EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN"

Transkripsi

1 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN Mita Friamita, Darsiharjo, Ahmad Yani Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidkan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan home industri tape ketan di Desa Tarikolot yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dan memiliki peluang usaha yang cukup besar bagi para pelaku ekonomi karena proses pengolahannya yang tidak terlalu rumit (sederhana) namun memiliki nilai investasi yang besar. Penelitian ini bertujuan menganalisis perkembangan home industri tape ketan, faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi home industri tape ketan dan kondisi sosial ekonomi pengusaha dan pengrajin home industri tape ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Variabel penelitiannya adalah eksistensi home industri tape ketan dengan indikator yaitu sejarah home industri tape ketan (budaya), perkembangan home industri tape ketan, ketersediaan bahan baku, cara penjualan, transportasi, kondisi sosial ekonomi (tenaga kerja, tingkat pendidikan keluarga dan pendapatan). Populasi untuk pemilik usahanya 12 orang dengan 150 pekerja. Sampel yang diambil pengusaha 12 orang, pengrajin 52 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi lapangan, dokumentasi dan studi literatur. Teknik analisis datanya dengan analisis dekriptif dan analisis statistik (persentasi). Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan investasi dan kapasitas produksi home industri tape ketan tiap tahunnya semakin meningkat. Pemilihan lokasi berorientasi terhadap insitu dalam penyediaan tenaga kerja karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin home industri tape ketan. Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi home industri tape ketan adalah kemudahan memperoleh bahan baku karena bahan baku tersebut langsung diantar ke tempat produksi yang berasal dari luar kota dengan mobil pick up. Selain itu cara penjualan tape ketan yang dipasarkan melalui pedagang kecil-kecilan atau asongan, dimana penyalurnya adalah keluarga sendiri. Tingkat pendidikan keluarga dan pendapatan tidak berpengaruh besar terhadap eksistensi home industri tape ketan karena pada home industri tape ketan pendidikan non formalah yang paling di utamakan walaupun sebagian besar para pengusaha dan pengrajin home industri tape ketan hanya tamatan sekolah dasar. Keterampilan dalam pembuatan tape ketan sangat berpengaruh terhadap hasil dari produksi tape ketan itu sendiri. Pendapatan para pengusaha sebagian besar mengalami peningkatan akan tetapi untuk para pengrajin pendapatannya relatif kecil. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa home industri tape ketan masih tetap bertahan sampai saat ini. Bahkan ada juga home industri dadakan yang memproduksinya dikala Idul Fitri dan Idul Adha saja. Akan tetapi masih kurangnya dukungan dari pemerintah terkait pelatihan keterampilan dalam pembuatan tape ketan sehingga kualitas tenaga kerja tidak terjamin. Adanya home industri tape ketan memberikan cukup peluang dalam mengurangi pengangguran masyarakat Desa Tarikolot. Kata Kunci : Eksistensi, home industri, tape ketan, geografi.

2 2 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Latar Belakang PENDAHULUAN Sektor industri kecil merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian paling serius dari pemerintah karena memiliki potensi yang sangat besar untuk memperkuat perekonomian Bangsa Indonesia. Industri kecil mempunyai peranan terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat serta dapat menekan angka pengangguran. Secara kualitatif peranan usaha kecil menurut Suryana (2006:77) yaitu : Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, produksi, penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan ke depan dan ke belakang. Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efesiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat menjadi wirausaha yang tanggung. Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena tersebar diperkotaan dan pedesaan. Adanya peranan usaha kecil tidak terlepas dari berbagai kendala yang menghambat usaha kecil tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Tambunan (2002:7) yaitu : Masalah dalam usaha kecil adalah keterbatasan modal atau investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik serta kesulitan dalam pemasaran. Kabupaten Kuningan merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Kuningan memiliki banyak industri kecil dan rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan bahkan desa. Salah satu industri kecil yang ada di Kabupaten Kuningan adalah home industri tape ketan. Home industri di Kabupaten Kuningan tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cibeureum, Kecamatan Sindangagung dan Kecamatan Cigugur. Berikut adalah data home industri tape ketan di Kabupaten Kuningan pada Tahun 2012, dapat dilihat pada Tabel 1.1.

3 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember Tabel 1.1 Data Home Industri Tape Ketan Di Kabupaten Kuningan Tahun 2012 No. Kecamatan Desa Jumlah 1. Cibeureum Cibeureum 10 Tarikolot Sindangagung Sindangagung 1 3. Cigugur Cigugur 2 Jumlah 25 Sumber : Dinas Koperasi Kabupaten Kuningan,2012 Dari Tabel 1.1 dapat diperoleh informasi bahwa home industri tape ketan terbanyak di Kabupaten Kuningan adalah Kecamatan Cibeureum yaitu Desa Tarikolot. Berikut data home industri tape ketan di Desa Tarikolot dapat dilihat pada Tabel 1.2. No. Tabel 1.2 Data Home industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Nama Home Industry Pemilik usaha Alamat Home Industry 1. Sari Asih I Yayat Dusun I Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 2. Sari Asih II Deden Dusun I Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 3. Sari Alami Rahman Dusun I Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 4. Pamili Dasiti Dusun I Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 5. Cita Rasa Elly Dusun I Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 6. Bu Wayo I Dasuni Dusun II Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 7. Bu Wayo II Ijoh Dusun II Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 8. Barokah Darsinah Dusun II Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 9. Vanila Wasih Dusun II Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 10. Warli Warli Dusun II Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 11. Silvi Silvi Dusun II Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum 12. Pamella Carsim Dusun II Ds. Tarikolot Kecamatan Cibeureum Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kuningan,2012 Dari Tabel 1.2 dapat diperoleh informasi bahwa terdapat 12 home industri tape ketan di Desa Tarikolot dimana terdapat lima home industri tape ketan di dusun satu dan tujuh home industri tape ketan di dusun dua. Home industri tape ketan dikategorikan dalam skala kecil namun memiliki prospek untuk terus bertahan bahkan berkembang menuju ke unit usaha dengan skala besar. Home industri tape ketan di Desa Tarikolot telah mampu memasarkan hasil produksinya tidak hanya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Wilayah Jabodetabek, tetapi juga dapat mencapai wilayah lain di Pulau Jawa dan Sumatera bahkan berpeluang untuk di ekspor ke mancanegara khususnya Malaysia dan Philipina. Kapasitas produksi perbulan di Desa

