Kety Intana Janesonia Dosen Pembimbing : Putu Gde Ariastita, ST, MT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kety Intana Janesonia Dosen Pembimbing : Putu Gde Ariastita, ST, MT."

Transkripsi

1 Kriteria Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakholders di Perkotaan Kepanjen Kabupaten Malang Kety Intana Janesonia Dosen Pembimbing : Putu Gde Ariastita, ST, MT.

2 Sidang Akhir Perbaikan Preview II

3 (1)Sasaran SARAN PERBAIKAN: Terdapat inkonsistensi bahasa pada sasaran analisis yang dilakukan sehingga alur penelitian memiliki makna ganda. pada judul sasaran 1 hingga 3 sehingga terdapat ketidaksesuaian output dengan sasaran, perbaiki judul sasaran.

4 (1)Sasaran TANGGAPAN ATAS SARAN PERBAIKAN: perbaikan judul sasaran yang menyesuaikan dengan output Memperjelas alur penelitian, yaitu mengidentifikasi prioritas variabel dari masing-masing stakeholders untuk mengetahui pola preferensi dari ketiga stakeholders.

5 (2)Analisis SARAN PERBAIKAN: Proses pemetaan harus diperjelas mengenai pengkategorian masing-masing prioritas.

6 (2)Analisis TANGGAPAN ATAS SARAN PERBAIKAN: Dilakukan perbaikan dengan menjelaskan pengelompokkan prioritas, pemilihan prioritas tinggi yaitu prioritas yang diprioritaskan oleh ketiga stakeholders, prioritas sedang yang diprioritaskan oleh 2 stakeholders, dan prioritas rendah yang diprioritaskan oleh 1 stakeholder

7 (3)Analisis SARAN PERBAIKAN: Perbaiki penjabaran dari kriteria yang ditentukan, penentuan kriteria harus lebih memperhatikan kebutuhan masing-masing stakeholders.

8 (3)Analisis TANGGAPAN ATAS SARAN PERBAIKAN: Penjabaran kriteria yang dihasilkan adalah perbandingan dari hasil kajian kriteria yang ditentukan masing masing stakeholders dengan kondisi eksisting di lapangan,dan didukung oleh studi literatur terdahulu maupun kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan perumahan Perkotaan. dalam menentukan kriteria telah ditambahkan analisis delphi untuk menentukan kriteria ideal yang diperlukan semuastakeholders.

9 Pendahuluan Latar Belakang Peran dan fungsi perkotaan kepanjen Kebutuhan Perumahan Perkotaan Kepanjen Menjadi kawasan perkotaan menengah (berdasarkan jumlah penduduk)

10 Kepadatan Tertinggi : Kelurahan Kepanjen, Kelurahan Cempokomulyo, Kelurahan Penarukkan, Desa Panggungrejo, Desa Sengguruh, Desa Talangagung, Desa Dilem dan Kelurahan Ardirejo. Pendahuluan Latar Belakang 9 Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk

11 Pendahuluan Latar Belakang 100 Luas Lahan Permukiman

12 Perkotaan Kepanjen memiliki kawasan permukiman padat tengah kota, permukiman penduduk tidak tersebar merata diseluruh desa/ kelurahan. Kepadatan tertinggi berada pada kelurahan kepanjen yaitu 84 jiwa/ha. (kepanjen dalam angka) Pendahuluan Latar Belakang RDTRK Perkotaan Kepanjen Dengan Pengembangan perumahan diarahkan tidak searah dengan koridor.

