di semua titik di Kota Gorontalo c) Mengeluarkan aturan untuk memasang penyaring web di tiap warnet untuk membatasi pengguna anak yang menelusur web yang tidak baik. d) Memberikan pengertian kepada orangtua terhadap bahaya internet dan memberikan akses terbatas kepada anak-anak dalam penggunaan komputer di rumah. e) Melakukan razia terhadap penjual video porno yang marak di kota Gorontalo.

18 44 INSTRUMEN WAWANCARA Objek Penelitian Nama Informan Jabatan Tanggal, Waktu Tempat Topik : Polres Gorontalo Kota : Emil, S.H : Kepala Unit PPA : 27 /11/2013, Pukul WITA : Ruangan PPA Polres Gorontalo Kota : Kenakalan anak yang Mengakibatkan Tindakan Kriminal di Kota Gorontalo 1. Apakah faktor faktor penyebab kenakalan anak yang mengakibatkan tindakan kriminal di kota gorontalo? Menurut saya faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan anak tersebut seperti terjadinya faktor keluarga di sini kan juga sangat berpengaruh bagi anak-anak tersebut. Di mana keluarga merupakan pondasi utama dalam membangun dan mengembangkan potensi anak, ada juga faktor lain seperti, ekonomi keluarga, kebiasaan orang tua, masyarakat, lingkungan sekolah, dan media massa. 2. Dari tahun , berapa jumlah tindakan kriminal anak.? Itu kan sudah ada datanya sama adek, jadi kalau mau lebih rinci kami ada buku pendataan tentang perempuan dan anak jadi adek bisa liat di buku tersebut berapa banyak anak-anak melakukan tindakan kriminal pada tahun tersebut.

19 45 3. Apa saja kenakalan anak yang menyebabkan tindakan kriminal di kota Gorontalo? Nah di sini kenakalan anak yang bisa menyebabkan tindakan kriminal seperti penganiayaan, pembunuhan, pencabulan, mengkonsumsi narkoba, mencuri iya kan? sudah banyak yang kami tangani dalam kasus seperti itu 4. Pada usia berapa yang sangat rentan terjadinya kriminal anak? Usia yang rentan terjadinya kriminal anak tersebut pada usia 12 sampai 16 tahun. Ini terjadi banyak pada anak-anak SMP karena pada masa-masa inilah pemikiran mereka itu masih polos sukanya ikut-ikutan apa yang terjadi di sekitarnya. 5. Bagaimana proses-proses penyelesaian kasus tindak kriminal anak? Di pertanyaan ini dek kami punya slide sedikit bagaimana menyelesaikan kasus tindakan kriminal, sini dek coba di liat atau di copy filenya, begini penjelasannya Keadilan restoratif penyelesaian perkara TP dg melibatkan pelaku, korban, kel. pelaku/korban, dan pihak lain yg terkait utk bersamasama mencari penyelesaian yg adil dg menekankan pemulihan kembali. Misalnya ada contoh anak yang berumur 14 tahun tersangka kami serahkan ke orang tua untuk di awasi apabila anak itu lebih dari 14 tahun maka perkara kita selesaikan di pengadilan. 6. Apa saja upaya pemerintah dalam mencegah kenakalan anak yang menyebabkan tindakan kriminal?

20 46 Upaya-upaya pemerintah itu seperti melakukan sosialisasi kepada anakanak bahaya dari kenakalan anak seperti dalam masalah seks maupun masalah-masalah yang bisa membahayakan diri mereka sendiri kan? Terus ada juga upaya yang lain misalnya melaksanakan operasi rutin di sini pemerintah sudah bekerja sama dengan kepolisian untuk menangani atau melaksanakan operasi rutin pada siswa-siswa atau anak yang masih di bawah umur 7. Bagaimana peran polresta dalam mewujudkan upaya pemerintah dalam mencegah kenakalan anak yang menyebabkan tindakan kriminal? Seperti yang saya jelaskan tadi dek pemerintah itu sudah bekerja sama dengan kepolisian dalam menangani hal tersebut. Sekarang kan sudah banyak pihak kepolisian sudah turun ke sekolah-sekolah untuk memberikan penyuluhan kepada siswa-siswa tapi pihak kepolisian itu tidak hanya turun ke sekolah tapi mereka juga turun ke desa-desa. Terima kasih..