4 4 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Tarikolot Kecamatan Cibeureum mencapai kg (Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kuningan, 2012). Pengusaha tape ketan memperoleh modal dengan peminjaman ke bank, modal tersebut berkisar antara dua juta rupiah hingga lima juta rupiah. Namun terdapat permasalahan yang cukup besar dalam pengelolaan usaha tape ketan ini di antaranya adalah kurang perhatiannya pemerintah terkait sensus terhadap pemilik home industri tape ketan di Desa Tarikolot yang akurat, sehingga untuk usaha home industri tape ketan ini dapat dikatakan belum terkondisikan. Penelitian ini begitu penting dilakukan untuk mengetahui potensi yang dapat dikembangkan dari home industri tape ketan tersebut. Selain itu adanya home industri tape ketan memiliki peluang usaha yang cukup besar bagi para pelaku ekonomi di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan dikarenakan proses pengolahannya yang tidak terlalu rumit (sederhana) namun memiliki nilai investasi yang besar. Penelitian ini juga perlu dilakukan karena home industri tape ketan merupakan sektor industri rumah tangga (home industri) yang merupakan aset berharga yang patut dijaga dan dikembangkan serta representasi dari industri kecil yang mampu bersaing dengan industri besar. Home indutri tape ketan telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal dan menjadi salah satu penggerak roda perekonomian Kabupaten Kuningan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adaalah 1.) Bagaimanakah perkembangan home industri tape ketan? 2).Faktor apa yang mempengaruhi eksistensi home industri tape ketan di Desa Tarikolot? 3).Bagaimana kondisi sosial ekonomi dan budaya pengusaha dan pengrajin home industri tape ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan? Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1). Menganalisis perkembangan home industri tape ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. 2). Menganalisis faktor yang mempengaruhi eksistensi home industri tape ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. 3). Menganalisis kondisi sosial ekonomi dan budaya pengusaha dan pengrajin home industri tape ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. METODE PENELITIAN

5 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi lapangan, wawancara, dokumentasi dan literatur. Jumlah populasi para pengusaha 12 orang dan pengrajin 150 orang, sedangkan sampel pengusaha 12 orang dan pengrajin 52 orang. Teknik pengolahan data dengan persentase hal ini untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis Desa Tarikolot Desa Tarikolot terletak antara BT dan LS. Desa Tarikolot merupakan salah satu desa yang termasuk kedalam Kecamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan. Luas Wilayah Desa Tarikolot sekitar 268,491 km² dengan batas-batas wilayah : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cimulya Kecamatan Cimahi; Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cisaat Kecamatan Cibimbin; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cibeureum Kecamatan Cibeureum; dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukadana Kecamatan Cibeureum. Penduduk di Desa Tarikolot pada tahun 2010 tercatat sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk 100 jiwa/ km 2. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pengrajin home industri tape ketan. Gambar 1 Peta Administrasi Desa Tarikolot Faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Home Industri Tape Ketan 1. Ketersediaan Bahan Baku

6 6 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Ketersediaan bahan baku merupakan faktor terpenting diantara faktor sumber daya lainnya. Bahan baku merupakan kebutuhan pokok yang harus terus tersedia dalam jumlah yang memadai untuk kelancaran suatu produksi. Bahan baku untuk kegiatan industri adalah ketan. Berikut adalah bahan baku home industri tape ketan di Desa Tarikolot berasal dari berbagai daerah. Asal bahan baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.7 Peta Asal Bahan Baku. Tabel 4.9 Asal Bahan Baku No. Alasan Keterampilan Bekerja F % 1. Mengikuti orang tua 1 1,9 2. Tidak ada usaha lain yang cocok 29 55,8 3. Pekerjaan ini lebih menguntungkan 22 42,3 Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kurang dari setengahnya (41,7%) bahan baku tape ketan berasal dari daerah luar kota seperti Bogor, Jakarta, Cirebon dan Indramayu. Kurang tersedianya bahan baku yang dibutuhkan para pengusaha untuk kegiatan produksi tape ketan di daerah sendiri ataupun daerah sekitarnya, menandakan sulit atau tidaknya bahan baku yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 mengenai cara memperoleh bahan baku. Tabel 4.10 Pernyataan Pengusaha Mengenai Cara Memperoleh Bahan Baku No. Kemampuan Pengusaha F % 1. Sulit Mudah Biasa saja 0 0 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa seluruhnya (100%) menyatakan mudah memperoleh bahan baku atau tidak mengalami kesulitan apapun. Walaupun bahan baku yang dibutuhkan oleh home industri tape ketan didatangkan dari daerah luar kota bukan menjadi hambatan untuk para pengusaha memproduksi tape ketan. Adapun cara pengusaha membeli bahan baku untuk kegiatan produksi dapat dilihat pada Tabel 4.11.