13 Griya Sumedang Kepanjen Perumahaan PNS Ngadilangkung Griya Maulana Ngadilangkung Permata Kepanjen Dilem Pendahuluan Latar Belakang Metro Kencaca T.agung D premier residence penaruka n Dilem Nirvana Residence Perumahan Formal Perkotaan Kepanjen Griya Ketapang Permai, sukoraharjo Taman Penarukkan Penarukkan Istana Ardirejo Ardirejo Tinggi Rendah Puri buana asri curungrejo Sumber : Siteplan Kecamatan Kepanjen dinas cipta karya dan tata ruang kabupaten malang

14 Terdapat beberapa kawasan perumahan yang alokasi lahannya tidak terisi secara maksimal atau sepi peminat yaitu perumahan yang ada di Kelurahan Sukoraharjo dan Kelurahan Curungrejo (Sumber: Anggik Widi menurut data perizinan imb, Kantor Kecamatan Kepanjen, Oktober 2013 ) Griya Ketapang Permai, Sukoraharjo Belum Laku 56% Terba ngun 33% Belum Terba ngun 11% Belum Laku 74% Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan perumahan lambat Alokasi ruang tidak terisi secara maksimal Puri Buana Asri, Curungrejo Laku 26% Sumber : Surve Primer, Oktober 2013

15 Survei Primer Pendahuluan Latar Belakang Perumahan Mangkrak, Curungrejo Perumahan Puri Buana Asri

16 Pemerintah Pengembang Pendahuluan Rumusan Masalah Perkembangan perumahan tidak merata Terpusat di tengah kota Masyarakat Terdapat alokasi lahan perumahan Yang tidak terisi maksimal terdapat ketidaksesuaian dalam penentuan kriteria pengembangan perumahan diantara stakeholders yang terlibat, yaitu pemerintah, pengem bang dengan pasar.

17 Pendahuluan Rumusan Masalah pertanyaan dalam penelitian ini adalah : kriteria utama apa saja yang mempengaruhi lokasi pengembangan perumahan di Perkotaan Kepanjen berdasarkan pertimbangan pemerintah, pengembang dan pasar?

18 Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria lokasi pengembangan kawasan perumahan di Perkotaan Kepanjen berdasarkan preferensi stakeholders Pendahuluan Tujuan dan Sasaran Mengidentifikasi prioritas variabel penentuan lokasi pengembangan perumahan di Perkotaan Kepanjen berdasarkan preferensi pemerintah Mengidentifikasi prioritas variabel penentuan lokasi pengembangan perumahan di Perkotaan Kepanjen berdasarkan preferensi pengembang Mengidentifikasi prioritas variabel penentuan lokasi pengembangan perumahan di Perkotaan Kepanjen berdasarkan preferensi masyarakat Mengelompokkan prioritas variabel dari masing-masing preferensi stakeholders dalam penentuan lokasi pengembangan perumahan Perkotaan Merumuskan kriteria utama berdasarkan preferensi yang diprioritaskan oleh stakeholders

19 Tinjauan Pustaka Sintesa Indikator Karakteristik sosial ekonomi masyarakat Perkotaan Variabel Jenis Pekerjaan masyarakat perkotaan Tingkat usia masyarakat perkotaan Jenis kelamin masyarakat perkotaan Tingkat pendapatan masyarakat perkotaan Harga rumah di kawasan perencanaan

20 Tinjauan Pustaka Sintesa Indikator Kondisi fisik dan lingkungan lokasi pengembangan perumahan di Kawasan Perkotaan Variabel Topografi perumahan di Kawasan Perkotaan Kerawanan bencana di kawasan pengembangan perkotaan Luas lahan perumahan di Kawasan Perkotaan

21 Tinjauan Pustaka Sintesa Indikator Dukungan utilitas di kawasan perumahan perkotaan Variabel Ketersediaan jaringan air bersih di perumahan Perkotaan Ketersediaan jaringan drainase di perumahan Perkotaan Ketersediaan jaringan telekomunikasi di perumahan Perkotaan Ketersediaan jaringan listrik di perumahan Perkotaan Ketersediaan tempat pembuangan sampah di perumahan Perkotaan

22 Tinjauan Pustaka Sintesa Indikator Kondisi aksesibilitas menuju kawasan perumahan Perkotaan Variabel Ketersediaan armada angkutan umum menuju kawasan perumahan perkotaan Jaringan jalan yang melewati kawasan perumahan perkotaan

