BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pola asuh orang tua merupakan cara-cara yang diterapkan oleh orang tua

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pola asuh orang tua merupakan cara-cara yang diterapkan oleh orang tua"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Defenisi Pola Asuh Keluarga Pola asuh orang tua merupakan cara-cara yang diterapkan oleh orang tua dalam mengendalikan dan berespons terhadap kebutuhan anak (Santrock, 2007). Menurut Shanti (dalam Hilmansyah) pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Jadi pola asuh orang tua adalah keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak yang tampak dari cara-cara yang digunakan oleh orang tua dalam mengendalikan dan berespons terhadap kebutuhan anak serta caranya menerapkan aturan Tipe Pola Asuh Pengetahuan orangtua mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku anak tentunya akan sangat membantu dalam mengupayakan lingkungan pengasuhan yang kompeten bagi pembentukan perilaku anak sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tersebut tentunya tidak akan berarti jika orangtua sendiri tidak mengenal pola atau gaya pengasuhan yang dijalankannya. Penting bagi orangtua untuk mengenal gaya pengasuhannya

2 dan memahami dampak dari gaya pengasuhan tersebut terhadap kompetensi anak (Sunarti, 2004). Menurut Baumrind (dalam Parke & Locke, 1999) ada 3 tipe pola asuh yang diterapkan orangtua terhadap anaknya, yaitu : 1. Demokrasi Pola asuh demokrasi merupakan gaya pengasuhan orang tua pada anak yang memberikan kebebasan pada anak untuk berkreasi, berpendapat, dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai kemampuannya, namun masih dalam bimbingan dan arahan dengan penuh pengertian dari orang tua. Kasih sayang yang diberikan dan aturan-aturan yang ditetapkan orang tua memberikan perilaku yang matang pada anak-anaknya. Dengan pola asuh seperti ini, anak akan mampu mengembangkan kreativitasnya, mau berinisiatif, mampu mengembangkan kontrol terhadap perilakunya, menurunkan perilaku antisosial, meningkatkan harga dirinya, dan mengembangkan kemampuan adaptasinya. Pola asuh demokrasi dihubungkan dengan tingkah laku yang memperlihatkan perkembangan emosional, sosial, dan kognitif yang positif. 2. Otoriter Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat keras dan kaku di mana orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anakanaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Dalam hal ini, anak-anak tidak memiliki kebebasan karena orang tua cenderung mengekang keinginan anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai

3 dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Pola asuh otoriter cenderung menggunakan hukuman fisik. Anak-anak sering merasa terjebak dan marah tetapi juga takut untuk menyatakan pendapatnya dalam lingkungan yang tidak bersahabat seperti itu. Akibatnya anak-anak akan terganggu dalam perkembangan mental maupun psikisnya. Anak yang diasuh dengan pola otoriter membuat anak menjadi penakut, tertutup, tidak bahagia, tidak berinisiatif, selalu tegang, tidak percaya diri, tidak mampu menyelesaikan masalah, mudah marah, dan rentan terhadap stres. 3. Permisif Pola asuh permisif merupakan gaya pengasuhan orang tua terhadap anak dengan memberikan kebebasan penuh terhadap anak dan sedikit kontrol dari orang tuanya. Orang tua tidak pernah memberikan aturan dan pengarahan dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Semua keputusan diserahkan kepada anak tanpa ada pertimbangan dari orang tua. Akibatnya, anak berbuat sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa mengetahui sesuai atau tidak dengan norma masyarakat. Pola asuh permisif dikatakan pola asuh tanpa disiplin sama sekali. Tipe pola asuh permisif memuat hubungan kasih sayang yang berlebihan antara anak dengan orang tua, sehingga anak-anaknya cenderung bersikap agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, kurang matang secara sosial dan berbuat menurut kata hatinya.