7 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember Gambar 4.7 Peta Asal Bahan Baku Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa sebagian besar (75%) cara memperoleh bahan baku adalah diantar, ini dikarenakan keberadaan bahan baku yang berada di luar kota. Bahan baku yang digunakan dalam usaha tape ketan ini ditentukan dari banyaknya pembelian ketan yang dibeli oleh para pengusaha untuk kegiatan produksi. Hal ini mempengaruhi jumlah tape ketan yang di tempatkan di ember, kotak mika, toples dan kardus baik yang berukuran kecil, sedang maupun besar dengan harga yang beraneka ragam. Untuk lebih jelasnya mengenai pernyataan pengusaha menggunakan bahan baku dalam satu hari dapat dilihat dari Tabel Tabel 4.11 Cara Membeli Bahan Baku No. Cara Membeli Bahan Baku F % 1. Diantar Melalui perantara 1 8,3 3 Membeli langsung 2 16,7 Jumlah Tabel 4.12 Jumlah Penggunaan Bahan Baku Dalam Satu Hari No. Jumlah Penggunaan Bahan Baku (Dalam Kwintal) F %

8 8 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot 1. <0,5 5 41, > 3 1 8,3 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa setengahnya (50%) pengusaha memproduksi tape ketan mencapai 1-2 kwintal dengan jumlah produksi kurang lebih 500 ember, kotak mika, toples dan kardus. Banyaknya bahan baku sangat mempengaruhi banyaknya jumlah tape yang akan di produksi. 2. Cara Penjualan Cara penjualan merupakan bagian dari pemasaran yaitu hasil akhir dari suatu kegiatan industri yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Dimana cara penjualan merupakan kesepakatan bersama antara pihak yang menjual untuk menyerahkan barang dan pihak pembeli untuk membayar barang tersebut. Adanya distributor dalam penjualan dapat memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Distributor sangat dibutuhkan oleh konsumen untuk memperoleh barang-barang yang dihasilkan oleh produsen, apalagi bila produksinya jauh dari para konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.13 Orang yang Memasarkan Hasil Produksi No. Orang yang Memasarkan Hasil Produksi F % 1. Pengrajin Kerabat Keluarga Jumlah Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa seluruhnya (100%) yang memasarkan hasil produksi adalah keluarga sendiri sebagai distributornya. Hal ini lebih mengutamakan tingkat kepercayaan home industri tersebut. Distributor mempunyai peranan penting terhadap suatu

9 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember industri, hal ini dikarenakan laku tidaknya produk yang dihasilkan tergantung dari cara distributor memasarkan hasil produksi. Cara tepat dalam memasarkan hasil produksi berdampak positif bagi produk yang dipasarkan dan sebaliknya. Cara yang kurang tepat memasarkan produk akan berdampak negatif terhadap barang yang dipasarkan. Cara pemasaran yang dilakukan para pengusaha dalam menjual produknya dapat diketahui dari Tabel Tabel 4.14 Cara Memasarkan Hasil Produksi No. Cara Memasarkan Hasil Produksi F % 1. Langsung ke konsumen Melalui pedagang kecil-kecilan/asongan Pembelian langsung ke perusahaan 0 0 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.14 pengusaha home industri tape ketan telah memiliki tempat pemasaran produk masing-masing melalui pedagang kecil-kecilan atau asongan. Bagi para pengusaha yang masih tergolong dalam skala produksi kecil, pemasaran dilakukan hanya dalam cakupan wilayah tertentu tetapi dapat menjangkau beberapa wilayah di Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara. Untuk lebih jelasnya mengenai daerah pemasaran produk tape ketan dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Gambar 4.11 Peta Jangkauan Pemasaran Tape Ketan. Tabel 4.15 Jangkauan Pemasaran Tape Ketan No. Jangkauan Pemasaran F % 1. Kecamatan setempat Luar kecamatan Kota setempat Luar kota Luar jawa barat Luar negeri 2 4 Jumlah Dari Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa sebagian kecil (24%) produsen menyalurkan hasil produksi ke kecamatan setempat yaitu Kecamatan Cibeureum yang di dalamnya terdapat beberapa desa seperti Desa Tarikolot dan Desa Cibeureum. Sebagian kecil (24%) produsen

10 10 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot menyalurkan hasil produksi ke luar kecamatan seperti Kecamatan Cibingbin, Kecamatan Cimara, Kecamatan Luragung dan Kecamatan Cileunya. Kurang dari setengahnya (24%) produsen menyalurkan hasil produksi kota setempat seperti Cijoho, Cilimus, Kadugede, Lamping/Cigadung, Jalaksana dan lain sebagainya. Sebagian kecil (13%) produsen menyalurkan hasil produksi ke luar kota seperti Cirebon, Indramayu, Ciamis, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bandung. Sebagian kecil (13%) produsen menyalurkan hasil produksi ke luar Jawa Barat seperti DKI Jakarta, Yogyakarta dan Sumatera. Sebagian kecil (4%) produsen menyalurkan hasil produksi ke luar negeri seperti Malaysia dan Philipina. 3. Transportasi Gambar 4.11 Peta Jangkauan Pemasaran Tape Ketan Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan industri adalah adanya transportasi yang memadai. Transportasi merupakan sarana penghubung yang berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan barang atau manusia dan mempermudah dalam pencapaian ke lokasi yang dituju. Sarana angkut sangat dibutuhkan untuk menghubungkan bahan baku dengan tempat produksi barang atau mendistribusikan hasil produksi agar semuanya berjalan dengan baik dan lancar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.16 Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mengambil Bahan Baku dan Memasarkan Hasil Produksi No. Alat Transportasi F % 1. Mobil truk 0 0

11 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember Mobil pick-up Penelitian 2013 Sumber : Hasil Berdasarkan Tabel 4.16 seluruhnya (100%) alat transportasi yang digunakan untuk mengambil bahan baku dan memasarkan hasil produksi adalah mobil pick-up dikarenakan jarak yang masih dekat dan kapasitas produksi yang relatif kecil. Adapun alat transportasi yang digunakan oleh para pekerja menuju home industri tape ketan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.17 Kendaraan Menuju Tempat Bekerja No. Kendaraan Menuju Tempat Bekerja F % 1. Jalan kaki 44 84,61 2. Menggunakan sepeda Ojeg Kendaraan umum Kendaraan pribadi 8 15,38 Penelitian 2013 Sumber : Hasil Dari Tabel 4.17 dapat diketahui bahwa sebagian besar (84%) jarak yang ditempuh oleh para pekerja tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Jarak tempat tinggal ke home industri tape ketan berjarak m, hal ini dikarenakan para pengrajin tape ketan merupakan tetangga terdekat. 4. Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha dan Pengrajin Tape Ketan Selain menjelaskan peranan faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi home industri tape ketan, penelitian ini pun menjelaskan mengenai gambaran kehidupan para pengusaha dan pengrajin tape ketan di Desa Tarikolot. Kehidupan para pengusaha dan pengrajin tape ketan dapat ditinjau dari kondisi sosial ekonomi mereka. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran umum meliputi tenaga kerja, tingkat pendidikan keluarga dan pendapatan. a. Tenaga Kerja