23 metode Penelitian Populasi dan Sampel Fokus Penelitian Karakteri stik masalah penelitian : Ketidak sesuaian kriteria antara 3 stakehold ers Quasi Qualitativ e Populasi : Pemerin tah Pengem bang Masyar akat Non Probabilit y sampling Responde n kunci, jari ngan responde n => Purposive sampling jenis Snowball sampling

24 metode Penelitian Populasi dan Sampel Bapedda Kabupaten Malang Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Malang Pemerintah Dinas Perumahan Kabupaten Malang Bidang Pembangunan Kawasan Perumahan Kecamatan Kepanjen

25 Pengembang Perumahan Perkotaan Kepanjen metode Penelitian Populasi dan Sampel Pemanfaat kebijakan tata ruang Perkotaan Kepanjen dalam mengemngkan (pengadaan) perumahan Pengembang Perumahan (Developer)

26 Tokoh Masyarakat (Ketua RT, RW) metode Penelitian Populasi dan Sampel Kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah penelitian (menjadi desicion maker) dan mengetahui Masyarakat (Desicion Maker) Pemilik Rumah (Desicion Maker) Masyarakat yang bertempat tinggal di perumahan yang memiliki pengaruh sebagai pengambil keputusan dalam pemilihan perumahan.

27 metode Penelitian Pengumpulan Data No Data Sumber Data Teknik Pengambilan Data 1. Kondisi eksisting wilayah penelitian 2. preferensiyang mempengaruhi pemilihan lokasi pengembangan perumahan di Perkotaan Kepanjen Kabupaten Malang Wilayah penelitian Informasi dan pendapat dari stakeholders Observasi partisipasi pasif Wawancara dan kuesioner

28 metode Penelitian Teknik Analisa AHP Menganalisa masing-masing preferensi Stakeholders, dengan cara membobotkan variabel yang didapatkan dari tinjauan pustaka.

29

30 metode Penelitian Teknik Analisa Kuadran

31 metode Penelitian Teknik Analisa Analisis Deskriptif Kriteria dari stakeholders dan studi literatur Analisis Delphi Konsensus kriteria yang didapatkan oleh stakeholders yang terlibat

32 Hasil dan Pembahasan Karakteristik Perumahan Jenis perumahan di Perkotaan Kepanjen adalah perumahan sederhana Tahun pengembangan Kisaran harga :

33 Hasil dan Pembahasan Fasilitas Umum Fasilitas Perdagangan Berda di sekitar koridor utama Fasilitas Peribadatan Pusat perkantoran Menyebar dan memusat Fasilitas Kesehatan l Tingkat lokal menyebar Regional memusat Fasilitas Pendidikan Menyebar di Perkotaan Kepanjen

34 Hasil dan Pembahasan Utilitas Jaringan air bersih perkotaan kepanjen terdiri dari PAM/ Air Mineral, Po mpa Listrik, Sum ur/perigi, M ata Air, dan sungai / danau. Jaringan telekomunikasi di Perkotaan Kepanjen meliputi telpon residen, wartel, dan kantorpos Pengelolaan Sampah meliputi TPA dan TPS Saluran Drainase a. Saluran drainase primer berupa sungai. Saluran b. Drainase Sekunder merupakan saluran yang mengalirkan air limbah atau buangan ke saluran drainase primer dari drainase tersier. c. Saluran drainase tersier berfungsi mengalirkan air dari rumah-rumah penduduk menuju saluran sekunder. Saluran tersier meliputi saluran selokan.