4 Kemudian tiga pengasuhan tersebut dikembangkan oleh Maccoby dan Martin (1993) dengan menambah tipe pola asuh yang keempat, yaitu involved (penelantar) parenting (dalam Parke & Locke, 1999). Involved (Penelantar) merupakan tipe pola asuh yang ditandai dengan sikap acuh tak acuh dari orang tua atau aktif melupakan anak mereka dan termotivasi untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk meminimalkan biaya dan usaha untuk berinteraksi dengan anak. Orang tua tidak mau terlibat dalam kehidupan anaknya dan lebih terfokus pada kebutuhan mereka sendiri. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain dalam kehidupan orang tua lebih penting dari pada diri mereka. Pola asuh involved (penelantar) akan menimbulkan dampak buruk pada anak, diantaranya anak tumbuh menjadi seseorang yang kurang bertanggung jawab, agresif, harga diri yang rendah, kemampuan sosial yang buruk, dan anak akan merasa bahwa dia bukan bagian terpenting dari keluarganya. Pola asuh seperti ini ditemukan pada ibu-ibu yang mengalami depresi. Ibu yang depresi pada umumnya cenderung untuk fokus pada diri mereka sendiri dan merasa sulit untuk merespon orang lain, bahkan anak-anak mereka sendiri Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Hurlock (1993 dalam Maryam, 2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu: a. Pendidikan orang tua Orang tua yang mendapat pendidikan yang baik, cenderung menetapkan pola asuh yang lebih demokratis ataupun permisif dibandingkan dengan orang tua

5 yang pendidikannya terbatas. Pendidikan membantu orang tua untuk lebih memahami kebutuhan anak. b. Kelas sosial Orang tua dari kelas sosial menengah cenderung lebih permisif dibanding dengan dari kelas sosial bawah. c. Konsep tentang peran orang tua Tiap orang tua memiliki konsep yang berbeda-beda tentang bagaimana orang tua seharusnya berperan. Orang tua dengan konsep tradisional cenderung memilih pola asuh yang ketat dibanding orang tua dengan konsep nontradisional. d. Kepribadian orang tua Pemilihan pola asuh dipengaruhi oleh kepribadian orang tua. Orang tua yang berkepribadian tertutup dan konservativ cenderung akan memperlakukan anak dengan ketat dan otoriter. 2. Kepribadian 2.1. Defenisi Kepribadian Kepribadian adalah keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang (Ahmadi, 2005). Menurut Sugyanto (dalam Pieter & Lubis, 2010) kepribadian merupakan suatu totalitas ciri-ciri seseorang yang tergambar dalam perilaku dan tak terbatas pada reaksi orang tersebut. Sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut merupakan aspekaspek yang menempel pada diri seseorang dan merupakan referensi yang membedakan dirinya dengan orang lain.

6 Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu totalitas ciriciri seseorang yang meliputi sifat-sifat, tingkah laku, kecakapan bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang melekat pada diri seseorang dan membedakan dirinya dengan orang lain Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Kepribadian manusia selalu berkembang dan mengalami perubahanperubahan menurut usianya. Namun, di dalam perkembangan itu akan semakin terbentuk pola-polanya yang tetap dan khas yang merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu. Menurut Purwanto (2004) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian, yaitu : a. Faktor biologis Faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak itu masing-masing. Keadaan fisik/konstitusi tubuh yang berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat yang berbeda-beda pula. Keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun demekian, itu hanya merupakan salah satu faktor saja. Kita mengetahui bahwa dalam

7 perkembangan dan pembentukan kepribadian selanjutnya faktor-faktor lain terutama faktor lingkungan dan pendidikan tidak dapat diabaikan. b. Faktor sosial Faktor sosial yang dimaksud adalah masyarakat; yakni manusia manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Termasuk ke dalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi, adat-istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat. Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Pertama-tama dengan keluarganya (terutama ibu dan ayahnya) kemudian dengan anggota keluarga lainnya, seperti: kakak, adik, dan pembantu rumah tangga. Dalam perkembangan anak pada masa bayi dan kanak-kanak, peranan keluarga, terutama ibu dan ayah sangat penting karena menentukan bagi pembentukan kepribadian anak selanjutnya. Demikian pula tradisi, adat-istiadat dan kebiasaankebiasaan yang berlaku dalam keluarga itu. Keadaan dan suasana keluarga yang berlain-lainan, memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga yang besar (banyak anggota keluarganya) berbeda pengaruhnya daripada keluarga yang kecil. Keluarga yang berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan keluarga yang kurang berpendidikan. Demikian pula halnya dengan keluarga yang kaya dan keluarga yang miskin. Suasana keluarga yang dimaksud adalah bagaimana interrelasi antara anggotaanggota keluarga. Ada keluarga yang selalu diliputi ketenteraman dan kemesraan, ada pula keluarga yang selalu diliputi suasana permusuhan, perselisihan-

8 perselisihan dan kericuhan, sehingga tidak ada keharmonisan. Suasana keluarga seperti itu dipengaruhi oleh utuh atau tidaknya keluarga itu. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh tinggi karena berlangsung terus-menerus siang dan malam, umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan bernada emosional. Semakin besar/banyak anggota keluarga, makin kompleks pula sifat interaksi personal yang diterima anak sebagai anggota keluarga. Semakin besar anak itu, pengaruh yang diterima anak dari lingkungan sosialnya semakin besar dan meluas. Dari lingkungan keluarga meluas kepada anggota-anggota keluarga yang lain, tamu-tamu yang datang ke rumah, teman-teman sepermainan, tetanggatetangga, lingkungan kampung/desa, kota, dan seterusnya. Setelah anak bersekolah juga akan memperoleh yang khusus dari lingkungan sekolahnya, seperti: guru-guru, teman-teman, peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pergaulan dan kehidupan serta perkembangan dan pembentukan kepribadian anak. c. Faktor kebudayaan Suatu kebudayaan tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Kebudayaan yang dimiliki setiap daerah/negara berbeda-beda. Perkembangan dan

9 pembentukan kepribadian pada diri masing-masing individu tidak dapat dipisahakan dari kebudayaan masyarakat tempat individu yang bersangkutan dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian, antara lain : Nilai nilai ( Values ) Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Mentaati dan mematuhi nilai-nilai yang hidup di dalam kebudayaan menjadi kewajiban bagi setiap anggota masyarakat kebudayaan itu. Agar diterima sebagai anggota suatu masyarakat, harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai hidup yang berlaku di masyarakat sangat erat hubungannya dengan kepercayaan agama, adat istiadat, kebiasaan dan tradisi yang dianut oleh masyarakat tersebut. Adat dan Tradisi Di setiap daerah terdapat adat dan tradisi yang berlainan. Masing-masing memiliki ciri-ciri yang khas. Adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah menentukan nilai-nilai yang harus ditati oleh anggota-anggotanya dan cara-cara bertindak serta bertingkah laku individunya. Pengetahuan dan Keterampilan Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya. Setiap orang memiliki pengetahuan dan jenis pengetahuan yang berbeda-beda. Demikian pula kecakapan dan keterampilan seseorang membuat

10 atau mengerjakan sesuatu adalah merupakan bagian dari kebudayaannya. Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan dari masyarakat tersebut. Semakin tinggi kebudayaan suatu masyarakat maka semakin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupan individunya. Bahasa Disamping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa juga merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Sangat erat hubungannya antara bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Hal tersebut dikarenakan bahasa merupakan alat komunikasi antara individu yang sangat penting dan alat berpikir bagi manusia. Dengan demikian jelas bahwa cara-cara hidup bermasyarakat, sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa yang dimiliki dan bahasa yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Di setiap belahan dunia manapun, bahasa berkembang sejajar dengan perkembangan kebudayaan masyarakatnya. Jelaslah bahwa bahasa merupakan faktor kebudayaan yang sangat penting, dan turut mempengaruhi dan bahkan menentukan kepribadian seseorang. Milik Kebendaan Milik yang berupa benda-benda yang dipunyai serta dipergunakan oleh manusia, termasuk juga ke dalam kebudayaan. Alat-alat transportasi, alat-alat komunikasi, dan macam-macam produksi semua termasuk ke dalam pengertian kebudayaan.

11 Milik kebendaan lain yang termasuk juga ke dalam kebudayaan adalah milik yang berupa/berbentuk kekayaan dan kemakmuran. Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, semakin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa betapa erat hubungannya antara kebudayaan dan kepribadian. Kepribadian seseorang tidak dapat diukur atau dinilai, tanpa menyelidiki latar belakang kebudayaannya Tipe Kepribadian Ada 4 tipe kepribadian yang diperkenalkan oleh Hippocrates ( Sebelum Masehi). Hippocrates membahas kepribadian manusia berdasarkan titik tolak konstitusional. Terpengaruh oleh kosmologi Empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun dari empat unsur dasar, yaitu: tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya yaitu: kering, basah, dingin, dan panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat tersebut yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada dalam tubuh orang tersebut, yaitu: a. Sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning), b. Sifat basah terdapat dalam melanchole (empedu hitam), c. Sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendar), dan d. Sifat panas terdapat dalam sanguis (darah).

12 Kemudian Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut, dan membeda-bedakan kepribadian manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Galenus mengemukakan bahwa cairan-cairan tersebut ada dalam tubuh manusia secara teoritis dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan yang ada dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (dominan), maka akan mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas (Suryabrata, 1995). Ajaran Hippocrates-Galenus tentang tipe kepribadian manusia kemudian dikembangkan oleh Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality Plus. Florence Littauer menjelaskan lebih rinci masing-masing tipe kepribadian tersebut. Seorang sanguinis memiliki sifat ekstrovert, membicara, dan optimis. Dari segi emosi, seorang sanguinis memiliki kepribadian yang menarik, suka berbicara, pandai menghidupkan pesta, berhati tulus, memiliki rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara fisik memukau pendengar, emosional dan demonstratif, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik di panggung, lugu dan polos, hidup di masa sekarang, mudah diubah, dan selalu kekanak-kanakan. Dalam hal pekerjaan, seorang sangunis memiliki sifat yang sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat di permukaan, kreatif dan inovatif, mempunyai energi dan antusiasme, memulai dengan cara cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut, dan mempesona orang lain untuk bekerja. Sosok sanguinis sebagai teman memiliki sifat mudah berteman, mencintai orang lain, suka dipuji, tampak menyenangkan, dicemburui orang lain, bukan pendendam, cepat minta maaf, mencegah saat membosankan, dan suka kegiatan spontan.

13 Kelemahan seorang sangunis, yaitu suka pamer, terlalu banyak bicara, tidak disiplin, pelupa, senang menceritakan kejadian berulang kali, suka memotong pembicaraan orang, tidak konsisten, kurang bijaksana, terlalu bersuara, tidak dewasa (Littauer, 1996) Seorang melankolis adalah sosok yang memiliki sifat introvert, pemikir, dan pesimis. Kekuatan seorang melankolis dari segi emosi, yaitu penuh pikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistik atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, dan idealis. Dari segi pekerjaan, seorang sanguinis memiliki sifat perfeksionis, standar tinggi, berorientasi pada jadwal, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib dan terorganisasi, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai, suka diagram, grfik, bagan, dan daftar. Dalam hal sosialisasi seorang melankolis mempunyai sifat berhati-hati dalam berteman, puas tinggal di latar belakang, menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat memperhatikan orang lain, terharu oleh air mata penuh belas kasihan, dan mencari teman hidup yang ideal (Littauer, 1996). Kelemahan sosok melankolis adalah suka menghindari perhatian karena rasa malu, sulit memaafkan, pendendam, mudah tersinggung, terlalu introspektif, mudah tertekan, sering merasa sedih atau kurang kepercayaan, dan punya citra diri rendah (Littauer, 1996).

14 Sifat dasar yang dimiliki oleh seorang koleris, yaitu ekstrovert, dan optimis. Dalam hal emosi sosok koleris memiliki sifat yang tidak emosional dalam bertindak, berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, dan bisa menjalankan apa saja. Dari segi pekerjaan, koleris bersifat berorientasi pada target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang kegiatan, dan berkembang karena saingan. Sifat yang dimiliki seorang koleris dalam hal pertemanan, yaitu tidak terlalu perlu teman, mau bekerja untuk kegiatan, mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu benar, dan unggul dalam keadaan darurat. Kelemahan seseorang koleris, yaitu bersifat suka memerintah, mendominasi, sulit memahami perasaan orang lain, sulit memperlihatkan kasih sayang secara terbuka, menganggap dirinya paling benar, keras kepala, dan tidak bisa menerima pandangan orang lain (Littauer, 1996) Phlegmatis mempunyai sifat dasar yang introvert, pengamat, dan pesimis. Dari segi emosi, sosok phlegmatis pandai menyembunyikan emosinya, memiliki kepribadian rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang, dan mampu, sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten, tenang tetapi cerdas, simpatik dan baik hati, bahagia menerima kehidupan, dan serba guna. Dalam hal pekerjaan, seorang phlegmatis adalah sosok yang cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif, menjadi penengah masalah,

15 menghindari konflik, baik di bawah tekanan, dan pandai menemukan cara yang mudah. Dalam bersosialisasi sosok phlegmatis bersifat menyenangkan, mudah diajak bergaul, tidak suka menyinggung, pendengar yang baik, selera humor yang menggigit, suka mengawasi orang, mempunyai banyak teman, dan mempunyai rasa belas kasihan serta perhatian. Kelemahan yang ada pada diri seorang phlegmatis, yaitu jarang memperlihatkan emosi atau ekspresinya, cenderung tidak bergairah, sering mengalami perasaan khawatir, gelisah, sedih, memiliki sifat tidak peduli, lambat dalam bertindak dan berfikir, serta kurang memiliki keyakinan (Littauer, 1996) 2.4. Tahap-tahap perkembangan Kepribadian Pandangan Allport (dalam Pieter & Lubis, 2010) mengenai perkembangan kepribadian manusia disesuaikan dengan perubahan perkembangannya, yaitu : a. Kanak-kanak Dimulai dari masa neonatus, di mana merupakan awal dari perkembangan kepribadian anak, seperti gerakan-gerakan refleks yang masih belum terdiferensiasi. Pada masa ini, anak telah mampu memberikan reaksi ekspresi emosi yang cenderung menetap dan akan berlanjut pada masa-masa berikutnya. b. Transformasi Kanak-kanak Perubahan dan perkembangan kepribadian manusia akan terlihat dari diferensiasi, integrasi, pematangan, belajar, kesadaran, harga diri, kompensasi, mekanisme psikoanalitis, extension self, insting, humor, dan pandangan hidup. c. Masa Dewasa

16 Pada orang dewasa faktor yang terpenting dalam menentukan tingkah laku dan kepribadian adalah sifat-sifat (traits) yang terorganisasi dan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dan kelengkapannya yang telah diperolehnya sejak masa neonatus. Menurut Allport (dalam Pieter & Lubis, 2010) orang dikatakan telah dewasa kepribadian apabila memiliki: a. Memiliki extension self, yaitu kehidupannya tidak sepenuhnya terikat pada kebutuhan-kebutuhan yang langsung, namun ada proyeksi ke masa depan (planning and hoping) b. Self objection, yaitu kemampuan memiliki insight dan humor. Insight adalah kecakapan seseorang untuk mengenal dirinya. Humor adalah kecakapan dalam mendapatkan kesenangan, mempertahankan diri pada objek-objek yang disenangi dan dapat menyadari ketidakselarasan. c. Filsafat hidup, yaitu latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakan yang dapat memberikan arti dan tujuan Konsistensi Kepribadian Asumsi dasar sebagian besar teori-teori kepribadian adalah bahwa individu menampilkan perilaku secara konsisten dari satu situasi ke situasi lain sepanjang waktu. Teori trait berasumsi bahwa trait kepribadian dasar tertentu menentukan karakteristik seseorang dalam berbagai situasi dari hari ke hari dan sampai tahap tertentu selama hidup. Dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Block tentang individu (1971) yaitu, adanya konsistensi karakteristik kepribadian yang cukup tinggi. Meskipun beberapa individu menunjukkan karakteristik yang cukup

17 stabil selama hidupnya, namun individu yang lain memperlihatkan perubahan kepribadian yang cukup dramatis. Hal tersebut dikarenakan dalam proses sosialisasi, individu dihadapkan pada konflik antara usaha mempertahankan identitas dan usaha mengembangkan potensi diri (menjajaki peranan dan perilaku baru). Pada umumnya, orang yang mengalami perubahan adalah mereka yang masa remajanya ditandai dengan konflik dan ketegangan, baik dalam diri mereka sendiri maupun dalam hubungannya dengan nilai masyarakat (Atkinson, 1999). Teori psikoanalisis juga mengasumsikan konsistensi yaitu konflik pada masa anak yang tidak terpecahkan, akan mengarah pada sejumlah karakteristik kepribadian yang akan menjadi ciri orang itu sepanjang hidupnya. Konsistensi dalam pikiran dan perilaku merupakan hal penting untuk kesehatan mental. Hilangnya perasaan konsisten merupakan karakteristik kekacauan kepribadian (Atkinson, 1999).

Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri

Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri JENIS-JENIS KEPRIBADIAN Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri Dipetik oleh Margono Slamet dari buku PERSONALITY PLUS Karya Florence Littauer 1 Belajar tentang Diri Sendiri Untuk mempelajari

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM

KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM PENGEMBANGAN SIFAT POSITIF KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN 1 HARUS DIGARISBAWAHI

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Modul ke: 02 ETIK UMB Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER AFIYATI SSi., MT. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Mengenali Potensi Diri Materi 2 Fenomena perubahan yang terus melaju High tech Soft skill Semakin

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations IDENTITAS DIRI DAN TIPOLOGI KEPRIBADIAN Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id IDENTITAS DIRI DAN TIPOLOGI

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENALI POTENSI DIRI AHMAD GOZALI,SHI,MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

ETIK UMB MENGENALI POTENSI DIRI AHMAD GOZALI,SHI,MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI. ETIK UMB Modul ke: MENGENALI POTENSI DIRI Fakultas EKONOMI DAN BISNIS AHMAD GOZALI,SHI,MH. Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Perkuliahan 2 MENGENALI POTENSI DIRI PEKERJAAN, KARIER dan

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Phlegmatis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Phlegmatis

Lebih terperinci

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tipe-tipe Kepribadian Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kepribadian Manusia Tiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Bila

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si.

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si. Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN Batasan kepribadian (menurut Allport) Watak dan kepribadian adalah sama, tapi dapat berbeda. Watak digunakan untuk memberi penilaian tentang perangai dan perbuatan manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepribadian 1.1 Definisi Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN DAN APARAT KEHUMASAN

KEPRIBADIAN DAN APARAT KEHUMASAN KEPRIBADIAN DAN KEPERCAYAAN DIRI DIRI SOFTSKILL APARAT KEHUMASAN Creative Trauma Cleansing Practioner.- Visi Sukses Glass Walking Instructor Training - IFGWI Train For Motivator Ongky Hojanto Resources

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN LELAKI YANG MEMBELAH BULAN KARYA NOVIANA KUSUMAWARDHANI ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN LELAKI YANG MEMBELAH BULAN KARYA NOVIANA KUSUMAWARDHANI ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN LELAKI YANG MEMBELAH BULAN KARYA NOVIANA KUSUMAWARDHANI ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

MENGENALI POTENSI DIRI

MENGENALI POTENSI DIRI Modul ke: Fakultas FASILKOM MENGENALI POTENSI DIRI Kenalilah dirimu, kenalilah musuhmu, maka dalam seratus pertempuran kamu tidak akan pernah kalah ~ Sun Tzu ~ Asrori,MA Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Sanguinis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Sanguinis Berbicara

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Melankolis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Melankolis

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

4 Temperamen Manusia

4 Temperamen Manusia 4 Temperamen Manusia Seseorang tidak mungkin seorang koleris murni, terkadang dipengaruhi juga oleh sifat melankolis sehingga temperamennya menjadi koleris-melankolis Di sisi lain seorang phlegmatis seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi organisasi yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. Sumber daya manusia (SDM) perlu dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia itu adalah unik dan memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda, walau terkadang juga memiliki kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat antara