12 12 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Kualitas dan kuantitas tenaga kerja merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan proses produksi suatu industri. Kualitas tenaga kerja dapat dilihat dari keterampilan atau mutu yang dimilikinya. Sedangkan kuantitas tenaga kerja dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang tersedia. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang tersedia sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Jumlah tenaga kerja pada masing-masing home industri tape ketan di Desa Tarikolot sangat bervareatif mulai dari jumlah tenaga kerja <5 orang sampai tenaga kerja diatas 30 orang. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada home industri tape ketan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.18 Jumlah Tenaga Kerja No. Jumlah Tenaga Kerja F % 1. < 5 orang orang 4 33, orang orang 1 8, orang 1 8,3 6. >40 orang 0 0 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.18 kurang dari setengahnya (33,4%) pengusaha memperkerjakan tenaga kerja antara 6-10 orang. Home industri tape ketan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Hal ini dikarenakan proses pengolahan dan pembuatan tape ketan tidak begitu sulit, masih menggunakan teknologi manual berupa tangan manusia. Selain itu apabila melihat jumlah tenaga kerja pada tiap unitnya home industri tape ketan termasuk kedalam industri kecil yang berbasis rumahan. Sesuai dengan kriteria industri kecil jika dilihat dari jumlah tenaga kerja yaitu 1-19 orang. Selain tersedianya jumlah tenaga kerja untuk proses produksi, ketersediaan tenaga kerja erat hubungannya dengan daerah asal tenaga kerja. Beberapa home industri lebih cenderung mengambil tenaga kerja yang dekat dengan lokasi industri. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya transportasi tenaga kerja apabila tenaga kerja diberi biaya transportasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.19 daerah asal tenaga kerja yang terlibat dalam home industri tape ketan. Dari Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa tidak ada tenaga kerja yang berasal dari Luar Desa Tarikolot maupun Luar Kecamatan Cibeureum. Seluruhnya (100%) berasal dari Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga

13 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember kerja pada home industri tape ketan cukup tersedia dengan tenaga kerja yang berasal dari daerah setempat. Keberadaan home industri tape ketan yang berada di lokasi penelitian sudah memberikan peluang kerja terhadap penduduk disekitarnya. Tabel 4.19 Asal Tenaga Kerja No. Asal Tenaga Kerja F % 1. Desa Tarikolot Kecamatan Cibeureum Luar Desa Tarikolot Luar Kecamatan Cibeureum 0 0 Selain itu pekerjaan sebagai pengrajin tape ketan merupakan mata pencaharian pokok penduduk Desa Tarikolot. Jarak tempat tinggal tenaga kerja ke home industri tape ketan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.20 Jarak Tempat Tinggal Tenaga Kerja Ke Home Industri Tape Ketan No. Jarak Tempat Tinggal F % 1. < 50 m 10 19, m 14 26, m 18 34,61 4. > 200 m 10 19,23 Dari Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa kurang dari setengahnya (34,61%) jarak tempat tinggal tenaga kerja ke home industri tape ketan sekitar meter. Jarak tersebut tidak terlalu jauh dan tidak memerlukan biaya transportasi yang mahal bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Selain faktor jarak adanya berbagai alasan tenaga kerja mau bekerja pada home industri tape ketan dilihat pada Tabel Berdasarka Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa lebih dari setengahnya (55,8%) para pekerja menjawab tidak ada usaha lain yang cocok sehingga dari pada menganggur mereka bersedia mengambil kesempatan untuk bekerja di home industri tape ketan. Selain itu mereka beralasan sulitnya mencari pekerjaan dan hanya menambah pengetahuan dan pengalaman saja. Akan

14 14 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot tetapi hubungan sedekat apapun harus dibarengi dengan kualitas kerja yang terampil dan unggul. Tabel 4.22 hubungan tenaga kerja dengan pengusaha. Tabel 4.21 Alasan Keterlibatan Bekerja Pada Home Industri Tape Ketan No. Alasan Keterampilan Bekerja F % 1. Mengikuti orang tua 1 1,9 2. Tidak ada usaha lain yang cocok 29 55,8 3. Pekerjaan ini lebih menguntungkan 22 42,3 Tabel 4.22 Hubungan Tenaga Kerja dengan Pengusaha No. Hubungan Tenaga Kerja F % 1. Anak Kerabat 6 11,53 3. Saudara 14 26,92 4. Orang lain 32 61,53 Dari Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya (61,53%) hubungan tenaga kerja dengan pemilik usaha adalah orang lain yaitu tetangga terdekat dari rumah produksi. Keberadaan home industri tape ketan dapat membantu masyarakat sekitarnya dan dapat mengurangi angka pengangguran di desa tersebut. Mengenai status tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel Dari Tabel 4.23 dapat diketahui bahwa seluruhnya (100%) adalah pekerja tetap. Home industri tape ketan tidak menggunakan sistim kontrak karena home industri ini masih berskala kecil dengan pengalaman kerja yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai pengalaman tenaga kerja pengrajin dapat dilihat pada Tabel Berdasarkan Tabel 4.24 dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya (55,76%) tenaga kerja telah bekerja 6-10 tahun lamanya. Pengalaman tersebut telah menunjukan bahwa bekerja pada home industri tape ketan telah menjadi pilihan mata pencaharian penduduk di Desa Tarikolot. Pengalaman kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu usaha, semakin lama tenaga kerja menekuni pekerjaannya semakin bertambah pula pengetahuan dan keterampilannya.

15 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember Tabel 4.23 Status Tenaga Kerja No. Status Tenaga Kerja F % 1. Kerja Kontrak Kerja Tetap Tabel 4.24 Pengalaman Tenaga Kerja No. Pengalaman Tenaga Kerja F % 1. < 5 tahun 15 28, tahun 29 55,76 3. > 10 tahun 8 15,38 Proses pembuatan tape ketan membutuhkan waktu yang cukup lama. Waktu bekerja tenaga kerja dapat diketahui dari berapa jam dalam satu hari mereka bekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.25 Waktu Bekerja Tenaga Kerja Dalam Satu Hari No. Waktu Bekerja Tenaga Kerja F % 1. <8 jam 8 15, jam 22 42,3 3. Tidak tetap, tergantung dari banyaknya pekerjaan 22 42,3 Dari Tabel 4.25 dapat diketahui bahwa kurang dari setengahnya (42,3%) tenaga kerja bekerja selama 8 jam dan tidak tetap tergantung dari banyaknya pesanan. Semakin banyak permintaan pesanan dari konsumen semakin panjang pula waktu yang dibutuhkan oleh para pengrajin tape ketan untuk memproduksi tape ketan dan semakin besar pula upah kerja yang mereka dapat. Terkadang jika permintaan konsumen mendadak mereka bisa bekerja 24 jam dalam satu hari. Sedangkan untuk jumlah hari tenaga lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.26 dan Gambar Tabel 4.26 Jumlah Hari Tenaga Kerja Dalam Bekerja Satu Bulan

16 16 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot No. Jumlah Hari Tenaga Kerja F % 1. < 20 hari 1 1, hari 47 90,38 3. > 26 hari 4 7,7 Dari Tabel 4.26 dapat diketahui bahwa sebagian besar (90,38%) tenaga kerja yang bekerja di home industri tape ketan antara hari dalam satu bulan. Selain adanya jumlah hari yang berbeda ada pula kesulitan tenaga kerja yang bekerja pada home industri tape ketan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.27 Kesulitan Tenaga Kerja Bekerja Pada Home Industri Tape Ketan No. Kesulitan Tenaga Kerja F % 1. Upah yang kecil 28 53,84 2. Jauh dari tempat tinggal 6 11,53 3. Waktu kerja tidak tetap 18 34,61 Berdasarkan Tabel 4.27 dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya (53,84%) kesulitan yang di alami tenaga kerja adalah kecilnya upah. b. Tingkat Pendidikan Keluarga Tingkat pendidikan keluarga bisa terlihat dari kemajuan masyarakat dan kualitas tenaga kerjanya. Perbaikan tingkat pendidikan bertujuan untuk membentuk masyarakat yang berkualitas dan mampu memanfaatkan segala potensi yang terdapat dilingkungan sekitarnya. Dengan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki tenaga kerja akan mengantarkan sektor industri kecil kearah yang lebih maju. Seberapa pentingkah pendidikan para pekerja home industri tape ketan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.28 Pernyataan Pengusaha dan Pengrajin Mengenai Pendidikan

17 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember No. Pernyataan Pengusaha dan Pengusaha Pengrajin Pengrajin Mengenai Pendidikan F % F % 1. Tidak Penting Kurang penting Penting ,46 4. Sangat penting ,53 Jumlah Dari Tabel 4.28 dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) pengusaha dan sebagian besar (88,46%) pengrajin menjawab bahwa pendidikan itu penting. Sedangkan untuk jenjang pendidikan pengusaha dan pengrajin tape ketan masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.29 Jenjang Pendidikan Pengusaha dan Pengrajin Tape Ketan No. Jenjang Pendidikan Pengusaha Pengusaha Pengrajin dan Pengrajin F % F % 1. SD 5 41, ,7 2. SMP 4 33, SMA ,3 4. Perguruan tinggi Jumlah Dari Tabel 4.29 diketahui bahwa jenjang pendidikan para pengusaha kurang dari setengahnya (41,7%) dan pengrajin lebih dari setengahnya (57,7%) adalah tamatan sekolah dasar (SD). Berdasarkan uraian diatas, keseluruhan tingkat pendidikan pengusaha dan pengrajin home industri tape ketan masih belum cukup baik karena sebagian besar hanya lulusan sekolah dasar (SD). Mereka berpendapat bahwa ketika itu pendidikan masih dianggap terlalu mahal, sehingga para pengusaha dan pengrajin tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi mereka mempunyai keinginan untuk anak-anak mereka kelak, yaitu ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi di bandingkan orang tuanya saat ini. Ditunjang pula dengan program pemerintah yang mewajibkan penduduknya untuk mengikuti program sembilan tahun. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan pendidikan bagi anak-anak pengusaha dan pengrajin dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.30

18 18 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Jenjang Pendidikan Anak Pengusaha dan Pengrajin Tape Ketan No. Jenjang Pendidikan Anak Pengusaha Pengrajin F % F % 1. PAUD/TK 2 8, ,1 2. SD 5 20, ,7 3. SMP 4 16, ,8 4. SMA 9 37, ,4 5. Perguruan tinggi 4 16,7 0 0 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.30 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak pengusaha dan pengrajin sangat beranekaragam. Kemampuan pengusaha dan pekerja untuk menyekolahkan anaknya sangat tinggi, bahkan ada pengusaha yang mampu menyekolahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi (PT). Kurang dari setengahnya (37,5%) anak-anak pengusaha sudah tamat sekolah menengah atas (SMA). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keinginan serta kemampuan pengusaha dan pekerja untuk menyekolahkan anaknya sangat tinggi, mereka beranggapan bahwa pendidikan penting untuk perbaikan taraf hidup masa depannya kelak. Untuk jumlah anggota keluarga yang masih sekolah lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Jumlah Tabel 4.31 Jumlah Anggota Keluarga Pengusaha dan Pengrajin Tape Ketan yang Masih Sekolah No. Jumlah Anggota Keluarga yang Pengusaha Pengrajin Masih Sekolah F % F % 1. 1 orang 2 16, , orang 7 58, , orang , orang ,7 5. > 4 orang , Dari Tabel 4.31 dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga pengusaha dan pengrajin yang masih sekolah dan menjadi tanggungan keluarga cukup bervareasi. Untuk para