35 Hasil dan Pembahasan Utilitas Jaringan jalan Perkotaan Kepanjen terletak di jaringan jalan regional, sehingga perkotaan kepanjen berfungsi sebagai terminal jasa distribusi bagi pengembangan wilayah. Jaringan jalan Perkotaan Kepanjen terbagi menjadi jaringan jalan utama internal dan eksternal yang meliputi : Jaringan Jalan Utama Eksternal Akses eksternal yang mempunyai pola jaringan linier yaitu : Utara-Selatan Jalan Mojosari-Jalan Panglima Sudirman-Jalan A. Yani-Jalan Sumedang-Jalan Raya Jenggolo Jalan Raya Curungrejo-Jalan Raya Sukoraharjo-Jalan Penarukkan Jalan Sultan Agung Utara-Barat Jalan Semeru Jalan Bromo Jalan Kawi Jalan Talangagung Barat-Timur Jalan Pudak Jalan Krapyak Jalan Trunojoyo Jalan Raya Kedungpedaringan Angkutan Umum Sistem sirkulasi kendaraan angkutan umum di Perkotaan Kepanjen melayani pelayanan lokal dan pelayanan regional. Pada tahun 2012 jumlah trayek angkutan rute Perkotaan Kepanjen berjumlah 11 trayek, dengan total jumlah armada sebanyak 413 unit. Berikut ini merupakan tabel mengenai Trayek dan Rute perkotaan Kepanjen

36 Hasil dan Pembahasan Analisa Pihak Pemerintah Kelompok Stakeholders Pemerintah Instansi Bidang Tingkat Kepentingan Bidang Sarana Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bapedda Kabupaten Malang Cipta Kaya Kabupaten Malang Badan Perumahan Kabupaten Malang Bidang Tata Ruang Bidang Pengembangan Kawasan Perumahan Kompetensi 5 Stakeholder Bapedda memiliki kuasa untuk memberikan izin lokasipengembangan perumahan 5 Stakeholder Dinas Cipta Karya memiliki kuasa untuk memberikan izin teknis pengembangan perumahan 5 Stakeholder Dinas Perumahan memiliki kuasa untuk memberikan izin teknis pengembangan perumahan Kecamatan Kepanjen Bidang Ekonomi Pembangunan 3 Stakeholder Kecamatan Kepanjen memiliki kuasa untuk mempertimbangkan kepentingan dinas dan pengawas kepentingan

37 Prioritas Pemerintah Hasil dan Pembahasan Analisa Pihak Pemerintah

38 Perumahan Metro Kencana Perumahan Griya Ketapang Permai Perumahan Puri Buana Asri Kontraktor Perumahan Metro Kencana Direktur Perumahan Griya Ketapang Permai Direktur Pengembang Perumahan Puri Buana Asri Hasil dan Pembahasan Analisa Pihak Pengembang 4 Stakeholder Pengembang yang mengetahui kebutuhan lokasi perumahan sehingga dapat diperoleh keuntungan maksimal dalam pembangunan perumahan. 4 Stakeholder Pengembang yang mengetahui kebutuhan lokasi perumahan sehingga dapat diperoleh keuntungan maksimal dalam pembangunan perumahan. 4 Stakeholder Pengembang yang mengetahui kebutuhan lokasi perumahan sehingga dapat diperoleh keuntungan maksimal dalam pembangunan perumahan. Perumahan D premier Residence Direktur utama Perumahan D premier Residence 4 Stakeholder Dinas Perumahan memiliki kuasa untuk memberikan izin teknis pengembangan perumahan

39 Hasil dan Pembahasan Analisa Pihak Pengembang Prioritas Pengrmbang

40 Hasil dan Pembahasan Analisa Pihak Masyarakat Kelompok Stakeholders Asal Tempoat Tinggal Usia Jenis Pekerjaan Tingkat Kepentingan Masyarakat Perkotaan Kepanjen PNS, TNI dan POLRI 2 Perkotaan Kepanjen pedagang dan Jasa 2 Luar Perkotaan Kepanjen PNS, TNI dan POLRI 2 Luar Perkotaan Kepanjen Pedagang dan Jasa 2 Perkotaan Kepanjen / Luar Perkotaan Kepanjen >64 PNS, TNI, POLRI, Pedagang dan Jasa 2