21 47 INSTRUMEN WAWANCARA Objek Penelitian Nama Informan Jabatan : Dinas Tenaga Kerja dan Sosial : Waskito : Wakil Pemberdayaan Sosial Tanggal : 02 /01/2014, Tempat Topik : Ruangan Pemberdayaan Sosial : Kenakalan anak yang Mengakibatkan Tindakan Kriminal di Kota Gorontalo 1. Apa saja upaya-upaya yang sudah di lakukan oleh pemerintah untuk mencegah timbulnya tindakan kriminal anak? Untuk saat ini pemerintah sudah melakukan beberapa upaya seperti sosialisasi-sosialisasi narkoba dan seks bebas. Ada juga upaya lainnya seperti rehabilitasi dan razia bagi anak-anak yang bolos sekolah 2. Apakah upaya yang dilakukan sudah baik? Terhitung sudah cukup baik yah, namun masih banyak sih kekurangan yang harus diperbaiki 3. Menurut bapak apa saja upaya tambahan yang harus dilakukan pemerintah untuk mencegah kenakalan anak yang mengakibatkan tindakan kriminal? Kalo menurut saya sih masih ada upaya yang harus dilakukan contohnya seperti sosialisasi langsung ke masyarakat, membuat Perda/Pergub,

22 48 Membangun panti rehabilitasi, membuat program usaha ekonomi produktif, dan program kerja sosial anak.

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Disampaikan pada acara Pembahasan Indikator KLA, 18 April 2015 INDIKATOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan atas Eksploitasi dan Tindak Kekerasan Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pembahasan mengenai anak adalah sangat penting karena anak merupakan potensi nasib manusia hari mendatang, dialah yang ikut berperan menentukan sejarah sekaligus cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peranperan strategis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepolisian Republik Indonesia 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya. Perlindungan yang diberikan pada anak merupakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya juga melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 32 BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan Anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peran strategis dan ciri serta sifat-sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi

Lebih terperinci

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet? No. Responden : Umur : tahun Kelas/jurusan : Jenis kelamin : L/P Tempat tinggal : Uang saku : Rp. Perhari Pendidikan terakhir Orangtua : Pendidikan terakhir Ayah Ibu Pekerjaan Orangtua : Penghasilan Orang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 77 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan : a. diskriminasi terhadap anak

Lebih terperinci

Call Center : 129 : tesa.bali Blog : tesabali.wordpress.com Twiter TESA 129 BALI 2

Call Center : 129 : tesa.bali   Blog : tesabali.wordpress.com Twiter TESA 129 BALI 2 1 Call Center : 129 FB : tesa.bali Email : tesabali129@gmail.com Blog : tesabali.wordpress.com Twiter : @tesabali 2 Pd th 2010 kasus hukum yg melibatkan anak2 di Polda Bali : 148 kasus, diantaranya 56

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG { PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup dengan baik tanpa berhubungan dengan orang lain, karena hampir setiap hari

Lebih terperinci

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI [A. Ernest Nugroho, SMA ST. CAROLUS SURABAYA] - Berita Umum Seminar ini bertujuan Ibu/Bapak guru memahami apa itu pornografi, memahami dampak dari bahaya Pornografi kepada para

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (STUDI KASUS POLRESTA SURAKARTA) SKRIPSI

Lebih terperinci

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11 Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11 Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN Dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 1 UU RI No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan anak adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) Konvensi Hak Anak (KHA) Perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan Hak Anak Istilah yang perlu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa kebiasaan, nilai kesopanan, norma dan kesemuanya bermuara pada