19 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember pengusaha lebih dari setengahnya (58,3%) dan untuk para pengrajin setengahnya (46,15%) jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan adalah dua orang. Pendidikan yang diperoleh di sekolah formal kurang memberikan pengaruh terhadap kemampuan pekerja tentang cara pembuatan tape ketan. Fungsi pendidikannya adalah pendidikan non formal yaitu pendidikan yang di peroleh dari belajar sendiri, belajar dari tenaga kerja lainnya dan belajar dari orang tua. Untuk lebih jelasnya mengenai sumber keterampilan tenaga kerja pengrajin dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.32 Sumber Keterampilan Tenaga Kerja No. Sumber Keterampilan F % 1. Belajar sendiri 35 67,3 2. Belajar dari tenaga kerja lainnya 5 9,61 3. Dari orang tua 12 23,08 Berdasarkan Tabel 4.32 dan Gambar 4.29 dapat diketahui bahwa lebih dari setengahnya (67,3%) para pekerja memperoleh keterampilannya secara autodidak (belajar sendiri). Keterampilan dalam pembuatan tape ketan sangat berpengaruh terhadap hasil dari produksi tape ketan itu sendiri, karena apabila tidak adanya keterampilan dalam pembuatan tape ketan maka hasilnya pun akan mengalami kegagalan. Jadi hanya tangan terampilah yang mampu membuat tape ketan dengan hasil yang baik. c. Pendapatan Bekerja dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan. Pendapatan bisa berupa uang maupun barang atas pekerjaan atau mata pencaharian yang dimilikinya. Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Tarikolot adalah sebagai pengrajin home industri tape ketan. Pengrajin dan keluarganya sangat bergantung kepada besarnya nilai upah yang diterima untuk memenuhi kebutuhan hidup sandang, pangan dan papan. Untuk sistem upah yang diterima oleh pengrajin lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.33 Sistem Upah Tenaga Kerja No. Sistem Upah Pengusaha Pengrajin

20 20 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot F % F % 1. Harian 7 58, ,07 2. Mingguan Bulanan Borongan Tergantung banyaknya produk yang dihasilkan 5 41, ,92 Jumlah Dari Tabel 4.33 dan Gambar 4.30 dapat diketahui bahwa ada dua sistem upah yang ditetapkan oleh para pengusaha dimana lebih dari setengahnya (58,3%) upah harian dan kurang dari setengahnya (41,7%) tergantung banyaknya produk yang dihasilkan oleh para pengrajin. Sedangkan sebagian besar (73,07%) sistem upah yang diterima oleh para pengrajin adalah harian dan kurang dari setengahnya (26,92%) tergantung banyaknya produk yang dihasilkan oleh para pengrajin. Pendapatan merupakan salah satu faktor penunjang tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan mayoritas masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pengrajin tape ketan dan ditunjang dengan keterampilan yang dimilikinya, maka pendapatan yang dihasilkan dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi pekerja dan tentunya dapat menentukan besar kecilnya pendapatan yang berdampak pada kualitas kehidupan mereka. Untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh para pengrajin tape ketan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.34 Pendapatan Pengusaha dan Pengrajin Per Bulan No. Pendapatan Pengusaha dan Pengrajin Per Bulan Pengusaha Pengrajin F % F %

21 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember < Rp , ,8 2. Rp ,- sampai Rp ,- 1 8, ,8 3. Rp ,- sampai Rp , ,4 4. > Rp ,- 5 41,7 0 0 Jumlah Dari Tabel 4.33 dapat diketahui bahwa setengahnya (50%) pendapatan pengusaha dalam satu bulan adalah Rp ,- sampai Rp ,-. Sedangkan unuk para pengrajin sebagian besar (80,8%) mendapatkan penghasilan Rp ,- sampai Rp ,-. Berdasarkan uraian di atas pendapatan tenaga kerja adalah dampak positif dari adanya home industri tape ketan, dimana penghasilan para pengrajin mengalami perubahan yang cukup baik. Cukup tidaknya pendapatan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat dilihat pada Tabel 4.35,. Berdasarkan Tabel 4.35 dapat diketahui bahwa sebagian besar (91,7%) penghasilan pengusaha tape ketan mencukupi kebutuhan hidupnya. Sedangkan lebih dari setengahnya (57,7%) penghasilan pengrajin tape ketan tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Adanya perbedaan kecukupan kebutuhan hidup antara pengusaha dan pengrajin tape ketan harus diperhatikan lebih lanjut oleh pemilik home industri tape ketan misalnya dengan cara menaikan upah pengrajin, agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi apalagi yang mempunyai tanggungan keluarga yang cukup banyak. Tabel 4.35 Kecukupan Pendapatan Untuk Kebutuhan Hidup Pengusaha dan Pengrajin Tape Ketan No. Kecukupan Pendapatan Pengusaha Pengrajin Untuk Kebutuhan Hidup F % F % 1. Ya 11 91, ,30 2. Tidak 1 8, ,7 Jumlah Selain itu pengrajin harus pintar-pintar mencari pekerjaan tambahan. Untuk lebih jelasnya biaya hidup pengusaha dan pengrajin tape ketan dapat dilihat pada Tabel 4.36 dan Gambar Tabel 4.36

22 22 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot Biaya Hidup Pengusaha dan Pengrajin Per Bulan No. Biaya Hidup Pengusaha dan Pengusaha Pengrajin Pengrajin Per Bulan F % F % 1. < Rp , ,38 2. Rp ,- sampai Rp , ,07 4. > Rp , ,53 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.36 dapat diketahui bahwa seluruhnya (100%) biaya hidup pengusaha tape ketan > Rp ,-. Sedangkan kurang dari setengahnya (48,07%) biaya hidup pengrajin tape ketan Rp ,- sampai Rp ,-. Kecukupan penghasilan untuk biaya hidup tidak membuat risau para pengrajin tape ketan, hal ini dikarenakan beberapa pengrajin mempunyai tambahan penghasilan berupa pekerjaan menjadi kuli bangunan, buruh dan penjaga warung. Desa Tarikolot merupakan salah satu desa bagian dari Kecamatan Cibeureum. Desa Tarikolot memiliki potensi untuk mengembangkan home industri tape ketan. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi yang dipasarkan tidak hanya di dalam negeri tetapi sampai ke luar negeri. Selain itu perkembangan home industri tape ketan di Desa Tarikolot dari tahun 2010 sampai 2012 mengalami peningkatan, dapat dilihat dari jumlah kapasitas produksi yang semakin meningkat dan berdampak terhadap investasi para pengusaha. Adanya home industri tape ketan juga memberikan kontribusi besar terhadap penambahan jumlah tenaga kerja yang semakin dibutuhkan. Pemilihan lokasi home industri tape ketan berorientasi terhadap insitu dalam penyediaan tenaga kerja karena sebagian besar mata pencaharian pokok penduduknya bekerja sebagai pengrajin home industri tape ketan. Adanya home industri tape ketan memberikan peluang besar untuk masyarakat sekitarnya hal ini dikarenakan penempatan home industri di tempat yang banyak tenaga kerjanya menguntungkan secara ekonomis untuk para pengusaha agar biaya transportasi untuk para pekerja tidak terlalu besar. Dapat diperkuat dari teori lokasi menurut Abdurachmat dan E. Maryani (1997:48) yaitu : 1. Industri-industri yang cenderung didirikan di daerah bahan mentah, biasanya Industri-industri ini memerlukan bahan mentah dalam jumlah besar, segar, dan mengalami susut banyak dalam proses pengolahannya. 2. Industri-industri yang cenderung ditempatkan di daerah sumber tenaga, industri ini biasanya memerlukan banyak energi (bahan bakar).

23 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember Industri-industri yang cenderung ditempatkan di daerah sumber tenaga kerja terutama industri yang memerlukan Skilled Labor dengan kemampuan khusus. 4. Industri-industri yang cenderung ditempatkan di daerah pasaran, dimana bahanbahan untuk keperluan industri mudah didapat atau didatangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi home industri tape ketan adalah kemudahan memperoleh bahan baku karena bahan baku tersebut langsung diantar ke tempat produksi yang berasal dari luar kota seperti Cirebon, Indramayu, Bogor dan Jakarta. Selain itu cara penjualan tape ketan yang dipasarkan melalui pedagang kecil-kecilan atau asongan, dimana penyalurnya adalah keluarga sendiri. Hasil produksi tape ketan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri tetapi sampai ke luar negeri. Untuk mengambil bahan baku dan memasarkan hasil produksi menggunakan mobil pick up. Kondisi sosial ekonomi pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan keluarga dan pendapatan dimana kedua faktor tersebut tidak berpengaruh besar terhadap eksistensi home industri tape ketan karena pada home industri tape ketan pendidikan non formalah yang paling di utamakan walaupun sebagian besar para pengusaha dan pengrajin home industri tape ketan hanya tamatan sekolah dasar. Keterampilan dalam pembuatan tape ketan sangat berpengaruh terhadap hasil dari produksi tape ketan itu sendiri, karena apabila tidak adanya keterampilan dalam pembuatan tape ketan maka hasilnya pun akan mengalami kegagalan. Jadi hanya tangan terampilah yang mampu membuat tape ketan dengan hasil yang baik. Kualitas home industri tape ketan akan meningkat apabila sumber daya manusianya pun ditingkatkan. Pendapatan para pengusaha sebagian besar mengalami peningkatan akan tetapi untuk para pengrajin pendapatannya relatif kecil. Apabila dalam pemenuhan kebutukan hidup yang kurang mencukupi para pekerja sudah mensiasati dengan pekerjaan tambahan seperti membuka warung, kuli bangunan, buruh dan sebagainya. SIMPULAN Perkembangan home industri tape ketan di Desa Tarikolot dari tahun 2010 sampai 2012 mengalami peningkatan, dapat dilihat dari jumlah kapasitas produksi yang semakin meningkat dan berdampak terhadap investasi para pengusaha. Adanya home industri tape ketan juga memberikan kontribusi besar terhadap penambahan jumlah tenaga kerja yang semakin dibutuhkan. Pemilihan lokasi home industri tape ketan berorientasi terhadap insitu dalam penyediaan tenaga kerja karena sebagian besar mata pencaharian pokok penduduknya bekerja sebagai pengrajin home industri tape ketan. Adanya home industri tape ketan memberikan peluang besar untuk masyarakat sekitarnya hal ini dikarenakan penempatan home industri di