41 Hasil dan Pembahasan Analisa Pihak Masyarakat 25 Prioritas Masyarakat

42 Rata-rata : Pemerintah : Pengembang : Masyarakat : Hasil Dan Pembahasan Analisa Kuadran

43 Hasil Dan Pembahasan Analisa Kuadran

44 Prioritas Pemerintah, Pengembang dan Masyarakat Prioritas Tinggi Variabel Jenis jaringan jalan yang melewati Kawasan perumahan Perkotaan Ketersediaan armada angkutan umum menuju kawasan perumahan Perkotaan Kerawanan bencana di Kawasan pengembangan perumahan Perkotaan Ketersediaan jaringan listrik di perumahan Kawasan Perkotaan Ketersediaan jaringan air bersih di perumahan Kawasan Perkotaan Ketersediaan jariangan drainase di kawasan perumahan Perkotaan

45 Prioritas Sedang Prioritas Pemerintah dan Pengembang Variabel Ketersediaan fasilitas kesehatan di perumahan Kawasan Perkotaan

46 Prioritas Rendah Prioritas Pemerintah Variabel Topografi perumahan di Kawasan Perkotaan

47 Prioritas Rendah Prioritas Pengembang Variabel Tingkat pendapatan masyarakat Perkotaan Jenis pekerjaan masyarakat Perkotaan Harga rumah di Kawasan Perkotaan Tingkat pendapatan masyarakat Perkotaan Jenis pekerjaan masyarakat Perkotaan Harga rumah di Kawasan Perkotaan

48 Prioritas Rendah Prioritas Masyarakat Variabel Ketersediaan fasilitas pendidikan di Perumahan Kawasan Perkotaan Ketersediaan pusat perkantoran di perumahan Kawasan Perkotaan

49 Tidak Dirioritas Pemerintah, Pengembang dan Masyarakat Tidak Diprioritaskan Variabel Ketersediaan fasilitas peribadatan di perumahan Kawasan Perkotaan Ketersediaan jaringan telekomunikasi di perumahan Perkotaan Luas lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Ketersediaan tempat pembuangan sampah di Perkotaan Ketersediaan fasilitas rekreasi di perumahan Kawasan Perkotaan Tingkatan usia masyarakat Perkotaan Ketersediaan fasilitas olahraga di perumahan Kawasan Perkotaan Jenis kelamin masyarakat Perkotaan

50 Kriteria Utama Hasil dan Pembahasan Analisa Deskriptif

51 Jenis Jaringan Jalan Lebar jaringan jalan kolektor sekunder di dalam Perkotaan Kepanjen menuju perumahan harus memiliki ukuran tidak kurang dari 7 m Lebar jalan internal perumahan Kepanjen minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 6 m dan jarak menuju jalan utama maksimal 5 menit Kondisi jaringan jalan menuju perumahan dan internal perumahan harus dalam kategori baik atau tidak rusak Panjang jalan dari perumahan Perkotaan Kepanjen menuju lokasi pusat kegiatan terdekat harus memiliki panjang jalan maksimal ±3 km dengan waktu tempuh maksimal 15 menit menggunakan angkutan umum kendaraan pribadi roda 4 ataupun roda 2 yang memiliki penghuni perumahan

52 Angkutan Umum Armada angkutan umum dalam satu jalur harus memiliki jumlah ±37 unit dengan jenis angkutan minibus kapasitas ±12 penumpang penambahan dan perbaikan pelayanan halte atau terminal sebagai tempat singgah penumpang penambahan jalurr bus antar kota yang melewati semua perumahan Perkotaan

53 Kerwanan Bencana Harus ada pemetaan larangan pengembangan perumahan dari unsur-unsur atau kerentanan bencana di Perkotaan Kepanjen harus ada pengaturan kelayakan penggunaan lahan untuk perumahan Perkotaan Kepanjen yang terbebas dari bencana Perumahan dilarang berada pada daerah genangan yang memiliki ketinggian minimal 15 cm dan lama genangan lebih dari 1 jam