Lebih terperinci

POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN

POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN Susi Yanti*, Siti Zahara Nasution** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dan berpotensi tinggi untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilitian, termasuk alat-alat apa yang dipergunakan untuk mengukur maupun untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan LAMPIRAN 70 Lampiran 1 Kuesioner tes DISC Data Diri Nama : Tempat, tanggal lahir : Usia : Jenis Kelamin : No. Telfon : TES DISC Instruksi : Silahkan pilih salah satu dari empat kelompok kata di bawah ini

Lebih terperinci

Mengenal Kepribadian Manusia ( Melankolis & Plegmatis)

Mengenal Kepribadian Manusia ( Melankolis & Plegmatis) Mengenal Kepribadian Manusia ( Melankolis & Plegmatis) by sari karina - Tuesday, December 15, 2015 http://karin.student.akademitelkom.ac.id/index.php/2015/12/15/mengenal-kepribadian-manusiamelankolis-plegmatis/

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Koleris http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Koleris Orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN IA KURNIATI

KEPRIBADIAN IA KURNIATI KEPRIBADIAN YUSI RIKSA IA KURNIATI DEFINISI Etimologis : Personality (Inggris) - Persona (latin) artinya kedok dan Personare artinya menembus. Persona digunakan untuk memerankan satu bentuk tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi sosial. Dalam upayanya untuk kreatif, inovatif dan berperan aktif, mahasiswa memerlukan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

diidentifikasi sebagai si pelaksana.

diidentifikasi sebagai si pelaksana. TEORI KEPRIBADIAN Didasarkan kepada analisisnya, Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem yang saling mempengaruhi. Yaitu id, superego dan ego. Konsep id dirumuskan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

Niken Kartikasari F

Niken Kartikasari F KEPUASAN KERJA KARYAWAN DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT-INTROVERT DAN PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL S k r i p s i Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd.

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd. TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan sebagai sebuah sistem. Untuk menjadikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,

Lebih terperinci

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI Cut Venny Luciana lucianavenny@yahoo.co.id TK ANNISA MEDAN ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepribadian merupakan karakteristik khusus yang dimiliki oleh setiap individu yang mencerminkan sikap dan perilaku yang dimilikinya. Gordon W. Allport (dalam Pieter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2009, h.67).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2009, h.67). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku remaja. Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku remaja. Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dari pola asuh orangtua dan perilaku remaja. Dimana konsep-konsep ini akan membantu dalam menjelaskan mengenai hubungan pola asuh orang

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga

Lebih terperinci

4 TIPE POKOK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA BERGAUL DENGAN MEREKA 1. TIPE KOLERIS 2. TIPE SANGUIN 3. TIPE MELANKOLIS 4.

4 TIPE POKOK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA BERGAUL DENGAN MEREKA 1. TIPE KOLERIS 2. TIPE SANGUIN 3. TIPE MELANKOLIS 4. 4 TIPE POKOK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA BERGAUL DENGAN MEREKA 1. TIPE KOLERIS 2. TIPE SANGUIN 3. TIPE MELANKOLIS 4. TIPE PLEGMATIS 4 tipe tersebut adalah tipe kepribadian dasar yang Insya Allah dimiliki

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun 1. Pengertian hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun Perilaku sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

A. JENIS-JENIS KEPRIBADIAN

A. JENIS-JENIS KEPRIBADIAN A. JENIS-JENIS KEPRIBADIAN Banyak orang tidak menyadari akan dirinya dan bahkan kita tidak tahu dari kepribadian yang bermacam-macam yang dimiliki setiap orang, kepribadian (Personality) dapat dibaca dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan dari Allah SWT, karena Allah telah memberi amanah kita untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya. Oleh karena itu, setiap orang tua bertanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana anak mengalami pola disiplin dan tingkah laku afektif. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja dimana

Lebih terperinci