BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk dikaji berkaitan dengan pembelajaran dan penyelenggaraan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk dikaji berkaitan dengan pembelajaran dan penyelenggaraan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah guru merupakan masalah yang sangat penting dan mendasar untuk dikaji berkaitan dengan pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan terutama tentang kinerja mengajar guru. Selama ini kondisi guru masih tetap dijadikan penyebab lemahnya kualitas pendidikan. Keberhasilan dan kegagalan siswa dalam proses pembelajaran selalu dikaitkan dengan mutu kinerja mengajar guru, sehingga kualitas kinerja guru ini akan dapat diketahui dengan berbagai cara termasuk dari hasil belajar siswa. Peningkatan kinerja guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa harus tetap diupayakan baik oleh guru itu sendiri dan pihak-pihak lain yang terkait, guru harus mampu memahami dan menggunakan berbagai model, pendekatan dan metode termasuk teknik bertanya. Pembelajaran sejarah selama ini masih sangat teacher centered disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman guru terhadap berbagai model dan media pembelajaran sehingga pembelarajan sejarah menjadi kering dan kurang diminati siswa (Muchtar, 2004). Teknik bertanya merupakan teknik yang bersifat mendasar yang dipersyaratkan bagi para pendidik/tenaga pengajar. Guru memberi peran sangat besar dalam memberikan motivasi dan rangsangan kepada siswa untuk lebih semangat dalam proses pembelajaran.hal tersebut merupakan

2 bagian yang sangat penting dilakukan guna menciptakan suasana pembelajaran yang baik, pembelajaran yang baik bukan saja diperankan oleh guru semata namun harus juga ada peran dari peserta didik. Untuk dapat terjadi hal tersebut guru tidak hanya memiliki kecakapan dan teknik untuk menguasai materi yang diajarkan namun harus pula memiliki kemampuan untuk menyampaikan, dengan kata lain harus menggunakan metode dan pendekatan yang dapat membuat siswa tertarik dan memahami apa yang akan disampaikan oleh guru tersebut. Guru dikatakan sebagai fasilitator yang baik bila dalam menyampaikan materi tersebut tidak hanya satu arah yaitu dalam kegiatan proses pembelajaran tidak dikuasai semata oleh guru saja, namun siswa juga harus ikut aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan proses pembelajaran guru harus menguasi berbagai metode dan teknik pembelajaran termasuk diantaranya menguasi teknik bertanya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Supriatna (2005:115) yang menjelaskan bahwa pentingnya bagi guru untuk menggeser posisinya yang semula sebagai pusat kegiatan belajar saat menerangkan (menjelaskan) materi dan memberikan peluang kepada siswa untuk menempati posisi sebagai pusat kegiatan belajar pada saat menjawab pertanyaan. Pertanyaan tersebut memberi dampak kepada siswa karena akan menjadi pendorong dan motivasi untuk mencari dan belajar dari berbagai sumber pembelajaran. Minat bertanya siswa sekarang ini dari hasil pengamatan selama menjadi guru dirasakan semakin lemah, hal ini semua disebabkan

3 banyaknya keinginan serta semakin banyaknya tugas serta tuntutan yang diberikan oleh guru namun tidak disertai dengan pendekatan dan modelmodel pembelajaran yang menarik sehingga membuat siswa-siswi semakin jenuh untuk belajar. Ada beberapa hal yang membuat siswa tidak ada minat untuk belajar serta bertanya, dan salah satu faktor penyebabnya adalah guru. Secara umum Muchtar (2004:52) mengungkapkan bahwa kelemahan guru pendidikan IPS dianalisis atas tuntutan memperkuat mutu proses pembelajaran antara lain: (1) Tidak bertindak sebagai fasilitator akan tetapi lebih banyak bertindak dan berposisi sebagai satu-satunya sumber belajar, (2) Lebih banyak cendrung tampil bukan sebagai pendidik yang dapat mengembangkan secara terintegrasi dimensi intelektual, emosional dan sosial, (3) Cenderung bertindak sebagai pemberi bahan pembelajaran belum bertindak sebagai pembelajar, (4) Belum dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal, lebih banyak bertindak sebagai penyaji informasi buku, (5) Belum bertindak secara langsung terencana membentuk kemampuan berpikir dan sistem nilai peserta didik. (6) Lebih banyak bertindak sebagai pengajar sehingga belum banyak bertindak sebagai panutan, (7) Belum secara optimal memberikan kemudahan bagi para peserta didik dalam belajar. Akibatnya, pendidikan sejarah dalam konteks pendidikan IPS, terkesan sebagai mata pelajaran yang dianggap remeh dan bahkan terkesan membosankan. Selebihnya tidak ada yang diharapkan karena dianggap tidak inovatif dalam memberikan suatu kecakapan hidup (life skill) bagi peserta didik dalam menghadapi dunia kerja di masyarakat. Tidak mengherankan kalau sebagian besar masyarakat, dalam hal ini siswa, menganggapnya