54 Jaringan Listrik Penyediaan jaringan listrik harus menjangkau seluruh wilayah perumahan Perkotaan Kepanjen Jaringan listrik harus terdistribusi untuk penerangan lingkungan perumahan Distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masing-masing rumah dengan daya minimal 450 VA atau 900 VA

55 Jaringan Air Bersih Distribusi air bersih harus merata di seluruh wilayah Perkotaan Minimal terpenuhi kebutuhan pokok air bersih 60 liter/orang/hari. Jika tersedia kran umum, 1 kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa dengan ketentuan sumber air tanah ataupun PDAM

56 Jaringan Drainase Saluran-saluran akhir tiap rumah harus memiliki kapasitas tampung minimal 40x40x40 cm dan terhubung dengan badan penerima seperti sungai pengembangan sistem jaringan drainase sekunder pada setiap sisi jalan perumahan yang alirannya disesuaikan dengan kondisi topografinya, sehingga tidak terjadi genangan air di badan jalan pada saat musim hujan yang selanjutnya dialirkan ke saluran primer atau ke saluran pembuangan akhir Sistem jaringan drainase tersier perumahan harus secara terpadu dan terintegrasi dengan sistem jaringan drainase kota

57 Kriteria Utama Hasil dan Pembahasan Analisis Delphi

58 Kriteria Keterangan Lebar jalan internal perumahan minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 4 m dan waktu tempuh menuju jalan utama dari lokasi perumahan maksimal 5 menit Harus ada penambahan jalur bus antar kota yang melewati semua perumahan Perkotaan Distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masingmasing rumah dengan daya minimal 900 VA Belum Konsensus

59 Kriteria R1 R2 R3 R4 R5 R6 Lebar jalan internal perumahan minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 4 m dan waktu tempuh menuju jalan utama dari lokasi perumahan maksimal 5 menit Harus ada penambahan jalur bus antar kota yang melewati semua perumahan Perkotaan S S S S S S TS TS TS TS TS TS Distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masing-masing rumah dengan daya minimal 900 VA S S S S S S

60 KRITERIA UTAMA Kriteria utama yang dihasilkan dari analisa delphi adalah semuakriteria yang didapatkan dari hasil analisis deskriptif, dengan menghilangkan kriteria mengenai penambahan jalur bus antar kota yang tidak sesuai dengan peraturan.

61 Kesimpulan Berdasarkan hasil keseluruhan proses terkait tujuan utama penelitian yaitu penentuan kriteria utama pengembangan lokasi perumahan sederhana di Perkotaan Kepanjen Kabupaten Malang, telah diidentifikasi kepentingan prioritas masing-masing stakeholders yaitu pihak pemerintah, pengembang dan masyarakat. Ditemukan kelompok prioritas tinggi ketiga stakeholders dan kriteria yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

62 Kesimpulan Kriteria jaringan jalan yang melewati Kawasan perumahan meliputi lebar jaringan jalan kolektor sekunder dan lebar jalan internal perumahan, kondisi jaringan jalan yang baik serta jarak minimum serta jarak minimum perumahan dengan jalan utama atau pusat kegiatan terdekat. Kriteria ketersediaan armada angkutan umum menuju kawasan perumahan Perkotaan adalah jumlah minimum armada angkutan umum dan kondisi sarana penunjang transportasi di Perkotaan kepanjen. Kriteria kerawanan bencana di Kawasan pengembangan perumahan Perkotaan adalah rekomendasi kebijakan mengenai larangan pengembangan perumahan di kawasan rawan bencana.

63 Kesimpulan Kriteria ketersediaan jaringan listrik yang memenuhi kebutuhan perumahan Kawasan Perkotaan Kepanjen adalah penyediaan jaringan listrik yang menjangkau seluruh rumah dan lingkungan perumahan serta standar minimal daya listrik. Kriteria mengenai ketersediaan jaringan air bersih di perumahan Perkotaan Kepanjen adalah penyediaan sumber air bersih yang menjangkau seluruh perumahan dan memenuhi kebutuhan tiap individu. Kriteria mengenai ketersediaan drainase perumahan di Perkotaan Kepanjen meliputi standar minimal ukuran drainase dan sistem integrasi antar drainase di Perkotaan Kepanjen.

64 Rekomendasi Penelitian lanjutan mengenai arahan lokasi menggunakan kriteria kelompok prioritas tinggi yang ditemukan pada penelitian ini Perlunya arahan pengembangan lokasi perumahan di Perkotaan Kepanjen untuk menentukan dimana saja lokasi pengembangan perumahan didasarkan pada 6 kelompok prioritas tinggi yang ditemukan dalam penelitian ini. Masukan terhadap review Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kepanjen menggunakan kriteria kelompok prioritas tinggi yang ditemukan pada penelitian ini perlu adanya review terhadap Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kepanjen menggunakan kriteria kelompok yang paling berpengaruh.

65 Terima Kasih

66 Pusat Kegiatan Olahraga Pusat Pelayanan Umum Pusat Kesehatan Pendahuluan Latar Belakang Pusat kesenian Perkotaan Kepanjen Pusat Pendidikan tinggi Pusat Pemerintahan Pusat perdagangan Dan jasa Pusat Kesehatan Sumber : RTRW Kabupaten Malang

67 Pendahuluan Latar Belakang Jalur Lingkar Barat Jalan Lintas Selatan Jalur lingkar timur back Sumber : RTRW Kabupaten Malang

68 Pendahuluan Latar Belakang Kenaikan jumlah penduduk mencapai 7,3% setahun Perkotaan Kepanjen Pada tahun 2010 dari kawasan Perkotaan kecil menjadi sedang Jumlah Penduduk back Sumber : Kecamatan Kepanjen Dalam Angka

Kata kunci : Pemerintah, Pengembang, Masyarakat, Perumahan, Prioritas, Lokasi Perumahan, Kriteria

Kata kunci : Pemerintah, Pengembang, Masyarakat, Perumahan, Prioritas, Lokasi Perumahan, Kriteria 1 Kriteria Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakeholders di Kepanjen Kabupaten Malang Kety Intana Janesonia dan Putu Gde Ariastita Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat 2.5 Sintesa Teori dan Penentuan Variabel Penentuan variabel penelitian yang akan dilakukan melalui sintesa teori yang telah dijabarkan sebelumnya. Sintesa teori yang dilakukan merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI 3609100051 Latar Belakang Transjakarta sebagai angkutan transportasi yang tergolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi setiap wilayah di dunia tidak terkecuali Indonesia. Hampir di seluruh aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA. Wahyu Endy Pratista Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA. Wahyu Endy Pratista Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA Wahyu Endy Pratista 3608100049 Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang kian pesat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dokumen Layanan Persampahan Kota Bogor merupakan dokumen yang memuat keadaaan terkini kondisi persampahan Kota Bogor. Penyusunan dokumen ini pada dasarnya ditujukan pada pendayagunaan segenap

Lebih terperinci

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh: ANGGA NURSITA SARI L2D 004 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PERUMAHAN DI SSWP KEPANJEN KABUPATEN MALANG

RENCANA PENGEMBANGAN PERUMAHAN DI SSWP KEPANJEN KABUPATEN MALANG RENCANA PENGEMBANGAN PERUMAHAN DI SSWP KEPANJEN KABUPATEN MALANG Agung Witjaksono Ida Soewarni Dosen Teknik Planologi FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang di akan membawa konsekuensi.

