Analysis of Amino Acids on Teukak (Fermented Sweet Potato Flour)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analysis of Amino Acids on Teukak (Fermented Sweet Potato Flour)"

Transkripsi

1 Analysis of Amino Acids on Teukak (Fermented Sweet Potato Flour) Margareta Novian Cahyanti, Yosia Adi Susetyo, Sri Hartini Chemistry Department, Satya Wacana Christian University Abstract Teukak is sweet potato that has been fermented by red yeast rice. The fermentation process is intended to increase protein content and enrich amino acids. The purposes of this study was to identify amino acids in Teukak. The methods involved making Teukak using with ratio 95 g steamed sweet popato and 5 g red yeast rice during 48 hours fementation and identifying amino acids using Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC). The result showed that the amino acids in Teukak were aspartic acid, glutamic acid, serine, glycine, histidine, arginine, threonine, alanine, proline, valine, isoleucine, leucine, phenilalanine, lysin, tyrosine, cystine, metheonine. Most of the amino acids was nonpolar amino acid representing 39.28% of total amino acid. The most abundant taste amino acid was tasteless amino acid representing almost 49.66% of total amino acid. Keywords : amino acid, angkak, fermentation, sweet potato Abstrak Teukak adalah ubi jalar yang difermentasi dengan menggunakan angkak. Fermentasi dilakukan dengan tujuan meningkatkan kandungan protein dan memperkaya asam amino. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kandungan asam amino dalam teukak. Metode dalam penelitian meliputi pembuatan teukak dengan menambahkan 5 gram angkak pada 95 gram ubi jalar kukus kemudian diinkubasi selama 48 jam. Identifikasi asam amino menggunakan UPLC (Ultra Performance Liquid Chromatography). Hasil penelitian menunjukkan teukak mengandung aspartat, glutamat, serin, glisin, histidin, arginin, treonin, alanin, prolin, valin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, tirosin, sistin, methionin. Asam amino dominan berdasarkan polaritasnya adalah asam amino non polar dengan kandungan 39,28% dan berdasarkan rasa adalah asam amino tanpa rasa dengan persentase 49,66% Kata kunci : asam amino, angkak, fermentasi, ubi jalar Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara yang menggantungkan pengadaan gandum dan produk turunannya dari impor. Berdasarkan perkembangan U.S. Wheat Associates telah memproyeksikan impor gandum beberapa negara termasuk Indonesia. Indonesia diprediksi berpotensi mengimpor gandum sebanyak 7,1 juta metric ton pada tahun Angka ini naik 34% dibanding impor tahun 2010 sebesar 5,5 juta metric ton (Weigand, 2011). Di lain sisi Indonesia kaya keanekaragaman hayati termasuk tanaman pangan yang berpotensi sebagai subtituen tepung terigu. Pangan lokal seperti ubi jalar mempunyai potensi sebagai substituen tepung terigu dari segi ketersediaannya. Produksi ubi jalar selama lima tahun terakhir lebih dari 2 juta ton per tahun (BPS, 2016). Ubi jalar dapat digunakan sebagai substituen tepung terigu dengan cara dikukus maupun diolah menjadi tepung. Pengolahan ubi jalar menjadi tepung sering kali menurunkan kandungan gizi termasuk kandungan proteinnya. Hal ini menjadi perhatian