4 kurang menarik dan tidak memiliki nilai guna sehingga kurang diminati. Banyak cara dan langkah serta upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dalam meningkatkan mutu pendidikan. Antara lain melakukan kebijakan yang berkaitan dengan pemerataan atau perbaikan akses terhadap pendidikan, peningkatan mutu, pengembangan potensi peserta didik agar peserta didik menjadi manusia yang berkualitas bukan saja otaknya menjadi cerdas namun memiliki karekter bangsa yang tangguh dan handal. Hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,yang berupaya sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sistem Pendidikan Nasional, 2003:6) Berdasarkan pengamatan guru sejarah, menemukan jawaban terhadap adanya kecenderungan siswa belajar sejarah tidak semangat karena tidak merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari secara nyata atau langsung. Dari alasan mereka tersebut tumbuh sikap atau anggapan bahwa pelajaran sejarah tidak penting, sehingga menyepelekan mata pelajaran sejarah, lambat laun hal ini mematikan minat belajar yang pada akhirnya

5 mengakibatkan tidak ada perhatian. Ketidakperdulian tersebut dapat dengan jelas dilihat dari keengganan mereka mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran. Keengganan belajar IPS, dalam hal ini sejarah, sudah mulai tumbuh sejak pendidikan dasar sehingga tidak mengherankan pada saat mereka dibangku SMA/MA menjadi lebih memprihatinkan. Pada dasarnya setiap siswa adalah seorang pembelajar aktif. Mereka senantiasa berusaha menemukan pengertian-pengertian, pemahamanpemahaman, persamaan-persamaan realitas, fakta atau fenomena yang ditemui. Mereka aktif membangun dan menginterpretasikan segala sesuatu hingga mencapai pengertian terhadap diri dan lingkungannya. Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat menciptakan situasi belajar yang student centered agar proses konstruksi pengetahuan siswa dapat terlaksana dengan baik. Dalam upaya meningkatkan iklim pembelajaran di sekolah untuk memperoleh hasil yang maksimal maka pembelajaran teachercentered yang menekankan konsep-konsep dapat ditransfer dari pendidik ke siswa, beralih menuju student centered yang menekankan bahwa dalam pembelajaran siswa sendirilah yang akan membangun pengetahuannya (Karli dan Yuliariatiningsih, M.S., 2003:7). Pengajaran Sejarah pada tingkat persekolahan mempunyai nilai strategis dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pembelajaran sejarah akan mengembangkan pemahaman siswa terhadap peristiwa atau kejadian masa lampau untuk dijadikan dasar perilaku di masa kini khususnya dalam menghadapi perkembangan

6 masyarakat yang serba dinamis saat ini. Pendidikan sejarah bukan sematamata dimaksudkan agar siswa tahu dan hafal tentang peristiwa masa lalu bangsa dan negaranya, namun bagaimana mereka dapat menjadikan pengetahuan dan pemahaman terhadap sejarah tersebut sebagai bahan refleksi diri dalam memahami dinamika kehidupan saat ini, sehingga dalam diri mereka tumbuh dan berkembang rasa cinta dan tanggung jawab terhadap bangsanya. Disamping itu pendidikan sejarah di sekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa untuk berpikir kronologis dan kritis analitis serta dapat memahami sejarah dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan tujuan diajarkannya mata pelajaran sejarah di SMA yaitu: a. Mendorong siswa berpikir kritis analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang. b. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan kemampuan intelektual dan teknik untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat (Departemen Pendidikan Nasional, 2003:6). Berpikir kritis analitis dalam pendidikan sejarah adalah kemampuan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, analisis dan sikap serta perilaku berdasarkan pengalaman-pengalaman sejarah dengan menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta mampu membuat keputusan dan mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman tersebut untuk dijadikan tolak ukur dalam bersikap, berpikir dan bertingkah laku. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasan, (1997: 140) yang menyatakan bahwa: Sesuai dengan fungsi institusional SMA dapat diarahkan pada kemampuan berpikir kritis, analitis dan keterampilan prososial yang

7 didasarkan pada disiplin ilmu sejarah. Mereka sudah mulai dapat diperkenalkan dengan berbagai cara kerja, cara analisis dan juga wawasan keilmuan sejarah. Ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk mempersiapkan mereka memasuki pendidikan yang lebih tinggi dan khusus di perguruan tinggi. Dalam jenjang pendidikan ini tujuan utama pendidikan sejarah bukan lagi untuk menambah keleluasan pengetahuan tentang berbagai peristiwa yang terjadi tetapi mendalami peristiwa tertentu. Sejarah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Setiap saat orang akan mengukir sejarah. Dalam proses perjalanan sejarah diharapkan siswa dapat mengasah kemampuan intelektualnya dan memahami proses perubahan yang terjadi. Oleh karena itu sejarah dapat dijadikan pedoman untuk kehidupan selanjutnya. Kehidupan selanjutnya atau masa depan akan penuh dengan berbagai tantangan. Sudah saatnya pula proses pembelajaran sejarah di kelas disesuaikan, dengan maksud untuk mengantisipasi perkembangan dunia tersebut, sehingga dapat membantu siswa dalam mempersiapkan kehidupan mereka dengan keadaan perkembangan dunia saat ini dan masa depan. Demikian dijelaskan Hasan (2004:16) bahwa "belajar sejarah adalah belajar dari pengalaman orang lain di masa lampau untuk dijadikan pelajaran dan bahan pemikiran untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang". Sejalan dengan itu Sjamsuddin (1999:15) mengungkapkan "Mengkaji sejarah adalah ikut mengapresiasi masa lalu dan kita turut empati terhadap apa yang menjadi tujuan-tujuan, prestasi-prestasi, dan penderitaan-penderitaan orang masa lalu. Reaksi-reaksi emosional dan

8 sentimental tersebut dapat menentukan tingkah laku di masa yang akan datang". Senada dengan itu Wiriaatmadja (2002:156) menulis, "Pengajaran sejarah akan membangkitkan kesadaran empati (emphatic awareness) di kalangan peserta didik, yaitu sikap simpati dan toleransi terhadap, orang lain yang disertai dengan kemampuan mental untuk imajinasi dan kreativitas". Kenyataan dari realitas pendidikan berdasarkan penelitian beberapa pakar pendidikan di Indonesia, mengisyaratkan bahwa pelajaran Sejarah yang diajarkan di berbagai lembaga pendidikan formal masih memperlihatkan suatu kondisi yang memprihatinkan. Pengajaran Sejarah sebagai bagian dari pendidikan IPS tampaknya masih sebagai kontribusi pengetahuan belaka dengan penekanan lebih pada domain kognitif rendah berupa hafalan terhadap tokoh, ruang, waktu dan peristiwa belaka. Selain itu kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah dapat dikatakan masih belum memuaskan, karena guru sejarah hanya membeberkan fakta-fakta kering, berupa urutan tahun dan peristiwa belaka. Pelajaran sejarah dirasakan murid hanyalah mengulangi hal-hal yang sama dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Pendekatan serta teknik pengajarannya juga monoton. Bahkan materi pembelajaran sejarah terkesan berpusat pada daerah-daerah tertentu sebut saja Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku, kita masih cenderung "Jawa sentris" (Supardan, 2004:110). Kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran sejarah lebih banyak

9 disebabkan oleh faktor guru yang kurang mampu mengembangkan teknik mengajar yang dapat menarik perhatian siswa dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif. Dengan kata lain pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional, yaitu hanya terbatas pada penyampaian serangkaian fakta sejarah dengan ciri khasnya guru sebagai sentral ilmu pengetahuan (teacher centered) dan siswa hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru serta materi pembelajarannya sesuai dengan kurikulum. Penggunaan metode ceramah sangat mendominasi dalam pembelajaran sehingga potensi siswa tidak berkembang. Anak didik kurang diikutsertakan dalam proses pembelajaran dan membiarkan budaya diam selama pelajaran sejarah berlangsung. Sehingga daya nalar dan berpikir kreatif siswa dalam pelajaran sejarah tidak berkembang dan ini disebabkan oleh banyak faktor disamping karena siswa kurang dilibatkan langsung sebagai subjek pembelajaran juga diakibatkan oleh kondisi sosial yang sangat dominan dan ini yang membudaya pada Madrasah tempat penulis mengajar. Adapun yang melatar belakangi kondisi di atas terjadinya disebabkan adanya stratifikasi sosial yang masih berlangsung di kalangan masyarakat, masih adanya kelas bawahan dan atasan. Kelas atas terdiri dari para bangsawan dan golongan kaya, dan pegawai dan kelas bawah ini terdiri dari para petani, buruh dan masyarakat miskin. Siswa pada madrasah tempat peneliti bertugas terdiri dari kurang lebih 85% adalah anak para petani dan buruh, secara status sosial mereka masih sangat memperihatinkan. Stratifikasi sosial tersebut sangat

10 berdampak secara psikologis dan terhadap sikap siswa terhadap guru yang selalu menerima dan mendengar tanpa ada timbal balik sebagai upaya untuk kreatif membangun suasana pembelajaran yang dua arah dari guru dan murid. Kondisi inilah yang menjadi masalah bagi pendidik untuk membangun suasana pembelajaran yang lebih aktif dan lebih menyenangkan. Hal ini juga diungkapkan oleh Wiriaatmadja, (2002:158): Kelemahan-kelemahan yang tampak dalam pembelajaran sejarah adalah kurang mengikutsertakan siswa, dan membiarkan budaya diam berlangsung di dalam kelas. Kondisi demikian menyebabkan pengajaran sejarah, dan sejarah nasional khususnya, kurang berhasil dalam menggairahkan pembelajaran siswa untuk penghayatan nilainilai secara mendalam yang ditunjukkan dengan pengungkapan ekspresi secara vokal. Faktor-faktor lain yang kurang menunjang ialah luasnya cakupan bahan pengajaran, bertumpang tindihnya materi dengan pengajaran lain yang sejenis, dan dukungan buku teks dan bahan bacaan lainnya yang bersifat informatif dari pada merangsang daya nalar dan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama bertugas mengajar sejarah di MAN Sengkol sebagai guru, dapat dikemukakan bahwa kondisi pembelajaran sejarah saat ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran sejarah masih bersifat teacher centered artinya sebagian besar guru masih mendominasi kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan ceramah yang monoton, sehingga kurang terbuka pada tuntutan pembaharuan atau inovasi sebagaimana tuntutan kurikulum. Pendekatan belajar ini mengakibatkan guru lebih aktif sedangkan siswa akan terkesan pasif dan hanya menerima apa yang dikatakan guru saja. Hal ini akan menghambat kreativitas siswa.

11 2. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat terbatas, karena itu banyak siswa merasa bosan dan jenuh. 3. Pembelajaran dititikberatkan pada penguasaan fakta dan konsep, yang bersifat hafalan, kurang mengembangkan aspek-aspek yang lain seperti dayaberpikir kritis dan bekerja sama. Padahal pembelajaran Sejarah juga diharapkan dapat menanamkan aspek-aspek tersebut. 4. Pembelajaran sejarah selama ini tidak memasukkan unsur inovatif, sehingga siswa merasa jenuh. 5. Dalam kegiatan pembelajaran guru masih belum melakukan pertanyaan dengan menggunakan teknik bertanya 6. Pelaksanaan evaluasi yang dikembangkan oleh guru lebih banyak berorientasi pada hasil, sementara evaluasi proses terabaikan, sehingga menyebabkan siswa dipaksa untuk menghafal, sedangkan proses pembelajarannya berada di luar jangkauan penilaian guru. 7. Hasil belajar sejarah selama ini masih sangat rendah bila dilihat dari hasil Ujian Nasional yang diadakan oleh Madrasah. Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka, upaya penerapan pendekatan pembelajaran Sejarah di MAN Sengkol Pujut Lombok Tengah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Salah satu pendekatan yang diduga dapat menjembatani keresahan tersebut adalah pendekatan pembelajaran dengan pendekatan "konstruktivistik". Pendekatan pembelajaran Konstruktivistik menekankan pada usaha memberi porsi yang lebih nyata dari kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan

12 mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Di samping belajar sejarah di dalam kelas, siswa juga diajak ke lingkungan sekitar sekolah untuk mengamati langsung sumber-sumber sejarah serta mengumpulkan data sejarah. Aspekaspek yang diamati tidak semata-mata berupa sejarah dalam artian urutanurutan peristiwa, tetapi berbagai aspek kehidupan yang terkait seperti ekonomi, sosial, budaya, pertanian, keyakinan dan sebagainya. Hal ini memberikan kesempatan belajar lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, termasuk keterampilan bekerjasama untuk memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pembelajaran Sejarah dengan Pendekatan teknik bertanya kiranya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa menjadi aktif dan kreaktif (student centered) dalam proses belajar mengajar, sekaligus melatih beberapa keterampilan siswa dalam belajar. Pada dasarnya pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah sekedar seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiriaatmadja (2002: ) bahwa proses belajar mengajar Ilmu-ilmu Sosial akan tangguh apabila melakukan banyak kegiatan aktif, seperti: a. Belajar mengajar aktif harus disertai dengan berpikir reflektif dan pengambilan keputusan selama kegiatan berlangsung, karena proses pembelajaran berlangsung dengan cepat dan peristiwa dapat

13 berkembang tiba-tiba. b. Melalui proses belajar aktif, siswa lebih mudah mengembangkan dan memahami pengetahuan baru mereka. c. Proses belajar aktif membangun kebermaknaan pembelajaran yang diperlukan agar peserta didik dapat mengembangkan pemahaman sosialnya. d. Peran guru secara bertahap bergeser dari sebagai sumber pengetahuan pada peranan yang tidak menonjol untuk mendorong siswa agar mandiri dan berdisiplin. e. Proses belajar mengajar Ilmu-ilmu Sosial yang tangguh menekankan proses pembelajaran dengan kegiatan aktif di lapangan untuk mempelajari kehidupan nyata dengan menggunakan bahan dan teknik yang ada di lapangan. Siswa perlu dikondisikan untuk terbiasa memecahkan masalah, menemukan hal-hal yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan gagasangagasan. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa, oleh sebab itu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Hal ini sejalan dengan esensi dari teori belajar bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan dapat menjadi milik mereka sendiri. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima begitu saja pengetahuan secara pasif. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran dalam bentuk tanya jawab baik kepada gurunya maupun sesama temannya. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tentang " Penerapan Teknik Bertanya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Sejarah Kelas

14 X (Penelitian Tindakan Kelas di MAN Sengkol kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah NTB)" B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis berkeyakinan bahwa penerapan pembelajaran sejarah dengan Teknik Bertanya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut: a. Apakah guru sudah melaksanakan pembelajaran sejarah yang aktif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa? b. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran sejarah dengan menggunakan teknik bertanya? c. Bagaimana guru melaksanakan teknik bertanya dalam pembelajaran sejarah? d. Dengan menggunakan teknik bertanya, apakah guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran sejarah? C. Klarifikasi Konsep a. Teknik Bertanya, Adapun yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah strategi atau upaya yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajukan

15 pertanyaan kepada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta didik. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan gagasan-gagasan barunya. ( b. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara ( Sistem Pendidikan Nasional, 2003:3). c. Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu rekonstruksi dari yang sudah dipikirkan, dikerjakan, dikatakan, dirasakan, dan dialami manusia. Namun, perlu ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu itu sendiri,melainkan juga untuk menghadapi kehidupan masa kini dan bahkan untuk masa akan datang. Oleh karenanya, orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataannya, sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan disepanjang waktu. Hal ini, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu.

16 d. Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan penerapan teknik bertanya, pada jenjang Madrasah Aliyah. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk: a. Guru melaksanakan pembelajaran sejarah yang aktif dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa? b. Guru merencanakan pembelajaran sejarah dengan menggunakanteknik bertanya. c. Guru menerapkan teknik bertanya dalam pembelajaran sejarah. d. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan teknik bertanya pada pelajaran sejarah.

17 E. Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi pengembangan pembelajaran sejarah di sekolah. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran dengan teknik bertanya, terutama dalam pembelajaran sejarah dan juga akan dapat memberikan konstribusi yang positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di semua jenjang pendidikan. antara lain: Secara praktis yang dapat diambil sebagai manfaat dari penelitian ini a. Memberikan suatu pengalaman (baru) yang berharga bagi guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, dengan menggunakan pembelajaran teknik bertanya pada pelajaran sejarah. b. Bagi guru yang ingin menggunakan pembelajaran dengan teknik bertanya, diharapkan dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan dan bahan acuan dalam melaksanakan pembelajaran sejarah. c. Bagi peserta didik, dengan pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, memperoleh pengalaman berharga sehingga dapat dijadikan sebagai wahana untuk belajar dan berlatih. d. Bagi kepala sekolah atau pengambil keputusan dalam bidang pendidikan diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan dalam menentukan kebijakan tentang Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran sejarah di MAN Sengkol Pujut Kabupaten Lombok

18 Tengah NTB. e. Bagi peneliti bidang sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya, terutama dalam aspek-aspek teknik lainya dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran sejarah.

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan Nasional saat ini menjadi topik pembicaraan yang hangat

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan Nasional saat ini menjadi topik pembicaraan yang hangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan Nasional saat ini menjadi topik pembicaraan yang hangat baik di kalangan politikus maupun dikalangan akademisi. Upaya-upaya peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini semakin berkembang. Pendidikan disebut sebagai kunci dari kemajuan Negara. Pendidikan dapat meningkatkan pola pikir seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini pendidikan memiliki peranan penting, yakni bagaimana suatu bangsa dapat bersaing dikancah internasional hal ini berkaitan dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting, sebab maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikan. Siapa pun yang mendapat pendidikan yang baik akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia untuk memperoleh pengetahuan, wawasan serta meningkatkan martabat dalam kehidupan. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku undang-undang pada saat ini adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu dimuka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan siswa di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki siswa secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis. pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan bagi pembangunan bangsa di semua bidang kehidupan, dan salah satu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, berkepribadian mandiri dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan paling efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar membentuk manusia menuju kedewasaannya, baik secara mental, intelektual maupun emosional. Pendidikan juga adalah sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20/2003 tentang tujuan pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin mengkhawatirkan. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, bangsa dan negara karena pendidikan merupakan indikator kualitas sebuah bangsa untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk: Mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa melalui peserta didik agar menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan banyak melibatkan aspek yang saling berkaitan. Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek utama dalam pembentukan moral suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan, kecakapan, ketelitian, keuletan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia dengan segala persoalan dan kegiatannya secara dinamis dituntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Karena dengan pendidikan kita dapat mempersiapkan kondisi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003). 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, BAB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan IPTEK bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Pada saat bangsa Indonesia menghadapi permasalahan komplek yang disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam menghadapi era globalisasi yang bercirikan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan di segala bidang aspek kehidupan suatu bangsa dan negara tidak lepas dari perkembangan dan kemajuan dibidang pendidikan. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas masalah pendidikan tidak dapat terlepas dari pengertian pendidikan secara umum. Pendidikan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha

Lebih terperinci

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sejarah memiliki andil yang sangat berpengaruh dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam pembentukan karakter manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sosial yang bertujuan membentuk manusia yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Hal tersebut disebabkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Teknologi telah memberikan manfaat yang lebih banyak bagi kehidupan manusia serta telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang begitu penting, dengan mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga mampu bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maka dibutuhklan kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk bertekat

BAB I PENDAHULUAN. Maka dibutuhklan kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk bertekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting di dalam perkembangan bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan tolak ukur maju atau tidaknya suatu bangsa serta perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa, yang melibatkan banyak komponen untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang RI No. 20 Pasal 1 ayat 1 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini, dijelaskan tentang alasan dilakukannya penelitian yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengantisipasi adanya berbagai masalah, hambatan dan tantangan di era globalisasi ini, perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dan pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana pendidikan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PERBEDAAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN METODE JIGSAW DAN METODE MATRIKS INGATAN PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

Lebih terperinci