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN 2002 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Transportasi massal yang tertib, lancar, aman, dan nyaman merupakan pilihan yang ditetapkan dalam mengembangkan sistem transportasi perkotaan. Pengembangan transportasi

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

Indikator Konten Kuesioner

Indikator Konten Kuesioner Indikator Konten Kuesioner No Variabel Pertanyaan 1 Internal (Kekuatan dan Kelemahan) 1. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi (positioning) kawasan jasa dan perdagangan di Jalan Pamulang Raya, Kecamatan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB IV PANDUAN KONSEP BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk disuatu negara akan berbanding lurus dengan kebutuhan sarana transportasi. Begitu pula di Indonesia, transportasi merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah diketahui bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI

KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI 93 KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI Oleh Bambang Hutojo Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Di Kabupaten Ngawi, wilayah yang didefinisikan sebagai kawasan permukiman perkotaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 249 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari uraian uraian sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menarik kesimpulan serta memberikan rekomendasi terhadap hasil studi. Adapun kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

Pelaksanakan survai dan pengolahan data adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi awal kawasan perencanaan.

Pelaksanakan survai dan pengolahan data adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi awal kawasan perencanaan. TPL301 PERENCANAAN KOTA PERTEMUAN III : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Tkik Teknik

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT STUDI KASUS: JOYOBOYO-MANUKAN KAMIS, 7 JULI 2011 RIZKY FARANDY, 3607100053 OUTLINE PENDAHULUAN KAJIAN TEORI METODOLOGI PENELITIAN

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo JOS OKTARINA PRATIWI 3609100037 Dosen Pembimbing Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO MIP. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN

PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN Eddu Pandika 1, Ludfi Djakfar 2, Surjono 3 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman Peraturan terkait dengan perumahan dan kawasan permukiman dalam studi ini yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 11 tentang Perumahan dan Kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto. EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : Arif Mudianto Abstrak Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

Program Pemanfaatan Ruang Prioritas di BWP Malang Tenggara Waktu Pelaksanaan PJM-1 ( ) PJM-2 ( ) PJM-3 ( ) PJM-4 ( )

Program Pemanfaatan Ruang Prioritas di BWP Malang Tenggara Waktu Pelaksanaan PJM-1 ( ) PJM-2 ( ) PJM-3 ( ) PJM-4 ( ) LAMPIRAN XVI PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR TAHUN TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGGARA TAHUN - No A. Perwujudan Rencana Pola Ruang. Perwujudan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang

Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang Ir. Hery Budiyanto, MSA, PhD 1) 1) Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Merdeka Malang, E-mail: budiyantohery@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan sebuah metode perancangan yang memudahkan perancang untuk mengembangkan sebuah ide perancangannya secara deskriptif.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN TUGAS AKHIR S i d a n g T u g a s A k h i r PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN Oleh: Ayu Yulinar K 3607.100.030 OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Hasil dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D KONTRIBUSI TAMAN BERMAIN WONDERIA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SRIWIJAYA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D 301 321 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN

9.1 INDIKASI SEKTOR PRIORITAS PEMBANGUNAN Salah satu fungsi rencana tata ruang adalah sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan program lima tahunan dan program tahunan. Indikasi program pembangunan merupakan penjabaran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III MTOD PRANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST, MT. Radinia Rizkitania 3608100035 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN START

BAB III METODOLOGI PENELITIAN START BAB III 3.1. Persiapan Persiapan yang dilakukan yaitu pemahaman akan judul yang ada dan perancangan langkah langkah yang akan dilakukan dalam analisa ini. Berikut adalah diagram alir kerangka pikir analisa.

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-224 Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

KELURAHAN SELINDUNG BARU

KELURAHAN SELINDUNG BARU Tabel II.21 Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Selindung Baru N0. JENIS RTH LOKASI LUAS (M 2 ) 1. Pekarangan SMP 7 RT.01 10.000,0 2. Pekarangan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan RT.01 4.771,0 3. Kuburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA PERIODE 2005-2010 DENGAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan

Lebih terperinci