BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan budaya,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan budaya,"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan budaya, salah satu warisan budaya yang menjadi identitias dari bangsa Indonesia adalah batik. Batik merupakan warisan leluhur yang tak terpisahkan dari budaya bangsa Indonesia. Dengan berbagai keindahan, corak, warna alami, dan motif yang menarik membuat kain tradisional sangat populer dan diterima tidak hanya masyarakat lokal tetapi juga masyarakat internasional. Batik memberi makna yang sangat syarat akan seni dan representatif budaya dari masing-masing daerah di tanah air. Banyak hal yang bisa digali dari sehelai kain batik. Jika batik dianalogikan sebuah bunga, tumbuh dan berkembang senantiasa memberi dan memperkaya dunia, oleh karena itu tidak mengherankan batik Indonesia sudah menjadi masterpiece di dunia fashion internasional dan itu merupakan kebanggan tersendiri bagi negara Indonesia yang patut mendapat perhatian lebih. Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa yaitu amba, yang bermakna menulis dan titik yang bermakna titik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Batik merupakan corak atau gambar pada kain yang pembuatannya menggunakan malam (lilin) dan pengolahannya melalui proses tertentu. Batik tersebut dibuat dengan bahan dasar kain yang pada awalnya juga ditenun sendiri dan bahan-bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna yang diambil dari alam di daerah setempat seperti pohon Mengkudu, Tinggi, Soga, dan Nila. Batik pun mulai dikenal dan digunakan oleh masyarakat umum 1

2 2 pada awal abad ke-19. semua jenis batik yang dikenal masih berupa batik tulis. Batik merupakan lukisan di atas kain yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pakaian. Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak yang hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bunga yang sebelumnya tidak dikenal seperti Bunga Tulip dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah seperti gedung atau Kereta Kuda, termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan, dan terdiri dari berbfagai motif, dan setiap motif merupakan simbol bagi pemakainya. Kesenian batik berkembang kearah ragam hias simbolik yang mempunyai arti yang dalam tentang falsafah hidup dan mencerminkan unsur-unsur kehidupan. Pada zaman ini nilai filosofi sehelai kain batik sangat tinggi, karena berkaitan dengan simbol-simbol perjalanan hidup manusia. Motif-motif yang berkembang dihubungkan dengan upacara-upacara, seperti motif yang dipakai untuk upacara perkawinan, melahirkan, menyambut tamu, dan lain-lain. Berbagai pendapat para ahli tentang sejarah perkembangan batik ditinjau dari disain batik dan proses.

3 3 Lalu seiring perkembangan zaman masuklah kebudayaan Hindu Jawa, komposisi warna terdiri dari biru, hitam, dan putih. Kelompok kedua Batik Pesisir mempunyai ciri ragam hias bersifat naturalistik dengan latar belakang pengaruh dari berbagai budaya termasuk budaya asing, komposisi warna beraneka ragam. Lalu dengan masuknya kebudayaan Islam dengan orientasi ajarannya yang lebih demokratis, mempengaruhi kreativitas seni batik dalam pengembangan ragam hiasnya. Batik yang tadinya berpusat di keraton kemudian berkembang meluas ke daerah-daerah pantai utara di Jawa. bahwa: Menurut Prof. Dr. R. M. Sutjipto W dalam Katalog Batik mengemukakan Batik dikembangkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Pada awalnya seni batik berkembang di kalangan keraton di Jawa. Pada masa pemerintahan Sultan Hanjroko Kusumo sekitar tahun Setelah tahun 1920 M, mulai dikenal batik cap atau batik cetak. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat batik cetak lebih cepat. Dalam waktu satu minggu seorang pembatik dapat menyelesaikan batiknya. Kemudian pada awal abad ke-20 dikenal mori atau kain dasar batik import dan obat-obat pewarna import, usahausaha batik semakin berkembang. Batik masih terus berkembang sampai saat ini dan daerah-daerah penghasil batikpun semakin banyak dengan berbagai jenis batik, baik batik tulis, batik cap, maupun batik printing.

4 4 Batik sebagai warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi dan telah diakui oleh bangsa bangsa lain di dunia melalui organisasi United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang bergerak dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya, serta kita sebagai bangsa Indonesia mempunyai kewajiban menjaga, melestarikan, dan mengembangkan produk batik agar tidak punah dan dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Era globalisasi ini batik dijadikan sebagai busana nasional dan menjadi salah satu trade mark atau ciri khas bangsa Indonesia yang pada dasarnya batik batik yang dihasilkan ialah berasal dari sentra sentra kerajinan batik di berbagai daerah yang memiliki corak motif batik yang beragam. Dengan demikian sifat khas dan keunikan batik-batik daerah tersebut tidak bisa dikatakan batik yang satu lebih baik dari daerah lainnya,karena keunikan motif serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan dan kekayaan, khususnya bagi kebudayaan batik Indonesia. Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki oleh bangsa Indonesia karena pada tiap tiap daerah memiliki desain serta motif motif yang khas dengan penamaan motif yang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Perbedaan motif yang beranekaragam di setiap daerah dipengaruhi oleh perbedaan kondisi dari letak geografis, kepercayaan, adat istiadat, tatanan sosial, gaya hidup serta lingkungan setempat. Ada juga faktor faktor yang menyebabkan kemiripan dari ragam motif disetiap daerah dikarenakan adanya cita rasa yang sama, hubungan niaga dan kekerabatan, serta perkawinan diantara para pembatik

5 5 karena motif batik memiliki makna filosofis tersendiri, tergantung siapa dan apa tujuan dari sang pembatik. Batik merupakan produk industri yang sudah dapat bersosialisasi dengan masyarakat, yang pada awalnya batik merupakan karya seni dan busana terbatas oleh kalangan tertentu. Batik produk turunan tekstil yang bernilai seni tinggi merupakan warisan budaya bangsa indonesia yang harus dilestarikan dan terus dikem bangkan. Di Indonesia, daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur bahkan batik pun tumbuh dan berkembang di Kabupaten dan Kota, termasuk diantaranya Kabupaten Cirebon. Di Kabupaten Cirebon batik sudah ada sejak abad 17, seiring dengan keberadaan Kerajaan Cirebon pada saat itu dan sebagai busana bangsawan keraton. Dalam perkembangan dari waktu ke waktu batik bukan hanya monopoli pakaian di lingkungan keraton tetapi telah menjadi bagian budaya dan busana masyarakat luas, yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai pilihan motif, warna, kualitas dan harga disesuaikan dengan selera dan daya beli masing masing. Salah satu sentra pembuatan batik Cirebon berada di Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon Kecamatan Plered, meskipun masih banyak Desa desa lainya sebagai penghasil batik seperti Desa Kalitengah, Desa Panembahan, Desa Wotgali/Kaliwulu. Bagi sebagian masyarakat disana, industri batik Trusmi adalah salah satu mata pencaharian utama. Usaha yang bermula dari skala rumahan berkembang menjadi kerajinan yang berorientasi bisnis. Karenanya industri batik Trusmi

6 6 merupakan salah satu sektor penyumbang pendapatan bagi Kabupaten Cirebon sekaligus sebagai penghasil devisa bagi negara Indonesia Data gambar 1.1 Pengrajin batik Trusmi 0 Desa Kalitengah Desa Panembahan Desa Kaliwulu Desa Trusmi Wetan Desa Trusmi Kulon Sumber : Disperindag Kabupaten Cirebon tahun 2012 Berdasarkan data gambar diatas mengenai pengrajin batik trusmi bahwa : 1. Desa Kalitengah memiliki 41 industri batik 2. Desa Panembahan memiliki 16 industri batik 3. Desa Kaliwulu/wotgali memiliki 12 industri batik 4. Desa Trusmi Wetan memiliki 76 industri batik 5. Desa Trusmi Kulon memiliki 87 industri batik Dapat disimpulkan bahwa presentase pengrajin terbesar di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon yaitu terdapat di Desa Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan, oleh karena itu mengapa batik Cirebon disebut juga Batik Trusmi oleh masyarakat, karena di Cirebon hanya terdapat satu daerah yang presentase pembuatan batiknya lebih besar yaitu Desa Trusmi. Meskipun nama, atau kata Trusmi sendiri mencakup segala aspek yang ada di desa lain juga.

7 7 Seiring bertambahnya waktu, industri batik tumbuh dan berkembang di Kabupaten Cirebon dalam skala usaha mikro, kecil, menengah yang umumnya dikerjakan secara tradisional oleh ibu ibu rumah tangga, karena batik pun mempengaruhi sebagai kekuatan ekonomi masyarakat, pelestarian budaya, lapangan usaha dan lapangan kerja masyarakat, serta penganeka ragaman busana. Namun begitu tidak selamanya pertumbuhan batik trusmi dapat dikatakan baik, pembangunan di sektor industri memberikan dampak beragam, dampak tersebut dapat ditimbulkan oleh adanya limbah industri dan tingkat aktivitas manusia yang semakin meningkat, dalam hal ini merupakan sisi lain bahwa implementasi kebijakan yang diterapkan belum berjalan dengan optimal sebagaimana terangkum dari hasil pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa : 1. Sentra produksi atau industri kecil menengah batik masih menyatu dengan perumahan masyarakat dan limbah berpotensi dapat mencemari lingkungan dalam hal ini bersangkutan dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia disekitar lingkungan tersebut. 2. Masih terdapat beberapa kekurangan atas dasar faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan bersama mengenai penerapan produksi bersih dalam mengembangkan inovasi terutama tekhnik produksi pewarnan alami yang ramah lingkungan antara pihak pemerintah dengan industri kecil menengah batik di Kecamatan Plered.

8 8 Limbah adalah konsekuensi logis dari setiap pendirian suatu industri walaupun tidak semua industri menghasilkan limbah. Bila limbah yang mengandung senyawa kimia tertentu dengan berbagai bahan berbahaya dan beracun tertentu dilepas ke sungai, tanah maupun udaramaka akan memberikan dampak yang sangat berbahaya. Industri batik memproduksi kadar emisi CO2/karbondioksida tertinggi diantara sektor industri kecil menengah (IKM) lainya, yang umumnya merupakan hasil dari ketergantungan industri tersebut akan bahan bakar seperti minyak tanah dan penggunaan listrik yang tinggi. Proses proses pengolahan batik selama ini membawa pengaruh pencemaran yaitu menjadi sumber pencemaran air, khususnya sungai karena limbah dari proses pembuatan batik tersebut biasanya langsung dialirkan ke sungai tanpa pengolahan limbah terlebih dahulu. Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pereventif, terpadu dan diterapkan secara terus menerus mulai dari hulu sampai ke hilir yang terkait dengan proses produksi, barang dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. (Kebijakan Nasional Produksi Bersih, 2003) Produksi batik bersih merupakan strategi yang penerapanya harus terintegrasi sebagai kondisi yang dihadapi masing masing industri atau kegiatan usaha dengan tujuan memberikan nilai tambah, baik dalam aspek lingkungan dan ekonomi sehingga dapat mewujudkan perbaikan yang berkelanjutan.

9 9 Seperti peran pemerintah dalam mewujudkan produksi bersih yang dicanangkan dalam Undang Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diterangkan bahwa sehubungan dengan kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Undang Undang No.32 Tahun 2009 Pasal 63 Ayat (1) butir I dan V menyatakan bahwa pemerintah bertugas dan berwenang mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup dan mengkoordinasikan dan mengembangkan, mensosialisasikan pemanfaatan tekhnologi ramah lingkungan hidup. Kemudian peran pemerintah daerah dalam program ini, hal ini telah diamanatkan dalam PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah. selanjutnya ditambahkan oleh Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No. 31 Tahun 2009 bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penerapan sistem manajemen lingkungan. (Produksi bersih dan tekhnologi berwawasan lingkungan yang mendukung pola produksi yang berkelanjutan). Serta Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, karena masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

10 10 Namun demikian keberhasilan implementasi Kebijakan oleh pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh Disperindag mengenai produksi batik bersih dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan penggunan sumber daya, penyediaan tekhnologi dan sistem insentif, serta lainya. Disamping itu, dukungan dan komitmen yang tinggi semua pihak juga harus mempengaruhi industri batik Kabupaten Cirebon sehingga memiliki nilai tambah dalam aspek pengelolaan lingkungan yang ramah lingkungan atau produksi bersih, sehingga produknya memenuhi standar internasional dan mampu menembus pasar global yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Industri kecil dan menengah batik di Kabupaten Cirebon mengemban misi melestarikan budaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan menggunakan produk bersih, oleh karena itu penyusun tertarik untuk mengambil judul penelitian mengenai Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Dalam Menerapkan Batik Trusmi Sebagai Produksi Bersih. 1.2 Rumusan Masalah Berpedoman pada permasalahan diatas, dapat dirumuskan rumusan masalah berupa problem statment (pernyataan masalah), yaitu sejauh mana implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam menerapkan Batik trusmi sebagai produksi bersih yang belum dilaksanakan secara optimal, karena implementasi kebijakan yang efektif dapat berdampak kepada keberhasilan dalam upaya

11 11 pencapaian tujuan tujuan pengembangan industri batik sebagai industri bersih yang memberikan nilai tambah, baik dalam aspek lingkungan dan ekonomi sehingga dapat mewujudkan perbaikan yang berkelanjutan. 1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan masalahmasalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam menerapkan batik trusmi sebagai produksi bersih? 2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam menerapkan batik trusmi sebagai produksi bersih? 3. Apa saja hambatan hambatan yang mempengaruhi implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam menerapkan batik trusmi sebagai produksi bersih 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Disperindag mengenai penerapan batik Trusmi Sebagai Produksi Bersih serta dampak yang

12 12 ditimbulkan oleh adanya limbah industri dan tingkat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah : 1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam menerapkan batik trusmi sebagai produksi bersih. 2. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam menerapkan batik trusmi sebagai produksi bersih. 3. Untuk mengetahui hambatan hambatan yang mempengaruhi implementasi kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon dalam menerapkan batik trusmi sebagai produksi bersih 1.5 Kegunaan Penelitian Terdapat kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian ini baik secara teoritis dan praktis: Kegunaan Teoritis a. Kegunaan bagi mahasiswa mengembangkan dan memperluas wawasan mengenai implementasi kebijakan oleh Disperindag

13 13 dalam menerapkan batik trusmi sebagai produk bersih berikut faktor faktor,hambatan serta menambah literatur. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai implementasi kebijakan oleh Disperindag dalam menerapkan batik trusmi sebagai produk bersih berikut faktor faktor,hambatan serta menambah literatur Kegunaan Praktis a. Kegunaan secara umum yaitu untuk memberikan bahan evaluasi yang dapat dijadikan acuan guna perbaikan Disperindag dalam faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan mengenai batik, yang bermanfaat sebagai sumbangan pikiran dan informasi terhadap rekan-rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut. 1.6 Kerangka Pemikiran Implementasi dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan tekhnik bekerja bersama sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan tujuan kebijakan atau program program. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output), maupun sebagai dampak (outcame).

14 14 Ripley dan Franklin (dalam Winarno 2007: 145) berpendapat bahwa : Implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu atau jenis keluaran yang nyata (tangible output). Secara umum kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu dalam artian bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah kepada tujuan dan usulan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan tertentu serta mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Kemudian Richard Rose dalam Winarno (2007 : 17) berpendapat bahwa : kebijakan diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyaknya berhubungan beserta konsekuensi konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Definisi diatas dapat diartikan bahwa kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu. Pandangan lain diberikan oleh Carl Friedrich dalam Winarno (2007 : 17) bahwa kebijakan ialah : sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yaang memberikan hambatan hambatan dan peluang peluaang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu

15 15 tujuan atau merealisasikan suatu sasaran ataau suatu maksud tertentu. Kebijakan ini menyangkut dimensi yang luas karena kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh kelompok atau individu. Selain itu, gagasan bahwa kebijakan mencakup perilaku yang mempunyai maksud yang layak mendapatkan perhatian dan sekaligus harus dilihat sebagai bagian definisi kebijakan publik yang penting, sekalipun maksud atau tujuan dari tindakan tindakan pemerintah yang dikemukakan dalam definisi ini mungkin tidak selalu dipahami. Lalu George C. Edwards membicarakan empat faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan yang bekerja secara stimulan dan berinteraksi satu sama lain variabel tersebut adalah : komunikasi, sumber sumber, kecenderungan/disposisi, dan struktur birokrasi. Dan karena tidak adanya sebuah variabel tunggal dalam proses implementasi, sehingga perlu dijelaskan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel yang lain, dan bagaimana variabel variabel ini mempengaruhi proses implementasi kebijakan. Keempat faktor yang disebutkan pada teori Edwards, adalah : a. Komunikasi Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang meleksanakan keputusan harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Keputusan keputusan kebijakan dan perintah - perintah itu dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana. Komunikasi pun berkenaan dengan bagaimana

16 16 kebijakan dikomunikasikan pada organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap, dan tanggap dari para pihak yang terlibat, dan bagaimana struktur organisasi pelaksana kebijakan. b. Sumber sumber Sumber sumber merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan implementasi sebuah kebijakan, meliputi hal hal yang memadai yang diperlukan guna melaksanakan pelayanan pelayanan publik atau menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. c. Kecenderungan kecenderungan Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. d. Struktur Birokrasi Birokrasi baik secara sadar memilih bentuk bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif, dalam rangka memecahkan masalah masalah sosial dalam kehidupan modern. Dari uraian diatas, dapat digambarkan sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut :

17 17 Kebijakan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Implementasi kebijakan Faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan : 1. Komunikasi 2. Sumber-sumber 3. Disposisi 4. Sruktur birokrasi Data gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Tercapainya implementasi kebijakan mengenai batik Trusmi sebagai produk bersih 1.7 Definisi dan Operasionalisasi Parameter konsep penelitian Definisi dan Operasionalisasi Konsep Penelitian Implementasi Implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan tujuan program dan hasil hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Kemudian implementasi dijabarkan lain bahwa, tugas implementasi adalah membentuk sebuah kaitan yang memudahkan tujuan tujuan kebijakan yang bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintahan Kebijakan Kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yaang memberikan hambatan hambatan dan peluang peluaang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi

18 18 dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran ataau suatu maksud tertentu Batik Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa yaitu amba, yang bermakna menulis dan titik yang bermakna titik. Kesenian batik berkembang kearah ragam hias simbolik yang mempunyai arti yang dalam tentang falsafah hidup dan mencerminkan unsur-unsur kehidupan. Pada zaman ini nilai filosofi sehelai kain batik sangat tinggi, karena berkaitan dengan simbol-simbol perjalanan hidup manusia Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah Upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum, (UUPPLH No. 32 Tahun 2009) Produksi Bersih Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pereventif, terpadu dan diterapkan secara terus menerus mulai dari hulu sampai ke hilir yang terkait dengan proses produksi, barang dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya

19 19 limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan Parameter Konsep Penelitian Tabel 1.1 Operasionalisai parameter konsep penelitian Aspek kajian Dimensi Parameter 1. Bentuk sosialisasi (seminar dan praktek) antara pihak Komunikasi pemerintah dengan IKM batik 2. Kejelasan informasi mengenai batik trusmi sebagai produklsi bersih Implementasi Kebijakan Mengenai Batik Sebagai Produk Bersih Sumber Sumber Disposisi Struktur Birokrasi 1. Faktor penunjang produksi bersih 2. Pembinaan IKM batik trusmi 3. SDM yang kompeten dalam penerapan produksi bersih 1. Konsistensi implementasi kebijakan 1. Bentuk bantuan untuk penerapan produksi bersih 2. Penilaian dan monitoring kepada IKM produksi bersih

20 Metode Penelitian Metode Penelitian Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara Ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid artinya menunjukan ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang diperoleh oleh peneliti. Kegunaan, secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Cara ilmiah digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Alasan penyusun menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif karena metode kualitatif bukan untuk mencari seberapa besar pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lain, tetapi pengamatan yang penyusun lakukan adalah untuk menggali, menemukan, dan menjelaskan tentang Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Dalam Menerapkan Batik Trusmi Sebagai Produksi Bersih.

21 21 Pada penelitian ini penyusun menggunakan metode kualitatif analisis deskriptif dimana dalam penyajian data penyusun menggunakan pemaparan dan gambaran, karena penyusun hanya ingin menggambarkan situasi atau peristiwa dan memanfaatkan tekhnik wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Adapun yang dimaksud dengan Metode Kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam (Moleong 2010:4) ialah : yang dimaksud dengan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Telah disebutkan sebelumnya bahwa metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. pendapat lain dikemukakan oleh Sugiyono bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Jadi dalam penyajian data menggunakan pemaparan-pemaparan dan gambaran, karena penelitian hanya ingin menggunakan situasi dan peristiwa Teknik Pemilihan Informan Informan yang dilibatkan, merupakan orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun rincian informan yang digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut :

22 22 1. Informan Kunci yaitu : a. Kepala Subbagian Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA) 2. Informan Pendukung yaitu : a. Kepala Subbagian Umum Disperindag Kabupaten Cirebon b. Kepala Subbagian Program Disperindag Kabupaten Cirebon c. Staf pelaksana seksi Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA) beserta staf yang lainya d. Beberapa pengrajin IKM batik di Kecamatan Plered Teknik Pengumpulan Data Jenis data atau data yang diperlukan adalah data yang berkaitan dengan objek penelitian yang diteliti yakni data yang berkaitan dengan kinerja pegawai. Jenis data yang ada di penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang diamati dan dicatat dalam penelitian yang berlangsung melalui wawancara dengan informan kunci (Key Informan). 2. Data Sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh secara tidak langsung yang diperlukan peneliti sebagai referensi dan bahan acuan, yaitu melalui studi kepustakaan atau data yang sudah tersedia dalam instansi yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penyusun adalah sebagai berikut:

23 23 1. Studi Kepustakaan Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur, buku-buku, peraturan perundang-undangan, serta sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Studi Lapangan, yaitu terdiri dari: a. Observasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek pengamatan yang diteliti. b. Wawancara Yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung, mendalam, tidak terstruktur dan individual. Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak berupa tanya jawab kepada sejumlah informan untuk memperoleh informasi dan gagasan yang berkaitan erat dengan pengamatan ini Teknik Pengujian Keabsahan Data bahwa: Definisi keabsahan data dikemukakakan oleh Moleong (2010:320) Data dikatakan absah adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: 1. Mendemonstrasikan nilai yang benar 2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan 3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

24 24 Tujuan pengujian keabsahan data adalah untuk memperoleh data yang dapat dipercaya. Tujuan pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini sama halnya dengan pengujian validitas dan reabilitas instrumen penelitian dalam penelitian kuantitatif. Moleong (2010 : 128) mendefinisikan bahwa : Pengecekan keabsahan data mutlak diperlukan dalam penelitian kualitatif agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya dengan melakukan verifikasi terhadap data. Verifikasi terhadap data yang berupa Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Dalam Menerapkan Batik Trusmi Sebagai Produksi Bersih dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengoreksi metodologi yang digunakan dalam memperoleh data penelitian. 2. Mengecek kembali hasil laporan penelitian yang berupa uraian data dan hasil interpretasi peneliti. 3. Melakukan triangulasi untuk menjamin objektivitas dalam memahami dan menerima informasi sehingga hasil penelitian lebih objektif yang didukung cross check sehingga hasil penelitian ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

25 25 Menurut Moleong (2010:327) Triangulasi adalah : Sebuah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian kualitatif, terdapat tiga macam triangulasi, yaitu: 1. Triangulasi dengan sumber, dalam hal ini peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi tentang Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Dalam Menerapkan Batik Trusmi Sebagai Produksi Bersih yang diperoleh melalui metode dan alat yang berbeda. Penerapan metode ini dilakukan dengan cara : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang disampaikan orang di depan umum dengan apa yang disampaikannya secara pribadi. c. Membandingkan apa yang disampaikan orang tentang situasi penelitian tertentu dengan apa yang disampaikannya sepanjang waktu. d. Membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain yang berbeda dalam aspek, dan

26 26 e. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang diberikan. 2. Triangulasi dengan metode, dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Pengecekan derajat kepercayaan (credibillity) penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. b. Pengecekan derajat kepercayaan (credibillity) beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3. Triangulasi dengan teori, dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan data dengan membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang sesuai dan sepadan melalui penjelasan banding (rival explanation) dan hasil dari penelitian ini dikonsultasikan lebih lanjut dengan subyek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik triangulasi dengan sumber karena terdapat singkronisasi dengan permasalahan yang ada dalam penlitian Teknik Analisa Data Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa secara kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk kata-kata lisan maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian. Serta hasilhasil penelitian baik dari hasil studi lapang maupun studi literatur untuk kemudian memperjelas gambaran hasil penelitian. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul dan dianggap cukup, maka kegiatan penelitian selanjutnya adalah melakukan analisis data penelitian. Pada prinsipnya,

27 27 analisis data diartikan sebagai kegiatan mengatur data penelitian sehingga dapat dilakukan suatu analisis. data ialah: Moleong (2010 : 126) memberikan definisi lain mengenai analisis Pengaturan data yang demikian disebut dengan klasifikasi atau aktivitas merumuskan kategori-kategori yang terdiri dari gejala-gejala yang sama. Analisis data ini dilakukan secara stimulan dan terus-menerus sesuai dengan karakteristik pokok dari pendekatan penelitian kualitatif yang lebih mementingkan makna, konteks, dan perspektif emik, daripada keluasan cakupan penelitian. Mengingat sifatnya yang demikian, biasanya data dalam penelitian kualitatif terus mengalami perkembangan sesuai latar alami para informan penelitian. Hal ini juga sebagai akibat dari berbagai pertanyaan yang tidak berstruktur. Oleh karena itu, sangat pentingnya mempelajari semua data yang ada untuk menemukan hubungan-hubungan dari berbagai data tersebut sebagai dasar dalam membuat klasifikasi. Sesuai dengan pendekatan penelitian yang digunakan, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, meliputi uraian, penjelasan, pemaknaan dan penafsiran terhadap data. Adapun dalam pembahasannnya menggunakan metode deskriptif. Analisis Data Kualitatif Menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong 2010:248) adalah : upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

28 28 yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisa data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan sejak awal kegiatan penelitian sampai dengan akhir penelitian. Lalu Sugiyono (2008:88) berpendapat bahwa : analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah secara analisis deskriptif dimana penulis menyelidiki, menyusun data informan, dan data penelitian. Kemudian data tersebut dianalisis dan diinterpretasikan serta dibantu dengan keterangan tambahan yang mendukung. Menurut Matthew B. Milles dan A.Michael Huberman (2009) bahwa analisis kualitatif ialah : pandangan kami secara umum mengenai analisis kualitatif bahwa kami beranggapan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan / verifikasi. Analisa data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Reduksi data

29 29 Reduksi data yaitu data atau laporan yang didapat dari lapangan dikumpulkan, dipilah-pilah atau ditulis dengan rapi, terinci serta sistematis, kemudian memilih hal-hal pokok sesuai dengan fokus penelitian. Data-data yang telah direduksi diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah penulis dalam melakukan analisis berikutnya. b. Display data/penyajian data Display data yaitu penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan mempermudah unruk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. c. Pengambilan keputusan/ kesimpulan dan verifikasi Dari data yang telah melalui tahapan di atas, diambil suatu kesimpulan/keputusan yang bersifat sementara. Kesimpulan dibuat dalam bentuk yang disesuaikan berdasarkan permasalahan yang diteliti agar mudah dipahami dengan mengacu pada tujuan penelitian. Apabila diperlukan verifikasi data dengan cara mengumpulkan data baru guna memperkuat kesimpulan atau menetapkan kesimpulan baru.

30 Lokasi dan Jadwal Penelitian Lokasi Penelitian Dalam pengamatan ini yang menjadi objek penelitian adalah Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Jl. Sunan Kalijaga No.10,Sumber Dalam Menerapkan Batik Trusmi Sebagai Produksi Bersih. Alasan peneliti memilih Disperindag karena ingin mengetahui sejauh mana faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yang menerapkan batik Trusmi sebagai produksi bersih serta komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, atau antar masyarakat, sumber sumber yang menjadi faktor pengaruh dalam implementasi kebijakan, adanya kecenderungan yang dihasilkan dari sebuah implementasi kebijakan, serta struktur birokrasi yang menjadi pelaksana implementasi kebijakan.

31 Jadwal Penelitian Tabel 1.2 Jadwal Penelitian No Jenis kegiatan Tahun 2013 Bulan Februari Maret April Mei Minggu I. TAHAP PERSIAPAN 1. Studi literatur 2. Pengamatan 3. Penyusunan dan Bimbingan Proposal 4. Seminar proposal II. TAHAP PENELITIAN 1. Wawancara 2. Pengolahan data 3. Penyusunan dan Bimbingan draft skripsi III. TAHAP AKHIR 1. Sidang Draft

32 2. Sidang skripsi 32

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokok Pembangunan Daerah yamg dilaksanakan Pemerintah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokok Pembangunan Daerah yamg dilaksanakan Pemerintah merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pokok Pembangunan Daerah yamg dilaksanakan Pemerintah merupakan suatu usaha Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, hal ini tergantung pada peran

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman kesenian dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion adalah batik. Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dijabarkan mengenai latar belakang Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah batik. Batik juga merupakan produk khazanah budaya yang khas dari Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada

BAB III METODE PENELITIAN. di daerah Gunungkidul masih banyak terdapat pelaku bank plecit yang. memberikan pinjaman dengan bunga tinggi kepada BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih lokasi ini karena di daerah Gunungkidul masih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar paradigma naturalistik. Sugiyono (2007) menegaskan bahwa: Metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN Setiap kegiatan penelitian sejak awal harus ditentukan dengan jelas pendekatan apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Berkaitan dengan hal ini Lexy. J Meleong menjelaskan bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN Untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana penelitian ini dilaksanakan, berikut akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan: 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan manifestasi suatu bangsa yang berupa hasil budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup dan mengandung nilai-nilai kebaikan, keindahan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

METODE PENELITIAN. Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian 36 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nazir (2005: 55), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, maksudnya data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 9 Surakarta yang beralamat di Jl Tarumanegara, Banyuanyar, Banjarsari, Surakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau tulisan lisan dari orang-orang dan perilaku yang 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian yang bersifat penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 100 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan fokus penelitian adalah pada pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode 31 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Anselm Strauss

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian yang berguna untuk memandu seorang peneliti dalam suatu penelitian yang berguna untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan tempat ini karena masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan 43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan historis. Menurut Sugiyono 1, metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Sebagai sebuah research humaniora, penelitian ini berusaha mengungkap inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan tertentu yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga dapat

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional, empiris

BAB III METODE PENELITIAN. valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional, empiris BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegiatan tertentu. Ini berarti untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian haruslah berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan

BAB III METODE PENELITIAN. data kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, karena data yang digunakan adalah data kualitatif yang diperoleh melalui metode dan analisis data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita 87 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keinginan penulis yang berusaha semaksimal mungkin yang didasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. keinginan penulis yang berusaha semaksimal mungkin yang didasarkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian Objek penelitian merupakan langkah utama yang paling penting dalam melakukan penelitian, apalagi menentukan masalah apa yang harus di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berfikir yang bersifat deduktif,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berfikir yang bersifat deduktif, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan proses berfikir yang bersifat deduktif, yaitu suatu penelitian yang didekati dari segi konsep dan teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten, alasan dipilihnya tempat tersebut sebagai penelitian karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan Pemerintah Kota Metro dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) berbasis pedagang, ketertiban dan keindahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Untuk memecahkan dan menemukan jawaban dari suatu permasalahan diperlukan metode dan pendekatan yang tepat agar data yang diperoleh relevan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di Unit Pelayanan Terpadu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di Unit Pelayanan Terpadu 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Sragen mengenai Kinerja Unit Pelayanan

Lebih terperinci

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan sebuah karya seni yang berasal dari budaya Indonesia dengan corak yang beragam dengan mengadaptasi berbagai bentuk dari eksplorasi alam maupun kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang yang sampai saat ini masih berkembang diberbagai wilayah di Indonesia. Kain batik dikenakan sebagai ciri khas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dapat diartikan sebagai teknik atau cara kerja untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990: 131) bahwa: Metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

III. METODE PENELITIAN. untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tipe

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tipe 35 III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tipe penelitian kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui proses dan bahan, bentuk dan fungsi, serta ornamen yang tampak pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui proses dan bahan, bentuk dan fungsi, serta ornamen yang tampak pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN Adapun sifat penelitian ini dapat ditentukan dengan melihat masalah dan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data; BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III ini akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut: (A) Jenis dan Pendekatan Penelitian; (B) Tempat Dan Waktu Penelitian; (C) Teknik Pengumpulan Data; (D) Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pos PAUD di RW 04 Desa Kertamukti Kecamatan Haurwangi dan sekitarnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pos PAUD di RW 04 Desa Kertamukti Kecamatan Haurwangi dan sekitarnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pos PAUD di RW 04 Desa Kertamukti Kecamatan Haurwangi dan sekitarnya. B. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dibahas peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Taylor dan Bogdan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian 109 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian. 68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi, dalam pengertian luas mengacu kepada pengertian yang menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang dipergunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawabannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan alasan peneliti untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, hal tersebut

III. METODE PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, hal tersebut 35 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif (menggambarkan) dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nazir (2005: 55), penelitian deskriptif yakni tipe

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. Yth. Pimpinan dan Pengurus Yayasan Batik Indonesia; Yth. Pimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 22) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

III. METODE PENELITIAN. 22) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena berdasarkan tinjauan awal peneliti, ternyata masalah yang sedang dihadapi lebih sesuai untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif analitis, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif analitis, dimana 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif analitis, dimana pertanyaan Bagaimana menjadi permasalahan utama untuk menjawab permasalahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Tipe deskriptif adalah tipe

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Tipe deskriptif adalah tipe 29 III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Tipe deskriptif adalah tipe penelitian yang mengeksplorasi dan atau memotret situasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini desainnya termasuk jenis penelitian kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ini desainnya termasuk jenis penelitian kualitatif dengan 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Penelitian ini desainnya termasuk jenis penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian terhadap loyalitas distributor terhadap perusahaan Multi Level

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dikarenakan yang menjadi sasaran peneliti adalah organisasi yang rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara holistik, dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara holistik, dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bemaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang dilakukan secara ilmiah dengan tujuan dan fungsi tertentu. Cara ilmiah yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menambah pengetahuan. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan menambah pengetahuan. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian merupakan kegiatan mengkaji, secara teliti dalam suatu bidang ilmu dengan kaidah tertentu. Mengkaji merupakan suatu usaha untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini mengunakan pendekatan naturalistis atau penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengungkapkan data deskriptif. Menurut Bogdan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. 1 Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertipe

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertipe BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertipe deskriptif. Dasar yang menjadi pertimbangan menggunakan tipe penelitian kualitatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas yang kompleks dan memperoleh pemahaman makna dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Lebih terperinci