2 karena kadar protein ubi jalar basah juga rendah yaitu 2,3 gram per 100 gram bahan yang dimakan (Juanda dan Cahyono, 2000). Peningkatan kadar protein dapat dilakukan lewat proses fermentasi. Martono dkk., (2016) menggunakan ragi tempe untuk meningkatkan kandungan protein tepung gaplek yang difortifikasi dengan tepung kedelai. Ayuningtyas (2016) menggunakan substrat kulit singkong dengan berbagai konsentrasi angkak untuk meningkatkan nilai gizi tepung kulit singkong termasuk protein. Selama proses fermentasi, protein akan terdegradasi menjadi asam amino. Asam amino kulit singkong yang difermentasi dengan menggunakan inokulum angkak sebanyak 5% kemudian ditepungkan mengalami peningkatan jumlah dan perubahan komposisi. Peningkatan asam amino dari ,38 ppm menjadi ,96 ppm. Fermentasi memunculkan sistin yang awalnya tidak terdeteksi dalam tepung kulit singkong (Ayuningtyas, 2016). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis asam amino pada tepung ubi angkak dengan penambahan inokulum sebanyak 5%. Bahan dan Metode Sampel yang digunakan yaitu ubi jalar dan angkak yang dibeli di Pasar Salatiga dan sekitarnya. Peralatan yang dipakai dalam penelitian antara lain: neraca analitis 2 digit (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp., USA), drying cabinet, ayakan 61 mesh, UPLC Pembuatan Tepung Ubi jalar dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran dan tanah yang masih melekat kemudian dikukus selama ± 60 menit setelah itu dikupas kulitnya dan bagian-bagian yang cacat dibuang. Ubi jalar dipotong kecil-kecil kemudian ditambah angkak dengan dosis 0% w/w (sebagai kontrol), 5% w/w, 10% w/w, 15% w/w dan 20% w/w kemudian dikemas di dalam plastik setelah itu difermentasi pada suhu ruang dengan lama fermentasi 48 jam. Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan pengeringan menggunakan drying carbinet pada suhu 50 sampai kering. Setelah kering, irisan dihancurkan dan diayak sampai menjadi tepung dengan tingkat kehalusan 61 mesh. Analisis Asam Amino Analisa asam amino dengan mengunakan UPLC dan dilakukan di PT. Saraswanti Indo Genetech dengan kondisi operasional sebagai berikut: Jenis Kolom : ACC Q-Tag Ultra C18 Temperatur : 49 Fase gerak : Sistem komposisi gradient Laju alir : 0,7 ml per menit Detektor : PDA, pada panjang gelombang 260 nm Volume injeksi : 1 ul Analisis Data Data kromatogram asam amino hasil analisis KCKT dianalisa secara deskriptif. Hasil dan Pembahasan Kromatogram sampel tepung ubi, tepung angkak dan teukak disajikan pada Gambar 1. Rincian jenis asam amino dan besarnya pada masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 1.

3 1(a) 1(b) 1(c) Gambar 1. Kromatogram Sampel Keterangan : 1(a) Kromatogram Tepung Ubi Jalar 1(b) Kromatogram Tepung Angkak 1(c) Kromatogram Tepung Ubi Angkak (Teukak)

4 Tabel 1. Hasil Analisa Asam Amino Sampel Asam Tepung Amino Angkak *) Ubi Jalar Teukak Aspartat 5.826, , ,16 Glutamat , , ,93 Serin 3.694, , ,08 Glisin 3.268, , ,88 Histidin 1.292,19 352,64 566,14 Arginin 4.045,05 898, ,04 Threonin 2.711, , ,02 Alanin 5.204, , ,56 Prolin 3.255, , ,72 Valin 4.038, , ,63 Isoleusin 2.775, , ,97 Leusin 4.790, , ,20 Fenilalanin 5.092, , ,64 Lisin 1.451, ,51 996,25 Tirosin 2.314,24 648,12 961,86 Sistin 0 22,22 792,33 Metionin 5.165,60 515,07 429,67 Total , , ,08 Keterangan : *) Sumber : Ayuningtyas (2016) Tabel 1 menunjukkan peningkatan kadar asam amino bebas pada sampel tepung teukak dibandingkan dengan tepung ubi jalar. Hasil ini juga selaras dengan penelitian Ayuningtyas dkk. (2016) yang menunjukkan selama fermentasi menggunakan angkak terjadi peningkatan asam amino bebas pada substrat kulit singkong. Peningkatan terjadi hampir pada semua jenis asam amino kecuali aspartat, glutamat, lisin, dan metionin. Peningkatan asam amino tertinggi terjadi pada sistin dan paling rendah terjadi pada isoleusin. Peningkatan sistin dapat disebabkan adanya metabolisme sistin oleh angkak dengan menggunakan bahan baku metionin. Metionin dengan adanya energi berupa ATP membentuk S-adenosil metionin. Proses ini melibatkan enzim metionin adenosil transferase. S-adenosil metionin mengalami reaksi metilasi membentuk S-adenosil homosistein. S-adenosil homosistein bereaksi dengan adenosil homosisteinase membentuk adenosil dan homosistein. Homosistein dan serin bereaksi membentuk sistationin. Sistationin bereaksi dengan enzim sistationin γ-liase membentuk sistein dan oksobutirat (Michal dan Schomburg, 2012). Sistein dan sistein bergabung membentuk sistin. Berdasarkan data pada Tabel 1. asam amino dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. Pengelompokan kategori kepolaran mengacu pada Satyanarayana dan Chakrapani (2013) yang mengelompokkan asam amino menjadi golongan asam amino non polar (alanin, leusin, isoleusin, valin, methionin, fenilalanin, triptofan, dan prolin), asam amino polar dengan rantai samping netral (glisin, serin, treonin, sistein, glutamin, asparagin, dan tirosin), asam amino polar dengan rantai samping positif (lisin, arginin, dan histidin), serta asam amino polar dengan rantai samping negatif (asam aspartat dan asam glutamat). Pengelompokan asam amino menurut rasa mengacu pada Solm (1969) yang membagi asam amino menjadi asam amino tanpa rasa (Dalanin, D- dan L-arginin, D- dan L-aspartat, D-glutamin, L-histidin, D- dan L-isoleusin, D- dan L-lisin, D- dan L-prolin, D- dan L-serin, D- dan L-treonin, D- dan L-valin), asam amino manis (D-triptofan, D-histidin, D-fenilalanin, D-tirosin, D-leusin, L-alanin, glisin) asam

5 amino pahit (L-tryptofan, L-fenilalanin, L-tirosin, L-leusin), asam amino dengan rasa sulfur (D- dan L-sistein serta D- dan L-methionin) dan asam amino dengan rasa unik (L-glutamat). Tabel 2. Klasifikasi Asam Amino Berdasarkan Kepolaran dan Rasa Klasifikasi Tepung Angkak Tepung Ubi Jalar Teukak Kepolaran : Non Polar , , ,39 Polar Rantai Samping Bermuatan Netral , , ,17 Polar Rantai Samping Bermuatan Positif 6.788, , ,43 Polar Rantai Samping Bermuatan Negatif , , ,09 Rasa : Tidak ada rasa , , ,01 Manis 8.473, , ,44 Pahit , , ,70 Sulfur 5.165,60 537, ,00 Unik , , ,93 Rasa dalam makanan merupakan suatu komponen penting yang menentukan diterimanya suatu bahan pangan oleh masyarakat. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi rasa suatu bahan pangan salah satunya adalah kandungan protein, peptida, dan asam amino bebas. Rasa dipengaruhi oleh kepolarannya dan struktur asam amino. Asam amino dengan rantai samping polar bermuatan negatif mempunyai rasa mirip MSG. Asam amino dengan rantai samping non polar dan polar bermuatan positif memberikan rasa pahit (Dajanta et al., 2011). Rasa pahit lebih senditif dibandingkan rasa yang lain. Hal ini disebabkan rasa pahit pada umumnya merupakan peringatan terhadap sifat beracun suatu zat. Tidak seperti reseptor manis yang mempunyai kekhususan, reseptor pahit tidak mempunyai kekhususan dalam struktur molekul (Yarmolinsky et al., 2009). Teori yang menjelaskan terjadinya kemanisan diajukan oleh Shallenberger dan Acree yang mendasarkan sifat-sifat ikatan hidrogen pada senyawa yang manis. Teori ini menjelaskan bahwa rasa manis akan muncul ketika senyawa mempunyai gugus donor proton (AH) dan gugus aseptor proton (B) yang terpisah sejauh 3 angstroms. Gugus AH senyawa akan berikatan dengan gugus B reseptor, sedangkan gugus B senyawa akan gugus AH reseptor pada lidah (Winarno, 2002). Persentase masing-masing kepolaran dan rasa asam amino pada tepung ubi jalar dan teukak berbeda. Persentase asam amino non polar dan polar dengan rantai samping netral naik, sedangkan asam amino polar dengan rantai samping positif dan negatif turun. Persentase terbesar adalah asam amino non polar dengan persentase pada tepung ubi jalar sebesar 36,41% dan pada teukak 39,28%. Hal ini selaras dengan penelitian Dajanta et al. (2011) yang menggunakan kedelai sebagai substrat dan Bacillus subtilis sebagai biakan. Persentase asam amino tanpa rasa dan umami menurun pada teukak sedangkan persentase asam amino manis, pahit, dan sulfur naik. Persentase rasa tertinggi dari segi rasa adalah asam asam amino tanpa rasa dengan persentase 52% pada tepung ubi jalar dan 49,66% pada teukak. Rasa dominan yang lain pada teukak adalah pahit dengan persentase 18,06%. Produk hasil fermentasi pada umumnya mempunyai profil asam amino dengan dominan rasa pahit. Penelitian Dajanta et al. (2011) yang menggunakan kedelai sebagai substrat dan Bacillus subtilis sebagai biakan menghasilkan produk dengan profil asam amino dengan dominan rasa pahit. Biji jarak yang difermentasi menggunakan Bacillus subtilis sebagai biakan menghasilkan produk dengan profil asam amino dengan dominan rasa pahit (Ojinaka and Ojimelukwe, 2013). Rasa produk fermentasi ini penting diperhatikan pada proses aplikasi pada produk pangan agar tetap dapat diterima masyarakat.

6 Kesimpulan Teukak mengandung aspartat, glutamat, serin, glisin, histidin, arginin, treonin, alanin, prolin, valin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, tirosin, sistin, methionin. Asam amino dominan berdasarkan polaritasnya adalah asam amino non polar dengan kandungan 39,28% dan berdasarkan rasa adalah asam amino tanpa rasa dengan persentase 49,66%. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Indofood melalui Indofood Riset Nugraha yang telah memberi dukungan finansial terhadap penelitian ini. Daftar Pustaka Ayuningtyas, I., Hartini, S. & Cahyanti, M.N., Optimasi Pembuatan Tepung Ferkusi (Fermentasi Kulit Singkong) Ditinjau dari Variasi Penambahan Angkak. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5, pp Badan Pusat Statistik Produksi Ubi Jalar Menurut Provinsi (ton), Diakses tanggal 15 Juli 2016 Dajanta, K., Apichartsrangkoon, A., Chukeatirote, E., Frazier, R.A.2011.Free-Amino Acid Profiles of Thua Nao, a Thai Fermented Soybean.Food Chemistry 125 halaman Juanda, D. dan Cahyono, B Ubi Jalar, Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Martono, Y., Danriani, L.D., Hartini, S Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Protein dan Asam Amino pada Tepung Gaplek yang Difortifikasi Tepung Kedelai (Glycine max (L)). Agritech Volume 36 Nomor 1 halaman Michal, G., Schomburg, D.2012.Biochemical Pathways : An Atlas of Biochemistry and Molecular Biology. John Wiley&Son, Inc., Publication, New Jersey Ojinnaka, M.C., Ojimelukwe, P.C Study of the Volatile Compounds and Amino Acid Profile in Bacillus Fermented Castor Oil Bean Condiment. Journal of Food Research 2 halaman Satyanarayana, U., Chakrapani, U.2013.Biochemistry.Elsevier Reed Elsevier India Private Limited, New Delhi Solms, J Taste of Amino Acids, Peptides, and Proteins.Journal of Agricultural and Food Chemistry 17 (4) halaman Yarmolinsky, D.A., Zuker, C.S., Ruba, N.J.2009.Common Sense About Taste: From Mammals to Insects. Cell139 halaman Weigand, C Wheat Import Projections Towards U.S. Wheat Associates Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) Glycine Max Yohanes Martono, Lucia Devi Danriani, Sri Hartini Email:

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pangan terdapat banyak sekali bahan tambahan pangan (BTP). Salah satu BTP yang paling sering dijumpai di masyarakat adalah bumbu penyedap rasa berbentuk blok.

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Preparasi Sampel. Gaplek Terfortifikasi. Identifikasi Asam Amino Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 19 Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Preparasi Sampel Pembuatan Gaplek Pembuatan Tepung Gaplek Terfortifikasi Penentuan Kadar Protein Tepung Gaplek Terfortifikasi dengan Metode Biuret Identifikasi Asam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein. Tri Rini Nuringtyas

Asam Amino dan Protein. Tri Rini Nuringtyas Asam Amino dan Protein Tri Rini Nuringtyas Protein Molekul yg sangat vital untuk organisme terdapt di semua sel Polimer disusun oleh 20 mcm asam amino standar Rantai asam amino dihubungkan dg iktn kovalen

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK TERFORTIFIKASI PROTEIN TEPUNG BIJI SAGA POHON (Adenanthera pavonina LINN.

ANALISIS PROTEIN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK TERFORTIFIKASI PROTEIN TEPUNG BIJI SAGA POHON (Adenanthera pavonina LINN. ANALISIS PROTEIN DAN IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK TERFORTIFIKASI PROTEIN TEPUNG BIJI SAGA POHON (Adenanthera pavonina LINN.) Yohanes Martono, Sri Hartini, Irene Wijaya Gunawan Prodi Kimia

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I UJI ASAM AMINO UJI MILLON UJI HOPKINS-COLE UJI NINHIDRIN Oleh LUCIANA MENTARI 06091010033 PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C. ANALISIS PROTEIN dan IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK TERFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C. ANALISIS PROTEIN dan IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK TERFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L)) MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Asam amino merupakan komponen utama penyusun ANALISIS ASAM AMINO DALAM TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KEDELAI Saulina Sitompul Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Asam Amino, Peptida dan Protein Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes Pendahuluan Protein adalah polimer alami terdiri atas sejumlah unit asam amino yang berkaitan satu dengan yg lainnya Peptida adalah oligomer

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dari tepung ubi jalar terfermentasi yang diperoleh dianalisa aktivitas antioksidan.

METODE PENELITIAN. Dari tepung ubi jalar terfermentasi yang diperoleh dianalisa aktivitas antioksidan. 1 Penelitian ini bertujuan untuk menetukan pengaruh fermentasi angkak terhadap aktivitas antioksidan ditinjau dari berbagai dosis inokulum. Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode penangkap radikal

Lebih terperinci

BIOMOLEKUL II PROTEIN

BIOMOLEKUL II PROTEIN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang umumnya terjadi pada usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung

Lebih terperinci

Analisis Asam Amino Pada Tepung Gaplek Terfortifikasi Tepung Kedelai (Glycine max (L))

Analisis Asam Amino Pada Tepung Gaplek Terfortifikasi Tepung Kedelai (Glycine max (L)) Analisis Asam Amino Pada Tepung Gaplek Terfortifikasi Tepung Kedelai (Glycine max (L)) (Analysis of Amino Acids on Dried-Cassava Flour Fortified Soybean (Glycine max (L)) Flour) Yohanes Martono, Lucia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian yang dilakukan, dipilih sampel berupa daging teripang hitam (Holothuria edulis) yang sudah dikeringkan. Analisis pendahuluan berupa penentuan kadar protein

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pembiakan Kultur Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembiakan kultur bakteri asam laktat hasil isolat dari daging sapi. Bakteri asam laktat yang digunakan

Lebih terperinci

KANDUNGAN ASAM AMINO PADA TEMPE GUDE (Cajanus cajan (L.) Millps. )

KANDUNGAN ASAM AMINO PADA TEMPE GUDE (Cajanus cajan (L.) Millps. ) Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, 27 Agustus 2016 p-issn: 2540-752x e-issn: 2528-5726 KANDUNGAN ASAM AMINO PADA TEMPE GUDE (Cajanus

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Bahan Baku 4.1.1. Analisis Proksimat Granda et al. (2005) menyatakan bahwa komposisi bahan pangan mempengaruhi jumlah pembentukan senyawa akrilamid. Komponen

Lebih terperinci

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN Protein Kuliah Biokimia ke-3 PS Teknologi Hasil Pertanian Univ.Mulawarman Krishna P. Candra, 2015 PROTEIN Protein berasal dari kata latin Proteus (penting) Makromolekul yang dibentuk dari satu atau lebih

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN KONSENTRAT PROTEIN JAGUNG DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL MI TAPIOKA

PENGARUH CAMPURAN KONSENTRAT PROTEIN JAGUNG DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL MI TAPIOKA PENGARUH CAMPURAN KONSENTRAT PROTEIN JAGUNG DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP ANGKA LEMPENG TOTAL MI TAPIOKA Nanda Triandita Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Garut E-mail

Lebih terperinci

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE protein A. PENGERTIAN PROTEIN PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE ARTINYA : TERUTAMA ATAU PENTING G. MULDER MENEMUKAN BAHWA SENYAWA INI DITEMUKAN PADA SEMUA ORGANISME

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN DAN PROFIL ASAM AMINO DAGING KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) JANTAN DAN PERANAKAN BOER (PB) KASTRASI

KADAR PROTEIN DAN PROFIL ASAM AMINO DAGING KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) JANTAN DAN PERANAKAN BOER (PB) KASTRASI KADAR PROTEIN DAN PROFIL ASAM AMINO DAGING KAMBING RANAKAN ETAWAH () JANTAN DAN RANAKAN BOER () KASTRASI Protein and Amino Acid Profile of Filial Etawah Crossbred and Castrated Filial Boer Crossbred Goat

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas

Lebih terperinci

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI Nurhidajah 1, Syaiful Anwar 2, Nurrahman 2 Abstrak Pengolahan pangan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 24 Sesi NGAN Review IV A. KARBOHIDRAT 1. Di bawah ini adalah monosakarida golongan aldosa, kecuali... A. Ribosa D. Eritrosa B. Galaktosa E. Glukosa C. Fruktosa

Lebih terperinci

ASAM AMINO. Asam amino: Asam karboksilat yang mempunyai gugus amino pada atom α dari posisi gugus - COOH

ASAM AMINO. Asam amino: Asam karboksilat yang mempunyai gugus amino pada atom α dari posisi gugus - COOH Asam amino: Asam karboksilat yang mempunyai gugus amino pada atom α dari posisi gugus - CH ASAM AMIN Atom C-α ialah atom asimetrik kecuali R ialah atom H Memutar bidang cahaya terpolarisasi atau bersifat

Lebih terperinci

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Jl. Raya Dramaga Km.8, Taman Dramaga Hijau, Blok I No.9, Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8622090, email: carmelitha_lestari@yahoo.com PROFIL PT CARMELITHA LESTARI Sejarah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Profil Protein Yakon (Smallanthus sonchifolius) Gambar 9. Profil protein daun yakon (Smallanthus sonchifolius)

3. HASIL PENELITIAN Profil Protein Yakon (Smallanthus sonchifolius) Gambar 9. Profil protein daun yakon (Smallanthus sonchifolius) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Efisiensi Isolat protein dan Konsentrasi Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius) Tabel 3. Efisiensi Isolat dan konsentrasi protein daun yakon (Smallanthus sonchifolius) Metode Massa

Lebih terperinci

TESIS NIM: satu syarat. Oleh

TESIS NIM: satu syarat. Oleh PENYIAPAN SAMPEL DAN ANALISIS KANDUNGAN ASAM AMINO DALAM TERIPANG HITAM (Holothuria edulis) DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC) DAN KROMATOGRAFI CAIR BERKINERJA TINGGI (HPLC) TESIS Karya tulis sebagai

Lebih terperinci

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan

Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan PROTEIN Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan tubuh Fungsi khas: membangun & memlihara sel2 &

Lebih terperinci

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis 44 Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis Dalam setiap satu liter media mengandung: NaHCO3 : 10,0 gr Pupuk NPK : 1,18 gr Pupuk TSP : 1,20 gr NaCl : 1,00 gr Selanjutnya ditambahkan

Lebih terperinci

1 2 1. Sumber energi 4 kkal/gram 2. Membangun jaringan baru 3. Mempertahankan darah tetap netral 4. Mengatur cairan dan keseimbangan elektron 5. C,H,O,N,S,P 6. Nabati dan Hewani 7. Enzim rusak karena panas,

Lebih terperinci

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA

Metabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme Protein Tenaga Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme protein Tenaga Pendahuluan Metabolisme protein dan asam amino Klasifikasi asam amino Katabolisis

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hubungan antara aktivitas enzim kasar kitinase dengan waktu disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa aktivitas enzim kasar kitinase terbaik dari

Lebih terperinci

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia, selain rasanya yang enak, harganya pun terjangkau oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri

Lebih terperinci

PROTEIN. Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Maret 2010

PROTEIN. Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Maret 2010 PROTEIN Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Maret 2010 PROTEIN merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena disamping sebagai bahan bakar tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.

Lebih terperinci

Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2

Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2 KOMPOSISI ASAM-ASAM AMINO DARI BIJI-BIJIAN DAN KACANG-KACANGAN Saulina Sitompul Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Daging, ikan, susu, telur, biji-bijian dan kacang-kacangan

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar penilaian uji skoring bau KPI lele dumbo afkir. Nama : Tanggal : Sampel : Konsentrat protein ikan lele dumbo afkir

Lampiran 1 Lembar penilaian uji skoring bau KPI lele dumbo afkir. Nama : Tanggal : Sampel : Konsentrat protein ikan lele dumbo afkir LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar penilaian uji skoring bau KPI lele dumbo afkir Nama : Tanggal : Sampel : Konsentrat protein ikan lele dumbo afkir Sampel diuji secara berurutan dari kiri ke kanan. pengujian

Lebih terperinci

TUGAS ILMU HAMA TANAMAN PENGARUH PROTEIN BAGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERANGGA

TUGAS ILMU HAMA TANAMAN PENGARUH PROTEIN BAGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERANGGA TUGAS ILMU HAMA TANAMAN PENGARUH PROTEIN BAGI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SERANGGA Oleh: KELOMPOK 2 BAYU WIDHAYASA (0910480026) DIAN WULANDARI (0910480046) EVANA NUZULIA P (0910480060) FADHILA HERDATIARNI

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Lintah laut yang digunakan pada penelitian ini adalah Discodoris sp. yang berasal dari kepulauan Belitung. Lintah laut yang digunakan berupa lintah laut

Lebih terperinci

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB III. SUBSTANSI GENETIK BAB III. SUBSTANSI ETIK Kromosom merupakan struktur padat yg tersusun dr komponen molekul berupa protein histon dan DNA (kumpulan dr kromatin) Kromosom akan tampak lebih jelas pada tahap metafase pembelahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut tertangkap saat panen raya/ penangkapan ikan (Murtijo, 1997). Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.net KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI Oleh: C. Budimarwanti Staf Pengajar Jurdik Kimia FMIPA UNY Pendahuluan Susu adalah

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan: 1. Pakan Buatan dalam Industri Akuakultur: Pengenalan 2. Nutrisi

Lebih terperinci

PROFIL ASAM AMINO EKSTRAK SEREDELE DAN TEMPE KEDELAI, MAKANAN TRADISIONAL HASIL FERMENTASI

PROFIL ASAM AMINO EKSTRAK SEREDELE DAN TEMPE KEDELAI, MAKANAN TRADISIONAL HASIL FERMENTASI Seminar Nasional FMIPA Undiksha 103 PROFIL ASAM AMINO EKSTRAK SEREDELE DAN TEMPE KEDELAI, MAKANAN TRADISIONAL HASIL FERMENTASI N.K Sutiari 1, K.Tangking Widarsa 1, A.Swandewi 1, P.Widarini 1 1 PS.IKM,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis hewan baik ukuran, kebutuhan protein, dan kebiasaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vannamei merupakan salah satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan pada bulan Mei 2002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif pengganti nasi. Mi merupakan bahan pangan yang cukup potensial, selain harganya relatif murah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN

PEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN PEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN (Fermented Virgin Coconut Oil Waste Product as Feed Source) MISKIYAH, IRA MULYAWATI dan WINDA HALIZA Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Kimia Jeroan ikan tongkol Komposisi kimia ikan tergantung kepada spesies, umur, jenis kelamin, dan musim penangkapan serta ketersediaan pakan di air, habitat dan kondisi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata) Disusun Oleh : DINA ADELINA (I8312014) LIA RAHMAWATI RETNA NINGRUM (I8312030) PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan Dan Piranti

METODE PENELITIAN. Bahan Dan Piranti 2 PENDAHULUAN Konsumsi terigu masyarakat Indonesia selama Januari September 2011 naik sebesar 5.81 persen bila dibandingkan dengan tahun 2010. Dalam rangka memenuhi kebutuhan terigu, pemerintah melakukan

Lebih terperinci

PROTEIN. Rizqie Auliana

PROTEIN. Rizqie Auliana PROTEIN Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Sejarah Ditemukan pertama kali tahun 1838 oleh Jons Jakob Berzelius Diberi nama RNA dan DNA Berasal dari kata protos atau proteos: pertama atau utama Komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keratin pada Bulu Ayam Keratin merupakan protein struktural yang tidak larut dalam air yang ditemukan pada bulu, rambut, kuku, tanduk dan jaringan epidermal lain yang mengalami

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Kata Kunci : Asam amino, Analisa Proksimat, Fermentasi, HCN, Kulit Singkong.

Artikel Penelitian. Kata Kunci : Asam amino, Analisa Proksimat, Fermentasi, HCN, Kulit Singkong. 44 Artikel Penelitian Optimasi Pembuatan Tepung Ferkusi (Fermentasi Kulit Singkong) Ditinjau dari Variasi Penambahan Angkak Optimization of Fermentation Ferkusi Flour as Revealed by Varied Concentration

Lebih terperinci

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan PROTEIN Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan 2-2015 Contents Definition Struktur Protein Asam amino Ikatan Peptida Klasifikasi protein Sifat fisikokimia Denaturasi protein Definition Protein adalah sumber asam-asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014), dari 241.000.000 orang penduduk Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki konsumsi yang besar terhadap produk tepung terigu baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu nasional masih belum

Lebih terperinci

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN PENGOLAHAN BEKCOT UNTUK PAKAN TERNAK SUHARTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor 162 RNGKASAN Di beberapa daerah hingga kini bekicot masih dianggap sebagai hama tanaman. Kemungkinan penggunaan bekicot

Lebih terperinci

A STUDY ON THE QUALITY OF NATURAL FLAVORING POWDER PROCESSED FROM SHRIMP WASTE

A STUDY ON THE QUALITY OF NATURAL FLAVORING POWDER PROCESSED FROM SHRIMP WASTE A STUDY ON THE QUALITY OF NATURAL FLAVORING POWDER PROCESSED FROM SHRIMP WASTE Richal Susilo 1), Ir. Suparmi, M.Si 2), Drs. Edison, M.Si 2 email: susilo.richal@gmail.com ABSTRACT This research aimed to

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014

PROTEIN PROTEIN DEFINISI. Protein : suatu poliamida 20/05/2014 PTEI DEFIISI Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomermonomer asam amino

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI BAB V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1. Hasil 5.1.1. Bahan, Formulasi dan Komposisi Kimia Diet Percobaan Komposisi kimia bahan pakan yang digunakan dalam diet uji dapat dilihat pada Tabel 1. Tepung ikan

Lebih terperinci

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino. Protein Struktur asam Asam essensial Metabolisme asam Pengaruh hormon dalam metabolisme asam Anabolisme asam Katabolisme asam Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan rangka karbon asam menjadi zat

Lebih terperinci

METABOLISME PROTEIN/ ASAM AMINO. Dr.Yahwardiah Siregar,PhD Dr. Hidayat

METABOLISME PROTEIN/ ASAM AMINO. Dr.Yahwardiah Siregar,PhD Dr. Hidayat METABOLISME PROTEIN/ ASAM AMINO Dr.Yahwardiah Siregar,PhD Dr. Hidayat PENCERNAAN PROTEIN Sebagian besar zat makanan harus dipecahkan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil terlebih dahulu sebelum diabsorpsi

Lebih terperinci

HIDROLISIS PROTEIN TINTA CUMI-CUMI (Loligo sp) DENGAN ENZIM PAPAIN

HIDROLISIS PROTEIN TINTA CUMI-CUMI (Loligo sp) DENGAN ENZIM PAPAIN PENGARUH J HIDROLISIS PROTEIN TINTA CUMI-CUMI (Loligo sp) DENGAN ENZIM PAPAIN Kurniawan, Susi Lestari, Siti Hanggita R.J Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Universitas Sriwijaya ABSTRAC The objective

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Karakteristik bahan baku merupakan sifat penting untuk mengetahui potensi yang terdapat pada bahan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puyuh Jantan aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes, sub ordo Phasianoide, famili Phasianidae, sub famili Phasianinae, genus Coturnix,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

Metabolisme Protein - 2

Metabolisme Protein - 2 Protein Struktur asam amino Asam amino essensial Metabolisme asam amino Pengaruh hormon dalam metabolisme asam amino Anabolisme asam amino Katabolisme asam amino Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati 1 I. PENDAHULUAN Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati (lebih banyak mengandung amilopektin dibanding amilosa). Untuk keperluan yang lebih luas lagi seperti pembuatan biskuit,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan ternak sangat dibutuhkan bagi seekor ternak, karena merupakan

I. PENDAHULUAN. Pakan ternak sangat dibutuhkan bagi seekor ternak, karena merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan ternak sangat dibutuhkan bagi seekor ternak, karena merupakan kebutuhan mendasar bagi ternak untuk mempertahankan hidupnya dan merupakan bahan pakan atau ransum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya Ayam kampung atau disebut pula ayam lokal merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak unggas lokal Indonesia yang berpotensi besar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI

KARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI KARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI CHARACTERISTICS OF WHITE BREAD WITH FERMENTED AND UNFERMENTED SORGHUM FLOUR (Sorghum

Lebih terperinci