BAB I PENDAHULUAN. berupa kebiasaan, nilai kesopanan, norma dan kesemuanya bermuara pada BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia sejak kelahirannya di dunia telah di perhadapkan dengan berbagai ketentuan-ketentuan yang baik secara langsung maupun tidak langsung harus di patuhinya, ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peran-peran strategis

Lebih terperinci

dengan timbulnya kesadaran dalam diri masyarakat, yang diharapkan dapat mencegah

dengan timbulnya kesadaran dalam diri masyarakat, yang diharapkan dapat mencegah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk di Indonesia terjadi sangat pesat, sehingga harus diimbangi dengan timbulnya kesadaran dalam diri masyarakat, yang diharapkan dapat mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus cita-cita pembangunan sebuah Negara. Anak juga merupakan titipan anugerah dari yang Maha Kuasa untuk kita didik dan bimbing dengan baik

Lebih terperinci

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3) Perlindungan Anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dari penelantaran, diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi dan/atau seksual, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa anak merupakan amanah dan karunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35 Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk di kota besar di Indonesia saat ini cukup besar, sehingga terdapat berbagai masalah yang cukup besar pula. Di antaranya: masalah sosial,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata anak merujuk pada

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pencarian kenikmatan seksual orang dewasa yang berakibat merusak fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dengan keberlangsungan perjuangan suatu Negara. Oleh karena pentingnya peran anak ini, di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku melanggar norma atau yang lebih dikenal dengan istilah perilaku menyimpang seperti ditegaskan oleh Saparinah (dalam Willis, 2008, hlm. 5), perilaku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan di Indonesia 1. Undang-Undang 2.1 Undang-Undang nomor 20 tahun 1999 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa pada masa mendatang. Perhatian

BAB I PENDAHULUAN. sejarah bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa pada masa mendatang. Perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai anak adalah sangat penting karena anak merupakan potensi nasib manusia dihari mendatang, dialah yang ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan

Lebih terperinci

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu Kenakalan Remaja 1 Definisi Kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Bakolak Inpres No. 6/1977

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah Indonesia telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor-sektor ekonomi namun selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN ~O\~ TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang a. bahwa anak merupakan amanah dan karunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukkan bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan sifat dan perilaku setiap manusia akibat dari pergaulan

Lebih terperinci

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai bagi setiap orang tua. Kelahiran seorang anak menjadi hal yang paling ditunggu dalam sebuah keluarga. Setiap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan hanya menimpa perempuan dewasa, namun juga perempuan yang tergolong anak. Kejahatan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan YME, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan YME, yang dalam dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah dan karunia Tuhan YME, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, yang sekaligus merupakan tunas, potensi dan generasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang  2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat adiktif yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika meningkatkan daya imajinasi manusia dengan merangsang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam setiap kehidupan manusia. Keluarga juga mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.320, 2017 KEMENPP-PA. Pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Partisipasi Masyarakat. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 Oleh ALDINO PUTRA 04 140 021 Program Kekhususan: SISTEM PERADILAN PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan permasalahan, hipotesis, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai dalam penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu bangsa. Selain itu, anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan

Lebih terperinci

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H Tim Abdimas Pusat Studi Gender UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Abstrak Anak adalah generasi

Lebih terperinci

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. IPDA Yospin Ngii 2. AIPDA Yan Aswati 3. BRIPTU Eva Ratna Sari 4. BRIPDA Luci Armala Wardani 5. BRIPDA Ida Ayu Sri Dian Lestari 6. BRIPDA Widya Windiarti 7. BRIPDA Oktaviana Siburian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda * PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda * Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak merupakan amanah dan karunia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK I. UMUM Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan tiasa harus kita jaga Karena dalam dirinya melekat harkat, martabat,dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5332 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK I. UMUM Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang Mengingat : : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah narkoba ini muncul sekitar tahun 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci