Abstrak. Abstract. Pendahuluan
|
|
- Ade Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Konsekuensi Dispersi Gas, Kebakaran, dan Ledakan Pada Tangki Penyimpanan LPG SPPBE PT Aroma Jaya Sejati Sragen Dengan Menggunakan Perangkat Lunak ALOHA Tahun 2013 Fandita Tonyka Maharani, Zulkifli Djunaidi Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, fanditatonykamaharani@gmail.com Abstrak Skripsi ini membahas analisis konsekuensi dispersi gas, kebakaran, dan ledakan di SPPBE PT Aroma Jaya Sejati Sragen. Skripsi ini merupakan penelitian semi kuantitatif yang menggunakan data sekunder perusahaan dan observasi langsung kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak ALOHA. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui jangkauan dan dampak dispersi gas, kebakaran, dan ledakan di SPPBE PT Aroma Jaya Sejati Sragen akibat kebocoran tangki penyimpanan LPG yang dibagi menjadi propana dan butana. Hasil dari penelitian didapatkan threat zone dari pemodelan dispersi gas, jet fire, BLEVE (Boiling Liquid Expanding Vapour Explosion), dan Vapour Cloud Explosion dari propana dan butana. Selain itu dapat diketahui dampak radiasi panas dan tekanan ledakan serta didapatkan safe distance SPPBE PT Aroma Jaya Sejati. Analyze the Consequences of Gas Dispersion, Fire, and Explosion on LPG Storage Tank at SPPBE PT Aroma Jaya Sejati Sragen using ALOHA Software in 2013 Abstract This study is about consequence analysis of gas dispersion, fire, and explosion of LPG storage tank in SPPBE PT Aroma Jaya Sejati Sragen. This study is semi quantitave study using secondary data and field observation then analyze them with ALOHA software. The purpose of this study is to find out the consequences impact range of gas dispersion, fire and explosion due to leakage of LPG storage tank which divided into propane and butane gas. The result of this study is threat zone from gas dispersion, jet fire, BLEVE, and Vapour Cloud Explosion modelling. The result can show the heat radiation and explosion pressure and safe distance of SPPBE PT Aroma Jaya Sejati Sragen. Keywords : Consequence Analysis, Threat Zone, SPPBE, Gas Dispersion, fire, explosion, Jet Fire, BLEVE, Vapour Cloud Explosion Pendahuluan Sebagai manusia kita hidup dalam ketidakpastian akan terjadinya bencana. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan atau penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
2 faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. UU Nomor 24 Tahun 2007 ini juga membagi bencana menjadi 2 jenis yakni bencana alam dan bencana non alam. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Sedangkan bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit (UU Nomor 24 Tahun 2007). Bencana alam merupakan bencana yang terjadi di luar kuasa manusia, sedangkan bencana non alam bisa terjadi akibat perbuatan manusia, misal bencana yang terjadi karena adanya kegagalan teknologi dalam suatu proses produksi di industri. Bencana yang dapat terjadi akibat kegiatan industri antara lain: kebakaran dan peledakan, bocoran bahan berbahaya dan beracun, pencemaran lingkungan, dan kegagalan konstruksi (Ramli, 2010). Bencana yang terjadi karena hal ini seharusnya bisa diperkirakan sebelumnya sehingga segala macam kerugian baik secara fisik, material, dan sosial bisa diminimalkan. Berdasarkan hasil penelitian dari The International Association for the Study of Insurance Economics atau yang dikenal dengan The Geneva Association, diketahui bahwa kerugian akibat kebakaran dibanyak negara maju di dunia sebesar satu persen dari GDP (Gross Domestic Product) (The International Association for the Study of Insurance Economics, 2009). Industri pengolahan minyak bumi dan gas merupakan salah satu industri yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kebakaran dan ledakan. Industri pengolahan minyak bumi dan gas ini memiliki risiko tinggi terhadap kebakaran dan ledakan di setiap tahap pengolahannya, mulai dari tahap awal atau sering disebut industri hulu dan tahap akhir atau sering disebut industri hilir maupun tahap distribusi kepada konsumen.
3 Sejak tahun 2007 pemerintah telah menyelenggarakan program konvensi minyak tanah ke LPG. Berdasarkan program ini dilaksanakan karena penggunaan LPG relatif lebih menguntungkan dari berbagai sisi. Dari sisi ekonomi, penggunaan LPG lebih murah daripada penggunaan minyak tanah. Penggunaan LPG memberikan selisih sebesar R[ ,00 hingga Rp ,00 dibandingkan dengan penggunaan minyak tanah sehingga secara nasional negara berhasil melakukan penghematan sebesar 25 trilyun. Keuntungan ini tidak hanya dari sisi ekonomi saja. Dari sisi lingkungan, LPG merupakan bahan baku yang bersih dan ramah lingkungan karena pembakaran LPG tidak menghasilkan asap dan relatif tidak berbau (ESDM, 2011). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral, perkembangan pesat konsumsi energi LPG terjadi dalam periode tahun sebagai hasil pelaksanaan program konversi minyak tanah ke LPG. Sektor yang dominan dalam penggunaan LPG adalah sektor rumah tangga (86,3%), diikuti dengan sektor industri (7,2%) dan sektor komersial (6,5%). Terkait dengan pertumbuhan yang sebanding dengan permintaan tersebut, dibutuhkan pembangunan industri dan fasilitas penyaluran LPG untuk menjangkau kebutuhan konsumen (Pusat Data dan informasi Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, 2010). Besarnya konsumsi LPG pada sektor rumah tangga tersebut membuat stasiun pengisian dan penyaluran LPG (SPPBE) sangat berkembang di masyarakat. Padahal komponen utama LPG yaitu propana dan butana bersifat sangat mudah terbakar (Pertamina, 2011). Dapat diketahui bahwa SPPBE merupakan salah satu tempat yang memiliki resiko terjadinya kebakaran dan ledakan yang sangat besar. Selain itu pada tanggal 24 Agustus 1996 juga terjadi kecelakaan terkait LPG di Lively, Texas. Pada pukul 3.26 pm terjadi rupture akibat korosi pada perpipaan LPG Koch Pipeline Company yang berisi butana cair. Hal ini menyebabkan terjadinya kebocoran butana yang membentuk awan uap. Awan uap tersebut kemudian bertemu dengan sumber api yang berasal dari truk pick up penduduk.
4 Kejadian ini menewaskan dua orang akibat luka bakar. Selain itu 25 keluarga juga diungsikan dari Oak Circle Estates. Kerugian yang ditimbulkan dari kejadian ini adalah sekitar $217,000 akibat rusaknya perpipaan dan hasil produksi yang hilang (National Transportation Safety Board, 1998). Pada 9 April 1998, kejadian ledakan dan kebakaran tangki penyimpanan galon LPG (propana) terjadi di Albert City, Iowa, Amerika Serikat. Kejadian tersebut berawal dari kebocoran tangki sehingga menyebabkan kebakaran dan ledakan yang mengakibatkan 2 orang (petugas pemadam kebakaran) meninggal dan 7 orang lainnya luka parah serta kerugian material akibat kejadian ini sebesar $ (U.S. Chemical Safety Hazard and Investigation Board, 1998). Di Indonesia sendiri pada tanggal 23 April 2012 terjadi ledakan di SPPBE di Palembang. Ledakan tersebut terjadi karena adanya arus pendek pada genset. Api yang berkobar tersebut kemudian melelehkan selang yang menghubungkan genset dengan tabung gas sehingga kejadian ini dapat terjadi. Kejadian ini mengakibatkan 1 orang menderita luka bakar ( Kejadian sejenis juga terjadi pada tanggal 20 September 2013 lalu yang menyebabkan 2 orang terluka parah dan segera dilarikan ke rumah sakit. Kejadian ini terjadi di Denpasar, Bali ( Berdasarkan kejadian kebakaran juga terjadi di SPPBE PT Surya Artha Chanya yang berlokasi di Bogor pada 10 Maret Kejadian ini disebabkan oleh kebocoran yang terjadi pada saat pemindahan (loading) gas dari mobil tangki ke tangki penyimpanan. Kejadian ini menyebabkan 3 orang pingsan dan ratusan warga menjadi resah ( 2013). SPPBE PT Aroma Jaya Sejati merupakan salah satu Stasiun Pengisian dan Penyaluran Bulk Elpiji yang terletak di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. PT Aroma Jaya Sejati bertugas untuk mendistribusikan LPG ke agen-agen di wilayah Kabupaten Sragen dan sekitarnya. PT Aroma Jaya Sejati terletak berdekatan
5 dengan pemukiman penduduk dan jalan utama yang menuju ke Surabaya. Jalan utama ini selalu ramai dilewati kendaraan yang akan menuju ke Surabaya. Melihat besarnya dampak dispersi gas, kebakaran, dan ledakan maka diperlukan adanya pemodelan di PT Aroma Jaya Sejati dengan menggunakan perangkat lunak ALOHA sehingga dapat diketahui seberapa jauh jangkauan dan konsekuensi kejadian tersebut. Adapun alasan penulis menggunakan ALOHA karena perangkat lunak ini dapat mengetahui area berisiko apabila terjadi dispersi gas, kebakaran, dan ledakan. Selain itu, ALOHA juga mudah diintegrasikan dengan perangkat lunak Google Earth sehingga dapat diketahui langsung gambaran area yang berisiko tersebut. Dibandingkan perangkat lunak sejenis, penulis paling merasa mudah menggunakan ALOHA. Pemodelan menggunakan ALOHA dilakukan supaya dapat diketahui gambaran awal mengenai kejadian tersebut sehingga upaya tanggap darurat dapat direncanakan dengan maksimal. Tinjauan Teoritis Gambar 1 Gas Explosion Tree Sumber : Bjerketvedt, 2006 Berdasarkan Bjerketvedt (2006) tentang Gas Explosion Tree yang menjelaskan mengenai proses terjadinya kebakaran dan ledakan akibat kebocoran gas serta
6 konsekuensinya, dapat diketahui bahwa kebocoran gas mempunyai 3 kemungkinan yaitu : 1. Gas yang terlepas tidak bertemu dengan sumber ignisi 2. Gas yang terlepas bertemu langsung dengan sumber ignisi yang menyebabkan terjadinya jet fire, pool fire, flash fire, dan fireball. 3. Gas yang terlepas tidak segera bertemu dengan sumber ignisi (delayed) dan membentuk awan uap. Ketika awan uap bertemu dengan sumber ignisi maka akan terjadi ledakan gas yang mempunyai konsekuensi kerugian pada manusia dan material, kebakaran, BLEVE, dan tidak menimbulkan kerugian. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian semi kuantitatif yang dilakukan dengan memasukkan data yang dibutuhkan ke dalam perangkat lunak ALOHA untuk mengetahui jangkauan dan konsekuensi dispersi gas, kebakaran, dan ledakan akibat kebocoran tangki penyimpanan LPG SPPBE PT Aroma Jaya Sejati pada tahun Data yang dibutuhkan antara lain data sekunder yang berasal dari perusahaan yang meliputi data spesifikasi tangki penyimpanan serta data mengenai kondisi atmosfer Kabupaten Sragen. Sementara data mengenai karakteristik LPG dan data-data pendukung yang lain diperoleh dari browsing internet dan studi literatur. Selain itu, juga dilakukan observasi langsung dan wawancara untuk mengetahui kondisi lingkungan SPPBE PT Aroma Jaya Sejati dan populasi berisiko di sekitar SPPBE yang termasuk ke dalam threat zone. Tahapan pertama yang dilakukan adalah menentukan skenario kebocoran tangki kemudian setelah itu memasukkan data sekunder mengenai spesifikasi tangki penyimpanan LPG dan kondisi atmosfer sehingga dapat diketahui daerah dan populasi yang berisiko apabila terjadi dispersi gas, kebakaran, dan ledakan. Penelitian menggunakan 4 macam skenario yaitu skenario A dan C (kebocoran berasal dari kerusakan pressure safety valve) dan skenario B dan D (kebocoran berasal dari flange saat mobil skid tank memindahkan LPG ke tangki penyimpanan)
7 Hasil Penelitian Gambar 2 Hasil Proyeksi Pemodelan Dispersi Gas Beracun Pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Propana dengan Skenario A Gambar 5 Hasil Proyeksi Pemodelan Jet Fire Pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Propana dengan Skenario A Gambar 7 Hasil Proyeksi Pemodelan BLEVE dengan Skenario Tangki Terisi 70 % Pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Propana Gambar 3 Hasil Proyeksi Pemodelan Dispersi Gas Beracun Pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Propana dengan Skenario B Gambar 4 Hasil Proyeksi Pemodelan Jet Fire Pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Propana dengan Skenario B Gambar 6 Hasil Proyeksi Pemodelan BLEVE dengan Skenario Tangki Terisi 80 % Pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Propana
8 Gambar 13 Hasil Pemodelan VCE pada Tangki Penyimpanan LPG Propana dengan Skenario A Gambar 12 Hasil Pemodelan VCE pada Tangki Penyimpanan LPG Propana dengan Skenario B Gambar 11 Hasil Pemodelan Dispersi Gas pada Tangki Penyimpanan LPG Butana dengan Skenario C Gambar 10 Hasil Pemodelan Jet Fire pada Tangki Penyimpanan LPG Butana dengan Skenario C Gambar 9 Hasil Pemodelan Jet Fire pada Tangki Penyimpanan LPG Butana dengan Skenario D Gambar 8 Hasil Proyeksi Pemodelan BLEVE pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Butana dengan Skenario 70 %
9 Gambar 15 Hasil Proyeksi Pemodelan BLEVE pada Lokasi Tangki Penyimpanan LPG Butana dengan Skenario 80 % Gambar 14 Hasil Pemodelan VCE pada Tangki Penyimpanan LPG Butana dengan Skenario C Gambar 16 Hasil Pemodelan VCE pada Tangki Penyimpanan LPG Butana dengan Skenario D
10 Propana Pemodelan Zona Merah Zona Oranye Zona Kuning Jangkauan (m) Radiasi Panas (kw/m2) Tekanan Ledakan (psi) Jangkauan (m) Radiasi Panas (kw/m2) Tekanan Ledakan (psi) Jangka uan (m) Radiasi Panas (kw/m2) Tekanan Ledakan (psi) Dispersi Skenario A Dispersi Skenario B Jet Fire Skenario A Jet Fire Skenario B BLEVE skenario tangki terisi 70 % BLEVE skenario tangki terisi 80 % VCE skenario A 100 3,
11 Butana VCE skenario B Dispersi Skenario C Dispersi Skenario D Jet Fire Skenario C Jet Fire Skenario D BLEVE skenario tangki terisi 70 % BLEVE skenario tangki terisi 80 % VCE skenario C VCE skenario D 32 3, , ,5 41 1
12 Jangkauan (m) Tekanan Ledakan (psi) Radiasi Panas (kw/m2) 100 3, Pembahasan Berdasarkan berbagai pemodelan, dapat diketahui bahwa jangkauan propana lebih jauh daripada jangkauan butana. Hal ini karena propana memiliki berat yang lebih ringan daripada butana. Selain itu, propana memiliki ikatan kimia dengan 3 atom C dan 8 atom H, sedangkan butana memilki ikatan kimia dengan 4 atom C dan 10 atom H. Selain itu juga diketahui bahwa jangkauan yang berasal dari kerusakan pressure safety valve memiliki jangkauan lebih jauh daripada jangkauan yang berasal dari kebocoran flange saat mobil skid tank memindahkan LPG ke tangki penyimpanan. Melalui kalkulasi pemodelan dapat diketahui bahwa safe distance SPPBE PT Aroma Jaya Sejati adalah setelah 961 meter. Kesimpulan 1. Dari semua pemodelan baik pemodelan propana dan butana dapat diketahui bahwa jangkauan akibat kebocoran dari kerusakan pressure safety valve lebih jauh daripada jangkauan akibat kebocoran dari flange (sambungan) dari mobil skid tank ke tangki LPG 2. BLEVE skenario tangki 80 % memiliki jangkauan yang lebih jauh daripada BLEVE skenario tangki 70 % 3. Jangkauan pemodelan propana ( dispersi gas, jet fire, VCE) lebih jauh daripada pemodelan butana karena adanya perbedaan berat molekul dan struktur kimia propana dan butana. 4. Jangkauan pemodelan BLEVE propana lebih dekat daripada jangkauan pemodelan BLEVE butana 5. Daerah yang masuk jangkauan 100 meter dari pusat kebocoran menerima tekanan ledakan sebesar 3,5 psi dan radiasi panas sebesar 5 kw/m2. Sedangkan daerah yang masuk jangkauan 205 meter dari pusat kebocoran menerima tekanan ledakan sebesar 1 psi dan radiasi panas sebesar 2 kw/m2.
13 6. Daerah yang termasuk di dalam threat zone tersebut berarti di daerah tersebut tidak diperbolehkan terdapat aktivitas manusia, fasilitas yang bisa memperparah dampak kebakaran dan ledakan, serta tempat tinggal manusia. Apabila di dalam threat zone tersebut terdapat aktivitas manusia, fasilitas yang bisa memperparah dampak kebakaran dan ledakan, serta tempat tinggal manusia, maka dikhawatirkan akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Saran 1. Sebaiknya diadakan sosialiasi mengenai bahaya dispersi gas, kebakaran, dan ledakan serta langkah-langkah penanggulangannya kepada masyarakat sekitar sebagai upaya pencegahan kerugian yang lebih besar apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan. 2. Sebaiknya pemeriksaan APAR dilakukan setiap 6 bulan sekali sesuai dengan Buku Panduan SPPBE/SPBE/SPPEK. 3. Sebaiknya ditambahkan tempat penyimpanan air pemadam sehingga kapasitas air minimal liter. 4. Sebaiknya dilakukan upaya perawatan dan pemeriksaan berkala pada semua sistem keselamatan kebakaran, tangki penyimpanan LPG, dan mesin filling gas. 5. Sebaiknya dilakukan pengecatan ulang kembali pada tangki penyimpanan LPG untuk menghindari korosi yang bisa mengakibatkan kebocoran gas. Selain itu pengecatan dengan warna putih dapat memantulkan panas yang berasal dari matahari sehingga panas yang diterima tangki tidak berlebihan. 6. Sebaiknya dipasang safety sign informasi mengenai dampak dispersi gas, kebakaran, dan ledakan di daerah threat zone. 7. Sebaiknya diadakan sosialiasi mengenai larangan pendirian bangunan baru di daerah yang termasuk threat zone 8. Sebaiknya disediakan wind sock untuk mengetahui arah angin apabila terjadi kebocoran gas. 9. Sebaiknya dinding pembatas area SPPBE yang memiliki tinggi 4 m diganti dengan kawat berduri karena keberadaan dinding akan memperparah dampak apabila terjadi ledakan. 10. Sebaiknya sistem alarm terintegrasi dengan semua sound yang ada sehingga apabila terjadi keadaan darurat lebih mudah dilakukan pemberitahuan.
14 11. Sebaiknya ditinjau kembali sistem komunikasi upaya tanggap darurat antara SPPBE PT Aroma Jaya Sejati dengan pihak PT Pertamina. Daftar Referensi Undang-Undang No. 4 Tahun 2007 Online Document : Bjerketvedt, Dag., Bakke, Jan Roar., van Wingerden, Kees. (2006). Gas Explosion Handbook. Accessed 10 Januari 2014 from %20GexCon.pdf Kementerian ESDM. (2011). Artikel. Accessed 3 December 2014 Pertamina. (2011). Liquefied Petroleum Gas. Accessed 3 Desember 2013 from Ilmie, M.Irfan. (2013). Dua Kritis Akibat Ledakan Gudang LPG. Accessed 3 Desember 2013 from Anonim. (2012). Mobil Tangki SPPBE di Bogor Bocor, Tiga Warga Pingsan. Accessed 3 Desember 2013 from Magazine : The Geneva Association: World Fire Statistic No. 2, Oktober 2009 National Transportation Safety Board. (1998). Pipeline Accident Summary Report: Pipeline rupture, liquid butane release, and fire Lively, Texas August 24,1996. Washington, DC: National Transportation Safety Board
15
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Analisis Konsekuensi Dispersi Gas, Kebakaran, dan Ledakan Pada Tangki Timbun LPG di SPPBE PT Adikarya Pramita Perdana, Depok dengan Menggunakan Perangkat Lunak ALOHA Tahun 2012 Putri Melati Dinanti *,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kontak terhadap bahaya menjadi lebih dekat. kegagalan dalam transportasi dan penyimpanan diantaranya kecelakaan truk yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan pengiriman barang seperti barang komiditi, bahan kimia dan bahan berbahaya merupakan salah satu faktor pendukung perekonomian suatu negara. Transportasi barang
Lebih terperinci(Skenario Pada PT. Trans Pasific Petrochemical Indotama)
PROGRES TA Teknik K3 Analisis Konsekuensi BLEVE pada Tangki LPG dengan Pendekatan Blast Effect Model, Thermal Radiation Effect Model, dan Fragment Effect Model (Skenario Pada PT. Trans Pasific Petrochemical
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI MIGAS
DATA DAN INFORMASI MIGAS A. BAHAN BAKAR MINYAK/BBM Foto kesiapan penyediaan BBM/foto pengeboran minyak lepas pantai Foto kapal tangker pertamina Foto depot pertamina dan truk tangki Jumlah lembaga penyalur
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang Mengingat : : PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, a. bahwa penyusunan rencana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Penilaian risiko..., Adis Arzida Lanin, FKMUI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang berakal akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya, untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut manusia mulai membangun berbagai
Lebih terperinciMEMPELAJARI PROSEDUR PENYEDIAAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG DI SPPBE PT. AL-FATH DISUSUN OLEH : NAMA : REPALDI ABDUL AGI NPM :
MEMPELAJARI PROSEDUR PENYEDIAAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG DI SPPBE PT. AL-FATH DISUSUN OLEH : NAMA : REPALDI ABDUL AGI NPM : 36412140 PENDAHULUAN KEBERHASILAN PERUSAHAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SPPBE PT. AL-FATH
Lebih terperinciPENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA
PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
Lebih terperinciK3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum
K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan konversi besarbesaran dari minyak tanah ke gas LPG (Liquefied Petroleum Gas). Kebijakan ini didasarkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
Lebih terperinciANALISIS KONSEKUENSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN PADA TANGKI LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) DI PT SURYA ESA PERKASA TBK PALEMBANG
p-issn 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2016, 7(2):81-88 e-issn 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2016.7.2.81-88 Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG
PEDOMAN TEKNIS PEMELIHARAAN TABUNG LPG Bagian 4 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) KEMENTERIAN ENERGI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ANALISIS KONSEKUENSI DISPERSI GAS, LEDAKAN DAN KEBAKARAN AKIBAT KEBOCORAN TANGKI PENYIMPANAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) DI PT. X DENGAN PERANGKAT ALOHA (AREAL LOCATIONS OF HAZARDOUS ATMOSPHERES) Irhanah
Lebih terperinciRANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN
Lebih terperinciLisna Utami dan Fatma Lestari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Analisis Konsekuensi Dispersi Gas, Kebakaran, dan Ledakan Akibat Kebocoran Tangki Timbun Premium 5000 kiloliter di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Panjang, Lampung Tahun 2012 Menggunakan BREEZE Incident
Lebih terperinciPROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)
PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 menjadikan kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA
9 Oktober 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 7 Seri A Menimbang
Lebih terperinciTips Mencegah LPG Meledak
Tips Mencegah LPG Meledak Beberapa rekan pernah menyampaikan tips tips mencegah peledakan LPG di rumah tangga. Saya hanya mencoba mengingatkan kembali akan pentingnya kewaspadaan pengelolaan LPG di rumah
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan industri digunakan berbagai tingkat teknologi sederhana atau tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang digunakan
Lebih terperinciSKENARIO KONSEKUENSI ANALISIS PENGANGKUTAN LNG SEMARANG-YOGYAKARTA DENGAN SIMULASI ALOHA
SKENARIO KONSEKUENSI ANALISIS PENGANGKUTAN LNG SEMARANG-YOGYAKARTA DENGAN SIMULASI ALOHA Didik Supriyadi* Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) *Didik.supriyadi@tk.itera.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan K3 secara umum merupakan syarat utama didalam setiap proses bekerja, karena itu seiring dengan bertambah pesatnya sektor perindustrian sekarang ini serta
Lebih terperinciMenurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya arus pertumbuhan penduduk mengindikasikan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pemerintah dituntut untuk berusaha menyeimbangkan kepadatan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penanggulangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menggunakan teknologi semaksimal mungkin agar dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi informasi di Indonesia menuntut semua bidang informasi untuk menggunakan teknologi semaksimal mungkin agar dapat memberikan informasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK
PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggaunggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun
Lebih terperinciTAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG
NOMOR 31 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG SERI E STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TANGGAP DARURAT BENCANA DI KABUPATEN TANAH DATAR
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL PERBAIKAN SARANA DAN PRASARANA PEREKONOMIAN, RUMAH MASYARAKAT DAN FASILITAS UMUM UNTUK KORBAN BENCANA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah minyak bumi. Menurut Kementerian Energi Sumberdaya Daya Mineral
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Korban Bencana dan Kecelakaan. Pencarian. pertolongan. Evakuasi. Standar Peralatan.
No. 1523, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Korban Bencana dan Kecelakaan. Pencarian. pertolongan. Evakuasi. Standar Peralatan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2012 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA
PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai
Lebih terperinciSKENARIO KONSEKUENSI ANALISIS PENGANGKUTAN LNG SEMARANG-YOGYAKARTA DENGAN SIMULASI ALOHA
SKENARIO KONSEKUENSI ANALISIS PENGANGKUTAN LNG SEMARANG-YOGYAKARTA DENGAN SIMULASI ALOHA Didik Supriyadi 1 1 Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung Selatan, Indonesia.
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK PERBAIKAN RUMAH MASYARAKAT DAN FASILITAS UMUM AKIBAT TERJADINYA BENCANA ALAM DAN BENCANA SOSIAL GUBERNUR
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran gedung bertingkat di Indonesia merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Kebakaran merupakan suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara astronomi berada pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis Indonesia terletak di antara
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa untuk meringankan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU
PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang minyak masih menjadi kebutuhan bahan bakar yang utama bagi manusia. Minyak sangat penting untuk menggerakkan kehidupan dan roda perekonomian.
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELUARAN BELANJA DALAM KEADAAN DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu produktivitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN
BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIGI PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2012 1 BUPATI SIGI PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA
PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa untuk meringankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciPenger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana
Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana Miko Kamal, PhD Miko Kamal & Associates Ins&tut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara (ireformbumn) 1 Struktur bahasan Bencana Penyelenggaraan Penanggulangan
Lebih terperinciBencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
PENGANTAR MITIGASI BENCANA Definisi Bencana (1) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA
PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN TEKNIS INSTALASI PENGISIAN, PENANGANAN DAN PENGGUNAAN SERTA PEMERIKSAAN BERKALA LIQUEFIED
Lebih terperinciAnalisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri
Analisis Potensi Bahaya Dengan Metode Checklist dan What-If Analysis Pada Saat Commissioning Plant N83 Di PT. Gas Industri Adhi Sudrajat 1*, Adhi Setiawan 2, dan Nora Amelia Novitrie 3 1,2,3 Program studi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. Menurut Center of Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), bencana didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN
1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dengan cepat pada akhir akhir ini menyebabkan semakin dibutuhkannya sumber daya energi, Manusia sangat banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam
Lebih terperinciPoliteknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya
Analisis Risiko Kebocoran Gas pada Sistem Perpipaan Recycle Gas Hydrofinishing Plant dengan Menggunakan Metode Quantitative Risk Analysis (QRA) (Studi Kasus : Perusahaan Produksi Pelumas) Afra Anindyta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah.keselamatan dan kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga pendidikan masih perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif. Sebuah lembaga pendidikan tidak berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN LAMANDAU DENGAN
Lebih terperinciDefinisi dan Jenis Bencana
Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
Lebih terperinciDefinisi dan Jenis Bencana
Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lebih terperinciOleh : Achmad Sebastian Ristianto
IDENTIFIKASI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE HAZOP DAN FTA PADA DISTRIBUSI BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PERTAMAX DAN PREMIUM (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS V SURABAYA) Oleh : Achmad Sebastian Ristianto
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering
Lebih terperinci