24 24 Mita Friamita, dkk. Eksistensi Home Industri Tape Ketan di Desa Tarikolot tempat yang banyak tenaga kerjanya menguntungkan secara ekonomis untuk para pengusaha agar biaya transportasi untuk para pekerja tidak terlalu besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi home industri tape ketan adalah kemudahan memperoleh bahan baku karena bahan baku tersebut langsung diantar ke tempat produksi yang berasal dari luar kota seperti Cirebon, Indramayu, Bogor dan Jakarta. Selain itu cara penjualan tape ketan yang dipasarkan melalui pedagang kecil-kecilan atau asongan, dimana penyalurnya adalah keluarga sendiri. Hasil produksi tape ketan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri tetapi sampai ke luar negeri. Untuk mengambil bahan baku dan memasarkan hasil produksi menggunakan mobil pick up. Kondisi sosial ekonomi pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan keluarga dan pendapatan dimana kedua faktor tersebut tidak berpengaruh besar terhadap eksistensi home industri tape ketan karena pada home industri tape ketan pendidikan non formalah yang paling di utamakan walaupun sebagian besar para pengusaha dan pengrajin home industri tape ketan hanya tamatan sekolah dasar. Keterampilan dalam pembuatan tape ketan sangat berpengaruh terhadap hasil dari produksi tape ketan itu sendiri, karena apabila tidak adanya keterampilan dalam pembuatan tape ketan maka hasilnya pun akan mengalami kegagalan. Jadi hanya tangan terampilah yang mampu membuat tape ketan dengan hasil yang baik. Kualitas home industri tape ketan akan meningkat apabila sumber daya manusianya pun ditingkatkan. Pendapatan para pengusaha sebagian besar mengalami peningkatan akan tetapi untuk para pengrajin pendapatannya relatif kecil. Apabila dalam pemenuhan kebutukan hidup yang kurang mencukupi para pekerja sudah mensiasati dengan pekerjaan tambahan seperti membuka warung, kuli bangunan, buruh dan sebagainya. Pengaruh budaya penduduk terhadap eksistensi home industri tape ketan sangat signifikan, dilihat dari hasil data di lapangan bahwa masih banyak beberapa home industri yang masih bertahan sampai saat ini. Bahkan ada juga home industri dadakan yang memproduksinya dikala Idul Fitri dan Idul Adha saja. DAFTAR PUSTAKA Abdurachmat, I dan E Maryani (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.

25 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember Suryana. (2006). Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat Tambunan. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta : Salemba Empat

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Tarikolot terletak antara 108 41 45-108 43 45 BT dan 07 00 40-07 02 40 LS. Desa Tarikolot merupakan salah satu desa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peranan industri kecil dalam perekonomian Indonesia dirasakan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Peranan industri kecil dalam perekonomian Indonesia dirasakan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan industri kecil dalam perekonomian Indonesia dirasakan sangat penting terutama dalam aspek-aspek seperti kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai gambaran umum Kabupaten Kuningan dan bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga puluh tahun Indonesia menjalani sistem sentralistik. Namun, reformasi pembangunan telah membawa perubahan tidak hanya terhadap sistem penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah.....

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR Bab ini terbagi menjadi tiga bagian.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor perekonomian yang sedang mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian. Untuk dapat meningkatkan sektor perindustrian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Penelitian ini berusaha mengkaji kemampuan usaha tape ketan sebagai motor penggerak pengembangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan teknologi dari setiap zamannya berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dari lingkungan suatu usaha (Saparuddin, 2009,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan manusia

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri merupakan suatu kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi, yang dapat meningkatkan nilai guna barang bagi kehidupan

Lebih terperinci

TAHU SEBAGAI ANDALAN INDUSTRI PARIWISATA DI SUMEDANG. Oleh : Dadang Sungkawa *)

TAHU SEBAGAI ANDALAN INDUSTRI PARIWISATA DI SUMEDANG. Oleh : Dadang Sungkawa *) TAHU SEBAGAI ANDALAN INDUSTRI PARIWISATA DI SUMEDANG Oleh : Dadang Sungkawa *) Abstrak Bila kita berbicara Kabupaten Sumedang maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah tahu Sumedang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan pembangunan industri di era globalisasi ini bertujuan untuk menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasca krisis tahun 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008 di Indonesia, UMKM mampu membuktikan bahwa sektor ini mampu menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Pemerintah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam 119 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Hubungan Antara Industri Rumah Tangga Kerajinan Payet

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG BERDIRINYA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013.

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG BERDIRINYA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG BERDIRINYA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013 (Jurnal) Oleh : Rio Ristayudi 0743034038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Danbi International adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi bulu mata palsu. PT. Danbi International didirikan di Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN HUBUNGAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN HOME INDUSTRY INCOME RELATIONSHIP WITH PROSPERETY LEVEL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah Indonesia mulai menggagas sebuah gagasan ekonomi rakyat sebagai salah satu upaya pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan

I. PENDAHULUAN. Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri merupakan serangkaian kegiatan mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi, yang bertujuan untuk menambah nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi problema bagi para pedagang, di satu sisi mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih karena adanya kenaikan harga, tapi di

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan hingga saat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional sangat penting karena sektor ini mampu menyerap sumber daya yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Karakteristik antara wilayah dengan satu wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR Oleh: HAJAR AHMAD CHUSAINI L2D 001 425 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena UMKM mempunyai fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi barang setengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dalam membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Dusun Raiy terletak di Desa Raja Kecamatan Ngabang kabupaten

Lebih terperinci

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Ahmad Nurussalam, 2 Yus Rusman, 3 Zulfikar Noormansyah 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE Jalan Besar Belok kiri Jalan Lurus Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE Tempat Limbah Mengalir PROSES SINGKAT

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor industri secara nasional diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan kokoh yang meliputi aspek perubahan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreatifitas, keterampilan dan bakat individu demi menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk yang mayoritas tinggal di pedesaan dan bekerja pada sektor primer khususnya pertanian. Karakteristik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang banyak dikembangkan oleh pemerintah karena sektor industri banyak membantu pertumbuhan ekonomi negara. Pada saat ini, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan konsepsional bagi penulis mengenai cara yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Untuk lebih

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. Salah satunya yang terkenal industri sangkar burung di kecamatan Jebres

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. Salah satunya yang terkenal industri sangkar burung di kecamatan Jebres BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sangkar burung merupakan kerajinan tangan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Sangkar burung sendiri yang berasal dari provinsi Jawa Tengah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin penting dan memiliki peranan sentral dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu menyangkut faktor teknologi industri, juga besar

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008 ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan juga merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi negara-negara berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada semakin majunya era teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang namun tidak dibarengi dengan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro kecil dan Menengah adalah salah satu sektor yang memiliki kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan disuatu Negara. Dari perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG 5.1. Kondisi Geografis dan Potensi Alam Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat. Daerah ini memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

Lebih terperinci